Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alfian khoirun nizam

NIM : 202360195

ARTIKEL POPULER

“TRADISI SEDEKAH BUMI BERNUANSA ISLAMI ”

Sedekah bumi merupakan salah satu jenis tradisi masyarakat yang merupakan hasil
konvensi atau kesepakatan bersama masyarakat untuk dipersatukannya (akulturasi) budaya
Jawa asli dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama Islam.

Tujuan masyarakat dengan diadakannya sedekah bumi yaitu: Pertama, untuk


mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya yang Dia berikan yakni
hasil panen yang melimpah. Kedua, untuk menghormati jasa-jasa para leluhur yang telah
berjasa membuka lahan (babat alas) sebagai tempat huni masyarakat sekaligus tempat untuk
mencari kehidupan. Ketiga, adanya pelaksanaan sedekah bumi dapat memperkuat solidaritas
antar masyarakat satu dengan lainnya. Keempat, terlestarikannya budaya-budaya asli daerah.

Berkaitan dengan pandangan dan sikap Islam terhadap sebuah tradisi, bahwa tujuan
Islam adalah mencapai perdamaian antar umat beragama. Sehingga umat Islam dalam
mengajarkan ajarannya, hendaknya dapat saling menghormati dan beradaptasi pada sebuah
tradisi yang sudah mapan atau mengakar dalam masyarakat, asalkan kesemuanya itu tidak
melampaui batas dari ajaran-ajaran Islam. Kemudian adanya sebuah konvensi tradisi Jawa
dan Islam menjadi menarik ketika masyarakat mempunyai tujuan-tujuan lainnya selain
masyarakat terdorong oleh sebuah sistem kemufakatan kegiatan bersama yang ada dalam
masyarakat. Diantara tujuan lain yang menjadi dorongan sendiri bagi masyarakat untuk
mengikuti rangkaian kegiatan tradisi sedekah bumi yaitu masyarakat memiliki kebutuhan
psikologi kompleks. Dalam hal tersebut, masyarakat dengan cara mengikuti kegiatan yang
bernuansa spiritual seperti sedekah bumi, masyarakat dapat memenuhi ketercapaian rasa
kepatuhan kepada Allah SWT, ketercapaian rasa syukur, ketenangan yang mendalam karena
lebih dpat mendekatkan diri pada Allah SWT.

Tentu manusia merupakan makhluk tempatnya lupa dan salah, sehingga perlu adanya
sebuah tanda atau pengingat bagi manusia untuk senantiasa berbuat sesuai dengan apa yang
telah diperintahkan Allah SWT. Budaya yang telah menjadi tradisi masyarakat, yaitu sedekah
bumi merupakan pengingat bagi masyarakat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT
atas nikmat yang telah dikaruniakan-Nya. Selain itu, agar supaya masyarakat menghormati
jasa-jasa leluhur yang berjasa membuka lahan (babat alas) tempat tinggal masyarakat, serta
sebagai pengingat untuk senantiasa menjaga lingkungan (alam) sebagai tempat masyarakat
mencari penghidupan.

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang ditakdirkan untuk patuh pada
peraturan alam dan terikat pada interaksi alam dan lingkungan sosial budayanya dimanapun
manusia tersebut berada. Sehingga tidak dapat dipungkiri jika dalam kehidupan manusia
terdapat lingkaran kehidupan yang saling keterkaitan antara manusia dengan alam atau
lingkungan dimana manusia tersebut berada (Suratman dkk, 2010: 260).

Saya ingin berbagi kisah yang saya amati dari kecil hingga sekarang mengenai tradisi
sedekah bumi di desa saya tambah agung, tambakromo, pati. Sedekah bumi yang sering
diberi nama (Nyadran) merupakan sebuah budaya yang telah menjadi tradisi masyarakat desa
Tambahagung. Tradisi sedekah bumi di desa Tambah agung dilaksanakan pada bulan bulan
panen hasil bumi yaitu seperti panen padi, jagung, dan lain sebagainya secara serentak.
Masyarakat Tambah agung yang mayoritas merupakan masyarakat muslim telah memberikan
kesepakatan adanya pelestarian budaya sedekah bumi untuk diadakan tiap tahun. Bahkan,
pemerintah setempat juga mendukung pelaksanaan sedekah bumi di daerah tersebut.
Masyarakat yang ikut melaksanakan sedekah bumi tidak hanya kalangan orang yang kaya
saja,tetapi semua kalangan masyarakat tambah agung semua ikut serta bergotong royong
membantu dan iku menyedekahkan sebagian hasil bumi mereka.Masyarakat terlihat sangat
antusias dalam melaksanakan tradisi sedekah bumi, baik dari kalangan anak-anak, dewasa,
dan tua. Semua masyarakat ikut andil dalam pelaksanaan sedekah bumi. Hal tersebut terlihat
dari kerelaan masyarakat setempat untuk menyedekahkan hasil panen buminya yang berupa
padi (beras), jagung, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk pelaksanaan sedekah bumi. Hasil
panen yang telah dikumpulkan kemudian dihias, dan masyarakat sering menyebutnya
“gunungan”. Tinggi dari “gunungan” tersebut kurang lebih satu sampai satu setengah meter.
Untuk mengangkat “gunungan” tersebut dibutuhkan lima sampai tujuh orang. Kemudian
gunungan tersebut dibawa ke tempat dekat pemakaman leluhur yang dihormati masyarakat
setempat. Pinisepuh yang memimpin pelaksanaan sedekah bumi juga menginstruksikan
kepada masyarakat untuk mengikuti pelaksanaan sedekah bumi dengan baik dan tertib hingga
selesai. Sebagai penghormatan masyarakat kepada leluhur yang telah wafat, maka pinisepuh
memimpin doa bersama untuk almarhum dan almarhumah leluhur di makam. Makam leluhur
yang terkenal dan sering dikunjungi dalam pelaksanaan sedekah bumi yaitu makam “Mbah
sewonegoro”. Pinisepuh juga melakukan ritual seperti menyiram air di atas makam leluhur,
menabur bunga, dan wangi-wangian “kemenyan”, menaruh telur ayam, kemudian
melantunkan doa kembali. Setelah berdoa bersama, beberapa tokoh masyarakat memberikan
sambutan sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya sedekah bumi tersebut.
Setelah itu, semua masyarakat yang mengikuti prosesi sedekah bumi makan bersama di
tempat tersebut. Terdapat sekitar sepuluh “ambeng” yang diletakkan dalam “tampah” atau
tempat makanan dari rajutan bambu. Semua masyarakat terlihat rukun satu sama lain,
sehingga solidaritas masyarakat terjalin sangat erat. Makanan yang ada di tempat dianggap
masyarakat sebagai makanan yang mengandung banyak berkah dari Allah SWT. Pelaksanaan
sedekah bumi di desa tambah agung juga disertai dengan penampilan seni budaya daerah
yang ada, seperti wayang kulit dan ketoprak. Meskipun pelaksanaannya dari pagi hingga
malam, masyarakat masih sangat berantusias mengikuti pagelaran seni budaya tersebut .
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa masyarakat desa tambah agung adalah mayoritas
beragama Islam, sehingga dalam pelaksanaan sedekah bumi juga terlihat bernuansa islami.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya berdoa bersama, membaca tahlil, dan ceramah agama
yang dilaksanakan di malam harinya.

Tradisi sedekah bumi ini berkaitan dengan salah satu filsuf terkenal tanah jawa yang
mendunia yaitu ki ageng suryomentaram dengan kawruh begjo yang berarti ilmu untuk
bahagia. Dalam Kawruh Begjo, hidup itu stabil tidak kekurangan atau kelebihan sak butuhe,
sak perlune, sak cukupe ,sak benere, sak mestine, sak penake. Dalam tradisi sedekah bumi
terdapat nilai yang terkandung dalam kawruh begjo yang mengajarkan manusia agar tidak
tamak terhadap apa yang didapatkanya dari hasil bumi dan mengajarkan manusia untuk
senantiasa bersyukur kepada sang pencipta.

_Terima kasih_

Anda mungkin juga menyukai