Anda di halaman 1dari 43

TUGAS

METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL


BAGIA KE II

EFEKTIVITAS ELEKTRONIK GOVERNMENT


SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BARANG PAKAI HABIS
PADA DINAS PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
PROVINSI SULWESI TENGAH

Oleh

MIRWANSYAH
B102 22 059

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN ALUR PIKIR

2.1. Penelitian Terdahulu

Studi tentang Efektifitas sebuah Sistem Aplikasi telah banyak dilakukan

oleh beberapa peneliti sebelumnya dengan berbagai penekanan dan pendekatan

yang berbeda dan oleh sebab itu hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai

referensi untuk memberikan dukungan secara ilmiah dan sebagai perbandingan

hasil penelitian terhadap peneitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Diani Magister Ilmu

Administrasi Publik Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2017 dengan judul

penelitian “ Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian

(SIMPEG) Pada Kantor Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD)

Kabupaten Enrekang.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan sistem

informasi manajemen kepegawaian pada badan kepegawaian dan diklat

daerahKabupaten Enrekang.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana

dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau

menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.teknik pengumpulan data

melalui wawancara kepada informan yang dianggap berpotensi untuk memberikan

informasi terkait dengan hal yang diteliti, juga melalui observasi dan

dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penerapan sistem informasi

manajemen kepegawaian pada badan kepegawaian dan Diklat Daerah Kabupaten

Enrekang yang di lihat dari empat kriteria yaitu adaptasi, integrasi, dan produksi

serta motivasi belum efektif. Hal ini dibuktikan dengan berdasarkan observasi dan

wawancara yang dilakukan, pada kriteria adaptasi dan motivasi belum efektif

karena pada instansi tersebut jumlah operator yang mampu mengoperasikan

aplikasi dengan teknologi yang tersedia masih sangat terbatas dan pengadaan

pelatihan kepada staff-staff pengolah data yang tidak rutin serta belum efektif

dalam penyediaan sarana dan prasarana teknologi informasi dalam hal ini masih

kekurangan komputer untuk pengolahan data.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma

Diani adalah sama-sama menggunakan penelitian Kualitatif dan penelitian ini juga

sama memfokuskan penelitian pada konsep Efektivitas, serta sama-sama

menggunakan pengukuran efektivas menurut Emitai Etzioni. Akan tetapi didalam

penelitian ini pula terdapat beberapa perbedaan diantaranya perbedaan lokasi

penelitian, yang dimana penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Diani

berlokasi di Kabupaten Enrekang sedangkan Peneliti memilih lokasi penelitian di

Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Serta perbedaan lainnya adalah penulis

melakukan penelitian efektifitas Aplikasi SIMPAN yang di gunakan oleh

Kasubbag Keuangan Dan Asset dalam menegelolah Asset milik Daerah,

sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rahma Diani Mengukur

Efektifitas Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG).


Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Tri Wahyuni Program

Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Surabaya dengan judul penelitian “Efektivitas Sistem Aplikasi Pelayanan

Kepegawaian (SAPK) Sebagai Kelancaran Penanganan Ususlan Berkas Masuk

Pada Badan Kepegawaian Negara (BKN) Regional II Surabaya Jawa Timur”

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas Sistem Aplikasi

Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Sebagai Kelancaran Penanganan Usulan Berkas

Masuk Pada Badan Kepegawaian Negara (BKN) Regional II Surabaya Jawa

Timur. Jenis penelitian ini adalah merupakan penelitian deskriptif kualitatif,

dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah sistem pengamatan

observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Adapun hasil dari penelitian menunjukkan bahwa SAPK dinilai sudah

efektif dalam membantu penanganan usulan berkas masuk yang ada di BKN

karena mempermudah pekerjaan dari para pegawai, mempersingkat waktu

penanganan berkas, serta menghemat biaya operasional dari bidang yang

menggunakannya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri

Wahyuni adalah menggukan penelitian kualitatif. Akan tetapi pada penelitian ini

juga mempunyai perbedaan di segi penentuan lokasi dan pengukuran efektivitas,

penelitian ini memilih lokasi Di kantor DPMD Prov. Sulteng Di kota Palu

sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Try Wahyuni Memilih Lokasi di

Surabaya Jawa Timur pada Kantor Badan Kepegawaian Negara (BKN) Regional
II. Adapun Teori yang digunakan untuk mengukur efektivitas menggukan teori

dari Emitai Etzioni sedangkan penelitian yang dilakukan Oleh Tri Wahyuni

menggunakan Teori dari Fatta (2007).

Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Natzir Program Studi

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin Tahun 2018 dengan judul Penelitian “ Efektifitas Sistem Informasi

Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan

dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Kabupaten Toraja Utara.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan sistem

informasi manajemen kepegawaian pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan daerah Kabupaten Toraja Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana

dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau

menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti. teknik pengumpulan data

melalui wawancara kepada informan yang dianggap berpotensi untuk memberikan

informasi terkait dengan hal yang diteliti, juga melalui observasi dan

dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penerapan sistem informasi

manajemen kepegawaian pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Daerah Kabupaten Toraja Utara yang di lihat dari tiga pendekatakan efektivitas

yaitu, pendekatan sumber, pendekatan proses dan pendekatan output. Penulis

melihat bahwa dalam pendekatan sumber masih kurang efektif, hal ini dapat
dilihat dari hasil observasi dan wawancara yang menemukan beberapa kendala

dalam pelaksanaan SIMPEG, yaitu dalam pemanfaatan sumber daya manusia

jumlah operator yang mampu mengoperasikan SIMPEG dengan teknologi yang

tersedia masih sangat terbatasdan dalam penginputan data pegawai sering

mengalami keterlambatan karena permasalahan jaringan internet. Dalam

pendekatan proses sudah dapat dikatakan efektif karena dalam instansi tersebut

telah mengelola data-data penginputan ke dalam database pegawai, dan

pendekatan sasaran juga dapat dikatakan efektif karena hasil data dari SIMPEG

telah digunakan oleh berbagai stakeholder sebagai sumber informasi dan

pengambilan keputusan.

Adapun Persamaan Penelitian ini adalah sama-sama menekankan pada

Konsep Efektifitas dan penggunaan metode penelitian kualitatif. Sedangkan

perbedaan dari penelitian ini yaitu pada pemilihan lokasi dan teori yang di

gunakan. Penelitian ini menggunakan teori Efektivitas Dari Emitai Etzioni

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Riski Natzir menggunakan teori dari

Lubis, Hari & Huseini, Martani, (1987). Kemudian lokasi pada penelitian ini

berada di Kota Palu Prov. Sulteng, sedangkan penelitian tersebut berlokasi di

Kantor BPPD Kabupaten Toraja Utara.

Dari berbagai kajian penelitian terdahulu tentang konsep Efektivitas di

Indonesia, maka untuk melihat perbedaan secara lebih detail dapat dilihat dari

persamaan dan perbedaan anatara penelitian terdahulu dengan penelitian ini dalam

bentuk matrik berikut :


TABEL. 1 Matriks Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Teori Metode Lokasi Hasil Penelitian
1. Nur Rahma Diani Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Emitai Metode yang Kantor Badan Hasil penelitian menunjukkan
Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Etzioni Digunakan Kepegawaian bahwa efektivitas penerapan sistem
Pada Kantor Badan Kepegawaian dan adalah metode dan Diklat informasi manajemen kepegawaian
Diklat Daerah (BKDD) Kabupaten Penelitian Daerah pada badan kepegawaian dan
Enrekang Kualitatif (BKDD) Diklat Daerah Kabupaten
Kabupaten Enrekang yang di lihat dari empat
Enrekang kriteria yaitu adaptasi, integrasi,
dan produksi serta motivasi belum
efektif.
2. Tri Wahyuni Efektivitas Sistem Aplikasi Pelayanan Fatta Metode yang Kantor Badan Adapun hasil dari penelitian
Kepegawaian (SAPK) Sebagai digunakan Kepegawaian menunjukkan bahwa SAPK dinilai
Kelancaran Penanganan Ususlan Berkas adalah Negara (BKN) sudah efektif dalam membantu
Masuk Pada Badan Kepegawaian metode Regional II penanganan usulan berkas masuk
Negara (BKN) Regional II Surabaya penelitian Surabaya Jawa yang ada di BKN karena
Jawa Timur kualitatif Timur mempermudah pekerjaan dari para
pegawai,
3 Rizki Natzir Efektifitas Sistem Informasi Manajemen Emitai Metode yang Kantor Badan Hasil penelitian menunjukkan
Kepegawaian (SIMPEG) Di Kantor Etzioni digunakan Kepegawaian bahwa efektivitas penerapan sistem
Badan Kepegawaian Pendidikan dan adalah Pendidikan informasi manajemen kepegawaian
Pelatihan Daerah (BKPPD) Kabupaten metode dan Pelatihan pada Badan Kepegawaian,
Toraja Utara penelitian Daerah Pendidikan dan Pelatihan Daerah
kualitatif (BKPPD) Kabupaten Toraja Utara masih
Kabupaten kurang efektif
Toraja Utara
4 Mirwansyah Efektivitas Elektronik Government Emitai Metode yang Kantor DPMD
Sistem Informasi Manajemen Barang Etzioni digunakan Provinsi
Pakai Habis Pada Dinas Pemeberdayaan adalah Sulawesi
Masyarakat Dan Desa Provinsi Sulwesi metode Tengah. Kota
Tengah penelitian Palu
kualitatif
2.2. Kajian Pustaka

2.2.1. Administrasi Publik

Administrasi publik atau dulu dikenal dengan administrasi Negara

pada dasarnya adalah sebuah bentuk kerjasama administratif yang

dikerjakan oleh dua orang atau lebih demi mencapai tujuan bersama. Goal

dari administrasi public itu sendiri adalah pelayanan publik atau public

sevice. Administrasi public memiliki kajian ilmu tentang politik, hukum,

social, serta manajemen.

Pengertian administrasi publik secara umum terdiri dari dua suku kata

yaitu administrasi dan publik. Pengertian administrasi dalam arti sempit

merupakan penyususnan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis

dengan maksud untuk menyediakan keterangan serta memudahkan

memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu

sama lain. Sedangkan pengertian administrasi dalam artiluas adalah seperti

yang dikembangkan oleh para tokoh teori administrasi maupun yang

dikembangkan didunia pendidikan tinggi dewasa ini, seperti yang ditelaah

dalam fakultas ilmu administrasi. Jadi rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh sekelompok orang dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan

tertentu disebut administrasi dalam arti luas.

Demikian halnya pengetian public dapat berarti umum, masyarakat

atau Negara. Yang didefinisikan sebagai “umum” misalnya milik umum,

tempat umum perusahaan umum dan lain-lain yang sifatnya untuk umum.

Dan yang didefinisikan sebagai “masyarakat” misalnya hubungan


masyarakat, kepentingan masyarakat, dan lain-lain. Kemudian yang

dideinisikan sebagai “Negara” misalnya otoritas Negara, gedung Negara

keuangan Negara dan lain sebagainya.

Menurut Islamy (2009:2) administrasi Negara adalah suatu disiplin

ilmu yang unik, apabila dipandang dari sudut tertentu (teori organisasi dan

teknik-teknik manajemen) sangat berbeda sekali, baik dengan ilmu politik

(public administration’s mother discipline) maupun ilmu administrasi

(public administration traditional alterego). Administrasi Negara berbeda

dengan ilmu politik dalam tekanannya pada struktur dan prilaku

administrasi serta metodologinya. Dan administrasi Negara berbeda dengan

ilmu administrasi dimana teknik-teknik evaluasi yang dipakai oleh

badan/lembaga pemerintahan berbeda dengan yang dipakai oleh organisasi

suwasta, hal ini disebabkan karena oragnisasi swasta yang beurusaha

mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dan dalam proses pembuatan

keputusannya kurang terikat untuk memerhatikan kepentingan umum

(public Interest). Tidak sama halnya dengan oragnisasi public yang harus

senantiasa memperhatikan kepentingan umum, karena oragnisasi tersebut

harus memberikan pelayanan umum (public service) yang sebaik-baiknya.

Dimock & Dimock dan Louis W. Koening (1960) mengatakan bahwa

administrasi public adalah kegiatan pemerintah dalam melaksanakan

kekuasaan politiknya, demikian halnya John M. Pfifner dan Robert V.

Presthus (1960) mendefinisikan administrasi public adalah (1) meliputi

Implementasi kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan


perwakilan politik, (2) koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompok

untuk melaksanakan kebijakan pemerintah. Hal ini meliputi pekerjaan

sehari-hari pemerintah. (3) suatu proses yang bersangkutan dengan

pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah, pengarahan kecakapan dan

teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memeberikan arah dan

maksud terhadap usaha sejumlah orang.

Administrasi public, seperti yang dirumuskan oleh Pfiffner dan

Presthus tersebut, adalah sebuah disiplin ilmu yang terutama mengkaji cara-

cara untuk mengimplementasikan nilai-nilai politik. Hal tersebut sejalan

dengan gagasan awal Woodrow Wilson (1887) yang dianggap sebagai orang

yang membidangi lahirnya ilmu administrasi public modern di Amerika

Serikat. Ia mengemukakan bahwa disiplin administrasi public merupakan

produk perkembangan ilmu politik, namun Wilson mengusulkan adanya

pemisahan disiplin administrasi dari ilmu politik. Gagasan ini kemudian

dikenal sebagai dikotomi politik-administrasi. Ilmu daministrasi public,

menurut Wilson, berkaitan dengan dua hal utama, yaitu : (1) What

Government can properly and successfully do ? (apa ayang dapat dilakukan

oleh pemerintah dengan baik sebagaimana mestinya ?). (2) How it can do

these proper things whit the utmost possible efficiency and at the least

possible cost either of money or energy ? (bagaimana dapat melakukan

sesuatu hal sepenuhnya secara efesien mungkin dengan sedikit tenaga dan

biaya).
Bertolak dari gagasan dasar tersebut, manurutnya dapat diyakini

bahwa administrasi public dapat berperan positif dalam mengawal proses

demokratisasi sampai pada tujuan yang dicita-citakan, karena pada dasarnya

administrasi public berurusan dengan persoalan bagaimana menentukan to

do the right things and to do the things right. Dengan kata yang berbeda,

administrasi public bukan saja berurusan dengan cara-cara yang efesien

untuk melakukan proses demokratisasi, melainkan juga mempunyai

kemampuan dalam menentukan tujuan proses demokratisasi itu sendiri,

terutama dalam bentuk penyelenggaraan pelayanan public secara efektif

sebagai wujud dari penjaminan hak-hak konstitusional seluruh warga

Negara.

Selanjutnya Nigro & Nigro (1970) mendefenisikan administrasi public

adalah (1) suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan pemerintah, (2)

meliputi tiga cabang pemerintah : eksekutif, legislative dan serta hubungan

diantara mereka, (3) mempunyai peranan penting dalam urusan kebijakan

pemerintah, dan karenanya merupakan sebagaian dari proses politik, (4)

sangat erat berkaitan dengan berbagai macam kelompok suwasta dan

perorangan dalam penyajian pelayanan kepada masyarakat, dan (5) dalam

beberapa hal berbeda pada penempatan pengertian dengan administrasi

persorangan.

Lain halnya Nugroho (2012:147) mengungkapkan bahwa dewasa ini

tidaklah mudah mendefinisikan “administrasi public”. Menurutnya ada dua

alas an pokok, pertama karena begitu banyak definisi administrasi public.


Bahkan The Liang Gie (1980) adalah salah seorang pakar administrasi

public pertama di Indonesia, pada tahun 1970-an berhasil menginventarisir

45 defenisi administrasi public. Kerumitan semakin bertambah karena

istilah ini berasal dari bahasa Ingrris, yaitu Public Administration. Tidak

ada kesepakatan atau ketunggalan dalam penerjemahan kebahasa Indonesia.

Ada yang tetap menggunakan istilah adminnistrasi public, administrasi

negara, administrasi pemerintahan, bahkan ada yang secara khusus merujuk

pada birokrasi ataupun system politik.

Dari pengertian atau defenisi administrasi public secara umum

sebagaimana diuraikan diatas dan merujuk dari beberapa pengertian

administrasi public menurut para ahli, maka peneliti dapat menyimpulkan

bahwa administrasi public atau negara segala hal yang mengatur proses

ketatanegaraan (pemerintahan) yang sifatnya nonprofit namun benefit yang

di tunjukkan pada masyarakat dan sesuai dengan tujuan negara yang telah

ditetapkan dalam undang-undang serta bertujuan untuk lebih memahami

hubungan pemerintah dangan public dalam peningkatan responsibilitas

kebijakan terhadap berbagai kebutuhan public yang inti pokoknya adalah

melaksanakan pembangunan dan mengurusi atau memberikan pelayanan

untuk kepentingan masyarakat secara efektif, fesien dan rasional, karena

salah satu tugas dari administrasi public adalah pembuat kebijakan atau

Policy maker atau yang lebih dikenal dengan kebijakan public. Artinya para

administrator ini membuat suatu kebijakan dengan tujuan untuk mnegatasi

permasalahan-permasalahan yang ada di ranah public (masyarakat).


Peran administrasi public dalam suatu negara sangat vital

sebagaimana pendapat Karl polangi dalam Keban (2004:15) dia mengatakan

bahwa kondisi ekonomi suatu negara sangat tergantung kepada dinamika

administrasi public. Selanjutnya Grey (1989) menjelaskan bahwa peran

administrasi public dalam masyarakat sebagai berikut : (1) aministrasi

public berperan menjamin pemerataan distribusi pendapatan nasional

kepada kelompok masyarakat miskin secara berkeadilan. (2) administrasi

public melindungi hak-hak masyarakat atas kepemilikan kekayaan, serta

menjamin kebebasan bagi masyarakat untuk melaksanakan tanggung jawab

atas diri mereka sendiri dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pelayanan

bagi kelompok masyarakat yang lanjut usia (3) administrasi public berperan

malestarikan nilai-nilai tradisi masyarakat yang sangat berfariasi itu dari

generasi kegenerasi berikutnya, serta memberikan jaminan dan dukungan

sumber-sumber sehingga nilai-nilai tersebut mampu tumbuh dan

berkembang sesuai tuntutan perubahan zaman, serta dapat terus hidup

bersama secara damai, sersi dan selaras dengan budaya lain

dilingkungannya.

Peran administrasi public pada dasarnya untuk mencapai tujuan secara

efesien dan efektif. Oleh karena itu, setiap kegiatan dalam administrasi

public diupayakan tercapainya tujuan sesuai dengan yang direncanakan dan

mengandung rasio terbaik antara input dan output. Selanjutnya ruang

lingkup administrasi public adalah dilihat dari topic-topik yang dibahas

selain perkembangan ilmu administrasi public itu sendiri sebagaimana


Nicholas Hendry (1995) menyebutnya : (1) organisasi public pada

perinsipnya berkenaan dengan model-model organisasi dan perilaku

birokrasi. (2) Manajemen public yaitu berkenaan dengan system dan ilmu

manajmen. Evaluasi program dan produktifitas anggaran public dan

amanjemen sumberdaya manusia dan (3) implementasi yaitu menyangkut

pendekatan terhadap kebijakan public dan implementasinya, privatisasi

administrasi antar pemerintahan dan etika birokrasi.

Uraian ruang lingkup administrasi public tersebut diatas dapat

difahami bahwa aspek yang paling penting dalam menentukan ruang

lingkup administrasi public adalah kepentingan public karna administrasi

public mengandung tanggung jawab moral untuk mensejahtrakan

masyarakat, karena itu administrasi public mempunyai prioritas dalam

memberikan arahan atau pelayanan terhadap masyarakat.

Sebagaimana telah dipaparkan di awal bahwa terdapat berbagai

definisi mengenai administrasi, dapat diklasifikasikan dalam berbagai

dimensi dalam administrasi publik. Perspektif mengenai dimensi-dimensi

administrasi publik dapat dilihat dari beberapa pendapat ahli sebagai

berikut:

a. Menurut Dimock & Fox, administrasi publik merupakan

produksi barang dan jasa yang direncanakan untuk melayani

kebutuhan masyarakat konsumen. Definisi tersebut melihat

administrasi publik sebagai kegiatan ekonomi atau serupa


dengan bisnis tetapi khusus dalam menghasilkan barang dan

pelayanan publik.

b. Barton & Chappel melihat administrasi publik sebagai the

work of government atau pekerjaan yang dilakukan oleh

pemerintah. Definisi ini menekankan aspek keterlibatan

personil dalam memberikan pelayanan kepada publik.

c. Starling melihat administrasi publik sebagai semua yang

dicapai pemerintah, atau dilakukan sesuai dengan yang

dijanjikan pada waktu kampanye pemilihan. Dengan kata lain

batasan tersebut menekankan aspekthe accomplishing side of

government dan seleksi kebijakan publik.

d. Nigro dan Nigro mengemukakan bahwa administrasi publik

adalah usaha kerjasama kelompok dalam suatu lingkungan

publik yang mencangkup ketiga cabang judikatif, legislatif,

dan eksekutif, mempunyai suatu peranan penting dalam

memformulasikan kebijakan publik, sehingga menjadi bagian

dari proses politik yang sangat berbeda dengan cara-cara yang

ditempuh oleh administrasi swasta dan berkaitan erat dengan

beberapa kelompok swasta dan individu dalam pemberian

pelayanan kepada masyarakat. Definisi ini lebih menekankan

proses institusional yaitu bagaimana usaha kerja sama


kelompok sebagai kegiatan publik yang benar-benar berbeda

dari kegiatan swasta.

e. Rosenbloom memberi batasan administrasi publik sebagai

pemanfaatan teori-teori dan proses-proses manajemen, politik,

dan hukum untuk memenuhi mandat pemerintah di bidang

legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam rangka menjalankan

fungsi pengaturan dan pelayanan terhadap masyarakat secara

keseluruhan atau sebagian. Definisi ini menekankan aspek

proses institusional atau kombinasi ketiga jenis kegiatan

pemerintah yaitu eksekutif, yudikatif, dan legislatif.

f. Nicholas Henry memberi batasan bahwa administrasi publik

adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan

praktek dengan tujuan mempromosi pemahaman tentang peran

pemerintah dalam suatu hubungannya dengan masyarakat yang

diperintah, dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih

responsif terhadap kebutuhan sosial. Administrasi publik

berusaha melembagakan praktek-praktek manajemen agar

sesuaidengan efektivitas, efisiensi, dan pemenuhan secara

lebih baik kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, definisi

ini melihat bahwa administrasi publik merupakan kombinasi

teori dan praktek yang mencampuri proses manajemen dengan

pencapaian nilai-nilai normatif dalam masyarakat (Keban,

2008:6).
Berdasarkan berbagai dimensi administrasi di atas, dapat dikatakan

bahwa administrasi publik merupakan bagian dari administrasi umum yang

mempunyai lapangan lebih luas. Lapangan lebih luas yang dimaksud adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari lembaga-lembaga mulai dari suatu

keluarga sehingga perserikatan bangsa-bangsa (Dimock dan Dimock,

1992:19). Administrasi publik merupakan bagian dari administrasi umum

yang mempunyai lapangan lebih luas yaitu ilmu pengetahuan yang

mempelajari bagaimana lembaga- lembaga mulai dari satu keluarga hingga

perserikatan bangsa- bangsa disusun, digerakkan, dan dikemudikan.

Administrasi publik juga merupakan bagian ilmu politik yang mempelajari

penentuan kebijaksanaan negara dalam suatu proses.

2.2.2. Pardigma Administrasi Publik

Kajian dan praktek administrasi publik di berbagai negara terus

berkembang. Berbagai perubahan terjadi seiring dengan berkembangnya

kompleksitas persoalan yang dihadapi oleh administrator publik.

Kompleksitas ini ditanggapi oleh para teoritisi dengan terus

mengembangkan ilmu administrasi publik. Denhardt & Denhardt

mengungkapkan bahwa terdapat tiga perspektif dalam administrasi publik.

Perspektif tersebut adalah Old Public Administration, New Public

Management, dan New Public Service.

Model Old Public Administration atau Administrasi Publik Klasik

memberikan perhatian pada bagaimana pemerintah melakukan tindakan

administrasi secara demokratis, efisien dan efektif, dan bebas dari


manipulasi kekuasaan, serta bagaimana pemerintah dapat beroperasi

secara tepat, benar, dan berhasil (Wilson, 1887). Fokus perhatiannya

adalah interaksi dan kerjasama di dalam organisasi pemerintah yang

dibangun melalui hirarki. Model ini memberikan peran yang sangat besar

kepada pemerintah, baik dalam perumusan kebijakan maupun

penyampaian pelayanan publik. Dengan sifat yang hirarkis dan berpusat

pada pemerintah, maka hubungan antara pemerintah dengan swasta dan

masyarakat cenderung dimaknai sebagai hubungan yang bersifat atasan

dan bawahan, interaksi sepihak dan tidak setara, kerjasama struktural dan

formal, atau pada titik yang paling ekstrim, tidak ada kolaborasi sama

sekali.

Organisasi publik diidentikan dengan tidak efisien, tidak efektif, tidak

produktif, tidak kreatif serta miskin inovasi. Oleh karena itu timbulah

suatu gerakan untuk melakukan reformasi terhadap manajemen sektor

publik. Salah satu gerakan reformasi sektor publik adalah munculnya

paradigma New Public Management atau NPM. Istilah New Public

Management pada awalnya dikenalkan oleh Christopher Hood tahun 1991.

Ditinjau dari persepktif historis, pendekatan manajemen sektor publik

pada awalnya muncul di Eropa tahun 1980- an dan 1990-an sebagai reaksi

tidak memadainya model administrasi publik tradisonal.

Pendekatan NPM ini menghendaki suatu birokrasi publik yang

memiliki kriteria Good Governance, dengan kemampuan memacu

kompetisi, akuntabilitas, responsip terhadap perubahan, transparan,


berpegang pada aturan hukum, mendorong adanya partisipasi pengguna

jasa, mementingkan kualitas, efektif dan efisien, mempertimbangkan rasa

keadilan bagi seluruh pengguna jasa, dan terbangunnya suatu orientasi

pada nilai-nilai untuk mewujudkan Good Government itu sendiri.

NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa

praktik manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan

praktik manajemen sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki

kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik

manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam sektor publik

seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi serta privatisasi

perusahaan publik. Karakteristik utama NPM adalah perubahan

lingkungan birokrasi yang didasarkan pada aturan baku menuju system

manajemen publik yang lebih fleksibel dan lebih berorientasi kepada

kepentingan publik.

Hal lain yang mendukung bahwa peran pemerintah masih sangat

dibutuhkan dalam pelayanan publik adalah kenyataan bahwa prinsip

ekonomi dan efisiensi tidak selau dapat diterapkan pada semua aktivitas

pemerintah (misalnya fasilitassosial dan fasilitas umum). Modern

government tidak hanya mencakup efisiensi dan ekonomis, tapi juga

merupakan hubungan akuntabilitas antara negara dengan warga negara,

dimana warga negara tidak diberlakukan hanya sebagai konsumen tapi

juga sebagai warga negara yang memiliki hak untuk mendapatkan jaminan
atas kebutuhan dasar dan menuntut pemerintah untuk bertanggungjawab

atas berbagai kebijakan yang dilakukan (Minogue, 1998).

Perspektif NPM memperoleh kritik keras dari banyak pakar. Mereka

memandang bahwa perspektif ini, seperti halnya perspektif Old Public

Administration, tidak hanya membawa teknik administrasi baru namun

juga seperangkat nilai tertentu. Masalahnya terletak pada nilai-nilai yang

dikedepankan tersebut seperti efisiensi, rasionalitas, produktivitas dan

bisnis karena dapat bertentangan dengan nilai-nilai kepentingan publik dan

demokrasi. Oleh karena itu, J.V Denhardt dan R.B Denhardt tahun 2003

memperkenalkan paradigma The New Public Service. Keduanya

menyarankan untuk meninggalkan prinsip Administrasi Publik Tradisional

dan New Public Management dan beralih ke paradigma The New Public

Service. The New Public Service adalah teori manajemen publik yang

mengajarkan egaliter dan persamaan hak diantara warga negara. Dalam

model ini kepentingan publik dirumuskan sebagai hasil dialog dari

berbagai nilai yang ada di dalam masyarakat. Kepentingan publik bukan

dirumuskan oleh elite politik seperti yang tertera dalam aturan.

Dasar teoritis pelayanan publik yang ideal menurut paradigma The

New Public Service yaitu pelayanan publik yang harus responsif terhadap

berbagai kepentingan dan nilai-nilai publik yang ada. Tugas pemerintah

adalah melakukan negosiasi dan mengelaborasi berbagai kepentingan

masyarakat dan kelompok komunitas, hal ini mengandung pengertian

bahwa karakter dan nilai yang terkandung didalam pelayanan publik


tersebut harus berisi preferensi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.

Karena masyarakat bersifat dinamis maka karakter pelayanan publik juga

harus selalu berubah mengikuti perkembangan masyarakat (Dwiyanto,

2006:145).

Meskipun Paradigma New Public Service merupakan paradigma yang

sangat ideal dilihat dari aspek keadilan yang memungkinkan setiap warga

negara berhak mendapatkan pelayanan publik untuk peningkatan

kesejahteraannya misalnya dalam bidang pendidikan dan kesehatan,

namun hal tersebut sangatlah sulit dilakukan di negara-negara berkembang

seperti di Indonesia. Hal tersebut diakibatkan adanya keterbatasan dalam

sumber daya terutama finansial yang dimiliki suatu negara, sehingga tidak

semua warga negara dapat mengakses pelayanan publik tanpa

mengeluarkan biaya. Oleh karena itu, kecenderungan yang terjadi terutama

di negara berkembang seperti Indonesia adalah perwujudan dari paradigma

New Public Management dimana pemerintah menyediakan pelayanan

publik, dengan syarat harus ada pengorbanan finansial dari warga negara

sebagai pengguna pelayanan.

2.2.3. Konsep Efektivitas

Konsep efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas,

mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep

efektivitas ini oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal

tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan pendekatan

disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula
di dalam pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti

yang telah mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektivitas itu.

Emitai Etzioni (1982:54) mengemukakan bahwa “efektivitas

organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam

usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.” Komaruddin (1994:294) juga

mengungkapkan “efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan tingkat

keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan terlebih dahulu.” The Liang Gie (2000:24) juga mengemukakan

“efektivitas adalah keadaan atau kemempuan suatu kerja yang dilaksanakan

oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan.” Sedangkan

menurut pendapat Gibson (1984:28) mengemukakan bahwa “efektivitas

adalah konteks perilaku organisasi merupakan hubungan antar produksi,

kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan dan

pengembangan.”

Steers (1985:5) mengemukakan organisasi merupakan kesatuan yang

kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber dayanya demi tercapainya

tujuan. Semakin besar kemajuan yang diperoleh ke arah tujuan maka

organisasi semakin efektif pula. Dengan kata lain, efektivitas organisasi

merupakan tingkat keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya.

Agung Kurniawan (2005:109) mengemukakan bahwa efektivitas

organisasi adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan


program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak

adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa

efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu

memberikan gambaran mengenai keberhasilan dalam mencapai sasarannya

atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian

tujuan dari aktivasi-aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan

target yang telah ditetapkan sebelumnya.Jadi , Efektivitas organisasi dapat

diartikan sebagai suatu keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai

tujuan dan sasarannya.

2.2.4. Pendekatan Efektifitas

Pendekatan Efektivitas Steers (1985:5-7) mengemukakan pendekatan

efektivitas terdiri dari 3 konsep yaitu :

a. Optimisasi tujuan, dalam pendekatan ini efektivitas dijabarkan

berdasarkan kapasitas suatu organisasi untuk memperoleh dan

emanfaatkan sumber dayanya dalam usaha mengejar tujuan operasi

dan operasionalnya. Jadi, efektivitas dinilai menurut ukuran

seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuannya.

b. Perspektif sistem, melihat tujuan bukan sebagai akhir yang statis

tapi melihat tujuan yang telah tercapai sebagai masukan baru untuk

menentukan tujuan berikutnya.


c. Tekanan perhatian terhadap perilaku manusia, melihat bagaimana

tingkah laku individu dan kelompok dapat menyokong atau

menghalangi tercapainya tujuan organisasi.

Untuk menilai keefektifan suatu organisasi Robbins (1994:54)

mengemukakan beberapa pendekatan antara lain :

a. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)

Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat

dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means)

b. Pendekatan sistem (systemapproach) Pendekatan ini menekankan

bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka

perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya,

mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur

organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi

dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan

dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

c. Pendekatan konstituensi-strategis (strategic-contituencies-

approach) Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan tuntutan

konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut

memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan

hidupnya.

d. Pendekatan nilai-nilai yang bersaing (competing value sapproach)

Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas,

masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-


masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai

selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana

organisasi itu berada.

Gibson (1985:35) mengemukakan pendekatan efektivitas yaitu:

a. Pendekatan Tujuan Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi

dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan

tujuan menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai

kriteria untuk menilai efektivitas.

b. Pendekatan Teori Sistem. Teori sistem menekankan pada

pertahanan elemen dasar masukan-proses-pengeluaran dan

beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang menopang

organisasi.

c. Pendekatan Multiple Constituency. Pendekatan ini adalah

perspektif yang menekankan pentingnya hubungan relatif di antara

kepentingan kelompok dan individual dalam hubungan relatif

diantara kepentingan kelompok dan individual dalam suatu

organisasi.

2.2.5. Ukuran Efektifitas

Menurut Steers (1985), pengukuran efektivitas organisasi

sesungguhnya harus mencakup berbagai kriteria seperti : Kualitas,

Produktivitas, Adaptasi, Motivasi, Kepuasan, Keluar masuknya pekerja,

Kemangkiran. Sedangkan kriteria efektivitas menurut Gibson (1985:33-35)

yaitu :
a. Adaptasi, Motivasi, Kepuasan, Keluar masuknya pekerja,

Kemangkiran. Sedangkan kriteria efektivitas menurut Gibson

(1985:33-35) yaitu : a.Produktivitas, mencerminkan kemampuan

organisasi menghasilkan jumlah dan kualitas keluaran yang

dibutuhkan oleh lingkungan.

b. Efisiensi, mengacu pada ukuran penggunaan sumber daya oleh

organisasi.

c. Kepuasan, ukuran untuk menunjukkan tingkatan organisasi

memenuhi kebutuhan karyawannya.

d. Keadaptasian, tingkat ketanggapan organisasi terhadap perubahan

internal dan eksternal.

e. Pengembangan, kemampuan organisasi dalam memperbesar

kapasitas dan potensinya untuk berkembang serta memperbesar

kesempatan kelangsungan hidup jangka panjang.

Emitai Etzioni (Indrawijaya, 2010:187) mengemukakan pengukuran

efektivitas organisasi mencakup 4 kriteria yaitu :

a. Adaptasi, kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya secara internal untuk menghadapi perubahan

eksternal.

b. Integrasi, tingkat kemampuan organisasi mengadakan sosialisasi,

pengembangan konsensus dan komunikasi dengan organisasi

lainnya.
c. Motivasi, keterikatan hubungan antara pelaku organisasi dengan

organisasinya dan kelengkapan sarana bagi pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi organisasi.

d. Produksi, jumlah dan mutu keluaran organisasi serta intensitas

kegiatan suatu organisasi.

Ukuran efektivitas menurut Robbins (2008:29) yaitu :

a. Produktivitas, ukuran kinerja yang mencakup efektivitas dan

efisiensi.

b. Keabsenan, tidak melapor untuk bekerja.

c. Pengunduran diri, tingkat pengunduran diri permanen sukarela atau

terpaksa dari organisasi.

d. Kewargaan organisasi, perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian

dari kewajiban kerja formal namun mendukung berfungsinya

organisasi.

e. Kepuasan kerja, sikap umum individu terhadap pekerjaannya.

2.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas

Steers (1985:8) juga mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu :

Kelompok pertama yaitu karakteristik organisasi yang terdiri dari

struktur yaitu mengenai bagaimana cara orang-orang dikelompokkan untuk

menyelesaikan pekerjaan dan teknologi merupakan variasi dalam proses

mengubah masukan bagi organisasi yang dipakai untuk menunjang

tercapainya sasaran organisasi.


Kelompok kedua yaitu karakteristik lingkungan yang mencakup dua

aspek meliputi lingkungan ekstern merupakan semua kekuatan yang timbul

di luar batas organisasi dan mempengaruhi kehidupan organisasi misalnya

kondisi ekonomi dan peraturan pemerintah serta lingkungan intern

merupakan segala hal yang berhubungan dengan iklim organisasi misalnya

orientasi pekerja atas imbalan dan hukuman.

Kelompok ketiga yaitu karakteristik pekerja berkaitan dengan

perbedaan peranan individu yang diberikan bagi tercapainya tujuan

organisasi. Setiap individu memiliki kemampuan dan sifat yang berbeda

meskipun ditempatkan dalam lingkungan kerja yang sama.

Kelompok keempat yaitu kebijakan dan praktik manajemen berkaitan

dengan bagaimana kepemimpinan, proses komunikasi, dan kebijakan yang

berlaku mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi.

2.2.7. Konsep Elektronic Government

Konsep e-Government dideskripsikan secara beragam oleh masing-

masing individu atau komunitas. Hal tersebut dapat di lihat dari berbagai

definisi di bawah ini mengenai e-gov di berbagai negara sesuai dengan

sudut pandang sistem pemerintahan mereka:

a. Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-Government

secara ringkas, padat, dan jelas, sebagai: E-Government mengacu

kepada penyampaian informasi dan pelayanan online pemerintahan

melalui internet atau media digital lainnya. Sementara Nevada,


salah satu negara bagian di Amerika Serikat, mendefinisikan e-

Government sebagai: Pelayanan online menghilangkan hambatan

tradisional untuk memberikan kemudahan akses kepada masyarakat

dan bisnis dalam memakai layanan pemerintahan. Operasional

pemerintahan untuk konstitusi internal dapat disederhanakan

permintaan operasinya untuk semua agen pemerintah dan

pegawainya.

b. Pemerintah New Salendia melihat e-Government sebagai

berikut : E-Government adalah sebuah cara bagi pemerintahaan

untuk menggunakan sebuah teknologi baru untuk melayani

masyarakat dengan memberikan kemudahaan akses untuk

pemerintah dalam hal pelayanan dan informasi dan juga untuk

menambah kualitas pelayanan serta memberikan peluang untuk

berpartisipasi dalam proses dan institusi demokrasi

c. Negara Italia mendefinisikan e-Government, sebagai : Penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communica-

ion Technology -ICT) yang modern pada pengadministrasian

negara, melalui aplikasi: Ketetapan akses ICT untuk pengguna

akhir dari layanan informasi pemerintahan.

Sementara itu Clay G. Wescott (Pejabat Senior Asian Development

Bank), mendefinisikan sebagai: Penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi (ICT) untuk mempromosikan pemerintahan yang lebih effisien

dan penekanan biaya yang efektif, kemudahan fasilitas layanan pemerintah


serta memberikan akses informasi  terhadap masyarakat umum, dan

membuat pemerintahan lebih bertanggung jawab kepada masyarakat

Secara umum, e-gov di definisikan sebagai : Pemerintahan elektronik

(juga disebut e-gov, digital government, online government atau

transformational government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya,

urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-

Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi

publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan

publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian

yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-

Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-

Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government

adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih

baik dari pelayanan publik.

Konsep e-Government berkembang didasarkan atas tiga

kecenderungan, yaitu:

a. Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang

bersangkutan ingin berhubungan dengan pemerintahnya untuk

melakukan berbagai transaksi atau mekanisme interaksi yang

diperlukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu (non-stop);


b. Untuk menjalankan mekanisme interaksi tersebut masyarakat dapat

dan boleh memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik

yang sifatnya tradisional/konvensional maupun yang paling

moderen, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun kerja

sama antara pemerintah dengan sektor swasta atau institusi non

komersial lainnya

c. Seperti layaknya konduktor dalam sebuah orkestra, pemerintah

dalam hal ini berperan sebagai koordinator utama yang

memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat tersebut

terwujud, artinya yang bersangkutan akan membuat sebuah suasana

yang kondusif agar tercipta sebuah lingkungan penyelenggaraan

pemerintahan seperti yang dicita-citakan rakyatnya tersebut.

( Indrajit, Richardus E., 2002).

Sementara itu pada sisi lain, e-gov dianggap sebagai pemerintahan

online yang berbasis internet (“Internet-based government“). Namun,

terdapat juga teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat

digunakan dalam konteks ini, seperti ; telepon, faksimil, PDA, SMS, MMS,

jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth,

CCTV, sistem penjejak (tracking systems), RFID, indentifikasi biometrik,

manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP),

kartu pintar (smart card) serta aplikasi NFC lainnya; ; teknologi polling

station, penyampaian penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV dan

radio, surat-e, fasilitas komunitas online, newsgroup dan electronic mailing


list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant messenger). Ada pula

sejumlah sub-kategori dari e-gov spesifik seperti mgovernment (mobile

government), u-government (ubiquitous government), dan g-government

Oleh karena itu, maka konsep e-gov sebenarnya tidak berhenti pada

pemanfaatan jaringan teknologi komunikasi informasi berupa internet saja

tetapi penggunaan teknologi komunikasi dan informasi lain atau terpadu

yang ikut mensupport pelaksanaan pemerintahan dalam rangka menuju pada

efisiensi dan efektivitas pelayanan publik.

2.2.8. Pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD)

Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara menyebutkan bahwa keuangan negara antara lain meliputi

penerimaan daerah, pengeluaran daerah, serta kekayaan daerah. Oleh sebab

itu pengelolaan keuangan daerah yang baik perlu diperhatikan agar tercipta

pengelolaan keuangan negara yang optimal. Definisi tentang Keuangan

Negara tidak hanya mencakup hak namun termasuk juga seluruh kewajiban

negara yang dapat dinilai secara langsung dengan uang maupun barang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah, Barang Milik Daerah (BMD) didefinisikan

sebagai barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Barang dalam hal ini adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian

yaitu meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang

spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang/jasa. Sedangkan yang

dimaksud dengan perolehan lainnya yang sah adalah barang yang diperoleh

dari hibah/sumbangan atau yang sejenis, pelaksanaan dari

perjanjian/kontrak, diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang dan

diperoleh berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap. Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, BMD

menjadi salah satu unsur penting dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat, sehingga harus dikelola dengan akuntabel, efektif, efisien, serta

ekonomis.

Pelaksanaan pengelolaan keuangan negara tidak bisa dipisahkan

dengan pelaksanaan otonomi daerah, masing–masing daerah diberikan

kesempatan dalam mengelola, mengembangkan dan membangun daerahnya

sesuai potensi dan kebutuhan yang ada. Salah satu kewenangan pemerintah

daerah adalah terkait penyediaan BMD yang digunakan untuk pelaksanaan

tusi maupun pelayanan kepada masyarakat.

Selain memberikan manfaat bagi masyarakat, penyediaan BMD

dilakukan dalam rangka menunjang perekonomian daerah (misalnya

penyediaan infrastruktur) sehingga dapat memberikan imbal balik kepada

pemerintah daerah dalam bentuk pendapatan asli daerah (PAD). Oleh sebab

itu, Pemerintah daerah memerlukan strategi perencanaan yang baik serta


tepat sasaran dalam pelaksanaannya sehingga aset daerah dapat menjadi

salah satu sumber penggerak ekonomi dan PAD bagi Pemerintah Daerah.

Pengelolaan aset pemerintah daerah tidak semata-mata berupa BMD

yang dimiliki oleh pemerintah daerah saja, namun juga aset pihak lain yang

dikuasai oleh pemerintah daerah. Pengelolaan aset yang dilakukan dengan

kurang bijaksana dapat menimbulkan inefisiensi dimana beban pengeluaran

untuk biaya perolehan dan pemeliharaan aset akan lebih besar dari manfaat

yang bisa diperoleh. Menurut Sholeh dan Rochmansjah (2010), pengelolaan

Barang Milik Daerah yang baik setidaknya memerlukan 3 (tiga) fungsi

utama, yaitu perencanaan yang tepat, pelaksanaaan/pemanfaatan secara

efisien dan efektif, dan pengawasan (monitoring). Ketiga fungsi tersebut

dapat terlaksana apabila pengelolaan BMD dilakukan dengan strategi yang

tepat.

Alur pengelolaan aset pada Gambar 1 menunjukkan bahwa fungsi

perencanaan berhubungan erat dengan tingkat pelayanan yang ingin dicapai.

Sementara tingkat pelayanan sangat bergantung pada aset potensial yang

dimiliki dan kebutuhan aset. Tahapan pertama dalam fungsi perencanaan

adalah identifikasi kebutuhan. Proses identifikasi akan menghasilkan 2 (dua)

kesimpulan utama, yaitu analisis kebutuhan pengadaan baru atau analisis

pengembangan aset yang sudah ada. Tahap identifikasi merupakan langkah

awal yang sangat penting karena akan berujung pada siklus penganggaran

dimana seringkali terjadi budget constraint antara kebutuhan untuk

pengeluaran dengan kemampuan pendanaan (APBD). Apabila proses


perencanaan dilakukan dengan baik, maka tingkat pelayanan yang diberikan

dapat lebih tinggi sekaligus dapat mewujudkan pengelolaan aset yang baik

dan akuntabel.

Gambar 1. Bagan Pengelolaan Aset

Fungsi berikutnya adalah pelaksanaan/pemanfaatan secara efisien dan

efektif. Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar di atas, pemanfaatan dapat

menciptakan pendapatan yang nantinya dapat digunakan sebagai penunjang

pembangunan daerah. Meskipun penerimaan dari hasil pemanfaatan aset

belum bisa menjadi kontributor utama penerimaan daerah, namun tambahan

pendapatan yang dihasilkan dari pemanfaatan setidaknya bisa digunakan

untuk mengurangi biaya perawatan dan pemeliharaan atas aset yang

dimiliki. Terlepas dari kondisi bahwa pemanfaatan atas aset daerah akan

menghasilkan pendapatan, namun pelaksanaannya harus

mempertimbangkan keberlangsungan tusi pelayanan publik.


Menjalankan fungsi-fungsi penting dalam pengelolaan BMD tidak

lepas dari Sumber Daya Manusia memadai dalam pelaksanaannya, yang

tentunya bisa menjalankan tugasnya dengan disiplin dan penuh integritas.

Untuk itu perlu dilakukannya pengawasan dalam perencanaan dan

pelaksanaan/pemanfaatannya. Dengan selalu menjaga kode etik dalam

pelaksanaan tugas dan selalu melakukan monitoring terhadap semua

pencatatan maupun pelaksanaan pengelolaan yang ada maka harapannya

akan membentuk suatu manajemen pengelolaan aset BMD yang transparan

dan akuntabel.

Sebagai Pengelola Barang pada lingkup Pemerintah Pusat, peran

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara terhadap pengelolaan aset pemerintah

daerah dapat dikaitkan dalam berbagai aktivitas, misalnya memberikan

asistensi terkait rencana kebutuhan barang, membantu proses penilaian

dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan, atau sebagai pihak yang

menyelenggarakan pelaksanaan lelang dalam rangka pemindahtanganan

BMD agar diperoleh hasil yang optimal.

Selain itu, perluasan kewenangan Pengelola Barang terkait

perencanaan pengadaan BMN dapat memberikan dampak yang signifikan

terhadap proses sinkronisasi kebutuhan BMN dan pengalokasian anggaran,

utamanya terkait dengan pengadaan BMN yang memerlukan keterlibatan

dan partisipasi pemerintah daerah. Perluasan kewenangan tersebut sangat

penting bagi Pengelola Barang yang sekaligus merepresentasikan peran

Menteri Keuangan sebagai pengelola fiskal, harapannya tidak lagi


ditemukan adanya infrastruktur (BMN) yang dibangun oleh pemerintah

pusat namun tidak didukung oleh sarana prasarana yang seharusnya

disediakan oleh Pemda setempat melalui BMD. Dengan terwujudnya

pengelolaan BMN dan BMD yang transparan,

efektif, efisien, dan akuntabel, manfaat yang akan didapatkan masyarakat

akan lebih maksimal serta mendukung terselenggaranya pembangunan

nasional yang terstruktur dan berkelanjutan.

2.2.9. Sistem Informasi Manajemen Barang Milik Daerah

Salah satu kegiatan dalam pemerintahan khususnya pemerintah daerah

adalah pengelolaan asset daerah. Sistem pengelolaan asset daerah yang

merupakan salah satu dari sistem manajemen pemerintah daerah juga

termasuk sistem yang dikembangkan dalam E-Government. Asset daerah

sebagai salah satu unsur penting dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan harus dikelola dengan baik dan benar yang akhirnya dapat

diwujudkan pengelolaan asset daerah yang memenuhi akuntabilitas. Untuk

mewujudkan tertib administrasi asset dalam penyelenggaraan pemerintahan

di daerah perlu disusun sistem dan prosedur pengelolaan asset daerah yang

berpedoman pada peraturan-peraturan yang berlaku.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di Satu Dinas

telah dilakukan pengadaan barang untuk operasional kebutuhan kantor.

Barang yang diperoleh dari pengadaan tersebut baik berupa barang atau

benda bergerak dan tidak bergerak disebut dengan aset. Aset dapat meliputi

inventarisasi kendaraan bermotor, inventarisasi peralatan seperti alat tulis


kantor dan barang-barang yang terdapat di dalamnya. Aset-aset yang

dimiliki dapat dipantau tentang keberadaan, nilai, perpindahan dan

kondisinya.

Pengelolaan terhadap aset yang dimiliki perlu dilakukan untuk

memantau dan menghitung serta memanfaatkannya secara optimal. Hal ini

juga berfungsi untuk mencegah dari hilangnya asset, perhitungan pajak dan

depresiasi. Pengelolaan aset ini akan dilakukan menggunakan aplikasi

pelaporan aset dan persediaan barang melalui konsep sistem informasi

manajemen Sistem Informasi Manajemen Persediaan (SIMPAN).

SIMPAN merupakan sistem informasi manajemen pendataan aset

(inventaris dan barang) secara terintegrasi dalam rangka melaksanakan tertib

administrasi pengelolaan dan pendataan barang. Aturan yang jadi acuan

dalam perancangan SIMPAN ini, salah satunya adalah Permendagri No. 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2014

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Maksud dan Tujuan Aplikasi Pelaporan Aset dan Persediaan Barang

adalah :

a. Mengaplikasikan pengelolaan aset secara terintegrasi mulai dari

planning, pengadaan, verifikasi, pencatatan, layout, pergudangan,

pemeliharaan, sistem informasi aset, serta monitoring dan evaluasi.


b. Melakukan pengambilan keputusan dalam pengelolaan aset,

sehingga lebih efisien, mengurangi pemborosan/kerugian,

mencegah hilangnya aset serta mecegah konflik karena aset

Gambar 2 Tampilan Awal Aplikasi SIMPAN

Sebelum melakukan instalasi aplikasi, perlu diperhatikan terlebih

dahulu spesifikasi minimum kebutuhan perangkat keras (Hardware) dan

perangkat lunak (Software) yang mendukung kebutuhan ketika menjalankan

aplikasi. Berikut adalah spesifikasi minimum Hardware dan Software :

HARDWARE Processor : Intel(R) Dua Core(R) CPU 2.0GHz (2CPUs)

Memory : 1022MB RAM Harddsik: 1 x 100 GB HD VGA: Intel® HD

Grapich FamilyNetwork Adapter: Intel® Integrated. SOFTWARE

Operating System 1. Windows XP or Latest Version 2. Linux all Variant

Browser: Google Chrome, Mozilla Firefox, Opera dan lain-lain.

2.3. Kerangka Fikir

Kerangka berpikir merupakan alat pemikiran dari peneliti yang dielaborasi

dengan suatu teori yang dianggap relevan dengan focus penelitian dalam upaya

menjawab masalah yang ada di dalam rumusan masalah penelitian tersebut.


Dalam menjawab remusan penelitian ini, peneliti mengadopsi teori dari Emitai

Etzioni yang dimana Efektivitas dapat diukur dengan 4 (empat) indikator yaitu: 1.

Adaptasi, 2. Integrasi, 3. Motivasi , 4. Produksi.

Dengan melihat kondisi yang ada di lapangan dengan mencermati berbagai

fenomena yang terjadi sehubungan dengan Efektivitas dalam penerapan Sistem

Aplikasi SIMPAN di Kantor DPMD Provinsi Sulawesi Tengah. Yang belum

menampakkan hasil yang memuaskan dan belum sesuai dengan amanat peraturan

perundang-undangan yang menjadi yuridis formalnya. Dengan merujuk dari

indicator penilaian Efektivitas meunurut Emitai Etzioni maka kesenjangan yang

terjadi dilapangan tentu tidak terlepas dari beberapa factor yang saling

berpengaruh diantara empat indikator sebagai aspeknya.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan dari teori ini dengan

mempertimbangkan bahwa sejak melakukan observasi, peneliti dapat mencermati

keempat aspek dalam teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang terjadi

dilapangan, diamana keempat aspek tersebut menjadi indicator yang menarik

untuk dicermati sehubungan dengan Efektivitas Penggunaan Aplikasi SIMPAN

di Kantor DPMD Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini bukan berarti bahwa peneliti

menjustifikasi teori-teori yang lain tidak relevan dalam perkembangan teori

Efektivitas suatu program atau kebijakan, melainkan lebih kepada mengarahkan

peneliti agar lebih focus terhadap aspek-aspek yang dikaji melalui penelitian ini,

sehingga lebih terarah dan membantu dalam menjawab tujuan dari penelitian ini.
Berangakat dari anlisis dan uraian tersebut diatas maka secara diagramatis,

bagan kerangka/alur pemikiran Efektivitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Efektivitas Aplikasi SIMPAN di Kantor DPMD Provinsi


Sulawesi Tengah

Indikator Penilaian Efektivitas


1 Adaptasi
2 Integrasi
3 Motivasi
4 Produksi

Emitai Etzioni
(Indrawijaya, 2010:187)

Outcomes
Tingkat pencapaian organisasi yang
Efektif dan Efesien

Gambar 3 : Kerangka Pemikiran/alur pemikiran penelitian

DAFTAR RUJUKAN
A. Buku

Amitai, Etzioni, 1982, Organisasi-Organisasi Modern, UI Press, Jakarta.

A.W.Widjaja, Administrasi Kepegawian, Rajawali, Jakarta, 2006,

Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:


Pembaharuan.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta

Daft, L. Richard. 2010. Summary Theory and Design. Ebook

Dimock, Marshall E., Gladys O. Dimock dan Louis W. Koenig.1960. Public


Administration, New Delhi: Oxford & LHB Publishing Co.

Gibson, James L. 1985. Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Indrawijaya, Adam Ibrahim. 2010. Teori,Perilaku dan Budaya Organisasi.


Bandung: Refika Aditama

Islamy, M. irfan, 2009, prinsip-prinsip perumusan kebijakan Negara, Jakarta, PT.


Bumi Aksara

Keban Yerimas T. 2004. Enam dimensi strategis administrasi pubik : konsep,


teori dan isu.
Yogyakarta, Gavamedia

Pfiffner, John M. & Presthus, R. Vence. (1953). Public Administration.New York:


The Ronald Press.
Robbins, Stephen P. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks.
Rosdakarya Musanef, 2007, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta:
Gunung Agung.
Rainer, R. Kelly & Cegielski, Casey G.. 2012. “Introduction to Information
Systems”. 4th Edition, International Student Version. April 2012,
©2012

Steers, Richard M, Terj: Magdalena Jamin,Efektivitas Organisasi,Jakarta:


Erlangga, 1985
Sri Hartini, Hukum Kepegawain di Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2010)
Saldana, Miles & Huberman 2014. Qualitative Data Analysis, America SAGE
Publications

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta,


Bandung

B. Tesis, Jurnal dan Dokumen

Nur Rahma Diani Magister Ilmu Administrasi Publik Universitas


Hasanuddin Makassar tahun 2017 dengan judul penelitian “ Efektifitas Penerapan
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Pada Kantor Badan
Kepegawaian dan Diklat Daerah (BKDD) Kabupaten Enrekang.

Tri Wahyuni Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas


Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya tahun 2015 dengan judul penelitian
“Efektivitas Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Sebagai
Kelancaran Penanganan Ususlan Berkas Masuk Pada Badan Kepegawaian
Negara (BKN) Regional II Surabaya Jawa Timur”

Rizki Natzir Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Tahun 2018 dengan judul Penelitian “
Efektifitas Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Di Kantor
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Kabupaten
Toraja Utara

Inpres RI Nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional


Pengembangan E-Government.

Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang


Milik Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, Barang Milik Daerah (BMD)

C. Elektronik

https://www.kemendagri.go.id/
https://pilarsolusi.com/2018/05/sistem-aplikasi-pelaporan-aset-dan-persediaan-
barang/
http://blog.ub.ac.id/syalma97/2017/12/23/peranan-strategis-sim-sp/

Anda mungkin juga menyukai