Disusun Oleh:
Haidar Sitie Rafidah
2006615010
Dosen Pembimbing:
Prof. Drs. Ridla Bakri, M.Phil., PhD.
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 2
2.1. DNA (Deoxyribonucleic Acid) ...................................................................................... 2
2.2. Uji Tes DNA .................................................................................................................. 2
2.3. Metode Tes DNA .......................................................................................................... 4
2.3.1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP).................................... 4
2.3.2. Short Tandem Repeats (STR) Analysis ........................................................... 4
2.3.3. Mitochondrial DNA Analysis ............................................................................ 5
2.3.4. Y-Chromosome Analysis ................................................................................... 6
BAB III. PEMBAHASAN ....................................................................................................... 8
3.1. DNA Fingerprinting ..................................................................................................... 8
3.2. Aplikasi DNA Fingerprinting sebagai Bukti Kasus Kejahatan ............................. 10
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................................... 12
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 12
4.2. Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
terjadi kerusakan pada sistem yang peka terhadap kebutuhan energi seperti sistem saraf dan
otot (Travers & Muskhelishvili, 2015). DNA mitokondria pada manusia memiliki sejumlah
sifat genetik khas yang membedakannya dari DNA inti. Perbedaan DNA inti dan DNA
mitokondria disajikan pada Tabel 1. sebagai berikut.
Pada mamalia, DNA mitokondria hanya diturunkan melalui jalur ibu tanpa rekombinasi.
DNA mitokondria pada sel anak seluruhnya disumbangkan oleh ibu, dimana sperma sama
sekali tidak berkontribusi (Cambell et al., 2002). Keunikan sistem pewarisan yang menarik ini
telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti hubungan kekerabatan, studi evolusi dan
migrasi global manusia modern, bidang forensik, dan identifikasi penyakit genetik (Wallace et
al., 1997). Perbedaan DNA inti dan DNA mitokondria dapat dilihat pada Gambar 2. DNA inti
memiliki 3,2 juta pasangan basa yang berlokasi di nucleus, sedangkan DNA mitokondria
memiliki 16.569 pasangan basa yang berlokasi di mitokondria (Haupts et al., 2021).
Gambar 2. DNA inti dan DNA mitokondria pada manusia (Haupts et al., 2021)
3
2.3 Metode Tes DNA
2.3.1 Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
RFLP merupakan teknik yang ditemukan oleh ilmuwan Inggris Alec Jeffreys pada tahun
1984 untuk penelitian penyakit keturunan dan kasus kriminal. Prinsip kerja RFLP
menggunakan pencernaan restriksi endonuklease untuk mengidentifikasi polimorfisme urutan
DNA dalam gen atau daerah DNA yang diinginkan (Williams, 1989). Saat menyelidiki
keluarga untuk pewarisan menggunakan RFLP, alikuot DNA genom dari masing-masing
anggota keluarga dicerna sampai selesai dengan enzim restriksi yang diketahui menghasilkan
polimorfisme yang diinginkan. Setelah fraksinasi ukuran pada gel agarosa, DNA ditransfer ke
membran dengan aksi kapiler dalam buffer tinggi garam. Gel pertama-tama diperlakukan
dengan NaOH untuk mendenaturasi DNA, kemudian setelah gel mengalami netralisasi, gel
ditempatkan di antara kertas saring yang direndam buffer dan selembar membran. DNA probe
berlabel dihibridisasi semalaman ke Southern blot. Blot dicuci di bawah kondisi yang
dirancang untuk menghilangkan semua probe yang tidak spesifik dan terkena film sinar-X.
Ukuran fragmen yang teridentifikasi berbeda antar individu dan dapat ditelusuri dari generasi
ke generasi. Prinsip kerja RFLP dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut (Jarcho, 2001).
5
Pada dasarnya, mtDNA adalah molekul DNA untai ganda melingkar bebas histon lima
mm, dengan sekitar 16.569 pasangan basa dan bobot 107 Dalton (Taanman, 1999). Untaian
mtDNA memiliki kerapatan yang berbeda karena komposisi basa G+T yang berbeda. Untai
berat (H) mengkodekan lebih banyak informasi, dengan gen untuk dua rRNA (12S dan 16S),
dua belas polipeptida dan empat belas tRNA, sedangkan untai ringan (L) mengkodekan delapan
tRNA dan satu polipeptida. Semua 13 produk protein adalah bagian dari kompleks enzim yang
membentuk sistem fosforilasi oksidatif. Fitur karakteristik lain dari mtDNA adalah gen
intronless dan terbatas, atau bahkan tidak ada, urutan intergenik, kecuali dalam satu wilayah
regulasi. D-loop mitokondria adalah wilayah beruntai tiga yang ditemukan di wilayah non-
coding utama (NCR) dari banyak genom mitokondria, dan dibentuk oleh penggabungan stabil
dari untai DNA 680 basa ketiga yang dikenal sebagai DNA 7S (Kefi-Ben Atig et al., 2009).
Asal replikasi terletak di daerah non-coding atau D-loop, segmen 1.121 pasangan basa yang
terletak di antara posisi 16 024 dan 576, menurut penomoran CRS. Wilayah D-loop, juga
mencakup dua promotor transkripsi, satu untuk setiap untai. Posisi nukleotida dalam genom
mtDNA diberi nomor pada posisi sembarang pada untai H, yang berlanjut setelahnya dan di
sekitar molekul untuk kira-kira 16.569 pasangan basa (Gambar 5.) (Anderson et al., 1981).
6
Pengujian DNA kromosom Y penting untuk sejumlah aplikasi yang berbeda dari
genetika manusia termasuk pemeriksaan bukti forensik, pengujian ayah biologis, penyelidikan
sejarah, mempelajari pola migrasi manusia sepanjang sejarah, dan penelitian silsilah. Dalam
hal aplikasi forensik, ada keuntungan dan keterbatasan untuk pengujian kromosom Y; nilai
utama dari kromosom Y dalam pengujian DNA forensik adalah bahwa ia hanya ditemukan
pada laki-laki. Menggunakan PCR, spesifik-ChrY dapat meningkatkan kemungkinan
mendeteksi tingkat rendah DNA pelaku pada DNA korban wanita. Tes kromosom Y juga telah
digunakan untuk memverifikasi laki-laki yang kekurangan amelogenin Y. Fitur yang sama dari
kromosom Y yang memberikan keunggulan dalam pengujian forensik, yaitu kejantanan, juga
merupakan batasan terbesarnya. Mayoritas kromosom Y ditransfer langsung dari ayah ke anak
tanpa rekombinasi untuk mengacak gen mereka dan memberikan variasi genetik yang lebih
besar kepada generasi mendatang (Butler, 2012).
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
2. DNA tersangka pada suatu objek
3. DNA tersangka pada lokasi
4. DNA korban pada badan atau pakaian tersangka
5. DNA korban pada suatu objek
6. DNA korban pada lokasi
7. DNA saksi pada korban atau tersangka
8. DNA saksi pada objek atau lokasi
Teknik DNA fingerprinting data dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut
10
orang yang terlibat dan dicurigai sebagai salah satu pelaku pemerkosaan dan pembunuhan
diambil sampel darah yaitu teman pria korban yang sebelum kejadian sempat mengantar aktris
tersebut ke hotel dan pegawai hotel. Berikut adalah hasil analisis profile DNA (Gambar 9).
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
• Teknik DNA fingerprinting menggunakan polimorfik yang sangat bervariasi daerah DNA
untuk mengidentifikasi individu dengan menyiapkan profil. Di laboratorium forensik,
DNA dapat diekstraksi dari spesimen seperti air mani dalam vagina, noda darah dari
pakaian, atau kulit bersarang di bawah kuku korban selama perjuangan dengan seorang
penyerang. DNA yang diisolasi dari spesifikasi forensik kemudian dibandingkan dengan
yang berasal dari darah sampel dari terdakwa.
• Aplikasi DNA fingerprinting pada kasus kejahatan pemerkosaan dapat mengungkap
pelaku kejahatan tersebut dengan menganalisis sampel darah korban, terdakwa, dan
sampel lainnya.
4.2 Saran
DNA fingerprinting sudah banyak digunakan dan diaplikasikan untuk bidang forensik
dalam mengungkap kasus kejahatan, alangkah baiknya jika proses tersebut dapat ditungkatkan
kembali, sehingga banyak kasus kejahatan yang terungkap.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, S., Bankier, A., Barrell, B. et al. (1981). Sequence and organization of the human
mitochondrial genome. Nature 290, 457–465.
Atig, R. K. B., Hsouna, S., Beraud-Colomb, E., & Abdelhak, S. (2009). ADN mitochondrial:
propriétés et applications. Archives de l'Institut Pasteur de Tunis, 86(1-4), 3.
Budowle B., Allard M. W., Wilson M. R., & Chakraborty R. (2003). Forensics and
mitochondrial DNA:applications, debates, and foundations. Annu Rev Genomics Hum
Genet 4:119- 141.
Butler, J. M. (2012). Y-Chromosome DNA Testing. Advanced Topics in Forensic DNA Typing,
371–403.
Court S. D. (2021). The Y chromosome and its use in forensic DNA analysis. Emerging topics
in life sciences, 5(3), 427–441.
El-Alfy, S. H., & Abd El-Hafez, A. F. (2012). Paternity testing and forensic DNA typing by
multiplex STR analysis using ABI PRISM 310 Genetic Analyzer. Journal of Genetic
Engineering and Biotechnology, 10(1), 101–112.
Haupts, A., Vogel, A., Foersch, S. et al. (2021). Comparative analysis of nuclear and
mitochondrial DNA from tissue and liquid biopsies of colorectal cancer patients. Sci
Rep 11, 16745.
Housman, D. E. (1995). DNA on Trial — The Molecular Basis of DNA Fingerprinting. New
England Journal of Medicine, 332(8), 534–535.
Jarcho J. (2001). Restriction fragment length polymorphism analysis. Curr Protoc Hum Genet.
Chapter 2:Unit 2.7.
13
Kulkarni, K. V. (2011). DNA Fingerprinting : A Modern tool in crime investigation. Annual
Conference of Medico Legal Association of Maharashta, 45-52.
Sitnik, R., Torres, M. A., Bacal, N. S., & Pinho, J. R. R. (2006). Using PCR for molecular
monitoring of post-transplantation chimerism. Einstein, 4(2):127-131.
Taanman, J.-W. (1999). The mitochondrial genome: structure, transcription, translation and
replication. Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - Bioenergetics, 1410(2), 103–123.
Travers A. & Muskhelishvili G. (2015). DNA structure and function. FEBS J., 282(12):2279-
95.
Wallace, D.C., 1997: Miochondrial DNA in Again Disease. Scientific American. 22-2
Watson J.D. & Crick F.H.C. (1953). A Structure for Deoxyribose Nucleic Acid. Nature 171
4356:737–738.
14