Project Gadar Final
Project Gadar Final
2
HALAMAN DEKLARASI
Project ini merupakan hasil diskusi secara kelompok dan dikerjakan bersama-sama
dengan sungguh-sungguh. Berikut pembagian tugas:
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN DEKLARASI ii
DAFTAR ISI iii
1. Penanganan kegawatdaruratan pada cranium 6-7
2. Teknik pemeriksaan kegawatdaruratan pada cranium…………8-12
3. Contoh Kasus Kegawatdaruratan Pada Cranium……………..13-14
4. Daftar Anatomi……………………………………………….15-16
5. Citra radiograf………………………………………………...17-20
HASIL………………………………………………………………………...6-20
DAFTAR PUSTAKA 21
4
HASIL
a) NAMA PROJECT :
Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kepala.
b) DESKRIPSI PROJECT :
Disini Kami Membahas Tentang Penanganan Kegawatdaruratan pada
kasus Multiple Facial Bone Fracture Pasca kecelakaan lalu lintas dengan
proyeksi AP dan Lateral.
5
1. PENANGANAN KEGAWATDARURATAN PADA
CRANIUM
A. Pengertian Kegawatdaruratan
1) Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
2) Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan
3) penanganan cepat dan tepat seperti gawat.
4) Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
ganggua ABC, jika tidak dapat ditolong segera dapat meninggal/cacat.
5) Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.
(PerMenkes RI No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan kegawatdaruratan(pasal
1 ayat 3)
6) Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan.1
B. Kriteria Kegawatdaruratan
Kriteria gawat darurat menurut Permenkes No 47 Tahun 2018 adalah
sebagai berikut:
1) Mengancam nyawa, membahayakan diri dorang lain/lingkungan
2) Gangguan pada jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
3) Penurunan kesadaran
4) Gangguan hemodinamik
5) Memerlukan tindakan segera
6
1) Time saving is life suing
2) Bersifat universal
3) Penanganan oleh siapa saja
4) Penanganan secara cepat, tepat, dan cermat
5) Penyelesaian berdasarkan masalah
6) Menolong pasien tidak memandang status sosial, ekonomi, agama, ras.
2 Ida Rosiwati, Penanganan Kegawatdaruratan Berbasis Masyarakat, (Jawa Barat: Edu Publisher:
2020), hal 7
7
CRANIUM
Menurut Bontrager (2018), teknik radiografi cranium adalah teknik
penggambaran cranium dengan menggunakan sinar- X untuk memperoleh
radiograf guna membantu menegakkan diagnosa.
C. Persiapan Pasien
8
Persiapan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan radiografi cranium
antara lain melepaskan benda-benda logam, plastik atau benda lain yang terdapat
dikepala.Pengambilan radiograf dengan pasien berdiri atau tiduran (Bontrager,
2018).
1) Posisi Pasien: Atur pasien dalam posisi berdiri atau tidur di meja pemeriksaan.
2) Posisi Objek:
a) Tekan dagu, hingga Orbitomeatal Line(OML) tegak lurus terhadap meja
pemeriksaan. Jika pasien tidak kooperatif tekan leher pasien sehingga
Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus dengan meja pemeriksaan.
Tambahkan alat bantu dibawah kepala jika diperlukan
b) Luruskan midsagital plane (MSP) terhadap sinar pusat sampai garis
tengah grid
c) Pastikan kepala tidak ada rotasi
d) Pastikan vertex tengkorak masuk luas lapangan sinar x
3) CR : Sudutkan 30 terhadap OML atau 37 terhadap (IOML), jika dagu pasien
tidak memungkinkan untuk ditekan sehingga OML tegak lurus terhadap kaset
bahkan dengan alat bantu yang diletakkan di kepala, maka IOML dapat di
tempatkan tegak lurus terhadap kaset dengan sinar pusat disudutkan 37 derajat
ke arah caudad. Sudut 30 derajat antara OML dan kaset untuk menampakkan
gambaran anatomi yang sama.
4) CP : MSP 6,5 cm diatas glabella sampai melewati foramen magnum
5) FFD : 100/102 cm.
6) Kaset : 24 x 30 cm
7) Marker : R/L
8) Grid
9
9) Kolimasi : kolimasi hingga bagian luar tengkorak
10) Pernafasan : Pasien menahan nafas selama eksposi berlangsung3
b) Proyeksi Lateral
Menurut Bontrager (2018), tujuan dilakukannya proyeksi lateral adalah
untuk menampakkan patologi fraktur, neoplasma dan osteitis, trauma routine
untuk menampakan tengkorak kanan dan kiri, untuk mengambarkan udara pada
sinus spenoid. Teknik pemeriksaan cranium proyeksi lateral adalah sebagai
berikut 4:
1) Posisi Pasein : Atur pasien dalam keadaan erect, recumbent semiprone
2) Posisi Objek:
a) Luruskan MSP sejajar dengan meja pemeriksaan
b) Luruskan Interpupillary Line (IPL) tegak lurus dengan meja
pemeriksaan
c) Fleksikkan leher hingga IOML tegak lurus terhadap tepi depan meja
pemeriksaan
3) CR: Arahkan sinar pusat tegak lurus kaset
4) CP: 5 cm superior EAM
5) FFD: 100/102 cm
6) Kaset : 24 x 30 cm
7) Marker : R/L
3 Bontrager , Kenneth L and John P. Lampignano ,Text Book Of Radiographic Positioning and Related
anatomy, (New York: Elsevier: 2018), hal 413
4 Bontrager , Kenneth L and John P. Lampignano ,Text Book Of Radiographic Positioning and Related
anatomy, (New York: Elsevier: 2018), hal 414
10
8) Grid
9) Kolimasi : Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
10) Pernafasan : Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
5 Bontrager , Kenneth L and John P. Lampignano ,Text Book Of Radiographic Positioning and Related
anatomy, (New York: Elsevier: 2018), hal 415
11
9) Kolimasi : Kolimasi hingga bagian luar tengkorak
10) Pernafasan : Pasien tahan nafas selama ekposi berlangsung
6 Bontrager , Kenneth L and John P. Lampignano ,Text Book Of Radiographic Positioning and Related
anatomy, (New York: Elsevier: 2018), hal 416
12
3. CONTOH KASUS KEGAWATDARURATAN PADA CRANIUM
“Radiografi Kepala Proyeksi AP dan Lateral pada Kasus Multiple Facial Bone
Fracture Pasca Kecelakaan Lalu Lintas”
Pasien pada pemeriksaan ini merupakan pasien post kecelakaan dengan keadaan tidak
sadar. Pasien suda dilakukan pertolongan pertama degan menggunakan banyak aksesoris
medis dan penopang hidup seperti Suction, Ventilator, Neck Collar dan lain-lainya. Karena
posisi pasien tidak dapat dimanipulasi dengan bebas, maka dilakukan manipulasi posisi
detector. Untuk gambaran AP, detector diletakan di belakang kepala dan gambaran Lateral,
detector diletakan di sisi kanan pasien.7
Hasil yang diperoleh adalah gambar radiografi kepala pada posisi AP dan Lateral dari
kepala seorang pasien kecelakaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2. Pada
gambaran AP (Gambar 1), kepala tidak terlalu simetris dengan bukti kepala sedikit miring ke
kiri tetapi bentuk dari Cranium secara keseluruhan tercakup seluruhnya serta ditemukan
banyak artefak dari penopang hidup di wilayah leher serta ke Os Mandibula daripasien.
Gambar lateral (Gambar 2), posisi pasien hamper sempurna hanya ada sedikit ketidakrataan
pada wilayah mata. Artefak masih tetap terlihat tetapi sedikit lebih baik dari gambaran AP.
Gambaran artefak yang masuk ke dalam mulut pasien adalah ventilator.
Hasil diagnosis dokter menyebutkan bahwa terjadi fraktur pada Os Frontal, Os
Maxilla, Os Zygomaticum Kanan dan juga suspek fraktur pada Corpus Os Mandibula kanan.
Tidak hanya itu, ditemukan juga Panhematosinus pada Sinus Maxillaris, Ethmodialis,
Sphenoidalis, dan Frontalis dan juga Swelling pada regio Frontoparietal Bilateral.
Dokter bisa mendiagnosis dengan detail walau terjadi ketidaksimetrisan citra
radiologi. Cakupan luas dari citra yang dihasilkan mempermudah dokter dalam mendiagnosis
kelainan pada tulang kepala pasien hingga menilai jaringan lunak yang membengkak.
Proyeksi Lateral dari kepala dapat memperlihatkan sinus-sinus pada kepala, tsehingga
diagnosis abnormalitas pada sinus bisa dilakukan tanpa melakukan proyeksi khusus
pemeriksaan sinus.
7 Gibral ulhaq dan Nursama heru Aprianto, “Radiografi Kepala Proyeksi AP dan Lateral pada Kasus Multiple
Facial Bone Fracture Pasca Kecelakaan Lalu Lintas”, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan Vol. 12 No 1
2022 Hal 21-22
13
Note : Pemeriksaan Radiografi kepala dengan Proyeksi AP dan Lateral merupakan
pemeriksaan yang umum untuk keadaan darurat. Untuk kasus kegawat daruratkan pemotretan
harus dilakukan secepat mungkin dengan memperhatikan apa adanya bukan menampilkan
seharusnya.8
8 Gibral ulhaq dan Nursama heru Aprianto, “Radiografi Kepala Proyeksi AP dan Lateral pada Kasus Multiple
Facial Bone Fracture Pasca Kecelakaan Lalu Lintas”, 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan Vol. 12 No 1
2022 Hal 22.
14
4. DAFTAR ANATOMI
15
C. Gambar anatomi Radiograf proyeksi Posteroanterior (PA) Axial (Caldwell
Method)
Frontal Bone
Frontalis Sinus
Eitmoid Bone
Maxillary sinus
Teeth
16
5. CITRA RADIOGRAF
A. Proyeksi Anteroposterior (AP) Axial (Towne method)
1) Anatomi yang terlihat : Ocipital bone, foramen magnum, petrouse ridge, mastoid
region, dorsum sellae, posterior clinoid procces.
2) Kualitas Citra :
a. Densitas : Densitas pada gambar baik sehingga dapat memperlihatkan dengan
jelas tulang facial bone.
b. Kontras : Kontras pada gambar baik sehingga mampu membedakan antara soft
tissue dan tulang.
c. Ketajaman : Ketajaman pada gambar tegas sehingga bisa membedakan antar
tulang.
d. Detail : Detail pada gambar tinggi sehingga tampak serat-serat tulang dan
bagian terkecil seperti foramen magnum.
3) Kriteria Radiograf : Tampak tulang ocipital, petrosum piramid dan foramen magnum
dengan dorsumsellae dan posterior clinoid di bayangan foramen magnum.
17
B. Proyeksi Lateral
1) Anatomi yang terlihat : Anterior clinoid procces, posterior clinoid procces, frontal
bone, orbital plates, greater wings of spenoid, mandibular rami, dorsum sellae,
temporal bone, occipital, parietal.
2) Kualitas Citra
a. Densitas : : Densitas pada gambar baik sehingga dapat memperlihatkan
dengan jelas pada tulang.
b. Kontras : Kontras pada gambar baik sehingga mampu membedakan antara soft
tissue dan tulang.
c. Ketajaman : Ketajaman pada gambar tegas sehingga bisa membedakan antar
tulang.
d. Detail : Detail pada gambar tinggi sehingga tampak serat-serat tulang dan
bagian terkecil MAE(Meatus Acusticus Externus).
3) Kreteria Radiograf : Tampak cranium secara lateral, bagian dalam sella tursica
termasuk anterior dan posterior clinoid dan tampak dorsum sella.
D. PA (Postero Anterior)
1) Anatomi yang terlihat : Frontal bone, Crista galli, Anterior clinoid, Maxillary Sinus,
Petrous ridges, Posterior clinoid, oblique orbital line.
2) Kualitas Citra
a. Densitas : densitasnya terlalu banyak sehingga membuat gambar radiograf
tersebut kurang bagus untuk kehitamannya.
b. Kontras : kontrasnya kurang begitu bagus karena tidak terlalu bisa
memperlihatkan perbedaan 2 warna densitas antar tulang objek.seperti soft
tissue dan tulang yang saling berdekatan.
c. Ketajaman : ketajaman sedikit kurang karena batas tegas antar objek ada yang
kelihatan ada yang tidak.
d. Detail : detailnya juga masih kurang karena bagian tulang yang kecil2 kurang
terlihat.
3) Kreteria Radiograf : Tampak tulang frontal , crista galli, internal auditory canal,
frontal dan anterior sinus etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum
sella.
19
DAFTAR PUSTAKA
20