Anda di halaman 1dari 3

SEPULUH TUSUK SATE

Rayhan Dzaky Delmora

Hari ini, Ardi membuka celengannya. Lalu la menghadap Ibu dengan wajah ceria,
“Uangnya sudah cukup, Bu!” ujar Ardi, Ya, ia sudah menghitung uangnya. Cukup
Untuk membeli sepuluh tusuk sate. Nanti, ia akan melahapnya sendirian di bawah
pohon jambu. Sendirian? Iya, sendirian saja. Tidak boleh ada yang minta, soalnya Ardi
beli pakai uang sendiri. “Sepuluh tusuk sate, harganya tigabelas ribu,
Kan, Bu?”tanya Ardi.
Ibu mengangguk. “Kalau kamu mau sate yang lebih banyak, Ibu bisa belikan daging
ayam. Kamu bisa dapat dua puluh tusuk sate.”
“Ibu bisa buat bumbu seenak Mang Udi, tidak?” “Ibu dulu pernah diajari Nenek
membuat bumbu sate! Dijamin enak! Ibu tersenyum. “Aku maul” Ardi melompat girang:
“Jadi dua puluh
Tusuk sate, ya, Bu!”
Ibu tersenyum geli.
Hari ini, Ardi menyiapkan semua peralatan ke halaman belakang, di
Bawah pohon jambu
Sudah lima kali ini Ardi menggambar sepuluh tusuk Ssate. Gambar itu la warna dan
pandangi. Gambar sepuluh tusuk sate di atas piring, di sampingnya ada botol kecap
bergambar burung kenari
Tabungan sudah cukup?” tanya Kak Bondan. Ardi menggelengkan kepalanya.
Tabungannya baru sedikit. Belum cukup untuk dibelikan sepuluh tusuk
Sate ayam yang diidam-idamkan Ardi. Ardi ingin sendiri, dan... “Kakak, sih, tidak suka
sate!” kata Kak
Bondan. “Tapi kalau dikasih gratis, ya, mau
Juga...ledeknya sambil tertawa.
Ardi melotot pada kakaknya.
“Kamu bikin sendiri saja, sepuluh tusuk sate!” usul Amran, teman Ardi. “Kamu tinggal
beli tusuk satenya. Beli daging ayam, lalu potong kecil-kecil. Masukkan daging ayam ke
tusuk sate, lalu dibakar, deh!”
Ah, tetapi itu susah juga, menurut Ardi. Ardi ingin sekali makan sate buatan Mang Udi.
Menurut Ardi, sate Mang Udi itu enak sekali rasanya, Bumbunya mantap. Apalagi,
sambel kecapnya yang terdin dari irisan bawang merah, tomat, dan cabe rawit.
Kak Bondan datang membawa arang. Kak Bondan bilang, ia juga mau sate. Cukup lima
tusuk
Ardi memberikan semua uang tabungannya pada Ibu Ternyata Ibu menambah uang
Ardi, dan membeli
Satu ekor ayam besar. Ibu juga membeli tusuk sate. Ibu mengangguk dan menyiapkan
tempat
Tomat, bawang, dan cabai. “Ini bisa jadi banyak. Bu?” tanya Ard
Pembakaran sate yang sudah diisi arang. Kak Bondan sudah siap dengan kipasnya. “Aku
akan menghabiskan dua puluh tusuk satel kata Ardi sambil menelan ludah,
Ibu tersenyum. “Apa enak makan sate sendiri?”
Ardi tersenyum sambil berpikir. Lalu ia mengangguk “Perutku kuat, kok, Bu Ketika
sedang asyik membakar sate bersama Kak Bondan, Ardi mendengar suara-suara muncul
dari balik
Tembok. Ardi melihat kepala-kepala yang bermunculan.
Ternyata teman-teman Ardi. Mereka tertawa geli.
“He he.... harum sate kamu sampai ke empang
Tempat kami main,” ujar Laila. “Iyat Bikin aku lapar.... Bimo meringis.
Ardi memandang ibu.
“Ada tiga puluh tusuk sate,” ujar ibu. “Ibu juga memasak cukup banyak nasi. Ada... Ardi
memandangi teman-temannya. Mereka teman- teman baiknya. Mereka sering bermain
dan tertawa
Bersama. “Kalian boleh ikut makan sate. Tapi jangan banyak
Banyak ya.... ujar Ardi sambil membuka pintu halaman
Belakangnya.
Teman-temannya bersorak Sore itu, Ardi makan sate bersama teman-temannya.
Bukan sepuluh tusuk sate, tetapi hanya lima tusuk, Lima
Tusuk disimpan juga untuk Ayah.
“Enak?” tanya Ibu pada Ardi. Ardi mengangguk sambil tersenyum, “Kapan-kapan,
Teman-teman mau patungan bikin sate ayam. Mereka minta ibu yang buat sate dan
bumbunya. Ibu mau, kan?”
Ibu mengangguk.
Sepuluh tusuk sate dimakan sendiri, pasti kurang
Nikmat. Namun lima tusuk sate yang dimakan bersama
Teman baik, pasti akan terasa lebih lezat. Ibu bersyukur,
Ardi mulai tahu akan hal itu.”

Anda mungkin juga menyukai