Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUA 13.

REKONTRUKSI KARAKTER BANGSA BERBASIS METAFISIKA

Konsep dan ilmu pengetahuan positif yang berkembang pasca super modern yang melenial
ini telah menghadapi kemajuan yang luar biasa, namun akhirnya mencapai suatu titik kejenuhan yang
ditandai relativitas makna hidup manusia. Dimana manusia mengalami dilema kegalauan nilai-nilai
hidup yang pragmatis. Hal ini dikarenakan kering dari nilai-nilai spiritual
Rekostruksi karakter dalam proses pendidikan yang berbasis nilai religious adalah merupakan
yang menganalisa dan berusaha mengenakan kebenaran wahyu Tuhan (konservasi moral). Namun ada
juga pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra,
keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan pemimpin bangsa, Disamping pendidikan karakter berbasis
religious dan nilai budaya terdapat juga Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi
Lingkungan) serta pendidikan karakter berbasis potensi diri. Dimana hasil proses kesadaran
pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi
humanis). Rekonstruksi karakter berbasis metafisika ini yang ada hanya baru di Kampus UNPAB
Sumatera Utara.
Rekontruksi karakter bangsa adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya dibangun
dengan nilai-nilai luhur Pancasila, bangsa indonesia tentu jiwa akan terisi dengan nilai tersebut dan
bangsa indonesia akan berkarakter dengan nilai-nilai yang di isikan tersebut.
Rekontruksi jiwa bangsa berbasis metafisika dapat dilakukan bukan hanya secara horizontal
saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Selama ini bangsa Indonesia “tertidur”, belum
terbangun, dengan metafisika. Bangsa Indonesia akan bangkit untuk dpat membangun jiwa/jasmani
secara horizontal dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan yang maha esa.
Dalam melakukan rekonstruksi bangsa berbasis metafisika, merupakan suatu ilmu yang dapat
diterapkan untuk menjelaskan aqidah dan tauhid pada lintas sektor agama”. Cita-cita pendidikan
nasionlal adalah: menciptakan manusia indonesia yang berkpribadian, cerdas, pintar, tetapi juga
berakhlak dan berkerakter.
Jadi peran pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa dari berbagai
lapisan agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi
dengan pancasila, sedangpada vertikalnya dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan tauhid dalam
diri masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada
masing-masing kitab suci).
Bangsa Indonesia adalah manusia, yang merupakan sebagai objek metafisika karena memiliki
roh yang merupakan karunia dari Tuhan yang maha Esa, hal ini dapat dilihat pada firman Tuhan, yang
artinya:“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan) Nya kedalam (tubuh) nya dan
Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan Hati bagi mu” Tentang meniupkan roh ini penulis
menterjemahkan konfugurasi gambarnya sebagai berikut

A. PENGERTIAN KARAKTER PADA UMUMNYA


Karakter sering diberi padanan dengan perilaku atau watak, tabiat, perangai atau akhlak.
Karakter adalah keakuan jiwa, yang bisa dilihat oleh mata dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang
dipangaruhi oleh bakat, atau potensi jiwa dari dalam diri dan lingkungan. Karakter secara harfiah
adalah akhlak, atau yang sikap kebiasaan dari pembawaan, yang terbentuk dipangaruhi oleh faktor
genetik dalam diri dan faktor yang dipegarohi dari luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula
dikenal bersikap kegotong royongan, memiliki keramah tamahan yang tinggi, suka membantu dan
peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus globalisasi,
berubah menjadi sikap yang memiliki nilai-nilai arogansi, seperti mementingkan diri sendiri, mencaci
maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, membegal saudaranya sendiri, memfitnah kaumnya
sendiri, tidak bersahabat dan lain sebagainya. Karakter dapat berubah akibat pangaruh lingkungan,
oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpangaruh oleh hal-hal
yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Karakter juga identikdengan gerak-gerik, tingkah laku, amal perbuatan, cara bersikap hidup
yang tetap yang berakar di dalam jiwa seseorang, yang menyebabkan jiwa orang tersebut dalam
keseluruhannya berlainan dari orang yang lain. Karakter dalam bahasa Arab disebut tabiat, dalam
bahasa Indonesia disebut “watak” yang berarti perangai jiwanya memiliki perilaku, yang bermakna
bentuk pribadi, tingkah laku atau budi pekerti.
Akhlak menurut istilah agama berarti sikap dan perilaku yang digerakkan oleh jiwa yang
menimbulkan tindakan dan perbuatan fisik manusia, baik terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia,
terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap makhluk lainnya. Istilah karakter, akhlak, perilaku sangat
dekat dengan istilah ethos dan moral. Dalam filsafat etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti
“adat kebiasaan” sama dengan istilah moral yang bermakna “tata susila” atau “tata krama”. Ilmu
akhlak, ethika/moral dan karakter yang disebut ethika merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan dan memperlajari gerak-gerik jiwa, sikap dan tingkah laku yang baik dan buruk, yang
terpuji dan tercela, yang bersumber dari dorongan jiwanya.
Sebagian para filosof berpendapat bahwa manusia tercipta dalam perbedaan secara
individual, hal ini nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam kemampuan ungkapan emosional dan
manifestasi kemauan. Manusia juga dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang
benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, meski ukuran benar-salah dan baik-buruk mengalami
perkembangan sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya.
Dengan demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun selalu
mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi. Karakter
merupakan jatidiri individu, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian
rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas lain
disekitarnya.
Kualitas yang menggambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi
individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku
individu atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.
Meskipun demikian karakter mengandung nilai-nilai dasar yang bersifat universal, yang ingin
diwujudkan dalam bersikap dan bertingkah laku, serta kompetensi-kompetensi yang perlu
dikembangkan dan direalisasikan untuk kemaslahatan ketengah masyarakat.
Nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan di antaranya adalah : keadilan, kebenaran,
kebijaksanaan, kejujuran, keberadaban, kebebasan, kesetaraan, kesejahteraan, ketaqwaan, keimanan,
kesabaran, keikhlasan/ridho, amanah, kecintaan/kasih sayang, kebersamaan, kesetia-kawanan, rendah
hati, kedamaian, bekerja keras, kesederhanaan, kebersamaan, kepatuhan, pengendalian diri, tenggang
rasa, gotong royong, kepedulian serta menjauhi sifat iri dan dengki. Nilai-nilai tersebut perlu difahami
maknanya dan diwujudkan dalam kenyataan.
Sedang kompetensi nilai-nilai yang perlu dikembangkan dan ditanamkan di antaranya berupa
kemampuan untuk bertanggung jawab, terbuka, transparans, akuntabel, bersaing, jujur,
mengemukakan gagasan dan aspirasi secara etis, pengambilan keputusan, mengatasi konflik,
mengimplementasikan keputusan, mendahulukan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi,
lebih suka memberi dari pada meminta, mengakui kesalahan dan meminta maaf, merasa malu dalam
berbuat yang nista, rela berkorban untuk kepentingan bersama.
Karakter yang merupakan jatidiri manusia yang mengalami perkembangan sebagai akibat
pangaruh luar perlu dikembangkan dan dibangun. Oleh karena itu pembinaan karakter merupakan
kewajiban manusia agar generasi penerus memiliki karakter seperti yang diharapkan oleh masyarakat
tempat individu akan hidup dalam membawa diri menuju sukses.

B. KARAKTER BANGSA INDONESIA


Dengan datangnya arus globalisasi yang melanda dunia, kini eksistensi negara sudah mulai
mengarah menjadi suatu kesatuan negara-negara dunia. Mau tidak mau karakter bangsa pun kini sudah
muali diragukan dalam mempertahankan keorisinilannya. Oleh karena itu karakter bangsa yang dapat
terpakai dan diakui oleh masyarakat dunia, atau harus ada manfaatnya untuk bangsa-bangsa seluruh
dunia lah yang akan menjadi panutan. Namun di sisi lain di belahan dunia ini masih saja terjadi
perjuangan sekelompok ummat manusia untuk mementingkan kelompoknya sendiri, dan ada pula yang
masih menuntut diakuinya sebagai suatu bangsa. Masing-masing negara menunjukkan jatidirinya,
yang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya, cara untuk menghadapi permasalahan, bahasa ibunya,
adat budaya dan sebagainya.
Karakter dapat membedakan bangsa yang satu dengan yang lain dilihat dari cara bersikap dan
bertingkah laku. Karakter bangsa merupakan belief system yang telah terpatri dalam sanubari bangsa,
yang merupakan hasil perpaduan dari faktor endogen bangsa dan faktor eksogen berupa tantangan
yang dihadapi oleh bangsa yang bersangkutan. Karena faktor endogen bangsa dan faktor eksogen yang
dihadapi oleh masing-masing bangsa berbeda, maka merupakan suatu keniscayaan terbentuknya
karakter bangsa.
Membina karakter bangsa bertujuan agar bangsa mampu bersikap dan bertingkah laku dengan
sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan hidup. Kesuksesan hidup suatu
bangsa tergantung bagaimana bangsa tersebut dapat membawa diri sesuai dengan cita-cita yang
didambakannya, serta mampu untuk mengantisipasi secara tepat tantangan zaman yang dihadapi
sekarang dan dimasa depan.
Bangsa Indonesia memiliki karakter yang beridiologi Pancasila, dimana di dalamnya terdapat
konsep, prinsip dan nilai yang merupakan faktor sejarah, adat istiadat dari berbagai suku bangsa
Indonesia dalam membentuk karakternya. Dalam hal inilah karakter bangsa perlu mentaati dan
memahani konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Bangsa Indonesia memiliki karakter, bahwa dalam membawa diri manusia harus selalu sadar
dan mendudukkan diri sebagai makhluk Tuhan, manusia wajib berusaha, tetapi selalu ridho terhadap
apapun yang telah ditentukan oleh Tuhan, selalu menjaga keseimbangan dan harmoni, kebersamaan
dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain, dan selalu mengusahakan terjadinya kelestarian
lingkungannya. Manusia harus merasa sejahtera sebagai makhluk pemberi daripada sebagai makhluk
peminta-minta.
Bangsa Indonesia juga dikenal sebagai bangsa dimana terdapat sifat “gotong royong”, saling
membantu, dan hal ini memang tidak terdapat istilah yang setara dengan kata “gotong royong” dalam
kosakata bahasa lain. Akan tetapi dalam kurun waktu kemajuan zaman dan pangaruh global yang
melenial, sifat “gotong-royong” makin pudar dan diganti dengan sifat sifat “individualistik” serta
“arogansi pribadi”. Apakah yang menyebabkan terjadinya perubahan “karakter bangsa” ini sehingga
pada saat ini, sering didengar bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan karakater bangsa nya?
Memang banyak hal-hal yang mewarnai “karakter” ini bila kita cermati berbagai hal yang terkait
budaya (“culture”) ataupun faktor faktor sosial lainnya maupun terkait faktor ekonomi rakyat yang
mencakup seluruh bangsa Indonesia.
Untuk itu, maka adalah tepat adanya “perogram mencerdaskan jati diri bangsa” atau
“rekonstruksi karakter bangsa” yang berbasiskan metafisika dapat diselenggarakan melalui pendidikan
dan pengajaran diluar lingkungan institusi pendidikan di Indonesia pada semua strata agar dapat
diperoleh manfaat mengembalikan martabat bangsa. Strategi umum pembangunan sumber daya
manusia berkualitas dalam penegakan kepribadian, penegasan kemandirian bangsa menjalin sinergi
kebangkitan bangsa akan tercapai melalui program rekonstruksi jiwa bangsa berbasiskan metafisika.
Disamping nanti akan bertahap untuk dicoba melalui pendidikan formal oleh institusi
pendidikan, pembangunan sumber daya manusia namun untuk keperluan yang mendesak dapat
dilaksanakan secara non formal. Disinilah peran pembinaan kesadaran jiwa bangsa untuk di isi dengan
nilai-nilai luhur Pancasila kepada setiap warga menjadi semakin penting dilakukan melalui berbagai
upaya internalisasi guna membangun karakter dan perkuatan jati diri bangsa, sehingga mampu
mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila tersebut kesemua aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki intelektualitas baik,
pendidikan diperlukan agar sebuah bangsa dapat memiliki karakter dan jati dirinya, yaitu jatidiri
keIndonesiaan yang kental dengan nilai-nilai dari lima sila.
Dengan pembinaan yang tepat pada sila pertama dari Pancasila yakni membenarkan
pelaksanaan umat masing-masing agama menyembah Tuhannya maka akan tercipta generasi penerus
yang mampu mewujudkan bangsa dan negara ini menjadi negara yang maju, mandiri dan bermartabat
serta menjadi contoh kepenjuru dunia.
Nilai-nilai luhur Pancasila dan bineka Tunggal ika merupakan kekuatan pertahanan (soft
power) bagi bangsa dan negara dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan ancaman di era global
dan melenial. Hal ini dpat terlaksana jika nilai-nilai dari sila pertama Pancasila dapat berjalan dengan
baik dan benar. Maksudnya secara individu masyarakat Indonesia dalam hal pelaksanaan hubungan
terhadap Tuhannya sudah menghasilkan manusia beriman dan bertaqwa dengan baik dan benar.
Derasnya arus dari media sosial era global dan melenial ini, tidak berarti suatu bangsa harus kehilangan
kepribadian atau jati diri, akan tetapi justru pada era inilah bangsa Indonesia harus mampu tampil
menunjukkan jati diri bangsanya dengan nilai-nilai Pancasila yang tak ada dua dan ada tandingnya.
Percaya atau tidak jika bangsa tidak memiliki nilai-nilai yang kuat terhadap nilai-nilai luhur Pancasila
terutama nilai ketuhanannya maka Bangsa ini akan kehilangan jati dirinya dan niscaya akan menjadi
budak bangsa lain. Ia akan punah dari peradaban sejarah dan selanjutnya negara dari bangsa tersebut
akan terjajah dan dengan sendirinya secara cepat akan digantikan oleh bangsa lain. Prof. Dr Kadirun
Yahya dalam ceramahnya selalu mengatakan Kuatkan nilai-nilai ketuhanan dalam dirimu masing-
masing agar engkau tidak terjajah.
Selanjutnya, jika hal bertuhannya masyarakat Indonesia tidak berjalan sebagaimana sesuai
kehendak Tuhan maka tunggu sajalah kehancuranya. Kehancuran dan kemerosotan ini adalah
kehidupan bangsa mengalami sejumlah paradoks luar biasa: kita menikmati kebebasan dan demokrasi
tetapi kita kehilangan identitas bersama, terutama jatidiri cara menyembah Tuhan mungkin belum
terjawab doanya. Sehingga walaupun negara mengalami kemanjuan pesat dalam pembangunan
infrastruktur politik dan ekonomi, namun pada saat yang sama dasar-dasar kebersamaan sebagai
bangsa jutsru semakin menipis, konflik kedaerahan, etnis dan agama meningkat dan tuntutan keadilan
masih muncul di mana-mana. Reformasi kita rupanya sekaligus dibarengi dengan absenya pandangan
kebangsaan dari nilai-nilai luhur Pancasila terutama pada nilai Ketuhanannya.
Hal ini sebagai akibat terbentuk rakyat tanpa keberdayaan diri serta tidak memiliki
kepercayaan diri atau self confidence. Memasuki alam kemerdekaan watak yang terbentuk
keperibadian rakyat sebagai akibat penjajahan tersebut harus dikikis habis. Rakyat harus berjiwa
merdeka, berani berkata “ini dadaku, mana dadamu,” berani menentang musuh revolusi, yakni
kapitalisme dan imperialisme.
Namun Presiden Sukarno belum berhasil dalam usaha Nation and Character Building.
Walaupun rakyat mulai menyadari bahwa dirinya telah menjadi suatu yang merupakan warga bangsa
dari negara Indonesia yang besar yang wilayahnya terbentang di antara dua samudra besar dan dua
benua, dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari berbagai suku bangsa merasa terikat dalam suatu
negara, dan rakyat merasa bangga sebagai bangsa Indonesia pada saat itu. Namun sangat disayangkan
usaha nation and character bi\uilding tidak dilanjutkan dengan orang yang memiliki keakhlian dalam
bidangnya seperti ungkapan prof.Dr. H. Kadirun Yahya
“Inilah yang dicita-citakan oleh Agama Nusa dan Bangsa membentuk kader akademisi yang
sempurna luar dalam, luhur dan berbudi yang otaknya penuh dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat dan
dalam dadanya bersemayam iman tauhid dan makrifat sebagai karunia Allah yang maha rahman dan
rahim yang juga menciptakan dalam jiwanya keadilan dan kemakmuran untuk membentuk masyarakat
yang adil dan makmur dimasa depan. Selama dalam jiwa manusia itu belum semayam keadilan dan
kemakmuan, ia tidak akan dapat hidup adil dan makmur dalam arti yang sebenar-benarnya dan dia
tidak akan dapat pula menelorkan keadilan dan kemakmuran untuk sekelilingnya dan masyarakatnya”.
Usaha pembangunan karakter bangsa (Nation and Character Building) berjalan terus seiring
jalanya pemerintahan yang diteruskan pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Bila pada
pemerintahan Presiden Sukarno kebanggaan rakyat sebagai bangsa yang memiliki semangat jiwa yang
merasa sebagai bangsa yang lebih bersifat politis yang kurang memperhatikan pembangunan dibidang
sandang pangan, maka pada masa pemerintahan Presiden Suharto diusahakan mengisi kebanggaan
dalam arti nyata. Rakyat harus kecukupan pangan, sandang dan papan, rakyat harus pandai dan sehat,
income per capita rakyat harus tinggi, rakyat harus kerja keras, sehingga lebih bertitik berat pada sisi
ekonomi. Rakyat akan dapat membusungkan dadanya, berani berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendah dengan bangsa lain apabila didukung dengan kondisi perekonomian yang handal.
Sementara itu karakter bangsa harus dibangun dengan tak luput pada adat budaya bangsa.
Berkembanglah gerakan Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Rakyat dididik untuk dapat
menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai warga-bangsa dan warga-dunia, dan mampu untuk
mengaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Halini terlihat secara
pintas sangat baik, akan tetapi hal ini pada pelaksanaanya belum lagi diberikan kepada akhlinya, yang
memang sudah itulah pekerjaan sehari-harinya yakni merekonstruksi karakter para anak asuhnya dari
berbagai suku bangsa, agama dan sifat banditisme, peremanisme, menjadi sifat dengan niali-nilai
kebaikan yang benar menurut perintah Tuhannya. Yang dilakukannya dengan ikhlas sebagai abdinya
kepada bangsanya dan dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. KadirunYahya tentang Tasawuf
dan metafisika pada ajaran Islam yang mengandung tenaga tersimpan, yang bila di terapkan secara
baik ternyata akan sangat bermanfaat bagi berhasilnya nation and characther building.
Memasuki era reformasi negara dan pemerintah belum sempat untuk membangun karakter
bangsa. Datangnya arus globalisasi yang demikian deras, dalam situasi rakyat yang belum siap,
berakibat globalisasi meluncur tanpa kendali dan tanpa saringan dengan sepatutnya, berakibat rakyat
terbawa arus kebebasan dan individualisme. Atau dalam istilah gua banget. Watak bangsa kita
terjerembab ke dalam titik nadir, seperti materialistis, individualistis, hedonistis, mementingkan diri
sendiri, lunturnya wawasan kebangsaan dan sebagainya.
Oleh karena itu sudah waktunya, dan tidak dapat ditunda-tunda lagi, karakter bangsa perlu
dan harus direkontruksi, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki harga diri, percaya
diri, serta mampu bersaing dengan bangsa lain utamanya dengan negara tetangga, dalam berbagai
aspek kehidupan dunia.
Suatu negara satu bangsa yang ingin sukses dalam membawa diri, harus berpendirian yang
kokoh dan kuat, memiliki belief system yang dapat dipertanggung jawabkan, dan dengan penuh
kesadaran berusaha untuk mengaktualisasikan belief system tersebut dalam realitas. Success is our
right. So, be ourself, begitulah ungkapan orang bijak, maka kenali karakter bangsamu bila anda ingin
sukses.

C. REKONSTRUKSI KARAKTER JIWA BANGSA INDONESIA


Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai kemerosotan akibat dari krisis moral.
Hal ini terjadi di hampir pada semua segmen kehidupan dan seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali
sampai kepada segmen pendidikan. Keadaan pendidikan akhir-akhir ini belum mampu menciptakan
hasil lulusan yang mandiri dan memiliki karakter yang mapan. Krisis yang paling menonjol dari dunia
pendidikan adalah krisis pendidikan moral/akhlak atau dalam pengertian sekarang adalah krisis
karakter. Hal ini terjadi pada kasus remaja yang notabene adalah merupakan masih sebagai status
pelajar yang semakin memprihatinkan dengan banyaknya penyimpangan akhlak seperti masalah
narkoba, hubungan seksual pranikah, aborsi, perkelahian, tawuran dan kekerasan.
Rekontruksi karakter bangsa Indonesia adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya
dibangun dengan nilai-nilai luhur bangsa indonesia tentu jiwa akan terisi dengan nilai tersebut dan
bangsa indonesia akan berkarakter dengan nilai-nilai yang di isikan tersebut.
Dalam salah satu bait lagu Indonesia raya terdapat bangunlah jiwanya, hal ini merupakan
salah satu pesan pendiri NKRI yang sangat utama, yang mungkin bisajadi sudah terlupakan atau
dilalaikan atau juga belum terlaksana dengan baik seperti yang diharapkan.
Dengan metafisika rekontruksi jiwa bangsa Indonesia dapat dilakukan bukan hanya secara
horizontal saja akan tetapi dapat dilakukan secara vertikal keatas. Selama ini bangsa Indonesia
“tertidur”, belum terbangun, dengan metafisika. bangsa Indonesia dapat bangkit, membangunbangun
jiwa/jasmani secara horizontal dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan yang
maha esa. Dalam melakukan rekonstruksi jiwa/ jasmani dan hati/rohani bangsa Indonesi yang paling
tepat adalah dengan menerapkan metodologi metafisika, karena metafisika merupakan suatu ilmu yang
dapat diterapkan untuk menjelaskan aqidah dan tauhid pada lintas sektor agama”. Cita-cita pendidikan
nasionlal adalah: menciptakan manusia indonesia yang berkpribadian, cerdas, pintar, tetapi juga
berakhlak dan berkerakter.
Jadi peran pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa Indonesia dari berbagai
lapisan agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi
dengan nilai-nilai Pancasila yakni keharmonisan perinsip-perinsip bernegara Bersama, sedang pada
vertikalnya dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan Tauhid dalam diri masing-masing agama
secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada masing-masing kitab suci).
Bangsa Indonesia adalah manusia, yang merupakan sebagai objek metafisika karena memiliki
roh yang merupakan karunia dari Tuhan yang maha Esa, hal ini dapat dilihat pada firman Tuhan, yang
artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh (ciptaan) Nya kedalam (tubuh) nya dan
Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan Hati bagi mu”
Untuk memudahkan penyampaian penegetahuan yang abstrak mendekati logika yang realita
konfugurasi gambarnya sebagai berikut.
Bangsa Indonesia yang berlainan agama namum roh nya dari satu sumber Tuhan yang maha
esa, yang sifatnya mutlak, bangsa Indonesia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, dan
manusia berperan sebagai pelaku metafisika.
Hubungan metafisika dengan manusia, yang terdiri dari jiwa bangsa Indonesia yang berlainan
agama dapat dikatakan merupakan hal yang sifatnya mutlak, sebab dalam konteks sejarah kehidupan
manusia jiwa bangsa Indonesia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, dan manusia berperan
sebagai subjek sekaligus objek. Tanpa manusia, apa yang dikenal sebagai metafisika jelas tidak ada,
dan jiwa bangsa Indonesia pun tak ada. Manusia sebagai subjek metafisika berarti bahwa manusia
adalah pelaku metafisika. KYME adalah suatu pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap
adanya Tuhan sehingga KYME ini merupakan alat pemersatu baik dibidang kebersamaan harmonisasi
dalam agama dan politik dapat terbangun. Hal ini agar manusia itu mencapai rahmat Tuhan yang maha
kuasa sesuai dengan pembukaan UUD 45, dan sesuai juga dengan sila pertama dari Pancasila yakni
harus bermuara kepada kontek memperbaiki hubungan manusia kepada Tuhan. Agar pemahaman
nilai-nilai ini tercapai harus subjek dan objeknya yang berperan agar memiliki nilai-nilai yang sama.
Dengan adanya nilai-nilai yang sama dalam bertuhan, yang dipahami dengan baik dan benar
perbedaan yang ada dapat menjadi suatu harmonisasi bersatu dalam pemahaman ketuhanan. perlu
mendapat prioritas utama untuk diketahui oleh setiap penganut agama agar jelas titik temu dan titik
pisahnya dan menjadi hidayah bagi umat beragama yang ada di Indonesia maupun diberbagai belahan
dunia.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Kalau nilai-nilai ini tidak menjadi satu pemahaman maka sulit mempertahankan untuk tercapainya
suatu harmonisasi keseimbangan kehidupan manusia antara jasmani dan rohani. Bahkan jika
manusianya hanya memperoleh pengetahuan jasmani, yang merupakan jiwa yang sabatas sampai
hanya pada kecerdasan otak saja, fisika saja maka kecendrungan manusia seperti ini akan terjebak
kepada nilai-nilai pragmatisme yang mementingkan kepentingan peribadi daripada bangsanya.
Sehingga peroduk kecerdasan manusia seperti ini akan selalu terikat dan tak bisa bergerak untuk
mencapai tujuan secara optimal dalam memperoses kepentingan berbangsa dan bernegara.
Kebersamaan dalam paham KYME sebagai bangsa, namun berbeda dalam aqidah dan sikap
toleransi akan menjadi lebih baik lagi bila warga memiliki ilmu pengetahuan yang mapan dalam
agamanya masing-masing, serta dapat memahami keyakinan aqidah-aqidah antara umat yang yang
satu dengan umat lainnya. Dengan demikian sila pertama KYME, berfungsi sangat penting dalam
memberi nuansa pada generasi bangsa, khususnya bagi para cendekiawan, teknokrat serta para
intelektual untuk bersikap konsisten yang kodrati terhadap eksistensi sang Maha Pencipta, Penguasa
Alam Semesta Tuhan Yang Maha Esa dan terhadap bangsa Indonesia yang Pancasilais. Kesamaan
faham KYME yang dibangun kepada individu jiwa bangsa inilah yang dapat menjadi bagian dari
kelompok, golongan macyarakat dan menjadi bagian dari bangsa dari suatu negara sehingga terbentuk
pembangunan karakter jiwa bangsa dengan nilia-nilai yang sama sesuai dengan motto “BHINEKA
TUNGGAL IKA”.
Dengan ditiupkan Allah roh (ciptaan) Nya kedalam (tubuh) atau fisik maka terjadi integrasi
dua substansi yang berbeda yakni substansi roh dan fisik atau jasad.
Dalam metode dan pendekatan pembaruan dalam Islam Syahrin Harahap dalam tulisanya
mengatakan Salah satu yang cukup penting untuk dibicarakan dalam konteks modernisasi atau
pembaharuan dalam Islam adalah persoalan metodologi yang digunakan para pembaharu. Sebab
sebagai modifikasi atau korelasi atas pemahaman, pemikiran, dan kondisi umat sebelumnya,
pembaharu ditantang untuk memiliki akurasi metodologis.
Oleh hal tersebut metodelogi gambar dengan cara yang baru, agar tidak terputus dari alam
pikiran orang lain dan mudah dicerna oleh para pembaca umum maupun filosof, cendikiawan,
ilmuawan, negarawan, dengan gambar secara pendektan logika berikut:
Dari gambar pendekatan logika ilmiah tersebut diperoleh, pembuktian adanya jiwa yang
selama ini belum dapat dibuktikan oleh seluruh para filosof sebelumnya. Ibrahim Madkour dalam
bukunya Filsafat Islam Metode dan penerapan mengatakan tentang pembuktian adanya jiwa, bahwa:
kita telah melihat adanya usaha untuk membuktikan adanya jiwa baik dalam sejarah tengah maupun
abad sebelumnya tapi tak satupun diantara mereka yang sama dengan pembuktian Ibnu Sina baik
dalam kelengkapan maupun keanekaanya. Juga tak satupun yang lebih hasilnya melebihi hasil
penelitian Ibnu Sina baik dalam penyajian maupun dalam penjelasan rinciannya
Namun dari bukti-bukti psiko-fisik yang dijadikan landasan pembuktian Ibnu Sina hasil
penelitian Landeuer yang diambil dari beberapa buku, bahwa argumentasi Ibnu Sina merupakan bukti
yang mengandung kelemahan dari berbagai segi. Tampak bahwa Ibnu Sina menyadari kelemahan
pembuktiannya. Dalam al-Syifa, al-Isyarot dan karya-karya lain yang ditulis Ibnusina, Ia berusaha
untuk membuktikan adanya jiwa berdasarkan bukti-bukti rasionalnya. Walaupun bukti-bukti inilah
yang menunjukkan kereativitas dan kehebatan Ibnu Sina. Yang dalam membuktikan adanya jiwa
dengan bukti-bukti psiko fisik, konsep Aku dan kesatuan fanomena psikologis, bukti kontinuitas, dan
dengan dalil manusia terbang atau manusia terbang di awang-awang yang sangat mengagumkan
tersebut, masih terdapat perbedan pendapat antara materi dan roh.
Dengan bantuan teknologi gambaran alam pikiran yang selama ini tak seorangpun intens
untuk membuktikan adanya jiwa sepeti yang telah dicurahkan Ibnu Sina, yang dulunya belum dapat
dibuktikan secara ilmiah teknologi kini dapat dibuktikan keberadaanya sehingga dalam hal
memberikan pemahaman kepada jiwa hingga terampil memperaktekkan peroses kehidupan mausia
secara esensi mampu membangun hamonisasi dalam kehidupan bertuhan.

Dari bantuan gambar diatas, Fisik merupakan bagian dari kimia fisika dan padanya berlaku
undang-undang fisika yang disempurnakan agar memiliki kapasitas untuk menampung kehadiran roh
yang dihembuskan Allah kedalamnya. Dari integrasi tersebut terciptalah dua dimensi yang disebut
sebagai efek dampak. Pertama hati, atau qalbu, yang sanggup menampung roh dimana roh berintegrasi
dengan hati atau qalbu sehingga menjadi satu kesatuan dari rohani. Kemudian yang kedua jiwa, yang
tercipta berintegrasi dengan fisik sehingga teciptalah jasmani yang memiliki kemampuan mendengar,
melihat dan berfikir. sehingga manusia menjadi makhluk yang sempurna.
Dari gambar diatas diperoleh pembagian antara jasmani dan rohani, dimana terlihat bahwa
manusia merupakan domine metafisika.
Rekontruksi karakter jiwa bangsa Indonesia adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya
dibangun dengan nilai-nilai luhur KYME yakni dengan nilai ketuhanan menurut metodologi yang
memahami unsur metafisika, tentu pelaksanaan memasukkan nilai ketuhanan tersebut dapat terlaksana
dengan baik dan sempurna. Hal ini dikarenakan yang mau diisi berbentuk metafisik dan yang
menerima ici juga paham metafisik. Sehingga karakter yang mau ditanamkan kepada jiwa bangsa akan
mudah terlaksana. Selama ini memang sudah ada bermacam-macam perogram pelaksanaan yang
dilakukan pelaku negara untuk membangun bangsa Indonesia ini agar memiliki nilai-nilai Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan bineka tunggal ika. namun, tampaknya masih belum tuntas, hal ini terlihat
masih banyak individu mengaku memiliki nilai pancasila, akan tetapi secara individual perilaku
orangnya, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Dengan metafisika, rekontruksi karakter manusia, bangsa indonesia khususnya dapat dilakukan
bukan hanya secara horizontal saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas.
Bangsa Indonesia yang berlainan agama, namum roh nya dari satu sumber Tuhan yang maha
esa, yang sifatnya mutlak, bangsa Indonesia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, yang
berperan sebagai pelaku metafisika
Dengan pemahaman dan pelatihan yang bersungguh-sungguh yang dilakukan melalui
metodologi yang berbasiskan metafisika mampu menjadikan dimensi dari sila pertama KYME
menjadi menjiwai nilai-nilai ketuhanan yang baik dan benar. Taat kepada Tuhan YME inilah yang
menjadi kunci jiwa Bangsa dari berbagai lapisan agama dapat terwujud untuk menjadi jiwa yang
berkemanusiaan yang adil serta beradab. Jiwa yang taat kepada Tuhan YME inilah terwujud kesadaran
bersatu dalam persatuan bangsa dan bernegara yang lebih erat, lebih mesra . Kemesraan persatuan
tersebut berlaku dalam kesadaran jiwa bangsa pada yang berlainan agama maupun agama yang sama.
Dan dengan jiwa yang taat kepada TYME inilah kemudian tercermin rasa kebijaksanaan yang hidmad
baik dia selau pemimpin maupun yang dipimpin. Dan dengan jiwa yang taat kepada Tuhan jugalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud
Dengan melakukan rekontruksi karakter Bangsa Indonesia inilah revolusi mental dapat
terwujud. Hal ini karena metafisika merupakan suatu ilmu yang dapat diterapkan untuk menjelaskan
aqidah dan tauhid pada lintas sektor agama. Sehingga keberhasilan revolusi mental dalam
merekontruksi jiwa bangsa Indonesia dapat dilakukan bukan hanya secara horizontal saja, akan tetapi
dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Melalui pemahaman metafisika merupakan salah satu cara
mencerdaskan jiwa dan membangun empati dan afresiasi pada jiwa bangsa.
Sehingga menjadikan jiwa bangsa tidak sungkan mengadakan dialog walaupun ada perbedaan
agama. Dalam membangun hubungan yang lebih mesra lagi untuk mendapatkan tujuan yang hendak
dicapai oleh masyarakat dan negara sesuai dengan bunyi sila pertama KYME yang menuntut agar
bangsa Indonesia memeluk ajaran agama sesuai dengan pilihannya sebagai hak azasinya agar bangsa
ini tidak sekuler, serta memlilki integritas yang tinggi menerima perbedaan faham dan aqidah dari
setiap warga negara.
Kebersamaan dalam paham KYME sebagai bangsa, namun berbeda dalam aqidah dan sikap
toleransi akan menjadi lebih baik lagi bila warga memiliki ilmu pengetahuan yang mapan dalam
agamanya masing-masing, serta dapat memahami keyakinan aqidah-aqidah antara umat yang yang
satu dengan umat lainnya. Dengan demikian sila pertama KYME, berfungsi sangat penting dalam
memberi nuansa pada generasi bangsa, khususnya bagi para cendekiawan, teknokrat serta para
intelektual untuk bersikap konsisten yang kodrati terhadap eksistensi sang Maha Pencipta, Penguasa
Alam Semesta Tuhan Yang Maha Esa dan terhadap bangsa Indonesia yang Pancasilais.
Perbedaan keyakinan dan aqidah inilah yang seharusnya dianalisa melalui bidang metafisika
sehingga titik temunya jelas terhadap pemaknaan KYME, dan titik pisahnya adalah keyakinan serta
aqidah sebagai kekhususan dari kepercayaan dan agama masing-masing umatnya.
Kesamaan faham KYME yang tidak bertentangan dengan keyakinan dan aqidah inilah
menjadi perekat nurani dalam berbangsa ini dalam membangun karakter jiwa bangsa dengan nilia-
nilai yang sama sesuai dengan semboyan “bhinaka tunggal ika”.
Hubungan metafisika dengan manusia, dapat dikatakan merupakan hal yang sifatnya mutlak,
sebab dalam konteks sejarah kehidupan manusia tak lepas dari kehidupan fanomena metafisika, dan
manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek.
Manusia sebagai subjek metafisika berarti bahwa manusia adalah pelaku metafisika. Manusia
sebagai objek metafisika, karena manusia terdiri dari fisik, jiwa, bathin, atau hati, dan roh yang
merupakan satu kesatuan diri manusia.
Manusia dan metafisika berhubungan erat, hal ini dapat dilihat dari fisik manusia yang
berintegrasi dengan jiwa. Fisik manusia adalah nyata dan dapat dilihat dengan mata kepala, namun
jiwa tidak dapat dilihat karena jiwa merupakan hal yang meta, akan tetapi dapat dirasakan. Metafisika
lebih ditekankan untuk mempelajari tentang eksistensi (keberadaan) manusia dan substansinya.
Metafisika turut berperan aktive pada jiwa manusia dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dengan
keadaan yang sebenarnya. Dalam metafisika demensi jiwa diatas dimensi fisik sehingga jiwa
seharusnya dapat menguasai fisik.
Bangsa ini akan menjadi maju dan kepribadian jika dimensi sains-teknelogi dan sains-agama
menjadi perhatian dan komitmen terdepan dalam proses pendidikan nasional ataupun pembangunan
bangsa
Seperti halnya juga dalam undang-undang fisika bahwa dimensi yang lebih tinggi akan
mengalahkan dimensi yang lebih rendah. metafisika bermanfaat untuk mencerdaskan jiwa agar
cendrung memilih nilai-nilai yang baik dari pada nilai yang buruk. Dengan mengetahui bahwa jiwa itu
berada didalam diri manusia, maka manusia mengetahui pula bahwa jiwa yang meta itu, yang
berintegrasi dengan fisik atau tubuh, berkemampuan untuk mengendalikan perilaku fisik atau tubuh
dalam karakter kepada perilaku yang memenuhi keretaria etika yang bisa disesuaikan dimana dia
berada.
Mempelajari metafisika dapat membuat manusia lebih mudah mengenal tentang keberadaan
dirinya atau eksistensi manusia. Manusia juga tampak berkeinginan membuktikan keeksistensianya
pada suatu sejarah kehidupan manusia. Keterkaitan yang erat antara manusia dengan metafisika juga
dapat di gambarkan oleh peran metafisika dalam proses pembentukan sifat-sifat kemanusiaan yang
berujung pada pembentukan jati diri manusia yang penulis harapkan membentuk jati diri bangsa
Indonesia. Metafisika juga merupakan manifestasi yang khas manusiawi, pengenalan metafisika dalam
merekontruksi karakter bangsa Indonesia merupakan harapan bangsa Indonesia yang dapat ditelusuri
keilmiahanya. Jika Bangsa Indonesia mau berperan dalam sejarah kebangkitan mental manusia seluruh
dunia yang tak luput diambang perpecahan kerukunan antar umat beragama. Halini dikarenakan
karakter dari jiwa manusianya yang tidak memiliki nilai-nilai luhur jiwa yang terisi dengan nilai-nilai
jiwa yang baik.
Dari segi etimologi, karakter berasal dari bahasa Yunani yang berartimengukir corak.
Mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang
yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Sedangkan dari segi
terminologi, karakter sering dipandang sebagai cara berfikir dan berperilakuyang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Sudah saatnyalah Bangsa Indonesia yang kini tampil berperan dalam menghadirkan eksistensi
sejarah. Esistensi sejarah tersebut dapat dimunculkan oleh bangsa Indonesia untuk beranjak menuju
masa depan yang lebih mesra lagi dengan nilai-nilai kerukaunan umat beragamanya, sehingga hal ini
dapat memberi contoh kepada seluruh dunia, seperti sekilas lalu terukir dalam sejarah dunia bahwa
Pancasila dari Negara Indonesia pernah menjadi Iconya dunia. Oleh sebab itu jangan sampai Pancasila
ini menjadi tinggal namanya saja dikarenakan kehidupan orangnya jauh dari nilai-nilai pancasila itu
sendiri. Jangan sampai orang Indonesia hidup didalam Negara Indonesia yang Pancasila akan tetapi
jiwanya jauh dari nilai-nilai pancasiala. Bahkan orang-orang sepeti ini mengatakan bahwa jiwanya
adalah pancasila akantetapi jiwanya tidak patuh dan tunduk dengan semua peraturan dengan yang di
haruskan oleh UUD 1945.
Penerapan metafisika dalam merekontruksi karakter atau mental untuk mudahnya adalah
dengan membentuk pemimpin sepiritual masing-masing agama yang ada di Indonesia untuk
merekontruksi jiwa secara horizontalnya, di isi dengan nilai-nilai Pancasila yang standart
kompetensinya sesuai dengan Pancasila, Sedangkan untuk hal vertikalnya dapat mengisi rohani
bangsa indonesia dengan Tauhid dalam diri masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan
hukum hukumnya(Firman Tuhan pada masing-masing kitab suci).
Jika bangsa Indonesia mau menjolok rahmat Tuhan, harus ada alatnya, dan harus ada
teknologi dan metodologinya. Agar alatnya bergerak, harus ada manusia yang ditunjuk untuk
menjalankanya, atau perangkatnya. Agar ridho Allah tadi tercapai harus dibuat strukturnya. Agar
mekanismenya dapat berjalan dengan baik harus ada jobdesnya. Jadi agar rahmat Tuhan itu
turunbuatlah metafisika ini sebagai alatnya. Menurut penulis bangsa Indonesia harus bangkit,
membangunbangun jiwa/jasmani secara horizontal dan merekontruksi rohani menuju vertikal ke atas
kepada Tuhan yang maha esa. Dalam melakukan rekonstruksi jiwa/ jasmani dan hati/rohani bangsa
Indonesi hanya metafisikalah satu-satunya sebagai andalan yang benar-benar sakti.
Dengan demikian warisan para pendiri negara kesatuan republik Indonesia ini menjadi
perhatian khusus bagi pemimpin dan para aparatur negara, serta para semluroh lembaga-lembaga yang
ada supaya menambah, meningkatkan, membukakan hati dan membangkitkan semangat jiwa bangsa
Indonesia untuk lebih tekun mendalami agama masing-masing secara keseluruhannya, zahir dan batin,
syari’i dan hakiki, dengan mengisi kembali seikhlas-ikhlasnya Warisan pendiri NKRI , agar bangsa
Indonesia kembali kejayaannya, seperti yang telah dipraktekkan para pendiri NKRI yang menyatukan
nilai nilai luhur bangsa sampai mencapai suatu negara yang merdeka.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerja sama baik keluarga, masyarakat atau bangsa.
Konsep metafisika merekontruksi bangsa Indonesia yang pernah berperan dalam
memerankan peran metafisika untuk mejolok rahmat tuhan baik dalam perjuangan hinga kemerdekaan
NKRI seperti para Kalifah-kalifah, aulia-aulia, wali-wali Allah, dimanapun kapanpun, selalu
diperankan dengan karakter yang terhubung dengan kebersamaan dengan Tuhan yang maha esa. Kalau
wali-wali Allah berkehendak itu adalah keinginan yang doanya beserta dengan Tuhan, kalau wali-wali
Allah membaca Alquran itu bisa menjadi mantera dari Tuhan, kalau wali-wali Allah melangkah itu
merupakan langkah yang senatiasa beserta Tuhan.
Manusia untuk menjadi kalifah Allah, dimanapun kapanpun, harus selalu muraqabah baqa
billah”. Muraqabah: secara jasmani adalah kondisi ekstase dari seseorang dibawah bimbingan waliya
mursida sehingga mempunyai kesadaran rohani, secara rohani muraqabah-baqabillah adalah ikatan
kekekalan dalam tali Allah, dikarenakan tali Allah dan waliya mursida berdimensi rohani, maka
manusia hanya dalam fase ekstase mampu menangkapnya secara sadar.
Menurut Doni Koesoma yang dikutip oleh Jamal Ma’mur Asmanimengistilahkan karakter
sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengantemperamen yang memberinya, seolah definisi
yang menekankan unsurpsikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.
Semua bencana alam, banjir, gunung meletus, tsunami, gempa bumi, dan sebagainya inshaa
Allah dapat dihindarkan oleh energy alam metafisika atau dari amalan dan do’a kepada Allah yang
dikonsentrasikan. Maka dalam Firman Tuhan diwajibkan pada manusia untuk menegakkan kalimah
Allah, bahkan hari kiamat tidak akan terjadi bila kalimah Allah masih berdiri tegak di muka bumi.
Nilai-nilai kepribadian yang layak dikembangkan di perguruan tinggi sebagai persiapan
memasuki dunia kerja yang menjadi tuntutan antara lain; integritas, inisiatif, motivasi, kerja sama
dalam tim, etika kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel,
komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. Dengan dasar pemikiran ini, maka selayaknya
untuk meningkatkan daya saing lulusan di masyarakat, diperlukan pengembangan
kepribadian mahasiswa secara intensif dan berkelanjutan. Hal ini mengisyaratkan bahwa di perguruan
tinggi penting dikembangkan proses pembelajaran yang memberikan kesempatan dan keterampilan
kepada mahasiswa untuk belajar dan berkembang secara optimal, dan memberikan ruang yang cukup
bagi pengembangan kepribadian, bakat, minat, dan pembinaan diri.
Dalam konteks demikian, pelaksanaan pembelajaran selain dari yang sudah ada seperti MPK
(Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia) selayaknya dapat
dipandang sebagai wahana untuk membangun karakter mahasiswa, dalam arti bukan sebatas mengajari
nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan yang baik, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana melatih
dan membiasakan karakter yang kuat, dan terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari. Sebatas mengetahui
dan atau mengenali sesuatu yang baik tidak cukup menjamin yang bersangkutan akan menjadikannya
sebagai dasar berperilaku. Menurut Agus Wibowo bahwa pendidikan karakter adalah pendidikanbudi
pekerti plus, yaitu pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspekpengetahuan (cognitive), perasaan
(feeling), dan tindakan (action).
Menurut Ratna Megawangi yang dikutip oleh Amirulloh Syarbini, bahwa pendidikan karakter
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikkannya dalam kehidupansehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi
positif pada lingkungannya.
Dalam kaitan dengan pengembangan karakter dan kepribadian secara sistemik di perguruan
tinggi dalam pembinaan pembelajaran dan kemahasiswaan akan sangat dibutuhkan tahapan yang jelas
dan terukur dengan program yang sistemik dan berkesinambungan, dan dikelola agar seluruh
mahasiswa tidak memiliki beragam kelemahan. Potensi dan kelemahan yang dimiliki mahasiswa
sebagai fitrah manusia ini patut dikelola, demi peningkatan kualitas serta mempersiapkan mereka
untuk dapat menjadi bagian dari masyarakat intelektual yang ingin dibangun melalui perguruan tinggi.
Dengan materi yang terhimpun dalam metafisika ini, diharapkan proses pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan terjadi perubahan mindset mahasiswa, khususnya dalam bersikap di
lingkungan kehidupan kampus. Pemetaan potensi dan kemampuan mahasiswa perlu dilakukan sejak
penerimaan dan orientasi mahasiswa sebagai penerima nilai-nilai karakter yang dapat merubah
karakter sebelumnya menjadi karakter dengan nilai-nilai yang baik.
Kepada mereka perlu diperkenalkan budaya kehidupan akademik dan budaya kampus yang
merupakan komunitas ilmiah, namun denagn nilai-nilai sepiritual rohani yang relegius. Metafisika
ketuhanan ini adalah ilmu teknologi yang dapat diuji coba, hingga agama itu menjadi nyata di dalam
setiap individu penganutnya. sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, dan
manuisa ditantang untuk bisa mengantisipasi kehidupan jasmani dan rohani yang sangat seimbang.
Sehingga mengarahkan setiap manusia agar memiliki cara kebesertaan denganTuhannya melalui
metodenya, sehingga gerakan manusia sesuai dengan kehendak Allah, tanpa meninggalkan nilai-nilai
sejarah dan budaya.
Merekontruksi karakter bangsa Indonesia dari ambang kerusakan moral jiwa terhadap nilai-
nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bineka Tunggal Ika. Rekontruksi karakter bangsa Indonesia
adalah dengan membangun jiwanya, jika jiwanya dibangun dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia,
tentu jiwa akan terisi dengan nilai tersebut dan bangsa Indonesia akan berkarakter dengan nilai-nilai
yang di isikan tersebut. Selama ini memang sudah ada bermacam-macam perogram pelaksanaan yang
dilakukan pelaksana negara untuk membangun bangsa Indonesia ini agar memiliki nilai-nilai
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan bineka tunggal ika. Akan tetapi tampaknya masih belum tuntas, hal
ini terlihat masih banyak individu mengaku memiliki nilai pancasila, akan tetapi secara individual
perilaku orangnya, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Dengan metafisika, rekontruksi karakter manusia, bangsa indonesia khususnya dapat
dilakukan bukan hanya secara horizontal saja akantetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Agar
nilai instrumentalnya dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan peraktis maka nilai dasar yang
abstrak harus memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Sehingga jiwa dan rohani
yang “tertidur”, belum terbangun, dapat di upgread dengan metafisika.
Bangsa Indonesia dapat bangkit, membangun jiwa/jasmani secara horizontal dan harus
terjaga keseimbanganya dengan rohani menuju vertikal ke atas kepada Tuhan yang maha esa. Jika
berat sebalah maka akan terjadi ketidak seimbangandan bisa oleng. Dalam melakukan rekonstruksi
jiwa/ jasmani dan hati/rohani bangsa Indonesi hanya metafisika, karena metafisika merupakan suatu
ilmu yang dapat diterapkan untuk menjelaskanJasmanidan rohani pada lintas sektor agama. Jadi peran
pembelajaran metafisika dapat dipakai untuk mengisi jiwa bangsa Indonesia dari berbagai lapisan
agama dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Pada horizontalnya jiwa bangsa dapat di isi dengan
pancasila, sedangpada vertikalnya dapat mengisi rohani bangsa indonesia dengan Tauhid dalam diri
masing-masing agama secara benar-benar sesuai dengan hukum hukumnya (Firman Tuhan pada
masing-masing kitab suci).
Sehingga keberhasilan dalam merekontruksi jiwa bangsa Indonesia dapat dilakukan bukan
hanya secara horizontal saja, akan tetapi dapat dilakukan secara vertikal ke atas. Jika hal ini dapat
terlaksana dengan baik, hubungan antar umat beragama di Indonesia dapat berjalan lebih baik. Lebih
mesra, lebih familiar, dan lebih akrab lagi karena manusianya diantarkan tunduk atas kepemimpinan
Tuhannya.
Manusia yang dipimpin oleh Tuhannya inilah to be the right sebagai grand master untuk mimpin
rakyatnya kepada jalan Tuhan. Kalau di dalam Islam disebut Abduhu Warasulu, kalau dalam keristen
menjuruselamatkan umat keristiani dalam menegakkan kerajaan Tuhan dimuka bumi. Jika pemimpin
tidak dipimpin oleh Tuhan YME maka tentulah pemimpin yang seperti ini akan dipimpin oleh selain
Tuhan, dan pastilah sudah menyimpang dari sila pertama dari Pancasila, yakni Ketuhanan yang maha
esa. Jadi betapa pentingnya mengetahui hakikat jiwa yang dapat dipelajari dengan metafisika yang
fokus DENGAN DILENGKAPI SARANA TRAINING CENTER yang dikelola oleh akhlinya yang
sudah berpengalaman dibidangnya dan sudah pernah melakukan dalam pembuktiannya.

Firman Tuhan Q.S. Albaqarah/2:62 yang artinya:


Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-
orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian
dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Perogram pembelajaran metafisika ketuhanan yang maha esa ini satu-satunya yang paling
unggul dikarenakan, diperkuat dengan bukti bahwa Korelasi metafisika dengan manusia, harus mampu
menterjemahkan pemahaman ketuhanan yang ada dibalik fisika. Sehingga Firman Tuhan diatas dapat
disinkronkan dengan pemaknaan yang sesuai dengan realita. Metafisika dapat dikatakan merupakan
hal yang sifatnya mutlak, sebab dalam konteks sejarah kehidupan manusia sehari-hari tak lepas dari
kehidupan fanomena yang bernuansakan metafisika, dan manusia berperan
sebagai subjek sekaligus objek maksudnya manusia sebagai pelaku lahihiriah, dan bathiniahnya dan
sebagai objek lahiriah dan bathiniahnya.
Manusia sebagai subjek metafisika berarti bahwa manusia adalah pelaku metafisika. Manusia
sebagai objek metafisika, karena manusia terdiri dari fisik, jiwa, bathin, atau hati, dan roh yang
merupakan satu kesatuan diri manusia.
Manusia dan metafisika berhubungan erat, hal ini dapat dilihat dari fisik manusia yang
berintegrasi dengan jiwa. Fisik manusia adalah nyata dan dapat dilihat dengan mata kepala, namun
jiwa tidak dapat dilihat karena jiwa merupakan hal yang meta, akan tetapi dapat dirasakan.
Metafisika lebih ditekankan untuk mempelajari tentang eksistensi (keberadaan) manusia dan
substansinya. Dimana substansi merupakan sesuatu yang berada. Metafisika turut berperan aktive pada
didalam dirinya dengan sendirinya jiwa manusia dalam menghadapi kehidupan sehari-hari dengan
keadaan yang sebenarnya. Dalam metafisika demensi jiwa diatas dimensi fisik sehingga jiwa
seharusnya dapat menguasai fisik. Seperti halnya juga dalam undang-undang fisika bahwa dimensi
yang lebih tinggi akan mengalahkan dimensi yang lebih rendah. metafisika bermanfaat untuk
mencerdaskan jiwa agar cendrung memilih nilai-nilai yang baik dari pada nilai yang buruk.
Dengan mengetahui bahwa jiwa itu berada didalam diri manusia, maka manusia mengetahui
pula bahwa jiwa yang meta itu, yang berintegrasi dengan fisik atau tubuh, berkemampuan untuk
mengendalikan perilaku fisik atau tubuh dalam karakter kepada perilaku yang memenuhi keretaria
etika yang bisa disesuaikan dimana dia berada. Sehingga dengan pemahaman tersebut jiwa bangsa
Indonesia akan lebih mudah di isi dengan nilai-nilai ketuhaan yang benar.
Mempelajari metafisika dapat membuat manusia lebih mudah mengenal tentang keberadaan
dirinya atau eksistensi manusia. Manusia juga tampak berkeinginan membuktikan keeksistensianya
pada suatu sejarah kehidupan manusia.

Keterkaitan yang erat antara manusia dengan metafisika juga dapat di gambarkan oleh peran
metafisika dalam proses pembentukan sifat-sifat kemanusiaan yang berujung pada pembentukan jati
diri manusia yang diharapkan dapat membentuk jati diri bangsa Indonesia. Metafisika juga merupakan
manifestasi yang khas manusiawi, pengenalan metafisika dalam merekontruksi karakter bangsa
Indonesia merupakan yang dapat ditelusuri keilmiahanya.
Jika Bangsa Indonesia mau berperan dalam sejarah kebangkitan mental manusia seluruh
dunia yang tak luput diambang perpecahan kerukunan antar umat beragama. Halini dikarenakan
karakter dari jiwa manusianya yang tidak memiliki nilai-nilai luhur jiwa yang terisi dengan nilai-nilai
jiwa yang baik dan tampil berperan dalam menghadirkan eksistensi sejarah.
Esistensi sejarah tersebut dapat dimunculkan oleh bangsa Indonesia untuk beranjak menuju
masa depan yang lebih mesra lagi dengan nilai-nilai kerukaunan umat beragamanya, sehingga hal ini
dapat memberi contoh kepada seluruh dunia, seperti sekilas lalu terukir dalam sejarah dunia bahwa
Pancasila dari Negara Indonesia pernah menjadi Iconya dunia. Oleh sebab itu jangan sampai Pancasila
ini menjadi tinggal namanya saja dikarenakan kehidupan orangnya jauh dari nilai-nilai pancasila itu
sendiri. Jangan sampai orang Indonesia hidup didalam Negara Indonesia yang Pancasila akan tetapi
jiwanya jauh dari nilai-nilai pancasiala. Bahkan orang-orang sepeti ini mengatakan bahwa jiwanya
adalah pancasila akantetapi jiwanya tidak patuh dan tunduk dengan semua peraturan dengan yang di
haruskan oleh UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai