Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEPEMIMPINAN BERORIENTASI KUALITAS


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kepemimpinan Pendidikan Islam

Yang diampu oleh:


Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag
Prof. Dr. H. Mustaqim, M.Pd

Disusun Oleh:
Maghfirotun Nisa (2203038039)

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini kita masih
diberi keanugrahan serta kenikmatan, sehingga kami dapat menyelasaikan pembuatan Makalah
yang berjudul “Kepemimpinan Berorientasi Kualitas” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan
Pendidikan Islam. Kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya, semoga Makalah ini
bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah tugas yang lain dan pada
waktu mendatang.

Semarang, 25 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 1
C. TUJUAN MASALAH ................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. KONSEP DASAR KUALITAS ................................................................................... 3
B. PEMIMPIN DAN KUALITAS KERJA PEGAWAI ................................................. 6
C. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) ........................................................ 10
BAB IV .................................................................................................................................... 14
PENUTUP............................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN............................................................................................................................ 14
B. SARAN ......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi dan persaingan yang semakin ketat, kualitas menjadi salah
satu faktor kunci dalam keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan yang berorientasi
kualitas memainkan peran penting dalam mencapai dan mempertahankan standar kualitas
yang tinggi. Pada awalnya, manajemen lebih berfokus pada produksi massal dan kuantitas.
Namun, seiring perkembangan waktu, muncul pemahaman yang lebih baik tentang
pentingnya kualitas dalam mencapai kepuasan pelanggan dan keberlanjutan organisasi.
Hal ini mengarah pada perubahan paradigma manajemen dari pendekatan berbasis
kuantitas menjadi berbasis kualitas.
Seiring dengan perubahan paradigma manajemen dari pendekatan berbasis
kuantitas menjadi berbasis kualitas, penting bagi pemimpin untuk memahami pentingnya
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan serta memastikan kepuasan pelanggan.
Kepemimpinan berorientasi kualitas melibatkan penerapan prinsip-prinsip manajemen
mutu total (total quality management/TQM), di mana seluruh anggota organisasi
berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dalam segala aspek kegiatan mereka.
Pemimpin yang berorientasi kualitas berperan dalam memimpin implementasi prinsip-
prinsip TQM, seperti fokus pada pelanggan, perbaikan berkelanjutan, dan partisipasi
karyawan.
Dalam konteks ini, latar belakang kepemimpinan berorientasi kualitas
menggarisbawahi pentingnya peran pemimpin dalam menciptakan budaya organisasi yang
berfokus pada kualitas, mempromosikan perubahan dan inovasi, serta memotivasi
karyawan untuk mencapai keunggulan dalam kualitas produk atau layanan yang diberikan.
Dari penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan judul
“Kepemimpinan Berorientasi Kualitas”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja konsep dasar kualitas?
2. Apa pengertian dari pemimpinan dan kualitas kerja pegawai?
3. Bagaimana ciri kepemimpinan yang berkualitas?
4. Bagaimana ciri pegawai yang berkualitas?

1
5. Jelaskan Total Quality Management (TQM)?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mendeskripsikan konsep dasar kualitas
2. Untuk mendeskripsikan pengertian dari pemimpinan dan kualitas kerja pegawai
3. Untuk mengetahui apa saja ciri kepemimpinan yang berkualitas
4. Untuk mengetahui apa saja ciri pegawai yang berkualitas
5. Untuk mendeskripsikan Total Quality Management (TQM)

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KUALITAS


Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang
konvesional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya
menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam pengunaan (ease of use), estetika
(esthetics), dan sebagainya. Kualitas didefenisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dispeksifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan
(conformance to the requirement).1
Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvesional maupun yang lebih
strategik, kita boleh menyatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada
pengertian pokok berikut2 :
1. kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung
maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan
demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.
2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.
Suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai
dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi
(dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.
Menurut Harold L. Girline, kualitas adalah tingkat kesesuaian produk dan jasa
dengan desain yang sudah dibuat atau spesifikasi yang sudah ditetapkan. Ciri-ciri kualitas
dapat dijelaskan sebagai berikut3:
a. Fisik, yang berkaitan dengan panjang, berat, ketebalan.

1
Munawaroh, Munjiati. 2015. Manajemen Operasi. Gramasurya: Yogyakarta, hlm. 15.
2
Gaspersz, Vincent, 2001, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement, PT Gramedia Pustaka Utama,
hlm. 4-5.
3
Alfarabi, Faridudin. 2016. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan
pada PDAM Kab. Grobogan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang, hlm. 8.

3
b. Indera, yang berhubungan dengan panca indera, antara lain : rasa, penampilan,
warna.
c. Orientasi waktu, menyangkut dengan keandalan (dapat dipercaya), dapat
dipelihara, dapat dirawat.
Kualitas produk, jasa, dan keluaran (output) lain dari suatu organisasi
ditentukannya oleh kepuasan dari penggunaanya, dan dihasilkan dari proses yang efektif
dan efisien yang membuat dan mendukungnya. Peningkatan kualitas dicapai dengan
memperbaiki kegiatan atau pekerjaan dalam proses yang ada. Setiap kegiatan atau satuan
dari pekerjaan dalam suatu organisasi terdiri dari satu atau lebih proses. Pada prinsipnya,
pengertian kualitas adalah sama. Untuk lebih memudahkan memahaminya, biasanya
kualitas dikategorikan dalam beberapa aspek berikut4:
a. Quality of Design
Kualitas dari sebuah desain berhubungan kuat dengan kebutuhan (ekspektasi)
costumer dari produk yang nantinya akan dihasilkan, sehingga seminimal
mungkin ketidaksesuaian antara desain yang dirancang dengan desain yang
diinginkan olehcostumer dapat dikurangi. Kualitas dari desain biasanya
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tipe dari produk, biaya, kebijakan
profit yang ditetapkan perusahaan, tingkat kebutuhan, tingkat ketersediaan
komponen dan material, serta safety produk.
b. Quality of Conformance
Kualitas disini berhubungan dengan kemampuan dari proses produksi suatu
produk atau jasa dengan standar-standar yang telah dipilih atau ditetapkan
dalam tahapan desain. Dengan keterlibatannya dengan sektor manufaktur maka
fase memfokuskan pada derajat kualitas yang diukur dari kemampuan
pengendalian pengadaan bahan baku untuk diolah menjadi barang jadi.
Didalamnya terdiri dari tiga bahasan luas mengenai pencegahan cacat,
identifikasi cacat, analisa cacat dan perbaikannya.
c. Quality of Performance
Kualitas dari performance suatu produk dapat diartikan sebagai kemampuan
dan produk untuk dapat berfungsi sesuai dengan kegunaannya ketika digunakan.
Didalamnya mengukur seberapa besar kemampuan produk untuk
memuaskankebutuhan pelanggannya. Kualitas dari performance merupakan

4
Gaspersz, Vincent, 2001, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement,..... hlm. 10.

4
ukuran keberhasilan dari dua aspek kualitas sebelumnya, karena yang
memberikan pada kualitas adalah costumer pengguna produk yang dihasilkan,
maka tujuan utamanya adalah produk yang memiliki performance sesuai
dengan ekspektasi costumer.
d. Quality Assurance
Mencakup pengetahuan terhadap produk secara tepat, ketrampilan memberi
info dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf bebas dari bahaya
resiko atau keragu-raguan. Serta mengacu pada program untuk monitoring dan
evaluasi yang sistematis dari berbagai aspek dari suatu proyek, jasa, atau
fasilitas, untuk memastikan bahwa standar kualitas sedang dipenuhi.

Produk atau jasa yang berkualitas adalah sesuatu yang dapat memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi berikut5:

1. Kinerja (Performance) : Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan produk atau


jasa untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Kinerja melibatkan
aspek seperti keandalan, kecepatan, kekuatan, dan fungsi produk atau jasa.
2. Fitur (Feature) : Dimensi ini mencakup tambahan fitur atau kemampuan
produk atau jasa yang dapat meningkatkan nilai bagi pelanggan. Fitur-fitur ini
dapat meliputi inovasi, fleksibilitas, fungsionalitas tambahan, atau keunikan
produk atau jasa tersebut.
3. Keandalan (Reliability) : Keandalan mencerminkan kemampuan produk atau
jasa untuk melakukan fungsinya tanpa kegagalan atau kerusakan dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan pelanggan
terhadap konsistensi dan kestabilan produk atau jasa.
4. Kepemeliharaan (Conformance) : Dimensi ini mencerminkan sejauh mana
produk atau jasa sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kepemeliharaan berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk atau jasa dengan
harapan atau persyaratan yang telah ditetapkan.
5. Durabilitas (Durability) : Durabilitas merujuk pada ketahanan produk atau jasa
terhadap penggunaan yang berulang atau pengaruh lingkungan dalam jangka
waktu tertentu. Dimensi ini menilai sejauh mana produk atau jasa dapat
bertahan dan tetap berfungsi dengan baik selama masa pakainya.

5
Yuri, M.Z. & Rahmat,N. (2013). TQM Manajemen Kualitas Total dalam Perspektif Teknik Industri. Jakarta: PT.
Indeks., hlm. 20.

5
6. Pelayanan (Serviceability) : Pelayanan mencakup kemudahan perbaikan,
pemeliharaan, dan dukungan pelanggan terkait produk atau jasa. Dimensi ini
menilai sejauh mana produk atau jasa dapat dengan mudah diperbaiki,
didukung, atau ditangani ketika terjadi masalah.
7. Estetika (Aesthetic) : Dimensi ini mengacu pada penampilan visual atau aspek
sensorik produk atau jasa. Estetika berkaitan dengan kesan visual, desain,
bentuk, warna, atau kesan sensorik lainnya yang dapat meningkatkan daya tarik
atau kepuasan pelanggan.
8. Citra (Perception) : Citra mencerminkan reputasi atau persepsi pelanggan
terhadap produk atau jasa. Dimensi ini berkaitan dengan brand, kepercayaan,
dan persepsi nilai produk atau jasa dalam pikiran pelanggan.

Menggunakan delapan dimensi produk atau jasa yang berkualitas ini dapat
membantu organisasi untuk memahami elemen-elemen penting yang mempengaruhi
kualitas produk atau jasa mereka, serta memenuhi harapan pelanggan.

B. PEMIMPIN DAN KUALITAS KERJA PEGAWAI


Kepemimpinan merupakan cara pimpinan mempengaruhi sikap dan tindakan
anggotanya supaya mengikuti keinginan dan tujuan dalam organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Hersey bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku berupa kalimat dan tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh
orang lain. Sedangkan Mulyasa memandang kepemimpinan sebagai kegiatan dalam
mempengaruhi orang-orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.6
Pengelolaan untuk mencapai kinerja pegawai yang sangat tinggi terutama untuk
meningkatkan kinerja pegaai secara keseluruhan. Kinerja biasa meningkatkan kepuasan
para pegawai dalam organisasi dengan kerja tinggi dari pada organisasi dengan kinerja
rendah. Menurut Cokroaminoto defenisi dari kinerja pegawai merujuk pada keahlian
(skill) pegawai dalam melaksanakan seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya. 7
Sedangakan menurut Rivai kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam
organisasi.8

6
Ruslan, R., Ilyas, G. B., & Tamsah, H. (2018). Diklat, Kepemimpinan, dan Kompensasi terhadap Motivasi Kerja
pada Kantor Otoritas. Jurnal Mirai Management, 3(2), hlm. 79.
7
Cokroaminoto, 2007, Membangun Kinerja Melalui Motivasi Kerja Karyawan, Jakarta:Rineka Cipta, hlm. 27.
8
Veithzal Rivai. 2005. Performance Appraisal; Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan
Meningkatkan Daya Saing Perusahan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

6
Kepemimpinan sangat diperlukan dalam suatu organisasi, kemampuan seorang
pemimpin untuk menggerakkan bawahan atau pegawai sangat dipengaruhi oleh faktor
astern kepemimpinannya. Secara individu, manusia mempunyai karakteristik khusus, dan
tiap-tiap manusia mempunyai pendekatan tersendiri untuk dipengaruhi atau
mempengaruhi orang lain. Bawahan yang bekerja dengan tingkat kinerja yang tinggi atau
baik akan mendapatkan tingkat produktivitas. Seorang pemimpin yang sukses harus
mampu melihat dan menganalisis dengan tepat tentang motif-motif dari bawahan atau
pegawai sehingga mendorong mereka bekerja dengan baik. Oleh karena itu keberhasilan
suatu organisasi atau perusahaan bukan hanya ditentukan oleh kepemimpinan pemimpin,
melainkan juga dari bawahan sebagai pelaksana dari kegiatan perusahaan yang
memberikan peranan sangat penting.
Setiap pemimpin mungkin telah mengamati perbedaan antara apa yang mendorong
mereka bertindak dan apa yang memicu seorang rekan untuk bertindak. Pengalaman ini
merupakan syarat mutlak bagi setiap perubahan cara-cara mendorong kinerja. Bagi para
bawahan atau pegawai cenderung untuk bekerja dengan semangat tinggi apabila telah
sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dimana hal ini sesuai dengan pendapat umum yang
menyatakan bahwa pada dasarnya kenapa seseorang bekerja dengan semangat yang tinggi
karena pekerjaan tersebut memberikan apa yang ingin didapatkannya. Oleh karena itu
jelaslah bahwa salah satu unsur atau faktor yang mampu memberi semangat kerja atau
peningkatan kinerja pegawai tidak lain adalah sistem kepemimpinan itu sendiri, sehingga
apabila kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan situasi atau keadaan organisasi
khususnya terhadap bawahan maka akan dapat meningkatkan kinerja pegawai, begitu pula
sebaliknya. Dengan demikian maka kepemimpinan sangat berpengaruh besar terhadap
kinerja pegawai.
1. Ciri Pemimpin yang berkualitas
Burnham menyebutkan bahwa kualitas kepemimpinan terdiri dari empat
komponen pokok yakni9:
a. Vision (visi)
Kepemimpinan yang berkualitas dimulai dengan adanya visi yang jelas dan
inspirasional. Visi ini merujuk pada gambaran masa depan yang diinginkan
dan arah yang diinginkan untuk organisasi atau tim. Seorang pemimpin yang

9
Burnham, John West, 1997, Managing Quality in School (Effective Strategies for Quality-Based School
Improvement), London: Prentice Hall., hlm. 48.

7
baik harus mampu mengartikulasikan visi ini dengan jelas kepada para
anggota tim, mengilhami mereka, dan membantu mereka memahami tujuan
yang ingin dicapai.
b. Creativity (kreativitas)
Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dan bertindak di luar batasan
konvensional. Seorang pemimpin yang berkualitas harus mendorong inovasi
dan pemikiran kreatif dalam timnya. Mereka harus mendorong anggota tim
untuk berpikir out-of-the-box, mencari solusi baru, dan menerapkan ide-ide
kreatif dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Sensitivity (sensitivitas)
Sensitivitas merujuk pada kemampuan pemimpin untuk memahami dan
merespons kebutuhan, harapan, dan perasaan anggota tim. Pemimpin yang
sensitif terhadap orang lain dapat membangun hubungan yang kuat,
mendengarkan dengan empati, dan mempertimbangkan perspektif dan
kepentingan orang lain dalam pengambilan keputusan. Sensitivitas juga
melibatkan pengenalan dan penghormatan terhadap keanekaragaman
individu dalam tim.
d. Subsidiarity (subsidiaritas)
Subsidiaritas adalah prinsip yang mengedepankan pemberian otoritas dan
tanggung jawab kepada anggota tim yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang sesuai. Dalam konteks kepemimpinan berorientasi
kualitas, subsidiaritas menekankan pentingnya memberdayakan anggota tim
dan mempercayai mereka untuk mengambil keputusan yang relevan dalam
area tanggung jawab mereka. Pemimpin berperan sebagai fasilitator dan
mentor yang memberikan dukungan, saran, dan arahan yang diperlukan.
Komponen-komponen ini saling melengkapi dan membantu membentuk
kepemimpinan yang berorientasi pada kualitas. Seorang pemimpin yang memiliki visi
yang kuat, kreativitas, sensitivitas terhadap orang lain, dan menerapkan subsidiaritas
dalam kepemimpinannya memiliki peluang yang lebih besar untuk mencapai
keberhasilan dan membangun budaya organisasi yang berorientasi pada kualitas.
Sedangkan menurut Burwash (1996), pemimpin yang berkualitas tidak puas
dengan “status quo” dan memiliki keinginan untuk terus mengembangkan dirinya.
Beberapa kriteria kualitas kepemimpinan yang baik antara lain, memiliki komitmen
organisasional yang kuat, visionary, disiplin diri yang tinggi, antusias, berwawasan
8
luas, kemampuan komunikasi yang tinggi, manajemen waktu, mampu menangani setiap
tekanan, mampu sebagai pendidik bagi bawahannya, empati, berpikir positif, memiliki
dasar spiritual yang kuat, dan selalu siap melayani.
2. Ciri-ciri pegawai yang berkualitas
Menurut Ruky mengatakan bahwa karakteristik atau ciri-ciri pegawai
berkualitas adalah10:
a. Kompeten: Pegawai berkualitas memiliki keahlian dan pengetahuan yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka dengan
baik. Mereka memiliki pemahaman yang mendalam dalam bidang pekerjaan
mereka dan terus meningkatkan keterampilan mereka melalui pendidikan
dan pengembangan diri.
b. Tanggung jawab: Pegawai berkualitas bertanggung jawab terhadap
pekerjaan mereka. Mereka menghormati tenggat waktu, mengikuti prosedur
kerja yang ditetapkan, dan melakukan tugas mereka dengan komitmen dan
integritas. Mereka tidak menghindar dari tanggung jawab dan siap
mengambil inisiatif untuk mengatasi masalah atau tantangan yang muncul.
c. Kerjasama: Pegawai berkualitas mampu bekerja secara efektif dalam tim.
Mereka memiliki keterampilan komunikasi dan kemampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain. Mereka menghargai perbedaan pendapat,
mendengarkan dengan baik, dan berkontribusi secara positif untuk mencapai
tujuan bersama.
d. Kualitas kerja: Pegawai berkualitas selalu berusaha untuk memberikan hasil
kerja yang tinggi. Mereka memiliki standar kualitas yang tinggi dan
memastikan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan memenuhi atau
melebihi ekspektasi. Mereka berusaha untuk terus belajar dan meningkatkan
kualitas kerja mereka.
e. Kedisiplinan: Pegawai berkualitas memiliki disiplin yang tinggi dalam
menjalankan tugas-tugas mereka. Mereka menghormati peraturan dan
kebijakan perusahaan, hadir secara tepat waktu, dan menjaga integritas
dalam melakukan pekerjaan. Mereka mampu mengatur waktu dan sumber
daya dengan efisien.

10
Achmad, S. Ruky. 2006. “Sistem Manajemen Kenerja”, PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Aditama, hlm. 16.

9
f. Proaktif: Pegawai berkualitas tidak hanya menunggu instruksi atau arahan,
tetapi juga memiliki inisiatif untuk mengidentifikasi masalah, menawarkan
solusi, dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas kerja. Mereka berpikir secara kritis, kreatif, dan
mencari peluang untuk meningkatkan diri dan organisasi.
g. Fleksibilitas: Pegawai berkualitas dapat beradaptasi dengan perubahan dan
menghadapi tantangan dengan sikap terbuka. Mereka memiliki kemampuan
untuk berfleksibilitas dalam lingkungan kerja yang dinamis dan siap untuk
belajar hal-hal baru atau mengubah pendekatan kerja mereka sesuai
kebutuhan.
h. Etika kerja: Pegawai berkualitas memiliki etika kerja yang tinggi. Mereka
bertindak secara jujur, adil, dan bertanggung jawab dalam hubungan dengan
rekan kerja, atasan, dan pelanggan. Mereka menghormati kerahasiaan
informasi dan menjaga integritas pribadi dan profesional.

Ciri-ciri ini dapat membantu membedakan pegawai berkualitas yang


berkontribusi positif terhadap organisasi dan berpotensi untuk mencapai kesuksesan
dalam karir mereka.

C. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)


Total Quality Management atau manajemen kualitas terpadu sebenarnya adalah
filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang berorentasi pada
kualitas. Tujuan (goal) yang akan dicapai dalam organisasi dengan budaya TQM adalah
memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau
diinginkan (desire) oleh pelanggan. 11 Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai
pengelolaan kualitas semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi dan
misi organisasi. Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun pemeriksaan.
Tetapi, TQM adalah lebih dari usaha untuk melakukan sesuatu yang benar setiap waktu,
daripada melakukan pemeriksaan (cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan.
TQM bukan bekerja untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk

11
Mulyadi. (2003) Total Quality Management, Edisi IV. Yogyakarta : Aditya Media, hlm. 4.

10
pelanggan (customer) dan klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan
bagi menajer senior dan kemudian melewatkan tujuan yang telah dirumuskan.
Total Quality Management adalah pelibatan semua komponen organisasi yang
berlangsung secara terus-menerus. Sementara manajemen di dalam TQM berarti
pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau
perannya. Mereka semua adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya. Senada
dengan pengertian ini, Lesley dan Malcolm menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua
fungsionaris organisasi, tanpa kecuali dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu12:
1. mengerjakan hal-hal yang benar. Ini berarti bahwa hanya kegiatan yang
menunjang bisnis demi memuaskan kebutuhan pelanggan yang dapat diterima.
Kegiatan yang tidak perlu maka jangan dilanjutkan lagi.
2. mengerjakan hal-hal dengan benar. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus
dijalankan dengan benar, sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan
kebutuhan pelanggan.
3. mengerjakan hal-hal dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Hal ini
dilandasi dengan dasar pemikiran untuk mencegah kesalahan yang timbul.
Prinsipnya, menurut Lesley dan Malcolm, TQM itu merupakan suatu pendekatan
sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas, yang memiliki motto: Do the
right think, first time, every time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan benar, sejak
pertama kali, setiap waktu”.13
Konsep TQM dalam pendidikan dapat diimplementasikan atau dilakasanakan
dengan menggunakan model yang diadopsi dari Tenner & Detoro. Berdasarkan model
tersebut dapat dijelaskan beberapa hal yang terait di dalamnya di antaranya14:
1. Tujuan TQM
Tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan
secara berkelanjutan, terus-menerus, dan terpadu. Dimana tujuan TQM ini
mengkhususkan pada bimbingan belajar
2. Prinsip TQM
Pencapaian tujuan di atas dapat terwujud jika menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut: pemfokusan pada pengguna atau pelanggan peningkatan

12
Munro, Lesley Malcolm, 1996. Implementing Total Quality Management: Menerapkan Manajemen Mutu
Terpadu. Jakarta: PT Gramedia, hlm. 36.
13
Munro, Lesley Malcolm, 1996. Implementing Total Quality Management: Menerapkan Manajemen Mutu
Terpadu,..... hlm. 39.
14
Tjiptono, F. dan Diana, A., (1996). Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI., hlm. 32.

11
kualitas pada proses melibatkan semua komponen pendidikan (bimbingan
belajar).
3. Elemen Pendukung TQM
a. Kepemimpinan, Seorang manajer bimbingan belajar harus mampu
memimpin anak buahnya untuk mencapai tujuan lembaga tersebut. Ketika
TQM digunakan sebagai kunci proses manajemen, peranan manajer adalah
sebagai penasehat, pembimbing dan pemimpin tidak boleh terabaikan.
Artinya, ia harus memahami tujuan, prinsip, dan elemen-elemen pendukung
TQM dan mampu memanaj secara terusmenerus untuk mencapai kualitas
pendidikan yang di harapkan.
b. Pendidikan dan Pelatihan. Elemen pendidikan dan pelatihan bagi semua
sumber daya manusia yang ada seharusnya dapat menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh mereka sesuai dengan peningkatan kualitas
pendidikan di Bimbingan Belajar. Misalnya, keterampilan pegawai
(tentor/tutor atau staff pengajar) dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas
dan pemecahan masalah di lingkungan bimbingan belajar. Hal utama untuk
mendukung pendidikan dan pelatihan ini antara lain: program, materi dan
sumber daya yang memadai.
c. Struktur Pendukung, Struktur pendukung bisa berasal dari internal dan
eksternal bimbingan belajar. Dukungan yang cukup/baik dapat membantu
jaringan kerja dengan manajer kulaitas lain pada bagian lain di lembaga
bimbingan belajar.
d. Komunikasi, Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam
mengimplementasikan program kualitas. Semua pegawai harus menerima
informasi kualitas yang jelas agar mereka sungguh-sungguh melaksanakan
program peningkatan kualitas. Secara ideal, pimpinan harus bertemu secara
personal dengan pegawai untuk mendesiminasikan informasi, memberikan
arahan, dan merespon pertanyaan dari setiap orang. Pengalaman sukses dari
seseorang dalam mengimplementasikan alat dan teknik TQM dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan pada semua bidang komunikasi kualitas.
e. Penghargaan, Penghargaan perlu diberikan kepada tim maupun individu
yang sukses dalam mengaplikasikan proses peningkatan kualitas. Hal ini
dapat memacu mereka untuk lebih terdorong lagi mencapai kesuksesan, dan
ini sangat berarti bagi organisasi atau lembaga bimbingan belajar.
12
Kegagalan lembaga memberikan penghargaan kepada mereka yang sukses
dapat mengancam kesuksesan lembaga dalam meningkatkan kualitas
lembaga secara total.
f. Pengukuran, Keberhasilan program perlu diukur. Ukuran yang digunakan
tidak lain adalah kepuasan pelanggan di luar lembaga. Data-datanya perlu
dikumpulkan secara sistematis. Data yang terkumpul perlu diolah untuk
melihat kepuasan mereka sekaligus untuk menemukan berbagai persoalan
yang timbul sekaligus sebagai dasar untuk perbaikan terus-menerus melalui
program TQM.

13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kualitas didefenisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk yang
menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispeksifikasikan atau
ditetapkan. Ciri-ciri kualitas dapat dijelaskan sebagai berikut: Fisik, yang berkaitan dengan
panjang, berat, ketebalan. Indera, yang berhubungan dengan panca indera, antara lain :
rasa, penampilan, warna, serta Orientasi waktu, menyangkut dengan keandalan (dapat
dipercaya), dapat dipelihara, dapat dirawat. kualitas dikategorikan dalam beberapa aspek
berikut: Quality of Design, Quality of Conformance, Quality of Performance, Quality of
Assurance.
Kepemimpinan sangat diperlukan dalam suatu organisasi, kemampuan seorang
pemimpin untuk menggerakkan bawahan atau pegawai sangat dipengaruhi oleh faktor
astern kepemimpinannya. salah satu unsur atau faktor yang mampu memberi semangat
kerja atau peningkatan kinerja pegawai tidak lain adalah sistem kepemimpinan itu sendiri,
sehingga apabila kepemimpinan yang diterapkan sesuai dengan situasi atau keadaan
organisasi khususnya terhadap bawahan maka akan dapat meningkatkan kinerja pegawai,
begitu pula sebaliknya.
Total Quality Management (TQM) dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas
semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi dan misi organisasi.
TQM itu merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen
aktivitas, yang memiliki motto: Do the right think, first time, every time, yaitu “kerjakan
sesuatu yang benar dengan benar, sejak pertama kali, setiap waktu”.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun demi kesempurnaanya makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. Ruky. 2006. Sistem Manajemen Kenerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Alfarabi, Faridudin. 2016. Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan terhadap
Kepuasan Pelanggan pada PDAM Kab. Grobogan. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang.
Cokroaminoto. 2007. Membangun Kinerja Melalui Motivasi Kerja Karyawan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Gaspersz, Vincent. 2001. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi. 2003. Total Quality Management, Edisi IV. Yogyakarta: Aditya Media,
Munawaroh, Munjiati. 2015. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Gramasurya.
Munro, Lesley Malcolm. 1996. Implementing Total Quality Management: Menerapkan
Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta: PT Gramedia
Ruslan, R., Ilyas, G. B., & Tamsah, H. 2018. Diklat, Kepemimpinan, dan Kompensasi terhadap
Motivasi Kerja pada Kantor Otoritas. Jurnal Mirai Management, 3(2).
Tjiptono, F. dan Diana, A. 1996. Total Quality Management. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Veithzal Rivai. 2005. Performance Appraisal; Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Yuri, M.Z. & Rahmat,N. 2013. TQM Manajemen Kualitas Total dalam Perspektif Teknik
Industri. Jakarta: PT. Indeks.

15

Anda mungkin juga menyukai