Anda di halaman 1dari 15

UJIAN TENGAH SEMESTER

PROPOSAL METODE PENELITIAN


Pengaruh Raskin dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Masyarakat Jawa Tengah :
Studi Susenas 2019

DOSEN :
Dr. Uka Wikarya, S.Si., M.Si.

DISUSUN OLEH :
Faiza Riesqia Husna L.
2006585090
Ilmu Ekonomi Islam

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS INDONESIA
Depok
2022
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah terlampir adalah murni
hasil pekerjaan saya sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak atau belum pernah disajikan dan digunakan sebagai
bahan untuk makalah atau tugas pada mata ajaran lain, kecuali saya menyatakan dengan jelas
bahwa saya menyatakan menggunakannya.
Saya memahami bahwa tugas yang saya kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Nama : Faiza Riesqia Husna L.
NPM : 2006585090
Mata Kuliah : Metode Penelitian
Judul Makalah : Pengaruh Raskin dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Masyarakat Jawa
Tengah : Studi Susenas 2019
Tanggal : 2 Juni 2022

Depok, 19 Oktober 2022

Faiza Riesqia Husna L.


KATA PENGATAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Pengaruh Raskin dan Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Masyarakat Jawa Tengah : Studi Susenas 2019” ini dengan sebaik-baiknya.
Tujuan dari proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi Ujian Tengah Semester
mata kuliah Metode Penelitian. Proposal penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang
berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga masyarakat Jawa Tengah serta karakteristik
rumah tangga yang perlu diberikan intervensi Raskin. Diharapkan dengan adanya proposal
penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca secara khusus dan bagi masyarakat
umum. Selain itu, adanya proposal penelitian ini dimaksudkan agar dapat mengevaluasi
ketidaktepat sasaran dari intervensi Raskin.
Penulis turut mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Dr. Uka Wikarya,
S.Si., M.Si. yang telah memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini. Adanya tugas ini tentunya memberi wawasan yang lebih
mendalam terkait penelitian dan riset bagi penulis dan menambah pengetahuan penulis terkait
topik yang ingin diketahui.
Penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis terbuka atas segal saran serta kritik yang dapat membangun untuk
memperbaiki proposal penelitian ini.
Daftar Isi

STATEMENT OF AUTHORSHIP ...........................................................................................ii


KATA PENGATAR ................................................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 2
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................................................. 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................... 4
1.4 Signifikansi Penelitian...................................................................................................... 4
1.5 Cakupan Penelitian ........................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 5
2.1 Kajian Teori...................................................................................................................... 5
2.1.1 Teori Pangan dan Ketahanan Pangan ........................................................................ 5
2.1.2 Pengeluaran Perkapita ............................................................................................... 5
2.1.3 Umur Kepala Rumah Tangga .................................................................................... 6
2.1.4 Pendidikan Kepala Rumah Tangga ........................................................................... 6
2.1.5 Jumlah Anggota Rumah Tangga ............................................................................... 6
2.1.6 Pekerjaan Kepala Rumah Tangga.............................................................................. 6
2.1.7 Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga....................................................................... 7
2.1.8 Status Penerimaan Bantuan Raskin ........................................................................... 7
2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................................................ 7
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dengan kewajiban pemenuhan setiap
individunya berada ditangan pemerintahan negara. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 disebutkan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama serta
pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Konsumsi pangan menjadi konsumsi
yang terbesar dalam pengeluaran rumah tangga masyarakat Indonesia. Konsumsi pangan
masyarakat Indonesia menyumbang kontribusi 57 persen dalam Produk Domestik Bruto (PDB)
untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga (BPS, 2022). Kontribusi besar konsumsi pangan
terhadap PDB mengindikasi bahwa pangan merupakan kewajiban serta kebutuhan yang harus
terpenuhi untuk hidup. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengupayakan ketahanan pangan
bagi penduduknya.
Ketahanan pangan memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan atas pangan dari negara
hingga perseorangan yang ditandai dengan tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, gizi,
mutu, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
kebudayaan. Setiap negara selalu berupaya secara mendalam untuk mewujudkan ketahanan
pangan bagi rakyat. Ketahanan pangan yang baik terutama untuk skala rumah tangga dapat
mencerminkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Jonsson dan Toole (1991)
dalam Sundari et al. (2015), klasifikasi ketahanan pangan rumah tangga diidentifikasi melalui
dua indikator yaitu, ketercukupan pangan serta pangsa pengeluaran pangan. Kedua indikator
memberikan cerminan penting terkait ketahanan pangan. Ketercukupan pangan berarti
kebutuhan konsumsi kalori terpenuhi untuk produktivitas sumber daya manusia. Sedangkan
pangsa pengeluaran pangan mencerminkan pengeluaran untuk belanja pangan dan daya beli
masyarakat terhadap pangan. Melalui kedua indikator dihasilkan empat kategori derajat
ketahanan pangan yaitu, rumah tangga tahan pangan, rentan pangan, kurang pangan, dan rawan
pangan.
Rumah tangga dikatakan sebagai rumah tangga tahan pangan apabila pengeluaran
pangan rendah serta berkecukupan kalori. Sebaliknya, untuk rumah tangga dikatakan rawan
pangan apabila pangsa pengeluaran tinggi serta tidak tercukupi kalori. Selain itu, rentan pangan
mendapatkan kalori untuk produktivitas yang cukup tetapi, pangsa pengeluaran tinggi. Rumah
tangga berkategori kurang pangan apabila pangsa pengeluaran rendah tetapi tidak cukup kalori.
Kebutuhan kalori setiap manusia adalah 2.000 kkal/kapita setiap harinya. Adanya batas
maksimal kebutuhan kalori maka rumah tangga dapat dikatakan cukup kalori ketika konsumsi
kalori lebih dari 80 persen (> 1.600 kkal/kapita/hari). Sebaliknya, rumah tangga dapat
dikatakan kekurangan kalori apabila kebutuhan kalori yang terpenuhi kurang dari 80 persen (≤
1.600 kkal/kapita/hari). Sedangkan untuk pangsa pangan atau pengeluaran atas pangan setiap
rumah tangga dapat dikatakan rendah apabila belanja untuk pengeluaran pangan < 60 persen,
pun sebaliknya rumah tangga dengan pangsa pangan tinggi apabila belanja untuk pengeluaran
pangan > 60 persen.
Rumah tangga rentan pangan memerlukan bantuan dari pemerintah untuk mencukupi
kebutuhan kalorinya agar dapat meningkatkan produktivitas serta daya beli. Tujuan adanya
intervensi yang dilakukan pemerintah ialah untuk meningkatkan derajat ketahanan pangan
rumah tangga rawan pangan menjadi rumah tangga tahan pangan. Sebab rumah karakteristik
rumah tangga ideal adalah rumah tangga tahan pangan. Pengeluaran masyarakat Indonesia
terutama masyarakat miskin rata-rata masih digunakan untuk makanan dengan proporsi lebih
dari setengah pendapatan. Lebih dari 25 persen pengeluaran untuk pangan digunakan untuk
membeli makanan pokok yaitu, beras. Hal tersebut menjadi alasan penting untuk pemerintah
perlu menyediakan bantuan dengan tujuan mengurangi pengeluaran rumah tangga rawan
pangan melalui pemenuhan kebutuhan pangan pokok seperti beras. Intervensi yang dapat
dilakukan pemerintah dapat melalui berbagai bantuan, seperti Beras untuk Rumah Tangga
Miskin (Raskin). Program tersebut muncul pada pertengahan tahun 1998 sebagai respon dari
munculnya krisis ekonomi terutama krisis moneter. Krisis moneter ini kemudian ditindak
lanjuti dengan penyaluran bantuan bantuan pangan kepada rumah tangga dengan derajat
ketahanan pangan rawan pangan melalui BULOG sebagai pelaksana program.
Permasalahan ketahanan pangan menjadi salah satu permasalahan utama negara
Indonesia, seperti Jawa Tengah. Sebagian besar rumah tangga di Jawa Tengah memiliki pangsa
pengeluaran yang cukup besar serta kurang ketercukupan kalori. Dengan permasalahan
tersebut, melalui penelitian ini peneliti berusaha untuk mengetahui tentang ketahanan pangan
rumah tangga masyarakat di Jawa Tengah dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selain itu,
peneliti berusaha untuk melihat hubungan program raskin dengan ketahanan pangan, intervensi
pemerintah melalui raskin dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat Jawa Tengah.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kondisi ketahanan pangan rumah tangga masyarakat Jawa Tengah
2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga
masyarakat Jawa Tengah
3. Menganalisis serta menentukan karakteristik rumah tangga yang perlu diberikan
bantuan Raskin
4. Menganalisis intervensi melalui bantuan pangan seperti raskin dapat berpengaruh
signifikan terhadap ketahanan pangan masyarakat Jawa Tengah
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga masyarakat Jawa Tengah?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kondisi ketahanan pangan rumah tangga
masyarakat Jawa Tengah?
3. Bagaimana karakteristik rumah tangga yang perlu diberikan bantuan Raskin?
4. Apakah intervensi melalui raskin berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah
tangga masyarakat Jawa Tengah?
1.4 Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi terkait pengaruh raskin dan
ketahanan pangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi pemerintah
terhadap kebijakan pemberian raskin yang sudah ada serta mampu memberikan referensi
kebijakan yang tepat untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat, sehingga tujuan
ketahanan pangan dan pengentasan kelaparan dan kemiskinan dapat terpenuhi. Karakteristik
setiap rumah tangga perlu untuk diamati sehingga dapat menentukan rumah tangga yang perlu
diberikan intervensi raskin secara mendalam, tidak hanya sebatas penglihatan luar. Penelitian
terkait pengaruh raskin dengan ketahanan pangan masih sedikit ditemukan sehingga menjadi
signifikansi dari penelitian ini.
1.5 Cakupan Penelitian
Populasi subjek dari penelitian ini adalah rumah tangga di seluruh Provinsi Jawa
Tengah dengan unit analisis yang digunakan adalah rumah tangga dengan berbagai tingkatan
ketahanan pangan. Metode yang digunakan dari penelitian ini ialah metode kuantitatif dengan
dataset yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2019 serta menggunakan
model multinomial logit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Teori Pangan dan Ketahanan Pangan
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayari produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan,
perairan, dan air baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia. Sedangkan ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, dan beragam. Kondisi ketahanan
pangan masyarakat Jawa Tengah dilihat dari ketercukupan konsumsi kalori sudah lebih dari
cukup dengan rata-rata 2.106,7 kkal/kapita/hari (BPS 2018). Akan tetapi, hal ini tidak
mencerminkan kondisi sebenarnya bahwa masih ada masyarakat di Jawa Tengah yang tidak
tercukupi kebutuhan konsumsi kalorinya.
Ketercukupan kebutuhan pangan dapat diintervensi melalui bantuan oleh pemerintah
yang dapat berupa pemberian subsidi pangan melalui pengurangan harga ataupun cash transfer
untuk meningkatkan konsumsi pangan. Pemberian subsidi terkait pangan dapat mengubah
constraint masyarakat akan pangan, contohnya dengan pemberian raskin akan mengubah
budget constraint masyarakat yang diberi intervensi. Akan tetapi, pemberian subsidi yang
kemudian berimbas pada peningkatan pendapatan tidak diikuti dengan permintaan progresif.
Menurut Deaton dan Muelbauer (1980) dalam Ilham dan Sinaga (2015), ketika terjadi
peningkatan pendapatan pangsa pengeluaran pangan terhadap pengeluaran rumah tangga justru
akan semakin berkurang. Subsidi pangan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan yang
berdampak pada peningkatan konsumsi pangan tanpa diikuti oleh peningkatan pangsa
pengeluaran pangan sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.
2.1.2 Pengeluaran Perkapita
Ketahanan pangan sebuah rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengeluaran
perkapita merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.
Menurut Jonsson dan Toole (1991) pengeluaran perkapita memiliki korelasi negatif terhadap
ketahanan pangan. Semakin besar pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan akan
menurunkan ketahanan pangan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan pengeluaran
untuk kebutuhan pangan yang besar memiliki peluang yang lebih besar untuk menjadi rawan
pangan dibandingkan rumah tangga dengan pengeluaran untuk kebutuhan pangan yang lebih
sedikit.
2.1.3 Umur Kepala Rumah Tangga
Umur kepala rumah tangga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan
pangan rumah tangga. Ayalneh dan Shimelis (2009) menemukan bahwa umur kepala rumah
tangga berkorelasi negatif dengan ketahanan pangan. Peningkatan usia kepala rumah tangga
mengurangi kemungkinan sebuah rumah tangga untuk menjadi rawan pangan. Bashir et al.
(2012) juga menemukan bahwa terdapat hubungan negatif dari usia kepala rumah tangga
dengan ketahanan pangan. Hubungan negatif ini kemungkinan karena semakin berumur kepala
rumah tangga, terutama di pedesaan, memiliki pengalaman untuk mengumpulkan kekayaan
dan menggunakan perencanaan pangan yang lebih baik (Ayalneh dan Shimelis, 2009).
2.1.4 Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Bashir et al. (2012) menemukan bahwa pendidikan kepala rumah tangga berhubungan positif
dengan ketahanan pangan. Probabilitas sebuah rumah tangga untuk menjadi rawan pangan
lebih kecil ketika kepala rumah semakin berpendidikan tinggi. Pendidikan kepala rumah tangga
berpengaruh secara signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Akan tetapi, Ayalneh
dan Shimelis (2009) menemukan bahwa pendidikan kepala rumah tangga tidak memengaruhi
ketahanan pangan sebuah rumah tangga.
2.1.5 Jumlah Anggota Rumah Tangga
Menurut Ayalneh dan Shimelis (2009) jumlah anggota rumah tangga berkorelasi negatif
dengan kemungkinan rumah tangga menjadi rawan pangan. Begitupun Bashir et al. (2012)
menemukan bahwa semakin banyak anggota rumah tangga kemungkinan untuk menjadi rumah
tangga rawan pangan akan semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin banyak anggota
rumah tangga maka kebutuhan akan pangan akan semakin besar yang kemudian berimbas pada
peningkatan pangsa pengeluaran kebutuhan pangan. Selain itu, peningkatan jumlah anggota
rumah tangga menyebabkan permintaan akan makanan yang akan menjadi permasalahan jika
dari sisi penawaran tidak dapat menyediakannya yang kemudian menimbulkan kemungkinan
rawan pangan.
2.1.6 Pekerjaan Kepala Rumah Tangga
Saliem et al. (2001) dalam Sundari et al. (2015) menemukan bahwa rumah tangga dengan
kepala rumah berkerja di sektor informal seperti pertanian berkemungkinan untuk memiliki
derajat ketahanan pangan yang semakin kecil. Rumah tangga rawan pangan banyak ditemukan
dengan kepala rumah tangga bekerja sebagai petani ataupun buruh tani. Kemungkinan ini
terjadi karena rumah tangga dengan pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani ataupun
buruh tani berpenghasilan rendah dan cenderung berada dibawah garis kemiskinan.
2.1.7 Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga
Rumah tangga yang dikepalai perempuan berkemungkinan memiliki derajat ketahanan pangan
yang lebih rendah dibanding rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki. Ayalneh dan Shimelis
(2009) menemukan bahwa jenis kelamin kepala rumah tangga tidak memiliki pengaruh
terhadap ketahanan pangan sebuah rumah tangga. Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Amerika Serikat, rumah tangga dengan perempuan sebagai kepala rumah tangga
rentan untuk berada dibawah kemiskinan sebab kebanyakan perempuan dahulu tidak
mendapatkan haknya untuk mencapai pendidikan tinggi seperti laki-laki. Hal ini kemudian
berimplikasi dengan tingkat ketahanan pangan sebuah rumah tangga, karena kepala rumah
tangga yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang mencukupi untuk
konsumsi pangan (Pandey et al. 2006).
2.1.8 Status Penerimaan Bantuan Raskin
Bantuan pangan seperti bantuan raskin menurut Ayalneh dan Shimelis (2009) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga. Kebijakan
bantuan dengan pemberian subsidi ataupun cash transfer tidak meningkatkan produtivitas
masyarakat sehingga hanya berpengaruh sementara terhadap ketahanan pangan. Pemberian
subsidi secara sementara hanya berpengaruh kepada peningkatan konsumsi masyarakat.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian Sundari (2015) menganalisis pengaruh raskin dan ketahanan pangan rumah
tangga di Indoonesia menggunakan data Susenas pada tahun 2011 dengan metode multinomial
logit. Penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif. Model multinomial logit digunakan
untuk melihat tingkat ketahanan pangan rumah tangga Indonesia serta karateristik dari rumah
tangga yang membutuhkan intervensi pangan. Hasil dari penelitian tersebut ialah terdapat
banyak faktor yang memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga masyarakat Indonesia.
Selain itu, pemberian bantuan subsidi pangan seperti raskin relatif tepat sasaran dan
meningkatkan ketahanan pangan dari penerima bantuan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Bashir et al. (2012) yang menganalisis faktor-faktor
penentuan ketahanan pangan rumah tangga pedesaan di Punjab, Pakistan. Penelitian ini
menggunakan model OLS untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap ketahanan pangan rumah tangga pedesaan di Punjab, Pakistan. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah sekitar 23 persen dari rumah tangga di Punjab, Pakistan merupakan
rumah tangga rawan pangan. Beberapa faktor yang memengaruhi secara signifikan terhadap
ketahanan pangan seperti pendapatan bulanan, jumlah aset berupa ternak, tingkat pendidikan.
Selain itu, beberapa variabel seperti usia kepala rumah tangga dan jumlah anggota rumah
tangga berhubungan negatif dengan ketahanan pangan rumah tangga di Punjab.
Studi lainnya terkait ketahanan pangan yaitu, faktor penentu ketahanan pangan tingkat
rumah tangga daerah pedesaan Dire Dawa, Ethiopia Timur yang dilakukan oleh Bogale dan
Shimelis (2009). Pada penelitian ini digunakan model binari logit untuk mengetahui faktor-
faktor yang memengaruhi kerawanan pangan tingkat rumah tangga. Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini adalah beberapa variabel seperti ukuran keluarga, pendapatan tahunan, jumlah
kredit yang diterima, akses ke irigasi, umur kepala keluarga, luas lahan dan ternak yang dimiliki
berpengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Dire Dawa.
BAB III
METODE PENELITIAN

Ketahanan pangan rumah tangga pada penelitian ini diidentifikasi melalui dua indikator
yaitu, ketercukupan konsumsi kalori serta besarnya pangsa pengeluaran untuk pangan
berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh Jonsson dan Toole (1991) dalam Sundari et al.
(2015). Kedua indikator tersebut kemudian menghasilkan empat kategori terkait ketahanan
pangan yang kemudia kita definisikan sebagai derajat ketahanan pangan.
Besarnya pangsa pengeluaran untuk pangan dapat kita ukur melalui persentase
pengeluaran dari pendapatan yang diterima setiap bulan yang digunakan untuk konsumsi
pangan. Sedangkan ketercukupan konsumsi kalori diukur melalui jumlah kalori yang
dikonsumsi. Dari pengukuran tersebut akhirnya didapatkan empat kategori derajat ketahanan
pangan yaitu :
1. Kategori 3 : rumah tangga tahan pangan merupakan rumah tangga dengan konsumsi
kalori tercukupi lebih dari 80 persen atau lebih dari 1.600 kkal/kapita/hari dan pangsa
pengeluaran untuk pangan yang kurang dari 60 persen.
2. Kategori 2 : rumah tangga rentan pangan merupakan rumah tangga dengan konsumsi
kalori tercukupi lebih dari 80 persen atau lebih dari 1.600 kkal/kapita/hari dan pangsa
pengeluaran untuk pangan yang ≤ 60 persen.
3. Kategori 1 : rumah tangga kurang pangan merupakan rumah tangga dengan konsumsi
kalori tercukupi ≤ 80 persen atau kurang dari 1.600 kkal/kapita/hari dan pangsa
pengeluaran untuk pangan yang lebih dari 60 persen.
4. Kategori 0 : rumah tangga rawan pangan merupakan rumah tangga dengan konsumsi
kalori tercukupi kurang dari 80 persen atau lebih dari 1.600 kkal/kapita/hari dan pangsa
pengeluaran untuk pangan yang ≥ 60 persen.
Pendekatan dari penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif.
Analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif ini bertujuan untuk mempermudah
pendeskripsian dan penafsirasn antar-variabel untuk ketahanan pangan masyarakat Jawa
Tengah. Penelitian ini akan menggunakan model multinomial logit sebagai teknik pengolahan
data. Metode multinomial logit ini terinspirasi dari sumber referensi, yaitu Sundari yang juga
meneliti terkait pengaruh raskin dan ketahanan pangan rumah tangga di Indonesia. Kemudian,
dari derajat ketahanan pangan yang sudah dideskripsikan didapatkan variabel terikat dati model
regresi multinomial logit ini. Variabel terikat (dependen variabel) yang didefinisikan sebagai
derajat ketahanan pangan dikategorikan sebagai berikut :
𝑌 = 0; derajat ketahanan pangan rumah tangga yang rawan pangan;
𝑌 = 1; derajat ketahanan pangan rumah tangga yang kurang pangan;
𝑌 = 2; derajat ketahanan pangan rumah tangga yang rentan pangan;
𝑌 = 3; derajat ketahanan pangan rumah tangga yang tahan pangan;
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh raskin terhadap ketahanan
pangan rumah tangga masyarakat Jawa Tengah. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik rumah tangga yang membutuhkan bantuan raskin sehingga dapat
meningkatkan ketahanan pangannya. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder nasional yang bersumber dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2019 sehingga jenis data bersifat cross section yang hanya berfokus pada
satu tahun, yaitu tahun 2019. Model yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah model
multinomial logit dengan variabel terikat bersifat kategorikal karena memiliki empat kategori.
Penggunaan model regresi multinomial logit dengan empat kategori variabel terikat bertujuan
untuk mengetahui determinan yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga,
sehingga dalam model ini kemudian didapatkan variabel-variabel bebas yang memengaruhi
seperti pengeluaran perkapita, pekerjaan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga,
umur kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, daerah tempat tinggal, jenis
kelamin atau gender kepala rumah tangga, dan penerimaan raskin.
Berikut merupakan variabel bebas berserta definisi variabel operasionalnya :
1. Pengeluaran perkapita, pengeluaran perkapita sejalan dengan indikator yang digunakan
untuk mengukur derajat ketahanan pangan yaitu, pangsa pengeluaran pangan.
2. Pekerjaan kepala rumah tangga, pekerjaan ini dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu, 0 = non-formal (pertanian dan buruh) serta 1 = formal. Pekerjaan dengan kategori
non-formal adalah ketika pekerjaan kepala rumah tangga sebagai petani ataupun buruh,
termasuk dalam kategori pertanian yaitu, perkebunan, peternakan, perikanan,
kehutanan, dan usaha pertanian lain.
3. Jumlah anggota rumah tangga, semua orang yang bertempat tinggal di rumah tangga
tersebut baik yang menetap maupun sementara pada waktu pencacahan. Orang yang
telah bertempat tinggal lebih dari 6 bulan di rumah tangga dianggap sebagai anggota
rumah tangga.
4. Umur kepala rumah tangga, jumlah tahun hidup dari kepala rumah tangga.
5. Pendidikan kepala rumah tangga, dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu 0= SMP
ke bawah (Pendidikan Dasar), 1=SMU (menengah), dan 2=SMU ke atas (Pendidikan
Tinggi).
6. Daerah tempat tinggal, dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu, 0=perdesaan dan
1=perkotaan.
7. Jenis kelamin atau gender kepala rumah tangga, dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu 0=perempuan dan 1=laki-laki.
8. Penerimaan raskin, penerimaan raskin juga dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
0=tidak menerima dan 1=menerima.

Dengan terdefinisikannya seluruh variabel baik variabel terikat dan bebas, maka model
logistik dengan empat kategori yaitu,
𝑃𝑖
ln ( ) = 𝑧𝑖 = 𝛽𝑖0 + 𝛽𝑖1 𝑃𝐸𝑁𝐺𝐸𝐿𝑈𝐴𝑅𝐴𝑁 + 𝛽𝑖2 𝐾𝐸𝑅𝐽𝐴 + 𝛽𝑖3 𝐴𝑅𝑇 + 𝛽𝑖4 𝑈𝑀𝑈𝑅
𝑃0
+ 𝛽𝑖5 𝑃𝐸𝑁𝐷𝐼𝐷𝐼𝐾𝐴𝑁 + 𝛽𝑖6 𝐷𝐴𝐸𝑅𝐴𝐻 + 𝛽𝑖7 𝐺𝐸𝑁𝐷𝐸𝑅 + 𝛽𝑖8 𝑅𝐴𝑆𝐾𝐼𝑁 + 𝜀𝑖
Probabilitas untuk masing-masing kategori model regresi multinomial logit dengan empat
kategori adalah :
𝑒 𝑧𝑖
𝑃𝑖 = 𝑃𝑟 (𝑌 = 𝑖|𝑥) =
1 + 𝑒 𝑧1 + 𝑒 𝑧2 + 𝑒 𝑧3
Dengan probabilitas suatu rumah tangga rawan pangan (i=0 dan 𝑒 𝑧0 = 1), atau kurang pangan
(i=1), rentan pangan (i=2), dan tahan pangan (i=3).
DAFTAR PUSTAKA

Bashir, M. K., Schilizzi, S., & Pandit, R. (2012). The determinants of rural household food
security in the Punjab, Pakistan: an econometric analysis (Working Paper 1203).
Crawley, Australia: School of Agricultural and Resource Economics, University of
Western Australia.
Bogale, A., & Shimelis, A. (2009). Household level determinants of food insecurity in rural
areas of Dire Dawa, Eastern Ethiopia. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition
and Development, 9 (9), 1914–1926.
BPS. (2022). Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019. Jakarta.
BPS. (2018). Rata-rat Konsumsi Kalori dan Protein perkapita.
https://jateng.bps.go.id/indicator/5/814/1/rata-rata-konsumsi-kalori-dan-protein-per-kapita-
per-hari-menurut-kelompok-makanan-di-provinsi-jawa-tengah.html (Diakses pada 19 Oktober
2022)
BULOG. Sekilas Raskin. http://www.bulog.co.id/beraspangan/rastra/sekilas-raskin-beras-
untuk-rakyat-miskin/ (Diakses pada 13 Oktober 2022)
Demeke, A. B., & Zeller, M. (2010). Impacts of Rainfall Shock on Smallholders Food Security
and Vulnerability in Rural Ethiopia: Learning from Household Panel Data.
Indonesia, R. (2012). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
Pandey, S. & Zhan, Min. (2006). Bachelor’s Degree for Women with Children : A Promising
Pathway to Poverty Reduction. Equal Opportunities International Vol. 25 No.7. DOI
10.1108/02610150610714358
Saliem, H. P., Lokollo, E. M., Purwantini, T. B., Ariani, M., & Marisa, Y. (2001). Analisis
Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga dan Regional (Laporan Penelitian
Puslitbang Sosek Pertanian, Badan Litbang Pertanian). Departemen Pertanian

Anda mungkin juga menyukai