Anda di halaman 1dari 12

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul ajar elektronik interaktif berbantuan
canva pada materi tata surya dan meningkatkan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode 4D, yaitu Define, Design, Development, dan Disseminant.
Setelah diuji kepada siswa, modul ini berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uji N-gain, nilai test siswa naik sebesar 62% dengan kategori sedang. Hasil
validasi dari validator pun menyatakan bahwa modul ini layak digunakan dengan hasil uji
validator sebesar 80,69. Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitan, modul elektronik
interaktif untuk pembelajaran tata surya ini terbukti valid dan efektif digunakan dalam
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI pada materi tata surya.

Pendahuluan

IPA berasal dari istilah bahasa Inggris, natural science. Science secara harfiah diartikan
sebagai ilmu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu merupakan pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu dan dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu tersebut. Sementara itu, natural berarti alam
sehingga IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji mengenai fenomena-fenomena
alam dan menjelaskan gejala-gejala alam tersebut, baik pada benda hidup maupun mati.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat


1menyatakan bahwa kurikulum dasar dan menengah wajib memuat Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Materi dalam Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan alam dan sekitarnya (UU
Sisdiknas 2003:20). Menurut Depdiknas, hakikat dan tujuan pembelajaran IPA adalah
memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,
keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, mengembangkan
keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam, meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep
dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran IPA mengharapkan hasil belajar yang terbagi ke
dalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan siswa dalam
memahami konsep IPA, membangun sikap ilmiah, dan terampil dalam proses pembelajaran
dijadikan patokan untuk menilai berhasil atau tidaknya pembelajaran IPA. Tujuan
pembelajaran IPA ini tidak akan tercapai apabila pengajarannya berpusat kepada guru. Siswa
perlu melakukan percobaan, pengamatan, dan eksperimen untuk membangun pemahaman
mengenai materi IPA secara mandiri sehingga sikap ilmiah dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA muncul dengan sendirinya.

Siswa sekolah dasar masuk ke dalam kategori operasi konkret. Tahap operasi konkrit terjadi
pada rentang usia 7-11 tahun. Pada tahap ini akan dapat berpikir secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam
bentukbentuk yang berbeda.Kemampuan untuk mengklasifikasikan sesuatu sudah ada, tetapi
belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental
yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata.

Bagi siswa sekolah dasar, gejala-gejala alam dan fenomena-fenomena alam yang dipelajari
dalam pembelajaran IPA ini tentu harus bisa diamati karena pola berpikir mereka yang masih
berdasarkan pada pengamatan-pengamatan benda nyata dan belum mampu untuk berpikir
abstrak. Akan tetapi, beberapa materi IPA yang dipelajari di sekolah dasar tidak
memungkinkan untuk dipelajari melalui pengamatan langsung. Salah satu contoh materi IPA
yang tidak bisa dipelajari dengan cara yang benar-benar konkret adalah materi tata surya yang
dipelajari di kelas VI sekolah dasar.

Tata Surya merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari matahari, delapan planet, planet
kerdil, komet, asteroid dan benda-benda angkasa kecil lainnya. Di sekolah dasar, pengajaran
materi ini tentu memerlukan sebuah terobosan media yang dapat membantu guru untuk
menjelaskan konsep tata surya kepada siswa. Materi tata surya tidak mungkin bisa diajarkan
melalui pengamatan langsung objek-objek tata surya kepada siswa. Oleh karena itu,
pengajaran konkret materi ini perlu sedikit dimodifikasi agar pembelajaran dapat mungkin
untuk dilakukan.

Berdasarkan pengamatan peniliti di SDN 06 Pondok Kelapa, peneliti mendapat kesimpulan


bahwa siswa kelas VI di sekolah dasar tersebut kurang memahami materi tata surya. Ini bisa
dibuktikan dengan rendahnya nilai tes pada materi tata surya yang dikerjakan oleh siswa.
Selain itu, pembelajaran materi tata surya yang dilakukan guru sama sekali tidak memberikan
siswa kesempatan untuk membangun konsepnya sendiri sehingga materi yang tersampaikan
pun tampak sia-sia.

Keberhasilan suatu pengetahuan, biasanya dilihat dari kuantitas banyaknya produk dan
bagaimana produk tersebut bisa bermanfaat bagi banyak orang. Akan tetapi, barometer IPA
yang menjadikannya pengetahuan esensial bukan hanya dilihat dari dua faktor tersebut.
Proses dari bagaimana pengetahuan tersebut digali, atau secara singkatnya adalah proses
berpikir secara ilmiah, merupakan sikap yang harus ada dalam setiap orang yang mempelajari
IPA dan juga menjadi penanda keberhasilan IPA itu sendiri.

Aktivitas belajar di sekolah dasar yang melibatkan IPA mengharuskan pendidik untuk
memberikan ruang sebesar-besarnya kepada siswa untuk membangun rasa ingin tahu dan
konsep pemahamannya sendiri. Hal ini sesuai dengan keterkaitan fungsional antara belajar
dan pembelajaran bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau
dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran
IPA di sekolah dasar dilaksanakan agar siswa tertarik untuk memahami konsep IPA dan
merealisasikan ketertarikannya tersebut dengan kegiatan belajar.

Media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan pendidik untuk membantu agar
pembelajaran menjadi efektif. Seperti yang dikemukakan McKown dalam bukunya “Audio
Visual Aids to Instruction,” terdapat 4 fungsi dari media pembelajaran. Pertama,media
pembelajaran membuat konsep yang tadinya abstrak menjadi konkret. Kedua, media
pembelajaran menarik perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan sehingga motivasi
belajar siswa meningkat. Ketiga, media pembelajaran memberikan pengalaman belajar yang
lebih jelas. Keempat, media pembelajaran merangsang stimulus siswa dalam belajar. Rasa
ingin tahu pada siswa ini perlu dirangsang sehingga materi pembelajaran dapat diterima siswa
tanpa adanya pemaksaan.

Ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik. Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah
mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Dalam pembelajaran IPA yang bersifat
abstrak, pembangunan konsep pemahaman siswa dapat disajikan melalui media pembelajaran
yang mampu memberikan konsep konkret kepada siswa. Siswa perlu diberikan kebebasan
untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran IPA, pengembangan media pembelajaran yang mampu memberikan
interaksi secara bebas antara siswa dan media diperlukan.
Selain itu, menurut Hamdan Batubara dalam bukunya “Media Pembelajaran Efektif,”
pemilihan media pembelajaran baik disarankan untuk menyesuaikan dengan paradigma baru
pendidikan. Pembelajaran pada abad 21 memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan
pembelajaran pada masa-masa sebelumnya. Abad 21 ditandai dengan otomatisasi rutinitas
diubah dari tenaga manusia menggunakan mesin atau spesifiknya biasa kita sebut sebagai
gadget. Pada dunia pendidikan, pembelajaran menjadi lebih berkembang dengan adanya
inovasi-inovasi teknologi dalam pengembangan media pembelajaran. Salah satu dari inovasi
teknologi dalam pengembangan media pembelajaran tersebut adalah e-modul.

Modul elektronik (e-modul) sendiri hampir sama dengan e-book. Perbedaannya terdapat pada
isi dari keduanya. Dalam “Encyclopedia Britannica Ultimate Reference Suite” dijelaskan
bahwa e-book adalah file digital yang berisi teks dan gambar yang sesuai untuk
didistribusikan secara elektronik dan ditampilkan di layar monitor yang mirip dengan buku
cetak. E-modul berifat inovatif karena dapat menampilkan bahan ajar yang lengkap, menarik,
dan interaktif. Teks pada e-modul dapat dirancang di Ms. Word, namun untuk menampilkan
media yang interaktif, e-modul memerlukan program Flipbook Maker, ibooks Author,
Calibre, dan Canva untuk mengembangkannya.

Aplikasi Canva adalah program desain online yang menyediakan bermacam peralatan seperti
presentasi, resume, poster, pamflet, brosur, grafik, infografis, spanduk, penanda buku,
bulletin, dan lain sebagainya yang disediakan dalam aplikasi Canva. Adapun jenis-jenis
presentasi yang ada pada Canva seperti presentasi kreatif, pendidikan, bisnis, periklanan,
teknologi, dan lain sebagainya. Adapun kelebihan dalam aplikasi Canva menurut Tanjung
dan Faiza (2019) adalah memiliki beragam desain yang menarik, mampu meningkatkan
kreativitas guru dan siswa dalam mendesain media pembelajaran karena banyak fitur yang
telah disediaakan, menghemat waktu dalam media pembelajaran secara praktis, dan dalam
mendesain, tidak harus memakai laptop, tetapi dapat dilakukan melalui gawai.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2020), produk e-modul interaktif efektif
dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi kimia asam basa. Hal ini
didukung oleh hasil uji t kenaikan gain skor dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil
penelitian Windi Nur Aini (2022) juga menyatakan bahwa penggunaan e-modul interaktif
efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP pada materi kalor. Hal ini didasarkan
atas hasil perhitungan N-gain yang ditinjau dari kenaikan hasil post test siswa. Selain itu,
Syafrianti (2022) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran berbantuan canva di
kelas VI sekolah dasar pada mata pelajaran PAI efektif diterapkan dalam kegiatan
pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
modul elektronik interaktif pembelajaran IPA pada materi tata surya menggunakan Canva
untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan hasil belajar siswa akan mengalami peningkatan. Hasil akhir penelitian
diharapkan dapat menjadi referensi dan inovasi pengembangan e-modul di kelas.

Metode

Penelitian ini adalah penilitan RnD (Research and Development). Model pengembangan yang
digunakan adalah model pengembangan 4D (Define, Design, Develop, Dessiminate) milik
(Thiagarajan, 1974). Berikut adalah bagan alur penelitian menggunakan model
pengembangan 4D yang telah sedikit dimodifikasi sehingga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan peneliti di lapangan.

Gambar 1. Alur Penelitian

Pada penelitian ini, Teknik dan instrument yang digunakan adalah penyebaran kuesioner
dengan skala likert dan pengadaan dua tes, yaitu pre test dan post test kepada siswa. Skala
likert yang digunakan, berupa: (1) Sangat Tidak Baik, (2) Kurang Baik, (3) Baik, (4) Cukup
Baik, (5) Sangat Baik. Pre test dan post test dilakukan kepada siswa untuk mengetahui
adanya kenaikan skor kognitif siswa pada materi tata surya. Data yang dikumpulkan dari
penelitian ini adalah data kuantitatif dari skor quesioner yang diisi oleh ahli validator, data
kualitatif berupa saran untuk perbaikan dari validator, dan data kuantitatif hasil skor pre test
dan post test siswa pada materi tata surya.

Dalam penelitian ini, analisis validitas dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif dari
kuesioner, validator media, materi, dan bahasa responden. Data angket kuantitatif yang telah
diperoleh dianalisis dengan rumus hitungan:

Σx
Mean ( Rata−rata skor )= x 100
N

Keterangan:

Mean (rata-rata): Skor rata-rata

∑x: Jumlah skor yang didapat.

N: Jumlah skor maksimal keseluruhan.

Media dinyatakan layak apabila memenuhi kriteria penskoran sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penilaian Validasi Media


Skor Kriteria Penilaian
81 – 100 Sangat Baik Sekali
61 – 80 Sangat Baik
41 – 60 Baik
21 – 40 Cukup
0 – 20 Kurang
Untuk mengetahui adanya kenaikan skor pada pre test dan post test yang dikerjakan siswa,
dilakukan uji N-gain dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penilaian Uji N-gain

No Interval Kriteria

1 0,70 ≤ 𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 < 1,00 Tinggi

2 0,30 ≤ 𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 < 0,70 Sedang

3 0,00 ≤ 𝑁 − 𝑔𝑎𝑖𝑛 < 0,30 Rendah


Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini mengembangkan sebuah produk media pembelajaran berupa modul elektronik
interaktif. Materi yang terdapat pada modul elektronik interaktif ini adalah materi tata surya
untuk kelas VI sekolah dasar. Modul elektronik ini dikembangkan dengan aplikasi canva
dan melalui model pengembangan 4D. Berikut adalah tahapan-tahapan pengembangan
modul elektronik interaktif materi tata surya:

1. Define (Pendefinisian)

Tahap define merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah dan menganalisis


masalah dalam pembelajaran tata surya di kelas VI SDN 06 Pondok Kelapa. Terdapat 4
analisis untuk mengidentifikasi masalah dalam tahap ini, yaitu analisis awal-akhir,
analisis peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan spesifikasi tujuan
pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siswa kelas VI SDN 06 Pondok Kelapa
dalam pembelajaran tata surya, siswa terlihat tidak bersemangat dalam mengikuti
pembelajaran. Motivasi belajar siswa untuk mempelajari materi tata surya kurang akibat
penyampaian materi yang kurang bervariasi. Setelah dilakukan uji pre test materi tata
surya terhadap delapan siswa SDN 06 Pondok Kelapa, hasilnya menunjukkan bahwa
siswa belum memahami materi tata surya dengan baik. Tidak tercapainya skor
ketuntasan minimum pada pre test menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa pada
materi ini masih belum memuaskan.

Modul elektronik interaktif ini dikembangkan dengan harapan agar dapat membantu
siswa dalam memahami konsep tata surya. Melalui media yang interaktif, siswa bisa
membangun sendiri pemahamannya sehingga terbentuk konsep-konsep yang dibutuhkan
untuk menguasai sebuah materi. Penggunaan e-modul interaktif diharapkan menjadi
alternatif solusi dalam pembelajaran materi tata surya karena e-modul ini dapat menarik
minat siswa untuk mempelajari materi tata surya. Minat inilah yang akan membuat
siswa termotivasi untuk belajar sendiri dan menemukan pemahaman konsepnya sendiri.
Jika siswa mampu memahami konsep materi dengan baik, maka hasil belajarnya pun
akan menjadi baik.
2. Design (Perancangan)

Design meruapakan tahap merancang atau mengonsep media berdasarkan analisis-


analisis yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Media modul elektronik interaktif
dikembangkan untuk memberikan kesempatan membangun sendiri pemahaman konsep
materi tata surya kepada siswa. Modul elektonik ini dikembangkan menggunakan
bantuan canva. Pada halaman awal, modul ini menampilkan kolom untuk pengisian
nama dan nomor absen. Selanjutnya, tampilan ketiga berisikan biografi penulis. Jika
pengguna ingin memahami panduan dalam menavigasi modul elektronik ini, peneliti
mencantumkannya pada halaman ke empat.

Dalam pembuatan modul ini pada aplikasi canva, peneliti terlebih dahulu mencari isi
materi tata surya yang akan ditampilkan pada modul tersebut. Langkah selanjutnya
adalah memasukkan hyperlink ke teks-teks yang ditaut ke halaman-halaman yang
dimaksud. Setelah itu, modul ajar dihias agar tampilannya menjadi menarik untuk
digunakan siswa sekolah dasar. Adapun sebagian modul elektronik interaktif materi tata
sruya ditampilkan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2. Halaman 3 Modul Gambar 3. Halaman 4 Modul

Gambar 4. Halaman 6 Modul Gambar 5. Halaman 24 Modul

3. Development (Pengembangan)

Pada tahap ini media divalidasi oleh para validator di bidangnya masing-masing. Modul
elektronik interaktif ini dinilai dari segi penggunaan bahasa, materi, dan kelayakan
media sehingga validasi dilakukan oleh validator ahli bahasa, ahli materi, dan ahli
media. Beberapa perbaikan yang disarankan oleh validator materi dan validator media
antara lain: penambahan video revolusi dan rotasi tata surya, pengubahan beberapa
tampilan halaman agar lebih menarik bagi siswa, dan penambahan tugas mandiri.
Setelah modul diperbaiki sesuai dengan saran dari validator, modul tersebut divalidasi
kembali oleh validator. Hasil validasi menunjukkan bahwa modul sudah valid sehingga
dapat dilakukan pengujian efektivitas untuk mengetahui seberapa efektif modul ini
secara terbatas (kelompok kecil).

4. Disseminate (Penyebaran)

Tahap disseminate merupakan tahap akhir dari model pengembangan 4D hasil dari tahap
ini adalah modul elektronik interaktif berbantuan canva dengan materi tata surya. Modul
elektronik ini telah dinyatakan layak untuk digunakan dalam pembealajaran karena telah
melewati tahap pengembangan dan pengujian dengan baik. Data-data yang sebelumnya
telah dikumpulkan kemudian dianalisis dalam perhitungan yang lebih mudah untuk
dipahami sebagai berikut.

Berdasarkan penilaian ahli media, skor total untuk dimensi utama adalah 62 dengan
rata-rata 78,75. Hasil evaluasi media oleh ahli media ditampilkan pada tabel di bawah
ini.

Tabel 3. Penilaian Ahli Media

Aspek Penilaian Nilai Rerata Kriteria

Tampilan Tulisan 17 85 Sangat baik sekali

Tampilan Gambar 15 75 Sangat baik

Fungsi Media 15 75 Sangat baik

Manfaat Media 16 80 Sangat baik

Jumlah 62 315 Sangat baik

Rerata Keseluruhan 78,75 Sangat baik

Rerata pada penilaian tampilan tulisan diperoleh sebesar 85 yang termasuk ke dalam
kriteria sangat baik sekali Pada aspek tampilan gambar, diperoleh rerata sebesar 75 yang
masuk ke dalam kategori sangat baik. Fungsi media memperoleh rerata sebesar 75 yang
termasuk dalam kategori sangat baik. Sementara itu, diperoleh rerata sebesat 80 pada
manfaat media yang menunjukkan hasil sangat baik. Hasil ini menunjukkan bahwa
media modul elektronik interaktif materi tata surya layak untuk digunakan.

Berdasarkan penilaian ahli materi, dari tiga aspek utama, diperoleh total skor 47 dengan
rerata skor sebesar 78,34 Rincian hasil penilaian materi yang dilakukan oleh ahli materi
dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4. Penilaian Ahli Materi

Aspek Penilaian Nilai Rerata Kriteria

Isi 17 85 Sangat baik sekali

Konstruksi 15 75 Sangat baik

Bahasa 15 75 Sangat baik

Jumlah 47 235 Sangat baik

Rerata Keseluruhan 78,34 Sangat baik

Rerata penilaian untuk aspek isi adalah 85 yang masuk dalam kriteria sangat baik sekali.
Pada aspek aspek konstruksi adalah 75 yang masuk dalam kriteria sangat baik. Rerata
penilaian untuk aspek bahasa adalah 75 yang masuk dalam kriteria sangat
baik.Berdasarkan hasil tersebut, isi materi dalam media ini sudah memadai untuk
disampaikan dalam pembelajaran.

Terakhir adalah validasi dari segi kebahasaan pada media. Berdasarkan penilaian dari
ahli bahasa, diperoleh total skor 17 dengan rerata sebesar 85. Rincian penilaian oleh ahli
bahasa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Penilaian Ahli Bahasa

Aspek Penilaian Nilai Rerata Kriteria

Penggunaan Bahasa 17 85 Sangat baik sekali

Aspek penggunaan Bahasa mendapat skor 17 dengan rerata skor sebesar 85 yang
termasuk ke dalam kriteria sangat baik sekali.

Hasil gabungan rata-rata akhir validasi baik dari segi bahasa, materi, dan media adalah
sebesar 80,69 yang masuk dalam kategori sangat valid.
Setelah e-modul melewati proses uji validitas, maka modul elektronik ini akan melalui
proses uji coba secara terbatas pada kelompok kecil berjumlah delapan siswa dari kelas
VI SDN 06 Pondok Kelapa. Proses uji coba aini dilakukan dengan instrument pre test
dan post test untuk mengetahui adanya kenaikan skor hasil belajar siswa. Nilai pre-test
dan post-test dianalisis dengan perhitungan N-gain untuk menilai efektivitas e-modul.
Uji coba terbatas dilakukan dalam 2 pertemuan dengan durasi 60 menit setiap
pertemuan. Hasil rekapitulasi N-gain pada uji coba terbatas dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 6. Perhitungan N-Gain Hasil Pre Test Dan Post Test

Uji terbatas Skor/nilai

(8 siswa) Pre test Post test N-gain Kriteria

Nilai terendah 20 60

Nilai tertinggi 50 90 0,62 Sedang

Rata-rata nilai 32,5 73,75

Dalam sebuah uji coba terbatas pada materi gelombang bunyi, nilai rata-rata pre-test dan
post-test adalah 32,5 dan 73,75. Nilai pre-test dan post-test digunakan untuk mengetahui
adanya kenaikan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif dalam keadaan sebelum dan
sesudah proses pembelajaran dilakukan. Nilai rata-rata N-gain dalam uji coba terbatas
yaitu sebesar 0,62. Menurut kriteria (Hake, 1998) hasil yang telah didapatkan tersebut
mengindikasikan bahwa hasil test siswa dikategorikan “sedang”. Sehingga berdasarkan
hasil yang diperoleh, maka modul elektronik interaktif pembelajaran IPA materi tata
surya berbantuan canva efektif dalam meingkatkan hasil belajar.

Penutup

Dalam hasil dan pembahasan pengembangan e-modul interaktif berbantuan canva pada
materi tata surya yang diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

a. E-Modul interaktif berbantuan canva untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok
tata surya dikategorikan sangat valid oleh validator ahli dengan perolehan skor
sebesar 80,69. Hasil ini menandakan bahwa e-modul ini dapat diimplementasikan
pada tempat uji pengembangan.
b. E-Modul interaktif berbantuan canva untuk meningkatkan hasil belajar pada pokok
tata surya dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Click or tap here to enter text.

Aeni, W. N., & Widodo, W. (2022). PENSA E-JURNAL : PENDIDIKAN SAINS PENGGUNAAN E-MODUL INTERAKTIF
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI KALOR.
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa

Djamaluddin, A., & Wardana. (2019). Belajar Dan Pembelajaran. In CV Kaaffah Learning Center.

Hasan, M. M. D. H. K. T. (2021). Media Pembelajaran. In Tahta Media Group (Issue Mei).

Marinda, L. (2020). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan Problematikanya Pada Anak
Usia Sekolah Dasar. An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman, 13(1), 116–152.
https://doi.org/10.35719/annisa.v13i1.26

Syar, N. I. (2018). Kajian & Pembelajaran IPA MI/ SD. IAIN Palangkaraya, 1–24.

Anda mungkin juga menyukai