com
PERKENALAN
Latar belakang
Setiap mahasiswa baik Strata 1, Strata 2 maupun Strata 3, wajib melakukan
penelitian dalam bentuk tesis, tesis dan disertasi. Begitu juga bagi dosen, peneliti dan
tenaga fungsional lainnya yang aktif melakukan penelitian dan perumusan artikel ilmiah
untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah.
Berdasarkan pengalaman empiris banyak mahasiswa dan dosen muda serta peneliti lain, sulit untuk
menemukan artikel pendukung dalam penelitian sebagai penelitian sebelumnya atau sebagai penelitian yang relevan.
Artikel-artikel sebagai peneliti yang relevan sangat dibutuhkan untuk memperkuat para ahli teori
diteliti, untuk melihat hubungan antar variabel dan membangun hipotesis, juga sangat
diperlukan dalam pembahasan hasil penelitian.
Artikel ini secara khusus membahas Faktor Motivasi, Kepemimpinan, Lingkungan
Kerja, Budaya Organisasi, Kompetensi Prestasi Kerja, dan Kompensasi, (X1, X2, X3, X4, X5,
X6, X7) yang mempengaruhi Kinerja (Y) Pegawai, (A Kajian Literatur Manajemen Sumber
Daya Manusia). Tidak semua faktor yang mempengaruhi Kinerja Karyawan dalam artikel ini,
namun hanya segelintir faktor dominan yang akan ditelaah dalam artikel ini.
Perumusan masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah akan dibahas sehingga lebih fokus pada
kajian pustaka dan hasil serta pembahasannya nanti.
1) Apakah Motivasi Kerja memiliki hubungan dan mempengaruhi Kinerja Karyawan
2) Apakah Kepemimpinan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap Kinerja Karyawan
3) Apakah Lingkungan Kerja mempunyai hubungan dan mempengaruhi Kinerja Karyawan
4) Apakah Budaya Organisasi memiliki hubungan dan mempengaruhi Kinerja Pegawai
5) Apakah Prestasi Kerja memiliki hubungan dan pengaruh terhadap Kinerja Pegawai
6) Apakah Kompetensi memiliki hubungan dan mempengaruhi Kinerja Pegawai
7) Apakah Kompensasi memiliki hubungan dan mempengaruhi Kinerja Karyawan
TINJAUAN LITERATUR
Kinerja karyawan
Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja
atau prestasi nyata yang dicapai oleh seseorang), yaitu kualitas dan kuantitas kerja yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2011). ). Pengertian tersebut memberikan pengertian
bahwa kinerja adalah perbuatan atau tingkah laku seseorang dalam melaksanakan tugasnya,
yang dapat diamati dan dinilai oleh orang lain.
Kinerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang
dengan sepatutnya memiliki derajat kemauan dan tingkat kemampuan tertentu. Kemauan dan keterampilan seseorang
tidak cukup efektif untuk melakukan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan terjadi
dilakukan dan bagaimana melakukannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan oleh setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi.
Kinerja karyawan merupakan hal yang sangat penting dalam upaya organisasi untuk mencapai tujuan
(Rivai dan Sagala, 2009).
Menurut Mangkunegara (2011), kinerja pegawai dapat dinilai dari: 1) Kualitas kerja; 2)
Kuantitas pekerjaan; 3) Tanggung jawab; 4) Kerjasama; dan 5) Inisiatif. Sedangkan menurut Rivai
dan Sagala (2009), aspek-aspek yang dinilai untuk mengukur kinerja seseorang berdasarkan
hasil penelitian Lazer dan Wikstrom (1997) dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1)
Kemampuan teknis; 2) Kemampuan konseptual; dan 3) kemampuan hubungan interpersonal.
Kinerja telah diteliti oleh banyak peneliti sebelumnya antara lain: (Ali, Limakrisna, et
al., 2016), (Prihartono & Ali, 2020), (Ansori & Ali, 2017), (Harini et al., 2020), (Riyanto,
Pratomo, et al., 2017), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), (Agussalim, Kristin, et al., 2016),
(Agussalim, Kristin, et al., 2016), (Ali, Limakrisna, et al. ., 2016), (Desfiandi et al., 2017),
(Sulaeman et al., 2019), (Ansori & Ali, 2017), (Djojo & Ali, 2012), (Riyanto, Sutrisno, et al.,
2017a ) , (Prayetno & Ali, 2017), (Ridwan et al., 2020), (Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi
Silitonga, 2017), (Agussalim, Ayu Rezkiana Putri, et al., 2016),
Dari beberapa teori tentang kinerja dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja
atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh para pekerja dalam bidang pekerjaannya yang secara
langsung dapat tercermin dalam output yang dihasilkan berupa kuantitas dan kualitas, sesuai
dengan kriteria yang diterapkan. ke pekerjaan. Yang dapat diukur melalui 1) Kemampuan teknis; 2)
Kemampuan konseptual; 3) Tanggung jawab; 4) Inisiatif; dan 5) kemampuan hubungan interpersonal.
Motivasi kerja
Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan tertentu pasti didorong oleh adanya motif
tertentu. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi tujuan yang
dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Motivasi kerja merupakan kombinasi dari
kekuatan psikologis yang kompleks dalam diri setiap orang (Wibowo, 2014). Setiap individu memiliki
motivasi masing-masing yang mungkin berbeda. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi
motivasi menurut para ahli.
Luthan (2006) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses yang diawali dengan defisiensi
fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan pada tujuan atau
insentif. Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi tergantung pada pemahaman dan
hubungan antara kebutuhan, dorongan dan insentif.
Selain itu Robbin dan Judge (2015) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
kekuatan, arah, dan ketekunan seseorang dalam upaya mencapai tujuan. Karena motivasi pada umumnya
terkait dengan upaya menuju setiap tujuan, kami mempersempit fokus pada tujuan organisasi pada
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan.
Menurut Maslow dalam Triatna (2015), kebutuhan seseorang berkisar dari kebutuhan yang paling rendah
sampai dengan kebutuhan yang paling tinggi. Maslow mengemukakan lima hierarki kebutuhan bagi manusia,
yaitu kebutuhan dasar, rasa aman, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Pada masing-masing hirarki tersebut
terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 1) Fisiologis; 2) Keamanan; 3) Sosial; 4) Penghargaan; dan 5)
aktualisasi diri. Dalam kajian motivasi lainnya, David McClelland dalam Mangkunegara (2011)
mengemukakan tiga jenis kebutuhan manusia, yaitu: 1) Need for Achievement; 2) Kebutuhan
Afiliasi; dan 3) Kebutuhan akan Kekuatan. Motivasi kerja telah ditelaah secara menyeluruh oleh
peneliti sebelumnya antara lain: (Riyanto, Sutrisno, et al., 2017a), (Bastari et al., 2020), (Prayetno
& Ali, 2017), (Rivai et al., 2017), ( Chauhan et al., 2019).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan untuk bertindak atas rangkaian proses tingkah laku manusia dengan
mempertimbangkan arah, intensitas, dan ketekunan dalam mencapai tujuan. Yang dapat diukur
melalui dua dimensi, yaitu: 1) intrinsik; dan 2) ekstrinsik. Indikator motivasi intrinsik adalah
prestasi, pengakuan, tanggung jawab, prestasi, dan pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan
indikator motivasi ekstrinsik adalah pengawasan, gaji, kondisi fisik kerja, hubungan kerja,
keamanan, dan kesempatan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah upaya yang menggunakan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi dan bukan memaksa dalam
memotivasi individu untuk mencapai tujuan (Gibson, 2010). Menurut Hasibuan (2010) kepemimpinan adalah seseorang yang
menggunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk melakukan sebagian pekerjaannya dalam
Selain itu Kreitner dan Kinicki (2014) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi anggota untuk
mencapai tujuan organisasi secara sukarela. Pengertian ini menekankan pada kemampuan pemimpin yang tidak
memaksa dalam menggerakkan anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan yang mengarah pada
tujuan organisasi.
Menurut Davis yang dikutip Handoko (2012), ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah: 1) Kecerdasan (Intelligence); 2) Kedewasaan; 3) motivasi diri dan
dorongan untuk berprestasi; dan 4) Sikap hubungan manusia. Sedangkan menurut
Pasolong dalam Ariani (2015) gaya kepemimpinan dapat diukur melalui: 1) Keputusan
dibuat bersama; 2) Menghargai potensi setiap bawahannya; 3) Mendengar kritik, saran/
pendapat dari bawahan; dan 4) Bekerja sama dengan bawahan.
Kepemimpinan telah dikaji secara luas oleh para peneliti terdahulu antara lain:
(Limakrisna et al., 2016), (Bastari et al., 2020), (Anwar et al., 2020), (Ali, Mukhtar, et al., 2016),
( Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi Silitonga, 2017), (Chauhan et al., 2019), (Elmi et al.,
2016).
From some of the opinions mentioned above it can be concluded that leadership is
someone who uses authority and responsibility to influence members in the organization in
order to achieve goals. Which can be measured through 1) Intelligence (Intelligence); 2) Awards;
3) Motivating; and 4) Cooperating with subordinates.
Work environment
The work environment is anything that is around the workers who can influence
themselves in carrying out the tasks entrusted (Nitisemito, 2009). According to Sedarmayati
(2011) the work environment is the overall tools and materials faced, the surrounding
environment in which a person works, his work methods, and his work arrangements both as
individuals and as groups. In line with Hasibuan (2010) which defines the work environment
adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi drinya dalam melaksanakan tugas yang
dipercayakan.
Menurut Sarwoto dalam Sedarmayanti (2012) menyatakan bahwa secara umum
jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Lingkungan tempat kerja/lingkungan
kerja fisik; dan 2) Lingkungan kerja/lingkungan kerja non fisik (Non-Physical Warking
Environment). Menurut Sunyoto (2015), indikator dalam mengukur lingkungan kerja
terbagi menjadi empat, yaitu: 1) Sistem Kerja; 2) Hubungan Sesama Pekerja; 3)
Hubungan Bawahan dan Pimpinan; dan 4) Ketersediaan Fasilitas Kerja. Lingkungan
Kerja telah diteliti secara menyeluruh oleh peneliti sebelumnya diantaranya: (Purba et
al., 2017).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja
merupakan suatu lingkungan dimana karyawan dapat mempengaruhi drinya dalam
melaksanakan tugas yang dipercayakan. Dimana secara umum lingkungan kerja terbagi
menjadi 2 yaitu : 1) Lingkungan tempat kerja / Lingkungan kerja fisik; dan 2) Lingkungan kerja/
lingkungan kerja nonfisik (Non-Physical Warking Environment).
Budaya organisasi
budaya organisasi merupakan kumpulan nilai dan norma yang mengontrol interaksi antara
anggota organisasi dengan anggota lainnya dan dengan orang-orang yang berada di luar organisasi
(Jones, 1998). Menurut Drucker dalam Tika (2010), budaya organisasi adalah prinsip pemecahan
masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh kelompok yang
diteruskan kepada anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, berpikir dan merasakan
tentang masalah yang terkait . Sedangkan menurut Robbins (2012) Budaya organisasi sebagai suatu
sistem makna bersama yang dimiliki bersama oleh para anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lainnya.
Selanjutnya Robbins (2012) menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat diukur
melalui 7 indikator yaitu: 1) Inovasi dan pengambilan risiko; 2) Perhatian terhadap
detail; 3) Orientasi hasil; 4) Orientasi Orang; 5) Orientasi Tim; 6) Agresivitas; dan 7)
Stabilitas. Sedangkan menurut Peter F. Drucker dalam Tika (2010) karakteristik budaya
organisasi dapat diukur melalui: 1) Inisiatif Individu; 2) Toleransi terhadap tindakan
berisiko; 3) Arah: 4) Integrasi; 5) Dukungan manajemen; 6) Kontrol; 7) Identitas; 8)
Sistem penghargaan; 9) Toleransi terhadap konflik; dan 10) Pola komunikasi. Budaya
Organisasi telah diteliti secara luas oleh peneliti sebelumnya diantaranya: (Harini et al.,
2020), (Elmi et al., 2016).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
norma dan kebiasaan yang diterima sebagai kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya
organisasi menjadi acuan umum di antara manusia dalam berinteraksi dalam organisasi. Ketika
orang bergabung dengan organisasi, mereka membawa nilai dan keyakinan yang telah diajarkan
kepada mereka. Budaya organisasi dapat diukur melalui 1) Perhatian terhadap detail; 2) Orientasi
hasil; 3) Orientasi Orang; 4) Toleransi terhadap tindakan berisiko; 5) Arah; dan 6) Dukungan
manajemen.
Prestasi kerja pegawai merupakan hal yang sangat penting dalam usaha suatu organisasi untuk
mencapai tujuannya, sehingga berbagai kegiatan harus dilakukan oleh organisasi untuk meningkatkannya.
Salah satunya melalui penilaian kinerja. Evaluasi prestasi kerja adalah proses dimana organisasi
mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan (Handoko, 2012). Sikula dalam Hasibuan (2010)
menjelaskan bahwa penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistematis atas pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai dan ditunjukkan untuk pengembangan. Sedangkan menurut Mangkunegara (2011)
menjelaskan penilaian kinerja karyawan dilakukan secara sistematis oleh pimpinan perusahaan
berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Penilaian kinerja karyawan dalam suatu perusahaan berbeda-beda tergantung dari
penetapan perusahaan itu sendiri, namun secara umum dimensi penilaian kinerja menurut
Soeprihanto (2009) adalah sebagai berikut: 1) adil; 2) objektif; 3) transparan; 4) konsisten;
dan 5) sensitif. Evaluasi prestasi kerja telah ditelaah secara menyeluruh oleh peneliti
sebelumnya antara lain: (Riyanto, Sutrisno, et al., 2017a), (Thanh Nguyen et al., 2019),
(Riyanto, Sutrisno, et al., 2017b), (Riyanto, Sutrisno , et al., 2017a).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian
prestasi kerja adalah penilaian prestasi kerja pegawai dalam upaya mengoreksi
atau menilai kinerja pegawainya dan sebagai bahan evaluasi agar kinerja
pegawainya karyawan dapat menjadi lebih baik. Penilaian kinerja didasarkan pada
1) adil; 2) objektif; 3) transparan; 4) konsisten; dan 5) sensitif.
Kompetensi
Kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang memungkinkan mereka untuk unggul dalam kinerja yang
unggul dalam pekerja mereka. Menurut Troter mendefinisikan bahwa orang yang kompeten adalah seseorang yang
memiliki keterampilan untuk melakukan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah
melakukan kesalahan (Ridwan et al., 2020). Hutapea dan Thoha (2008) berpendapat bahwa kompetensi adalah kapasitas
yang ada pada diri seseorang yang dapat membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang dibutuhkan oleh
pekerja dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan. Webster's Ninth
New Colegiate Dictionary dalam (Ansori & Ali, 2017) mendefinisikan kompetensi adalah keahlian seorang ahli. Dimana
seorang ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keahlian tertentu atau pengetahuan yang tinggi
dalam suatu mata pelajaran tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
Menurut Hutapea dan Thoha (2008) kompetensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu
kompetensi teknis dan kompetensi non teknis. Dimana kompetensi teknis dapat diukur
melalui: 1) tingkat pendidikan; 2) pengalaman kerja; dan 3) keterampilan analitis.
Sedangkan kompetensi non teknis dapat diukur melalui: 1) Pengendalian Diri (Self Control);
2) Percaya Diri; 3) Fleksibilitas (Fleksibilitas); dan 4) Sikap. Sedangkan menurut Boulter et al.
dalam Rosidah (2009) kompetensi mencakup beberapa aspek dimensi, yaitu: 1) Motif; 2)
Sifat dan Sikap; 3) Konsep Diri; 4) Pengetahuan; dan 5) Keterampilan atau Perilaku. Banyak
kompetensi yang telah dipelajari oleh peneliti sebelumnya diantaranya: (Ansori & Ali, 2017),
(Ridwan et al., 2020).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah spesifikasi
pengetahuan dan keterampilan serta penerapan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam suatu
pekerjaan atau perusahaan atau lintas industri, sesuai dengan standar kinerja yang dipersyaratkan.
Kompetensi secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu kompetensi teknis dan non teknis
Kompensasi
Rivai dan Sagala (2009) mengemukakan bahwa kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh karyawan
sebagai pengganti kontribusi jasanya kepada perusahaan. Kompensasi merupakan salah satu
implementasi fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis imbalan individu sebagai imbalan
dalam menjalankan tugas organisasi. Singodimedjo dalam Sutrisno (2009) menyatakan bahwa kompensasi
adalah semua balas jasa yang diterima oleh seorang pegawai dari perusahaannya sebagai akibat dari jasa/
tenaga kerja yang telah diberikannya kepada perusahaan. Sedangkan menurut Simamora (2009),
kompensasi adalah segala bentuk imbalan finansial, jasa yang diwujudkan dan manfaat yang diperoleh
karyawan sebagai bagian dari hubungan kerja.
Menurut Rivai dan Sagala (2009) kompensasi dapat diukur melalui dua indikator
yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Dimana kompensasi finansial
diukur melalui 1) kompensasi langsung berupa gaji, insentif, dan uang lembur; dan 2)
kompensasi tidak langsung berupa tunjangan dan fasilitas. Sedangkan untuk
kompensasi non finansial dapat berupa pujian, penghargaan, pengakuan dan cuti kerja.
Kompensasi telah diteliti secara menyeluruh oleh peneliti sebelumnya antara lain:
(Riyanto, Pratomo, et al., 2017), (Purba et al., 2017), (Paul & Resources, 2000).
Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah semua
imbalan yang diterima oleh seorang karyawan sebagai imbalan atas kontribusi yang diberikan
kepada perusahaan. Kompensasi secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu kompensasi finansial
dan kompensasi non finansial. Dimana kompensasi finansial diukur melalui 1) kompensasi langsung
berupa gaji, insentif, dan uang lembur; dan 2) kompensasi tidak langsung berupa tunjangan dan
fasilitas. Sedangkan untuk kompensasi non finansial dapat berupa pujian, penghargaan, pengakuan
dan cuti kerja.
Kerangka konseptual
Berdasarkan kajian teori dan hubungan antar variabel, model atau Kerangka
Konseptual artikel ini dalam rangka membangun hipotesis adalah sebagai berikut:
Dari kajian teori dan penelitian sebelumnya dan berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Motivasi
Kepemimpinan
Lingkungan kerja
Prestasi Kerja
Kompetensi
Kompensasi
METODE PENELITIAN
Metode penulisan artikel ilmiah adalah dengan mempelajari literatur atau Library
Research. Mempelajari buku-buku literatur sesuai dengan teori yang dibahas khususnya dalam
lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Selain menganalisis artikel ilmiah bereputasi
dan juga artikel ilmiah dari jurnal yang tidak bereputasi. Semua artikel ilmiah yang dikutip
bersumber dari Mendeley dan Scholar Google.
hubungan sebab akibat karena faktor pembentuk kinerja tidak hanya motivasi tetapi ada
faktor lain (Triatna, 2015).
Motivasi merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, oleh karena itu
motivasi sering diartikan sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang pasti
memiliki faktor yang mendorong kegiatan tersebut. Oleh karena itu faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan tertentu pada umumnya adalah kebutuhan dan keinginan orang tersebut (Gitosudarmo dalam Sutrisno, 2009). Jika ia
membutuhkan dan menginginkan sesuatu, maka ia akan terdorong untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mendapatkan apa
yang dibutuhkannya.
Hersey dan Blanchard dalam Sedarmayanti (2011) menyatakan bahwa motivasi cenderung menurun
kekuatannya jika terpenuhi atau terhambat pemenuhannya. Pendapat Hersey dan Blanchard menyatakan
jika motivasi tidak diberikan kepada bawahan akan mengalami penurunan hasil kinerja, dan jika motivasi
diberikan maka hasil kinerja lebih baik atau mengalami kekuatan yang tinggi.
Motivasi dan Kinerja telah diteliti oleh banyak peneliti sebelumnya antara lain:
(Prayetno & Ali, 2017), (Rivai et al., 2017), (Chauhan et al., 2019);; dan (Ali, Limakrisna, et al.,
2016), (Prihartono & Ali, 2020), (Ansori & Ali, 2017), (Harini et al., 2020), (Riyanto, Pratomo, et
al., 2017), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), (Agussalim, Kristin, et al., 2016), (Agussalim, Kristin,
et al., 2016), (Ali, Limakrisna, et al., 2016), (Desfiandi et al. ., 2017), (Sulaeman et al., 2019),
(Ansori & Ali, 2017), (Djojo & Ali, 2012), (Riyanto, Sutrisno, et al., 2017a), (Prayetno & Ali,
2017), (Ridwan et al., 2020), (Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi Silitonga, 2017),
(Agussalim, Ayu Rezkiana Putri, et al., 2016), (Riyanto, Sutrisno, et al., 2017a), ( Bastari et al.,
2020), yang menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Hasil
pengujian ini dapat diartikan bahwa pegawai yang memiliki motivasi kerja yang baik akan
tampil lebih optimal.
2016), (Agussalim, Kristin, et al., 2016), (Ali, Limakrisna, et al., 2016), (Desfiandi et al., 2017),
(Sulaeman et al., 2019), (Ansori & Ali, 2017), (Djojo & Ali, 2012), (Riyanto, Sutrisno, et al.,
2017a), (Prayetno & Ali, 2017), (Ridwan et al., 2020), (Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi
Silitonga , 2017), (Agussalim, Ayu Rezkiana Putri, et al., 2016), (Ansori & Ali, 2017), (Harini et
al., 2020).
memanfaatkan peluang yang telah disediakan oleh perusahaan. Budaya Organisasi dan
Kinerja telah diteliti secara luas oleh peneliti sebelumnya antara lain: (Harini et al.,
2020), (Elmi et al., 2016), (Ali, Limakrisna, et al., 2016), (Harini et al., 2020 ), (Riyanto,
Pratomo, et al., 2017), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), (Agussalim, Kristin, et al., 2016),
(Agussalim, Kristin, et al., 2016), (Ali , Limakrisna, et al., 2016), (Desfiandi et al., 2017),
(Sulaeman et al., 2019), (Ansori & Ali, 2017), (Djojo & Ali, 2012), (Riyanto, Sutrisno, et al.,
2017a), (Prayetno & Ali, 2017), (Ridwan et al., 2020).
Kompetensi dan Kinerja telah diteliti oleh banyak peneliti sebelumnya antara lain:
(Ali, Limakrisna, et al., 2016), (Prihartono & Ali, 2020), (Ansori & Ali, 2017), (Harini et al.,
2020), ( Riyanto, Pratomo, et al., 2017), (Brata, Husani, Hapzi, 2017), (Agussalim, Kristin,
et al., 2016), (Agussalim, Kristin, et al., 2016), (Ali, Limakrisna, et al., 2016), (Desfiandi et
al., 2017), (Sulaeman et al., 2019), (Riyanto, Sutrisno, et al., 2017a), (Prayetno & Ali,
2017), (Ridwan et al. , 2020), (Djoko Setyo Widodo, P. Eddy Sanusi
Silitonga, 2017), (Agussalim, Ayu Rezkiana Putri, et al., 2016), (Ansori & Ali, 2017), (Djojo &
Ali, 2012).
Diskusi
Artikel ini menganalisis dan membahas tentang variabel Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM) yaitu: Kinerja Karyawan, Motivasi Kerja, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja,
Budaya Organisasi, Kompetensi Prestasi Kerja, Kompensasi. Dimana Motivasi Kerja,
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja, Budaya Organisasi, Penilaian Prestasi Kerja, Kompetensi,
dan Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan, Penelitian dan artikel
sebelumnya dan relevan dengan artikel ini adalah:
Hal ini menjelaskan bahwa apabila pegawai memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan
pekerjaannya baik berupa motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, maka hal ini juga akan diikuti dengan
peningkatan kinerja pegawai berupa kemampuan teknis, kemampuan konseptual, tanggung jawab,
inisiatif; dan keterampilan hubungan interpersonal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika suatu organisasi memiliki budaya yang kuat
berupa Attention to detail, Outcome orientation, People Orientation, Toleransi tindakan berisiko,
Pengarahan, dan Dukungan Manajemen. Kemudian akan diikuti dengan peningkatan kinerja pegawai
baik berupa kemampuan teknis, kemampuan konseptual, tanggung jawab, inisiatif; dan keterampilan
hubungan interpersonal.
Hal ini menjelaskan jika perusahaan atau organisasi dapat menempatkan karyawannya
sesuai dengan kompetensinya dalam bentuk kompetensi teknis dan non teknis. Kemudian akan
diikuti dengan peningkatan kinerja pegawai baik berupa kemampuan teknis, kemampuan
konseptual, tanggung jawab, inisiatif; dan keterampilan hubungan interpersonal.
REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam artikel ini baik secara akademis maupun
empiris adalah sebagai berikut:
Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi Kinerja Pegawai atau Employee Performance
pada semua jenis dan tingkatan organisasi, oleh karena itu masih perlu kajian lebih lanjut untuk
melengkapi faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Kinerja.
REFERENSI
Agastia, A. (2014). Mempengaruhi lingkungan kerja fisik, komunikasi, dan kepemimpinan
terhadap kinerja karyawan PT BPR Merta Sedana Badung.EJurnal Manajemen
Universitas Udayana, 3(1), 29-44.
Agussalim, M., Ayu Rezkiana Putri, M., & Ali, H. (2016). Analisis disiplin kerja dan kerja
semangat terhadap kinerja pegawai (studi kasus KPP Pratama 2 Padang).
Jurnal Internasional Riset Ekonomi.
Agussalim, M., Kristin, M., & Ali, H. (2016). Peran komunitas program pinjaman bergulir
Elmi, F., Setyadi, A., Regiana, L., & Ali, H. (2016). Pengaruh gaya kepemimpinan, organisasi
budaya dan kecerdasan emosional untuk learning organization: Pada Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Jurnal Internasional Riset Ekonomi.
Gibson, JL (2010). Organisasi. perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Binarupa Aksara.
Handoko, TH (2012).Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE
Harini, S., Hamidah, Ludin, MR, & Ali, H. (2020). Analisis manajemen rantai pasokan
faktor fenomena pergantian dosen.Jurnal Internasional Manajemen Rantai
Pasokan.
Hasibuan, MSP (2010).Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: edisi Revisi, Penerbit :
Bumi Aksara.
Hutapea, P., dan Thoha, N. (2008).Kompetensi Plus. Jakarta: PT Gramedia.
Jones, Gareth R. (1998).Teori Organisasi, Teks dan Kasus. Edisi Kedua, Amerika Serikat
Amerika: Addison-Wesley Longman Publishing Company, Inc.
Kreitner, R., dan Kinicki, A. (2014).Organisasi perilaku. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Limakrisna, N., Noor, ZZ, & Ali, H. (2016). Model kinerja karyawan: The
studi empiris pada PNS di lingkungan pemerintah provinsi jawa barat.Jurnal
Internasional Riset Ekonomi.
Luthans, F. (2006).Organisasi perilaku, Yogyakarta: Andi.
Mangkunegara, AP (2011).Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: Refika Aditama.
Nitisemito, AS (2009).Manajemen personalia: Manajemen sumber daya manusia. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Noriangono, Y., Hamid, D., & Ruhana, I. (2014). Pengaruh lingkungan kerja fisik dan non
fisik terhadap kinerja karyawan (studi pada karyawan PT Telkomsel Area III Jawa-Bali di
Surabaya).Jurnal Administrasi Bisnis, 8(2), 1-10.
Prayetno, S., & Ali, H. (2017). Analisis komitmen organisasi advokat dan
motivasi kerja advokat terhadap kinerja advokat dan dampaknya terhadap kinerja
advokat kantor.Jurnal Internasional Riset Ekonomi.
Prihartono, & Ali, H. (2020). Etika janji dan strategi konsep pemasaran sebagai a
keunggulan kompetitif pada perguruan tinggi swasta (Survei persepsi atribut
produk dan bauran promosi di Indonesia).Pengembangan Bakat dan Keunggulan.
Purba, CB, Arzio, & Ali, H. (2017). Pengaruh kompensasi, lingkungan kerja
dan budaya organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai BPJS
Ketenagakerjaan di Cabang Rawamangun.Pria di India.
Ridwan, M., Mulyani, SR, & Ali, H. (2020). Membangun perilaku dan kinerja
kewarganegaraan: Persepsi dukungan dan kompetensi organisasi (studi kasus di
SPMI universitas swasta di Sumatera Barat).Jurnal Internasional Rehabilitasi
Psikososial. https://doi.org/10.37200/IJPR/V24I6/PR260195
Rivai, V dan Mulyadi, D. (2012).Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali
Pers, PT. RajaGrafindo Persada.
Rivai, V dan Sagala, EJ (2009).Manjemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari
Thanh Nguyen, P., Ali, H., & Agung Hudaya. (2019). MODEL KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN
PEMBELIAN BERULANG: ANALISIS KUALITAS PRODUK (Studi Kasus Nasabah
Pembiayaan KPR Bank Permata Syariah Jakarta).Dinasti Internasional Jurnal Ilmu
Manajemen. https://doi.org/10.31933/dijms.v1i1.29
Tika, Moh. Pabundu. (2010).Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan,
Jakarta: Bumi Aksara.
Virgana. (2011). Pengaruh gaya kepemimpinan, lingkungan kerja dan motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja pegawai Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta.Jurnal Manajemen
Pendidikan Ilmiah, Vol. 2, No.1.
Wibowo. (2014).perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.