Anda di halaman 1dari 7

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua,

terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan


ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan
menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang
dan diharamkan

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ulama Syafi’iyyah menegaskan bahwa berbicara saat khutbah bagi jamaah


Jumat hukumnya makruh. Kemakruhan ini berdasarkan petunjuk ayat:

Artinya, “Apabila dibacakan Al-Quran (khutbah), maka dengarkanlah baik-


baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (Surat Al-
A’raf, ayat 204)

Demikian pula hadits riwayat Imam Muslim:


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Kita tanamkan dalam hati bahwa seandainya seluruh manusia dan jin bersatu
untuk membuat kita celaka, maka mereka tidak akan mampu mencelakai kita
kecuali jika Allah menghendaki hal itu. Demikian pula seandainya seluruh
manusia dan jin bersatu untuk memberikan manfaat kepada kita, maka
mereka tidak akan memberikan manfaat kepada kita kecuali apabila Allah
menetapkan hal itu. Oleh karenanya, marilah kita menyerahkan semua urusan
kepada Allah ta’ala dan kita percaya penuh kepada-Nya. Apa pun yang Allah
kehendaki terjadi, pasti akan terjadi, dan apa pun yang tidak Allah kehendaki,
pasti tidak akan pernah terjadi.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita ingat selalu bahwa kita sekarang ini bukan tengah berada di
surga, melainkan kita berada di kehidupan dunia. Sebagaimana kita tahu
bahwa dunia adalah tempat berbagai musibah dan bala’. Dunia ini
memperdaya, mendatangkan mara bahaya dan pada akhirnya berlalu begitu
saja. Marilah kita bertawakal kepada Allah dan bersabar atas musibah yang
Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai kita memprotes atau menyalah-
nyalahkan Allah. Allah ta’ala berfirman:
Maknanya: “Allah tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tetapi para
hambalah yang akan ditanya” (QS al Anbiya’: 23)

Allah subhabahu wa ta’ala adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu. Allah
berbuat apa pun dalam kekuasaan-Nya sesuai dengan apa yang Dia
kehendaki. Marilah kita bersabar sebagaimana diperintahkan oleh Allah
subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an: 

Maknanya: “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan,


kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi
raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali
untuk dihisab)” (QS al Baqarah: 155-156) 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an telah bersumpah dalam surat al-Balad bahwa
manusia diciptakan dengan berbagai kesulitan hidup, susah payah dan
keletihan. Allah ta’ala berfirman:
Kesulitan yang pertama kali dialami seorang manusia adalah ketika tali
pusarnya dipotong, kemudian ketika diikatkan kain gendong ke badannya
sehingga ia merasakan ketidaknyamanan dan susah bergerak. Lalu ia
merasakan kesulitan ketika menyusu kepada ibunya. Seandainya ia tidak
menyusu, maka ia akan terlantar dan kelaparan. Lalu ia merasakan sakit saat
tumbuh giginya.

Setelah itu ia akan mengalami kesulitan saat disapih, melebihi rasa sakit
terkena pukulan. Kemudian ia merasakan rasa sakit saat dikhitan. Setelah
melewati itu semua, ia akan menghadapi guru yang mendidiknya,
menggemblengnya dan terkadang memberikan hukuman kepadanya.  

Setelah itu, ia akan disibukkan dengan persiapan nikah dan disibukkan


dengan pekerjaan setiap hari untuk dapat menafkahi keluarganya. Lalu ia
akan disibukkan dengan urusan anak dan istri. Kemudian disibukkan dengan
membangun rumah dan melengkapinya dengan berbagai perabot rumah
tangga.

Setelah itu, ia akan memasuki usia tua, badan lemah dan beberapa anggota
badan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Belum lagi berbagai penyakit
yang sewaktu-waktu bisa saja menyerangnya, flu: sakit kepala, sakit gigi, sakit
jantung, sakit paru-paru, terinfeksi virus dan lain sebagainya. Ditambah lagi
dengan beban hidup seperti hutang, mengangsur cicilan, dicaci orang,
dibicarakan kejelekannya dan lain sebagainya. Hingga tibalah saatnya
sakratul maut yang luar biasa sakitnya. Setelah hembusan nafas yang
terakhir, apakah berakhir semua kesulitannya?

Belum, hadirin sekalian. Setelah itu, ia akan memasuki alam barzakh dan
alam akhirat. Ada pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir. Ada hisab. Ada
perjalanan melewati shirath. Hingga pada akhirnya masa penentuan itu tiba,
apakah ia akan merasakan berbagai kenikmatan surga ataukah ia akan
sengsara di neraka. 

Saudara-saudara seiman,

Karenanya, marilah kita laksanakan semua perintah Allah. Marilah kita saling
berpesan serta berwasiat untuk berpegangteguh dengan kebenaran dan
kesabaran. Marilah kita bersabar atas musibah dan bala` yang menimpa kita.
Jangan sampai kita bermaksiat kepada Allah disebabkan musibah yang
menimpa kita.

Jangan sampai musibah dan berbagai kesulitan hidup menyebabkan kita


melanggar aturan-aturan Allah. Janganlah kita memprotes Allah ketika
terkena bala’ dan musibah. Hendaklah kita bersabar dan terus menerus
menjalankan kewajiban dan menjauhi perkara yang diharamkan dalam
keadaan apa pun, seberat apa pun masalah yang kita hadapi. 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Jika hati kita sedih karena ditimpa musibah, jika dada kita sesak dengan
berbagai kesulitan hidup, salah satu obat yang akan menenangkan hati dan
pikiran kita adalah pergi ke makam. Kita berziarah ke makam orang tua,
keluarga dan kawan-kawan kita. Kita renungkan di sana, di manakah rumah
terakhir kita. Kemanakah kita akan pergi meninggalkan dunia ini.

Hendaklah diketahui bahwa seandainya nilai dunia ini sebanding dengan satu
sayap seekor nyamuk saja, niscaya Allah tidak akan memberikan kepada
orang kafir apa pun meskipun hanya seteguk air di dunia ini.

Artinya, dunia ini tidak ada nilainya sama sekali menurut Allah. Dunia ini tidak
ada nilainya sama sekali dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Dunia
adalah penjara bagi orang yang sempurna imannya dan ibarat surga bagi
orang kafir.

Hal yang paling bernilai dan paling penting bagi kita -melebihi apa pun di
dunia ini- adalah meninggal dengan membawa islam dan iman yang
sempurna.

Saudaraku seiman,

Selezat apa pun makanan yang kita makan, pasti akan menjadi kotoran.
Semahal apa pun pakaian yang kita kenakan, pada akhrnya pasti akan
dibuang ke tempat sampah. Sebesar dan semewah apa pun rumah yang kita
bangun, pasti tidak akan kita bawa mati. Rumah terakhir kita semuanya
berukuran sama, tidak lebih dari 1 x 2 meter. Sedangkan apa yang kita
perbuat di dunia ini, maka kita akan mendapatkan balasannya.

Kematian adalah kepastian yang telah ditetapkan oleh Allah. Perpisahan


dengan orang-orang yang kita cintai di dunia ini adalah janji Allah yang pasti
terpenuhi. Kehidupan di dunia ini permulaannya adalah kedla’ifan dan
kelemahan dan berakhir dengan kematian dan kuburan. 
Marilah kita bersabar atas bala yang Allah ujikan kepada kita. Jangan sampai
kita memprotes dan menyalah-nyalahkan Allah. Kita yakin bahwa pada setiap
kejadian pasti ada hikmahnya. 

Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-
mudahan bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin Ya
Rabbal ‘Alamin. 

Anda mungkin juga menyukai