Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah : Pancasila Hari, Tanggal : Desember 2022

Dosen : Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Waktu : 120 menit


Sholihah,
ST.,
M.Ke
s

Program Studi : Keuangan dan Perbankan Sifat Ujian :

1. Studi Kasus : Negara indonesia merupakan negara kepulauan yang terkenal dengan
keanekaragaman budaya, suku, ras, bahasa dan agamanya. Akan tetapi, dari luasnya wilayah
Indonesia inilah menyebabkan penyebaran fasilitas di setiap daerah tidak dapat terdistribusi
dengan baik. Hal ini terjadi pada salah satu wilayah desa terpencil yang ada di Indonesia,
sulitnya akses menuju wilayah tersebut menyebabkan kondisi wilayah ini cukup
memprihatinkan. Jaringan internet sangat buruk, penerangan sangat kurang, infrastruktur
pemerintahan kurang memadai serta fasilitas pendidikan yang jauh dari standar keamanan
serta kenyamanan. Sebagai seorang mahasiswa yang telah memahami mengenai Pancasila
serta kandungan di dalamnya, Saudara bermaksud untuk memberikan pandangan serta
rekomendasi mengenai fenomena tersebut.
a. Apa yang saudara ketahui mengenai definisi Pancasila ? Uraikan secara singkat dan jelas
berdasarkan referensinya !
b. Dari studi kasus diatas, pengembangan seperti apa yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pemahaman sejarah Pancasila baik secara kultural, pemikiran dan implementasinya ?
c. Apa rekomendasi saudara dalam menyelesaikan kasus di atas dari sisi ilmu bidang jurusan
Saudara ?

2. Studi Kasus : Perkembangan dari POLEKSOSBUDHANKAM di Indonesia semakin dirasakan


masyarakat pada umumnya. Ketidaknyamanan diakibatkan diantaraya oleh semakin tingginya
angka kekerasan, korupsi, tingginya harga bahan pokok, harga-harga pupuk pertanian
meningkat, dan kesehatan. Beberapa wilayah di Indonesia, yakni daerah tertinggal
menginginkan kemerdekaan (keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia) karena
ketidakadilan yang dirasakan baik infrastruktur kesehatan dan pendidikan terutama.
a. Apa yang Saudara pahami mengenai peran Pancasila sebagai dasar negara ? Berikan
penjelasan secara singkat dan jelas, serta sertakan referensi yang sesuai dengan jawaban
Saudara !
b. Apa yang Saudara ketahui mengenai konsep Pancasila sebagai sistem etika ? Berikan
penjelasan secara singkat dan jelas, serta sertakan referensi yang sesuai dengan jawaban
Saudara !
c. Dari studi kasus diatas, langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah untuk
mensosialisasikan serta menegakkan sikap sesuai nilai – nilai Pancasila ? Berikan tanggapan
Saudara sebagai seorang mahasiswa yang telah mempelajari isi kandungan Pancasila !

3. Studi Kasus : Baru – baru ini muncul kasus baru yang cukup menggemparkan masyarakat,
dimana masyarakat akademik (perguruan tinggi) terlibat dalam pinjol (pinjaman online) dengan
jumlah mencapai milyaran rupiah. Hal ini terjadi saat mahasiswa dari sebuah kampus di
Indonesia yang sedang mengumpulkan dana kegiatan melalui sponsor. Ketidaktransparansian
dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah, menyebabkan panitia mahasiswa
memilih menempuh jalur hukum karena merasa dirugikan dari transaksi pinjaman online
tersebut.
a. Sesuai dengan TAP MPR No VI/MPR/2002, apa definisi Pancasila sebagai etika politik dari
isi tap MPR tersebut?
b. Dari studi kasus diatas langkah – langkah apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa
khusunya saat berhubungan dengan kebutuhan pendanaan sebuah kegiatan ? Sertakan
sumber referensi yang Saudara ketahui !
c. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh pimpinan kampus dalam menyelesaikan kasus diatas ?
Berikan pandangan Saudara secara singkat, padat dan jelas !

4. Studi Kasus : Histori perkembangan dari Universitas Brawijaya diambil dari nama Raja
Brawijaya yang mempunyai sifat dan tokoh yang diagungkan. Dengan perjalanan waktu yang
mana Indonesia negara yang mempunyai ciri khas ramah dan gotong-royong. Akan tetapi,
seiring mengikuti perkembangan zaman banyak hal yang berubah baik itu berupa segi positif
maupun negative. Diantaranya adalah budaya asing yang dapat dengan mudah masuk dan
diserap tanpa adanya filter serta tidak sesuai dengan norma - norma Pancasila.
a. Melihat perkembangan geografi dari kasus diatas, menurut Saudara langkah apa yang harus
dilakukan untuk melihat ilmu interdependensi ? Berikan jawaban Saudara secara singkat
dan jelas, serta sertakan sumber referensi yang Saudara gunakan !
b. Menurut Thomas, paradigma perkembangan negara pada kasus diatas termasuk ke dalam
tipe selaras atau bertolak belakang ? Berikan jawaban Saudara secara singkat, padat dan
jelas !
c. Sebagai seorang mahasiswa, apa tanggapan yang dapat Saudara berikan terhadap kasus
diatas ? Strategi dan proses penyaringan yang seperti apa yang harus dilakukan sebagai
bentuk membentengi hal – hal negatif dalam menghadapi era digital yang semakin
berkembang pesat saat ini ?
JAWABAN
1.
a) Pancasila adalah landasan dari segala keputusan yang mencerminkan kepribadian
bangsa. Bisa pula diartikan bahwa Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia yang
digunakan sebagai dasar pengaturan pemerintahan negara.
b) Secara etimologis pengertian implementasi menurut kamus Webster
adalahmenyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan menimbulkan dampak dan
akibatterhadap sesuatu. Istilah implementasi sering disebut juga dengan pelaksanaan
atautindakan, atau mekanisme dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang
danterperinci. Sebab dalam implementasi terdapat tindakan atau pelaksanaan
mengenaisuatu hal atau objek. Implementasi banyak pengertian. Implementasi
merupakan suatuproses untuk melaksanakan kebijakan dari politik kedalam administrasi.
Ketika keadaan infrastruktur di sebuah negeri lemah, itu berarti bahwa perekonomian
negara itu berjalan dengan cara yang sangat tidak efisien. Biaya logistik yang sangat
tinggi, berujung pada perusahaan dan bisnis yang kekurangan daya saing (karena biaya
bisnis yang tinggi). belum lagi adengan munculnya ketidakadilan sosial, misalnya, sulit
bagi sebagian penduduk untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan, atau susahnya anak-
anak pergi ke sekolah karena perjalanannya terlalu susah atau mahal.Pembangunan
infrastruktur dan pengembangan ekonomi makro seharusnya memiliki hubungan timbal
balik, karena pembangunan infrastruktur menimbulkan ekspansi ekonomi melalui efek
multiplier. Sementara ekspansi ekonomi menimbulkan kebutuhan untuk memperluas
infrastruktur yang ada, untuk menyerap makin besarnya aliran barang dan orang yang
beredar atau bersirkulasi di seluruh perekonomian. Namun, kalau infrastrukturnya tidak
dapat menyerap peningkatan kegiatan ekonomi (dan tidak cukup banyak infrastruktur baru
yang dikembangkan) maka akan terjadi masalah - mirip dengan arteri yang tersumbat
dalam tubuh manusia, yang menyebabkan kondisi bahaya yang mengancam kehidupan
karena darahnya tidak bisa mengalir. Hal ini mencerminkan sila pancasila ke 5.
c) Penyediaan infrastruktur di Indonesia berjalan lambat karena adanya kendala di berbagai
tahapan proyek, mulai dari penyiapan sampai implementasi. Secara keseluruhan,
lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan seringkali mengakibatkan mundurnya
pengambilan keputusan. Pada tahap penyiapan, terdapat masalah akibat lemahnya
kualitas penyiapan proyek dan keterbatasan alokasi pendanaan. Selanjutnya, proyek
sering terkendala masalah pengadaan lahan yang berakibat pada tertundanya
pencapaian financial close untuk proyek KPBU. Selain itu, dari sisi pendanaan sering
muncul masalah terkait tidak tersedianya dukungan fiskal dari Pemerintah akibat
ketidaksesuaian atau ketidaksepakatan atas pembagian risiko antara Pemerintah dan
Badan Usaha. Selain dukungan fiskal, keterbatasan jaminan Pemerintah yang dapat
diberikan pada proyek infrastruktur juga menurunkan minat investasi di Indonesia. Guna
menanggulangi hambatan-hambatan tersebut, Pemerintah telah mengambil langkah-
langkah perbaikan dari sisi regulasi, fiskal dan kelembagaan. Pada tahun 2014
Pemerintah telah membentuk Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP) untuk memimpin koordinasi percepatan infrastruktur prioritas dan mendorong
peningkatan kualitas penyiapan proyek melalui Panduan OBC. Langkah perbaikan
ditunjang dengan berkembangnya kapasitas Kementerian PPN / Bappenas dalam
memberikan fasilitas penyiapan proyek, serta dilanjutkan oleh PPP Unit di Kementerian
Keuangan dengan memberikan Project Development Fund (PDF) dan Transaction
Advisory untuk proyek KPBU, sehingga diharapkan agar investor tertarik untuk mendanai
proyek.

2.
a) Sebagai dasar Negara, Pancasila merupakan suatu azas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma
serta kaidah, baik moral maupun hukum negara dan menguasai hukum dasar baik yang
tertulis dalam UUD maupun yang tidak tertulis atau konvensi.Dalam kedudukannya
sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Pancasila berfungsi dan berperan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara
atau penyelenggara negara. Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam Pembukaan
UUD Tahun 1945 Alinea IV dan sebagai landasan konstitusional.

Referensi: https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2021/11/02/fungsi-dan-peranan-
pancasila/
b) Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai – nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilau manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral
berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan
kepada nilai agama yang dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus,
artinya menjadikan manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas
kemanusiaan dalam pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai
solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung
dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain,
tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai
mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.Etika
Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan.

Referensi : https://media.neliti.com/media/publications/409858-application-of-pancasila-
as-the-ethical-9ca822d5.pdf

c) Apapun bentuk dasar Negara yang dipakai oleh suatu Negara tidak akan bernilai apa-apa
tanpa ditindaklanjuti dengan penerapan dan pengamalan secara sungguh- sungguh
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik oleh rakyat maupun oleh para
penyelenggara Negara. Tidak adanya kemauan menerapkan dan mengamalkan secara
sungguh-sungguh dan konsisten, akan menghasilkan apatisme di kalangan masyarakat
terhadap nilai-nilai dasar Negara tersebut. Sebaliknya jika ketidakmauan itu datangnya
dari para elite politik dan penyelenggara Negara, maka keberadaan Pancasila akan
tinggal menjadi slogan. Bahkan ketidaksungguhan itu pada gilirannya akan menyeret
pada kecenderungan penyalahgunaan pelaksanaan dasar Negara sebagai alat untuk
meletimasikan kekuasaan. Pada masa reformasi sebagaimana diuraikan di atas negeri ini
bak sebuah muara bagi semua ideologi dan pemikiran yg lambat laun justru bertolak
belakang dengan ideologi pancasila itu sendiri. Masing-masing individu baik itu kelompok
masyarakat hingga kalangan pejabat pemerintahan mengapresiasikan pemikiran-
pemikirannya dari ideologi-ideologi yang mereka pahami dalam realitas kehidupan
mereka masing- masing. masing-masing membentuk golongan- golongan dan kelompok-
kelompok sendiri- sendiri demi untuk mengkampanyekan ideologi-ideologi yang mereka
yakini dan berusaha untuk mewabahi pikiran dan keyakinan masyarakat atas ideologi
tersebut. Seperti halnya masing-masing individu dalam pemerintahan dengan
kekuasaannya menerapkan ideologinya dalam kebijakan- kebijakan yang di ambil dan
dibuat serta di terapkan ke masyarakat yg mengabaikan nilai- nilai pancasila. begitu juga
dalam lingkungan sosial masyarakat dengan cara dan tatanan hidup yang juga semakin
mengabaikan nilai- nilai Pancasila. terbukti dengan eksisnya kelompok-kelompok kiri dan
kanan. fundamentalis, radikal dan liberal. semuanya saling bersaing dan mengikis serta
mengaburkan nilai-nilai Pancasila yg menjadi pengikat perbedaan dan pemersatu bangsa.
Dari segi ekonomi misalnya juga belum dilaksanakannya nilai-nilai Pancasila dalam
kebijakan ekonomi nasional. Hal itu ditegaskan oleh ekonom yang juga Rektor Universitas
Islam Indonesia (UII), Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc dalam diskusi Great Thinker seri
ekonomi ”Ekonomi Kerakyatan sebagai Basis Ekonomi Pancasila Belajar dari Prof Dr
Mubyarto,” di Sekolah Pascasarjana UGM. Dia menambahkan, banyak kebijakan negara
yang arahnya bertentangan dengan prinsip-prinsip atau pilar-pilar ekonomi Pancasila,
seperti dalam kebijakan impor beras, kenaikan harga BBM, kebijakan rekapitulasi
perbankan, utang luar negeri dan sebagainya, serta praktik ”mark- up” dan korupsi yang
meluas di pemerintahan. Mengharapkan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi
itu dilakukan oleh masyarakat luas, kalau kebijakan pemerintah dan petinggi pemerintah
sendiri menyimpanginya. Kontekstualisasi dan implementasi Pancasila tidak bisa
dilepaskan dari penegakkan perundangan yang berlaku, yang juga bersumber dari
Pancasila tersebut.Namun masalah besar yang masih harus dihadapi ialah bagaimana
menjabarkan Pancasila sehingga dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan nyata
masyarakat di segenap aspek kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal
tersebut amat diperlukan pada era reformasi saat ini, yang arahnya Pancasila nampak
telah benar-benar dilupakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, walaupun secara
formal melalui ketetapan-ketetapan MPR-RI tetap diakui sebagai dasar negara yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

3.
a) Dalam hubungan inilah maka MPR melalui Ketetapan MPR RI Nomor: VI/MPR/2001,
meletakkan basis etika dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan, agar terwujud
tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi
segenap bangsa, dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
dalam upaya terwujudnya negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia yang menjadi Visi dan Misi abadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana juga telah dikukuhkan melalui
Rekomendasi Badan Pengkajian MPR Nomor 1/BP.MPR/2000 tersebut, diperlukan
pencerahan sekaligus pengamalan etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat
Indonesia. Etika Kehidupan Berbangsa yang ditetapkan MPR merupakan rumusan yang
bersumber dari ajaran agama khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir,
bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.
b) Perguruan Tinggi menyediakan dana bagi organisasi kemahasiswaan. Dalam Perguruan
Tinggi Negeri, negara bertanggung jawab dalam pendanaan namun otoritas
pengelolaannya dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi atau universitas.
Otonomi pengelolaan pada Perguruan Tinggi Negeri meliputi bidang akademik dan non
akademik. Otonomi pengelolaan kegiatan kemahasiswaan dan organisasi
kemahasiswaan termasuk dalam bidang non akademik. Mengenai dana organisasi
kemahasiswaan, jika dalam statuta perguruan tinggi tidak diatur, Anda dapat saja
melakukan permohonan mengenai sistem pendanaan organisasi kemahasiswaan pada
universitas/perguruan tinggi tempat Anda berada.
c)
 Buka posko pengaduan
Langkah pertama yang diambil yakni membuka posko pengaduan.
 Memilah tipe kasus
Mengambil langkah kedua dengan memilah-milah tipe kasus yang ada.
 Siapkan bantuan hukum
Pemimpin kampus juga tak lepas tangan begitu saja terkait peristiwa yang menimpa
ratusan mahasiswanya yang terjerat pinjol. Mereka mempersiapkan bantuan hukum
untuk mahasiswa yang tertipu usaha online dalam kasus pinjaman online ini.
 Upaya peningkatan literasi keuangan
Langkah yang dilakukan dalam penanganan ratusan mahasiswa terjerat pinjol yaitu
melakukan upaya peningkatan literasi keuangan untuk para mahasiswa.
4.
a) Berdasarkan kriteri di atas, pada prinsipnya antara demokrasi dan negara hukum memiliki
kesamaan-kesamaan makna. Hal ini pula mengandung pengertian yang sama bahwa
dalam negara yang demokratis semua warga negara harus bebas dari segala ancaman
dan intimidasi baik datangnya darga negara sendiri maupun dari para aparat pemerintah,
perlindungan yang sama diberikan dalam konsep negara hukum dengan adanya
perlindungan dengan hal asasi manusia. Sri Soemantri memberikan empat kriteria
mekanisme dalam membuat hukum yang demokratis, yaitu: a). Hukum itu tidak ditetapkan
kecuali dengan keputusan dan persetujuan wakil-wakil rakyat yang dipilih secara bebas;
b). Hukum Hasil pemilihan umum dapat terjadi pergantian orang-orang di pemerintahan;
c). Pemerintah harus terbuka; d). Kepentingan minoritas harus dipertimbangkan.
Pencapaian negara demokrasi dengan kriteria dan ciri-ciri yang telah dikemukakan,
bukanlah persoalan mudah. Di negara- negara maju sendiri merupakan contoh dari
kenyataan bahwa demokrasi tidak bisa dicapai dalam semalam, demokrasi adalah proses
perubahan gradual jangka panjang. Ketika upaya menerapkan sistem multi – partai,
misalnya digantikan untuk secara sabar memberi jalan bagi sebuah negara demokrasi,
hasilnya justeru melahirkan sikap kegamangan dan opurtinitas diantara kelompok
masyarakat itu tokoh-tokoh masyarakat dengan membentuk partai politik “asal-asalan”
dengan maksud pemenuhan kepentingan jangka pendek dan bukan untuk secara
sungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi masyarakat. Di sisi lain, sistem
pemerintahan yang masih dikuasai oleh orang lama tidak melakukan perubahan
mendasar dalam struktur ketatanegaraan kecuali pada kulit luar saja dengan mengubah
perangkat peraturan perundang-undangan agar terkesan demokratis. Robert A. Dahl
mencatat lima kondisi yang dianggap paling mendukung pembangunan sistem politik yang
demokratis –poliarki begitu ia mempopulerkannya- sebelum sampai ke tujuan demokrasi
yang sesungguhnya. Kondisi-kondisi tersebut adalah; Pertama, Para pemimpin tidak
menggunakan instrumen utama kekerasan, yaitu polisi dan militer untuk meraih dan
mempertahankan kekuasaannya; Kedua, terdapat organisasi masyarakat pluralis yang
modern dan dinamis; Ketiga, potensi konflik dalam pluralisme dipertahankan pada level
yang masih dapat ditoleransi; Keempat, diantara penduduk negeri, khususnya lapisan
politik aktifnya, terdapat budaya politik dan sistem keyakinan yang mendukung ide
demokrasi dan lembaga poliarki; Kelima, dampak dari pengaruh atau kontrol oleh negara
asing dapat menghambat atau mendukung secara positif.
b) Thomas S. Kuhn lebih dari memberikan sumbangan-sumbangan besar dalam sejarah dan
filsafat ilmu yaitu dengan mengimplikasikan luas teori-teori yang digagasnya dalam ilmu-
ilmu sosial, seni, dan lain sebagainya. Paralelisme teori-teori Kuh pun banyak yang
merambah pada ilmu-ilmu sosial seperti politik dan pendidikan. Sejarah dianggap oleh
Kuhn sebagai starting point dan kacamata utama dalam menyoroti permasalah-
permasalahan fundamental dalam epistemologi (Zubaedi,dkk, 2007:122).Kuhn menolak
pandangan pemikiran positivistik-objektivistik dan proses akumulasi, evolusi, dan
eliminasi dalam perkembangan ilmu. Pandangan ilmu dari perspektif sejarah atau sejarah
ilmu adalah dasar pemikirannya. Sejarah ilmu sudah seharusnya menjadi guru oleh filsafat
ilmu untuk dapat memahami hakikat ilmu dan aktivitas ilmiah yang sesungguhnya.
Pandangan Kuhn ini telah membuat dirinya menjadi prototipe pemikir nonpositivistik.
Pemikiran positivisme memang lebih menggarisbawahi validitas hukum-hukum alam dan
hukum sosial yang bersifat universal yang dapat dibangun oleh rasio (Muslih, 2004:112).
Mereka bahkan sama sekali tidak melihat faktor historis yang sangat berperan dalam
aplikasi hukum yang dianggap sebagai universal tersebut. Pandangan antimainstrem
Kuhn atau yang disebut Kuhn Holism inilah yang banyak menarik para ilmuwan untuk
mengulas kembali dan menjadikan pemikiran Kuhn sebagai dasar dan rekomendasi ilmu
dari berbagai bidang (Muhadjir, 2001:189).
c)
 Meningkatkan kesetiaan kita kepada ideologi nasional (Pancasila).
 Mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong royong.
 Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya.
 Memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional

Anda mungkin juga menyukai