Anda di halaman 1dari 11

The Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.

2338-1787
DOI: 10.21776/ub.igtj.2022.011.01.04 ISSN. 2355-4010
Submitted: 08-04-2022
Published: 31-05-2022
Modifikasi Kitosan sebagai Komposit Biopolimer untuk Pemisahan Pb(II)
dan Cd(II) secara Simultan pada Sistem Multikomponen (Systemmatic
Review)

Layta Dinira1*
1Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang

Abstrak
Biopolimer diketahui jumlahnya melimpah dan memiliki toksisitas rendah. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan
adsorben saat ini, yaitu murah, ramah lingkungan, dan efisiensi tinggi. Biopolimer berbasis polisakarida seperti kitosan,
potensial untuk dijadikan adsorben karena karakteristik fisiko-kimianya masih dapat terus dieksplorasi. Metode yang
digunakan dalam penulisan artikel ini adalah systemmatic review yang dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber
data yaitu jurnal ilmiah 10 tahun terakhir yang terkait dengan pemanfaatan kitosan untuk pemisahan analit secara
simultan. Berdasarkan systemmatic review yang telah dilakukan, upaya peningkatan ketahanan dan adsorpsi kitosan
dilakukan dengan cara menambahkan nanopartikel, partikel magnetik, bahan alam anorganik, atau material lain.
Komposit kitosan yang digunakan untuk pemisahan kation Pb(II) dan Cd(II) secara simultan pada sistem multikomponen
menunjukkan ion lain yang berada pada sistem biner, tersier, maupun kuartener menurunkan kapasitas adsorpsi.
Adsorpsi pada sistem multikomponen lebih banyak bersifat antagonis dibanding non-interaksi dan sinergi. Selektivitas
kitosan termodifikasi untuk ion Pb(II) dan Cd(II) dalam sistem multikomponen bergantung pada penggunaan material
untuk modifikasi kitosan dan karakteristik ion logam seperti jari-jari dan elektronegativitas. Oleh sebab jumlah kitosan
yang melimpah dan meningkatnya volume limbah cair industri yang mengandung logam berat, kitosan termodifikasi
untuk adsorpsi ion logam multikomponen potensial dikembangkan di Indonesia.

Kata kunci: kitosan termodifikasi, pemisahan, ion logam, multikomponen, simultan

Abstract
Biopolymers are known to be abundant and have low toxicity. The use of biopolymers as adsorbent materials in line
with the current needs for cheap, environmentally friendly, and high-efficiency adsorbents. The physicochemical
properties of biopolymers based on polysaccharide like chitosan as adsorbents can still be explored. This article was
written using a systemmatic review conducted by collecting scientific journals from the last ten years related to the use
of chitosan for simultaneous analyte separation. According to the systemmatic review, nanoparticles, magnetic
particles, inorganic natural materials, and other materials are used to strengthen the robustness and adsorption of
chitosan. The chitosan composite used to separate Pb(II) and Cd(II) simultaneously in a multicomponent system showed
that other ions in the binary, tertiary, and quaternary systems decreased the adsorption capacity. Adsorption in
multicomponent systems is more antagonistic than non-interactional and synergistic. In a multicomponent system, the
selectivity of modified chitosan for Pb(II) and Cd(II) ions is determined by the material used for chitosan modification
and metal ion properties such as radius and electronegativity. Due to the abundance of chitosan and the increasing
amount of industrial wastewater containing heavy metals, modified chitosan for multi-metal adsorption has the
potential to be developed in Indonesia.

Keywords: modified chitosan, separation, metal ions, multicomponent, simultaneous

PENDAHULUAN Tingginya konsentrasi ion Pb(II) dan Cd(II) dalam


Aktivitas industri untuk memenuhi air berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
perkembangan global membuat jumlah air makhluk hidup di saat pertumbuhan populasi
limbah meningkat. Air limbah pembuangan manusia membutuhkan air bersih dalam jumlah
industri dapat mengandung logam berat seperti besar. Oleh sebab itu, air limbah yang telah
Pb(II) dan Cd(II). Ion Pb(II) dan Cd(II) bersifat terkontaminasi ion logam perlu pengolahan lebih
karsinogenik, non-biodegradable, dan sering lanjut sebelum dapat digunakan oleh manusia.
muncul bersama-sama dalam air limbah [1]. Metode pengolahan limbah telah banyak
dilakukan untuk memisahkan ion logam berat
Alamat Korespondensi Penulis: dari larutan seperti pengendapan, koagulasi,
Layta Dinira pertukaran ion, oksidasi kimia, dan pemisahan
Email : laytadinira@ub.ac.id menggunakan membran. Metode-metode
Alamat : Dept. Kimia FMIPA Universitas Brawijaya
tersebut membutuhkan biaya operasional yang

27
tinggi namun hasil tidak efektif, khususnya untuk untuk pemisahan analit secara simultan. Judul
pemisahan ion logam berat dengan konsentrasi dan abstrak artikel yang relevan dibaca lalu
rendah. Metode adsorpsi menjadi salah satu dilakukan screening untuk menentukan artikel
pilihan yang banyak digunakan karena murah, yang lebih cocok dengan topik yang diambil.
mudah, tidak menghasilkan sludge, dan efisiensi Artikel secara lengkap dibaca lalu poin-poin
tinggi [2, 3]. penting dari setiap sumber dicatat. Hasil
Penelitian pengembangan adsorben telah pengumpulan data diklasifikasikan dan
banyak dilakukan. Karbon aktif dan adsorben dikategorikan lalu dituliskan secara logis dan
komersial lain seperti resin penukar kation dan sistematis.
alumina teraktivasi penggunaannya terbatas Topik yang dibahas dalam tinjauan ini
karena biaya operasional tinggi [4]. Oleh sebab meliputi pengembangan adsorben berbahan
itu, pencarian adsorben yang melimpah, mudah dasar kitosan termodifikasi (1) nanopartikel; (2)
terurai, biokompatibel, dan bioaktif masih partikel magnetik; (3) bahan alam anorganik; (4)
menjadi tantangan dan perhatian utama dalam material lain untuk pemisahan Pb(II) dan Cd(II)
beberapa tahun ini. Berdasarkan karakteristik secara simultan pada sistem multikomponen;
tersebut, kitosan merupakan biosorben yang dan (5) potensi penerapan kitosan termodifikasi
potensial karena mempunyai banyak gugus untuk penyerapan ion logam secara simultan
hidroksil dan amino sehingga dapat menyerap pada sistem multikomponen di indonesia. Hasil
ion logam [5]. Pemanfaatan kitosan murni pada dan pembahasan mencakup ringkasan
proses adsorpsi terbatas karena luas permukaan perkembangan terkini dan hasil pembahasan
rendah, mudah larut air dalam suasana asam, penulis.
mudah swelling, dan memiliki kecenderungan
untuk menggumpal [6]. Kitosan murni perlu HASIL DAN PEMBAHASAN
dimodifikasi untuk meningkatkan Kitosan merupakan material semi-sintetis
kemampuannya sebagai adsorben. Modifikasi yang dibuat dengan cara deasetilasi kitin. Kitosan
kitosan biasanya dilakukan secara kimia. bersifat non-toksik, antimikroba, biokompatibel,
Modifikasi kitosan untuk menyerap polutan dan mudah terurai sehingga banyak diaplikasikan
tunggal dari larutan telah banyak dilaporkan. pada pengolahan air limbah. Pada proses
Akan tetapi, jumlah penelitian yang melaporkan pembuatan kitosan, beberapa bagian gugus N-
adsorpsi multikomponen ion logam untuk kitosan asetil glukosamin pada kitin terkonversi menjadi
termodifikasi masih rendah. Kenyataan di glukosamin [7, 8]. Struktur kimia kitosan seperti
lapangan menunjukkan sampel nyata seperti air terlihat pada Gambar 1.
sungai, air laut, dan air limbah mengandung ion- Kitosan memiliki kemampuan berikatan
ion logam yang bervariasi sehingga adsorpsi dengan ion logam karena adanya gugus amina
polutan lebih bersifat multikomponen dibanding dan hidroksil dalam rantai kitosan. Gugus amina
tunggal. Selain itu, keberadaan ion logam secara memiliki andil utama dalam pembentukan khelat
tunggal jarang terjadi dalam sampel nyata. dengan ion logam karena adanya pasangan
Artikel ini membahas modifikasi yang telah elektron bebas pada atom nitrogen. Mekanisme
dilakukan pada kitosan untuk menyerap ion pembentukan khelat ion logam dengan kitosan
logam dalam suatu sistem multikomponen. dapat diklasifikasikan menjadi dua model, yaitu
Kapasitas adsorpsi sistem multikomponen model jembatan dan model liontin. Khelat model
dibandingkan dengan sistem tunggal untuk jembatan akan terbentuk ketika ion logam
mengetahui pengaruh ion lain dalam proses berikatan dengan beberapa gugus amina secara
pemisahan dan menguraikan fenomena yang kompleksasi inter- atau intramolekul sementara
terjadi. Artikel juga membahas tentang model liontin akan terbentuk ketika ion logam
selektivitas adsorben yang terbuat dari kitosan hanya berikatan dengan satu gugus amina seperti
termodifikasi terhadap ion logam pada sistem terlihat pada Gambar 2 [10].
multikomponen.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan
artikel adalah systemmatic review yang dituliskan
secara deskriptif. Pencarian data dilakukan pada
jurnal ilmiah selama 10 tahun terakhir (2011 –
2021) yang terkait dengan pemanfaatan kitosan

28
Keterangan: qmix = kapasitas adsorpsi dalam
larutan campuran; q0 = kapasitas adsorpsi larutan
tunggal; i = ion
Kitosan termodifikasi nanopartikel
Penambahan nanopartikel seperti
(a) (b)
nanopartikel oksida logam (titanium oksida,
magnesium oksida, besi oksida, dan seng oksida)
Gambar 1. Struktur kimia (a) kitin dan (b) kitosan [9]
pada kitosan ditujukan untuk meningkatkan luas
permukaan komposit kitosan karena
nanopartikel memiliki luas permukaan yang besar
sehingga dapat menyerap ion logam lebih
banyak. Nanopartikel menyebabkan adanya
interaksi tarikan elektrostatis dan pertukaran
ligan antara kation logam berat dengan
nanopartikel oksida logam sehingga dapat
Gambar 2. Interaksi yang terjadi antara gugus amina kitosan
dengan ion logam (a) model jembatan dan (b) model liontin
meningkatkan kapasitas adsorpsi. Peningkatan
[10] kapasitas adsorpsi kitosan termodifikasi
nanopartikel juga dapat dilakukan dengan cara
Namun demikian, kitosan memiliki ketahanan
fungsionalisasi nanopartikel oksida dengan gugus
mekanik dan stabilitas rendah sehingga perlu
fungsi seperti -NH2, -SH, dan -S-.
ditingkatkan performanya dalam mengikat ion
Bozorgi, et.al [12] melakukan modifikasi
logam, khususnya penyerapan ion logam secara
terhadap kitosan dengan mencampurkan kitosan,
simultan. Peningkatan performa kitosan dalam
seng oksida terfungsionalisasi gugus NH2, dan
adsorpsi simultan Pb(II) dan Cd(II) dilakukan
polivinil alkohol (PVA). PVA ditambahkan untuk
dengan cara mengombinasikan kitosan dengan
meningkatkan sifat mekanik dan swelling degree
material lain. Kitosan dicampur dengan
kitosan. Adsorpsi sistem biner larutan Cd(II) dan
nanopartikel, partikel magnetik, bahan alam
Ni(II) menunjukkan kapasitas penyerapan Cd(II)
anorganik, atau material lain seperti pengikat
lebih rendah dibanding sistem tunggal. Hal
silang ganda, senyawa pengompleks, biochar,
tersebut mengindikasikan adanya kompetisi
polimer, dan asam dimerkaptosuksinat.
antara Cd(II) dan Ni(II) dalam menempati situs
Pengikatan silang selalu dilakukan saat
aktif adsorben.
memodifikasi kitosan. Bahan yang sering
Dari hasil perhitungan adsorpsi isotermal,
digunakan untuk mengikat silang kitosan adalah
didapatkan Cd(II) berperan sebagai ion logam
glutaraldehid dan epiklorohidrin.
utama atau diserap terlebih dahulu dibanding
Adsorpsi ion logam pada sistem
Ni(II) pada sistem biner Cd(II)-Ni(II). Fenomena
multikomponen bisa bersifat sinergi, antagonis,
tersebut menunjukkan adsorben
dan non-interaksi. Interaksi antara ion logam
PVA/kitosan/ZnO-NH2 lebih menyukai
selama adsorpsi multikomponen dapat berupa
penyerapan Cd(II) dibanding Ni(II). Ion Cd(II)
kompetisi atau sinergi. Efek sinergi, antagonis,
diketahui memiliki radius ion terhidrasi sebesar
atau non-interaksi dapat dijelaskan dengan
0,426 nm dengan energi bebas hidrasi sebesar -
menghitung rasio kapasitas adsorpsi sebagai
1979 kJ/mol sementara radius ion terhidrasi Ni(II)
berikut [11]:
sebesar 0,404 nm dengan energi bebas hidrasi
Rq,i = qmix,i/q0,i (1)
sebesar -2106 kJ/mol. Nilai radius ion dan energi
(a) Sinergi (qmix,i/q0,i > 1): pengaruh campuran
bebas hidrasi Ni(II) lebih rendah dibanding Cd(II)
komponen dalam larutan lebih besar dibanding
yang artinya Ni(II) cenderung lebih suka berada
pengaruh ion secara individu
dalam keadaan terhidrasi dengan air dibanding
(b) antagonis (qmix,i/q0,i <1): pengaruh campuran
Cd(II). Nilai radius ion dan energi bebas hidrasi
lebih rendah dibanding pengaruh ion secara
Cd(II) menunjukkan ion Cd(II) lebih mudah
individu
melepaskan molekul air sehingga lebih mudah
(c) non-interaksi (qmix,i/q0,i = 1): pengaruh
berikatan dengan permukaan adsorben [12].
campuran tidak lebih dan tidak kurang dari
Jafarnejad, et.al [13] juga melakukan sintesis
pengaruh ion secara individu
nanopartikel Fe3O4 termodifikasi gugus -NH2 dan
SH dikombinasikan dengan kitosan yang
menghasilkan nanofiber dengan tujuan adsorpsi

29
sistem biner Pb(II) dan Ni(II) pada larutan. Hasil Selektivitas tersebut dapat dijelaskan dengan
penelitian menunjukkan penambahan indeks kovalen, yaitu Xm2r, yang mana Xm adalah
nanopartikel terfungsionalisasi gugus fungsi pada elektronegativitas dan r jari-jari ion. Nilai indeks
kitosan meningkatkan adsorpsi dibandingkan kovalen yang semakin tinggi mengindikasikan ion
dengan kitosan murni. Kapasitas adsorpsi Pb(II) logam tersebut semakin dekat dengan
dan Ni(II) pada sistem biner lebih rendah karakteristik asam lunak pada teori HSAB. Ion
dibanding sistem tunggal. Hal tersebut logam berinteraksi dengan gugus fungsi adsorben
menunjukkan ion Pb(II) berkompetisi dengan urutan S > N > O. Hasil perhitungan indeks
Ni(II) untuk menempati situs aktif adsorben. kovalen menunjukkan Pb (6,41) > Cu (2,64) > Zn
Adanya ion Pb(II) dalam larutan lebih (2,04) yang artinya ion Pb(II) memiliki tarikan
mengganggu penyerapan ion Ni(II) dibanding ion lebih kuat pada elektron bebas atom sulfur dan
Ni(II) sebagai pengganggu pada penyerapan nitrogen dibanding Cu(II) dan Zn(II). Kapasitas
Pb(II). Hal tersebut mengindikasikan nanofiber adsorpsi sistem tunggal dan tersier jika
kitosan/Fe3O4-NH2-SH lebih selektif terhadap dibandingkan menghasilkan nilai Pb(II), Cu(II),
Pb(II) dibandingkan Ni(II). Hasil perhitungan dan Zn(II) masing-masing sebesar 0,381; 0,739;
energi bebas hidrasi menunjukkan Pb(II) sebesar dan 0,333. Nilai Rq,i seluruh ion logam kurang dari
-1904 kJ/mol dan Ni(II) sebesar -2242 kJ/mol. 1 yang menunjukkan adsorpsi ion logam bersifat
Nilai energi bebas hidrasi Ni(II) lebih rendah dari antagonis / adsorpsi ion logam menurun karena
Pb(II) artinya Ni(II) lebih suka berada dalam adanya ion lain dalam larutan [5].
larutan dibanding Pb(II) yang cenderung lebih Upaya untuk meningkatkan kapasitas
suka bermigrasi dari larutan ke permukaan adsorpsi dan selektivitas adsorben terhadap ion
nanofiber. Kecenderungan Pb(II) tersebut logam telah dilakukan dengan memodifikasi
dikonfirmasi oleh indeks kovalen Pb(II) (510,6) kitosan magnetik dengan tetra etilen pentamin
yang lebih besar dari Ni(II) (452,4) [13]. (TEPA). Kapasitas adsorpsi Cu(II) dan Pb(II) pada
sistem biner menunjukkan penyerapan ion Cu(II)
Kitosan termodifikasi partikel magnetik
dan Pb(II) lebih rendah dibanding sistem tunggal.
Kitosan dikombinasikan dengan material
Hal tersebut menunjukkan ada kompetisi antara
magnetik banyak diteliti karena memiliki
Cu(II) dan Pb(II) untuk diserap situs aktif
performa yang baik dalam penyerapan dan
adsorben. Peningkatan konsentrasi salah satu ion
recovery. Material magnetik mudah dipisahkan
seperti Cu(II) atau Pb(II) menyebabkan kapasitas
dengan menggunakan medan magnet. Zhu, Hu,
adsorpsi Cu(II) atau Pb(II) meningkat namun
dan Wang [5] meneliti tentang adsorpsi simultan
menurunkan kapasitas adsorpsi ion counter. Hal
ion Pb(II), Cu(II), dan Zn(II) pada kitosan magnetik
tersebut disebabkan pada sistem biner ion logam
(Fe3O4) yang termodifikasi xanthate. Kitosan-
dengan konsentrasi lebih tinggi lebih punya
Fe3O4-xanthate memiliki kapasitas adsorpsi Pb(II),
kesempatan untuk kontak dengan adsorben.
Cu(II), dan Zn(II) yang lebih tinggi dibanding
Adanya ion lain dalam larutan seperti Ca2+ dan
magnetik kitosan tanpa modifikasi. Afinitas
Mg2+ juga menurunkan adsorpsi Cu(II) dan Pb(II).
adsorben terhadap ion logam sesuai urutan
Hal tersebut mengindikasikan ion logam alkali
adalah Pb(II) > Cu(II) > Zn(II) pada sistem tunggal.
tanah divalen memiliki kompetisi lebih tinggi
Pada sistem tersier, afinitas adsorben masih
dibanding Cu(II) dan Pb(II) untuk situs adsorpsi
mengikuti sistem tunggal.
kitosan/CoFe2O4 termodifikasi TEPA [14].

Gambar 3. Kitosan magnetik terfungsionalisasi TEPA [14]

Partikel magnetik seperti Fe3O4 juga telah biner. Kapasitas penyerapan adsorben untuk ion
dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan Cd(II) pada sistem tunggal sebesar 1,05 mmol/g
penyerapan adsorben kombinasi antara grafen sementara ion Pb(II) sebesar 2,32 mmol/g/
oksida terfungsionalisasi EDTA dan kitosan. Adanya ion Pb(II) dengan konsentrasi awal yang
Adsorben kemudian digunakan untuk menyerap sama dengan ion Cd(II) pada sistem biner
ion Cd(II) dan Pb(II) pada sistem tunggal dan membuat kapasitas adsorpsi Cd(II) menurun

30
menjadi 0,66 mmol/g. Kapasitas adsorpsi Pb(II) berkurang dengan adanya ion lain karena adanya
menurun menjadi 1,77 mmol/g [11]. kompetisi untuk situs aktif yang sama pada
Saat rasio ion Pb(II)/Cd(II) pada sistem biner permukaan adosrben. Persentase pemisahan
adalah 1:1, berdasarkan hasil perhitungan Cu(II) lebih tinggi dibanding ion logam lain. Hal
persamaan (1) nilai qmix,i/q0,i Cd(II) sebesar 0,99. tersebut dapat dijelaskan dengan koefisien
Nilai tersebut menunjukkan interaksi antara ion adsorpsi kompetitif. Koefisien tersebut
Pb(II) dan Cd(II) mengarah pada antagonis hingga mendeskripsikan fenomena adsorpsi kompetitif
non-interaksi. Sebaliknya, nilai qmix,i/q0,I Pb(II) antara dua logam dari sistem biner. Hasil
sebesar 2,32 yang menunjukkan adanya efek perhitungan menunjukkan koefisien adsorpsi
sinergisitas antar ion. Hal tersebut Cu(II) > Cd(II) > Ni(II) yang mengindikasikan Cu(II)
mengindikasikan pada rasio Pb(II) dan Cd(II) yang tertarik lebih kuat ke adsorben dibanding Cd(II)
sama, Pb(II) dapat menempati situs adsorpsi dan Ni(II) [17].
karena elektronegativitas lebih tinggi, laju Senyawa anorganik lain yang dapat digunakan
adsorpsi lebih tinggi, sifat difusi lebih tinggi, dan untuk membantu kitosan menyerap ion logam
afinitas adsorpsi lebih tinggi dibanding Cd(II) [11]. dari air limbah adalah tanah diatom. Kapasitas
adsorpsi Pb(II) dan Ni(II) pada sistem tunggal
Kitosan termodifikasi bahan alam anorganik
yaitu masing-masing 175,22 mg/g dan 149,64
Senyawa anorganik banyak tersedia pada
mg/g. Kapasitas adsorpsi kedua ion pada sistem
tanah dan sedimen. Modifikasi kitosan dengan
biner lebih rendah dibanding adsorpsi sistem
bahan alam anorganik ditujukan untuk
tunggal, yaitu Pb(II) sebesar 141 mg/g dan Ni(II)
meningkatkan adsorpsi karena bahan alam
sebesar 93,8 mg/g. Kapasitas adsorpsi kedua ion
anorganik diketahui memiliki kapasitas tukar
pada sistem biner lebih rendah dibanding
kation yang baik [15]. Futalan, et.al [16] telah
adsorpsi sistem tunggal disebabkan oleh
melakukan modifikasi kitosan dengan bentonit
kompetisi antar ion untuk berikatan dengan situs
dalam rangka meningkatkan stabilitas mekanik,
aktif adsorben. Adsorben menyerap Pb(II) lebih
ketahanan terhadap asam, dan aksesibilitas situs
banyak dibanding Ni(II) yang mengindikasikan
ikatan kitosan. Adsorben digunakan untuk
kitosan/tanah diatom lebih selektif dan memiliki
menyerap ion logam sistem biner, yaitu Pb(II)-
afinitas lebih tinggi terhadap Pb(II). Namun
Ni(II), Pb(II)-Cu(II), dan Cu(II)-Ni(II). Kapasitas
demikian, jika kapasitas adsorpsi Pb(II) dan Ni(II)
adsorpsi pada sistem biner lebih rendah
pada sistem biner dijumlahkan maka sebenarnya
dibanding sistem tunggal yang mengindikasikan
adsorben mampu menyerap total ion logam
adanya kompetisi kuat antar ion logam untuk
sebesar 234,8 mg/g. Nilai tersebut lebih tinggi
berikatan dengan gugus fungsi kitosan-bentonit.
dibanding kapasitas adsorpsi kitosan/tanah
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap ketiga
diatom per ion pada sistem tunggal [18].
sistem biner, Pb(II) lebih disukai untuk diserap
Sellaoui, et.al [19] mencoba
dibanding Cu(II) dan Ni(II).
mengombinasikan kitosan dengan bentonit untuk
Hal tersebut disebabkan oleh
adsorpsi sistem biner. Komposit menyerap Cd(II)
elektronegativitas ion logam dengan urutan Pb(II)
dan Pb(II) lebih banyak untuk semua temperatur
(2,33) > Cu(II) (1,95) > Ni(II) (1,91) yang membuat
pada sistem tunggal dibanding sistem biner.
ada tarikan lebih pada situs aktif adsorben, yaitu
Namun demikian, peningkatan temperatur
gugus hidroksil dan amina. Nitrogen pada gugus
meningkatkan kapasitas adsorpsi kedua ion
amina dan oksigen pada gugus hidroksil memiliki
logam pada sistem biner. Hal tersebut
pasangan elektron bebas yang dapat membentuk
mengindikasikan proses endotermis terjadi pada
ikatan kovalen dengan kation logam. Hasil
sistem tunggal dan biner. Peningkatan
perhitungan menunjukkan peningkatan
temperatur membuat terbentuknya situs aktif
temperatur menurunkan kapasitas adsorpsi yang
baru pada permukaan adsorben yang dapat
menandakan proses adsorpsi bersifat eksotermik
berpartisipasi pada penyerapan ion dan
[16].
menyumbang ikatan. Kapasitas adsorpsi pada
Mineral rectorite dimanfaatkan untuk
sistem biner lebih rendah dari sistem tunggal
meningkatkan performa kitosan sebagai
yang menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi
adsorben karena memiliki luas permukaan dan
adalah antagonis.
kapasitas penukar kation yang tinggi. Adsorben
Untuk mendapatkan informasi lebih jauh dari
digunakan untuk mengamati penyerapan pada
data hasil eksperimen, Sellaoui, et.al [19]
sistem tersier Cd(II), Cu(II), dan Ni(II). Hasil
mengembangkan satu set model analitik yang
menunjukkan adsorpsi setiap ion tunggal
menggunakan teori fisika statistik. Pada model

31
adsorpsi biner, diasumsikan serapan Cd(II) dan (1) Ion Cd(II) berikatan dengan gugus amino dan
Pb(II) terjadi pada situs aktif yang sama di hidroksil pada kitosan,
permukaan komposit bentonit – kitosan. Dari (2) Ada dorongan dari anion Cr(VI) pada ion Cd(II)
hasil permodelan, kapasitas Cd(II) lebih tinggi dari (anion shielding effect) sehingga Cd(II) berikatan
Pb(II). Hal tersebut disebabkan karena jari-jari ion pada gugus amino sementara HCrO4- diadsorpsi
Cd(II) lebih kecil dari ion Pb(II) (0,97 < 1,20 Å). Ion melalui gaya elektrostatis pada VMT, dan
dengan ukuran lebih kecil memiliki afinitas lebih (3) Ada dorongan dari ion Cd(II) pada anion Cr(VI)
besar ke situs aktif adsorben karena dapat sehingga HCrO4- membentuk khelat dengan
memfasilitasi difusi yang lebih cepat dan Fe(III) sementara Cd(II) diadsorpsi oleh tarikan
menurunkan fenomena steric hindrance. Selain elektrostatis pada VMT.
itu, dari data energi adsorpsi terlihat energi
Kitosan termodifikasi material lain
adsorpsi tiap ion pada sistem biner lebih kecil
a. Pengikat silang ganda (epiklorohidrin-
dibanding sistem tunggal. Kedua ion logam
tripolifosfat)
menunjukkan kecenderungan lebih terserap pada
Kitosan terikat silang ganda oleh
situs yang memiliki energi tinggi seperti gugus -
epiklorohidrin (ECH) dan tripolifosfat (TPP)
OH.
digunakan untuk mengamati adsorpsi Cu(II) dan
Mineral halloysite juga telah dicoba
Cd(II) pada sistem biner. Hasil penelitian
dikombinasikan dengan kitosan untuk pemisahan
menunjukkan penambahan konsentrasi ion Cd(II)
ion Pb(II) dan Cd(II) pada sistem biner. Kitosan
menyebabkan penurunan adsorpsi Cu(II)
dan halloysite bersifat hidrofilik sehingga
dibanding sistem tunggal. Hal yang sama juga
komposit mengalami swelling. Pada sistem biner,
terjadi ketika meningkatkan konsentrasi ion
persentase pemisahan Pb(II) dan Cd(II) lebih
Cu(II). Namun demikian, adanya ion Cu(II) dalam
rendah dibanding sistem tunggal sehingga dapat
larutan lebih berpengaruh terhadap penyerapan
diindikasikan ada efek antagonis pada sistem
Cd(II) dibanding ion Cd(II) untuk penyerapan
biner. Terjadi adsorpsi kompetitif pada situs aktif
Cu(II) yang menandakan afinitas adsorben
yang sama. Namun demikian, persentase
terhadap Cu(II) > Cd(II) [22].
pemisahan Pb(II) lebih tinggi dari Cd(II). Hal
Berdasarkan teori HSAB, atom oksigen pada
tersebut disebabkan nilai potensial standar
gugus tripolifosfat yang ditambahkan pada
reduksi, berat atom, dan elektronegativitas Pb(II)
kitosan dapat dikategorikan sebagai basa keras.
lebih tinggi dari Cd(II) [20].
Atom ini berkoordinasi dengan baik dengan ion
Mineral tanah seperti vermiculite (VMT) yang
logam yang bersifat asam keras. Cu(II) tergolong
terdiri atas silika tetrahedral berikatan dengan
asam intermediate sementara Cd(II) termasuk
magnesium oktahedral digunakan sebagai bahan
asam lunak karena nilai polarisabilitasnya tinggi
penyusun adsorben komposit kitosan dengan
dan memiliki jari-jari atom lebih besar. Jari-jari
tujuan meningkatkan luas permukaan. VMT
ion Cu (0,73 Å) < Cd (0,95 Å) dan jari-jari ion
diketahui memiliki luas area yang besar. Untuk
terhidrasi Cu (4,19 Å) < Cd (4,26 Å). Selain itu,
dapat meningkatkan kemampuan komposit
nilai elektronegativitas Cu (1,9) > Cd (1,69). Hal-
adsorben dalam penyerapan ion logam, Chen,
hal tersebut menjelaskan afinitas adsorben lebih
et.al [20] memodifikasi VMT dengan ion Fe(III)
tinggi terhadap Cu(II) dibanding Cd(II) [22].
kemudian dicampur dengan kitosan. Adsorben
b. Etilen glikol-bis(2-aminoetileter)-N,N,N’,N’-
tersebut digunakan untuk memisahkan Cd(II) dan
asam tetraasetat (EGTA)
Cr(VI) secara simultan.
Hasil perhitungan menggunakan perangkat
Adanya ion Fe(III) pada komposit adsorben
lunak MINEQL menunjukkan EGTA memiliki 8
CTS-Fe-VMT menunjukkan peningkatan kapasitas
situs pembentukan kompleks dengan ion logam
adsorpsi Cd(III) tiga kali lebih tinggi pada sistem
sementara EGTA-kitosan memiliki 7 situs karena
biner Cd(II) dan Cr(VI) dalam bentuk HCrO4- atau
1 gugus karboksil berikatan dengan kitosan.
Cr2O72-. Kapasitas adsorpsi anion Cr(VI)
Adsorpsi sistem biner oleh kitosan termodifikasi
meningkat dari sistem tunggal sebesar 0,576
EGTA menunjukkan kapasitas penyerapan Cd(II)
mg/g menjadi 0,991 mg/g pada sistem biner.
saat rasio konsentrasi Cd(II):Pb(II) 2:1 memiliki
Peningkatan kapasitas adsorpsi kedua ion
nilai yang lebih tinggi dibanding kapasitas
menunjukkan adanya fenomena sinergisitas
penyerapan Cd(II) sistem tunggal. Kapasitas
serapan. Peningkatan kapasitas adsorpsi ion
adsorpsi Pb(II) juga lebih tinggi pada sistem dua
Cd(II) dan anion Cr(VI) melibatkan beberapa
komponen saat rasio konsentrasi Cd(II):Pb(II) 1:2
proses, yaitu [21]:
dibanding kapasitas adsorpsi Pb(II) sistem satu

32
komponen. Fenomena tersebut pertukaran ion, dan pembentukan kompleks
mengindikasikan adanya sinergi positif pada permukaan adsorben, serta terjadi
pembentukan khelat dan interaksi elektrostatik. oksidoreduksi [23].
Adsorben EGTA-kitosan memiliki selektivitas dan d. Polimer
afinitas lebih tinggi untuk ion Cd(II) dibanding Sharma, et.al [24] melakukan penelitian
Pb(II). Hal tersebut kemungkinan disebabkan adsorpsi sistem kuaterner ion Pb(II), Cu(II), Fe(II),
oleh konstanta stabilitas khelat Cd(II)-EGTA lebih dan Cr(VI) pada pH 7, temperatur 25 oC dan
tinggi dibanding Pb(II)-EGTA (lg K1 Cd(II) = 16,32 > waktu kontak 6 jam untuk kitosan yang terkikat
lg K1 Pb(II) = 14,69) [4]. silang pada polimer akrilamid dan asam akrilat.
c. Biochar Kitosan terikat silang pada asam akrilat mampu
Biochar merupakan biomassa yang menyerap Cu(II) sebesar 96,00%, Pb(II) 92,4%,
dipanaskan sehingga menghasilkan karbon yang Fe(II) 81,60%, dan Cr(VI) 73,20%. Kitosan terikat
memiliki luas permukaan besar, berpori, serta silang pada akrilamid menyerap Cu(II) sebesar
banyak gugus fungsi. Biochar dikombinasi dengan 93,2%, Pb(II) 91,4%, Fe(II) 84,8%, dan Cr(VI)
kitosan sebagai adsorben pada sistem multi-ion 75,20%. Hal tersebut menunjukkan pada sistem
yaitu Pb(II), Cd(II), dan Cu(II) telah dicoba oleh kuaterner seluruh kitosan termodifikasi polimer
Deng, et.al [23]. Biochar dan kitosan dicampur lebih menyerap Cu(II) dibanding ion logam lain
lalu dimodifikasi dengan pyromellitic dianhydride dengan urutan selektivitas Cu(II) > Pb(II) > Fe(II) >
(PMDA). Penambahan PMDA dimaksudkan untuk Cr(VI).
meningkatkan jumlah gugus fungsi karboksil e. Asam dimerkaptosuksinat (DMSA)
sehingga diharapkan dapat meningkatkan DMSA memiliki dua gugus fungsi sulffhidril
penyerapan ion logam. dan karboksil sehingga gugus fungsi tersebut
Penambahan kitosan dan modifikasi dengan dapat berinteraksi dengan ion logam untuk
PMDA mengubah struktur dan komposisi fasa membentuk kompleks non-toksik. Larutan
biochar. Luas permukaan komposit meningkat kitosan terikat silang glutaraldehid dibuat
dua kali lipat dan volume pori meningkat tiga kali menjadi padatan manik kitosan lalu dimodifikasi
dibanding biochar saja. Namun demikian pada dengan aminopropil trimetoksi silan (APTES) dan
sistem multi-ion logam ada penurunan kapasitas DMSA. Adsorben kemudian dimasukkan ke dalam
adsorpsi oleh komposit. Kapasitas adsorpsi ion larutan sistem tersier, yaitu larutan yang
Cu(II), Cd(II), dan Pb(II) menurun dengan nilai mengandung Pb(II), Cu(II), dan Cd(II). Hasil
masing-masing sebesar 13,78%, 48,2%, dan penelitian menunjukkan jumlah adsorpsi ketiga
68,05%. Penurunan Cu(II) yang lebih sedikit ion tersebut menurun dibandingkan adsorpsi tiap
dibanding Cd(II) dan Pb(II) mengindikasikan ion pada sistem tunggal. Penyerapan Pb(II) paling
komposit lebih selektif terhadap Cu(II) daripada terganggu karena jari-jari ion Pb(II) (0,119 nm)
Cd(II) dan Pb(II). Penyerapan terjadi melalui lebih besar dari Cu(II) (0,073 nm) dan Cd(II)
mekanisme adsorpsi secara fisik, pengendapan, (0,097 nm) [25].

33
Gambar 4. Mekanisme pembentukan kitosan terikat silang terlapisi APTES dan DMSA [25]

Hasil review menunjukkan fenomena yang menghasilkan indeks kovalen yang lebih
terjadi pada adsorpsi ion logam multikomponen berperan dalam penyerapan Pb(II) pada kitosan-
lebih banyak bersifat antagonis atau kompetitif Fe3O4 termodifikasi gugus fungsi. Selektivitas
antar ion yang bersifat mengurangi atau nanofiber kitosan/Fe3O4-NH2-SH untuk Pb(II) >
menekan penyerapan ion lain dalam sistem Ni(II) dan kitosan-Fe3O4-xanthate untuk Pb(II) >
dibanding non-interaksi dan sinergi. Penyerapan Cu(II). Kombinasi antara muatan dan jari-jari ion
Pb(II) dan Cd(II) dalam sistem multikomponen menghasilkan energi bebas hidrasi yang lebih
dipengaruhi oleh material yang digunakan untuk berperan dalam selektivitas Cd(II) > Ni(II) pada
memodifikasi kitosan dan ion logam lain yang nanofiber PVA/kitosan/ZnO-NH2.
berada dalam sistem multikomponen. Untuk
menyerap Pb(II) dan Cd(II) lebih baik, kitosan Potensi Penerapan Kitosan Termodifikasi untuk
telah dimodifikasi dengan material yang Penyerapan Ion Logam secara Simultan pada
mengandung gugus fungsi atom S, N, dan O. Sistem Multikomponen di Indonesia
Selektivitas material yang digunakan pada Potensi penerapan adsorben berupa kitosan
kitosan cenderung bervariasi bergantung pada termodifikasi untuk penyerapan ion logam secara
karakteristik ion logam. simultan multikomponen seperti air sungai dan
air limbah dapat ditinjau dari dua aspek. Aspek
Tabel 1. Karakteristik ion Pb(II), Cd(II), Cu(II), dan Ni(II) pertama adalah bahan baku utama kitosan yang
Ion Logam Jari-jari Ion Elektronegativitas mudah didapatkan di Indonesia, yaitu kulit udang
(nm) dan cangkang kepiting. Tingginya produksi udang
dan kepiting menghasilkan peningkatan limbah
Pb(II) 0,119 2,33 kulit udang dan cangkang kepiting. Pada negara
Cd(II) 0,095 1,69 berkembang seperti Indonesia, kulit udang dan
Cu(II) 0,073 1,95 cangkang kepiting sering dibuang begitu saja ke
Ni(II) 0,069 1.91 tempat pembuangan atau laut. Porsi limbah kulit
udang dari hasil produksi mencapai 30 – 70%
sementara proporsi cangkang dari bagian tubuh
Ion logam lain yang paling banyak digunakan
kepiting setelah pengupasan adalah 52,59% [27,
dalam pengamatan adsorpsi Pb(II) dan Cd(II)
28].
adalah ion-ion yang biasanya muncul bersama-
Limbah kulit udang mengandung kitin
sama ion tersebut dalam air alam dan air limbah,
sebanyak 20 – 36,61% yang terdapat pada
yaitu Cu(II) dan Ni(II). Setiap ion memiliki logam
kepala, kulit, dan ekor dari udang. Kitosan
memiliki karakteristik seperti jari-jari dan
sebanyak minimal 50% bisa didapatkan dari kitin
elektronegativitas dengan nilai yang berbeda
[29]. Produksi udang nasional mencapai 856.753
seperti terlihat pada Tabel 1. Jari-jari ion lebih
ton [30]. Dari uraian data tersebut, Apabila
berperan dalam penyerapan secara simultan
limbah kulit udang hasil produksi minimal 30%
untuk kitosan termodifikasi oleh material seperti
maka perkiraan minimal kitosan yang dapat
pengikat silang ganda (epiklorohidrin-
diproduksi di Indonesia sebanyak 25.703 ton per
tripolifosfat) dan asam dimerkaptosuksinat. Cu(II)
tahun.
dan Cd(II) lebih mudah diserap oleh kedua
Cangkang kepiting yang diolah lebih lanjut
adsorben tersebut dibanding Pb(II).
dengan proses deproteinasi, demineralisasi,
Namun demikian, ada pula material yang
depigmentasi, dan deasetilasi bisa mendapatkan
memiliki kecenderungan untuk mengikat ion
kitosan sebesar 22,66% [31]. Produksi kepiting
logam bergantung pada elektronegativitas ion
pada tahun 2020 mencapai 14.000 ton [32]
logam tersebut seperti kitosan-bentonit yang
sehingga limbah cangkang kepiting yang
menghasilkan selektivitas Pb(II) > Cu(II) > Ni(II).
dihasilkan minimal 7.362 ton. Dari jumlah
Afinitas kitosan dalam mengikat ion Cu(II) lebih
tersebut, perkiraan minimal kitosan dari
tinggi dibanding ion Ni(II) karena kombinasi
cangkang kepiting sebesar 1.668 ton per tahun
kompleks khelat dan ikatan elektrostatik yang
sehingga perkiraan total kitosan yang dapat
terbentuk antara kitosan termodifikasi dengan
dihasilkan dari limbah kulit udang dan cangkang
Cu(II) lebih stabil dibanding Ni(II) [26]. Kombinasi
kepiting sebanyak 27.371 ton per tahun. Hal
antara jari-jari dan elektronegativitas
tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan

34
kitosan di Indonesia melimpah. dalam sistem multikomponen bergantung pada
Aspek kedua yang menunjang aplikasi kitosan penggunaan material untuk modifikasi kitosan
termodifikasi untuk penyerapan ion logam secara dan karakteristik ion logam seperti jari-jari dan
simultan pada sistem multikomponen di elektronegativitas.
Indonesia adalah aktivitas industri yang
menghasilkan limbah cair mengandung logam UCAPAN TERIMA KASIH
berat. Limbah cair industri dibuang pada air Ucapan terima kasih disampaikan kepada
sungai yang digunakan untuk berbagai aktivitas reviewer dan editor yang telah memberikan
kehidupan. Beberapa perairan di wilayah saran dan masukan serta membantu menelaah
Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi
naskah untuk dapat diterbitkan di The Indonesian
menunjukkan kandungan logam berat seperti Hg,
Cd, Pb, dan Cu. Salah satu contoh perairan Green Technology Journal.
Sumatera berupa muara sungai di Kota Padang
menunjukkan nilai Cd di atas nilai baku mutu air. DAFTAR PUSTAKA
Contoh lain pada perairan pulau Jawa seperti air [1]. Misra, RK., Jain, SK., and Khatri, PK. 2011.
sungai di daerah Jogjakarta mengandung Pb yang Iminodiacetic Acid Functionalized Cation
melebihi ambang batas. Selain itu, kandungan Exchange Resin for Adsorptive Removal of
logam dalam sedimen air sungai menunjukkan Cr(VI), Cd(II), Ni(II) and Pb(II) from Their
tren melebihi nilai baku mutu [33, 34, 35]. Aqueous Solutions. Journal of Hazardous
Berdasarkan kajian terhadap potensi bahan Materials. 185(2–3). 1508–1512
baku dengan ketersediaan melimpah dan [2]. Chen, C., and Wang, J. 2008. Removal of
meningkatnya volume limbah cair akibat aktivitas Pb2+, Ag+, Cs+ and Sr2+ from Aqueous
industri yang berpotensi mengandung logam Solution by Brewery’s Waste Biomass.
berat untuk perairan, penelitian tentang kitosan Journal of Hazardous Materials. 151(1). 65–
dan kitosan termodifikasi di Indonesia untuk 70
mengoptimasi fungsi kitosan sebagai adsorben [3]. Wang, J., and Chen, C. 2009. Biosorbents for
ion logam pada air dan air limbah telah banyak Heavy Metals Removal and Their Future.
dilakukan. Kitosan dapat dimodifikasi dengan Biotechnology Advances. 27(2). 195–226
silika murni maupun silika yang berasal dari [4]. Zhao, F., Repo, E., Yin, D., and Sillanpää,
sekam padi untuk adsorpsi Cd(II) maupun Pb(II) MET. 2013. Adsorption of Cd(II) and Pb(II)
[36,37]. Kitosan juga dapat difungsionalisasi by A Novel EGTA-Modified Chitosan
dengan asam benzoat maupun alumina untuk Material: Kinetics and Isotherms. Journal of
penyerapan kromium [38, 39]. Oleh sebab itu, Colloid and Interface Science. 409. 174–182
kitosan termodifikasi untuk penyerapan ion [5]. Zhu, Y., Hu, J., and Wang, J. 2012.
logam secara simultan pada sistem Competitive Adsorption of Pb(II), Cu(II) and
multikomponen seperti air sungai dan air limbah Zn(II) onto Xanthate-Modified Magnetic
di Indonesia potensial untuk dikembangkan. Chitosan. Journal of Hazardous Materials.
221–222. 155–161
KESIMPULAN [6]. Jayasantha Kumari, H., Krishnamoorthy, P.,
Penelitian-penelitian pengembangan kitosan Arumugam, TK., Radhakrishnan, S., and
untuk adsorpsi ion logam multikomponen telah Vasudevan, D. 2017. An Efficient Removal of
dilakukan dalam 10 tahun terakhir. Kitosan telah Crystal Violet Dye from Wastewater by
dimodifikasi dengan nanopartikel, partikel Adsorption onto TLAC/Chitosan Composite:
magnetik, bahan alam anorganik, atau material A Novel Low-Cost Adsorbent. International
lain untuk meningkatkan performa kitosan dalam Journal of Biological Macromolecules. 96.
adsorpsi dan ketahanan kitosan secara mekanik. 324–333
Adanya ion lain berupa sistem biner, tersier, [7]. Aizat, MA., and Aziz, F. 2019. Chitosan
maupun kuartener di dalam sistem menurunkan Nanocomposite Application in Wastewater
kapasitas adsorpsi kitosan termodifikasi sehingga Treatments. In Nanotechnology in Water
cenderung bersifat antagonis dibanding non- and Wastewater Treatment. Elsevier.
interaksi dan sinergi. Hal tersebut disebabkan Oxford
jumlah situs yang tersedia pada permukaan [8]. Aranaz, I., Alcántara, AR., Civera, MC., Arias,
adsorben terbatas dan interaksi tolak menolak C., Elorza, B., Heras Caballero, A., and
antara ion logam dalam larutan. Selektivitas Acosta, N. 2021. Chitosan: An Overview of
kitosan termodifikasi untuk ion Pb(II) dan Cd(II)

35
Its Properties and Applications. Polymers. hybrid Composite Microspheres.
13(19). 3256 Carbohydrate Polymers. 130. 333–343
[9]. Younes, I., and Rinaudo, M. 2015. Chitin and [18]. Salih, SS., and Ghosh, TK. 2018. Highly
Chitosan Preparation from Marine Sources. Efficient Competitive Removal of Pb(II) and
Structure, Properties and Applications. Ni(II) by Chitosan/Diatomaceous Earth
Marine Drugs. 13(3). 1133–1174 Composite. Journal of Environmental
[10]. Azeman, NH., Arsad, N., and A Bakar, AA. Chemical Engineering. 6(1). 435–443
2020. Polysaccharides as the Sensing [19]. Sellaoui, L., Soetaredjo, FE., Ismadji, S.,
Material for Metal Ion Detection-Based Bonilla-Petriciolet, A., Belver, C., Bedia, J.,
Optical Sensor Applications. Sensors. 20(14). Ben Lamine, A., and Erto, A. 2018. Insights
3924 on the Statistical Physics Modeling of the
[11]. Shahbazi, A., Marnani, NN., and Salahshoor, Adsorption of Cd2+ and Pb2+ Ions on
Z. 2019. Synergistic and Antagonistic Effects Bentonite-Chitosan Composite in Single and
in Simultaneous Adsorption of Pb(II) and Binary Systems. Chemical Engineering
Cd(II) from Aqueous Solutions onto Chitosan Journal. 354. 569–576
Functionalized EDTA-Silane/mGO. [20]. Maity, J., and Ray, SK. 2018. Chitosan Based
Biocatalysis and Agricultural Biotechnology. Nano Composite Adsorbent—Synthesis,
22. 101398 Characterization and Application for
[12]. Bozorgi, M., Abbasizadeh, S., Samani, F., Adsorption of Binary mixtures of Pb(II) and
and Mousavi, SE. 2018. Performance of Cd(II) from Water. Carbohydrate Polymers.
Synthesized Cast and Electrospun 182. 159–171
PVA/chitosan/ZnO-NH2 Nano-adsorbents in [21]. Chen, M., Guo, Q., Pei, F., Chen, L., Rehman,
Single and Simultaneous Adsorption of S., Liang, S., Dang, Z., and Wu, P. 2020. The
Cadmium and Nickel Ions from Wastewater. role of Fe(III) in Enhancement of Interaction
Environmental Science and Pollution Between Chitosan and Vermiculite for
Research. 25(18). 17457–17472 Synergistic Co-removal of Cr(VI) and Cd(II).
[13]. Jafarnejad, M., Asli, MD., Taromi, FA., and Colloids and Surfaces A: Physicochemical
Manoochehri, M. 2020. Synthesis of Multi- and Engineering Aspects. 606. 125356
functionalized Fe3O4-NH2-SH Nanofiber [22]. Laus, R., and de Fávere, VT. 2011.
Based on Chitosan for Single and Competitive Adsorption of Cu(II) and Cd(II)
Simultaneous Adsorption of Pb(II) and Ni(II) Ions by Chitosan Crosslinked with
from Aqueous System. International Journal Epichlorohydrin–Triphosphate. Bioresource
of Biological Macromolecules. 148. 201–217 Technology. 102(19). 8769–8776
[14]. Fan, C., Li, K., Li, J., Ying, D., Wang, Y., and [23]. Deng, J., Liu, Y., Liu, S., Zeng, G., Tan, X.,
Jia, J. 2017. Comparative and Competitive Huang, B., Tang, X., Wang, S., Hua, Q., and
Adsorption of Pb(II) and Cu(II) using Yan, Z. 2017. Competitive Adsorption of
Tetraethylenepentamine Modified Pb(II), Cd(II) and Cu(II) onto Chitosan-
chitosan/CoFe2O4 Particles. Journal of pyromellitic Dianhydride Modified Biochar.
Hazardous Materials. 326. 211–220 Journal of Colloid and Interface Science. 506.
[15]. He, H., Ma, L., Zhu, J., Frost, RL., Theng, 355–364
BKG., and Bergaya, F. 2014. Synthesis of [24]. Sharma, RKr., Lalita, and Singh, AP. 2017.
Organoclays: A Critical Review and Some Sorption of Pb(II), Cu(II), Fe(II) and Cr(VI)
Unresolved Issues. Applied Clay Science. Metal Ions onto Cross-linked Graft
100. 22–28 Copolymers of Chitosan with Binary Vinyl
[16]. Futalan, CM., Kan, C.-C., Dalida, ML., Hsien, Monomer Mixtures. Reactive and
K.-J., Pascua, C., and Wan, M.-W. 2011. Functional Polymers. 121. 32–44
Comparative and Competitive Adsorption of [25]. Yang, Y., Zeng, L., Lin, Z., Jiang, H., and
Copper, Lead, and Nickel using Chitosan Zhang, A. 2021. Adsorption of Pb2+, Cu2+ and
Immobilized on Bentonite. Carbohydrate Cd2+ by Sulfhydryl Modified Chitosan Beads.
Polymers, 83(2), 528–536 Carbohydrate Polymers. 274. 118622
[17]. Zeng, L., Chen, Y., Zhang, Q., Guo, X., Peng, [26]. Ghaee, A., Shariaty-Niassar, M., Barzin, J.,
Y., Xiao, H., Chen, X., and Luo, J. 2015. and Zarghan, A. 2012. Adsorption of Copper
Adsorption of Cd(II), Cu(II) and Ni(II) Ions by and Nickel Ions on Macroporous Chitosan
Cross-linking Chitosan/Rectorite Nano- Membrane: Equilibrium Study. Applied
Surface Science. 258(19). 7732–7743

36
[27]. Suptijah, P., Jacob, AM., and Mursid, S. Lokasi Perairan Indonesia pada Tahun 2001
2010. Teknik Peranan Kitosan dalam sampai dengan 2005. Squalen. 3(1). 7 – 15
Peningkatan Pertumbuhan Tomat [34]. Siswoyo, E., and Habibi, GF. 2018. Sebaran
(Lycopersicum esculentum) selama Fase Logam Berat Kadmium(Cd) dan Timbal (Pb)
Vegetatif. Akuatik-Jurnal Sumberdaya pada Air Sungai dan Sumur di Daerah
Perairan. 4(1). 9 -14 Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
[28]. Amalia, KP., Ekayani, M., and Nurjanah. Wukirsari Gunung Kidul, Yogyakarta. Jurnal
2021. Pemetaan dan Alternatif Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan di Lingkungan. 8(1). 1 – 6
Indonesia. JPHPI. 24(3). 310 – 218 [35]. Roza, SY., and Muhelni, L. 2019. Analisis
[29]. Nurhikmawati, F., Manurung, M., and Kandungan Cd, Cu, dan Pb pada Air
Laksmiwati, AAIA. 2014. Penggunaan Permukaan dan Sedimen Permukaan di
Kitosan dari Limbah Kulit Udang sebagai Muara-muara Sungai Kota Padang. Jurnal
Inhibitor Keasaman Tuak. Jurnal Kimia. 8(2). Akuatika Indonesia. 4(1). 1 – 5
191 – 197 [36]. Ali, M., Mulyasuryani, A., and Sabarudin, A.
[30]. Kementerian Kelautan dan Perikanan 2013. Adsorption of Cadmium by Silica
Republik Indonesia. 2021. Terobosan KKP Chitosan. The Journal of Pure and Applied
Genjot Produksi Budidaya Udang Nasional. Chemistry Research. 2(2). 62 – 66
https://kkp.go.id/artikel/33929-terobosan- [37]. Widwiastuti, H., Mulyasuryani, A., and
kkp-genjot-produksi-budidaya-udang- Sabarudin, A. 2013. Extraction of Pb2+ using
nasional. Diakses pada tanggal 7 April 2022 Silica from Rice Husks Ash (RHA)-Chitosan as
[31]. Tanasale, MFJDP., Killay, A., and Laratmase, Solid Phase. The Journal of Pure and Applied
MS. 2012. Kitosan dari Limbah Kulit Kepiting Chemistry Research. 2(1). 42 – 47
Rajungan (Portunus sanginolentus L.) [38]. Sabarudin, A., and Motomizu, S. 2013.
sebagai Adsorben Zat Warna Biru Metilena. Functionalization of Chitosan with 3,4,5-
Jurnal Natur Indonesia. 14(2). 165 – 171 Trihydroxy Benzoic Acid Moeity for the
[32]. Syukro, R. 2021. 2024 Nilai Produksi Uptake of Chromium Species. The Journal of
Perikanan Budidaya Naik Capai Rp 250 Pure and Applied Chemistry Research. 2(1).
Triliun.https://www.beritasatu.com/ekono 48 – 54
mi/841135/2024-nilai-produksi-perikanan- [39]. Darjito, D., Purwonugroho, D., and Ningsih,
budidaya-naik-capai-rp-250-triliun. Diakses R. 2014. The Adsorption of Cr(VI) using
pada tanggal 8 April 2022 Chitosan-Alumina Adsorbent. The Journal of
[33]. Siregar, TH., and Murtini, JT. 2008. Pure and Applied Chemistry Research.
Kandungan Logam Berat pada Beberapa 3(2).53 – 61

37

Anda mungkin juga menyukai