Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGHANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, 
            Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah- NYA sampai saat ini masih dirasakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Proposal Program Studi Pendidikan Matematika
yang telah dilaksanakan di SMP ISLAM SETIA NURUL AZMI, pada periode
April 2019.

Sebagaimana kita ketahui bahwa penyusunan laporan ini sebagai


pemenuhan tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kela. Tersusunnya laporan ini
berkat usaha maksimal kami dan bantuan berbagai pihak yang telah membantu
baik berupa dorongan semangat maupun material.

Teruntuk bapak Isran Rasyid Karo-karo, M,Pd. terimakasih untuk arahan


serta bimbingan yang sudah diberikan kepada kami. Untuk bapak Drs. H. Julianto,
selaku Kepala Sekolah SMP Islam Setia Nurul Azmi terimakasih atas ijin magang
yang kami lakukan di sekolah yang bapak pimpin. Untuk ibu H. Yusmeri, S.Pd
selaku tata usaha SMP Islam Setia Nurul Azmi terimakasih atas ketersediaan ibu
mengurus segala berkas yang kami perlukan. Untuk bapak Doni AZ., S.Pd. selaku
guru matematika SMP Islam Setia Nurul Azmi, terimakasih untuk ketersediaan
bapak menjadi objek yang kami teliti dalam tugas ini. Untuk seluruh tenaga
kependidikan, terimakasih atas segala bantuan, masukan, yang diberikan kepada
kami. Untuk adik-adik kelas VII sampai kelas IX SMP Islam Setia Nurul Azmi,
khususnya kelas VII-A terimakasih atas antusias kalian dalam menjadi objek
penelitian kami. Untuk teman-teman khususnya PMM 4 terimakasih atas
dukungan serta doa yang telah tercurah untuk kami dalam penyelesaikan makalah
ini.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal sholeh
yang senatiasa mendapatkan ridho Allah SWT dan di berikan balasan yang
berlipat ganda kepada semuannya. Untuk itu semoga Proposal ini kelak
bermanfaat di kemudian hari. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan, baik
saran maupun kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca.

Medan 6 April 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu


bangsa, dimana pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan
sumber daya manusia. Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
imbuhan –pe- dan –an-. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, didik
merupakan memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan
kecerdasan. Sedangkan pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara, selaku
bapak pendidikan Nasional, pendidikan merupakan daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan bathin), dan fikiran (intellect) dan
jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Edgar Dalle
mendefinisikan pedidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan, yang berlangsung disekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.
Menurut Thomson, pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu
untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan,
perilaku, fikiran, dan sifatnya. Secara umum, pendidikan merupakan sarana
dan alat yang tepat dalam membentuk masyarakat dan bangsa yang dicita-
citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan cerdas. Dalam UU No.22 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 3 bahwa :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi mausia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, berilmu, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Berdasarkan defiisi pendidikan yang telah dipaparkan diatas, maka


dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan bimbingan atau arahan
dimana dalam prosesnya terdapat objek yang mempengaruhi dan yang
dipengaruhi, yaitu antara pendidik dan peserta didik guna menghasilkan
perubahan-perubahan yang dapat membawa peserta didik (suatu individu)
kearah yang lebih baik, baik itu untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,
damai, terbuka, dan demokratis. Oleh sebab itu, pembaharuan pendidikan
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya.

Matematika merupakan ilmu yang memiliki ciri-ciri khusus, salam


satunya adalah penalaran dalam matematika yang bersifat deduktif aksiomatis
yang berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, dan simbol-simbol yang
abstrak serta tersusun secara hierarkis, sehingga dalam pendidikan dan
pengajaran matematika perlu ditangani secara khusus pula. Matematika adalah
salah satu pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Matematika
merupakan pondasi yang melandasi ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak
maupun non eksak, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak


kegunaannya, antara lain : dengan belajar matematika kita mampu berhitung
dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya, matematika
merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya., dengan
matematika perhitungan menjadi sederhana, dengan belajar matematika
diharapkan juga keapada siswa agar mampu menjadi seseorang yang berfikir
logis, kritis, tekun, bertanggung jawab, dan mampu menyelesaikan persoalan.
Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan
fenomena fisik dan sosial. Namun kenyataannya, yang terjadi penguasaan
siswa terhadap pelajaran matematika masih tergolong rendah di bandingkan
dengan mata pelajaran lainnya. Salah satu pelajaran matematika yang masih
tergolong rendah yaitu materi operasi aljabar.
Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dapat mempermudah
masalah-masalah yang sulit dengan menggunakan huruf-huruf. Huruf-huruf
ini mewakili bilangan yang belum diketahui dalam perhitungan .Bentuk
aljabar adalah suatu kalimat matematika yang melibatkan angka (konstanta),
huruf (variabel atau pengubah), koefisien, dan pengerjaan hitung.

Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia


menghadapi persaingan bebas dalam era globalisasi, manusia harus berfikir
logis, kritis, cermat, akurat, aktif, kreatif, tekun dan mandiri, seperti tujuan
pendidikan matematika sangat diperlukan agar mampu bersaing atas dasar
keunggulan kualitas.

Sebagai guru, kita harus mampu melakukan identifikasi kekuatan dan


kelemahan model-model pembelajaran yang tepat, mampu memilihnya secara
tepat dan mampu mengembangkan serta menerapkannya dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian efektivitas pembelajaran yang kita
selenggarakan akan dapat meningkat.

Model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari misalnya model


pembelajaran konvensional. Dimana pembelajaran konvensional ini guru
memberikan pengetahuan secara lisan kepada siswa dan siswa mendengarkan
setelah itu mencatat seperlunya. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu
hanya menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru tersebut.

Oleh sebab itu perlu dicari jalan keluar dari permasalahan yang sering
terjadi untuk meningkatkan keaktifan siswa. Salah satunya model
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (stad) ini,
yang dimana dalam model pembelajaran ini siswa ditempatkan dalam tim
belajar yang beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut
tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran
kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota
tim telah menguasai pelajaran tersebut .

Model pembelajaran STAD ini juga tampaknya akan dapat melatih


keaktifan siswa dikarenakan siswa harus mendengarkan pendapat orang lain
dan merangkum pendapat sendiri atau teman-teman dalam bentuk tulisan,
tugas-tugas tim akan dapat memicu para siswa agar senantiasa bekerja sama,
saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan


penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) pada Materi Operasi Aljabar Kelas VII
Smp Islam Setia Nurul Azmi Medan Tahun Pelajaran 2018/2019”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah


dalam penelitian sebagai berikut :

Salah satu pelajaran matematika yang masih tergolong rendah yaitu materi
operasi aljabar. Hal ini dikarenakan karena siswa hanya bisa menghafal rumus
dalam pelajaran matematika, tetapi siswa tidak mengetahui maknanya.

Model pembelajaran yang biasa kita lihat sehari-hari belum dapat


meningkatkan keaktifan siswa misalnya model pembelajaran konvensional.
Dimana pembelajaran konvensional ini guru memberikan pengetahuan secara
lisan kepada siswa dan siswa mendengarkan setelah itu mencatat seperlunya.
Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu hanya menerima apa saja yang
dijelaskan oleh guru tersebut.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas VII Smp
Islam Setia Nurul Azmi?
2. Bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas VII Smp Islam Setia Nurul
Azmi?
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas VII Smp Islam Setia
Nurul Azmi?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil
belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD kelas VII Smp Islam Nurul Azmi.
2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa setelah menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas VII Smp Islam Nurul
Azmi.
3. Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas VII Smp
Islam Nurul Azmi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di Kelas VII Smp Islam Nurul Azmi


memiliki manfaat antara lain :

1. Peneliti dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen dalam


perkuliahan.
2. Guru memperoleh pengetahuan baru dalam menggunakan model
pembelajaran yang tepat.
3. Siswa sudah mulai memahami dengan mudah konsep – konsep dan
rumus-rumus matematika yang diajarkan oleh guru serta dapat
menerapkannya kedalam berbagai bentuk sehingga hasil belajar siswa
tersebut dapat meningkat.
4. Smp Islam Nurul Azmi memperoleh pengetahuan baru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar dapat di definisikan sebagai proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari definisi tersebut
dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses,artinya bahwa hasil dari belajar
tidak langsung dapat dirasakan hasilnya sekarang,namun pada waktu yang akan
datang. Belajar pada hakikatnya adalah proses latihan melalui pengalaman yang
diberikan oleh pengajar.
Howard kingskey yang dalam Syaiful Bachri Djumaroh mengatakan
bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku ( dalam arti luas ) ditimbulkan
atau diubah melalui praktek dan latihan 1. Belajar adalah merupakan perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan2. Berdasarkan pendapat
tersebut dapat ditarik pengertian bahwa belajar itu tidak hanya sekedar untuk
mencari pengalaman atau pengetahuan tetapi lebih dari itu yaitu adanya
perubahan sikap atau tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut dilakukan
secara kontiniu,yang merupakan suatu tujuan pendidikan.
Belajar itu bukan sekedar mencari pengalaman,belajar adalah suatu proses
bukan suatu hasil. Secara aktif dan integrative denagn menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan pendidikan pemerintah RI, dijelaskan
bahwa belajar adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber
belajar pada satu lingkungan belajar3.
Menurut uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar bukan sekedar
mencari pengalaman tetapi merupakan suatu proses dimana pembelajaran
berlangsung,dimana guru menyampaikan materi pembelajaran sedang peserta
didik menerimanya. Pembelajaran secara aktif ialah baik guru maupun peserta
didik sama-sama menyadari tugas dan kewajiban untuk melaksanakannya.

1
Syaiful Bachri Djumaroh dan Aswan Zain, (2004), Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta, hal.98.
2
Hamalik Omar, (2006), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, hal.154.
3
UU Sisdiknas dan PermenDiknas RI no 20 tahun 2003, Jakarta: Depdiknas 2005, hal 8.
Apabila proses pembelajaran dialakukan dengan kesadaran tinggi kiranya tujuan
pendidikan akan tercapai.
Pendidikan yang dilakukan dengan kesadaran itu adalah menyiapkan
peserta didik untuk masa yang akan datang dan bermanfaat bagi kehidupan.
Pendidikan berlangsung menyangkut tiga aspek,yaitu : pertama Aspek Kognitif
yang menyangkut masalah penguasaan dan ilmu pengetahuan, kedua Aspek
Afektif yaitu menyangkut masalah sikap atau tingkah laku yang dilakukan melalui
bimbingan disamping memberikan pengetahuan, ketiga Aspek Psikomotorik yaitu
menyangkut maslah jenis keterampilan.keterampilan akan dapat dikuasai jika
sering diadakan latihan-latihan yang kontiniu.
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip dalam belajar yaitu : kematangan,kesiapan belajar dan
motivasi berperan penting dalam keberhasilan belajar,perubahan tingkah laku data
hasil belajar dapat diperkuat melalui penggunaan hadiah (reward), sebalikanya
dapat diperlemah dalam penggunaan hukuman, dalam beberapa aspek belajar
bidang kognitif ,dan bidang psikomotorik terutama dalam belajar keterampilan,
peranan Trial dan Eror cukup besar pengaruhnya.
Beberapa syarat agar siswa berhasil belajar yaitu : kemampuan berpikir
yang tinggi bagi bapara siswa, hal ini ditandai dengan berfikir
kritis,logis,sistematis, dan abjektif menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata
pelajaran,bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai
potensinya,menguasai bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran
disekolah yang menjadi lanjutannya, menguasai salah satu bahasa asing,tidak
mengalamai masalah penyesuain diri dan seksual,kesehatan jasmani,lingkungan
yang tenang,kehidupan ekonomi yang memadai,dan mengausai tekhnik belajar
disekolah dan diluar sekolah.
3. Faktor yang mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memepengaruhi digolongkan menjadi dua yaitu :
Faktor Interm dan Faktor Ekstren. Faktor Interm merupakan factor yang ada
dalam diri individu yang sedang belajar,sedangkan Faktor Ekstrem merupakan
factor yang ada dari luar individu. Faktor Interm terdiri dari factor jasmania,
factor psikologis,factor kelelahan. Faktor jasmania sendiri meliputi : kesehatan
dan cacat tubuh. Faktor Psikologis meliputi : Intelegensi, perhatian, minat, bakat,
motivasi, kematangan, kesiapan. Faktor Kelelahan meliputi: kelelahan jasmanidan
kelelahan rohani.
Kemudian yang merupakan Faktor ekstren terdiri dari faktor
keluarga,faktor sekolah dan factor masyarakat. Faktor keluarga meliputi : cara
orang tua mendidik, relasi anatara anggota keluarga,Susana rumah,keadaan
ekonomi keluarga,pengertian orang tua,latar belakang budaya. Faktor sekolah
meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standart
pengajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Faktor
masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, masmedia, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
4. Hasil Belajar
Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan
atau diubah melalui praktek atau latihan4. Proses belajar mengajar dilakukan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Pembelajaran dikatan berhasil bila sebagian besar peserta didiknya
mengalami peningkatan prestasi belajar sesuai keteraturan lembaga pendidikan.
Bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa
yang ditentukan dalam membentuk angka5. Bahwa belajar suatu aktifitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan
dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas6.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setalah
ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan dalam mencap[ai
suatu tujuan pendidikan.

4
W. Sumanto, (1998), Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT.Rineka Putra, hal.104.
5
Darmansyah, (2006), Penelitian Tindakan Kelas, hal.13.
6
Winkel, W.S.Psikologi Pengajaran, Jakarta: PT Grasindo, hal.53.
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan
didiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Peranan hasil belajar
yaitu7 :
a. Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar
siswa setelah mengikuti PBM (Proses Belajar Mengajar) dalam jangka
waktu tertentu.
b. Hasil belajar memeberikan bahan pertimbangan apakaah siswa
diberikan program perbaikan,pengayaan,atau menjelaskan pada
program pengajaran berikutnya.
c. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang
mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.
d. Untuk keperluan supervise bagi kepala sekolah dan penilik agar guru
lebih berkompeten.
5. Meningkatkan hasil belajar.
Meningkatkan adalah suatu usaha untuk menjadikan sesuatu jadi lebiih
baik. Hasil adalah akibat,kesudahan dari suatu tujuan dan sebagainya. Hasil
belajar matematika adalah akibat dari suatu aktifitas yang ditunjukan dengan
nilai tes dengan nilai siklus. Meningkatkan hasil belajar adalah suatu usaha untuk
menjadikan hasil tes yang ditentukan dalam bentuk angka menjadi lebih baik.
6. Matematika
Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan
menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui abstraksi, atau generalisasi
untuk suatu studi atau pemecahanan masalah. Matematika juga mampu
meningkatkan kemampuan untuk berfikir jelas, logis, teratur, dan sistematis.
Ada tiga pengertian Elementer Matematika sebagai berikut:
a. Matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang bilangan dan ruang.
b. Matematika sebagai studi ilmu pengetahuan tentang klasifikasi dan
kontruksi berbagai struktur dan pola yang dapat diimajinasikan.
c. Mamtematika sebagai kegiatan yang dilakukan oleh para
matematikawan.

7
Zainal Abidin, (2004), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, cetakan edisi ke empat, Malang:
Depdiknas, hal.2.
Matematika dipandang sebagai suatu struktur yang memerlukan
penggunaan symbol untuk hubungan-hubungannya. Symbol-simbol itu sangat
penting untuk membantu manipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan uuntuk membentuk konsep baru. Konsep baru terbentuk karna adanya
pemahaman terhadap konsep sebelumnya8.

Matematika berasal dari bahasa latin Manthanein atau Mahema yang


berarti “ belajar atau hal yang dipelajari “. Dalam bahasa belanda matematika
disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika memiliki bahasa dan aturan yang telah didefinisikan,penalaran yang
jelas dan sistematis serta struktur atau keterkaitan konsep yang kuat.penerapan
cara kerja matematika diharapkan dapat memebentuk sikap kritis,kreatif,jujur,dan
komunikatif para peserta didik9.

7. Model Pembelajaran Kooperatif


a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan di dalam proses pembelajaran, dimana para peserta didik
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan diberikan penghargaan atas
keberhasilan kelompoknya. (Al Rasyidin dan Wahyuddin Nur, Teori Belajar dan
Pembelajaran (Medan : Perdana Publishing, 2011), hal.15) Pembelajaran
kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen.10
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam
sistem belajar yang kooperatif, siswa dapat bekerja sama dengan anggota lainnya.
Dalam model ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk

8
Sutawijaya, (2007), Pengembangan pembelajaran Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas, hal.12.
9
Depag RI, (2004), Kurikulum 2004 Standar Kompetensi MI, Jakarta: Depag RI, hal.173.
10
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Depok : Rajagrafindo Persada, 2014), hal . 202
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa
belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya
seorang diri. Dalam buku Rusman beberapa ahli yang memiliki pandangan
tentang pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)yaitu Slavin, Nurul
Hayati, Sanjaya, Tom V. Savage, dan Johnson.
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif menggalakkan para siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran
ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai
dengan falsalah konstruktivisme. Menurut Nurulhayati, pembelajaran kooperatif
adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu
kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Lalu, menurut Sanjaya, cooperative learning merupakan kegiatan belajar
siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.Tom V. Savage mengemukakan bahwa cooperative learning
merupakan suatu pendekatan yang menekankan kerjasama dalam kelompok. Dan
menurut Johnson yang terdapat dalam Hasan, cooperative learning adalah teknik
pengelompokan yang ada didalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar
bersama dengan kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.11
Menurut pendapat penulis, model pembelajaran kooperatif adalah bentuk
pembelajaran dengan cara membentuk siswa menjadi kelompok-kelompok secara
kolaboratif yang anggotanya dipilih secara heterogen dan melibatkan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pandangan Islam yang menyatakan manusia adalah
makhluk sosial.Tidak ada suatu kebutuhan manusia yang diatasi oleh dirinya
sendiri. Seorang penjual butuh pembeli, seorang guru butuh murid, seorang
pemilik pabrik butuh karyawan, dan seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, maka Islam menganjurkan agar di antara manusia saling tolong
menolong secara konstruktif, produktif, dan positif.12

11
Ibid, hal. 202-203
12
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta : Kencana, 2014), hal.
277
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menyatakan dalam potongan surah Al-
Maidah ayat 2 yang berbunyi :
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ان ۖ َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
)۲(‫ب‬ ِ ‫َوتَ َعا َونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬

Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”(QS Al-
Maidah : 2)13

Ayat di atas menjelaskan bahwa pentingnya tolong menolong untuk


berbuat kebaikan. Hal tersebut sesuai dengan model pembelajaran kooperatif yang
harus bekerja sama dan saling tolong menolong dalam menyelesaikan suatu
masalah untuk mendapatkan hasil yang baik.

Model pembelajaran kooperatif juga sejalan dengan Hadis (dalam


Abuddin Nata) yaitu ajaran tentang konsep belajar yang kooperatif. Hadisnya
sebagai berikut :

)‫ضعُوْ الِ َم ْن تَتَ َعلّ ُموْ نَ ِم ْنهُ (رواه ا بونعيم عن عمر‬


َ ‫تَ َعلَّ ُموْ ا ْل ِع ْل َم َو تَ َعلّ ُموْ ا ل ّس ِك ْينَةَ َو ْال َوقَا َر َوتَ َوا‬

Artinya:“Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan, dan ketahuilah pada setiap ilmu


itu ada ketenangan dan kehalusan, dan bersikap rendah hatilah terhadap orang-
orang yang kamuu sekalian belajar darinya.” (H. Abu Na’im dari Ibn Umar).

Dari hadits tersebut, kita dianjurkan agar mempelajari ilmu pengetahuan


dan menjadikannya sebagai hiasan diri agar menjadi orang yang santun dan
beradab, dan juga menghormati kepada setiap orang yang mengajarkan ilmu
tersebut. Dalam hadits tersebut juga adanya konsep tutor sebaya, yakni menjadi
teman sejawat yang memiliki pengetahuan sebagai guru, dan sebaliknya
pengetahuan yang kita miliki untuk diajarkan pada orang lain.14 Maka dalam
proses belajar tidak hanya bergantung hanya kepada guru, teman-teman di kelas
juga bisa menjadi guru disaat kita mengalami kesulitan dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama


dalam keolmpok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif
13
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Depok: Sabiq), hal. 106
14
Abuddin Nata, Op.cit, hal. 278-279
merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus
mersakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam
kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap
kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang


banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh beberapa ahli
pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Slavin (dalam Rusman) dinyatakan bahwa : (1) penggunaan pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat sekaligus
meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai
pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, startegi pembelajaran
kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Ciri yang terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan


model pembelajaran kooperatif adalah siswa bekerja dalam kelompok secara
kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.Kelompok dibentuk berdasarkan
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Bilamana mungkin,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.
Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif15
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
Menyampaikan Tujuan dan akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
Memotivasi Siswa menekankan pentingnya topik yang akan
dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi kepada
Menyajikan Informasi siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan
15
Ibid, hal. 203-211
Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasi Siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam Kelompok-kelompok membimbing setiap kelompok agar melakukan
Belajar transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
Membimbing Kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Bekerja dan Belajar
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Evaluasi yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
Memberikan Penghargaan upaya maupun hasi belajar individu dan
kelompok.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif


Menurut Slavin (dalam Tukiran) tujuan pembelajaran kooperatif berbeda
dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan yang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.16
Dalam Trianto Ibnu, Johnson & Johnsonmenyatakan bahwa tujuan pokok
belajar kooperatif ialah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan hasil
akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Zamroni mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif yakni dapat
mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level
individual.17
Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangan solidaritas sosial
dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul
generasi baru yang memiliki hasil akademik yang cemerlang dan memiliki

16
Tukiran Taniredja, dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif (Bandung : Alfabeta, 2011), hal.
60
17
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual : Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013 (Jakarta :
Prenamedia Group, 2014), hal. 10
solidaritas sosial yang kuat. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
kelompokstrategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan bersama.18
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan
ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat dimana banyak kerja orang
dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling beragantung satu
sama lain dan di mana masyarakat masyarakat secara budaya semakin beragam.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan harga diri tiap individu.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga
konflik antar pribadi berkurang.
3. Sikap apatis berkurang.
4. Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih
lama.
5. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
6. Cooperative Learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem
kompetisi dan ketersaingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan
aspek kognitif.
7. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik).
8. Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif.
9. Menambah motivasi dan percaya diri.
10. Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta menyenangkan
teman-teman sekelasnya.
11. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas.
2. Banyak peserta tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang
lain.

18
Ibid, hal.109-110
3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik
atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan
kelompoknya.
4. Banyak peserta takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara
adil bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut.19
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division
(STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga
hasil belajar siswa meningkat dan juga melatih siswa berkomunikasi dengan baik
dengan sesama siswa lain.
8. Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.20
Menurut slavin model STAD (Student Team Achievement Division)
merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model
ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam Matematika, IPA,
IPS, Bahasa Ingris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.21
Tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang
siswa secara heterogen. Menurut slavin STAD terdiri atas lima komponen
utama, yaitu presentasi kelas, kerja kelompok (tim), kuis, skor kemajuan
individual, dan rekognisi kelompok.
 Presentasi kelas

Persentasi kelas merupakan tahap dimana guru menyampaikan materi


secara lansung kepada siswa. Selama Guru memberikan pelajaran, siswa harus

19
Aris Shoimin, Op.cit, hal. 48
20
Taufina Taufik, (2011), Mozaik Pembelajaran Inovatif, Padang: Sukabina Press,hal. 230
21
Rusman, (2012), Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:
Rajawali Pers, hal. 213
benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam
mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.22

 Kerja kelompok

Pembentukan tim didasarkan pada presentasi akademis siswa dalam


kelas. Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok
agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik dan sama-sama belajar.
Setelah guru menjelaskan materi, setiap anggota kelompok mempelajari
dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman
kelompok, saling membantu anggotanya jika mengalami kesulitan. Setiap
saat guru mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap
anggota melakukan yang terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompook
itu sendiri agar melalukan yang terbaik untuk membentu anggotanya.23

 Kuis

Pengerjaan kuis dilakukan secara individual. Para siswa tidak


diperbolehkan untuk saling membantu dalam pengerjaan kuis, sehingga
siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya..

 Peningkatan nilai individu

Setelah melakukan kuis, kita menilai skor individual dan skor tim, serta
memberi sertifikat atau berbentuk penghargaan lainya kepada tim yang
mendapat skor tinggi24. Perhitungan skor perkembangan individu tersebut
dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk memperoleh prestasi terbaik
sesuai dengan kemampuannya.

Menentukan skor peningkatan individual hitung poin perkembangan


yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu STAD25


22
Kurnia Eka Lestari, (2017), Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung:PT Refika Aditama,
hal. 45-46
23
Aris Sohimin, (2014), 68 Model Pemebelajaran Inovatoif dalam Kurikulum 3013, Yogyakarta:
Ar-ruzz Media, hal. 186.
24
Taufina Taufik, (2011), Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang: Sukabina Pers, hal. 234
25
Taufina Taufik, (2011), Mozaik Pembelajaran Inovatif, Padang: Sukabina Press, hal. 235
Skor kuis Poin pengembangan
a. lebih dari 10 poin di bawah 5 poin
skor dasar
b. 10 sampai 1 dibawah skor 10 poin
dasar
c. skor dasar sampai 10 poin di 20 poin
atas skor dasar
d. lebih dari 10 poin diatas skor 30 poin
dasar
e. pekerjaan sempurna (tampa 30 poin
memperhatikan skor dasar)

Dari tabel tersebut dijelaskan bahwa skor dasar merupakan skor awal yang
diperoleh siswa sebelum dilakukannya tindakan. Jadi dengan tabel di atas dapat
diketahui perkembangan siswa setelah dilakukannya tindakan yaitu jika siswa
mengalami penurunan atau tetap dari skor dasar dapat dilihat pada nomor satu dan
dua. Jika perkembangan siswa menigkat dari skor dasar maka dapat dilihat pada
nomor tiga sampai dengan lima.

 Rekognisi kelompok

Rekognisi diperoleh dari rata-rata jumlah seluruh skor perkembanagan


individu anggota tim. Tim akan medapat sertifikat atau bentuk penghargaan
lainya jika skor rata-rata tim mencapai kriteria tertentu26.

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok STAD

No Rata-rata Skor Kualifikasi


1 15 Baik (Good Team)
2 20 Baik (Good Team)
3 25 Super (Super Team)

26
Kurnia Eka Lestari, (2017), Penelitian Pendidikan Matematika, Bandung: PT Refika Aditama,
hal. 47
 Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative Learning Tipe STAD

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai suatu model


pembelajaran antara lain27;

1) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi


norma-norma kelompok
2) Siswa aktif membentu dan memotivasi semanagat untuk berhasil bersama
3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meniingkatkan
kemampuan mereka dalam berpendapat
4) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan
5) Meningkatkan kecakapan individual
6) Meningkatkan kecakapan kelompok
7) Tidak bersifat kompotitif
8) Tidak bersifat rasa dendam

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai suatu model


pembelajaran antara lain:

1) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang


2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran
anggota yang pandai lebih dominan
3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulum
4) Membutuhkan waktu yang lebih lam sehingga pada umumnya guru tidak
mau menggunakan pembelajaran kooperatf
5) Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif
6) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka kerja sama

9. Materi ajar
1) Pengertian Bentuk Aljabar

Aris Shoimin, (2014), 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta: Ar-
27

Ruzz Media, hal. 189-190


Bentuk Aljabar merupakan bentuk operasi atau pengerjaan hitung yang
terdiri dari satu atau beberapa suku yang melibatkan peubah atau variabel. Ada
beberapa istilah yang akan ditemui dalam bentuk aljabar, antara lain:
a. Variabel
Variabel atau kadang juga disebut peubah adalah lambang yang
menggantikan suatu bilangan yang belum diketahui nilainya dengan jelas.
Dalam contoh tadi (x+5), x merupakan variable
b. Konstanta
Konstanta adalah sebuah bilangan yang tidak mengandung variabel
dan sudah diketahui nilainya dengan jelas. Dalam contoh tadi 5
merupakan konstanta.
c. Suku
Suku adalah konstanta dan variabel pada bentuk aljabar yang
dipisahkan oleh operasi jumlah atau selisih.
 Suku-suku sejenis
Suku-suku sejenis adalah suku yang memiliki variabel dengan masing-
masing variabel memiliki pangkat yang sama.
Contoh: 2x dan -3x, 5a2 dan a2, y dan 4y,
 Suku tak sejenis
Suku tak sejenis adalah suku yang memiliki variabel dengan masing-
masing variabel memiliki pangkat yang tidak sama.
Contoh: 2x dan –3×2, –y dan –x3, 5x dan –2y,
 Suku satu
Suku satu adalah bentuk aljabar yang tidak dihubungkan oleh operasi
jumlah atau selisih.
Contoh: 3x, 2a2, –4xy,
 Suku dua
Suku dua adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh satu operasi
jumlah atau selisih.
Contoh: 2x + 3, a2 – 4, 3×2 – 4x,
 Suku tiga
Suku tiga adalah bentuk aljabar yang dihubungkan oleh dua operasi
jumlah atau selisih.
Contoh: 2×2 – x + 1, 3x + y – xy,
 Suku banyak
Suku banyak adalah Bentuk aljabar yang mempunyai lebih dari dua
suku disebut suku banyak.

10. Operasi bentuk aljabar.


1) Operasi penjumlahan dan pengurangan
Operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar hanya dapat
dilakukan pada suku yang sejenis, dengan cara mengoperasikannya pada
konstantanya.
contoh :

2x + 3x = 5x

(7x + 5y – 3) + ( 7x + 12y – 1) = 7x + 5y – 3 + 7x + 12y – 1

= 7x + 7x + 5y +12y – 3 – 1

= 14x + 17y – 4

3x + 5y = 3x + 5y => tidak dapat dijumlahkan karena bukan suku yang sejenis

5x - x = 4x => 1x bisa dituliskan sebagai x saja.

6x - 3y = 6x - 3y => bukan suku sejenis

(2x + 3y) + (4x + 8y) = 6x + 11y

2) Operasi perkalian
Ingat kembali bahwa pada operasi perkalian bilangan bulat terdapat sifat
distributif pada penjumlahan dan pengurangan, yaitu a(b + c)= ab + ac , dan a(b –
c) = ab – ac.
Hasil perkalian dua bilangan bulat yaitu :

(+) x (+) = (+)


(-) x (-) = (+)

(+) x (-) = (-) x (+) = (-)

Contoh :

4(3p – 2q) = (4 x 3p) + (4 x 2q) =12p + 8q

(y – 5)(5y – 4) = 5y² -19y + 12

3x(x – 3) = 3x² – 9x

Pada operasi perkalian bentuk aljabar sifat tersebut juga berlaku.

 Perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar.


Untuk melakukan operasi perkalian antara konstanta dengan bentuk
aljabar, dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan mengalikan
konstanta tersebut dengan konstanta pada bentuk aljabar.

Contoh :

4 × 3x = 12x

2 × 4y = 8y

2 × (3x + 4y) = (2 × 3x) + ( 2 × 4y ) = 6x + 8y

4 × (3x + 4y) - 3 × (2x + y) = (12x + 16 y) - (6x + 3y) = 6x – 13

 perkalian antara dua bentuk aljabar.


Seperti pada perkalian antara konstanta dengan bentuk aljabar, dalam
perkalian dua bentuk aljabar berlaku juga sifat distributif. Untuk suku
yang sejenis, jika variabel dikalikan maka akan menjadi pangkat, misal y \
times y = y^2, sedangkan konstanta dikalikan seperti biasa. Untuk suku
yang tidak sejenis maka variabelnya akan dituliskan saja, dan konstanta
dikalikan seperti biasa.
Perkalian satu suku dengan dua suku, ax(bx + cy)
Perkalian antara dua suku, (ax + b)(cx + d)
Perkalian antara dua suku dengan tiga suku, (ax + b)(cx + dx + e)
Contoh :

2x × 3x = 6x^2

2x × (3x + 2y) = 6x + 4xy

3) Operasi pembagian
Operasi pembagian pada bentuk aljabar dilakukan dengan cara membagi
konstantanya seperti biasa, namun untuk variabelnya, dilihat dulu koefisien
dari kedua variabel nya, kemudian bagi masing-masing variabelnya dengan
koefisiennya.

Contoh :

4x : 2x = 2

6x2 : 2x = 3x

8x3y : 2x = 4x2y

4) Pemangkatan Bentuk Aljabar


Pemangkatan merupakan perkalian berulang dengan bilangan yang sama.

Contoh :

(3a)² = 9a²

Pemangkatan suku dua : (a + b)² = a² + 2ab + b²

B. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran matematika pada dasarnya bukanlah hanya sekedar


mentrasfer ide/gagasan dan pengetahuan dari guru kepada siswa. Lebih dari itu,
proses pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang dinamis, dimana
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati dan memikirkan
gagasan-gagasan yang diberikan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
matematika sebenarnya merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa, siswa-
siswa, dan siswa-guru untuk memperjelas pemikiran dan pemahaman terhadap
suatu gagasan.
Seorang guru perlu menyadari bahwa pola interaksi yang selama ini
berlangsung dalam proses pembelajaran tidak selalu dapat berjalan dengan lancar.
Bahkan pola interaksi yang terjadi selama ini terkadang dapat menimbulkan
kebingungan, salah pengertian atau kesalahan konsep yang diterima siswa.
Kesalahan pola interaksi seseorang guru akan dirasakan siswanya sebagai
penghambat pembelajaran, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian
kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan yang penting dan
mendasar dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika yang harus
dibangun dan dikembangkan dengan kokoh pada diri siswa.

Model pembelajaran sangat penting untuk diterapkan dalam proses belajar


mengajar. Model pembelajaran yag dibutuhkan saat ini adalah model
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkontruksi
pengetahuannya sendiri sehingga lebih memahami konsep-konsep, dan dapat
menerapkan ide-ide matematika yang dimilikinya baik secara lisan maupun
tulisan. Selain itu, model pembelajaran yang diterapkan harus sesuaii dengan
materi yang akan diajarkan, mudah digunakan, proses belajar yang tidak monoton
sehingga lebih efektif dan dapat memotivasi siswa.

Misalkan saja, untuk menciptakan kemampuan berpikir matematika siswa


lebih luas di buat bentuk kelompok. Dengan pembentukan kelompok siswa lebih
terkontrol dalam melakukan diskusi, sehingga dapat meyakinkan setiap siswa
dapat bekerja sama dalam belajar

Model pembelajaran alternatif yang dapat mendukung hal tersebut salah


satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement
Divison (STAD). Student Team Achievement Divison adalah salah satu jenis
pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan siswa lainnya dalam kelompok, dan memberikan siswa
waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama
lain. Dalam kelompok siswa tidak diperbolehkan memilih kawan kelompok
sendiri, karena setiap kelompok siswa terdiri dari siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah supaya saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
C. Penelitian Yang Relevan
Peneitian yang akan dilakukan didukung oleh hasil penelitian sebelumnya,
diantaranya adalah:
1. Diki Rosiandi, (2018), Jurnal Pendidikan Matematika yang berjudul
“Pengaruh Modle Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team
Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Di
Kelas V MIS Hidayatussalam”. Dengan hasil penelitian yang menjelaskna
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas V MIS Hidayatussalam.
2. Maryati, (2014), Skripsi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajra Matematika Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievements Divisions
(STAD) Pada Siswa Kelas III B” dengan hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasl belajar.
3. Fajar Dwi Yatmoko, (2018), Skripsi Pendidikan Guru Sekoah Dasar yang
berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk
Mrningkatkan Kerjasama Dan Hasil Belajar Matematika Materi Volume
Kubus Dan Balok Kelas V SDK Murukan” dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa kerjasama dan hasil belajar siswa meningkat selama
proses pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
4. Theresisa Nuri Andawati Ningsih, (2015). Skripsi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar yang berjudul “Peningkatan Prestasi Nelajar Matematika
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Operasi
Hitung Pecahan Sederhana Siswa Kelas III SD Karitas Ngaglik” dengan
hasil penelitian yang menunjukkan terdaoat tiga penemuan dimana
penemuan yang pertama dan menunjukkan bahwa hanya sedikit siswa
yang mengalami peningkatan belajar sedangkan dipenemuan ketiga
terdapat peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan strategi
kooperatif tipe STAD pada operasi hitung pecahan sederhana.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan
yang sedang kita hadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan
jawaban yang benar maka seorang peneliti seakan-akan melakukan suatu
integrasi terhadap alam28. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H o : Terdapat pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Divison (STAD) Terhadap meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas VII SMP Islam Setia Nurul Azmi.
Ha : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Student Team
Achievement Divison (STAD) Terhadap meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII SMP Islam Setia Nurul Azmi.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) dengan menggunakan media pembelajaran komik matematika . Dimana

penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan situasi pembelajaran agar menjadi

lebih baik lagi dengan menggunakan tindakan-tindakan sebagai usaha untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dengan materi

28
Salim dan Syahrun, (2016), Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Citapustaka Media,
hal.98-99.
operasi Aljabar di kelas VII SMP Islam Setia Nurul Azmi Medan. Penelitian ini

adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan

melalui penelitian tindakan kelas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas VII SMP Islam Setia Nurul


Azmi Medan yang beralamat di Jl. Pancing Pasar 4 Lingkungan V, Mabar
Hilir kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera Utara.

Alasan peneliti memilih sekolah ini untuk menjadi lokasi


penelitian adalah karena di sekolah ini terdapat masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya di latar belakang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran

2018/2019 di kelas VII dan direncanakan akan dilaksanakan selama 2

bulan, dimulai dari kegiatan persiapan dan pelaksanaan tindakan.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa

kelas VII SMP Islam Setia Nurul Azmi Medan Tahun Ajaran
2018/2019 yang terdiri dari 20 siswa. Penentuan subjek diperoleh

berdasarkan hasil diskusi dan rujukan dari guru bidang studi

Matematika kelas VII.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil

belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi operasi

Aljabar di kelas VII SMP Islam Setia Nurul Azmi Medan Tahun

Ajaran 2018/2019 dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, maka

peneliti memiliki beberapa tahapan yang merupakan suatu siklus. Tahapan ini

berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus yang bergantung

dari tingkat keberhasilan dari target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa

terdiri dari satu atau lebih pertemuan.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu memberikan

pre-test kepada siswa kelas VII. Yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal siswa. Setelah diberikan pre-test, barulah dapat diketahui apakah

kemampuan siswa dalam menerima pelajaran cukup baik atau tidak. Ada

beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang

berbeda, namun menurut Suharsimi Arikunto terdapat 4 tahapan yang lazim


dilalui, yaitu : 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi.29

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar : 3.1 Siklus PTK30

Siklus I

Permasalahan Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I

Refleksi I Pengamatan/
Pengumpulan Data I

Permasalahan Baru Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan


Hasil Refleksi I II II

29
Suharsimi Arikunto , Suhardjono, dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta :
PT. Bumi Aksara, 2012). hal. 16
30
Suhardjono, Suharsimi Arikunto dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2012). h. 74
Refleksi II Pengamatan/
Pengumpulan Data II
Siklus II

Bila Permasalahan Dilanjutkan ke Siklus


Terselesaikan Selanjutnya

Banyaknya siklus sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Pelaksanaan penelitian

ini direncanakan dalam 2 siklus dalam setiap siklus ada 2 kali pertemuan sesuai

dengan perubahan yang ingin dicapai. Adapun tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dilakukan yaitu :

a. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division

( STAD).

b. Menyiapkan lembar observasi yang terdiri dari dua macam yaitu

observasi terhadap respon belajar siswa dan observasi terhadap

aktivitas mengajar guru.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, ada hal-hal yang dilakukan yaitu :

a. Menyajikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD).

b. Memberikan tes hasil belajar.


c. Guru mengobservasi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

d. Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa yang mengalami

kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan latihan yang diberikan.

Sejalan dengan prosedur diatas, berikut ini merupakan rincian kegiatan

pelaksanaan penelitian tindakan kelas berdasarkan siklusnya adalah sebagai

berikut :

Siklus I

1. Perencanaan I

Dalam perencanaan ini pertama kali dilakukan adalah identifikasi masalah dan

penetapan alternatif pemecahan masalah. Adapun perencanaan yang dilakukan

peneliti adalah sebagai berikut :

a. Peneliti melakukan tes awal dan wawancara dengan guru. Tes awal dan

wawancara ini dilakukan pada materi ajar tentang operasi aljabar untuk

mengetahui letak kesulitan siswa dalam belajar matematika.

b. Menentukan materi pokok yang diajarkan

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat

kegiatan mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Team Achievement Division ( STAD).

d. Menyusun tes hasil belajar I.

e. Membuat format observasi yang akan digunakan untuk menilai kegiatan

belajar mengajar yang akan dilakukan.

2. Tindakan I
a. Memberikan materi pelajaran tentang operasi aljabar, serta melaksanakan

tindakan sesuai perencanaan yang telah disusun.

b. Pada akhir pembelajaran, peneliti memberikan hasil belajar I kepada siswa

dan diawasi langsung oleh peneliti.

3. Observasi I

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan format

observasi yang telah disusun pada tahap perencanaan I dan observasi dilakukan

oleh guru matematika yang bertindak sebagai observer.

a. Mengamati perilaku siswa selama penggunaan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD)

berlangsung.

b. Memantau suasana belajar didalam kelas.

c. Mengamati pemahaman masing-masing anak.

4. Refleksi I

a. Setelah tes hasil belajar I diberikan kepada siswa maka diperoleh sejumlah

informasi-informasi dari tes tersebut.

1. Mencatat hasil observasi

2. Mengevaluasi hasil observasi

3. Menganalisis hasil pembelajaran

b. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk perencanaan

siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan
a. Dari hasil refleksi I, maka peneliti menetapkan alternatif pemecahan

masalah pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan disusun pada

siklus II.

b. Menyusun RPP yang akan dilaksanakan pada kegiatan tindakan II dengan

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I memuat

kegiatan mengajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Student Team Achievement Division ( STAD).

c. Menyusun lembar observasi terhadap respon belajar siswa dan aktivitas

mengajar guru serta menyusun tes hasil belajar II yang akan diberikan

pada akhir pembelajaran.

2. Tindakan II

a. Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah

disusun pada tahap perencanaan II.

b. Pada akhir pembelajaran, peneliti memberikan tes hasil belajar II pada

siswa sesuai dengan yang telah disusun pada tahap perencanaan II, tes ini

diawasi langsung oleh peneliti.

3. Observasi II

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi

yang telah disusun pada tahap perencanaan II dan observasi dilakukan oleh guru

matematika yang bertindak sebagai observer.

a. Mengamati perilaku siswa selama penggunaan media pembelajaran komik

matematika.

b. Memantau suasana belajar didalam kelas.

c. Mengamati pemahaman masing-masing anak.


d. Refleksi II

a. Setelah tes hasil belajar II diberikan kepada siswa maka maka peneliti

memperoleh sejumlah informasi-informasi dari tes tersebut.

1. Mencatat hasil observasi

2. Mengevaluasi hasil observasi

3. Menganalisis hasil pembelajaran

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes

Tes yang digunakan adalah berbentuk tes tertulis berbentuk uraian yang

bertujuan untuk melihat hasil belajar siswa pada materi pokok operasi

Aljabar. Dari hasil belajar dapat diketahui kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal tentang Aljabar sebelum dan sesudah menggunakan

media pembelajaran Komik Matematika. Sebelum tes diujikan pada subjek

penelitian, terlebih dahulu tes divalidkan kepada orang yang dianggap ahli

dalam hal tersebut yaitu kepada dosen dan guru bidang studi matematika.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan terhadap guru merupakan pengamatan terhadap

seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan atas

bantuan guru (observer) yaitu mengamati aktifitas guru dalam mengelola

pembelajaran yang berpedoman kepada lembar observasi yang telah

dipersiapkan.

Observasi yang dilakukan terhadap siswa merupakan pengamatan terhadap

seluruh kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung yang dilakukan atas


bantuan guru (observer) yaitu mengamati respon belajar siswa selama proses

pembelajaran yang berpedoman kepada lembar observasi yang telah

dipersiapkan.

3. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara langsung yang dilakukan

oleh peneliti pada saat berlangsungnya tindakan, pertanyan – pertanyaan yang

diberikan melalui wawancara diarahkan untuk megetahui kesulitan-kesulitan

siswa dalam memahami materi pokok operasi Aljabar dan menyelesaikan

soal-soal tentang bentuk aljabar yang diberikan pada pelaksanaan tindakan.

4. Dokumentasi

Berbagai jenis dokumen dapat digunakan peneliti sehubungan dengan

penelitian. Dokumen tersebut dapat berupa dokumen pribadi dan foto. Pada

penelitian ini, dokumen penelitian berupa foto. Foto dapat memberikan

informasi mengenai keadaan atau situasi kelas ketika peneliti maupun siswa

melaksanakan proses pembelajaran di SMP Islam Setia Nurul Azmi Medan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau

menelaah, menguraikan dan mengaitkan setiap informasi yang terkait dengan

kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan

tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran. Data yang diperoleh dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif.

Data kualitatif merupakan data yang berupa kalimat-kalimat, atau kata-

kata yang kemudian dikategorikan berdasarkan kualitas objek yang diteliti,


misalnya : baik, buruk, pandai, dan sebagainya. Dalam penelitian ini yang

termasuk data kualitatif adalah lembar observasi siswa dan lembar observasi guru.

Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik yang di

peroleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah data

kualitatif menjadi data kuantitatif. Pada penelitian ini yang termasuk data

kuantitatif adalah hasil tes tertulis baik pretest maupun tes hasil belajar.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara kualitatif dengan

melakukan :

1. Reduksi Data

Proses reduksi data dilakukan dengan menyeleksi, menyederhanakan dan

mentransformasi data yang telah disajikan dalam bentuk transkip catatan

lapangan. Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk mengelompokkan

jawaban siswa dari jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal dan mencari tindakan apa yang dilakukan untuk

memperbaiki kesalahan tersebut.

2. Menganalisis Data

Setelah data dipilah-pilah menurut jenis kesalahannya, maka dapat dilihat

letak kesalahan jawaban siswa serta selanjutnya ditentukan jenis kesulitan apa

saja yang dialami siswa.

3. Interpretasi Data

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan indikator yang menyatakan

keberhasilan proses meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aljabar

dengan menggunakan media pembelajaran komik matematika.


Selanjutnya analisis data kualitatif akan dianalisis berdasarkan tingkatan

kualitas sikap apabila terdapat peningkatan terhadap kualitas sikap maka

penelitian ini telah memberi peningkatan terhadap minat belajar siswa

sedangkan analisis data kuantitatif akan dianalisis secara statistik dengan

menghitung ketuntasan hasil belajar siswa. Analisis data hasil belajar siswa

baik peorangan maupun klasikal yaitu:31

a. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah

mencapai skor 70 % atau nilai 70.

b. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika kelas tersebut terdapat 85% yang

telah mencapai presentase penilaian hasil lebih dari atau sama dengan

70%.

Ketuntasan belajar perorangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :32

B
PPH = X 100%
N

Keterangan :

PPH = Presentase Penilaian Hasil

B = Skor yang diproleh siswa

N = Skor total

Kriteria :

0 % ≤ PPH < 70% : Siswa belum tuntas dalam belajar

70% ≤ PPH ≤ 100% : Siswa telah tuntas dalam belajar

Secara individu, siswa dikatakan telah tntas apabila PPH ≥ 70%.

31
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,Landasan dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),(Jakarta: Kencana,2010),hlm
241
32
Ibid, hlm 242
Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

T
PKK = X 100%
S

Keterangan :

PKK = Persentase Ketuntasan Klasikal

T = Jumlah Siswa Yang Tuntas Belajar

S = Jumlah Seluruh Siswa

2. Menarik Kesimpulan / verifikasi

Setelah data disajikan dalam rangkaian analisis data, maka langkah

selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Dalam kegiatan

ini ditarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus

berikutnya atas permasalahan yang diduga.


LAMPIRAN

A. Jumlah Kelas, Siswa perkelas, dan Pengelompokan berdasarkan jenis


Kelamin.

Jenis Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah


Kelamin
VII-A VII-B VII-C VII-D VIII-A VIII-B VIII-C VIII-D IX-A IX-B IX-C 11
Kelas
Pria 22 27 26 13 18 17 16 17 13 23 21 213
Wanita 21 12 18 30 15 18 20 18 25 17 21 215

Jumlah 44 39 44 43 33 35 36 35 38 40 42 428

B. Tenaga Kependidikan

TMT Di
No L/ SMP Islam
Nama Jabatan
. P Nurul Setia
Azmi
1 Drs. Julianto L Kepala Sekolah 2014
2 Drs. Ernawati Br Pinem P Waka Kurikulum 2016
M. Setiawan Senwa,
3 L Waka Kesiswaan 2014
S.Kom.
4 Hj. Yusmeri, S.Pd. P KA. Tata Usaha 2014
5 Ahmad Habibi, S.Pd. P KA. Perpustakaan 2014
6 Dra. Hilal Nur Habibah P Guru Mapel 2014
7 Mustika Wani, S.Pd. P Guru Mapel 2014
8 Fahrur Rizal, S.Pd. L Guru Mapel 2016
9 Rosmaya Sari, S.Pd. P Guru Mapel 2015
10 Muliadi, S.Pd. L Guru BK/BP 2014
11 Ika Kurniasih, S.Pd.I. P Guru Mapel 2014
12 M. Koko Khadafi, S.Pd.I. L Guru Mapel 2014
13 Ervaningsih, S.Pd. P Guru Mapel 2014
14 Ranny Puspita, S.Pd. P Guru Mapel 2014
15 Muhammad Ichsan, S.Pd. L Guru Mapel 2014
16 Nurul Husna, S.Kom. P Guru Mapel 2014
17 Doni Andriyan Z, S.Pd. L Guru Mapel 2015
18 Inrawati Pasaribu, S.Pd. L Guru Mapel 2015
19 Rusyda Laila, S.Pd. P Guru Mapel 2014
20 Sofiyan Zuhri, S.Pd. L Guru Mapel 2015
C. Guru Matematika
Doni Andriyan Zunaeidy, S.Pd.
Inrawati Pasaribu, S.Pd.
Ika Kurniasih S.Pd

D. Hasil Wawancara
a. Nama Guru : Doni Andriyan Zunaeidy, S.Pd
b. Alumni : Universitas Al-Washliyah Medan
c. Lama Mengajar : 4 tahun
d. Kegiatan Mengajar diluar : SMK PAB 2 Helvetia
e. Kelengkapan Mengajar : Buku paket, Laptop.
E. Roster

SENIN SELASA
1. Upacara Bendera 1. Matematika ( VII-A )
2. Matematika ( VII-A ) 2. matematika ( VII-A )
3. Matematika ( VII-A ) 3.
4. Matematika ( VII-C ) 4.
5. Matematika ( VII-C ) 5.
6. Matematika ( VII-B ) 6. Matematika ( VII- D )
7. Matematika ( VII-B ) 7. Matematika ( VII-D )

RABU KAMIS
1. 1. Matematika ( VII-B )
2. 2. Matematika ( VII-B )
3. 3.
4. Matematika (VII-C) 4. Matematika ( VII-D )
5. Matematika (VII-A) 5. Matematika ( VII-D )
6. 6. Matematika ( VII-C )
7. 7. Matematika ( VII-C )
JUMAT SABTU
1. Matematika ( VII-B ) 1.
2. Matematika ( VII-D ) 2.
3. Matematika ( VII-D ) 3.
4. 4.
5. 5.

F. Letak Geografis
NPSN : 69874378
NSS :-
Nama : SMP Islam Setia Nurul Azmi Mrdan
Akreditas :B

Alamat : Jl. Pancing Pasar 4 Lingkungan V, Mabar Hilir


kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Sumatera
Utara

Kodepos : 20242
Nomer Faks :-
Email :-
Jenjang : SMP
Status : Swasta
Situs :-
Lintang :-
Bujur :-
Daya Listrik :1300 watt
Ketinggian : 15
Waktu belajar : 5 jam 20 menit
Waktu Penyelenggara : Pagi
Kota : Medan
Propinsi : Sumatera Urata
Kecamatan : Medan Deli
Kelurahan : Mabar Hilir

G. Visi dan Misi


Sekolah SMP Islam Setia Nurul Azmi Medan ini memiliki Visi, Misi dan
Tujuan sebagai berikut:

Uraian Komentar
Visi Menjadi sekolah
unggul dalam prestasi,
terdepan dalam budi
pekerti, berwawasan
global berdasarkan Al-
Quran dan Al-Hadist.

Misi 1. Menjadi wahana


konservasi nilai-nilai
ajaran Islam yang
dibawa, diajarkan
dan dicontohkan
Nabi Muhammad
saw.
2. Menjadi wahana
dalam membangun,
menumbuhkan,
membentuk,
membina, dan
mengarahkan potensi
dasar anak didik.
3. Menjadi mediator
dalam
menghantarkan anak
didik memasuki
jaman, sejarah, dan
tantangan yang akan
dihadapi.
4. Membangun citra
sekolah sebagai
mitra terpercaya di
masyarakat.
5. Menumbuh
kembangkan rasa
tulus dan ikhlas
dalam segala tugas
dan tanggung jawab
yang diemban warga
sekolah.
6. Memupuk rasa
persaudaraan dan
sikap sopan sntun
terhadap orang lain.

Tujuan 1. Membekali peserta


didik dengan
pendidikan agama
dan pendidikan
umum secara utuh.
2. Membentuk
lingkungan belajar
yang asri, nyaman
dan aman yang
memunculkan
suasana kondusif
bagi kegiatan belajar
mengajar.
3. Membiasakan
peserta didik untuk
menerapkan nilai-
nilai Islam dalam
kehidupan sehari-
hari.
4. Menumbuhkan
motivasi belajar
yang tinggi
dikalangan peserta
didik dan harapan
yang tinggi dari
seluruh staf pengajar
akan terbentuknya
keterampilan dasar
dikalangan peserta
didik.
5. Menjalin hubungan
positif dan
berkelanjutan antara
sekolah dengan
rumah dimana orang
tua.
6. Menyiapkan peserta
didik agar mampu
memilih karier, ulet
dan gigih dalam
berkompetisi,
beradaptasi di
lingkungan kerja dan
mengembangkan
sikap profesional
dalam bidang
keahlian yang
diminatinya.
7. Membekali peserta
didik dengan ilmu
pengetahuan,
teknologi dan seni,
agar mampu
mengembangkan diri
di kemudian hari
baik secara mandiri
maupun melalui
jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai