Anda di halaman 1dari 16

GERAKAN FANATISME, PENYIMPANGAN, DAN IMPLIKASI

MADZHAB TERHADAP PENAFSIRAN AL-QUR'AN DALAM


MODERASI BERAGAMA
Nama Mahasiswa
Fakultas & Univ
Email

Abstrak
Gerakan fanatisme dan penyimpangan dalam beragama dapat
membahayakan keamanan dan kedamaian masyarakat serta menimbulkan konflik
antarumat beragama. Implikasi madzhab terhadap penafsiran Al-Qur'an dapat
menghambat pemahaman yang holistik dan terbuka terhadap berbagai sudut
pandang. Untuk menerapkan konsep moderasi dalam beragama, diperlukan sikap
terbuka, toleran, dan menghargai perbedaan dalam pemahaman agama serta
memperluas pandangan dalam memahami ajaran-ajaran agama. Studi Pustaka
digunakan dalam penulisan makalah ini. Untuk menghindari gerakan fanatisme
dan penyimpangan dalam beragama, saran yang dapat dilakukan adalah
memperdalam pemahaman agama, menjaga hubungan baik dengan sesama umat
beragama, menghindari penyebaran informasi yang meresahkan, dan
menghindari tindakan ekstremisme. Sedangkan untuk menghindari implikasi
madzhab yang negatif dalam penafsiran Al-Qur'an, saran yang dapat dilakukan
adalah mempertimbangkan konteks sejarah dan sosial saat ayat-ayat Al-Qur'an
diturunkan, memperhatikan makna dan tujuan di balik ayat-ayat tersebut, dan
memperluas pandangan dengan memperhatikan perspektif dari berbagai ulama
dan madzhab.
Kata Kunci: Fanatisme, Madzhab, Penafsiran Al-Quran, Moderasi beragama

Pendahuluan
Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat Islam yang memiliki nilai penting
dalam kehidupan beragama. Namun, dalam praktiknya, terkadang penafsiran Al-
Quran dilakukan dengan cara yang kurang tepat, salah satunya adalah dengan
fanatisme mazhab. Fanatisme mazhab terjadi ketika seseorang memilih satu
mazhab tertentu sebagai acuan utama dalam memahami dan menafsirkan Al-
Quran1, sehingga terkadang mengabaikan pandangan dari mazhab-mazhab
lainnya. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik antar umat berbeda mazhab dan
mempengaruhi cara penafsiran Al-Quran yang bersifat dogmatis dan sempit.
1
Maulidatur Rofiqoh, “Fanatisme Mazhab Dalam Penafsiran (Studi Tafsir Sektarian Atas Ayat
Ahkam Dalam Tafsir Ahkam Al-Quran Karya Al-Kiya Al-Harrasi),” Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2020),
https://core.ac.uk/download/pdf/343201044.pdf.
Selain fanatisme mazhab, penyimpangan juga menjadi masalah dalam
penafsiran Al-Quran. Penyimpangan dalam penafsiran Al-Quran terjadi ketika
seseorang melakukan penafsiran yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip tafsir
yang benar2, seperti tidak memperhatikan konteks dan situasi yang ada, atau
memaksakan pandangan tertentu tanpa dasar yang kuat.
Kedua masalah tersebut, fanatisme mazhab dan penyimpangan dalam
penafsiran Al-Quran, dapat berimplikasi pada moderasi beragama. Moderasi
beragama mengacu pada sikap toleransi, penghormatan, dan pengakuan terhadap
perbedaan dalam beragama3. Fanatisme mazhab dan penyimpangan dalam
penafsiran Al-Quran dapat mengancam moderasi beragama, karena dapat memicu
terjadinya konflik antar umat yang berbeda mazhab dan tidak mampu
mempertahankan nilai-nilai moderasi dalam kehidupan beragama.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang fanatisme mazhab,
penyimpangan dalam penafsiran Al-Quran, dan implikasinya terhadap moderasi
beragama. Selain itu, akan dihadirkan pandangan dari para ahli untuk memberikan
gambaran yang lebih lengkap mengenai masalah ini.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library research) dengan
mengumpulkan bahan kajian dari beberapa literatur4 terkait fanatisme mazhab,
penyimpangan dalam penafsiran Al-Quran, dan implikasinya terhadap moderasi
beragama. Metode penelitian ini melibatkan pencarian dan pengumpulan data dari
sumber-sumber pustaka yang relevan seperti buku, jurnal, artikel, dan dokumen
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Metodologi penelitian
kajian pustaka dapat membantu peneliti untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang fanatisme mazhab, penyimpangan dalam penafsiran Al-
Quran, dan implikasinya terhadap moderasi beragama, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
2
Noblana Adib, “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Penafsiran Al-Quran,” Mawa’Izh:
Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan 8, no. 1 (2017): 1–30,
https://lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/maw/article/view/694/121.
3
Edy Sutrisno, “Aktualisasi Moderasi Beragama Di Lembaga Pendidikan,” Jurnal Bimas Islam 12,
no. 2 (2019): 323–348, https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/113/74.
4
Miza Nina Adlini et al., “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka,” Edumaspul: Jurnal
Pendidikan 6, no. 1 (2022): 974–980,
https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/3394/1177.
dan kehidupan beragama. Pandangan para ahli terkait dengan materi kajian
disajikan untuk memperkuat dan menjelaskan sisi-sisi perbedaan yang bersifat
memperkaya pemikiran sehingga selanjutnya dapat ditemukan konklusi yang tepat
dalam rangka menetapkan hasil penelitian.

Fanatisme Mazhab dalam Penafsiran Alquran


Fanatisme adalah kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan atau
doktrin dengan keras5, tanpa mempertimbangkan argumen yang masuk akal atau
fakta yang mungkin membantah keyakinan tersebut. Fanatisme dalam Islam dapat
dilihat dalam beberapa kelompok ekstremis yang memandang bahwa hanya
pandangan mereka yang benar dan yang lainnya salah, dan bersedia menggunakan
kekerasan untuk mencapai tujuan mereka.
Al-Qur'an adalah sumber ajaran Islam mutlak dan pasti6, yang harus
dipahami dengan baik untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
terdapat beberapa gerakan fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an yang dapat
mengakibatkan tafsiran yang keliru dan bahkan membahayakan masyarakat. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang gerakan fanatisme dalam
penafsiran al-Qur'an dan dampaknya terhadap masyarakat.
Fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an terjadi ketika seseorang menafsirkan
ayat-ayat al-Qur'an secara menyimpang dan ekstrim, tanpa memperhatikan
konteks dan pandangan ulama terkemuka. Gerakan fanatisme ini dapat
menghasilkan pemahaman yang keliru dan memicu konflik di dalam masyarakat.
Menurut Quraish Shihab, seorang ulama dan cendekiawan Islam, fanatisme
dalam penafsiran al-Qur'an terjadi ketika seseorang memahami ayat-ayat al-
Qur'an secara tekstual dan mengabaikan konteks sejarah dan sosial ayat tersebut
diturunkan7. Seseorang yang fanatik dalam penafsiran al-Qur'an juga cenderung

5
Amanah Nurish, “Dari Fanatisme Ke Ekstremisme: Ilusi, Kecemasan, Dan Tindakan Kekerasan,”
Jurnal Masyarakat dan Budaya 21, no. 1 (2019): 31–40,
https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/829/456.
6
Arif Al Wasim, “Fanatisme Mazhab Dan Implikasinya Terhadap Penafsiran Al-Qur’an,” Syariati :
Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum IV, no. 01 (2018): 13–22.
7
M. Quraish Shihab, “Islam Yang Saya Pahami : Keragaman Itu Rahmat - M Quraish Shihab -
Google Books,” Lentera Hati Group, last modified 2018, accessed March 11, 2023,
https://books.google.co.id/books?
id=qn_ZDwAAQBAJ&source=gbs_slider_cls_metadata_7_mylibrary.
menolak pandangan ulama terkemuka dan hanya memilih pandangan yang sesuai
dengan keyakinannya.
Gerakan fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an dapat membahayakan
masyarakat. Salah satu dampaknya adalah terjadinya konflik antar kelompok yang
berbeda pemahaman dalam penafsiran al-Qur'an. Selain itu, gerakan fanatisme
juga dapat memicu tindakan kekerasan dan terorisme yang dapat membahayakan
keselamatan dan keamanan masyarakat. Contoh gerakan fanatisme dalam
penafsiran al-Qur'an adalah kelompok-kelompok ekstremis yang memahami ayat-
ayat al-Qur'an secara literal8 dan menjustifikasi tindakan kekerasan dengan
mengutip ayat-ayat yang mereka anggap mendukung tindakan tersebut9.
Menurut Abdullahi Ahmed An-Naim, seorang ahli hukum Islam dan
cendekiawan, gerakan fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an juga dapat
memperburuk citra Islam di mata masyarakat internasional. Gerakan fanatisme
dapat menghasilkan pemahaman yang keliru tentang Islam dan mengaburkan
ajaran-ajaran damai yang sebenarnya terdapat dalam al-Qur'an.
Dalam penafsiran al-Qur'an, seseorang harus memperhatikan konteks dan
pandangan ulama terkemuka. Gerakan fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an dapat
membahayakan masyarakat dan menghasilkan pemahaman yang keliru tentang
Islam. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan pemahaman yang baik tentang
pentingnya memahami al-Qur'an dengan konteks yang tepat dan pandangan ulama
terkemuka untuk menghindari gerakan fanatisme dalam penafsiran al-Qur'an.
Gerakan fanatisme mazhab dalam penafsiran Al-Quran dapat membawa
dampak negatif10 bagi umat Islam, seperti memicu konflik antar umat dan merusak
citra agama Islam di mata masyarakat internasional. Hal ini terjadi karena
fanatisme mazhab dapat menghasilkan tafsir Al-Quran yang bersifat dogmatis dan
sempit, yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

8
Siti Juhro, “Program Studi S1 Fakultas Ushuluddin Prodi Tafsir Hadits Institut Ilmu Alqur ’ an (Iiq)
Jakarta 2015 M / 1436 H” (Institut Ilmu Al-quran, 2015),
http://112.78.185.236/bitstream/123456789/642/1/11210045.pdf.
9
Rafnida, “Pemahaman Kelompok Jihadis Indonesia Terhadap Ayat-Ayat Jihad” (Universitas Islam
Negeri SulthanThaha Saifuddin, 2022), http://repository.uinjambi.ac.id/9479/1/301171168
Pemahaman Kelompok Jihadis Indonesia terhadap Ayat-Ayat Jihad.pdf.
10
M Qadafi Khairuzzaman, “Hadits Maudhu Dan Akibatnya,” Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik
Dakwah 4, no. 1 (2016): 64–75,
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhiwar/article/view/1214/922.
masyarakat. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang gerakan fanatisme mazhab
dalam penafsiran Al-Quran dan dampak negatifnya.
Fanatisme mazhab memiliki beberapa implikasi terhadap penafsiran Al-
Quran, antara lain:
1. Tafsir Al-Quran yang bersifat dogmatis dan sempit
Fanatisme mazhab dapat menghasilkan tafsir Al-Quran yang hanya mengikuti
pandangan mazhab tertentu, tanpa memperhatikan konteks dan situasi yang
ada. Akibatnya, tafsir Al-Quran menjadi bersifat dogmatis dan sempit.
2. Kesulitan dalam mengembangkan pemikiran
Fanatisme mazhab dapat menghambat kemajuan pemikiran dalam Islam dan
berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena orang yang terlalu
fanatik dengan satu mazhab cenderung mengabaikan pemikiran dan pandangan
yang berbeda.
3. Memperparah konflik antar umat berbeda mazhab
Fanatisme mazhab dapat memicu terjadinya konflik antar umat berbeda
mazhab, terutama jika fanatisme tersebut bersifat ekstrem. Hal ini merugikan
umat Islam karena justru memperlemah kekuatan dan persatuan umat.

Penyimpangan Madzhab dalam Islam


Penyimpangan madzhab dalam Islam terjadi ketika seseorang menafsirkan
Al-Qur'an11 dan hadis sesuai dengan pendapat atau keyakinan tertentu, tanpa
mempertimbangkan pandangan ulama lain atau prinsip-prinsip fikih.
Penyimpangan madzhab dapat mengakibatkan kerusakan dalam masyarakat,
karena orang-orang yang terlibat dalam penyimpangan madzhab dapat
menggunakan tafsiran mereka untuk membenarkan tindakan kekerasan dan
ekstremisme.
Al-Qur'an adalah kitab suci umat Muslim yang harus diambil hikmahnya
dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Namun, terdapat beberapa
penyimpangan tafsir al-Qur'an yang dapat mengakibatkan pemahaman yang keliru
dan bahkan membahayakan masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas tentang penyimpangan tafsir al-Qur'an dan dampaknya terhadap
masyarakat.
11
Wasim, “Fanatisme Mazhab Dan Implikasinya Terhadap Penafsiran Al-Qur’an.”
a. Penyimpangan dalam Tafsir Al-Qur'an
Penyimpangan dalam tafsir al-Qur'an terjadi ketika seseorang menafsirkan
ayat-ayat al-Qur'an dengan cara yang tidak sesuai dengan konteks dan pandangan
ulama terkemuka12. Penyimpangan ini dapat menghasilkan pemahaman yang
keliru dan bahkan membahayakan masyarakat. Contoh penyimpangan dalam tafsir
al-Qur'an adalah penafsiran ayat-ayat al-Qur'an secara literal tanpa
memperhatikan konteks dan makna yang sebenarnya. Selain itu, penyimpangan
juga terjadi ketika seseorang menafsirkan al-Qur'an secara selektif, hanya memilih
ayat-ayat yang sesuai dengan kepentingan dan keyakinannya.
Dalam melakukan tafsir Al-Qur'an, terdapat beberapa bentuk penyimpangan
yang dapat terjadi, antara lain:
1) Penyimpangan dalam metode tafsir13: Tafsir Al-Qur'an harus dilakukan
dengan metode yang benar dan tepat agar hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jika metode yang digunakan tidak
benar, maka akan menghasilkan interpretasi yang salah dan menyebabkan
kesalahan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an.
2) Penyimpangan dalam menggunakan bahasa: Bahasa merupakan salah satu
faktor penting dalam memahami Al-Qur'an. Jika seseorang tidak memahami
bahasa Arab dengan baik, maka dapat terjadi kesalahan dalam memahami
makna ayat-ayat Al-Qur'an14.
3) Penyimpangan dalam memahami konteks ayat15: Al-Qur'an harus dipahami
dalam konteksnya yang sesuai dengan waktu dan tempat ayat tersebut
diturunkan. Jika seseorang tidak memahami konteks ayat tersebut, maka
dapat terjadi kesalahan dalam memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an.
4) Penyimpangan dalam memahami makna ayat secara harfiah16: Al-Qur'an
harus dipahami secara keseluruhan, tidak hanya dari satu ayat saja. Jika
12
Faizal Amin, “Metode Tafsir Tahlili: Cara Menjelaskan Al-Qur’an Dari Berbagai Segi Berdasarkan
Susunan Ayat-Ayatnya,” Kalam 11, no. 1 (2017): 235–266,
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/979/1142.
13
M. Syakur Chudlori, “Tafsir Ahkam Dan Kontekstualisasi Hukum Islam,” Al Mashlahah: Jurnal
Hukum dan Pranata Sosial Islam 1, no. 1 (2015): 115–124,
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/114/112.
14
Karim Hafid, “Relevansi Kaidah Bahasa Arab Dalam Memahami Al-Qur’an,” Tafsere 4, no. 2
(2016): 193–205, https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/tafsere/article/view/2772.
15
Ozi Setiadi, “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Tafsir,” E-Journal STAI Al Hidayah
Bogor 1, no. 1 (2014): 1–24, https://core.ac.uk/download/pdf/267897057.pdf.
16
Adib, “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Penafsiran Al-Quran.”
seseorang memahami makna ayat secara harfiah saja, maka dapat terjadi
kesalahan dalam memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an.
5) Penyimpangan dalam memahami nash dan dalil17: Nash dan dalil dalam Al-
Qur'an harus dipahami secara benar dan tepat. Jika seseorang tidak
memahami nash dan dalil dengan benar, maka dapat terjadi kesalahan dalam
memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an.
6) Penyimpangan dalam mengambil kesimpulan: Ketika melakukan tafsir Al-
Qur'an, harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak sembarangan. Jika
seseorang mengambil kesimpulan yang salah, maka akan menghasilkan
interpretasi yang salah dan menyebabkan kesalahan dalam memahami ayat-
ayat Al-Qur'an18.
Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam tafsir
Al-Qur'an, diperlukan ilmu dan keahlian yang memadai serta penggunaan metode
yang benar dan tepat dalam melakukan tafsir Al-Qur'an.
b. Dampak Penyimpangan dalam Tafsir Al-Qur'an
Penyimpangan dalam tafsir al-Qur'an dapat membahayakan masyarakat.
Salah satu dampaknya adalah terjadinya konflik antar kelompok yang berbeda
pemahaman dalam tafsir al-Qur'an. Selain itu, penyimpangan juga dapat memicu
tindakan kekerasan dan terorisme yang dapat membahayakan keselamatan dan
keamanan masyarakat.

Konsep Moderasi Beragama


Moderasi beragama merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan ajaran
agama yang berbasis pada nilai-nilai toleransi, keadilan, dan perdamaian 19. Hal ini
dilakukan dengan cara menjaga keseimbangan antara kepentingan agama dengan
kepentingan masyarakat luas dan menghindari tindakan ekstremisme dalam
menjalankan ajaran agama.

17
Zul Ikromi, “Fiqh Al-Hadits: Perspektif Metodologis Dalam Memahami Hadis Nabi,” Al-Bukhari :
Jurnal Ilmu Hadis 3, no. 1 (2020): 105–129,
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/bukhari/article/view/1534/1043.
18
M.A. Kamal, “Studi Analisis Terhadap Sebab-Sebab Kekeliruan Dalam Penafsiran Al-Quran,”
Manarul Qur’an 19, no. 1 (2019): 58–73,
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/mq/article/view/1602/966.
19
Agus Akhmadi, “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia,” Jurnal Diklat Keagamaan
13, no. 2 (2019): 45–55, https://bdksurabaya.e-journal.id/bdksurabaya/article/download/82/45.
Menurut Nurdin20, konsep moderasi beragama sangat penting dalam
menghadapi tantangan global saat ini yang seringkali menimbulkan konflik antar
agama. Dalam pandangannya, moderasi beragama adalah sebuah solusi yang tepat
untuk menghindari tindakan kekerasan dan radikalisme yang merugikan
masyarakat.
Konsep moderasi dalam beragama merujuk pada sikap tengah atau
seimbang dalam beragama. Konsep ini bertujuan untuk menghindari ekstremisme,
fanatisme, atau intoleransi yang dapat mengancam keamanan dan kedamaian
masyarakat yang multikultural21. Dalam konteks Islam, moderasi dalam beragama
diartikan sebagai sikap yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama, namun tetap
membuka diri terhadap keragaman budaya dan pemikiran. Konsep moderasi
dalam Islam disebut dengan wasatiyyah yang berasal dari kata "wusta" yang
berarti tengah atau seimbang22.
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, "Dan demikianlah Kami
menjadikan kamu umat yang moderat (wasat), supaya kamu menjadi saksi atas
manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu" (QS. Al-Baqarah: 143). Ayat ini
mengajarkan agar umat Islam harus memelihara sikap tengah dalam menjalankan
agama, tidak berlebihan atau mengambil jalan yang ekstrem.
Konsep moderasi dalam beragama juga menekankan pada pentingnya
menjaga kerukunan antarumat beragama23. Hal ini dapat dicapai dengan
menghargai perbedaan dan menjalin hubungan yang baik dengan seluruh umat
manusia. Dalam konteks masyarakat yang multikultural, konsep moderasi dalam
beragama dapat menjadi solusi untuk mengurangi konflik yang dapat timbul
akibat perbedaan agama dan kepercayaan.
Dalam praktiknya, konsep moderasi dalam beragama dapat diwujudkan
dengan cara menyeimbangkan antara ibadah, kehidupan sosial, dan lingkungan.

20
Sutrisno, “Aktualisasi Moderasi Beragama Di Lembaga Pendidikan.”
21
Fauziah Nurdin, “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist,” Jurnal Ilmiah Al-
Mu’ashirah 18, no. 1 (2021): 59,
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/almuashirah/article/view/10525/5842.
22
N Hidayat, “Konsep Wasatiyyah Dalam Tafsir Al-Sya’rawi” (Universitas Islam Negeri Alauddin,
2016), http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1868/%0Ahttp://repositori.uin-alauddin.ac.id/
1868/1/NASRUL HIDAYAT.pdf.
23
Pribadyo Prakosa, “Moderasi Beragama: Praksis Kerukunan Antar Umat Beragama,” Jurnal
Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 4, no. 1 (2022): 45–55,
https://www.ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/69/60.
Selain itu, juga dengan cara mengembangkan pemahaman yang terbuka, toleran,
dan inklusif terhadap perbedaan agama dan budaya. Dengan demikian, konsep
moderasi dalam beragama sangat penting untuk memelihara keamanan,
kedamaian, dan kerukunan antarumat beragama. Melalui sikap tengah dan
seimbang, umat beragama dapat menjalankan agama dengan benar dan
membangun hubungan yang harmonis dengan sesama umat manusia24.
a. Pandangan Para Ahli Terkait dengan Moderasi Beragama
Beberapa ahli juga memberikan pandangan terkait dengan konsep moderasi
beragama. Berikut ini adalah pandangan dari beberapa ahli:
1) Azyumardi Azra
Menurut Azyumardi Azra dalam Putra, dkk (2021) 25, seorang cendekiawan
Muslim, moderasi beragama merupakan sebuah prinsip yang mengedepankan
toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Hal ini dapat membantu dalam
menjaga keamanan dan kedamaian masyarakat.
2) Kuntowijoyo
Kuntowijoyo dalam Lundeto (2022)26, seorang cendekiawan Muslim
Indonesia, berpendapat bahwa moderasi beragama merupakan suatu cara
yang tepat dalam menjalankan ajaran agama dengan menjaga keseimbangan
antara aspek material dan spiritual.
3) M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab dalam Nurhidin (2021)27, seorang ulama besar Indonesia,
menekankan pentingnya memahami agama dengan cara yang benar dan
seimbang. Menurutnya, moderasi beragama adalah suatu konsep yang penting

24
Mufidatul Husna Siregar et al., “Pendidikan, Agama, Sosial Membangun Moderasi Beragama
Melalui Kajian Keislaman Pada Kalangan Generasi Muda Di Desa Bandar Khalipah Dusun IX
Tembung,” Pkm-P 5, no. 2 (2021): 194,
http://pkm.uika-bogor.ac.id/index.php/pkm-p/article/view/986/818.
25
Andika Putra et al., “Pemikiran Islam Wasathiyah Azyumardi Azra Sebagai Jalan Moderasi
Beragama,” Jurnal Riset Agama 1, no. 3 (2021): 212–222,
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jra/article/view/15224/6387.
26
Nasar Lundeto, “Paradigma Islam Profetik (Melacak Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dalam
Pemikiran Kuntowijoyo),” FARABI 19, no. 2 (2022): 106–131,
https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/2961/1610.
27
Edi Nurhidin, “Strategi Implementasi Moderasi Beragama M. Quraish Shihab Dalam
Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Kuttab: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam 5,
no. 2 (2021): 115–129, http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/kuttab/article/view/686.
untuk menghindari tindakan kekerasan dan ekstremisme dalam menjalankan
ajaran agama.
4) Amina Wadud
Menurut Amina Wadud dalam Khoiri (2019)28, seorang cendekiawan Muslim,
penyimpangan dalam tafsir al-Qur'an juga dapat menghasilkan pemahaman
yang keliru tentang Islam. Hal ini dapat memperburuk citra Islam di mata
masyarakat internasional dan mengaburkan ajaran-ajaran damai yang
sebenarnya terdapat dalam al-Qur'an.
Dalam menafsirkan al-Qur'an, seseorang harus memperhatikan konteks dan
pandangan ulama terkemuka. Penyimpangan dalam tafsir al-Qur'an dapat
membahayakan masyarakat dan menghasilkan pemahaman yang keliru tentang
Islam. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran dan pemahaman yang baik tentang
pentingnya memahami al-Qur'an dengan konteks yang tepat dan pandangan ulama
terkemuka untuk menghindari penyimpangan dalam tafsir al-Qur'an.
Penyimpangan mazhab dalam penafsiran Alquran menurut Adib (2017)29
dapat memiliki beberapa implikasi yang signifikan, di antaranya:
1) Kesulitan untuk mencapai pemahaman yang akurat: Penyimpangan mazhab
dapat menyebabkan orang-orang mengalami kesulitan untuk mencapai
pemahaman yang akurat tentang pesan-pesan Alquran. Hal ini dapat terjadi
karena mazhab yang berbeda dapat memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang arti dan makna ayat-ayat Alquran.
2) Konflik dan perpecahan: Penyimpangan mazhab dapat memicu konflik dan
perpecahan antara orang-orang yang berbeda mazhab. Hal ini dapat terjadi
ketika orang-orang yang berbeda mazhab berusaha memaksakan pandangan
mereka sendiri atas orang-orang yang berbeda mazhab.
3) Pemahaman yang sempit: Penyimpangan mazhab dapat menyebabkan
pemahaman yang sempit tentang Alquran. Hal ini dapat terjadi ketika orang-
orang hanya memilih untuk memahami Alquran dari sudut pandang mazhab
mereka sendiri, dan mengabaikan pandangan yang berbeda.

28
Achmad Khoiri, “Moderasi Islam Dan Akulturasi Budaya; Revitalisasi Kemajuan Peradaban Islam
Nusantara,” Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 20, no. 1 (2019): 1–17,
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/4372/2581.
29
Adib, “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Penafsiran Al-Quran.”
4) Pengabaian aspek kontekstual: Penyimpangan mazhab dapat mengabaikan
aspek kontekstual dalam penafsiran Alquran. Hal ini dapat terjadi ketika
orang-orang mengabaikan fakta bahwa Alquran diturunkan dalam konteks
sejarah dan budaya tertentu, dan mencoba menerapkan pesan-pesannya secara
universal.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berusaha untuk memahami
Alquran dengan cara yang akurat dan komprehensif, dan tidak terjebak dalam
pemikiran sempit dari satu mazhab saja. Kita juga harus berusaha untuk
memahami Alquran dalam konteks sejarah dan budaya di mana ia diturunkan, dan
mencoba menggabungkan pandangan dari berbagai mazhab untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif tentang pesan-pesan Alquran.

Implikasi Fanatisme, Penyimpangan, dan Implikasi Mahzab terhadap


Penafsiran Al-quran dalam Moderasi Beragama
Penyimpangan dan fanatisme mazhab dalam penafsiran Al-Quran dapat
memiliki implikasi yang signifikan pada praktik keagamaan seseorang30. Dalam
moderasi beragama, seseorang diharapkan untuk memiliki pemahaman yang
seimbang dan terbuka terhadap variasi interpretasi yang ada dalam agama.
Namun, jika seseorang terlalu terpaku pada satu mazhab atau pendekatan
interpretasi tertentu, ia mungkin mengabaikan atau bahkan menolak pemahaman
yang berbeda, yang dapat mengakibatkan pemisahan antara kelompok dan konflik
antara penganut mazhab yang berbeda31. Selain itu, penyimpangan dari ajaran
agama yang sebenarnya juga dapat terjadi jika seseorang menafsirkan Al-Quran
dengan terlalu sempit dan tidak memperhitungkan konteks historis, sosial, dan
budaya yang relevan.
Dalam moderasi beragama, penting untuk mengakui variasi interpretasi
yang sah dan mempertimbangkan berbagai perspektif dalam membentuk
pemahaman yang komprehensif tentang agama. Dengan mempelajari dan
memahami interpretasi Al-Quran yang beragam, seseorang dapat menghindari
fanatisme mazhab dan meningkatkan kemampuan untuk berdialog dengan orang-
orang dari latar belakang agama yang berbeda.

30
Ibid.
31
Setiadi, “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Tafsir.”
Selain itu, moderasi beragama juga mendorong seseorang untuk
mempraktikkan ajaran agama dengan cara yang seimbang dan terbuka, yang dapat
menghindari penyimpangan dari prinsip-prinsip agama yang sebenarnya. Dengan
mempraktikkan agama dengan moderasi, seseorang dapat mencapai
keseimbangan antara spiritualitas dan praktik keagamaan, dan mampu hidup
dalam harmoni dengan orang lain yang memiliki keyakinan yang berbeda.

Kesimpulan dan Saran


Gerakan fanatisme dan penyimpangan dalam penafsiran Al-Qur'an dapat
mengancam keamanan dan kedamaian masyarakat yang multikultural. Oleh
karena itu, konsep moderasi dalam beragama sangat penting untuk menghindari
ekstremisme dan intoleransi. Dalam konteks Islam, moderasi dalam beragama
dapat diwujudkan dengan menjaga sikap tengah atau seimbang dalam beragama.
Hal ini mengajarkan umat Islam untuk memelihara sikap toleran dan menghargai
perbedaan agama dan budaya.
Implikasi madzhab dalam penafsiran Al-Qur'an dalam konteks moderasi
beragama perlu dilakukan dengan hati-hati dan dengan menggunakan metode
yang benar dan tepat. Madzhab dapat memberikan pandangan khas dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur'an, namun harus diambil dengan pemahaman yang
terbuka dan inklusif terhadap perbedaan pendapat. Dalam kesimpulannya,
moderasi dalam beragama dapat menghindari gerakan fanatisme dan
penyimpangan dalam penafsiran Al-Qur'an, dan juga memelihara keamanan,
kedamaian, dan kerukunan antarumat beragama.
1) Beberapa saran untuk menghindari gerakan fanatisme dan penyimpangan
dalam beragama adalah:
2) Memperdalam pemahaman terhadap agama dan ajaran-ajarannya secara
mendalam dan terbuka terhadap berbagai sudut pandang.
3) Menjaga hubungan baik dengan sesama umat beragama dengan menghargai
perbedaan dan merayakan kesamaan dalam hal nilai-nilai kemanusiaan.
4) Menghindari penyebaran informasi yang tidak valid atau meresahkan, serta
mengevaluasi informasi yang diterima dengan kritis.
5) Menghindari tindakan ekstremisme atau tindakan yang mengancam
keselamatan masyarakat, seperti tindakan terorisme atau kekerasan atas nama
agama.
Dalam konteks tafsir Al-Qur'an, implikasi madzhab dapat menghambat
pemahaman yang holistik dan menyebabkan pemahaman yang sempit atau
terbatas pada pandangan tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang
terbuka terhadap berbagai pandangan dan pendekatan dalam memahami Al-
Qur'an. Saran untuk menghindari implikasi madzhab yang negatif dalam
penafsiran Al-Qur'an adalah:
1) Mengembangkan pemahaman yang holistik dan menyeluruh terhadap Al-
Qur'an dengan mempelajari berbagai sumber tafsir dan pandangan dari
berbagai ulama dan madzhab.
2) Mempertimbangkan konteks sejarah dan sosial saat ayat-ayat Al-Qur'an
diturunkan dan memperhatikan makna dan tujuan di balik ayat-ayat tersebut.
3) Membatasi penggunaan pendekatan madzhab dalam tafsir Al-Qur'an dan
memperluas pandangan dengan memperhatikan perspektif dari berbagai
ulama dan madzhab.
Dengan demikian, untuk menerapkan konsep moderasi dalam beragama,
diperlukan sikap terbuka, toleran, dan menghargai perbedaan dalam pemahaman
agama dan penafsiran Al-Qur'an. Dalam praktiknya, ini dapat dilakukan dengan
menghindari gerakan fanatisme dan penyimpangan dalam beragama serta
memperluas pandangan dalam memahami ajaran-ajaran agama.

Daftar Pustaka

Adib, Noblana. “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Penafsiran Al-


Quran.” Mawa’Izh: Jurnal Dakwah Dan Pengembangan Sosial
Kemanusiaan 8, no. 1 (2017): 1–30.
https://lp2msasbabel.ac.id/jurnal/index.php/maw/article/view/694/121.

Adlini, Miza Nina, Anisya Hanifa Dinda, Sarah Yulinda, Octavia Chotimah, and
Sauda Julia Merliyana. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka.”
Edumaspul: Jurnal Pendidikan 6, no. 1 (2022): 974–980.
https://ummaspul.e-journal.id/maspuljr/article/view/3394/1177.

Akhmadi, Agus. “Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia.” Jurnal


Diklat Keagamaan 13, no. 2 (2019): 45–55. https://bdksurabaya.e-
journal.id/bdksurabaya/article/download/82/45.

Amin, Faizal. “Metode Tafsir Tahlili: Cara Menjelaskan Al-Qur’an Dari Berbagai
Segi Berdasarkan Susunan Ayat-Ayatnya.” Kalam 11, no. 1 (2017): 235–
266. http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/KALAM/article/view/
979/1142.

Chudlori, M. Syakur. “Tafsir Ahkam Dan Kontekstualisasi Hukum Islam.” Al


Mashlahah: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial Islam 1, no. 1 (2015): 115–
124. https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/
114/112.

Hafid, Karim. “Relevansi Kaidah Bahasa Arab Dalam Memahami Al-Qur’an.”


Tafsere 4, no. 2 (2016): 193–205.
https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/tafsere/article/view/2772.

Hidayat, N. “Konsep Wasatiyyah Dalam Tafsir Al-Sya’rawi.” Universitas Islam


Negeri Alauddin, 2016.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1868/%0Ahttp://repositori.uin-
alauddin.ac.id/1868/1/NASRUL HIDAYAT.pdf.

Ikromi, Zul. “Fiqh Al-Hadits: Perspektif Metodologis Dalam Memahami Hadis


Nabi.” Al-Bukhari : Jurnal Ilmu Hadis 3, no. 1 (2020): 105–129.
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/bukhari/article/view/1534/1043.

Juhro, Siti. “Program Studi S1 Fakultas Ushuluddin Prodi Tafsir Hadits Institut
Ilmu Alqur ’ an (Iiq) Jakarta 2015 M / 1436 H.” Institut Ilmu Al-quran, 2015.
http://112.78.185.236/bitstream/123456789/642/1/11210045.pdf.

Kamal, M.A. “Studi Analisis Terhadap Sebab-Sebab Kekeliruan Dalam


Penafsiran Al-Quran.” Manarul Qur’an 19, no. 1 (2019): 58–73.
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/mq/article/view/1602/966.

Khairuzzaman, M Qadafi. “Hadits Maudhu Dan Akibatnya.” Alhiwar Jurnal Ilmu


dan Teknik Dakwah 4, no. 1 (2016): 64–75.
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/alhiwar/article/view/1214/922.

Khoiri, Achmad. “Moderasi Islam Dan Akulturasi Budaya; Revitalisasi Kemajuan


Peradaban Islam Nusantara.” Islamadina : Jurnal Pemikiran Islam 20, no. 1
(2019): 1–17.
https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/
4372/2581.

Lundeto, Nasar. “Paradigma Islam Profetik (Melacak Nilai-Nilai Moderasi


Beragama Dalam Pemikiran Kuntowijoyo).” FARABI 19, no. 2 (2022): 106–
131. https://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa/article/view/2961/1610.

Nurdin, Fauziah. “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an Dan Hadist.” Jurnal


Ilmiah Al-Mu’ashirah 18, no. 1 (2021): 59.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/almuashirah/article/view/10525/5842.
Nurhidin, Edi. “Strategi Implementasi Moderasi Beragama M. Quraish Shihab
Dalam Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Kuttab:
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam 5, no. 2 (2021): 115–129.
http://journalfai.unisla.ac.id/index.php/kuttab/article/view/686.

Nurish, Amanah. “Dari Fanatisme Ke Ekstremisme: Ilusi, Kecemasan, Dan


Tindakan Kekerasan.” Jurnal Masyarakat dan Budaya 21, no. 1 (2019): 31–
40. https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/829/456.

Prakosa, Pribadyo. “Moderasi Beragama: Praksis Kerukunan Antar Umat


Beragama.” Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH) 4, no. 1
(2022): 45–55. https://www.ojs-jireh.org/index.php/jireh/article/view/69/60.

Putra, Andika, Atun Homsatun, Jamhari Jamhari, Mefta Setiani, and Nurhidayah
Nurhidayah. “Pemikiran Islam Wasathiyah Azyumardi Azra Sebagai Jalan
Moderasi Beragama.” Jurnal Riset Agama 1, no. 3 (2021): 212–222.
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jra/article/view/15224/6387.

Rafnida. “Pemahaman Kelompok Jihadis Indonesia Terhadap Ayat-Ayat Jihad.”


Universitas Islam Negeri SulthanThaha Saifuddin, 2022.
http://repository.uinjambi.ac.id/9479/1/301171168 Pemahaman Kelompok
Jihadis Indonesia terhadap Ayat-Ayat Jihad.pdf.

Rofiqoh, Maulidatur. “Fanatisme Mazhab Dalam Penafsiran (Studi Tafsir


Sektarian Atas Ayat Ahkam Dalam Tafsir Ahkam Al-Quran Karya Al-Kiya
Al-Harrasi).” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2020.
https://core.ac.uk/download/pdf/343201044.pdf.

Setiadi, Ozi. “Faktor-Faktor Penyebab Penyimpangan Dalam Tafsir.” E-Journal


STAI Al Hidayah Bogor 1, no. 1 (2014): 1–24.
https://core.ac.uk/download/pdf/267897057.pdf.

Shihab, M. Quraish. “Islam Yang Saya Pahami : Keragaman Itu Rahmat - M


Quraish Shihab - Google Books.” Lentera Hati Group. Last modified 2018.
Accessed March 11, 2023. https://books.google.co.id/books?
id=qn_ZDwAAQBAJ&source=gbs_slider_cls_metadata_7_mylibrary.

Siregar, Mufidatul Husna, Desti Ramadayanti, Fauzi Arif Lubis, and Muhammad
Ardiansyah. “Pendidikan, Agama, Sosial Membangun Moderasi Beragama
Melalui Kajian Keislaman Pada Kalangan Generasi Muda Di Desa Bandar
Khalipah Dusun IX Tembung.” Pkm-P 5, no. 2 (2021): 194. http://pkm.uika-
bogor.ac.id/index.php/pkm-p/article/view/986/818.

Sutrisno, Edy. “Aktualisasi Moderasi Beragama Di Lembaga Pendidikan.” Jurnal


Bimas Islam 12, no. 2 (2019): 323–348.
https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/113/74.

Wasim, Arif Al. “Fanatisme Mazhab Dan Implikasinya Terhadap Penafsiran Al-
Qur’an.” Syariati : Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hukum IV, no. 01 (2018):
13–22.

Anda mungkin juga menyukai