Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERTEMUAN 3

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (SESI 1134)

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD AZHARI RAMBE

19086378

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
A. Perubahan Kebudayaan Dan Penyebabnya

Perubahan kebudayaan adalah suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
dari cara cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, perubahan kebudayaan
terjadi sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Tidak ada dukungan dari
masyarakat, maka tidak akan ada perubahan, baik itu ke arah positif atau negatif. Selama
hidupnya, setiap manusia (masyarakat dalam arti luas) pasti mengalami perubahanperubahan.
Apabila misalnya dihubungan dengan definisi kebudayaan yang dipaparkan oleh Taylor
seperti yang sudah saya posting sebelumnya, dimana kebudayaan adalah suatu kompleks
yang meliputi unsur-unsur seperti pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka
perubahan itu bisa terjadi melalui unsur-unsur kebudayaan tersebut baik untuk individu atau
masyarakat, baik terjadi secara lambat atau cepat.

Sebagai contoh, Si A atau masyarakat A, pada tahun 1994 sangat buta sekali dengan
dunia internet. Namun, di tahun 2015 ini hampir 90% masyarakat A sedikit banyak tahu apa
itu internet, manfaat dan mudharatnya. Berdasarkan contoh ini, maka masyarakat A
mengalami perubahan kebudayaan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sedikit
gambaran dan contoh di atas, bentuk-bentuk perubahan kebudayaan antara lain:

1. Perubahan yang terjadi secara lambat atau dalam istilah lainnya terkenal dengan
sebutan Evolusi. Contoh misalnya adalah evolusi peralatan pada zaman Batu Tua. Di
zaman Batu Tua, peralatan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk bertahan
hidup, begitu lama bertahan hingga ribuan tahun. Atau kalau di Indonesia adalah
pada masa Kemerdekaan, setelah dijajah selama beratus tahun.
2. Perubahan yang terjadi secara cepat atau dalam istilah ilmiahnya disebut Revolusi.
Salah satu contoh adalah Revolusi Industri
3. Perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh kecil. Contoh mode pakaian, tata
rambut dan sebagainya. Kecil disini mengandung arti bahwa, perubahan itu hanya
terjadi bagi sebagian orang saja, tidak menyeluruh.
4. Perubahan yang pengaruhnya besar, misalnya proses industrialisasi masyarakat
agraris, atau untuk lebih gampangnya saya contohkan dengan adanya listrik, telepon,
televisi dan lain sebagainya.
5. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki. Misalnya, dalam arti luas bisa
dicontohkan dengan adanya Repelita yang pernah dijalankan pada masa Orde Baru.
Dan dalam arti sempit, bisa dicontohkan ketika seseorang merencanakan pernikahan.
Tentu setelah nikah, ada perubahan yang terjadi di antara pasangan nikah tersebut
6. Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan. Contohnya gaya fashion
yang kebaratkebaratan dengan mengumbar aurat secara vulgar di depan umum yang
bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.

Penyebab perubahan budaya bisa berasal dari faktor internal dan eksternal. Berikut
adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan budaya:
1. Kontak antarbudaya: Ketika dua atau lebih budaya saling berinteraksi dan berkontak
satu sama lain, perubahan budaya dapat terjadi. Proses ini disebut akulturasi, di
mana unsur-unsur budaya dari satu kelompok diadopsi oleh kelompok lain.
Misalnya, melalui perdagangan, migrasi, atau kolonisasi, suatu budaya dapat
mempengaruhi budaya lainnya.
2. Perubahan demografis: Perubahan dalam komposisi demografis suatu masyarakat
dapat mempengaruhi budayanya. Misalnya, migrasi besar-besaran atau pertumbuhan
populasi yang cepat dapat membawa masuk pengaruh budaya baru dan
menyebabkan perubahan dalam sistem nilai dan praktik.
3. Perkembangan teknologi: Kemajuan dalam teknologi, seperti internet, media sosial,
transportasi, dan komunikasi, dapat mempengaruhi budaya dengan membuka akses
terhadap ide-ide, informasi, dan pengalaman baru. Teknologi juga dapat mengubah
cara masyarakat berkomunikasi, bekerja, dan hidup, sehingga mempengaruhi praktik
budaya.
4. Perubahan sosial dan politik: Perubahan dalam struktur sosial dan politik suatu
masyarakat dapat mempengaruhi budaya. Misalnya, perubahan dalam sistem
pemerintahan, pergeseran kekuasaan, atau gerakan sosial dapat memicu perubahan
nilai-nilai dan praktik budaya yang sebelumnya dominan.
5. Globalisasi: Globalisasi adalah proses integrasi ekonomi, politik, dan budaya yang
menghubungkan masyarakat di seluruh dunia. Melalui globalisasi, ide, produk, dan
praktik budaya dapat menyebar dengan cepat di antara berbagai negara dan
kelompok. Hal ini dapat menyebabkan adopsi dan adaptasi budaya baru serta
pergeseran dalam praktik budaya tradisional.
6. Perubahan lingkungan: Perubahan lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi
budaya. Misalnya, perubahan iklim atau bencana alam dapat memaksa masyarakat
untuk mengubah cara hidup, mengembangkan strategi baru, atau mengadopsi
budaya yang lebih sesuai dengan kondisi baru.

Perubahan budaya adalah proses yang kompleks dan terjadi secara dinamis. Faktor-
faktor di atas saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam membentuk perubahan
budaya. Penting untuk diingat bahwa perubahan budaya bisa bersifat positif atau negatif,
tergantung pada konteksnya dan bagaimana masyarakat menghadapinya.

B. Mengidentifikasi Kebudayaan Batak pada Unsur Religi

Suku Batak pada umumnya berdomisili di daerah Tapanuli, Sumatera Utara. Suku Batak
terbagi atas 5 kategori, yaitu Karo, Pakpak, Toba, Simalungun, Mandailing dan Angkola.
Sebagian besar orang Batak menganut agama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam.
Tetapi ada pula warga suku Batak yang menganut agama Malim (pengikutnya disebut
Parmalim) dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu). Kini
jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.

Sebelum suku Batak menganut agama-agama yang global, mereka mempunyai sistem
kepercayaan dan religi tentang Mula jadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan
pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku
Batak mengenal tiga konsep, yaitu:

1. Tondi : adalah jiwa atau rohs eseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu
tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam
kandungan. Bila tondi meninggalkan badans eseorang, maka orang tersebut akan sakit
atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi daris ombaon
yang menawannya.
2. Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang
memiliki tondi, tetapi tidaks emua orang memiliki sahala.Sahala sama dengan
sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
3. Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan
tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam.

Suku Batak awalnya mempraktikkan agama tradisional yang dikenal sebagai kepercayaan
Parmalim. Namun, seiring masuknya agama-agama seperti Kristen Protestan dan Katolik,
banyak anggota suku Batak yang telah beralih ke agama-agama tersebut. Hal ini telah
mengubah sistem kepercayaan dan praktik keagamaan di kalangan suku Batak.

Demikianlah religi dan kepercayaan suku Batak yang terdapat dalam pustaka. Walaupun
sudah menganut agama Kristen dan berpendidikan tinggi, namun orang Batak belum mau
meninggalkan religi dan kepercayaan yang sudah tertanam di dalam hati sanubari mereka.

Anda mungkin juga menyukai