Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS ( UINSI ) SAMARINDA
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB , DAN DAKWAH
Kampus I: Jl. KH Abul Hasan No. 03, Telp. (0541) 742193, Fax. (0541) 7268933 Samarinda
Website: http://www.fuad .uinsi-samarinda.ac.id E-mail: fuad@uinsi-samarinda.ac.id

MK yang di Ujikan: Ushul Fiqih Hari :-


Prodi/Semester :- Tanggal :-
Lokal :- Waktu :-
Dosen Pengampu : Drs. H. Azhar Qowim, M.PdI Bentuk Ujian : Open Book
Jumlah Peserta :- Bobot :2

Petunjuk :
1. Ujian bersifat open book.
2. Peserta ujian wajib menjawab sesuai petunjuk yang tertera pada soal.

Soal :

1. Jelaskan apa yang dimaksud ushul fiqih menurut ilmu syara’! (minimal 100 kata)
2. Apa tujuan ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqih? (minimal 100 kata)
3. Terangkan pengertian dalil secara istilah! ? (minimal 75 kata)
4. Sebutkan dan jelaskan 4 sumber hukum dalam Islam!
5. Susunlah ayat di bawah ini kemudian tuliskan artinya!

6. Ayat di bawah ini menjelaskan tentang apa? (minimal 50 kata)

7. Jelaskan apa yang dimaksud Assunnah secara istilah! (minimal 75 kata)


8. Apa arti ayat di bawah ini?
Nama Serli Prodi/Semester BKI/2
NIM 2242014028 Hari/Tanggal Senin/19 Juni 2023

Jawaban:

1. Ushul fiqih adalah Pengetahuan tentang dalil-dalil fiqih secara menyeluruh


dan tata cara memperoleh kesimpulan hukum darinya serta tentang kondisi
yang mengambil kesimpulannya. Ushul fikih adalah ilmu yang mengkaji
tentang dalil fiqih atau kaidah dengan tujuan untuk mengetahui cara-cara
penggunaannya. Dari kumpulan kaidah-kaidah dan bahasan-bahasan yang
berhubungan dengan dalil-dalil Syar’iyyah dari segi dalalahnya terhadap
suatu hukum, dan hukum-hukum yang diambil dari dalilny, serta hal-hal
yang berhubungan dengan kedua bahasan tersebut, berupa susulan dan
penyempurnaa, maka terbentuklah ilmu ushul fiqih. Jadi definisi ushul fiqih
menurut isitlah syara’ adalah pengetahuan tentang berbagai kaidah dan
bahasan, yang menjadi sarana untuk mengambil hukum-hukum syara’
mengenai perbuatan manusia dari dalil-dalilnya yang terperinci.
2. Tujuan dari ilmu fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap
perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqih merupakan rujukan seorang
hakim dalam keputusannya, rujukan seorang mufti dalam fatwanya, dan
rujukan seorang mukallaf untuk mengetahui hukum syara' yang berkenaan
dengan ucapan dan perbuatannya. Hal tersebut merupakan inti dari setiap
undang-undang pada umat mana pun, karena sesungguhnya undang-undang
itu hanya dimaksudkan agar materi-materi dan hukum-hukumnya
diterapkan pada perbuat- an dan ucapan manusia, dan memberitahukan
kepada setiap mukallaf terhadap hal-hal yang wajib dan haram atas dirinya.
Adapun tujuan dari ilmu ushul fiqih adalah menerapkan kaidah-kaidah dan
teori-teorinya terhadap dalil-dalil yang rinci untuk menghasilkan hukum
syara' yang ditunjuki dalil itu. Jadi, berdasarkan kaidah-kaidah dan bahasan-
bahasannya, maka nash- nash syara' dapat dipahami, hukum yang menjadi
dalalahnya dapat diketahui, dan sesuatu yang dapat menghilangkan ke-
samaran lafal yang samar dapat diketahui, serta dalil-dalil yang unggul
ketika terjadi pertentangan antara satu dalil dengan dalil lainnya juga dapat
diketahui berdasar pada kaidah-kaidah dan bahasan-bahasannya. Dapat pula
hukum diistimbathkan dengan qiyas, istihsan, istishhab, atau lainnya pada
kasus yang tidak terdapat nash mengenai hukumnya. Juga dengan kaidah-
kaidah dan bahasan-bahasannya ini pula, apa yang telah di- istimbathkan
oleh para imam mujtahid dapat dipahami secara sempurna. Di samping
dapat juga diadakan perbandingan antara mazhab yang berlainan mengenai
hukum suatu kasus Karena sesungguhnya memahami hukum secara apa
adanya dan membandingkan antara dua hukum yang berbeda tidak akan
terjadi, kecuali dengan melihat dalil hukumnya dan cara pengambilan
hukum dari dalilnya itu.
3. Dalil merupakan salah satu petunjuk yang penting dalam Islam. Karena dalil
menjadi bukti untuk menentukan kebenaran suatu peristiwa atau kejadian.
Dalil digunakan untuk menghilangkan segala keraguan yang masih ada
dalam diri manusia, dalil-dalil tersebut dapat diambil dari Al Quran, hadist,
ijma’, dan qiyas. Sedangkan dalil menurut istilah yaitu bukti yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk untuk menyatakan sesuatu itu benar atau salah.
Kebenaran dan kesalahan dapat diyakini jika ada bukti-bukti atau alasan
yang kuat yang menunjukkan atau menyatakan bahwa sesuatu itu benar atau
salah.
4. Hukum islam ada 4 yakni Al-Qur'an, Hadis, Ijma', Qiyas.
a. Al-Qur'an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan
Malaikat Jibril. Al- Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat
bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah kerasulan
dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang wajib
dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan
akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al- Quran
sebagai kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan
atau kelemahan yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai
tandingan, walaupun manusia itu adalah orang pintar.
b. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui
bahwa sabda, perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW
tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al Quran.
Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk
mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali
Imran ayat 32:

َ ٰ ‫سو َل ۚ فَاِن ت ََولَّوا فَا َِّن‬


٣٢ - َ‫ّللا َل يُحِ ب ال ٰكف ِِرين‬ ُ ‫الر‬ َ ٰ ‫قُل اَطِ يعُوا‬
َّ ‫ّللا َو‬

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu


berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat,
sebagai pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan
membuat hukum baru yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran.
Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada
kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal
dari ijtihad.
c. Ijma'
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum
hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis dalam suatu
perkara yang terjadi. Secara etimologi ijma’ mengandung dua arti, yang
pertama memiliki arti kesepakatan, kedua memiliki arti ketetapan hati
unyuk melakukan sesuatu atau keputusan.
d. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah
bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang
memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori
hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia
memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma.
5. ُ‫سو َل َوأُولِي اْلَم ِر مِ ن ُكم ۖ فَإِن تَنَازَ عتُم فِي شَيء فَ ُردوه‬ ُ ‫الر‬َّ ‫ّللا َوأَطِ يعُوا‬
َ َّ ‫يَا أَي َها الَّذِينَ آ َمنُوا أَطِ يعُوا‬
َ ‫اّلل َواليَو ِم اْلخِ ِر ۚ ٰذَلِكَ خَير َوأَح‬
‫س ُن تَأ ِوي ًل‬ ِ َّ ِ‫سو ِل إِن ُكنتُم تُؤمِ نُونَ ب‬
ُ ‫الر‬ ِ َّ ‫إِلَى‬
َّ ‫ّللا َو‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
6. Ayat ini berarti Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan
dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu
satu sama lain.”
Pada ayat ini, Allah swt menegaskan mukjizat Al-Qur'an dan keutamaan-
nya, yaitu Al-Qur'an benar-benar dari Allah dan diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. Sebagai bukti bahwa Al-Qur'an itu dari Allah, bukan
buatan Muhammad sebagaimana yang didakwakan oleh orang-orang kafir
Mekah dan ahli kitab, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar
menyampaikan tantangan kepada mereka yang mengabaikan dan meman-
dang Al-Qur'an itu bukan wahyu Allah untuk membuat tandingan Al-Qur'an.
Tetapi Allah menegaskan bahwa mereka tidak akan mampu membuat kitab
yang sama.
7. Secara istilah Assunnah dapat diartikan hal-hal yang datang dari Rasulullah
SAW, baik ucapan, tindakan, atau pengakuan (Taqrir). Assunnah menurut
istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam selain dari Al-Qur-an, baik perbuatan,
perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum
syar’i. Ulama ushul fiqih membahas dari segala yang disyari’atkan kepada
manusia sebagai undang-undang kehidupan dan meletakkan kaidah-kaidah
bagi perundang-undangan tersebut. Assunnah menurut istilah ahli fiqih
(fuqaha’) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya
sunnah. Assunnah menurut ulama Salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya, baik
tentang ilmu, i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya.
8. Artinya “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah”.

Anda mungkin juga menyukai