Anda di halaman 1dari 48

BAB III

KAJIAN SITUASI

A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung


Rumah Sakit Immanuel adalah Rumah Sakit swasta tipe B yang
diselenggarakan oleh Yayasan Badan Rumah Sakit Gereja Kristen
Pasundan. Rumah Sakit Immanuel sebagai Rumah Sakit pendidikan
swasta yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan,
pendidikan serta penelitian dibagian kedokteran, keperawatan dan
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
upaya penyembuhan dan pemulihan serta melaksanakan upaya rujukan,
yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya dan
pencegahan.
Rumah Sakit Immanuel mempunyai falsafah, visi, misi, tujuan, dan mutu
kebijakan yaitu
1. Falsafah Rumah Sakit Immanuel Bandung
Pelayanan keperawatan professional berdasarkan cinta kasih, hormat
dan peduli, dengan visi; menjadikan keperawatan sebagai unggulan
Rumah Sakit Immanuel yang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan terkini yang mampu bersaing secara
nasional dan internasional atas dasar kasih Kristus serta misi;
membangun landasan yang kuat untuk menciptakan pelayanan
keperawatan professional yang memiliki komitmen untuk melayani
secara holistik, memberikan asuhan keperawatan secara professional
yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat berdasarkan standard
dan etika profesi, menjadikan keperawatan di Rumah Sakit Immanuel
sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu keperawatan
yang professional, menjadikan tim keperawatan Rumah Sakit
Immanuel sebagai pilihan masyarakat yang dapat di percaya.
2. Visi Rumah Sakit Immanuel Bandung

52
53

Memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan yang prima dan


inofatif berfokus kepada pasien sebagai perwujudan cinta kasih Allah
3. Misi Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna yang prima dan
berbasis keselamatan pasien.
b. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan mengembangkan
budaya ilmiah di bidang kesehatan.
c. Mengembangkan pelayanan tersier, unggul dan berkembang.
d. Mengembangkan budaya kerja dan karakter SDM yang
melandaskan nilai-nilai kristiani agar memberikan pelayanan
terbaik, handal dan beretika dalam menjalankan kompetensinya.
e. Menjalani kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya
memperkuat peran Rumah Sakit dalam pelayanan dan pendidikan
kesehatan
4. Tujuan Rumah Sakit Immanuel
a. Terwujudnya layanan dan pendidikan kesehatan yang memberikan
kepuasan dan kepercayaan pelanggan
b. Adanya penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan dan
pendidikan kesehatan yang menghasilkan produk inovatif
c. Terwujudnya sinergitas kerjasama dengan semua pihak dalam
rangka memperkuat peran Rumah Sakit dalam pelayanan dan
pendidikan kesehatan.
5. Falsafah Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
Falsafah keperawatan Rumah Sakit Immanuel yakni EMPATI artinya
melakukan tindakan nyata untuk mengatasi penderitaan atau kesulitan
orang lain yang di jabarkan sebagai berikut:
Energik: bersemangat untuk melaksanakan tugas.
54

Mutu: memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan


dengan kualitas terbaik yang memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan.
Professional: memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan
kebidanan berdasarkan standar profesi dan kode etik profesi.
Aman: memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan kebidanan
yang bebas dari bahaya atau resiko bagi pasien, diri sendiri, staf lain
dan Rumah Sakit.
Tekun: senantiasa memberikan pelayanan keperawatan dan pelayanan
kebidanan dengan sungguh-sungguh.
Integritas: bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai kebijakan,
pedoman, panduan dan standar yang berlaku di Rumah Sakit
Immanuel
6. Visi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
Menjadikan keperawatan Rumah Sakit Immanuel sebagai profesi
unggulan dalam menyediakan pelayanan kesehatan bermutu kepada
masyarakat.
7. Misi Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Memberikan pelayanan keperawatan bermutu sesuai dengan
harapan pelanggan.
b. Menjadi wahana pendidikan, penelitian di bidang keperawatan
untuk menghasilkan tenaga kesehatan professional dan beretika.
c. Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
terselenggaranya pelayanan keperawatan.
8. Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Immanuel Bandung
a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang holistic, bermutu
dan terintegrasi.
b. Terwujudnya iklim kerja akademis dan professional di pelayanan
keperawatan.
55

c. Tersedianya sarana dan prasaranan yang mendukung


penyelenggaraan pelayanan.
9. Kebijakan Mutu Rumah Sakit Immanuel Bandung
Kebijakan Mutu Rumah Sakit Immanuel Bandung adalah “Rumah
Sakit Immanuel senantiasa berupaya memenuhi kepuasan pelanggan
dengan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan yang
berkesinambungan serta konsisten dalam sisitem manajemen mutu
pelayanan pendidikan dan penelitian kesehatan yang berbasis bukti.”
Rumah Sakit Immanuel Bandung di lengkapi dalam beberapa sarana
pelayanan yang dapat menunjang pelayanan kesehatan. Sarana
pelayanan keperawatan yang mencakup rawat inap/rawat jalan, poli
penyakit dalam, ruang bedah, ruang maternitas, ruang ODC, ruang
intensif (terdiri dari kelas I, II, III, VIP, Super VIP), IGD. Sarana
pelayanan rawat jalan mencakup poliklinik anak, gigi, penyakit dalam,
penyakit jantung, syaraf, THT, mata, kandung dan KB, poliklinik paru,
KIA, kulit dan kelamin, konsultasi gizi dan jiwa, serta terdapat fasilitas
kesehatan lain seperti USG, EEG, EKG, medical chek-up, radiologi,
laboratorium, wound-care, rehabilitasi medic, endoskopi dan
fisioterapi, serta fasilitas penunjang operasi yang ada dikamar bedah.

B. Kajian Situasi Ruangan Kamar Bedah


Kamar operasi adalah suatu unit khusu di Rumah Sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang
membutuhkan keadaan suci hama (steril). Kamar bedah adalah ruang
dimana dilakukan tindakan-tinakan sehubungan dengan pembedahan.
Ruang ini merupakan ruangan terbatas/ketat (HIPKABI: 2010). Ruangan
kamar bedah Rumah Sakit Immanuel terdapat di gedung Alkema lantai
3, dapat diakses melalui lift khusus untuk pasien yang operasi dan lift
bagian depan digunakan oleh keluarga pasien untuk menuju ruang
56

tunggu kamar bedah.atau akses umum menuju kamar bedah. Ruang


kamar bedah merupakan salah satu penunjang dalam pelayanan pasien
operasi. Ruang kamar bedah memiliki fasilitas yang lengkap untuk
menunjang operasi kecil sampai dengan operasi besar. Rungan kamar
bedah di pimpin oleh direktur pelayanan medis, kepala bagian, kamar
bedah di pimpin oleh Dr. Dono Pranoto SpB,M.Kes dengan wakil Yusi
Meltaria S.Kep.,Ners yang memiliki pengalaman kerja selama 13 tahun.
Jumlah tenaga di kamar bedah terdapat 26 orang perawat dan non
keperawatan 5 orang, dengan tingkat pendidikan S1 Keperawatan Ners 2
orang, perawat lulusan D3 24 orang, administrasi 4 orang lulusan SMA,
inventaris 1 orang lulusan SMA, perawat asisten berjumlah 14 orang,
dan perawat instrument 12 orang. Jam kerja perawat dalam satu hari
dibagi menjadi tiga shift yaitu shift pagi, shift sore dan shift malam.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kamar bedah kepada
pasien operasi sudah sesuai SOP, dari awal penerimaan pasien lalu pada
saat berlangsungnya operasi hingga pemulangan kembali pasien ke
ruangan rawat inap. Ruangan kamar bedah memilik 6 kamar operasi
yang terdiri dari kamar bedah A, B, C, D, E, F dengan fungsi yang
berbeda-beda. Kamar A – kamar D untuk operasi bersih, dan untuk
kamar E – F untuk operasi kotor dan infeksius tetapi untuk saat ini
kamar E belum dapat beroprasi dengan maksimal karena keterbatasan
tenaga dan saat ini belum tersedianya alat di dalam kamar E belum
lengkap dan saat ini kamar E hanya di gunakan untuk anastesi local,
Selain itu terdapat 1 ruangan farmasi, 1 ruangan induksi dengan 3 tempat
tidur, 1 ruangan pemulihan dengan 6 tempat tidur, 1 ruangan dokter, 1
kamar mandi pria, 1 kamar mandi wanita, 1 ruangan pantry, 1 ruangan
ganti pakaian pria, 1 ruang ganti pakaian wanita, 2 ruangan janitor, 1
ruangan staff, 1 ruangan serah terima, 1 ruangan perawatan bayi, 3
ruangan alat- alat, 2 tempat cuci tangan bedah, 3 rak sepatu, 1 nurse
57

station, 1 ruang farmasi, 1 ruang blower, 1 ruang ganti pasien, 2 ruang


ganti untuk dokter, 1 ruang pneumatic, 1 ruangan tunggu untuk keluarga
pasien dan 1 lift alat bersih, 1 lift alat kotor, masing-masing ruang kamar
bedah memiliki tempat khusus, alat tenun kotor dan alat instrument
setelah dipakai dan dikirim melalui lift kotor ke CSSD untuk disterilkan
kembali. Selain itu ruangan kamar bedah juga memiliki jalur evakuasi
yang strategis untuk memudahkan evakuasi semua yang berada di dalam
ruangan kamar bedah jika terjadi bencana.
58

1. Struktur Organisasi Departemen Kamar Bedah Dan CSSD

Dir Pelayanan, Penunjang Medis dan


Keperawatan

Drg. Wanda Prima Khrisna, MMRS

Kepala Bidang Pelayanan Medis

Dr. Joseph Rusli, Sp.AN

Kepala Departemen Kamar Bedah & CSSD

Dr. Dono, S.pB, M.Kes

Wakil Kepala Departemen Kamar Bedah &


CSSD

Yusi Nataria, S.Kep.,Ners

Penanggung Jawab Shift Penanggung Jawab Asisten


Instrumen
1. Br. Sabarkin
1. Br. Jahirin 2. Br. Wahyu
2. Zr. Sondang 3. Br. Sapto
3. Zr. Lilis 4. Br. Daniel
4. Zr. Fitri
5. Zr. Nylan
6. Zr. Edwina
7. Br. Sofyan
59

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Asisten


Instrument
1. Br. Alexander
1. Zr. Yaneta 2. Br. Sri hartanto
2. Zr. Kristina 3. Br. Angga
3. Zr. Eko 4. Br. Mochamad Fajar
5. Br. Aang
6. Br. Jon lenon
7. Br. Edward
8. Br. Didin
9. Br. Seno
10. Br. Agusman

Inventaris
Administrasi
1. Ibu Yanti
1. Ibu Wiwin
2. Ibu Elly
3. Bpk. Dendi
4. Bpk. Andi

Kepala Ruangan CSSD

Menty Naibaho S.Kep., Ners

Petugas CSSD

1. Firman Nataria, AMK


2. Ipong Yuningsih
3. Darni Iis Alsyah
4. Aghisni Failah
5. Aldi Nugraha
6. Novanda Aliambar
7. Henny Marina, AMK
8. Rohmah, AMK

Administrasi

Hesi Karnugrahaning
60

2. 5M+1E
a) M1- Man
1. Ketenagaan
Distribusi perawat berdasarkan jabatan, peniikan terakhir yang
bekerja di ruangan OK
Tabel 3.1 Distribusi Perawat di Ruang Kamar Bedah November 2018

No Nama Pendidikan Masa Jabatan


Kerja
1 Zr. Yusi Meltaria S.Kep,Ners 13 tahun Wakil kepala
Departemen
kamar bedah
2 Br. Jahirin S.Kep,Ners 34 tahun Instrument
3 Br. Sabarkin DIII 27 tahun Asisten
4 Br. Wahyu Permana DIII 21 tahun Asisten
5 Zr. Sondang Fitriani DIII 21 tahun Instrument
6 Zr. Frida Manopo DIII 22 tahun Instrument
7 Zr. Edwina Joice DIII 13 tahun Instrument
Listianing Arie
8 Br. Sofyan DIII 13 tahun Instrument
Arimunandar
9 Zr. Lilis Sumiati DIII 13 tahun Instrument
10 Zr. Nylan Nuraeni DIII 12 tahun Instrument
Anwar
11 Br. Sapto Dwi DIII 11 tahun Asisten
Jatmiko
12 Br. Daniel Sitorus DIII 11tahun Asisten
13 Br. Jonlenon Matanari DIII 11 tahun Asisten
14 Br. Aang Sujana DIII 9 tahun Asisten
61

15 Zr. Fitria Juli Saputri DIII 7 tahun Instrument


16 Br. Sri Hartanto DIII 6 tahun Asisten
17 Br. Edward Sibuea S.Kep,Ners 6 tahun Asisten
18 Br. Angga Rahayu DIII 5 tahun Asisten
19 Br. Seno Darsono DIII 5 tahun Asisten
20 Br. Mochamad Fajar DIII 5 tahun Asisten
21 Zr. Kristina Yulianti DIII 5 tahun Instrument
22 Zr. Eko Budi Lestari DIII 5 tahun instrument
23 Zr. Yaneta Megatari DIII 4 tahun Instrument
24 Br. Alexander M DIII 4 tahun Asisten
Genika Suku
25 Br. Didin Hamidan DIII 4 tahun Asisten
26 Br. Agusman DIII 3 tahun Asisten
Zendrato
Berdasarkan table 3.1 perawat ruang kamar bedah memiliki 26
perawat. perawat asisten berjumlah 14 orang, dan perawat instrument
12 orang

Table 3.2 Distribusi ketenagaan non keperawatan

No Nama Pendidikan Masa Jabatan


kerja
1 Wiwin Mutia SMA 27 tahun Administrasi
2 Elly Purwahesna SMA 12 tahun Administrasi
3 Dendi Purwanto SMA 12 tahun Administrasi
4 Andy Antono SMA 10 tahun Administrasi
5 Yanti SMA 27 tahun Inventaris
62

Berdasarkan tabel 3.2 ketenaga kerjaan non perawat yang ada ruang
kamar bedah berjumlah 5 orang. 4 orang administrasi dan 1 orang
inventaris.

Tabel 3.3 Distribusi Perawat Anastesi

No Nama Penidikan Masa Kerja Jabatan


1 Zr. Ani Maria DIII 31 tahun Anastesi
2 Br. Anjar Budi DIII 26 tahun Anastesi
Ismanto
3 Br. Cece Suryadi DIII 23 tahun Anastesi
4 Br. Heru Hartono DIII 12 tahun Anastesi
5 Zr. Septiani DIII 7 tahun Anastesi
6 Zr. Hempilah DIII 5 tahun Anastesi

Berdasarkan tabel 3.3 distribusi perawat anastesi yang ada di kamar


bedah berjumlah 6 orang.

Tabel 3.4 Kualifikasi Pendidikan Perawat di Ruangan OK

No Jenis Pendidikan Jumlah Presentase %


1 Sarjana Keperawatan 2 8%
2 DIII Keperawatan 24 92%
Total 26 100%
Analisis tabel 3.4 menunjukan bahwa hasil kulifikasi pendidikan perawat
di ruangan OK mayoritas tingkat pendidikan perawat adalah DIII 92%
yang berjumlah 24 orang dan sarjana Keperawatan Ners 8% yang
bejumlah 2 orang.
63

2) Jumlah Pasien yang melakukan Operasi


Jumlah operasi dalam 3 bulan X 100%

Jumlah ruang

492 + 428 + 408 X 100 % = 1.328 X 100%

6 X 3 X 92 1.565

= 85%

Berdasarkan perhitungan BOR selama 3 bulan terakhir di dapatkan hasil


ideal 85%.

Tabel 3.5 Distribusi frekuensi petugas CSSD

No Nama Pendidikan Masa Jabatan


Kerja
1 Menty Naibaho S.Kep., Ners 4 bulan Kepala Ruangan
2 Firman Nataria D3 8 tahun Pelaksana
3 Ipong Yuningsih SD 13 tahun Pelaksana
4 Darni Iis Fadilah SMP 9 tahun Pelaksana
5 Aghisni Fadilah SLTA 4 tahun Pelaksana
6 Aldi Nugraha SLTA 3 tahun Pelaksana
7 Novand Aliambar SLTA 4 tahun Pelaksana
8 Henny Marintan D3 2 bulan Pelaksana
9 Rohmah D3 1 bulan Pelaksana
10 Hesi Kanurgrahaning SLTA 3 tahun Administrasi

Berdasarkan analisis tabel 3.5 ruang CCSD memiliki 1 kepala ruangan, 1


administrasi dan 8 petugas CSSD
64

b) M2- Material
Tabel 3.6 Distribusi Fasilitas di Ruangan Kamar Bedah

No Nama Barang Jumlah Kondisi


Baik Buruk
1 Ruang farmasi 1 √
2 Ruang induksi 1 √
3 Ruang pemulihan 1 √
4 Ruang dokter 1 √
5 Kamar mandi pria 1 √
6 Kamar mandi wanita 1 √
7 Ruang pantry 1 √
8 Ruang ganti pakaian 1 √
pria
9 Ruang ganti pakaian 1 √
wanita
10 Ruang janitor 2 √
11 Ruang staff 1 √
12 Ruang serah terima 1 √
13 Ruang perawatan bayi 1 √
14 Ruang alat 3 √
15 Wastafel cuci tangan 2 √
16 Rak sepatu 3 √
17 Nurse station 1 √
18 Ruang tunggu 1 √
keluarga
19 Tempat tidur kamar 6 √
operasi
20 Tempat tidur kamar 3 √
65

induksi
21 Tempat tidur kamar 6 √
pemulihan
22 Kamar ganti dokter 2 √
23 Ruang blower 1 √
24 Ruang ganti pasien 1 √
25 Tempat buang alat 6 √
kotor
26 Lift alat kotor 1 √
27 Lift alat bersih 1 √
26 Ruang pneumatic 1 √

Tabel 3.7 Distribusi Alat Kesehatan Kamar Ruangan Bedah

No Nama Barang Jumlah Kondisi


Baik Buruk
1 APAR 5 √
2 Hanscrub 9 √
3 Tempat sampah 12 √
infeksius
4 Tempt sampah non 12 √
infeksius
5 Lampu baca rontegen 6 √
6 Trolly 18 √
7 Monitor 15 √
8 Ventiltor 6 √
9 Trolly emergency 6 √
10 Suction 6 √
66

11 Tempat sampah jarum 8 √


12 Tempat sampah ampul 8 √
13 Tiang infus 15 √
14 Oksigen sentral 15 √
15 Tempat alat tenun 9 √
kotor
16 Lemari alat tenun 2 √

c) M3- Methode
1) Model Asuhan Keperawatan
Model asuhan keperawatan yang digunakan di kamar bedah adalah
model asuhan keperawatan Tim dan Fungsional.
2) Pembagian shift
a. Pagi : 07.00 – 14.00
b. Siang : 14.00 – 21.00
c. Malam : 21.00 – 07.00
3) Standar operasional prosedur
Tabel 3.8 Daftar SOP Kamar Bedah Tahun 2018

N No Dokumen Judul Proseur


o
1 T&C.F.001 Pendaftaran Tindakan Operasi
2 T&C.F.002 Pembatalan Operasi
3 T&C.F.003 Serah Terima Pasien Operasi
4 T&C.F.004 Pengisian Formulir Serah Terima
Pasien Operasi
5 T&C.F.005 Pelaksanaan Jadwal Operasi
6 T&C.F.006 Penandaan Jadwal Oeperasi
67

7 T&C.F.007 Penandaan Daerah Operasi (Site


Marking)
8 T&C.F.008 Pelaksanaan Surgical Safety Checklist
9 T&C.F.009 Penggantian Baju Pasien Dari Ruangan
/ ODS Dengan Baju Di Kamar Operasi
10 T&C.F.010 Persiapan Alat-alat Untuk Operasi
11 T&C.F.011 Permintaan dan Penggunaan
Pembekalan Farmasi di Kamar Bedah
12 T&C.F.012 Pemindahan Pasien Ke dan dari Meja
Operasi
13 T&C.F.013 Posisi Pasien di Meja Operasi
14 T&C.F.014 Pencukuran Area Operasi
15 T&C.F.015 Cuci Tangan Bedah
16 T&C.F.016 Membantu Memakai Gaun dan Sarung
Tangan Strelir Untuk Operasi
17 T&C.F.017 Memakai dan Melepas Jas Operasi
18 T&C.F.018 Teknik Memakai dan Melepas Sarung
Tangan Steril
19 T&C.F.019 Perhitungan Kassa dan Instrumen
Operasi
20 T&C.F.020 Desinfektan Area Operasi
21 T&C.F.021 Wrapping
22 T&C.F.022 Teknik Instrumen
23 T&C.F.023 Pengisian Formulir Asuhan
Keperawatan Peri Operatif
24 T&C.F.024 Penanganan Pasien Pre-Intra dan Post
Operasi
25 T&C.F.025 Transfer Pasien dari Kamar Bedah ke
68

Perawatan Intensif (ICU/HCU/NICU)


26 T&C.F.026 Penjemputan Pasien Paska Operasi
27 T&C.F.027 Billing Kamar Bedah
28 T&C.F.028 Pengambilan Kartu ODS
29 T&C.F.029 Mekanisme Kejadian Di Kamar Bedah
30 T&C.F.030 Penanganan Pasien Meninggal di
Kamar Bedah
31 T&C.F.031 Penanganan Pembedahan Pasien
Dengan HIV/Hepatitis B dan C
32 T&C.F.032 Pembersihan Kamar Operasi
33 T&C.F.033 Pemeliharaan Alat-alat Kamar Bedah
34 T&C.F.034 Membawa Alat Dari Luar Rumah
Sakit
35 T&C.F.035 Penggunaan Blanket Warmer
36 T&C.F.036 Penggunaan Ligasure
37 T&C.F.037 Penggunaan Valley Lab Force FX
38 T&C.F.038 Pertemuan Di Kamar Bedah
39 T&C.F.039 Disaster Plan Kamar Bedah
Berdasarkan table 3.8 SOP di Kamar Bedah berjumlah 39 SOP
yang digunakan perawat dalam tindakan keperawatan yang
dilakukan.
Table 3.9 SOP Bagian CSSD

No No Dokumen Nama Dokumen Ket


1 NCS.M.A.01.001 Pelayanan sterilisasi Di CSSD
2 NCS.M.A.01.002 Pengadaan barang Di CSSD
habis pakai ke farmasi
3 NCS.M.A.01.003 Pencatatan dan Di CSSD
69

pelaporan strelisasi
4 NCS.M.A.01.004 Tata tertib masuk Di CSSD
ruang CSSD
5 NCS.M.A.01.005 Jadwal penerimaan Di CSSD
dan pengembalian alat
kotor dan bersih
6 NCS.M.A.01.006 Pengembalian alat Di CSSD
kesehatan strelisasi
7 NCS.M.A.01.001 Pengelolaan alat Di CSSD
instrument habis pakai
dari ruangan an kamar
bedah
8 NCS.M.A.01.002 Penggunaan mesin Di CSSD
Drying Cabinet
9 NCS.M.A.01.003 Penggunaan ultrasobic Di CSSD
cleaner DTH-8510
10 NCS.M.A.01.004 Penggunaan alat Di CSSD
washer disinfector
decomat 46-4
11 NCS.M.A.01.005 Dekontaminasi, Di CSSD
pencucian dan
pengeringan alat
instrument
12 NCS.M.A.01.001 Tata cara packing Di CSSD
alat/barang habis
pakai yang akan
disterilkan
13 NCS.M.A.01.002 Penggunaan mesin Di CSSD
70

sealing
14 NCS.M.A.01.003 Packing line steril Di CSSD
15 NCS.M.A.01.001 Penyimpanan cairan Di CSSD
dekontaminasi tingkat
tinggi
16 NCS.M.A.01.002 Pemakaian mesin Di CSSD
strelan everlight
17 NCS.M.A.01.003 Penggunaan mesin Di CSSD
strei-VAC
sterilizer/aerator
model 8XL,ETO
(Ethylen Oxide)
18 NCS.M.A.01.004 Penggunaan mesin Di CSSD
steam sterilizer HS-
6610 ER-2
19 NCS.M.A.01.005 Penyeterilan alat Di CSSD
dengan dekontaminasi
tingkat tinggi (DTT)
20 NCS.M.A.01.001 Uji sterilisasi alat Di CSSD
kesehatan
21 NCS.M.A.01.002 Monitoring mutu Di CSSD
sterilisasi
22 NCS.M.A.01.003 Pengukuran suhu dan Di CSSD
kelembaban ruang
penyimpanan alat
steril
23 NCS.M.A.01.004 Pengontrolan Di CSSD
autoclave dengan bio
71

test
24 NCS.M.A.01.005 Pengontrolan ETO Di CSSD
engan BIO TEST
25 NCS.M.A.01.006 Monitoring fungsi Di CSSD
mesin WSD
26 NCS.M.A.01.001 Pengembalian Di CSSD
barang/alat sterilisasi
diluar jam kerja
27 NCS.M.A.01.002 Penyimpanan dan Di CSSD
pendistribusian alat
steril
28 Panduan single use Masih di
QMR
29 Pedoman CSSD Masih di
QMR
30 Prosedur sterilisasi Masih di
barang single use QMR
31 Pemasangan kode Masih di
warna QMR
32 SK pedoman CSSD Ada di
direksi
33 SK single use Ada di
direksi
Analisis tabel 3.9 mengenai SOP CSSD berjumlah 33 SOP yang
digunakan dalam tindakan di CSSD tetapi 4 SOP masih berada di
QMR dan 2 SOP masih berada di direksi.
d) M4- money
Pasien dibagi menjadi 3 jenis pembayaran BPJS, tunai dan asuransi.
e) M5- Machine
72

Tabel 3.10 Distribusi frekuensi mesin di ruang kamar bedah

No Nama Alat Jumlah Alat Kondisi Alat


Baik Rusak
1 Meja operasi 6 √
2 Lampu operasi 6 √
3 Mesin anastesi 6 √
4 Monitor anastesi 6 √
5 Pendan 6 √
6 Diatermi 6 √
7 Suction pum 6 √
8 Laryngoscope 6 √
9 Stetoskop 6 √
10 Meja instrument 12 √
11 Alat instrument Lengkap √
12 Troli mayo stand 6 √
13 Troli double bowl 6 √
stand
14 Troli alkes 6 √
15 Light case 7 √
16 Lampu emergency 8 √
17 Sutter couter THT 1 √
18 C-ARM 1 √
19 Bor rahang 1 √
20 Blanket warmer 4 √
21 Blood / infusion 1 √
warmer
22 Light source 1 √
73

23 Headline 3 √
24 Defibrillator 1 √
25 Tourniquet 1 √
26 Mesin bor craniotomy 1 √
27 Laparoscopy set 2 √
28 Bor ortopedi 3 √

f) E1- Environment

No Kategori Baik Buruk


1 Pencahayaan 
2 Kerapihan 
3 Kebersihan 
4 Tempat sampah infeksius 
dan non infeksius
5 Tempat alat- alat operasi 

C. Hasil Kajian SWOT di Ruang OK


1. Strength (kekuatan)
a. Adanya visi, misi, tujuan Rumah Sakit Immanuel Bandung untuk
menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
b. Ruangan kamar bedah memiliki 6 kamar operasi.
c. Terdapat 26 tenaga perawat terdiri dari tenaga S.Kep,.Ners
sebanyak 2 orang dan ahli madya keperawatan sebanyak 24 orang
yang sudah mengikuti pelatihan dasar kamar bedah.
d. Ruang kamar bedah dibersihkan oleh petugas kebersihan setelah
operasi selesai dan lanjut dibersihkan 1x24 jam, 1 minggu sekali
pembersihan total dengan cara dibongkar.
74

e. Ruangan kamar bedah dibagi 2 kategori, operasi bersih dan operasi


kotor untuk OK A-D operasi bersih dan OK E-F untuk operasi
kotor dan infeksius.
f. Memiliki CSSD yang dekat dengan ruang OK.
g. Memiliki peralatan kesehatan yang lengkap untuk menunjang
berjalannya operasi.
h. Memiliki tenaga keperawatan berpengalama dengan masa kerja
yang sudah lama 34 tahun yang paling muda 3 tahun.
i. Adanya ruang farmasi khusus di dalam ruang OK.
j. Ruangan kamar bedah rapih dan bersih.
k. Adanya mahasiswa kedokteran yang praktek di ruangan OK.
l. Lokasi Rumah Sakit strategis karena mudah di akses.
m. Memiliki operator, dokter spesialis bedah SpB dan sub SpB.

2. Weakness (kelemahan)
a. Belum optimalnya penerapan maksimal jumlah orang dalam kamar
bedah pada saat operasi berlangsung.
b. Belum optimalnya penggunaan SOP pemasangan infus.
c. Belum optimalnya manajemen waktu antara jam daftar operasi dan
jam mulai operasi.

3. Opportunities (peluang)
a. Adanya organisasi PPNI sebagai badan yang menaungi profesi
keperawatan (UU No.38 tahun 2014).
b. Adanya kampus STIK Immanuel dan Universitas Maranatha
sebagai penunjang SDM Rumah Sakit.
c. Adanya informasi pelayanan kesehatan yang baik dari media
sosial.
75

d. Adanya kebijakan pemerintah tentang perlidungan konsumen (UU


konsumen dan permenkes no.169 tentang keselamatan pasien dan
UU perlindungan konsumen no.8 tahun 1999 bagian 2 pasal 6).
e. Adanya HIPKABI yang menaungi perawat-perawat kamar bedah.
f. Adanya klinik Monalisa di depan Rumah Sakit Immanuel.
g. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat.

4. Threats (Ancaman)
a. Adanya Rumah Sakit yang berdekatan dengan Rumah Sakit
Immanuel seperti rumah sakit santosa, Santo Boromeus yang
memiliki akreditasi yang sama.
b. Terdapatnya fasilitas yang lebih lengkap di Rumah Sakit lain
seperti Rumah Sakit Santo Boromeus yang memiliki alat MRI
yang lebih lengkap.
76

D. Matriks SWOT
Table 3.11 SWOT analisi

INTERNAL STRENGTH ( S) WEAKNESS ( W)


a. Belum optimalnya penerapan
a. Adanya visi, misi, tujuan Rumah
maksimal jumlah orang dalam
Sakit Immanuel Bandung tipe B
kamar bedah pada saat operasi
untuk menjamin kualitas
berlangsung.
pelayanan keperawatan yang
b. Belum optimalnya penggunaan
diberikan.
SOP pemasangan infus.
b. Ruangan kamar bedah memiliki 6
c. Belum optimalnya manajemen
kamar operasi.
waktu antara jam daftar operasi dan
c. Terdapat 26 tenaga perawat terdiri
jam mulai operasi.
dari tenaga S.Kep,.Ners sebanyak
2 orang dan ahli madya
keperawatan sebanyak 24 orang
yang sudah mengikuti pelatihan
77

dasar kamar bedah.


d. Ruang kamar bedah dibersihkan
oleh petugas kebersihan setelah
operasi selesai dan lanjut
dibersihkan 1x24 jam, 1 minggu
sekali pembersihan total dengan
cara dibongkar.
e. Ruangan kamar bedah dibagi 2
kategori, operasi bersih dan
operasi kotor untuk OK A-D
operasi bersih dan OK E-F untuk
operasi kotor dan infeksius.
f. Memiliki CSSD yang dekat
dengan ruang OK.
g. Memiliki peralatan kesehatan
yang lengkap untuk menunjang
78

berjalannya operasi.
h. Memiliki tenaga keperawatan
berpengalama dengan masa kerja
yang sudah lama 34 tahun yang
paling muda 3 tahun.
i. Adanya ruang farmasi khusus di
dalam ruang OK.
j. Ruangan kamar bedah rapih dan
bersih.
k. Adanya mahasiswa kedokteran
yang praktek di ruangan OK.
l. Lokasi Rumah Sakit strategis
karena mudah di akses.
m. Memiliki operator, dokter
spesialis bedah S.pB dan sub
S.pB.
79

EKSTERNAL (SO) STRATEGI (WO) STRATEGI


OPPORTUNITY (O)
a. Adanya organisasi PPNI sebagai a. Dengan adanya perawat sirkuler
a. Membuat promosi mengenai RS
badan yang menaungi profesi yang juga bertugas untuk
Immanuel, terutama kamar bedah
keperawatan (UU No.38 tahun mengobservasi jumlah orang di
dan kelebihan yang dimiliki kamar
2014). dalam ruangan saat operasi.
bedah dengan menggunakan media
b. Adanya kampus STIK Immanuel
80

dan Universitas Maranatha (contoh: leafleat, brosure, media b. Meningkatkan minat membaca
sebagai penunjang SDM Rumah sosial dll). SOP dan mengaplikasikannya
Sakit. b. Mempertahankan serta dalam tindakan yang dilakukan
c. Adanya informasi pelayanan meningkatkan kelengkapan sarana oleh perawat di ruangan.
kesehatan yang baik dari media dan fasilitas yang sudah ada untuk
sosial. menarik minat masyarakat
d. Adanya kebijakan pemerintah terhadap pelayanan kesehatan RS
tentang perlidungan konsumen Immanuel.
(UU konsumen dan permenkes c. Meningkatkan kualitas pelayanan
no.169 tentang keselamatan kesehatan agar kepercayaan
pasien dan UU perlindungan masyarakat terhadap pelayanan
konsumen no.8 tahun 1999 bagian kesehatan tetap terjaga.
2 pasal 6). d. Adanya perawat lulusan
e. Adanya HIPKABI yang S.Kep, .Ners dan perawat senior.
menaungi perawat-perawat kamar e. Memanfaatkan teknologi dalam
bedah. pelayanan di ruangan OK.
f. Adanya klinik Monalisa di depan f. Mengirim perawat kamar bedah
81

Rumah Sakit Immanuel. untuk studi lanjut di STIK


g. Perkembangan IPTEK yang Immanuel Bandung.
semakin pesat.

THREATS (T) (ST) STRATEGI ( WT) STATEGI


a. Adanya Rumah Sakit yang a. Meningkatkan asuhan a. Meningkatkan sarana dan
berdekatan dengan Rumah Sakit pelayanan keperawatan. prasarana yang belum maksimal
Immanuel seperti rumah sakit b. Mempertahankan kepercayaan atau memadai
santosa , Santo Boromeus yang pasien dengan memberikan b. Koordinasi kepada wakil
memiliki akreditasi yang sama. pelayanan yang terbaik dan manajer kamar bedah untuk
b. Terdapatnya fasilitas yang lebih menarik minat pasien untuk mengawasi dan mengarahkan
lengkap di Rumah Sakit lain selalu berobat ke Rumah Sakit kepada staf petugas untuk
82

seperti Rumah Sakit Santo Immanuel. mengikuti SPO yang sudah


Boromeus yang memiliki alat c. Memperbaharui fasilitas dan ditentukan.
MRI yang lebih lengkap. mempertahankan fasilitas yang c. Mengkoordinasikan kepada
tidak dimiliki Rumah Sakit wakil manajer untuk selalu
lain. mempalidasi apa penyebab
terjadinya perubahan jadwal
operasi.
83
84

E. Pembobot matriks IFE dan EFE

1) Matriks Internal (IFE)

Tabel 3. 12 Matriks IFE

IFE Bobot Rating Score

Strangeth

Adanya visi, misi, tujuan rumah sakit Immanuel 0,07 4 0,28


untuk menjamin kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.

Ruangan kamar bedah memiliki 6 kamar operasi. 0,06 4 0,24

Terdapat 26 tenaga perawat terdiri dari tenaga 0,07 4 0,28


S.Kep,.Ners sebanyak 2 orang dan ahli madya
keperawatan sebanyak 24 orang yang sudah
mengikuti pelatihan dasar kamar bedah.
Ruang kamar bedah dibersihkan oleh petugas 0,06 3 0,18
kebersihan setelah operasi selesai dan lanjut
dibersihkan 1x24 jam, 1 minggu sekali pembersihan
total dengan cara dibongkar.
Ruangan kamar bedah dibagi dua kategori operasi 0,07 4 0,28
bersih dan operasi kotor, untuk OK A-OK D operasi
bersih dan OK E-F untuk operasi kotor dan infeksius.

Memiliki CSSD yang dekat dengan ruang OK. 0,06 3 0,18

Memiliki peralatan kesehatan yang lengkap untuk 0,06 4 0,24


menungjang operasi.

Memiliki tenaga keperawatan berpengalaman dengan 0,07 3 0,21


85

masa kerja yang sudah lama 34 tahun, yang paling


muda 3 tahun.

Adanya ruang farmasi khusus di dalam ruang OK. 0,06 3 0,18

Ruangan kamar bedah rapih dan bersih. 0,06 3 0,18

Adanya mahasiswa kedokteran yang praktek di 0,06 4 0,24


ruangan OK.

Lokasi Rumah Sakit strategis karena mudah di akses. 0,06 4 0,24


Memiliki operator, dokter spesialis bedah SpB dan 0,06 4 0,24
sub SpB.
Weakness

Belum optimalnya penerapan maksimal jumlah orang 0,06 2 0,12


dalam kamar bedah pada saat operasi berlangsung.

Belum optimalnya penggunaan SOP pemasangan 0,06 1 0,06


infus.
Belum optimalnya manajemen waktu antara jam 0,06 1 0,06
daftar operasi dan jam mulai operasi.

TOTAL NILAI 1 54 3,03


86

1) Matriks Eksternal (EFE)


Table 3.13 matrik EFE

EFE Bobot Rating Score

Opportunity

Adanya organisasi PPNI sebagai badan yang 0,1 4 0,8


menaungi profesi keperawatan (UU No.38 tahun
2014).

Adanya kampus STIK Immanuel dan Universitas 0,1 3 0,3


Maranatha sebagai penunjang SDM Rumah Sakit.

Adanya informasi pelayanan kesehatan yang baik 0,1 3 0,3


dari media sosial.

Adanya kebijakan pemerintah tentang perlidungan 0,2 4 0,8


konsumen (UU konsumen dan permenkes no.169
tentang keselamatan pasien dan UU perlindungan
konsumen no.8 tahun 1999 bagian 2 pasal 6).

Adanya HIPKABI yang menaungi perawat- perawat 0,1 4 0,4


kamar bedah.
Adanya klinik Monalisa di depan Rumah Sakit 0,1 3 0,3
Immanuel.

Perkembangan IPTEK yang semakin pesat. 0,1 3 0,3


Threats

Adanya Rumah Sakit yang berdekatan dengan 0,1 3 0,3


Rumah Sakit Immanuel seperti rumah sakit santosa ,
Santo Boromeus yang memiliki akreditasi yang
87

sama.
Terdapatnya fasilitas yang lebih lengkap di Rumah 0,1 3 0,3
Sakit lain, seperti Rumah Sakit Santo Boromeus
yang memiliki alat MRI yang lebih lengkap.

TOTAL NILAI 1 30 3,8


88

F. Diagram kartesius
IFE: 3, 03
EFE: 3, 8

Interprestasi data dari diagram kartesius matriks IFE dan EFE menunjukan
pada kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan ruangan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. yang harus di terapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.contohnya Adanya
kebijakan pemerintah tentang perlidungan konsumen (UU konsumen dan
permenkes no.169 tentang keselamatan pasien dan UU perlindungan
konsumen no.8 tahun 1999 bagian 2 pasal 6).adanya visi misi tujuan
rumah Sakit Immanuel Bandung tipe b untuk menjamin kualitas pelayanan
keperawatan yang di berikan. strategi mempertahankan kepercayaan
89

pasien dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan menarik minat


pasien untuk selalu berobat ke Rumah Sakit Immanuel.
G. Matrik IE
Matriks IE, sumbu horizontal X nilai IFE yang di bagai menjadi 3
daerah, yaitu:
1. 1,0-1,99 = IFE lemah
2. 2,0-2,99 = IFE rata-rata
3. 3,0-4,0 = IFE kuat
Hasil dari matriks IFE diatas adalah 3, 03

Matriks IE dengan sumbu vertical Y aalah nilai EFE yang dibagi


menjadi 3 daerah yaitu:

1. 1,0-1,99 = EFE lemah


2. 2,0- 2,99 = EFE rata-rata
3. 3,0-4,0 = EFE kuat

Hasil IFE diatas adalah 3, 8

Tabel 3.14 IE Matriks

IFE Kuat Rata-rata Lemah


EFE 3,0 – 4,0 3,0 – 2,0 1,0 – 1,99
Kuat I II III
4,0 – 3,0
Rata-rata IV V VI
3,0 – 2,0
Lemah VII VIII IX
1,0- 1,99
Intrepestasi data dari tabel 3.14 IE Matriks dengan total IFE 3,03 dan
EFE 3,8 sehingga IE matriks, tabel terdapat pada sel I ( satu ) yang di
sebut posisi growth strategy atau strategi pertumbuhan di desain
untukmencapai pertumbuhan baik dalam penjualan, aset.hal ini dapat di
capai menambah kualitas jasa dan meningkatan aset.
90

H. Rumusan masalah dan Prioritas Masalah


1. Rumusan Masalah
a) Belum optimalnya penerapan maksimun jumlah orang dalam
kamar bedah pada saat operasi berlangsung.
b) Belum optimalnya penggunaan SOP pemasangan infus.
c) Belum optimalnya manajemen waktu antar jam daftar dan jam
mulai operasi.
2. Pembobotan Metode Bryant
Tabel 3. 15 pembobotan dengan memperhatikan aspek

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Score Ket

1 Belum optimalnya 5 5 5 5 4 24 I
penggunaan SOP
pemasangan infus.
2 Belum optimalnya 5 4 5 4 4 22 II
penerapan maksimun
jumlah orang dalam
kamar bedah pada saat
operasi berlangsung.
3 Belum optimalnya 2 3 4 3 4 15 III
manajemen waktu antara
jam daftar operasi dan
jam mulai operasi.

Keterangan:

1. Magnitude (Mg), yaitu kecenderungan dan seringnya masalah terjadi.

2. Severity (Sv), yaitu besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalh ini.
91

3. Manageability (Mn), yaitu kemampuan menyelesaikan masalah-masalah


yang terjadi.

4. Nursing Content (Nc), melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat.

5. Affordability (Af), yaitu ketersediaan sumber daya.

Rentang niali yang digunakan yaitu 1-5 dengan kriteria nilai sebagai berikut:

Nilai 1 = sangat kurang penting

Nilai 2 = kurang penting

Nilai 3 = cukup penting

Nilai 4 = penting

Nilai 5 = sangat penting

Berdasarkan table 3.15 hasil dari perhitungan prioritas masalah dengan metode
Bryant menunjakan hasil prioritas yang utama adalah “Belum optimalnya
penggunaan SOP pemasangan infus” dengan jumlah skor 24 Masalah yang kedua
adalah “Belum optimalnya penerapan maksimun jumlah orang dalam kamar
bedah pada saat operasi berlangsung” dengan jumlah skor 22. Dan masalah yang
ke 3 adalah “Belum optimalnya manajemen waktu antara jam daftar operasi dan
jam mulai operasi.” dengan jumlah skor 15.

3. Prioritas Masalah
a) Belum optimalnya penggunaan SOP pemasangan infus.
b) Belum optimalnya penerapan maksimun jumlah orang dalam
kamar bedah pada saat operasi berlangsung.
c) Belum optimalnya manajemen waktu antara jam daftar operasi
dan jam mulai operasi.
92
93

I. Analisis fishbone
1. Belum optimalnya penerapan maksimun jumlah orang dalam kamar bedah pada saat operasi berlangsung.

1. Kurangnya ketaatan koas


dan tenaga keperawatan di
lam kamar bedah saat
operasi berlangsung MONEY MATERIAL
MAN Belum optimalnya
penerapan maksimal
jumlah orang dalam
kamar bedah pada saat
operasi berlangsung.
METHODE MACHINE
ENVIROMENT
Perawat dan coas yang tidak Pimpinan ruangan
memiliki tugas ikut masuk pada belum memberi Sudah terdapatnya tanda peringatan
saat operasi berlangsung peringatan kepada di semua kamar bedah tentang
sehingga jumlah orang yang ada perawat dan coas maksimal orang saat operasi
di dalam ruangan operasi lebih mengenai jumlah berlngsung
dari 10 orang. maksimal yang sudah
di tetapkan di kamar
operasi
94

2. Belum Optimalnya Penggunaan SOP Pemasangan Infus

Keinginan perawat anastesi Alat- alat pemasangan


dalam melakukan tindakan infus tidak tersedia
pemasangan infus sesuai sepenuhnya
SOP
MATERIAL
MAN MONEY
Belum optimalnya
penggunaan SOP
pemasangan infus.

MECHINE
METHODE
ENVIROMENT
Pemasangan infus tidak
sesuai SOP. Perawat tidak
menggunakan sarung
tangan, tidak membawa
bengkok, tidak
menggunakan tourniquet
saat pemasangan infus.
95

3. Belum Optimalnya Manajemen Waktu Operasi dengan Jam yang sudah ditentukan

Masih banyak tenaga


medis yang belum taat
Sudah ada SOP
akan jadwal operasi
mengenai pelaksanaan
yang sudah ditentukan
jadwal operasi.
karena berbagai faktor
MONEY MATERIAL
MAN

Belum optimalnya
penggunaan SOP
pemasangan infus.

METHODE MECHINE
ENVIROMENT
Perawat sudah Perawat sudah
mengingatkan mengkonfirmasikan
tenaga medis kepada tenaga
melalui telepon medis tentang
ruangan. jadwal operasi,
tetapi masih ada
tenaga medis yang
tidak tepat waktu
96

J. Planning Of Action (POA)


Tabel 3.16 Planning Of Action

No Masalah Tujuan Sasaran Strategi Kegiatan Waktu Penanggung


Jawab
1 Belum Mencegah Semua orang 1. Melakukan Desiminasi 17/11/18 Wakil kepala
optimalnya terjadinya resiko yang bertugas desiminasi Departemen
penerapan infeksi di kamar mengenai kamar bedah
maksimal jumlah nosocomial dan bedah (coas) pencegahan dan kelompok
orang dialam alat streril terjadinya
kamar bedah menjadi on. resiko
pada saat operasi infeksi
berlangsung nosocomial
dan alat
steril
menjadi on.
2 Belum Pelaksanaan Perawat 1. Melakukan Diskusi, 17/11/18 Wakil kepala
97

optimalnya pemasangan infus anastesi di pengajuan desiminasi, Departemen


penggunaan SOP sesuai SOP ruang operasi. proposal coaching. kamar bedah
pemasangan penyediaan
infus alat-alat
pemasangan
infus
kepada
wa.ka
departemen
kamar
bedah.
2. Melakukan
desiminasi
mengenai
pentingnya
pemasangan
infus sesuai
98

SOP.
3. Melakukan
Coaching
terkait
pemasangan
infus sesuai
dengan
SOP.

3 Belum Agar jam operasi Perawat 1. Melakukan Diskusi 17/11/18 Wakil kepala
optimalnya bisa berjalan ruangan, tim diskusi Departemen
manajemen sesuai dengan medis / tim dengan kamar bedah
waktu antara jam jadwal yang sudah operasi. wakil
daftar operasi ditentukan. kepala
dan jadwal mulai departemen
operasi kamar
bedah
99

mengenai
belum
optimalnya
manajemen
waktu
antara jam
daftar
operasi dan
jadwal
mulai
operasi

Anda mungkin juga menyukai