Anda di halaman 1dari 11

Ketidaksusuaian LSD dengan RTRW Jadi

Kendala Percepatan Investasi di Daerah


REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Kebijakan daerah untuk mendorong
masuknya investasi bagi kepentingan perekonomian acapkali masih
‘berbenturan’ dengan berbagai ketentuan maupun peraturan antar lembaga.
Tak jarang, hal ini menjadi penghambat dalam mewujudkan kebijakan
daerah.

Sehingga butuh penyesuaian dan sinkronisasi kebijakan yang disiapkan


daerah mampu mewadahi berbagai kepentingan yang masih ‘bertentangan’.
Hal ini terungkap dalam Rapat Koordinasi Satgas Percepatan Pelaksanaan
Berusaha, yang dilaksanakan di kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (11/7).

Salah satunya adalah Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/


Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/ BPN) terkait dengan
Penetapan Peta Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD).

Bagi pemangku kebijakan di bidang perizinan, hal menjadi kendala bagi


kabupaten/ kota di Jawa Tengah guna merealisasikan masuknya investasi di
daerahnya. Permasalahannya ada ketidaksesuaian antara peta LSD dengan
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang sudah ditetapkan
pemerintah daerah.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu


(DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah, Ratna Kawuri mengungkapkan, jika
sebelumnya percepatan investasi terbentur pada persoalan kesediaan
Perda RTRW yang belum siap, saat ini kendala yang lain juga muncul.
Ternyata soal LSD juga harus disikapi besama- sama. “Berdasarkan laporan
teman- teman di daerah, persoalan LSD ini menjadi salah satu kendala untuk
merealisasikan target investasi yang diberikan pemerintah pusat kepada
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp 65,54 triliun,” jelasnya.

Perihal ini pun mendapatkan tanggapan dari Kantor Wilayah Agraria Tata
Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN) Provinsi Jawa Tengah,
yang dalam forum ini diwakili oleh Siti Aisyah.

Menurutnya, apabila yang ‘dipotret’ dalam LSD tidak sesuai dengan RTRW
yang sudah ditetapkan pemerintah daerah, maka Forum Penataan Ruang
(FPR) bisa menyampaikan kepada Kanwil ATR/ BPN.

Sehingga dengan mempertimbangkan beberapa kriteria, lahan sawah yang


terpotret di LSD bisa saja ‘dikeluarkan’. “Maka peran FPR inilah yang
mestinya menjadi ‘komando’ di daerah dalam menindaklanjuti
ketidaksesuaian tersebut,” jelasnya.

Menanggapi problem ini, Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin
Maimoen menyimpulkan, butuh koordinasi yang lebih intens antara tim
percepatan pelaksanaan berusaha dengan Kementerian ATR/ BPN maupun
kementerian lembaga lain yang terkait.

Sebab, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terkadang tidak mengetahui


persoalan yang ada di kabupaten/ kota. “Padahal, sebenarnya persoalan yang
dihadapi hampir sama atau bahkan juga sama,” ungkapnya.

Apabila Pemprov Jawa Tengah mengetahui persoalannya, tentu bakal ada


praktk- praktik terbaik  dalam upaya menyelesaikannya. Misalnya dalam
persoalan LSD ini masih ada kebijakan yang perlu disinkronkan.
“Jadi tolong, kalau ada permasalahan yang belum bisa diselesaikan di daerah
dengan kementerian, atau mungkin terlalu lama, sampaikan kepada kami.
Sehingga, kami bisa mengkoordinasikan dengan kementerian,” jelas wagub.

Adanya LSD di Sragen Ancam Sejumlah Investor Bernilai


Ratusan Miliar Terhambat

TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN – Adanya kebijakan Lahan Sawah Dilindungi (LSD) yang dikeluarkan


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kemen ATR/BPN)
menghambat investasi di Sragen.
Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan setidaknya telah ada dua investor yang sudah
masuk. Selain itu banyak pengusaha lokal yang ingin membangun sekolah.
Para pengembang juga mulai membangun perumahan, namun terhenti karena lahannya ternyata masuk LSD.
Nilai investasi ini dikatakan Yuni mencapai ratusan miliar.

Bupati mengatakan, sebelumnya lahan-lahan yang akan digunakan tersebut merupakan lahan industri dan zona
kuning. Para investor bahkan sudah membeli tanah tersebut.
"Padahal  sudah jelas disitu adalah lahan industri, zona kuning untuk perumahan. Mereka sudah investasi,
mereka sudah membeli tanah sudah mau memulai proses."
"Mulai membangunkan tentu harus ada izin pengeringan, ternyata masuk LSD, BPN tidak berani mengeluarkan
izin," keluhnya.
Yuni melanjutkan setiap investor telah memetakan membutuhkan setidaknya 3.000 karyawan. Sementara lahan
yang disiapkan 10 hektar dengan nilai investasi lebih dari ratusan miliar. 
Dampak dari LSD ini juga dirasakan di 20 kecamatan di Sragen. Yuni mengaku beberapa desa telah meminta
izin membuat pasar desa, kantor BUMDes hingga pembangunan toko-toko namun terhalang LSD.
"LSD ini tiba-tiba muncul. Kepala daerah tidak ada pemberitahuan apapun, kita tidak di ajak rembukan.
Makanya kita pertanyakan, kita mohon kebijakan ini untuk ditinjau ulang," tegasnya.

Yuni mengaku sebelum bersurat, pihaknya membuat kajian hukum agar lebih valid.
Dia mengaku LSD membuat adanya  RTRW dan RDTK yang telah dirancang pihaknya selama tiga tahun
khususnya di wilayah perkotaan jadi tidak berguna. 
"Sekarang kalau semua lahan kosong kita yang warnanya hijau dilihat satelit dimasukkan LSD terus kita mau
bagaimana? nggak bisa membangun," katanya kesal.
Lahan yang dianggap hijau dan masuk peta LSD dikatakan Yuni sudah ada peruntukannya seperti Perumahan
pengembangan serta pertumbuhan ekonomi dan zona industri.
Sementara itu Pelaksana Tugas Kepala Bappeda Litbang Sragen, Dwiyanto menyampaikan keputusan penetapan
LSD itu turun pada Februari 2022 lalu.
LSD turun setelah Perda rtrw Sragen jadi dan sudah ada penetapan zona industri penetapan zona kuning untuk
perumahan dan lainnya.
Namun ketika peta rtrw itu disandingkan dengan peta LSD maka banyak zona kuning yang kemudian menjadi
hijau.

Dilirik Investor, Namun Investasi di Kota Pekalongan


Terhambat Aturan
PEKALONGAN, suaramerdeka-pantura.com – Sejumlah investor berminat berinvestasi di
Kota Pekalongan. Namun, realisasi investasi di Kota Pekalongan terhambat aturan di
kementerian yang berbeda-beda.

Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid menegaskan, Pemkot Pekalongan
tidak menghalangi investor untuk masuk ke Kota Pekalongan. Ia menyebut beberapa investor
telah mencoba untuk masuk ke Kota Pekalongan, di antaranya hotel, pusat perbelanjaan (mal)
dan industri.

“Kota Pekalongan masih dilirik investor. Ada beberapa yang coba masuk ke Kota
Pekalongan. Kami sangat wellcome karena akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja,”
papanya saat membuka Bimbingan Teknis/ Sosialisasi Implementasi Pengawasan Perizinan
Berusaha Berbasis Risiko di Hotel Istana, Senin (15/11).

Namun, menurutnya, ada beberapa peraturan di kementerian yang menghambat realisasi di


Kota Pekalongan. “Aturan di Kementerian Investasi dan ATR/BPN (Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional) berbeda-beda,” sambungnya.

Aturan yang dimaksud terkait lahan sawah yang dilindungi (LSD) yang telah ditetapkan BPN
dan tidak boleh diotak-atik. Sementara lahan di Kota Pekalongan terbatas. Ada pun lahan
yang masih bisa digunakan, namun terdampak banjir rob. Karena itu, Pemkot Pekalongan
tengah mencari jalan keluar atas hambatan tersebut.

“Kami sudah mengomunikasikan ke kementerian agar bisa membuka jalan bagi investor
masuk di Kota Pekalongan. Kalau investor sudah jelas agar diproses saja, pasti kami izinkan.
Kami tidak membatasi investor masuk, apalagi Kota Pekalongan potensinya masih sangat
besar,” tambahnya.

Untuk menarik investor, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP ) Kota Pekalongan telah melakukan berbagai inovasi. Di antaranya
meluncurkan Sistem Aplikasi Perizinan Online Ringkas dan Ekonomis (Sakpore) yang
memudahkan masyarakat dalam mengurus perizinan usaha.

Selain itu, penyesuaian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diubah menjadi Persetujuan


Bangunan Gedung (PBG). "Mudah-mudahan semua ini membawa  dampak positif terhadap
lebih banyak investor yang masuk ke Kota Pekalongan,” harapnya.

Kepala DPMPTSP Kota Pekalongan Beno Heritriono menjelaskan, DPMPTSP Kota


Pekalongan bersinergi dengan dinas-dinas terkait berupaya untuk menarik investor agar
menanamkan modalnya di Kota Pekalongan. Meskipun Kota Pekalongan terbatas luasan
wilayahnya.

"Sebetulnya sudah ada lahan yang bisa kita tawarkan ke investor. Contohnya Technopark
Perikanan sebagai salah satu lahan yang sudah siap ditawarkan kepada investor dari luar Kota
Pekalongan," tutur Beno.

Di sisi lain, pihaknya terus mendorong para pelaku usaha untuk lebih meningkatkan potensi-
potensi usahanya. Sehingga nantinya akan lebih berdaya guna dan menyejahterakan
masyarakat Kota Pekalongan.

Menurutnya, dengan digelarnya kegiatan hari itu menjadi langkah untuk mendorong para
pelaku usaha agar mereka mematuhi pengawasan perizinan berbasis risiko.

"Ada aspek risiko ketika mereka memulai dan menjalankan usahanya. Bagaimana aspek
kepatuhannya, termasuk meningkatkan nilai investasi atau penanaman modal di Kota
Pekalongan, karena dari tahun ke tahun capaian nilai investasi di Kota Pekalongan bisa
semakin meningkat lagi," paparnya

 
Aturan LSD Dikeluhkan Pelaku Usaha Properti di Klaten,
Bakal Hambat Investasi

KLATEN – Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) telah menetapkan Lahan Sawah yang
Dilindungi (LSD) di delapan provinsi. Salah satunya di Jawa Tengah yang tertuang dalam
Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 1589/Sk-Hk 02.10/XII/202 tentang penetapan
lahan sawah yang dilindungi.

Adanya aturan LSD itu dikeluhkan para pelaku usaha properti di Klaten. Karena tidak singkron
dengan peraturan daerah (perda) rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang dikeluarkan
pemkab pada Desember 2021. Bahkan aturan itu disebut menghambat investasi properti di Kota
Bersinar karena proses perizinannya dihentikan akibat terbitnya aturan LSD tersebut.

”Terkait perizinannya saat ini kami sering terhambat. Tetapi yang paling krusial terkait LSD ini.
Menurut kami dari pengembang tidak bisa mengakses untuk mengolah lahan yang dibeli karena
bertabrakan dengan LSD,” jelas Ketua Paguyuban Properti Klaten Wahyu Wijayanto ditemui di
sela-sela diskusi perizinan dan legalitas di salah satu hotel di Klaten, kemarin (

Wahyu menambahkan, mengingat aturan LSD yang tidak singkron dengan RTRW, menjadikan
proses perizinan di dinas terkait menjadi terhenti. Hal itu membuat investasi yang dikucurkan
untuk di bidang properti juga ikut terhenti. Pelaku usaha properti sangat terbebani dengan aturan
LSD tersebut.

Wahyu berharap Pemkab Klaten bisa menyikapi ketidaksingkronan antara aturan LSD dengan
RTRW. Mengingat selama ini mereka tetap menggunakan RTRW yang dikeluarkan pemkab
sebagai acuhan dalam melakukan pengembangan.

”Memang saat kami melakukan pembelian awalnya zona hijau. Lalu kami keringkan untuk
berubah menjadi zona kuning. Tetapi saat melakukan perubahan justru berbenturan dengan aturan
LSD. Sedangkan RTRW dikeluarkan pada Desember lalu, tetapi tiga bulan kemudian keluar
aturan LSD ini,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
Klaten Agus Suprapto menjelaskan, terkait kendala LSD itu sesuai arahan dari pimpinan akan
disingkronisasikan dengan RTRW yang telah ditetapkan.

Meski begitu, ada konsekuensinya. Yakni pemkab harus bertanggungjawab dalam


mempertahankan RTRW didukung dengan data yang akurat dan aktual.

”Terkait perizinan yang berhenti, ibu bupati memutuskan untuk membentuk forum penata ruang.
Salah satu tupoksinya membuat kajian terkait LSD ini. Termasuk mengeluarkan sebuah
rekomendasi terkait proses persyaratan perizinan selanjutnya sesuai dengan RTRW,”
tandasnya. (ren/adi/dam)

Bisnis.com, SRAGEN - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo akan memfasilitasi permasalahan
penetapan Lahan Sawah Dilindungi (LDS) di Kabupaten Sragen oleh pemerintah pusat lantaran
dinilai menghambat investasi. Ganjar mengatakan dalam mendorong perekonomian dan investasi di
suatu wilayah memang terdapat tiga hal yang harus menjadi perhatian, yakni bagaimana agar investasi
bisa masuk, pengendalian daya dukung lingkungan, serta keberlanjutan soal politik pangan agar
sektor pertanian tetap berjalan. “Nah agar pertanian kita berjalan musti kita tata. Ini perlu duduk
bersama antar kabupaten dengan pusat, saya sebagai wakil pemerintah pusat di daerah berusaha
memfasilitasi,” katanya sesuai acara Peresmian Pabrik Bata Ringan Blesscon, Rabu (30/3/2022). Dia
mengatakan memang terdapat beberapa investor yang akan masuk ke Sragen, dan Bupati Sragen pun
telah menyampaikan komitmennya agar investasi yang masuk dapat menjadi pengungkit ekonomi dan
lapangan kerja. “Artinya bahwa Sragen ingin memberikan layanan investasi yang baik. Kalau
kemudian kita bisa beri layanan mudah, cepat, tanpa pungli akan bagus skali,” imbuhnya. Dalam
kesempatan yang sama, Bupati Sragen Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan
sebelumnya Sragen sudah memiliki perda Recana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2020 yang di
dalamnya terdapat penetapan zona-zona untuk industri, pertanian dan permukiman. “Tapi ujug-ujug
(tiba-tiba) kemarin ditetapkan LSD di Sragen. Kalau ini ditetapkan berarti zona industri yang sudah
disusun tidak bisa dibangun karena semua dijadikan lahan sawah,” katanya. Dia menjelaskan dalam
RTRW tersebut bahkan sudah ditetapkan investasi yang akan masuk ke Kabupaten Sragen. Sebagian
sudah diusulkan untuk tetap bisa masuk, dan masih terdapat sisa 9.000 izin masuk yang belum
diketahui nasibnya. “Kami memohon agar pak Gubernur untuk berkomunikasi dengan pak Menteri.
Coba kalau tata ruang dan pengendalian tata ruang itu bisa lebih harmonis dengan duduk bareng.
Persoalannya, kepala daerah diminta permudah investasi, tetapi pemerintah pusat menjerat sehingga
daerah jadi kesulitan,” ujarnya. Pihaknya pun, kata Yuni, sudah melayangkan surat sebanyak 2 kali
kepada presiden maupun menteri tetapi belum mendapatkan respon. Diketahui, pemerintah telah
menetapkan peta LSD di 8 provinsi di antaranya Sumatra Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Jatim, Bali, dan NTB. Sragen sendiri tercatat sebanyak 10.000 hektar
lahan kuning ditetakan masuk LSD atau lahan

SINARPAGINEWS.COM, TEGAL – Bupati Tegal Umi Azizah meminta pejabat di lingkungannya tidak


mempersulit investor yang akan menanamkan modalnya di Kabupaten Tegal, terutama menyangkut
regulasi kebijakan tata ruang dalam mendukung pembangunan industri. Sebagai daerah ramah investasi,
menjaga kepercayaan investor itu sangat penting. Sebab Pemkab Tegal telah berkomitmen membuka
sebanyak-banyaknya lapangan kerja baru di sektor industri tanpa mengorbankan sisi lingkungan hidup dan
ketahanan pangan.

Pernyataan tersebut disampaikan Umi saat membuka Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Tegal Tahun 2023 di Gedung Dadali,
belum lama ini.

Umi mengatakan, perekonomian Kabupaten Tegal tahun 2021 yang tumbuh positif di angka 3,72 menjadi
momentum penting meningkatkan produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan di tahun 2023 mendatang.

Produktivitas yang tinggi tersebut, menurutnya bisa tercipta dari perbaikan sumber daya manusia,
pembangunan infrastruktur, dan kualitas sistem birokrasi serta dukungan regulasi yang baik, termasuk
investasi untuk mencetak lapangan kerja baru.

Dukungan regulasi seperti kebijakan rencana tata ruang wilayah (RTRW) menurutnya sangat penting
dalam menggenjot produktivitas di sektor industri. Ia mengaku cukup prihatin ketika ada investor berbasis
industri padat karya yang tertarik menanamkan modalnya di Kabupaten Tegal dan berpotensi membuka
puluhan ribu lowongan kerja, namun Kabupaten Tegal tidak mampu menyediakan kebutuhan lahannya
yang seluas 40 hektar sehingga harus berpindah ke daerah lain.

“Tanpa peran swasta yang bergerak di sektor industri padat karya, sangat sulit rasanya kita bisa secepatnya
menuntaskan persoalan pengangguran terbuka di Kabupaten Tegal yang jumlahnya kini mencapai 71 ribu
orang, atau 9,97 persen dari angkatan kerja. Persentase pengangguran ini adalah yang tertinggi se-Jawa
Tengah, sama dengan Cilacap,” kata Umi.
Hal lain yang juga menjadi perhatiannya adalah pengurusan persetujuan bangunan gedung (PBG) sebagai
pengganti izin mendirikan bangunan (IMB) yang tidak mendukung kemudahan berusaha di Kabupaten
Tegal.

“Saat Pemerintah menghapus IMB dan menggantinya dengan PBG, regulasi kita terlihat tidak siap. Ada
hambatan sehingga kita belum bisa berlari cepat. Sumbatan inilah yang harus segera dibenahi dan menjadi
“PR” besar birokrasi Pemkab Tegal agar regulasinya tidak semakin membuat susah rakyat yang mau
bangkit, mau berusaha,” tegasnya.
Selain mendorong penguatan literasi keuangan dan pemasaran digital pada pelaku UMKM melalui
program UMKM Tegal Go Digital, transformasi di sektor industri manufaktur dalam mendukung hilirisasi
mineral seperti logam harus terus digalakkan. Industri pengolahan logam di Kabupaten Tegal sangat
penting perannya untuk menggerakkan roda perekonomian dan menjadi lokomotif di tengah upaya
pemulihan ekonomi ke depan, mengingat pangsa pasar industri otomotif dan komponennya sangat luas dan
terbuka lebar.

Pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan juga tak luput dari perhatiannya karena paling
banyak dikeluhkan warga, disamping pengurusan dokumen administrasi kependudukan, penanggulangan
kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pertanian terutama dalam hal harga jual hasil pertanian dan pupuk,
hingga perlindungan anak dan perempuan.

Rancangan RKPD Tahun 2023 ini sendiri merupakan rencana implementasi tahun keempat dari
pelaksanaan dokumen RPJMD Kabupaten Tegal Tahun 2019-2024 dengan mengangkat tema
pengembangan infrastruktur ekonomi, budaya, dan lingkungan hidup yang nyaman.

Senada dengan Umi, Ketua DPRD Kabupten Tegal Moh Faiq juga menyoroti soal RTRW sebagai
kebijakan strategis yang menjadi pondasi pengembangan perekonomian daerah seperti industri dan
pertanian. Meskipun munculnya permasalahan penetapan Lahan Sawah yang Dilindungi (LSD) dari
Kementerian ATR/BPN masih dalam proses sinkronisasi, namun hal tersebut dinilai cukup menghambat
proses penetapan kebijakan revisi RTRW dan tentunya investasi.

Adanya ketidaksesuaian LSD dengan ketetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) tersebut
berisiko hilangnya minat calon investor ke Kabupaten Tegal.

Faiq mengungkapkan, pihaknya telah memparipurnakan pokok-pokok pikiran dewan tahun 2023 yang
fokusnya lebih kepada perbaikan jaringan infrastruktur guna mendukung program unggulan jalan bebas
lubang, meskipun belum seratus persen. Pokok-pokok pikiran lain yang menjadi perhatiannya adalah
agenda pemulihan ekonomi dan penerapan teknologi ramah lingkungan.

“Saya minta Bappeda bisa mengkaji permasalahan daerah, terutama yang menjadi kewenangan Pemkab
Tegal. Sesuaikan anggaran belanja dengan kebutuhan prioritas disamping perlunya meningkatkan PAD
(pendapatan asli daerah), karena salah satu kunci utama menuju kemandirian fiskal Kabupaten Tegal
adalah rasio PAD-nya,” ujar Faiq.

Sementara itu, Kepala Bappeda Pemprov Jawa Tengah Yusmanto yang hadir secara virtual mengatakan
penanggulangan kemiskinan juga harus menjadi fokus perhatian pembangunan daerah tahun 2023,
sekalipun kemiskinan di Kabupaten Tegal angkanya tidak terlalu tinggi.
Ia mengakui, perkembangan investasi di Jawa Tengah banyak ditopang oleh pertumbuhan sektor industri
padat karya seperti sepatu, tekstil, dan garmen. Artinya, sumber daya manusia Indonesia masih bisa
bersaing dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam. Daya saing inilah yang akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.

Namun demikian, ada beberapa indikator kunci bagi pemerintah daerah untuk mencapai target peningkatan
indeks pembangunan manusia, antara lain angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama
sekolah, termasuk angka putus sekolah. Yusmanto pun mengingatkan angka putus sekolah di Kabupaten
Tegal yang relatif meningkat, di mana jumlah kumulatifnya terus bertambah dari 29 ribu anak di tahun
2019 menjadi 32 ribu anak untuk saat ini.

Ia pun meminta Pemkab Tegal segera mengkaji penyebab kasus anak putus sekolah tersebut dan
korelasinya dengan kemiskinan atau ekonomi keluarga, ketersediaan sarana prasarana pendidikan maupun
pekerja anak.

Lebih lanjut Yusmanto menekankan pentingnya keselarasan tema RKPD Kabupaten Tegal dengan arah
kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Tengah. Sementara momentum pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Tegal yang meningkat pasca pandemi bisa menjadi tolak ukur peran Kabupaten Tegal sebagai penopang
perekonomian di Jawa Tengah.

Adapun untuk kebijakan penganggaran, ia meminta pengalokasiannya harus mendekati kebutuhan


nyatanya, sehingga kejadian kelebihan anggaran dapat diminimalisir dan dimanfaatkan untuk sebesar-
besarnya kepentingan

Lahan Sawah Dilindungi Bisa Dialihfungsikan untuk Industri, Ini Syaratnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia terus berupaya memenuhi dan menjaga ketersediaan
lahan sawah untuk mendukung kebutuhan pangan nasional melalui Lahan Sawah yang Dilindung (LSD).
Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2019
tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Direktur Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah
dan Ruang (Dirjen PPTR) Kementerian ATR/BPN Budi Situmorang mengatakan adanya LSD tak serta-
merta menjadi penghambat dalam perkembangan di sektor lain seperti industri dan perumahan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lahan Sawah Dilindungi Bisa Dialihfungsikan

Dia menjelaskan manfaat alih fungsi LSD juga harus berdampak langsung pada masyarakat dalam kurun
waktu yang singkat, yakni kurang lebih tiga tahun. Selain itu, lokasi LSD yang dialihfungsikan lahannya
juga tidak boleh mengenai sistem irigasi yang ada. Sehingga, tetap menjamin kemudahan masyarakat
terhadap pengairan ke lahan pertanian yang sudah ada sebelumnya. “Irigasi ini kan kita bangun dengan
luar biasa, jangan sampai kita tutup lagi irigasi ini,” ujar Budi.

ontoh kasus misalnya, Pemerintah Kabupaten Probolinggo yang berencana mengalihfungsikan sekitar


1.350 hektare LSD di wilayahnya dan dikembangkan untuk sektor industri dan perumahan. “Perubahan ini
kami harapkan nantinya menjadi suatu kawasan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” kata Plt.
Bupati Probolinggo, Timbul Prihanjoko.  Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Probolinggo, Andi Suryanto Prabowo juga menambahkan bahwa alih fungsi lahan yang diusulkan
Pemkab, semata-mata demi menyeimbangkan antara ketahanan pangan dan perkembangan perekonomian
masyarakat. “Sektor utama yang perlu kita kembangan adalah industri, karena bisa menyerap tenaga kerja.
Tapi kita tidak juga bisa mengesampingkan urusan pertanian,” ucap Andi.  Dapatkan update berita pilihan
dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News
Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi
Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lahan Sawah Dilindungi Bisa Dialihfungsikan
untuk Industri, Ini Syaratnya", Klik untuk baca: 

Anda mungkin juga menyukai