Proposal ini Diajukan Kepada Prodi Hukum Keluarga Fakultas Agama Islam Untuk Memenuhi
2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul : Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan
Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)
Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk
dipertahankan di depan sidang tim penguji proposal skripsi Fakultas Agama Islam Universitas
Menyetujui Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
NIY. NIY.
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ahwal Al-Syakhsiyah
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai negara hukum, Indonesia harus memberikan jaminan perlindungan dan kepastian
hukum Rakyat Keamanan hukum kehidupan pribadi individu diatur dalam hukum perdata.
Hukum perdata adalah sistem hukum yang berurusan dengan hubungan antara individu dan
individu, individu dan masyarakat badan hukum atau badan hukum dengan badan hukum
yang secara tegas diatur olehnya kepentingan pribadi Purbacara, Pumadi (Halim & Gultom,
1987). Itu adalah istilah dalam hukum perdata hukum disebut hubungan hukum. Hubungan
hukum adalah hubungan subjek hukum (DNA atau lebih). Dalam hubungan hukum tersebut
terdapat hak dan kewajiban antara subjek hukum R Soeroso, (2011). Peran Advokat tidak
hanya hadir di persidangan, tetapi juga terlihat di luar pengadilan (Non Litigasi). Kebutuhan
akan jasa hukum saat ini semakin meningkat karena perkembangan kebutuhan hukum setiap
hukum masyarakat dan nasional di bidang ekonomi dan bisnis, termasuk penyelesaian
sengketa hukum.
Istilah dan pengertian Advokat dan Pengacara sebagai nama profesi Hukum dalam
sejarahnya telah dikenal dengan istilah Advokat dan Procureur di Negara Belanda, dan istilah
Barrister dan Solicitoir di Inggris, Advocate di Singapura, istilah Lawyer di Amerika yang
sekarang menjadi istilah yang digunakan secara intemasional (Rompaun Rambe, 2001).
Advokat dalam hal kedudukan sebagai penegak hukum dengan tujuan memperjuangkan
keadilan adalah setara dengan (Hakim, jaksa, polisi) karena peranya sama-sama pentingnya
semisal Polisi dengan penyidikanya, Jaksa dengan tuntutanya, Hakim dengan putusanya,
sedangkan Lawyer dengan pembelaanya. Namun dalam peran dan fungsinya masing masing
berbeda. Ditinjau dari wilayah kekuasaanya, Hakim menjalankan kekuasaan secara yudikatif,
jaksa dan polisi secara eksekutif sedangkan Lawyer menjalankan atas kuasa dari Klienya dan
tidak terpengaruh oleh kekuasaan Negara (eksekutif dan yudikatif) (H.Abdul Manan, 2000).
Pada prinsipnya tugas seorang Advokat/ Penasehat Hukum adalah memberikan nasehat atau
pembelaan dalam arti luas, tugas utama seorang Advokat adalah memberikan pelayanan
kepada Klien /Penerima Jasa Hukum. Dalam proses peradilan Perdata, meskipun salah satu
asasnya mengatakan dalam perkara perdata tidak harus diwakilkan dalam persidangan, akan
tetapi usaha pendayagunaan hak bantuan hukum bagi masyarakat yang buta akan hukum
inilah lazimnya sangat diperlukan jasa hukum dilakukan oleh penasihat hukum/advokat
(Risdalina, 2019).
Peranan advokat dalam memberikan jasa hukum dalam perkara perdata adalah bahwa
Advokat sebagai penerima kuasa atau mewakili dari penggugat maupun tergugat dalam
beracara di depan Pengadilan untuk menjelaskan dan meluruskan fakta-fakta serta bukti-
bukti yang dikemukakan oleh kliennya, sehingga dapat membantu dan mempermudah hakim
dalam mengambil suatu keputusan (Manurung, 2019). Profesi advokat termasuk profesi
mulia, karena ia dapat menjadi mediator bagi para pihak yang bersengketa tentang suatu
perkara baik yang berkaitan dengan perkara pidana, perdata maupun dalam tata usaha
Negara. Advokat juga dapat menjadi fasilitator dalam mencari kebenaran dan menegakkan
keadilan untuk membela hak asasi manusia dan memberikan pembelaan hukum yang bersifat
bebas dan mandiri. Namun kenyataannya di masyarakat profesi advokat (Handayani, 2015).
Dari penjelasan diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hak maupun
kewajiban advokat dan klien dan penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh advokat
Untuk memudahkan pemahaman tentang arah penulisan proposal ini, maka penulis
a. Fokus penelitian pada : Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian
Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)
b. Subyek yang diteliti adalah Praktisi Hukum yang ada di Pengadilan Agama
Jombang,yaitu Advokat yang sedang menangani sengketa perceraian dan perebutan hak
asuh anak.
d. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, terhitung mulai bulan (April-Mei 2023)
3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Advokat dalam Hukum Perdata Sengketa Perceraian dan Perebutan
2. Kapan Peran Advokat dalam Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak
3. Apakah Semua Sengketa Perceraian dan Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah)
1. Untuk mendeskripsikan peran advokat dalam Hukum Perdata Sengketa Perceraian dan
5. Penelitian Terdahulu
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian ini adalah:
melakukan penelitian terdahulu, dengan cara menelaah kajian kepustakaan. Hal ini dilakukan
untuk memastikan bahwa: masih belum ada penelitian sejenis yang pernah ditulis oleh para
peneliti sebelumnya. Memang penelitian yang terkait judul keadvokatan telah ada, Namun
penelitian dengan judul: “Upaya Preventif Advokat Dalam Menangani Perceraian Klien Di
Pengadilan Agama Jember” masih belum ada, terkecuali hanya terdapat beberapa kesamaan
topik saja dalam kajian terdahulu tersebut. Adapun beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah:
1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Vicky Zulfikar Widiyantoro, mahasiswa program
studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo,
pada tahun 2019, yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat dalam
Perkara Perceraian Secara Non Litigasi dan Litigasi di Pengadilan Agama Kota
Madiun”.1 Dalam penelitian skripsi ini membahas dua tema pokok besar, yaitu: (1)
Analisis yuridis mengenai dasar peran advokat dalam perkara perceraian pada tahap
litigasi dan non litigasi di Pengadilan Agama Kota Madiun, apakah sudah sesuai dengan
penyelesaian dengan jalan damai. Namun ada sebagian advokat dalam menjalankan
1 Vicky Zulfikar Widiyantoro, “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat Dalam Perkara Perceraian Secara Non
Litigasi dan Litigasi Di Pengadilan Agama Kota Madiun” (Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019), 75.
yaitu langsung menyelesaikannya di pengadilan tanpa melakukan upaya damai di luar
pengadilan. (2) Pelaksanaan kode etik advokat terhadap peran advokat dalam perkara
perceraian di Pengadilan Agama Kota Madiun, sudah sesuai dengan kode etik advokat
yaitu pada bab III hubungan dengan klien pasal 4 ayat 1 atau tidak. Adapun persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu di atas adalah: sama-sama membahas judul
tahap litigasi dan non litigasi, sedangkan penelitian ini hanya berfokuskan pada
2. Tesis yang ditulis oleh Joharmansyah, mahasiswa program studi Hukum Keluarga Islam,
Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, pada tahun 2020, yang
berjudul: “Implementasi Peran Advokat dalam Perkara Perceraian pada Tahap Sidang
Mediasi (Studi Pos BAKUM Pengadilan Agama Tanjung Karang)”. Hasil penelitian
terdahulu di atas berfokuskan pada peran advokat dalam mengurangi tingkat perceraiaan
di Pengadilan Agama Tanjung Karang Bandar Lampung dalam tahap sidang mediasi, dari
tahun 2017 sampai dengan 2019. Karena apabila perkara tersebut berujung pada
perceraiaan, maka akan berdampak buruk terhadap kondisi psikologis anak dari kedua
belah pihak yang bercerai dan juga akan berdampak negatif pada ekonomi keluarga. Dan
hasil penelitian ini juga berfokuskan mengenai faktor penyebab orang berperkara tanpa
menggunakan jasa advokat. Yaitu antara lain adalah: faktor ekonomi, honorarium yang
anggapan bahwa memakai jasa advokat akan mempersulit masalah. Sedangkan faktor
persidangan secara mandiri, sibuk dengan pekerjaan dan merasa perkara yang dihadapi
Adapun persamaan penelitian terdahulu di atas dengan penelitian ini adalah: sama-sama
membahas topik tentang advokat dalam mengutamakan penyelesaian secara jalan damai pada
perkara perceraian. Adapun perbedaannya adalah: penelitian terdahulu berfokuskan pada perkara
perceraian dalam tahap sidang mediasi (litigasi). Adapun persamaan penelitian ini dengan
terdahulu fokus pada penyebab klien menggunakan jasa advokat, sedangkan penelitian ini fokus
pada Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan
7. Sistematika Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian ini akan disistematika menjadi 5 bab yang saling berkaitan
satu sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan: halaman
keaslian,halaman motto, persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi , halaman
Pada Bab Pertama atau pendahuluan berisi sub bab,Latar Belakang Masalah Ruang Lingkup
Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian dan Ssitematika pembahasan.
2Joharmansyah, “Implementasi Peran Advokat Dalam Perkara Perceraian Pada Tahap Sidang Mediasi (Studi Pos
BAKUM Pengadilan Agama Tanjung Karang)”, (Tesis, UIN Raden Intan Lampung, 2020), 79.
Pada Bab Kedua atau Landasan Teori memuat uraian tentang Tinjauan Pustaka Terdahulu
Dan Kerangka Teori Relevan Yang Terkait Dengan Tema Proposal Penelitian.
Pada Bab Ketiga atau Metode Penelitian memuat secara rinci mengenai Desain
Pada Bab Keempat Atau Hasil Dan Analisis, Bab Ini Berisi Hasil Penelitian Dan Analisis
Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan Perebutan
Pada Bab Kelima Atau Penutup ,Pada Bab Ini Merupakan Bagian Akhir Dari Seluruh Uraian
Penelitian Ini Berupa Kesimpulan, Dimana Penulis Akan Menarik Kesimpulan Berdasarkan Apa
Saja Yang Telah Diuraikan Dalam Bab Sebelumnya. Serta Memberikan Saran Berupa Usulan
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Peran
Pemahaman peran yang didefinisikan oleh para ahli mengungkapkan hal ini
Peran adalah bagian dinamis dari suatu jabatan atau jabatan. Seseorang Menjalankan hak dan
kewajiban berarti melakukan sesuatu Peran Peran lebih menunjukkan fungsi pengaturan diri
dan sebagai sebuah proses. Peran yang dimiliki seseorang misalnya tiga hal antara lain:
Menurut Abu Ahmad (1982), peran tersebut sangat kompleks harapan manusia tentang
bagaimana individu harus berperilaku dan untuk bertindak dalam situasi tertentu berdasarkan
status dan aktivitas sosial. Menurut Soerjono Soekanto (2002:243 ), jadi perannya adalah aspek
dinamis dari posisi (status) selama eksekusi hak dan kewajibannya sesuai dengan
2. Pengertian Advokat
Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
Pengadilan, dengan berdasarkan ketentuan undang-undang Advokat R.I. Nomor 18 tahun 2003.3
3 Presiden R.I. dan DPR R.I., Undang-undang R.I. Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat, pasal 1 ayat (1)
Secara umum advokat adalah orang yang berhak membela seseorang atau kelompok yang
Pengacara Republik Indonesia Tahun 2003, pengertian Pengacara adalah orang yang profesinya
harus memberikan jasa hukum baik secara yuridis maupun di luar hukum dan yang memenuhi
diberikan oleh advokat meliputi nasihat hukum, pelaksanaan kuasa, bantuan hukum,
perwakilan, dukungan, pembelaan, serta melakukan tindakan hukum lainnya sesuai dengan
kepentingan hukum klien. Dalam hukum hukum, klien berarti orang, lembaga, badan hukum
atau orang lain yang menggunakan jasa hukum advokat. Siapapun yang memiliki gelar sarjana
hukum dan pelatihan khusus untuk profesi hukum, yang disetujui oleh asosiasi pengacara, yaitu
Sebelum adanya UU Advokat, istilah untuk pembela keadilan cukup bervariasi, mulai dari
pengacara, konsultan hukum, penasihat hukum, advokat, dan lain sebagainya. Pada dasarnya,
advokat dan pengacara sama-sama dianggap sebagai pihak yang bisa memberikan jasa hukum
di pengadilan. Akan tetapi, yang membedakan yaitu wilayah dimana mereka bisa memberikan
jasa hukumnya. Seorang advokat merupakan seseorang yang memegang atau memiliki izin
memberikan jasa hukum di pengadilan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan
3. Hukum Perdata
Hukum perdata adalah hukum atau aturan yang berpusat pada dua subject hukum atau lebih,
dengan menitikberatkan masalah pada kepentingan pribadi subject hukum tersebut. Hukum
perdata dalam arti yang lebih luas adalah hal-hal hukum dalam arti hukum perdata (BW), yaitu
semua hukum dasar yang mengatur kepentingan individu. Hukum perdata dalam arti sempit
adalah hukum perdata dalam pengertian Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW). Subekti
mengatakan hukum perdata dalam arti yang lebih luas mencakup semua hukum privat yang
substantif, yaitu semua hukum dasar yang mengatur kepentingan individu. Hukum perdata
kadang-kadang digunakan dalam arti yang lebih sempit sebagai lawan dari hukum komersial.
Hukum perdata menurut para ahli, Prof. Soediman Kartohadiprodjo, S.H.: Hukum perdata
(materil) adalah kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata.
· Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H.: Hukum perdata adalah hukum antar-perorangan yang
mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu terhadap yang lain di dalam hubungan
4. Perceraian
“Putusnya Perkawinan”, adalah istilah hukum yang digunakan dalam UU Perkawinan untuk
perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri. Untuk maksud perceraian itu fiqh
menggunakan istilah furqah. Penggunaan istilah “Putusnya Perkawinan” ini harus dilakukan
dengan cara hati-hati, karena untuk pengertian perkawinan yang putus dalam istilah fiqh
tersebut digunakan kata “ba’in”, yaitu suatu bentuk perceraian yang suami tidak boleh kembali
lagi kepada mantan istrinya kecuali dengan melalui akad nikah yang baru. Ba’in yaitu
merupakan satu bagian atau bentuk dari perceraian, sebagai lawan dari pengertian perceraian
dalam bentuk raf’iy yaitu berceraianya suami dengan istrinya namun belum dalam bentuk yang
tuntas, karena kemungkinan masih kembali kepada mantan istrinya itu tanpa akad nikah baru
selama istrinya masih berada dalam iddah atau masa tunggu. Setelah habis masa tunggu itu
ternyata dia tidak kembali kepada mantan istrinya, baru perkawinannya bisa dikatakan putus
dalam arti sebenarnya, atau yang disebut ba’in. Istilah yang paling netral memang adalah
“Perceraian”, namun sulit pula digunakan istilah tersebut sebagai pengganti “Putusnya 16
Perkawinan”, karena perceraian itu merupakan salah satu bentuk dari putusnya perkawinan.
Untuk tidak terjebak dalam istilah tersebut, kita dapat saja menggunakan “Putusnya
Perkawinan”, namun dalam arti yang tidak sama dengan ba-in yang digunakan dalam fiqh, atau
ia dipandang sebagai sinonim dari istilah furqah yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh
Percerain menurut hukum Islam yang telah dipositifkan dalam Pasal 38 dan Pasal 39 UU
No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam PP No. 9 Tahun 1974, mencakup antara lain
sebagai berikut. 1) Percerain dalam pengertain cerai talak, adalah perceraian yang diajukan
permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada Pengadilan Agama, yang dianggap
terjadi dan berlaku beserta segala akibat hukumnya sejak saat perceraian itu dinyataakan
(diikrarkan) didepan pengadilan Agama (vide Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 PP No. 9 Tahun
1974).
Percerain dalam pengertian cerai gugat, adalah percerain yang diajukan gugatan cerainya
oleh dan atas inisiatif istri kepada Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku
beserta segala akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah
mampu membedakan dan memilih dengan tepat, mana hal baik dan buruk dalam hidupnya. Pada
usia tersebut, anak butuh orang dewasa untuk mengasuhnya. merawat, mengasuh, dan
memelihara anak yang umurnya kurang dari 12 tahun. Ayah maupun ibu memiliki hak asuh atas
anaknya, meskipun sudah bercerai. Dengan kata lain, kedua orang tua memiliki kewajiban yang
memeluk. Selain kata dasar tersebut, menurut Sayyid Sabiq, dasar dari kata hadhanah dapat
disandarkan pada kata al-Hidnan yang berarti lambung atau sesuatu yang terletak antara ketiak
dan pusar. Hadhana ath-Thaa’ir Baidhadhu, berarti seekor burung yang menghimpit telurnya
(mengerami) diantara kedua sayap dan badannya. Salah satu pengertian hadhanah diberikan oleh
sayyid sabiq yang artinya hadhana mengasuh anak yang masih kecil laki-laki atau perempuan
atau dewasa tetapi belum tamyiz atau belum berakal dan belum bisa membedakan antara yang
baik dan yang buruk, tidak . belum bisa menjaga dirinya sendiri dan masih belum tahu
bagaimana melakukan apapun dan bagaimana melindunginya dari seseorang yang menyakiti dan
menyakitinya, bagaimana memperlakukannya baik secara fisik maupun mental serta mendidik
dan merawat secara mental atau intelektual agar dia bisa menguasai tantangan hidup dan
memikul tanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1974 pada pasal 41, bisa
disimpulkan bahwa kedua orang tua memiliki kewajiban yang sama untuk memelihara dan
mendidik anaknya. Jika kedua orang tua tak melayangkan gugatan terkait hak asuh atas anaknya
saat bercerai, maka permasalahan hak asuh pun tak perlu diselesaikan di pengadilan. Aturan
terkait pemegang hak asuh anak dituangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam Pasal
105 KHI, pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12 tahun merupakan
hak ibunya. Saat anak tersebut berusia 12 tahun, maka sang anak akan memilih di antara ayah
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Berdasarkan subyek penelitian, baik tempat maupun sumber data, maka medan penelitian ini
adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian lapangan, peneliti secara individu
berbicara dan mengamati secara langsung orang-orang yang sedang ditelitinya. Melalui interaksi
selama beberapa bulan atau tahun mempelajari tetang mereka, sejarah hidup mereka, kebiasaan
mereka, harapan, ketakutan, dan mimpi mereka. Peneliti bertemu dengan orang atau komunitas
baru, mengembangkan persahabatan, dan menemukan dunia sosial baru, hal ini sering dianggap
menyenangkan. Akan tetapi, penelitian lapangan juga memakan waktu, menguras emosional, dan
kualitatif merupakan sebuah metode riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif.4 Dengan pendekatan deskriptif yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan
dalam bentuk laporan penelitian. 5 Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel bebas, tetapi menggambarkan
4
Samuel S. Lusi dan Arnold Nggili, Asyiknya Penelitian Ilmiyah dan Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: C.V
Andi Offset, 2013), 43.
5
Ibid, 3.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian terhadap orang-orang dewasa
yang dalam sengketa Perebutan Hak Asuh Anak dan Advokat yang ada di Pengadilan Agama
Jombang.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian.
Data-data ini diperoleh dari catatan, foto, rekaman, jurnal hasil riset, artikel, skripsi, tesis,
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung perilaku individu dan
interaksi mereka dalam tempat penelitian. Observasi langsung ini merupakan alat yang
mumpuni untuk mengetes suatu kebenaran untuk melihat secara langung dan mengamati
sendiri.
Observasi ini dilakukan dengan melihat perilaku sosial remaja yang terjadi di
lingkungan masyarakat, adapun hal-hal yang diamati dalam kegiatan observasi ini yaitu,
Peran Advokat Dalam Hukum Perdata untuk Penyelesaian Sengketa Perceraian dan
2. Metode Wawancara
Wawancara disini yang dimaksud adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak.
Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi kepada orang tua dan remaja.
Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi Upaya Mediasi Non Litigasi
Terhadap Sengketa Perebutan Hak Asuh Anak (Hadhanah) di Pengadilan Agama Jombang.
3. Metode Dokumentasi
penelitian yang nanti akan diformulasikan dan disusun dalam bentuk laporan sesuai