Pert 13. Rekontruksi Karakter Bangsa Berbasis Metafisika
Pert 13. Rekontruksi Karakter Bangsa Berbasis Metafisika
Konsep dan ilmu pengetahuan positif yang berkembang pasca super modern yang melenial
ini telah menghadapi kemajuan yang luar biasa, namun akhirnya mencapai suatu titik kejenuhan yang
ditandai relativitas makna hidup manusia. Dimana manusia mengalami dilema kegalauan nilai-nilai
hidup yang pragmatis. Hal ini dikarenakan kering dari nilai-nilai spiritual
Rekostruksi karakter dalam proses pendidikan yang berbasis nilai religious adalah merupakan
yang menganalisa dan berusaha mengenakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral). Namun ada
juga pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra,
keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan pemimpin bangsa, Disamping pendidikan karakter berbasis
religious dan nilai budaya terdapat juga Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi
Lingkungan) serta pendidikan karakter berbasis potensi diri. Dimana hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi
humanis). Rekonstruksi karakter berbasis metafisika ini yang ada hanya baru di Kampus UNPAB
Sumatera Utara.
Rekontruksi karakter bangsa adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya dibangun
dengan nilai-nilai luhur Pancasila, bangsa indonesia tentu jiwa akan terisi dengan nilai tersebut dan
bangsa indonesia akan berkarakter dengan nilai-nilai yang di isikan tersebut.
Rekontruksi jiwa bangsa berbasis metafisika dapat dilakukan bukan hanya secara horizontal
saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Selama ini bangsa Indonesia “tertidur”, belum
terbangun, dengan metafisika. Bangsa Indonesia akan bangkit untuk dpat membangun jiwa/jasmani
secara horizontal dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan yang maha esa.
Dalam melakukan rekonstruksi bangsa berbasis metafisika, merupakan suatu ilmu yang dapat
diterapkan untuk menjelaskan aqidah dan tauhid pada lintas sektor agama”. Cita-cita pendidikan
nasionlal adalah: menciptakan manusia indonesia yang berkpribadian, cerdas, pintar, tetapi juga
berakhlak dan berkerakter.
Jadi peran pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa dari berbagai
lapisan agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi
dengan pancasila, sedangpada vertikalnya dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan tauhid dalam
diri masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada
masing-masing kitab suci).
Bangsa Indonesia adalah manusia, yang merupakan sebagai objek metafisika karena memiliki
roh yang merupakan karunia dari Tuhan yang maha Esa, hal ini dapat dilihat pada firman Tuhan, yang
artinya:“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan) Nya kedalam (tubuh) nya dan
Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan Hati bagi mu” Tentang meniupkan roh ini penulis
menterjemahkan konfugurasi gambarnya sebagai berikut
Dari bantuan gambar diatas, Fisik merupakan bagian dari kimia fisika dan padanya berlaku
undang-undang fisika yang disempurnakan agar memiliki kapasitas untuk menampung kehadiran roh
yang dihembuskan Allah kedalamnya. Dari integrasi tersebut terciptalah dua dimensi yang disebut
sebagai efek dampak. Pertama hati, atau qalbu, yang sanggup menampung roh dimana roh berintegrasi
dengan hati atau qalbu sehingga menjadi satu kesatuan dari rohani. Kemudian yang kedua jiwa, yang
tercipta berintegrasi dengan fisik sehingga teciptalah jasmani yang memiliki kemampuan mendengar,
melihat dan berfikir. sehingga manusia menjadi makhluk yang sempurna.
Dari gambar diatas diperoleh pembagian antara jasmani dan rohani, dimana terlihat bahwa
manusia merupakan domine metafisika.
Rekontruksi karakter jiwa bangsa Indonesia adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya
dibangun dengan nilai-nilai luhur KYME yakni dengan nilai ketuhanan menurut metodologi yang
memahami unsur metafisika, tentu pelaksanaan memasukkan nilai ketuhanan tersebut dapat terlaksana
dengan baik dan sempurna. Hal ini dikarenakan yang mau diisi berbentuk metafisik dan yang
menerima ici juga paham metafisik. Sehingga karakter yang mau ditanamkan kepada jiwa bangsa akan
mudah terlaksana. Selama ini memang sudah ada bermacam-macam perogram pelaksanaan yang
dilakukan pelaku negara untuk membangun bangsa Indonesia ini agar memiliki nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan bineka tunggal ika. namun, tampaknya masih belum tuntas, hal ini terlihat
masih banyak individu mengaku memiliki nilai pancasila, akan tetapi secara individual perilaku
orangnya, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Dengan metafisika, rekontruksi karakter manusia, bangsa indonesia khususnya dapat dilakukan
bukan hanya secara horizontal saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas.
Bangsa Indonesia yang berlainan agama, namum roh nya dari satu sumber Tuhan yang maha
esa, yang sifatnya mutlak, bangsa Indonesia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, yang
berperan sebagai pelaku metafisika
Dengan pemahaman dan pelatihan yang bersungguh-sungguh yang dilakukan melalui
metodologi yang berbasiskan metafisika mampu menjadikan dimensi dari sila pertama KYME
menjadi menjiwai nilai-nilai ketuhanan yang baik dan benar. Taat kepada Tuhan YME inilah yang
menjadi kunci jiwa Bangsa dari berbagai lapisan agama dapat terwujud untuk menjadi jiwa yang
berkemanusiaan yang adil serta beradab. Jiwa yang taat kepada Tuhan YME inilah terwujud kesadaran
bersatu dalam persatuan bangsa dan bernegara yang lebih erat, lebih mesra . Kemesraan persatuan
tersebut berlaku dalam kesadaran jiwa bangsa pada yang berlainan agama maupun agama yang sama.
Dan dengan jiwa yang taat kepada TYME inilah kemudian tercermin rasa kebijaksanaan yang hidmad
baik dia selau pemimpin maupun yang dipimpin. Dan dengan jiwa yang taat kepada Tuhan jugalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud
Dengan melakukan rekontruksi karakter Bangsa Indonesia inilah revolusi mental dapat
terwujud. Hal ini karena metafisika merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan untuk menjelaskan
aqidah dan tauhid pada lintas sektor agama. Sehingga keberhasilan revolusi mental dalam
merekontruksi jiwa bangsa Indonesia dapat dilakukan bukan hanya secara horizontal saja, akan tetapi
dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Melalui pemahaman metafisika merupakan salah satu cara
mencerdaskan jiwa dan membangun empati dan afresiasi pada jiwa bangsa.
Sehingga menjadikan jiwa bangsa tidak sungkan mengadakan dialog walaupun ada perbedaan
agama. Dalam membangun hubungan yang lebih mesra lagi untuk mendapatkan tujuan yang hendak
dicapai oleh masyarakat dan negara sesuai dengan bunyi sila pertama KYME yang menuntut agar
bangsa Indonesia memeluk ajaran agama sesuai dengan pilihannya sebagai hak azasinya agar bangsa
ini tidak sekuler, serta memlilki integritas yang tinggi menerima perbedaan faham dan aqidah dari
setiap warga negara.
Kebersamaan dalam paham KYME sebagai bangsa, namun berbeda dalam aqidah dan sikap
toleransi akan menjadi lebih baik lagi bila warga memiliki ilmu pengetahuan yang mapan dalam
agamanya masing-masing, serta dapat memahami keyakinan aqidah-aqidah antara umat yang yang
satu dengan umat lainnya. Dengan demikian sila pertama KYME, berfungsi sangat penting dalam
memberi nuansa pada generasi bangsa, khususnya bagi para cendekiawan, teknokrat serta para
intelektual untuk bersikap konsisten yang kodrati terhadap eksistensi sang Maha Pencipta, Penguasa
Alam Semesta Tuhan Yang Maha Esa dan terhadap bangsa Indonesia yang Pancasilais.
Perbedaan keyakinan dan aqidah inilah yang seharusnya dianalisa melalui bidang metafisika
sehingga titik temunya jelas terhadap pemaknaan KYME, dan titik pisahnya adalah keyakinan serta
aqidah sebagai kekhususan dari kepercayaan dan agama masing-masing umatnya.
Kesamaan faham KYME yang tidak bertentangan dengan keyakinan dan aqidah inilah
menjadi perekat nurani dalam berbangsa ini dalam membangun karakter jiwa bangsa dengan nilia-
nilai yang sama sesuai dengan semboyan “bhinaka tunggal ika”.
Hubungan metafisika dengan manusia, dapat dikatakan merupakan hal yang sifatnya mutlak,
sebab dalam konteks sejarah kehidupan manusia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, dan
manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek.
Manusia sebagai subjek metafisika berarti bahwa manusia adalah pelaku metafisika. Manusia
sebagai objek metafisika, karena manusia terdiri dari fisik, jiwa, bathin, atau hati, dan roh yang
merupakan satu kesatuan diri manusia.
Manusia dan metafisika berhubungan erat, hal ini dapat dilihat dari fisik manusia yang
berintegrasi dengan jiwa. Fisik manusia adalah nyata dan dapat dilihat dengan mata kepala, namun
jiwa tidak dapat dilihat karena jiwa merupakan hal yang meta, akan tetapi dapat dirasakan. Metafisika
lebih ditekankan untuk mempelajari tentang eksistensi (keberadaan) manusia dan substansinya.
Metafisika turut berperan aktive pada jiwa manusia dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dengan
keadaan yang sebenarnya. Dalam metafisika demensi jiwa diatas dimensi fisik sehingga jiwa
seharusnya dapat menguasai fisik.
Bangsa ini akan menjadi maju dan kepribadian jika dimensi sains-teknelogi dan sains-agama
menjadi perhatian dan komitmen terdepan dalam proses pendidikan nasional ataupun pembangunan
bangsa
Seperti halnya juga dalam undang-undang fisika bahwa dimensi yang lebih tinggi akan
mengalahkan dimensi yang lebih rendah. metafisika bermanfaat untuk mencerdaskan jiwa agar
cendrung memilih nilai-nilai yang baik dari pada nilai yang buruk. Dengan mengetahui bahwa jiwa itu
berada didalam diri manusia, maka manusia mengetahui pula bahwa jiwa yang meta itu, yang
berintegrasi dengan fisik atau tubuh, berkemampuan untuk mengendalikan perilaku fisik atau tubuh
dalam karakter kepada perilaku yang memenuhi keretaria etika yang bisa disesuaikan dimana dia
berada.
Mempelajari metafisika dapat membuat manusia lebih mudah mengenal tentang keberadaan
dirinya atau eksistensi manusia. Manusia juga tampak berkeinginan membuktikan keeksistensianya
pada suatu sejarah kehidupan manusia. Keterkaitan yang erat antara manusia dengan metafisika juga
dapat di gambarkan oleh peran metafisika dalam proses pembentukan sifat-sifat kemanusiaan yang
berujung pada pembentukan jati diri manusia yang penulis harapkan membentuk jati diri bangsa
Indonesia. Metafisika juga merupakan manifestasi yang khas manusiawi, pengenalan metafisika dalam
merekontruksi karakter bangsa Indonesia merupakan harapan bangsa Indonesia yang dapat ditelusuri
keilmiahanya. Jika Bangsa Indonesia mau berperan dalam sejarah kebangkitan mental manusia seluruh
dunia yang tak luput diambang perpecahan kerukunan antar umat beragama. Halini dikarenakan
karakter dari jiwa manusianya yang tidak memiliki nilai-nilai luhur jiwa yang terisi dengan nilai-nilai
jiwa yang baik.
Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berartimengukir corak.
Mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang
yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan dari segi
terminologi, karakter sering dipandang sebagai cara berfikir dan berperilakuyang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Sudah saatnyalah Bangsa Indonesia yang kini tampil berperan dalam menghadirkan eksistensi
sejarah. Esistensi sejarah tersebut dapat dimunculkan oleh bangsa Indonesia untuk beranjak menuju
masa depan yang lebih mesra lagi dengan nilai-nilai kerukaunan umat beragamanya, sehingga hal ini
dapat memberi contoh kepada seluruh dunia, seperti sekilas lalu terukir dalam sejarah dunia bahwa
Pancasila dari Negara Indonesia pernah menjadi Iconya dunia. Oleh sebab itu jangan sampai Pancasila
ini menjadi tinggal namanya saja dikarenakan kehidupan orangnya jauh dari nilai-nilai pancasila itu
sendiri. Jangan sampai orang Indonesia hidup didalam Negara Indonesia yang Pancasila akan tetapi
jiwanya jauh dari nilai-nilai pancasiala. Bahkan orang-orang sepeti ini mengatakan bahwa jiwanya
adalah pancasila akantetapi jiwanya tidak patuh dan tunduk dengan semua peraturan dengan yang di
haruskan oleh UUD 1945.
Penerapan metafisika dalam merekontruksi karakter atau mental untuk mudahnya adalah
dengan membentuk pemimpin sepiritual masing-masing agama yang ada di Indonesia untuk
merekontruksi jiwa secara horizontalnya, di isi dengan nilai-nilai Pancasila yang standart
kompetensinya sesuai dengan Pancasila, Sedangkan untuk hal vertikalnya dapat mengisi rohani
bangsa indonesia dengan Tauhid dalam diri masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan
hukum hukumnya(Firman Tuhan pada masing-masing kitab suci).
Jika bangsa Indonesia mau menjolok rahmat Tuhan, harus ada alatnya, dan harus ada
teknologi dan metodologinya. Agar alatnya bergerak, harus ada manusia yang ditunjuk untuk
menjalankanya, atau perangkatnya. Agar ridho Allah tadi tercapai harus dibuat strukturnya. Agar
mekanismenya dapat berjalan dengan baik harus ada jobdesnya. Jadi agar rahmat Tuhan itu
turunbuatlah metafisika ini sebagai alatnya. Menurut penulis bangsa Indonesia harus bangkit,
membangunbangun jiwa/jasmani secara horizontal dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas
kepada Tuhan yang maha esa. Dalam melakukan rekonstruksi jiwa/ jasmani dan hati/rohani bangsa
Indonesi hanya metafisikalah satu-satunya sebagai andalan yang benar-benar sakti.
Dengan demikian warisan para pendiri negara kesatuan republik Indonesia ini menjadi
perhatian khusus bagi pemimpin dan para aparatur negara, serta para semluroh lembaga-lembaga yang
ada supaya menambah, meningkatkan, membukakan hati dan membangkitkan semangat jiwa bangsa
Indonesia untuk lebih tekun mendalami agama masing-masing secara keseluruhannya, zahir dan batin,
syari’i dan hakiki, dengan mengisi kembali seikhlas-ikhlasnya Warisan pendiri NKRI , agar bangsa
Indonesia kembali kejayaannya, seperti yang telah dipraktekkan para pendiri NKRI yang menyatukan
nilai nilai luhur bangsa sampai mencapai suatu negara yang merdeka.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerja sama baik keluarga, masyarakat atau bangsa.
Konsep metafisika merekontruksi bangsa Indonesia yang pernah berperan dalam
memerankan peran metafisika untuk mejolok rahmat tuhan baik dalam perjuangan hinga kemerdekaan
NKRI seperti para Kalifah-kalifah, aulia-aulia, wali-wali Allah, dimanapun kapanpun, selalu
diperankan dengan karakter yang terhubung dengan kebersamaan dengan Tuhan yang maha esa. Kalau
wali-wali Allah berkehendak itu adalah keinginan yang doanya beserta dengan Tuhan, kalau wali-wali
Allah membaca Alquran itu bisa menjadi mantera dari Tuhan, kalau wali-wali Allah melangkah itu
merupakan langkah yang senatiasa beserta Tuhan.
Manusia untuk menjadi kalifah Allah, dimanapun kapanpun, harus selalu muraqabah baqa
billah”. Muraqabah: secara jasmani adalah kondisi ekstase dari seseorang dibawah bimbingan waliya
mursida sehingga mempunyai kesadaran rohani, secara rohani muraqabah-baqabillah adalah ikatan
kekekalan dalam tali Allah, dikarenakan tali Allah dan waliya mursida berdimensi rohani, maka
manusia hanya dalam fase ekstase mampu menangkapnya secara sadar.
Menurut Doni Koesoma yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmanimengistilahkan karakter
sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengantemperamen yang memberinya, seolah definisi
yang menekankan unsurpsikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Semua bencana alam, banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dan sebagainya inshaa
Allah dapat dihindarkan oleh energy alam metafisika atau dari amalan dan do’a kepada Allah yang
dikonsentrasikan. Maka dalam Firman Tuhan diwajibkan pada manusia untuk menegakkan kalimah
Allah, bahkan hari kiamat tidak akan terjadi bila kalimah Allah masih berdiri tegak di muka bumi.
Nilai-nilai kepribadian yang layak dikembangkan di perguruan tinggi sebagai persiapan
memasuki dunia kerja yang menjadi tuntutan antara lain; integritas, inisiatif, motivasi, kerja sama
dalam tim, etika kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,
komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. Dengan dasar pemikiran ini, maka selayaknya
untuk meningkatkan daya saing lulusan di masyarakat, diperlukan pengembangan
kepribadian mahasiswa secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa di perguruan
tinggi penting dikembangkan proses pembelajaran yang memberikan kesempatan dan keterampilan
kepada mahasiswa untuk belajar dan berkembang secara optimal, dan memberikan ruang yang cukup
bagi pengembangan kepribadian, bakat, minat, dan pembinaan diri.
Dalam konteks demikian, pelaksanaan pembelajaran selain dari yang sudah ada seperti MPK
(Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia) selayaknya dapat
dipandang sebagai wahana untuk membangun karakter mahasiswa, dalam arti bukan sebatas mengajari
nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang baik, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana melatih
dan membiasakan karakter yang kuat, dan terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari. Sebatas mengetahui
dan atau mengenali sesuatu yang baik tidak cukup menjamin yang bersangkutan akan menjadikannya
sebagai dasar berperilaku. Menurut Agus Wibowo bahwa pendidikan karakter adalah pendidikanbudi
pekerti plus, yaitu pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspekpengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action).
Menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Amirulloh Syarbini, bahwa pendidikan karakter
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupansehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
positif pada lingkungannya.
Dalam kaitan dengan pengembangan karakter dan kepribadian secara sistemik di perguruan
tinggi dalam pembinaan pembelajaran dan kemahasiswaan akan sangat dibutuhkan tahapan yang jelas
dan terukur dengan program yang sistemik dan berkesinambungan, dan dikelola agar seluruh
mahasiswa tidak memiliki beragam kelemahan. Potensi dan kelemahan yang dimiliki mahasiswa
sebagai fitrah manusia ini patut dikelola, demi peningkatan kualitas serta mempersiapkan mereka
untuk dapat menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang ingin dibangun melalui perguruan tinggi.
Dengan materi yang terhimpun dalam metafisika ini, diharapkan proses pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan terjadi perubahan mindset mahasiswa, khususnya dalam bersikap di
lingkungan kehidupan kampus. Pemetaan potensi dan kemampuan mahasiswa perlu dilakukan sejak
penerimaan dan orientasi mahasiswa sebagai penerima nilai-nilai karakter yang dapat merubah
karakter sebelumnya menjadi karakter dengan nilai-nilai yang baik.
Kepada mereka perlu diperkenalkan budaya kehidupan akademik dan budaya kampus yang
merupakan komunitas ilmiah, namun denagn nilai-nilai sepiritual rohani yang relegius. Metafisika
ketuhanan ini adalah ilmu teknologi yang dapat diuji coba, hingga agama itu menjadi nyata di dalam
setiap individu penganutnya. sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, dan
manuisa ditantang untuk bisa mengantisipasi kehidupan jasmani dan rohani yang sangat seimbang.
Sehingga mengarahkan setiap manusia agar memiliki cara kebesertaan denganTuhannya melalui
metodenya, sehingga gerakan manusia sesuai dengan kehendak Allah, tanpa meninggalkan nilai-nilai
sejarah dan budaya.
Merekontruksi karakter bangsa Indonesia dari ambang kerusakan moral jiwa terhadap nilai-
nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika. Rekontruksi karakter bangsa Indonesia
adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya dibangun dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,
tentu jiwa akan terisi dengan nilai tersebut dan bangsa Indonesia akan berkarakter dengan nilai-nilai
yang di isikan tersebut. Selama ini memang sudah ada bermacam-macam perogram pelaksanaan yang
dilakukan pelaksana negara untuk membangun bangsa Indonesia ini agar memiliki nilai-nilai
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan bineka tunggal ika. Akan tetapi tampaknya masih belum tuntas, hal
ini terlihat masih banyak individu mengaku memiliki nilai pancasila, akan tetapi secara individual
perilaku orangnya, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Dengan metafisika, rekontruksi karakter manusia, bangsa indonesia khususnya dapat
dilakukan bukan hanya secara horizontal saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Agar
nilai instrumentalnya dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan peraktis maka nilai dasar yang
abstrak harus memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Sehingga jiwa dan rohani
yang “tertidur”, belum terbangun, dapat di upgread dengan metafisika.
Bangsa Indonesia dapat bangkit, membangun jiwa/jasmani secara horizontal dan harus
terjaga keseimbanganya dengan rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan yang maha esa. Jika
berat sebalah maka akan terjadi ketidak seimbangandan bisa oleng. Dalam melakukan rekonstruksi
jiwa/ jasmani dan hati/rohani bangsa Indonesi hanya metafisika, karena metafisika merupakan suatu
ilmu yang dapat diterapkan untuk menjelaskanJasmanidan rohani pada lintas sektor agama. Jadi peran
pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa Indonesia dari berbagai lapisan
agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi dengan
pancasila, sedangpada vertikalnya dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan Tauhid dalam diri
masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada
masing-masing kitab suci).
Sehingga keberhasilan dalam merekontruksi jiwa bangsa Indonesia dapat dilakukan bukan
hanya secara horizontal saja, akan tetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Jika hal ini dapat
terlaksana dengan baik, hubungan antar umat beragama di Indonesia dapat berjalan lebih baik. Lebih
mesra, lebih familiar, dan lebih akrab lagi karena manusianya diantarkan tunduk atas kepemimpinan
Tuhannya.
Manusia yang dipimpin oleh Tuhannya inilah to be the right sebagai grand master untuk mimpin
rakyatnya kepada jalan Tuhan. Kalau di dalam Islam disebut Abduhu Warasulu, kalau dalam keristen
menjuruselamatkan umat keristiani dalam menegakkan kerajaan Tuhan dimuka bumi. Jika pemimpin
tidak dipimpin oleh Tuhan YME maka tentulah pemimpin yang seperti ini akan dipimpin oleh selain
Tuhan, dan pastilah sudah menyimpang dari sila pertama dari Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha
esa. Jadi betapa pentingnya mengetahui hakikat jiwa yang dapat dipelajari dengan metafisika yang
fokus DENGAN DILENGKAPI SARANA TRAINING CENTER yang dikelola oleh akhlinya yang
sudah berpengalaman dibidangnya dan sudah pernah melakukan dalam pembuktiannya.
Keterkaitan yang erat antara manusia dengan metafisika juga dapat di gambarkan oleh peran
metafisika dalam proses pembentukan sifat-sifat kemanusiaan yang berujung pada pembentukan jati
diri manusia yang diharapkan dapat membentuk jati diri bangsa Indonesia. Metafisika juga merupakan
manifestasi yang khas manusiawi, pengenalan metafisika dalam merekontruksi karakter bangsa
Indonesia merupakan yang dapat ditelusuri keilmiahanya.
Jika Bangsa Indonesia mau berperan dalam sejarah kebangkitan mental manusia seluruh
dunia yang tak luput diambang perpecahan kerukunan antar umat beragama. Halini dikarenakan
karakter dari jiwa manusianya yang tidak memiliki nilai-nilai luhur jiwa yang terisi dengan nilai-nilai
jiwa yang baik dan tampil berperan dalam menghadirkan eksistensi sejarah.
Esistensi sejarah tersebut dapat dimunculkan oleh bangsa Indonesia untuk beranjak menuju
masa depan yang lebih mesra lagi dengan nilai-nilai kerukaunan umat beragamanya, sehingga hal ini
dapat memberi contoh kepada seluruh dunia, seperti sekilas lalu terukir dalam sejarah dunia bahwa
Pancasila dari Negara Indonesia pernah menjadi Iconya dunia. Oleh sebab itu jangan sampai Pancasila
ini menjadi tinggal namanya saja dikarenakan kehidupan orangnya jauh dari nilai-nilai pancasila itu
sendiri. Jangan sampai orang Indonesia hidup didalam Negara Indonesia yang Pancasila akan tetapi
jiwanya jauh dari nilai-nilai pancasiala. Bahkan orang-orang sepeti ini mengatakan bahwa jiwanya
adalah pancasila akantetapi jiwanya tidak patuh dan tunduk dengan semua peraturan dengan yang di
haruskan oleh UUD 1945.