Anda di halaman 1dari 166

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DENGAN ENKAPSULASI PADA

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh:
Hanifudin Ibrahim
NIM. 1111025100064

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436 H / 2015 M
ABSTRAK

Hanifudin Ibrahim NIM. 1111025100064, Pelestarian Bahan Pustaka dengan


Enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di bawah
bimbingan Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS. Program Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan, prosedur, dan mengetahui


solusi guna menghadapi kendala-kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dalam melaksanakan enkapsulasi. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan
dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri atas Kepala Sub. Bidang
Perawatan dan Perbaikan dan dua orang Staff Sub. Bidang Perawatan dan
Perbaikan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hasil atau data-data yang
diperoleh dianalisis melalui tiga tahapan yaitu dengan cara direduksi, selanjutnya
data disajikan dalam bentuk teks naratif dan menarik kesimpulan sesuai dengan
rumusan masalah yang telah dijabarkan. Hasil observasi dan wawancara peneliti
menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah berjalan. Namun Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai
pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya enkapsulasi. Prosedur
enkapsulasi melalui tiga proses yaitu proses pra enkapsulasi, proses enkapsulasi,
dan proses paska enkapsulasi. Solusi yang dilakukan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia ialah dengan cara memesan bahan-bahan tersebut jauh
sebelum jatuh tempo pelaksanakan enkapsulasi dan petugas yang telah mengerti
tentang pelaksanaan enkapsulasi mendampingi petugas yang belum cukup
mengerti.

Kata kunci : Pelestarian bahan pustaka, enkapsulasi, Perustakaan Nasional


Republik Indonesia

i
ABSTRACT

Hanifudin Ibrahim NIM. 1111025100064, The Preservation of Library Material


with Encapsulation at the National Library of the Republic of Indonesia.
Under the guidance of Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS. Library Science Program
of the Faculty of Adab and Humaniora of State Islamic University of Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.

This research aims to find out the policy, procedure, and solution against the
constraints faced by the National Library of the Republic of Indonesia in
implementing encapsulation. This research constitutes a descriptive one and
exploits a qualitative research method. Informants in this research aggregate three
people consisting of the Head of Sub-Sector of Maintenance and Repair and two
Staffs of Sub-Sector of Maintenance and Repair of National Library of the
Republic of Indonesia. Data collecting technique in this research is observation
and interviews. The results or data being obtained are analyzed through three
stages, namely by reducing, then being presented in the form of narrative text,
and drawing a conclusion in accordance with the formulation of the problem
which has been described. The results of observation and interview by the
researcher shows that the activities of preserving the library materials by
encapsulation in the National Library of the Republic of Indonesia has been
running. However, the National Library of the Republic of Indonesia has not had
a written policy regarding the preservation of library materials including the
encapsulation in it. The Encapsulation procedure is through three processes,
namely the pre-encapsulation process, encapsulation process, and post-
encapsulation process. A Solution conducted by the National Library of the
Republic of Indonesia is by ordering those materials long before the due of
implementing encapsulation and the officers who have understood about the
implementation of the encapsulation should accompany those who do not quite
understand.

Keywords: Preservation of library materials, encapsulation, National Library of


the Republic of Indonesia

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT, yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan

mencapai gelar Sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi

ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Sehingga penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat istimewa dan sebesar-

besarnya kepada ayahanda tercinta Muhammad Mundirin, ibunda tercinta Rumini

dan kakanda yang saya sayangi Rofiq Hidayat, S.IP dan Andri Sulaiman, A.Md

yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan

semua pihak yang meluangkan waktunya dalam membantu penulis. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora periode 2014-2015.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan

Informasi.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan

dan Informasi.

iii
5. Bapak Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS, selaku pembimbing yang telah berkenan

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran,

tenaga dan waktu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Maryam, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh jajaran Wakil Dekan dan para pegawai FAH UIN Jakarta.

8. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan yang tak terhingga. Semoga ilmu yang

telah diberikan dapat bermanfaat.

9. Ibu Made Ayu Wirayati, Mikom selaku Kepala Sub. Bidang Perawatan dan

Perbaikan Bahan Pustaka yang telah memberikan bimbingan dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Cecep Nurjanjati, S.sos dan ibu Ellis Sekar Ayu, SPd selaku Staff Sub.

Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka yang telah memberikan

bimbingan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabatku Derry Herdiyana Wiguna, Hasbi Fikri, Muhammad Adam,

Muhammad Fahmi Rizal dan Muhammad Yukha Mulyawan. Terima kasih

telah memberikan saran dan mengingatkan ketika ada perilaku yang salah.

12. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan 2011, khususnya IPI C 2011.

Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi diri

sendiri orang lain.

13. Terimakasih pula kepada teman-teman kakak Semester Arief Dwi Hermawan,

Zulfachri Tribuana Said, dan Zulfikar Arman.

iv
14. Teman-teman Intan Skateboarding Community and Culture (INSOMNIAC)

dan Komunitas Music Cilandak Familia yang telah mendoakan dan

memberikan semangat.

15. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan tugas

akhir ini, yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terimakasih untuk

segalanya, semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang

sudah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 11 September 2015

Hanifudin Ibrahim

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

ABSTRACT ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 7

D. Definisi Istilah ............................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan .................................................................. 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia .............. 11

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ............... 13

3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ................. 16

B. Pelestarian Bahan Pustaka

1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka ................................... 18

2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka ......................................... 19

vi
3. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka ................................ 24

C. Faktor-faktor Kerusakan Bahan Pustaka .................................... 26

D. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ...................................... 33

E. Usaha Memperbaiki Bahan Pustaka yang Rusak ........................ 35

1. Menambal dan Menyambung Kertas (Mending) .................... 35

2. Laminasi ............................................................................... 35

3. Desidifikasi .......................................................................... 36

4. Penjilidan ............................................................................. 38

5. Fumigasi ............................................................................... 39

F. Enkapsulasi ............................................................................... 39

G. Penelitian Terdahulu ................................................................. 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian Deskriptif .................................................... 50

2. Pendekatan Penelitian Kualitatif ........................................... 51

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer .............................................................. 52

2. Sumber Data Sekunder ......................................................... 53

C. Informan ................................................................................... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 56

1. Wawancara ........................................................................... 57

2. Observasi .............................................................................. 57

3. Kajian Pustaka ...................................................................... 57

vii
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 58

1. Reduksi Data ........................................................................ 58

2. Penyajian Data ...................................................................... 60

3. Penarikan Kesimpulan .......................................................... 60

F. Jadwal Penelitian ....................................................................... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia ................................................................ 63

2. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia ................................................................ 66

3. Struktur Organisasi ................................................................ 66

4. Koleksi .................................................................................. 67

B. Hasil Penelitian ......................................................................... 73

1. Kebijakan Ekapsulasi Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia Dalam Melaksanakan Kegiatan Pelestarian

Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi ...................................... 74

2. Prosedur Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan

Enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 82

a. Jenis Bahna Pustaka yang Dienkapsulasi di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia ............................................ 82

viii
b. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada

Proses Enkapsulasi ........................................................... 85

c. Prosedur Pelestarian Bahan Pustaka

Dengan Enkapsulasi ......................................................... 87

1) Pra Enkapsulasi ........................................................... 88

2) Proses Enkapsulasi ...................................................... 93

3) Paska Enkapsulasi ........................................................ 98

3. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan

Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi

di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ...................... 102

C. Pembahasan ............................................................................... 104

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 111

B. Saran .......................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ......... 114

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pembuatan dan Penelitian Skripsi ............................................ 62

Tabel 2 Koleksi Buku Monograf ..................................................................... 69

Tabel 3 Jumlah Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ................. 72

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur organisasi pusat preservasi .................................................. 67

Gambar 2 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ...................................... 72

Gambar 3 Double Side Tape dan Mylar............................................................. 86

Gambar 4 Pemberat .......................................................................................... 86

Gambar 5 Cutter .............................................................................................. 87

Gambar 6 Mesin HDS KEEPER ....................................................................... 88

Gambar 7 Proses Rinsing (perendaman) ........................................................... 90

Gambar 8 Proses Leaf Casting ......................................................................... 92

Gambar 9 Proses Pemberian Lem CMC ........................................................... 92

Gambar 10 Proses Flatenning ........................................................................... 92

Gambar 11 Proses Pengeringan ........................................................................ 92

Gambar 12 Proses Meletakkan Pemberat di Atas Dokumen dan Mylar .............. 93

Gambar 13 Proses Penempelan Double Side Tape ............................................ 94

Gambar 14 Proses Mencukil Kertas Double Side Tape ..................................... 95

Gambar 15 Proses Menggosok Permukaan Mylar ............................................ 96

Gambar 16 Proses Merapihkan Pinggir Mylar ................................................... 96

Gambar 17 Proses Meletakkan Bahan Pustaka di Bawah Karpet

Untuk Menghilangkan Gelembung Udara ....................................... 97

Gambar 18 Proses Mengepres Pinggir Mylar Dengan Sinar Ultra Sonic .......... 98

Gambar 19 Proses Pemindahan Bahan Pustaka ke Portepel .............................. 99

xi
Gambar 20 Flowchart Prosedur Enkapsulasi .................................................. 100

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Draf Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka

Lampiran 3 : Foto-foto

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Pembimbing

Lampiran 5 : Lembar Tugas Menjadi Pembimbing

Lampiran 6 : Lembar Izin Penelitian

Lampiran 7 : Lembar Penguji Skripsi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari yang sangat

penting. Informasi yang didapat harus benar-benar tepat, jelas, aktual, dan

terkini untuk masyarakat, sehingga nilai informasi yang terkandung benar-

benar berguna bagi penggunanya. Manusia merupakan makhluk yang tidak

bisa hidup tanpa informasi. Informasi sendiri timbul sejak manusia petama

yaitu Nabi Adam a.s diciptakan. Beliau diajarkan Allah mengenai ilmu

pengetahuan berupa nama-nama benda. Informasi tersebut berkembang

hingga saat ini.

Salah satu lembaga yang menyediakan, bertugas mengumpulkan, dan

menyimpan informasi tersebut ialah perpustakaan. Perpustakaan merupakan

pusat informasi baik itu mengenai ilmu pengetahuan secara umum maupun

khusus. Sedangkan pengertian perpustakaan itu sendiri adalah institusi

pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional

dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.1

Perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat dari bahan kertas, baik

dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah, peta, gambar, dokumen, dan

bahan cetak lainnya. Selain itu, perpustakaan juga mempunyai koleksi audio

1
Undang - undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan

1
visual yang terdiri dari bahan film (film hitam putih dan berwarna),

mikrofilm, negatif foto (hitam putih dan berwarna) serta rekaman suara atau

pita kaset, rekaman video, dan lain sebagainya.2 Perpustakaan merupakan

sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung ataupun gedung tersendiri yang

digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya.3

Perpustakaan mempunyai tugas dalam melaksanakan peraturan

pemerintah di bidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, Perpustakan Nasional

Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melaksanakan Undang-

undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan dan

peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun

2001 tentang tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Diantara tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah

melaksanakan pelestarian bahan pustaka. Sebagaimana telah diterangkan

dalam pengertian perpustakaan menurut Keputusan Presiden RI Nomor 11

Tahun 1989 yaitu merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka

sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu

pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan sosial.4

2
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.
Jakarta: Grasindo, 2007.h.73-74
3
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka,
Depdikbud, 1993.h.5
4
Supriyanto...[et al.]. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan
Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006.h.38

2
Pelestarian bahan pustaka merupakan upaya perlindungan terhadap

bahan pustaka dari kerusakan dan kemusnahan, baik berbentuk fisik maupun

informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut. Kegiatan

pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi, yaitu

melestariakan kandungan informasi dan melestarian fisik dokumen atau

bahan pustaka yang bersangkutan. 5

Pemeliharaan, perawatan, dan penyelamatan informasi adalah salah

satu tugas perpustakaan dan bukanlah pekerjaan yang mudah. Umumnya

perpustakaan belum memperhatikan secara khusus usaha pemeliharaan bahan

pustaka, seperti pengaturan suhu udara. Hal itu seharusnya dilaksanakan

secara cermat dan efektif, mengingat iklim tropis Indonesia yang kurang

menguntungkan. Dalam konteks ini, bahwa penggunaan berbagai bahan

insektisida, pengaturan ruangan secara khusus, dan penyelenggaraan

pendidikan pemustaka merupakan usaha-usaha untuk mencegah atau

mengurangi kerusakan kerusakan bahan pustaka.6

Di antara tugas pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut

pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi

yang terkandung di dalamnya. Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar

bahan pustaka yang kita miliki tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan

pustaka yang mahal dan langka akan informasinya, diusahakan agar bertahan

lama, dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Pelestarian

bahan pustaka secara fisik atau informasi salah satunya ialah dengan
5
Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.11
6
Rahayuningsih, F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005. h. 131

3
enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari

kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam,

karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan, dan sebagainya.7

Kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam

melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi belum

sepenuhnya dapat terlaksana. Menurut penulis, bahan pustaka yang telah ada

di ruangan preservasi Perpustakan Nasional Republik Indonesia belum

sepenuhnya dapat dienkapsulasi, karena kendala bahan material yang

digunakan untuk enkapsulasi belum tersedia di Indonesia melainkan material

tersebut harus dipesan terlebih dahulu dari negara Jepang. Kedatangan

material tersebut tidak selalu tepat waktu, sehingga menyebabkan

terhambatnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Selain itu, Sumber Daya Manusia yang belum

merata merupakan kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan

yang melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi yang dilaksanakan oleh

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia idealnya menjadi panutan bagi

perpustakaan-perpustakaan lain yang ada di Indonesia mengingat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan negara.

7
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
h. 113

4
Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi belum banyak diikuti

atau diterapkan pada perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia,

karena bahan yang digunakan untuk melaksanakan enkapsulasi belum banyak

tersedia di Indonesia melainkan harus dipesan terlebih dahulu dari luar

Indonesia seperti halnya yang dialami oleh Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. Selain itu, kurangnya perhatian akan pentingnya pelestarian bahan

pustaka dengan enkapsulasi, menjadi pemicu perpustakaan-perpustakaan

yang ada di Indonesia belum seluruhnya menerapkan pelestarian bahan

pustaka dengan enkapsulasi.

Pentingnya perhatian khusus terhadap bahan pustaka yang mengalami

kerusakan, mengingat pelestarian bahan pustaka merupakan cara untuk

menyelamatkan khazanah budaya bangsa dan hasil pemikiran manusia. Bahan

pustaka yang mengalami kerusakan harus ditangani secara serius dan khusus

karena melaksanakan pelestarian bahan pustaka bukan hal yang mudah dan

memerlukan keahlian khusus.

Dengan demikian, karena pentingnya pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi pada perpustakaan terutama di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia yang menjadi acuan bagi semua perpustakaan yang ada di

Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan ini

dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “Pelestarian Bahan Pustaka

Dengan Enkapsulasi Pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”.

5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh hasil penelitian dengan penafsiran yang lebih

terkonsentrasi dengan mengangkat masalah enkapsulasi yang dilakukan di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan mengangkat masalah

enkapsulasi, maka penulis perlu membatasinya sebagai berikut:

a. Kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam

melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

b. Prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di

Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

c. Solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional

Republik Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Agar penulisan lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan

diteliti pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, maka perlu

dirumuskan bagaimana pelaksanaan kegiatan enkapsulasi pada

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan pertanyaan sebagai

berikut:

a. Bagaimana kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam

melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi?

b. Bagaimana prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?

6
c. Bagaimana solusi guna menghadapi kendala-kendala yang dialami

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan

kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kebijakan Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi.

b. Untuk mendeskripsikan prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

c. Untuk mengetahui kendala dan solusi dalam melaksanakan prosedur

kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan

Nasional Republik Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi bagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

agar lebih memperhatikan pentingnya pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi.

b. Memberikan sumbangsih tentang pengetahuan akan pentingnya

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di perpustakaan yang ada

di Indonesia.

7
c. Menambah pengetahuan untuk penulis tentang hal-hal, permasalahan

serta solusi dari kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi

di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

d. Diharapkan bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi pustakawan dan

mahasiswa mengenai pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

D. DEFINISI ISTILAH

1. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari

kerusakan yang bersifat fisik. Enkapsulasi dilakukan dengan cara

meletakkan bahan pustaka diantara dua lembar plastik transparan bebas

asam (mylar). Bahan pustaka yang dienkapsulasi umumnya bahan pustaka

berupa lembaran kertas lepas yang dapat diletakkan atau diapit diantara

dua plastik transparan bebas asam (mylar) sehingga tulisan tersebut tetap

dapat dibaca dari luar. Kertas yang umumnya dienkapsulasi ialah surat

kabar lama, naskah kuno, peta dan sebagainya.

2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan

perpustakaan negara, perpustakaan induk dan sebagai contoh bagi

perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Menurut Undang-

undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

didefinisikan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)

8
yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang

berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan,

perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian

dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

3. Pelestarian

Pelestarian bahan pustaka merupakan upaya perlindungan terhadap

bahan pustaka dari kerusakan dan kemusnahan, baik berbentuk fisik

maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.

Tujuan dari pelestarian bahan pustaka ialah melestarikan kandungan

informasi bahan pustaka dengan menggunakan media lain atau

melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk digunakan secara

optimal.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis

mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah

dan sistematika penulisan.

9
Bab II Tinjauan Literatur

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, fungsi dan tugas perpustakaan,

mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka, fungsi pelestarian

bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan pustaka, faktor

kerusakan bahan pustaka, usaha pencegahan kerusakan bahan

pustaka, usaha perbaikan bahan pustaka, menguraikan tentang

pengertian enkapsulasi serta penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan membahas tentang jenis pendekatan penelitian,

sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan dan analisis data serta jadwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang profil tempat penelitian, hasil penelitian

dan pembahasan yang berkaitan dengan kebijakan, prosedur, dan

solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan

kegiatan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Bab V Penutup

Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh

penulis setelah melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia.

10
BAB II

TINJAUN LITERATUR

A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan merupakan pihak yang bertindak sebagai penyimpan

khazanah hasil pemikiran manusia. Bagi masayarakat awam perpustakaan

merupakan sebuah ruang tempat menyimpan buku. Ada berbagai

pengertian perpustakaan yang telah dibicarakan dalam berbagai sumber,

namun secara umum perpustakaan dapat didefinisikan sebagai institusi

yang di dalamnya tercakup unsur koleksi (informasi), pengolahan,

penyimpanan, dan pemakai. 8

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan

perpustakaan yang harus menjalankan unsur-unsur tersebut, karena

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan

negara, perpustakaan induk, dan sebagai contoh bagi perpustakaan-

perpustakaan yang ada di Indonesia. Perpustakaan Nasional adalah

perpustakaan yang didirikan oleh suatu negara (biasanya di satu negara

hanya satu) yang mempunyai fungsi utama untuk menyimpan semua

bahan pustaka tercetak, terekam, serta multimedia yang diterbitkan oleh

8
Purwono Sri Suharmini, Perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008. h.12

11
negara tersebut dan/atau mengenai negara tersebut. Sebagai contoh,

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 9

Menurut Undang-undang No 43 tahun 2007 Bab VII pasal 21 ayat

1 menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

merupakan lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang

melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang perpustakaan yang

berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan,

perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian,

dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

Pada tahun 1970, UNESCO dalam konferensi umumnya ke-16

memberikan definisi Perpustakan Nasional Republik Indonesia sebagai

perpustakaan yang bertanggung jawab atas akuisisi dan pelestarian kopi

semua terbitan yang signifikan yang diterbitkan di sebuah negara dan

berfungsi perpustakaan deposit, baik menurut undang-undang maupun

kesepakan lain, dengan tidak memandang nama perpustakaan.10

Dengan demikian, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

adalah perpustakaan yang didirikan di ibukota negara dan merupakan

perpustakaan induk dari semua jenis perpustakaan yang ada di negara

Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan pusat

lembaga perpustakaan yang ada di Indonesia. Sebagai induk perpustakaan

yang ada di Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dituntut

9
Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
2009.h.1.15
10
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
2010.h.2.5

12
sebagai perpustakaan panutan bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di

Indonesia. Kegiatan yang ada di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia haruslah menjadi panutan dan contoh bagi perpustakaan-

perpustakaan yang ada di seluruh Indonesia.

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Fungsi perpustakaan merupakan sarana pendidikan, pembelajaran,

informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi. Fungsi-fungsi tersebut

dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan.11

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai perpustakaan negara,

harus memiliki fungsi yang sesuai dengan undang-undang yang telah

ditetapkan. Fungsi ini diatur dalam Undang-undang no. 43 tahun 2007

pasal 3 yang berbunyi:

“Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian,


informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan
keberdayaan bangsa.”

Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah

memfasilitasi dan memberikan pembinaan terhadap kegiatan instasi

pemerintah di bidang perpustakaan.12 Fungsi Perpustakan Nasional

Republik Indonesia diantaranya:

a. Membantu presiden dalam rangka merumuskan kebijaksanaan

mengenai pengembangan dan pembinaan serta pendayaguanaan

perpustakaan di Indonesia.

11
Suwarno Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.h.42
12
Sutarno, NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagugn Seto. 2006.h. 38

13
b. Melaksanakan pembangunan tenaga perpustakaan dan kerjasama antar

badan/lembaga termasuk perpustakaan baik di dalam maupun di luar

negeri.

c. Melaksanakan pembinaan atas semua jenis perpustakaan di

instansi/lembaga pemerintah ataupun swata yang ada di pusat dan di

daerah negara Indonesia.

d. Melaksanakan pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan bahan

pustaka dari dalam dan luar negeri.

e. Melaksanakan penyusunan naskah Bibliografi Nasional dan Katalog

Induk Nasional (BN dan KIN).

f. Melaksanakan penyusunan bahan rujukan berupa indeks, serta

bibliografi, subjek, abstrak, dan penyusunan perangkat lunak

bibliografi.

g. Melaksanakan jasa koleksi rujukan dan naskah.

h. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh presiden.

i. Melaksanakan kerjasama perpustakaan dan jaringan informasi tingkat

nasional dan internasional.13

Menurut Sulistyo Basuki, fungsi utama Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia adalah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak

dan terekam yang diterbitkan di suatu negara.14 Fungsi Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia diantaranya:

13
Zainudin, Kamal. Pemasyarakatan Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2006.h.11
14
Sulistyo, Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993 .h. 44

14
a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah negara.

b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain

mengenai negara yang bersangkutan.

c. Menyusun bibliografi nasional yakni daftar buku yang diterbitkan di

sebuah negara.

d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini

diberikan atas jasa permintaan.

e. Berfungsi sebagai pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang

bersangkutan dan negara yang bersangkutan dengan negara lain.

Umumnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tidak

meminjamkan buka langsung ke pembaca melainkan harus melalui

perpustakaan.

f. Sebagai tugas tambahan biasa Perpustakaan Nasionala Republik

Indonesia memberikan jasa penerjemah, latihan kerja bagi pustakawan,

mencatat hak cipta atas buku dan sebagainya.

Menurut penulis, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

memiliki fungsi sebagai penyelamat khazanah bangsa. Selain itu,

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan sebagai pelaksana

undang-undang perpustakaan yang berfungsi sebagai pengumpul,

pengolah, melayankan, dan melestariakan bahan pustaka.

15
3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas terhadap

negara diantaranya membantu presiden dalam menyelenggarakan

pengembangan dan pembinaan perpustakaan dalam rangka pelestarian

bahan pustaka sebagai hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu

pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Menurut keputusan Presiden No.

50 tahun 1998 Tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah

sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembinaan atas semua jenis perpustakaan, baik

perpustakaan di lembaga Pemerintah maupun swasta yang ada di pusat

dan daerah.

b. Melaksanakan UU No. 4 tahun 1990 dan PP No. 70 1991 (deposit),

untuk perawatan pelestarian dan pendayaguanaan.

c. Melaksanakan penyusunan naskah Bibliografi Nasional Republik

Indonesia dan Katalog Induk Nasional.

d. Melaksanakan pengembangan tenaga perpustakaan dan kerja sama

antar badan/lembaga termasuk perpustakaan baik di dalam maupun di

luar negeri dalam jaringan informasi.

e. Melaksanakan layanan rujukan, informasi ilmiah, dan penelitian.15

Sesuai peraturan Undang-undang perpustakaan no 43 tahun 2007

Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3, menyebutkan tugas Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia ialah:

15
Purwono, Materi Pokok Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia. Jakarta:
Universita Terbuka, 2006.h.2.3

16
Ayat 2 Perpustakaan Nasional bertugas:

a. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis

pengelolaan perpustakaan.

b. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi

terhadap pengelolaan perpustakaan.

c. Membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan.

d. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Ayat 3:

a. Mengembangkan koleksi nasional dan memfasilitasi terwujudnya

masyarakat terpelajar sepanjang hayat.

b. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya

bangsa.

c. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka

mewujudkan masyarakat pembelajaran sepanjang hayat.

d. Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang

berada diluar negeri. 16

Menurut penulis, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

memiliki tugas sebagai perpustakaan negara yang membimbing

perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Selain itu, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia juga memiliki tugas sebagai penyelamat hasil

budaya bangsa.

16
Undang-undang no 43 tahun 2007 bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3 tentang Tugas
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

17
B. Pelestarian Bahan Pustaka

1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka

Bahan pustaka adalah semua hal yang mengandung informasi yang

disimpan dan disajikan oleh perpustakaan.17 Poerwadarminta dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, memberi penjelasan bahwa pelestarian

adalah menjadikan (membiarkan) tetap tak berubah. Pelestarian bahan

pustaka artinya melindungi bahan pustaka dari kemusnahan dan

kerusakan. Sedangkan pelestarian menurut International Federation of

Library Association (IFLA) adalah mencakup semua aspek usaha

melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk didalamnya kebijakan

pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode, dan teknik

penyimpanannya.18

Pelestarian bahan pustaka tidah hanya terbatas pada pelestarian

fisik bahan pustaka, namun pelestarian bahan pustaka harus

memperhatikan pentingnya informasi yang terkandung pada sebuah bahan

pustaka. Dalam pembahasan mengenai pelestarian bahan pustaka, penulis

menjumpai di dalam pelestarian bahan pustaka terdapat kata-kata

“pelestarian, pengawetan, dan perbaikan” yang dapat dirumuskan sebagai

berikut:

a. Pelestarian (Preservation)

Pelestarian merupakan cangkupan unsur-unsur pengelolaan dan

keuangan, termasuk cara penyimpanan dan alat-alat bantunya, taraf


17
Suwarno, Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.h.87
18
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
h. 314

18
tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang

diterapkan untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka dan arsip

serta informasi yang dikandungnya.

b. Pengawetan (Conservation)

Pengawetan merupakan kebijakan dan cara tertentu yang digunakan

untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan

kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas

teknis.

c. Perbaikan (Restoration)

Perbaikan merupakan teknik-teknik dan pertimbangan-pertimbangan

yang digunakan oleh petugas teknis yang bertugas memperbaiki bahan

pustaka dan arsip yang rusak akibat waktu, memperbaiki bahan

pustaka dan arsip yang rusak akibat waktu, pemakain, atau faktor-

faktor lainnya. 19

2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka

Perpustakaan berkewajiban untuk melakukan upaya preservasi

koleksi, antara lain: memelihara bahan pustaka, merawat bahan pustaka,

melakukan penyiangan, melakukan fumigasi, menjaga temperatur/suhu

agar stabil, mengatur ventilasi udara, menjaga koleksi supaya tetap baik,

menjaga kebersihan perpustakaan, dan lain-lain.20

19
Dureu, J.M. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 1990.h.6
20
Sutarno, NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.h.74

19
Fungsi pelestarian bahan pustaka ialah menjaga agar koleksi

perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga yang iseng, atau

jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang

lembab.21 Fungsi pelestarian bahan pustaka ialah menjaga agar koleksi

perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangan dari hama biotik

seperti serangga dan jamur yang merajalela pada buku-buku yang

ditempatkan di ruangan yang lembab.

Menurut Karmidi Martoatmodjo fungsi pelestarian bahan pustaka

merupakan upaya menjaga bahan pustaka agar tidak diganggu oleh faktor

penyebab kerusakan bahan pustaka tersebut seperti, tangan jahil manusia,

serangga, jamur, dan lain-lain. Dengan menjaga bahan pustaka dari

penyebab kerusakan bahan pustaka, maka bahan pustaka tersebut

diharapkan dapat berumur lebih panjang, sehingga bahan pustaka tersebut

bisa dimanfaatkan informasinya. Pelestarian bahan pustaka mememiliki

beberapa fungsi antara lain:

a. Fungsi melindungi

Bahan pustaka dirawat dan dilindungi dari penyebab kerusakan bahan

pustaka seperti serangga-serangga, tangan jahil manusia, panas

matahari, air, dan lain sebagainya. Pelestarian bahan pustaka yang baik

dan terkontrol, membuat serangga dan binatang lainnya penyebab

rusaknya bahan pustaka, tidak dapat menyentuh bahan pustaka. Dengan

mempelajari dan melakukan pelestarian bahan pustaka, maka manusia

21
Karmidi, martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010. 1.6

20
tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Salain

itu, mempelajari dan melakukan pelestarian bahan pustaka merupakan

salah satu upaya melindungi bahan pustaka dari kepunahan atau

kehilangan akan informasi.

b. Fungsi pengawetan

Untuk memperpanjang umur bahan pustaka, maka bahan pustaka harus

senantiasa dikontrol. Bahan pustaka yang senantiasa terkontrol akan

lebih awet, dengan harapan memeperpanjang umur bahan pustaka baik

fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan

demikian, diharapkan lebih banyak pemustaka yang menggunakan dan

memanfaatkan bahan pustaka tersebut.

c. Fungsi kesehatan

Bahan pustaka harus senantiasa diperhatikan kebersihannya agar

pemustaka yang memanfaatkan bahan pustaka tersebut merasa nyaman

saat menggunakannya. Dengan pelestarian bahan pustaka yang baik,

maka bahan pustaka akan senantiasa bersih, bebas dari debu, jamur,

binatang pengrusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit. Dengan

demikian pemustaka maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca

lebih bergairah memanfaat bahan pustaka yang ada diperpustakaan.

d. Fungsi pendidikan

Pemustaka dan pustakawan harus mengetahui dan mengerti bagaimana

cara memakai serta menjaga dokumen agar senantiasa dalam keadaan

baik. Sebelum pemustaka menggunakan bahan pustaka, sebaiknya

21
diberikanan arahan agar bahan pustaka tidak cepat rusak dalam

penggunaannya. Dengan pengetahuan tersebut, mereka harus

menerapkannya dengan menjaga disiplin seperti tidak membawa

makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan

pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mengajarkan kepada pemustaka

untuk senantiasa disiplin dan menghargai kebersihan. Dengan

demikian, pemustaka dengan sendirinya memiliki rasa tanggung jawab

saat menggunakan bahan pustaka tersebut.

e. Fungsi kesabaran

Menjaga dan merawat bahan pustaka dengan penuh perhatian, melatih

dan mengajarkan tentang kesabaran. Bagaimana kita menjaga bahan

pustaka agar tetap baik. Jika bahan pustaka mengalami kerusakan, maka

bahan pustaka tersebut harus segera diperbaiki agar informasi yang

terkandung tetap terselamatkan. Pelestarian bahan pustaka mengajarkan

bagaimana merawat bahan pustaka dengan cara menambal kertas yang

berlubang, membersihkan dari kotoran binatang kecil, kutu buku, noda

dan lain sebagai dengan sabar.

f. Fungsi sosisal

Pelestarian bahan pustaka mengajarkan untuk bersosisal, kerena

menjalankan pelestarian bahan pustaka tidak bisa dilakukan oleh

seorang diri melainkan dengan bantuan orang lain. Pustakawan dan

pemustaka harus senantiasa bekerja sama untuk tetap menjaga bahan

pustaka yang ada dengan baik.

22
g. Fungsi ekonomi

Pelestarian bahan pustaka yang dilakukan melalui pengawasan yang

baik, menjadikan bahan pustaka lebih awet dan terjaga baik fisik

maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.

Dengan demikian, dapat menghemat anggaran keuangan perpustakaan.

h. Fungsi keindahan

Pelestarian bahan pustaka harus dilakukan dengan baik agar bahan

pustaka senantiasa indah dan nyaman saat digunakan. Bahan pustaka

yang baik akan terlihat lebih indah diperhatikan mengenai penataannya.

Bila penataan bahan pustaka sudah baik maka bahan pustaka tersebut

akan terlihat lebih menarik. Sehingga menambah daya tarik orang untuk

datang keperpustakaan guna memanfaatkan informasi yang ada.22

Menurut penulis, fungsi pelestarian bahan pustaka yaitu sebagai

penyelamat bahan pustaka baik untuk menyelamatkan fisiknya maupun

informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian bahan pustaka

berfungsi untuk melindungin bahan pustaka dari hal-hal yang dapat

merusaka bahan pustaka itu sendiri, seperti tangan jahil manusia, serangga,

jamur, maupun rusak karena dimakan usia. Pelestarian bahan pustaka

dimaksudkan untuk menyelamatkan informasi yang terkandung di dalam

bahan pustaka tersebut.

22
Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarata: Universitas Terbuka,
1999.h.6-7

23
3. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka

Untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka, maka terlebih

dahulu harus diketahui unsur-unsur pelestarian bahan pustaka.

Penyimpanan dan pelestraian bahan pustaka terdiri atas kegiatan-kegiatan

diantaranya:

a. Menyusun rencana operasional penyimpanan dan pelestarian

b. Mengidentifikasi bahan pustaka

c. Mengelola jajaran bahan pustaka

d. Merawat bahan pustaka

e. Melakukan opname bahan pustaka

f. Mereproduksi bahan pustaka

g. Pengembangan/penambahan bahan pustaka23

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian

bahan pustaka adalah:

a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab

dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur yang harus diikuti. Bahan

pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja

kerusakannya, apa saja alat-alat dan bahan kimia yang diperlukan dan

sebagainya.

b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka

miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka

yang telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini.

23
Sutarno, NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.h.104

24
Paling tidak mereka sudah mengikuti penataran dalam bidang

pelestarian dokumen.

c. Laboratorium, suatu ruangan pelestarian dengan berbagai peralatan

yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk

fumigasi, berbagai sikat untuk memebersihakan debu “vacuum

cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki

ruangan laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan

pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.

d. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor

dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami

gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan

bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian

sendiri, dianjurkan diadakan kerjasama dengan perpustakaan lain. Ini

dapat menhemat biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial

dalam bidang ini, perpustakaan dapat menggunakan jasa mereka.24

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa, agar

pelestarian bahan pustaka dalam pelaksanaannya dapat terarah, maka perlu

diketahui unsur-unsur yang harus dilakukan sebelum melaksanakan

pelestarian bahan pustaka. Sebelum melaksanakan pelestarian bahan

pustaka, perlu diketahui jenis bahan pustaka, Sumber Daya Manusia

(SDM), tempat pelaksanaan pelestarian bahan pustaka, waktu

pelaksanaannya dan tidak kalah penting yaitu mengenai biayanya.

24
Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.7

25
C. Faktor-faktor Kerusakan Bahan Pustaka

Pada umumnya bahan pustaka yang ada di perpustakaan terbuat dari

bahan kertas. Bahan pustaka yang terbuat dari kertas mudah rusak bila tidak

mendapat perhatian khusus mengenai pelestarian bahan pustaka. Pelestarian

bahan pustaka bukanlah suatu hal yang mudah, perlu keahlian khusus untuk

menerapkan pelestarian bahan pustaka. Untuk mencegah terjadinya kerusakan

pada bahan pustaka, maka terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor

penyebab kerusakan bahan pustaka tersebut.

Dalam bukunya yang ditulis tahun 1966, plumbe menjelaskan secara

panjang lebar mengenai berbagai perusak bahan pustaka untuk daerah tropis,

terutama yang dikenal di Indonesia yaitu: (a) serangga, (b) binatang pengerat,

(c) jamur, (d) kelembapan, (e) debu, (f) gempa bumi, (g) kekeringan, (h)

gelombang pasang surut, dan (i) angin topan.25 Faktor yang dapat merusak

kertas dapat dibagi dalam 4 kelompok.

1. Kerusakan karena faktor Biologi

a. Jamur (fungi)

Fungi adalah tumbuhan yang tidak mempunyai chlorophyl. Mereka

mengambil makanan dari makhluk hidup lain sebagai parasit atau

bahan organik mati seperti sapropit. Sapropit penyebab kerusakan yang

hebat pada bahan yang mengandung selulosa seperti kertas. Fungi juga

memproduksi beberapa asam organik seperti asam oksalat, asam

25
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.h.2.3

26
fumoric, sitrat, dan menyebabkan asam pada kertas dan akhirnya kertas

menjadi rapuh.26

Jamur juga memproduksi beberapa macam oreganik, seperti: asam

oklat, asam fumorik, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas

menjadi cepat rapuh.27 Jamur yang bisa merusak bahan pustaka adalah

jenis jamur yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda-

benda yang lain. Jamur jenis ini akan biasa membiak dengan leluasa

jika benda tersebut terkena kotoran, debu serta tingkat kelembapan

yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 21 derajat

celcius.28

b. Serangga dan binatang pengerat

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis.

Iklim tersebut merupakan habitat binatang perusak bahan pustaka

seperti rayap, kecoa, kutu buku, silverfish (ikan perak) dan lain-lain.

Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman yang

paling potensial, terutama di negara-negara yang beriklim tropis seperti

Indonesia. Serangga seperti silverfish, kecoa, rayap, kutu buku dan

bubuk buku (cacing buku) merupakan serangga pemusnah buku yang

sudah umum dikenal orang.

Selain binatang-binatang tersebut, tikus merupakan binatang pengerat

yang dapat merusak buku. Biasanyanya buku yang suka dirusak oleh

26
Darmono. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2007.h.93
27
Muhammad Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
1998.h.13
28
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.h.2.6-2.7

27
tikus buku yang memiliki aroma tidak baik karena suhu ruangan dan

terletak pada tempat yang gelap.

1) Kecoa

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, kolera, tifus,

dan lumpu anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak

bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-tempat gelap, di

sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya ialah sisa-

sisa makanan, makanan busuk, serangga-serangga yang mati, kanji,

perekat, sampul buku serta kain pada punggung buku.29 Jenis-jenis

kecoa yang dikenal ialah sebagai berikut:

a) Kecoa Timur (Blatta Orientalis)

b) Kecoa Amerika (Periplaneta American)

c) Kecoa Jerman (Blatta Germanica)

d) Kecoa Australia (Periplaneta Australia)30

2) Rayap

Rayap merupakan serangga yang sangat berbahaya terutama dapat

merusak bahan pustaka yang mengandung sellusoa di daerah tropis

maupun subtropis. Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto,

gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap dapat memusnahkan

setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat.31

29
Karmidi. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka.h.2.5
30
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.38
31
Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka.h.37-38

28
Rayap merupakan serangga yang harus dibasmi, karena dapat

merusak bahan pustaka terutama bahan pustaka yang terbuat dari

kayu dan kertas. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya

lunak serta berwarna pucat (tidak berwarna putih), tampak seperti

semut, dan hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang

berkembang sempurna. Tiap koloni terdiri dari raja, ratu, dan

pekerja.

3) Ikan Perak (silverfish)

Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di

belakang buku-buku, rak-rak, dan lemari. Makanan yang menjadi

sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji.

Bagian buku yang paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit

buku, label buku, gambar, dan lain-lain.32

4) Kutu Buku

Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu

buku. Bagian buku yang diserang ialah punggung dan pinggir

buku.33

5) Tikus

Serangga lain seperti tikus serta beberapa mamalia kecil lainnya

dapat juga menyebabkan kerusakan pada buku dan perlengkapan

lain, dan harus ditangani oleh petugas pemberantas hama yang

32
Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka.h.38
33
Karmidi. Pelestarian bahan pustaka.h.38

29
terlatih.34 Tikus juga merupakan binatang perusak buku yang

cukup sulit diberantas. Mereka biasanya memakan buku-buku yang

disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-sobek

lalu dikumpulkan dan dijadikan sarang. Tindakan pencegahan

untuk melindungi kertas dari serangan tikus adalah tempat

penyimpanan harus bersih dan kering serta selalu dikontrol secara

berkala. Lubang-ubang yang memungkinkan tikus dapat masuk

harus ditutup dengan rapat.

c. Kerusakan karena faktor fisika

1) Cahaya

Cahaya adalah suatu bentuk energi elektromagnetik yang berasal

dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Bahan yang terbuat

dari selulosa seperti kertas dan tekstil dapat rusak oleh cahaya ini.

Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna dari cemerlang

menjadi pudar dan menurunnya kekuatan serat. Kerusakan ini

disebakan karena reaksi dari energi cahaya, adanya bahan aditive

dan residu dari bahan pemutih pada saat pembuatan kertas, serta

karena adanya uap air dan oksigen di sekitar kertas.

Cahaya merupakan energi. Gelombang cahaya mendorong

komposisi kimiawi bahan-bahan organik, terutama cahaya ultra

violet (UV) dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat

paling merusak. Oleh karena itu, tingkat cahaya harus dijaga

34
Dureau J.M. Dasar-dasar pelestrian dan pengawetan bahan pustaka, Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 1990.h.26

30
serendah mungkin dalam ruangan penyimpanan, baca dan

pameran.35

2) Debu

Debu merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada bahan

pustaka. Debu sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi

pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan

pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya

selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan

ruangan perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk

bahan pustaka adalah vacum cleaner.36

3) Suhu dan kelembapan udara

Sebenarnya kekuatan kertas tidak akan berkurang oleh perubahan

suhu yang tidak begitu ekstrim seperti yang terjadi di Indonesia,

aslakan kandungan dalam kertas itu rendah. Karena Indonesia

merupakan negara tropis, yang kelembaban relatif tinggi pada

musium hujan. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam

kertas akan bertambah karena kertas bersifat higroskopis.

Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah

yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah. Jika kejadian itu

berlangsung berulang kali, menyebabkan struktur kertas menjadi

lemah karena putusnya rantai ikatan kimia pada polimer selulosa.

35
Dureau J.M. Dasar-dasar pelestrian dan pengawetan bahan pustaka, Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 1990.h10
36
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.44

31
d. Kerusakan karena pengaruh senyawa kimia

Kertas akan bersifat asam karena pengaruh asam yang berasal dari

berbagai sumber, antara lain:

1) Asam yang telah ada sejak kertas itu diprosuksi. Pada proses

pembuatan bubur kertas (pulp) biasanya menggunakan bahan

kimia untuk menghancurkan kayu dan memutihkan bubur kertas.

Bahan-bahan ini meningalkan ampas yang bersifat keras kadang-

kadang masih mengandung lignin (zat kayu) yang bersifat asam.

2) Asam kertas yang dihasilkan oleh reaksi fotokimia pada serat

selulosa oleh pengaruh sinar ultra violet. Asam yang diserap oleh

kertas dari lingkungannya seperti gas-gas pencemar udara, dari

perekat dan asam yang terdapat dalam karton atau kertas yang

digunakan untuk sampul.

e. Kerusakan pengaruh faktor lain

1) Kerusakan karena bencana alam

Bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, kehujanan,

kebakaran, kerusuhan, dan kesalahan dalam penanganan seperti

salah meletakkan buku, selama dalam pelaksanaan konservasi dan

restorasi merupakan sebab-sebab kerusakan bahan pustaka.37

Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa

37
Darmono. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2007.h.91-95

32
tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus

diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.38

2) Manusia

Terjadinya kerusakan bahan pustaka karena disebabkan beberapa

faktor. Pertama kita harus mengetahui apa saja yang menyebabkan

kerusakan pada bahan pustaka agar kerusakan tidak meluas.

Manusia merupakan makhluk yang dapat menyayangi bahan

pustaka namun disisi lain manusia juga bisa menjadi perusak buku

yang hebat. Kecerobohan yang dilakukan manusia dapat merusak

bahan pustaka. Contoh kecerobohan yang dapat merusak bahan

pustaka misalnya habis makan tidak mencuci tanagan terlebih

dahulu, menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang

dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda.39

D. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Pencegahan kerusakan pada bahan pustaka harus dilakukan dan

diberikan perhatian lebih guna menanggulangi kerusakan bahan pustaka baik

dalam bentuk fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Bila

tidak dilakukan pencegahan kerusakan pada bahan pustaka, maka umur bahan

pustaka tidak akan panjang dan tidak dapat dimanfaatkan oleh generasi

selanjutnya dengan baik. Bahan pustaka yang mendapatkan perhatian khusus

38
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.47
39
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.h.2.15

33
mengenai keadaan fisiknya akan senantiasa berumur panjang dan dapat

dimanfaatkan oleh banyak pemustaka.

Selain itu, bahan pustaka yang dirawat dan diperhatiakan keadaannya

dengan mencegah kerusakan pada fisiknya akan membuat pemustaka merasa

nyaman dalam memanfaatkan bahan pustaka tersebut. Usaha pelestarian

bahan pustaka dapat dibedakan atas dua jenis kegiatan, yaitu pencegahan

kerusakan koleksi dan perbaikannya. Tentu usaha pencegahan akan lebih

murah dibandingkan dengan perbaikan yang harus dilaksanakan bila

kerusakan telah terjadi.40 Tujuan pencegahan kerusakan bahan pustaka

diantaranya:

1. Menghindari dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh

serangga atau dirusak binatang pengerat.

2. Memperbaiki kerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit,

misalnya terkena jamur.

3. Menghindarkan koleksi dari penyakit maupun kerusakan lainnya.

4. Menjaga melestraikan fisik bahan pustaka.

5. Menjaga kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka.

6. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan

bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan.

7. Mendidik para pemustaka untuk berhati-hati dalam menggunakan buku,

serta ikut menjaga keselamatannya.

40
Blasius Sudarsono. Antologi kepustakawanab indonesia. Jakarta: Ikatan Pustakawan
Indonesia, 2006.h.318

34
8. Menghimbau semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemustaka

untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.41

E. Usaha Memperbaiki Bahan Pustaka yang Rusak

Bahan pustaka yang rusak harus segera diperbaiki agar kondisi fisik

maupun informasi yang terkandung di dalamnya dapat terselamatkan.

Beberapa usaha perbaikan bahan pustaka diantaranya:

1. Menambal dan Menyambung Kertas (Mending)

Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang berlubang

sehingga tampak utuh seperti semula. Sedangkan menyambung adalah

merekatkan bagian yang robek agar tidak menjadi bertambah lebar.42

Menambal dan menyambung kertas merupakan upaya dalam pelestarian

bahan pustaka. Kegiatan ini menyelamatkan bahan pustaka baik fisik

maupun informasi yang terkandung di dalamnya.

2. Laminasi

Laminasi adalah teknik memperkuat kertas atau dokumen melalui

pelapisan dua lembar tisu Jepang (Japanes tissue) pada permukaan kertas

atau dokumen.43 Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan tisu

khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses laminasi biasanya

digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki, dengan

41
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.68
42
Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.25
43
Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka.h.27

35
cara lain misalnya seperti melambal, menjilid, menyambung dan

sebagainya.44 Laminasi dilakukan dengan dua cara, yaitu laminansi

dengan menggunakan cara manual dan laminasi dengan menggunakan

mesin.

a. Laminasi secara manual

Laminasi ini dilakaukan secara manual sesuai dengan keahlian

petugas pelestarian bahan pustaka. Proses ini dilakukan dengan cara

melembabkan permukaan kertas menggunakan sprayer air dan kuas

secara manual. Kemudian kedua permukaan bahan pustaka diberi tisu

khusus (Japanes tissue) dan kedua permukaan tersebut direkatkan.

b. Laminasi menggunakan mesin

Laminasi ini dilakukan menggunakan mesin pemanas yang disebut

dengan laminators atau thermostatically. Kerja alat tersebut ialah

menekan secara kuat tisu yang sudah diberi perekat dengan

merekatkan kepada bahan pustaka. Laminasi dengan menggunakan

mesin ini memiliki resiko merusak kertas karena efek mesin

pemanasnya.

3. Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah suatu cara proses untuk menghilangkan pengaruh

asam yang ada pada kertas, baik karena pengaruh faktor yang berasal dari

dalam maupun dari luar. Perubahan yang nampak pada kertas adalah

perubahan menjadi kuning yang membuat kertas menjadi rapuh dan

44
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.111

36
akhirnya hancur.45 Deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan

pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada

kertas.46 Deasidifikasi merupakan cara pelestarian bahan pustaka dengan

menghilangkan asam pada kertas namun tidak dapat memperkuat kertas

yang sudah rapuh. Deasidifikasi memiliki tiga cara, diantaranya:

a. Desidifikasi Aqueous

Deasidifikasi ini disebut juga deasidifikasi basah kerena

menggunakan cairan. Cairan tersebut diantaranya:

1) Magnesium karbonat

2) Sodium dan potassium karbonat

3) Kalsium dan magnesium Hidrogsida

4) Sodium dan potassium Hydroksida

5) Sodium Tetraborate

b. Deasidifikasi Non-Aqueous

Deasidifikasi ini disebut juga deasidifikasi kering. Larutan yang

digunakan diantaranya:

1) Barium Hydroksida

2) Kalsium, barium, dan magnesium asetat

3) Magnesium methoxide

4) Methyl magnesium karbonat

45
Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.23
46
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuak,
1999.h.104

37
c. Deasidifikasi dalam bentuk gas

Deasidifikasi ini menggunakan zat diantaranya:

1) Anomia

2) Morpholine and uap air

3) Cyclohexylamine (CHC)

4) Zinc deithyl

4. Penjilidan

Penjilidan merupakan proses, cara menjilid bahan pustaka dengan tujuan

untuk melindungi koleksi dari kerusakan.47 Penjilidan sangat bermanfaat

bagi bahan pustaka yang rusak. Penjilidan harus dilakukan guna

menyelamatkan informasi yang terdapat di dalam bahan pustaka.

Penjilidan merupakan proses perbaikan bahan pustaka dengan

menggabungkan lembaran-lembaran kertas buku yang terlepas menjadi

satu lalu disatukan dengan membuat sampul agar menjadi sebuah buku

kembali.

Agar bahan pustaka yang telah melalui proses penjilidan tetap awet, maka

bahan yang digunakan untuk penjilidan haruslah bahan yang kuat dan

memiliki kualitas tinggi. Selain itu, teknik dalam melaksanakan penjilidan

harus benar-benar tepat agar pengerjaannya tidak terlihat asal-asalan

melainkan sesuai dengan prosedur dan memiliki kualitas yang baik.

Dengan demikian perlunya pendidikan khusus agar kegiatan ini berjalan

dengan baik.

47
Darmaji Ratmono. Pedoman Teknis Penjilidan Bahan Perpustakaan, Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2013.h.7

38
5. Fumigasi

Fumigasi ialah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara

mengasapi bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh, binatang mati, dan

perusak bahan pustaka lainnya terbunuh.48 Fumigasi menurut Sutarno NS

dalam Kamus perpustakaan dan Informasi menyatakan bahwa:

“Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk


mencegah kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan
dengan beberapa cara, seperti memberikan obat dengan
menyuntikkannya ke dalam tanah dibawah gedung, atau menaruh
di ruang perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa hari
agar serangga tersebut mati.”49

F. Enkapsulasi
Pelestarian bahan pustaka perlu dilakukan guna menyelamatkan hasil
karya pikir manusia. Banyak cara untuk melestarikan bahan pustaka, salah
satunya dengan enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi
kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur,
pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan menyimpan, dan
sebagainya.50 Enkapsulasi mirip halnya seperti menempatkan bahan pustaka
pada sebuah amplop yang terbuat dari plastik, akan tetapi amplop tersebut
bebas dari asam dan udara.
University Product the archivel company mengatakan bahwa:
“One of the safest, most effective means of protecting a document
from harm is through encapsulation. Encapsulation allows you to
view and handle a document without exposing it to hazardous
elements. The process involves the positioning of a flat document
between two pieces of polyester film that are then sealed on all
sides. There are a variety of clear plastic films on the market. Some
contain plasticizers or surface coatings that are inappropriate for
encapsulation. They can and will react with the items they come in

48
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.h.96
49
Sutarno NS. Kamus perpustakaan dan Informasi, Jakarta: Jala Permata, 2008.h.50
50
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.4.21

39
contact with, doing more harm than good. If you are planning to
encapsulate, be certain you are using Melinex or other brands
of polyester determined to be inert. The material you choose should
be free of plasticizers, or surface coatings of any kind.”51

Enkapsulasi adalah suatu cara untuk memperkuat kertas atau dokumen

yang berbentuk lembaran lepas agar terhindar dari kerusakan yang bersifat

fisik.52 Enkapsulasi merupakan bagian dari pelestarian bahan pustaka dengan

cara melindungi kertas dari kerusakan fisik, misalnya rapuh karena umur dan

melindungi kertas dari zat asam yang dapat merusak kertas.

Menurut Muhammadin Razak dalam buku Pelestraian bahan pustaka

dan arsip memberikan pengertian tentang enkapsulasi bahwa:

“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan


menggunakan bahan pelindung untuk menghindari dari kerusakan
yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena
pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimakan serangga,
kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti
menggulung atau melipat atau rusak karena selalu sering
mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik
dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan
menghabiskan waktu yang terlalu lama.”53

Tujuan dari enkapsulasi merupakan upaya melestarikan khazanah

budaya bangsa dan ilmu pengetahuan dengan teknik memperkuat bahan

pustaka yang sudah rapuh. Dengan cara memperkuat fisik bahan pustaka,

maka bahan pustaka tidak terlihat rapuh saat dipegang untuk dimanfaatkan

informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian bahan pustaka dengan

51
How-to Tips & Videos Encapsulation,
http://www.universityproducts.com/resources.php?m=how_to_detail&id=12 , diakses pada tanggal
28 Juli 2015 pukul 20.00
52
Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.29
53
Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.h.39

40
enkapsulasi memiliki tujuan untuk memperpanjang umur fisik dan informasi

yang terkandung di dalamnya.

Enkapsulasi dilakukan setelah menghilangkan keasaman pada bahan

pustaka yaitu setelah dideadisifikasi atau menghilangkan keasaman pada

bahan pustaka. Bahan pustaka yang rusak karena rapuh, pengaruh asam,

dimakan serangga, kesalahan dalam penyimpanan dan lain sebagainya, dapat

diselamatkan dengan menggunakan metode enkapsulasi. Selain itu, salah satu

tujuan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi merupakan upaya dalam

menjalankan undang-undang mengenai perpustakaan dan pelestarian bahan

pustaka.

Dalam hal ini, enkapsulasi mengacu pada Undang-undang

Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, Peraturan Kepala

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2001 tentang

organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24

tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007

tentang perpustakaan.

Jenis-jenis bahan pustaka yang dienkapsulasi merupakan bahan

pustaka yang bersifat fisik (kertas), diantaranya koran langka, naskah kuno,

peta, dan poster yang umumnya sudah mengalami kerusakan seperti rapuh

karena usia, penyebab keasaman, rusak karena dimakan serangga dan lain

41
sebagainya. Martoatmadjo menjelaskan mengenai bahan pustaka yang

dienkapsulasi bahwa:

“pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi adalah berupa


kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya
yang umumnya sudah rapuh.”54

Idealnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi dilakukan

pada bahan pustaka berbentuk lembaran seperti peta, gambar, surat kabar atau

dokumen berbentuk lembaran lainnya.55 Dalam melakukan enkapsulasi,

terlebih dahulu diketahui alat dan bahan dalam melaksanakan kegiatan

tersebut. Karmidi Martoatmodjo menjelaskan bahwa enkapsulasi dilakukan

dengan menggunakan dua lembar plastik transparan agar tulisan tetap terbaca

dari luar. Selain itu enkapsulasi membutuhkan double side tape untuk

merekatkan pinggiran plastik tersebut agar bahan pustaka tidak terlepas.56

Sedangkan menurut Muhammad Razak peralatan dan bahan yang

diperlukan dalam pelaksanaan enkapsulasi ialah gunting, alas dari plastik

tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk

mempermudah pekerjaan, sikat halus, film plastik polyester, pisau, pemotong

(cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan

lembaran kaca.57 Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan

enkapsulasi diantaranya:

54
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.h.113
55
Made Ayu Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.29
56
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.h.113
57
Muhammad Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional

42
1. Plastik Polyethlylane/Poliester. Plastik tersebut merupakan plastik yang

bebas asam contohnya mylar. Ukuran plastik tersebut lebih besar dari

bahan pustaka berupa lembaran kertas sebanyak dua lembar.

2. Double side tape, perekat ini merupakan perekat yang bebas asam

contohnya 3M. Lebar duble side tape tersebut yaitu 5mm.

3. Pemberat

4. Cutter

5. Cutter mat58

Setelah mengetahui alat dan bahan dalam melakukan enkapsulasi,

selanjutnya yang perlu diketahui dalam melakukan enkapsulasi ialah

mengenai teknik melakukan enkapsulasi. Karmidi Martoatmodjo

menerangkan bahwa idealnya enkapsulasi dilakukan dengan cara mengapit

bahan pustaka berupa lembaran dengan plastik transparan. Lembaran bahan

pustaka tersebut diletakkan di antara dua lembar plastik transparan tersebut,

jadi tulisan tetap dapat dibaca dari luar. Selanjutnya, pinggiran plastik

transparan tersebut ditempeli double side tape yang berguna mengeratkan

kedua sisi plastik tersebut. Dengan demikian bahan pustaka tidak terlepas.59

Karmidi Martoatmodjo menerangkan mengenai cara melaksanakan

enkapsulasi bahwa:

“Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa lembaran


kertas seperti naskah kuno, peta, poster, yang umumnya sudah

RI, 1998. h. 56
58
Made Ayu Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.137
59
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.h.113

43
rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara
menepatkannya di antara dua lembar plastik transparan.”60

Enkapsulasi merupakan cara untuk melindungi bahan pustaka dari

kerusakan. pada proses enkapsulasi setiap lembar kertas atau dokumen

dilindungi dengan plastik bebas asam. Cara yang dilakukan dalam melakukan

proses enkapsulasi ialah dengan mengapit lembaran kertas atau dokumen di

antara dua plastik dan pada bagian pinggirnya direkatkan dengan

mengguanakan double side tape. Cara kerja dalam melaksanakan enkapsulasi

diantaranya:

1. Letakkan mylar di atas meja, lalu bersihkan dengan lap bersih jika ada

bagian yang kotor.

2. Letakkan kertas dokumen di atas mylar dengan posisi ada di tengah-tengah

plastik.

3. Letakkan pemberat di atas dokumen.

4. Tempelkan double side tape yang bebas asam di atas mylar pada garis

lurus pinggir dokumen dan letaknya berjarak 2-3 mm dari pinggir

dokumen sehingga double side tape yang bebas asam tersebut tidak

bersentuhan dengan kertas dokumen.

5. Lebuhkan double side tape yang bebas asam sekitar 5 mm dari garis lurus

dokumen kertas.

6. Potong double side tipe yang bebas asam dengan cutter.

60
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010

44
7. Lakukan penempelan double side tape yang bebas asam dengan cara yang

sama pada ketiga sisi lainnya dari kertas dokumen.

8. Setelah penempelan double side tape yang bebas asam di atas mylar

selesai, sisihkan pemberat.

9. Letakkan selembar mylar lagi di atas kertas dokumen.

10. Letakkan kembali pemberat di atas mylar.

11. Cungkil kedua kertas double side tape yang bebas asam dengan cutter.

12. Lepaskan sedikit kertas double side tape.

13. Rekatkan kedua sisi mylar dengan double side tape.

14. Lakukan hal yang sama pada ujung diagonal kertas dokumen tersebut.

15. Setelah kedua ujung tersebut menempel, kemudian tarik sisa kertas double

side tape sehingga semua kertas double side tape lepas dan kedua lembar

mylar menempel pada double side tape.

16. Lakukan hal yang sama pada ketiga kertas double side tape.

17. Gosok permukaan mylar yang ditempel double side tape supaya double

side tape menempel kuat pada mylar.

18. Letakkan penggaris 2-3 mm dari pinggir double side tape, kemudian

rapihkan pinggiran mylar dengan memotong mylar yang berlebih.

19. Lakukan pada keempat pinggir mylar.

20. Diakhiri dengan merapihkan bahan pustaka yang telah dienkapsulasi.61

Menurut penulis, enkapsulasi merupakan salah satu cara preservasi

bahan pustaka dengan cara menempatkan lembaran bahan pustaka di antara

61
Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.137-145

45
dua plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang

atau digunakan dengan tujuan melindungi bahan pustaka dari zat asam, debu

dan pollutant. Dengan dienkapsulasi bahan pustaka akan selalu dalam ke

adaan baik, karena bahan pustaka terlindungi oleh plastik bebas asam. Jika

bahan pustaka tersebut ingin digunakan atau dimanfaatkan untuk hal-hal

tertentu, maka bahan pustaka yang telah dienkapsulasi dapat diambil secara

utuh dengan cara memotong plastik pelindung bebas asam pada bagian tepi

salah satu sisi bahan pustaka yang telah dilindungi oleh plastik bebas asam.

Kelebihan enkapsulasi bahan pustaka ialah bahan pustaka tidak

menempel seperti halnya laminasi, sehingga kalau bahan pustaka diperlukan,

bahan pustaka bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi

plastik pelindungnya. Ijazah atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik

dienkapsulasi, karena suatu saat dokumen tersebut ingin dipergunakan aslinya,

makan dokumen tersebut bisa dipergunakan aslinya secara utuh dengan cara

memotong pinggir mylar pada enkapsulasi. Yang penting harus diperhatikan

dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah bahwa kertas harus bersih, kering, dan

bebas asam (sudah dideasidifikasi).62

G. Penelitian Terdahulu

Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis

melakukan tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang

ada di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarata dan

62
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.h.113

46
perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis menemukan ada

beberapa skripsi yang membahas tema serupa, yaitu:

1. “Pelaksanaan Fumigasi pada Perpustakan Nasional Republik Indonesia

sebagai upaya pelestarian bahan pustaka”, yang disusun oleh Zulfachri

Tribuana Said / 108025000009 Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan

Ilmu Perpustakaan, tahun 2012. Skripsi tersebut membahas mengenai

pelaksanaan fumigasi yang dilakukan oleh perpustakaan Nasional

Republik Indonesia. Tujuan dari skripsi ini adalah : Untuk mengetahui

kebijakan pelaksanaan kegiatan fumigasi di PNRI. Untuk mengetahui

teknik pelaksanaan kegiatan fumigasi di PNRI. Untuk mengetahui

bahan fumigant yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi

di PNRI. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam

kegiatan fumigasi di PNRI.

2. “Pelestarian bahan koleksi buku langka di perpustakaan kementrian

pekerjaan umum”, yang disusun oleh Ahmad Nawai / 106025001044

Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu perpustakaan. Skripsi

tersebut membahas tentang pelestarian bahan koleksi langka di

Perpustakaan Kementrian Umum. mengetahui apa saja faktor-faktor

penyebab kerusakan koleksi buku langka. Mengetahui teknik

pelestarian buku langka yang dilakukan di perpustakaan kementrian

pekerjaan umum. Mengetahui kendala apa saja yang di hadapi dalam

melakukan pelestarian koleksi buku langka.

47
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang membahas

mengenai pelestarian bahan pustaka. Penelitian yang dibahas oleh saudara

Zulfachri Tribuana Said membahas mengenai pelestarian bahan pustaka

dengan menggunakan metode fumigasi. Penelitian tersebut dilakukan pada

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh saudara Ahmad Nawai membahas mengenai pelestarian

bahan pustaka langka. Penelitian tersebut dilakukan pada Perpustakaan

Kementrian Umum. Keduanya sama-sama membahas pelestarian bahan

pustaka.

Perbedaan penelitian yang penulis teliti yaitu mengenai subjek

penelitian. Penelitian terdahulu membahas mengenai fumigasi dan koleksi

langka. Sedangkan penulis membahas mengenai enkapsulasi bahan

pustaka. Kesamaan penelitian penulis terhadap penelitian terdahulu yaitu

saudara Zulfachri Tribuana Said yaitu terletak pada tempat penelitian yaitu

pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Namun kesamaan

keduanya yaitu membahas mengenai pelestarian bahan pustaka dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Sehubungan dengan penelitian ini, Inggris dan Amerika merupakan

negara yang memiliki banyak topik mengenai pembahasan pelestarian

bahan pustaka. Pelestarian dan pengawetan serta pemeliharaan bahan

pustaka di Inggris sangat maju. Selain itu, perhatian untuk menjaga bahan

pustaka sangat tinggi. Misalnya saja perhatian terhadap tinta yang ada

48
dibuku. Salah satu bab dari buku Languell membicarakan tentang “tinta”.

Dikatakan bahwa:

“tinta memiliki pengaruh besar dalam hal pengawetan dan


pemeliharaan bahan pustaka. Sebab bahan untuk membuat tinta
campuran dari besi belerang dengan “oak-gall”, cepat meresap ke
dalam kertas dengan suatu tendensi untuk menyebar.”63

Keadaan pelestarian bahan pustaka di Amerika Serikat terlihat

lebih maju, karena negara tersebut memiliki perpustakaan-perpustakaan

yang bergerak dalam bidang pelestarian bahan pustaka. The Libray of

Conggress merupakan salah satu pelopor yang gigih dalam mengadakan

pemeliharaan dan pengawetan bahan pustaka. Selain itu perpustakaan-

perpustakaan lain yang ada di negara tersebut juga ikut menyusul dalam

bidang pelestarian bahan pustaka. The New York Public Library,

Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, The Newbery

Public Library di Chicago, serta masih banyak perpustakaan lainnya.64

Sehubungan dengan pembahasan tersebut, perpustakaan di

Indonesia juga melakukan pelestarian bahan pustaka. Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melakukan

pelestarian bahan pustaka. Sedangkan yang melaksanakan pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi diantaranya Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), museum

Bung Karno dan Bung Hatta (mengenkapsulasi mata uang kertas).

63
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1999.h.216
64
Karmidi. Materi Pelestarian Bahan Pustaka.h.244

49
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian Deskriptif

Dalam penelitian, penulis menggunakan penelitian kualitatif

deskriptif sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor dalam buku Metode

Penelitian Kualitatif yang dibuat oleh Lexy J. Moleong, metode penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data – data

deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan

perilaku yang diamati.65 Dalam hal ini, Uhur Suharsaputra menjelaskan

bahwa:

“Penelitian kualitatif atau naturalistic inquary adalah prosedur


penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati,
demikianlah pendapat Bogdan dan Guba, sementara itu Krik dan
Mliller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.”66

Penelitian kualitatif pada akhirnya menghasilkan sebuah data. Data

kualitatif merupakan data yang berbentuk seperti kalimat, foto-foto,

65
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:: Remaja Rosdakarya,
2001. h. 3
66
Uhar Suharsaputra. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung:
PT Refika Aditama, 2012.h.181

50
rekaman suara, dan gambar.67 Sedangkan pengertian deskriptif menurut

Mohammad Nazir menjelaskan bahwa:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status


sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”68

Menurut Erickson dalam Susan Stainback (2003), metode

penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut

berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi

di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.69

Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang memberikan

gambaran mengenai suatu keadaan secara jelas tanpa ada perlakuan

terhadap obyek yang diteliti.70 Penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu hal atau keadaan

seperti apa adanya.71

2. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mewawancarai seorang Informan. Informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian72. Penentuan Informan ditentukan dengan mencari tahu

67
Prasetya Irawan. Logika dan prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.h.86
68
Mohammad Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghakia Indonesia, 2009.h.54
69
Sugiyono. Memahami Penelitia Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012.h. 10.
70
Ronny Kountur. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM,
2003.h.105
71
Prasetya Irawan. Logika dan prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.h.60
72
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001. h.90

51
pihak yang paling memahami objek penelitian. Penelitian ini, penulis

menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, yakni sumber data

dianggap yang paling tahu tentang apa yang diharapkan sehingga

mempermudah peneliti dalam menjelajahi objek atau situasi sosial yang

akan diteliti.73

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data yang diambil secara

langsung, tanpa perantara melainkan langsung dari sumbernya.74 Sumber

data primer merupakan sumber data yang didapat dari sumber pertama,

seperti hasil wawancara, penelitian atau observasi melakukan sendiri

observasi di lapangan maupun di laboratorium.75 Sumber data primer

merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Untuk mengambil data primer ini, penulis melakukan

pengamatan di lapangan serta wawancara kepada petugas pada bagian

preservasi yang berada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

73
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2008.h.219
74
Prasetya Irawan. Logika dan prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.h.86
75
Ipah Farihah. Buku Panduna Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN
Press, 2006.45

52
2. Sumber Data Sekunder

Sumber data skunder merupakan sumber data yang diambil secara tidak

langsung dari sumbernya. Data sekunder dapat diambil dari dokumen-

dokumen seperti halnya laporan, karya tulis orang lain, koran, majalah dan

lain sebagainya. Selain itu seseorang yang mendapatkan informasi dari

orang lain. Orang lain tersebut yang merupakan sumber data primer,

sedangkan seseorang yang mendapatkan informasi dari orang lain tersebut

merupakan sumber data sekunder.76 Sumber data sekunder merupakan

sumber data yang diperoleh melalui hasil dari pihak lain atau data primer

yang telah diolah oleh pihak lain, umumnya disajikan dalam bentuk tabel

atau grafik.77 Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui

orang lain, literatur-literatur, undang-undang dan lain sebagainya.

C. Pemilihan Informan

Sesuai dengan penelitian ini, penulis melakukan pemilihan informan

untuk mendapatkan informasi atau sumber data yang benar-benar akurat.

Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian.78 Penulis mencari informan yang

benar-benar mengerti tentang pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi

di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemilihan informan tersebut

76
Prasetya Irawan. Logika dan prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.h.87
77
Ipah Farihah. Buku Panduna Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN
Press, 2006.45
78
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN, 1999.h.86

53
berawal dari observasi pertama penulis saat melaksanakan praktek kerja

lapangan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada akhir semester 6.

Penulis melakukan observasi ke dua pada tanggal 10 februari 2015 di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selanjutnya penulis melakukan

wawancara terhadap informan pada Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tanggal 16 juni 2015 dengan

mewawancarai 3 informan. Berikut ini profil informan yang penulis

wawancarai antara lain:

1. Nama : Made Ayu Wirayati, MIkom

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : S1 UNAS, S2 UNPAD

Jabatan : Kepala SUB. Bidang Perawatan dan Perbaikan

Bahan Pustaka

NIP : 196706101993032001

2. Nama : Ellis Sekar Ayu, SPd

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : S1 IKIP Jakarta

Jabatan : Staff SUB. Bidang Perawatan dan Perbaikan

Bahan Pustaka

NIP : 197112281999032001

3. Nama : Cecep Nurjanjati, S.sos

54
Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1 Ilmu Sosial Universitas Diponegoro

Jabatan : Staff SUB. Bidang Perawatan dan Perbaikan

Bahan Pustaka

NIP : 19690326198900011001

Menurut penulis, petugas yang ada diruangan Sub. Bidang Perawatan

dan Perbaikan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan orang

yang tepat, karena mereka adalah petugas yang melaksanakan atau

mempraktekan mengenai pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi dan

dirasa mereka merupakan informan yang tepat. Selain itu, informan tersebut

dapat memberikan bimbingan teknis tentang enkapsulasi.

Dengan demikian, penulis menetapkan petugas-petugas tersebut untuk

menjadi informan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini digunakan

prosedur pemilihan informan secara purposive sampling. Purposive sampling

adalah metode pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang

dianggap relevan atau dapat mewakili objek yang akan diteliti.79 Dalam

penggunaan purposive sampling ini, peneliti memilih sampel yang benar-

benar punya pengaruh terhadap topik yang dijadikan penelitian, dengan

pertimbangan tertentu.

Pertimbangan itu misalnya orang tersebut yang dianggap benar-benar

tahu dan mengerti tentang apa yang kita harapkan atau orang tersebut

79
Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.h.172

55
merupakan pejabat atau petugas lapangan yang bener-benar mengerti

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajah objek atau situasi yang akan

diteliti.

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel

dengan pertimbangan tertentu yang dianggap relevan atau dapat mewakili

objek yang akan diteliti. Dalam penggunaan pengambilan sampling ini,

peneliti memilih sampel yang benar-benar berpengaruh terhadap topik yang

dijadikan penelitian, karena keterbatasan informasi yang diperlukan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, tidak mengharuskan

berapa jumlah minimal Informan. Bila jumlah Informan dianggap sudah

cukup representatif untuk hasil penelitian. Jadi, penelitian ini menekankan

pada informan dan kriterianya, sehingga nantinya kedalaman informasi yang

akan didapat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus

tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan berdasarkan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara yang diubah menjadi

tulisan. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan informasi

dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

56
1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.80 Peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada informan, lalu dijawab oleh

pemberi data dengan bebas terbuka. Jenis wawancara ini merupakan

wawancara terpimpin, dimana pertanyaan yang diajukan berdasarkan

pertanyaan yang telah disusun oleh penulis.81

2. Observasi

Observasi merupakan metode penelitian yang pengambilan datanya

bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.82

Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan

aktifitas–aktifitas yang tengah berlangsung. Kemudian hasil dari observasi

tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal–

hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.

3. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan penelitian yang datanya diambil

terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel,

laporan dan sebagainya).83 Kajian pustaka adalah pengidentifikasian

80
Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.h.135
81
Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabet, 2010.h.102
82
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA – LAN Press., 1999. h. 63
83
Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian.h. 65

57
secara sistematis, penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat

informasi yang berkaitan dengan penelitian.84

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kaulitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber

dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan dilakukan secara terus

menerus, dengan pengamatan secara terus menerus dan menghasilkan variasi

data yang tinggi. Dengan demikin, analisis data merupakan proses mencari

dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan dokumen, dengan cara mengelompokkan data ke dalam

kategori, menjelaskan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri maupun oran lain.85

Data akan dianalisis melalui tiga tahapan yaitu :

1. Reduksi Data

Menurut Miles dan Suhardi, reduksi data merupakan proses

pemililihan data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang mucul dari catatan-catatan

lapangan.86 Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara dan

kajian pustaka dicatat secara rinci, lalu mengelompokkan atau memilah–

milah dan memfokuskan pada hal penting yang terkait dengan penelitian.

84
Consuelo G. Svila, [et.all]; penerjemah, Alimudin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian,
Jakarta: UI Press, 1993.h.31
85
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012.h.87
86
Suhadi, Bab 7 Pengolahan Data Kualitatif, artikel diakses pada tanggal 2 Agustus 2015
dari http://www.scribd.com/doc/24844905/Bab-7-Pengolahan-Data-Kualitatif, h.56

58
Observasi merupakan metode penelitian yang pengambilan datanya

bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian.87 Penulis

melakukan penelitian dengan mengamati kejadian atau fenomena yang

terkait deng pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Penulis melakukan pengamatan dengan

tujuan mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai kegiatan

enkapsulasi, selanjutnya hasil pengamatan tersebut menghasilkan deskripsi

atau gambaran yang akan dicatat secara lengkap yang diikuti dengan

keterangan tempat, tanggal dan waktu.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara terhadap informan yang

telah ditentukan sehubungan dengan penelitian yang penulis lakukan.

Wawancara tersebut dilakukan dengan maksud untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang penulis telah susun. Selanjutnya pertanyaan-

pertanyaan tersebut diajukan guna menjawab rumusan masalah yang

terkait dengan penelitian ini.

Setelah melakukan observasi dan wawancara, penulis melakukan

kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan penelitian atau pengambilan

data yang berasal dari kepustakaan, seperti buku, artikel, dokumen dan lain

sebagainya. Kajian pustaka dilakukan dengan maksud mengidentifikasi

secara sistematis penemuan atau dokumen yang sesuai dengan penelitian.

Selanjutnya penulis melakukan memilih, mengelompokkan, dan

memfokuskan hal-hal yang terkait dengan penelitian guna memperjelas

87
Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA – LAN Press., 1999. h. 63

59
arah dan hasil penelitian yang penulis teliti. Dengan demikian data yang

didapat bisa memberikan gambaran yang jelas.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, langkah selanjutnya ialah penulis

melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif. Menurut Miles

dalam Suhadi penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan

kolom sebuah matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta

bentuk data yang dimasukkan kedalam kotak-kotak matriks.

Peyajian data dalam bentuk uraian yang bersifat naratif, bagan,

hubungan antar katagori, diagram alur, dan lain jenisnya. Penyajian dalam

bentuk-bentuk tersebut yang akan memudahkan penulis memahami apa

yang terjadi dalam penelitian. Penulis menjelaskan dan melakukan

penyajian data dengan menyusun satuan-satuan data kemudian

dikatagorikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif tentang data yang

telah diperoleh.

3. Penarikan Kesimpulan

Data–data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif,

kemudian penulis membuatkan kesimpulan. Kesimpulan awal yang akan

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan tanda-tanda atau bukti-bukti yang kuat untuk melakukan

pengumpulan data berikutnya. Selanjutnya apabila yang dikemukakan

pada tahap awal memiliki tanda-tnada atau bukti-bukti yang kuat dan

60
konsisten, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang credibel.

Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

setelah diteliti menjadi jelas.

61
F. Jadwal Penelitian

Tabel 1.
Jadwal Pembuatan Skripsi Dan Penelitian

Tahun 2015
Jenis Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept
No.
Kegiatan emb
er
1. Penyerahan
Proposal
Skripsi dan
Dosen
Pembimbing
2. Pelaksanaan
Bimbingan
Skrispi
3. Pengumpula
n Literatur
Mengenai
Skripsi
4. Melakukan
Wawancara
dengan
Informan
5. Analisis Data
6. Penyerahan
Laporan
Skripsi
7. Sidang
Skripsi

62
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didirikan pada tanggal

17 Mei 1980, melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudyaan No.

0164/0/1980, dengan status sebagai salah satu UPT dari Ditjen

Kebudayaan, Departemen pendidikan dan kebudayaan. Pendirian

Perpustakaan Nasional merupakan gabungan dari empat perpustakaan

yang telah ada sebelumnya. Yaitu Perpustakaan Museum Nasional

(semula Bataviaasch Genootschap van Kunsten Wetenschapen) pada

tanggal 24 April 1778, Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, (semula

Perpustakaan Sticusa), Kantor Bibliografi Nasional, dan Perpustakaan

Wilayah (Negara) Jakarta.

Walaupun secara resmi PNRI berdiri di pertengahan tahun 1980,

namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada

Januari 1981 sampai dengan tahun 1987. PNRI masih berlokasi di tiga

tempat terpisah, yaitu Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl.

Merdeka Selatan No.11 (Perpustakaan PSP), dan Jl. Imam Bonjol No. 1

(Museum Naskah Proklamasi). Kepala PNRI pada saat itu adalah Mastini

Hardjoprakoso, MLS.

63
Dengan selesainya pembangunan dan renovasi sebagian gedung di

Jl. Salemba Raya No. 28 A, pada awal 1987 pimpinan dan staf dari tiga

bidang (kecuali bidang koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru

ini menyatakan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya

terpencar di beberapa tempat di Jakarta.

Pada tahun 1989, status PNRI berubah menjadi lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND), melalui keputusan Presiden RI No.

11 Tahun 1989. Dengan keputusan Presiden ini, PNRI menjadi lembaga

yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Implikasi dari perubahan status ini, antara lain adalah Perpustakaan

Wilayah yang semula di bawah pusat pembinaan perpustakaan, berubah

menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sejak

saat itu, pembinaan dan pengembangan kegiatan perpustakaan di daerah-

daerah di seluruh Indonesia merupakan bagian dari tugas dan

kewenangannya di bidang perpustakaan.

Selanjutnya, pada tahun 2007 undang-undang no. 43 tahun 2007

tentang perpustakaan ditetapkan, yang lebih memperkuat status dan

kedudukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia secara hukum.

Keberadaan Kepres nomor 11 Tahun 1989 dinilai kurang efektif lagi,

terutama bila dikaitkan dengan telah diberlakukannya undang-undang no.

32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Kebijakan otonomi daerah

dianggap telah mengakibatkan ketidak jelasan kewenangan pusat dan

daerah dalam bidang perpustakaan.

64
Undang-undang no. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan memberi

definisi perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya

cetak, dan atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku

guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi

dan rekreasi, para pemustaka (pengguna perpustakaan). Sementara itu,

masih menurut undang-undang perpustakaan menyebut Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia sebagai Lembaga Pemerintah Non

Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam

bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan rujukan,

perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian,

dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.88

Pada tahun, 1970, dalam konferensi umumnya yang ke 16,

UNESCO mengeluarkan Recommendations Concerning the International

Standarizations of Library Statistic yang memuat definisi Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia sebagai berikut:

“Nasional libraries: which, irrespective of their title, are


responsible for aquaring and conservationing copies of all
significant publications published in the country and functioning as
a ‘deposit’ library, either by law or under other arragements. They
will also normally perfom some of the following functions:
produce a nasional bibliography’ hold and keep up to date a large
and reprsentative collection of foreign literature including books
about the country; act as a national bibliographical information
center, compile union catalogues; publiac the retrospective national

88
Sulistyo Basuki. Sejarah Perpustakaan Nasional RI Sebuah Kajian, Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2008.h.1.4

65
bibliography. Libraries which my be called ‘national’ definition
should not be placed in the ‘national libraries’ category”89

2. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Dalam implementasi tugas dan fungsinya, Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia tentu saja membuat visi dan misi agar berjalan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku. Visi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia yaitu: “Terdepan dalam informasi pustaka, menuju

Indonesia gemar membaca.”

Sedangkan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu :

a. Mengembangkan koleksi perpustakaan di seluruh Indonesia.

b. Mengembangkan layanan informasi perpustakaan berbasis teknologi

informasi dan komunikasi (TIK).

c. Mengembangkan infrastruktur melalu penyediaan sarana dan

prasarana serta kompetinsi Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Struktur Organisasi

Berdasarkan Keppres no. 103 tahun 2001 tentang kedudukan,

tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga

pemerintah non departeman, dan sk kepala Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia no. 3 tahun 2001 tentang organsisasi dan tata kerja

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan peraturan kepala

89
IFLA, Recommendations Concerning the International Standarizations of Library
Statistics, diakses pada tanggal 2 Agustus 2015 dari http://portal.unesco.org/en/ev.php-
URL_ID=13086&URL_SECTION=201.html

66
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no. 1 tahun 2012 tentang

perubahan atas keputusan kepala Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia no. 3 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia.

Berikut ini merupakan struktur organisasi pusat preservasi bahan

pusataka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia :

Pusat Preservasi
Bahan Pustaka

Bidang Konservasi Bidang Reprografi Bidang Transformasi

Sub. Bidang
Perawatan dan
Sub. Bidang Mikrofilm
Perbaikan Bahan
Pustaka

Sub. Bidang Teknis


Sub. Reproduksi
Penjilidan Bahan
Bahan Pustaka
Pustaka

Gambar 1.
Struktur organisasi pusat preservasi

4. Koleksi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki banyak

koleksi guna memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya. Jenis koleksi

67
bahan pustaka yang dilayankan oleh Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia yaitu antara lain:

a. Koleksi Buku (Monograf)

Koleksi buku mempunyai pelayanan bahan pustaka dan

referensi (rujukan) kepada pemustaka, baik untuk anggota maupun

pengunjung perpustakaan biasa (non anggota). Koleksi buku atau

monograf mencakup terbitan tahun 1556 sampai yang paling

mutakhir, yaitu terdiri atas buku-buku teks, laporan penelitian,

skripsi, tesis, dan buku rujukan.

Koleksi buku (monograf) di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia ini dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam koleksi

monograf terdiri dari:

1) Koleksi buku tentang Presiden Soekarno, yaitu mencakup

biografi, antobiografi dan kumpulan pidato.

2) Koleksi buku langka. Pada awalnya merupakan koleksi

perpustakaan Museum Nasional. Buku-buku ini mencakup

terbitan zaman kolonial sejak tahun 1556-1985.

3) Koleksi varia (lembaran) berupa ilustrasi yang terdapat pada

lembaran-lembaran lepas yang terkumpul dalam portepel dan

kotak karton, terdiri dari: surat kabar, gambar, peta, piagam,

lukisan, asli dan naskah.

4) Koleksi terlarang yaitu, bahan pustaka yang memuat

paham/ideologi yang dilarang pada zaman pemerintahan orde

68
baru, seperti komunisme. Koleksi deposit tahun 1924-1989,

terdiri atas terbitan Indonesia pada masa itu.

Berikut ini adalah jumlah koleksi buku (monograf) di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia :

Tabel 2.
Koleksi Buku Monograf

Kelas Judul Eksemplar

000 453 1332

100 740 2212

200 3064 10.276

300 3003 8168

400 358 1153

500 551 1452

600 2695 8354

700 1804 5814

800 3061 7827

900 761 1770

Referensi 458 939

Jumlah 16.948 42.295

b. Koleksi Surat Kabar

Koleksi surat kabar terjilid yang dimiliki Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia, terdiri atas terbitan masa kolonial

69
Belanda, zaman pendudukan Jepang, masa awal kemerdekaan,

periode 1950-an sampai dengan terbitan tiga tahun lalu.

Tersedia lebih dari 1000 judul koleksi surat kabar terjilid,

terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa

daerah, bahasa asing seperti Bahasa Belanda, Inggris, Perancis,

Arab, Cina, dan Jepang. Selain terbitan LKBN antara, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia memiliki surat kabar tua terbitan tahun

1812 yang merupakan koleksi unggulan Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia.

c. Koleksi Majalah

Meliputi terbitan sebelum perang dunia II, zaman

pendudukan Jepang, periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan

tiga tahun terakhir. Majalah tertua Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia terbit tahun 1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan

majalah dalam negeri berbahasa Indonesia tahun 1903.

d. Koleksi Kliping

Koleksi kliping ini mencakup kumpulan guntingan berita dan

artikel berbagai surat kabar khususnya terbitan tiga tahun terakhir

tentang berbagai subjek.

b. Koleksi Peta

Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai

dengan sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang

diterbitkan tahun 1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta

70
topografi, geologi, kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan

sejarah. Media yang digunakan berupa kain, kertas, dan plastik.

c. Koleksi lukisan

Untuk koleksi lukisan sebagaian besar merupakan reproduksi

lukisan arkeologi Indonesia seperti candi, patung, keris, dan

sebagainya. Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The

British Library kepada Perpustakaa Nasional Republik Indonesia

pada tahun 1995 yang aslinya masih disimpan di sana. Koleksi

lukisan unggulan lainnya adalah karya pelukis berkebangsaan

Belanda dimasa kolonial yang bernama Johannes Rach.

d. Koleksi Audio Visual

Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar,

yang terdiri atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang

berisi tentang film dokumenter seni serta berbagai koleksi PNRI

dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital.

e. Koleksi Manuskrip/Naskah Nusantara

Koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil

pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Cohen, Von de

Wall, Van der Tuuk dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah

koleksi naskah sekitar ± 10000 judul. Koleksi ini berusia ± 100

tahun, dan yang sudah dialih media ke bentuk mikrofilm sekitar ±

80% dari jumlah koleksi. Dan yang dialih media dalam bentuk

layanan digital baru sekitar 300-an judul naskah.

71
Berikut ini adalah jumlah koleksi Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia berdasarkan jenis bahan pustaka :

Tabel 3.
Jumlah Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jenis Bahan Pustaka Judul Eksemplar

Visual 51 212

Buku 15.508 44.259

Suara 1.908 3.956

Rekam Video 291 868

Jumlah 16.948 49.295

Gambar 2.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

72
B. Hasil Penelitian

Pada bab ini selain menjelaskan profil objek penelitian, penulis akan

memaparkan mengenai hasil obeservasi dan wawancara terhadap pelaksanaan

kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia yang mencangkup mengenai kebijakan,

prosedur, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia.

Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi merupakan upaya

penyelamatan khazanah pemikiran manusia. Upaya pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

mencakup dua aspek mendasar yaitu menyelamatkan isi yang terkandung

pada suatu bahan pustaka dan memperkuat bahan pustaka itu sendiri.

Untuk memperoleh informasi yang akurat, maka penulis melakukan

wawancara terhadap informan yang ada di ruangan Sub. Bidang Perawatan

dan Perbaikan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Hasil wawancara terhadap informan-informan tersebut, selanjutnya akan

dijabarkan mengenai kebijakan, prosedur, dan kendala Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi.

73
1. Kebijakan Enkapsulasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Dalam Melaksanakan Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan

Enkapsulasi

Dalam hal ini, undang-undang No. 4 tahun 1990 tentang Serah

Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam merupakan acuan bagi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam pelaksanaan pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi. Selain itu undang-undang no. 43 tahun

2007 tentang perpustakaan juga menjadi landasan pelestarian bahan

pustaka dengan enkapsulasi yang diikuti dengan peraturan Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia no. 3 tentang organisasi dan tata kerja

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Dari hasil wawancara kepada informan (MAW) Selaku Kepala

Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, yang dilakukan

pada tanggal 16 juni 2015, mengatakan bahwa:

“Kebijakan mengenai enkapsulasi, belum ada kebijakan tertulis.


Pelestaraian bahan pustaka belum memiliki kebijakan tertulis.
Hanya ada penjelasan berupa lembar draf. Isinya tidak teknis
sekali, ini kan hanya menjelaskan secara umum, kita belum
membuat kebijakan enkapsulasi/laminasi seperti apa, itu belum
ada.”90

Selain itu, penulis mewawancarai informan (ESA), mengatakan

bahwa:

“Tidak ada undang-undang khusus, hanya menggunakan undang-


undang no 4 tahun 1990 sama no 43 tentang perpustakaan, selain
itu peraturan perpusnas no 3 sebagai landasan dasar hukum.”91

90
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00
91
Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30

74
Artinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum

memiliki kebijakan tertulis secara khusus untuk melaksanakan

enkapsulasi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan

enkapsulasi dengan landasan yang dijelaskan di dalam draf tentang

pelestarian bahan pustaka secara umum yang disusun oleh pihak

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Isi di dalamnya menjelaskan

mengenai kewajiban Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk

melaksanakan pelestarian bahan pustaka secara umum saja. Landasan

yang tertera di dalam draf tersebut mengenai pelestarian bahan pustaka

diantaranya:

a. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1990 tentang Serah

Terima Karya Cetak Karya Rekam pasal 1 (ayat 5,6).

b. Undang-undang Republik Indonesia No 43 Tahun 2007 tentang

perpustakaan.

c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota.

d. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 tentang Undang-undang No.

43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan

e. Standar Nasional Perpustakaan

Menurut penulis, meskipun undang-undang mengenai pelestarian

bahan pustaka hanya dijelaskan secara umum, namun landasan tersebut

cukup kuat dari segi relugasinya. Untuk kedepannya seiring berjalannya

75
waktu, pihak Perpustakaan Nasioanl Republik Indonesia membuat

kebijakan tertulis khusus mengenai enkapsulasi. Hal ini tersebut terkait

dengan pengertian bahan pustaka menurut International Federation of

Library Assosiation Informan (IFLA) yaitu mencakup semua aspek usaha

melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk di dalamnya kebijakan,

pengolahan, keuangan, metode dan teknik penyimpanan.92 Tujuannya

ialah agar pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia lebih terarah. Dengan adanya kebijakan tertulis pelestarian

bahan pustaka, jika ada pergantian SDM pada Sub. Bidang Perawatan dan

Perbaikan Bahan Pustaka, maka SDM baru tersebut dapat mempelajari

dari kebijakan tertulis tersebut. (MAW) mengutarakan penjelasannya,

bahwa:

“Yang melatar belakangi tidak ada undang-undang khusus, tapi


berdasarkan hasil survey IRT (International Riview Team),
mengatakan bahwa kondisi koleksi di Perpustakaan Nasional
sebagian sudah mengalami kerusakan termasuk diantaranya surat
kabar lama, dan itulah yang menjadi acuan kita untuk melakukan
enkapsulasi terhadap surat kabar di Perpustakaan Nasional ini.
Selain itu undang-undang nomor 43 tahun 2007 dan peraturan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no 3 tentang organisasi
dan tata kerja perpusnas juga mendasarinya karena kita
melestarikan. Jadi, berdasarkan hasil survey IRT (International
Riview Team) mengatakan bahwa kondisi koleksi di perpustakaan
nasional sebagian sudah mengalami kerusakan sekitar 70%.”93

Menurut penulis, pelestarian bahan pustaka yang diterapkan di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dikategorikan sebagai

92
Sudarsono Blasius, Antopologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto,
2006.h.314
93
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00

76
pelestarian modern dan masih terhitung muda. Pelaksanaannya dimulai

pada tahun 1989 berdasarkan rekomendasi Internasional Review

Team (IRT) yang terdiri atas para pakar pelestarian berasal dari Public

Record Office (Inggris), National Library of Australia, Royal Library of

the Nederlands (Belanda), Leiden University (Belanda), National Diet

Library (Jepang), New York State Library (Amerika), Library of

Congress (Amerika). Hasil kajian tim tersebut mencakup sumber daya

manusia, kondisi fisik koleksi serta faktor lingkungan yang mempengaruhi

rusaknya bahan perpustakaan.

Salah satu rekomendasi IRT ialah perlu didirikannya Pusat

Pelestarian bertaraf Nasional yang mampu mengakomodasi masalah

pelestarian di Indonesia. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pelestarian

direkomendasikan untuk mengadopsi prinsip-prinsip dasar pelestarian

(Principles for the preservation and conservation of library

materials) yang diterbitkan oleh International Federation of Library

Association and Institutions (IFLA), 1986, yaitu meliputi pelestarian

mengenai fisik bahan pustaka dan kandungan informasinya.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah melaksanakan

enkapsulasi sesuai dengan teori enkapsulasi yang sudah ada. Tujuan

menggunakan teori-teori yang sudah ada ialah agar pelaksanaan pelestrian

bahan pustaka tidak keluar dari kaidah-kaidah yang sudah ada mengenai

enkapsulasi itu sendiri. Menurut (ESA), bahwa:

77
“Ya sudah sesuai, jadi kita pakai teori enkapsulasi yang bahannya
sudah sesuai bebas asam baik mylar maupun double tape.94

Diantaranya teori yang digunakan Pepustakaan Nasional Republik

Indonesia ialah yang diungkapkan oleh Muhammad Razak, bahwa:

“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan


menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan dari
kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak
karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimanakan
serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian
seperti menggulung atau melipat atau rusak karena selalu sering
mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik
dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan
menghabiskan waktu yang terlalu lama.”95

Teori lain yang diungkapkan oleh Karmidi Martoatmodjo,

Enkapsulasi merupakan salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan

yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena

dimakan serangga, kesalahan menyimpan, dan sebagainya.96

Dengan teori-teori yang ada, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia mengembangkan teori-teori yang sudah ada dengan cara studi

banding ke beberapa negara. Negara-negara tersebut diantaranya Jepang,

Belanda dan Malaysia. Teori-teori tersebut lalu dibandingkan dengan

literatur-literatur yang ada di luar negeri.

Setelah studi banding dan membandingkan dengan literatur-

literatur yang ada diluar negeri, selanjutnya pihak Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia melakukan pengembangan pembahasan mengenai

94
Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30
95
Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Program Pelestarian
Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.h.39
96
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010.4.21

78
enkapsulasi secara fokus. Perpustakaan menjelaskan mengenai pelestarian

bahan pustaka lebih mendalam hingga penjelasan mengenai praktek di

lapangan mengenai enkapsulasi. Teori tersebut dikembangkan disesuaikan

dengan kondisi bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia namun tidak menyimpang dari teori enkapsulasi itu

sendiri.

Tidak semua bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia dienkapsulasi. Sejauh ini Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi bahan pustaka berupa surat

kabar lama, sedangkan bahan pustaka berupa peta baru dienkapsulasi pada

tahun 2015. Peta dienkapsulasi karena melihat kondisi yang tidak

memungkinkan untuk dilining (memperkuat kertas dengan memberikan

lapisan tisu Jepang pada sisi belakang dokumen) karena warna peta

menjadi buram, maka dilakukan pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi. Pernyataan tersebut diutarakan oleh informan (ESA), bahwa:

“Kebijakannya kalo untuk enkapsulasi itu biasanya surat kabar


lama, peta yang memiliki dua sisi tapi biasanya peta itu dilining
jika satu sisinya tidak ada kecuali kalau dua sisinya ada gambar
baru dienkapsulasi. Terus kalo untuk naskah jarang sekali
dienkapsulasi tapi mungkin kedepannya ya karena biasanya kalau
naskan suka ada komplain, kalau di tisuin itu jadi buram.”97

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan

enkapsulasi pada surat kabar lama, peta, naskah kuno dan jenis surat

perjanjian berupa sertifikat-sertifikat zaman Belanda. Pernyataan tersebut

diutarakan oleh informan (MAW), bahwa:

97
Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30

79
“Selain surat kabar lama, peta, dan naskah kuno biasanya kalo
dikoleksi langka itu ada jenis-jenis surat-surat perjanjian, ada
sertifikat-sertifikat zaman Belanda itu juga dienkapsulasi.”98

Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan

Martoatmodjo, bahwa:

“Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa lembaran


kertas seperti naskah kuno, peta, poster, yang umumnya sudah
rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara
menepatkannya di antara dua lembar plastik transparan.”99

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi

tentu saja memiliki tujuan. Tujuan Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia melakukan enkapsulasi diantaranya:

a. Faktor history yang sangat bernilai


b. Enkapsulasi dilakukan untuk menghindari sentuhan langsung dengan
tangan manusia, karena tangan manusia memiliki keasaman.
c. Untuk menyelamatkan informasi yang terkandung pada suatu
dokumen.

Menyikapi tujuan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia, maka pihaknya berusaha mengajak perpustakaan-

perpustakan yang ada di Indonesia untuk melaksanakan pelestarian bahan

pustaka dengan enkapsulasi. Informan (ESA) mengatakan, bahwa:

“memberikan penyuluhan kesetiap provinsi, dari setiap provinsi


biasanya mengundang perpustakaan yang ada di kabupaten kota,

98
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00
99
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2010

80
jadi kita mempraktekkan bagaimana cara enkapsulasi, semacam
Bimtek (bimbingan teknis).”100

Usaha tersebut dilaksanakan dengan melakukan penyuluhan ke

daerah-daerah yang ada di Indonesia dengan tujuan agar perpustakaan-

perpustakaan yang ada di Indonesia melakukan pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi. Himbauan tersebut dituangkan dalam bentuk

penyuluhan mengenai pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya

mengenai enkapsulasi. Selain itu, pendidikan dan pelatihan merupakan

bentuk upaya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mengajak

perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia melaksanakan

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

Pendidikan dan pelatihan penunjang kepustakawanan yang di

dalamnya terdapat materi enkapsulasi termasuk upaya Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia untuk menerangkan betapa pentingnya dan

berharganya bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Maka bahan pustaka

tersebut harus diselamatkan dengan melaksanakan pelestarian bahan

pustaka termasuk di dalamnya enkapsulasi.

Namun hingga saat ini, pihak Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia belum mengetahui secara keseluruhan perpustakaan yang telah

melakukan enkapsulasi di Indonesia. Pihaknya hanya mengetahui yang

telah melakukan enkapsulasi diantaranya ANRI (Arsip Nasional Republik

Indonesia), selain itu Museum Bung Karno dan Bung Hatta melakukan

100
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.30

81
enkapsulasi mata uang kertas mengingat kedua museum tersebut

merupakan anak dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Dengan demikian menurut penulis, kebijakan yang berlaku di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu mengacu pada isi yang

tertera pada draf yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. Draf tersebut menjelaskan pelestarian bahan pustaka secara

umum dan tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia.

2. Prosedur Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi

di Perpustakan Nasional Republik Indonesia

Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi memang belum

diketahui oleh banyak orang. Untuk mengetahui kegiatan pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi, maka terlebih dahulu kita ketahui jenis

bahan pustaka yang akan dienkapsulasi, alat dan bahan, dan prosedur

enkapsulasi.

a. Jenis Bahan Pustaka yang Dienkapsulasi di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan

perpustakaan yang melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka

dengan enkapsulasi. Sebelum melakukan enkapsulasi, maka terlebih

dahulu diketahui jenis bahan pustaka seperti apa yang akan

82
dienkpasulasi agar kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan kaidah-

kaidah yang berlaku.

Jenis bahan yang dienkapsulasi di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia merupakan jenis bahan pustaka yang tercetak.

Bahan pustaka tercetak tersebut diantaranya seperti surat kabar lama,

naskah kuno, peta, dan sertifikat-sertifikat zaman Belanda.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi

sejak tahun 1998 hingga saat ini. Sejak tahun tersebut, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada bahan

pustaka jenis surat kabar lama. Menurut Made Ayu Wirayati, bahwa:

“Untuk enkapsulasi itu sendiri sudah dilakukan berjalan sejak tahun


1998 dan itu sudah berjalan sampai sekarang dan dilakukan untuk
surat kabar lama.”101

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan

enkapsulasi pada surat kabar lama, dengan tujuan untuk

menyelamatkan informasi yang terkandung di dalamnya. Selain itu

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ingin menyelamatkan nilai-

nilai history yang ada di dalamnya. Enkapsulasi yang dilakukan pada

surat kabar lama untuk memperkuat bahan pustaka tersebut dan

menghindari sentuhan langsung tangan manusia terhadap bahan

pustaka berupa surat kabar lama yang dinilai rentan terhadap

kerusakan karena termakan usia.

101
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00

83
Jenis surat kabar lama yang dienkapsulasi yang ada di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan surat kabar

terbitan Indonesia dan Belanda. Surat kabar lama tersebut mayoritas

warna kertasnya sudah berubah berwarna kuning dan sudah rentan

terhadap kerusakan karena termakan usia.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga melaksanakan

enkapsulasi pada naskah kuno. Namun enkapsulasi ini dilakukan

apabila ada permintaan dari pihak bagian layanan naskah kuno saja,

karena tidak semua naskah kuno dapat dienkapsulasi. Mayoritas

naskah kuno dipertahankan bentuk aslinya karena dinilai itu

merupakan bahan pustaka yang memiliki nilai history yang sangat

tinggi.

Seperti halnya enkapsulasi pada surat kabar lama, naskah kuno

juga dienkapsulasi sesuai dengan teori dan teknik enkapsulasi yang

dimiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada tahun 2015,

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia baru melaksanakan

enkapsulasi peta seperti halnya pada surat kabar lama. Saat ini

pihaknya melaksanakan enkapsulasi pada peta, karena dinilai peta

merupakan bahan pustaka yang tidak dapat dibleaching (memutihkan

kertas). Seiring berjalannya waktu, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia mempelajari pelestarian bahan pustaka untuk tidak

dilakukannya bleaching pada peta. Bleaching pada peta

mengakibatkan memudarnya warna pada peta. Oleh sebab itu

84
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan pelestarian

bahan pustaka pada peta tidak menggunakan metode bleaching lagi

melainkan menggunakan metode enkapsulasi.

b. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada Proses Enkapsulasi

Setelah mengetahui jenis bahan pustaka dan bahan pustaka

dalam kondisi seperti apa, selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah

mengenai alat dan bahan yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi dengan dua

cara dalam pelaksanaannya. Cara tersebut yaitu enkapsulasi secara

manual dan enkapsulasi dengan cara menggunakan mesin. Alat dan

bahan yang digunakan untuk enkapsulasi secara manual diantaranya

ialah:

1) Plastik Polietilen/Polister yang bebas asam (contohnya mylar)

dengan ukuran lebih besar dari kertas dokumen sebanyak dua

lembar.

2) Double side tape yang bebas asam (contohnya 3M) dengan lebar

5mm.

3) Pemberat

4) Cutter

5) Cutter mate

85
Gambar 3. Gambar 4.
Double Side Tape dan Mylar Pemberat

Gambar. 5
Cutter
Alat dan bahan yang digunakan Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia sesuai dengan pendapat Muhammad Razak,

bahwa peralatan dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan

enkapsulasi ialah gunting, plastik poliester (mylar), pisau pemotong

(cutter), double side tape 3M, pemberat, dan alas.102

Sedangkan alat dan bahan yang digunakan untuk enkapsulasi

dengan cara menggunakan mesin diantaranya ialah:

a) Plastik Polietilen/Polister yang bebas asam (comtohnya mylar)

dengan ukuran lebih besar dari kertas dokumen sebanyak dua

lembar.

102
Muhammad Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998.h. 56

86
b) Double side tape yang bebas asam (contohnya 3M) dengan lebar

5mm.

c) Cutter

d) Mesin HDS KEEPER

Gambar 6.
Mesin HDS KEEPER

c. Prosedur Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi

Pada prosedur enkapsulasi, Sub. Bidang Perawatan dan

Perbaikan Bahan Pustaka tentu saja bekerja sama dengan pihak bagian

layanan yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Namun sebelum bahan pustaka tersebut bisa dienkapsulasi, maka

bahan pustaka tersebut harus melalui beberapa tahap. Tujuannya ialah

tentu saja agar bahan pustaka tersebut tetap terjaga keutuhan dan

keindahannya. Bahan pustaka yang akan dienkapsulasi tidak serta

merta langsung dienkapsulasi, melainkan harus melalui beberapa

87
prosedur agar dalam pelaksanaanya berjalan sebagaimana semestinya.

Sebelum memasukin kegiatan enkapsulasi itu sendiri, prosedur

enkapsulasi itu sendiri memiliki tiga proses, yaitu meliputi proses

enkapsulasi proses pra (sebelum), proses enkapsulasi dan paksa

enkapsulasi enkapsulasi.

1) Pra Enkapsulasi

Pertama-tama bagian pelayanan mensortir bahan pustaka yang

diprioritaskan untuk dienkapsulasi. Setelah disortir bahan pustaka

yang akan dienkapsulasi, selanjutnya bahan pustaka tersebut

dipindahkan ke ruangan Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan

Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Setelah bahan pustaka yang ingin dienkapsulasi berada di ruangan

Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, petugas

yang melaksanakan enkapsulasi membagi-bagi bahan pustaka yang

sudah ada di ruangan tersebut sesuai dengan yang mereka sepakati.

Menurut wawancara dengan informan (CN) bahwa:

“Misalnya saja jatah tahun 2015 ini ada 2000 halaman berarti ada
1000 lembar. Dari 1000 lembar tersebut dibagi sepuluh orang
berarti setiap orang mendapatkan 100 lembar.”103

Setelah bahan pustaka dibagi-bagi secara merata kepada petugas

konservasi yang melakukan enkapsulasi tersebut, selanjutnnya

petugas tersebut melakukan paginasi bahan pustaka. Paginasi

merupakan pemberian nomor ulang bahan pustaka yang terjilid.

103
Wawancara dengan informan Cecep Nurjajanti pada tanggal 16 juni 2015 pukul 10.00

88
Bahan pustaka terjilid diantaranya naskah, buku, majalah yang

terkadang terdapat lampiran, sisipan, gambar, dan lain-lain tanpa

nomor halaman. Paginasi dilakukan untuk menghindari kekeliruan

saat mendata bahan pustaka, karena terkadang bahan pustaka

terjilid memiliki kendala seperti halaman yang hilang atau halaman

yang tidak berurutan.104

Meskipun halaman pada bahan pustaka terjilid sudah ada, namun

petugas harus melakukan paginasi untuk menghindari kekeliruan

dalam bekerja dan melaksanakan prosedur dalam melaksanakan

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Selain itu, yang

perlu diperhatikan dalam melakukan paginasi, petugas harus

melakukannya dengan menggunakan pensil yang bersifat lunak

(2B) tujuannya ialah apabila terjadi kesalahan dalam pemberian

nomor tersebut dapat dihapus.

Setelah kegiatan paginasi selesai, selanjutnya bahan pustaka

dibongkar dengan penuh kehati-hatian mengingat bahan pustaka

yang dienkapsulasi tersebut mayoritas merupakan bahan pustaka

yang mengalami kerusakan. Agar memudahkan pekerjaan saat

membongkar bahan pustaka yang ingin dienkapsulasi, maka bahan

pustaka tersebut diletakkan di atas alas yang berfungsi

memudahkan pada saat membongkar bahan pustaka tersebut.

104
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00

89
Setelah bahan pustaka tersebut dibongkar dan diletakkan pada

sebuah alas, selanjutnya bahan pustaka tersebut dibersihkan

terlebih dahulu seperti mengangkat selotape dan lain-lain. Setelah

proses tersebut selanjutnya bahan pustaka melalui proses rinsing.

Rinsing merupakan proses perendaman dengan menggunakan air

yang mengalir. Rinsing dilakukan dengan tujuan untuk

menghilangkan debu, kotoran dan sedikit keasaman yang melekat

pada bahan pustaka. Rinsing atau perendaman bahan pustaka

dengan menggunakan air yang mengalir dilakukan selama kurang

lebih satu jam. Selama perendaman tersebut kotoran atau debu

yang melekat, sedikit demi sedikit akan terangkat.

Gambar 7.
Proses Rinsing (perendaman)

Setelah proses rinsing selesai, selanjutnya bahan pustaka tersebut

diangkat tentu saja beserta alas yang digunakan. Penggunaan alas

tersebut dengan maksud untuk menghindari bahan pustaka hancur

saat diangkat setelah melalui proses rinsing. Setelah bahan pustaka

diangkat, selanjutnya bahan pustaka tersebut melalui proses leaf

casting apabila bahan pustaka tersebut mengalami kerapuhan atau

90
bolong. Leaf casting merupakan teknik yang digunakan untuk

menambal bahan pustaka yang mengalami kerusakan dengan

menggunakan pulp atau bubur kertas sebagai bahannya.

Petugas Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka bahan

pustaka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan

leaf casting dengan menggunakan mesin. Mesin yang digunakan

untuk proses leaf casting ialah mesin leaf caster. Menurut informan

(CN), bahwa:

“Setelah dokumen tersebut diangkat maka selanjutnya melakukan


proses penambalan menggunakan mesin leaf caster. Penambalan
dokumen berupa koran tidak dilakukan secara manual melainkan
mengunakan mesin leaf caster. Sedangkan penambalan yang
dilakukan secara manual hanya khusus naskah.”105

Bahan pustaka tersebut diletakkan di dalam mesin leaf caster,

selanjutnya pulp yang ikut dimasukkan ke dalam mesin tersebut

akan mengisi bagian yang hilang sehingga kertas tampak utuh.

Setelah bahan pustaka tersebut melalui proses leaf casting,

selanjutnya bahan pustaka tersebut diperkuat dengan menggunakan

tisu Jepang (Japanese tissue). Tisu Jepang tersebut diletakkan pada

bahan pustaka yang ingin diperkuat sesuai dengan kebutuhan.

Setelah tisu Jepang diletakkan pada bahan pustaka, selanjutnya

bahan pustaka tersebut diberi perekat dengan dengan menggunakan

lem. Lem tersebut ialah CMC (Carboxly Methyl Cellulose).

105
Wawancara dengan informan Cecep Nurjajanti pada tanggal 16 juni 2015 pukul 10.00

91
Gambar 8. Gambar 9.
Proses Leaf Casting Proses Pemberian Lem CMC

Setelah bahan pustaka tersebut diberikan perekat berupa lem CMC,

selanjutnya proses flatenning (meratakan) bahan pustaka diatas

akrilik (Fleksi Glass). Proses meratakan tersebut harus dilakukan

secara hati-hati agar hasilnya maksimal. Setelah proses meratakan,

selanjutnya bahan pustaka tersebut dijemur hingga bahan pustaka

tersebut dalam keadaan kering. Jika bahan pustaka tersebut dirasa

sudah kering, selanjutnya bahan pustaka tersebut dilepaskan dari

alasnya dan diberikan angin agar tidak lembab.

Gambar 10. Gambar 11.


Proses Flatenning Proses Pengeringan

Setelah bahan pustaka melalu prosedur tersebut, barulah bahan

pustaka tersebut dapat dienkapsulasi. Sebelum melakukan

pelestarian bahan pustaka, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia melakukan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi

92
dengan dua cara. Cara yang digunakan ialah pelestarian bahan

pustaka dengan enkapsulasi secara manual dan dengan

menggunakan mesin. Mesin yang digunakan untuk melaksanakan

enkapsulasi dengan mesin ialah mesin yang bernama HDS

KEEPER.

2) Proses enkapsulasi

a) Enkapsulasi Dengan Cara Manual

Berikut merupakan proses dan teknik dalam melaksanakan

enkapsulasi dengan cara manual di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia.

(1) Letakkan mylar di atas meja, bersihkan dengan lap bersih

jika ada bagian yang kotor.

(2) Letakkan kertas dokumen di atas mylar dengan posisi ada

di tengah-tengah mylar.

(3) Letakkan pemberat di atas dokumen.

Gambar 12.
Proses Meletakkan Pemberat di Atas Dokumen dan Mylar

(4) Tempelkan double side tape yang bebas asam di atas

mylar pada garis lurus pinggir dokumen dan letaknya

berjarak 2 – 3 mm dari pinggir dokumen sehingga daouble

93
side tape yang bebas asam tersebut tidak bersentuhan

dengan kertas dokumen.

(5) Lebihkan double side tape bebas asam sekitar 5 mm dari

garis lurus dokumen kertas.

(6) Potong double side tape yang bebas asam dengan cutter.

(7) Lakukan penempelan double side tape yang bebas asam

dengan cara yang sama pada ketiga sisi lainnya dari kertas

dokumen.

(8) Setelah penempelan double side tape yang bebas asam

diatas mylar selesai, sisihkan pemberat.

(9) Letakkan selembar mylar lagi di atas kertas dokumen.

(10) Letakkan kembali pemberat di atas mylar.

Gambar 13.
Proses Penempelan Double Side Tape

(11) Cungkil kedua kertas double side tape yang bebas

asam dengan cutter.

(12) Lepaskan sedikit kertas double side tape.

(13) Letakkan kedua sisi mylar dengan double side tape.

94
(14) Lakukan hal yang sama pada ujung diagonal

dokumen tersebut.

(15) Setelah kedua ujung tersebut menempel, kemudian

tarik sisa kertas doubles side tape sehingga semua kertas

double side tape lepas dan kedua lembar mylar menempel

pada double side tape.

(16) Lakukan hal sama pada ketiga kertas doube side

tape

Gambar 14.
Proses Mencukil Kertas Double Side Tape

(17) Gosok permukaan mylar yang ditempeli double side

tape supaya double side tape menempel dengan kuat pada

mylar.

(18) Letakkan penggaris 2 – 3 mm dari pinggir double

side tape, kemudian rapihkan pinggir mylar dengan

memotong mylar yang berlebih.

(19) Lakukaan pada keempat pinggir mylar.

95
Gambar 15. Gambar 16.
Proses Menggosok Permukaan Proses Merapihkan Pinggir
Mylar Mylar

Enkapsulasi dengan cara manual yang dilaksanakan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sesuai dengan teori

yang dijelaskan oleh Martoatmodjo, bahwa idealnya

enkapsulasi dilakukan dengan cara mengapit bahan pustaka

berupa lembaran dengan plastik transparan (bebas asam).

Lembaran bahan pustaka tersebut diletakkan di antara dua

lembar plastik tersebut. Selanjutnya, pinggiran plastik tersebut

ditempeli double side tape yang berguna merekatkan kesua sisi

palstik tersebut. dengan demikian plastik tersebut tidak

terlepas.106

b) Enkapsulasi Dengan Cara Menggunakan Mesin

(1) Siapkan 2 lembar mylar yang telah disesuaikan dengan

bahan pustaka yang ingin dienkapsulasi

(2) Letakkan bahan pustaka yang ingin dienkapsulasi di atas

salah satu mylar tersebut

106
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2010

96
(3) Pastikan bahan pustaka yang ingin dienkapsulasi berada di

tengah-tengah mylar

(4) Selanjutnya letakkan mylar yang lainnya di atas bahan

pustaka tersebut

(5) Pastikan bahan pustaka dengan mylar pada posisi yang

sesuai

(6) Nyalakan mesin enkapsulasi yaitu HDS KEEPER

(7) Letakkan bahan pustaka dibawah karpet yang telah

tersedia pada mesin HDS KEEPER agar tidak ada

gelembung udara pada bahan pustaka dan mylar

Gambar 17.
Proses Meletakkan Bahan Pustaka di Bawah Karpet Untuk
Menghilangkan Gelembung Udara

(8) Lalu kedua bagian mylar yaitu bagian atas dan bawah

dipres menggunakan mesin tersebut yaitu melalui sinar

ultra sonic

(9) Pastikan alat tersebut mengepres pinggir mylar tersebut

97
(10) Hindari terkenanya bahan pustaka, karena akan

merusak bahan pustaka, mengingat kerja mesin tersebut

hanya untuk mengepres sisi-sisi mylar saja

(11) Lakukan pada ke empat sisi mylar yang

membungkus bahan pustaka tersebut

Gambar 18.
Proses Mengepres Pinggir Mylar dengan Sinar Ultra Sonic

(12) Bila sudah, lakukan pemotongan sisi mylar yang

tidak rata

(13) Terakir mengelap sisa-sia pembakaran pada mylar

3) Paska Enkapsulasi

Setelah melakukan proses pra enkapsulasi dan proses enkapsulasi

dengan cara manual atau menggunakan mesin, selanjutnya perlu

diketahui proses paska (sesudah) enkapsulasi. Bahan pustaka yang

sudah dienkapsulasi selanjutnya disusun sesuai paginasi. Setelah

bahan pustaka tersusun rapih, selanjutnya bahan pustaka tersebut

dimasukkan ke dalam portepel. Portepel merupakan suatu wadah

atau tempat yang terbuat dari bahan karton board dengan ukuran

tertentu sesuai dengan ukuran bahan pustaka yang ingin disimpan.

98
Gambar 19.
Proses Pemindahan Bahan Pustaka ke Portepel

Setelah bahan pustaka dimasukkan ke dalam portepel, selanjutnya

bahan pustaka tersebut dikirim kembali ke bagian pelayanan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan demikian,

artinya bahan pustaka tersebut sudah siap dilayankan kembali

kepada pemustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Berikut ini merupakan gambaran prosedur enkapsulasi.

99
Gambar 20.
Flowchart Prosedur Enkapsulasi

Mulai
Mesin
Manual
atau
Mensortir Bahan Manual
Siapkan 2
Pustaka
Lembar Mylar

Pembagian Letakkan BP di
Bahan Pustaka Tengah Mylar

Letakkan
Paginasi Pemberat di
Tengah Mylar

Rinsing Tempelkan
Double Side
Tape Pada Sisi
Mylar

Sisihkan
Bolong Pemberat dan
Bolong atau Utuh Letakkan
Utuh? Selembar Mylar
Lainnya di Atas
BP

Leaf Casting Letakkan


Kembali
Pemberat dan
Cungkil Double
Side Tape
Flatening
Secara Perlahan

Pengeringan Gosok
Bahan Pustaka Permukaaan
Mylar Agar
Double Side
Tape Benar-
Benar Melekat

Memotong Dan Mesin


Meratakan Ke atau
Empat Sisi Manual
Mylar
100
Mesin

Siapkan 2 Lembar
Mylar

Letakkan BP di
Tengah Mylar

Nyalakan Mesin
HDS KEEPER

Letakkan Bahan
Pustaka di Bawah
Karpet Yang
Tersedia Pada
Mesin HDS
KEEPER

Pres Pinggir
Selesai
Bagian Atas dan
Bawah Mylar
Menggunakan
Mesin HDS
KEEPER Melalui Dikirimkan Kembali
Sinar Ultra Sonic Pada Bagian
Pelayanan

Potong dan
Ratakan Bagian Masukkan Bahan
Pinggir Mylar Lalu Pustaka Pada Portepel
Sesuaikan

Susun Bahan Pustaka


Bersihkan Sisa-
Sesuai Paginasi
Sisa Pembakaran
Pada Mylar

101
3. Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Bahan

Pustaka Dengan Enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik

Indonesia

Didalam pelaksanaan pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tentu masih

mengalami kendala dan hambatan. Kebijakan tertulis tentang enkapsulasi

belum dimiliki oleh Perpustakaan Nasional Repblik Indonesia. Selain itu,

bahan yang digunakan untuk enkapsulasi belum bisa didapatkan di

Indonesia melainkan harus dipesan terlebih dahulu dari negara Jepang

melalui rekanan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Menurut

hasil wawancara penulis terhadap informan (MAW), beliau mengatakan

bahwa:

“Yang menjadi kendala cuma bahan karena tidak semua plastik


bisa dipakai untuk enkapsulasi dan double side tape juga harus
import karena harus bebas asam itu saja bahannya yang masih sulit
dan anggaran tentu saja. Anggaran tidak bisa turun beberapa milyar
karena harus dibagi-bagi dengan bagian lainnya.”107

Pendapat serupa juga disampaikan oleh informan (CN), beliau

mengatakan bahwa:

“Jadi begini, kedalanya itu jadi kan kita masih meng-import bahan-
bahan yang digunakan untuk enkapsulasi seperti tisu Jepang terus
termasuk mylar, kitakan masih mengimport keluar.”108

Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa, sulitnya bahan yang

digunakan untuk melaksanakan enkapsulasi merupakan kendala yang


107
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul
11.00
108
Wawancara dengan informan Cecep Nurjajanti pada tanggal 16 juni 2015 pukul 10.00

102
dialami oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Bahan yang

sudah dipesan melalui rencana sesuai anggaran awal tahun yaitu pada

bulan januari, mengalami kendala. Bahan yang sudah dipesan pada bulan

Januari yang rencana akan digunakan dibulan Agustus atau September,

terkendala belum sampai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

pada bulan tersebut. Salah satu penyebab terkendalanya yaitu tertahannya

bahan-bahan yang dipesan tersebut pada Bea Cukai. Bahan-bahan tersebut

baru sampai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada akhir

bulan September atau awal Oktober.

Ini merupakan kendala yang dialami Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia mengingat rencana kerja yang telah disusun untuk

satu tahun, kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi jatuh

pada bulan Agustus hingga Desember. Ini mempersulit Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia dalam mengerjakan enkapsulasi yang

seharusnya dikerjakan Agustus sampai Desember namun terkendala

terlambat datangnya bahan-bahan yang digunakan untuk enkapsulasi.

Keterlambatan datangnya bahan-bahan untuk enkapsulasi tersebut

merupakan penghambat, bahan pustaka yang seharusnya sudah

dienkapsulasi jadi terbengkalai menunggu bahan-bahan tersebut datang.

Bahkan bila pengerjaan enkapsulasi tidak dapat selesaikan hingga akhir

tahun, maka pekerjaan tersebut harus dikerjakan pada tahun berikutnya.

Selain kendala bahan yang digunakan untuk enkapsulasi, Sumber

Daya Manusia (SDM) merupakan kendala yang dirasakan oleh

103
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Menurut hasil wawancara

terhadap informan (ESA), beliau mengatakan bahwa:

“Iya, soalnya sumber daya manusia kan yang menentukan, jadi


rapih atau tidaknya, bagus atau tidaknya, dan teliti atau tidaknya
tergantung dari manusianya. Terkadang dikasih contoh yang benar,
tetapi kadang tdak dihiraukan, maunya yang gampang dan
cepat.”109

Tidak semua petugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

mengikuti langkah-langkah dalam melaksanakan pelestarian bahan

pustaka. Terkadang diantara petugas yang melaksanakan kegiatan tersebut

melakukannya tidak sesuai dengan urutannya dengan dalih agar cepat

selesai. Misalnya saja dalam kegitan tersebut memiliki prosedur dari A –

Z. Diantara petugas tersebut tidak melakukannya dari A lagi, tapi dari K

ke B. Hasilnya bahan pustaka tersebut tidak memiliki unsur keindahan

mengingat salah satu tujuan pelestarian bahan pustaka adalah

memperindah bahan pustaka yang sudah jelek atau rusak. Solusinya ialah

petugas yang telah mengerti harus mendampingi agar tidak terjadi

kesalahan yang fatal.

C. Pembahasan

Dalam hal ini, penulis akan membahas hasil penelitian pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. Pembahasan tersebut diantaranya mengenai kebijakan, prosedur

109
Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30

104
pelestaraian bahan pustaka dengan enkapsulasi, dan kendala yang dialami

oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan

yang melaksanakan pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya

enkapsulasi. Dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia mengacu pada undang-undang nomor 4 tahun

1990 tentang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam pasal 1, undang-

undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, dan peraturan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no. 3 tentang organisasi dan tata

kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Dalam hal ini, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum

memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka. Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan

landasan undang-undang tentang perpustakaan secara umum. Artinya

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis

secara khusus untuk melaksanakan enkapsulasi. Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi, dengan landasan yang dijelaskan di dalam draf. Draf tersebut

dibuat oleh pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang isinya

mengenai pelestarian bahan pustaka secara umum.

Menurut penulis, meskipun undang-undang mengenai perpustakaan

dan draf yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia hanya

dijelaskan secara umum, namun landasan tersebut cukup kuat dari segi

105
relugasi-nya. Di antara penyebab Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka

termasuk di dalamnya enkapsulai ialah karena adanya pergantian pemimpin

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemimpin yang silih berganti dan

pindah jabatan dari satu orang ke orang yang lain merupakan faktor yang

membuat kebijakan tertulis tersebut belum terselesaikan.

Pasalnya, apabila seorang yang menduduki jabatan tersebut dengan

mempelajari dan membuat kebijakan tertulis namun belum selesai dan ada

pergantian pimpinan baru, maka kebijakan tersebut harus dipelajari dan

disusun dari awal kembali oleh pemimpin baru tersebut. Dengan demikian,

pejabat tersebut harus mempelajari dari awal agar kebijakan tersebut lebih

terarah alur pelaksanaan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

Sementara itu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan

enkapsulasi pada surat kabar lama, naskah kuno, surat-surat perjanjian pada

zaman Belanda, dan peta yang umumnya sudah rapuh. Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada bahan pustaka tersebut

sesuai dengan yang dijelaskan Martoatmodjo, bahwa:

“pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi adalah berupa


kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya
yang umumnya sudah rapuh.”110

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi

pada surat kabar lama karena dinilai enkapsulasi tersebut lebih efisien

dibandingkan laminasi. Bahan pustaka yang dienkapsulasi, apabila suatu saat

110
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka, 1993.h.113

106
ingin digunakan atau diambil aslinya maka tinggal memotong bagian pinggir

mylar-nya saja dan dapat diambil dengan utuh. Selain itu, bahan pustaka yang

dienkapsulasi tidak terlihat buram saat dibaca dibandingkan dengan metode

laminasi.

Surat kabar lama memang sudah selayaknya dienkapsulasi untuk

menyelamatkan informasi, fisik, dan nilai history yang terkandung di

dalamnya. Sedangkan naskah kuno, dienkapsulasi apabila ada permintaan

dari bagian pelayanan yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

mengingat tidak semua naskah kuno bisa dienkapsulasi karena berbagai

macam bentuk dan bahan dari naskah kuno tersebut. Selain itu, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapulasi surat-surat perjanjian

pada zaman Belanda. Enkapsulasi pada surat-surat tersebut dilakukan

mengingat betapa pentingnya surat-surat tersebut terhadap sejarah bangsa

Indonesia. Bahan pustaka lainnya yang dienkapsulasi ialah peta.

Peta dilakukan enkapsulasi mengingat peta yang memiliki warna dan

tidak selayaknya menggunakan metode bleaching karena dapat menyebabkan

memudarnya warna yang terdapat di peta. Selain itu, metode lain pelestarian

bahan pustaka pada peta yaitu dengan laminasi. Menurut hemat penulis,

pelestarian bahan pustaka dengan laminasi pada peta mengakibatkan peta

menjadi terlihat buram karena menggunakan Japanes tissue atau tisu Jepang.

Namun apabila peta dienkapsulasi, maka warna yang ada pada peta akan

terselamatkan. Selain itu, tampilan pada peta tidak terlihat buram mengingat

enkapsulasi menggunakan plastik bebas asam transparan atau mylar. Akan

107
tetapi yang perlu diperhatikan apabila enkapsulasi dilakukan pada peta, maka

diperlukan mylar yang ekstra banyak mengingat lebar peta sangat luas

dibandingkan dengan bahan pustaka lain seperti surat kabar lama, naskah

kuno dan surat-surat perjanjian zaman Belanda yang ada di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia.

Kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dilaksanakan sejak tahun 1998.

Pelaksanaan enkapsulasi tersebut dilakukan pada surat kabar lama. Perlu

diketahui bahan pustaka yang dienkapsulasi di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia diantaranya surat kabar lama, naskah kuno, surat-surat

perjanjian zaman belanda, dan peta.

Menurut penulis, pelaksanaan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia belum sepenuhnya berjalan sebagaimana semestinya.

Pasalnya, belum semua petugas mengikuti prosedur pelaksanaan enkapsulasi

tersebut. Beberapa petugas masih melaksanakan enkapsulasi dengan cara

cepat tanpa memperhatikan unsur-unsur kerapihan dan keindahan bahan

pustaka.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi

secara manual dan dengan cara menggunakan mesin. Menurut penulis,

pelaksanakan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

sudah sesuai dengan teori enkapsulasi. Bahkan pihak Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia telah mengembangkan teori enkapsulasi dengan cara

menggambarkan teknis pelaksanaan enkapsulasi. Namun saat melaksanakan

108
enkapsulasi secara manual, masih ada beberapa petugas yang tidak mengikuti

alur kerja secara berurutan dengan dalih agar cepat selesai. Akan tetapi

pelaksanaan yang tidak sesuai dengan alur kerja akan berdampak pada hasil

akhirnya. Salah satunya unsur keindahan yang seharusnya ada pada bahan

perpustakaan kurang dimunculkan mengingat maksud dari pelestarian bahan

pustaka ialah adanya unsur keindahan bahan pustaka.

Sedangkan pelaksanaan enkapsulasi yang menggunakan mesin HDS

KEEPER dilakukan secara bergantian mengingat mesin tersebut hanya

dimiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebanyak 1 unit saja.

Selain itu belum semua petugas dapat mempraktekkan atau mengoprasikan

mesin tersebut.

Dalam pelaksanaan enkapsulasi, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut yang pertama timbul

terhadap pelaksanaan enkapsulasi diantaranya mengenai bahan-bahan yang

digunakan untuk melaksanakan enkapsulasi itu sendiri. Bahan-bahan yang

sulit didapatkan karena tidak diproduksi di dalam negeri, menyebabkan pihak

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia meng-import dari negara Jepang.

Bahan-bahan tersebut diantaranya mylar dan doubble side tape.

Saat perencanan anggaran awal atau anggaran tahun baru sedang

diproses, maka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan

pemesanan melalui vendor terkait. Namun pemesanan tersebut tidak semulus

yang diharapkan. Barang yang sudah dipesan jauh-jauh hari terkendala pada

pengiriman menggunakan kapal laut yang mungkin terkendala oleh faktor

109
cuaca. Selain itu, terhambatnya bahan-bahan tersebut pada saat melalui

bagian Bea Cukai.

Bahan-bahan tersebut yang seharusnya sudah diperhitungkan sampai

pada bulan agustus, namun karena terkendala oleh penyebab-penyebab

tersebut maka bahan tersebut baru sampai di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia pada bulan september bahkan November. Ini merupakan kendala

bagi petugas yang melaksanakan enkapsulasi mengingat agenda kerja yang

sudah disusun bahwa enkapsulasi dilaksanakan dari bulan Agustus sampai

Desember. Dengan demikian, petugas harus bekerja ekstra atau akan

menumpuk sampai tahun yang akan datang mengingat tahun yang akan

datang ada agenda kerja yang lain.

Selain itu, enkapsulasi pada peta memerlukan mylar yang extra

banyak mengingat peta memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan

bahan pustaka lain yang dienkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia. Selain itu, apabila peta akan dienkapsulasi dengan menggunakan

mesin, maka mesin tersebut belum menjangkau luas peta tersebut mengingat

peta memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan bahan pustaka

lainnya yang dienkapsulasi.

110
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan di atas, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan

tertulis secara khusus mengenai pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki

undang-undang khusus mengenai pelestarian bahan pustaka dengan

enkapsulasi. Kebijakan tersebut masih mengacu pada draf yang dibuat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang menjelaskan pelestarian

bahan pustaka secara umum, diantaranya undang-undang nomor 43 tahun

2007, nomor 4 tahun 1990 pasal 1, dan peraturan Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia no. 3 tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia.

2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah melaksanakan pelestarian

bahan pustaka dengan enkapsulasi sejak tahun 1998 hingga saat ini.

Prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia meliputi tiga proses, yaitu

proses pra (sebelum) enkapsulasi, proses enkapsulasi baik secara manual

atau menggunakan mesin, dan proses paska (sesudah) enkapsulasi.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi

111
pada bahan pustaka berupa surat kabar lama, peta, naskah kuno, surat-

surat perjanjian pada zaman Belanda.

3. Kendala yang dialami Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam

melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi diantaranya

mengenai bahan. Bahan yang digunakan seperti plastik bebas asam atau

mylar dan double side tape yang masih diimport dari negara Jepang.

Sering terlambat datangnya bahan-bahan tersebut sampai di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia merupakan kendala dalam melaksanakan

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi tepat waktu. Selain itu,

Sumber daya manusia belum secara merata menguasai tentang teknik

melaksanakan enkapsulasi yang baik dan benar. Solusi yang dilakukan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah dengan cara memesan

bahan-bahan tersebut jauh sebelum jatuh tempo pelaksanakan enkapsulasi

dan petugas yang telah mengerti tentang pelaksanaan enkapsulasi

mendampingi petugas yang belum cukup mengerti agar tidak terjadi

kesalahan yang fatal.

B. Saran

1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebaiknya membuat peraturan

atau membuat pedoman khusus pelestarian bahan pustaka agar pelestarian

bahan pustaka memiliki landasan yang kuat termasuk di dalamnya

mengenai enkapsulasi.

112
2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia lebih mensosialisasikan

pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi kepada perpustakaan-

perpustakaan yang ada di Indonesia mengingat pentingnya

menyelamatkan informasi, fisik, dan nilai history pada suatu bahan

pustaka.

3. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebaiknya melakukan

kerjasama dengan pihak terkait baik itu pemerintah atau perusahaan

swasta yang bergerak dibidang pembuatan bahan-bahan untuk pelestarian

bahan pustaka yang ada di Indonesia, untuk membuat atau menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan untuk enkapsulasi mengingat bahan-bahan

untuk melaksanakan enkapsulasi masih import dari luar negeri. Jika alat

dan bahan diproduksi di Indonesia, maka akan memudahkan dalam

pelaksanakan enkapsulasi bahan pustaka. Selain itu, apabila alat dan

bahan dapat diproduksi di Indonesia dapat menghemat biaya dan

kemungkinan terlambat datangnya alat dan bahannya tersebut dapat

dihindari.

4. Perlunya kesadaran terhadap petugas di lapangan untuk melakukan

pelestarian bahan pustaka sesuai tahap atau prosedur yang sudah ada.

Dengan demikian, pelestarian bahan pustaka benar-benar terlaksana

dengan baik, baik itu melindungi atau memperkuat bahan pustaka namun

juga memiliki unsur kerapihan dan keindahan.

113
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,


2009

Darmaji Ratmono. Pedoman Teknis Penjilidan Bahan Perpustakaan, Jakarta:


Perpustakaan Nasional RI, 2013

Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja.


Jakarta: Grasindo, 2007

Dureu J.M. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta:


Perpustakaan Nasional, 1990

Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka,


1999

Ipah Farihah. Buku Panduna Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Jakarta: UIN Press, 2006

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:


Universitas Terbuka, 2010

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarata: Universitas


Terbuka, 1999

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:: Remaja


Rosdakarya, 2001

Made Ayu Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta:


Perpustakaan Nasional RI, 2014

Mohammad Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghakia Indonesia, 2009

Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Program


Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992

. . . . . . . . . . . . . . . Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional


RI, 1998

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA – LAN Press.,
1999

Purwono, Materi Pokok Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia. Jakarta:


Universita Terbuka, 2006

114
Purwono, Sri Suharmini, Perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008

Rahayuningsih F. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005

Ronny Kountur. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:
PPM, 2003

Sofian Effendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012

Sudarsono Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto,


2006

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2008

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka,


Depdikbud, 1993

. . . . . . . . . . . . . Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 1993

. . . . . . . . . . . . . Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,


2010

. . . . . . . . . . . . . Sejarah Perpustakaan Nasional RI Sebuah Kajian, Jakarta:


Perpustakaan Nasional RI, 2008

Supriyanto...[et al.]. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan


Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006

Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. 2006

. . . . . . . . . . Kamus perpustakaan dan Informasi, Jakarta: Jala Permata,


2008

Suwarno Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009

Uhar Suharsaputra. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.


Bandung: PT Refika Aditama, 2012

Undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan

Zainudin Kamal. Pemasyarakatan Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional


RI, 2006

115
How-to Tips & Videos Encapsulation,
http://www.universityproducts.com/resources.php?m=how_to_detail&id=12
diakses pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 20.00

IFLA, Recommendations Concerning the International Standarizations of Library


Statistics, diakses pada tanggal 2 Agustus 2015 dari
http://portal.unesco.org/en/ev.php-
URL_ID=13086&URL_SECTION=201.html

Preservation Services, http://www.recordsave.com/preservation-services/, diakses


pada tanggal 28 Juli pukul 19.30

116
LAMPIRAN - LAMPIRAN
HASIL WAWANCARA

Nama : HANIFUDIN IBRAHIM

Tema : Pelestarian Bahan Pustaka dengan Enkapsulasi Pada

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Mahasiswa : Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

A. Kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam


melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana kebijakan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan
pustaka dengan enkapsulasi dan apa tujuannya?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Kebijakan mengenai enkapsulasi belum ada kebijakan tertulis.
Pelestaraian bahan pustaka belum memiliki kebijakan tertulis.
Hanya ada penjelasan di lembar draf. Isinya tidak teknis sekali,
ini kan hanya menjelaskan secara umum, kita belum membuat
harusnya kebijakan enkapsulasi seperti apa, itu belum ada.
 Ellis Sekar Ayu:
Kebijakannya kalo untuk enkapsulasi itu biasanya koran langka,
peta yang memiliki dua sisi tapi biasanya peta itu dilining jika
satu sisinya tidak ada kecuali kalau dua sisinya ada gambar baru
dienkapsulasi. Terus kalo untuk naskah jarang sekali
dienkapsulasi tapi mungkin kedepannya ya karena biasanya
kalau naskah suka ada komplain, kalau di tisuin itu jadi buram,
jadi kedepannya perlu didiskusikan lagi apakah akan
dienkapsulasi atau dilaminasi.
2. Menurut bapak/ibu, apakah Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia melaksanakan enkapsulasi sesuai dengan teori-teori yang
sudah ada?
a. Jika iya, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
menggunakan teori yang mana? Selanjutnya, berapa persen
sudah sesuai dengan teori-teori yang sudah ada dan sejauh mana
dalam pelaksanaannya, tolong dijelaskan!
 Made Ayu Wirayati:
Ya, enkapsulasi itu sendiri kita mendapatkan ilmunya dari
Jepang, Belanda, juga study banding ke Kuala Lumpur, jadi
memang sesuai dengan metode preservasi. Selain itu kita
juga membandingkan literatur yang ada di luar negeri yang
sesuai denga alat, bahan, dan metodenya semua sama.
Selanjutnya perpusnas mengembangkannya secara detail
samapai prakteknya dan disesuainkan dengan kondisi bahan
pustaka yanga ada di Indonesia. Kita kembangkan,
disesuaikan dan yang terpenting tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah teori konservasi.
 Ellis Sekar Ayu:
Ya sudah sesuai, jadi kita pakai teori yang enkapsulasi yang
bahannya sudah sesuai bebas asam baik mylar maupun
double tape nya kalau secara dia manual, ataupun kita
menggunakan mesin.
b. Jika tidak, mengapa tidak menggunakan teori yang sudah ada?
Tolong dijelaskan!
3. Menurut bapak/ibu, apa yang melatarbelakangi Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi? Apakah
ada undang-undang khusus atau peraturan khusus yang menjelaskan
tentang enkapsulasi?
Jawab:
a. Jika iya, undang-undang nomor berapa yang menjelaskan secara
khusus tentang enkapsulasi?
b. Jika tidak, apa yang menjadi pedoman atau yang mendasari
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan
enkapsulasi? Apakah ada peraturan lain yang mendasari untuk
melaksanakan enkapsulasi?
 Made Ayu Wirayati:
Yang melatar belakangi tidak ada undang-undang khusus,
tapi berdasarkan hasil survey IRT (International Riview
Team) tahun nah itu mengatakan bahwa kondisi koleksi di
perpustakaan nasional sebagian sudah mengalami kerusakan
termasuk diantaranya surat kabar lama, dan itulah yang
menjadi acuan kita untuk melakukan enkapsulasi terhadap
surat kabar di Perpustakaan Nasional ini. Selain itu undang-
undang nomor 43 tahun 2007 dan peraturan PNRI no 3
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional
republik Indonesia juga mendasarinya karena kita
melestarikan. Jadi berdasarkan hasil survey IRT
(International Riview Team) mengatakan bahwa kondisi
koleksi di perpustakaan nasional sebagian sudah mengalami
kerusakan sekitar 70%.
 Ellis Sekar Ayu:
Tidak ada undang-undang khusus hanya menggunakan
undang-undang no 4 tahun 1990 sama no 43 tentang
perpustakaan, selain itu peraturan perpusnas no 3 sebagai
landasan dasar hukum.
4. Menurut bapak/ibu, jenis bahan pustaka apa saja yang dienkapsulasi
pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia? Selanjutnya,
mengapa bahan pustaka tersebut dienkpsulasi? Bagaimana dengan
bahan pustaka yang lain, apakah tidak bisa atau tidak perlu
dienkapsulasi?
 Made Ayu Wirayati:
Jadi bahan pustaka yang dienkapsulasi adalah surat kabar
langka, untuk peta baru dienkapsulasi tahun 2015 ini, karena
melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk di bleaching
tidak mungkin bisa dilakukan apa-apa hanya bisa dienkapsulasi.
Kenapa harus di enkapsulasi? Pertama karena faktor history dan
sangat bernilai, yang kedua itu enkapsulasi untuk menghindari
sentuhan langsung dengan tangan yang memiliki keasaman.
Selain itu untuk menyelamatkan informasi yang terkandung
didalamnya. Selain koran langka, peta, dan naskah kuno
biasanya kalo dikoleksi langka itu ada jenis-jenis surat-surat
perjanjian, ada sertifikat-sertifikat zaman Belanda itu juga
dienkapsulasi.
5. Menurut bapak/ibu, apakah Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia telah menghimbau atau mengajak kepada perpustakaan-
perpustakaan yang ada di Indonesia untuk melaksanakan pelestarian
bahan pustaka dengan enkapsulasi?
a. Jika sudah, apakah sudah diterapkan oleh perpustakaan-
perpustakaan yang ada di Indonesia? Selanjutnya, perpustakaan
mana saja yang sudah melaksanakan enkapsulasi?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Perpusnas melakukan penyuluhan ke daerah-daerah
kunjungan pelestarian diantaranya adalah enkapsulasi. Selain
itu juga diklat seperti diklat penunjangan misalnya diklat
kepustakawanan lalu ada materi enkapsulasi.
Saya kurang tahu sudah diterapkan pada perpustakaan-
perpustakaan yang ada di indonesia, mungkin beberapa.
Karena kendalanya adalah bahannya, bahan tersebutkan
import susah didapat dan mahal, dan beberapa perpustakaan
didaerah sulit untuk medapatkannya. Jadi sepertinya belum
diterapkan didaerah karena langkanya bahan seperti mylar.
Yang sudah melakukan enkapsulasi kemungkinan ANRI
(Arsip Nasional Republik Indonesia). Saya kurang tahu kalau
musium ya, musium Bung Karno dan Bung Hatta
mengenkapsulasi mata uang karena musium Bung Karno dan
Bung Hatta adalah anak dari Perpustakaan Nasional tentu
saja melakukan enkapsulasi.
 Ellis Sekar Ayu:
Iya, malah memberikan penyuluhan kesetiap provinsi, dari
setiap provinsi biasanya mengundang perpustakaan yang ada
di kabupaten kota, jadi kita mempraktekkan bagaimana cara
enkapsulasi, semacam Bimtek (Bimbingan Teknis).
Sejauh ini perpustakaan yang ada di Indonesia belum
melakukannya, Cuma untuk kalo pribadi mungkn iya, karena
itu kan meraka terapkan ke Ijazah sertifikat yang mereka
punyai kita sarankan jangan dilaminating tapi dienkapsulasi.
Karena untuk di perpustakaan kan bahan masih import mylar
nya jadi merka kesulitan adalam pengadaan bahan jadi belum
diterapkan. Perpustakaan yang telah melakukan enkapsulasi
perpusnas.
b. Jika belum, mengapa? Bagaimana caranya agar perpustakan-
perpustakaan lain bisa melaksanakan enkpsulasi?
B. Proses kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di
Perpustakan Nasional Republik Indonesia.
1. Menurut bapak/ibu, bagaimana proses kegiatan pelestarian bahan
pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia?
Jawab:
 Cecep Nurjanjati
Bagian pelestarian bahan pustaka bekerja sama dengan bagian
pelayanan. Bagian pelayanan mensortir mana yang
diprioritaskan untuk dienkapsulasi. Setelah disortir, lalu dibawa
ke bagian konservasi. Setelah bahan pustaka telah masuk
kebagian konservasi, selanjutnya petugas konservasi tersebut
membagi-bagi banyaknya bahan pustaka yang ingin
dienkapsulasi. Misalnya saja jatah tahun 2014 ini ada 2000
halaman berarti ada 1000 lembar. Dari 1000 lembar tersebut
dibagi sepuluh orang bearti setiap orang mendapatkan 100
lembar. Setelah pembagian tersebut terbagi secara merata,
selanjutnya petugas melakukan paginasi atau pemberian nomor
ulang pada bahan pustaka. Selanjutnya bahan pustaka tersebut
dibongkar, dengan menarunya di atas alas yang berfungsi
memudahkan pada saat mengangkat dokumen setelah
melakukan proses rising. karena apabila tidak menggunakan
alas maka resiko robek atau merusak dokumen saat
mengangkatan sangat tinggi. Selanjutnya koleksi tersebut
melalui tahapan rinsing. Rinsing yaitu perendaman dengan
menggunakan air mengalir. Rinsing dilakukan kurang lebih
selama satu jam, gunanya untuk menghilangkan debu dan
sedikit keasaman. Selain itu selama perendaman kotoran atau
debu akan terangkat dikit demi sedikit. setelah dokumen tersebut
diangkat maka selanjutnya melakukan proses penambalan
menggunakan mesin leaf caster. Penambalan dokumen berupa
koran tidak dilakukan secara manual melainkan mengunakan
mesin leaf caster. Sedangkan penambalan yang dilakukan secara
manual hanya khusus naskah. Setelah melakukan leaf casting
atau penambalan dokumen, makan dokumen tersebut di perkuat
dengan tissue Japanes atau tisu Jepang. Setelah diperkuat
dengan menggunakan tisu jepang, selanjutnya proses Flatenning
(meratakan) di atas Fleksi Glass (akrilik) dan dijemur. Setelah
kering lalu dibuka dan diangin-anginkan kembali. Selanjutnya
kita siapkan kebutuhaan untuk enkapsulasi. Langkah selanjutnya
menyiapkan plastik mylar atau plastik poliester yang bebas
asam. Metode lama yaitu menggunakan double tape. Sekarang
yang baru menggunakan mesin yaitu menggunakan mesin yang
bernama HDS KEEPER. Dengan mesin ini benar-benar tidak
ada udara karena benar-benar dipress pinggiran plastiknya.
2. Menurut bapak/ibu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan
enkapsulasi?
Jawab:
 Ellis Sekar Ayu:
Saat kondisi bahan pustaka belum terlalu rapuh, kalau sudah
rapuh kita mesti ekstra hati-hati. Karena kalau enkapsulasi itu
kan mesti melalui tahap leaf casting dulu ya, kalau kertasnya
sudah rapuh banget agak susah, bisa si cuma perlu ketelitian
ekstra dan penanganan ekstra.
 Cecep Nurjanjati:
Jadi dibagian konservasi tersebut terdapat beberapa kegiatan
pelestarian bahan pustaka selain enkapsulasi. Jadi disesuain
yang sesuai dengan kesiapan para petugasnya. Jadi awal tahun
atau awal anggaran baru dari bulan januari awal tahu kita sudah
mempersiapkan, jadi kegiatan yang mana dulu yang
diperioritaskan. Dari bulan februari, maret, dan april biasanya
kegiatan difokuskan untuk buku langka sama majalah langka.
Mei dan juni itu naskah dan manuskrip. Agustus peta. Dari
september sampai desember barulah kegiatan yang difokuskan
untuk koran yang dienkapsulasi. Jadi kurang lebih pertengahan
tahun melakukan enkapsulasi koran langka. Bahan pustaka yang
dienkapsulasi sesuai permintaan pemustaka.
Bahan pustaka seperti apa yang sudah waktunya harus
dienkapsulasi? Jadi dilihat dari kebutuhan pemustaka. jadi bahan
pustaka yang sering dimanfaatkan pemustaka kemungkinan
bahan pustaka tersebut kemungkinan mengalami kerusakan,
bagian yang hilang rapuh dan mendapatkan perhatian untuk
menyelamatkn bahan pustaka tersebut. Selanjutnya mengenai
sejarah bahan pustakan tersebut apabila memiliki nilai history.
Jadi bahn pustaka yang dikonservasi itu minimal berumur 50
tahun. Jadi koran jepang lalu perpusnas juga memiliki koran
terbitan indonesia. Pnri juga menjalankan uu no 4 tahun 1990
mengenai KRKC (Karya Rekam, Karya Cetak) jadi setiap
penerbit harus menerbitkan 2eksemplar dua judul kepada
Perpustakaan Nasional yaitu dari nilai-nilai historys. Yasudah
cuman dari itu saja.
3. Menurut bapak/ibu, sebelum bahan pustaka dienkapsulasi, bahan
pustaka tersebut harus melalui proses apa saja yang pada akhirnya
bahan pustaka tersebut dapat dienkapsulasi?
Jawab:
 Cecep Nurjanjati
Jadi proses sebelum dienkapsulasi yaitu direndam di dalam air
(Rinsing) namun tidak perlu diputihkan terlebih dahulu
(Bleaching). Kalo bleaching kita melihat jenis kertas atau kertas
yang sulit di bleaching. Kalau untuk koran sama majalah
kertasnya beda dengan kertas-kertas yang model eropa. Jadi kalo
keluaran kertas eropa contohnya stakbalt zaman dahulu kalo kita
terawang ada watermarknya atau gambar ditengah dilantai 5
ada, jadi gambar watermark itu menunjukkan tahun berapa
dibuat, jadi gambar tersebut seperti embos jadi gambar tersebut
nimbul, itu merupakan kertas eropa. Sedangkan model majalah
sama koran itu beda. Jadi begitu kita bleaching bukannya kita
lestarikan malah mengahancurkan koran tersebut. Jadi kita harus
mengetahui terlebih dahulu karakteristik jenis kertas bahan
pustaka. Jadi tidak kita bleaching kecuali buku langka, peta, tau
gambar baru kita bleaching.
4. Menurut bapak/ibu, apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam
melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia?
Jawab:
 Cecep Nurjanjati:
Jadi kan ada yang menggunakan mesin dan ada juga yang
manual. Alat yang digunakan untuk enkapsulasi dengan mesin
yaitu menggunakan mesin HDS KEEPER. Kalau yang manual
kita menggunakan pemberat, terus cutter, gunting, sama alas
cuttingmet atau cuttermet. Kalau bahan itu plastik poliesther
atau mylar sama double tape. Jadi untuk pelaksanaan
memperkuat bahan pustaka dengan enkapsulasi. Jadi proses
penguatan koran itu menggunakan tisu Jepang, jadi sebelum
dienkapsulasi menggunakan tisu Jepang. Jadi bahan pustaka
yang sudah rapuh diperkuat atau ditempelkan tisu Jepang sesuai
ukuran lembaran koran. Untuk menempelkan tisunya itu kita
gunakan lem. Lem tersebut adalah lem CMC. Nah seperti ini(
beliau menunjukan lem CMC tersebut). Jadi lem tersebut
langsung menyatu dengan tisu, jadi transparan.
5. Menurut bapak/ibu, apa saja teknik atau langkah-langkah dalam
melaksanakan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia?
Jawab:
 Cecep Nurjanjati:
Jadi teknik dan langkanya setau saya itu sama semuanya. Jadi
langkahnya ya dokumen yang sudah dikonservasi kita perbaiki,
apabila sudah siap setelah itu kita persiapkan mylar sesuai
dengan dokumen yang telah kita konservasi ini.
6. Menurut bapak/ibu, apakah ada teori yang mengatur tentang
langkah-langkah dalam melaksanakan enkapsulasi? Jika ada,
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menggunakan teori yang
mana?
Jawab:
 Ellis Sekar Ayu:
Teori ada, perpusnas sendiri membuat dan menggunakan teori
sendiri.
 Cecep Nurjanjati:
Iya, jadi mungkin dulu kita bicara soal dulu, jadi kita
menggunakan double tape, kita kasih rongga yang atau sela
udara, nah kebetulan waktu itu saya bersama atasan diajak
malaysia disana menggunakan yaitu HDS KEEPER, mesin yang
membantu kita memudahkan untuk kita mengenkapsulasi,
selanjutnya pulang dari sana lalu saya bilang keatasn kenapa kita
tidak ajukan untuk mengadakan mesin HDS KEEPER tersebut?
Lalu atasan tersebut mengajukan pada saat waktu anggaran baru
atau awal tahun. Jadi (beliau langsung mengambilkan buku
terbitan perpusnas engenai pelestarian bahan pustaka). Jadi
terbitan terdahulu, tidak menggambarkan enkapsulasi secara
rinci dan jelas. Sekarang kita satu team bersama bu Elis bu Ayu
kita sudah mulai menerbitkan buku seperti ini (sambil
menunjukan buku terbitan perpusnas) nanti saya kasih dan bisa
dibaca-baca. Perpusnas itu menggunakan teori yang sudah ada
lalu dijelaskan secara rinci.
C. Solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan
pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional
Republik Indonesia.
1. Menurut bapak/ibu, apa saja kendala dalam melaksanakan
pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Yaitu mengenai bahannya, kalau alat alhamdulillah sudah ada
mesin yang paling baru yaitu HDS KEEPER, SDM nya juga
sudah ada. Yang menjadi kendala cuma bahan karena tidak
semua plastik bisa dipakai untuk enkapsulasi dan double side
tape juga harus import karena harus bebas asam itu saja
bahannya yang masih sulit dan anggaran tentu saja. Faktor
kebijakan tidak menjadi kendala karena tidak ada kebijakan
tertulis. Kalau kebijakan untuk melestariakan memang harus
karena memang seharusnya melestarikan. Kalau pelestarian kan
ada tuh ya di undang-undang, Cuma terbentur lagi dengan bahan
yang susah karena harus import. Kebijakan memang sudah ada
perpusnas harus melestarikan surat kabar Cuma yang menjadi
kendala adalah keterbatasan yang diberikan oleh negara kepada
perpusnas dan keterbatasan bahan yang harus diimport, itu saja.
anggaran tidak bisa turun beberapa miliyar karena harus dibagi-
bagi dengan bagian lainnya.
 Ellis Sekar Ayu:
Kendala yang dialami yaitu masalah bahan yang tidak tepat
waktu, jadi kita sudah menyusun light table (meja berlampu)
mengerjakan misalkan mengerjakan enkapsulasi dibulan juni
agustus kadang bahannya belum datang suka pekerjaanya
kadang suka mundur dan tahun beriknya menjadi permasalahan
banget.
 Cecep Nurjanjati
Jadi begini, kedalanya itu jadi kan kita masih mengimport
bahan-bahan yang digunakan untuk enkapsulasi seperti tisu
jepang terus termasuk mylarnya kitakan masih mengimport
keluar. Jadi kita kan sudah merencanakan pengadaan bahan
untuk bulan september, jadi kan kita memesan melalui rekanan.
Pada saat kita sudah siap semua, koran sudah kita konservasi
nahkan kita tinggal mengenkapsulasinah kita nunggu mylarnya
itu, jadi mungkin bisa datang sekitar bulan oktober, jadi
pemesanan memang sudah jauh-jauh hari tapi kan kadang-
kadang seperti ini jadi kalo di Indonesia ya kendala seperti di
beacukai. Jadi berat pasti dihitung kan namanya rollan kan kita
misalnya membutuhkan 2000halaman. Kan saya sudah biasa ya,
jadi satu roll itu kita butuhkan ukuran normal dari surat kabar itu
kan sekitar 40x60 kita lebihkan, jadi satu roll itu Cuma dapat 45
lembar atas bawah. Jadi kan kalau 2000 halaman sekian roll
baru kita pesan. Jadi yaitu satu kendalanya.
2. Menurut bapak/ibu, bahan pustaka yang seperti apa yang sulit
dienkapsulasi? Selanjutnya, bahan pustaka seperti apa yang paling
mudah dienkapsulasi?
 Ellis Sekar Ayu
Paling kalo yang susah itu dokumen yang terlalu tebal, kalau
tipis seperti hvs dan sejenisnya masih gampang jadi hasilnya
bagus tetapi kalau terlalu tebal jadinya agak bergelombang.
 Cecep Nurjanjati
Bahan pustaka yang paling sulit dienkapsulasi yaitu bahan
pustaka yang sudah benar-benar rapuh, yang sudah tidak dapat
dikonservasi, jenisnya biasanya ada koran, jadi ada macam2
jenisnya tergantung dari sana dari layanan, jadi satu lembar ni
udah terceraiberai, nah pada saat kita meleaf chasting itu ga
mungkin nanti begitu kena semprotan air ia akan hancur, nah itu
jadi kita apa adanya. Kita hilangkan ke asamannya, jadi
bentuknya ga beraturan ya begitu aja mau kita tambalpun sangat
sulit. Jadi tidak dikasih tisu lagi, jadi apa adanya saja seperti
kertas yang robek-robek ya sudah kita alasi dengan mylar terus
langsung kita tutup kita kasih plastik lagi biar dia ga kemana-
mana (tercerai-berai), jadi ga ditambal juga ga dikasih tisu
namun kita hilankan keasamannya. Itu yang benar-benar rapuh
yang paling sulit dienkapsulasi mau nambalpu kita ga bisa.
Yang paling mudah, yaitu kertasnya yang kuat dan masih utuh,
jadi sebenarnya seperti ini, yang dulu pernah saya dapatkan
enkapsulasi itu sebenarnya seperti ini memang khusus untuk
yang sudah rapuh, sepanjang perjalanan kesininya itu sudah
berubah lagi, jadi ini seperti yang saya bilang tadi surat kabar
sudah kita konservasi tadinya rapuhkan, kita kasih tisu. Setelah
jadi dan selesai kita proses pengeringan dan kita striming itu
sudah kuat karena sudah denga tisu nah terus diperkuat lagi
dengan enkapsulasi. Jadi kalau dulu waktu saya ke malaysia itu
surat kabar setelah kita konservasi yasudah langsung dijilid
tidak dienkapsulasi
3. Menurut bapak/ibu, apakah ketersediaan alat dan bahan untuk
melaksanakan enkapsulasi mengalami kendala? Jika iya, apa
kendalanya dan mengapa kendala tersebut bisa terjadi?
 Cecep Nurjanjati
Jadi kendalanya mylar dan double tape yang dipesan dari luar.
Jadi kan begini, double tape yang di produksi Indonesia itu kan
mereknya kenko joyko pokomya macam-macam kalau itu
tingkat keasamannya tinggi. Tapi yang layak untuk konservasi
itu merknya 3M, atau scots brand. Nah itu yang layak, itu sudah
kita lihat bahkan kita coba itu perbedaanya jauh jadi mas hanif
bisa meliahat perbedaan yang ini pakai 3M ini pakai yang merk
kenko misalnya seperti itu.
Untuk alatnya tidak ada kendala misalnya manual, kalau
menggunakan mesin kendalanya paling ini masalah kemarin ini
menunggu intruktunya jadi misalnya kita sudah pesan, tapi ga
bisa menjalankan dan menoprasikannya ya kita menunggu
instrukturnya. Itu kalau untuk mesin, jadi kan mesih ada dua tuh
nah HDS KEEPER kan mesin yang baru yang satunya lagi yang
lama adlah siller. Kalau ini kan menggunakan ultra sonic. Jadi
mesin yang lama sudah rusak. Jadi modelnya dimasukkan
kemesinnya seperti yag bungkus kue namun alatnya sudah
rusak. Jadi pemanasnya menggunakan ribon, jadi ada tembaga
begitu dihubunhkan kelistrik dia akan memanas nah pada saat
panas dia cuman mengepresnya atas bawah. Cuma
kelemahannya itu meninggalkan nodan bakar, jadi keliahatan
benar hasil pembakarannya itu. Kalau mesinya yang baru tidak,
alus sekali hasilnya. Dari caranya juga beda dia menggunakan
ultra sonic. Kalau yang lama kan jelas-jelas mnggunakan
pembakaran. Mesin tersebut diproduksi dari luar, kalau yang
HDS kipper dari Inggris, kalau yang siller itu kemarin kalau ga
salah america punya.
4. Menurut bapak/ibu, selain alat dan bahan faktor apa saja yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan enkapsulasi di Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia?
a. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor sumber daya
manusia? Jika iya, mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana
solusinya? Tolong dijelaskan!
 Ellis Sekar Ayu
Ya, soalnya sumber daya manusia kan yang menentukan,
jadi rapih atau tidaknya bagus atau tidaknya teliti atau
tidaknya. Solusinya dikasih tau contoh yang benar, tetapi
kadang suka keraskepala, maunya yang gampang dan cepat.
 Cecep Nurjanjati
Iya, sebenarnyakan begini SDM disini itu kalau boleh
apaya, tidak merata. Dalam artikata seperti ini, sudah
diterapkan aturan main. Ini contoh gambarannya, jadi
prosesnya dari A-Z namun pada pelaksanaanya itu bukan
dari A lagi, mungkindari Z ke R gitu. Ini hanya
gambarannya saja. Jadi ungkin pada saat di training atau
kita kasih tahu mungkin ada yang ga masuk atau sungkan
untuk nanya, tapi untuk informasi itu kita dari mulut
kemulut sesama teman jadi harus begini harus begini, jadi
biar semuanya seragam, sama satu suara ini dari A-Z tapi ya
kadang-kadang prakteknya ya gitu mungkindari SDMnya.
Jadi beberapa ada teman disini yang pengin bisa, pengin
pintar jadi mengikuti diklat, tadi ada teman-teman yang
begitu diajukan tentang diklat ada yang segan tidak mau.
Itu salah satunya jadi pada saat sudah dihadapkan hal-hal
yang trouble yasudah tidak bisa.
Solusinya yang minimal kita harus mendampinginya. Jadi
disini kadang-kadang ada yang kekeh dengan pendiriannya
tapi tetap kita yang tahu dan bisa kita kasih tahu supaya
jangan sampai salah fatal.
b. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor kebijakan? Jika
iya, mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya? Tolong
dijelaskan!
 Ellis Sekar Ayu
Tidak, karena kebijakan justru mempermudah mendorong
 Cecep Nurjanjati
Kalau kebijakan tidak, karena kebijakan kan sifatnya dari
atas turun kebawah yang terpenting adalah adanya
komunikasi. Jadi ga masalah mengenai kebijakan.
c. Apakah kendala tersebut disebabkan oleh faktor biaya? Jika iya,
mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana solusinya? Tolong
dijelaskan!
 Ellis Sekar Ayu
Biaya tidak menjadi masalah karena sudah dianggarkan.
 Cecep Nurjanjati
Kalo biaya itu kan, jadi kan sudah dikomunikasikan antara
atasan dan petugas dilapangan. Kalau misalnya kita
mengerjakan sekian 2000 halaman, terus kita butuhkan alat
dan bahannya berapa, yang tau pimpinan dan rekanan. Jadin
anggaran tidak masalah tiggal kita ajukan. Jadi tidak ada
keterlabatan turunnya anggaran. Jadi kan begini, anggaran
itu kan pada saat rekanan mengadakan anggaran sini kan
belum cair, nah rekana sebagai pihak ketiga mengadakan
dulu sesuai kebutuhan kita. Stelah ada pencairn tinggal
dibayar kerekanan tersebut, jadi ga ada masalah. Kita kan
sudah tahu misalnya anggar untuk surat kabar sepuluh ribu,
yasudah sepuluh ribu saja, itu misalnya.
d. Apa saja kendala yang dialami paska bahan pustaka
dienkapsulasi? Mengapa itu bisa terjadi dan bagaimana
solusinya? Tolong dijelaskan!
 Ellis Sekar Ayu
Paska enkapsulasi, paling setelah dilayankan itu menjadi
lebih berat ya, bawanya transitnya. Terus kadang
mencarinya tidak segampang sebelumnya perlu ketelitian.
Agak dibutuhkan tenaga untuk membukanya.
 Cecep Nurjanjati
Mungkin begini, tadinya awalnya koran/surat kabar itu
dijilid, jadi ketebalannya misalnya 7cm setelah
dienkapsulasi berubah jadi 15cm karena ada penambahan
tisu jepang, plastik mylar. Kalau misalnya dulu dijilid kan
menggunakan box. Kendalanya bukan di bagian kita namun
dibagian pelayanan. Jadi makin berat proses
penyimpanannya juga mungkin lebih sulit. Jadi misalnya
mau melihat atau mau memfotokopi mencarinya sedikit
terkendala. Itu termasuk kendala pelayananya setelah
dienkapsulasi.
5. Menurut bapak/ibu, bagaimana solusi guna menghadapi kendala-
kendala yang dialami Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan
enkapsulasi?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Solusinya tentu saja yang pertama anggaran, yang kedua
diusahakan untuk bahan tidak import bagaimana caranya kita
membeli bahan untuk enkapsulasi tidak import, yang ketiga
kebijakan tertulis untuk proses preservasi fisik ini harus
segara ada supaya semua didaerah indonesia bisa
melakukannya juga enkapsulasi. SDM tentu saja menjadi
kendala, SDM itu hanya ada di Perpustakaan Nasional semua
daerah kurang untuk enkapsulasi namun itu tidak begitu
menjadi masalah, namun yang menjadi masalah adalah
kemampuan Perpustakaan Nasional untuk melakukan
penyuluhan, sosialisasi ke daerah-daeran di Indonesia yang
bisa menyadarkan mereka untuk bisa melakukan enkapsulasi.
 Ellis Sekar Ayu
Solusinya ya kalau maslah bahan mungkin mesti dipesan
jauh-jauh hari pelaksanaan, mungkin terkait sama rekanannya
atau sama proses dibandaranya atau beacukay, jadi mungkin
benar-benar harus ditangani oleh orang-orang yang mengerti
supaya tidak terjadi masalah.
 Cecep Nurjanjati
Yang terpenting masalah bahan harus tepat waktu. Yang
paska enkapsulasi misalnya satu judul dari 7cm dipaksakan 1
box ga bisa, jadi harus dibuat 2 box tapi satu judul, box A
dan B. Misalnya indonesia raya itukan terbitan tahun1945
sapai dengan 10950an gitu kan itu satu jilid, nah setelah
konservasi harus dibuat menjadi 2 box supaya menjadi
ringan. Bahan harus tepat waktu aja, kalo ga kita kan dituntuk
sampai desember kalau bahnnya belum datang menjadi
menumpuk. Begitu bahan lewat dari september atau oktober
baru datang kita kwalahan karena desember harus selesai.

Pertanyaan tambahan:
a. Menurut ibu kebijakan peestarian Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia sesuai atau tidak dengan realita yang ada
dilapangan seperti sdm teknologi dan sarana prasarana?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Ya hampir sesuai, memang sesuai untuk perpusna ada
sarana dan prasarana sdmnya ada bahannya ada
tekhnologinya ada hampir semua ada bahan import jug
masih bisa Cuma anggaran tidak bisa sebesar yang kita
minta selain itu sudah oke.
b. Bahan kan suka telat datang untuk menanggulanginya itu seperti
apa?
Jawab:
 Made Ayu Wirayati:
Untuk menanggulanginya memang sulit ya, karena kita
memang import. kadang-kadang tertahan di beacukai, dan ya
itu yang menjadi kendala kita tidak bisa memungkiri. Paling
tidak kita harus mengganti dengan kegiatan yang lainya dulu
itu akan dilaksanakan setelah barang keluar. Dalam setahun
kan banyak kegiatan ada konservasi buku, majalah dan lain-
lain, nah enkapsulasi merupakan kegiatan terakhir setelah
barang datang.
Gambar Gambar
Bahan Pustaka Yang Telah dienkapsulasi Mesin HDS KEEPER

Gambar Gambar
Penulis Menyalakan Mesin HDS KEEPER Penulis Mempraktekkan Enkapsulasi
Dengan Mesin HDS KEEPER
BIODATA PENULIS

Hanifudin Ibrahim, dilahirkan atas izin Allah SWT sebagai buah hati dari

pasangan bapak Muhammad Mundirin dan ibu Rumini, anak ketiga dari tiga

saudara bertempat di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 1993. Menyelesaikan

pendidikan MI Al-ANWAR Jakarta (1999 - 2005 ), MTSN 19 Jakarta (2005 -

2008), MAN 11 Jakarta (2008 – 2011), dan kuliah mengambil Jurusan Ilmu

Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-

2015). Dalam masa perkuliahan penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan mengikuti kegiatan Kuliah kerja

nyata di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Rasa, Bogor. Pernah menjadi regu

inti Pramuka MI-MTS, ikut andil menjadi OSIS, tim futsal dan marawis MTSN

19 Jakarta, anggota music MAN 11, anggota organisasi JIPMusik (Musik Jurusan

Ilmu Perpustakaan) 2014-2015, anggota komunitas musik Cilandak Familia,

anggota komunitas Intan Skateboarding Community and Culture, dan anggota

Satu Atap Fondution yang bergerak pada bidang sosial.

Anda mungkin juga menyukai