Anda di halaman 1dari 3

SEDEKAH BUMI SEBAGAI BENTUK TERAUPUTIK METODE TAZKIYATUS NAFS

Muhammad Alfin Nor, Mahasiswa Bimbingan Konseling Islam IAIN Kudus

Masyarakat dikudus pada umumnya ketika memasuki bulan Jawa (apit) ada sebuah
tradisi yang sampai sekarang ini yaitu sedekah bumi atau (nyadran), seperti halnya
masyarakat Glagahwaru dalam pelaksanaannya ada panggelaran wayang serta ketoprak,
dengan gembira ria masyarakat dapat menikmati serta mendapatkan arti sebuah budaya itu
harus dijaga serta masyarakat setempat berupaya melestarikan budaya dari zaman dahulu
hingga sekarang sampai anak cucu mereka nanti.
Upacara adat sedekah bumi (nyadran) diadakan sebagai tanda penghargaan rasa
syukur kepada Allah SWT karena telah diberikanya panen yang melimpah.
Seperti halnya masyarakat desa Glagahwaru yang sampai saat ini masih melestarikan tradisi
upacara sedekah bumi. Upacara adat sedekah bumi (nyadran) diadakan setahun sekali oleh
masyarakat desa Glagahwaru dan biasanya diadakan setiap bulan (Apit) menurut
penanggalan bulan Jawa.
Mengenai asal usul dan perkembangan tradisi sedekah bumi Desa Glagahwaru, Tradisi
sedekah bumi di desa tersebut sudah ada sejak zaman dahulu yang turun temurun hingga
saat ini dari leluhur masyarakat Desa. Upacara adat ini selalu di tunggu karena upacara
sedekah bumi ini merupakan momentum masyarakat desa untuk meluapkan rasa
syukurnya. Kebudayaan sedekah bumi ini sebuah warisan dari leluhur yang harus selalu
dijaga dan dipertahankan agar identitas orang jawa tidak hilang dan perlu diwariskan
kepada anak cucu kita nanti.
Budaya sedekah bumi Desa selalu menjadi kegiatan rutin desa setiap satu tahun sekali.
Terdapat keunikan kebudayaan upacara sedekah bumi di desa Glagahwaru yaitu mengenai
prosesi acara sedekah bumi yang diberhubungan dengan ucapan terima kasih/penghargaan
ke nenek moyang masyarakat desa yaitu Mbah kyai watu yang telah membuka atau
membabat alas desa tersebut. Bentuk terima kasihnya adalah setiap kegiatan atau upacara
adat atau selametan selalu dilaksanakan di Punden makam Mbah kyai watu dengan melalui
membaca tahlil serta berdoa.
Dalam konseling sufistik, sedekah bumi merujuk pada praktik memberikan
sumbangan atau kontribusi kepada lingkungan masyarakat sekitar sebagai bentuk rasa
syukur kepada Allah SWT, konsep sedekah bumi (nyadran) berkaitan erat dengan kesadaran
dan tanggung jawab sosial yang didukung oleh nilai nilai spiritual. Sedekah bumi
mencerminkan pemahaman bahwa semua yang kita miliki di dunia ini adalah titipan dari
Allah SWT, oleh karena itu kita bertanggung jawab untuk berbagi keberkahan yang telah
diberikan kepada kita semua.
Al-Ghazali menjelaskan dalam kitab bidayat Al- hidayah bahwa tazkiyatun nafs adalah
upaya mensucikan diri dari pujian diri sendiri, dasar pemikiran tazkiyatun nafs berasal dari
keyakinan sufi bahwa jiwa manusia itu suci. Disebabkan oleh pertentangan dengan badan,
yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai nafsu yang menjadikan jiwa tidak suci bahkan
tidak sehat. Dikaitkan dengan sifat ruh yang ada pada diri manusia, tazkiyatun nafs menurut
Al-Ghazali berarti pembersihan diri dari sifat binatang dan setan, yang kemudian diisi
dengan sifat-sifat ketuhanan.
Sedekah bumi (nyadran) dalam metode tazkiyatus nafs dapat diartikan sebagai cara
untuk membersihkan dan memurnikan hati serta menjaga keseimbangan dalam hubungan
alam semesta dan makhluk makhluk ciptaan Allah. Sedekah bumi dalam tazkiyatus nafs,
dengan menggunakan metode takhalli ini dapat diartikan sebagai bentuk terapi diri yang
membantu seseorang untuk mengatasi sifat sifat tercela seperti hasud, su'udzon, egoisme,
keserakahan dan keterikatan pada materi, serta dapat mengembangkan sikap dermawan,
penuh keikhlasan dan rasa syukur. seseorang dapat menemukan kedamaian dan merasakan
kebahagiaan yang lebih mendalam. Selain memberikan manfaat sosial dan spiritual sedekah
bumi juga dapat menjadi sarana untuk mengembangkan empati dan kepekaan terhadap
kebutuhan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai