Anda di halaman 1dari 181

PELAKSANAAAN KEGIATAN

PEMUSNAHAN ARSIP DINAMIS INAKTIF


Studi Kasus pada Unit Kearsipan Utama
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menangah

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:
LAGA AL AHLI
NIM. 1113025100052

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441H / 2020M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PELAKSANAAN KEGIATAN PEMUSNAHAN ARSIP DINAMIS


INAKTIF
Studi Kasus pada Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh :
LAGA AL AHLI
NIM : 1113025100052

Di bawah bimbingan,

Mukmin Suprayogi, M.Si


NIP. 19620301 199903 1 001

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441H / 2020M
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : LAGA AL AHLI

NIM : 1113025100052

Program Studi : Ilmu Perpustakaan

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang

lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap

gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan

kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian

hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, Mei 2020

LAGA AL AHLI
i

ABSTRAK

LAGA AL AHLI (NIM: 1113025100052). Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis


Inaktif: Studi Kasus pada Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah. Di bawah bimbingan Mukmin Suprayogi, M.Si. Program Studi Ilmu
Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2020.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan pemusnahan
arsip dinamis inaktif yang dilaksanakan di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Setditjen Dikdasmen) dan upaya mengatasi kendala
dalam pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah observasi, wawancara dan kajian pustaka. Sedangkan teknik analisis data meliputi:
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian ini meliputi:
1). Kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen
telah mempunyai pedoman/landasan hukum yang jelas, baik dari peraturan pelaksanaan
kegiatannya maupun acuan terhadap pemusnahan arsip yang diatur melalui JRA (Jadwal
Retensi Aktif). Prosedur pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan
Utama memiliki 6 tahapan, Unit Kearsipan Utama melakukan pelaksanaan pemusnahan arsip
dinamis volume besar pada bulan April tahun 2018 dengan menggunakan jasa Pabrik Kertas
PT. Aspek Kumbong. Arsip dimusnahkan dengan cara dicacah, total jumlah arsip yang
dimusnahkan seberat 7 ton dan terdiri dari arsip maupun non arsip. 2). Upaya yang dilakukan
Unit Kearsipan Utama dalam mengatasi kendala ketika melakukan pelaksanaan kegiatan
pemusnahan arsip dinamis inaktif adalah: a). Melakukan upaya rekonstruksi arsip oleh Unit
Kearsipan Utama yang berguna untuk memudahkan penata arsip dalam menyesuaikan data dan
fisik arsip agar mudah ditemukan kedepannya, sehingga penata arsip dapat lebih efektif dan
efisien dalam menyiapkan Daftar Arsip Inaktif, b). Melakukan Workshop dan Sosialisasi
Kearsipan ke tiap-tiap Unit Pengolah/Unit Pencipta secara berangsur-angsur, dengan adanya
kegiatan tersebut secara perlahan Pengadministrasi Umum memiliki kemampuan dan
pemahaman tambahan untuk mengatasi permasalahan dalam mengelola arsipnya sendiri
sehingga kekurangan SDM (Sumber Daya Arsip) yang terjadi di Unit Kearsipan Utama dapat
diminimalisir dengan cara memaksimalkan SDM (Sumber Daya Arsip) yang ada, c). Panitia
tim penilai arsip melakukan Follow Up lebih secara intens, dengan cara follow up by phone di
H-1 bahkan hari H penilaian arsip ke seluruh unsur penilai arsip. Dengan demikian panitia tim
penilai arsip bisa mencarikan pengganti yang setara kompetensi di bidangnya juga pemahaman
tentang arsipnya, Sehingga waktu penilaian arsip tetap sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Kata Kunci : arsip dinamis inaktif, pemusnahan arsip, pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip
dinamis inaktif
ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil alamiin. Segala puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada

Allah SWT, yang telah memberikan kasih sayang dan melimpahkan nikmat, taufiq, berkah,

rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif Study Kasus pada

Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah”.

Shalawat serta salam semoga selalu tersampaikan kepada manusia terbaik, manusia paling

sempurna dan manusia yang paling memanusiakan manusia yakni baginda Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam kelancaran skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa

dan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yakni ayahanda tercinta Syarifudin

Muhadi dan ibunda tercinta Khadijah yang telah mendidik, mendoakan, serta memberikan

bantuan moril serta materil kepada penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran

sehingga dapat melangkah hingga sampai ke titik ini dan menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tersusunnya serta penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari

dukungan, bimbingan dan motivasi dari semua pihak yang meluangkan waktu serta ilmunya

dalam membantu penulis. Maka dari itu, pada kesempatan ini izinkan penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA, selaku Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.


iii

3. Ibu Siti Maryam, S.Ag., S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.

4. Bapak Amir Fadhila, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.

5. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu, mengarahkan, dan menuntun penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Demisioner Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.

7. Ibu Fadhilatul Hamdani, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan

ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.

9. Pihak Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian. Terutama kepada Ibu Siti Nuraeni M., S.Pd, M.Si, selaku Kepala

Sub Bagian TU (Pemegang Tanggung Jawab Pelaksana Tugas Unit Kearsipan Utama)

dan Hasbi Fikri, S.IP, selaku Pengadministrasi Umum TU (Koordinator Pengelolaan

Arsip Unit Kearsipan Utama), Bapak Madha, S.Pd., MM, selaku Arsiparis Unit

Kearsipan Kementerian, dan Bapak Fheby Azhom Arrafiqie, S.IP, selaku Koordinator

Penata Arsip Unit Kearsipan Utama yang telah berkenan membantu penulis dalam

memberikan informasi kepada penulis saat melakukan penelitian.

10. Terima kasih kepada keluarga tercinta, wabil khusus Ayahanda Syarifudin Muhadi dan

Ibunda Khadijah yang selalu mendoakan, memberi nasehat, memberi semangat baik

moril dan materil, selalu sabar, selalu perhatian dan mengingatkan kepada penulis untuk

secepatnya menyelesaikan tanggung jawab skripsi ini. Untuk kakak perempuan saya

Dias Sya-Sya yang telah memberikan dukungan dan masukannya. Serta untuk Encang
iv

Kambun, Encang Tani dan Encang Nurzein yang selalu mendoakan, mengingatkan dan

memberikan dukungan kepada penulis.

11. Terima kasih pula kepada keluarga besar majelis nurul gautsiah, wabil khusus guru kami

tercinta Buya Zainal Arifin, serta para saudara dan sahabat Mang Abeng+Aqil, Bang

Ryo, Mang Asip, Tevez, Uda Ramli, Zahrudin, Bang Ipul, Bang Jek, Om Vito, Mang

Uung, Mas Kadar, Bang Putra dan Sensei Wim. Terimakasih atas bimbingan ilmu, doa,

kebaikan, motivasi, perhatian, pengingat dan semangat kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih pula kepada para sahabat-sahabat penulis Egi Al Maroghi, Muhammad

Agustina, Fajar Alamsyah, Mochammad Ardiansyah, Apriyanto, Dimas Satrio,

Taufiqqurahman, Renjana Dian, Rury Agnesia, Syifa Duhita, Anten Eka Gantani,

Natasia Pusvita, Dyah Ayu, Dyta Medina, Nur, Azizah, Gita Fitri Astuti, Cindy Mayang

Sari, Ayu Dwi Martinda dan Magfira Hidayati. Terimakasih untuk kisah, kasih, doa,

semangat, kebaikaan, perhatian, pengingat untuk penulis mengerjakan skripsi ini.

13. Terima kasih untuk sahabat sepercangkiran Hafiz Al Farisi, Rizky Alphiral, Abil

Ramandha, Alfathan Rezkaldi, Ival Ramadhan, Bintang Tri Fajar, Adam Al Hadi,

Qusye, Fadli, Algy, Kugy, Rudek, Okta Panca, Chaerul Fatah, dan Njee. Terimaksih

untuk kisah, kasih, doa, semangat, kebaikaan, perhatian, pengingat untuk penulis

mengerjakan skripsi ini.

14. Terima kasih pula untuk kawan-kawan Pion 2013 Abdul Jalil, Reza Pahlevi, Mustahdi,

Ropi Ahmad, Fajar Edi Jatmiko, Triyanto, Muhammad Zaki, Muhammad Reza, Farih

Faruk Mufasir dan Sangga Nurul Huda. Terimakasih untuk kisah, kasih, doa, semangat,

kebaikaan, perhatian, pengingat untuk penulis mengerjakan skripsi ini.


v

15. Kepada para senior di Jurusan Ilmu Perpustakaan, Moh. Rifqi Muzaki, Triyona Febri

Guwantoro, Eko Raharjo, Rizki Ahmad Ghazali, Soekarno Kurniawan, Ari Sumitro,

Aldi Eri Susanto, Bayu Asamara, Zulfikar Arman, Bang Al Muhdil Karim, Haikal,

Hoerullah Iyung, Hafiz Om, Braja dan Fauza Arbie. Terimakasih untuk kisah, kasih,

ilmu, doa, semangat, kebaikaan, perhatian, pengingat untuk penulis mengerjakan skripsi

ini.

16. Kepada para adik-adik penulis, Nungky Syintia F, Racheilia Shafara, Fajar Dwi

Wicaksono, Lutfi Julizar, Indra Saputra Damanik, Fahrizal Mufti, Mery, Desi, Sofia

Almari, Asma Mutia, Isni Nurhayati, Novi dan Lucy. Terimakasih untuk kisah, kasih,

doa, semangat, kebaikaan, perhatian, pengingat untuk penulis mengerjakan skripsi ini.

17. Terimakasih kepada Widad Inayati dan Miftahur Rohmah untuk yang sudah baik

dengan kebaikannya.

18. Kepada seluruh teman-teman KKN SAKTI (Seperti Air Kita Terinspirasi) atas kisah,

kasih, perjuangan selama satu bulan mengabdi kepada masyarakat Desa Ranca Buaya.

19. Seluruh teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Jakarta angkatan

2013, yang terutama kelas IPI B 2013 atas kebersamaannya selama kuliah dan yang

sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya.

20. Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir ini,

yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terima kasih untuk segalanya, semoga Allah

SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada penulis.

Aamiin.

Jakarta, Mei 2020

Laga Al Ahli
vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
D. Definisi Istilah ................................................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................................. 11

A. Arsip ............................................................................................................... 11
1. Pengertian Arsip ........................................................................................ 11
2. Arsip Dinamis ............................................................................................ 13
3. Kegunaan Arsip Dinamis .......................................................................... 16
4. Pengelolaan Arsip Dinamis ....................................................................... 19
B. Penyusutan Arsip............................................................................................ 23
1. Pengertian Penyusutan Arsip ..................................................................... 23
2. Pengertian JRA (Jadwal Retensi Aktif) ..................................................... 25
C. Kegiatan Pemusnahan Arsip ......................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................... 39

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ..................................................................... 39


B. Pemilihan Informan ........................................................................................ 40
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 42
D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 44
E. Variabel dan Indikator Penelitian ................................................................... 45
vii

F. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 47


G. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 51

A. Profil Objek Penelitian ................................................................................... 51


B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 56
1. Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ......................... 56
2. Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif Unit Kearsipan Utama
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ............ 58
3. Upaya Unit Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Mengatasi Kendala Pelaksanaan
Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif ........................................... 90
C. Pembahasan .................................................................................................... 95
1. Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah .............................. 96
2. Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif Unit Kearsipan Utama
Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah ............ 98
3. Upaya Mengatasi Kendala dalam Pemindahan Arsip Dinamis Inaktif Unit
Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah .................................................................................................. 130

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 135

A. Kesimpulan..................................................................................................... 135
B. Saran ............................................................................................................... 137

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 139

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan


Menengah ............................................................................................................................... 53
Gambar 1 Strukur Organisasi Kearsipan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah ............................................................................................................. 54
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identitas Informan ................................................................................................... 41


Tabel 2 Variabel & Indikator Penelitian.............................................................................. 46
Tabel 3 Jadwal Penelitian .................................................................................................... 48
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk

yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa

bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang.1 Informasi dalam

kehidupan sehari-hari adalah suatu hal yang selalu berdampingan dan tak

bisa terpisahkan dengan manusia karena informasi mempunyai nilai

manfaat yang besar. Seiring dengan perkembangan zaman serta teknologi,

manusia dapat dengan mudah menciptakan, mengolah dan merawat

informasi.

Arsip merupakan salah satu contoh bentuk informasi yang

mempunyai nilai penting dalam berbagai hal serta dapat menjadi bukti yang

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Menurut Undang-Undang RI

Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan Pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa

arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan

media sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah,

lembaga, pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.2

1
Tata Sutabri, Konsep Sistem Informasi (Yogyakarta: Andi, 2012), h. 1.
2
Republik Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan” (Indonesia, 2009).
2

Arsip sebagai bentuk sumber informasi sangat dibutuhkan pada

setiap kegiatan organisasi sebagai pendukung proses kerja administrasi dan

pelaksanaan fungsi manajemen. Kearsipan mempunyai peranan sebagai

“pusat ingatan”, sebagai “sumber informasi” dan “sebagai alat pengawasan”

yang sangat diperlukan dalam setiap organisasi dalam rangka kegiataan

“perencanaan”, “penganalisaan”, “pengembangan, perumusan

kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuat laporan,

pertanggungjawaban, penilaian dan pengendalian setepat-tepatnya.3 Maka

dapat disimpulkan arsip merupakan sumber ingatan bagi suatu organisasi,

karena arsip menampung beraneka ragam bahan informasi yang berguna

dan penting untuk dapat diperlukan dengan cepat, tepat dan setiap saat,

dalam rangka membantu memperlancar pengambilan keputusan, tak

terkecuali pada lembaga negara seperti Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

(Setditjen Dikdasmen) adalah sebuah lembaga yang dimana sebagai unsur

pelaksana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),

secara struktural berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan. Setditjen Dikdasmen mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pendidikan dasar dan menengah. Sebagai lembaga negara yang mempunyai

tugas seperti yang dijelaskan penulis di atas, Setditjen Dikdasmen

mengharuskan untuk dapat mengendalikan arsip dengan baik dan tepat,

3
Basir Barthos, Manajemen Kearsipan Untuk Lembaga Negara, Swasta, Dan Perguruan
Tinggi (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 2.
3

demi memperlancar pengambilan keputusan dan keberlangsungan hidup

dari lembaga tersebut. Struktur organisasi kearsipan pada Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yakni Unit Kearsipan Kementeriannya terletak

di Bagian Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Setjen Kemendikbud). Lalu pada tataran struktur kearsipan di

lingkungan Setditjen Dikdasmen, terdapat Unit Kearsipan Utama yang

terletak di Bagian Umum dan Kerjasama, tepatnya pada Sub Bagian Tata

Usaha Setditjen Dikdasmen. Selain itu Sub Bagian Tata Usaha merupakan

pelaksanan tugas atau yang memegang wewenang dalam urusan arsip di

Setditjen Dikdasmen, lalu Unit Pengolah/Unit Pencipta Arsip yakni

Unit/Bagian Kerja yang ada di Lingkungan Setditjen Dikdasmen.

Sesuai dengan ketentuan umum Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayan Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 1 ayat 3, menerangkan

bahwa tata kearsipan adalah pengaturan dan penyimpanan dokumen

sehingga secara teratur, setiap saat ditemukan dapat dengan mudah dan

cepat ditemukan kembali.4 Adapun arsip yang biasa ditemukan atau pada

umumnya dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan

dan penyelenggaraan administrasi negara disebut arsip dinamis. Arsip

dinamis merupakan dokumen yang masih digunakan dalam pengambilan

keputusan. Secara definisi arsip dinamis artinya informasi terekam,

termasuk data dalam sistem komputer, yang dibuat atau diterima oleh badan

4
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAN Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan” (Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan, 2016).
4

korporasi atau perorangan dalam transaksi kegiatan atau melakukan

tindakan sebagai bukti aktivitas tersebut.5 Maka dapat disimpulkan dari

pemaparan di atas bahwa urgensi terhadap tata kelola arsip sangatlah

signifikan bagi suatu lembaga, terutama urgensi terhadap pengelolaan arsip

dinamis. Oleh sebab itu, setiap lembaga memiliki tanggung jawab terhadap

pengelolaan arsip dinamis.

Pengelolaan arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis

secara efisien, efektif dan sistematis yang meliputi penciptaan, penggunaan

dan pemeliharaaan serta penyusutan.6 Hal tersebut bertujuan untuk

menjamin keselamatan dan ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan

kegiatan sehari-hari sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat bukti yang

sah berdasarkan sistem pada lembaga tersebut.

Pengelolaan arsip dinamis sejatinya penting dilakukan dan diberi

perhatian khusus terutama dalam hal penyusutan arsip. Penyusutan arsip

merupakan kegiatan pengurangan jumlah arsip yang meliputi pemindahan

arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kersipan, pemusnahan arsip yang

tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga

kearsipan negara yakni Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Kita

semua pasti mengetahui bagaimana arsip tercipta di suatu lembaga/badan

beriringan dengan penyelenggaraan kegiatan sehari-hari di lembaga/badan

tersebut. Ketika arsip yang diciptakan tidak diimbangi dengan arsip yang

disusutkan, maka dengan demikian akan menimbulkan menumpuknya arsip

5
Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami Dan Mengelola
Informasi Dan Dokumen (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 13.
6
Mutiawatul Wardah, “Pengelolaan Arsip Dinamis,” Jurnal LIBRIA 8, No 1 (June 2016):
h. 60.
5

yang menyebabkan arsip sulit ditemukan, memakan banyak tempat untuk

penyimpanan arsip tersebut, bahkan dapat menghambat penyelenggaraan

kegiatan sehari-hari lembaga/badan tersebut. Hal tersebut terjadi karena

kesadaran akan penting pengelolaan arsip terutama dalam hal penyusutan

pada lembaga/badan di Indonesia masih sangat minim.

Namun saat ini, pada tiap lembaga negara di Indonesia, sudah mulai

menyadari dan memperhatikan bagaimana pentingnya pengelolaan arsip

dinamis inaktif. Setditjen Dikdasmen merupakan salah satu lembaga yang

mulai dari tahun 2016 mencoba untuk membangun proses kesadaran tentang

pentingnya mengelola arsip dinamis inaktif. Dimulai dari 2016 sampai

sekarang perubahan yang signifikan sangat terasa dimana arsip yang tadinya

menumpuk di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ber-dus-dus

sekarang sudah mulai dapat dikelola. Fokus yang menjadi perhatian Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ialah perihal pengelolaan arsip

terutama dalam hal penyusutan arsip dinamis inaktif. Arsip yang tiap

harinya terus bertambah/tercipta seiring berjalannya kegiatan di Setditjen

Dikdasmen dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan yang semestinya

dapat menunjang pekerjaan. Selain itu, arsip yang semestinya sudah harus

disusutkan juga ketika tidak segera dilakukan pengurangan akan memakan

banyak tempat untuk penyimpanannya.

Maka dari itu, salah satu dari kegiatan penyusutan arsip yakni

pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip sangat amat penting dilakukan,

karena dapat menjadi solusi utama ketika volume arsip sudah tidak dapat

dibendung sehingga menyebabkan penumpukan arsip yang mengakibatkan


6

memakan tempat untuk penyimpanan serta sulitnya dalam mencari arsip

untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan di atas

penulis sangat tertarik untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana

pelaksanaan kegiatan penyusutan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen, terutama dalam hal kegiatan pemusnahan arsip

dinamis inaktif. Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat hal tersebut ke

dalam tugas akhir yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan

Arsip Dinamis Inaktif Studi Kasus Pada Unit Kearsipan Utama

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulis membatasi penelitian dengan membahas kegiatan

penyusutan arsip yakni pada pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip

dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama, serta upaya untuk menangani

kendala dalam pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di

Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah pada tahun 2018.

Dari batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah

penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di

Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah?
7

2. Bagaimana upaya untuk menangani kendala dalam pelaksanaan

kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, secara keseluruhan

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di

Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah.

2. Mengetahui upaya untuk menangani kendala dalam pelaksanaan

kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Berdasarkan tujuan di atas, ada beberapa manfaat berdasarkan

penelitian tersebut sebagai berikut:.

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

perkembangan ilmu perpustakaan serta kearsipan.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan

memberikan kontribusi pemikiran bagi Sekretaris Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah dalam melakukan kegiatan penyusutan

arsip dinamis inaktif, terkhusus pada kegiatan pemusnahan arsip

dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.


8

D. Definisi Istilah

Arsip adalah rekaman peristiwa dan kegiatan dalam bentuk media sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, berguna

sebagai informasi yang mempunyai nilai penting dalam berbagai hal serta

dapat menjadi bukti yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Arsip Dinamis adalah arsip yang masih dipergunakan secara langsung

setiap hari pada suatu organisasi untuk perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian kegiatan operasional.

Arsip Dinamis Inaktif adalah arsip yang tidak lagi dipergunnakan secara

terus menerus atau frekuensi penggunaannya sudah menurun, atau hanya

dipergunakan sebagai referensi saja.

Pengelolaan Arsip Dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis

secara efisien, efektif dan sistematis yang meliputi penciptaan,

penggunaan dan pemeliharaaan serta penyusutan.

Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip yang

meliputi pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kersipan,

pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip

statis kepada lembaga kearsipan negara yakni Arsip Nasional Republik

Indonesia.

Sekretariat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Setditjen

Dikdasmen) adalah sebuah lembaga yang dimana sebagai unsur

pelaksana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Secara

struktural berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan.


9

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memberikan gambaran umum tentang

apa yang dibahas oleh penulis dalam setiap bab dari penelitian ini. Adapun

sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab pembuka yang membahas mengenai landasan pemikiran

yang menjadi latar belakang penelitian ini harus dilakukan,

rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur

Bab ini berisikan literatur yang bertujuan untuk memberikan

gambaran kepada pembaca. Landasan teori yang digunakan

disesuaikan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh

peneliti meliputi: pengertian, buku pedoman, dan lain

sebagainya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini memuat tentang jenis dan pendekatan peneltian yang

akan digunakan, kriteria pemilihan informan, teknik

pengumpulan data baik itu sumber data primer maupun data

sekunder, teknik pengolahan serta analisis data yang

dilakukan pada saat penelitian di Unit Kearsipan Utama

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah.
10

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil temuan di lapangan sesuai

dengan aspek yang dikaji oleh penulis yakni mencangkup

profil objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V Penutup

Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, berisi

kesimpulan dari penyajian hasil penelitian yang

dikemukakan oleh penulis, dan penulis juga memberikan

saran-saran yang merupakan masukan dan sumbangan

pemikiran penulis.
11

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Arsip

1. Pengertian Arsip

Sebagaimana kita harusnya berkenalan maka alangkah baiknya

penulis memperkenalkan apakah yang dimaksud dengan arsip tersebut.

Kata istilah arsip meliputi 3 pengertian: 1). Kumpulan naskah atau

dokumen yang disimpan; 2.) Gedung (ruang) penyimpanan kumpulan

naskah atau dokumen; 3.) Organisasi atau lembaga yang mengelola dan

menyimpan kumpulan naskah atau dokumen.7

Negara Indonesia sebenarnya sudah memiliki Undang-Undang

yang mengatur tentang kearsipan yakni Undang-Undang RI Nomor 43

Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2. Dalam pasal dan ayat tersebut Undang-

Undang ini menerangkan bahwa arsip adalah rekaman kegiatan atau

peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan

diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga

pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan,

dan perseorangan dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara8.

7
Sedarmayanti, Tata Kearsipan: Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern, Revisi
(Bandung: Mandar Maju, 2015), h. 32.
8
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan, 2009
12

Setiap pekerjaan dan kegiatan di organisasi memerlukan data dan

Informasi. Salah satu sumber data adalah arsip, karena arsip adalah

bukti dan rekaman dari kegiatan atau transaksi mulai dari kegiatan

terdepan (loket dan tempat pembayaran) sampai pada kegiatan-kegiatan

pengambilan keputusan, dimana untuk pengambilan keputusan arsip

akan diolah, baik secara manual maupun berbasis elektronik, menjadi

suatu informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.9

Begitupun menurut Barthos, arsip sebagai bentuk sumber

informasi sangat dibutuhkan pada setiap kegiatan organisasi sebagai

pendukung proses kerja administrasi dan pelaksanaan fungsi

manajemen. Kearsipan mempunyai peranan sebagai “pusat ingatan”,

sebagai “sumber informasi” dan “sebagai alat pengawasan” yang sangat

diperlukan dalam setiap organinasi dalam rangka kegiataan

“perencanaan”, “penganalisaan”, “pengembangan, perumusan

kebijakan, pengambilan keputusan, pembuat laporan,

pertanggungjawaban, penilaian dan pengendalian setepat-tepatnya.10

Menurut Sedarmayanti, pada kenyataannya, pengertian arsip

bukan hanya berarti kertas saja, tetapi dapat berarti naskah, buku, foto,

film, mikro film, rekaman suara, gambar peta, gambar bagian dan

dokumen-dokumen lain dalam segala bentuk dan sifatnya, asli atau

salinan serta dengan segala macam penciptaannya, dan yang dihasilkan

atau diterima oleh sesuatu organisasi/badan, sebagai bukti dari tujuan

9
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan ke Manajemen (Malang: UB Press, 2018) h. 11.
10
Barthos, Manajemen Kearsipan Untuk Lembaga Negara, Swasta, Dan Perguruan
Tinggi, h. 2.
13

organisasi, fungsi, prosedur pekerjaan atau kegiatan pemerintah lainnya

atau karena pentingnya informasi yang terkandung di dalamnya.11

Sementara itu menurut Sue McKemmish, Arsip atau dokumen

arsip dapat dikonseptualisasikan sebagai informasi yang direkam

muncul dari transaksi. Arsip dibuat sebagai produk sampingan dari

kegiatan sosial dan organisasi dalam perjalanan mentransaksikan bisnis

dalam bentuk apa pun, baik oleh pemerintah, bisnis, organisasi

masyarakat atau individu pribadi.12

Berdasarkan pemaparan teori diatas, maka dapat disimpulkan

arsip merupakan rekaman peristiwa dan kegiatan dalam bentuk media

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

beraneka ragam segala penciptaannya, berguna sebagai sumber

informasi bagi suatu organisasi/badan baik pemerintah maupun swasta,

masyarakat maupun individu pribadi untuk keperluan bisnis maupun

sebagai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan untuk diperlukan

dengan cepat dan setepat-tepat, dalam rangka membantu memperlancar

pengambilan keputusan.

2. Arsip Dinamis

Jenis arsip dapat dibedakan berdasarkan fungsinya menjadi dua

jenis, yaitu arsip dinamis (records) dan arsip statis (archieve). Namun,

penulis membatasi hanya fokus kepada arsip dinamis.

11
Sedarmayanti, Tata Kearsipan: Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern. h. 32.
12
McKemmish, Sue, “Yesterday, Today and Tomorrow: A Continium of Responsibility,”
Proceedings of The Record Management Association of Australia 14th National Convention,
September 15, 1997, h. 2.
14

a. Pengertian Arsip Dinamis

Istilah arsip dinamis berasal dari konsep Belanda yaitu

dynamisch archief. Di indonesia istilah arsip dinamis seringkali

diganti dengan nama rekaman/rekod (records), dalam Undang-

Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan disebutkan bahwa

arsip dinamis adalah arsip yang digunakan secara langsung dalam

kegiatan penciptaan arsip dan disimpan dalam jangka waktu tertentu

karena masih memiliki nilai guna premier. Arsip digunakan secara

langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggraaan

kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara

langsung dalam penyelenggaraan administrsi negara. Dengan kata

lain arsip dinamis adalah arsip milik organisasi pemerintah dan atau

swasta yang masih dipergunakan dalam rangka melaksanakan fungsi

dan kegiatan organisasi tersebut.

Arsip dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung

dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan, kehidupan

kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung

dalam penyelenggaraan administrasi negara. Arsip dinamis juga

berarti informasi terekam, termasuk data dalam sistem komputer,

yang dibuat atau diterima oleh organisasi dalam melakukan

aktivitasnya13

Menurut Sulistyo-Basuki, arsip dinamis (records) artinya

informasi terekam, termasuk data dalam sistem komputer, yang

13
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen. h.12
15

dibuat atau diterima oleh badan korporasi atau perorangan dalam

transaksi kegiatan atau melakukan tindakan sebagai bukti aktivitas

tersebut. Definisi tersebut merujuk kepada mengapa arsip dinamis

diciptakan dan alasan mengapa arsip dinamis disimpan. Arsip

dinamis yang disimpan menunjang kegiatan sehingga disimpan

sebagai bukti aktivitas tersebut.14

Menurut Mutiawati, Arsip dinamis adalah arsip yang

dipergunakan secara langsung dalam kegiatan penyelenggaraan

administrasi negara, baik arsip tersebut digunakan dalam hal

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan operasional.15

Jadi arsip dinamis adalah sebuah informasi yang terekam,

termasuk data dalam sistem komputer, yang dibuat atau diterima

oleh organisasi/lembaga serta masih digunakan secara langsung

yang dapat menunjang kegiatan dalam perencanaan, pelaksanaan,

penyelenggaraan, kehidupan kebangsaan dalam penyelenggaraan

administrasi negara.

b. Jenis-Jenis Arsip Dinamis

Menurut Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang

Kearsipan, arsip dinamis dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Arsip dinamis aktif adalah arsip yang masih sering digunakan

untuk kegiatan administrasi dengan kata lain frekuensi

penggunaannya tinggi dan terus menerus.

14
Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami Dan Mengelola
Informasi Dan Dokumen, h. 13.
15
Mutiawatul Wardah, “Pengelolaan Arsip Dinamis,” Jurnal LIBRIA 8, No 1 (Juni 2016):
h. 54.
16

2) Arsip dinamis inaktif merupakan arsip yang sudah jarang

digunakan untuk kegiatan atau frekuensi penggunaannya telah

menurun.

Begitupun menurut Sedarmayanti, arsip dinamis dapat dirinci

lagi menjadi:

1) Arsip dinamis aktif, yaitu arsip yang masih dipergunakan terus

menerus, bagi kelangsungan pekerjaan di lingkungan unit

pengolahan organisasi/lembaga.
2)
Arsip dinamis inaktif, yaitu arsip yang tidak lagi

dipergunnakan secara terus menerus atau frekuensi

penggunaannya sudah jarang, atau hanya dipergunakan

sebagai referensi saja. 16

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembagian arsip dinamis

dibagi menjadi dua macam yaitu arsip dinamis aktif dan inaktif.

Kedua macam pembagian arsip dinamis tersebut tergantung pada

penggunaan arsip pada organisasi/lembaga yang menggunakannya.

3. Kegunaan Arsip Dinamis

Arsip mempunyai nilai guna tersendiri, Menurut Badir Munir

Sukoco dalam tulisan Mutiawatul Wardah tentang pengelolaan arsip

dinamis di Jurnal LIBRIA, nilai guna arsip adalah nilai arsip yang

didasarkan pada kegunaannya bagi organisasi. Ditinjau dari

kepentingan organisasi, nilai guna arsip dibagi menjadi 2, yaitu:

16
Sedarmayanti, Tata Kearsipan: Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern, h. 33.
17

a. Nilai Guna Primer

Didasarkan pada kegunaan bagi kepentingan lembaga pencipta

arsip. Ada beberapa nilai guna primer bagi suatu organisasi, antara

lain:

1) Nilai guna administratif, yaitu dokumen inaktif yang digunakan

dalam menentukan policy organisasi dan memiliki nilai guna

administratif. Dokumen semacam itu meliputi bagan

organisasi, pernyataan visi dan misi, serta tata tertib yang

mengatur operasional organisasi. Dari sini akan dapat diketahui

perkembangan organisatoris sebuah organisasi yang berguna

bagi pemakai pada masa mendatang.

2) Nilai guna fiskal, berupa nilai guna dokumen yang menyangkut

kegunaan uang untuk keperluan audit atau operasional, data

yang diperlukan untuk menyusun laporan tahunan atau

menyelesaikan pengisian pajak organisasi, berkas transaksi

seperti pembelian dan penjualan, laporan keuangan, dan

ringkasan transaksi keuangan.

3) Nilai guna hukum, berupa nilai guna dokumen bagi organisasi

menyangkut kepentingan hukum. Dokumen yang berkaitan

dengan kepemilikan, persetujuan, transaksi, kontrak, bukti

menyelesaikan tugas sesuai dengan persyaratan hukum,

pelaksanaan standar keselamatan kerja, atau dampak analisis

lingkungan merupakan bentuk dokumen yang ada karena nilai

guna hukum.
18

4) Nilai guna historis, berupa nilai dokumen yang disimpan bukan

karena kepentingan bisnis, melainkan karena kepentingan

historis yang merekam sebuah peristiwa yang bertautan dengan

kegiatan. Nilai historis sebuah dokumen dikaitkan dengan nilai

dokumen pada masa mendatang bagi para pengguna internal

menyangkut organisasi. Surat yang ditandatangani oleh

pahlawan nasional seringkali memiliki nilai historis dengan

tidak memandang isinya.

b. Nilai Guna Sekunder

Merupakan nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan arsip

bagi kepentingan umum di luar Lembaga pencipta arsip. Biasanya

arsip atau dokumen ini digunakan sebagai bahan bukti dan

pertanggungjawaban sosial. Ada dua nilai guna yang termasuk

didalamnya:

1.) Nilai guna kebuktian, mengenai bagaimana organisasi atau

perusahaan didirikan, dikembangkan, diatur, serta pelaksanaan

fungsi dan kegiatannya.

2.) Nilai guna informasional, menyangkut informasi untuk

kepentingan penelitian dan kesejarahan tanpa dikaitkan dengan

organisasi penciptanya. Informasi yang digunakan merupakan

informasi tentang orang, tempat, benda, fenomena, masal.

Contohnya adalah arsip toko buku berisi penjualan buku untuk


19

seorang pahlawan nasional. Di sini informasi yang diutamakan

menyangkut tokohnya dan bukan tentang toko buku.17

Berdasarkan dengan penjelasan di atas, dapat dismpulkan

bahwa nilai guna arsip dinamis itu dibagi menjadi dua yaitu nilai

guna primer dan nilai guna sekunder. Nilai guna primer arsip

diantaranya adalah nilai guna administratif, nilai guna fiskal, nilai

guna hukum, nilai guna historis. Untuk arsip dinamis dengan nilai

guna sekunder diantaranya adalah nilai guna kebuktian dan nilai

guna informasional. Nilai guna arsip dinamis tersebut juga

didasarkan pada kegunaannya bagi organisasi/lembaga.

4. Pengelolaan Arsip Dinamis

Arsip Kegiatan pengelolaan arsip dinamis sebagaimana terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan,

dijelaskan bahwa pengelolaan arsip dinamis adalah proses pengendalian

arsip dinamis secara efisien, efektif, dan sistematis meliputi penciptaan,

penggunaan, pemeliharaan dan penyusutan arsip.

Pengelolaan/Manajemen Arsip dalam ISO (15489-1-2001)

didefinisikan sebagai bidang manajemen yang bertanggungjawab dalam

menciptakan sistem yang efisien dan pemeriksaan sistematis dari

penciptaan, penerimaan, pengaturan, penggunaan dan pemusnahan arsip

dinamis, termasuk didalamnya proses penangkapan dan mengatur bukti

17
Mutiawatul Wardah, “Pengelolaan Arsip Dinamis,” Jurnal LIBRIA 8, No 1 (Juni 2016):
h. 55-57.
20

dari informasi tentang kegiatan bisnis dan transaksi dalam bentuk arsip

dinamis.18

Sementara itu menurut Zawiyah M. Yusof dan Robert W. Chell

manajemen arsip itu berbeda dari arsip, karena manajemen arsip itu

ialah kebutuhan untuk menanggapi bagaimana pengelolaan arsip

tersebut. Manajemen Arsip menjadi semakin diidentifikasi sebagai alat

administrasi, penting untuk efisiensi manajemen organisasi, kebanyakan

organisasi mengadopsi praktik manajemen arsip hanya untuk

menghilangkan masalah yang disebabkan oleh pengelolaan arsip

mereka yang tidak efisien dan tidak sistematis.19

Lebih lanjutnya tujuan pengelolaan arsip dinamis dalam suatu

organisasi adalah untuk menjamin keselamatan dan ketersediaan arsip

dalam penyelenggaraan kegiatan sehari-hari sebagai bahan akuntabilitas

kinerja dan alat bukti yang sah berdasarkan sistem pada lembaga

tersebut. Jadi, pengelolaan arsip dinamis dapat disimpulkan meliputi

empat tahap:

a. Penciptaan Arsip Dinamis

Tahap pertama adalah tahap penciptaan arsip dinamis,

merupakan suatu proses yang terjadi tatkala tulisan dituangkan ke

dalam bentuk kertas, atau data dihasilkan dari komputer, informasi

diterima pada film,atau media lainnya. Pada tahap ini, arsip dapat

18
International Standard Organization ISO 15489-1, Information and Documentation-
Recors Management, 2001.
19
Zawiyah M. Yusof and Robert W. Chell, “Towards a Theoretical Construct for Records
Management,” Records Management Journal 12, No. 2 (2002): h. 56.
21

berupa surat/naskah yang dibuat oleh instansi/kantor atau yang

dibuat oleh instansi lain, yang diterima lembaga yang kita kelola.

b. Penggunaan Arsip Dinamis

Tahap kedua adalah penggunaan arsip dinamis, merupakan

tahap penggunaan aktif dengan jangkauan waktu beberapa hari dan

mungkin sampai tahunan. Pada tahap ini pemakai sering

menggunakan arsip dinamis serta memerlukan akses cepat ke berkas

dinamis. Karena tingkat penggunaannya yang sering, serta butuh

akses yang cepat, maka arsip dinamis disimpan di kantor pada

tempat-tempat penyimpanan seperti filing cabinet atau almari arsip.

Umumnya arsip dinamis memiliki siklus hidup aktif sekitar satu

sampai dua tahun, namun masih ada juga arsip dinamis yang

memiliki siklus aktif yang lebih panjang. Misalnya, berkas pegawai

(karyawan) pasti merupakan berkas aktif selama pegawai tersebut

tetap bekerja di suatu instansi.

c. Pemeliharaan Arsip Dinamis

Tahap ketiga adalah tahap pemeliharaan arsip dinamis,

merupakan upaya yang dilakukan agar informasi yang terkandung

di dalam arsip dinamis tersebut dapat digunakansewaktu-waktu

apabila dibutuhkan. Lebih lanjut, dalam pemeliharaan arsip dinamis

meliputi kegiatan penataan arsip yang berada di unit pengolah arsip

dinamis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


22

d. Penyusutan Arsip Dinamis

Tahap keempat adalah tahap penyusutan arsip dinamis,

merupakan kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara

pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan,

pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan

arsip statis kepada lembaga kearsipan negara.

Tahap ini memerlukan langkah awal yang harus diperhatikan

adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan seri arsip dinamis

tersebut. Langkah kedua adalah melakukan pengembangan dalam

penentuan penyimpanan dan penyutan arsip. Langkah ketiga adalah

melakukan penilaian arsip dalam hal menentukan apakah arsip

dinamis tersebut akan disimpan atau dilakukan tahap yang lebih

lanjut. Langkah keempat adalah melakukan pemusnahan arsip

dinamis, dalam hal pemusnahan maka harus mempertimbangkan

terlebih dahulu apakah arsip tersebut harus dipertahankan atau tidak

digunakan sama sekali. Setelah melakukan penilaian apakah arsip

dinamis tersebut dapat dipertahankan maka langkah kelima adalah

mengalihkan arsip dinamis yang inaktif tersebut kedalam arsip

statis.20

20
Mutiawatul Wardah, “Pengelolaan Arsip Dinamis,” Jurnal LIBRIA 8, No 1 (Juni 2016):
h. 63-64.
23

B. Penyusutan Arsip

1. Pengertian Penyusutan Arsip

Penyusutan arsip merupakan salah satu bagian penting dalam

pengelolaan arsip, dapat dikatakan penting karena setiap

organisasi/lembaga pasti memiliki arsip-arsip yang tidak memiliki nilai

guna dan akan membuat permasalahan jika terus di diamkan. Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan menjelaskan pada pasal 1 ayat 23 bahwa penyusutan arsip

adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan

arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip

yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis pada

lembaga kearsipan.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Tahun 2016 No. 068 Pasal 42 Penyusutan arsip meliputi:21

a. Pemindahan Arsip Inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan;

b. Pemusnahan arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna; dan

c. Penyerahan Arsip Statis dari Unit Kearsipan Kementerian ke Arsip

Nasional RepubIik Indonesia.

Menurut Sulistyo-Basuki, penyusutan arsip dinamis merupakan

kegiatan pengurangan arsip dinamis dengan cara:

a. Memindahkan arsip dinamis aktif yang memiliki frekuensi

penggunaan rendah ke penyimpanan arsip dinamis inaktif

21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAN Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.”
24

b. Memindahkan arsip dinamis inaktif dari unit pengolah atau penerima

ke pusat arsip dinamis inaktif

c. Memusnahkan arsip dinamis bila sudah jatuh waktu

d. Menyerahkan arsip dinamis inaktif dari unit arsip dinamis inaktif ke

depo arsip statis.22

Menurut Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochammad

Chaezienul Ulum, penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan

jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip dinamis in-aktif dari unit

pengolah ke unit kearsipan atau record center, pemusnahan arsip yang

tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga

kearsipan atau depo arsip dari sebuah lembaga induk.23

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas penulis menyimpulkan

bahwasannya kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara

pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan,

pemusnahan arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna dan penyerahan

arsip statis ke ANRI

Tujuan Penyusutan Arsip:

a. Mendapatkan penghematan dan efisiensi

b. Pendayagunaan arsip dinamis (aktif dan inaktif)

c. Memudahkan pengawasan dan pemeliharaan terhadap arsip yang

masih diperlukan dan bernilai tinggi

22
Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami Dan Mengelola
Informasi Dan Dokumen, h. 309.
23
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen, h. 57.
25

d. Penyelamatan bahkan bukti kegiatan organisasi.24

2. Pengertian Jadwal Retensi Arsip JRA

Tujuan penyusutan arsip akan tercapai jika setiap organisasi

memiliki program dan rencana pengurangan arsip. Program tersebut

meliputi penetapan jangka simpan arsip (retensi arsip) beserta penetapan

simpan permanen dan musnah. Periode retensi pertama, yang dikenal

sebagai periode penyimpanan, dapat memiliki durasi berapa pun,

termasuk nol sesuai dengan JRA (Jadwal Retensi Arsip). Setelah

periode penyimpanan berakhir, arsip dalam folder dikatakan memenuhi

syarat untuk melakukan pemindahan.25

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun

2009 tentang Kearsipan pada pasal 1 ayat 22 menjelaskan bahwa JRA

(Jadwal Retensi Arsip) adalah daftar yang berisi sekurang-kurangnya

jangka waktu penyimpanan atau retensi, jenis arsip dimusnahkan, dinilai

kembali, atau dipermanenkan yang dipergunakan sebagai pedoman

penyusutan dan penyelamatan arsip.

Sementara menurut Menurut Muhammad Rosyihan Hendrawan

dan Mochammad Chaezienul Ulum, penyusutan arsip di sebuah

lembaga, dilaksanakan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA), yang

ditetapkan oleh pimpinan tertinggi sebuah lembaga dan mendapat

24
Boedi Martono, Penyusutan Dan Pengamanan Arsip Vital Dalam Manajemen Kearsipan
(Jakarta: Sinar Harapan, 1997), h. 41-42.
25
“Understanding Digital Records Management: Records Management Solution for
Today’s Regulatory Environtment,” Records Management Focus White Paper, n.d., h. 11.
26

persetujuan Kepala ANRI. Maka dalam hal ini yang dimaksud Jadwal

Retensi Arsip (JRA) adalah:

a. Salah satu komponen instrumen wajib kearsipan (selain tata naskah

dinas, klasifikasi arsip, klasifikasi keamanan dan akses arsip)

b. Menggambarkan jenis-jenis arsip dari lembaga pencipta (creating

agency)

c. Berbentuk suatu daftar yang berisi jangka simpan arsip, nasib akhir

(musnah atau permanen)

d. Sebagai dasar hukum untuk menyimpan arsip, memusnahkan arsip

yang tidak bernilai guna dan sebagai dasar hukum retensi atau

penyusutan arsip.26

Menurut Boedi Martono, JRA (Jadwal Retensi Arsip) merupakan

suatu daftar yang berisi tentang kebijakan jangka penyimpanan arsip dan

penetapan simpan permanen dan musnah. Pada Jadwal retensi arsip

akan terkandung unsur-unsur:

a. Judul subjek utama yang merupakan gambararan dari seluruh seri

berkas yang dimiliki organisasi.

b. Jangka simpan atau usia arsip baik aktif maupun inaktif.

c. Penetapan simpan permanen dan musnah.27

Jadwal Retensi Arsip adalah daftar yang berisi tentang jangka

waktu penyimpanan arsip yang dipergunakan sebagai pedoman

penyusutan arsip. Penentuan jangka waktu penyimpanan arsip (retensi

26
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen, h. 57.
27
Boedi Martono, Penyusutan Dan Pengamanan Arsip Vital Dalam Manajemen
Kearsipan, h. 47.
27

arsip) ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap tiap berkas. Untuk

menjaga obyektifitas dalam menentukan nilai kegunaan arsip tersebut.

Biasanya Jadwal Retensi Arsip disusun oleh suatu panitia yang terdiri

dari para pejabat yang benar-benar memahami kearsipan, fungsi dan

kegiatan instansinya masing-masing.28

Berdasarkan pemaparan diatas, Jadwal Retensi Arsip (JRA) ini

diperlukan sebagai pedoman untuk pelaksanaan kegiatan penyusutan

arsip, yang sekaligus sebagai sarana pengendalian arsip yang tercipta

dan yang dipindah maupun dimusnahkan.

C. Kegiatan Pemusnahan Arsip

Kegiatan penyusutan arsip merupakan upaya untuk mengurangi

jumlah arsip yang tercipta. Selama organisasi/lembaga melaksanakan

fungsinya, selama itu pula arsip akan senantiasa tercipta. Semakin hari arsip

akan mengalami peningkatan jumlah, jika tidak diimbangi dengan kebijakan

pengurangan arsip. Kegiatan penyusutan arsip terdiri dari 3, namun penulis

kali ini hanya membatasi pada kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif.

Lembaga-lembaga negara atau Badan-badan Pemerintahan dapat

melakukan pemusnahan arsip yang tidak mempunyai nilai kegunaan dan

telah melampaui jangka waktu penyimpanan sebagaimana tercantum dalam

Jadwal Retensi Arsip masing-masingnya.29

28
Barthos, Manajemen Kearsipan Untuk Lembaga Negara, Swasta, Dan Perguruan
Tinggi, h. 106.
29
Barthos, h. 104.
28

Menurut Peraturan Kepala ANRI No. 37 Tahun 2016, menjelaskan

bahwa prosedur pemusnahan arsip oleh Pencipta Arsip memiliki 7 tahapan,

yakni:30

a. Tahapan Pertama, Pembentukan Panitia Penilai Arsip

Pembentukan panitia penilai arsip ditetapkan oleh pimpinan

Pencipta Arsip dengan panitia yang berjumlah ganjil. Tugas dari panitia

penilai arsip ialah melakukan penilaian arsip yang akan dimusnahkan.

Panitia penilai arsip sekurang-kurangnya harus memenuhi unsur:

1) Pimpinan Unit Kearsipan sebagai ketua merangkap anggota

2) Pimpinan Unit Pengolah yang arsipnya akan dimusnahkan sebagai

anggota, dan

3) Arsiparis sebagai anggota.

Dalam hal Pencipta Arsip yang belum memiliki Arsiparis, anggota

dapat digantikan oleh pegawai yang mempunyai tugas dan

tanggungjawab di bidang pengelolaan arsip.

b. Tahapan Kedua, Penyeleksian Arsip

Penyeleksian arsip dilakukan oleh panitia penilai arsip melalui JRA

dengan cara melihat pada kolom retensi inaktif dan pada kolom

keterangan dinyatakan musnah. Arsip yang memiliki retensi inaktifnya

telah habis atau terlampaui dan pada kolom keterangan dinyatakan

musnah, maka arsip tersebut dapat dikategorikan sebagai arsip usul

musnah.

30
Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 tentang Pedoman
Penyusutan Arsip, 2016
29

Jika Pencipta Arsip belum memiliki JRA, maka dalam

melaksanakan pemusnahan arsip harus mendapatkan persetujuan Kepala

ANRI terlebih dahulu, selanjutnya jika sudah disetujui baru akan bisa

mengikuti tahapan prosedur pemusnahan arsip.

c. Tahapan Ketiga, Pembuatan Daftar Arsip Usul Musnah

Setelah mendapatkan hasil dari penyeleksian arsip, hal tersebut

selanjutnya akan dituangkan kedalam daftar arsip usul musnah.

Pembuatan daftar arsip usul musnah sekurang-kurangnya berisi: nomor,

jenis arsip, tahun, jumlah, tingkat perkembangan dan keterangan.

d. Tahapan Keempat, Penilaian Arsip

Pada tahapan peninalian arsip, panitia penilai melakukan verifikasi

secara langsung terhadap fisik arsip atas dasar rekomendasi dari daftar

arsip usul musnah yang sudah dibuat. Hasil penilaian akan dituangkan

kedalam pertimbangan tertulis oleh panitia penilai arsip.

e. Tahapan Kelima, Permintaan Persetujuan Pemusnahan

Selanjutnya, syarat persetujuan/pertimbangan pemusnahan arsip

terdiri dari:

1) Pemusnahan arsip di lingkungan lembaga negara harus mendapatkan

persetujuan tertulis dari Kepala ANRI

2) Pemusnahan arsip di lingkungan pemerintahan daerah provinsi yang

memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun harus

mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala ANRI


30

3) Pemusnahan arsip di lingkungan pemerintahan daerah kabupaten/kota

yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun harus

mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala ANRI

4) Pemusnahan arsip di lingkungan perguruan tinggi negeri yang

memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun harus

mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala ANRI

5) Pemusnahan arsip di lingkungan BUMN atau BUMD yang memiliki

retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun harus mendapatkan

pertimbangan tertulis dari Kepala ANRI

6) Pemusnahan arsip di lingkungan pemerintahan daerah provinsi yang

memiliki retensi dibawah 10 (sepuluh) tahun harus mendapatkan

persetujuan tertulis dari gubernur

7) Pemusnahan arsip di lingkungan pemerintahan daerah kabupaten/kota

yang memiliki retensi dibawah 10 (sepuluh) tahun harus mendapat

persetujuan tertulis dari bupati/walikota

8) Pemusnahan arsip di lingkungan perguruan tinggi negeri yang

memiliki retensi dibawah 10 (sepuluh) tahun harus mendapat

persetujuan tertulis dari rektor atau sebutan lain yang sejenis

9) Pemusnahan arsip di lingkungan BUMN atau BUMD yang memiliki

retensi dibawah 10 (sepuluh) tahun harus mendapat pertimbangan

tertulis dari pimpinan BUMN atau BUMD.

Ketentuan mengenai permohonan dan persetujuan/pertimbangan

pemusnahan arsip harus dengan memperhatikan daftar arsip usul musnah

yang sudah dibuat. Hal tersebut berlaku secara mutatis mutandis bagi
31

perusahaaan atau perguruan tinggi swasta yang kegiatannya dibiyai

dengan anggaran negara dan/atau bantuan luar negeri.

Jika dalam hal pemusnahan arsip tanpa JRA terlebih dahulu harus

mendapatkan persetujuan dari Kepala ANRI tanpa membedakan

retensinya.

Proses permohonan persetujuan/pertimbangan pemusnahan arsip

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Menyampaikan surat permohonan persetujuan/pertimbangan dari

pimpinan Pencipta Arsip kepada Kepala ANRI / Gubernur / Bupati /

Walikota / Rektor sesuai wilayah kewenangannya.

2) Menyampaikan daftar arsip usul musnah berupa salinan cetak dan

salinan elektronik.

3) Menyampaikan surat pertimbangan oleh panitia penilai arsip.

f. Tahap Keenam, Penetapan Arsip yang akan Dimusnahkan

Pada tahap penetapan arsip yang akan dimusnahkan, Pimpinan

Pencipta Arsip mengeluarkan penetapan terhadap arsip yang akan

dimusnahkan dengan mengacu pada persetujuan tertulis dari Kepala

ANRI / Gubernur / Bupati / Walikota / Rektor sesuai wilayah

kewenangannya, dengan memperhatikan daftar usul musnah arsip dan

surat pertimbangan dari panitia penilai arsip.

g. Tahapan Ketujuh, Pelaksanaan Pemusnahan Arsip

Selanjutnya tahapan akhir, yakni pelaksanaan pemusnahan arsip.

Pelaksanaan pemusnahan arsip mempunyai ketentuan yang harus

diperhatikan, adapaun ketentuannya:


32

1) Dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi arsip musnah dan

tidak dapat dikenali

2) Disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) pejabat dari Unit Kerja

Bidang Hukum dan/atau Unit Kerja Bidang Pengawasan dari

Lingkungan Pencipta Arsip yang bersangkutan.

3) Disertai penandatanganan berita acara yang memuat daftar arsip yang

dimusnahkan.

Pelaksanaan pemusnahan arsip harus dilakukan dengan disertai

pembuatan Berita Acara Pemusnahan dan Daftar Arsip Usul Musnah

yang dibuat menjadi rangkap 2 (dua). Berita acara tersebut kemudian

ditandatangani oleh Pimpinan Unit Kearsipan, Pimpinan Unit Pengolah

yang arsipnya akan dimusnahkan, dan disaksikan sekurang-kurangnya

dari Unit Kerja Bidang Hukum dann Unit Kerja Bidang Pengawasan.

Pelaksanaan pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara:

1) Pencacahan

2) Penggunaan bahan kimia

3) Pulping

Kemudian, Arsip yang tercipta dalam pelaksanaan kegiatan

pemusnahan arsip wajib disimpan oleh Pencipta Arsip, meliputi:

1) Keputusan pembentukan panitia pemusnahan arsip

2) Notulen rapat panitia penilai pemusnahan arsip pada saat melakukan

penilaian
33

3) Surat pertimbangan dari panitia penilai kepada pimpinan Pencipta

Arsip yang menyatakan bahwa arsip yang diusulkan musnah dan telah

memenuhi syarat untuk dimusnahkan

4) Surat persetujuan pemusnahan arsip dari Kepala ANRI untuk

pemusnahan arsip yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10

tahun

5) Keputusan pimpinan Pencipta Arsip tentang penetapan pelaksanaan

pemusnahan arsip

6) Berita acara pemusnahan arsip

7) Daftar arsip yang dimusnahkan.

Menurut Peraturan Kepala Menteri Pendidikan dan Kebudayan

Nomor 068 Tahun 2016, Pemusnahan arsip dilakukan secara

desentralisasi dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Unit Pengolah II dapat memusnahkan duplikasi arsip;

b. Unit Pengolah I dapat memusnahkan arsip yang retensinya 5 (lima)

tahun atau kurang;

c. Unit kearsipan unit utama, pusat-pusat, dan UPT dapat memusnahkan

arsip yang retensinya kurang dari 10 (sepuluh) tahun;

d. Unit kearsipan kementerian dapat memusnahkan seluruh arsip

kementerian berdasarkan JRA.


34

Pemusnahan arsip dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk menentukan jenis arsip yang dapat

dimusnahkan sesuai dengan ketentuan JRA dan melakukan penilaian

apakah tidak terdapat kasus atau permasalahan yang berhubungan

dengan jenis arsip yang akan dimusnahkan.

b. Pendaftaran

Pendaftaran dilakukan untuk mendokumentasikan jenis arsip yang

akan dimusnahkan pada daftar yang memuat kolom nomor urut, kode,

jenis/series, tahun, media, jumlah, sistem penataan, dan keterangan.

c. Pengesahan

Pengesahan diwujudkan dalam bentuk keputusan pejabat yang

berwenang dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Pemusnahan arsip yang memiliki retensi kurang dari 5 (lima) tahun

disahkan oleh pimpinan Unit Pengolah I, pimpinan pusat-pusat,

pimpinan UPT setelah mendapat rekomendasi dari unit kearsipan unit

utama;

2) Pemusnahan arsip yang mempunyai retensi kurang dari 10 (sepuluh)

tahun disahkan oleh pimpinan unit utama setelah mendapat

rekomendasi dari unit kearsipan kementerian; dan

3) Pemusnahan arsip yang retensinya 10 (sepuluh) tahun atau lebih

disahkan oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari Kepala

Arsip Nasional Republik Indonesia.


35

Menteri membentuk panitia penilaian arsip dalam rangka

pemusnahan arsip yang retensinya 10 (sepuluh) tahun atau lebih.

Pelaksanaan pemusnahan arsip disaksikan minimal oleh 2 (dua) orang

pejabat dari bidang hukum atau perundang-undangan dan pengawasan.

d. Pelaksanaan pemusnahan

Pelaksanaan pemusnahan dilaksanakan secara total sehingga fisik

dan informasi arsip tidak dapat dikenali lagi. Setiap pelaksanaan

pemusnahan disertai dengan berita acara pemusnahan dan daftar arsip

yang dimusnahkan. Berita acara pemusnahan dan daftar arsip dibuat

beberapa rangkap sesuai kebutuhan dan salah satunya disampaikan

kepada unit kearsipan Kementerian. Berita acara pemusnahan dan daftar

arsip disimpan oleh masing-masing pihak sebagai pengganti arsip yang

telah dimusnahkan.31

Pemusnahan arsip pada pencipta arsip merupakan tanggungjawab

pimpinan tertinggi lembaga yang dilakukan terhadap arsip yang:

a. Tidak memiliki nilai guna

b. Telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan

Jadwal Retensi Arsip

c. Tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang dan

d. Tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara

31
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAN Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.”
36

Pemusnahan arsip dilakukan dengan pembentukan panitia peniliai

arsip ditetapkan oleh pimpinan tertinggi lembaga. Panitia penilai arsip

sekurang-kurangnya memenuhi unsur:

a. Kepala lembaga kearsipan sebagai ketua untuk pemusnahan arsip

yang memiliki retensi di bawah 10 (sepuluh) tahun.

b. Kepala unit pengolah/unit kerja pemilik arsip yang akan dimusnahkan

sebagai anggota

c. Kepala lembaga kearsipan sebagai ketua untuk pemusnahan arsip

yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.

d. Arsiparis sebagai anggota.

Pemusnahan arsip yang memiliki retensi di bawah 10 (sepuluh)

tahun maupun arsip yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) tahun wajib dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Prosedur

pemusnahan arsip bagi arsip yang memiliki retensi dibawah 10 (sepuluh)

tahun dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pembentukan panitia penilai arsip

b. Penyeleksian dan pembuatan daftar arsip usul musnah oleh arsiparis

pada unit kearsipan di lingkungannya.

c. Permintaan persetujuan dari pimpinan satuan kerja kepada pimpinan

tertinggi lembaga.

d. Penilai dan pertimbangan oleh panitia arsip

e. Persetujuan pemusnahan oleh pimpinan tertinggi lembaga

f. Berdasarkan rekomendasi dari panitia penilai


37

g. Penetapan arsip yang akan dimusnahkan oleh kepala lembaga

tertinggi yang bersangkutan

h. Pemusnahan arsip dilakukan setelah mendapat persetujuan dan

pertimbangan tertulis dari panitia penilai arsip dan persetujuan tertulis

dari pimpinan tertinggi lembaga

i. Pelaksanaan pemusnahan oleh arsiparis dengan disertai berita acara

dan daftar arsip yang dimusnahkan

j. Pelaksanaan pemusnahan arsip disaksikan oleh minimal 2(dua)

pejabat dari unit hukum dan/atau pengawasan dari lingkungan

pencipta arsip yang bersangkutan.

k. Pemusnahan arsip dilakukan secara total sehingga isi informasi arsip

musnah dan tidak dapat direkonstruksi

l. Penyimpanan bukti dokumentasi pelaksanaan pemusnahan arsip oleh

lembaga kearsipan dan unit kearsipan.

Prosedur pemusnahan arsip yang memiliki retensi sekurang-

kurangnya 10 (sepuluh) tahun dilaksanakan dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Pembentukan panitia penilai arsip

b. Penyeleksian dan pembuatan daftar arsip usul musnah oleh arsiparis

pada unit kearsipan

c. Penilaian dan pertimbangan oleh panitia penilai arsip

d. Permintaan persetujuan dari pimpinan tertinggi lembaga yang

bersangkutan kepada kepala ANRI


38

e. Penetapan arsip yang akan dimusnahkan oleh pimpinan tertinggi

lembaga yang bersangkutan berdasarkan rekomendasi panitia penilai

arsip

f. Pemusnahan arsip dilakukan setelah mendapatkan pertimbangan

tertulis dari panitia penilai arsip dan persetujuan tertulis dari kepala

ANRI.

g. Pelaksanaan pemusnahan oleh arsiparis dengan disertai berita acara

dan daftar arsip yang akan dimusnahkan

h. Pelaksanaan pemusnahan disaksikan oleh minimal 2 (dua) pejabat

dari bidang hukum dan/atau pengawasan dari lingkungan lembaga

serta pemilik arsip yang bersangkutan, dan

i. Pemusnahan arsip dilakukan secara total sehingga isi informasi arsip

musnah dan tidak dapat direkonstruksi.

j. Penyimpanan bukti dokumentasi pelaksanaan pemusnahan arsip oleh

unit kerja dan lembaga kearsipan (depo arsip) pada lembaga induk.

Unit kearsipan pada unit kerja dan lembaga kearsipan di lembaga

induk menyimpan dokumentasi pelaksanaan pemusnahan arsip sesuai

dengan kewenangannya, meliputi: Keputusan pembentukan panitia

pemusnahan arsip, notulen rapat panitia pemusnah arsip, usulan panitia

pemusnahan kepada pimpinan pencipta arsip, keputusan pimpinan

pencipta arsip tentang penetapan pelaksanaan pemusnahan arsip, berita

acara pemusnahan arsip dan daftar arsip yang akan dimusnahkan.32

32
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen, h. 63-67.
39

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara-

cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu

melalui tahapan-tahapan yang disusun secara ilmiah dengan tujuan untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu ilmu

pengetahuan.33 Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan data-data dalam

proses penelitian ini, penulis terlebih dahulu menentukan jenis dan

pendekatan penelitian, pemilihan informan, teknik analisis data serta teknik

pengolahan dan analisis data.

A. Jenis dan Pendekatan Peneltian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu deskriptif,

dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

menemukan data yang valid, akurat, dan signifikan, sehingga dapat

digunakan untuk mengetahui masalah yang diteliti.34 Sedangkan pendekatan

yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data-data non angka

seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan dari buku-buku, artikel,

dan termsuk pula non tulisan seperti foto, gambar, atau film.35

33
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
41.
34
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula (Jakarta: STIA-LAN, 2004), h. 60.
35
Fuad Hasan, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia (Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia, 2001), h.
22.
40

Menurut Moleong, pendekatan kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitiann

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holitsik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa , pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

ilmiah.36 Melalui pendekatan kualitatif ini, penulis akan melakukan

penelitian yang membahas tentang pelaksanaan kegiatan penyusutan arsip

dinamis di lingkungan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah.

B. Pemilihan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kodisi latar penelitian. Penetuan informan

ditentukan dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek

penelitian dan ditentukan berdasarkan konsep purposive sampling.

Purposive sampling adalah metode penetuan informan dengan cara sengaja

memilih informan-informan tertentu dengan mengabaikan informan

lainnya, karena informan tertentu ini memiliki ciri-ciri khusus yang tidak

dimiliki informan lain.37

Kriteria informan yang menjadi narasumber adalah orang yang

memahami dan terjun langsung dalam kegiatan penyusutan arsip dinamis

inaktif di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen, yakni:

36
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 6.
37
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula, h. 183.
41

Tabel 1 Identitas Informan

No. Nama Jabatan Inisial


Hasbi Fikri, Pengadministrasian Umum Sub Bagian HF
1. S.IP Tata Usaha
Madha, S.Pd., Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian MD
2. MM.
3. Fheby Azhom Koordinator Penata Arsip Unit FA
Arrafiqie, S.IP Kearsipan Utama

Penulis memilih 1). Bapak Hasbi Fikri S.IP selaku Pengadministrasi

Umum Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah Kepala Sub Bagian

Tata Usaha yakni Ibu Siti Nuraeni Munawarti, S.Pd, M.Si. Selain itu Bapak

Hasbi Fikri, S.IP ini merupakan koordinator pengelolaan arsip di Unit

Kearsipan Utama, dimana memiliki tugas untuk mengkoordinasikan seluruh

alur pengelolaan arsip di Unit Kearsipan Utama 2). Bapak Madha, S.Pd.,

MM. selaku Arsiparis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3) Bapak

Fheby Azhom Arrafiqie S.IP. selaku Koordinator Penata Arsip di Pusat

Arsip Unit Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah

Informan tersebut dipilih karena mereka kompeten dalam kegiatan

penyusutan arsip, khususnya pada pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip

dinamis inaktif. Adapun Bapak Hasbi Fikri, S.IP dipilih karena merupakan

koordinator yang mengurusi seluruh kegiatan pengelolaan arsip di Unit

Kearsipan Utama tak terkecuali dalam kegiatan penyusutan arsip yang

meliputi pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip. Adapun Bapak Madha,

S.Pd., MM. dipilih karena merupakan Arsiparis Unit Kearsipan

Kementerian yang dimana dalam hal ini juga bertindak sebagai salah satu
42

perwakilan dari unsur tim penilai arsip yang akan dimusnahkan. Adapun

Bapak Fheby Azhom Arrafiqie S.IP. dipilih karena sebagai Koordinator

Penata Arsip Unit Kearsipan Utama yang mengurusi secara langsung

pengelolaan arsip inaktif di Unit Kearsipan Utama dan menjadi salah satu

perwakilan dari tim pemusnah arsip.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan

tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data untuk penelitan ini berdasarkan

sumber data primer dan data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

yang diperoleh dari narasumber atau infromasi yang dianggap

berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan, biasanya data

dapat diperoleh dengan :

1) Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu38. Tujuan dilakukan

wawancara ini penulis ini untuk menginterpretasikan serta

menjelaskan dan menguraikan secara lebih dalam situasi dan

38
Prasetya Irawan, Logika Dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori Dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial Bagi Mahasiswa Dan Peneliti Pemula, h. 156.
43

fenomena yang terjadi dalam penelitian terutama dalam hal

kegiatan pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen. Selain itu, wawancara ini

digunakan untuk memperdalam pembahasan kegiatan pelaksanaan

pemusnahan arsip dinamis dan mengetahui upaya dalam

menghadapi kendala dalam melakukan kegiatan pelaksanaan

pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen.

2) Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah suatu penelitian yang datanya diperoleh dari

berbagai jenis bahan pustaka (buku, dokumen, artikel, laporan,

majalah, kliping, dan sebagainya).39 Kajian Pustaka yang penulis

lakukan dengan mencari informasi melalui media cetak yaitu

mengunjungi perustakaan dan media elektronik yaitu mencari data

melaui internet. Penulis mengumpulkan data-data untuk

memperoleh informasi terkait literatur-literatur yang digunakan

pada penelitian ini seperti tema tentang arsip, pengelolaan arsip,

penyusutan arsip dan kegiatan pemusnahan arsip.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari cara tidak langsung, misalnya melalui

orang lain atau dokumen. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-

dokumen (laporan, karya tulis orang lain, koran, dan majalah).40 Sumber

data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh

39
Prasetya Irawan, h. 6.
40
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 63.
44

oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Dalam

penelitian ini, yang dijadikan sebagai data sekunder adalah pedoman,

struktur organisasi, skripsi, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian kualitatif umumnya dilakukan dengan mengolah

data yang telah diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-

menerus sampai datanya jenuh sehingga mendapatkan sebuah informasi

yang matang.

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data.

Setelah data-data telah didapatkan melalui beberapa teknik pengumpulan

data, selanjutnya data-data tersebut harus dianalisis. Analisis data

merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang sudah

diperoleh dari catatan lapangan, hasil wawancara serta bahan-bahan lain,

sehingga dapat dengan mudah dipahami dan diinformasikan. Data tersebut

akan dianalisis melalui 3 (tiga) tahapan yaitu reduksi data, penyajian data,

dan penarikan kesimpulan.41

Data akan dianalisis melalui 3 tahap diantaranya yaitu :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara tertentu sehingga simpulan

41
Mathew B. Miles dan Michael A, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru (Jakarta: UI-Press, 1992), h. 16.
45

akhir dapat ditarik. Pada tahap reduksi data ini, data yang telah

diklasifikasikan kemudian diseleksi untuk memilih data yang

tersedia kemudian dipilah untuk menemukan fokus penelitian

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, data yang telah tersusun kemudian

disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif sehingga akan

tergambar permasalahan yang menjadi objek kajian

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Teknik penarikan kesimpulan adalah langkah yang esensial

dalam proses penelitian. Penarikan kesimpulan ini didasarkan

atas pengorganisasian informasi yang diperoleh dalam analisis

data. Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan

teknik induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan dari data

yang bersifat khusus menuju simpulan yang bersifat umum.

E. Variabel dan Indikator Penelitian

Dalam penelitian ini, dasar hukum yang digunakan untuk penentuan

indikator penelitian adalah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang

Kearsipan, Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip, Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata

Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,


46

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 045 Tahun 2016

tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif di Lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta beberapa literatur yang

diperoleh dari buku, skripsi dan jurnal.

Adapun variabel yang digunakan sebagai indikator , terdiri dari :

1. Kegiatan penyusutan arsip di Unit Kearsipan Utama Sekretariat

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Proses pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit

Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah.

3. Upaya mengatasi kendala dalam kegiatan pemusnahan arsip dinamis

inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah

Tabel 2 Variabel & Indikator Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator


Pedoman/Acuan
serta Kegiatan
Kegiatan Memiliki Pedoman/Acuan serta
yang diterapkan
1. Penyusutan Kegiatan yang dilakukan dalam
dalam penyusutan
Arsip penyusutan arsip dinamis inaktif
arsip dinamis
inaktif.
2. Proses 1. Pedoman/Acuan 1. Memiliki pedoman/acuan kegiatan
Pelaksanaan yang diterapkan pemusnahan arsip inaktif
pemusnahan dalam
arsip dinamis pemusnahan
inaktif arsip dinamis
inaktif
47

2. Proses kegiatan 1. Melakukan pemeriksaan


pemusnahan penyeleksian arsip sesuai JRA
arsip dinamis 2. Melakukan pembentukan panitia
inaktif tim penilai arsip.
3. Melakukan penilaian arsip
4. Memina persetujuan pemusnahan
ke ANRI
5. Menetapkan arsip yang akan
dimusnahkan
6. Melakukan pelaksanaan
pemusnahan arsip
3. Upaya dalam 1. Tersedianya fasilitas penunjang
menangani yang memadai.
kendala pada 2. Tersedianya SDM yang kompeten
kegiatan dalam bidang kearsipan.
pemusnahan 3. Kebijakan yang mengikat yang
arsip dinamis diberlakukan kepada seluruh unit
kearsipan di lingkungan Sekretariat
inaktif
Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2019 bertempat di

Unit Kearsipan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah yang terletak di Jalan Rs. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan.

12410. Telepon/Faximile 021 - 5725057 / 021 - 5725061.

http://dikdas.kemdikbud.go.id
48

Tabel 3 Jadwal Peneltian

Waktu
No. Kegiatan Agustus September Oktober November Desember
2019 2019 2019 2019 2019

1 Pengajuan Proposal ✓
2 Konsultasi dengan
✓ ✓
pembimbing

3 Menyusun daftar

pertanyaan

4 Penelitian lapangan
5 Analisis data dan
kesimpulan

6 Pengesahan Skripsi

7 Pengajuan Sidang

Waktu
No. Kegiatan Januari Februari Maret April
2020 2020 2020 2020

1 Pengajuan Proposal

2 Konsultasi dengan
pembimbing

3 Menyusun daftar
pertanyaan
4 Penelitian lapangan ✓ ✓
5 Analisis data dan
kesimpulan ✓ ✓ ✓

6 Pengesahan Skripsi ✓

7 Pengajuan Sidang ✓
49

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema yang penulis usung

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Eriza Anindy (2018). Mahasiswa Universitas Islam Negeri, Jurusan

Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. Dengan judul

penelitian “Penyusutan Arsip Dinamis Studi Kasus Bank

Indonesia”. Penelitian ini membahas tentang proses serta kendala

dalam kegiatan penyusutan arsip dinamis. Sama-sama melakukan

penelitian dengan tema penyusutan arsip dan menggunakan jenis

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perbedaan pada

penelitian ini yaitu pada lebih spesifikasikan tema penelitian dengan

membahas khusus salah satu dari kegiatan penyusutan arsip yakni

pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif. Perbedaan

tema inilah yang kemudian memunculkan perbedaan dari segi

pendalaman permasalahan yang akan diteliti.

2. Dimas Satrio (2018). Mahasiswa Universitas Islam Negeri, Jurusan

Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora. Dengan judul

penelitian “Pelaksanaan Kegiatan Penyusutan Rekam Medis

Studi Kasus Pada Rumah Sakit Dr. Suyoto”. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendapatkan gambaran proses pelaksanaan kegiatan

penyusutan arsip rekam medis di Rumah Sakit Dr. Suyoto dan untuk

menganalisis kegiatan penyusutan arsip rekam medis serta kendala

yang dihadapi Rumah Sakit Dr. Suyoto. Perbedaan pada penelitian

ini yaitu pada tujuan penelitian dimana penulis ingin mencari tahu
50

lebih dalam proses pelaksanaan kegaiatan pemusnahan arsip dinamis

inaktif. Kemudian perbedaan lainnya yaitu pada lokasi penelitian

dimana penulis melakukan penelitian di Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Metode penelitian yang

digunakan sama yaitu menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.


51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Objek Penelitian

1. Sejarah Lembaga Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Pada pra-kemerdekaan pendidikan bukan untuk mencerdaskan

kaum pribumi, melainkan lebih pada kepentingan kolonial penjajah.

Pada bagian ini, semangat menggeloraan ke-Indonesia-an begitu kental

sebagai bagian dari membangun identitas diri sebagai bangsa merdeka.

Karena itu tidaklah berlebihan jika instruksi menteri saat itu pun berkait

dengan upaya memompa semangat perjuangan dengan mewajibkan

bagi sekolah untuk mengibarkan sang merah putih setiap hari di

halaman sekolah, menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga

menghapuskan nyanyian Jepang Kimigayo.

Organisasi kementerian yang saat itu masih bernama

Kementerian Pengajaran pun masih sangat sederhana. Tapi kesadaran

untuk menyiapkan kurikulum sudah dilakukan. Menteri Pengajaran

yang pertama dalam sejarah Republik Indonesia adalah Ki Hadjar

Dewantara. Pada Kabinet Syahrir I, Menteri Pengajaran dipercayakan

kepada Mr. Mulia. Mr. Mulia melakukan berbagai langkah seperti

meneruskan kebijakan menteri sebelumnya di bidang kurikulum

berwawasan kebangsaan, memperbaiki sarana dan prasarana

pendidikan, serta menambah jumlah pengajar.


52

Pada tahun 2011 istilah departemen diganti menjadi kementerian

dan pada tahun 2012 bidang pendidikan dan kebudayaan disatukan

kembali menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan

pendidikan di era reformasi antara lain perubahan IKIP menjadi

universitas, reformasi undang-undang pendidikan dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Ujian Nasional (UN),

sertifikasi guru dan dosen, Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

pendidikan karakter, dan lain-lain.

Sementara itu, Di tiap Lembaga Kementerian pastilah ada

Direktorat-Direktorat, pada lingkungan Kementerian Pendidikan Dasar

dan Menengah itu terdapat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah (disingkat Ditjen Dikdasmen) yang merupakan unsur

pelaksana, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan yang mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

pendidikan dasar dan menengah, lalu di tiap Direktorat pun pasti ada

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

(disingkat Setditjen Dikdasmen) adalah unsur pembantu pemimpin atau

pimpinan Ditjen Dikdasmen, yang mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan

pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan Ditjen Diksamen.


53

2. Visi - Misi

a. Visi

Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan Dasar dan

Menengah yang Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong

b. Misi

1. Mewujudkan Pelaku Pendidikan Dasar dan Menengah yang Kuat

2. Meningkatkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan

3. Meningkatkan Standar Pendidikan menuju Pendidikan Dasar dan

Menengah yang bermutu

4. Meningkatkan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas

Birokrasi dan Pelibatan Publik

3. Struktur Organisasi

a. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah


54

Gambar 1 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah

b. Struktur Organisasi Kearsipan Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah

Gambar 1 Strukur Organisasi Kearsipan Sekretariat Direktorat


Pendidikan Dasar dan Menengah

Berdasarkan struktur di atas dapat dilihat bahwa bagian Unit

Kearsipan Kementerian berada pada lembaga Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Setditjen Dikdasmen di

bawah koordinasi Bagian Biro Umum. Lalu seperti yang diketahui Unit

Kearsipan Utama terdapat di Setditjen Dikdasmen pada Bagian Umum

dan Kerjasama, tepatnya Sub Bagian TU.

Secara struktur Penanggung Jawab/Pimpinan Unit Kearsipan

Utama ialah Sekretaris Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,


55

sementara secara wewenang pelaksana tugas untuk mengelola Unit

Kearsipan Utama berada dibawah koordinasi Sub Bagian TU yang

bertugas mengurusi persuratan, perpustakan dan kearsipan, selain

mempunyai wewenang sebagai pelaksana tugas Unit Kearsipan Utama.

Secara keseluruhan Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen

mengelola arsip yang memiliki retensinya dibawah 10 tahun.

Sebetulnya untuk ruang lingkup wewenang pelaksanaan tugas

Unit Kearsipan Utama itu sampai pada ke masing-masing Direktorat

Pembinaan dari mulai SD, SMP, SMA, SMK dan PK (Pendidikan

Khusus) bahkan sampai ke LPMP (Lembaga Penjamin Mutu

Pendidikan), mereka semua dibawah kordinasi Unit Kearsipan Utama.

Akan tetapi untuk kebijakan saat ini, Unit Kearsipan Utama masih

dikhususkan mengelola arsip yang ada di lingkungan Sekretariat

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah saja.

Hal demikian dikarenakan Pusat Penyimpanan Arsip Unit

Kearsipan Utamanya tidak memiliki tempat yang luas. Maka dari itu

pada akhirnya tiap Direktorat Pembinaan mengelola arsipnya sendiri di

internal masing-masing. Khusus LPMP (Lembaga Penjamin Mutu

Pendidikan Se-Indonesia), saat ini sudah mulai mengelola hanya saja

masih belum merata.

Sementara itu, Unit Pengolah yang dimaksud ialah tiap Bagian

termasuk Sub Bagian yang ada di Setditjen Dikdasmen, meliputi

Bagian Penganggaran dan Perencanaan, Bagian Keuangan dan BMN,

Bagian Hukum, Tata Laksana dan Kerja Sama, Bagian Umum dan
56

Kepegawaian dan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Se-

Indonesia).

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh melalui serangkaian metode penelitian

diantaranya observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada

informan yang menurut penulis dapat memberikan informasi yang sesuai

dengan apa yang sedang penulis teliti. Berikut ini akan penulis jabarkan

hasil penelitian mengenai proses kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif

yang ada di lingkungan Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Setditjen Dikdasmen), serta

upaya dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemusnahan

arsip dinamis inaktif.

1. Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif di Sekretariat Ditjen


Dikdasmen

a. Landasan Hukum tentang Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif


di Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Kegiatan penyusutan arsip itu tidak bisa sembarangan

dilakukan, terlebih lagi pada tataran lembaga pemerintahan.

Lembaga pemerintahan seperti Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah pastinya mempunyai landasan

hukum tentang penyusutan arsip.

“Landasannya ada banyak, yang pasti itu Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayan Nomor 68 tentang tata Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 45 tentang
57

Jadwal Retensi Arsip. Mengacunya kepada Undang-Undang


Nomor 43 tentang Kearsipan, lalu PP Republik Indonesia tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 tentang Kearsipan.” 42
Berdasarkan pernyataan tersebut, landasan hukum mengenai

penyusutan arsip di Setditjen Dikdasmen ialah Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Tata

Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 45 Tahun 2016 tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan

Fasilitatif di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Kegiatan penyusutan arsip tersebut mengacu kepada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009

tentang Kearsipan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 68 Tahun 2012 tentang Pelaksanaaan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

b. Kegiatan Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif di Sekretariat


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kegiatan penyusutan arsip sesuai Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Tata

Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan terdiri dari kegiatan pemindahan arsip inaktif dari unit

pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang sudah tidak

memiliki nilai guna dan penyerahan arsip statis dari Unit Kearsipan

Kementerian ke Arsip Nasional Republik Indonesia.

42
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
58

“Jadi. Penyusutan di sini hanya melakukan kegiatan pemindahan


arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan Utama dan juga
pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna. Karena untuk
penyerahan itu bersifat statis, sementara Unit Kearsipan Utama
setditjen dikdasmen ini dikhususkan untuk mengelola arsip dinamis
inaktif saja. Arsip dinamis aktifnya itu ada di unit pengolah yakni
ditiap Bagian/Unit Kerja yang ada di Setditjen, sementara arsip
dinamis inaktifnya itu ada di sini, disimpan di Pusat Penyimpanan
Arsip Unit Utama”43
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan

penyusutan arsip di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah hanya melaksanakan

kegiatan pemindahan arsip inaktif dari Unit Pengolah ke Unit

Kearsipan Utama dan pemusnahan arsip inaktif yang sudah tidak

memiliki nilai guna. Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah di khususkan untuk

mengelola arsip dinamis inaktif saja, sementara yang mengelola

arsip dinamis aktif itu bagian Unit Pengolah/Unit Kerja, yang

terdiri dari 5 Bagian yang ada di Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan


Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan

Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

(Setditjen Dikdasmen) yang bertanggung jawab ialah Sub Bagian Tata

Usaha, yakni yang mempunyai wewenang pelaksanaan tugas

43
HF.
59

mengelola arsip dinamis inaktif, Sub Bagian Tata Usaha di Kepalai oleh

Ibu Siti Nuraeni Munawarti, S.Pd, M.Si.

a. Pedoman/Acuan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif


di Unit Kearsipan Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Dalam melakukan kegiatan pemusnahan arsip ialah harus

dengan menggunakan pedoman/acuan yang jelas, karena sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2009 tentang Kearsipan Pasal 86, menjelaskan bahwa jika setiap

orang yang dengan sengaja memusnahkan arsip di luar prosedur

yang benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (2)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

“Pedoman/Acuan yang kita gunakan untuk pemusnahan ya itu tadi


sama dengan pedoman penyusutan, ada di Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayan No. 68 dengan mengacu pada
Undang-Undang Nomor 43 tentang Kearsipan,, dimana disitu
sudah dijelaskan semua tentang pemusnahan”44

“Pemusnahan arsip itu harus seusai prosedur, gaboleh tanpa


prosedur karena arsip yang sudah dimusnahkan itu tidak dapat
kembali diciptakan. Jika melakukan pemusnahan arsip tidak
menggunakan prosedur kita sudah pasti dikenakan denda 500 juta.
Di Undang-Undang itu kan sudah diatur. Induk dari pengelolaan
kearsipan di lingkungan kementerian pendidikan dan kebudayaan
ialah pada peraturan pemerintah, petunjuk teknisnya disana”45

Selain itu, dalam melakukan penyusutan arsip terutama

dalam hal pemusnahan, dibutuhkan pedoman JRA (Jadwal Retensi

44
HF.
45
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
60

Aktif) guna sebagai sarana pengendalian arsip yang tercipta juga

yang dimusnahkan.

“Kalau untuk JRAnya itu kita punya sendiri dan jelas di atur di
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No. 45, setiap arsip
di lingkungan Kementerian pasti memiliki JRA tidak terkecuali di
Setditjen Dikdasmen itu juga pasti memiliki JRA, jadi arsip itu tidak
lepas dari pola klasifikasi dan itu nyambung dengan JRA. Semisal
klasifikasinya Hk, itu hukum, Ku, itu keuangan. Jadi misal arsip
Hukum retensinya berapa lama bisa dilihat di JRA, sama halnya di
Ku pun bisa dilihat di JRA. Jadi nyambung antara pola klasifikasi
dan jadwal retensi arsipnya. Di sini bisa dikatakan telah memiliki
JRA dan arsip-arsipnya telah secara keseluruhan memiliki JRA
juga” 46

“Jadi tanpa JRA, pemusnahan arsip akan jauh lebih sulit dan lebih
lama. JRA tidak berlaku surut, semisal ada pedoman JRA tahun
2003, maka arsip yang tercipta ditahun 2003 kebawah
menggunakan JRA yang lama sebelum 2003, sementara arsip yang
tercipta untuk 2003 keatas menggunakan JRA 2003, semisal ada
pembaharuan lagi pada tahun 2015. Maka arsip yang diciptakan
ditahun 2015 dan diatas tahun 2015 menggunakan JRA 2015. Tiap
pembaharuan JRA berlaku sejak ditetapkan tahun pedoman JRA
itu dibentuk” 47

“Di Unit Kearsipan Utama ini kita hanya mengelola arsip dinamis
inaktif yang mempunyai JRA dibawah 10 (sepuluh) tahun saja.
Sementara arsip yang diatas 10 (sepuluh) tahun itu wewenangnya
Unit Kearsipan Kementerian”48

Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa

pemusnahan arsip itu tidak dapat dilakukan dengan cara

sembarang. Harus menggunakan pedoman/acuan yang jelas,

seperti yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen, dimana mereka menggunakan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 dengan mengacu Undang-

46
MD.
47
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
48
HF.
61

Undang Nomor 43 tentang Kearsipan. Selain itu, Unit Kearsipan

Setditjen Dikdasmen juga dapat dikatakan keseluruhan arsipnya

telah memiliki JRA. Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah hanya mengelola arsip

dinamis inaktif yang mempunyai JRA dibawah 10 (sepuluh) tahun.

b. Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif di


Unit Kearsipan Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif merupakan

kegitan yang penting dilakukan bagi tiap Lembaga Negara/Swasta.

Hal tersebut berfungsi untuk mengurangi jumlah arsip yang

tercipta setiap harinya. Pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip

dinamis inaktif di lingkungan Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen ialah Pimpinan Unit Kearsipan Utama yakni Sekretaris

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, akan tetapi yang punya

kewenangan pelaksanaan tugas pemusnahan ialah Kepala Sub

Bagian TU.

Pada penelitian kali ini penulis hanya akan membahas pada

pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif tahun 2018 yang

dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen. Di

tahun ini pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif,

kebanyakan arsip-arsip yang dimusnahkan itu ialah arsip yang ada

pada tahun 2004-2007. Arsip yang dapat dimusnahkan oleh Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ialah seluruh arsip yang

memiliki JRA dibawah 10 tahun dan sudah habis masa retensi

inaktifnya. Adapun Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen


62

memiliki prosedur/tahapan dalam melakukan pelaksanaan kegiatan

pemusnahan arsipnya.

1.) Tahapan Pemeriksaan/Penyeleksian Arsip

Tahapan ini bertujuan untuk memastikan arsip-arsip

yang akan dimusnahkan, pemeriksaan/penyeleksian arsip

mengacu pada JRA dari daftar arsip inaktif yang sudah dibuat.

Pada kolom JRA yang telah dibuat pada bagian retensi inaktif

dan pada kolom keterangan dinyatakan musnah bahwa arsip

tersebut dapat dimusnahkan. Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen mempunyai waktu khusus untuk melakukan

pemeriksaan/penyeleksian arsip inaktif yang sudah habis

JRAnya.

“Sebetulnya tidak ada pedoman yang mengatur tentang itu,


tapi untuk melakukan pemeriksaan itu biasanya kami
melakukannya setahun sekali, di akhir tahun”49

“Yang bertanggung jawab untuk melakukan


pemeriksaan/penyeleksian arsip inaktif di unit kearsipan
utama itu penata arsip”50

Dari hasil wawancara diatas yang bertanggung jawab

terhadap pemeriksaan/penyeleksian arsip inaktif yang

dilakukan di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ialah

penata arsip dan waktu yang biasa dilakukan itu satu tahun

sekali ditiap akhir tahun.

49
HF.
50
HF.
63

Dalam proses memeriksa/menyeleksi arsip, penata arsip

memiliki pedoman/acuan yakni daftar arsip inaktif

“Pedomannya/acuannya daftar arsip inaktif yang kita punya.


Dari situ kemudian kita tahu arsip mana sajakah yang sudah
habis masa retensinya.” 51

“Proses pemeriksaan/penyeleksian yang pertama kali kami


lakukan itu jelas mengecek daftar arsip inaktif, arsip manakah
yang sudah habis masa retensi inaktifnya. Itu jadi acuan kami
untuk melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip. Setelah
tahu arsip mana saja yang sudah habis JRAnya, kami
langsung mengecek fisik arsipnya di role opec dan
memverifikasi kembali apakah arsipnya sesuai dengan daftar
inaktifnyanya. Arsip-arsip yang terverifikasi daftar dan
fisiknya sesuai itu yang akan kita jadikan daftar usul musnah
yang akan diserahkan kepada Kasubag TU.”52

“Mereka penata arsip setelah membuat daftar usul musnah itu


harus menyerahkan ke Kasubag TU. Biasanya akan masuk ke
saya selaku Pengadministrasi Umum TU, setelah itu saya akan
mengirimkan surat permohonan pemusnahan arsip beserta
lampiran daftar usul musnah arsip kepada Pimpinan Unit
Kearsipan Utama yakni Sekretaris Jenderal Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah. Pimpinan Arsip menyetujui
dan langsung memerintahkan Kasubag TU untuk membentuk
Panitia Tim Penilai Arsip”53

Dari hasil wawancara diatas, dalam melakukan

pemeriksaan/penyeleksian penata arsip menggunkan

pedoman/acuan daftar arsip inaktif. Hal itu berguna untuk

mengetahui arsip yang sudah habis masa retensinya, arsip yang

sudah dicek retensi serta fisik arsipnya akan dibuatkan daftar

51
Wawancara dengan FA, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
52
FA.
53
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
64

usul musnah untuk diserahkan kepada Kasubag TU melalui

Pengadministrasi Umum TU. Setelah itu Pengadministrasi

Umum TU akan mengirimkan surat permohonan pemusnahan

arsip beserta lampiran daftar arsip usul musnah kepada

Pimpinan Unit Kearsipan Utama yakni Setditjen Dikdasmen.

2) Tahapan Pembentukan Panitia Tim Penilai Arsip

Tahapan pembentukan panitia penilai arsip merupakan

salah satu yang menjadi syarat mutlak bagi pelaksanaan

pemusnahan arsip. Pembentukan panitia penilai arsip untuk

menentukan jenis arsip mana saja yang dapat dimusnahkan

sesuai dengan ketentuan JRA dan juga nilai guna arsipnya.

Pembentukan panitia Tim Peniliai Arsip di Setditjen

Dikdasmen itu melalui persetujuan Pimpinan Unit Kearsipan

Utama yakni Setditjen Dikdasmen yang kemudian diserahkan

tanggung jawab kepada Kasubag TU selaku pelaksana tugas

Unit Kearsipan Utama. Adapun langkah-langkah dalam

pembentukan panitia tim penilai arsip adalah:

“Langkah awalnya, pimpinan arsip nantinya akan


menugaskan ke kepala sub bagian TU untuk membentuk tim
penilai arsip. setelah itu Kasubag TU melalui
pengadministrasi umum akan membuatkan SK pembentukan
panitia tim penilai arsip yang berisikan arsiparis/pejabat
kementerian, bidang hukum dan organisasi kementerian,
bidang pengawasan, unit kearsipan utama dan unit
pengolah/pencipta”54

54
HF.
65

Melalui pengadministrasi umum nantinya akan

membuat undangan surat permohonan menjadi tim penilai

arsip kepada tiap-tiap unsur yang akan menjadi panitia tim

penilai arsip.

“Untuk unsur arsiparis kementerian, unsur hukum dan


organisasi dan unsur pengawasan kita sifatnya mengundang,
kita membuat surat permohonan untuk menjadi tim penilai
arsip kepada unsur-unsur tim penilai arsip yang di biro umum
unit kearsipan kementerian serta yang di unit kearsipan utama
dan unit pengolahnya. Biasanya isi surat undangan
permohonan itu sudah disertai dengan lampiran daftar usul
musnah arsip”55
Senada dengan HF, MD juga menyatakan bahwa jika

pemusnahan yang dilakukan di Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen itu bersifat mengundang kepada unsur-

unsur panitia tim penilai yang berada di Unit Kearsipan

Kementerian.

“Iya, jadi kalo pemusnahan arsipnya di lakukan pada tataran


Setditjen Dikdasmen itu mengundang kami disini untuk
menjadi panitia tim penilai arsip melalui biro umum dan tim
penilai arsip itu harus berjumlah ganjil, tidak boleh genap
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tentang
Kearsipan”56

Surat Keputusan (SK) panitia tim penilai arsip akan di

keluarkan langsung oleh Kepala Sub Bagian TU. Sementara

itu, Adapun kriteria unsur-unsur yang menjadi bagian kedalam

panitia tim penilai arsip

55
HF.
56
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
66

“Untuk kriteria khusus sebetulnya si tidak diatur, hanya saja


yang pasti untuk arsiparis/pejabat kementerian harus
mempunyai kompetensi di bidang arsip, untuk perwakilan di
bidang hukum itu ya harus yang memahami betul hukum
terutama tentang arsip dan untuk perwakilan bidang
pengawasan itu diserahkan kepada Inspektorat Jenderal, lalu
untuk unit pegolah/penciptanya itu harus yang mengerti dan
bertanggungjawab betul terhadap arsip yang dipunyainya,
sementara untuk Unit Kearsipan Utama bisa Kepala Sub
Bagian TU langsung ataupun saya.”57
“Jadi yang terpenting itu unsur-unsur tersebut harus ada,
untuk prasyarat pembentukan tim penilai. Bidang hukum,
bidang pengawasan, arsiparis/pejabat unit kearsipan
kementerian, unit kearsipan utama, pencipta arsip atau unit
pengolah. Itu harus ada.” 58

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui

bahwa pembentukan panitia tim penilai arsip di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen itu memiliki unsur-

unsur tersendiri yakni: arsiparis/pejabat kementerian,

perwakilan bidang hukum dan organisasi kementerian,

perwakilan bidang pengawasan yakni Inspektorat Jenderal

Kementerian, perwakilan dari unit kearsipan utama dan

perwakilan unit pencipta/pengolahnya. SK panitia tim penilai

arsip itu langsung dikeluarkan oleh Kepala Sub Bagian TU dan

Panitia tim penilai arsip itu sendiri tidak memiliki kriteria

khusus namun harus berkompeten di bidangnya masing-

masing dan mengharuskan berjumlah ganjil dan tidak boleh

berjumlah genap.

57
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
58
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
67

3) Tahapan Penilaian Arsip

Tahapan penilaian arsip merupakan kegiatan

menganalisis arsip yang berkaitan dengan informasi arsip yang

dapat dikaji dari lingkungan pencipta arsip atau fungsional.

Penilaian arsip bertujuan untuk memilah arsip-arsip ke dalam

dua kategori, dimana ada kategori arsip yang telah dinilai

dapat dikatakan tidak memiliki nilai guna dan harus

dimusnahkan serta kategori arsip yang masih memiliki nilai

guna dan wajib untuk disimpan kembali atau dipermanenkan.

Proses pelaksanaan penilaian arsip pada tataran Unit

Kearsipan Utama itu dapat dilakukan secara mandiri jika

fasilitas gedungnya itu memadai.

“Jadi, penilaian arsip itu sendiri dapat dilakukan disini


karena kita sudah memiliki ruangan simpan sendiri, record
center sendiri dimana kita hanya mengurusi arsip yang
retensinya dibawah 10 tahun. Kecuali arsip yang retensinya
diatas 10 tahun, itu sudah menjadi tanggung jawab unit
kearsipan kementerian. Biasanya penilaian arsip itu dilakukan
di ruang rapat yang telah kita siapkan” 59

Adapun hal-hal yang harus disiapkan oleh panitia tim

penilai arsip untuk melakukan pelaksanaan penilaian arsip

yakni:

“Tentunya yang mesti disiapkan ialah konfirmasi untuk para


tim penilainya, jadi kita mengkonfirmasikan melalui telefon 1
hari sebelum proses pelaksanaan penilaian arsip dimulai.
Apakah para perwakilan unsur-unsur tersebut bisa hadir atau
tidak, semisal perwakilan dari salah satu bidang tidak dapat
hadir, maka kita meminta kepada Biro Umum Sekretariat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
mencarikan pengganti yang sama berkompeten di bidangnya
59
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
68

itu. Selain itu tentunya kita menyediakan ruang rapat,


menyiapkan kembali fotocopy lampiran daftar usul musnah
yang sudah dikirim bersamaan surat undangan, menyediakan
alat-alat seperti pulpen, laptop, proyektor dan layar untuk
menampilkan daftar usul musnah arsip di layar yang akan
dibahas secara bersama”60

Sebagai salah satu unsur dari tim penilai arsip biasanya

masing-masing unsur tim penilai sudah mempelajari daftar

usul musnah yang sudah dikirimkan bersamaan dengan

undangan surat permohonan menjadi tim penilai arsip.

“Jadi memang surat undangan permohonan dan daftar usul


musnah itu memang biasanya sudah dapat diterima 3-4 hari
sebelum dilakukannya penilaian arsip sehingga itu membuat
tiap unsur perwakilan tim penilai bisa mempelajari bahan-
bahan yang telah diberikan dan juga bisa memiliki bekal untuk
melakukan penilaian arsip. Biasanya juga tiap perwakilan tim
penilai itu telah meverifikasi dengan cara mencentang-
centang terlebih dahulu atau dicoret-coret untuk bahan
persiapan untuk didiskusikan bersama pada saat menilai
nanti”61

Proses pelaksanaan penilaian arsip merupakan suatu

kegiatan yang paling penting, karena pada saat inilah arsip

dinamis inaktif bisa dapat diketahui penilaiannya apakah dapat

disimpan kembali atau musnah. Maka dari itu, panitia tim

penilai arsip memiliki pedoman atau acuan dalam melakukan

proses pelaksanaan penilaian arsipnya.

“Pedoman/acuannya itu sudah pasti dari JRA, JRA itu sebagai


pedoman umur arsip dan berapa lama arsip itu disimpan, jadi
arsip itu ada jangka waktu penyimpanannya semisal 10 tahun,
ada juga yang 5 tahun. Nah retensi itu ialah sebagai dasar
awal umur hidup arsip. Lewat JRA sudah ditentukan umur

60
HF.
61
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
69

arsip baik aktif dan inaktif dan itu sebagai pedoman penyusutan
termasuk juga sebagai acuan dalam melakukan penilaian
arsip. JRA tersebutlah yang menjadi dasar kekuatan hukum.
Karena JRA itu merupakan turunan dari ANRI lalu ke
Kementerian. Jadi pedomannya ya JRA Kementerian yang
tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan
No.45 tentang JRA, itu digunakan untuk mengetahui umur arsip
inaktif mana yang sudah dapat dilakukan pemusnahan”62

“Tim penilai itu berpedoman pada JRA dalam melakukan


penilaian, tanpa JRA ya tidak bisa. Jadi orang yang menilai
tidak boleh ngawur, apalagi keluar dari JRA. JRA yang jadi
pedoman disini ialah Peraturan Menteri, dimana Peraturan
Menteri tersebut sudah dibahas bersama oleh orang-orang
Arsip Nasional”63

Berdasarkan wawancara diatas, dapat diketahui

bahwasannya dalam melakukan penilaian arsip di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ini berpedoman kepada

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45

Tahun 2004 tentang Jadwal Retensi Arsip dan Kepegawaian di

Lingkungan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Dalam melakukan pelaksanaan penilaian arsip, Unit Kearsipan

Utama mempunyai alur penilaian arsip sebagai berikut:

“Iya jadi, penilaian arsip itu dilakukan di ruangan rapat,


dengan cara ditayangkan di layar proyektor dan dibahas dan
didiskusikan bersama-sama dengan tiap perwakilan unsur-
unsur tim penilai. Sebelum melakukan penilaian, kita selaku
panitia tim penilai arsip itu melakukan pemfotocopyan daftar
usul musnah yang akan di bagikan berdasarkan jumlah tim
penilai yang hadir, dapat dipastikan jumlahnya ganjil. Daftar
usul musnah arsip nantinya akan ditampilkan dilayar
proyektor untuk dapat dilihat secara bersama-sama dan para
penilai dapat melakukan diskusi, penilai arsip masing-
masingnya berhak memverifikasi arsip-arsip yang diusulkan
musnah dengan cara melakukan pencentangan nomor-nomor

62
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
63
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
70

arsip pada lembar fotocopy-nya. Setelah selesai nantinya akan


dibuatkan surat hasil pertimbangan penilaian arsip yang di
tanda tangani oleh seluruh panitia tim penilai arsip dan akan
diserahkan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan permohonan
persetujuan arsip yang dapat dimusunahkan”64

Berdasarkan pernyataan diatas, Unit Kearsipan Utama

memiliki alur penilaian arsip yang jelas dan hasil dari penilaian

tersebut berupa surat pertimbangan penilaian arsip. Adapun

proses pada saat pelaksanaan penilain arsipnya ini sebagai

berikut

“Prosesnya itu jadi kita melakukan pengecekan dan verifikasi


daftar arsip usul musnah dengan cara didiskusikan bersama-
sama, biasanya tiap tim penilai pasti sudah mempelajari
arsip-arsip yang diusulkan musnah melalui daftar usul arsip
yang dilampirkan sebelumnya. Mereka mengamati dan
mempelajari sesuai dengan bidangnya masing-masing. Saya
sendiri biasanya sudah memberikan catatan atau
pencontrengan untuk arsip mana saja yang sudah layak
musnah dan arsip mana yang mungkin masih dapat disimpan
kembali dengan mengacu kepada JRA-nya. Hal itu bisa
berguna sekali untuk kita menentukan apakah arsip layak
musnah ataukah tidak, masih ada kasus hukumnya kah atau
ada hal lain sehingga kita bisa rembuk dan sepakat untuk
menentukkan status arsipnya” 65

Dalam melakukan penilaian arsip kompetensi dan

pemahaman akan arsip ataupun keahlian pada bidangnya

masing-masing sangat dibutuhkan bagi tiap unsur perwakilan

tim penilai arsip

64
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
65
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
71

“Tentunya yang perlu diperhatikan dalam melakukan


penialain arsip adalah kompetensi dan kesiapan serta
pemahaman tentang arsip tiap perwakilan unsur tim penilai
karena sebagai perwakilan tim penilai tugas kita di undang
rapat itu memang untuk berargumen, bukan hanya untuk
duduk-duduk saja. Berargumen kenapa arsip ini harus
musnah, kenapa arsip itu harus disimpan kembali, apakah ada
temuan, apakah ada kasus hukum yang belum selesai, dan
yang terpenting harus ada dasarnya ketika beragumen. Jadi
jika seperti itu, tanpa JRA pemusnahan arsip akan jauh lebih
sulit dan lebih lama karena JRA ini sangat penting.”66

Berdasarkan keterangan diatas dapat dikatakan masing-

masing unsur perwakilan tim penilai arsip sudah mempelajari

lebih dulu dari daftar arsip usul musnah yang sudah diberikan

bersamaan dengan surat undangan permohonan serta sudah

memiliki data atau catatan tersendiri terhadap arsip-arsipnya.

Selain itu, pada proses pelaksanaan penilaian arsip itu para

unsur perwakilan tim penilai arsip memang diharuskan untuk

berargumen sesuai dengan kapasitas di bidangnya masing-

masing hal tersebut penting dilakukan guna untuk menentukan

keterangan status arsipnya.

Acuan yang paling utama dalam melakukan penilaian

arsip ialah Jadawal Retensi Arsip (JRA), dimana JRA

merupakan sebuah data umur hidup arsip yang sudah

ditetapkan. Selain dengan JRA, fungsi dari tim penilai arsip

dengan penjelasan diatas ialah untuk menilai dan beragumen

berdasarkan masing-masing kapasitasnya. Maka dari itu, dapat

diartikan, dengan adanya banyak unsur perwakilan tim penilai

66
MD.
72

arsip itu juga menandakan banyaknya sudut pandang dalam

menilai arsip. Selain itu, hal tersebut juga menandakan adu

argumen para tim penilai arsip tidak dapat dihindarkan.

“Hal yang terjadi ketika pelaksanaan penilaian arsip


berlangsung ialah adu argumen panjang antar tim penilai,
yang membuat memakan waktu karena mempertahankan
argumennya masing-masing. Akan tetapi itu penting karena
tiap tim penilai memiliki dasar argumennya melalui undang-
undang, peraturan menteri dll. Peraturan menteri itu menjadi
hal baku, terutama dalam hal peraturan menteri tentang JRA.
Berbeda hal jika tidak ada yang diperdebatkan itu cepat,
Semisal arsip 10 tahun sudah habis retensinya, yasudah
langsung dimusnahkan. Hanya saja, kami biasanya tim penilai
bisa melakukan penilaian dimana arsip yang mungkin sedang
di nilai ini memiliki kerancuan, dimana ada ketakutan arsip
tersebut memiliki temuan kasus yang belum selesai. Ketika
betul ditemukan temuan maka arsip tersebut dapat dikatakan
harus disimpan kembali sesuai dengan JRA awal yakni semisal
10 tahun berarti disimpan kembali 10 tahun. Umpamanya
contoh kasus, ada arsip keuangan 10 tahun sudah habis masa
retensinya di tahun 2020 ini, tapi ternyata arsip keuangan ini
masih ada kasus di kejaksaan, ada dikepolisian dan belum
beres. Begitu dinilai pada tahun ini di kejaksaan belum selesai,
itu berarti harus disimpan kembali dengan JRA yang sama di
waktu awal yaitu 10 tahun. Jadi disimpan kembali dengan JRA
yang sama, karena kasus keuangan itu belum selesai, apalagi
kasus itu biasanya tidak setahun 2 tahun selesai, maka dari itu
mengacu kepada waktu penyimpanan terlama di awal sesuai
JRA, bahkan dalam kasus keuangan biasanya ada kasus yang
belum selesai sampai 20 tahun. Bisa saja ada penyimpangan
didalam pengelolaan kegiatan-kegiatan kementerian,
makannya jika ada temuan arsip diwajibkan untuk tetap selalu
aktif dan tidak bisa inaktif, karena untuk memudahkan jika saat
dibutuhkan itu mudah ditemukan.”67

Penulis mencoba untuk menanyakan lebih dalam

tentang contoh kasus lain yang ditemukan dalam melakukan

pelaksanaan penilaian arsip

67
MD.
73

“Ada juga begitu menilai, katakan salah satu tim yang


menilai, mengatakan arsip peraturan menteri itu tidak layak
musnah karena Peraturan menteri ini jika sifatnya mengatur
itu arsip merupakan permanen, kecuali keputusan menteri itu
yang bisa musnah. Kenapa bisa begitu, karena surat
keputusan penetapan rumah dinas, surat keputusan
pengangkatan itu bisa musnah. Tetapi semisal peraturan, yang
mengatur regulasi secara keseluruhan apalagi secara
nasional itu permanen karena untuk hajat hidup orang
banyak. Jadi, jika surat keputusan penetapan rumah dinas,
rumah dinas kan ditempati, apabila rumah dinasnya itu sudah
tidak ditempatkan lagi itukan SK-nya sudah bisa
dimusnahkan/dihilangkan. Berbeda hal jika itu peraturan-
peraturan menteri yang diterbitkan oleh Menteri, itu
permanen masuknya, seperti MOU juga permanen.”68

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasannya dalam

melakukan pelaksanaan penilaian arsip JRA jadi hal yang

sangat amat penting dimana semua perwakilan unsur tim

penilai itu acuan bakunya ialah JRA, selain dengan peraturan-

peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam melakukan

pelaksanaan penilaian pun tidak terlepas dari adu argumen

guna menentukan apakah arsip itu layak musnah atau harus

disimpan kembali bahkan permanen. Selain itu, dengan

melakukan penilaian arsip, arsip akan dapat diketahui bila

memiliki temuan kasus hukum yang sedang berlangsung.

Dalam melakukan pelaksanaan penilaian arsip yang

dihasilkan dari pelaksanaan adalah surat pertimbangan

penilaian arsip yang sudah ditanda-tangani oleh seluruh

perwakilan panitia tim penilai arsip.

68
MD.
74

“Hasil dari pelaksanaan penilaian arsip adalah surat


pertimbangan penilaian arsip, surat itu harus ditandatangani
oleh seluruh peserta penilaian arsip. Jadi, semisal ada 10.000
arsip, namun setelah dilakukan penilaian itu hanya 9200 yang
layak musnah, sisanya 800 itu musti disimpan kembali sesuai
dengan JRA awal yang telah ditetapkan.” 69

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa tahapan penilaian

arsip ini menghasilkan surat pertimbangan penilaian arsip

yang nantinya akan diserahkan ke Biro Umum Sekretariat

Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk

melakukan permohonan persetujuan arsip musnah ke Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI).

4) Tahapan Permohonan Persetujuan Pemusnahan Arsip ke


ANRI
Tahapan permohonan persetujuan pemusnahan arsip ke

ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) ini pertama-tama

diawali dengan keluarnya surat hasil pertimbangan penilaian

yang telah ditanda-tangani oleh seluruh perwakilan unsur

panitia tim penilai arsip.

“Iya seperti yang saya sudah jelaskan, setelah selesai


melakukan penilaian arsip itu akan dbuatkan surat hasil
pertimbangan penilaian arsip yang harus di tanda tangani
oleh seluruh panitia tim penilai arsip. Selanjutnya kita akan
menyererahkannya ke Biro Umum Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta lampiran
daftar usul musnah untuk dijadikan surat permohonan
persetujuan arsip yang dapat dimusunahkan ke ANRI”70

69
MD.
70
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
75

Dalam tahapan ini, alur birokrasi dalam meminta

persetujuan arsip dari Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) itu

berbeda dengan Unit Kearsipan Kementerian.

“Jadi dari kita (Unit Kearipan Utama) itu tidak bisa langsung
minta persetujuan ke ANRI. Harus melalui biro umum dulu
yang dimana nantinya dari Biro Umum baru akan
membuatkan surat permohonan persetujuan arsip musnah
disertai lampiran surat pertimbangan penilaian dan daftar
usul musnah ke ANRI. Kemudian setelah itu ANRI juga akan
melakukan pengecekan dan verifikasi terhadap surat tersebut,
dari ANRI ini kemudian menghasilkan surat permohonan
persetujuan arsip musnah yang sudah ditanda tangani oleh
Kepala ANRI, surat itu akan diserahkan ke Biro Umum,
kemudian akan diteruskan ke kita yakni Unit Kearsipan Utama
(Sub Bagian TU). Berbeda dengan Unit Kearsipan
Kementerian yang bisa langsung melakukan permohonan
persetujuan ke ANRI ”71

Penulis lebih dalam menanyakan mengapa harus

meminta persetujuan lebih dahulu ke ANRI

“Iya karena itu memang sudah diatur di Undang-Undang, jadi


kita tidak berhak menyetujui arsip tersebut dapat dikatakan
musnah atau tidak sebelum disetujui ANRI, karena itu
wewenangnya mereka selaku Lembaga tertinggi yang
mengurusi arsip, dalam hal penyusutan arsip memang ANRI
mengawasi” 72

Berdasarkan pernyataan diatas menyatakan bahwa

dalam melakukan tahapan permohonan persetujuan arsip ke

ANRI ini akan menghasilkan surat permohonan persetujuan

arsip musnah yang sudah dicek dan diverifikasi serta

ditandatangani oleh Kepala ANRI.

71
HF.
72
HF.
76

5) Tahapan Penetapan Arsip Musnah

Penetapan arsip musnah ini merupakan tahapan dimana

arsip sudah betul-betul dinilai dan sudah ditetapkan sebagai

arsip yang layak musnah atau arsip yang disimpan kembali

berdasarkan surat permohonan persetujuan arsip musnah yang

sudah ditandatangani oleh Kepala ANRI.

Sebelum keluar surat tersebut, ANRI melakukan

pengecekan data dari surat hasil pertimbangan penialaian arsip

dan daftar usul musnah dan setelah dilakukan pengecekan

hasil persetujuan ANRI itu bisa saja berbeda.

“Jadi hasil pengecekan dan verfiikasi ANRI itu bisa


memunculkan hasil yang berbeda dimana arsip ada yang bisa
berketerangan dimusnahkan atau disimpan kembali karena
arsip vital.”73

Penulis meminta penjelasan lebih lanjut bagaimana

contoh ANRI mencoba melakukan pengecekan dan verifikasi

arsip musnah.

“Jadi, semisal data dari 10.000 arsip yang sudah dinilai oleh
tim penilai melalui surat pertimbangan penilaian
menyebutkan bahwa 8000 arsip harus musnah dan 2000 arsip
harus simpan kembali itu dapat berubah setelah dari ANRI.
Semisal ANRI ternyata menetapkan dari 8000 arsip yang
layak musnah itu ada 300 arsipnya yang keterangannya
menyebutkan arsip vital dan harus disimpan kembali.
Sehingga yang ditetapkan musnah itu menjadi 7700 arsip saja.
Itu bisa saja terjadi karena memang wewenangnya ANRI
untuk mengecek dan merevisi arsip ketika melakukan
permohonan persetujuan arsip yang ingin dimusnahkan
sebelum ditandatangani oleh Kepala ANRI. Setelah
ditandatangani itu keluar surat permohonan persetujuan
pemusnahan arsip yang telah ditandatangani yang akan

73
HF.
77

diserahkan ke Biro Umum kemudian diteruskan ke Kassubag


TU”74

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa

ANRI berhak untuk mengecek dan merevisi hasil dari surat

pertimbangan penilaian arsip sebelum ditanda-tangani oleh

Kepala ANRI.

Penulis menanyakan lebih dalam tentang bagaimana

setelah surat permohonan persetujuan arsip musnah keluar apa

yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama.

“Jadi, surat permohonan persetujuan arsip musnah yang


telah ditandatangani itu kita terima melalui Kasubbag TU
(Unit Kearsipan Utama). Surat tersebut nantinya akan kita
kirimkan ke Pimpinan Arsip, kemudian pimpinan arsip akan
mengeluarkan surat penetapan arsip musnah dengan mengacu
dari hasil surat permohonan persetujuan arsip musnah dari
ANRI itu. Setelah itu kita akan melakukan proses penyimpanan
kembali untuk arsip yang dinyatakan harus disimpan kembali
dan membuat daftar arsip musnah untuk arsip yang ditetapkan
musnah dan membuat tim pemusnah arsip.”75

Berdasarkan pernyataan diatas setelah surat permohonan

persetujuan arsip musnah itu diterima oleh Unit Kearsipan

Utaama, kemudian Unit Kearsipan Utama melaporkan kepada

Pimpinan Arsip Unit Kearsipan Utama. Pimpinan Arsip akan

mengeluarkan surat penetapan arsip musnah berdasarkan

acuan dari hasil surat permohonan persetujuan arsip musnah

dari ANRI, kemudian Unit Kearsipan Utama melakukan

proses penyimpanan kembali dan membuat daftar arsip

74
HF.
75
HF.
78

musnah serta membuat tim pemusnah arsip untuk

melaksanakan pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip.

6) Tahapan Pelaksanaan Pemusnahan Arsip

Tahapan pelaksanaan pemusnahan arsip ini merupakan

tahapan akhir dari kegiatan pemusnahan arsip, dimana dalam

melakukan pemusnahan arsip ini yang bertanggung jawab

adalah Unit Kearsipan Utama Setidtjen Dikdasmen melalui

tim pemusnah yang dibentuk dan ditetapkan sesuai dengan SK

yang dikeluarkan langsung oleh Kepala Sub Bagian TU selaku

yang mempunyai wewenang dalam melakukan pelaksanaan

tugas pemusnahan arsip.

“Pembentukan tim pemusnah arsip itu dari Unit Kearsipan


Utama setelah menetapkan daftar arsip musnah. Pembentukan
tim pemusnah arsip itu pakai SK yang dibuat oleh Kasubag
TU (Unit Kearsipan Utama)”76

Sebelum melakukan proses pelaksanaan pemusnahan

arsip seperti yang dijelaskan diatas dan menunggu SK tim

pemusnah keluar, Unit Kearsipan Utama melalui penata

arsipnya juga melakukan proses penyimpanan arsip kembali

arsip dan pembuatan daftar arsip musnah.

“Proses penyimpanan kembali dan pembuatan daftar arsip


musnah itu dilakukan oleh penata arsip Unit Kearsipan Utama
setelah surat penetapan arsip musnah itu kita teruskan ke
mereka. Mereka juga yang menyiapkan daftar arsip yang akan
dimusnahkan” 77

76
HF.
77
HF.
79

“Hasil dari surat penetapan arsip itu akan diinformasikan ke


kita. Setelah itu data dari surat penetapan arsip musnah
tersebut sebagai acuan kita untuk memperbaharui status arsip
di database kita. Kita melakukannya itu di Sistem Otomasi
Kearsipan yang kita miliki yang bernama SINTA”78

Penulis lebih dalam lagi menanyakan bagaimana proses

penyimpanan kembali yang dilakukan oleh penata arsip

“Iya. jika arsip itu ditetapkan untuk disimpan kembali kita


hanya tinggal mengubah JRA arsip inaktifnya sesuai seperti
awalnya saja. Karena didalam SINTA itu ada menu yang
khusus menampilkan daftar arsip inaktif yang ada disini.
Tinggal cari dan mencocokkan arsipnya saja sesuai dengan
surat penetapan arsip yang kita terima”79

Hal tersebut juga berbarengan dilakukan ketika

melakukan proses pembuatan daftar arsip musnah.

“Jadi itu sebetulnya dilakukan berbarengan dengan proses


penyimpanan kembali, kita bagi tugas ada yang mengurusi
penyimpanan kembali ada yang mengurusi pembuatan daftar
arsip musnah. Prosesnya sama, masih mengacu pada hasil
surat penetapan musnah, arsip yang ditetapkan musnah itu
dicocokkan dengan yang di database, dimana pun tempatnya
yang sifatnya masih dalam satu dampingan file nya itu harus
hilang semua. Bentuk copy-annya, bentuk soft copy-nya dan
daftar arsipnya. Jika memang musnah maka musnah semua
dan harus dihapus.”80

Berdasarkan pernyataan diatas proses penyimpanan

kembali arsip dan pembuatan daftar arsip musnah itu

dilaksanakan oleh penata arsip. Penata arsip melakukannya

setelah surat penetapan arsip itu diterima dan melakukan

pembaharuan, pengecekan serta pencocokan arsip yang

78
Wawancara dengan FA, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
79
FA.
80
FA.
80

ditetapkan harus disimpan kembali dan ditetapkan musnah.

Penata arsip melakukannya di Database Sistem Otomasi

Kearsipan bernama SINTA yang dimiliki oleh Setidtjen

Dikdasmen.

“Nah, Daftar arsip musnah itu sebetulnya daftar arsip yang


telah ditetapkan musnah yang telah melalui proses penilaian
dan persetujuan dan juga sudah kita lakukan pengecekan dan
pencocokan pada database kita.”81

Berdasarkan pernyataan diatas, secara tidak langsung

arsip yang ditetapkan musnah dan sudah dilalui pencocokan

database dan melewati penilaian dan pesetujuan ANRI itulah

yang dibuat sebagai daftar arsip musnah. Selanjutnya setelah

daftar arsip musnah dibuat, penata arsip akan

menginformasikan dan bersurat kepada Kasubag TU untuk

melampirkan daftar arsip musnahnya.

Seperti yang dijelaskan diatas, setelah Unit Kearsipan

Utama menetapkan daftar arsip musnah, kemudian Kepala Sub

Bagian TU akan membentuk tim pemusnah arsip melalui SK

yang akan dikeluarkan.

“Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi tim pemusnah


arsip, karena tim pemusnah arsip itu hanya bertugas
menyaksikan dan melaporkan saja. biasanya isinya penata
arsip dan arsiparis. Kemarin yang kita lakukan itu perwakilan
unit kearsipan utama, penata arsip dan arsiparis yang menjadi
tim pemusnahnya.”82

81
FA.
82
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
81

Adapun penata arsip dalam hal ini memiliki tugas yang

berbeda, dimana sebelum melakukan pemusnahan penata arsip

juga harus menyiapkan daftar arsip yang harus dimusnahkan.

“Tugas kita itu ialah menyiapkan fisik dafar arsip musnah,


kita melakukannya dengan cara mengeluarkan langsung dari
boks arsip saja, yang penting ceklis verifikasi sesuai daftar
arsip musnah yang sudah ditetapkan. Jadi langsung keluarin
aja dari boksnya. Karena kalau pakai boks itu rugi, jika
boksnya sudah tidak layak langsung saja bersama boksnya
ikut disiapkan. Setelah itu barulah lanjut ke pelaksanaan
pemusnahan arsip.”83

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasannya tim

pemusnah arsip terdiri dari arsiparis dan penata arsip sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 68

Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas tim

pemusnah arsip ialah hanya menyaksikan dan melaporkan,

namun sebelum itu penata arsip punya tugas untuk

menyiapkan dan meverifikasi secara fisik arsip yang akan

dimusnahkan.

Dalam melakukan pelaksanaan pemusnahan arsip di

Unit Kearsipan Utama Setidtjen Dikdasmen itu tidak ada

pedoman/aturan yang mengaturnya.

“Jika dari pedoman Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayan No 068 sendiri itu tidak ada aturannya untuk
pemusnahan arsip. hanya mengatur bahwasannya
pemusnahan arsip dilakukan dengan cara dicacah, dilebur
83
Wawancara dengan FA, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
82

atau lain-lainnya. Biasanya yang kita lakukan itu dicacah. jika


arsip yang dimusnahkan dalam volume yang banyak dan
besar, serta kitanya tidak mempunyai alat pencacah yang
besar itu kita butuh pihak luar yakni pabrik kertas yang
memiliki mesin pencacah yang besar.” 84
Penulis mencoba lebih dalam menanyakan kenapa lebih

memilih untuk melakukan pemusnahan dengan pencacahan.

“Iya karena dalam pemusnahan arsip itu yang menjadi syarat


penting ialah arsip yang dimusnahkan harus sudah tidak
dapat dibaca lagi informasinya. Dengan cara dicacah pun
sudah cukup, selain itu dengan cara dicacah, arsip yang sudah
dicacah bisa dapat bermanfaat dan dapat di daur ulang oleh
pabrik kertas yang menjadi pihak ketiga. Karena di
lingkungan Unit Kearsipan Utama biasanya dilakukan
pencacahan dengan mesin pencacah kertas.”85

Berdasarkan pernyataan diatas bahwasannya syarat

utama yang paling penting pada pelaksanaan pemusnahan

arsip ialah arsip yang dimusnahkan harus sudah tidak dapat

dibaca lagi informasinya. Maka dari itu, dalam melakukan

pemusnahan arsip volume besar, Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen melakukannya dengan cara

menggunakan pihak luar yakni Pabrik Kertas dengan cara

dicacah.

Sementara itu penulis juga menanyakan lebih dalam

tentang bagaimanakah pemusnahan arsip dalam volume kecil

“Jadi ada syarat arsip yang dapat dimusnahkan sendiri, nah


itu yang disebut volume kecil, jadi hanya yang sifatnya
duplikasi itu pasti akan dimusnahkan langsung tanpa harus

84
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
85
HF.
83

ada prosedur-prosedur yang ada. Semisal ada temuan arsip


yang berduplikasi itu akan langsung dihancurkan dengan
mesin pencacah kertas yang ada di sini dan dapat dilakukan
kapanpun” 86

“Mesin pencacah disini hanya untuk melakukan pemusnahan


volume arsip dengan volume kecil, paling tidak setengah jam
untuk lama pencacahannya. Itu kita sendiri yang melakukan,
jadi Setditjen Dikdasmen tersedia fasilitas dimana untuk
melakukan pemusnahan arsip dalam volume kecil. Kalau
untuk volume besar setditjen dikdasmen menggunakan pihak
ketiga yakni pabrik kertas” 87

Berdasarkan pernyataan diatas, Unit Kearsipan Utama

punya syarat arsip yang dapat dimusnahkan sendiri atau

disebut pemusnahan arsip dalam volume kecil. Arsip yang

dimusnahkan itu ialah yang biasanya hanya bersifat duplikasi

tanpa harus ada prosedur-prosedur yang ada. Dilakukannya

dengan cara dicacah menggunakan mesin pencacah yang

dimiliki Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen.

Dalam melakukan pemusnahan arsip dalam volume

besar yang harus dilakukan dengan menggunakan pihak ketiga

dan tidak bisa dilakukan sendiri di Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen.

“Jelas tidak bisa, karena dalam pemusnahan arsip dalam


volume besar itu membutuhkan pihak ketiga, pabrik kertas
yang mempunyai mesin pencacah yang besar sementara
setditjen dikdasmen tidak memiliki alat pencacah sebesar
yang ada di pabrik. Disini kita hanya mempunyai 2 mesin
pencacah kertas biasa, dengan mesin yang ada itu sudah
cukup untuk mengakomodir kebutuhan kita sehari-hari dan
untuk mesin pecacah besar kita merasa tidak terlalu perlu

86
HF.
87
Wawancara dengan FA, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
84

untuk punya mesin sebesar itu. Sekalipun ingin dilakukan


disini, mesin pencacah kita itu hanya paling bisa melakukan
pencacahan 30 menit, karena kalau dipaksan untuk mencacah
lebih dari itu bisa berbahaya, akan menyebabkan mesin
rusak”88

Berdasarkan pernyataan diatas, Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen tidak dapat melakukan pemusnahan arsip

dalam volume besar sendiri, karena mereka hanya memiliki 2

buah mesin pencacah kertas biasa dan itu tidak cukup untuk

digunakan dalam pemusnahan volume besar yang

membutuhkaan mesin pencacah kertas yang besar.

Dalam melakukan pemusnah arsip volume besar dengan

menggunakan pihak ketiga, pertama-tama Unit Kearsipan

Utama mencoba melakukan koordinasi terlebih dahulu

“Prosesnya itu pertama kita berkabar dulu ke pihak ketiganya


untuk melakukan pemusnahan, lalu kita bawa arsipnya ke
pihak ketiganya menggunakan truk, lalu setelah itu barulah
melakukan pencacahan dengan mesin pencacah kertas besar
karena pihak ketiga ini biasanya adalah pabrik kertas yang
biasanya akan di daur ulang kembali untuk membuat kertas
baru. Pabrik yang biasa kerjasama dengan kita itu, ada
namanya PT. Fajar di Cibitung, ada juga PT. Aspex
Kumbong Paper di Cileungsi dan ada juga yang di
Tangerang ”89

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dikatakan

bahwasannya hal yang pertama dilakukan dalam melakukan

proses pemusnahan arsip menggunakan pihak ketiga ialah

mengkoordinasikan secara langsung dengan pihak ketiga alias

pabrik kertas.

88
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
89
HF.
85

Pada tahun 2018 Unit Kearsipan Utama melakukan

pelaksanaan pemusnahan arsip menggunanakan pabrik kertas

PT. Aspek Kumbong Paper.

“Pabrik kertas yang kita gunakan pada saat itu PT. Aspek
Kumbong Paper yang ada di cileungsi karena PT. Aspek
Kumbong Paper sudah rekanan dengan kita. Pabrik kertas
yang kita gunakan pada saat itu PT. Aspek Kumbong Paper
yang ada di cileungsi karena PT. Aspek Kumbong Paper
sudah rekanan dengan kita. Untuk kriteria tidak ada, karena
bagi kita yang terpenting pabrik kertas tersebut memiliki
mesin pencacah kertas yang besar dan dapat menjamin
kerahasiaan informasi arsip agar tidak bocor kemana-mana.”
90

Berdasarkan pernyataan diatas, tepatnya pada bulan

April tahun 2018, proses pelaksanaan pemusnahan arsip dalam

volume besar itu memilih menggunakan jasa pihak ketiga

yakni PT. Aspex Kumbong Paper dengan alasan mereka

memiliki mesin pencacah kertas yang besar dan dapat

menjamin kerahasiaan informasi arsip agar tidak bocor

kemanapun.

“Arsip yang dimusnahkan pada saat itu kebanyakan arsip


keuangan, berita acara barang milik negara dan surat
korespondensi. Total berat timbangannya itu 7 ton, itu
termasuk duplikasi dan juga non arsip. jadi kalo di
kementerian pendidikan dan kebudayaan itu kan banyak
proposal-proposal untuk pembangunan sekolah atau
permohonan bantuan dana sekolah lain-lainnya. Nah itu kan
bukan arsip, itu disimpan lama oleh orang yang dulu mengira
itu adalah arsip. Bisa dibilang unit pengolahnya dulu mengira
bahwasannya proposal-proposal itu adalah arsip, jadi mereka
simpan itu.” 91

90
HF.
91
HF.
86

Berdasarkan pernyataan diatas, arsip yang dimusnahkan

pada tahun 2018 itu berjumlah 7 ton, arsip yang dimusnahkan

adalah arsip keuangan, berita acara barang milik negara dan

surat korespondensi. Selain itu, dari 7 ton arsip itu juga

merupakan arsip duplikasi dan non arsip yakni seperti

proposal-proposal permohonan bantuan dana sekolah.

Adapun proses pemusnahan arsip secara jelas akan

dijelaskan dibawah ini

“7 ton arsip ini kita tidak menggunakan tender, tetapi betul-


betul dari pabrik kertas yang kita ajukan sendiri dengan
spesifikasi mempunyai mesin pencacah kertas yang besar dan
mampu menampung arsip yang akan dimusnahkan. Itu kita
yang melakukan koordinasi ke pihak pabriknya, setelah oke
kita langsung menyewa truk untuk mengangkut arsip yang
akan dimusnahkan, selain itu kita juga biasanya memakai jasa
bantuan tenaga untuk mengangkut arsipnya seperti OB atau
security. Sampai akhirnya tiba disana kita hanya
mengkonfirmasi kapan waktu pencacahan dimulai, setelah itu
langsung dilakukan jasa pencacahan di pabrik kertasnya, tim
pemusnah mengawasi dan memastikan bahwasannya arsip itu
sudah tidak dapat diketahui informasinya dan
mendokumentasikannya sebagai bukti untuk laporan. Jadi
anggarannya dapat dibilang cukup besar, apalagi kita
melakukannya secara sendiri satu lembaga sekretariat
direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.”92

Berdasarkan pernyataan diatas, secara jelas

bahwasannya tim pemusnah arsip hanya melakukan

koordinasi dan menyiapkan arsip serta mengantarkan arsip

yang akan dimusnahkan untuk diserahkan kepada pihak

ketiga. Setelah itu, tugas dari tim pemusnah arsip hanya untuk

menyaksikan dan mendokumentasikan untuk bukti laporan.

92
HF.
87

Penulis kemudian lebih dalam menanyakan tentang apa yang

dilakukan setelah melakukan pemusnahan melalui pihak

ketiga.

Penulis mencoba menambahkan lebih jelas peran dari

pabrik kertas dalam melakukan pemusnahan arsip

“Pabrik kertas itu hanya menerima arsip yang kita bawa, lalu
kemudian arsipnya akan ditimbang total beratnya berapa
sehabis ditimbang selanjutnya akan dilakukan proses
penghancuran arsip dengan mesin pencacah. Setelah hancur
yasudah selesai, arsip-arsipnya sudah tidak dapat diketahui
lagi informasinya.” 93

Adapun peran tim pemusnah arsip dalam melakukan

proses pelaksanaan pemusnahan arsip di PT. Aspex Kumbong

Paper ialah

“Tugas tim pemusnah arsip yaitu melakukan koordinasi


dengan pabrik kertas untuk mengkonfirmasi waktu
pencacahannya, selanjutnya tim pemusnah mendampingi dan
menyaksikan arsip secara penuh pada saat penimbangan dan
proses penghancurannya. Karena dalam undang-undang
tugas tim pemusnah arsip hanya menyaksikan dan melaporkan
saja. Intinya dalam pemusnahan arsip tim pemusnah bertugas
untuk memastikan bahwa informasi arsip yang dimiliki ini
tidak bocor kemana-mana dan arsip-arsip ini dipastikan telah
dihancurkan sampai tidak dapat diketahui lagi informasinya,
dan juga mereka harus mendokumentasikan proses
pemusnahannya sebagai bukti laporan akhir.” 94
Berdasarkan pernyataan diatas, proses pemusnahan arsip

yang dilakukan, PT. Aspex Kumbong Paper akan menerima

arsip yang akan dimusnahkan dan tim pemusnah akan

melakukan konfirmasi waktunya, pertama yang dilakukan

93
HF.
94
HF.
88

adalah arsip akan ditimbang untuk diketahui totalnya dan

setelahnya akan dilakukan proses penghancuran arsip

menggunakan mesin pencacah kertas yang besar. Proses

tersebut didampingi secara penuh oleh tim pemusnah arsip

karena untuk memastikan bahwa informasi arsip yang dimiliki

ini tidak bocor kemanapun dan memastikan seluruh arsip telah

dihancurkan sampai tidak dapat diketahui lagi informasinya.

Tim pemusnah arsip juga harus mendokumentasikan proses

pemusnahannya sebagai bukti laporan akhir.

“Yang dimaksud laporan akhir itu namanya laporan kegiatan.


Laporan kegiatan itu isinya ada bab-bab nya ada
lampirannya, ada dokumentasinya. Isinya itu dari mulai latar
belakang, tujuan, rangkaian kegiatan pemusnahannya,
keterangan waktunya dan kronologis untuk pelaksanaan
kegiatan pemusnahan arsipnya itu dijelaskan semua. Laporan
ini dibuat untuk ditujukan untuk dilaporkan kepada pimpinan
arsip, laporan tersebut itu sifatnya bukan untuk publik dan
bukan arsip.” 95
“Jadi daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu
merupakan hasil dari seluruh proses pemusnahan arsip
karena itu dapat dikatakan sebagai arsip baru, seperti apa
yang sudah saya sampaikan sebelumnya, gunanya sebagai
pengganti arsip asli dan bukti resmi bahwa arsip sudah
dimusnahkan. Nah, itu juga pasti dilampirkan dilaporan
kegiatan yang akan ditujukan ke pimpinan arsip.” 96
Dalam melakukan seluruh proses pemusnahan arsip itu

akan menghasilkan sebuah arsip baru, yakni daftar arsip

musnah dan berita acara pemusnahan.

“Berita acara dan daftar arsip musnah ini akan dibuat


beberapa rangkap sesuai kebutuhan yang akan dibagikan dan
disimpan di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen dan

95
HF.
96
HF.
89

Unit Kearsipan Kementerian Biro Umum Sekretariat Jenderal


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengganti
arsip yang telah dimusnahkan. Karena berita acara dan daftar
arsip musnah itu mempunyai kekuatan hukum yang sama
seperti arsip yang asli. Jika semisal ada yang mau nyari apa
dan itu udah musnah, kita punya berita acara dan daftar arsip
musnah itu sama kuatnya seperti aslinya.”97

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa hal yang

dilakukan setelah pelaksanaan pemusnahan arsip selesai akan

menghasilkan arsip baru yakni berita acara dan daftar arsip

musnahnya. Kemudian dapat diketahui juga, bahwa berita

acara dan daftar arsip itu memiliki kekuatan hukum yang sama

dengan arsip aslinya, yang berguna sebagai bukti jika ada yang

mencari atau ada keperluan terhadap arsip yang sudah musnah

tersebut.

“Jadi daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu


tidak memiliki JRA, karena kedua arsip tersebut akan menjadi
arsip vital yang sifatnya permanen. Nah jadi jelas itu tidak
dapat dimusnahkan lagi.” 98

Penulis mencoba menyakan lebih dalam tentang

dimanakah daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan

disimpan

“Kalo daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu


disimpan oleh Kepala Sub Bagian TU di Ruang Penyimpanan
Arsip Vital Unit Kearsipan Utama.” 99

Berdasarkan pernyataan diatas, daftar arsip musnah dan

berita acara pemusnahan itu tidak memiliki JRA karena kedua

97
HF.
98
HF.
99
HF.
90

arsip tersebut merupakan hasil dari proses pemusnahan arsip

yang kemudian termasuk kedalam jenis arsip vital yang

sifatnya permanen untuk Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen. Arsip tersebut tidak dapat dimusnahkan dan

dsimpan di Ruang Penyimpanan Arsip Vital di Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen.

3. Upaya Unit Kearsipan Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen dalam


Menghadapi Kendala Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip
Dinamis Inaktif

Dalam melakukan kegiatan pelaksanaan pemusnahan arsip

dinamis inaktif ada beberapa kendala yang dimiliki oleh Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen. Salah satu contoh kendala yang dihadapi

adalah pada saat penyeleksian/pemeriksaan arsip yang akan dijadikan

daftar arsip usul musnah.

“Kendalanya itu ada pada tahap pemeriksaan berkasnya sih, karena


fisik dan daftarnya itu kadang-kadang tidak sama pas awal itu cukup
ribet. Itu terjadi karena pada awal pemindahan arsip dari aktif ke
inaktif terkadang Unit Pengolah/Unit Penciptanya tidak menyerahkan
file sesuai prosedur, ada yang menyerahkan lengkap, ada yang ketika
diperiksa kembali ternyata ada yang kurang atau hilang, ada juga yang
bahkan mengirimkannya 1 kardus besar tanpa diolah. Hal tersebut
berpengaruh untuk proses menyiapkan daftar usul musnah arsip yang
dilakukan oleh penata arsip.”100

“Kendalannya pada saat proses pendaftaran arsip inaktif yang awal,


kenapa begitu karena terkadang dari Unit Pengolah/Unit Penciptanya
ketika melakukan pemindahan arsip dinamis inaktif ke Unit Kearsipan
Utamanya berkasnya ada yang kita terima secara utuh, ada yang
ternyata berkasnya tidak lengkap, bahkan ada yang masih bentuk boks-
boks besar dan itu tercecer. Akhirnya kita mesti mengelompokkan
arsipnya lagi pada saat awal pendafataran arsip inaktif. Nah itu
berpengaruh ketika pada saat kita menyiapkan daftar usul musnahnya

100
HF.
91

sementara kita harus melakukan pengecekan fisik arsipnya. Kadang


daftar yang dimuat dan fisiknya itu tidak sama/kurang lengkap, jadi kita
butuh waktu untuk melihat fisik arsipnya kembali, apakah tersedia atau
tidak, bahkan kadang ternyata temuan arsipnya itu adalah copy-an aja
bukan aslinya” 101

Berdasarkan pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kendalanya

ada pada saat menyiapkan daftar arsip usul musnah. Kendala yang

ditemui tim penata arsip merupakan kesulitan dalam menyiapkan daftar

arsip musnah akibat dari ketidaktelitian dan ketidaklengkapan berkas

pada saat pemindahan arsip dari Unit Pengolah/Unit Pencipta ke Unit

Kearsipan Utama. Hal tersebut menimbulkan efek domino yang

mempengaruhi sulitnya proses verifikasi kembali atau pengecekan

kembali fisik berkas yang masuk kedalam daftar arsip musnah.

Adapun upaya yang dilakukan tim penata arsip ialah melakukan

rekonstruksi arsip untuk arsip-arsip yang baru akan dipindahkan ke

Unit kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen

“Upaya yang kita lakukan itu biasa kita sebut rekonstruksi arsip,
menyatukan file berdasarkan kegiatannya. Karena tidak semua arsip
dalam satu kegiatan itu berurutan dan bahkan terpisah-pisah, Surat
tugasnya semisal ada di sana, surat undangannya ada di sini, laporan
keuangannya disana dan daftar hadirnya dipisah. Nah hal tersebut kan
memaksa kita untuk melakukan penyatuan arsip, nah itu kita sebut
rekonstruksi arsip atau bisa dibilang arsip di bangun kembali hingga
terkumpul jadi satu berkas, setelahnyan baru diinput ke dalam SINTA
untuk dijadikan daftar arsip inaktif sehingga untuk kedepannya data
dan fisik arsipnya bisa sesuai dan mudah untuk ditemukan”102

101
Wawancara dengan FA, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
102
FA.
92

Selain itu, hal yang mempengaruhi kenapa Unit Pengolah/Unit

Pencipta arsip tidak melengkapi prosedur pemindahan adalah

kekurangan SDM arsip hingga terjadinya tumpang tindih pekerjaan.

“Hal tersebut juga terjadi karena adanya tumpang tindih pekerjaan,


jadi tiap unit pengolah/pencipta mempunyai satu pengadministrasi
umum yang bertanggung jawab terhadap arsip, akan tetapi biasanya
itu adalah jabatan tempelan atau tugas tambahan dimana sebetulnya
orang itu sudah punya jabatan dan tugas aslinya. Jadi kita memaklumi
itu dan mau tidak mau harus menerima berkasnya, yang terpenting
arsipnya terselamatkan.” 103

Adapun upaya yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama ialah

melakukan Workshop/Sosialisasi ke tiap-tiap Unit Pengolah/Pencipta.

“Jadi kita itu ada Workshop dan Sosialisasi tentang kearsipan yang
bertujuan meningkatkan kesadaran bahwasannya pentingnya
berkas/arsip tiap-tiap Unit Pengolah/Unit Pencipta untuk
diselamatkan, walaupun belum ada arsiparis yang mumpuni di tiap
Unit Pengolah/Unit Penciptanya. Yang terpenting tiap unit pengolah
itu sudah percaya menitipkan berkas ke unit kearsipan utama,
sebelumnya itukan dikelola sendiri, jadi kita lakukan berangsur-
angsur untuk meningkatkan keasadaran mereka.” 104

Berdasarkan pernyataan diatas, upaya yang dilakukan Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen itu melakukan rekonstruksi

arsip dengan cara mengolah arsip dari awal sekali, setelah selesai akan

diinput kedalam SINTA dan dimasukkan kedalam daftar arsip inaktif

sehingga untuk kedepannya data dan fisik arsipnya bisa sesuai dan

mudah untuk ditemukan. Selain itu Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen juga melakukan Workshop/Sosialisasi yang berguna untuk

103
Wawancara dengan HF, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha. Pada Hari
Senin Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Utama.
104
HF.
93

meningkatkan kesadaran dari Unit Pengolah/Unit Pencipta tentang

bagaimana pentingnya menyelamatkan arsip yang dimilikinnya.

Adapun kendala lain dalam melakukan pemusnahan arsip

dinamis inaktif ialah pada saat pelaksanaan penilaian arsip, dimana

terkadang ada dari perwakilan unsur tim pemusnah ketika hari H

penilaian dia tidak hadir.

“Secara keseluruhan itu lancar-lancar saja ketika melaksanakan


penilaian arsip. Cuma ada sebetulnya kendala dimana pada saat
pelaksanaan penilaian itu salah satu perwakilan unsur tim penilai
tidak hadir padahal sudah konfirmasi kehadiran, berhalangan hadir
bisa karena sakit ataupun ada tugas mendadak yang mesti didahulukan
dan tidak dapat digantikan. Itu yang menjadi kendala karena
pelaksanaan penilaian bisa tertunda dan akan mundur waktunya.
Karena pelaksanaan penilaian tidak bisa diganti waktu dan tim penilai
yang sudah diundang sudah sesuai plot tiap unsurnya” 105

Penulis mencoba lebih dalam menanyakan tentang pentingnya

tim penilai harus hadir.

“Karena yang ikut rapat itu harus tanda tangan dokumen, jadi
memang yang sudah mendapat surat undangan harus/wajib hadir
semisal memang tidak bisa hadir tiap unsur-unsurnya harus mengirim
perwakilannya yang lain sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
Itu harus ada dan wajib ada karena tiap-tiap unsur adalah penting
untuk melakukan penilaian, semisal dari bidang hukum tidak bisa
hadir perwakilannya di hari H, ya mau gak mau harus ada yang lain
untuk mewakilinya, tidak boleh tidak hadir, yang terpenting memiliki
kompetensi di bidang hukum,” 106

Berdasarkan pernyataan diatas, bahwa kendala pada saat

penilaian arsip itu pada saat ada salah satu unsur tim penilai arsip yang

tidak hadir pada hari H penilaian padahal sudah mengkonfirmasi

105
Wawancara dengan MD, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian. Pada Hari Senin
Tanggal 13 Januari 2020 di Unit Kearsipan Kementerian.
106
MD.
94

kehadirannya. Hal demikian menyebabkan mundurnya waktu

penilaian, karena dalam hal pelaksanaan penilaian arsip, tim penilai

arsip yang sudah mendapatkan undangan itu wajib hadir dan waktu

penilaian tidak dapat diganti.

Adapun upaya yang dilakukan oleh panitia tim pemusnah arsip

ialah berusaha untuk selalu mem-follow-up dari mulai H-1 sampai pada

hari H.

“Upaya yang dilakukan itu biasanya panitia tim penilai arsip akan
berusaha selalu menghubungi by phone untuk tiap perwakilan tim
penilai arsip dari H-1 sampai hari H. Jika memang ternyata di H-1
atau di hari H ada yang berhalangan hadir maka bisa langsung
meminta rekomendasi pengganti yang sama berkompeten dari unsur
yang berhalangan, semisal dari pihak arsiparis yang berhalangan
hadir maka panitia tim pemusnah arisp meminta rekomendasi
arsiparis lain untuk diajukan kepada Biro Umum Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jadi dengan demikian
dapat dipastikan kita tetap bisa menjalankan penilaian arsip dengan
tepat waktu” 107

Berdasarkan pernyataan diatas, upaya yang dilakukan panitia tim

pemusnah arsip dalam menghadapi kendala tersebut ialah dengan cara

menghubungi tim penilai arsip dari H-1 sampai kepada hari H penilaian.

Ketika memang ada yang berhalangan hadir maka panitia tim penilai

bisa langsung mengkoordinaskan dan meminta rekomendasi pengganti

yang berkompeten di bidangnya masing-masing.

107
MD.
95

C. Pembahasan

Pada tahap ini penulis akan membahas hasil penelitian yang sudah

dipaparkan di atas. Berikut pembahasan mengenai penyusutan arsip dinamis

inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah, pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis

inakitf di Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar dan Menengah, serta upaya untuk mengatasi kendala dalam

pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di unit Kearsipan

Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah.

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

(Setditjen Dikdasmen) merupakan sebuah lembaga yang dimana sebagai

unsur pelaksana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai

lembaga negara, Setditjen Dikdasmen mengharuskan untuk dapat

mengelola arsip dengan baik dan tepat, demi memperlancar pengambilan

keputusan dan keberlangsungan hidup dari lembaga tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayan ) No. 68 Tahun 2016 Tentang Tata

Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pasal 2

ayat 2 poin c menjelaskan bahwasannya pelaksanaan pengelolaan arsip

dilaksanankan secara desentralisasi oleh masing-masing unit organisasi

secara berjenjang. Sesuai struktur organisasi kearsipan yang sudah

dijelaskan diatas, Unit Kearsipan Utama terdapat di Sekretariat Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Secara struktur Penanggung

Jawab/Pimpinan Unit Kearsipan Utama ialah Sekretaris Jenderal


96

Pendidikan Dasar dan Menengah, akan tetapi dalam hal wewenang

pelaksana tugas untuk mengelola Unit Kearsipan Utama berada dibawah

koordinasi Kepala Sub Bagian TU yakni Ibu Siti Nuraeni Munawarti, S.Pd,

M.Si. yang dimana Sub Bag TU bertugas mengurusi persuratan,

perpustakan dan kearsipan Setditjen Dikdasmen. Menurut Undang-Undang

Nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan, dijelaskan bahwa pengelolaan

arsip dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara efisien,

efektif, dan sistematis meliputi penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan

penyusutan arsip.

1. Penyusutan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan Utama


Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Penyusutan arsip dinamis merupakan salah satu bentuk kegiatan

penting dari pengelolaan arsip dinamis, adapun yang dimaksud dalam

penyusutan arsip dinamis adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip

dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit

kearsipan, pemusnahan arsip yang sudah tidak memiliki nilai guna dan

penyerahan arsip statis ke ANRI.

Dalam melakukan penyusutan arsip dinamis itu tidak bisa

sembarangan terlebih lagi pada tataran lembaga pemerintahan, itu harus

mempunyai landasan hukum tentang penyusutan arsip. Berdasarkan

wawancara penulis, kegiatan penyusutan arsip dinamis inaktif di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen memiliki landasan

hukum/pedoman yakni, pada Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan ) Nomor


97

68 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayan ) Nomor 45 tentang Jadwal Retensi

Arsip Substantif dan Fasilitatif di Lingkungan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan. Adapun pada kegiatan penyusutan arsip tersebut

mengacu kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2009 tentang Kearsipan dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 68 Tahun 2012 tentang Pelaksanaaan Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.

Sementara itu, kegiatan penyusutan arsip di Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen hanya melaksanakan 2 dari 3 kegiatan

yang tertera pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No.68

Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan yakni meliputi:

1. Kegiatan pemindahan arsip dinamis aktif ke inaktif dari Unit

Pengolah/Unit Pencipta ke Unit Kearsipan Utama, dan

2. Pemusnahan arsip dinamis inaktif yang sudah tidak memiliki

nilai guna.

Mengapa demikian, berdasarkan wawancara penulis karena

penyerahan itu bersifat statis, sementara Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen itu hanya khusus mengelola arsip dinamis saja

dengan JRA dibawah 10 (sepuluh) tahun. Arsip dinamis inaktif itu

berada di Pusat Penyimpanan Unit Kearsipan Utama, sementara yang


98

mengelola arsip dinamis aktif itu bagian Unit Pengolah/Unit Kerja,

yang terdiri dari 5 Bagian yang ada di Setditjen Dikdasmen.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penyusutan arsip

dinamis yang dilakukan di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen

hanya melakukan kegiatan pemindahan arsip dinamis aktif ke inaktif

dan pemusnahan arsip dinamis inaktif.

2. Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan


Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Berdasarkan penjelasan diatas, kegiatan penyusutan arsip yang

dilakukan Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen terdiri dari

pemindahan, namun pada kesempatan kali ini penulis hanya akan fokus

membahas tentang pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan

No.68 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan pasal 44 menjelaskan kegiatan

pemusnahan arsip dilakukan secara desentralisasi, dimana pada poin b

mengatur bahwa Unit Kearsipan Utama dapat memusnahkan arsip yang

retensinya kurang dari (10) tahun.108 Seperti yang sudah dijelaskan, Unit

Kearsipan hanya mengelola arsip dinamis inaktif dengan JRA dibawah

10 (sepuluh) tahun. Maka dengan demikian, Unit Kersipan Utama benar

108
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAN Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.”
99

adanya dapat memusnahkan arsip yang retensinya dibawah 10

(sepuluh) tahun.

Penanggung jawab kegiatan pelaksanaan pemusnahan arsip di

Unit Kearsipan Utama adalah Pimpinan Unit Kearsipan Utama yakni

Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, akan

tetapi yang mempunyai wewenang pelaksanaan tugas kegiatan

pemusnahan arsip adalah Kepala Sub Bagian TU.

a. Pedoman/Acuan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis


Inaktif di Unit Kearsipan Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit

Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

dan Menengah (Setditjen Dikdasmen) yang bertanggung jawab

pada pelaksanaan tugasnya ialah Kepala Sub Bagian Tata Usaha

(Subbag TU) yakni Ibu Siti Nuraeni Munawarti, S.Pd, M.Si.

Dibawah Kepala Sub Bagian TU terdapat Pengadministrasi Umum

TU yang bertugas sebagai koordinator pengelolaan arsip di Unit

Kearsipan Utama, dimana memiliki tugas untuk

mengkoordinasikan seluruh alur pengelolaan arsip, termasuk alur

kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif di Unit Kearsipan

Utama.

Kegiatan pemusnahan arsip di Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen dan Menengah menggunakan

pedoman/acuan, yakni Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 68 dengan mengacu Undang-Undang Nomor 43


100

tentang Kearsipan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 43 Tahun 2009 Tentang Kearsipan Pasal 51 ayat 1

menjelaskan bahwa pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip

yang:

1) Tidak memiliki nilai guna

2) Telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan

berdasarkan JRA

3) Tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang, dan

4) Tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara109

Dengan demikian, Hal tersebut merupakan acuan dalam

melakukan pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen.

Selain itu, seperti apa yang disampaikan oleh Muhammad

Rosyihan Hendrawan dan Mochammad Chaezienul Ulum, bahwa

penyusutan arsip termasuk kegiatan pemusnahan arsip di sebuah

lembaga, dilaksanakan berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA),

yang ditetapkan oleh pimpinan tertinggi sebuah lembaga dan

mendapat persetujuan Kepala ANRI.110 Sementara dalam hal

tersebut, Unit Kearsipan utama sudah memiliki pedoman JRA

sendiri untuk pengendalian penciptaan dan pemusnahan arsip yang

diatur melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

109
Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia No. 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan.”
110
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen, h. 57.
101

45 tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif di

Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dengan demikian dapat dikatakan, Unit Kearsipan Utama

telah memiliki pedoman/acuan yang jelas dan baik, dalam

melakukan pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis

inaktif.

b. Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif di


Unit Kearsipan Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 2009 tentang Kearsipan Pasal 86, menjelaskan bahwa jika

setiap orang yang dengan sengaja memusnahkan arsip di luar

prosedur yang benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat

(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun

dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah).

Pada penelitian kali ini penulis hanya akan membahas pada

pelaksanaan pemusnahan arsip dinamis inaktif tahun 2018 yang

dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen. Di

tahun ini kebanyakan arsip-arsip yang dimusnahkan itu ialah arsip

yang ada pada tahun 2004-2007. Arsip yang dapat dimusnahkan

oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen ialah seluruh

arsip yang memiliki JRA dibawah 10 tahun dan sudah habis masa

retensi inaktifnya.

Berdasarkan wawancara penulis, Adapun Unit Kearsipan

Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan


102

Menengah (Setditjen Dikdasmen) sudah melaksanakan

pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dan memiliki beberapa

prosedur/tahapan pelaksanaannya, yakni:

1. Tahapan Pemeriksaan/Penyeleksian Arsip

Tahapan Pemeriksaan/Penyeleksian Arsip ini bertujuan

untuk memastikan arsip-arsip yang akan dimusnahkan.

Berdasarkan wawancara penulis. Tahapan ini dilakukan oleh

penata arsip Unit Kearsipan Utama, dimana mereka

melakukannya setiap satu tahun sekali pada saat akhir tahun.

Berdasarkan wawancara penulis, adapun alur proses

pemeriksaan/penyeleksian arsip yang dilakukan ialah:

a) Penata arsip mengecek daftar arsip inaktif dan masa

retensi inaktifnya.

Daftar arsip inaktif ini sudah dimiliki oleh Unit Kearsipan

Utama dan menjadi acuan untuk mengetahui arsip manakah

yang sudah habis JRA inaktifnya.

b) Penata arsip melakukan pengecekan dan verifikasi fisik

arsipnya

Penata arsip melakukan pengecekan arsip di role opec

untuk meverifikasi kembali bentuk fisik dan keberadaan

arsip yang sudah habis retensinya sesuai daftar arsip inaktif.

c) Pembuatan daftar arsip usul musnah

Arsip yang sudah dicek fisiknya dan diverifikasi bentuk

fisik dan keberadaannya sesuai dengan daftar arsip inaktif


103

itu akan dibuatkan daftar arsip usul musnah oleh penata

arsip. Pembuatan daftar arsip usul musnah sekurang-

kurangnya berisi: nomor, jenis arsip, tahun, jumlah, tingkat

perkembangan dan keterangan.

d) Penyerahan daftar arsip usul musnah ke Kasubag TU

Setelah melakukan pembuatan daftar usul musnah nantinya

akan diserahkan kepada Kasubag TU, biasanya melalui

Pengadministrasi Umum TU.

e) Meminta persetujuan permohonan pemusnahan kepada

Pimpinan Arsip

Pengadministrasi Umum akan mengirimkan surat

permohonan pemusnahan arsip beserta lampiran daftar

arsip usul musnah kepada Pimpinan Unit Kearsipan Utama

yakni Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. Setelah surat permohonan pemusnahan arsip

disetujui, Pimpinan Arsip juga langsung memerintahkan

Kassubag TU untuk membentuk Panitia Tim Penilai Arsip.

Dari alur proses pemeriksaan/penyeleksian arsip yang

dilakukan Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen, itu

sesuai dengan poin yang tertera pada Peraturan Kepala ANRI

yang menyebutkan bahwa pada tahapan penyeleksian arsip

dilakukan melalui JRA dengan cara melihat pada kolom retensi

inaktif dan arsip yang memiliki retensi inaktifnya telah habis

atau terlampaui dan pada kolom keterangan dinyatakan musnah,


104

maka arsip tersebut dapat dikategorikan sebagai arsip usul

musnah.111

Dengan demikian tahapan pemeriksaan/penyeleksian

arsip dinamis inaktif yang dilakukan Unit Kearsipan Utama

memiliki alur yang jelas dan baik, dengan cara penata arsip

mengecek daftar arsip inaktif dan masa retensi inaktifnya.

Untuk melakukan pengecekan dan verifikasi fisik arsipnya.

Setelah itu mereka membuat daftar arsip usul musnah dan

diserahkan ke Kasubag TU untuk meminta persetujuan

permohonan pemusnahan kepada Pimpinan Arsip Unit

Kearsipan Utama.

2. Tahapan Pembentukan Panitia Tim Penilai Arsip

Tahapan pembentukan panitia tim peniliai arsip bertujuan

untuk melakukan penilaian arsip yang akan dimusnahkan. Unit

Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidkan

Dasar dan Menengah (Setditjen Dikdasmen) memiliki alur

birokrasi pembentukan tim penilaian arsip sebagai berikut:

a. Langkah awalnya, setelah daftar usul musnah disetujui

oleh Pimpinan Unit Kearsipan Utama yakni Sekretaris

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,

kemudian Pimpinan Arsip menugaskan Kepala Sub Bagian

TU (Kassubag TU) selaku pelaksana tugas Unit Kearsipan

Utama untuk membentuk panitia tim penilai arsip.

111
Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 tentang
Pedoman Penyusutan Arsip, 2016
105

b. Selanjutnya, Kassubag TU melalui Pengadministrasi

Umum TU akan membuat surat undangan permohonan

menjadi tim penilai arsip kepada perwakilan unsur-unsur

tim penilai yang sudah ditetapkan. Surat permohonan

menjadi tim penilai arsip itu biasanya disertai dengan

lampiran daftar usul musnah dan SK panitia tim penilai

arsip itu dikeluarkan langsung oleh Kassubag TU.

Hal tersebut sesuai dengan apa yaang dikatakan oleh

Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul

Ulum bahwa Pemusnahan arsip dilakukan dengan pembentukan

panitia peniliai arsip ditetapkan oleh pimpinan tertinggi

lembaga. 112

Dalam menentukan unsur-unsur panitia tim penilai arsip,

Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen tidak memiliki

ketentuan yang mengatur tentang kriteria khusus menjadi

panitia tim penilai arsip, akan tetapi mereka punya standar

dimana tiap unsur atau perwakilannya harus berkompeten dan

bertanggung jawab di bidangnya masing-masing dan harus

memiliki pemahaman tentang arsip serta harus berjumlah ganjil

dan tidak boleh genap.

112
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan ke Manajemen, h. 63.
106

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa panitia

tim penilai arsip memiliki unsur-unsur yang sudah ditetapkan

oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen, adapun unsur-

unsur tersebut terdiri dari:

a) Arsiparis/Pejabat Kementerian

b) Bidang Hukum dan Organisasi

c) Bidang Pengawasan (Inspektorat Jenderal)

d) Perwakilan Unit Kearsipan Utama

e) Unit Pengolah/Unit Pencipta

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Kepala ANRI No. 37

tahun 2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip Panitia

menjelaskan bahwa panitia penilai arsip sekurang-kurangnya

harus memenuhi unsur pimpinan Unit Kearsipan sebagai ketua

merangkap anggota, unsur pimpinan Unit Pengolah yang

arsipnya akan dimusnahkan sebagai anggota, dan arsiparis

sebagai anggota.113

3. Tahapan Penilaian Arsip

Tahapan penilaian arsip ini merupakan tahapan untuk

menentukan status arsip apakah layak musnah ataupun tidak,

apakah tidak terdapat kasus atau permasalahan yang

berhubungan dengan jenis arsip yang akan dimusnahkan.

Berdasarkan wawancara penulis, tim penilai arsip dalam

melakukan penilaian arsip memiliki pedoman/acuan baku yakni

113
Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 tentang
Pedoman Penyusutan Arsip, 2016
107

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45

tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif di

Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tanpa

menggunakan JRA, penilaian arsip tidak akan bisa dilaksanakan

dan tidak efektif bahkan bisa dibilang ngawur, karena JRA itu

yang akan menjadi dasar kekuatan hukum dan merupakan

turunan dari ANRI ke Kementerian yang telah disepakati. Hal

itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad

Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum bahwa

JRA berfungsi sebagai dasar hukum untuk menyimpan arsip,

memusnahkan arsip yang tidak bernilai guna dan sebagai dasar

hukum retensi atau penyusutan arsip. 114

Berdasarkan wawancara penulis, penilaian arsip ini

ternyata bukan hanya dapat dilakukan di Unit Kearsipan

Kementerian, akan tetapi Unit Kearsipan Utama juga bisa.

Dalam melakukan penilaian arsip, Unit Kearsipan Utama

melakukan penilaian di ruang rapat dengan cara menayangkan

daftar usul musnah di layar proyektor dan dibahas serta

didiskusikan bersama oleh tim penilai.

Sebelum melakukan penilaian arsip, adapun panitia tim

penilai arsip melakukan persiapan, antara lain:

1. Mengirimkan surat undangan permohonan beserta lampiran

daftar usul musnah kepada seluruh tim penilai arsip.

114
Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chaezienul Ulum, Pengantar
Kearsipan: Dari Isu Kebijakan Ke Manajemen, h. 57.
108

Biasanya tim penilai akan menerima surat tersebut H-3 atau

H-4 sebelum hari yang dijadwalkan.

2. Melakukan konfirmasi kehadiran para tim penilai,

konfirmasi tersebut dilakukan melalui telefon 1 hari

sebelum proses pelaksanaan penilaian arsip dimulai kepada

seluruh tim penilai arsip,

3. Menyediakan ruang rapat,

4. Menyiapkan fotocopy lampiran daftar usul musnah yang

dibagikan kepada seluruh tim penilai arsip.

5. Menyediakan alat-alat seperti pulpen, laptop, proyektor dan

layar untuk menampilkan daftar usul musnah arsip.

Berdasarakan wawancara penulis, surat undangan

permohonan menjadi tim penilai arsip yang disertai dengan

lampiran daftar usul musnah, oleh tiap perwakilan tim penilai

arsip itu biasa dijadikan bahan untuk mempelajari arsip yang

akan dinilai. Hal yang biasa dilakukan oleh tiap tim penilai

adalah melakukan verifikasi dengan cara mencentang-centang

atau mencoret-coret untuk daftar usul musnah bahan persiapan

yang akan didiskusikan bersama saat menilai.

Dengan demikian, tim penilai arsip dapat dikatakan telah

memiliki data atau catatan tersendiri terhadap arsip-arsip yang

akan dinilai berdasarkan latar belakang unsur tiap tim penilai,

karena memang tugas para unsur perwakilan tim penilai arsip


109

itu diharuskan untuk berargumen sesuai dengan kapasitas di

bidangnya masing-masing.

Berdasarkan wawancara penulis, tim penilai arsip

memang diharuskan untuk berargumen sesuai dengan kapasitas

di bidangnya masing-masing. Sehingga ada hal-hal yang

terkadang ditemui pada saat pelaksanaan penilaian arsip, yakni

adanya adu argumen panjang yang memakan waktu lama akibat

tim penilai masing-masingnya mempertahankan argumennya

yang berdasar, baik melalui Undang-Undang, Peraturan

Menteri, dan juga JRA. Secara konteks penilaian arsip, hal

tersebut menurut penulis penting dilakukan karena guna

tercapainya penilaian arsip yang jelas, dari hal tersebut tim

penilai arsip menentukan dengan jelas status keterangan

arsipnya apakah layak musnah atau harus disimpan kembali,

atau masih memiliki temuan kasus hukum.

Berdasarkan wawancara penulis, ketika ada arsip yang

memiliki temuan kasus hukum, maka arsip tersebut harus

disimpan kembali dengan menggunakan JRA awal jenis

arsipnya. Dalam pelaksanaan penilaian, tim penilai arsip pernah

menemukan arsip keuangan yang masih ada kasus di Kejaksaan

dan juga di Kepolisian bahkan itu belum beres. Dengan

demikian, arsip tersebut sudah dapat dipastikan harus disimpan

kembali sesuai dengan JRA awalnya. Mengapa demikian,

karena dalam penyelesaian kasus itu bisa memakan waktu 1-2


110

tahun bahkan lebih. Tim penilai bahkan pernah menemui kasus

arsip yang sampai 20 tahun belum selesai kasusunya. Maka dari

itu, sikap yang diambil tim penilai jika ada temuan kasus itu

mewajibkan kepada Unit Kearsipan Utama untuk

mengkategorikan arsip tersebut kedalam arsip yang selalu aktif

dan tidak bisa inaktif, hal tersebut berguna jika pada saat

dibutuhkan itu dapat dengan mudah ditemukan.

Berdasarkan wawancara penulis, tahapan penilaian arsip

ini akan menghasilkan surat pertimbangan penilaian arsip. Surat

pertimbangan penilai arsip ini berisikan berkas-berkas yang

telah disetujui musnah dan juga ada berkas yang

dipertimbangkan agar tidak dimusnahkan dan disimpan kembali

dengan alasan tertentu seperti yang dijelaskan sebelumnya

diatas. Selain itu, surat pertimbangan penilaian arsip ini harus

ditanda-tangani oleh seluruh tim panitia penilai arsip termasuk

Pimpinan Unit Kearsipan Utama. Hal tersebut sesuai dengan

apa yang disampaikan Peraturan Kepala ANRI No. 37 tahun

2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip bahwa hasil penilaian

akan dituangkan kedalam pertimbangan tertulis oleh panitia

penilai arsip. 115 Hasil dari surat pertimbangan penilaian tersebut

selanjutnya akan diserahkan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kassubag

115
Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 tentang
Pedoman Penyusutan Arsip, 2016
111

TU (Unti Kearsipan Utama) lewat Pengadministrasi TU untuk

melakukan permohonan persetujuan arsip musnah ke Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI).

4. Tahapan Permohonan Persetujuan Arsip Musnah ke ANRI

Menurut Peraturan Kepala ANRI No. 37 tahun 2016

tentang Pedoman Penyusutan Arsip menjelaskan bahwa syarat

persetujuan/pertimbangan pemusnahan arsip jika pemusnahan

arsip dilakukan di lingkungan lembaga negara harus

mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala ANRI.116

Lembaga negara seperti Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan tidak berhak menyetujui arsip dapat dikatakan

musnah begitu saja, karena wewenang untuk menyetujui arsip

musnah atau tidak itu dimiliki oleh Lembaga tertinggi yang

mengurusi arsip yakni Arsip Nasional Republik Indonesia

(ANRI).

Sesuai dengan pernyataan diatas, Unit Kearsipan Utama

dalam melakukan permohonan persetujuan pemusnahan arsip

ke ANRI itu pada prosesnya tidak bisa langsung ke ANRI.

Sebelumnya ada alur birokrasi yang harus ditempuh.

Berdasarkan wawancara penulis, adapun alur birokrasinya

sebagai berikut:

116
Arsip Nasional Republik Indonesia.
112

a. Unit Kearsipan Utama melalui Pengadministrasi Umum

mengirimkan surat pertimbangan penilaian arsip beserta

lampiran daftar usul musnah ke Biro Umum Sekretariat

Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .

b. Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan menerima surat hasil pertimbangan

penilaian dan kemudian membuat surat permohonan

persetujuan arsip musnah ke ANRI disertai lampiran surat

hasil pertimbangan penilaian dan daftar arsip usul

musnahnya.

c. ANRI menerima surat dan melakukan pengecekan dan

verfifikasi arsip musnah yang disetujui, kemudian hasilnya

ditandatangani oleh Kepala ANRI. Surat permohonan

persetujuan arsip musnah yang telah ditanda-tangani akan

diserahkan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .

d. Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan menerima surat permohonan persetujuan

arsip musnah yang sudah ditandatangani kemudian

diserahkan ke Unit Kearsipan Utama.

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan diatas Unit

Kearsipan Utama telah melakukan tahapan permohonan

persetujuan arsip musnah dengan benar sesuai apa yang

disampaikan menurut Peraturan Kepala ANRI No. 37 tahun


113

2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip, bahwa proses

permohonan persetujuan/pertimbangan pemusnahan arsip harus

memenuhi syarat yakni: 1. Menyampaikan surat permohonan

persetujuan/pertimbangan dari Pencipta Arsip kepada Kepala

ANRI; 2. Menyampaikan daftar usul musnah berupa salinan

cetak dan elektronik, dan; 3. Menyampaikan surat pertimbangan

oleh panitia penilai arsip.

5. Tahapan Penetapan Arsip Musnah

Tahapan ini merupakan tahapan penentuan arsip yang

disetujui untuk musnah ataupun arsip yang harus disimpan

kembali. Berdasarkan hasil wawancara, pada tahapan

permohonan persetujuan arsip musnah, ANRI akan melakukan

pengecekan terlebih dahulu melalui surat hasil pertimbangan

dan daftar usul musnah yang sudah dikirim hingga kemudian

menghasilkan surat permohonan persetujuan arsip musnah yang

ditandatangani oleh Kepala ANRI.

Dalam hal tersebut, hasilnya bisa saja memunculkan hasil

yang berbeda dengan surat hasil pertimbangan tim penilai. Hal

itu disebabkan karena ANRI berhak untuk mengecek dan

merevisi hasil dari surat pertimbangan penilaian arsip. Unit

Kearsipan Utama pernah menemukan kasus dimana arsip yang

sudah layak musnah dari hasil pertimbangan penilaian, setelah

dilakukan pengecekan dan verifikasi oleh ANRI berubah


114

statusnya menjadi harus disimpan kembali dengan keterangan

bahwa arsip tersebut itu arsip vital.

Berdasarkan wawancara penulis, gambaran dari apa

yang terjadi diatas itu semisal surat pertimbangan penilaian

menyebutkan bahwa dari 10.000 arsip yang dinilai, 8000

arsipnya dinyatakan musnah, sementara 2000 arsipnya dinilai

untuk disimpan kembali dengan alasan dan keterangan

tertentu. Setelah itu, ketika surat pertimbangan penilaian

diserahkan ke ANRI dan sudah melewati proses pengecekan

dan verifikasi, hasilnya dapat berubah, dari 8000 arsip menjadi

hanya 7700 arsip yang ditetapkan musnah. Sementara 300

arsip ditetapkan sebagai arsip yang harus disimpan kembali

dengan keterangan arsip tersebut adalah arsip vital. Setelah

surat permohonan persetujuan arsip musnah itu diserahkan

selanjutnya akan dikirim kembali ke Biro Umum Sekretariat

Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk

diteruskan kepada Kassubag TU Setditjen Dikdasmen untuk

dilaporkan ke Pimpinan Arsip Unit Kearsipan Utama. Hasil

dari surat permohonan persetujuan musnah dari ANRI menjadi

acuan untuk Pimpinan Arsip Unit Kearsipan Utama

mengeluarkan surat penetapan arsip musnah. Dengan

demikian bahwa hasil dari surat penetapan arsip musnah

tersebut sudah tidak dapat diganggu gugat lagi. Selanjutnya

Unit Kearsipan Utama melakukan proses penyimpanan


115

kembali dan membuat daftar arsip musnah serta membuat tim

pemusnah arsip untuk melaksanakan pelaksanaan kegiatan

pemusnahan arsip.

6. Tahapan Pelaksanaan Pemusnahan Arsip

Pelaksanaan pemusnahan arsip merupakan tahapan akhir

dari kegiatan pemusnahan arsip. Namun Berdasarkan

wawancara penulis, sebelum pelaksanaan pemusnahan arsip,

Unit Kearsipan Utama melalui penata arsipnya melakukan

proses penyimpanan arsip kembali dan pembuatan daftar arsip

musnah. Pada prosesnya, penata arsip menunggu surat

penetapan arsip musnah terlebih dahulu yang akan diterima dari

melalui Pengadministrasi Umum TU. Surat penetapan arsip

musnah tersebut merupakan acuan bagi penata arsip untuk

memperbaharui status arsip di database Sistem Otomasi

Kearsipan yang dimiliki yakni bernama SINTA.

Proses penyimpanan kembali arsip dan pembuatan arsip

itu dilakukan berbarengan dengan cara membagi tugas kepada

para penata arsip di Unit Kearsipan Utama Sekretariat

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Setditjen

Dikdasmen). Adapun cara melakukannya adalah sebagai

berikut:

1. Pada proses penyimpanan kembali untuk arsip yang

ditetapkan untuk disimpan kembali, penata arsip hanya

tinggal mengubah JRA arsip inaktifnya sesuai dengan


116

awalnya. Karena didalam SINTA itu sudah terdapat menu

khusus yang menampilkan daftar arsip inaktif yang dimiliki

Unit Kearsipan Utama. Jadi, penata arsip hanya tinggal

mencari dan mencocokkan arsip yang ditetapkan harus

disimpan kembali lewat surat penetapan arsip musnah yang

diterima.

2. Pada proses pengurusan arsip yang ditetapkan musnah juga

tidak jauh berbeda, dimana data arsip yang sudah ditetapkan

musnah itu dicocokkan di dalam SINTA, dengan syarat

diaman pun tempatnya data yang bersifat masih kedalam

satu dampingan filenya itu harus hilang semua.

3. Pembuatan daftar arsip musnah, secara tidak langsung

penata arsip membuatnya dari daftar arsip yang telah

ditetapkan musnah melalui proses penilaian dan persetujuan

sesuai prosedur, setelah melalui pembaharuan dan verifikasi

yang ada didatabase SINTA.

Dengan demikian, setelah daftar arsip musnah dibuat dan

diserahkan ke Kassubag TU melalui Pengadministrasi Umum

TU, kemudian Kasubag TU akan menetapkan daftar arsip

musnah untuk dilanjutkan pada proses pelaksanaaan

pemusnahan arsip.

Menurut Peraturan Kepala ANRI No. 37 tentang

Penyusutan Arsip, pelaksanaan pemusnahan arsip mempunyai

ketentuan yang harus diperhatikan, adapun ketentuannya:


117

a. Dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi arsip

musnah dan tidak dapat dikenali;

b. Disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) pejabat dari

Unit Kerja Bidang Hukum dan/atau Unit Kerja Bidang

Pengawasan dari Lingkungan Pencipta Arsip yang

bersangkutan.

c. Disertai penandatanganan berita acara yang memuat

daftar arsip yang dimusnahkan. 117

Berdasarkan wawancara penulis, dalam melakukan proses

pelaskanaan pemusnahan arsip itu dibutuhkan tim pemusnah

arsip. SK tim pemusnah arsip akan dikeluarkan secara langsung

oleh Kepala Sub Bagian TU, adapun tim pemusnah arsip terdiri

dari:

a. Perwakilan dari Unit Kearsipan Utama

b. Penata Arsip

Pembentukan tim pemusnah arsip dilakukan setelah

ditetapkannya daftar arsip usul musnah. Tim pemusnah arsip

tidak memiliki ketentuan khusus, karena hanya bertugas untuk

menyaksikan dan melaporkan serta mendokumentasikan arsip

yang telah dimusnahkan. Intinya dalam pemusnahan arsip tim

pemusnah bertugas untuk memastikan bahwa informasi arsip

yang dimiliki ini tidak bocor kemanapun dan memastikan arsip

telah dihancurkan sampai tidak dapat diketahui lagi

117
Arsip Nasional Republik Indonesia, Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 tentang
Pedoman Penyusutan Arsip, 2016
118

informasinya, serta harus mendokumentasikan proses

pemusnahannya sebagai bukti laporan akhir.

Arsip yang dapat dimusnahkan oleh Unit Kearsipan

Utama Setditjen Dikdasmen ialah seluruh arsip yang memiliki

JRA dibawah 10 tahun dan sudah habis masa retensi inaktifnya.

Pemusnahan arsip yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama

ialah dengan cara dicacah, karena dalam melakukan

pemusnahan syarat penting arsip yang dimusnahkan adalah

informasi yang terkandung didalamnya itu tidak dapat dibaca

lagi. Hal tersebut sesuai dengan apa yang tertuang dalam

Peraturan Kepala ANRI No.37 Tahun 2016 tentang Penyusutan

Arsip, dijelaskan bahwa pelaksanaan pemusnahan arsip dapat

dilakukan dengan cara: Pencacahan, Penggunaan bahan kimia

dan Pulping. 118

Dengan demikian pada pemusnahan arsip, Unit Kearsipan

Utama telah menjalankannya dengan baik. Selain itu Unit

Kearsipan Utama mempunyai alasan memilih untuk

melaksanakan pemusnahan arsip dengan cara pencacahan agar

kertasnya dapat bermanfaat untuk didaur ulang oleh pihak

ketiga yakni pabrik kertas untuk dibuat menjadi kertas baru.

Sehubungan dengan pihak ketiga dan pabrik kertas, pada

Unit Kearsipan Utama itu memiliki 2 kategori dalam melakukan

pemusnahan arsip:

118
Arsip Nasional Republik Indonesia
119

a) Kategori Arsip Volume Besar

Kategori arsip ini dilakukan dengan syarat arsip yang akan

dimusnahkan jumlahnya dalam volume besar. Arsip dalam

volume besar ini akan dimusnahkan dengan cara dicacah

dengan syarat menggunakan pabrik kertas yang memiliki

mesin pencacah yang besar.

b) Kategori Arsip Volume Kecil/Mandiri

Kategori arsip ini merupakan arsip yang dapat

dimusnahkan sendiri atau disebut pemusnahan arsip dalam

volume kecil. Syarat arsip yang dapat dimusnahkan sendiri

ialah arsip yang bersifat duplikasi, proses pemusnahannya

tanpa harus melakukan prosedur-prosedur yang ada seperti

halnya dalam kategori volume besar. Dilakukannya secara

mandiri, dengan cara dicacah menggunakan mesin

pencacah yang dimiliki Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen dan dapat dilakukan kapanpun ketika ada

temuan arsip yang sifatnya duplikasi.

Dengan demikian, Unit Kearsipan memiliki 2 (dua)

kategori pemusnahan arsip yakni dalam volume besar dan

volume kecil/secara mandiri. Segala prosedur pelaksanaan

kegiatan pemusnahan arsip hanya berlaku untuk pemusnahan

arsip dengan kategori volume besar, sementara dalam volume

kecil tidak perlu melalui prosedur-prosedur yang ada dan dapat

dilakukan kapanpun.
120

Berdasarkan wawancara penulis, Unit Kearsipan Utama

tidak bisa melakukan pemusnahan arsip dalam volume besar

sendiri dikarenakan terbatasnya mesin pencacah kertas. Unit

Kearsipan Utama hanya memiliki dua mesin pencacah kertas,

dimana masing-masing mesinnya hanya dapat melakukan

pencacahan maksimal setengah jam saja (30 Menit). Jika

dipaksakan mesin digunakan lebih dari setengah jam itu bisa

menyebabkan panas (over heat) dan dapat menyebabkan

kerusakan pada mesinnya. Jadi dapat dipastikan pemusnahan

arsip dalam volume besar tidak bisa dilakukan di Unit Kearsipan

Utama karena mereka tidak memiliki mesin pencacah kertas

yang besar dan hanya memiliki mesin pencacah kertas yang

kecil, karena hanya dengan mesin pencacah kertas yang kecil itu

menurut mereka sudah cukup mengakomodir kebutuhan Unit

Kearsipan Utama sehari-hari sehingga tidak membutuhkan

adanya mesin pencacah kertas yang besar.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa dalam

melakukan proses pemusnahan arsip volume besar itu

membutuhkan pihak ketiga yakni pabrik kertas. Penulis disini

akan menjelaskan lebih dalam tentang bagaimana proses

pemusnahan arsip dalam volume besar yang dilakukan Unit

Kearsipan Utama pada bulan April tahun 2018 melalui tim

pemusnahan arsip dengan menggunakan pabrik kertas PT.

Aspek Kumbong Paper.


121

a) Menyiapkan fisik daftar arsip yang harus dimusnahkan

Menyiapkan disik daftar arsip yang akan

dimusnahkan ini mengacu kepada daftar arsip musnah yang

sudah melewati proses penilaian dan persetujuan ANRI.

Dalam menyiapkan hal ini, yang bertanggung jawab adalah

penata arsip. Langkah awalnya penata arsip mengeluarkan

arsip dari boks-boksnya, kemudian mereka memverifikasi

arsip dengan cara menceklis arsip sesuai daftar arsip

musnah yang ditetapkan. Jika penata arsip menemukan

boks arsip yang dirasa tidak layak, maka arsip sekaligus

boksnya akan langsung disiapkan untuk proses

pemusnahan. Landasan arsip sudah dapat dimusnahkan itu

ketika telah selesai disiapkannya arsip sesuai dengan daftar

arsip musnah.

Adapun arsip-arsip yang akan dimusnahkan, terdiri

dari arsip keuangan, berita acara Badan Milik Negara dan

surat korespondensi. Selain itu, pada tahun ini terdapat juga

arsip duplikasi dan non arsip yang terdiri dari proposal-

proposal untuk pembangunan sekolah dan permohonan

bantuan dana sekolah yang dimana itu adalah bukan arsip.

Hal ini terjadi karena, dokumen-dokumen tersebut

disimpan lama oleh Unit Pengolah yang mengira bahwa itu

adalah arsip. Untuk arsip duplikasi dan non arsip ini tidak
122

melewati prosedur arsip yang ada karena memang arsip

tersebut sudah musti dimusnahkan.

b) Melakukan koordinasi dengan pihak ketiga (PT. Aspek

Kumbong Paper)

Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen memilih

untuk memusnahkan arsip tersebut itu menggunakan pabrik

kertas yang bernama PT. Aspek Kumbong Paper. Pabrik

kertas tersebut dipilih karena mereka memiliki mesin

pencacah yang besar dan dapat menjamin kerahasiaan

informasi dari arsip yang akan dihancurkan agar tidak bocor

kemanapun.

Dalam hal kriteria pemilihan pabrik kertas itu

sebetulnya tidak diatur dalam pedoman/undang-undang,

jadi kriteri memiliki mesin pencacah kertas yang besar dan

dapat menjamin kerahasiaan informasi arsip itu merupakan

kriteria yang dimiliki Unit Kearsipan Utama.

Pada prosesnya, perwakilan tim pemusnah arsip akan

melakukan koordinasi dengan cara menghubungi pihak

ketiga yakni pabrik kertas PT. Aspex Kumbong Paper

untuk menentukan jadwal melakukan pemusnahan

arsipnya.
123

c) Pengantaran arsip yang dimusnahkan ke pihak ketiga (PT.

Aspek Kumbong Paper)

Pengantaran arsip ini dilakukan oleh Unit Kearsipan

Utama melalui tim pemusnah arsip. Proses pengantaran

arsip ini dilakukan menggunakan mobil truk, dimana mobil

truk tersebut disewa oleh Unit Kearsipan Utama.

Arsip-arsip yang telah disiapkan oleh tim pemusnah

arsip melalui penata arsip itu akan dipindahkan ke dalam

mobil truk. Biasanya Unit Kearsipan Utama akan menyewa

jasa bantuan tenaga untuk pengangukatan arsip

dipindahkan ke mobil truk kepada OB (Office Boy) atau

Security. Setelah proses pemindahan arsip ke mobil truk

selesai, maka tim pemusnah arsip akan mengantarkannya

ke pabrik kertas PT. Aspek Kumbong Paper untuk

dimusnahkan.

d) Proses pelaksanan pemusnahan arsip oleh pihak ketiga

(PT. Aspek Kumbong Paper)

PT. Aspek Kumbong Paper hanya bertugas

menerima arsip yang dibawa oleh tim pemusnah arsip,

kemudian akan ditimbang total beratnya lalu setelahnya

kana dilakukan proses penghancuran arsip dengan mesin

pencacah kertas yang besar sampai arsip-arsipnya hancur

dan informasinya tidak dapat diketahui lagi.


124

Ketika arsip sudah diterima oleh PT. Aspek

Kumbong Paper, maka selanjutnya tugas tim pemusnah

arsip akan melakukan koordinasi dengan PT. Aspek

Kumbong Paper untuk mengkonfirmasi waktu

pencacahnnya. Setelah melakukan koordinasi tim

pemusnah arsip juga wajib mendapingi arsip pada saat

dilakukan proses penimbangan untuk mengetahui total

timbangan arsipnya, dimana dalam hal ini total timbangan

beratnya adalah 7 ton arsip.

Begitu pula ketika pada saat proses penghancuran

arsip dengan menggunakan mesin pencacah kertas, tim

pemusnah arsip harus mendampingi secara penuh

prosesnya sampai arsip selesai dihancurkan.

Jadi, tugas tim pemusnah arsip memang untuk menyaksikan

dan mendampingi proses pemusnahan arsip yang berguna

untuk memastikan bahwa seluruh arsip yang dimiliki oleh

Unit Kearsipan Utama telah dihancurkan sampai informasi

arsipnya tidak diketahui serta memastikan bahwa arsip

yang dihancurkan informasinya tidak bocor kemanapun.

Selain itu, tim pemusnah arsip juga wajib untuk

mendokumentasikan proses pemusnahan arsip sebagai

bukti untuk dilaporkan.


125

e) Membuat laporan akhir

Laporan akhir itu merupakan laporan kegiatan.

Laporan kegiatan itu terdiri dari bab per bab dari mulai latar

belakang, tujuan, rangkaian pemusnahannya, keterangan

waktunya dan penjelasan kronologis pelaksanaan kegiatan

pemusnahan arsip dinamis inaktif, lampiran serta

dokumentasi sesuai dengan kegiatan pemusnahan arsip

yang dilakukan pada bulan April tahun 2018 yang akan

dilaporkan pada Pimpinan Arsip Unit Kearsipan Utama.

Laporan kegiatan ini tidak termasuk sebuah arsip dan

laporan ini sifatnya bukan untuk publik.

Setelah melakukan seluruh proses pemusnahan arsip

akan menghasilkan sebuah arsip baru, yakni daftar arsip

musnah dan berita acara pemusnahan. Kedua arsip tersebut

berguna sebagai pengganti arsip asli dan sebagai bukti arsip

telah dimusnahkan. Kedua arsip tersebut juga akan

dilampirkan pada laporan kegiatan yang akan diserahkan ke

Pimpinan Arsip Unit Kearsipan Utama.

Berdasarkan penjelasan diatas, pada bulan April tahun

2018 Unit Kearsipan Utama melakukan pelaksanaan

pemusnahan arsip dalam volume besar dengan jumlah 7 ton

arsip dengan menggunakan pabrik kertas PT. Aspek Kumbong

Paper. Adapun arsip yang dimusnahkan itu diantaranya adalah:


126

1. Arsip Keuangan

2. Berita Acara Barang Milik Begara dan,

3. Surat Korespondensi.

Selain itu yang perlu diketahui, dari total 7 ton arsip itu

bukan hanya terdiri dari arsip saja, akan tetapi ada juga yang

merupakan arsip duplikasi dan non arsip seperti proposal-

proposal pembangunan sekolah dan permohonan bantuan dana

sekolah. Arsip duplikasi dan non arsip ini tidak melewati

prosedur arsip yang ada karena itu bukan arsip, dokumen-

dokumen itu disimpan lama oleh Unit Pengolah karena mengira

itu arsip. Jadi, dokumen-dokumen tersebut memang sudah musti

dimusnahkan karena itu bukan arsip.

Pemusnahan arsip Unit Kearsipan Utama dilakukan

dengan cara dicacah dengan menggunakan mesin pencacah

kertas yang besar di PT. Aspek Kumbong Paper. Melalui tim

pemusnah arsip Unit Kearsipan Utama proses tersebut

dilaksanakan, tim pemusnah arsip melakukan tugas dari mulai

persiapan arsip yang akan dimusnahkan, menyaksikan dan

memastikan seluruh arsip yang dimusnahkan telah hancur dan

sudah tidak dapat dikenali informasi serta informasi arsipnya

tidak bocor kemanapun, tidak lupa juga tim pemusnah arsip

mendokumentasikan proses pemusnahan arsipnya sebagai bukti

untuk pembuatan laporan. Laporan tersebut merupakan laporan

kegiatan yang akan diserahkan kepada Pimpinan Arsip Unit


127

Kearsipan Utama. Seluruh proses pemusnahan arsip itu akan

menghasilkan daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan.

Daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu akan

dibuat beberapa rangkap sesuai kebutuhan, setelahnya akan

dibagikan dan disimpan oleh Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen dan Unit Kearsipan Utama Biro Umum Sekretariat

Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai

pengganti arsip yang telah dimusnahkan. Hal tersebut sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan No.68 Tahun 2016

tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan pasal 47 bahwa Setiap pelaksanaan

pemusnahan disertai dengan berita acara pemusnahan dan daftar

arsip yang dimusnahkan. Berita acara pemusnahan dan daftar

arsip dibuat beberapa rangkap sesuai kebutuhan dan salah

satunya disampaikan kepada unit kearsipan Kementerian. Berita

acara pemusnahan dan daftar arsip disimpan oleh masing-

masing pihak sebagai pengganti arsip yang telah

dimusnahkan.119

Dengan demikian, setelah melakukan proses pelaksanaan

pemusnahan arsip, maka akan menghasilkan daftar arsip

musnah dan berita acara pemusnahan yang akan disimpan dan

dibagikan ke Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen dan

119
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAN Nomor 068 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.”
128

Unit Kearsipan Kementerian Biro Umum Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Fungsi kedua

dokumen tersebut adalah sebagai pengganti dari arsip aslinya

yang telah dimusnahkan. Jadi, dapat dikatakan bahwa proses

pelaksanaan pemusnahan arsip akan menghasilkan arsip baru

yakni daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, status dari daftar

arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu mempunyai

kekuatan hukum yang sama seperti arsip yang asli. Jadi, ketika

ada yang membutuhkan arsip tetapi arsip tersebut sudah

musnah, maka dengan daftar arsip musnah dan berita acara

pemusnahannya itu sudah cukup menggantikan arsip aslinya.

Selain itu daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan,

sebagai arsip baru mereka tidak memiliki JRA (Jadwal retensi

Aktif) karena kedua arsip tersebut termasuk kedalam jenis arsip

vital yang sifatnya permanen untuk Unit Kearsipan Utama

Setditjen Dikdasmen. Maka dengan demikian, arsip tersebut

tidak dapat dimusnahkan kembali dan disimpan langsung oleh

Kepala Sub Bagian TU di Ruang Penyimpanan Arsip Vital di

Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen.

Berdasarkan penjelasan diatas, dengan demikian dapat dikatakan

Unit Kearsipan Utama memiliki 6 prosedur/tahapan pelaksanaan

pemusnahan arsip dinamis inaktif dari mulai tahapan penyeleksian arsip

dinamis inaktif oleh penata arsip dengan menggunakan acuan daftar


129

arsip inaktif untuk kemudian menghasilkan daftar usul musnah arsip,

tahapan pembentukan pantia tim penilai arsip dengan SK dari Kepala

Sub Bagian TU yang terdiri dari berbagai unsur-unsur perwakilan yang

telah ditetapkan dan berjumlah ganjil, tahapan penilaian arsip oleh

panitia tim penilai arsip akan menghasilkan surat pertimbangan

penilaian arsip untuk menentukan status sementara arsip apakah layak

musnah atau harus disimpan kembali, tahapan permohonan persetujuan

arsip musnah ke ANRI melalui Biro Umum Sekretariat Jenderal

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengirimkan surat

permohonan persetujuan arsip musnah disertai lampiran surat

pertimbangan penilaian dan daftar usul musnah untuk dilakukan

pengecekan dan verifikasi kembali arsip yang telah dinilai dan disetujui

oleh kepala ANRI, tahapan penetapan arsip musnah yang dilakukan

oleh Pimpinan Unit Kearsipan Utama dengan mengacu kepada hasil

surat permohonan persetujuan arsip musnah ANRI untuk mengeluarkan

surat penetapan arsip musnah, serta tahapan pelaksanaan pemusnahan

arsip di Unit Kearsipan Utama memiliki 2 kategori, yakni arsip yang

dimusnahkan sendiri dalam volume kecil dan arsip yang dimusnahkan

dalam volume besar dengan melewati prosedur yang ada.

Pada bulan April tahun 2018, Unit Kearsipan Utama Setditjen

Dikdasmen melalui tim pemusnah arsip melakukan proses pemusnahan

arsip volume besar dengan cara dicacah menggunakan pabrik kertas

yang bernama PT. Aspek Kumbong Paper, dengan jumlah arsip seberat

7 ton yang terdiri dari arsip maupun non arsip. Hasil dari proses
130

pemusnahan arsip akan menghasilkan arsip baru yang berupa daftar

arsip musnah dan berita acara pemusnahan yang akan disimpan dan

dibagikan ke Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen dan Unit

Kearsipan Kementerian Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan sebagai pengganti arsip aslinya yang

dimusnahkan. Kedua arsip tersebut tidak memiliki JRA (Jadwal Retensi

Arsip) dan termasuk kedalam jenis arsip vital yang sifatnya permanen

yang disimpan langsung oleh Kepala Sub Bagian TU di Ruang

Penyimpanan Arsip Vital.

3) Upaya Unit Kearsipan Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen dalam


Menghadapi Kendala Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip
Dinamis Inaktif

Dalam kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif yang dilakukan

oleh Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidkan

Dasar dan Menengah itu ditemui beberapa kendala. Berdasarkan

wawancara penulis, adapun kendala yang ditemui adalah:

1. Kesulitan dalam menyiapkan daftar arsip usul musnah

Pada saat menyiapkan arsip musnah penata arsip

mengalami kesulitan dikarenakan pada saat proses pemindahan

arsip atau pendaftaran arsip inaktif dari Unit Pengolah/Unit

Pencipta ke Unit Kearsipan Utama itu sering ditemui ketidak

lengkapan dan ketidak sesuaian prosedur pemindahan arsip.

Sehingga yang terjadi adalah arsip yang diterima dari Unit

Pengolah/Unit Pencipta itu ada yang lengkap dan utuh berkasnya,


131

ada yang berkasnya itu tidak lengkap bahkan ada yang mengirim

dalam bentuk boks-boks besar yang belum di olah sama sekali.

Hal itu dipengaruhi oleh kurangnya fokus dan kesadaran dari

Pengadministrasi Umum tiap Unit Pengolah/Unit Penciptanya

tentang pentingnya menyelamatkan arsip. Kemudian, salah satu

faktor lainnya adalah kurangnya SDM arsip yang menyebabkan

adanya tumpang tindih pekerjaan pengadministrasi umum.

Pengadministrasi umum ialah penaggung jawab / yang mengurusi

arsip di tiap Unit Pengolah/Unit Penciptanya. Akan tetapi jabatan

pengadministrasi umum merupakan orang yang sudah

mempunyai jabatan dan tugasnya masing-masing dan

pengadministrasi umum ini adalah sebagai tambahan tugasnya.

Efek domino dari hal tersebut mempengaruhi bagaimana

penata arsip menyiapkan berkas-berkas yang ingin dijadikan

daftar arsip usul musnah. Karena dalam menyiapkan daftar arsip

usul musnah penata arsip mesti melakukan pengecekan fisik

arsipnya apakah tersedia dan lengkap arsipnya sesuai dengan

daftar usul musnahnya, apakah arsip tersebut asli ataukah dalam

bentuk copy-annya.

2. Tidak hadirnya salah satu perwakilan tim penilai secara


mendadak

Dalam melakukan penilaian arsip, seluruh panitia tim

penilai arsip itu harus melakukan tanda tangan di dalam surat

pertimbangan penilaian. Selain itu, seluruh undangan wajib hadir

karena tiap orang merupakan perwakilan dari tiap unsur-unsur


132

yang telah ditetapkan, ditambah lagi jadwal penilaian arsip tidak

bisa diatur ulang. Jika ada perwakilan dari salah satu unsur tidak

dapat hadir, maka menyebabkan waktu penilaian tertunda dan

tidak sesuai jadwal. Dengan demikian, perwakilan tersebut harus

digantikan sesuai dengan kompetensi unsur yang dibutuhkan

yang mempertimbangkan kompetensi serta pemahaman

mengenai arsip orang yang menggantikannya.

Dari kendala yang dijelaskan, Berdasarkan wawancara penulis,

Unit Kearsiapan Utama mempunyai upaya dalam menghadapi kendala

yang dialami, Adapun upaya yang dilakukan ialah:

1. Melakukan upaya rekosntruksi arsip oleh Unit Kearsipan

Utama

Rekonstruksi arsip merupakan pengolahan arsip dari awal

sekali yang dengan cara menyatukan file-file yang terpisah.

Rekonstruksi arsip ini merupakan sebutan yang dicipttakan oleh

Unit Kearsipan Utama dalam menyimpulkan apa yang dilakukan

untuk mengatasi kendala terebut. Hal yang dilakukan oleh penata

arsip ialah menyatukan file-file yang tercecer berdasarkan

kegiatannya, karena tidak semua arsip dalam satu kegiatan itu

berurutan dan lengkap. Rekonstruksi arsip ini bertujuan untuk

membangun/mengumpulkan arsip sehingga menjadi satu berkas

utuh yang dapat diinput menjadi daftar arsip inaktif ke dalam

Sistem Otomasi Kearsipan yakni SINTA sehingga untuk


133

kedepannya data dan fisik arsipnya bisa sesuai dan mudah untuk

ditemukan.

2. Melakukan Workshop dan Sosialisasi Kearsipan ke tiap-tiap

Unit Pengolah/Unit Pencipta

Kekurangan SDM arsip yang mumpuni di tiap Unit

Pengolah/Unit Pencipta membuat jabatan Pengadministrasi

Umum yang mempunyai tanggung jawab mengolah arsip ini diisi

oleh orang yang sudah memiliki jabatan dan tugasnya. Hal itu

yang menyebabkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan yang

membuat kesadaran dan fokus tentang pentingnya arsip

diselamatkan dan dikelola jadi tidak dimaksimalkan.

Dengan demikian, Unit Kearsipan Utama mencoba

melakukan upaya dengan cara mengadakan kegiatan

Workshop/Sosialisasi Kearsipan, yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran tentang pentingnya berkas/arsip di tiap

Unit Pengolah/Unit Pencipta diselamatkan. Selain itu tujuannya

ialah untuk membuat para Pengadministrasi Umum percaya

menitipkan berkas ke Unit Kearsipan Utama. Hal itu dilakukan

oleh Unit Kearsipan Utama dengan cara berangsur-angsur untuk

meningkatkan kesadaran tentang pentingnya arsip diselamatkan

dan fokus untuk mengolah arsip bagi tiap Pengadministrasi

Umum.
134

3. Panitia tim penilai arsip melakukan Follow Up lebih jauh

terhadap para perwakilan unsur penilai arsip

Dalam pelaksnaan penilaian arsip upaya yaang dilakukan

oleh panitia tim pemusnah arsip, jika ada perwakilan dari salah

satu unsur tim penilai tidak dapat hadir yakni panitia tim penilai

sudah mulai mem-follow up by phone atau mengkonfirmasi para

unsur tim penilai sebelumnya. Mereka melakukannya H-1 bahkan

sampai pada hari H penilaian arsip, jadi jika ada perwakilan tim

tidak hadir akibat sakit atau ada tugas tugas mendadak yang mesti

didahulukan, panitia tim penilai arsip bisa langsung

mengkoordinasikan untuk meminta rekomendasi pengganti yang

sama berkompeten dibidangnya itu. Misal ada arsiparis yang

tidak dapat hadir, maka tim penilai arsip akan mengkoordinasikan

ke Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan untuk mencari pengganti arsiparis lain yang sesuai

rekomendasi serta memiliki kompetensi dan memahami betul

tentang kearsipan.
135

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

pada bab IV, maka penulis mengambil kesimpulan tentang Kegiatan

Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif di Unit Kearsipan Utama Sekretariat

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip di Unit Kearsipan Utama

Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah

mempunyai pedoman/landasan hukum yang jelas, baik dari peraturan

pelaksanaan kegiatannya dan juga acuan terhadap pemusnahan arsip

yang diatur melalui JRA. Prosedur pelaksanaan pemusnahan arsip

dinamis inaktif di Unit Kearsipan Utama memiliki 6 tahapan. Pada

bulan April tahun 2018 Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen

melakukan pelaksanaan pemusnahan arsip dalam volume besar.

Pemusnahannya dilakukan dengan cara dicacah menggunakan pabrik

kertas yang bernama PT. Aspek Kumbong Paper, total jumlah arsip

dimusnahkan seberat 7 ton yang terdiri dari arsip maupun non arsip.

Pemusnahan arsip tersebut menghasilkan arsip baru berupa daftar arsip

musnah dan berita acara pemusnahan, kedua arsip tersebut berfungsi

sebagai pengganti arsip yang dimusnahkan sdan memiliki kekuatan

hukum yang sama dengan arsip aslinya. Selain itu, kedua arsip tersebut

tidak memiliki JRA (Jadwal Retensi Arsip) dan termasuk kedalam jenis
136

arsip vital yang sifatnya permanen serta disimpan langsung oleh Kepala

Sub Bagian TU di Ruang Penyimpanan Arsip Vital.

2. Upaya yang dilakukan Unit Kearsipan Utama dalam mengatasi kendala

ketika melakukan pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis

inaktif adalah:

a. Melakukan upaya rekonstruksi arsip oleh Unit Kearsipan Utama

yang bertujuan untuk membangun/mengumpulkan arsip sehingga

menjadi satu berkas utuh yang dapat diinput menjadi daftar arsip

inaktif ke dalam Sistem Otomasi Kearsipan yakni SINTA. Hal

tersebut dilakukan untuk memudahkan penata arsip dalam

menyesuaikan data dan fisik arsip agar mudah ditemukan

kedepannya, sehingga penata arsip dapat lebih efektif dan efisien

dalam menyiapkan Daftar Arsip Inaktif.

b. Melakukan Workshop dan Sosialisasi Kearsipan ke tiap-tiap Unit

Pengolah/Unit Pencipta secara berangsur-angsur yang bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran bagi Pengadministrasi Umum

tentang pentingnya mengolah dan menyelamatkan arsipnya

sendiri. Langkah tersebut merupakan langkah yang tepat

dilakukan, karena dengan adanya kegiatan tersebut secara perlahan

Pengadministrasi Umum memiliki kemampuan dan pemahaman

tambahan untuk mengatasi permasalahan dalam mengelola

arsipnya sendiri. Sehingga kekurangan SDM (Sumber Daya Arsip)

yang terjadi di Unit Kearsipan Utama dapat diminimalisir dengan

cara memaksimalkan SDM (Sumber Daya Arsip) yang ada.


137

c. Panitia tim penilai arsip melakukan Follow Up lebih secara intens,

dengan cara follow up by phone di H-1 bahkan hari H penilaian

arsip ke seluruh unsur penilai arsip. Hal tersebut dilakukan panitia

tim penilai arsip agar bisa tanggap bila ada salah satu perwakilan

tim yang tidak dapat hadir secara mendadak. Dengan demikian

panitia tim penilai arsip bisa mencarikan pengganti yang setara

kompetensi di bidangnya juga pemahaman tentang arsipnya,

Sehingga waktu penilaian arsip tetap sesuai dengan jadwal yang

ditentukan.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis akan

menyampaikan beberapa saran dan masukan yang kiranya dapat dijadikan

pertimbangan bagi Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah. Adapun saran-saran dari penulis sebagai

berikut :

1. Pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip dinamis inaktif yang sudah

dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang ada baiknya

dilanjutkan dan dievaluasi selalu. Hal tersebut berguna untuk

mempertahankan implementasi kebijakan yang sudah dilaksanakan dan

dapat mendukung terciptanya pengelolaan arsip yang baik di Unit

Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen.

2. Perlu adanya penambahan sumber daya manusia dalam hal ini adalah

arsiparis, karena setiap Unit Pengolah/Unit Pencipta baiknya memiliki

arsiparis sendiri. Hal tersebut berguna agar tidak terhambatnya kegiatan


138

penyusutan arsip terutama dalam hal pelaksanaan kegiatan pemusnahan

arsip dinamis inaktif pada saat menyiapkan daftar arsip usul musnah.

Selain itu, pada kegiatan Workshop dan Sosialisasi tentang Kearsipan

yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama baiknya dilanjutkan dan

diberikan tambahan kegiatan pengawasan dengan cara terjun langsung

ke tiap-tiap Unit Pengolah/Unit Pencipta. Hal tersebut penting

dilakukan, untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan kemampuan

para pengadministrasi umum setelah mengikuti workshop dan

sosialisasi yang telah dilakukan.


139

DAFTAR PUSTAKA

Arsip Nasional Republik Indonesia. “Peraturan Kepala ANRI Nomor 37 Tahun


2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip.”, 2016.

Basir Barthos, Manajemen Kearsipan untuk Lembaga Negara, Swasta, dan


Perguruan Tinggi, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Boedi Martono, Penyusutan dan Pengamanan Arsip Vital Dalam Manajemen


Kearsipan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997

Cholid Narbuko, dan Abu Achmadi. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
2009.

Fuad Hasan. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Prilaku Manusia. Jakarta:


Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Psikologi (LPSP3) Universitas
Indonesia, 2001.

Indonesia. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang


Kearsipan.”, 2009.

International Standard Organization ISO 15489-1. “Information and


Documentation-Recors Management,” 2001.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2016 tentang Jadwal retensi Arsip Subtantif
dan fasilitatif di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.”,
2016

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.”, 2016.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2007.

Mahsun Rifauddin, “Pengelolaan Arsip Elektronik Berbasis Teknologi”, Khizanah


Al-Hikmah Jurnal Ilmu Perpustakaaan, Informasi, dan Kearsipan, Vol 4 No.
2, 2016

Mathew B. Milles dan Michael A. Hubberman, Analisis Data Kualitatif: Buku


Sumber Tentang Metode – metode Baru, Jakarta: UI-Press, 1992.

McKemmish, Sue, “Yesterday, Today and Tomorrow: A Continium of


Responsibility,” Proceedings of The Record Management Association of
Australia 14th National Convention, 15 September 1997
140

Muhammad Rosyihan Hendrawan dan Mochamad Chazienul Ulum, Pengantar


Kearsipan: Dari Isu Kebijakan ke Manajemen, Malang: UB Press, 2018.

Mutiawatul Wardah, “Pengelolaan Arsip Dinamis”, Jurnal LIBRIA 8, No 1, 2016.

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Jakarta:
STIA-LAN, 2004.

Presiden Republik Indonesia. “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28


Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan.”, 2012

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2010.

Sulistyo-Basuki, Manajemen Arsip Dinamis: Pengantar Memahami dan Mengelola


Informasi dan Dokumen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Tata Sutarbi, Konsep Sistem Informasi, Yogyakarta: Andi, 2012

Wawancara dengan Informasn:

1. Bapak Hasbi Fikri, Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha, January 13,

2020.

2. Bapak Madha, Arsiparis Unit Kearsipan Kementerian, 2020.

3. Bapak Fheby Azhom Arrafiqie, Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan


Utama

Zawiyah M. Yusof and Robert W. Chell, “Towards a Theoretical Construct for


Records Management,” Records Management Journal 12, No. 2, 200

“Understanding Digital Records Management: Records Management Solution for


Today’s Regulatory Environtment,” Records Management Focus White
Paper, t.t.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Ruang Penyimpanan Arsip Unit Utama

2. Lampiran Bentuk dan Kalsifikasi Boks Arsip


3. Lampiran Berkas dan Penyimpanan Arsip Dinamis Inaktif

4. Lampiran Berkas Arsip yang Baru Dipindah dalam Bentuk Boks Beserta Folder
5. Lampiran Blanko Daftar Usul Musnah Arsip
6. Lampiran Blanko Daftar Arsip Musnah
7. Lampiran Blanko Surat Pertimbangan Penilaian arsip
8. Lampiran Blanko Berita Acara Pemusnahan
9. Lampiran Contoh Arsip Dinamis Inaktif Siap Musnah

10. Lampiran Contoh Dokumentasi Pelaksanaan Pemusnahan Arsip


11. Lampiran Wawancara dengan Bapak Hasbi Fikri, S.IP. Selaku
Pengadministrasian Umum Sub Bagian Tata Usaha

12. Lampiran Wawancara dengan Bapak Madha, S.Pd., MM. Selaku Arsiparis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
13. Lampiran Wawancara dengan Bapak Fheby Azhom Arrafiqie, S.IP Selaku
Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama
Draft Wawancara Pelaksanaan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktiff Study Kasus pada Unit
Kearsipan Utama Sekretariat Ditjen Dikdasmen

Nama Informan: Bapak Hasbi Fikri, S.IP


Jabatan: Pengadministrasi Umum Sub Bagian Tata Usaha (Koordinator Pengelolaan Arsip Unit
Kearsipan Utama)
Waktu Wawancara: 13 Januari 2020

1. Apakah landasan hukum tentang penyusutan arsip?


Landasannya ada banyak, yang pasti itu Permendikbud Nomor 68 tentang tata Kearsipan di
Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus Permendikbud Nomor 45 tentang
Jadwal Retensi Arsip. Mengacunya kepada Undang-Undang Nomor 43 tentang Kearsipan, lalu
PP Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 tentang Kearsipan

2. Meliputi apa sajakah kegiatan penyusutan arsip di Setditjen Dikdasmen?


Jadi. Penyusutan di sini hanya melakukan kegiatan pemindahan arsip inaktif dari Unit
Pengolah ke Unit Kearsipan Utama dan juga pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna.
Karena untuk penyerahan itu bersifat statis, sementara Unit Kearsipan Utama setditjen
dikdasmen ini dikhususkan untuk mengelola arsip dinamis inaktif saja. Arsip dinamis aktifnya
itu ada di unit pengolah yakni ditiap Bagian/Unit Kerja yang ada di Setditjen, sementara arsip
dinamis inaktifnya itu ada di sini, disimpan di Pusat Penyimpanan Arsip Unit Utama

3. Pedoman/Acuan apa yang digunakan dalam melakukan pelaksanaan pemusnahan arsip?


Pedoman/Acuan yang kita gunakan untuk pemusnahan ya itu tadi sama dengan pedoman
penysutan, ada di Permendikbud No. 68 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 43
tentang Kearsipan,, dimana disitu sudah dijelaskan semua tentang pemusnahan

4. Peran JRA dalam melakukan pemusnahan arsip?


Jadi tanpa JRA, pemusnahan arsip akan jauh lebih sulit dan lebih lama. JRA tidak berlaku
surut, semisal ada pedoman JRA tahun 2003, maka arsip yang tercipta ditahun 2003 kebawah
menggunakan JRA yang lama sebelum 2003, sementara arsip yang tercipta untuk 2003 keatas
menggunakan JRA 2003, semisal ada pembaharuan lagi pada tahun 2015. Maka arsip yang
diciptakan ditahun 2015 dan diatas tahun 2015 menggunakan JRA 2015. Tiap pembaharuan
JRA berlaku sejak ditetapkan tahun pedoman JRA itu dibentuk

5. Arsip yang retensinya berapa tahunkah yang dikelola di Unit Kearsipan Utama?
Di Unit Kearsipan Utama ini kita hanya mengelola arsip dinamis inaktif yang mempunyai JRA
dibawah 10 (sepuluh) tahun saja. Sementara arsip yang diatas 10 (sepuluh) tahun itu
wewenangnya Unit Kearsipan Kementerian

6. Adakah pedoman/acuan yang mengatur tentang kapan pemeriksaan/penyeleksian itu


dilakukan?
Sebetulnya tidak ada pedoman yang mengatur tentang itu, tapi untuk melakukan pemeriksaan
itu biasanya kami melakukannya setahun sekali, di akhir tahun

7. Siapakah yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip?


Yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip inaktif di unit
kearsipan utama itu penata arsip
8. Bagaimanakah proses dalam melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip?
Mereka itu melakukan pengecekan daftar arsip inaktif yang sudah habis retensinya, setelah itu
mereka melakukan pengecekan fisik arsipnya yang kemudian akan dijadikan daftar arsip usul
musnah, lengkapnya bisa ditanyakan ke penata arsipnya. Jadi mereka penata arsip setelah
membuat daftar usul musnah itu harus menyerahkan ke Kasubag TU. Biasanya akan masuk ke
saya selaku Pengadministrasi Umum TU, setelah itu saya akan mengirimkan surat permohonan
pemusnahan arsip beserta lampiran daftar usul musnah arsip kepada Pimpinan Unit
Kearsipan Utama yakni Sekretaris Jenderal Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pimpinan Arsip menyetujui dan langsung memerintahkan Kasubag TU untuk membentuk
Panitia Tim Penilai Arsip.

9. Bagaimanakah proses pembentukan panitia tim pemusnah arsip?


Langkah awalnya, pimpinan arsip nantinya akan menugaskan ke kepala sub bagian TU untuk
membentuk tim penilai arsip. setelah itu Kasubag TU melalui pengadministrasi umum akan
membuatkan SK pembentukan panitia tim penilai arsip yang berisikan arsiparis/pejabat
kementerian, bidang hukum dan organisasi kementerian, bidang pengawasan, unit kearsipan
utama dan unit pengolah/pencipta. Untuk unsur arsiparis kementerian, unsur hukum dan
organisasi dan unsur pengawasan kita sifatnya mengundang, kita membuat surat permohonan
untuk menjadi tim penilai arsip kepada unsur-unsur tim penilai arsip yang di biro umum unit
kearsipan kementerian serta yang di unit kearsipan utama dan unit pengolahnya. Biasanya isi
surat undangan permohonan itu sudah disertai dengan lampiran daftar usul musnah arsip dan
SK panitia tim penilai arsip akan di keluarkan langsung oleh Kepala Sub Bagian TU

10. Apakah ada aturan atau kriteria khusus untuk menjadi panitia tim penilai arsip?
Untuk kriteria khusus sebetulnya si tidak diatur, hanya saja yang pasti untuk arsiparis/pejabat
kementerian harus mempunyai kompetensi di bidang arsip, untuk perwakilan di bidang hukum
itu ya harus yang memahami betul hukum terutama tentang arsip dan untuk perwakilan bidang
pengawasan itu diserahkan kepada Inspektorat Jenderal, lalu untuk unit pegolah/penciptanya
itu harus yang mengerti dan bertanggungjawab betul terhadap arsip yang dipunyainya,
sementara untuk Unit Kearsipan Utama bisa Kepala Sub Bagian TU langsung ataupun saya.

11. Dilakukan dimanakah tempat pelaksanaan penilaian arsip?


Jadi, penilaian arsip itu sendiri dapat dilakukan disini karena kita sudah memiliki ruangan
simpan sendiri, record center sendiri dimana kita hanya mengurusi arsip yang retensinya
dibawah 10 tahun. Kecuali arsip yang retensinya diatas 10 tahun, itu sudah menjadi tanggung
jawab unit kearsipan kementerian. Biasanya penilaian arsip itu dilakukan di ruang rapat yang
telah kita siapkan

12. Apa saja yang harus disiapkan dalam melakukan penilaian arsip?
Tentunya yang mesti disiapkan ialah konfirmasi untuk para tim penilainya, jadi kita
mengkonfirmasikan melalui telefon 1 hari sebelum proses pelaksanaan penilaian arsip dimulai.
Apakah para perwakilan unsur-unsur tersebut bisa hadir atau tidak, semisal perwakilan dari
salah satu bidang tidak dapat hadir, maka kita meminta kepada Biro Umum Kementerian untuk
mencarikan pengganti yang sama berkompeten di bidangnya itu. Selain itu tentunya kita
menyediakan ruang rapat, menyiapkan kembali fotocopy lampiran daftar usul musnah yang
sudah dikirim bersamaan surat undangan, menyediakan alat-alat seperti pulpen, laptop,
proyektor dan layar untuk menampilkan daftar usul musnah arsip di layar yang akan dibahas
secara bersama.
13. Apakah ada pedoman/acuan dalam melakukan penilaian arsip?
Pedoman/acuannya itu sudah pasti dari JRA, JRA itu sebagai pedoman umur arsip dan berapa
lama arsip itu disimpan, jadi arsip itu ada jangka waktu penyimpanannya semisal 10 tahun,
ada juga yang 5 tahun. Nah retensi itu ialah sebagai dasar awal umur hidup arsip. Lewat JRA
sudah ditentukan umur arsip baik aktif dan inaktif dan itu sebagai pedoman penyusutan
termasuk juga sebagai acuan dalam melakukan penilaian arsip. JRA tersebutlah yang menjadi
dasar kekuatan hukum. Karena JRA itu merupakan turunan dari ANRI lalu ke Kementerian.
Jadi pedomannya ya JRA Kementerian yang tertera pada Permendikbud No.45 tentang JRA,
itu digunakan untuk mengetahui umur arsip inaktif mana yang sudah dapat dilakukan
pemusnahan

14. Bagaimanakah alur pelaksanaan penilaian arsip?


Iya jadi, penilaian arsip itu dilakukan di ruangan rapat, dengan cara ditayangkan di layar
proyektor dan dibahas dan didiskusikan bersama-sama dengan tiap perwakilan unsur-unsur
tim penilai. Sebelum melakukan penilaian, kita selaku panitia tim penilai arsip itu melakukan
pemfotocopyan daftar usul musnah yang akan di bagikan berdasarkan jumlah tim penilai yang
hadir, dapat dipastikan jumlahnya ganjil. Daftar usul musnah arsip nantinya akan ditampilkan
dilayar proyektor untuk dapat dilihat secara bersama-sama dan para penilai dapat melakukan
diskusi, penilai arsip masing-masingnya berhak memverifikasi arsip-arsip yang diusulkan
musnah dengan cara melakukan pencentangan nomor-nomor arsip pada lembar fotocopy-nya.
Setelah selesai nantinya akan dibuatkan surat hasil pertimbangan penilaian arsip yang di
tanda tangani oleh seluruh panitia tim penilai arsip dan akan diserahkan ke Biro Umum
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melakukan permohonan
persetujuan arsip yang dapat dimusunahkan

15. Bagaimanakah alur untuk melakukan permohonan persetujuan arsip musnah ke ANRI?
Iya seperti yang saya sudah jelaskan, setelah selesai melakukan penilaian arsip itu akan
dbuatkan surat hasil pertimbangan penilaian arsip yang harus di tanda tangani oleh seluruh
panitia tim penilai arsip. Selanjutnya kita akan menyererahkannya ke Biro Umum Sekretariat
Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan beserta lampiran daftar usul musnah
untuk dijadikan surat permohonan persetujuan arsip yang dapat dimusunahkan ke ANRI.
Jadi dari kita (Unit Kearipan Utama) itu tidak bisa langsung minta persetujuan ke ANRI. Harus
melalui biro umum dulu yang dimana nantinya dari Biro Umum baru akan membuatkan surat
permohonan persetujuan arsip musnah disertai lampiran surat pertimbangan penilaian dan
daftar usul musnah ke ANRI. Kemudian setelah itu ANRI juga akan melakukan pengecekan dan
verifikasi terhadap surat tersebut, dari ANRI ini kemudian menghasilkan surat permohonan
persetujuan arsip musnah yang sudah ditanda tangani oleh Kepala ANRI, surat itu akan
diserahkan ke Biro Umum, kemudian akan diteruskan ke kita yakni Unit Kearsipan Utama (Sub
Bagian TU). Berbeda dengan Unit Kearsipan Kementerian yang bisa langsung melakukan
permohonan persetujuan ke ANRI

16. Mengapa harus meminta persetujuan lebih dahulu ke ANRI?


Iya karena itu memang sudah diatur di Undang-Undang, jadi kita tidak berhak menyetujui
arsip tersebut dapat dikatakan musnah atau tidak sebelum disetujui ANRI, karena itu
wewenangnya mereka selaku Lembaga tertinggi yang mengurusi arsip, dalam hal penyusutan
arsip memang ANRI mengawasi.
Jadi hasil pengecekan dan verfiikasi ANRI itu bisa memunculkan hasil yang berbeda dimana
arsip ada yang bisa berketerangan dimusnahkan atau disimpan kembali karena arsip vital
17. Mengapa berbeda hasilnya dan adakah contoh ANRI melakukan penetapan Arsip Musnahnya?
Jadi, semisal data dari 10.000 arsip yang sudah dinilai oleh tim penilai melalui surat
pertimbangan penilaian menyebutkan bahwa 8000 arsip harus musnah dan 2000 arsip harus
simpan kembali itu dapat berubah setelah dari ANRI. Semisal ANRI ternyata menetapkan dari
8000 arsip yang layak musnah itu ada 300 arsipnya yang keterangannya menyebutkan arsip
vital dan harus disimpan kembali. Sehingga yang ditetapkan musnah itu menjadi 7700 arsip
saja. Itu bisa saja terjadi karena memang wewenangnya ANRI untuk mengecek dan merevisi
arsip ketika melakukan permohonan persetujuan arsip yang ingin dimusnahkan sebelum
ditandatangani oleh Kepala ANRI. Setelah ditandatangani itu keluar surat permohonan
persetujuan pemusnahan arsip yang telah ditandatangani yang akan diserahkan ke Biro Umum
kemudian diteruskan ke Kassubag TU

18. Apa yang dilakukan Unit Kearsipan Utama setelah surat penetapan arsip musnah diterima?
Jadi, surat permohonan persetujuan arsip musnah yang telah ditandatangani itu kita terima
melalui Kasubbag TU (Unit Kearsipan Utama). Surat tersebut nantinya akan kita kirimkan ke
Pimpinan Arsip, kemudian pimpinan arsip akan mengeluarkan surat penetapan arsip musnah
dengan mengacu dari hasil surat permohonan persetujuan arsip musnah dari ANRI itu. Setelah
itu kita akan melakukan proses penyimpanan kembali untuk arsip yang dinyatakan harus
disimpan kembali dan membuat daftar arsip musnah untuk arsip yang ditetapkan musnah dan
membuat tim pemusnah arsip.
Pembentukan tim pemusnah arsip itu dari Unit Kearsipan Utama setelah menetapkan daftar
arsip musnah. Pembentukan tim pemusnah arsip itu pakai SK yang dibuat oleh Kasubag TU
(Unit Kearsipan Utama)
Sebelum kita melakukan pelaksanaan pemusnahan arsip, ialah melakukan proses
penyimpnanan kembali bagi arsip yang harus disimpan kembali dan membuat daftar arsip
musnah. Nah, proses penyimpanan kembali dan pembuatan daftar arsip musnah itu dilakukan
oleh penata arsip Unit Kearsipan Utama setelah surat penetapan arsip musnah itu kita
teruskan ke mereka. Mereka juga yang menyiapkan daftar arsip yang akan dimusnahkan,
tentang bagaimana detali proses penyimpanan kembali dan pembuatan daftar arsip musnah
bisa langsung ditanyakan ke penata arsip.

19. Apakah ada peraturan atau ketentuan khusus untuk menjadi tim pemusnah arsip?
Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi tim pemusnah arsip, karena tim pemusnah arsip itu
hanya bertugas menyaksikan dan melaporkan saja. biasanya isinya penata arsip dan arsiparis.
Kemarin yang kita lakukan itu perwakilan unit kearsipan utama, penata arsip dan arsiparis
yang menjadi tim pemusnahnya

20. Lalu, apakah ada pedoman/aturan yang mengatur tentang pelaksanaan pemusnahan arsip?
Jika dari pedoman Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No 068 sendiri itu tidak
ada aturannya untuk pemusnahan arsip. hanya mengatur bahwasannya pemusnahan arsip
dilakukan dengan cara dicacah, dilebur atau lain-lainnya. Biasanya yang kita lakukan itu
dicacah. jika arsip yang dimusnahkan dalam volume yang banyak dan besar, serta kitanya
tidak mempunyai alat pencacah yang besar itu kita butuh pihak luar yakni pabrik kertas yang
memiliki mesin pencacah yang besar

21. Mengapa Unit Kearsipan Utama lebih memilih untuk melakukan pemusnahan arsip dengan
cara dicacah?
Iya karena dalam pemusnahan arsip itu yang menjadi syarat penting ialah arsip yang
dimusnahkan harus sudah tidak dapat dibaca lagi informasinya. Dengan cara dicacah pun
sudah cukup, selain itu dengan cara dicacah, arsip yang sudah dicacah bisa dapat bermanfaat
dan dapat di daur ulang oleh pabrik kertas yang menjadi pihak ketiga. Karena di lingkungan
Unit Kearsipan Utama biasanya dilakukan pencacahan dengan mesin pencacah kertas.

22. Bagaimanakah pelaksanaan pemusnahan arsip jika dalam volume kecil, apakah yang dimaksud
dengan biasa melakukan pencacahan dengan mesin pencacahan kertas sendiri itu?
Jadi ada syarat arsip yang dapat dimusnahkan sendiri, nah itu yang disebut volume kecil, jadi
hanya yang sifatnya duplikasi itu pasti akan dimusnahkan langsung tanpa harus ada prosedur-
prosedur yang ada. Semisal ada temuan arsip yang berduplikasi itu akan langsung
dihancurkan dengan mesin pencacah kertas yang ada di sini dan dapat dilakukan kapanpun.

23. Dalam melakukan pemusnahan arsip volume besar itu mengapa tidak bisa dilakukan
sendiri di setditjen dikdasmen
Jelas tidak bisa, karena dalam pemusnahan arsip dalam volume besar itu membutuhkan pihak
ketiga, pabrik kertas yang mempunyai mesin pencacah yang besar sementara setditjen
dikdasmen tidak memiliki alat pencacah sebesar yang ada di pabrik. Disini kita hanya
mempunyai 2 mesin pencacah kertas biasa, dengan mesin yang ada itu sudah cukup untuk
mengakomodir kebutuhan kita sehari-hari dan untuk mesin pecacah besar kita merasa tidak
terlalu perlu untuk punya mesin sebesar itu. Sekalipun ingin dilakukan disini, mesin pencacah
kita itu hanya paling bisa melakukan pencacahan 30 menit, karena kalau dipaksan untuk
mencacah lebih dari itu bisa berbahaya, akan menyebabkan mesin rusak

24. Bagaimanakah proses pelaksanaan pemusnahan arsip dalam volume besar dengan
menggunakan pihak ketiga (pabrik kertas)?
Prosesnya itu pertama kita berkabar dulu ke pihak ketiganya untuk melakukan pemusnahan,
lalu kita bawa arsipnya ke pihak ketiganya menggunakan truk, lalu setelah itu barulah
melakukan pencacahan dengan mesin pencacah kertas besar karena pihak ketiga ini biasanya
adalah pabrik kertas yang biasanya akan di daur ulang kembali untuk membuat kertas baru.
Pabrik yang biasa kerjasama dengan kita itu, ada namanya PT. Fajar di Cibitung, ada juga
PT. Aspex Kumbong Paper di Cileungsi dan ada juga yang di Tangerang.

25. Pabrik kertas yang digunakan pada saat itu pelaksanaan pemusnahan tahun 2018 itu apa
namanya? Apakah memiliki kriteria dalam menentukan pabrik kertas?
Pabrik kertas yang kita gunakan pada saat itu PT. Aspek Kumbong Paper yang ada di cileungsi
karena PT. Aspek Kumbong Paper sudah rekanan dengan kita. Pabrik kertas yang kita
gunakan pada saat itu PT. Aspek Kumbong Paper yang ada di cileungsi karena PT. Aspek
Kumbong Paper sudah rekanan dengan kita. Untuk kriteria tidak ada, karena bagi kita yang
terpenting pabrik kertas tersebut memiliki mesin pencacah kertas yang besar dan dapat
menjamin kerahasiaan informasi arsip agar tidak bocor kemana-mana.

26. Apa peran dari pabrik kertas dalam melakukan pemusnahan arsip?
Pabrik kertas itu hanya menerima arsip yang kita bawa, lalu kemudian arsipnya akan
ditimbang total beratnya berapa sehabis ditimbang selanjutnya akan dilakukan proses
penghancuran arsip dengan mesin pencacah. Setelah hancur yasudah selesai, arsip-arsipnya
sudah tidak dapat diketahui lagi informasinya.

27. Arsip apa saja yang dimusnahkan pada saat itu dan berapa jumlah totalnya?
Arsip yang dimusnahkan pada saat itu kebanyakan arsip keuangan, berita acara barang milik
negara dan surat korespondensi. Total berat timbangannya itu 7 ton, itu termasuk duplikasi
dan juga non arsip. jadi kalo di kementerian pendidikan dan kebudayaan itu kan banyak
proposal-proposal untuk pembangunan sekolah atau permohonan bantuan dana sekolah lain-
lainnya. Nah itu kan bukan arsip, itu disimpan lama oleh orang yang dulu mengira itu adalah
arsip. Bisa dibilang unit pengolahnya dulu mengira bahwasannya proposal-proposal itu
adalah arsip, jadi mereka simpan itu.

28. Apakah ada contoh pelaksanaan pemusnahan arsip yang dilakukan oleh Unit Kearsipan Utama?
Pernah ada 7 ton arsip, ini kita tidak menggunakan tender tetapi betul-betul pabrik kertas yang
kita ajukan sendiri dengan spesifikasi mempunyai mesin pencacah kertas yang besar dan
mampu menampung arsip yang akan dimusnahkan. Itu kita yang melakukan koordinasi ke
pihak pabriknya, setelah oke kita langsung menyewa truk untuk mengangkut arsip yang akan
dimusnahkan, selain itu kita juga biasanya memakai jasa bantuan tenaga untuk mengangkut
arsipnya seperti OB atau security. Sampai akhirnya tiba disana kita hanya mengkonfirmasi
kapan waktu pencacahan dimula, setelah itu langsung dilakukan jasa pencacahan di pabrik
kertasnya, tim pemusnah mengawasi dan memastikan bahwasannya arsip itu sudah tidak dapat
diketahui informasinya dan mendokumentasikannya sebagai bukti untuk laporan. Jadi
anggarannya dapat dibilang cukup besar, apalagi kita melakukannya secara sendiri satu
lembaga sekretariat direktorat jenderal pendidikan dasar dan menengah.

29. Apakah tugas dari tim pemusnah arsip dalam proses pemusnahan arsip ketika di pabrik kertas?
Tugas tim pemusnah arsip yaitu melakukan koordinasi dengan pabrik kertas untuk
mengkonfirmasi waktu pencacahannya, selanjutnya tim pemusnah mendampingi dan
menyaksikan arsip secara penuh pada saat penimbangan dan proses penghancurannya.
Karena dalam undang-undang tugas tim pemusnah arsip hanya menyaksikan dan melaporkan
saja. Intinya dalam pemusnahan arsip tim pemusnah bertugas untuk memastikan bahwa
informasi arsip yang dimiliki ini tidak bocor kemana-mana dan arsip-arsip ini dipastikan telah
dihancurkan sampai tidak dapat diketahui lagi informasinya, dan juga mereka harus
mendokumentasikan proses pemusnahannya sebagai bukti laporan akhir.

30. Apa yang dimaksud laporan akhir itu? Apakah laporan akhir itu dapat dikatakan sebuah arsip
baru?
Yang dimaksud laporan akhir itu namanya laporan kegiatan. Laporan kegiatan itu isinya ada
bab-bab nya ada lampirannya, ada dokumentasinya. Isinya itu dari mulai latar belakang,
tujuan, rangkaian kegiatan pemusnahannya, keterangan waktunya dan kronologis untuk
pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsipnya itu dijelaskan semua. Laporan ini dibuat untuk
ditujukan untuk dilaporkan kepada pimpinan arsip, laporan tersebut itu sifatnya bukan untuk
publik dan bukan arsip.

31. Apa yang dimaksud dengan daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan sebetulnya?
Jadi daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu merupakan hasil dari seluruh
proses pemusnahan arsip karena itu dapat dikatakan sebagai arsip baru, gunanya sebagai
pengganti arsip asli dan bukti resmi bahwa arsip sudah dimusnahkan. Nah, itu juga pasti
dilampirkan dilaporan kegiatan yang akan ditujukan ke pimpinan arsip

32. Apa yang dilakukan setelah selesai melakukan pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip?
Setelah melaksanakan kegiatan pemusnahan arsip setelahnya kita membuat laporan akhirnya.
Kita akan memuat daftar arsip musnahnya dan berita acara pemusnahannya itu sudah cukup.

Berita acara dan daftar arsip musnah ini akan dibuat beberapa rangkap sesuai kebutuhan yang
akan dibagikan dan disimpan di Unit Kearsipan Utama Setditjen Dikdasmen dan Unit
Kearsipan Kementerian Biro Umum Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai pengganti arsip yang telah dimusnahkan. Karena berita acara dan daftar
arsip musnah itu mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti arsip yang asli. Jika semisal
ada yang mau nyari apa dan itu udah musnah, kita punya berita acara dan daftar arsip musnah
itu sama kuatnya seperti aslinya. Dalam proses pemusnahan ini juga harus diingat berkas-
berkas yang copy itu juga harus musnah dan tidak boleh disimpan dan yang di scan juga harus
musnah.

33. Apakah daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan memiliki JRA dan apakah bisa
dimusnahkan kembali?
Jadi daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu tidak memiliki JRA, karena kedua
arsip tersebut akan menjadi arsip vital yang sifatnya permanen. Nah jadi jelas itu tidak dapat
dimusnahkan lagi.

34. Di Unit Kearsipan Utama kedua arsip tersebut disimpan dimanakah?


Kalo daftar arsip musnah dan berita acara pemusnahan itu disimpan oleh Kepala Sub Bagian
TU di Ruang Penyimpanan Arsip Vital Unit Kearsipan Utama

35. Apakah ada kendala yang ditemui dalam melakukan seluruh pelaksanaan kegiatan pemusnahan
arsip?
Sejauh ini secara keseluruhan bisa dibilang aman sih, kita melakukannya juga sesuai prosedur
yang ditetapkan dan pada pelaksanaanya lancar-lancar saja. Mungkin ini sih. Kendalanya itu
ada pada tahap pemeriksaan berkasnya sih, karena fisik dan daftarnya itu kadang-kadang
tidak sama pas awal itu cukup ribet. Itu terjadi karena pada awal pemindahan arsip dari aktif
ke inaktif terkadang Unit Pengolah/Unit Penciptanya tidak menyerahkan file sesuai prosedur,
ada yang menyerahkan lengkap, ada yang ketika diperiksa kembali ternyata ada yang kurang
atau hilang, ada juga yang bahkan mengirimkannya 1 kardus besar tanpa diolah. Hal tersebut
berpengaruh untuk proses menyiapkan daftar usul musnah arsip yang dilakukan oleh penata
arsip.

Hal tersebut juga terjadi karena adanya tumpang tindih pekerjaan, jadi tiap unit
pengolah/pencipta mempunyai satu pengadministrasi umum yang bertanggung jawab terhadap
arsip, akan tetapi biasanya itu adalah jabatan tempelan atau tugas tambahan dimana
sebetulnya orang itu sudah punya jabatan dan tugas aslinya. Jadi kita memaklumi itu dan mau
tidak mau harus menerima berkasnya, yang terpenting arsipnya terselamatkan.

36. Upaya apa yang dilakukan Unit Kearsipan Utama dalam mengatasi kendala tersebut?
Jika kedalam konteks kendala dalam pemberkasan/pemeriksaan arsip itu yang kita lakukan
adalah rekonstruksi arsip, jadi secara ringkas itu kita menyatukan kembali arsip yang terpisah-
pisah. Jika kendala dalam konteks kekurangan SDM arsip dan perihal kesadaran itu, jadi kita
itu ada Workshop dan Sosialisasi tentang kearsipan yang bertujuan meningkatkan kesadaran
bahwasannya pentingnya berkas/arsip tiap-tiap Unit Pengolah/Unit Pencipta untuk
diselamatkan, walaupun belum ada arsiparis yang mumpuni di tiap Unit Pengolah/Unit
Penciptanya. Yang terpenting tiap unit pengolah itu sudah percaya menitipkan berkas ke unit
kearsipan utama, sebelumnya itukan dikelola sendiri, jadi kita lakukan berangsur-angsur untuk
meningkatkan keasadaran mereka.
Draft Wawancara Pelaksanaan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktiff Study Kasus pada Unit
Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Nama Informan: Bapak Madha, S.Pd., MM.


Jabatan : Arsiparis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Tim Penilai Arsip)
Waktu Wawancara: 13 Januari 2020

1. Apa yang bapak ketahui tentang penyusutan arsip?


Penyusutan arsip adalah pengurangan, pengurangan arsip dengan cara pemindahan,
pemusnahan dan penyerahan. Karena tanpa adanya penyusutan arsip itu akan bertumpuk.
Makannya penyusutan adalah pengurangan arsip dengan cara pemindahan, pemusnahan dan
penyerahan. Semisal arsipnya sudah inaktif itu harus dipindahkan.

2. Lebih mendalam, apa yang bapak ketahui tentang pemusnahan arsip?


Jadi penyusutan itu yang paling panjang alurnya itu pemusnahan, pemusnahan arsip itu harus
seusai prosedur, gaboleh tanpa prosedur karena arsip yang sudah dimusnahkan itu tidak dapat
kembali diciptakan. Jika melakukan pemusnahan arsip tidak menggunakan prosedur kita sudah
pasti dikenakan denda 500 juta. Di Undang-Undang itu kan sudah diatur. Induk dari
pengelolaan kearsipan di lingkungan kementerian pendidikan dan kebudayaan ialah pada
peraturan pemerintah, petunjuk teknisnya disana.

3. Adakah pedoman/acuan dalam melakukan kegiatan pemusnahan arsip?


Pedoman/acuannya pemusnahan arsip itu ada di Peraturan Menteri Penidikan dan
Kebudayaan No. 68 untuk kegiatannya dengan mengacu kepada Undang-Undang. Kalau untuk
JRAnya itu kita punya sendiri dan jelas di atur di Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayan No. 45, setiap arsip di lingkungan Kementerian pasti memiliki JRA tidak terkecuali
di Setditjen Dikdasmen itu juga pasti memiliki JRA, jadi arsip itu tidak lepas dari pola
klasifikasi dan itu nyambung dengan JRA. Semisal klasifikasinya Hk, itu hukum, Ku, itu
keuangan. Jadi misal arsip Hukum retensinya berapa lama bisa dilihat di JRA, sama halnya di
Ku pun bisa dilihat di JRA. Jadi nyambung antara pola klasifikasi dan jadwal retensi arsipnya.
Di sini bisa dikatakan telah memiliki JRA dan arsip-arsipnya telah secara keseluruhan
memiliki JRA juga.

4. Dalam pelaksanaan pemusnahan arsip di Unit Kearsipan Utama itu akan mengundang Arsiparis
Kementerian untuk menjadi salah satu tim penilai, bagaimanakah prosesnya?
Iya, jadi kalo pemusnahan arsipnya di lakukan pada tataran Setditjen Dikdasmen itu
mengundang kami disini untuk menjadi panitia tim penilai arsip melalui biro umum dan tim
penilai arsip itu harus berjumlah ganjil, tidak boleh genap sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 43 tentang Kearsipan. Nah, tim penilai arsip ini biasanya terdiri dari beberapa unsur,
dari unsur perwakilan unit kearsipan setditjen dikdasmen, pencipta arsipnya dari setditjen
dikdasmen lalu unit pengolahnya juga setditjen dikdasmen ada. Ada unit kearsipan dikdasmen
ada unit pengolahnya, lalu dari dikdasmen kementerian yakni biro umum, lalu dari bidang
hukum dan organisasi di kementerian pendidikan dan kebudayaan. Lalu bidang pengawasan
dari inspektorat jenderal. Jadi yang terpenting itu unsur-unsur tersebut harus ada, untuk
prasyarat pembentukan tim penilai. Bidang hukum, bidang pengawasan, arsiparis/pejabat unit
kearsipan kementerian, unit kearsipan utama, pencipta arsip atau unit pengolah. Itu harus ada.
Kita disini sebetulnya hanya tinggal menerima surat undangan permohonan menjadi tim
penilai yang disertai daftar usul musnah dan mengkonfirmasi kehadiran saja. Jadi surat
undangan permohonan dan daftar usul musnah itu memang biasanya sudah dapat diterima 3-
4 hari sebelum dilakukannya penilaian arsip. sehingga itu membuat tiap unsur perwakilan tim
penilai bisa mempelajari bahan-bahan yang telah diberikan dan juga bisa memiliki bekal untuk
melakukan penilaian arsip. Biasanya juga tiap perwakilan tim penilai itu telah meverifikasi
dengan cara mencentang-centang terlebih dahulu atau dicoret-coret untuk bahan persiapan
untuk didiskusikan bersama pada saat menilai nanti.

5. Apakah ada pedoman yang dimiliki tim penilai dalam melaksanakan penilaian arsip?
Tim penilai itu berpedoman pada JRA dalam melakukan penilaian, tanpa JRA ya tidak bisa.
Jadi orang yang menilai tidak boleh ngawur, apalagi keluar dari JRA. JRA yang jadi pedoman
disini ialah Peraturan Menteri, dimana Peraturan Menteri tersebut sudah dibahas bersama
oleh orang-orang Arsip Nasional.
JRA itu kan ada pedoman ANRI yang mengatur, sementara semisal arsip itu kan unik,
bagaimana arsip di tiap lembaga/organisasi itu berbeda-beda jenisnya. Kalau JRA di
lingkungan kemendikbud ini kan dilihat dari jenis arsip disini ada arsip kepegawaian, ada
arsip keuangan nah itu kita berkoordinasi kepada lembaga negara keuangan (BPK) dan
kepegawaian ini harus dari lembaga negara (BKN), minta persetujuan dari BPK dan BKN dan
juga ANRI. Jadi dalam membahas penentuan JRA, orang-orang dari perwakilan BPK, dari
BKN dan ANRI itu harus hadir. Itu harus dibahas bareng-bareng. Jadi unit-unit terkait ketika
membuat JRA itu harus dilibatkan. Tidak bisa bahwasannya kementerian pendidikan dan
kebudayaan membuat sendiri itu tidak bisa. Karena permasalahannya ialah menyangkut
hukum, jadi tidak dapat dikembalikan. Jika pedoman yang khusus ada dikementerian
kemendikbud sudah membuat pedoman tersendiri perihal arsip fasilitatif subtantif yang khusus
ada di kementerian di Peremndikbud No.45 tahun 2016.

6. Bagaimana proses pelaksanaan penilaian arsip?


Prosesnya itu jadi kita melakukan pengecekan dan verifikasi daftar arsip usul musnah dengan
cara didiskusikan bersama-sama, biasanya tiap tim penilai pasti sudah mempelajari arsip-
arsip yang diusulkan musnah melalui daftar usul arsip yang dilampirkan sebelumnya. Mereka
mengamati dan mempelajari sesuai dengan bidangnya masing-masing. Saya sendiri biasanya
sudah memberikan catatan atau pencontrengan untuk arsip mana saja yang sudah layak
musnah dan arsip mana yang mungkin masih dapat disimpan kembali dengan mengacu kepada
JRA-nya. Hal itu bisa berguna sekali untuk kita menentukan apakah arsip layak musnah
ataukah tidak, masih ada kasus hukumnya kah atau ada hal lain sehingga kita bisa rembuk dan
sepakat untuk menentukkan status arsipnya.

7. Apa yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian arsip?


Tentunya yang perlu diperhatikan dalam melakukan penialain arsip adalah kompetensi dan
kesiapan serta pemahaman tentang arsip tiap perwakilan unsur tim penilai karena sebagai
perwakilan tim penilai tugas kita di undang rapat itu memang untuk berargumen, bukan hanya
untuk duduk-duduk saja. Berargumen kenapa arsip ini harus musnah, kenapa arsip itu harus
disimpan kembali, apakah ada temuan, apakah ada kasus hukum yang belum selesai, dan yang
terpenting harus ada dasarnya ketika beragumen. Jadi jika seperti itu, tanpa JRA pemusnahan
arsip akan jauh lebih sulit dan lebih lama karena JRA ini sangat penting.
8. Apakah ada hal yang sering terjadi atau ditemui pada saat melakukan pelaksanaan penilaian
arsip?
Hal yang terjadi ketika pelaksanaan penilaian arsip berlangsung ialah adu argumen panjang
antar tim penilai, yang membuat memakan waktu karena mempertahankan argumennya
masing-masing. Akan tetapi itu penting karena tiap tim penilai memiliki dasar argumennya
melalui undang-undang, peraturan menteri dll. Peraturan menteri itu menjadi hal baku,
terutama dalam hal peraturan menteri tentang JRA. Berbeda hal jika tidak ada yang
diperdebatkan itu cepat, Semisal arsip 10 tahun sudah habis retensinya, yasudah langsung
dimusnahkan. Hanya saja, kami biasanya tim penilai bisa melakukan penilaian dimana arsip
yang mungkin sedang di nilai ini memiliki kerancuan, dimana ada ketakutan arsip tersebut
memiliki temuan kasus yang belum selesai. Ketika betul ditemukan temuan maka arsip tersebut
dapat dikatakan harus disimpan kembali sesuai dengan JRA awal yakni semisal 10 tahun
berarti disimpan kembali 10 tahun. Umpamanya contoh kasus, ada arsip keuangan 10 tahun
sudah habis masa retensinya di tahun 2020 ini, tapi ternyata arsip keuangan ini masih ada
kasus di kejaksaan, ada dikepolisian dan belum beres. Begitu dinilai pada tahun ini di
kejaksaan belum selesai, itu berarti harus disimpan kembali dengan JRA yang sama di waktu
awal yaitu 10 tahun. Jadi disimpan kembali dengan JRA yang sama, karena kasus keuangan
itu belum selesai, apalagi kasus itu biasanya tidak setahun 2 tahun selesai, maka dari itu
mengacu kepada waktu penyimpanan terlama di awal sesuai JRA, bahkan dalam kasus
keuangan biasanya ada kasus yang belum selesai sampai 20 tahun. Bisa saja ada
penyimpangan didalam pengelolaan kegiatan-kegiatan kementerian, makannya jika ada
temuan arsip diwajibkan untuk tetap selalu aktif dan tidak bisa inaktif, karena untuk
memudahkan jika saat dibutuhkan itu mudah ditemukan.

9. Apakah ada contoh kasus lainnya?


Ada juga begitu menilai, katakan salah satu tim yang menilai, mengatakan arsip peraturan
menteri itu tidak layak musnah karena Peraturan menteri ini jika sifatnya mengatur itu arsip
merupakan permanen, kecuali keputusan menteri itu yang bisa musnah. Kenapa bisa begitu,
karena surat keputusan penetapan rumah dinas, surat keputusan pengangkatan itu bisa
musnah. Tetapi semisal peraturan, yang mengatur regulasi secara keseluruhan apalagi secara
nasional itu permanen karena untuk hajat hidup orang banyak. Jadi, jika surat keputusan
penetapan rumah dinas, rumah dinas kan ditempati, apabila rumah dinasnya itu sudah tidak
ditempatkan lagi itukan SK-nya sudah bisa dimusnahkan/dihilangkan. Berbeda hal jika itu
peraturan-peraturan menteri yang diterbitkan oleh Menteri, itu permanen masuknya, seperti
MOU juga permanen.

10. Apa yang dihasilkan dari pelaksanaan penilaian arsip?


Hasil dari pelaksanaan penilaian arsip adalah surat pertimbangan penilaian arsip, surat itu
harus ditandatangani oleh seluruh peserta penilaian arsip. Jadi, semisal ada 10.000 arsip,
namun setelah dilakukan penilaian itu hanya 9200 yang layak musnah, sisanya 800 itu musti
disimpan kembali sesuai dengan JRA awal yang telah ditetapkan.”

11. Adakah kendala yang ditemui pada saat melakukan penilaian arsip?
Secara keseluruhan itu lancar-lancar saja ketika melaksanakan penilaian arsip. Cuma ada
sebetulnya kendala dimana pada saat pelaksanaan penilaian itu salah satu perwakilan unsur
tim penilai tidak hadir padahal sudah konfirmasi kehadiran, berhalangan hadir bisa karena
sakit ataupun ada tugas mendadak yang mesti didahulukan dan tidak dapat digantikan. Itu
yang menjadi kendala karena pelaksanaan penilaian bisa tertunda dan akan mundur waktunya.
Karena pelaksanaan penilaian tidak bisa diganti waktu dan tim penilai yang sudah diundang
sudah sesuai plot tiap unsurnya.
12. Memangnya sepenting apakah kehadiran tim penilai arsip?
Karena yang ikut rapat itu harus tanda tangan dokumen, jadi memang yang sudah mendapat
surat undangan harus/wajib hadir semisal memang tidak bisa hadir tiap unsur-unsurnya harus
mengirim perwakilannya yang lain sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Itu harus ada
dan wajib ada karena tiap-tiap unsur adalah penting untuk melakukan penilaian, semisal dari
bidang hukum tidak bisa hadir perwakilannya di hari H, ya mau gak mau harus ada yang lain
untuk mewakilinya, tidak boleh tidak hadir, yang terpenting memiliki kompetensi di bidang
hukum.

13. Adakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut?


Upaya yang dilakukan itu biasanya panitia tim penilai arsip akan berusaha selalu
menghubungi by phone untuk tiap perwakilan tim penilai arsip dari H-1 sampai hari H. Jika
memang ternyata di H-1 atau di hari H ada yang berhalangan hadir maka bisa langsung
meminta rekomendasi pengganti yang sama berkompeten dari unsur yang berhalangan,
semisal dari pihak arsiparis yang berhalangan hadir maka panitia tim pemusnah arisp
meminta rekomendasi arsiparis lain untuk diajukan kepada Biro Umum Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . Jadi dengan demikian dapat dipastikan kita tetap
bisa menjalankan penilaian arsip dengan tepat waktu
Draft Wawancara Pelaksanaan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktiff Study Kasus pada Unit
Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Nama Informan: Bapak Fheby Azhom Arrafiqie, S.IP


Jabatan : Koordinator Penata Arsip Unit Kearsipan Utama
Waktu Wawancara: 13 Januari 2020

1. Bagaimanakah proses pemeriksaan/penyeleksian arsip yang akan dimusnahkan?


Proses pemeriksaan/penyeleksian yang pertama kali kami lakukan itu jelas mengecek daftar
arsip inaktif, arsip manakah yang sudah habis masa retensi inaktifnya. Itu jadi acuan kami
untuk melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip. Setelah tahu arsip mana saja yang sudah
habis JRAnya, kami langsung mengecek fisik arsipnya di role opec dan memverifikasi kembali
apakah arsipnya sesuai dengan daftar inaktifnyanya. Arsip-arsip yang terverifikasi daftar dan
fisiknya sesuai itu yang akan kita jadikan daftar usul musnah yang akan diserahkan kepada
Kasubag TU.

2. Apakah ada waktu khusus atau berkala dalam melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip?
Kalau dalam pemeriksaan/penyelesian arsip dinamis inaktif itu biasa kita lakukan diakhir
tahun.

3. Apakah ada pedoman/acuan untuk melakukan pemeriksaan/penyeleksian arsip?


Ya itu, pedoman/acuannya daftar arsip inaktif yang kita punya. Dari situ kemudian kita tahu
arsip mana sajakah yang sudah habis masa retensinya.

4. Setelah penetapan arsip musnah apa yang dilakukan oleh penata arsip?
Hasil dari surat penetapan arsip itu akan diinformasikan ke kita. Setelah itu data dari surat
penetapan arsip musnah tersebut sebagai acuan kita untuk memperbaharui status arsip di
database kita. Kita melakukannya itu di Sistem Otomasi Kearsipan yang kita miliki yang
bernama SINTA.

5. Bukankah penata arsip melakukan proses penyimpanan kembali arsip yang dinyatakan harus
disimpan kembali, Bagaimanakah prosesnya?
Iya. jika arsip itu ditetapkan untuk disimpan kembali kita hanya tinggal mengubah JRA arsip
inaktifnya sesuai seperti awalnya saja. Karena didalam SINTA itu ada menu yang khusus
menampilkan daftar arsip inaktif yang ada disini. Tinggal cari dan mencocokkan arsipnya saja
sesuai dengan surat penetapan arsip yang kita terima.

6. Bagaimanakah proses pembuatan daftar arsip musnah?


Jadi itu sebetulnya dilakukan berbarengan dengan proses penyimpanan kembali, kita bagi
tugas ada yang mengurusi penyimpanan kembali ada yang mengurusi pembuatan daftar arsip
musnah. Prosesnya sama, masih mengacu pada hasil surat penetapan musnah, arsip yang
ditetapkan musnah itu dicocokkan dengan yang di database, dimana pun tempatnya yang
sifatnya masih dalam satu dampingan file nya itu harus hilang semua. Bentuk copy-annya,
bentuk soft copy-nya dan daftar arsipnya. Jika memang musnah maka musnah semua dan harus
dihapus.
Nah, Daftar arsip musnah itu sebetulnya daftar arsip yang telah ditetapkan musnah yang telah
melalui proses penilaian dan persetujuan dan juga sudah kita lakukan pengecekan dan
pencocokan pada database kita.
7. Apa yang dilakukan penata arsip dalam bertugas sebagai tim pemusnah arsip?
Tugas kita itu ialah menyiapkan fisik dafar arsip musnah, kita melakukannya dengan cara
mengeluarkan langsung dari boks arsip saja, yang penting ceklis verifikasi sesuai daftar arsip
musnah yang sudah ditetapkan. Jadi langsung keluarin aja dari boksnya. Karena kalau pakai
boks itu rugi, jika boksnya sudah tidak layak langsung saja bersama boksnya ikut disiapkan.
Setelah itu barulah lanjut ke pelaksanaan pemusnahan arsip.

8. Dengan cara apakah pemusnahan arsip dilakukan?


Caranya itu dicacah menggunakan mesin pencacah. Mesin pencacah disini hanya untuk
melakukan pemusnahan volume arsip dengan volume kecil, paling tidak setengah jam untuk
lama pencacahannya. Itu kita sendiri yang melakukan, jadi Setditjen Dikdasmen tersedia
fasilitas dimana untuk melakukan pemusnahan arsip dalam volume kecil. Kalau untuk volume
besar setditjen dikdasmen menggunakan pihak ketiga yakni pabrik kertas
9. Apakah ada kendala yang ditemui sebagai penata arsip dalam melakukan kegiatan pemusnahan
arsip?
Ada. Kendalannya pada saat proses pendaftaran arsip inaktif yang awal, kenapa begitu karena
terkadang dari Unit Pengolah/Unit Penciptanya ketika melakukan pemindahan arsip dinamis
inaktif ke Unit Kearsipan Utamanya berkasnya ada yang kita terima secara utuh, ada yang
ternyata berkasnya tidak lengkap, bahkan ada yang masih bentuk boks-boks besar dan itu
tercecer. Akhirnya kita mesti mengelompokkan arsipnya lagi pada saat awal pendafataran
arsip inaktif. Nah itu berpengaruh ketika pada saat kita menyiapkan daftar usul musnahnya
sementara kita harus melakukan pengecekan fisik arsipnya. Kadang daftar yang dimuat dan
fisiknya itu tidak sama/kurang lengkap, jadi kita butuh waktu untuk melihat fisik arsipnya
kembali, apakah tersedia atau tidak, bahkan kadang ternyata temuan arsipnya itu adalah copy-
an aja bukan aslinya

10. Adakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?


Upaya yang kita lakukan itu biasa kita sebut rekonstruksi arsip, menyatukan file berdasarkan
kegiatannya. Karena tidak semua arsip dalam satu kegiatan itu berurutan dan bahkan terpisah-
pisah, Surat tugasnya semisal ada di sana, surat undangannya ada di sini, laporan
keuangannya disana dan daftar hadirnya dipisah. Nah hal tersebut kan memaksa kita untuk
melakukan penyatuan arsip, nah itu kita sebut rekonstruksi arsip atau bisa dibilang arsip di
bangun kembali hingga terkumpul jadi satu berkas, setelahnyan baru diinput ke dalam SINTA
untuk dijadikan daftar arsip inaktif sehingga untuk kedepannya data dan fisik arsipnya bisa
sesuai dan mudah untuk ditemukan.
BIODATA PENULIS

LAGA AL AHLI. Lahir di Bogor, 4 September 1995. Anak dari


Ayahanda Syarifudin Muhadi dan Ibunda Khadijah. Penulis bertempat
tinggal di Jl. Musholla An-Nur RT 01 RW 03 No. 42, Kelurahan Krukut,
Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Penulis menyelesaikan
pendidikan pertama di TK Al-Manar (2000), kemudian penulis
melanjutkan pendidikan dasar di SDN 01 Krukut (2001-2007). Setelah
lulus kemudian melanjutkan ke pendidikan menengah di SMPN Negeri
13 Depok (2007-2010). Kemudian penulis melanjutkan kembali ke
pendidkan menengah atas di SMA PGRI 3 Jakarta Selatan (2010-2013)
mengambil jurusan IPA. Setelah lulus SMA pada tahun 2013, penulis
melanjutkan ke pendidikan tinggi S1 dengan mengambil Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Jakarta. Rekam jejak penulis selama di perguruan tinggi, pada tahun 2015 penulis pernah aktif
di organisasi intra kampus sebagai Wakil Ketua Himpunan Jurusan Ilmu Perpustakaan (HMJ).
Kemudian di tahun 2016 penulis pernah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
ExxonMobil Inc dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ranca Buaya,
Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang. Dalam proses pengerjaan skripsi penulis mengisi
waktu dengan melakukan kegiatan sosial, agama, kreatif, olahraga, magang dan bekerja.
Hingga akhirnya penulis menyelesaikan pendidikan tingginya pada tahun 2020 dengan menulis
skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Kegiatan Pemusnahan Arsip Dinamis Inaktif Studi Kasus
pada Unit Kearsipan Utama Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah”.

Anda mungkin juga menyukai