Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETARAN” JAKARTA
FAKULTA S HUKUM

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


GENAP TA. 2022/2023

Matakuliah/Kelas : Ilmu dan Perancangan Perundang-undangan


Waktu : (Sesuai jadwal)
Hari/Tanggal : …. Juni 2023
Kelas : A, B, C, D, E, F, G, H, I
(Sesuaikan kelas masing-masing)
Program Studi : S-1 Hukum
Semester/SKS : IV/2SKS
Sifat Ujian : Terbuka
Bentuk Penugasan*) : 1. Soal Tertulis (Studi Kasus) [v]
2. Makalah/paper dipresentasikan []
3. Makalah/paper tidak presentasi []
4. Artikel ilmiah []
5. Praktek pengadilan []
6. Membuat video diunggah di youtube []

Dosen : Prof. Dr. Wicipto Setiadi, S.H., M.H.


Dr. Ahmad Ahsin Thohari, S.H., M.H.
Ali Imran Nasution, S.H., M.H.
Citraresmi Widoretno Putri, S.H., M.H.

Perhatian:
1. Tulis NIM, Nama, Mata Kuliah, Nama Dosen dan tanggal ujian.
2. Taati peraturan ujian yang telah ditentukan.
3. Bacalah soal dengan baik sebelum menjawab.
4. Soal hanya bisa dibuka 1 kali dan tidak bisa dibuka Kembali.
5. Apabila soal telah dibuka maka waktu akan berjalan dan tidak bisa di tutup/dikeluarkan,
apabila dikeluarkan sistem akan mendeteksi bahwa hasil tersebut sudah selesai.
6. Jawaban diupload melalui elearning sesuai dengan bentuk penugasan, dengan ketentuan
sbb:
a. Penugasan no. 1 s/d 5 upload ke elearning.
b. Penugasan video yang diupload adalah link youtube.
c. Praktek pengadilan tidak perlu upload, kecuali ada tugas membuat dokumen
persidangan.

A. DESKRIPSI PELAKSANAAN UAS


1. Bacalah berita dari media Kompas.com pada bagian soal UAS Perancangan PUU atau
melalui link berikut ini: https://nasional.kompas.com/read/2023/05/28/16102671/ruu-
kesehatan-jadi-langkah-komprehensif-pemerintah-mereformasi-sektor
2. Naskah RUU Kesehatan dapat diunduh di sini:
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BALEG-RJ-20230214-012516-3408.pdf
3. Tugas dikerjakan secara KELOMPOK dengan pembagian secara proporsional antara
laki-laki dan perempuan yang masing-masingnya terdiri dari 5-7 orang per kelompok.
4. Dalam mengerjakan/menjawab soal tersebut tidak boleh saling menyontek. Apabila ada
yang ketahuan copy paste, maka yang mengcopy dan yang dicopy tidak akan diberi
nilai (tidak lulus).
5. Jawaban diupload melalui LeADS dan email ke alamat email dosen pengampu
masing-masing (sebagai cadangan apabila link LeADS ada masalah).
6. Setiap mahasiswa diharapkan tetap hadir ke kampus untuk mengisi presensi kehadiran
UAS sesuai jadwal yang ditentukan.
7. Batas pengumpulan jawaban UAS disesuaikan dengan jadwal UAS.

B. STUDI KASUS

KOMPAS.com - Sektor kesehatan Indonesia masih menghadapi beragam tantangan yang


cukup besar hingga saat ini. Sebut saja, keterbatasan akses ke layanan kesehatan, kualitas
layanan yang tidak merata, biaya berobat tinggi, dan kurangnya tenaga kesehatan, terutama
di daerah terpencil. Semua masalah tersebut dinilai sebagai urgensi sehingga dibutuhkan
solusi tepat agar sektor kesehatan di Indonesia semakin berkualitas. Guna menghadirkan
perubahan positif yang signifikan dalam sistem kesehatan Indonesia, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan pemerintah tengah merumuskan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Kesehatan yang komprehensif.
Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (11/5/2023), RUU Kesehatan dihadirkan
untuk memperkuat sistem kesehatan negara dan meningkatkan kualitas kesehatan serta
kesejahteraan masyarakat. Lewat RUU tersebut, pemerintah berupaya untuk memberikan
sejumlah manfaat penting dalam sektor kesehatan sehingga bisa membentuk masa depan
yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, dilansir dari laman,
kemkes.go.id, Minggu (9/4/2023), selain untuk menyejahterakan masyarakat, RUU
Kesehatan juga hadir untuk memberikan perlindungan hukum ekstra bagi para tenaga
kesehatan (nakes).
Anggota Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI)
Irma Suryani Chaniago mengatakan, layaknya Undang-undang (UU) lain, RUU Kesehatan
harus bermaslahat bagi anggota dan organisasi profesi (OP) dan anggota dari seluruh
institusi terkait masyarakat, dokter dan bidan, serta paramedis. Terkait banyaknya
informasi liar dan tidak benar terkait RUU Kesehatan beredar di masyarakat, ia menilai
hal tersebut sangat meresahkan lantaran menyebabkan timbulnya berbagai masalah.
“Selama ini, terlalu banyak hoaks. Akibatnya, ada yang mengkriminalisasi dokter,
mempermasalahkan surat tanda registrasi (STR), dan surat izin praktik (SIP). Semua yang
saya dengar di media itu tidak ada di RUU ini. Justru, RUU Kesehatan hadir untuk
memberikan kemaslahatan bagi semua paramedis, mulai dari bidan, dokter, apoteker,
hingga perawat,” jelas Irma dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu
(28/5/2023).
Irma pun tak lupa mengingatkan kembali masyarakat bahwa tujuan dari perumusan
RUU Kesehatan adalah untuk mengoptimalkan sektor kesehatan secara menyeluruh
melalui berbagai langkah reformasi. Adapun salah satu poin utama dalam RUU tersebut
adalah pengintegrasian layanan primer antara pemerintah daerah (pemda) dengan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes). RUU Kesehatan juga bertujuan untuk
mempermudah penambahan kapasitas layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan
kesehatan, penguatan sistem koordinasi pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya
manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
Bagi pemerintah, RUU Kesehatan adalah langkah penting sehingga perlu didukung
bersama lantaran dapat memberikan kerangka kerja komprehensif dan terstruktur demi
meningkatkan sistem kesehatan yang baik di Indonesia. Dukungan terhadap RUU
Kesehatan juga perlu diberikan untuk memperbaiki kesenjangan kesehatan antardaerah,
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui standar yang lebih ketat, dan
mendorong penggunaan teknologi dalam pelayanan kesehatan. Bahkan, RUU Kesehatan
juga akan berkontribusi dalam mencapai sistem kesehatan yang lebih baik, inklusif, dan
berkelanjutan bagi seluruh masyarakat.

Bermanfaat bagi dokter muda


Selain hadir untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan pada sektor kesehatan,
RUU Kesehatan juga dibuat untuk mendorong minat dokter-dokter muda agar lebih aktif
dalam membantu masyarakat. Koordinator Jaringan Dokter Muda Indonesia (JDMI) dr
Koko Khomeini menjelaskan bahwa RUU Kesehatan memiliki banyak poin yang akan
menguntungkan dokter muda di Indonesia. Utamanya, untuk mempermudah karier mereka
ke depan dan memberikan perlindungan hukum dalam menjalankan profesinya.
“Setidaknya, ada tiga klaster manfaat RUU Kesehatan yang menyasar dokter-dokter muda.
Salah satunya, terkait perlindungan hukum. Selain pasal-pasal perlindungan yang sudah
berlaku saat ini, RUU juga menambah pasal perlindungan baru untuk dokter magang dan
yang sedang mengambil program spesialis,” ujar Koko.
Selain itu, lanjut Koko, RUU Kesehatan juga mendorong pendidikan spesialis yang
murah dan transparan melalui dua opsi, yakni melalui pendidikan di universitas dan
pendidikan di rumah sakit. Upaya tersebut dihadirkan agar kesempatan para dokter untuk
mengambil pendidikan lanjutan menjadi lebih luas. “Ini akan mempermudah para dokter
muda yang ingin mengambil program spesialis. Kebanyakan dokter memang bercita-cita
menjadi dokter spesialis sebagai jenjang karier mereka,” terang Koko. Terkait
perlindungan, masalah ini tertuang dalam Daftar Isian Masalah (DIM) yang ada dalam
RUU Kesehatan. Pada RUU tersebut, pemerintah pun mengusulkan tambahan substansi
adanya hak bagi peserta didik agar mendapatkan perlindungan hukum, seperti peserta
didik yang tengah mengambil program spesialis sudah berhak untuk mendapatkan
perlindungan hukum.
Pasalnya, selama ini, dokter-dokter muda yang mengambil program spesialis tidak
memiliki perlindungan sama sekali. Tak hanya itu, dalam RUU tersebut itu terdapat
pengaturan substansi hak tenaga medis dan nakes untuk menghentikan pelayanan apabila
mendapat perlakuan kekerasan fisik dan verbal. Selain itu, diatur pula mengenai
penyederhanaan perizinan praktik dokter. “Saat ini, dokter yang ingin membuka praktik
harus memiliki dua izin, yakni STR dan SIP yang harus diperbarui setiap lima tahun. Nanti,
cukup dengan satu izin praktik saja. Fungsi kontrol terhadap kualitas dan kepastian
kompetensi dokter secara berkala nantinya diusulkan melekat pada SIP," jelas Koko.
C. JAWABLAH SOAL DI BAWAH INI:

1. RUU tentang Kesehatan ternyata menimbulkan pro-kontra dari berbagai stake holder.
Berikan pandangan kelompok Anda mengapa masih terdapat pro-kontra dan bagaimana
peran partisipasi masyarakat dalam pembentukan RUU tesebut? (Bobot 20 Poin)
2. RUU tentang Kesehatan disusun dengan menggunakan metode Omnibus Law. Dengan
demikian RUU tentang Kesehatan yang baru akan mengintegrasikan beberapa UU
menjadi satu UU saja dan akan ada beberapa UU existing yang mengatur/terkait yang
mengatur mengenai kesehatan akan dicabut/diubah. Menurut kelompok Anda UU apa
saja (existing) yang mengatur/terkait dengan kesehatan yang sebaiknya dicabut atau
dilakukan perubahan. (Bobot 20 Poin)
3. Menurut kelompok Anda apakah UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(sebagaiamana telah dicabut dengan Perppu Cipta Kerja) merupakan UU yang
disusun dengan menggunakan metode Omnibus Law yang baik? Bagaimana sebaiknya
penyusunan RUU tentang Kesehatan apabila menggunakan metode Omnibus Law.
(Bobot 20 Poin)
4. Salah satu rumusan dalam RUU yang dianggap bermasalah oleh organisasi profesi
(kontra) adalah situasi dokter yang dapat digugat secara pidana atau perdata meskipun
sudah menjalani sidang disiplin. Menurut kelompok Anda, bagaimana sebaiknya agar
rumusan norma tersebut agar tidak menimbulkan kontra, apakah cukup dengan
mendapatkan sanksi disiplin saja? Buatkan juga contoh rumusan norma tersebut!
(Bobot 20 Poin)
5. Berikan analisis kelompok Anda apakah konsideran RUU tentang Kesehatan sudah
memenuhi unsur filosofis, soliologis, dan yuridis. Jelaskan! (Bobot 20 Poin)

Telah diperiksa sesuai dengan RPS Jakarta, 4 Juni 2023


dan memenuhi syarat untuk diujikan Koordinator MK
Menyetujui
Kaprodi S-1 Hukum

Abdul Kholiq, S.H, M.H. Prof. Dr. Wicipto Setiadi, S.H, M.H.

Keterangan *)
Berikan tanda √ pada salah satu Bentuk Penugasan dalam pelaksanaan UAS Semester Genap
T.A. 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai