Bab V-Evaluasi Fix
Bab V-Evaluasi Fix
EVALUASI
132
3) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat dengan mengutamakan
kekompakan dan budaya berpikir positif
4) Menyelenggarakan penelitian keperawatan bedah yang berkelanjutan
Moto Ruang Bedah Nuri : “cermat dalam berpikir tanggap dalam pelayanan”.
Ruangan Bedah (Nuri) telah memiliki pedoman penetapan kategori klien yang
dirawat dengan menggunakan instrument yang telah difasilitasi oleh mahasiswa
yang bersumber dari tingkat ketergantungan Klien menurut Orem yaitu sebagai
berikut :
MINIMAL CARE (MC)
Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan
1. Mampu naik turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri/ mandi sebagian dengan bantuan
5. Mampu membersihkan mulut/ sikat gigi sendiri
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
7. Status psikologis stabil
8. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
9. Pasien operasi ringan
133
TOTAL CARE (TC)
Pasien membutuhkan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawatan yg lebih lama
1. Membutuhkan 2 orang latihan pasif
2. Kebutuhan nutrisi dan atau lebih utk mobilisasi dari tempat tidur ke brankar/
kursi roda
3. Membutuhkan
4. cairan dipenuhi melalui terapi IV atau NGT
5. Membutuhkan bantuan utk kebersihan mulut
6. Membutuhkan bantuan penuh utk berpakaian
7. Dimandikan perawat
8. Dlm keadaan inkontinensia
9. 24 jam post op mayor
10. Tidak sadar
11. Keadaan pasien tdk stabil
12. Observasi TTV setiap kurang dari 1 jam
13. Pasien perawatan luka bakar
14. Perawatan colostomy
15. Menggunakan Alat bantu napas (ventilator)
16. Menggunakan WSD
17. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
18. Menggunakan alat traksi/ skeletal traksi
134
17/11/19 2 klien 3 klien
18/11/19 2 klien 3 klien
19/11/19 4 klien 2 klien
20/11/19 4 klien 1 klien
21/11/19 2 klien 2 klien
22/11/19 2 klien 2 klien
24/11/19 2 klien 2 klien
Jumlah Klien yang dirawat di Ruang Bedah (Nuri) selama 20 hari dari tanggal 4 – 24
November 2019 rata-rata berjumlah 7 orang perhari dengan rata-rata BOR 46,30%.
Kebutuhan tenaga Perawat Ruang Bedah (Nuri) berdasarkan Permenkes No. 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi Rumah Sakit adalah 16 orang perawat. Hasil
perhitungan tersebut berdasarkan kapasitas bed yang tersedia yaitu 29 bed. Hasil
perhitungan yang berbeda menurut Douglas yang memandang kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan tingkat ketergantungan, maka didapatkan hasil jumlah
kebutuhan perawat ruang Nuri sebanyak 13 orang. Gillies yaitu berdasarkan pada bed
Occupation Ratio (BOR) dalam 3 minggu didapatkan kebutuhan jumlah tenaga
keperawatan Ruang Bedah (Nuri) adalah 7 orang perawat pelaksana, dengan
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah hari dalam 3 minggu (4 – 24 November 2019) 17 hari kerja dengan hari libur
sebanyak 4 hari. Jam kerja perawat 40 jam perminggu dengan 6 hari perminggu
sehingga didapatkan perawat bekerja selama 7 jam perhari, BOR selama 3 minggu
46,30 % maka kebutuhan tenaga. Sehingga jumlah perawat ruang Nuri saat ini sudah
mencukupi kebutuhan. Keberadaan mahasiswa keperawatan yang praktik di ruangan
juga membantu pelayanan keperawatan di ruangan.
Tenaga keperawatan di Ruang Bedah (Nuri) seluruhnya adalah 21 orang termasuk
kepala ruangan, masa kerja paling lama 11 tahun dan paling baru 6 bulan. Terdapat
perawat dengan masa kerja kurang dari satu tahun sebanyak 2 orang. Pendidikan
terakhir perawat sebagian besar adalah DIII Keperawatan sebanyak 11 orang, Sarjana
Keperawatan (S.Kep) sebanyak 1 orang, dan perawat dengan pendidikan Profesi Ners
sebanyak 9 orang. Sebanyak 20 perawat sudah mendapatkan pelatihan BHD / BTLS /
BTCLS. Perawat dengan masa kerja lebih dari 1 tahun yang telah mendapatkan
135
pelatihan perawatan luka sebanyak 5 orang, menurut hasil wawancara pelatihan
diperoleh secara mandiri dan dana berasal dari dana pribadi perawat sehingga hasil
dari pelatihan tidak disosialisasikan secara menyeluruh kepada rekan perawat yang
lain. Rencana pengembangan staf melalui kegiatan Focus Grup Discussion (FGD),
mahasiswa telah membuat proposal dan alur pelaksanaan, namun belum dapat
dilaksanakan mengingat kesibukan masing-masing tenaga perawat sehingga
terkendala untuk mengumpulkan dalam satu waktu antara sasaran yaitu perawat
dengan masa kerja kurang dari 1 tahun bersama dengan perawat yang telah
mendapatkan pelatihan, sehingga diusulkan untuk dilaksanakan pada saat rapat
ruangan bulan November 2019. Selain direncanakan adanya FGD, diharapkan kepada
ruangan dan Diklat Rumah Sakit untuk mendata kebutuhan pelatihan khususnya
perawatan luka mengingat pelatihan tersebut merupakan kebutuhan, harapannya
setiap perawat yang ada di Ruang Bedah (Nuri) memiliki kesempatan yang sama
untuk mengikuti pelatihan khusus terkait kompetensi sehingga meningkatkan mutu
pelayanan khususnya perawatan bedah.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada supervisor bahwa belum
terlaksananya metode PPJA di ruang Nuri karena belum ada regulasi (SK) yang
diberikan dari pihak Rumah Sakit untuk pembagian struktur asuhan menggunakan
metode PPJA sehingga di Ruang Bedah (Nuri) belum terpampang adanya struktur
asuhan.
136
1. 10 Penyakit Terbanyak di Ruang Bedah (NURI) Periode Juli – September 2019
10 Penyakit Terbanyak
6% Impaksi
7%
Apendisitis A kut
7% 18% Fibroadenoma Mamae
Cedera Ke pala
Fraktur
7%
15% Diabetic Foot
7% Abses
8% 14% Batu Saluran Empedu
11% Haemoroid
Hernia Inguinalis
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi Ruang Bedah (Nuri) tanggal
4 – 24 November 2019 didapatkan diagnosis keperawatan terbanyak yaitu Nyeri Akut.
Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut menjadi diagnosis terbanyak pada saat sebelum dan
sesudah role play, data ini menunjukkan Diagnosa keperawatan Nyeri Akut adalah yang
terbanyak di Ruang Bedah (Nuri).
138
perawatan masing-masing pasien selama ±3 hari. Pertanyaan pilihan mencakup
pemberian penjelasan orientasi ruangan, penjelasan setiap prosedur tindakan, dan
sikap perawat selama memberikan asuhan keperawatan. Jawaban pada pertanyaan
pilihan terdiri atas 5 jawaban yaitu sama sekali tidak puas, hampir tidak puas,
cukup puas, sangat puas, benar-benar puas.
Perbandingan presentasi tingkat kepuasan pasien kelolaan stase manajemen dan
Non Kelolaan di Ruang Bedah (Nuri)
Gambar 5.5 Diagram batang perbandingan tingkat kepuasan Klien kelolaan stase
manajemen dan Non Kelolaan di Ruang Bedah (Nuri)
Dari data kuesioner didapatkan angka kepuasan pasien pada responden kelolaan stase
manajemen dan Ruang Bedah (Nuri) mencapai 81% dan Non kelolaan 73%, bahwa
tingkat kepuasan pasien meningkat baik Ruang Bedah (Nuri) setelah dilaksanakan
role play manajemen dengan mahasiswa stase manajemen sebagai role model.
1) Perbandingan presentase tingkat kepuasan klien sebelum dan sesudah
dilakukan role play
Gambar 5.6
Diagram
batang
perbandingan
presentase
tingkat
kepuasan klien sebelum dan sesudah dilakukan role play
139
Dari gambar di atas menunjukkan presentase angka kepuasan klien sebelum
dilakukan role play yaitu 73% dan setelah dilakukan role play 81% Klien yang
dirawat di Ruang Bedah (Nuri) menyatakan puas dengan pelayanan yang diberikan.
Terjadi peningkatan kurang lebih 8% angka kepuasan pasien dari sebelum role play.
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 16 item pertanyaan yang mengalami peningkatan
kepuasan, Meningkatnya kepuasan pasien di Ruang Bedah (Nuri) tidak lepas dari
tindakan mahasiswa dan perawat yang bekerja sama dalam melakukan timbang
terima, sentralisasi obat, discharge planning, penerimaan pasien baru, dan ronde
keperawatan, menjaga kebersihan bersama, menerapkan peraturan yang berlaku di
ruangan dan memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan sehingga
pasien dan keluarga merasa di penuhi kebutuhannya terutama sebagai pasien merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat di Ruang Bedah (Nuri)
terutama pada mutu pelayanan yang dilakukan perawat, seperti perawat
mengingatkan larangan merokok, terjadi peningkatan kepuasan juga pada kebutuhan
dasar klien dalam hal makan, mobilisasi dan eliminasi. Kebersihan ruangan dan
penggantian alat tenun (seprai) juga mengalami peningkatan. Klien merasakan
bahwa perawat mengawasi secara teratur pagi, siang dan malam. Klien dan Keluarga
juga merasakan adanya perawat memberikan penjelasan tentang fasilitas dan
peraturan diruangan ketika klien dan keluarga masuk dirawat di ruang Bedah (Nuri).
Seluruh klien merasa pelayanan perawat sopan dan ramah.
Adapun hasil evaluasi kegiatan yang dilakukan Mahasiswa Profesi Ners Stase
Manajemen Keperawatan PSIK FK ULM Kelompok D/E/F angkatan XV selama
role play di Ruang Bedah (Nuri), antara lain:
a. Struktur
1) Tidak terdapatnya struktur asuhan yang terbaru dengan menggunakan metode
PPJA di Ruang Bedah (Nuri) RSD Idaman Banjarbaru
2) Tidak adanya rekapitulasi diagnosis asuhan medis dan keperawatan terbanyak di
Ruang Bedah (Nuri)
b. Proses
1) Mahasiswa berkoordinasi dengan kepala ruang Nuri dan supervisor dalam
penyusunan struktur asuhan di Ruang Nuri
140
2) Mahasiswa berkoordinasi dengan kepala ruang Nuri dan supervisor untuk
melakukan rekapitulasi diagnosis medis dan keperawatan yang terbanyak di
Ruang Nuri
c. Hasil
1) Struktur asuhan belum dapat dilaksanakan dkarenakan dari pihak Rumah Sakit
belum memberikan regulasi untuk melaksanakan struktur asuhan dengan metode
PPJA
2) Telah dilakukan diskusi dengan kepala ruangan dan supervisor untuk melakukan
rekapitulasi diagnosis medis dan keperawatan terbanyak di ruangan
d. Hambatan
1) Masih belum ada regulasi terkait pembuatan struktur asuhan dengan metode PPJA
2) Belum adanya format khusus mengenai perekapan diagnosis medis dan asuhan
keperawatan
e. Dukungan
1) Kepala ruangan dan supervisor berkoordinasi dengan pihak kepala bidang dan
Kasi keperawatan terkait pembuatan struktur asuhan dengan metode PPJA
2) Kepala ruangan dan supervisor memberikan dukungan dan amanah kepada
mahasiswa yang berpraktek agar dapat memperbaiki kekurangan yang ada di
ruangan
f. Rencana Tindak Lanjut
1) Pembuatan struktur asuhan dengan metode PPJA
2) Pembuatan format rekapitulasi diagnosis medis dan asuhan keperawatan
141
d. Hambatan
Sabun cuci tangan masih tidak sesuai dengan yang diamprahkan. Hal ini dapat
dilihat dari 4 washtafel yang tersedia, hanya 1 washtafel yang dilengkapi sabun
cuci tangan dan tissue.
Gambar 1.1 Sabun cuci tangan dan tissue
Sebelum Sesudah
142
3. Kassa Steril
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 04 November 2019 :
a. Input
Kassa steril yang di gunakan untuk merawat luka bersisa
b. Proses
Berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam penggunaan kassa steril
c. Output
Kassa steril masih bersisa setelah melakukan perawatan luka
d. Hambatan
Kassa steril tidak di hitung dan di bagi sesuai tindakan yang akan dilakukan dari
CSSD
Gambar 1. 3 Kassa Steril
143
/ /
C. Methode/M3
1. Penerapan PPJA
Pelaksanaan metode asuhan keperawatan di ruang Nuri sebelumnya
menggunakan metode SP2KP Saat role play, pelaksanaan dilakukan juga
berdasarkan PPJA.
Evaluasi PPJA:
Struktur
a. Tersedianya struktur organisasi ruangan, Gann Chart, Job desk masing-
masing peran.
b. Tersedia lembar timbang terima pasien, lembar observasi dan proposal
supervisi, lembar discharge planning, lembar observasi ronde keperawatan
beserta proposal ronde keperawatan, proposal penerimaan pasien baru serta
proposal DRK, lembar pemeriksaan head to too dan SAK baru.
c. Tersedia lembar dokumentasi rekapitulasi pasien masuk keluar dan tingkat
ketergantungan pasien setiap harinya.
Proses
a) Kegiatan PPJA dilakukan selama 3 minggu (04 November – 24 November
2019) meliputi timbang terima, supervisi, ronde keperawatan/multidisplin
ilmu, penerimaan pasien baru, discharge planning, DRK dan dokumentasi
keperawatan.
b) Discharge planning dilakukan tanggal 14 November 2019
c) Konsultasi ronde keperawatan dilakukan tanggal 12 November 2019
144
d) Supervisi keperawatan dilakukan tanggal 23 November 2019.
e) DRK dilakukan tanggal 14 November 2019
Hasil
a) Perawat dapat melakukan metode asuhan menggunakan PPJA
b) Mahasiswa menjalankan peran menjadi kepala ruangan, PPJA dan PP.
Hambatan
Belum ada regulasi yang dikeluarkan oleh bidang keperawatan mengenai PPJA
yang akan diterapkan, belum beraninya perawat di ruang nuri untuk tanda tangan
di kolom 4 CPPT dikarenakan adanya tulisan review dan verifikasi stempel, nama
dan tanda tangan DPJP.
Rencana Tindak Lanjut
1. Direktur membuatkan regulasi untuk menentukan PPJA yang akan dijalankan
di ruang bedah (Nuri) setelah Role play stase manajemen berakhir .
2. Bagian bidang keperawatan dapat membuat regulasi tentang penerapan PPJA
di RSDI Banjarbaru.
3. Katim tetap melaksanakan metode PJJA, dalam hal penulisan CPPT
4. Adanya regulasi penanda tanganan di kolom CPPT untuk penandatangan
PPJA dan timbang terima shif selanjutnya.
5. Mahasiswa mengusulkan kepada kepala ruangan RSD Idaman Banjarbaru
dapat menerapkan metode PPJA seperti yang sudah dilakukan role play oleh
mahasiswa profesi ners PSIK FK ULM selama stase manajemen di ruang
Nuri.
Saran
Kepala bidang keperawatan perlu menyusun pedoman pelaksanaan SP2KP
dengan metode PPJA.
145
Kegiatan penerimaan pasien baru dilakukan pada pasien yang baru dirawat di ruang
Nuri RSDI Banjarbaru sehingga kegiatan penerimaan pasien baru bersifat
sitoasional.
Proses
Kegiatan penerimaan pasien baru dilakukan pada pasien yang masuk ke ruang Nuri
RSDI Banjarbaru. Penerimaan pasien baru pada setiap shift dilakukan oleh perawat
asosiet pada shift yang bersangkutan. Penerimaan pasien baru dilakukan di tempat
tidur pasien untuk memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
penerimaan pasien baru sesuai dengan hal-hal yang tercantum dilembar penerimaan
pasien baru.
Hasil
1) Pasien dan keluarga mengenali perawat yang bertanggung jawab di ruangan
serta dapat mengenali ruangan dan lingkungan di ruangan rumah sakit.
2) Pasien dan keluarga memahami tata tertib ruangan
3) Pasien dan keluarga menandatangi lembar penerimaan pasien baru
4) Hambatan:
Karena role play dilakukan di lingkup mahasiswa saja, maka perawat ruangan
kurang terpapar terhadap SPO yang dijalankan oleh mahasiswa praktik
manajemen, sehingga sulit di evaluasi perbandingan sesudah dan sebelum role
play.
Rencana Tindak Lanjut
Penerimaan pasien baru tetap dilaksanakan oleh perawat sesuai SPO pasien baru
dengan penambahan sasaran keselamatan pasien dalam komunikasi efektif dalam
edukasi, mencuci tangan, batuk efektif dan persiapan OP, dengan media yang
dimodifikasi
Saran
Diharapkan proses penerimaan pasien baru dijalankan secara optimal sesuai dengan
SPO ruangan.
3. Dischard Planning
Role play discharge planning di Ruang Nuri dilakukan pada tanggal 07 November
2019. Sebelum dilakukan role play oleh mahasiswa praktek manajemen sebelumnya
146
mahasiswa melakukan pengkajian terlebih dahulu terkait pelaksanaan discharge
planning dengan menggunakan alat ukur berupa lembar observasi dan di dapatkan
hasil bahwa pelaksanaan discharge planning diruangan sudah berjalan dengan baik
namun pada saat wawancara pelaksanaan discharge planning yang dilakukan oleh
perawat diruangan lebih bersifat situasional yaitu jika keadaan pasien baik dan
memungkinkan maka pemberian discharge planning diberikan kepada pasien yang
bersangkutan.
Evaluasi Penilaian discharge planning:
Struktur
1) Persiapan dilakukan pada pasien dan keluarga yang termasuk dalam kelolaan
mahasiswa manajemen PSIK FK ULM yang akan direncanakan pulang
2) Persiapan leaflet dilakukan sebelum kegiatan role play dilaksanakan
3) Sebelum dilakukan discharge planning dilakukan kontrak waktu dan tempat
kepada pasien dan keluarga
Proses
1) Pelaksanaan discharge planning dilakukan di tempat tidur pasien
2) Discharge planning dilakukan pada seluruh pasien dan keluarga yang
direncanakan pulang.
3) Pelaksanaan discharge planning diikuti oleh pasien dan keluarga pasien.
4) Pelayanan doa juga dilakukan sebelum pasien pulang dipimpin oleh mahasiswa
manajemen.
5) Pelaksanaan discharge planning sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
Hasil
1) Pasien dan keluarga sangat berpartisipasi aktif selama kegiatan discharge
planning
2) Mahasiswa dapat memberikan pendidikan kesehatan dengan baik dan memberikan
leaflet.
Rencana Tindak Lanjut
Tetap terlaksananya dan terisinya lembar discharge planning yang telah tersedia dan
supervisi sebagai pengontrol dalam pengisian discharge planning
Saran
Kepala ruangan dapat memfollow up lembar asesmen discharge planning yang telah
terisi.
147
4. Timbang Terima
Role play timbang terima dilakukan pada tanggal 04 – 24 November 2019 yang
dilakukan dan dipimpin oleh mahasiswa manajemen. Berdasarkan observasi di lahan,
sebelum dilakukan role play timbang terima belum dilakukan sesuai alur karena ada
beberapa perawat yang belum disiplin terhadap waktu dan kemauan dalam
melakukannya. Berdasarkan wawancara dengan perawat pelaksana di ruang Nuri,
role play timbang terima yang dilakukan oleh mahasiswa stase manajemen, sudah
berjalan sesuai dengan alur. Sesuai dengan hasil observasi, mahasiswa perawat
melakukan timbang terima sesuai alur yaitu pelaksanaan dimulai dari nurse station-
validasi pasien-nurse station.
148
Tabel 4.5 Observasi SBAR Timbang Terima sebelum role play di ruang Nuri
RSD Idaman Kota Banjarbaru
0 1 2 0 1 2 0 1 2
Total 0 1 3 0 1 3 0 1 3 Point 1 = 3
Point 3 = 9
149
Tabel 4.5 Observasi SBAR Timbang Terima sesudah role play di ruang Nuri
RSD Idaman Kota Banjarbaru
0 1 2 0 1 2 0 1 2
Total 0 0 3 0 0 3 0 0 3 Point 1 = 0
Point 2 = 12
150
Saran
1) Diharapkan kepala ruangan beserta perawat ruangan dapat tetap
mempertahankan proses timbang terima yang ideal pada setiap pergantian shif
(nurse station – validasi ke tempat tidur pasien - nurse station)
2) Diharapkan proses timbang terima menggunakan status pasien tidak
menggunakan buku.
3) dihrapakan buku timbang terima yang dibacakan tidak dijadikan hal yang
diwajibkan selai penulisan diCPPT.
5. Supervisi Keperawatan
Sebelum role play ruangan Nuri belum pernah melakukan supervisi klinis secara
terstruktur di ruangan. Setelah dilakukan role play, ruangan juga belum ada
melakukan kegiatan supervisi.
Evaluasi Penilaian Supervisi (tanggal 16 November 2019):
Struktur
1) Kegiatan supervisi diawali dengan penyiapan SPO terkait, dan pembuatan
proposal
2) Kegiatan yang dilakukan adalah prosedur penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan di CPPT.
3) Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh supervisor berupa lembar
penilaian prosedur pendokumentasian asuhan keperawatan di CPPT.
4) Supervisor (PPJA) dan katim dari ruangan mengikuti jalannya supervisi.
Proses
1) Kegiatan supervisi dilakukan dengan model langsung yaitu melakukan penilaian
langsung terhadap tindakan klinis dalam perawatan luka post op.
2) Rencana kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan dalam perawatan luka post
op.
3) Tahap prainteraksi dilakukan pemantapan kesiapan pada selaku pelaksana
tindakan, persiapan lembar penilain, persiapan alat dan tindakan berdasarkan SPO
yang berlaku diRSDI yang akan di supervisi.
4) Kepala ruangan kembali mengevaluasi persiapan yang dilakukan oleh PPJA.
5) Dilakukan orientasi, meliputi kegiatan perkenalan oleh perawat, penyampaian
tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilaksanakan, kontrak waktu dengan
151
pasien, memberikan kepada pasien untuk menyampaikan keluhan maupun
pertanyaan.
6) Melakukan tindakan perawatan luka, dengan presedur tindakan cuci tangan,
memakai sarung tangan pelepasan perban balutan sejajar dengan tumbuhnya arah
rambut, lepaskan sarung tangan , cuci tangan dan ganti dengan sarung tangan
steril ,memebersihkan luka post op dengan kasa lembab, tekan apa bila ada
perdarahan, bersihkan luka post op satu arah dari dalam keluar, keringkan luka,
tutup luka, terminasi, tanyakan respon klien. Dekumetasi perawatan luka post op
7) Dilakukan penyampaian hasil kegiatan supervisi, pemberian reinforcement yang
positif dari kinerja PPJA serta penyampaian rencana tindak lanjut atau follow up.
Hasil
Pelaksanaan evaluasi kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan
terdapat beberapa masalah atau kekurangan yang ditemukan pada saat melakukan
tindakan serta rekomendasi penyelesaian masalah, seperti:
a. Tahap orientasi
Kepala ruangan menjelaskan pada PPJA tentang supervisi yang akan dilakukan,
kepala ruangan . PPJA melakukan perkenalan, menginformasikan prosedur
tindakan, dan kontrak waktu serta memvalidasi pasien.
b. Tahap kerja
Kepala ruangan melakukan supervisi klinis tentang perawatan luka post op
berdasarkan SPO.
Persiapan dokumen-dokumen yang diperlukan oleh supervisor berupa lembar
penilaian prosedur perawatan luka. PP mencuci tangan, menyiapkan
perlengkapan dalam pearwatan luka Post Op, siapkan handuk menutupi daerah
privacy klin, dan perlak di bawah luka di bawah luka, siapkan peralatan angkat
jahitan diatas meja dorong, buka set alat jahitan dan atur posisi alat tetap steril,
k/p tambahkan kassa dan tuffer kassa secukupnya kedalam set, siapakan plastik
atau piala ginjal kedekat luka, berikan klien posisi yang tepat untuk perawatan
luka, pakai sarung tangan streril, buka plester searah tumbuhnya rambut dan buka
balutan luka dengan hati-hati, masukan bekas jahitan kedalam kantong plastik,
buka sarung tangan non streil dan pakai sarung tangan steril, bersihkan luka
sekitar menggunakan kassa yang dibasahi dengan cairan nacl dengan arah
memutar keluar. Jika perlu berikan antibiotik pada bagian luka, lipat kassa dngan
arah memanjang dan letakan memanjang sesuai luka, tutup luka dengan kassa
152
atau bantalan, pasang plester, besersihkan alat-alat dan lingkungan, buka sarung
tangan, cuci tangan, beri pasien posisi nyaman.
c. Tahap terminasi
Pada tahap terminasi tidak terdapat masalah-masalah yang perlu diatasi,
dilakukan penilaian respon PPJA terhadap pendokumentasian dan kegiatan
supervisi yang dilakukan.
d. Hasil supervisi
PP dan PPJA serta kepala ruangan dan Ci lahan dan akademik kembali ke nurse
station supervisor memberikan penilaian berupa reinforcemen positif kepada
PPJA atas tindakan yang sesuai prosedur namun pada saat pemakaian sarung
tangan mengalami kendala yaitu menggunakan sarung tangan steril lumayan
mengunakan waktu lama. Adanya perlatan alat perawatan luka berupa set angkat
jahitan yang tidak digunakan dalam pelaksanaan. Konsep Solusi ; Menganjurkan
kepada PPJA untuk membaca kembali dan melaksanakan prosedur perawatan
luka sesuai SPO yang ada di RS.dengan No.Dokumen 023/SPO.Kep/V/2015.
Rencana Tindak Lanjut
Supervisor menjadwalkan pelaksanaan supervisi klinis dan mendokumentasikan hasil
pelaksanaan supervisi.
Saran
Diharapkan dalam kegiatan supervisi dapat dilaksanakan sesuai Standar Prosedur
Operasional.
153
Struktur
1) Persiapan pasien untuk dilakukan Ronde keperawatan telah dilakukan
sebelumnya. Dilakukan pengkajian terlebih dahulu pada pasien yang ditetapkan
untuk Ronde Keperawatan dan pembuatan proposal.
2) Telah dilakukan konsultasi baik kepada CI lahan ataupun akademik untuk
penetapan kasus
3) Persiapan tempat telah dilakukan yaitu di ruangan kepala ruangan
Proses
1) Pelaksanaan sosialisasi Ronde Keperawatan dimulai pada pukul 10.00-10.30
WITA
2) Pelaksanaan ronde keperawatan di hadiri oleh kepala ruangan, PPJA, dokter dan
nutrisionis.
3) Pada Pelaksanaan ronde keperawatan ternyata kondisi pasien tidak stabil
mengalami steven Jonson karena mengkonsumsi obat kejang, pada daerah bibir
dan mulut pasien mengalami peradangan, pasien ditempatkan pada ruang ISO
agar terhindar dari infeksi. Kekurangan pada pelaksanaan ronde keperawatan,
kurang nya penampilan dalam PTT yang disampaikan adalah diagnosis
kepearwatan yang telah dilakukan, dan intervensi yang telah dilakukan namun
belum berhasil dilaksanakan. berpartisipasi saat ronde maka hanya dilakukan
sosialisasi ronde keperawatan mengenai alur ronde keperawatan oleh mahasiswa
stase managemen PSIK FK ULM sejumlah 7 orang, CI lahan dan kepala ruang, di
ikut sertakan dengan DPJP dr. Sp.B dan ahli Gizi.
4) Pada Pelaksanaan ronde keperawatan pasien mau berkerja sama dalam hal
dilakukannnya mobilisisasi dalam hal Rom aktif dan pasif, serta motivasi dan
Edukasi penting nya mobilisasi untuk penyembuhan Infeksi luka, kerja sama
dalam pemantauan input dan output cairan pasien yang mengalami oedema dan
kelemahan ekstermitas atas dan bawah
Hasil
Hambatan:
1) Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Nuri, hanya ketika ada mahasiswa
stase Manajemen Ronde bisa terlaksana namun ada beberapa kendala yang belum
terlampirkan, yaitu proposal yang tidak diperbanyak, multidisplin tim media yang
tidak punya banyak waktu untuk berdikusi lebih jauh
154
2) Mengumpulkan berbagai multidisiplin (DPJP, nutrisunis dan farmasi) farmasi
yang tidak dapat berhadir.
Rencana Tindak Lanjut
Kepala ruangan akan mendiskusikan tentang pembuatan SPO ronde multidisplin ilmu
dengan bagian keperawatan
Saran
a) Kepala Bidang Keperawatan RSD Idaman dapat memfasilitasi kegiatan ronde
keperawatan di setiap ruangan setelah sebelumnya diusulkan oleh kepala ruangan
untuk pelaksanaan ronde keperawatan.
b) Kepala bidang keperawatan membuat kebijakan mengenai kegiatan ronde
keperawatan yang dilakukan dengan memberi poin ilmiah kepada perawat dan
seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ronde keperawatan.
c) Ronde keperawatan diharapkan rutin dilakukan karena tuntutan akreditasi untuk
peningkatan mutu pelayanan. Kepala ruangan membuat jadwal untuk pelaksanaan
ronde keperawatan minimal 3 bulan sekali.
155
Proses
1) Pelaksanaan diskusi refleksi kasus dimulai pada pukul 10.00-10.30 WITA
2) Peserta yang berhadir dalam diskusi refleksi kasus adalah 7 orang mahasiswa
stase manajemen PSIK FK UNLAM sesuai dengan yang diharapkan baik dari
akademik, kepala ruangan dan ketua tim.
3) Materi pengertian DRK disampaikan dengan media LCD
4) Pembahasan tentang DRK dibuka oleh moderator, ada notulen dan peserta.
5) Diskusi refleksi kasus berjalan untuk membahas diagnosis teranyak yang
digunakn di ruangan nuri dan cara mengkaji krakteristik nyeri, serta sosialisasi
penulisan CCPT yang akan dilakukan mahasiswa manajemen selama role play
1 minggu dalam tim PPJA bersama tim C.
Hasil
1) Konselor aktif dan memberikan informasi terkait masalah yang dihadapi, terkait
penulisan CPPT yang dilakukan berdasrakan standar SNAR1.1, dan role play
penulisan CPPT yang berdasarkan SNAR 1.1 dan juga refleksi kembali tentang
tentang diagnosis kepearwatan dan terbanyak yang diangkat adalah nyeri akut
yang dilakukan refleksi bagaimana cara pengkajian dalam krakteristik nyeri akut
( P,Q,R,S,T)
2) Rencana Tindak Lanjut : memberikan contoh lembar pengkajian Toll nyeri
dalam pengkajian sobjektif ( P,Q,R,S,T) ruang perawatan.
3) Kepala ruangan dan ketua tim aktif memberikan informasi pengalaman
sosialisasi CPPT menurut SNAR1.1
Hambatan Jika DRK dilaksakan:
1) Kesulitan dalam mengumpulkan anggota jika dilakukan DRK dalam 1 bulan
sekali. Kurangnya waktu yang ada waktu yang diberikan hanya meminta rapat
ruangan selam 30 menit, kurang waktu untuk diskusi banyak mengenai diagnosis
nyeri akut yang sering diangkat dalam hal penglaman dalam pengkajian nyeri.
2) Tidak ada SOP langsung dari kepala bidang keperawatan untuk menjalankannya
tentang DRK.
Rencana Tindak Lanjut
Kepala ruangan dapat menyusun penjadwalan DRK minimal setiap 1 bulan sekali
Saran
1) Kepala ruangan Nuri dapat memfasilitasi kegiatan diskusi refleksi kasus di setiap
ruangan.
156
2) Kepala ruangan Nuri membuat kebijakan mengenai kegiatan DRK yang
dilakukan dengan memberi poin ilmiah kepada perawat dan seluruh pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan DRK.
3) DRK diharapkan rutin dilakukan karena tuntutan akreditasi untuk peningkatan
mutu pelayanan. Kepala ruangan membuat jadwal untuk perawat yang
mempresentasikan topik DRK tersebut.
8. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan sebelum dan sesudah role play dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel Hasil Evaluasi Rekam Medis Sebelum Role Play
157
Tabel hasil evaluasi setelah dilakukan Role Play
Implementasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 100,00
keperawatan
158
Perencanaan 8 9 9 10 9 11 11 11 10 9 12 11 11 12 143 78,57
keperawatan
Implementasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 70 100,00
keperawatan
159
Struktur
Persiapan kegiatan pendokumentasian asuhan keperawatan meliputi penggunaan
format pengkajian yang tersedia di ruang Nuri RSD Idaman Banjarbaru,
pembuatan rencana tindakan termasuk diagnosis keperawatan, dan kriteria tujuan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi dalam bentuk catatan
perkembangan/ CPPT, pengkajian discharge planning, SAK, supervise, timbang
terima dan penerimaan pasien baru telah dibuat dalam bentuk format yang
dimodifikasi dan telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing.
Proses
Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan pada semua pasien yang dirawat
sesuai dengan rencana pengisian yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya
penilaian pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan terhadap seluruh
160
dokumen dengan pasien kelolaan. Adapun penilaian dilakukan pada item
pengkajian, perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi pada lembar CPPT.
Hasil
Berdasarkan hasil penilaian terhadap asuhan keperawatan pasien diketahui bahwa
pendokumentasian sebelum pelaksanaan roleplay cukup baik dengan tingkat
persentase; pengkajian 79,12 % perencanaan 60,99 %, tindakan keperawatan
91,43%, dan evaluasi30,00 %. Setelah dilakukan roleplay, presentasi di ruang
kelolaan pada bagian didapatkan peningkatan persentase yaitu; pengkajian %,
peren79,67canaan %, tindakan keperawatan100 %, dan evaluasi 78,57 %. Dan
pendokumentasian mahasiswa stase manajemen yang ber role play yaitu
pengkajian 81,87 %, perencanaan 78,57%, tindakan keperawatan 100%, dan
evaluasi 81,87%. Berdasarkan data tersesebut diharapkan dapat terus
dipertahankan dan ditingkatkan untuk hasil pendokumentasian yang lebih akurat
tentang kondisi pada pasien.
Hambatan
1) Ketidaktersediaan lembar terkait penggunaan obat sebelumnya (resistensi
obat) dan lembar menunjukan kondisi ekonomi pasien atau keluarga.
2) Kurangnya supervisi dalam penulisan pendokumentasian asuhan keperawatan
di CPPT.
Rencana Tindak Lanjut
Semua perawat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai hasil
sosialisasi yang telah dilaksanakan sesuai SNARS 1.1 . Semua perawat
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai hasil sosialisasi yang
telah dilaksanakan sesuai SNARS 1.1
Adanya regulasi tentang pengizinan PPJA membubuhkan tanda tangan di kolom
4 CPPT dalam hal timbang terima PPJA dengan perawat pelaksana
Saran
1) Kepala bidang merevisi format pengkajian keperawatan yang akan diterapkan
diruangan seperti asesmen riwayat pengobatan sebelumnya (resistensi obat).
2) Kepala bidang keperawatan membantu untuk merevisi dan mengesahkan SAK
yang belum terdapat diruangan.
161
D. Keuangan dan Pemasaran (M4 & M5)
1. Hasil Penilaian BOR, ALOS, BTO di Ruang Nuri RSD Idaman
Banjarbaru
a. Input
Mahasiswa stase manajemen keperawatan berdiskusi dengan kepala
ruangan dan CI terkait pengisian data Sensus dan pelimpahan tugas
untuk pengisian data sensus untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Berikut hasil Penilaian BOR, ALOS, BTO di Ruang Nuri RSD
Idaman Banjarbaru
Tabel. 5.11 hasil perhitungan BOR BTO dan ALOS ruang Nuri
Periode Mei - Juli 2019
162
Kepala ruangan dibantu oleh mahasiswa dalam pengisian data sensus
pasien.
c. Output
1. Bed Occupancy Ratio (BOR)
Nilai BOR pasien keseluruhan Ruang Nuri adalah:
BOR=
= 46,30%
BOR=
= 80,95%
163
Jadi, rata-rata persentase pemakaian tempat tidur pasien
kelolaan kelompok di Ruang Nuri pada periode 04
November 2019 – 24 November 2019 adalah 80,95%
ALOS =
ALOS =
164
BTO =
= = 2,58 Kali
BTO =
= = 4,5 Kali
Parameter Ideal
No. Penilaian Hasil Menurut
DEPKES 2005
165
Berdasarkan hasil observasi Rekam Medik pada penilaian
BOR, ALOS, dan BTO pasien kelolaan di Ruang Nuri pada
tanggal 04 November 2019 - 24 November 2019,
didapatkan BOR menunjukkan hasil yang ideal yaitu
80,95%. Angka ALOS 3 hari menunjukkan angka di bawah
parameter ideal. Angka BTO selama 3 minggu yaitu 4,5
kali.
166
Tidak ada hambatan dalam pelaksanaan perhitungan BOR,
ALOS dan BTO
E. Machine (M6)
1. Input
Kesesuaian antara form perencanaan asuhan keperawatan yang ada
dengan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang tersedia menjadi hal
yang penting, karena SAK merupakaan panduan asuhan yang harus
dimiliki dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan.
Karena ada beberapa form perencanaan asuhan keperawatan yang
belum dimiliki oleh ruangan maka mahasiswa manajemen keperawatan
merencanakan membuat 15 draft form perencanaan yang diperbaharui
yaitu form perencanaan nyeri akut, risiko jatuh, hambatan mobilitas
fisik, risiko infeksi, mual, intoleransi aktivitas, cemas, ketidakefektifan
perfusi jaringan, gangguan pola tidur, pelambatan pemulihan pasca
bedah, gangguan integritas kulit, kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan, risiko ketidakstabilan tekanan darah, risiko ketidakstabilan
gula darah, dan risiko dekubitus.
Kelompok manajemen keperawatan juga membuat flipchart SAK dan
tools pengkajian nyeri yang bertujuan untuk memudahkan perawat
dalam melakukan penulisan asuhan keperawatan dan pengkajian nyeri
di ruangan Nuri karena dengan adanya flipchart ini akan
meminimalisir terjadinya informasi yang tidak tersampaikan.
167
2. Proses
Mahasiswa manajemen keperawatan mengkonsultasikan dengan
kepala ruangan mengenai draft form perencanaan asuhan keperawatan
dan tools nyeri yang belum tersedia dan yang akan diperbaharui dalam
bentuk flipchart. Setelah mendapat persetujuan dari kepala ruangan
mengenai pembuatan 15 draft form perencanaan, maka kelompok
secara bertahap menyusun 15 draft form perencanaan asuhan
keperawatan tersebut. Setelah itu kelompok mengkonsultasikannya
kembali kepada Kasi Keperawatan dan telah disetujui.
3. Output
a. Terlaksananya pembuatan draft form perencanan asuhan
keperawatan yaitu draft form perencanaan asuhan keperawatan
nyeri akut, risiko jatuh, hambatan mobilitas fisik, risiko infeksi,
mual, intoleransi aktivitas, cemas, ketidakefektifan perfusi
jaringan, gangguan pola tidur, pelambatan pemulihan pasca bedah,
gangguan integritas kulit, kesiapan meningkatkan manajemen
kesehatan, risiko ketidakstabilan tekanan darah, risiko
ketidakstabilan gula darah, dan risiko dekubitus yang telah
disetujui oleh Kepala Ruangan dan Kasi Keperawatan.
b. Tersedianya flipchart 15 SAK dan tools pengkajian nyeri yang
telah disetujui oleh kepala ruangan dan telah diaplikasikan
langsung oleh perawat ruangan dan mahasiswa manajemen
keperawatan pada pasien kelolaan.
168
Gambar4.21(a) form perencanaan SAK , (b) Penggunaan media flipchart tools nyeri oleh
perawat dalam pengkajian nyeri
169
1) Melakukan penilaian kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
2) Melakukan skoring terhadap penilaian kesesuaian pelaksanaan
tindakan keperawatan dengan Standar Prosedur Operasional
(SPO)
3) Menyimpulkan hasil skoring terhadap penilaian kesesuaian
pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO)
4) Melakukan dokumentasi hasil skoring terhadap penilaian
kesesuaian pelaksanaan tindakan keperawatan dengan Standar
Prosedur Operasional (SPO)
1. Proses
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan penilaian yaitu perawatan luka.
Secara keseluruhan tidak mengalami kendala dan pelaksanaannya
cukup baik sesuai dengan SPO namun SPO perawatan luka belum
tersedia hanya menggunakan SPO Perawatan Luka Drain.
2. Hasil
Tabel 4.16 Data Penilaian Terhadap Kesesuaian Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan dengan SPO Ruangan
No Kegiatan Jumlah Tindakan Persentase (%)
1. SPO prosedur rawat luka 5 95.42%
170