Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL SKRIPSI

PERAN ADVOKAT DALAM HUKUM PERDATA UNTUK

PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN DAN PEREBUTAN HAK

ASUH ANAK (HADHANAH)

Proposal ini Diajukan Kepada Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Untuk Memenuhi

Sebagian Syarat Mengikuti Program Skripsi

Disusun Oleh :Sheva Rahmawati Islamy

NIM Pengusul Proposal : 1220012

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS ANGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan
Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)

Penyusun : Sheva Rahmawati Islamy

NIM /NIMKO : 1220012

Prodi : Hukum Keluarga

Fakultas : Agama Islam

Perguruan Tinggi : Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum

Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk

dipertahankan di depan sidang tim penguji proposal skripsi Fakultas Agama Islam Universitas

Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.

Jombang, 28 April 2023

Menyetujui Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Mahmud Huda M.S.I) (H.M Samsukadi Lc, M.Th.I)

NIY. NIY.

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ahwal Al-Syakhsiyah
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang

Mahmud Huda M.S.I


NIPY. 11 010611 193
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai negara hukum, Indonesia harus memberikan jaminan perlindungan dan kepastian

hukum Rakyat Keamanan hukum kehidupan pribadi individu diatur dalam hukum perdata.

Hukum perdata adalah sistem hukum yang berurusan dengan hubungan antara individu dan

individu, individu dan masyarakat badan hukum atau badan hukum dengan badan hukum

yang secara tegas diatur olehnya kepentingan pribadi Purbacara, Pumadi (Halim & Gultom,

1987). Itu adalah istilah dalam hukum perdata hukum disebut hubungan hukum. Hubungan

hukum adalah hubungan subjek hukum (DNA atau lebih). Dalam hubungan hukum tersebut

terdapat hak dan kewajiban antara subjek hukum R Soeroso, (2011). Peran Advokat tidak

hanya hadir di persidangan, tetapi juga terlihat di luar pengadilan (Non Litigasi). Kebutuhan

akan jasa hukum saat ini semakin meningkat karena perkembangan kebutuhan hukum setiap

individu. Dengan memberikan layanan hukum, pengacara berpartisipasi berupa kompetensi

hukum masyarakat dan nasional di bidang ekonomi dan bisnis, termasuk penyelesaian

sengketa hukum.

Istilah dan pengertian Advokat dan Pengacara sebagai nama profesi Hukum dalam

sejarahnya telah dikenal dengan istilah Advokat dan Procureur di Negara Belanda, dan istilah

Barrister dan Solicitoir di Inggris, Advocate di Singapura, istilah Lawyer di Amerika yang

sekarang menjadi istilah yang digunakan secara intemasional (Rompaun Rambe, 2001).

Advokat dalam hal kedudukan sebagai penegak hukum dengan tujuan memperjuangkan

keadilan adalah setara dengan (Hakim, jaksa, polisi) karena peranya sama-sama pentingnya
semisal Polisi dengan penyidikanya, Jaksa dengan tuntutanya, Hakim dengan putusanya,

sedangkan Lawyer dengan pembelaanya. Namun dalam peran dan fungsinya masing masing

berbeda. Ditinjau dari wilayah kekuasaanya, Hakim menjalankan kekuasaan secara yudikatif,

jaksa dan polisi secara eksekutif sedangkan Lawyer menjalankan atas kuasa dari Klienya dan

tidak terpengaruh oleh kekuasaan Negara (eksekutif dan yudikatif) (H.Abdul Manan, 2000).

Pada prinsipnya tugas seorang Advokat/ Penasehat Hukum adalah memberikan nasehat atau

pembelaan dalam arti luas, tugas utama seorang Advokat adalah memberikan pelayanan

kepada Klien /Penerima Jasa Hukum. Dalam proses peradilan Perdata, meskipun salah satu

asasnya mengatakan dalam perkara perdata tidak harus diwakilkan dalam persidangan, akan

tetapi usaha pendayagunaan hak bantuan hukum bagi masyarakat yang buta akan hukum

inilah lazimnya sangat diperlukan jasa hukum dilakukan oleh penasihat hukum/advokat

(Risdalina, 2019).

Peranan advokat dalam memberikan jasa hukum dalam perkara perdata adalah bahwa

Advokat sebagai penerima kuasa atau mewakili dari penggugat maupun tergugat dalam

beracara di depan Pengadilan untuk menjelaskan dan meluruskan fakta-fakta serta bukti-

bukti yang dikemukakan oleh kliennya, sehingga dapat membantu dan mempermudah hakim

dalam mengambil suatu keputusan (Manurung, 2019). Profesi advokat termasuk profesi

mulia, karena ia dapat menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu

perkara baik yang berkaitan dengan perkara pidana, perdata maupun dalam tata usaha

Negara. Advokat juga dapat menjadi fasilitator dalam mencari kebenaran dan menegakkan

keadilan untuk membela hak asasi manusia dan memberikan pembelaan hukum yang bersifat

bebas dan mandiri. Namun kenyataannya di masyarakat profesi advokat (Handayani, 2015).

Dari penjelasan diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hak maupun
kewajiban advokat dan klien dan penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh advokat

atau klien jika terjadi perselisihan..

2. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman tentang arah penulisan proposal ini, maka penulis

membuat batasan-batasan permasalahan yang akan dipaparkan guna untuk mengantisipasi

lebarnya permasalahan, yaitu:

a. Fokus penelitian pada : Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian
Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)
b. Subyek yang diteliti adalah Praktisi Hukum yang ada di Pengadilan Agama

Jombang,yaitu Advokat yang sedang menangani sengketa perceraian dan perebutan hak

asuh anak.

c. Penelitian ini dilaksanakan di Pengadilan Agama Jombang.

d. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai bulan (April-Mei 2023)

3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Advokat dalam Hukum Perdata Sengketa Perceraian dan Perebutan

Hak Asuh Anak (Hadhanah)?

2. Kapan Peran Advokat dalam Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak

(Hadhanah) akan sangat dibutuhkan?

3. Apakah Semua Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)

memerlukan Peran Advokat?

4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan peran advokat dalam Hukum Perdata Sengketa Perceraian dan

Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah).


2. Untuk mengetahui waktu yang menunjukkan Peran Advokat dalam Sengketa Perceraian

dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah) akan sangat dibutuhkan

3. Untuk mengeksplore peran-peran advokat dalam sengketa Hukum perdata.

5. Penelitian Terdahulu

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian ini adalah:

melakukan penelitian terdahulu, dengan cara menelaah kajian kepustakaan. Hal ini dilakukan

untuk memastikan bahwa: masih belum ada penelitian sejenis yang pernah ditulis oleh para

peneliti sebelumnya. Memang penelitian yang terkait judul keadvokatan telah ada, Namun

penelitian dengan judul: “Upaya Preventif Advokat Dalam Menangani Perceraian Klien Di

Pengadilan Agama Jember” masih belum ada, terkecuali hanya terdapat beberapa kesamaan

topik saja dalam kajian terdahulu tersebut. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah:

1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Vicky Zulfikar Widiyantoro, mahasiswa program

studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,

pada tahun 2019, yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat dalam

Perkara Perceraian Secara Non Litigasi dan Litigasi di Pengadilan Agama Kota

Madiun”.1 Dalam penelitian skripsi ini membahas dua tema pokok besar, yaitu: (1)

Analisis yuridis mengenai dasar peran advokat dalam perkara perceraian pada tahap

litigasi dan non litigasi di Pengadilan Agama Kota Madiun, apakah sudah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan atau tidak. Dalam artian wajib mengutamakan

penyelesaian dengan jalan damai. Namun ada sebagian advokat dalam menjalankan

perannya tidak sesuai dengan Undang-Uundang advokat dan Undang-undang arbitrase,

1 Vicky Zulfikar Widiyantoro, “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat Dalam Perkara Perceraian Secara Non
Litigasi dan Litigasi Di Pengadilan Agama Kota Madiun” (Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019), 75.
yaitu langsung menyelesaikannya di pengadilan tanpa melakukan upaya damai di luar

pengadilan. (2) Pelaksanaan kode etik advokat terhadap peran advokat dalam perkara

perceraian di Pengadilan Agama Kota Madiun, sudah sesuai dengan kode etik advokat

yaitu pada bab III hubungan dengan klien pasal 4 ayat 1 atau tidak. Adapun persamaan

penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas adalah: sama-sama membahas judul

yang bertemakan peran advokat dalam menyelesaikan perkara perceraian. Adapun

perbedaannya adalah: penelitian terdahulu berfokuskan pada perkara perceraian dalam

tahap litigasi dan non litigasi, sedangkan penelitian ini hanya berfokuskan pada

menyelesaian perkara perceraian dalam tahap non litigasi saja.

2. Tesis yang ditulis oleh Joharmansyah, mahasiswa program studi Hukum Keluarga Islam,

Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, pada tahun 2020, yang

berjudul: “Implementasi Peran Advokat dalam Perkara Perceraian pada Tahap Sidang

Mediasi (Studi Pos BAKUM Pengadilan Agama Tanjung Karang)”. Hasil penelitian

terdahulu di atas berfokuskan pada peran advokat dalam mengurangi tingkat perceraiaan

di Pengadilan Agama Tanjung Karang Bandar Lampung dalam tahap sidang mediasi, dari

tahun 2017 sampai dengan 2019. Karena apabila perkara tersebut berujung pada

perceraiaan, maka akan berdampak buruk terhadap kondisi psikologis anak dari kedua

belah pihak yang bercerai dan juga akan berdampak negatif pada ekonomi keluarga. Dan

hasil penelitian ini juga berfokuskan mengenai faktor penyebab orang berperkara tanpa

menggunakan jasa advokat. Yaitu antara lain adalah: faktor ekonomi, honorarium yang

mahal, kurang profesionalnya advokat dalam menangani perkara sehingga muncul

anggapan bahwa memakai jasa advokat akan mempersulit masalah. Sedangkan faktor

penyebab orang menggunakan jasa advokat adalah: “faktor pendidikan” maksudnya:


ketidaktahuan tentang hukum, “faktor psikologis” yaitu: malu untuk datang ke

persidangan secara mandiri, sibuk dengan pekerjaan dan merasa perkara yang dihadapi

sangat berat sehingga tidak mampu menyelesaikannya sendiri. 2

Adapun persamaan penelitian terdahulu di atas dengan penelitian ini adalah: sama-sama

membahas topik tentang advokat dalam mengutamakan penyelesaian secara jalan damai pada

perkara perceraian. Adapun perbedaannya adalah: penelitian terdahulu berfokuskan pada perkara

perceraian dalam tahap sidang mediasi (litigasi). Adapun persamaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu: sama-sama membahas penelitian yang bertemakan advokat dalam

menyelesaikan kasus perkara di Pengadilan Agama. Adapun perbedaan adalah penelitian

terdahulu fokus pada penyebab klien menggunakan jasa advokat, sedangkan penelitian ini fokus

pada Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan

Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah).

7. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini akan disistematika menjadi 5 bab yang saling berkaitan

satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan: halaman

sampul,halaman judul,halaman persetujuan,halaman pengesahan, halaman penyataan

keaslian,halaman motto, persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi , halaman

daftar table, halaman daftar gambar, dan abstrak.

Pada Bab Pertama atau pendahuluan berisi sub bab,Latar Belakang Masalah Ruang Lingkup

Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Ssitematika pembahasan.

2Joharmansyah, “Implementasi Peran Advokat Dalam Perkara Perceraian Pada Tahap Sidang Mediasi (Studi Pos
BAKUM Pengadilan Agama Tanjung Karang)”, (Tesis, UIN Raden Intan Lampung, 2020), 79.
Pada Bab Kedua atau Landasan Teori memuat uraian tentang Tinjauan Pustaka Terdahulu

Dan Kerangka Teori Relevan Yang Terkait Dengan Tema Proposal Penelitian.

Pada Bab Ketiga atau Metode Penelitian memuat secara rinci mengenai Desain

Penelitian,Jenis Dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data.

Pada Bab Keempat Atau Hasil Dan Analisis, Bab Ini Berisi Hasil Penelitian Dan Analisis

Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan Perebutan

Hak Asuh Anak (Hadhanah).

Pada Bab Kelima Atau Penutup ,Pada Bab Ini Merupakan Bagian Akhir Dari Seluruh Uraian

Penelitian Ini Berupa Kesimpulan, Dimana Penulis Akan Menarik Kesimpulan Berdasarkan Apa

Saja Yang Telah Diuraikan Dalam Bab Sebelumnya. Serta Memberikan Saran Berupa Usulan

Yang Mungkin Dapat Diterapkan Dalam Praktik Peradilan.


BAB II

LANDASAN TEORI

1. Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian

dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)

1. Pengertian Peran

Pemahaman peran yang didefinisikan oleh para ahli mengungkapkan hal ini

Peran adalah bagian dinamis dari suatu jabatan atau jabatan. Seseorang Menjalankan hak dan

kewajiban berarti melakukan sesuatu Peran Peran lebih menunjukkan fungsi pengaturan diri

dan sebagai sebuah proses. Peran yang dimiliki seseorang misalnya tiga hal antara lain:

A. Peran tersebut mencakup standar yang terkait dengan posisi tersebut

seseorang dalam masyarakat.

B. Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang hadirin.

C. Perilaku manusia juga berperan, yang penting struktur sosial masyarakat.

Menurut Abu Ahmad (1982), peran tersebut sangat kompleks harapan manusia tentang

bagaimana individu harus berperilaku dan untuk bertindak dalam situasi tertentu berdasarkan

status dan aktivitas sosial. Menurut Soerjono Soekanto (2002:243 ), jadi perannya adalah aspek

dinamis dari posisi (status) selama eksekusi hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia memainkan peran .

2. Pengertian Advokat

Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

Pengadilan, dengan berdasarkan ketentuan undang-undang Advokat R.I. Nomor 18 tahun 2003.3

3 Presiden R.I. dan DPR R.I., Undang-undang R.I. Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, pasal 1 ayat (1)
Secara umum advokat adalah orang yang berhak membela seseorang atau kelompok yang

membutuhkan pembelaan hukum di pengadilan. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang

Pengacara Republik Indonesia Tahun 2003, pengertian Pengacara adalah orang yang profesinya

harus memberikan jasa hukum baik secara yuridis maupun di luar hukum dan yang memenuhi

syarat-syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hukum. Jasa hukum yang

diberikan oleh advokat meliputi nasihat hukum, pelaksanaan kuasa, bantuan hukum,

perwakilan, dukungan, pembelaan, serta melakukan tindakan hukum lainnya sesuai dengan

kepentingan hukum klien. Dalam hukum hukum, klien berarti orang, lembaga, badan hukum

atau orang lain yang menggunakan jasa hukum advokat. Siapapun yang memiliki gelar sarjana

hukum dan pelatihan khusus untuk profesi hukum, yang disetujui oleh asosiasi pengacara, yaitu

organisasi profesi yang didirikan berdasarkan Undang-undang.

Sebelum adanya UU Advokat, istilah untuk pembela keadilan cukup bervariasi, mulai dari

pengacara, konsultan hukum, penasihat hukum, advokat, dan lain sebagainya. Pada dasarnya,

advokat dan pengacara sama-sama dianggap sebagai pihak yang bisa memberikan jasa hukum

di pengadilan. Akan tetapi, yang membedakan yaitu wilayah dimana mereka bisa memberikan

jasa hukumnya. Seorang advokat merupakan seseorang yang memegang atau memiliki izin

memberikan jasa hukum di pengadilan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan

mempunyai wilayah untuk beracara di seluruh wilayah Republik Indonesia.

3. Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hukum atau aturan yang berpusat pada dua subject hukum atau lebih,

dengan menitikberatkan masalah pada kepentingan pribadi subject hukum tersebut. Hukum

perdata dalam arti yang lebih luas adalah hal-hal hukum dalam arti hukum perdata (BW), yaitu
semua hukum dasar yang mengatur kepentingan individu. Hukum perdata dalam arti sempit

adalah hukum perdata dalam pengertian Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW). Subekti

mengatakan hukum perdata dalam arti yang lebih luas mencakup semua hukum privat yang

substantif, yaitu semua hukum dasar yang mengatur kepentingan individu. Hukum perdata

kadang-kadang digunakan dalam arti yang lebih sempit sebagai lawan dari hukum komersial.

Hukum perdata menurut para ahli, Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.: Hukum perdata

(materil) adalah kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur hak-hak dan

kewajiban-kewajiban perdata.

· Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.: Hukum perdata adalah hukum antar-perorangan yang

mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan

keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat

4. Perceraian

“Putusnya Perkawinan”, adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU Perkawinan untuk

menjelaskan “Perceraian” atau berakhirnya hubungan perkawinan antara laki-laki dengan

perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri. Untuk maksud perceraian itu fiqh

menggunakan istilah furqah. Penggunaan istilah “Putusnya Perkawinan” ini harus dilakukan

dengan cara hati-hati, karena untuk pengertian perkawinan yang putus dalam istilah fiqh

tersebut digunakan kata “ba’in”, yaitu suatu bentuk perceraian yang suami tidak boleh kembali

lagi kepada mantan istrinya kecuali dengan melalui akad nikah yang baru. Ba’in yaitu

merupakan satu bagian atau bentuk dari perceraian, sebagai lawan dari pengertian perceraian

dalam bentuk raf’iy yaitu berceraianya suami dengan istrinya namun belum dalam bentuk yang

tuntas, karena kemungkinan masih kembali kepada mantan istrinya itu tanpa akad nikah baru
selama istrinya masih berada dalam iddah atau masa tunggu. Setelah habis masa tunggu itu

ternyata dia tidak kembali kepada mantan istrinya, baru perkawinannya bisa dikatakan putus

dalam arti sebenarnya, atau yang disebut ba’in. Istilah yang paling netral memang adalah

“Perceraian”, namun sulit pula digunakan istilah tersebut sebagai pengganti “Putusnya 16

Perkawinan”, karena perceraian itu merupakan salah satu bentuk dari putusnya perkawinan.

Untuk tidak terjebak dalam istilah tersebut, kita dapat saja menggunakan “Putusnya

Perkawinan”, namun dalam arti yang tidak sama dengan ba-in yang digunakan dalam fiqh, atau

ia dipandang sebagai sinonim dari istilah furqah yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh

(Syarifuddin, Amir, 2006:190).

Percerain menurut hukum Islam yang telah dipositifkan dalam Pasal 38 dan Pasal 39 UU

No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam PP No. 9 Tahun 1974, mencakup antara lain

sebagai berikut. 1) Percerain dalam pengertain cerai talak, adalah perceraian yang diajukan

permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada Pengadilan Agama, yang dianggap

terjadi dan berlaku beserta segala akibat hukumnya sejak saat perceraian itu dinyataakan

(diikrarkan) didepan pengadilan Agama (vide Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 PP No. 9 Tahun

1974).

Percerain dalam pengertian cerai gugat, adalah percerain yang diajukan gugatan cerainya

oleh dan atas inisiatif istri kepada Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku

beserta segala akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap (vide Pasal 20 sampai Pasal 36).

5. Hak Asuh Anak (Hadhanah)


Hak asuh anak atau hadhanah dalam ajaran Islam, dapat dipahami sebagai upaya anak belum

mampu membedakan dan memilih dengan tepat, mana hal baik dan buruk dalam hidupnya. Pada

usia tersebut, anak butuh orang dewasa untuk mengasuhnya. merawat, mengasuh, dan

memelihara anak yang umurnya kurang dari 12 tahun. Ayah maupun ibu memiliki hak asuh atas

anaknya, meskipun sudah bercerai. Dengan kata lain, kedua orang tua memiliki kewajiban yang

sama untuk memelihara dan mendidik anaknya.

Hadhanah berasal dari akar bahasa Arab (‫حِ ضْنا‬-ُ‫ُيحضن‬-َُ‫ضن‬


َ ‫ )ح‬yang berarti mengasuh, merawat,

memeluk. Selain kata dasar tersebut, menurut Sayyid Sabiq, dasar dari kata hadhanah dapat

disandarkan pada kata al-Hidnan yang berarti lambung atau sesuatu yang terletak antara ketiak

dan pusar. Hadhana ath-Thaa’ir Baidhadhu, berarti seekor burung yang menghimpit telurnya

(mengerami) diantara kedua sayap dan badannya. Salah satu pengertian hadhanah diberikan oleh

sayyid sabiq yang artinya hadhana mengasuh anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan

atau dewasa tetapi belum tamyiz atau belum berakal dan belum bisa membedakan antara yang

baik dan yang buruk, tidak . belum bisa menjaga dirinya sendiri dan masih belum tahu

bagaimana melakukan apapun dan bagaimana melindunginya dari seseorang yang menyakiti dan

menyakitinya, bagaimana memperlakukannya baik secara fisik maupun mental serta mendidik

dan merawat secara mental atau intelektual agar dia bisa menguasai tantangan hidup dan

memikul tanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pada pasal 41, bisa

disimpulkan bahwa kedua orang tua memiliki kewajiban yang sama untuk memelihara dan

mendidik anaknya. Jika kedua orang tua tak melayangkan gugatan terkait hak asuh atas anaknya

saat bercerai, maka permasalahan hak asuh pun tak perlu diselesaikan di pengadilan. Aturan

terkait pemegang hak asuh anak dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam Pasal

105 KHI, pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun merupakan
hak ibunya. Saat anak tersebut berusia 12 tahun, maka sang anak akan memilih di antara ayah

atau ibunya sebagai pemegang hak asuhnya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan subyek penelitian, baik tempat maupun sumber data, maka medan penelitian ini

adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu

berbicara dan mengamati secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi

selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tetang mereka, sejarah hidup mereka, kebiasaan

mereka, harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas

baru, mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal ini sering dianggap

menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan juga memakan waktu, menguras emosional, dan

kadang-kadang secara fisik berbahaya.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dimana penelitian

kualitatif merupakan sebuah metode riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis dengan pendekatan induktif.4 Dengan pendekatan deskriptif yang dimaksudkan untuk

menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan

dalam bentuk laporan penelitian. 5 Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian

ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel bebas, tetapi menggambarkan

suatu kondisi apa adanya di masyarakat.

4
Samuel S. Lusi dan Arnold Nggili, Asyiknya Penelitian Ilmiyah dan Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2013), 43.
5
Ibid, 3.
B. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian terhadap orang-orang dewasa

yang dalam sengketa Perebutan Hak Asuh Anak dan Advokat yang ada di Pengadilan Agama

Jombang.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian.

Data-data ini diperoleh dari catatan, foto, rekaman, jurnal hasil riset, artikel, skripsi, tesis,

dan disertasi serta dokumen-dokumen yang ada di Pengadilan Agama Jombang.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Maka metode

pengumpulan data yaitu:

1. Metode Observasi Langsung (Participant Observation)

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung perilaku individu dan

interaksi mereka dalam tempat penelitian. Observasi langsung ini merupakan alat yang

mumpuni untuk mengetes suatu kebenaran untuk melihat secara langung dan mengamati

sendiri.

Observasi ini dilakukan dengan melihat perilaku sosial remaja yang terjadi di

lingkungan masyarakat, adapun hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi ini yaitu,

Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan

Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)

2. Metode Wawancara
Wawancara disini yang dimaksud adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak.

Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi kepada orang tua dan remaja.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi Upaya Mediasi Non Litigasi

Terhadap Sengketa Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah) di Pengadilan Agama Jombang.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat

atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh peneliti. Dalam metode

dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data yang yang berhubungan dengan

penelitian yang nanti akan diformulasikan dan disusun dalam bentuk laporan sesuai

kebutuhan yang diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

• Joharmansyah, “Implementasi Peran Advokat Dalam Perkara Perceraian Pada Tahap


Sidang Mediasi (Studi Pos BAKUM Pengadilan Agama Tanjung Karang)”, (Tesis, UIN
Raden Intan Lampung, 2020), 79.
• Samuel S. Lusi dan Arnold Nggili, Asyiknya Penelitian Ilmiyah dan Penelitian Tindakan
Kelas (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013), 43
• Fauzan Januri, Moh. Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial. Bandung: CV Pustaka
Setia, 2013.
• Ishaq. Pendidikan Keadvokatan. Jakarta: Sinar Grafika, 2016
• Khoirin, Nur. Peran dan fungsi advokat dan lembaga bantuan hukum. Semarang:
Basscom Multimedia Grafika, 2015.
• Tarantang, Jefry. Advokat Mulia (Paradigma Hukum Profetik dalam Penyelesaian
Sengketa Hukum Keluarga Islam). Yogyakarta: KMedia, 2018.

Anda mungkin juga menyukai