Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya
adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi
sosial, nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang paling dasar
dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan
kesehatan. Melalui program pelayanan puskesmas, diharapkan akan tercapai
masyarakat yang mandiri menuju sehat sesuai dengan visi Departemen Kesehatan.
Program puskesmas terdiri dari program kesehatan dasar yaitu Program Promosi
Kesehatan, Program Kesehatan Ibu dan Anak, Program keluarga Berencana,
Program Pemberantasan Penyakit Menular, Program Peningkatan Gizi, Program
Kesehatan Lingkungan, Program Pengobatan, dan program kesehatan
pengembangan yaitu Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, program
Laboratorium, Program Kesehatan Sekolah, Program Perawatan Kesehatan
Masyarakat, Program Kesehatan Jiwa, dan Program Kesehatan Gigi (Mubarak,
2009).
Salah satu program pokok pelayanan kesehatan di puskesmas adalah
pelayanan keluarga berencana ( KB ). Pelayanan KB yaitu program pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS
(Pasangan Usia Subur) untuk berpartisipasi sebagai peserta KB, pelayanan ibu
hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita. (Konas, 2003; WHO,
2002).
Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket
Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang
serius, karena dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan
akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah

1
berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas
menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak
reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana harus menjadi lebih berkualitas
serta memperhatikan hak-hak dari klien/ masyarakat dalam memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan (Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, 2003).
Guna menunjang sistem pelayanan KB yang berkualitas perlu dibangun
sistem pelayanan yang prima. Dalam hal ini sistem pelayanan KB setidaknya harus
memenuhi standar minimal pelayanan yang harus ada. Untuk itu perlu adanya
pedoman pelayanan yang harus mendasari pelayanan keluarga berencana.
Sebagai dasar dan pedoman pelayanan KB untuk bisa mewujudkan sistem
pelayanan KB prima dan berkualitas.

b. Tujuan Pedoman
Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan keluarga
berencana di puskesmas
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan keluarga
berencana di Puskesmas Kayen.
b. Tersedianya sistem pelayanan KB dan komunikasi informasi edukasi ( KIE ) di
fasilitas kesehatan tingkat pertama ( FKTP ).
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam peydiaan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelayanan KB.
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB.
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.
c. Sasaran Pedoman
Sasaran program pelayanan KB di puskesmas adalah :
1. Pasangan usia subur
2. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
3. Pasangan yang infertil
4. PUS dengan 4T
5. PUS dengan ALKI
d. Ruang lingkup pelayanan KB di puskesmas
1. Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping,
komplikasiDan kegagalan pelayanan kontrasepsi,aborsi aman sesuai indikasi
medis sertaPenanganan infertilitas sesuai dengan ketersediaan sumber daya
puskesmas seperti SDM, Fasilitas, Sarana Prasarana, dsb.
2. Pengorganisasian;

2
3. Advokasi dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB dan kesehatan
reproduksi;
4. Tertib mekanisme pembiayaan pelayanan KB;
5. Penggerakan kesertaan ber-KB;
6. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi;
7. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB;
8. Monitoring dan evaluasi pelayanan KB.
e. Batasan Operasional Pedoman
1. Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat baik secara fisik, mental
dan sosial serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem fungsi dan proses
reproduksi.
2. Kontrasepsi dasar adalah jenis, metode alat dan obat kontrasepsi yang
diberikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan atau jejaringnya yang
meliputi Pil, Suntik, Kondom, Intra Uterine Device (IUD), dan Implan.
3. Alat dan Obat Kontrasepsi adalah alat dan obat kontrasepsi yang disediakan
oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan formularium
nasional.
4. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah metode kontrasepsi
yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari Tubektomi/Metode Operasi
Wanita (MOW) dan Vasektomi/Metode Operasi Pria (MOP); IUD/Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan masa berlaku 8 (delapan) sampai 10
(sepuluh) tahun dan Implan/Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) dengan masa
berlaku 3 (tiga) tahun.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/ atau Masyarakat yang telah teregister dalam sistem
BKKBN.
6. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang
termasuk didalamnya berupa Puskesmas atau yang setara, praktik dokter, klinik
pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau setara.
7. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan didalam menjalankan
pelayanan kesehatan. Dalam pedoman ini tenaga kesehatan yang dimaksud
adalah dokter, bidan, perawat dan tenaga promosi kesehatan.

3
8. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
9. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan dan/atau pelayanan
kesehatan lainnya.
10. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat nonspesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluanobservasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
dan/atau pelayanan medis lainnya, dimanapeserta dan/atau anggota
keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
11. Pelayanan kesehatan darurat medis adalah pelayanan kesehatan yang harus
diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan, dan/atau
kecatatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
12. Sarana medis pelayanan Keluarga Berencana (KB) MKJP adalah sarana
medis yang menunjang pelayanan KB MKJP termasuk IUD kit, implan kit,
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) kit, laparoskopi, obgyn bed, minilap kit dan dry
sterilization;
13. Sarana non-medis pelayanan KB MKJP adalah sarana non medis yang
menunjang pelayanan KB MKJP termasuk Alat Bantu Pengambilan Keputusan
(ABPK) dan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi (BP3K);
14. Informed choice adalah proses pemilihan metode kontrasepsi oleh klien yang
didasari pada pemahaman tentang beberapa pilihan metode KB dan hal-hal
yang terkait dengan metode yang dipilihnya;
15. Informed consent adalah suatu persetujuan tindakan medis tertulis yang
menyatakan kesediaan dan kesiapan klien untuk ber-KB dengan metode suntik
KB, IUD, implan, Tubektomi dan Vasektomi setelah mendapatkan informed
choice;
16. KIP/Konseling atau Komunikasi Inter-Personal/Konseling adalah proses
komunikasi dua arah antara konselor dengan klien yang bertujuan untuk
membantu klien dalam mengambil keputusan secara sukarela untuk memilih
dan menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya;
17. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

a. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Dokter umum terlatih
Adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan IUD, Implant, Suntikan,
pil dan kondom, sementara untuk pelayanan MOW dengan minilap dan MOP
memerlukan sertifikat tersendiri
2. Bidan
Adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB.
3. Perawat terlatih
Adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam
memberikan pelayanan KB
Pola Ketenagaan Pelayanan KB di Puskesmas
Kualifikasi
No Nama Jumlah
Status Pendidikan Pelatihan

D III
1 Pelaksana KB PNS 4 4
Kebidanan

Untuk Puskesmas Tunjung, Kualifikasi Sumber Daya Manusia sudah sesuai

b. Distribusi ketenagaan dan tupoksi


1. Ketenagaan di puskesmas didistribusikan sesuai tupoksi, dimana hal itu
tercantum dalam struktur di puskesmas yang salah satunya termasuk
pelayanan KB puskesmas.Berikut struktur distribusi SDM :
2. Distribusi Ketenagaan Unit Pelayanan KB di Puskesmas kayen

No Jenis Tenaga Standar Jumlah Realisasi Kesenjangan

1. Dokter Umum 1 2 -
2. DIII Kesehatan 8 7 1
3. Administrasi 1 - 1

No Standart Pelaksana Standart Realisai Kesenjangan

Minimal D 3
1 Pelaksana Program KB D3 sesuai
Kesehatan.

5
2 Petugas Adminisrasi SMU/Sederajat Belum ada Tidak sesuai
Standart
No Standart Kompetensi Kompetensi Realisasi Kesenjangan
Tambahan
Konseling Belum
1 Pelaksana Program KB Belum sesuai
standarisasi KB pelatihan

CTU (Contraseptive Sudah


2 Pelaksana Program KB Sesuai
Tchnical Update) pelatihan

Konseling PPIA
(Pencegahan Belum
3 Pelaksana Program KB Belum sesuai
Penularan Ibu dan pelatihan
anak)

3. Tugas pokok dan fungsi


a. Kepala Puskesmas
1) Merupakan penanggungjawab utama dalam pelayanan KB
puskesmas
2) Berkoordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten dan BKKBN
setempat yang berkaitan dengan layanan KB puskesmas
b. Penanggung jawab UKM
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di masyarakat wilayah
kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan program pelaksana lapangan
c. Penanggung jawab UKP
1) Bertanggung jawab atas program layanan KB di dalam gedung
puskesmas
2) Berkoordinasi dengan pelaksana pelayanan puskesmas.
d. Farmasi
1) Bertanggung jawab dalam penyediaan obat dan distribusinya.
2) Bertanggung jawab penyediaan alokon dan menjamin mutu,
keamanan alokon
e. PJ. Rawat jalan
1) Bertanggung jawab dalam pelayanan rawat jalan di puskesmas
f. Poli KB
1) Bertanggung jawab dalam pemberi pelayanan KB di puskesmas
2) Bidan terlatih dibantu oleh tenaga bidan dalam melakukan pelayanan.
3) Bidan terlatih tersebut wajib memberikan pelayanan KB sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku ( SOP ) serta memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi.
4) Berkoordinasi dengan pelayanan kesehatan lain, yang terkait dengan
pelayanan KB.
g. PKD

6
1) Pelaksana pelayanan KB di lingkup desa
2) Pendataan peserta KB dalam desa binaan
h. Jejaring pelayanan kesehatan (Polindes/Ponkesdes)
1) Membantu pelayanan puskesmas
2) Pelaksana pelayanan di lingkup wilayah kerja puskesmas
3) Berkoordinasi dengan puskesmas induk dalam memberikan
pelayanan
4) Menjamin mutu pelayanan yang diberikan
i. Program KIA
1) Bertanggung jawab dalam pendataan peserta KB di desa wilayah
kerja puskesmas
2) Berkoordinasi dengan lintas sektor dalam pelaksanaan pelayanan KB
di masyarakat.
j. Promkes
1) Sebagai penanggung jawab promosi kesehatan di puskesmas
2) Dalam pelaksanaan kegiatan, berkoordinasi dengan unit – unit lain
sesuai kebutuhan

c. Jadwal kegiatan
Pelayanan KB di puskesmas dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.
Berikut jadwal pelayanan KB di Puskesmas Kayen:
No Hari Jenis Pelayanan
1. Senin s/d Sabtu KB Pil, KB kondom, KB suntik
2. Rabu KB implant, dan KB IUD, Pil, Suntik,
Kondom
3. Senin s/d Sabtu Konseling

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

a. Denah ruang pelayanan KB


Berikut denah ruang pelayanan KB di puskesmas Kayen

Pintu masuk
Almari tempat
Meja penyimpanan
alat
Pelayanan

sterilisator

Meja

Administrasi

Almari

Alat Bed
pemeriksaan

Almari
Arsip

Kamar Mandi

b. Standar
Fasilitas
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di puskesmas Kayen, standar minimal fasilitas
sarana dan prasarana yang harus ada diantaranya :
1. IUD kit
2. Implant kit
3.

No Jenis Kelengkapan Alkes Standart Realisasi Kesenjangan

Baki Logam Tempat Alat Steril


1 1 buah 1 buah
Bertutup
2 Implant Kit 1 buah 1 buah
3 IUD Kit 1 buah 1 buah
Tensimeter
Stetoskop
Konseling kit
Obgyn bed
8
Implant removal kit
Tempat cuci tangan
Sterilisator

9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan KB di Puskesmas Kayen meliputi berbagai kegiatan, diantaranya :
1. Identifikasi Klien
2. KIE
3. Pelayanan kontrasepsi
B. Metode pelayanan
1. Identifikasi klien
Kegiatan identifikasi klien dilakukan anamnesis pada klien terkait riwayat
kesehatan klien
2. KIE
Kegiatan ini dilakukan dengan metode penyuluhan pada klien terkait informasi
mengenai alat kontrasepsi yang tersedia di Puskesmas Kayen.
3. Pelayanan kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional
(SPO) alat kontrasepsi yang dipilih oleh klien.
C. Langkah
1. Identifikasi Klien
Klien/ calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di puskesmas Kayen pada
tahap awal akan melalui prosedur sebagai berikut :
a. Pasien baru :
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Pada status/rekam medis akan diberikan cap/stempel KB
4) Apabila mendapat KIE akan dilakukan KIE terlebih dahulu
b. Pasien lama
1) Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam puskesmas serta datang
sendiri
2) Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh
petugas
3) Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke puskesmas,
maka konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.
4) Pada rekam medis diberi cap KB

10
c. Pasien dengan kasus khusus ( misalnya : efek samping, komplikasi, pasca
persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka
permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.
d. Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB
pasca persalinan di Puskesmas harus menjadi prioritas utama. Hal ini
berarti sebelum pasien pulang sudah diberi konseling KB.
2. Komunikasi informasi edukasi
a. Setelah dilakukan identifikasi pasien maka dilakukan kegiatan KIE.
b. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
c. KIE dapat diberikan oleh bagian promkes atau tenaga kesehatan yang
sudah terlatih dalam memberikan KIE.
3. Pelayanan kontrasepsi
Dalam pelayanan kontrasepsi ini, prosedur yang dilakukan sesuai dengan SOP
pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi yang dipilih klien.

11
BAB V
LOGISTIK

Logistik merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran


yang efisien dan efektif dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai dari titik asal
sampai titik penggunaan untuk memenuhi keperluan pelanggan. Melihat hal tersebut,
untuk menunjang sistem pelayanan KB yang prima, perlu manajemen logistik yang
memadai. Di puskesmas Tunjung, manajemen logistik atau pengadaan kebutuhan
pelayanan KB melalui beberapa tahap diantaranya:
1. Perencanaan
Tujuan perencanaan tersebut adalah:
a. Menghindari kekosongan obat maupun alkon
b. Menghindari pengumpulan obat dan alkon
c. Menentukan anggaran
d. Tersedia jumlah dan jenis obat yang sesuai kebutuhan
e. Penggunaan obat dan alkon secara rasional
f. Pelayanan yang tepat mutu dan tepat waktu kepada pasien.
Kegiatan-kegiatan perencanaan tersebut meliputi:
a. Pemilihan jenis obat dan alkon.
b. Perhitungan, ialah perkiraan kebutuhan dan rencana pengadaan. Kegiatan
perhitungan dapat dilakukan dengan mengetahui data tentang:
1) stok awal dan sisa stok
2) penerimaan, pengelompokkan
3) pemakai, rata-rata per bulan
4) stok kosong
5) stok pengaman
6) Lead Time
c. Pengadaan atau Permintaan
Tujuan pengadaan logistik di pelayanan KB agar obat dan alkon yang
dibutuhkan untuk pelayanan KB dapat terjamin. Kegiatan pengadaan meliputi:
1) Pengadaan Rutin, dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2) Pengadaan khusus, dilakukan di luar jadwal rutin yang disebabkan karena
kebutuhan yang meningkat dan atau kekosongan.
2. Penerimaan
Tujuan penerimaan ialah agar obat dan alkon yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh bagian pelayanan KB.
Petugas penerima melakukan fungsi pengecekkan yaitu memeriksa apakah jumlah,
bentuk, jumlah kemasan dan jenis obat/alkon sesuai dengan Laporan Pemakaian
dan Lembar Penerimaan.

12
3. Penyimpanan
Tujuan penyimapanan ialah agar obat dan alkon yang diterima aman (tidak hilang),
terhindar dari keerusakan, mutu terjamin dan mempermudah pengaturan atau
administrasi.
4. Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan

13
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari harm (cedera)
yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial,
penderitaan, cacat, kematian, dan lain-lain yang seharusnya tidak seharusnya terjadi
atau cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan. Untuk meningkatakan
keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran – sasaran
keselamatan pasien. Diamana hal tersebut sudah menjadi ketetapan kepala
puskesmas.
Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:
No Indikator Sasaran Keselamatan Pasien Target
1. Ketepatan Identifikasi Pasien 100%
2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Paien 100%
3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan ≥80%
4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas ≥90%
5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh 100%
Tabel 1. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien yang tepat dan mendetail meliputi: nama, umur, alamat,
nomor rekam medis pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien yang
teridentifikasi tepat dibagi jumlah seluruh pasien yang dilayani.

Jumlah pasien yang teridentifikasi tepat


X 100%
Jumlah seluruh pasien yang dilayani

2. Ketepatan Pemberian Obat Kepada Pasien


Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi
kesalahan identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pemberian obat yang
tepat sesuai identifikasi pasien dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat
pelayanan obat.

Jumlah pasien yang tepat teridentifikasi dalam pemberian obat


X 100%
Jumlah pasien yang mendapat pelayanan obat

14
3. Ketepatan Prosedur Tindakan Medis dan Keperawatan
Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus
selalu melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi
pasien yang akan mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu
dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.
Pengukuran indikator dilakukan dengan cara menghitung pelaksanaan tindakan
medis dan keperawatan yang tepat sesuai prosedur dibagi dengan seluruh
tindakan medis yang dilakukan.

Jumlah tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan


sesuai prosedur
X 100%
Jumlah seluruh tindakan medis dan keperawatan yang dilaksanakan

4. Pengurangan Terjadinya Risiko Infeksi di Puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Kayen
wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah
dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah Cuci tangan pakai
sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Setelah kontak dengan pasien
3. Sebelum tindakan aseptik
4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Pengukuran terjadinya risiko infeksi di Puskesmas dilakukan dengan cara
menghitung jumlah petugas yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) 7
langkah pada 5 keadaan tersebut di atas dibagi dengan jumlah semua petugas
pelayanan klinis.

Jumlah petugas yang melakukan CTPS 7 langkah pada 5 keadaan


X 100%
Jumlah semua petugas pelayanan klinis

5. Tidak Terjadinya Pasien Jatuh


Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Kayen dilakukan pengkajian
terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan
terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien
yang beresiko jatuh dengan memakaikan gelang berwarna kuning.

15
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.
Pengukuran terhadap tidak terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara
menhitung jumlah pasien yang jatuh dibagi dengan jumlah semua pasien yang
dirawat.
Jumlah pasien yang jatuh
X 100%
Jumlah semua pasien yang dirawat

16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan bagian penting dalam pemberian pelayanan.


Keselamatan kerja meliputi keamanan petugas dalam melakukan tindakan maupun
keamanan dalam menerima pengaduan dari klien. Hal – hal yang perlu dilakukan
petugas dalam memberikan pelayanan KB diantaranya :
1. Petugas hari melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2. Petugas memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
3. Petugas harus sudah divaksinasi hepatitis B.
4. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
5. Petugas selalu melakukan desinfeksi
6. Petugas selalu melakukan sterilisasi
7. Petugas melakukan penandatanganan inform consent disetiap akan melakukan
tindakan pada pasien.
Penanggung jawab K3 wajib melaporkan kepada dokter tentang kemungkinan
terjadinya pajanan, apabila petugas sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas
tentang penyebabnya

17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN

Merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelayanan


KB di puskesmas Kayen. Kegiatan ini meliputi :
1. Evaluasi / penilaian diri provider pelayanan ( internal )
Merupakan suatu proses untuk mengukur diri sendiri sejauh mana pelayanan yang
telah diberikan oleh provider yang bersangkutan sesuai dengan standar/pedoman
yang tersedia. Untuk melakukan penilaian tersebut, digunakan check list yang
memuat prosedur operasional pelayanan yang sudah diberikannya. Dengan
penilaian diri tersebut, secara bertahap provider akan terus dapa meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikannya.
2. Pemantauan oleh tim mutu klinis ( eksternal )
Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas mutu pelayanan yang diberikan di
puskesmas Kayen, Terutama di pelayanan KB. Pemantuan yang dimaksud antara
lain mencakup mutu interaksi petugas dengan klien melalui pengumpulan data,
menilai hasil pemantauan dengan membandingkan dengan pedoman pelayanan
yang sudah ditetapkan, evaluasi capaian indikator mutu pelayanan, identifikasi
berbagai permasalahan yang muncul berdasarkan hasil penilaian, urutan prioritas
penyelesaian masalah dan mencari jalan keluar tersebut serta menilai
keberhasilannya.

18
BAB IX
PENUTUP

Secara garis besar pedoman ini memuat pokok-pokok mekanisme pelaksanaan


pelayanan KB di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas
(PKD dan Pustu). Dengan tersusunnya pedoman ini diharapkan dapat terjadi
keseragaman pemahaman tentang pelaksanaan pelayanan KB di Puskesmas Kayen.
Pedoman ini berlaku dan ditetapkan sejak diterbitkan dan bilamana terdapat hal-
hal yang belum diatur dan belum tercantum dalam pedoman ini, dapat diatur kemudian
dengan melakukan revisi atas buku pedoman ini.

19

Anda mungkin juga menyukai