BukuLM08 UsahapengolahanTunaLoin05
BukuLM08 UsahapengolahanTunaLoin05
USAHA PENGOLAHAN
TUNA LOIN
KATA PENGANTAR
i
instansi terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.
Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi
kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku
ini dapat menghubungi :
Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.
iii
8 Analisis sensitivitas
(1) Kenaikan Biaya Variabel 5 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 17.928.960
Net B/C Ratio 1,09 kali
IRR 18,77%
Pay Back Period 2,7 tahun
Penilaian Layak
(2) Kenaikan Biaya Variabel 6 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. (6.569.847)
Net B/C Ratio 0,97 kali
IRR 5,33%
Pay Back Period Lebih dari 3 tahun
Penilaian Tidak Layak
(3) Penurunan Pendapatan 4 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 18.955.206
Net B/C Ratio 1,10 kali
IRR 19,05%
Pay Back Period 2,7 tahun
Penilaian Layak
(4) Penurunan Pendapatan 5 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. (11.411.741)
Net B/C Ratio 0,94 kali
IRR 10,92%
Pay Back Period Lebih dari 3 tahun
Penilaian Tidak Layak
(5) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel 2 % dan Penurunan Pendapatan 2 %
Analisis profitabilitas :
NPV Rp. 30.691.486
Net B/C Ratio 1,16 kali
IRR 22,13%
Pay Back Period 2,6 tahun
Penilaian Layak
v
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
vii
BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI
4.1. Lokasi Usaha ............................................................................ 17
4.2. Fasilitasi Produk dan Peralatan ................................................. 17
4.3. Bahan Baku ............................................................................ 20
4.4. Tenaga Kerja ............................................................................ 23
4.5. Teknologi ................................................................................. 23
4.6. Proses Produksi ........................................................................ 24
4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ............................................. 31
4.8. Produksi Optimum ................................................................. 32
4.9. Kendala Produksi .................................................................... 32
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1.1. Peta Wilayah Penangkapan Udang, Tuna dan Rumput Laut ................... 2
3.1. Skema Jalur Pemasaran Tuna Loin ......................................................... 14
4.1. Diagram Alir Proses Pengolahan Tuna Loin ............................................ 25
DAFTAR FOTO
Foto Hal
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1. Data Realisasi Ekspor Tuna Sulawesi Selatan Periode 2004 – 2008 ..... 10
4.1. Grade Tuna Loin Berdasarkan Ciri-Ciri Fisik ...................................... .. 22
4.2. Prosentase Penyusutan Berat Daging Tuna Menurut Jenis
Proses Produksi ............................................................. ..................... 24
5.1. Asumsi-asumsi Untuk Analisis Keuangan .......................................... . 34
5.2. Komposisi Biaya Investasi ................................................................... 36
5.3. Komposisi Biaya Operasional Dalam Rupiah .................................... ... 37
5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek .............................................. .. 38
5.5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan ……………………………………... 39
5.6. Proyeksi Pendapatan dan Rugi Laba Usaha …………………………..... 40
5.7. Kelayakan Usaha Pengolahan Tuna Loin …………………...………… .. 41
5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan Biaya Variabel
Sebesar 5% dengan Pendapatan Tetap … .......................................... 42
5.9. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan Biaya Variabel
Sebesar 6% dengan Pendapatan Tetap ............................................. 43
5.10. Analisis Sensitvitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan Pendapatan
sebesar 4% dengan Biaya Variabel Tetap ........................................... 43
5.11. Analisis Sensitvitas Kelayakan Usaha Terhadap Penurunan Pendapatan
sebesar 5% dengan Biaya Variabel Tetap ........................................... 44
5.12. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap Kenaikan
Biaya Variabel Sebesar 2% dan Penurunan Pendapatan Sebesar 2%... 45
5.13. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Terhadap
Kenaikan Biaya Variabel Sebesar 3% dan Penurunan
Pendapatan Sebesar 3% .................................................................... 45
1
PENDAHULUAN
meliputi sekitar teluk Bone, selat Makassar dan pantai selatan (Palopo, Bone, Sinjai,
Bulukumba, Selayar, Barru, Pare-pare). Gambar 1.1. berikut ini menunjukkan
wilayah penangkapan tuna di Sulawesi Selatan.
UDANG
Luwu, Luwu Utara, Luwu
Timur, Palopo, Wajo, Bone,
Sinjai, Bulukumba, Bantaeng,
Jeneponto, Takalar, Maros,
Pangkep, Barru, Pinrang
TUNA
Palopo, Bone, Sinjai, Bulukumba,
Selayar, Barru, Pare-Pare
RUMPUT LAUT
E. Cottonii : Luwu, Wajo, Bone,
Sinjai, Selayar, Bulukumba,
Bantaeng, Jeneponto, Takalar,
Makassar, Pangkep, Barru dan
Pinrang
Gracelaria : Luwu, Luwu Timur,
Luwu Utara, Palop, Bone, Pinran,
Takalar, Bulukumba, wajo dan
Sinjai
Gambar 1.1. Peta Wilayah Penangkapan Udang, Tuna dan Rumput Laut
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
dan melakukan processing sesuai spesifikasi loin yang telah ditentukan oleh
perantara.
Para punggawa ini tersebar di berbagai daerah pesisir Makassar dan
sekitarnya yang merupakan tempat sumber bahan baku ikan tuna, antara lain
kabupaten Bulu Kumba, Bone, Pare-pare, Palopo, Sulawesi Barat (Mamuju, Majene),
Gorontalo, Palu, Sangir, Kupang dan Irian. Kabupaten Pare-pare merupakan lokasi
sumber bahan baku yang terdekat, yaitu sekitar 100 km dari kabupaten Maros
(lokasi pengolahan perantara). Di tiap daerah terdapat 2 sampai 7 punggawa yang
dimiliki oleh perantara.
Produksi tuna loin sangat dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan tuna. Ikan
tuna memiliki siklus terendah selama 7 bulan dalam setahun, yang artinya rata-
rata produksi tuna akan mengalami penurunan dalam 1 (satu) bulan selama 10
hari dalam waktu 7 bulan, dimana produksi efektifnya rata-rata 20 hari dalam 1
(satu) bulan. Sedangkan produksi maksimal terjadi selama 5 bulan dalam setahun.
Siklus produksi tuna tersebut mengikuti pergeseran bulan, sehingga siklus terendah
selama 7 bulan dan siklus maksimal selama 5 bulan selalu bergeser setiap bulannya
selama satu tahun. Siklus ini terjadi karena dipengaruhi oleh kondisi alam (cuaca).
Umumnya ikan tuna yang ditangkap oleh nelayan adalah jenis yellow fin dan big
eye, dengan perbandingan 98% yellow fin dan 2% big eye. Kedua jenis ikan
tuna tersebut sudah memiliki pasar ekspor ke negara Jepang, Amerika dan Eropa.
Namun sayangnya pengusaha kecil dan menengah tuna loin di Makassar hingga
saat ini baru bisa memanfaatkan peluang pasar di negara Jepang, karena untuk
menembus pasar di negara Amerika dan Eropa terbentur modal dan sertifikasi.
Alasan pelaku usaha memilih usaha pengolahan tuna loin adalah karena
telah memiliki akses pasar, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup
baik serta adanya ketersediaan bahan baku ikan tuna yang kontinyu meskipun
jumlahnya kadang tidak menentu akibat pengaruh musim.
Perkembangan usaha pengolahan tuna loin memberikan manfaat positif bagi
para nelayan khususnya dan masyarakat umumnya, karena selain sudah memiliki
pangsa pasar, usaha ini dapat menyerap banyak tenaga kerja mulai dari kegiatan
7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
3.1.1. Permintaan
9
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.2. Penawaran
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.2.1. Harga
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Unit Pengolahan
Ikan (UPI)
Ekspor
Pengumpul lokal
Nelayan PERANTARA
(Punggawa)
Pasar Lokal
(Hotel, Restoran)
Pembeli
luar daerah
Langsung
Tidak Langsung
Keterangan :
15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Lokasi usaha produksi tuna loin sebaiknya dilakukan pada lokasi sumber
bahan baku, mengingat sifat ikan yang mudah busuk. Akan tetapi untuk hal
tersebut tidak perlu dikhawatirkan, karena baik nelayan maupun pengusaha kecil
tuna loin di wilayah penelitian sudah menerapkan sistem rantai dingin dengan
baik.
Persyaratan standar untuk lokasi usaha pengolahan tuna loin di wilayah
penelitian sudah terpenuhi dengan baik seperti tersedianya tenaga kerja, air bersih,
es, tempat produksi (processing), tempat penyimpanan hasil produksi, tempat
pembuangan limbah, kemudahan akses transportasi dan lain-lain.
Demikian halnya untuk lokasi pengolahan di wilayah pengumpul (punggawa)
juga telah mengikuti persyaratan standart tempat pengolahan ikan, meskipun
dalam skala lebih kecil.
17
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Foto 4.1. Meja Potong Stainless steel, Foto 4.2. Pisau Fillet Stainless steel &
Meja Trimming Stainless steel Pisau Trimming Stainless steel
Foto 4.5. Keranjang (Basket) Biru Foto 4.6. Pisau Pemotong Plastik
19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Menurut SNI 01-4104.1-2006, istilah dan definisi tuna loin beku adalah
produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku tuna segar atau beku yang
mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, penyiangan atau tanpa
penyiangan, pencucian, pembuatan loin, pengulitan dan perapihan, sortasi mutu,
pembungkusan (wrapping), pembekuan, penimbangan, pengepakan, pelabelan
dan penyimpanan. Untuk produksi tuna loin tidak dilakukan proses pembekuan,
hanya sampai proses pendinginan.
Bahan baku tuna loin adalah ikan tuna segar yang harus memenuhi syarat
kesegaran, kebersihan dan kesehatan sesuai SNI 01-4104.2-2006. Bahan baku
yang memiliki karakteristik kesegaran menurut SNI 01-4104.2-2006 adalah sebagai
berikut:
a) Kenampakan : mata cerah, cemerlang
b) Bau : segar
c) Tekstur : elastis, padat dan kompak.
Penanganan terhadap proses ikan tuna berbeda dengan komoditi hasil laut
lainnya. Bahan baku tuna tidak boleh dibersihkan dengan cara dicuci atau disiram
air, terutama dagingnya. Daging ikan tuna akan rusak apabila dicuci dengan air.
Untuk mencegah penurunan mutu tuna loin, maka setiap tahap proses produksi
tidak pernah terlepas dari sistem rantai dingin. Es yang digunakan dalam proses
produksi tidak langsung bersentuhan dengan daging tuna.
Menurut SNI 01-0222-1995 bahan penolong dan bahan tambahan yang
digunakan tidak merusak, mengubah komposisi dan sifat khas tuna. Dalam hal ini
bahan penolong yang dipakai dalam proses produksi tuna loin adalah air dan es.
Air yang digunakan sebagai bahan penolong untuk kegiatan di unit pengolahan
memenuhi persyaratan kualitas air minum. Es yang digunakan dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan sesuai SNI 01-4872.1-2006. Dalam penggunaannya, es
ditangani dan disimpan di tempat yang bersih agar terhindar dari kontaminasi.
21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Penentuan grade tuna loin dapat dilakukan secara visual (kasat mata),
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1. berikut :
Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pengolahan tuna loin skala kecil
minimal sebanyak 4 (empat) orang. Tenaga kerja yang digunakan bersifat tidak
tetap dengan upah sebesar Rp500.000,- per bulan per orang di tempat punggawa,
dan sebesar Rp750.000,- per bulan per orang di tempat perantara. Tenaga kerja
produksi di lokasi pengolahan punggawa biasanya melibatkan keluarga sendiri,
sedangkan di tempat perantara direkrut dari masyarakat setempat.
Ketrampilan khusus yang diperlukan tenaga kerja dalam usaha pengolahan
tuna loin adalah keahlian melakukan fillet daging tuna, karena hasil fillet akan
mempengaruhi rendemen berat daging tuna yang dihasilkan.
4.5. Teknologi
23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
yaitu proses produksi ikan tuna GG menjadi irisan daging/tuna loin yang
masih ada kulit
c) Fillet Skin Less (Fillet SL)
yaitu proses produksi ikan tuna GG menjadi irisan daging/tuna loin yang
tanpa kulit
Proses produksi pengolahan tuna loin mulai penerimaan bahan baku sampai
dengan penyimpanan di cold storage dilakukan secara berantai mulai dari nelayan,
punggawa sampai ke perantara disajikan pada Gambar 4.1. berikut ini :
RUANG PENERIMAAN
Tahap Proses Produksi
RAW MATERIAL
di perantara Penimbangan Raw Material Tuna Loin SO
RUANG PRODUKSI
> Pembersihan dan pembungkusan tuna loin SO dengan tissue
> Proses tuna loin SO menjadi tuna loin SL
GUDANG PENYIMPANAN
Tuna loin SO dan SL dibawa ke gudang penyimpanan (cold storage)
Keterangan :
25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
didominasi oleh tuna jenis Yellow Fin, dan sedikit untuk jenis Big Eye. Untuk
mengurangi resiko penurunan mutu daging tuna selama di laut, setelah
tuna tertangkap dan diangkat ke kapal/perahu, langsung dilakukan proses
pembuangan insang dan isi perut oleh nelayan. Dalam hal ini nelayan telah
dibekali teknik pembuangan insang dan isi perut oleh punggawa/perantara.
Tuna dari nelayan telah diproses gilled & gutted (GG).
27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Foto 4.16. Proses Buang Daging Hitam Foto 4.17. Tuna Loin Sudah Diberi
Tagging (tanda)
Foto 4.20. Ruang Produksi Foto 4.21. Tuna Loin Dilap dengan Tissue
Foto 4.24. Tuna Loin Dicelup dalam Foto 4.25. Proses Penimbangan Tuna Loin
Air Dingin
Foto 4.26. Dimasukkan Dalam Sterofoam Foto 4.27. Penyimpanan di Cold Storage
29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Foto 4.28. Kemasan Tuna Loin Untuk Ekspor Foto 4.29. Tuna Loin Siap di Ekspor
Jumlah tuna loin yang diproduksi oleh punggawa dan perantara sangat
tergantung kepada jumlah pasokan atau hasil tangkapan nelayan dan kemampuan
modal perantara. Setiap punggawa mempunyai kapasitas produksi tuna loin rata-
rata sebesar 2.000 kg per bulan. Artinya pasokan ikan yang di-supply nelayan
kepada punggawa rata-rata setiap bulannya sekitar 3.636 kg. Rendemen ikan tuna
sampai menjadi loin skin on adalah sebesar 55%. Proses fillet pada produksi tuna
harus dilakukan oleh tenaga yang mempunyai keahlian khusus, karena kesalahan
dalam melakukan fillet loin dapat mempengaruhi rendemen tuna. Hal ini juga
menjadi menjadi titik kritis bagi usaha pengolahan tuna loin.
Mutu produk tuna loin ditentukan antara lain: 1) Kesegaran dan tingkat
kecerahan warna daging 2) tekstur daging 3) Ada tidaknya yake pada daging,
yaitu daging seperti terbakar 4) Kekenyalan dan elastisitas tekstur daging 5)
Kekompakan jaringan daging serta 6) Ukuran (size). Informasi yang diperoleh
di lapang mengatakan bahwa tidak ada ketentuan persyaratan mutu secara
kuantitatif, penilaian mutu dilakukan secara visual. Klasifikasi mutu ini yang akan
menentukan grade tuna loin. Produksi tuna loin harus memenuhi persyaratan SNI
01-4104.2-2006 antara lain meliputi: jenis bahan baku, bentuk dan asal bahan
baku, mutu serta penyimpanan bahan baku.
Menurut SNI 01-4104.2-2006, jenis bahan baku tuna loin yang digunakan
adalah tuna Madidihang (Yellowfin Tuna), Tuna Mata Besar (Big Eye Tuna), Tuna
Sirip Biru (Bluefin Tuna) dan Tuna Albakora. Bentuk bahan baku tuna loin berupa
ikan tuna segar yang sudah atau belum disiangi, dan berasal dari perairan yang
tidak tercemar. Mutu bahan baku tuna loin harus bersih, bebas dari setiap bau yang
menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas
dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan
kesehatan. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran
meliputi kenampakan mata cerah, cemerlang, bau segar serta tekstur elastis,
padat dan kompak. Apabila menunggu proses lebih lanjut, maka bahan baku
31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
tuna loin beku harus disimpan dalam ruang penyimpanan (cold storage) dengan
suhu maksimal -20 0C, saniter dan hygienis. Sedangkan untuk bahan baku tuna
loin segar disimpan dalam wadah yang baik dan tetap dipertahankan suhunya
dengan menggunakan es curah sehingga suhu pusat bahan baku mencapai suhu
maksimal 4,4 0C, saniter dan hygienis.
Sebagaimana telah diuraikan pada sub bab 4.3. bahwa terdapat 4 grade
tuna loin yang penilaian mutunya didasarkan secara visual. Grade tersebut di atas
dapat berubah-ubah mengikuti kondisi pasar dan musim. Terkadang grade rendah
dapat meningkat menjadi grade di atasnya di saat produksi tuna turun, atau mutu
produk tuna loin yang masuk ke pasar lelang dunia kurang bagus. Ketidakpastian
standar mutu dan grade merupakan faktor kritis yang harus diperhatikan dalam
usaha pengolahan tuna loin ini.
Produksi tuna loin sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku. Bahan
baku tuna loin adalah ikan tuna segar yang tangkapannya tergantung musim
yang dipengaruhi oleh pergeseran bulan. Dalam satu tahun terjadi 7 (tujuh) bulan
penurunan produksi tuna, dan 5 bulan produksi maksimal. Artinya dalam setahun
terdapat 5 (lima) bulan produksi optimum, yaitu rata-rata sebesar 2.000 kg per
bulan.
Pola usaha yang dipilih adalah usaha pengolahan tuna loin dengan skala
kecil, dimana teknologi proses pembuatan loin tanpa alat/mesin yang bersifat
mekanis, sehingga tidak diperlukan biaya investasi yang besar, dengan kapasitas
produksi sebesar 2000 kg tuna loin per bulan. Ikatan kerjasama yang saling
menguntungkan antara nelayan, punggawa dan perantara telah membentuk
karakter pola usaha tuna loin di Makassar. Perantara memberi dukungan modal
kerja dan pengetahuan tentang teknik penanganan mutu ikan kepada punggawa
dan nelayan guna menjaga kontinuitas dan mutu bahan baku.
Sebaliknya nelayan dan punggawa memasok bahan baku ikan sesuai
spesifikasi yang diminta perantara karena keterikatan dukungan modal dan
pengetahuan yang diberikan serta komitmen perantara untuk menjamin pasar dan
stabilitas harga ikan.
33
ASPEK KEUANGAN
5.1. dan Lampiran 1. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha
pengolahan tuna loin di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan serta informasi dari
pengusaha.
8 Bahan Pembantu
a. Kemasan plastik PE (1 kg plastik untuk 180 kg ikan) Kg 12
b. Es ( Rp200 ,- per kg ikan)
Rp 400.000
9 Suku bunga per tahun % 14
10 Proposal Modal
a. Kredit % 60
b. Modal sendiri % 40
11 Jangka waktu kredit Tahun 3
Keterangan *) rincian kebutuhan per bulan disajikan pada Lampiran 3
Komponen biaya dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya
operasional (modal kerja). Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan dana awal kegiatan produksi yang meliputi peralatan
produksi dan bangunan. Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi, yang merupakan modal kerja.
35
ASPEK KEUANGAN
Harga
Umur
Jumlah per Jumlah
No Komponen Biaya Satuan Ekonomis
Fisik satuan Biaya (Rp)
(bulan)
(Rp)
1 Alat Produksi dan
Kemasan
a. Meja potong Unit 1 36 4.000.000 4.000.000
b. Meja trimming Unit 1 36 4.000.000 4.000.000
c. Pisau Fillet
d. Pisau trimming Buah 1 24 480.000 480.000
e. Sterofoam kap. Buah 3 24 400.000 1.200.000
80 Kg AG 50
f. Cutting board, Unit 10 6 125.000 1.250.000
1x2m
g. Sepatu boot
h. Basket biru Unit 1 36 1.600.000 1.600.000
i. Basket merah
j. Blong plastik Pasang 4 12 65.000 260.000
k. Timbangan kap. Unit 1 24 70.000 70.000
100 kg Unit 3 24 70.000 210.000
Unit 2 24 200.000 400.000
Unit 1 36 1.500.000 1.500.000
2 Bangunan
Ruang Proses*) m2 60 10 500.000 30.000.000
Jumlah 44.970.000
Rata-rata
No Komponen Biaya Pertahun
per bulan
1 Biaya Tetap 11.965.000 143.580.000
2 Biaya Variabel 87.936.727 1.055.240.727
Jumlah Biaya Operasional 99.901.727 1.198.820.727
37
ASPEK KEUANGAN
Total Biaya
No Komponen Biaya Proyek Prosentase
(Rp)
1 Biaya Investasi 44.970.000
a. Kredit 60% 26.982.000
b. Modal sendiri 40% 17.988.000
2 Biaya Modal Kerja 149.852.591
a. Kredit 60% 89.911.555
b. Modal sendiri 40% 59.941.036
3 Total Biaya Proyek 194.822.591
a. Kredit 60% 116.893.555
b. Modal sendiri 40% 77.929.036
Perhitungan angsuran pokok dan bunga kredit per bulan dapat dilihat pada
Lampiran 6 dan 7. Angsuran pokok dan bunga ini dibayarkan setiap bulan selama
jangka waktu kredit.
Produksi tuna loin per bulan rata-rata sebanyak 2.000 kg, dengan komposisi
grade A sebanyak 600 kg (30%), grade B sebanyak 800 kg (40%), grade C
sebanyak 400 kg (20%) dan grade D sebanyak 200 kg (10%), dimana usaha ini
diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai bulan pertama hingga
akhir sesuai umur proyek.
Dengan harga rata-rata untuk grade A sebesar Rp67.000,- per kg, grade B
sebesar Rp57.000,- grade C sebesar Rp46.000,- dan grade D sebesar Rp24.000,-;
maka dapat diproyeksikan perolehan pendapatan untuk satu bulan produksi
sebesar Rp109.000.000,- atau sebesar Rp1.308.000.000,- per tahun. Tabel 5.5.
dan Lampiran 5 menampilkan Proyeksi Produksi dan Pendapatan Proyek.
39
ASPEK KEUANGAN
rata per bulan sebesar Rp12.428.376,35, dengan nilai profit on sales rata-rata per
tahun sebesar 11,40 %.
Aliran kas (cash flow) dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow)
dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan tuna loin per
bulan selama setahun, sedangkan arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel,
biaya tetap, angsuran pokok dan angsuran bunga serta pajak penghasilan.
Evaluasi profitabilitas rencana usaha pengolahan tuna loin skala kecil
dilakukan dengan menilai kriteria kelayakan usaha, yaitu NPV (Net Present Value),
IRR (Internal Rate of Return) dan Net B/C Ratio (Net Benefit Cost Ratio). Berdasarkan
asumsi yang ada didapat NPV sebesar Rp140.422.993,-, IRR sebesar 49,89% dan
Net B/C Ratio 1,72 kali. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan tuna loin
ini layak untuk dilaksanakan, dengan Pay Back Period (PBP) selama 1,81 tahun.
Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pengolahan tuna loin dapat dilihat pada
Tabel 5.7 dan Lampiran 9.
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp. 140.422.993 >0 Layak
2 IRR 49,89% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,72 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 1,81 tahun < 3 tahun Layak
41
ASPEK KEUANGAN
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp17,928,960 >0 Layak
2 IRR 18.77 % > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1.09 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2.7 < 3 tahun Layak
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp(31.068.653) <0 Tidak layak
2 IRR 5,53% < 14% Tidak layak
3 Net B/C Ratio 0,84 <1 Tidak layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak layak
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp18.955.206 >0 Layak
2 IRR 19.05% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,10 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2,7 tahun < 3 tahun Layak
43
ASPEK KEUANGAN
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp(11.411.741) <0 Tidak layak
2 IRR 10.92% < 14% Tidak layak
3 Net B/C Ratio 0,94 <1 Tidak layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak layak
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp30.691.486 >0 Layak
2 IRR 22.13% > 14% Layak
3 Net B/C Ratio 1,16 >1 Layak
4 Pay Back Period (PBP) 2,6 tahun < 3 tahun Layak
Justifikasi
No Kriteria Nilai Keterangan
Kelayakan
1 NPV (14%) Rp (24.174.267) <0 Tidak Layak
2 IRR 7.44% < 14% Tidak Layak
3 Net B/C Ratio 0,88 <1 Tidak Layak
4 Pay Back Period (PBP) > 3 tahun > 3 tahun Tidak Layak
45
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN
47
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
Proses produksi usaha pengolahan tuna loin menghasilkan limbah padat dan
limbah cair. Limbah padat berupa kepala dan isi perut ikan serta daging remahan
(tetelan) sebagai sisa hasil proses produksi serta limbah cair berupa air pencucian
proses produksi dan ruang produksi. Akan tetapi kedua jenis limbah tersebut
tidak memberikan dampak negatif, mengingat proses pembuangan insang dan isi
perut dilakukan nelayan ketika di laut. Insang dan isi perut yang dibuang ke laut
dapat menjadi makanan bagi ikan-ikan predator. Sedangkan kepala, tulang dan
remahan (tetelan) daging ikan masih bisa dimanfaatkan dijual ke rumah makan.
Dalam proses produksi tuna loin tidak dibutuhkan banyak air, karena dalam
prosesnya tuna dikeringkan dengan cara dilap dengan tissue. Air yang digunakan
hanya untuk proses pencelupan tuna loin dalam blong, mencuci peralatan proses
dan membersihkan ruang setelah selesai produksi. Oleh karena itu, air sisa proses
pengolahan tuna tidak menimbulkan bau menyengat atau menghasilkan polutan
berbahaya.
7.1. Kesimpulan
4. Faktor kritis usaha ini juga terdapat dalam hal melakukan proses fillet serta
menentukan spesifikasi mutu dan grade. Kesalahan melakukan fillet akan
mempengaruhi randemen produksi tuna loin. Penentuan spesifikasi mutu
dan grade dapat mempengaruhi harga ikan.
49
KESIMPULAN DAN SARAN
5. Biaya investasi yang diperlukan untuk usaha pengolahan tuna loin ini sebesar
Rp44.970.000,- dimana sebesar 60% atau Rp26.982.000,- dipenuhi dari
kredit investasi dan sisanya 40% atau Rp17.988.000,- adalah modal sendiri.
Sedangkan kebutuhan modal kerja rata-rata per bulan adalah sebesar
Rp99.901.727,-. Diasumsikan modal awal produksi yang harus dipenuhi
adalah untuk menutupi biaya operasional selama 1,5 bulan. Hal ini dihitung
berdasarkan lama waktu nelayan melaut, dimana diasumsikan paling cepat
2 minggu baru mendarat membawa hasil. Kebutuhan modal kerja untuk
1,5 bulan adalah sebesar Rp149.852.591,- dimana 60% dari modal kerja
merupakan kredit dari bank, dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun
dan suku bunga 14% per tahun.
8. Usaha pengolahan tuna loin menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila
terjadi kenaikan biaya variabel sampai dengan 6%. Hasil analisis sensitivitas
terhadap kenaikan biaya variabel sebesar 6% dengan pendapatan tetap
didapat nilai NPV Rp(31.068.653,-), IRR 5,33% dan Net B/C Ratio 0,84 kali
dengan masa pengembalian modal selama lebih dari 3 tahun.
5%, dengan NPV sebesar Rp(11.411.741,-), Net B/C Ratio 0,94 kali dan PBP
lebih dari 3 tahun.
10. Usaha pengolahan tuna loin masih layak dilaksanakan meski terjadi kenaikan
biaya variabel dan penurunan pendapatan masing-masing sampai dengan
2%, dimana didapat nilai NPV Rp30.691.486,- Net B/C Ratio 1,16 kali dan
PBP selama 2,6 tahun. Akan tetapi usaha ini menjadi tidak layak dilaksanakan
ketika biaya variabel mengalami kenaikan dengan penurunan pendapatan
masing-masing sampai 3%, didapat nilai NPV Rp(24.174.267,-) dan Net B/C
Ratio 0,88 kali dengan masa pengembalian modal lebih dari 3 tahun.
11. Dari perhitungan proyeksi rugi laba usaha diketahui bahwa usaha pengolahan
tuna loin menghasilkan laba (setelah pajak) rata-rata per tahun sebesar
Rp149.140.516,25 dan rata-rata per bulan sebesar Rp12.428.376,35,
dengan nilai profit on sales rata-rata per tahun sebesar 11,40 %.
12. Berdasarkan potensi bahan baku, pangsa pasar, tingkat teknologi serta aspek
finansial, maka usaha pengolahan tuna loin ini layak untuk dibiayai.
7.2. Saran
51
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Usaha Pengolahan Tuna Loin
55
LAMPIRAN
Harga
Jumlah Umur Nilai Nilai
Jumlah per
No Komponen Biaya Satuan Biaya Ekonomis Penyusutan Sisa
Fisik Satuan
Rp (tahun) Rp Rp
Rp
1 Alat Produksi dan Pengemas
a. Meja potong stainless unit 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 0
steel
b. Meja trimming unit 1 4,000,000 4,000,000 3 1,333,333 0
stainless steel
c. Pisau fillet stainless buah 1 480,000 480,000
steel
d. Pisau trimming buah 3 400,000 1,200,000 2 600,000 600,000
stainless steel
e. Sterofoam kapasitas unit 10 125,000 1,250,000 2 625,000 625,000
80 kg AG 50
f. Cutting board ukuran unit 1 1,600,000 1,600,000 3 533,333 0
1 x 2 meter
g. Sepatu boot pasang 4 65,000 260,000 1 260,000 0
h. Basket (keranjang) unit 1 70,000 70,000 2 35,000 35,000
biru
i. Basket (keranjang) unit 3 70,000 210,000 2 105,000 105,000
merah
j. Blong plastik unit 2 200,000 400,000 2 200,000 200,000
k. Timbangan kapasitas unit 1 1,500,000 1,500,000 3 500,000 0
100 kg
Usaha Pengolahan Tuna Loin
57
2 Bangunan
58
Ruang Proses*) m2 60 500,000 30,000,000 10 3,000,000 6,000,000
Jumlah 44,970,000 8,525,000 7,565,000
LAMPIRAN
Jumlah
Sumber dana investasi dari *) : Share Dana Nominal
(Rp)
a. Kredit 60% 26,982,000
b. Dana sendiri 40% 17,988,000
* Bangunan Sangat Sederhana
a. Biaya Variabel
Biaya per Jumlah biaya Jumlah biaya
No Struktur biaya Satuan Jumlah Fisik satuan 1 bulan 1 tahun
Rp Rp Rp
1 Bahan Baku Tuna Loin (Whole GG)
Total (kg/bulan) kg 3,636 87,272,727 1,047,272,727
a. Grade A (30%) kg 1,091 28,000 30,545,455 366,545,455
b. Grade B (40%) kg 1,455 26,000 37,818,182 453,818,182
c. Grade C (20%) kg 727 20,000 14,545,455 174,545,455
d. Grade D (10%) kg 364 12,000 4,363,636 52,363,636
2 Bahan Pembantu 0
a. Kemasan (Plastik PE) Kg 12 22,000 264,000 3,168,000
b. Es Rp 400,000 400,000.0 4,800,000
Total Biaya Variabel 87,936,727 1,055,240,727
a. Biaya Tetap
59
Total Biaya Tetap 11,965,000 143,580,000
Biaya Pemasaran
60
Jml Biaya Per Biaya 1 bulan Biaya Per
No Struktur Biaya Fisik
Satuan Satuan (Rp) (Rp) Tahun (Rp)
LAMPIRAN
Biaya Biaya
No Struktur Biaya Per 1 Bulan Per Tahun
(Rp) (Rp)
1 Biaya Produksi 99.901.727 1,115,605,727
2 Biaya Pemasaran - -
3 Jumlah Modal Kerja 99,901,727 1,115,605,727
4 Modal Kerja 1,5 bulan 149,852,591
Sumber dana modal kerja dari *) :
a. Kredit 60% 89,911,555
b. Dana sendiri 40% 59,941,036
* Modal kerja yang diperlukan adalah sama dengan biaya operasional dan over head cost
untuk satu setengah bulan pertama
61
LAMPIRAN
Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-2 8,994,000 1,941,205 10,935,205
Bulan -1 749,500 104,930 854,430 8,994,000 8,244,500
Bulan -2 749,500 96,186 845,686 8,244,500 7,495,000
Bulan -3 749,500 87,442 836,942 7,495,000 6,745,500
Bulan -4 749,500 78,698 828,198 6,745,500 5,996,000
Bulan -5 749,500 69,953 819,453 5,996,000 5,246,500
Bulan -6 749,500 61,209 810,709 5,246,500 4,497,000
Bulan -7 749,500 52,465 801,965 4,497,000 3,747,500
Bulan -8 749,500 43,721 793,221 3,747,500 2,998,000
Bulan -9 749,500 34,977 784,477 2,998,000 2,248,500
Bulan -10 749,500 26,233 775,733 2,248,500 1,499,000
Bulan -11 749,500 17,488 766,988 1,499,000 749,500
Bulan -12 749,500 8,744 758,244 749,500 -
Tahun-3 8,994,000 682,045 9,676,045
63
LAMPIRAN
Rupiah
Angsuran
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
Tetap
Tahun-2 29,970,518 6,468,637 36,439,155
Bulan -1 2,497,543 349,656 2,847,199 29,970,518 27,472,975
Bulan -2 2,497,543 320,518 2,818,061 27,472,975 24,975,432
Bulan -3 2,497,543 291,380 2,788,923 24,975,432 22,477,889
Bulan -4 2,497,543 262,242 2,759,785 22,477,889 19,980,345
Bulan -5 2,497,543 233,104 2,730,647 19,980,345 17,482,802
Bulan -6 2,497,543 203,966 2,701,509 17,482,802 14,985,259
Bulan -7 2,497,543 174,828 2,672,371 14,985,259 12,487,716
Bulan -8 2,497,543 145,690 2,643,233 12,487,716 9,990,173
Bulan -9 2,497,543 116,552 2,614,095 9,990,173 7,492,630
Bulan -10 2,497,543 87,414 2,584,957 7,492,630 4,995,086
Bulan -11 2,497,543 58,276 2,555,819 4,995,086 2,497,543
Bulan -12 2,497,543 29,138 2,526,681 2,497,543 (0)
Tahun-3 29,970,518 2,272,764 32,243,282
Rupiah
Angsuran Angsuran Total
Tahun Saldo Awal Saldo Akhir
Pokok Bunga Angsuran
116,893,555 116,893,555
1 38,964,518 13,864,874 52,829,393 116,893,555 77,929,036
2 38,964,518 8,409,842 47,374,360 77,929,036 38,964,518
3 38,964,518 2,954,809 41,919,327 38,964,518 0
65
LAMPIRAN
67
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) 140,422,993
IRR 49.89%
Net B/C 1.72 bulan
PBP 1.81 tahun
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,308,000,000 1,308,000,000 1,315,565,000
Arus Masuk unt
- 1,248,058,964 1,308,000,000 1,315,565,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,108,002,764 1,108,002,764 1,108,002,764
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,246,957,816 1,245,451,038 1,237,684,261
Arus Keluar unt
194,822,591 1,194,128,423 1,198,076,678 1,195,764,933
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) (0) 61,042,184 62,548,962 77,880,739
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 53,930,540 109,923,322 119,800,067
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 47,307,491 84,582,427 80,861,633
E CUMMULATIVE (194,822,591) (147,515,100) (62,932,673) 17,928,960
No Uraian Tahun
69
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) 17,928,960
IRR 18.77%
Net B/C 1.09
PBP 2.7 tahun
32.9 bulan
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,308,000,000 1,308,000,000 1,308,000,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,308,000,000 1,308,000,000 1,315,565,000
Arus Masuk unt
- 1,248,058,964 1,308,000,000 1,315,565,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,129,107,578 1,129,107,578 1,129,107,578
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,268,062,631 1,266,555,853 1,258,789,075
Arus Keluar unt
194,822,591 1,215,233,238 1,219,181,493 1,216,869,748
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) (0) 39,937,369 41,444,147 56,775,925
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 32,825,726 88,818,507 98,695,252
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 28,794,496 68,342,957 66,616,484
E CUMMULATIVE (194,822,591) (166,028,095) (97,685,138) (31,068,653)
71
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp(31,068,653)
IRR 5.53%
Net B/C 0.84
PBP lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,255,680,000 1,255,680,000 1,255,680,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,255,680,000 1,255,680,000 1,263,245,000
Arus Masuk unt - 1,195,738,964 1,255,680,000 1,263,245,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,194,195,780 1,192,689,002 1,184,922,224
Arus Keluar unt
194,822,591 1,141,366,387 1,145,314,642 1,143,002,897
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 61,484,220 62,990,998 78,322,776
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 54,372,577 110,365,358 120,242,103
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 47,695,243 84,922,559 81,159,995
E CUMMULATIVE (194,822,591) (147,127,348) (62,204,789) 18,955,206
73
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp18,955,206
IRR 19.05%
Net B/C 1.10
PBP 2.7 tahun
32.8 bulan
Rupiah
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 1,242,600,000 1,242,600,000 1,242,600,000
2. Kredit
a. Investasi 26,982,000
b. Modal Kerja 89,911,555
3. Modal Sendiri
a. Investasi 17,988,000
b. Modal Kerja 59,941,036
4. Nilai Sisa Proyek 7,565,000
Total Arus Masuk 194,822,591 1,242,600,000 1,242,600,000 1,250,165,000
Arus Masuk unt
- 1,182,658,964 1,242,600,000 1,250,165,000
Menghitung IRR
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 44,970,000 260,000 3,390,000 260,000
2. Biaya Variabel 149,852,591 1,055,240,727 1,055,240,727 1,055,240,727
3. Biaya Tetap 60,365,000 60,365,000 60,365,000
4. Angsuran Pokok 38,964,518 38,964,518 38,964,518
5. Angsuran Bunga 13,864,874 8,409,842 2,954,809
6. Pajak 25,500,660 26,318,915 27,137,170
Total Arus Keluar 194,822,591 1,194,195,780 1,192,689,002 1,184,922,224
Arus Keluar unt
194,822,591 1,141,366,387 1,145,314,642 1,143,002,897
Menghitung IRR
C Arus Bersih (NCF) - 48,404,220 49,910,998 65,242,776
D CASH FLOW UNTUK
(194,822,591) 41,292,577 97,285,358 107,162,103
MENGHITUNG IRR
Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750
Present Value (194,822,591) 36,221,558 74,857,924 72,331,367
E CUMMULATIVE (194,822,591) (158,601,032) (83,743,108) (11,411,741)
75
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) (11,411,741)
IRR 10.92%
Net B/C 0.94
PBP Lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan
77
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp30,691,486
IRR 22.13%
Net B/C 1.16
PBP 2.6 tahun
31.6 bulan
79
LAMPIRAN
F ANALISIS
KELAYAKAN USAHA
NPV (14%) Rp(24,174,267)
IRR 7.44%
Net B/C 0.88
PBP Lebih dari 3 tahun
Lebih dari 60 bulan