Anda di halaman 1dari 3

1.

Kepemimpinan dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang mulai dari teori klasik,
teori kontingensi, sampai ke teori transformasional. Kepemimpinan dapat dikaji sebagai
suatu proses sosial yang terjadi di antara sekelompk orang. Kepemimpinan muncul dalam
hubungan sosial jadi bukan tergantung pada satu orang/pihak saja, tetapi bagaimana
sekelompok orang bekerja sama untuk membuat situasi yang mereka hadapi menjadi
bermakna dan proses yang demikian terjadi secara terus menerus. Dalam teori organisasi
kepemimpinan dibedakan dengan pengelolaan/ manajemen; kepemimpinan melekat pada
pemimpin dan pengelolaan/ manejemen melekat pada manajer. Pemimpin memiliki
gambaran pandangan ke depan yang menjadi inspirasi bagi setiap orang dalam organisasi
sedangkan manajer berurusan dengan proses/kegiatan sehari-hari organisasi.
Dilihat dari bidang tugasnya, pemimpin berhadapan dan berurusan dengan orang-orang di
dalam organisasi, sedangkan manajer menghadapi tugas-tugas operasional yang harus
dilaksanakan. Kemampuan memimpin dan kemampuan mengelola perlu dimiliki oleh
seorang atasan untuk dapat berhasil mencapai tujuan organisasi atau tujuan
kelompok/unit kerjanya. Dalam saat tertentu ia perlu bertindak sebagai pemimpin
sehingga kemampuan memimpinya lebih diperlukan dan pada kesempatan lain ia
bertindak sebagai manajer sehingga kemampuan manejerialnya yang diutamakan. Sejalan
dengan perkembangan teori organisasi dan manajemen, teori kepemimpinan pun
berkembang. Kedudukan, tugas, dan fungsi pemimpin pemimpin disesuaikan dengan
jenis, budaya, serta iklim organisasi. Secara garis besar, kepemimpinan yang dianut
sebelum berkembangnya organisasi belajar dianggap sebagai kepemimpinan teradisional
yang menganggap pemimpin sebagai seseorang yang istimewa dan berfungsi untuk
menentukan arah organisasi, membuat keputusan-keputusan penting, memberikan
kekuatan dan motivasi kepada semua anggota organisasi sehingga keluar dari pandangan
yang sempit menjadi berwawasan yang luas. Kepemimpinan diidentifikasi menurut pola
dan gaya yang diterapkan sampai dengan yang disebut kepemimpinan situasional/
kontingensi dan belakangan ini dikenal pula kepemimpinan bersama (shared leadership).
Definisi-definisi kepemimpinan efektif mengandung kata-kata kunci seperti maksud,
harapan, inspirasi, pengaruh, pengaturan sumber-sumber dan membuat perubahan.
Kepemimpinan tradisional didasari anggapan bahwa manusia adalah lemah dan tidak
bertenaga, kurang memiliki visi pribadi dan tidak menguasai kekuatan perubahan, serta
kekeurangan-kekurangan mereka hanya dapat diatasi oleh pemimpin yang besar.
Sedangkan organisasi belajar menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan bersama untuk
memaksimalkan sumber daya yang dimiliki dan mengembangkan kemampuan
kepemimpinan pada diri setiap orang. Pemimpin bertanggung jawab membangun
orgnisasi yang memungkinkan setiap orang mengembangkan kemampuannya memahami
kompleksitas dan visi serta memperbaiki model mental. Singkatnya, pemimpin
bertanggung jawab atas terjadinya proses belajar dalam organisasi. Dengan demikian,
pemimpin berfungsi lebih sebagai perancang, guru, dan pelayan. Kesan bahwa pemimpin
adalah pakar, penunjuk arah, dan pengendali berubah menjadi katalist, penyalur/pembagi
informasi, dan koordinator. Kepemimpinan dalam organisasi dilandaskan pada
pendekatan kolegial yang kooperatif dan kolaboratif.
Perlunya kepemimpinan menganut prinsip-prinsip baru dalam organisasi juga perlu
meluas dan mendalam pada setiap fungsi serta diterapkan di seluruh lini organisasi.
Apabila ingin berkembang dan mampu bersaing, organisasi hendaknya memberikan
kepercayaan pada kepemimpinan personal yang dimiliki setiap individu di setiap lini.
Dengan perkataan lain bahwa orgaisasi belajar membelajarkan setiap orang menjadi
pemimpin dirinya sendiri dan pada waktunya nanti siap memimpin orang lain dan
organisasi menghindari kepemimpinan berpusat kepada sesorang atau kelompok tertentu
dalam organisasi. Organisasi harus mengubah dari kepemimpinan kelompok kerbau,
paradigma lama, menjadi kepemimpinan kelompok angsa, paradigma baru. Kerbau
sangat patuh kepada pemimpinnya serta selalu siap menunggu perintah dan
melaksanakannya. Apabila pemimpin tidak ada maka kerbau anggota kelompok itu
bingung dan tidak tahu berbuat apa-apa, sehingga mudah menjadi korban pihak lain.
Sedangkan kelompok angsa yang terbang membentuk formasi (V) dengan pemimpin
pada ujung depan. Apabila kelelahan, pemimpin yang berada pada posisi terdepan itu
mengubah posisinya dan segera digantikan oleh angsa lain serta mantan pemimpin itu
segera menempatkan dirinya pada posisi yang sesuai sehingga tetap tidak mengubah
formasi (V) tersebut. Dalam organisasi belajar kepemimpinan dan pemimpin dapat sering
berubah sesuai dengan keadaan serta tuntutan organisasi dan setiap orang siap menjadi
pemimpin melalui proses pembelajaran yang terjadi dalam organisasi.

2. Berpikir sistemik (systemic thinking) didefinisikan sebagai hal yang lebih kearah proses
memahami dan berpikir bagaimana agar kita memandang suatu sistem dalam perspektif yang
lebih luas, melihat keseluruhan pola berbagai macam komponen di dalam sistem tadi saling
mempengaruhi satu sama lain dalam suatu kesatuan. Contohnya di dalam suatu organisasi,
bagaimana kita memahami suatu sistem yang terdiri dari orang-orang, struktur dan proses
dapat saling bekerja sama agar membuat organisasi tersebut dapat bekerja dengan baik atau
tidak baik. Dengan berpikir sistemik, kita akan diarahkan untuk melihat suatu permasalahan
sebagai bagian dari suatu sistem secara luas, bukan sebagai suatu bagian spesifik yang
terpisah. Dengan demikian, akan lebih mudah dalam mengidentifikasi isu-isu yang ada di
suatu sistem / organisasi kemudian berusaha berpikir lebih luas dan jangka panjang tentang
bagaimana mengatasi permasalahan tersebut. Konsep system terdiri dari tujuan, masukan,
proses, keluaran, pengendalian dan umpan balik dan lingkungan. Interaksi dan umpan balik
yang complex dalam organisasi menimbulkan perilaku yang tidak segaris lurus (non linear)
Sistem bersifat adaptive artinya mempertahankan struktur esensial saja, selebihnya
menyesuaikan dengan lingkungan. Dinamakan system karena keseluruhan lebih dari jumlah
bagian-bagiannya (emergent properties). Perilaku yang tidak segaris lurus dan respons
adaptive menimbulkan kesulitan untuk memprediksi system.
Cara berfikir sistem yaitu bukan menguraikan masalah kompleks menjadi lebih sederhana
Tetapi melihat dari jarak yang lebih jauh sehingga keterkaitan yang kompleks di antara
subsistem tetap terlihat, kemudian menggunakan diagram.
Pada dasarnya system thinking adalah kemampuan atau pendekatan yang melihat bagaimana
sistem organisasi berinteraksi dan saling memengaruhi secara menyeluruh. Sistem organisasi
di sini dipahami sebagai kondisi internal, eksternal, proses, divisi, unit, tim, orang dan
komponen yang ada di dalam perusahaan yang saling memengaruhi dan dipandang secara
kolektif sebagai sebuah sistem. Dengan kata lain dalam kaitannya dengan organisasi,  system
thinking melihat pertumbuhan dalam organisasi tidak didasarkan pada satu bagian saja,
melainkan karena keseluruhan sistem didalamnya yang berkembang dan responsif. 
System thinking dianggap menjadi salah satu kompetensi yang  penting dimiliki pemimpin
sebab memungkinkan pemimpin menangani dan memeriksa kompleksitas baik eksternal atau
internal perusahaan tersebut dengan lebih efektif, melihat masalah, serta mengenali di mana
perubahan dibutuhkan dan berarti. 
System thinking dapat membuat pemimpin menjadi lebih efektif karena ia dapat
memfokuskan bagaimana ia dapat berkontribusi, memberdayakan tim untuk melakukan
pekerjaan secara kompeten dan produktif, serta membuat semua orang fokus pada tujuan
yang sama. 

Anda mungkin juga menyukai