Anda di halaman 1dari 14

B.

Studi Kritis Terhadap Aliran


Tarekat
Berikut ini terdapat beberapa studi
kritis terhadap aliran tarekat,
yaitu:
1. Kritik Wahabisme Terhadap
Aliran Tarekat
Sejak munculnya gerakan
pembaharuan Islam yang diilhami
oleh gerakan Wahabisme dari
timur
pada awal abad ke- 20, aliran
keagamaan yang cendrung sufistik
termasuk tarekat dalam islam
terus terpojokan pada posisi
yang kurang menguntungkan.
Aliran ini dipandang
bertentangan
dengan semangat pembeharuan
yang cendrung mondernis dan
bahkan terkesan revolusioner
B. Studi Kritis Terhadap Aliran
Tarekat
Berikut ini terdapat beberapa studi
kritis terhadap aliran tarekat,
yaitu:
1. Kritik Wahabisme Terhadap
Aliran Tarekat
Sejak munculnya gerakan
pembaharuan Islam yang diilhami
oleh gerakan Wahabisme dari
timur
pada awal abad ke- 20, aliran
keagamaan yang cendrung sufistik
termasuk tarekat dalam islam
terus terpojokan pada posisi
yang kurang menguntungkan.
Aliran ini dipandang
bertentangan
dengan semangat pembeharuan
yang cendrung mondernis dan
bahkan terkesan revolusioner
Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat

Berikut ini terdapat beberapa studi kritis terhadap aliran tarekat yaitu :

1. Kritik Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat

Sejak bemunculnya gerakan pembaharuan Islam yang ditunjukkan oleh gerakan


Whabisme dari timur pada awal ke – 20, aliran keagamaan yang cenderung sufistik
termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan pada posisi yang kurang menguntungkan.
Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembaharuan yang cenderung
mondernis (modern) dan bahkan terkesan revolusioner (berubah).

Sufisme dan tarekat mulai dipojokan. Setidak-tidaknya atas tiga tuduhan :


o 1. Karena watak yan dianggap terlalu longgar pada ajaran keagamaan yang dinilai
palsu . para pengamat aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi ajaran secara
teologis dapat mengotori kemurnianajaran ibadah umat islam.
o 2. Sikap pembawaanya cenderung mengingkari dunia berikut segala dimensi
dunia dan akhirat .
o 3. Paham keagamaan ini lebih jauh dinilai telah merusak umat islam karena watak
yang tidak berpihak pada dimensi intelektualisme dan tardisionalisme yang
dibutuhkan. Terutama membangun berbagai kemajuan dikalangan umat islam .

Gerakan pembaharuan memperoleh sambutan umat yang cukup antusias. Hamper separo
abad terakhir. Umat islam digiring untuk beranjak dari satu titik kehidupan yang
diselimuti kecenderungan serba sufistik ketimuran ke titik kehidupan lain yang
rasionalistis itu merupakan dua titik ekstrim yang mustahil bisa bertemu, dengan alas an
inilah, tarekat kemudian terpojokan pada satu posisi yang kurang menguntungkan ,
khususnya bagi perjalanan sejarah berkembangnya.

2. Kritik Tiga Organisasi Sosial Keagamaan Di Indonesia.

Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai gerakan pembaharuan islam, yang


ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi social keagamaan yang dilatarbelakangi
semagat modernism. Penghujatan terhdapa tarekat dan tasawwuf gencar dilaksanakan.
Muhammadiyah, persatuab islam (persis) , dan nahdlatul umalam (NU) . Adalah tiga
diantara organisasi islam yang mensponsori gerakan tersebut. Sebagai orgsnisasi puritan
yang berslogan “memurnikan” kembali ajaran islam dalam semanagt kembali kepada Al-
Qur’an dan AsSunnah , ketiga organisasi masa isla itu mengeluarkan kritik terhadap
keberadaan tarekat dan tasawuf walaupun variasi kritiikan yang berbeda.

Pengikut Persatuan Islam ( Persis ), umpamanya, adalah kelompok masyarakat muslim


yang relatif paling keras mendeteksi keberadaan tasawuf dan tarekat. Mereka mengklaim
bahwa kedua ibadah tersebut merupakan bukti penyimpangan dari ajaran islam yang
dicontohkan Nabi Muhammad.
Sedangkan Muhammadiyah menganggap tasawuf dan tarekat sebagai penghalang bagi
kemajuan umat islam, terutama dalam ikhtiar mengejar ketertinggalanya dari umat lain.
Menurutnya, kontemplasi dapat menyebabkan seorang pengikut tarekat menjadi lemah
dalam berusaha dan beramal saleh.

Bagi Pengiku Nahdlotul Uama ( NU), tarekat itu tidak semuanya buruk, ada yang
Mu'tabarah, ada yang Ghaeru mu'tabarah, ada yang sesuai dengan sunnah Nabi
Muhammad, ada pula yang sesat.

3. Kritik Dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia

Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan Islam, tasawuf dan tarekat yang diabut
umat islam mempunyai landasan pemikiran yang bercorak pantaesis, yaitu corak
pemikiran yang memandang Tuhan berada di setiap benda di alam ini. Semua aliran
tasawuf dan tarekat melarang wihdatul al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.'. Inti ajaran semua
bersifat panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat monisme,
yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa Tuhan dan alam adalah satu. kemudian beliau
juga nengatakan bahwa secara historis, monisme, dan panteisme merupakan esensi dari
ajaran agama Hindu. Dalam kitab agama Hindu, Rig Weda,disebut dengan jelas bahwa
Tuhan menjelma dalam berbagai bentuk kehidupan di bumi dan langit, baik dalam bentuk
benda-benda yang ada di sekitar manusia, maupun yang terdapat pada diri manusianya
sendiri.

Lebih tegas lagi, para aktifis ormas islam modernis ini mengatakan bahwa “ istilah-istilah
yang digunakan dalam tarekat dan tasawuf seperti : syariat, tarikat, hakikat, dan ma'riat,
sama sekali tidak berdasarkan pada dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) yang
kokoh. bahkan metode khalawat dan zikir dibatasi oleh suatu bilangan tertentu hingga
mencapai ekstase pun tidak pernah ada ketentuan dalam ajaran islam.

Pandangan Abdul Razak, salah seorang tokoh muda Nahdlotul Ulama, beberapa ajaran
tarekat yang dianggap menyimpang, antara lain : adanya kultus yang berlebihan kepada
seorang mursid. mereka para penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang
wali yang melebihi kesuciannya Rosulullah. mungkin hal itu menarik dari budaya yang
sering mengagungkan orang-orang sakti dan ini biasanya muncul di Indonesia dari
kalangan pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga memandang
masalah taklid sebagai suatu sikap menerima apa adanya tanpa sikap yang kritis terhadap
ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan dia. Sebab talkid dalam ajaran islam
sangat dilarang selama orang itu mampu menelusuri kebenaran suatu agama.
Tersebarnya legenda tentang kehebatan Syekh serta karamah-nya menjadi keyakinan
para jamaah tarekat, mereka juga berkeyakinan bahwa syekh lebih mulia dari sahabat-
sahabat Rosulullah.

Menurut KH Hasyim Asy'ari, dalam buku (Ilmu Tasawuf Hal. 400-401 pengantar: Prof.
Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA) mengenai tradisi tarekat ada prilaku yang menyimpang
dari syariat Islam, misalnya beliau tidak suka di hormati secara berlebihan sehingga
mengakibatkan pengkultusan individu terhadapnya, biasa dihubungkan terekat, yang di
tunjukan kepada seorang mursyid yang dianggap mampu menghubungkan manusia
dengan tuhan, mengakibatkan munculnya bahwa seorang guru tarekat orang kramat yang
jauh dari kesesatan. Dalam masalah tarekat beliau sangat membeli mengenai pemberian
predikat wali kepada mursyid beliau sangat berperang dan tidak pernah mengenal
kompromi, pernyataan berikut “ Wali tidak akan memperagakan diri meskipun terpaksa
membeli diri mereka “ barang siapa yang mengaku dirinya wali tetapi tanpa bersaksi
mengikuti syariat Rosul, orang tersebut adalah pendusta yang membuat perkara tentang
Allah.
Pemikiran Hasyim tentang tarekat sangat moderat. Ia tidak segan-segan mengkritik
tarekat yang pengamalanya menyalahi prinsif ajaran tasawuf itu sendiri. misalnya,
memberikan otoritas yang berlebihan kepada mursyid. Sejalan dengan itu, kitab Ad-
Durar Al-Muntasyirah ditulis untuk meluruskan prinsip tasawuf atau tarekat yang
menyimpang.

Menurut Hasyim, dengan mungutip pendapat Suhrawardi “Jalan kaum sufi adalah
membersihkan jiwa; menjaga nafsu, serta melepaskan diri dari berbagai bentuk sifat
buruk, seperti ujub, takabbur, riya, dan hub ad-dunya. Selain itu menjalin budi pekerti
yang bersifat kerohanian, seperti ikhlas, tawadhu ( rendah hati ), tawakkal (bersandar dan
percaya kepada tuhan), memperkenankan hati kepada orang lain dan setiap kewajiban
( ridha), serta memperoleh ma'rifat dari Allah.”
Hasyim merupakan sufi yang moderat. Ia memang pengikut tasawuf, tetapi berterima
kasih kritis dalam beberapa hal. Ia berharap tasawuf dapat tetap berjalan sesuai dengan
syariat dan pokok-pokok nilai ajaran islam.

Demikianlah kritik-kritik terhadap ajaran tarekat yang dianggap bertentangan dan


menyalahi ajaran Islam . Bagaimanapun harus diakui pengamalan agama harus sesuai
dengan sumber aslinya, yaitu Alquran dan hadis.
Rasulullah pernah :
“ Aku tinggalkan atas dua masalah. Engkau tidak akan sesat selamanya jika engkau
bersandar pada dua perkara tersebut, yaitu Alquran dan aunnah Nabi-Nya.” (HR. Al-
Hakim).

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan diata, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah :
Studi kritis terhadap aliran-aliran tarekat yang berkembang hingga sekarang ada 3 yaitu kritik
wahabisme , kritik tiga organisasi social keagamaan di Indonesia, dan kritik dari toko-tokoh
organisasi islam di Indonesia .

7
Sufisme dan tarekat mulai
dipojokan, setidak-tidaknya atas
tiga tuduhan : Pertama, karena
watak
yang dianggap terlalu longgar
pada ajaran ajaran keagamaan
yang dinilai palsu. Para penganut
aliran ini dinilai banyak
melakukan kompromi ajaran
secara teologis dapat mengotori
kemiurnian
ajaran ibadah umat islam. Kedua,
sikap pembawanya cendrung
mengingkari dunia berikut segala
symbol kehidupanya. Mereka
dianggap melakukan perlakuan
yang tidak seimbang antara
dimensi dunia dan akhirat. Ketiga,
paham keagamaan ini lebih jauh
dinilai telah merusak umat
islam karena watak yang tidak
berpihak pada dimensi
Intelektualisme dan
tradisionalisme yang
dibutuhkan, terutama dalam
membangun bebagai kemajuan
dikalangan umat Islam.
Gerakan pembaharuan
memperoleh sambutan umat yang
cukup antusias. Hampir separo
abad
terakhir, umat islam digiring
untuk beranjak dari satu titik
kehidupan yang diselimuti
kecendrungan serba sufistik
ketimuran ke titik kehidupan lain
yang serta rasionalistis kebarat-
baratan. Seolah olah semangat
sufisitik dan rasionalistik itu
merupakan dua titik ekstrim yang
mustahil bias bertemu. dengan
alas an inilah, tarekat kemudian
terpojokan pada satu posisi yang
kurang menguntungkan,
khususnya bagi perjlanan sejarah
berkembangnya.
7
Sufisme dan tarekat mulai
dipojokan, setidak-tidaknya atas
tiga tuduhan : Pertama, karena
watak
yang dianggap terlalu longgar
pada ajaran ajaran keagamaan
yang dinilai palsu. Para penganut
aliran ini dinilai banyak
melakukan kompromi ajaran
secara teologis dapat mengotori
kemiurnian
ajaran ibadah umat islam. Kedua,
sikap pembawanya cendrung
mengingkari dunia berikut segala
symbol kehidupanya. Mereka
dianggap melakukan perlakuan
yang tidak seimbang antara
dimensi dunia dan akhirat. Ketiga,
paham keagamaan ini lebih jauh
dinilai telah merusak umat
islam karena watak yang tidak
berpihak pada dimensi
Intelektualisme dan
tradisionalisme yang
dibutuhkan, terutama dalam
membangun bebagai kemajuan
dikalangan umat Islam.
Gerakan pembaharuan
memperoleh sambutan umat yang
cukup antusias. Hampir separo
abad
terakhir, umat islam digiring
untuk beranjak dari satu titik
kehidupan yang diselimuti
kecendrungan serba sufistik
ketimuran ke titik kehidupan lain
yang serta rasionalistis kebarat-
baratan. Seolah olah semangat
sufisitik dan rasionalistik itu
merupakan dua titik ekstrim yang
mustahil bias bertemu. dengan
alas an inilah, tarekat kemudian
terpojokan pada satu posisi yang
kurang menguntungkan,
khususnya bagi perjlanan sejarah
berkembangnya.
B. Studi Kritis Terhadap Aliran
Tarekat
Berikut ini terdapat beberapa studi
kritis terhadap aliran tarekat,
yaitu:
1. Kritik Wahabisme Terhadap
Aliran Tarekat
Sejak munculnya gerakan
pembaharuan Islam yang diilhami
oleh gerakan Wahabisme dari
timur
pada awal abad ke- 20, aliran
keagamaan yang cendrung sufistik
termasuk tarekat dalam islam
terus terpojokan pada posisi
yang kurang menguntungkan.
Aliran ini dipandang
bertentangan
dengan semangat pembeharuan
yang cendrung mondernis dan
bahkan terkesan revolusioner

Anda mungkin juga menyukai