Anda di halaman 1dari 96

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

USAHA PENGOLAHAN
TUNA LOIN
KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional


memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki
kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan
usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami
kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,
misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis,
misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan
usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola
pembiayaan untuk komoditas tertentu. Disisi lain, ternyata perbankan juga
membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi


perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan
informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan
usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk menyediakan informasi pola pembiayaan
untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas
(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 106 judul
buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan
sistem pembiayaan konvensional dan 26 judul dengan sistem syariah. Dalam
upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku
pola pembiayaan ini telah dimasukan dalam website Sistem Informasi Terpadu
Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis
Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama


dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan
memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari Perbankan, lembaga/

i
instansi terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi
kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi :

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM


Biro Pengembangan BPR dan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381 8922 atau 381.7794
Fax (021) 351 8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.

Jakarta, Desember 2009

ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL
PENGOLAHAN TUNA LOIN

No Unsur Pembiayaan Uraian


1 Jenis Usaha Pengolahan Tuna Loin
2 Lokasi Usaha Desa Bontoa Lingkungan Tamarampu, Kecamatan
Mandai, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan
3 Dana Yang digunakan Investasi = Rp. 44.970.000
Modal Kerja = Rp. 149.852.591
Total = Rp 194.822.591
4 Sumber Dana
a. Kredit Rp. 116.893.555
b. Modal sendiri Rp. 77.929.036
Suku Bunga per tahun = 14 %
Jangka Waktu = 3 tahun
5 Periode Pembayaran Kredit Pengusaha melakukan angsuran pokok dan angsuran
bunga setiap bulan selama jangka waktu kredit
6 Kelayakan Usaha
A Periode Proyek 3 tahun
B Produk Utama Tuna Loin
C Skala Proyek Pendapatan per tahun : Rp 1.308.000.000
D Teknologi Sederhana untuk Proses Fillet
E Pemasaran Produk Unit Pengolahan Ikan lokal skala menengah sampai besar
dan ekspor
7 Kriteria Kelayakan Usaha
NPV Rp. 140.422.993
Net B/C Ratio 1,72 kali
IRR 49,89%
Pay Back Period 1,81 tahun
BEP rata-rata Per bulan = Rp. 33.334.811,70 (611,65 kg)
Per tahun = Rp. 400.017.740,35 (7.330,78 kg)
Penilaian Layak dilaksanakan

iii
8 Analisis sensitivitas
(1) Kenaikan Biaya Variabel 5 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 17.928.960
Net B/C Ratio 1,09 kali
IRR 18,77%
Pay Back Period 2,7 tahun
Penilaian Layak
(2) Kenaikan Biaya Variabel 6 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. (6.569.847)
Net B/C Ratio 0,97 kali
IRR 5,33%
Pay Back Period Lebih dari 3 tahun
Penilaian Tidak Layak
(3) Penurunan Pendapatan 4 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 18.955.206
Net B/C Ratio 1,10 kali
IRR 19,05%
Pay Back Period 2,7 tahun
Penilaian Layak
(4) Penurunan Pendapatan 5 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. (11.411.741)
Net B/C Ratio 0,94 kali
IRR 10,92%
Pay Back Period Lebih dari 3 tahun
Penilaian Tidak Layak
(5) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel 2 % dan Penurunan Pendapatan 2 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 30.691.486
Net B/C Ratio 1,16 kali
IRR 22,13%
Pay Back Period 2,6 tahun
Penilaian Layak

iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(6) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel 3 % dan Penurunan Pendapatan 3 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. (24.174.267)
Net B/C Ratio 0,88 kali
IRR 7,44%
Pay Back Period Lebih dari 3 tahun
Penilaian Tidak Layak

v
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


RINGKASAN ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR FOTO ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN


2.1. Profil Usaha ............................................................................. 5
2.2. Pola Pembiayaan ...................................................................... 7

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


3.1. Aspek Pasar ............................................................................. 9
3.1.1. Permintaan ..................................................................... 9
3.1.2. Penawaran ..................................................................... 11
3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ............................ 11
3.2. Aspek Pemasaran ..................................................................... 13
3.2.1. Harga ............................................................................ 13
3.2.2. Jalur Pemasaran Produk .................................................. 13
3.2.3. Kendala Pemasaran ........................................................ 15

vii
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha ............................................................................ 17
4.2. Fasilitasi Produk dan Peralatan ................................................. 17
4.3. Bahan Baku ............................................................................ 20
4.4. Tenaga Kerja ............................................................................ 23
4.5. Teknologi ................................................................................. 23
4.6. Proses Produksi ........................................................................ 24
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ............................................. 31
4.8. Produksi Optimum ................................................................. 32
4.9. Kendala Produksi .................................................................... 32

BAB V ASPEK KEUANGAN


5.1. Pemilihan Pola Usaha .............................................................. 33
5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ..................... 33
5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan
Biaya Operasional . .................................................................. 35
5.3.1. Biaya Investasi ............................................................... 36
5.3.2. Biaya Operasional ......................................................... 37
5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ............................ 38
5.5. Produksi dan Pendapatan ....................................................... 39
5.6. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Event Point ..................... 39
5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek .................................. 41
5.8. Analisis Sensitivitas .................................................................. 42
5.8.1. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Variabel
dan Pendapatan Tetap .................................................. 42
(a) Kenaikan Biaya Variabel 5%, Pendapatan Tetap ..... 42
(b) Kenaikan Biaya Variabel 6%, Pendapatan Tetap ..... 42
5.8.2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan
dan Biaya Variabel Tetap ............................................... 43

viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


(a) Penurunan Pendapatan sebesar 4%,
Biaya Variabel Tetap ................................................. 43
(b) Penurunan Pendapatan sebesar 5%,
Biaya Variabel Tetap .................................................. 44
5.8.3.Analisis Sensitivitas Kombinasi
(a) Kenaikan Biaya Variabel sebesar 2%, Penurunan
Pendapatan 2% ....................................................... 44
(b) Kenaikan Biaya Variabel sebesar 3%, Penurunan
Pendapatan 3% ........................................................ 45

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN


6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial ...................................................... 47
6.2. Aspek Dampak Lingkungan .................................................... 48

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


7.1. Kesimpulan .............................................................................. 49
7.2. Saran ........................................................................................ 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

1.1. Peta Wilayah Penangkapan Udang, Tuna dan Rumput Laut ................... 2
3.1. Skema Jalur Pemasaran Tuna Loin ......................................................... 14
4.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Tuna Loin ............................................ 25

DAFTAR FOTO

Foto Hal

4.1. Meja Potong dan Meja Trimming ........................................................ 18


4.2. Pisau Fillet dan Pisau Trimming ............................................................ 18
4.3. Timbangan Digital .............................................................................. 18
4.4. Blong Biru ........................................................................................... 18
4.5 Keranjang (basket) Biru ........................................................................ 19
4.6. Pisau Pemotong Plastik ......................................................................... 19
4.7. Sterofoam (Wadah Tuna Loin) ............................................................. 19
4.8. Cutting Board (di atas meja), Basket Merah, Blong Biru ....................... 19
4.9. Tuna Loin Grade A atau Grade Sashimi ............................................... 21
4.10. Tuna Loin Grade B .............................................................................. 22
4.11. Tuna GG Masuk Ke ruang Penerimaan Barang .................................... 27
4.12. Dibuang Sirip ...................................................................................... 27
4.13. Proses Fillet ......................................................................................... 27
4.14. Proses Pemisahan Tulang .................................................................... 27
4.15. Loin yang Masih Ada Daging Hitam ................................................... 27
4.16. Proses Buang Daging Hitam ……………………..……………………….. 28
4.17. Tuna Loin Sudah Diberi Tagging (Tanda) ............................................. 28

x POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


4.18. Tuna Loin Masuk Ke Dalam Ruang Penerimaan ................................. . 28
4.19. Proses Perapihan Loin dari Punggawa ............................................... .. 28
4.20. Ruang Produksi ...................................................................................... 28
4.21. Tuna Loin Di lap Dengan Tissue ........................................................... 28
4.22. Tuna Loin Dibungkus Tissue .................................................................. 29
4.23. Tuna Loin Dimasukkan Ke Kemasan Plastik ........................................ . 29
4.24. Tuna Loin Dicelup Dalam Air Dingin .................................................. .. 29
4.25. Proses Penimbangan Tuna Loin …….…….……………………………… 29
4.26. Dimasukkan Dalam Sterofoam ………….……………………………….. 29
4.27. Penyimpanan di Cold Storage ……………………………………………. 29
4.28. Kemasan Tuna Loin Untuk di Ekspor …………………………………. ... 30
4.29. Tuna Loin Siap di Ekspor …………………..……………………… .... …. 30
4.30. Es Jelly Sagu …………………………….……………………………… … 30

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1. Data Realisasi Ekspor Tuna Sulawesi Selatan Periode 2004 – 2008 ..... 10
4.1. Grade Tuna Loin Berdasarkan Ciri-Ciri Fisik ...................................... .. 22
4.2. Prosentase Penyusutan Berat Daging Tuna Menurut Jenis
Proses Produksi ............................................................. ..................... 24
5.1. Asumsi-asumsi Untuk Analisis Keuangan .......................................... . 34
5.2. Komposisi Biaya Investasi ................................................................... 36
5.3. Komposisi Biaya Operasional Dalam Rupiah .................................... ... 37
5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek .............................................. .. 38
5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan ……………………………………... 39
5.6. Proyeksi Pendapatan dan Rugi Laba Usaha …………………………..... 40
5.7. Kelayakan Usaha Pengolahan Tuna Loin …………………...………… .. 41
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan Biaya Variabel
Sebesar 5% dengan Pendapatan Tetap … .......................................... 42
5.9. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan Biaya Variabel
Sebesar 6% dengan Pendapatan Tetap ............................................. 43
5.10. Analisis Sensitvitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan Pendapatan
sebesar 4% dengan Biaya Variabel Tetap ........................................... 43
5.11. Analisis Sensitvitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan Pendapatan
sebesar 5% dengan Biaya Variabel Tetap ........................................... 44
5.12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan
Biaya Variabel Sebesar 2% dan Penurunan Pendapatan Sebesar 2%... 45
5.13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap
Kenaikan Biaya Variabel Sebesar 3% dan Penurunan
Pendapatan Sebesar 3% .................................................................... 45

xii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB I
PENDAHULUAN

Selama berabad-abad ekstraksi sumberdaya ikan menjadi sumber ketahanan


pangan, penghidupan dan budaya masyarakat pesisir. Masyarakat dunia lebih
banyak mengkonsumsi ikan dari pada protein hewani lainnya. Kajian United
Nations Environment Programme (UNEP)/Badan Program Lingkungan Hidup
PBB menyatakan bahwa sekitar 2,6 milyar orang menggantungkan pemenuhan
proteinnya kepada konsumsi ikan. Hal ini menunjukkan bahwa ikan merupakan
komoditas penting dunia (Tribawono, 2009).
Salah satu komoditi perikanan yang memiliki potensi pasar dunia adalah ikan
tuna. Pertumbuhan produksi ikan tuna dalam kurun waktu 1989 – 2006 mencapai
4,74% per tahun dengan volume ekspor 5,21% per tahun. Bahkan nilai ekspor
tuna pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah udang. Total produksi
tuna secara nasional sampai Oktober 2008 mencapai 130.056 ton dengan nilai
sebesar 347,189 juta USD (Analisis Data Kelautan dan Perikanan, 2007).
Peluang pasar ikan tuna cukup besar, baik ekspor maupun pasar lokal.
Sasaran ekspor tuna yang terbesar adalah Jepang. Biasanya tuna yang diekspor
ke Jepang adalah tuna yang masih segar untuk dibuat sashimi atau sushi. Kedua
terbesar setelah Jepang adalah Amerika, tetapi umumnya diekspor sudah dalam
bentuk kalengan. Di Indonesia sendiri, pasar tuna terdapat di kota-kota besar
khususnya Jawa atau kota yang memiliki banyak restauran Jepang. Selain kedua
negara tersebut, tuna juga memiliki peluang pasar yang besar di kawasan Timur
Tengah dan Eropa Timur.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah potensi tuna di Indonesia
dengan nilai ekspor sampai dengan Juni 2009 yaitu sebesar 7.619.094,64 USD,
untuk tuna beku dan 282.087,10 USD untuk tuna segar atau masing-masing
memiliki volume ekspor sebesar 1.124.781,92 kg dan 31.450,10 kg (BPPMHP
Sulsel, 2009). Wilayah penangkapan tuna oleh nelayan di Sulawesi selatan

1
PENDAHULUAN

meliputi sekitar teluk Bone, selat Makassar dan pantai selatan (Palopo, Bone, Sinjai,
Bulukumba, Selayar, Barru, Pare-pare). Gambar 1.1. berikut ini menunjukkan
wilayah penangkapan tuna di Sulawesi Selatan.

UDANG
Luwu, Luwu Utara, Luwu
Timur, Palopo, Wajo, Bone,
Sinjai, Bulukumba, Bantaeng,
Jeneponto, Takalar, Maros,
Pangkep, Barru, Pinrang

TUNA
Palopo, Bone, Sinjai, Bulukumba,
Selayar, Barru, Pare-Pare

RUMPUT LAUT
E. Cottonii : Luwu, Wajo, Bone,
Sinjai, Selayar, Bulukumba,
Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Makassar, Pangkep, Barru dan
Pinrang
Gracelaria : Luwu, Luwu Timur,
Luwu Utara, Palop, Bone, Pinran,
Takalar, Bulukumba, wajo dan
Sinjai

Gambar 1.1. Peta Wilayah Penangkapan Udang, Tuna dan Rumput Laut

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Dari data yang diperoleh di lokasi penelitian diketahui bahwa di kota


Makassar terdapat lebih dari 10 Unit Pengolahan Ikan (UPI) tuna, baik tuna beku
maupun segar. Ikan tuna yang diproduksi oleh UPI tersebut biasanya dalam bentuk
loin.
Ada dua (2) macam UPI di Makassar, yaitu yang bersifat modern dan
konvensional (tradisional). Keduanya memiliki segmen pasar yang hampir sama.
UPI modern memasarkan sebagian besar produknya ke luar negeri (ekspor),
sedangkan yang konvensional di dalam dan luar negeri.
Pola usaha pengolahan tuna di Makassar cukup menarik untuk diteliti,
karena memiliki ikatan yang kuat antara UPI modern dan konvensional (tradisional),
bahkan sampai ke nelayan. Nelayan secara rutin memasok bahan baku tuna ke UPI
konvensional, yang akan diteruskan oleh UPI konvensional ke UPI modern. UPI
konvensional umumnya dilakukan oleh nelayan pengumpul di lokasi pendaratan
ikan, yang disebut punggawa. Sedangkan UPI modern terjadi di rantai selanjutnya,
yaitu di tingkat perantara dan perusahaan pengolahan yang memiliki lisensi ekspor.
Nelayan dan punggawa mendapat bantuan modal usaha dari perantara, sehingga
kontinyuitas pasokan tuna lebih terjamin. Sebaliknya perantara menjamin pasar
dan harga bahan baku tuna.
Melihat adanya potensi dan peluang pasar yang cukup baik dari usaha
pengolahan ikan tuna loin di Makassar dengan karakter pola usaha yang sudah
terbentuk, maka dirasa perlu dilakukan penelitian lending model atau pola
pembiayaannya. Selain itu, mengingat pengusaha-pengusaha kecil pengolahan
tuna loin tersebut belum tersentuh oleh perbankan. Diharapkan lending model ini
nantinya dapat menjadi acuan bagi pihak perbankan dalam proses pembiayaan
kepada usaha kecil pengolahan tuna loin.

3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Penyusunan pola pembiayaan usaha pengolahan tuna loin didasarkan


pada informasi yang didapatkan dari hasil survei lapangan terhadap pengusaha
pengolahan tuna loin di Desa Bontoa Lingkungan Tamarampu, Kecamatan Mandai,
Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
Diketahui bahwa pola usaha pengolahan tuna loin di lokasi penelitian
terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu skala kecil yang dikelola oleh punggawa (nelayan
pengumpul), skala menengah yang dikelola oleh perantara dan skala besar oleh
Unit Pengolahan Ikan (UPI). Umumnya usaha pengolahan tuna loin oleh punggawa
dan perantara masih berupa usaha perorangan, sedangkan usaha pengolahan di
tingkat UPI sudah merupakan badan usaha yang memiliki lisensi ekspor.
Para punggawa mengumpulkan tuna hasil tangkapan nelayan untuk diolah
menjadi loin, baik dalam bentuk skin on maupun skin less, yang kemudian dijual
ke perantara. Hasil olahan tuna loin dari punggawa tersebut setelah sampai di
tempat perantara akan disortir dan dikemas ulang (repackaging) sesuai kebutuhan
pasar. Selanjutnya tuna loin yang telah disortir dan repackaging tersebut dijual oleh
perantara ke pasar lokal serta ekspor. Pasar lokal yang dituju oleh perantara adalah
UPI. Sedangkan ekspor tuna loin yang dilakukan perantara biasanya menggunakan
atau meminjam badan usaha perusahaan lain yang sudah memiliki lisensi ekspor.
Kerjasama yang saling menguntungkan sudah terbentuk cukup kuat antara
nelayan, punggawa dan perantara. Perantara selain berperan sebagai pemberi
dukungan modal kerja kepada punggawa dan nelayan, juga menjamin dan
mempermudah akses pasar serta pengendali harga ikan di pasar lokal. Timbal
baliknya punggawa berperan sebagai tenaga pengumpul ikan dari nelayan

5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

dan melakukan processing sesuai spesifikasi loin yang telah ditentukan oleh
perantara.
Para punggawa ini tersebar di berbagai daerah pesisir Makassar dan
sekitarnya yang merupakan tempat sumber bahan baku ikan tuna, antara lain
kabupaten Bulu Kumba, Bone, Pare-pare, Palopo, Sulawesi Barat (Mamuju, Majene),
Gorontalo, Palu, Sangir, Kupang dan Irian. Kabupaten Pare-pare merupakan lokasi
sumber bahan baku yang terdekat, yaitu sekitar 100 km dari kabupaten Maros
(lokasi pengolahan perantara). Di tiap daerah terdapat 2 sampai 7 punggawa yang
dimiliki oleh perantara.
Produksi tuna loin sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan tuna. Ikan
tuna memiliki siklus terendah selama 7 bulan dalam setahun, yang artinya rata-
rata produksi tuna akan mengalami penurunan dalam 1 (satu) bulan selama 10
hari dalam waktu 7 bulan, dimana produksi efektifnya rata-rata 20 hari dalam 1
(satu) bulan. Sedangkan produksi maksimal terjadi selama 5 bulan dalam setahun.
Siklus produksi tuna tersebut mengikuti pergeseran bulan, sehingga siklus terendah
selama 7 bulan dan siklus maksimal selama 5 bulan selalu bergeser setiap bulannya
selama satu tahun. Siklus ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca).
Umumnya ikan tuna yang ditangkap oleh nelayan adalah jenis yellow fin dan big
eye, dengan perbandingan 98% yellow fin dan 2% big eye. Kedua jenis ikan
tuna tersebut sudah memiliki pasar ekspor ke negara Jepang, Amerika dan Eropa.
Namun sayangnya pengusaha kecil dan menengah tuna loin di Makassar hingga
saat ini baru bisa memanfaatkan peluang pasar di negara Jepang, karena untuk
menembus pasar di negara Amerika dan Eropa terbentur modal dan sertifikasi.
Alasan pelaku usaha memilih usaha pengolahan tuna loin adalah karena
telah memiliki akses pasar, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup
baik serta adanya ketersediaan bahan baku ikan tuna yang kontinyu meskipun
jumlahnya kadang tidak menentu akibat pengaruh musim.
Perkembangan usaha pengolahan tuna loin memberikan manfaat positif bagi
para nelayan khususnya dan masyarakat umumnya, karena selain sudah memiliki
pangsa pasar, usaha ini dapat menyerap banyak tenaga kerja mulai dari kegiatan

6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

penangkapan hingga processing di lokasi pengolahan. Usaha kecil pengolahan


tuna loin di Makassar sudah mengikuti kaidah-kaidah penanganan mutu dan
menggunakan sistem rantai dingin meskipun dengan teknologi yang sederhana.

2.2. Pola Pembiayaan

Pola pembiayaan usaha kecil pengolahan tuna loin di Makassar, pada


awalnya berasal sepenuhnya dari dana sendiri, dimana nelayan dan punggawa
mendapat dukungan modal kerja dari perantara. Modal kerja yang diberikan
perantara berupa dana untuk pembelian peralatan produksi dan pembelian bahan
baku ikan tuna.
Pada tahun 2008, Salah satu Bank Swasta Nasional mulai tertarik untuk
membiayai usaha ini. Bank memberikan kredit secara umum kepada perantara
berupa modal kerja dan investasi, artinya tidak ada skema kredit khusus yang
diberikan kepada perantara. Kredit modal kerja ini oleh perantara digunakan untuk
memberi tambahan modal kepada punggawa dan nelayan.
Dalam pemberian kredit, bank menetapkan beberapa kriteria meliputi
kelayakan usaha, jaminan dan kebutuhan usaha calon debitur. Kelayakan usaha
calon debitur diperoleh dengan melihat usahanya secara langsung maupun
informasi dari perusahaan sejenis, dan supplier. Bagi calon debiturnya yang telah
memanfaatkan jasa perbankan melalui bank tersebut akan dilihat track record
transaksi keuangannya.
Sebagaimana diketahui bahwa bisnis di sektor perikanan ini oleh bank masih
dianggap sebagai bisnis yang beresiko tinggi, karena tergantung pada alam. Hal
ini berdampak pada porsi penyaluran kredit perbankan ke sektor ini yang relatif
masih kecil. Kredit kepada sektor perikanan ini lebih banyak diberikan kepada
pedagang perantara ikan tuna loin atau UPI. Untuk mengurangi resiko gagal bayar
dari debitur, bank selalu melakukan monitoring kepada debiturnya. Monitoring
oleh bank dilakukan secara pasif maupun aktif, dimana bank selalu melakukan

7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

pemantauan terhadap outstanding debitur.


Selain perbankan, Dinas Perikanan dan Kelautan telah menyalurkan dana
program yang diberikan dalam bentuk sarana pengolahan ikan seperti alat presto,
vacuum sealer, panic dan timbangan.

8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar

3.1.1. Permintaan

Tuna loin merupakan daging fillet ikan tuna yang umumnya


dimafaatkan sebagai bahan makanan untuk sashimi, steak dan shabu-
shabu. Sashimi merupakan jenis makanan Jepang berupa daging tuna (tuna
loin) mentah. Sashimi disajikan dalam keadaan mentah dan didinginkan
pada suhu 120C. Disamping itu, sashimi dihidangkan juga sebagai makanan
pembuka pada susunan menu di restauran-restauran Jepang, biasanya
disajikan dalam bentuk irisan tipis disertai kecap (shoyu), radis cincang
(daikon) dan pasta (wasabi). Demikian juga halnya dengan steak dan shabu-
shabu yang dikonsumsi menggunakan tambahan bumbu-bumbu. Oleh
karena itu penanganan tuna loin harus benar-benar memperhatikan kualitas
daging dan hygienitas-nya.
Permintaan terhadap komoditi tuna loin cukup tinggi, bahkan pasokan
saat ini belum dapat memenuhi permintaan negara-negara importir. Tuna loin
di pasar lokal dijual ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang telah memiliki lisensi
ekspor, restoran dan hotel. Negara-negara importir tuna loin diantaranya
adalah Jepang, USA, Australia dan beberapa negara Eropa. Masing-masing
negara importir tersebut memiliki kualifikasi dan standar mutu sendiri.
Kualifikasi tuna loin yang diminta negara Jepang hanya grade A atau grade
sashimi, sedangkan negara tujuan Amerika dan Eropa masih bisa menerima
tuna loin grade B atau C. Perbedaannya bahwa kualifikasi daging tuna loin
yang akan diekspor ke Amerika terlebih dahulu harus di-treatment dengan
cara di-smoked, yaitu daging disuntik dengan karbonmonoksida sehingga

9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

warna menjadi lebih merah. Sedangkan pasar Eropa tidak menginginkan


adanya treatment apapun terhadap daging tuna yang akan diekspor ke
negaranya.
Dari data produksi tuna loin salah satu UMKM (perantara) di kabupaten
Maros yang merupakan mini plan Departemen Kelautan dan Perikanan
diketahui bahwa rata-rata produksi tuna loin berkisar antara 4–15 ton per
bulan. Jumlah tersebut sebenarnya masih belum memenuhi permintaan
pasar luar negeri, mengingat semakin sulit mendapatkan bahan baku ikan
tuna.
Untuk mengetahui kecenderungan produksi tuna di Makassar dapat
dilihat dari data realisasi ekspor tuna periode 5 (lima) tahun terakhir pada
Tabel 3.1 di bawah ini :

Tabel 3.1. Data Realisasi Ekspor Tuna Sulawesi Selatan


Periode 2004 - 2008

No Tahun Volume (Kg) Nominal (USD)


1 2004 1.192.419,12 4.705.029,33
2 2005 1.499.605,44 7.080.069,32
3 2006 1.166.816,05 6.084.138,05
4 2007 1.714.930,57 12.677.022,51
5 2008 1.537.185,96 11.613.679,62
Sumber : BPPMHP Sulawesi Selatan, 2009

Data Kelautan dan Perikanan (2007) menunjukkan produksi tuna,


cakalang dan tongkol nasional pada tahun 2007 jumlahnya mencapai
888.000 ton dengan nilai Rp7,6 milyar dan mengalami peningkatan per
tahun sebesar 7.7% dalam volume atau 18.11% dalam nominal USD sejak
2002.

10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

3.1.2. Penawaran

Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab 3.1.1. bahwa penawaran


komoditi tuna loin memiliki pangsa pasar cukup luas, baik pasar dalam
negeri (lokal) maupun luar negeri (ekspor). Tuna loin yang tidak terjual ke
pasar ekspor masih bisa terjual di pasar lokal. Yang menjadi kendala dalam
produksi tuna loin adalah keterbatasan bahan baku ikan tuna, terutama dari
perairan sekitar Makassar. Hasil tangkapan tuna yang tidak menentu selain
dipengaruhi oleh musim, dimana terdapat 10 (sepuluh) hari siklus produksi
tuna terendah dalam 1 (satu) bulan, juga diduga telah terjadi overfishing.
Salah satu penyebab terjadinya overfishing diduga akibat peningkatan
jumlah armada kapal penangkap tuna. Jumlah produksi tuna masih bisa
ditingkatkan mengingat jumlah produksi saat ini belum bisa memenuhi
permintaan pasar, khususnya ekspor.
Dalam mengatasi permasalahan overfishing telah dilakukan upaya-
upaya pelestarian sumberdaya ikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
setempat melalui pembuatan Peraturan Daerah tentang penangkapan ikan
dengan alat tertentu, mengatur pembatasan nelayan dan pengawasan
kegiatannya serta memperluas areal penangkapan.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan bisnis diantara para pengusaha tuna loin adalah terutama


dalam hal memperoleh bahan baku ikan tuna dari nelayan. Persaingan
mendapatkan bahan baku ini lebih terasa di tingkat punggawa (nelayan
pengumpul), karena selain bersaing dengan sesama punggawa juga terjadi
persaingan dengan pembeli dari luar daerah. Persaingan ini terjadi karena
setiap perantara mempunyai ikatan yang kuat dengan para punggawa dan
nelayannya masing-masing, dimana setiap punggawa memiliki beban moral

11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

dalam memenuhi pasokan ikan kepada masing-masing perantara yang telah


memberinya modal kerja. Sebaliknya para perantara juga memiliki beban
moral berupa komitmen kepada punggawa dan nelayan untuk menjamin
pasar dan menstabilkan harga.
Kemungkinan persaingan mendapatkan bahan baku tuna ini dapat
diminimalisasi apabila jangkauan wilayah penangkapan tuna diperluas ke
luar daerah. Untuk mencapai hal itu tentunya dibutuhkan modal yang lebih
besar sebagai modal tambahan nelayan melaut.
Persaingan pemasaran produk di dalam negeri (lokal) tidak terlihat
signifikan, karena masing-masing pengusaha telah memiliki pasar sendiri,
baik lokal maupun ekspor. Disamping itu pemenuhan terhadap permintaan
pasar itu sendiri, khususnya ekspor masih belum terpenuhi. Persaingan
pemasaran produk dirasakan secara nyata di pasar luar negeri dengan
negara-negara pengekspor tuna seperti China, Thailand dan Vietnam. Grade
dan harga tuna loin bisa saja berubah setelah produk tuna loin dari negara
eksportir lain masuk di pasar lelang yang sama. Pada saat lelang dapat
terjadi penurunan atau kenaikan grade. Grade tuna loin dapat turun apabila
mutu produk tuna dari negara eksportir lain lebih baik dan sebaliknya.
Tentunya hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi harga jual tuna
di pasar luar negeri. Selain itu, musim juga bisa mempengaruhi pemasaran
tuna di pasaran lokal. Apabila musim produksi sedang turun, maka dapat
terjadi tuna loin grade rendah naik menjadi grade tertinggi. Oleh karena
itu penanganan mutu produk dan perhitungan biaya produksi menjadi titik
krusial untuk diperhatikan.

12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

3.2. Aspek Pemasaran

3.2.1. Harga

Harga jual tuna loin di pasaran terus mengalami peningkatan, sesuai


dengan grade mutunya. Harga jual tuna loin di tingkat punggawa pada
tahun 2000 sekitar Rp7.000,- per kg, saat ini bisa mencapai Rp67.000,- per
kg (grade A), Rp57.000,- per kg (grade B) dan Rp46.000,- per kg (grade C)
dan Rp24.000,- per kg (grade D). Perantara hanya mengambil selisih sekitar
Rp1.000,- per kg dari harga jual di tingkat punggawa untuk pasar lokal dan
sekitar 2 – 3 USD per kg untuk pasar ekspor.
Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab 3.1.3 bahwa grade mutu
tuna loin di pasar luar negeri selain tergantung musim, juga dipengaruhi
oleh mutu tuna loin yang masuk dari negara eksportir lain. Oleh karena itu
grade dan harga jual di atas tidak bisa dijadikan standar pasti. Grade tuna
dapat berubah tergantung keadaan pasar, sehingga mempengaruhi harga
jual ikan.

3.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Penjualan tuna loin dilakukan sendiri oleh perantara, baik ke pasar


lokal maupun ekspor. Penjualan tuna loin di pasar lokal dilakukan perantara
ke UPI yang telah memiliki lisensi ekspor. Perantara sebenarnya juga memiliki
jalur pemasaran ekspor tersendiri. Namun karena keterbatasan kepemilikan
perizinan dan sertifikasi, maka penjualan tuna loin ke luar negeri oleh
perantara dilakukan dengan cara meminjam bendera UPI yang memiliki
lisensi ekspor. Pola pemasaran tuna loin mulai dari nelayan sampai ke tingkat
UPI disajikan pada Gambar 3.1. sebagai berikut :

13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Unit Pengolahan
Ikan (UPI)
Ekspor

Pengumpul lokal
Nelayan PERANTARA
(Punggawa)

Pasar Lokal
(Hotel, Restoran)

Pembeli
luar daerah

Langsung
Tidak Langsung

Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Tuna Loin

Keterangan :

a) Tuna hasil tangkapan nelayan dijual kepada Punggawa di tempat


pendaratan ikan dan atau pembeli dari luar daerah. Punggawa disebut
juga nelayan pengumpul, berperan sebagai pengumpul hasil tangkapan
tuna dari nelayan untuk dijual kepada perantara.
Tuna yang dipasok nelayan kepada punggawa dalam keadaan telah
dibuang insang dan isi perutnya (gilled & gutted). Proses buang insang
dan isi perut dilakukan nelayan ketika masih di tengah laut saat ikan
tertangkap, lalu disimpan dalam sterofoam yang telah diberi es. Proses
buang insang dan isi perut dimaksud untuk menjaga terjadinya penurunan
mutu ikan.
Proses produksi tuna loin dilakukan di tingkat punggawa, yang kemudian
dipasok kepada perantara, dengan standar mutu yang telah ditentukan
oleh perantara.
b) Perantara adalah pengusaha yang membeli tuna loin dari punggawa
sekaligus pemberi modal kepada punggawa dan nelayan yang berperan

14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

sebagai penjamin pasar dan stabilisator harga. Selain memberikan modal


kepada punggawa dan nelayan, perantara juga memberikan pengetahuan
dan pendampingan tentang teknik-teknik penanganan ikan agar mutu
ikan dapat terjaga sehingga dapat diterima di pasaran.
Tuna loin yang berasal dari punggawa akan disortir, dibersihkan dan
dikemas ulang (repackaging) di tempat pengolahan perantara. Pensortiran
tuna loin yang dilakukan perantara didasarkan atas spesifikasi permintaan
pasar.
Sebelum dikirim ke pasaran, tuna loin yang telah disortir dan dikemas
ulang oleh perantara disimpan sementara di cold storage pada suhu
-20C
c) Nelayan terkadang juga menjual hasil tangkapannya kepada pembeli luar
daerah apabila harga yang ditawarkan lebih tinggi. Transaksi jual beli
hasil tangkapan oleh pembeli dari luar daerah biasanya terjadi di tengah
laut dan bersifat musiman.
d) Perantara menjual tuna loin tersebut secara langsung ke UPI dan atau
secara tidak langsung diekspor dengan meminjam bendera UPI yang
memiliki lisensi ekspor. Tuna loin dari perantara akan diekspor langsung
oleh UPI. Sedangkan penjualan ke hotel dan restoran dilakukan secara
tidak langsung, karena orientasi pasar perantara maupun UPI adalah
ekspor.

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran tidak akan pernah terjadi di tingkat Punggawa


selama perantara dapat menjamin pasar dan harga ikan. Kendala pemasaran
justru terjadi di tingkat perantara, khususnya untuk pasar ekspor. Kendala
tersebut diantaranya adalah ketidakpastian grade dan harga di pasar lelang
dunia serta sertifikasi.

15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Sebagaimana telah dipaparkan pada sub bab 3.1.3. bahwa penentuan


grade dan harga ikan tuna di pasar ekspor tergantung dari musim dan
kualitas tuna eksportir negara lain yang masuk ke pasar yang sama. Selain itu
peraturan pemerintah mengenai sertifikat kelayakan pengolahan (SKP) dirasa
terlalu berat bagi pengusaha tuna loin setingkat perantara karena terkait
dengan modal kerja. SKP merupakan health sertificate untuk perusahaan
yang memenuhi syarat untuk melakukan ekspor. SKP bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan memenuhi persyaratan pengendalian
mutu. Oleh karena itu, pemasaran yang dapat dilakukan perantara secara
langsung masih terbatas memenuhi pasar ke Jepang. Sedangkan untuk
ke USA dan negara-negara di Eropa masih menitipkan atau menggunakan
bendera UPI yang telah memiliki lisensi ekspor dan sertifikasi.
Mengingat ketidakpastian grade dan harga di pasar lelang dunia,
maka penentuan selisih harga (profit) sebesar Rp1.000,- per kg di pasar lokal
dan 2–3 USD per kg di pasar ekspor harus dapat meng-cover ketidakpastian
tersebut. Ketidak pastian grade dan harga produk di pasar lelang dunia
merupakan titik kritis usaha yang harus dicermati.
Kendala sertifikasi bagi pengusaha tuna loin setingkat perantara juga
harus dicarikan jalan keluarnya oleh pemerintah agar pengusaha kecil dapat
memberi kontribusi terhadap pertambahan nilai ekspor perikanan dan
tetap eksis. Kendala sertifikasi secara tidak langsung sangat mempengaruhi
pendapatan pengusaha kecil tuna loin, karena pengusaha kecil ini harus
mengeluarkan biaya tambahan berupa fee dan komisi sekitar 14% untuk
kegiatan ekspor jika menggunakan perusahaan lain.

16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB IV
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1 Lokasi Usaha

Lokasi usaha produksi tuna loin sebaiknya dilakukan pada lokasi sumber
bahan baku, mengingat sifat ikan yang mudah busuk. Akan tetapi untuk hal
tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena baik nelayan maupun pengusaha kecil
tuna loin di wilayah penelitian sudah menerapkan sistem rantai dingin dengan
baik.
Persyaratan standar untuk lokasi usaha pengolahan tuna loin di wilayah
penelitian sudah terpenuhi dengan baik seperti tersedianya tenaga kerja, air bersih,
es, tempat produksi (processing), tempat penyimpanan hasil produksi, tempat
pembuangan limbah, kemudahan akses transportasi dan lain-lain.
Demikian halnya untuk lokasi pengolahan di wilayah pengumpul (punggawa)
juga telah mengikuti persyaratan standart tempat pengolahan ikan, meskipun
dalam skala lebih kecil.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Mengingat produksi (processing) tuna loin hanya memerlukan teknologi


pengolahan secara sederhana, maka fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan
juga tidak terlalu rumit. Fasilitas dan peralatan minimal yang diperlukan dalam
pengolahan tuna loin skala kecil yang terdapat di tingkat punggawa meliputi :
a) Ruang proses (processing room), ukuran 6 x 10 m2
b) Meja potong stainless steel (1 buah)
c) Meja trimming stainless steel (1 buah)
d) Pisau fillet stainless steel (1 buah)

17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

e) Pisau trimming stainless steel (3 buah)


f) Sterofoam kapasitas 80 kg AG 150 (10 buah)
g) Cutting board ukuran 1 x 2 meter (1 lembar)
h) Sepatu boot (4 pasang)
i) Basket (keranjang) biru (4 buah)
j) Basket (keranjang) merah (2 – 3 buah)
k) Blong plastik (2 buah)
l) Timbangan manual kapasitas 100 kg

Foto 4.1. Meja Potong Stainless steel, Foto 4.2. Pisau Fillet Stainless steel &
Meja Trimming Stainless steel Pisau Trimming Stainless steel

Foto 4.3. Timbangan Digital *) Foto 4.4. Blong Biru

*) timbangan digital hanya terdapat di pengolahan tingkat perantara

18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Foto 4.5. Keranjang (Basket) Biru Foto 4.6. Pisau Pemotong Plastik

Foto 4.8. Cutting Board (di atas meja),


Foto 4.7. Sterofoam (wadah tuna loin)
Basket Merah, blong biru

Meskipun usaha pengolahan tuna loin ini menggunakan teknologi


sederhana, namun tidak demikian dengan peralatan yang digunakannya. Peralatan
yang digunakan dalam usaha pengolahan ini cukup mahal dan spesifik. Sebagai
contoh pisau fillet stainless steel dan pisau trimming stainless steel yang tidak dijual
di pasar umum, harga masing-masing dapat mencapai sekitar Rp400.000,- dan
Rp450.000,- per buah.
Persyaratan peralatan menurut Standart Nasional Indonesia (SNI) 01-
4104.3-2006 adalah semua peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam
penanganan dan pengolahan tuna loin beku mempunyai permukaan yang halus
dan rata, tidak mengelupas, tidak berkarat, tidak merupakan sumber cemaran
jasad renik, tidak retak dan mudah dibersihkan. Semua peralatan dalam keadaan
bersih, sebelum, selama dan sesudah digunakan.

19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.3. Bahan Baku

Menurut SNI 01-4104.1-2006, istilah dan definisi tuna loin beku adalah
produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau beku yang
mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, penyiangan atau tanpa
penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi mutu,
pembungkusan (wrapping), pembekuan, penimbangan, pengepakan, pelabelan
dan penyimpanan. Untuk produksi tuna loin tidak dilakukan proses pembekuan,
hanya sampai proses pendinginan.
Bahan baku tuna loin adalah ikan tuna segar yang harus memenuhi syarat
kesegaran, kebersihan dan kesehatan sesuai SNI 01-4104.2-2006. Bahan baku
yang memiliki karakteristik kesegaran menurut SNI 01-4104.2-2006 adalah sebagai
berikut:
a) Kenampakan : mata cerah, cemerlang
b) Bau : segar
c) Tekstur : elastis, padat dan kompak.
Penanganan terhadap proses ikan tuna berbeda dengan komoditi hasil laut
lainnya. Bahan baku tuna tidak boleh dibersihkan dengan cara dicuci atau disiram
air, terutama dagingnya. Daging ikan tuna akan rusak apabila dicuci dengan air.
Untuk mencegah penurunan mutu tuna loin, maka setiap tahap proses produksi
tidak pernah terlepas dari sistem rantai dingin. Es yang digunakan dalam proses
produksi tidak langsung bersentuhan dengan daging tuna.
Menurut SNI 01-0222-1995 bahan penolong dan bahan tambahan yang
digunakan tidak merusak, mengubah komposisi dan sifat khas tuna. Dalam hal ini
bahan penolong yang dipakai dalam proses produksi tuna loin adalah air dan es.
Air yang digunakan sebagai bahan penolong untuk kegiatan di unit pengolahan
memenuhi persyaratan kualitas air minum. Es yang digunakan dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan sesuai SNI 01-4872.1-2006. Dalam penggunaannya, es
ditangani dan disimpan di tempat yang bersih agar terhindar dari kontaminasi.

20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Proses produksi tuna loin di tempat pengolahan perantara setelah ditimbang,


dilap dan dibungkus dengan tissue, kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastik. Pemakaian tissue bersifat temporer hanya selama produk disimpan di dalam
cold storage. Tissue yang digunakan adalah tissue yang tidak mudah menempel
dan tidak meninggalkan sisa pada daging tuna apabila dilepas. Tissue yang
dimaksud bukanlah tissue sembarangan, di Jepang disebut green tissue (tissue
hijau). Sayangnya di Indonesia belum ada tissue khusus semacam itu. Dalam hal
ini tissue berfungsi sebagai bahan penyerap apabila terjadi dehidrasi ketika produk
disimpan di dalam cold storage.
Sebelum kemasan plastik yang berisi tuna loin diikat kencang, terlebih dahulu
harus di vacuum, yaitu mengeluarkan udara dalam plastik dengan mencelupkan
kemasan ke dalam blong yang berisi air dingin. Teknologi sederhana ini merupakan
alternatif penggunaan alat vacuum yang mahal harganya, hanya diterapkan di
tempat pengolahan perantara. Vacuum merupakan salah satu cara untuk menekan
pertumbuhan bakteri dalam daging tuna.
Berikut ini adalah foto-foto tuna loin yang dipasok dari punggawa dengan
grade berbeda :

Foto 4.9. Tuna Loin Grade A atau Grade Sashimi

21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Foto 4.10. Tuna Loin Grade B

Penentuan grade tuna loin dapat dilakukan secara visual (kasat mata),
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Grade Tuna Loin Berdasarkan Ciri-ciri Fisik

No Grade Ciri-Ciri Fisik


- warna merah cerah (tidak pucat)
- tidak ada yake (daging seperti terbakar) atau yake 0%
1 A/B - tekstur kenyal, elastis
- jaringan daging tidak terkoyak
- size minimal 4 kg
- warna merah kusam
- terdapat sedikit yake (daging seperti terbakar)
2 C - tekstur tidak begitu kenyal, tidak elastis
- jaringan daging sedikit terkoyak
- size minimal 2.6 kg up
- warna merah kusam
- terdapat yake (daging seperti terbakar)
3 D - tekstur tidak kenyal, tidak elastis
- jaringan daging terkoyak
- size minimal 1.5 kg up

22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Keunikan komoditi tuna di pasar ekspor adalah bahwa grade tersebut di


atas dapat berubah-ubah mengikuti kondisi pasar dan musim. Terkadang grade
rendah dapat meningkat menjadi grade di atasnya di saat produksi tuna turun.

4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pengolahan tuna loin skala kecil
minimal sebanyak 4 (empat) orang. Tenaga kerja yang digunakan bersifat tidak
tetap dengan upah sebesar Rp500.000,- per bulan per orang di tempat punggawa,
dan sebesar Rp750.000,- per bulan per orang di tempat perantara. Tenaga kerja
produksi di lokasi pengolahan punggawa biasanya melibatkan keluarga sendiri,
sedangkan di tempat perantara direkrut dari masyarakat setempat.
Ketrampilan khusus yang diperlukan tenaga kerja dalam usaha pengolahan
tuna loin adalah keahlian melakukan fillet daging tuna, karena hasil fillet akan
mempengaruhi rendemen berat daging tuna yang dihasilkan.

4.5. Teknologi

Dalam proses pengolahan tuna loin tidak menggunakan teknologi


pengolahan tertentu. Tuna loin adalah daging tuna segar yang diproduksi dari hasil
fillet ikan tuna utuh. Proses produksi tuna loin dilakukan dengan cara memotong
atau mengambil bagian daging tuna yang telah dibuang insang dan isi perutnya
dengan cara di fillet. Hasil fillet dapat berupa fillet skin on dan fillet skin less.
Jenis-jenis proses produksi ikan tuna adalah sebagai berikut:
a) Gilled & Gutted (GG)
yaitu proses produksi ikan tuna utuh dengan membuang insang dan isi
perut
b) Fillet Skin On (Fillet SO)

23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

yaitu proses produksi ikan tuna GG menjadi irisan daging/tuna loin yang
masih ada kulit
c) Fillet Skin Less (Fillet SL)
yaitu proses produksi ikan tuna GG menjadi irisan daging/tuna loin yang
tanpa kulit

Masing-masing jenis proses produksi mempunyai tingkat penyusutan


berbeda terhadap daging tuna yang dihasilkan. Tabel 4.2. berikut ini menyajikan
prosentase penyusutan berat daging tuna yang dihasilkan sesuai jenis proses
produksinya.

Tabel 4.2. Prosentase Penyusutan Berat Daging Tuna


Menurut Jenis Proses Produksi

No Jenis Proses Produksi Prosentase Penyusutan


1 Whole Gilled & Gutted (GG) 12%
2 Whole Fillet Skin On (Fillet SO) 45%
3 Whole Fillet Skin Less (Fillet SL) 50%

4.6. Proses Produksi

Proses produksi pengolahan tuna loin mulai penerimaan bahan baku sampai
dengan penyimpanan di cold storage dilakukan secara berantai mulai dari nelayan,
punggawa sampai ke perantara disajikan pada Gambar 4.1. berikut ini :

24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Tahap Proses Produksi Tuna Whole Tuna GG


di Nelayan (proses buang insang dan isi perut)

Tahap Proses Produksi Tuna GG Tuna Loin SO


di punggawa (proses fillet skin on)

RUANG PENERIMAAN
Tahap Proses Produksi
RAW MATERIAL
di perantara Penimbangan Raw Material Tuna Loin SO

RUANG PRODUKSI
> Pembersihan dan pembungkusan tuna loin SO dengan tissue
> Proses tuna loin SO menjadi tuna loin SL

RUANG PACKING (PENGEMASAN)


> Tuna loin SO dilap dengan tissue, masukkan dalam plastik,
dicelup air dingin, ikat dan simpan dalam sterofoam yang sudah
diberi es
> Tuna loin SL dilap dengan tissue, masukkan dalam plastik,
dicelup air dingin, ikat dan simpan dalam sterofoam

GUDANG PENYIMPANAN
Tuna loin SO dan SL dibawa ke gudang penyimpanan (cold storage)

Gambar 4.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Tuna Loin

Keterangan :

Tuna hasil tangkapan


Tuna hasil tangkapan nelayan merupakan bahan baku utama untuk produksi
tuna loin. Jenis tuna yang banyak tertangkap dan diproses untuk loin

25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

didominasi oleh tuna jenis Yellow Fin, dan sedikit untuk jenis Big Eye. Untuk
mengurangi resiko penurunan mutu daging tuna selama di laut, setelah
tuna tertangkap dan diangkat ke kapal/perahu, langsung dilakukan proses
pembuangan insang dan isi perut oleh nelayan. Dalam hal ini nelayan telah
dibekali teknik pembuangan insang dan isi perut oleh punggawa/perantara.
Tuna dari nelayan telah diproses gilled & gutted (GG).

Proses produksi di tempat Punggawa


Setelah sampai di tempat punggawa, tuna ditimbang dan dicatat. Tuna GG
dari nelayan tersebut dibuat loin yang masih ada kulit dengan cara di fillet
(Fillet SO). Tuna loin yang masih ada kulit ini dikemas dalam plastik untuk
selanjutnya dimasukkan dalam sterofoam yang telah diberi es dan siap dibawa
ke tempat pengolahan (processing) perantara.

Proses produksi di tempat Perantara


Tuna loin diterima di tempat perantara di ruang penerimaan barang, disortir,
ditimbang dan dicatat. Setelah itu dilanjutkan ke ruang produksi untuk
dirapikan, di lap dan dibungkus dengan tissue, lalu diberi tanda (tagging).
Tuna loin kemudian dikemas dalam plastik PE, dicelup dalam air dingin, diikat
dan ditimbang untuk kemudian disimpan dalam cold storage. Dalam proses
produksi ini dapat juga dilakukan proses fillet skinless (buang kulit) apabila
ada permintaan pasar.

26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Foto-foto di bawah ini menggambarkan alur proses produksi tuna loin di


tempat punggawa dan perantara :

A. Tahap Proses Produksi di Punggawa

Foto 4.11. Tuna GG masuk ke ruang


Foto 4.12. Dibuang sirip
Penerimaan Barang

Foto 4.13. Proses Fillet

Foto 4.15. Loin Yang Masih Ada


Foto 4.14. Proses Pemisahan Tulang
Daging Hitam

27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Foto 4.16. Proses Buang Daging Hitam Foto 4.17. Tuna Loin Sudah Diberi
Tagging (tanda)

B. Tahap Proses Produksi di Perantara

Foto 4.18. Tuna Loin Masuk


4.19. Perapihan Hasil Loin di punggawa
Ke dalam Foto Ruang Penerimaan

Foto 4.20. Ruang Produksi Foto 4.21. Tuna Loin Dilap dengan Tissue

28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Foto 4.23. Tuna Loin Dimasukkan


Foto 4.22. Tuna Loin Dibungkus Tissue
ke Kemasan Plastik

Foto 4.24. Tuna Loin Dicelup dalam Foto 4.25. Proses Penimbangan Tuna Loin
Air Dingin

Foto 4.26. Dimasukkan Dalam Sterofoam Foto 4.27. Penyimpanan di Cold Storage

29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Foto 4.28. Kemasan Tuna Loin Untuk Ekspor Foto 4.29. Tuna Loin Siap di Ekspor

Teknologi sederhana yang juga diterapkan oleh perantara dalam kemasan


ekspor adalah pembuatan es jelly dari sagu. Es jelly sagu ini digunakan sebagai
pengganti dry ice yang biasa digunakan dalam kemasan ikan yang akan diekspor
agar tidak terjadi pembusukan (penurunan mutu). Penggunaan teknologi ini
dimaksud untuk menghemat biaya, karena penggunaan dry ice cukup mahal.
Es jelly sagu terbuat dari campuran air dan sagu yang dibekukan dalam
freezer. Selain dapat menghemat biaya, teknik pendinginan ini juga ternyata cukup
baik karena jelly sagu tidak akan mencair seperti air yang dapat merusak komoditi
apabila es mencair. Foto 4.29. berikut ini adalah bentuk es jelly sagu yang dibuat
oleh perantara :

Foto 4.2.9. Es Jelly Sagu

30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Jumlah tuna loin yang diproduksi oleh punggawa dan perantara sangat
tergantung kepada jumlah pasokan atau hasil tangkapan nelayan dan kemampuan
modal perantara. Setiap punggawa mempunyai kapasitas produksi tuna loin rata-
rata sebesar 2.000 kg per bulan. Artinya pasokan ikan yang di-supply nelayan
kepada punggawa rata-rata setiap bulannya sekitar 3.636 kg. Rendemen ikan tuna
sampai menjadi loin skin on adalah sebesar 55%. Proses fillet pada produksi tuna
harus dilakukan oleh tenaga yang mempunyai keahlian khusus, karena kesalahan
dalam melakukan fillet loin dapat mempengaruhi rendemen tuna. Hal ini juga
menjadi menjadi titik kritis bagi usaha pengolahan tuna loin.
Mutu produk tuna loin ditentukan antara lain: 1) Kesegaran dan tingkat
kecerahan warna daging 2) tekstur daging 3) Ada tidaknya yake pada daging,
yaitu daging seperti terbakar 4) Kekenyalan dan elastisitas tekstur daging 5)
Kekompakan jaringan daging serta 6) Ukuran (size). Informasi yang diperoleh
di lapang mengatakan bahwa tidak ada ketentuan persyaratan mutu secara
kuantitatif, penilaian mutu dilakukan secara visual. Klasifikasi mutu ini yang akan
menentukan grade tuna loin. Produksi tuna loin harus memenuhi persyaratan SNI
01-4104.2-2006 antara lain meliputi: jenis bahan baku, bentuk dan asal bahan
baku, mutu serta penyimpanan bahan baku.
Menurut SNI 01-4104.2-2006, jenis bahan baku tuna loin yang digunakan
adalah tuna Madidihang (Yellowfin Tuna), Tuna Mata Besar (Big Eye Tuna), Tuna
Sirip Biru (Bluefin Tuna) dan Tuna Albakora. Bentuk bahan baku tuna loin berupa
ikan tuna segar yang sudah atau belum disiangi, dan berasal dari perairan yang
tidak tercemar. Mutu bahan baku tuna loin harus bersih, bebas dari setiap bau yang
menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas
dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan
kesehatan. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran
meliputi kenampakan mata cerah, cemerlang, bau segar serta tekstur elastis,
padat dan kompak. Apabila menunggu proses lebih lanjut, maka bahan baku

31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI

tuna loin beku harus disimpan dalam ruang penyimpanan (cold storage) dengan
suhu maksimal -20 0C, saniter dan hygienis. Sedangkan untuk bahan baku tuna
loin segar disimpan dalam wadah yang baik dan tetap dipertahankan suhunya
dengan menggunakan es curah sehingga suhu pusat bahan baku mencapai suhu
maksimal 4,4 0C, saniter dan hygienis.
Sebagaimana telah diuraikan pada sub bab 4.3. bahwa terdapat 4 grade
tuna loin yang penilaian mutunya didasarkan secara visual. Grade tersebut di atas
dapat berubah-ubah mengikuti kondisi pasar dan musim. Terkadang grade rendah
dapat meningkat menjadi grade di atasnya di saat produksi tuna turun, atau mutu
produk tuna loin yang masuk ke pasar lelang dunia kurang bagus. Ketidakpastian
standar mutu dan grade merupakan faktor kritis yang harus diperhatikan dalam
usaha pengolahan tuna loin ini.

4.8. Produksi Optimum

Produksi tuna loin sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku. Bahan
baku tuna loin adalah ikan tuna segar yang tangkapannya tergantung musim
yang dipengaruhi oleh pergeseran bulan. Dalam satu tahun terjadi 7 (tujuh) bulan
penurunan produksi tuna, dan 5 bulan produksi maksimal. Artinya dalam setahun
terdapat 5 (lima) bulan produksi optimum, yaitu rata-rata sebesar 2.000 kg per
bulan.

4.9. Kendala Produksi

Kendala produksi usaha perikanan umumnya adalah ketersediaan dan


kontinyuitas bahan baku ikan. Demikian halnya yang terjadi dalam proses produksi
pengolahan tuna loin. Ketersediaan dan kontinyuitas bahan baku tuna loin menjadi
faktor kritis ketika terjadi pergeseran bulan siklus terendah selama 7 bulan dalam
satu tahun akibat pengaruh musim. Proses produksi efektif berlangsung hanya 20
hari dalam 1 bulan selama siklus terendah.

32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB V
ASPEK KEUANGAN

Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha


dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan
kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan
pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pengolahan tuna loin.

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah usaha pengolahan tuna loin dengan skala
kecil, dimana teknologi proses pembuatan loin tanpa alat/mesin yang bersifat
mekanis, sehingga tidak diperlukan biaya investasi yang besar, dengan kapasitas
produksi sebesar 2000 kg tuna loin per bulan. Ikatan kerjasama yang saling
menguntungkan antara nelayan, punggawa dan perantara telah membentuk
karakter pola usaha tuna loin di Makassar. Perantara memberi dukungan modal
kerja dan pengetahuan tentang teknik penanganan mutu ikan kepada punggawa
dan nelayan guna menjaga kontinuitas dan mutu bahan baku.
Sebaliknya nelayan dan punggawa memasok bahan baku ikan sesuai
spesifikasi yang diminta perantara karena keterikatan dukungan modal dan
pengetahuan yang diberikan serta komitmen perantara untuk menjamin pasar dan
stabilitas harga ikan.

5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Untuk analisa kelayakan usaha pengolahan tuna loin diasumsikan bahwa


awal produksi adalah pada bulan Januari. Analisa kelayakan menggunakan asumsi
parameter teknologi proses produksi dan biaya sebagaimana disajikan pada Tabel

33
ASPEK KEUANGAN

5.1. dan Lampiran 1. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha
pengolahan tuna loin di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan serta informasi dari
pengusaha.

Tabel 5.1. Asumsi-Asumsi Untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Jumlah


1 Periode Proyek Tahun 3
2 Bulan kerja dalam setahun Bulan 12
3 Hari kerja dalam sebulan Hari 24
4 Output, Produksi dan Harga *)
a. Produksi Tuna Loin per bulan Kg 2.000
- Grade A (30%) Kg 600
- Grade B (40%) Kg 800
- Grade C (20%) Kg 400
- Grade D (10%) Kg 200
b. Penjualan Harga Tuna Loin per Kg Rp/Kg
- Grade A (30%) Rp/Kg 67.000
- Grade B (40%) Rp/Kg 57.000
- Grade C (20%) Rp/Kg 46.000
- Grade D (10%) Rp/Kg 24.000
c. Lama menunggu pendapatan Hari -
d. Hasil penjualan Hari -
e. Rendeman hasil % 55
5 Tenaga Kerja *) Orang 4
6 Biaya Pemasaran dan transportasi per bulan Rp/bulan 2.000.000
7 Penggunaan input dan harga *)
a. Input bahan baku tuna loin (whole GG) Kg 3.636
dalam sebulan
b. Harga pembelian bahan baku tuna loin (whole GG) Kg
- Grade A
- Grade B Rp/Kg 28.000
- Grade C Rp/Kg 26.000
- Grade D Rp/Kg 20.000
Rp/Kg 12.000

34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

8 Bahan Pembantu
a. Kemasan plastik PE (1 kg plastik untuk 180 kg ikan) Kg 12
b. Es ( Rp200 ,- per kg ikan)
Rp 400.000
9 Suku bunga per tahun % 14
10 Proposal Modal
a. Kredit % 60
b. Modal sendiri % 40
11 Jangka waktu kredit Tahun 3
Keterangan *) rincian kebutuhan per bulan disajikan pada Lampiran 3

Usaha ini diasumsikan dilakukan oleh punggawa (nelayan pengumpul) dengan


rata-rata produksi tuna loin per bulan sebesar 2.000 kg, dengan penggunaan
bahan baku rata-rata per bulan sebanyak 3.636 kg. Untuk kebutuhan produksi
sebesar 2.000 kg per bulan diasumsikan membutuhkan bahan pembantu berupa
plastik PE rata-rata 10 kg per bulan dan es sebesar Rp 400.000,- per bulan. Untuk
kapasitas produksi rata-rata 2.000 kg per bulan diasumsikan dibutuhkan tenaga
kerja 4 orang.
Penentuan usia proyek adalah 3 (tiga) tahun, dengan proposal modal 60%
kredit dan 40% modal sendiri.

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya
operasional (modal kerja). Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dana awal kegiatan produksi yang meliputi peralatan
produksi dan bangunan. Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi, yang merupakan modal kerja.

35
ASPEK KEUANGAN

5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal proses produksi


pengolahan tuna loin adalah sebesar Rp44.970.000,-, masing-masing
digunakan untuk bangunan ruang produksi sebesar Rp30.000.000,- dan
peralatan produksi sebesar Rp14.970.000,-.
Uraian komposisi untuk biaya investasi yang terdiri dari bangunan
ruang produksi dan peralatannya disajikan pada Tabel 5.2.dan Lampiran 2.

Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi

Harga
Umur
Jumlah per Jumlah
No Komponen Biaya Satuan Ekonomis
Fisik satuan Biaya (Rp)
(bulan)
(Rp)
1 Alat Produksi dan
Kemasan
a. Meja potong Unit 1 36 4.000.000 4.000.000
b. Meja trimming Unit 1 36 4.000.000 4.000.000
c. Pisau Fillet
d. Pisau trimming Buah 1 24 480.000 480.000
e. Sterofoam kap. Buah 3 24 400.000 1.200.000
80 Kg AG 50
f. Cutting board, Unit 10 6 125.000 1.250.000
1x2m
g. Sepatu boot
h. Basket biru Unit 1 36 1.600.000 1.600.000

i. Basket merah
j. Blong plastik Pasang 4 12 65.000 260.000
k. Timbangan kap. Unit 1 24 70.000 70.000
100 kg Unit 3 24 70.000 210.000
Unit 2 24 200.000 400.000
Unit 1 36 1.500.000 1.500.000

36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

2 Bangunan
Ruang Proses*) m2 60 10 500.000 30.000.000

Jumlah 44.970.000

Keterangan : *) Bangunan sangat sederhana

5.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional atau modal kerja dalam usaha pengolahan tuna


loin ini meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Total biaya operasional
rata-rata per bulan adalah Rp99.901.727,- atau dalam satu tahun sebesar
Rp1.198.820.727,- dengan asumsi usaha ini sejak bulan pertama sudah
beroperasi secara penuh dengan kapasitas 100%.
Biaya operasional per tahun terdiri dari biaya variabel sebesar
Rp1.055.240.727,- dan biaya tetap sebesar Rp143.580.000,-. Biaya variabel
rata-rata per bulan sebesar Rp87.936.727,- dan biaya tetap rata-rata per
bulan adalah Rp11.965.000,- (Tabel 5.3.). Rincian kebutuhan biaya variabel
dan biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

Tabel 5.3. Komposisi Biaya Operasional dalam Rupiah

Rata-rata
No Komponen Biaya Pertahun
per bulan
1 Biaya Tetap 11.965.000 143.580.000
2 Biaya Variabel 87.936.727 1.055.240.727
Jumlah Biaya Operasional 99.901.727 1.198.820.727

37
ASPEK KEUANGAN

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Total kebutuhan biaya awal proyek untuk investasi adalah sebesar


Rp44.970.000,- dengan rincian sebesar Rp26.982.000,- atau 60% berasal dari
kredit bank, dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun dan suku bunga
14% per tahun. Kebutuhan modal kerja rata-rata per bulan adalah sebesar
Rp99.901.727,-. Untuk kebutuhan investasi usaha ini diperlukan modal kerja
selama 1.5 bulan, yaitu sebesar Rp149.852.591,-. Modal kerja tersebut selain
digunakan untuk pembelian bahan baku ikan tuna dan operasional, juga sebagai
uang muka kepada nelayan untuk modal melaut yang diperkirakan selama 2
minggu sampai 1 bulan.
Kebutuhan modal kerja tersebut sebesar 60% diperoleh dari kredit. Pada Tabel
5.4. berikut disajikan rincian kebutuhan proyek dan sumber pembiayaannya.

Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek

Total Biaya
No Komponen Biaya Proyek Prosentase
(Rp)
1 Biaya Investasi 44.970.000
a. Kredit 60% 26.982.000
b. Modal sendiri 40% 17.988.000
2 Biaya Modal Kerja 149.852.591
a. Kredit 60% 89.911.555
b. Modal sendiri 40% 59.941.036
3 Total Biaya Proyek 194.822.591
a. Kredit 60% 116.893.555
b. Modal sendiri 40% 77.929.036

Perhitungan angsuran pokok dan bunga kredit per bulan dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Angsuran pokok dan bunga ini dibayarkan setiap bulan selama
jangka waktu kredit.

38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

5.5. Produksi dan Pendapatan

Produksi tuna loin per bulan rata-rata sebanyak 2.000 kg, dengan komposisi
grade A sebanyak 600 kg (30%), grade B sebanyak 800 kg (40%), grade C
sebanyak 400 kg (20%) dan grade D sebanyak 200 kg (10%), dimana usaha ini
diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai bulan pertama hingga
akhir sesuai umur proyek.
Dengan harga rata-rata untuk grade A sebesar Rp67.000,- per kg, grade B
sebesar Rp57.000,- grade C sebesar Rp46.000,- dan grade D sebesar Rp24.000,-;
maka dapat diproyeksikan perolehan pendapatan untuk satu bulan produksi
sebesar Rp109.000.000,- atau sebesar Rp1.308.000.000,- per tahun. Tabel 5.5.
dan Lampiran 5 menampilkan Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyek.

Tabel 5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Rata2 Rata2 Nilai


Rata2 Harga Nilai Penjualan 1
Produksi Penjualan per
No Produk Jual per Kg tahun
Per bulan bulan
(Rp) (Rp)
(Kg) (Rp)
1 Tuna Loin Grade A 600 67.000 40.200.000 482.400.000
2 Tuna Loin Grade B 800 57.000 45.600.000 547.200.000
3 Tuna Loin Grade C 400 46.000 18.400.000 220.800.000
4 Tuna Loin Grade D 200 24.000 4.800.000 57.600.000
Total 109.000.000 1.308.000.000

5.6. Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Event Point

Hasil proyeksi rugi laba usaha menunjukkan bahwa usaha pengolahan


tuna loin telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama sebesar
Rp144.503.739,- tahun kedua sebesar Rp149.140.516,- dan tahun ketiga sebesar
Rp153.777.294,- dimana rata-rata per tahun sebesar Rp149.140.516,25 dan rata-

39
ASPEK KEUANGAN

rata per bulan sebesar Rp12.428.376,35, dengan nilai profit on sales rata-rata per
tahun sebesar 11,40 %.

Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan dan Rugi Laba Usaha


Rupiah
Tahun
No Uraian
1 2 3
1 Penerimaan 1.308.000.000 1.308.000.000 1.308.000.000
2 Pengeluaran 1.137.995.602 1.132.540.569 1.127.085.537
3 Rugi/Laba sebelum pajak 170.004.398 175.459.431 180.914.463
4 Pajak (15%) 25.500.660 26.318.915 27.137.170
5 Laba setelah pajak 144.503.739 149.140.516 153.777.294
6 Profit on sales (%) 11,05% 11,40% 11,76%
7 BEP : Rupiah 428.246.903 400.017.740 371.788.578
Grade A 157.940.601 147.529.479 137.118.356
Grade B 179.156.502 167.346.871 155.537.240
Grade C 72.291.220 67.525.930 62.760.641
Grade D 18.858.579 17.615.460 16.372.341
BEP : Kg 7.858 7.340 6.822
Grade A 2.357 2.202 2.047
Grade B 3.143 2.936 2.729
Grade C 1.572 1.468 1.364
Grade D 786 734 682

Break Event Point (BEP) dihitung dengan membandingkan pengeluaran


untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan. BEP usaha ini
terjadi pada penjualan rata-rata per bulan sebesar Rp12.294.123,21 (grade A),
Rp13.945.572,60 (grade B), Rp5.627.160,87 (grade C) dan Rp1.467.955,01 (grade
D). Proyeksi rugi laba usaha disajikan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 8.

40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek

Aliran kas (cash flow) dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow)
dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan tuna loin per
bulan selama setahun, sedangkan arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel,
biaya tetap, angsuran pokok dan angsuran bunga serta pajak penghasilan.
Evaluasi profitabilitas rencana usaha pengolahan tuna loin skala kecil
dilakukan dengan menilai kriteria kelayakan usaha, yaitu NPV (Net Present Value),
IRR (Internal Rate of Return) dan Net B/C Ratio (Net Benefit Cost Ratio). Berdasarkan
asumsi yang ada didapat NPV sebesar Rp140.422.993,-, IRR sebesar 49,89% dan
Net B/C Ratio 1,72 kali. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan tuna loin
ini layak untuk dilaksanakan, dengan Pay Back Period (PBP) selama 1,81 tahun.
Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pengolahan tuna loin dapat dilihat pada
Tabel 5.7 dan Lampiran 9.

Tabel 5.7. Kelayakan Usaha Pengolahan Tuna Loin

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp. 140.422.993 >0 Layak
2 IRR 49,89% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,72 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 1,81 tahun < 3 tahun Layak

41
ASPEK KEUANGAN

5.8. Analisis Sensitivitas

5.8.1. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Variabel dan


Pendapatan Tetap

(a) Kenaikan Biaya Variabel 5%, Pendapatan Tetap

Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya variabel sebesar 5%


dengan pendapatan tetap didapat nilai NPV Rp17,928,960,-, IRR
18,77% dan Net B/C Ratio 1,09 kali dengan masa pengembalian modal
selama 2,7 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha ini layak
dilaksanakan dengan kenaikan biaya variabel 5%. Hasil analisis dapat
dilihat pada Tabel 5.8. dan Lampiran 10.

Tabel 5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan


Biaya Variabel sebesar 5% dengan Pendapatan Tetap

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp17,928,960 >0 Layak
2 IRR 18.77 % > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1.09 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2.7 < 3 tahun Layak

(b) Kenaikan Biaya Variabel 6%, Pendapatan Tetap

Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya variabel sebesar 6%


dengan pendapatan tetap didapat nilai NPV Rp(31.068.653,-), IRR
5,53% dan Net B/C Ratio 0,84 kali dengan masa pengembalian modal
selama lebih dari 3 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha
ini tidak layak dilaksanakan dengan kenaikan biaya variabel 6%. Hasil
analisis dapat dilihat pada Tabel 5.9. dan Lampiran 11.

42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Tabel 5.9. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan


Biaya Variabel Sebesar 6% dengan Pendapatan Tetap

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp(31.068.653) <0 Tidak layak
2 IRR 5,53% < 14% Tidak layak
3 Net B/C Ratio 0,84 <1 Tidak layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak layak

5.8.2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Pendapatan dan Biaya


Variabel Tetap

(a) Penurunan Pendapatan sebesar 4%, Biaya Variabel Tetap

Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan sebesar 4%


dengan biaya variabel tetap didapat nilai NPV Rp18.955.206,-, IRR
19,05% dan Net B/C Ratio 1,10 kali dengan masa pengembalian modal
selama 2,7 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha ini masih
dinilai layak dilaksanakan dengan penurunan pendapatan sebesar 4%
dan biaya variabel tetap. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.10.
dan Lampiran 12.

Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan


Pendapatan sebesar 4% dengan Biaya Variabel Tetap

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp18.955.206 >0 Layak
2 IRR 19.05% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,10 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2,7 tahun < 3 tahun Layak

43
ASPEK KEUANGAN

(b) Penurunan Pendapatan sebesar 5%, Biaya variabel Tetap

Hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan sebesar 5%


dengan biaya variabel tetap didapat nilai NPV Rp(11.411.741,-), IRR
10.92% dan Net B/C Ratio 0,94 kali dengan masa pengembalian modal
lebih dari 3 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa usaha ini
masih menjadi tidak layak dilaksanakan dengan penurunan pendapatan
sebesar 5% dan biaya variabel tetap. Hasil analisis dapat dilihat pada
Tabel 5.11. dan Lampiran 13.

Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan


Pendapatan sebesar 5% dengan Biaya Variabel Tetap

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp(11.411.741) <0 Tidak layak
2 IRR 10.92% < 14% Tidak layak
3 Net B/C Ratio 0,94 <1 Tidak layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak layak

5.8.3. Analisis Sensitivitas Kombinasi

(a) Kenaikan Biaya Variabel sebesar 2%, Penurunan Pendapatan


2%

Hasil analisis sensitivitas kombinasi berupa kenaikan biaya variabel diiringi


penurunan pendapatan masing-masing sebesar 2% didapat nilai NPV
Rp30.691.486,- IRR 22.13% dan Net B/C Ratio 1,16 kali dengan masa
pengembalian modal selama 2,6 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan
bahwa usaha ini masih layak untuk dilaksanakan, dengan kenaikan

44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

biaya variabel dan penurunan pendapatan masing-masing 2%. Hasil


analisis dapat dilihat pada Tabel 5.12. dan Lampiran 14.

Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan


Biaya Variable 2% dan Penurunan Pendapatan sebesar 2%

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp30.691.486 >0 Layak
2 IRR 22.13% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,16 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2,6 tahun < 3 tahun Layak

(b) Kenaikan Biaya Variabel sebesar 3%, Penurunan Pendapatan


3%

Hasil analisis sensitivitas kombinasi berupa kenaikan biaya variabel


3% diiringi penurunan pendapatan sebesar 3% didapat nilai NPV
Rp(24.174.267,-), IRR 7.44% dan Net B/C Ratio 0,88 kali dengan masa
pengembalian modal lebih dari 3 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan
bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dilaksanakan dengan
kenaian biaya variabel dan penurunan pendapatan masing-masing 3%.
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 5.13. dan Lampiran 15

Tabel 5.13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap


Kenaikan Biaya Variabel sebesar 3% dan Penurunan Pendapatan
sebesar 3%

Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp (24.174.267) <0 Tidak Layak
2 IRR 7.44% < 14% Tidak Layak
3 Net B/C Ratio 0,88 <1 Tidak Layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak Layak

45
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Kota Makassar merupakan sentra dari usaha perikanan di Sulawesi Selatan,


utamanya industri pengolahan ikan. Cukup banyak masyarakat kota Makassar yang
memiliki usaha pengolahan ikan. Usaha pengolahan tuna loin merupakan pilihan
usaha yang memiliki prospek cukup bagus di Makassar, karena harga jualnya yang
bagus dan permintaan pasarnya yang terus meningkat.
Keberadaan dan pengembangan usaha pengolahan tuna loin memberi
dampak positif bagi wilayah di sekitarnya, karena membuka peluang kerja dan
meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu adanya usaha pengolahan
tuna loin ini sangat mendorong pembangunan ekonomi di kota Makassar.
Satu unit usaha pengolahan tuna loin skala kecil (kapasitas produksi 2.000 kg)
dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 4 orang dengan upah Rp500.000,- s.d.
Rp1.000.000,- per orang per bulan. Nilai tambah riil yang diterima Pemerintah
Daerah setempat secara langsung ataupun tidak langsung dari kegiatan usaha
tersebut antara lain sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi
pengecekan hasil mutu tuna loin dan jasa pelabuhan.
Dampak lain dari keberadaan usaha pengolahan tuna loin adalah adanya
jaminan stabilitas harga dan akses pasar, sehingga memberikan kepastian
pendapatan bagi nelayan.

47
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

6.2. Aspek Dampak Lingkungan

Proses produksi usaha pengolahan tuna loin menghasilkan limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat berupa kepala dan isi perut ikan serta daging remahan
(tetelan) sebagai sisa hasil proses produksi serta limbah cair berupa air pencucian
proses produksi dan ruang produksi. Akan tetapi kedua jenis limbah tersebut
tidak memberikan dampak negatif, mengingat proses pembuangan insang dan isi
perut dilakukan nelayan ketika di laut. Insang dan isi perut yang dibuang ke laut
dapat menjadi makanan bagi ikan-ikan predator. Sedangkan kepala, tulang dan
remahan (tetelan) daging ikan masih bisa dimanfaatkan dijual ke rumah makan.

Dalam proses produksi tuna loin tidak dibutuhkan banyak air, karena dalam
prosesnya tuna dikeringkan dengan cara dilap dengan tissue. Air yang digunakan
hanya untuk proses pencelupan tuna loin dalam blong, mencuci peralatan proses
dan membersihkan ruang setelah selesai produksi. Oleh karena itu, air sisa proses
pengolahan tuna tidak menimbulkan bau menyengat atau menghasilkan polutan
berbahaya.

48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

1. Usaha pengolahan tuna loin mempunyai peran penting bagi peningkatan


pendapatan masyarakat karena membuka peluang kerja bagi masyarakat.
Usaha ini juga memberi kepastian pendapatan bagi nelayan dan pengumpul
(punggawa) karena harga dan akses pasar tuna dapat dijamin oleh
perantara.

2. Kerjasama yang saling menguntungkan pada UKM pengolahan tuna loin di


lokasi penelitian sudah terbentuk cukup kuat antara nelayan, punggawa dan
perantara. Perantara selain berperan sebagai pemberi dukungan modal kerja
kepada punggawa dan nelayan, juga menjamin dan mempermudah akses
pasar serta pengendali harga ikan di pasar lokal. Timbal baliknya punggawa
berperan sebagai tenaga pengumpul ikan dari nelayan dan melakukan
processing sesuai spesifikasi loin yang telah ditentukan oleh perantara

3. Faktor yang harus diperhatikan adalah menjaga ketersediaan dan kontinyuitas


bahan baku tuna, mengingat adanya permintaan yang terus meningkat dan
belum dapat terpenuhinya permintaan pasar. Ketersediaan dan kontinyuitas
bahan baku tuna loin menjadi faktor kritis ketika terjadi pergeseran bulan
siklus terendah selama 7 bulan akibat pengaruh faktor alam. Proses produksi
efektif berlangsung hanya 20 hari dalam 1 bulan selama siklus terendah.

4. Faktor kritis usaha ini juga terdapat dalam hal melakukan proses fillet serta
menentukan spesifikasi mutu dan grade. Kesalahan melakukan fillet akan
mempengaruhi randemen produksi tuna loin. Penentuan spesifikasi mutu
dan grade dapat mempengaruhi harga ikan.

49
KESIMPULAN DAN SARAN

5. Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan tuna loin ini sebesar
Rp44.970.000,- dimana sebesar 60% atau Rp26.982.000,- dipenuhi dari
kredit investasi dan sisanya 40% atau Rp17.988.000,- adalah modal sendiri.
Sedangkan kebutuhan modal kerja rata-rata per bulan adalah sebesar
Rp99.901.727,-. Diasumsikan modal awal produksi yang harus dipenuhi
adalah untuk menutupi biaya operasional selama 1,5 bulan. Hal ini dihitung
berdasarkan lama waktu nelayan melaut, dimana diasumsikan paling cepat
2 minggu baru mendarat membawa hasil. Kebutuhan modal kerja untuk
1,5 bulan adalah sebesar Rp149.852.591,- dimana 60% dari modal kerja
merupakan kredit dari bank, dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun
dan suku bunga 14% per tahun.

6. Berdasarkan asumsi yang ada didapat NPV sebesar Rp140.422.993,- dan


Net B/C Ratio 1,72 kali. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan tuna
loin ini layak untuk dilaksanakan, dengan masa pengembalian modal selama
1,81 tahun.

7. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya variabel sebesar 5% dengan


pendapatan tetap didapat nilai NPV Rp17,928,960,- IRR 18,77% dan Net
B/C Ratio 1,09 kali dengan selama 2,7 tahun. Hasil analisis ini menunjukkan
bahwa usaha ini layak dilaksanakan dengan kenaikan biaya variabel 5%.

8. Usaha pengolahan tuna loin menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila
terjadi kenaikan biaya variabel sampai dengan 6%. Hasil analisis sensitivitas
terhadap kenaikan biaya variabel sebesar 6% dengan pendapatan tetap
didapat nilai NPV Rp(31.068.653,-), IRR 5,33% dan Net B/C Ratio 0,84 kali
dengan masa pengembalian modal selama lebih dari 3 tahun.

9. Usaha pengolahan tuna loin masih layak untuk dilaksanakan meski


terjadi penurunan pendapatan sampai dengan 4%, dengan NPV sebesar
Rp18.955.206,- Net B/C Ratio 1.10 dengan PBP selama 2,7 tahun. Usaha
tidak lagi layak dilaksanakan apabila terjadi penurunan pendapatan sampai

50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

5%, dengan NPV sebesar Rp(11.411.741,-), Net B/C Ratio 0,94 kali dan PBP
lebih dari 3 tahun.

10. Usaha pengolahan tuna loin masih layak dilaksanakan meski terjadi kenaikan
biaya variabel dan penurunan pendapatan masing-masing sampai dengan
2%, dimana didapat nilai NPV Rp30.691.486,- Net B/C Ratio 1,16 kali dan
PBP selama 2,6 tahun. Akan tetapi usaha ini menjadi tidak layak dilaksanakan
ketika biaya variabel mengalami kenaikan dengan penurunan pendapatan
masing-masing sampai 3%, didapat nilai NPV Rp(24.174.267,-) dan Net B/C
Ratio 0,88 kali dengan masa pengembalian modal lebih dari 3 tahun.

11. Dari perhitungan proyeksi rugi laba usaha diketahui bahwa usaha pengolahan
tuna loin menghasilkan laba (setelah pajak) rata-rata per tahun sebesar
Rp149.140.516,25 dan rata-rata per bulan sebesar Rp12.428.376,35,
dengan nilai profit on sales rata-rata per tahun sebesar 11,40 %.

12. Berdasarkan potensi bahan baku, pangsa pasar, tingkat teknologi serta aspek
finansial, maka usaha pengolahan tuna loin ini layak untuk dibiayai.

7.2. Saran

1. Untuk pengembangan usaha pengolahan tuna loin, khususnya bagi UKM,


diperlukan dukungan dari berbagai pihak terkait, baik pemerintah dalam hal
regulasi dan kemudahan sertifikasi ekspor serta lembaga keuangan untuk
permodalan

2. Jaminan kontinyuitas sumberdaya tuna harus menjadi perhatian mengingat


permintaan akan komoditi tuna terus meningkat

3. Pemantauan dan bimbingan teknik penanganan mutu ikan terhadap UKM


tuna loin sangat diperlukan mengingat adanya persaingan pasar luar negeri

51
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 1 Asumsi-Asumsi Untuk Analisa Keuangan

No Asumsi Satuan Jumlah


1 Periode Proyek tahun 3
2 Bulan kerja dalam setahun bulan 12
3 Hari kerja dalam sebulan hari 24
4 Output, Produksi dan Harga
a. Produksi Tuna Loin per bulan kg 2,000
- Grade A (30%) kg 600
- Grade B (40%) kg 800
- Grade C (20%) kg 400
- Grade D (10%) kg 200
b. Penjulan harga Tuna Loin/kg Rp/kg
- Grade A Rp/kg 67,000
- Grade B Rp/kg 57,000
- Grade C Rp/kg 46,000
- Grade D Rp/kg 24,000
c. Lama menunggu pendapatan hari -
d. Lama menunggu pendapatan hari -
e. Rendemen hasil % 55
5 Tenaga kerja orang 4
6 Biaya Pemasaran dan Transportasi per bulan 2.000.000
7 Penggunaan input dan harga
a. input bahan baku tuna loin (whole GG) dalam se bulan kg 3,636
b. harga pembelian bahan baku tuna loin (whole GG)
- Grade A Rp/kg 28,000
- Grade B Rp/kg 26,000
- Grade C Rp/kg 20,000
- Grade D Rp/kg 12,000
8 Bahan Pembantu
a. Kemasan plastik PE (1 kg plastik untuk 180 kg ikan) kg 12
b. Es (Rp 200/kg ikan) Rp 400,000

55
LAMPIRAN

9 Suku bunga per tahun % 14


10 Proposal Modal
a. Kredit % 60
b. Modal Sendiri % 40
11 Jangka waktu kredit tahun 3

56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Lampiran 2. Biaya Investasi

Harga
Jumlah Umur Nilai Nilai
Jumlah per
No Komponen Biaya Satuan Biaya Ekonomis Penyusutan Sisa
Fisik Satuan
Rp (tahun) Rp Rp
Rp
1 Alat Produksi dan Pengemas
a. Meja potong stainless unit 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 0
steel
b. Meja trimming unit 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 0
stainless steel
c. Pisau fillet stainless buah 1 480,000 480,000
steel
d. Pisau trimming buah 3 400,000 1,200,000 2 600,000 600,000
stainless steel
e. Sterofoam kapasitas unit 10 125,000 1,250,000 2 625,000 625,000
80 kg AG 50
f. Cutting board ukuran unit 1 1,600,000 1,600,000 3 533,333 0
1 x 2 meter
g. Sepatu boot pasang 4 65,000 260,000 1 260,000 0
h. Basket (keranjang) unit 1 70,000 70,000 2 35,000 35,000
biru
i. Basket (keranjang) unit 3 70,000 210,000 2 105,000 105,000
merah
j. Blong plastik unit 2 200,000 400,000 2 200,000 200,000
k. Timbangan kapasitas unit 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 0
100 kg
Usaha Pengolahan Tuna Loin

57
2 Bangunan

58
Ruang Proses*) m2 60 500,000 30,000,000 10 3,000,000 6,000,000
Jumlah 44,970,000 8,525,000 7,565,000
LAMPIRAN

Jumlah
Sumber dana investasi dari *) : Share Dana Nominal
(Rp)
a. Kredit 60% 26,982,000
b. Dana sendiri 40% 17,988,000
* Bangunan Sangat Sederhana

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Lampiran 3. Biaya Produksi

a. Biaya Variabel
Biaya per Jumlah biaya Jumlah biaya
No Struktur biaya Satuan Jumlah Fisik satuan 1 bulan 1 tahun
Rp Rp Rp
1 Bahan Baku Tuna Loin (Whole GG)
Total (kg/bulan) kg 3,636 87,272,727 1,047,272,727
a. Grade A (30%) kg 1,091 28,000 30,545,455 366,545,455
b. Grade B (40%) kg 1,455 26,000 37,818,182 453,818,182
c. Grade C (20%) kg 727 20,000 14,545,455 174,545,455
d. Grade D (10%) kg 364 12,000 4,363,636 52,363,636
2 Bahan Pembantu 0
a. Kemasan (Plastik PE) Kg 12 22,000 264,000 3,168,000
b. Es Rp 400,000 400,000.0 4,800,000
Total Biaya Variabel 87,936,727 1,055,240,727

a. Biaya Tetap

Biaya Per Unit Total Biaya Total Biaya


No Uraian Satuan Jumlah Fisik
(Rp) per Bulan (Rp) 1 Tahun (Rp)
1 Tenaga Kerja Orang 4 500,000 2,000,000 24,000,000
2 Listrik 1 1 200,000 200,000 2,400,000
3 Air 1 1 200,000 200,000 2,400,000
4 Transportasi dan Pemasaran 2,000,000 24,000,000
5 Penyusutan 1 1 8,525,000 7,565,000.0 90,780,000
Usaha Pengolahan Tuna Loin

59
Total Biaya Tetap 11,965,000 143,580,000
Biaya Pemasaran

60
Jml Biaya Per Biaya 1 bulan Biaya Per
No Struktur Biaya Fisik
Satuan Satuan (Rp) (Rp) Tahun (Rp)
LAMPIRAN

1 Tenaga Kerja 1 Org 2,000,000 0 -


2 Transportasi 0 -
3 Biaya Lain-lain 0 -

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 4. Kebutuhan Modal Kerja

Biaya Biaya
No Struktur Biaya Per 1 Bulan Per Tahun
(Rp) (Rp)
1 Biaya Produksi 99.901.727 1,115,605,727
2 Biaya Pemasaran - -
3 Jumlah Modal Kerja 99,901,727 1,115,605,727
4 Modal Kerja 1,5 bulan 149,852,591
Sumber dana modal kerja dari *) :
a. Kredit 60% 89,911,555
b. Dana sendiri 40% 59,941,036
* Modal kerja yang diperlukan adalah sama dengan biaya operasional dan over head cost
untuk satu setengah bulan pertama

Lampiran 5. Proyeksi produksi dan pendapatan

Harga Penjualan 1 Penjualan 1


NO Produk Volume Unit
Jual (Rp) bulan (Rp) tahun (Rp)
1 Tuna Loin Grade A 600 Kg 67,000 40,200,000 482,400,000
2 Tuna Loin Grade B 800 Kg 57,000 45,600,000 547,200,000
3 Tuna Loin Grade C 400 Kg 46,000 18,400,000 220,800,000
4 Tuna Loin Grade D 200 Kg 24,000 4,800,000 57,600,000
TOTAL 2,000 109,000,000 1,308,000,000

61
LAMPIRAN

Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi


Bunga 14% Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-0 26,982,000 26,982,000 26,982,000
Bulan -1 749,500 314,790 1,064,290 26,982,000 26,232,500
Bulan -2 749,500 306,046 1,055,546 26,232,500 25,483,000
Bulan -3 749,500 297,302 1,046,802 25,483,000 24,733,500
Bulan -4 749,500 288,558 1,038,058 24,733,500 23,984,000
Bulan -5 749,500 279,813 1,029,313 23,984,000 23,234,500
Bulan -6 749,500 271,069 1,020,569 23,234,500 22,485,000
Bulan -7 749,500 262,325 1,011,825 22,485,000 21,735,500
Bulan -8 749,500 253,581 1,003,081 21,735,500 20,986,000
Bulan -9 749,500 244,837 994,337 20,986,000 20,236,500
Bulan -10 749,500 236,093 985,593 20,236,500 19,487,000
Bulan -11 749,500 227,348 976,848 19,487,000 18,737,500
Bulan -12 749,500 218,604 968,104 18,737,500 17,988,000
Tahun-1 8,994,000 3,200,365 12,194,365
Bulan -1 749,500 209,860 959,360 17,988,000 17,238,500
Bulan -2 749,500 201,116 950,616 17,238,500 16,489,000
Bulan -3 749,500 192,372 941,872 16,489,000 15,739,500
Bulan -4 749,500 183,628 933,128 15,739,500 14,990,000
Bulan -5 749,500 174,883 924,383 14,990,000 14,240,500
Bulan -6 749,500 166,139 915,639 14,240,500 13,491,000
Bulan -7 749,500 157,395 906,895 13,491,000 12,741,500
Bulan -8 749,500 148,651 898,151 12,741,500 11,992,000
Bulan -9 749,500 139,907 889,407 11,992,000 11,242,500
Bulan -10 749,500 131,163 880,663 11,242,500 10,493,000
Bulan -11 749,500 122,418 871,918 10,493,000 9,743,500
Bulan -12 749,500 113,674 863,174 9,743,500 8,994,000

62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-2 8,994,000 1,941,205 10,935,205
Bulan -1 749,500 104,930 854,430 8,994,000 8,244,500
Bulan -2 749,500 96,186 845,686 8,244,500 7,495,000
Bulan -3 749,500 87,442 836,942 7,495,000 6,745,500
Bulan -4 749,500 78,698 828,198 6,745,500 5,996,000
Bulan -5 749,500 69,953 819,453 5,996,000 5,246,500
Bulan -6 749,500 61,209 810,709 5,246,500 4,497,000
Bulan -7 749,500 52,465 801,965 4,497,000 3,747,500
Bulan -8 749,500 43,721 793,221 3,747,500 2,998,000
Bulan -9 749,500 34,977 784,477 2,998,000 2,248,500
Bulan -10 749,500 26,233 775,733 2,248,500 1,499,000
Bulan -11 749,500 17,488 766,988 1,499,000 749,500
Bulan -12 749,500 8,744 758,244 749,500 -
Tahun-3 8,994,000 682,045 9,676,045

63
LAMPIRAN

Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja


Bunga 14% Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-0 89,911,555 89,911,555 89,911,555
Bulan -1 2,497,543 1,048,968 3,546,511 89,911,555 87,414,011
Bulan -2 2,497,543 1,019,830 3,517,373 87,414,011 84,916,468
Bulan -3 2,497,543 990,692 3,488,235 84,916,468 82,418,925
Bulan -4 2,497,543 961,554 3,459,097 82,418,925 79,921,382
Bulan -5 2,497,543 932,416 3,429,959 79,921,382 77,423,839
Bulan -6 2,497,543 903,278 3,400,821 77,423,839 74,926,295
Bulan -7 2,497,543 874,140 3,371,683 74,926,295 72,428,752
Bulan -8 2,497,543 845,002 3,342,545 72,428,752 69,931,209
Bulan -9 2,497,543 815,864 3,313,407 69,931,209 67,433,666
Bulan -10 2,497,543 786,726 3,284,269 67,433,666 64,936,123
Bulan -11 2,497,543 757,588 3,255,131 64,936,123 62,438,580
Bulan -12 2,497,543 728,450 3,225,993 62,438,580 59,941,036
Tahun-1 29,970,518 10,664,509 40,635,028
Bulan -1 2,497,543 699,312 3,196,855 59,941,036 57,443,493
Bulan -2 2,497,543 670,174 3,167,717 57,443,493 54,945,950
Bulan -3 2,497,543 641,036 3,138,579 54,945,950 52,448,407
Bulan -4 2,497,543 611,898 3,109,441 52,448,407 49,950,864
Bulan -5 2,497,543 582,760 3,080,303 49,950,864 47,453,320
Bulan -6 2,497,543 553,622 3,051,165 47,453,320 44,955,777
Bulan -7 2,497,543 524,484 3,022,027 44,955,777 42,458,234
Bulan -8 2,497,543 495,346 2,992,889 42,458,234 39,960,691
Bulan -9 2,497,543 466,208 2,963,751 39,960,691 37,463,148
Bulan -10 2,497,543 437,070 2,934,613 37,463,148 34,965,605
Bulan -11 2,497,543 407,932 2,905,475 34,965,605 32,468,061
Bulan -12 2,497,543 378,794 2,876,337 32,468,061 29,970,518

64 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-2 29,970,518 6,468,637 36,439,155
Bulan -1 2,497,543 349,656 2,847,199 29,970,518 27,472,975
Bulan -2 2,497,543 320,518 2,818,061 27,472,975 24,975,432
Bulan -3 2,497,543 291,380 2,788,923 24,975,432 22,477,889
Bulan -4 2,497,543 262,242 2,759,785 22,477,889 19,980,345
Bulan -5 2,497,543 233,104 2,730,647 19,980,345 17,482,802
Bulan -6 2,497,543 203,966 2,701,509 17,482,802 14,985,259
Bulan -7 2,497,543 174,828 2,672,371 14,985,259 12,487,716
Bulan -8 2,497,543 145,690 2,643,233 12,487,716 9,990,173
Bulan -9 2,497,543 116,552 2,614,095 9,990,173 7,492,630
Bulan -10 2,497,543 87,414 2,584,957 7,492,630 4,995,086
Bulan -11 2,497,543 58,276 2,555,819 4,995,086 2,497,543
Bulan -12 2,497,543 29,138 2,526,681 2,497,543 (0)
Tahun-3 29,970,518 2,272,764 32,243,282

Rupiah
Angsuran Angsuran Total
Tahun Saldo Awal Saldo Akhir
Pokok Bunga Angsuran
116,893,555 116,893,555
1 38,964,518 13,864,874 52,829,393 116,893,555 77,929,036
2 38,964,518 8,409,842 47,374,360 77,929,036 38,964,518
3 38,964,518 2,954,809 41,919,327 38,964,518 0

65
LAMPIRAN

Lampiran 8. Proyeksi Rugi laba Usaha


Rupiah
Tahun
No Uraian
1 2 3
A Penerimaan
Total Penerimaan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
B Pengeluaran
i. Biaya Variabel 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
ii. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
iii. Depresiasi 8,525,000 8,525,000 8,525,000
iv. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
Total Pengeluaran 1,137,995,602 1,132,540,569 1,127,085,537
C R/L Sebelum Pajak 170,004,398 175,459,431 180,914,463
F Pajak (15%) 25,500,660 26,318,915 27,137,170
G Laba Setelah Pajak 144,503,739 149,140,516 153,777,294
H Profit on Sales 11.05% 11.40% 11.76%
I BEP: Rupiah 428,246,903 400,017,740 371,788,578
Grade A 157,940,601 147,529,479 137,118,356
Grade B 179,156,502 167,346,871 155,537,240
Grade C 72,291,220 67,525,930 62,760,641
Grade D 18,858,579 17,615,460 16,372,341
BEP: KG 7,858 7,340 6,822
Grade A 2,357 2,202 2,047
Grade B 3,143 2,936 2,729
Grade C 1,572 1,468 1,364
Grade D 786 734 682

66 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas


Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,308,000,000 1,308,000,000 1,315,565,000
Arus Masuk unt
- 1,248,058,964 1,308,000,000 1,315,565,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,194,195,780 1,192,689,002 1,184,922,224
Arus Keluar unt
194,822,591 1,141,366,387 1,145,314,642 1,143,002,897
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 113,804,220 115,310,998 130,642,776
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 106,692,577 162,685,358 172,562,103
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 93,589,979 125,181,100 116,474,504
E CUMMULATIVE (194,822,591) (101,232,611) 23,948,489 140,422,993

67
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) 140,422,993
IRR 49.89%
Net B/C 1.72 bulan
PBP 1.81 tahun

68 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel Sebesar 5.0%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,308,000,000 1,308,000,000 1,315,565,000
Arus Masuk unt
- 1,248,058,964 1,308,000,000 1,315,565,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,108,002,764 1,108,002,764 1,108,002,764
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,246,957,816 1,245,451,038 1,237,684,261
Arus Keluar unt
194,822,591 1,194,128,423 1,198,076,678 1,195,764,933
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) (0) 61,042,184 62,548,962 77,880,739
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 53,930,540 109,923,322 119,800,067
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 47,307,491 84,582,427 80,861,633
E CUMMULATIVE (194,822,591) (147,515,100) (62,932,673) 17,928,960
No Uraian Tahun

69
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) 17,928,960
IRR 18.77%
Net B/C 1.09
PBP 2.7 tahun
32.9 bulan

70 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 6%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,308,000,000 1,308,000,000 1,315,565,000
Arus Masuk unt
- 1,248,058,964 1,308,000,000 1,315,565,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,129,107,578 1,129,107,578 1,129,107,578
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,268,062,631 1,266,555,853 1,258,789,075
Arus Keluar unt
194,822,591 1,215,233,238 1,219,181,493 1,216,869,748
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) (0) 39,937,369 41,444,147 56,775,925
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 32,825,726 88,818,507 98,695,252
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 28,794,496 68,342,957 66,616,484
E CUMMULATIVE (194,822,591) (166,028,095) (97,685,138) (31,068,653)

71
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp(31,068,653)
IRR 5.53%
Net B/C 0.84
PBP lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan

72 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 4%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,255,680,000 1,255,680,000 1,255,680,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,255,680,000 1,255,680,000 1,263,245,000
Arus Masuk unt - 1,195,738,964 1,255,680,000 1,263,245,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,194,195,780 1,192,689,002 1,184,922,224
Arus Keluar unt
194,822,591 1,141,366,387 1,145,314,642 1,143,002,897
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 61,484,220 62,990,998 78,322,776
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 54,372,577 110,365,358 120,242,103
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 47,695,243 84,922,559 81,159,995
E CUMMULATIVE (194,822,591) (147,127,348) (62,204,789) 18,955,206

73
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp18,955,206
IRR 19.05%
Net B/C 1.10
PBP 2.7 tahun
32.8 bulan

74 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 5%

Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,242,600,000 1,242,600,000 1,242,600,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,242,600,000 1,242,600,000 1,250,165,000
Arus Masuk unt
- 1,182,658,964 1,242,600,000 1,250,165,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,194,195,780 1,192,689,002 1,184,922,224
Arus Keluar unt
194,822,591 1,141,366,387 1,145,314,642 1,143,002,897
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 48,404,220 49,910,998 65,242,776
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 41,292,577 97,285,358 107,162,103
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 36,221,558 74,857,924 72,331,367
E CUMMULATIVE (194,822,591) (158,601,032) (83,743,108) (11,411,741)

75
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) (11,411,741)
IRR 10.92%
Net B/C 0.94
PBP Lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan

76 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 2%


dan Penurunan Pendapatan 2%
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,281,840,000 1,281,840,000 1,281,840,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,281,840,000 1,281,840,000 1,289,405,000
Arus Masuk unt
- 1,221,898,964 1,281,840,000 1,289,405,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,076,345,542 1,076,345,542 1,076,345,542
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,215,300,594 1,213,793,816 1,206,027,039
Arus Keluar unt
194,822,591 1,162,471,202 1,166,419,456 1,164,107,711
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 66,539,406 68,046,184 83,377,961
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 59,427,762 115,420,544 125,297,289
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 52,129,616 88,812,360 84,572,101
E CUMMULATIVE (194,822,591) (142,692,975) (53,880,615) 30,691,486

77
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp30,691,486
IRR 22.13%
Net B/C 1.16
PBP 2.6 tahun
31.6 bulan

78 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL


Usaha Pengolahan Tuna Loin

Lampiran 15 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 3%


dan Penurunan Pendapatan 3%
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,268,760,000 1,268,760,000 1,268,760,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,268,760,000 1,268,760,000 1,276,325,000
Arus Masuk unt
- 1,208,818,964 1,268,760,000 1,276,325,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,086,897,949 1,086,897,949 1,086,897,949
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,225,853,001 1,224,346,224 1,216,579,446
Arus Keluar unt
194,822,591 1,173,023,609 1,176,971,864 1,174,660,119
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 42,906,999 44,413,776 59,745,554
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 35,795,355 91,788,136 101,664,881
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 31,399,434 70,627,990 68,620,899
E CUMMULATIVE (194,822,591) (163,423,157) (92,795,167) (24,174,267)

79
LAMPIRAN

F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp(24,174,267)
IRR 7.44%
Net B/C 0.88
PBP Lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan

80 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Anda mungkin juga menyukai