Anda di halaman 1dari 31

LOKA KARYA MINI 1

FAKULTAS By:
KEPERAWATAN KELOMPOK Z’17
UNIVERSITAS PRAKTEK PROFESI
ANDALAS MANAJEMEN
KELOMPOK Z’17
1. ATIKA PUTRI, S.Kep
2. HASRINI FITRIA KAMAL, S.Kep
3. MELLY ELYA YERIZA S.Kep
4. NONI HALMI SURIANTI, S.Kep
5. NUR ASLINDA, S.Kep
6. NUR SUZANA S.Kep
7. PUSPA ERIA, S.Kep
8. QORI HUSNUL MULQIAH, S.Kep
9. RISA AFRINA, S.Kep
10. SESMELIATI MARTA, S.Kep
11. TRI SETIAWAN, S.Kep
LATAR BELAKANG
Observasi pada tanggal 6-7 Agustus 2018
Komunikasi efektif dengan teknik SBAR

Pre dan post conference

Layanan Orientasi Informasi

Pelabelan pemasangan infus

Pengoptimalan Fungsi Ketenagaan


1. PENGGUNAAN KOMUNIKASI SBAR DALAM PELAKSANAAN OVERAN DI RUANGAN.

Prosedur timbang terima sudah dilakukan pada setiap


pergantian shift namun belum berjalan dengan optimal, dan
overan yang dilakukan belum optimal dengan komunikasi
SBAR. Komunikasi SBAR merupakan salah satu alat
komunikasi yang menyediakan metode jelas
mengkomunikasikan informasi terkait dengan kondisi dan
keadaan klien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan X diketahui
bahwa penggunaan SBAR belum terlalu maksimal diterapkan
dalam pendokumentasian keperawatan. Menurut 3 dari 4 orang
bidan dan perawat, yang telah memiliki pengetahuan tentang
komunikasi SBAR, tetapi mereka belum menerapkannya secara
optimal.
2. PRE DAN POST CONFERENCE

Perawat dan bidan di ruangan kurang optimal dalam


melaksanakan pre conference, dan post conference hal ini
tampak dimana pada saat pre conference tanggal 07
Agustus 2018 pengidentifikasian masalah pasien dan
perencanaan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada
pasien di shift tersebut belum maksimal dilaksanakan.
Selain itu, sebelum dilaksanakannya overan shift pagi
dengan shift siang juga tidak dilakukan post conference
untuk mengklarifikasi dan menyampaikan hasil asuhan
keperawatan yang sudah dilakukan pada pasien sepanjang
shift pagi.
3. PELABELAN DALAM PEMASANGAN INFUS

Hasil observasi pada tanggal 6-7 agustus 2018, didapatkan bahwa


seluruh pasien di ruang Ginekologi - Onkologi Kebidanan yang
terpasang infus tidak satupun ditemukan adanya pencantuman
tanggal pemasangan pada giving set, dan hanya 25% pencatuman
tanggal pada iv cath. Sementara itu hanya sekitar 63%
pencantuman label infus seperti nama, nomor RM, jenis cairan,
jumlah volume cairan, serta penanggungjawab pemasangan.
Sehubungan dengan temuan tersebut, salah satu dari SPO
pemasangan infus yang dikeluarkan oleh rumah sakit DR. M.
Djamil Padang terdapat pelabelan tanggal pada infus.
4. PEMBERIAN LAYANAN ORIENTASI DAN INFORMASI (LOI) PADA PASIEN DAN KELUARGA YANG BARU
DIRAWAT

Sesuai dengan data yang ditemukan di ruang kebidanan


Ginekologi - Onkologi RSUP DR.M.Djamil Padang pada
tanggal 6 dan 7 Agustus 2018 terdapat beberapa pasien yang
baru masuk ruangan. Dari hasil observasi pasien dan keluarga
kurang memahami informasi terkait layanan orientasi dan
informasi di rumah sakit seperti peraturan, hak dan kewajiban
pasien dan keluarga, informasi jalur evakuasi, cuci tangan yang
benar untuk menghindari infeksi nasokomial.
Berdasarkan masalah yang didapatkan, inovasi yang diajukan
yaitu pembaharuan tentang pemberian layanan orientasi dan
informasi melalui media yang telah disediakan ruangan.
5. KURANGNYA PEGOPTIMALAN FUNGSI KETENAGAAN

kelompok melakukan wawancara dengan kepala ruangan (karu)


terkait pengoptimalan ketenagaan di Ginekologi - Onkologi
Kebidanan. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa jumlah tenaga
bidan/perawat yang bekerja di ruang tersebut berjumlah 12 orang
dengan rincian 1 orang karu, 4 orang katim dan 7 orang pelaksana
perawatan yang dibagi menjadi 3 shift dinas selama sehari.
Pembagian jumlah ketenagaan yang dibutuhkan di Ginekologi -
Onkologi Kebidanan dilakukan oleh karu setiap minggu dan
menggunakan Rumus Douglas yang berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Maka berdasarkan rumus Douglas, jumlah
tenaga yang dibutuhkan tanggal 6 Agustus 2018 selama sehari 12
orang dan tanggal 7 Agustus 2018 sebanyak 10 orang. Namun,
jumlah ketenagaan di ruangan tidak mencukupi.
CONT :

Selain menggunakan rumus Douglas dalam pembagian jadwal


dinas, karu juga menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan
seperti sakit/kemalangan, kuliah dan alasan lain yang dapat
diterima oleh karu. Jika ruangan mengalami kekurangan jumlah
bidan/perawat yang dibutuhkan dalam pemberian asuhan maka
bidan/perawat dari ruangan lain akan membantu melengkapi
dalam pelaksanaan pemberian asuhan.
TUJUAN

• Mengidentifikasi masalah
dan penyelesaian masalah
(problem solving) yang
umum berkaitan dengan mutu
pelayanan keperawatan di
ruangan kebidanan lantai 3
Genekologi dan Onkologi.
TUJUAN KHUSUS
• Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan yaitu penerapan
komunikasi efektif dengan SBAR, pre dan post conference, pelabelan cairan infus
dan LOI pada pasien baru yang dilakukan di Ginekologi - Onkologi RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
• Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yaitu pelaksanaan post conference di Ginekologi - Onkologi RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
• Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan
keperawatan yaitu komunikasi efektif dengan SBAR, pre dan post conference,
pelabelan cairan infus dan LOI pada pasien baru yang dilakukan di Ginekologi -
Onkologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
• Membuat planning of action (POA) untuk pemecahan masalah manajemen
pelayanan keperawatan berdasarkan pelaksanaan komunikasi efektif dengan
SBAR, pre dan post conference, pelabelan cairan infus dan LOI pada pasien baru
yang dilakukan di Ginekologi - Onkologi RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Hasil Windshield Survey
• Jumlah perawat dan bidan pelaksana di ruangan
GINEKOLOGI DAN ONKOLOGI KEBIDANAN rsup
dr. M. Djamil padang adalah sebanyak 12 orang. 1
orang dengan pendidikan terakhir D4, 9 ORANG
DENGAN PENDIDIKAN TERAKHIR D3, 1 ORANG
DENGAN PENDIDIKAN TERAKHIR SPK, DAN 1
ORANG TENAGA KEPERAWATAN DENGAN
PENDIDIKAN TERAKHIR S1 ners.
Daftar masalah

• Belum optimal penggunaan komunikasi efektif dengan teknik


SBAR pada kegiatan overan sesuai dengan SPO.
• Kurang optimal penerapan pre-post confference setiap hari
• Kurang optimal pelabelan dalam pemasangan infus
• Kurang optimal pemberian layanan orientasi dan informasi
(LOI) pada pasien dan keluarga yang baru dirawat.
• Kurang optimalnya fungsi ketenagaan di ruangan.
Kuesioner Observasi Wawancara
No Masalah
Karu Katim PA Karu Katim PA Karu Pasien
1. Belum optimal penggunaan
komunikasi efektif dengan - -
- V V - - -
teknik SBAR pada kegiatan
overan sesuai dengan SPO.
2 Kurang optimal penerapan pre-
- V V - V V
post confference setiap hari - -
3 Kurang optimal pelabelan - -
- - - - V V
dalam pemasangan infus.
4 Kurang optimal pemberian
layanan orientasi dan
informasi (LOI) pada pasien - - - - - - V
dan keluarga yang baru
dirawat.
5 Kurang optimalnya fungsi
- - - - - -
ketenagaan di ruangan V -
GAMBARAN UMUM

Penelitian ini dilakukan di ruang Ginekologi –


onkologi kebidanan RSUP Dr. Mdjamil Padang.
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 6 – 7 Agustus
2018. Sampel yang diambil pada peneitian ini
menggunakan metode random sampling sebanyak 5
orang perawat. Saat dilakukan pengumpulan data, hanya
didapatkan total 5 orang perawat, hal ini dikarenakan
adanya perawat yang libur berjumlah 4 orang dan 1
orang cuti. Pengumpulan data dengan kuesioner,
wawancara dan observasi.
CONT:

Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan


karakteristik responden. Selanjutnya disajikan analisa
data sesuai dengan kuesioner yang ada, yaitu
mengenai penggunaan komunikasi efektif dengan
teknik SBAR, pre-post confference, pelabelan dalam
pemasangan infus, layanan orientasi dan informasi
(LOI) pada pasien dan keluarga yang baru dirawat
dan fungsi ketenagaan di ruangan.
Komunikasi Efektif
(SBAR)
1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang
Pengetahuan komunikasi Efektif

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa 1 dari 5 responden


(20%) menjawab dengan benar background mengandung informasi
tentang riwayat atau data sebelumnya seperti riwayat penyakit,
pengobatan atau alergi
PRE-POST CONFERENCE
2.1 DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN RESPONDEN
TENTANG PENGETAHUAN PRE DAN POST CONFERENCE

Berdasarkan data diatas didapatkan data bahwa 3 dari 5


responden (60%) menjawab dengan benar tujuan dari
pelaksanaan post conference.
2.2 DISTRIBUSI FREKUENSI PERSETUJUAN
RESPONDEN TENTANG PRE DAN POST CONFERENCE

Berdasarkan data diatas didapatkan data bahwa 4 dari 5


responden (80%) kurang setuju dengan dilakukan pre dan
post conference
Pelabelan dalam pemasangan infus
3.1 DISTRIBUSI FREKUENSI TINDAKAN PELABELAN
TANGGAL DAN WAKTU PEMASANGAN INFUS

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa 0 dari 8


(100%) pasien, perawat menuliskan tanggal pemasangan
infus pada giving.
Pelabelan dalam pemasangan infus
4.1 DISTRIBUSI FREKUENSI WAWANCARA
RESPONDEN TENTANG PEMBERIAN LAYANAN LOI

Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa 2 dari 7 responden


(29%) menjawab perawat (melakukan) menjelaskan tentang dokter
penanggung jawab pasien dan pasien boleh meminta penjelasan
tentang penyakit maupun perkembangan pasien kepada dokter
penanggung jawab
Masalah
ANALISA MASALAH (SWOT)
Strength(S) Weakness(W) Opportunity(O) Threatned(T)
Keperawatan
Belum maksimalnya 1. 3 dari 5 responden (60%) 1. 1 dari 5 responden RSUP DR. M. Djamil Tuntunan dari masyarakat
penggunaan responden menjawab (20%) menjawab Padang sudah melalui akan pelayanan yang optimal
komunikasi efektif dengan benar kepanjangan dengan benar tahap akreditasi paripurna Adanya undang-undang
dengan teknik SBAR SBAR pada komunikasi background yang mengharuskan tenaga perlindungan konsumen
pada kegiatan overan terapeutik mengandung informasi pelayanan kesehatan (undang-undang no 8 tahun
sesuai dengan SPO. 2. 5 responden (100%) tentang riwayat atau melakukan komunikasi 1999 yang menyebutkan
menjawab dengan benar data sebelumnya yang efektif salah satunya konsumen lebih kritis dan
defenisi SBAR mendukung seperti menggunakan teknik berani dalam mengkritisi
3. 5 responden (100%) riwayat penyakit, SBAR pada saat overan. pelayanan keperawatan
menjawab dengan benar pengobatan, alergi.  Adanya rumah sakit swasta
tujuan pelaksanaan serah yang sudah menerapkan
terima pasien berdasarkan prinsip pasien safety yang
SBAR lebih maksimal
4. 5 responden (100%)
menjawab dengan benar
tujuan pelaksanaan serah
terima pasien berdasarkan
SBAR secara langsung
5. 3 dari 5 responden (60%)
menjawab dengan benar
respon pasien merupakan
bagian teknik komunikasi
SBAR pada point situation
6. 5 responden (100%)
menjawab dengan benar
situation mengandung
informasi tentang identitas
pasien, dan masalah saat
ini
7. 3 dari 5 responden (60%)
2. Belum optimal 1. 5 responden (100%)  2 dari 5 responden  Adanya kerjasama  Tuntutan untuk Menjadi
penerapan pre dan responden menjawab (40%) tidak setuju yang baik antara rumah sakit pendidikan
post conference setiap dengan benar pre dan post mahasiswa FKEP dan rujukan nasional yang
hari defenisi/pengertian pre conference dengan perawat terkemuka di Indonesia
conference dilakukan ruangan Tahun 2019.
2. 5 responden (100%)  Adanya mahasiswa
menjawab dengan benar FKEP UNAND yang
definisi/pengertian post sedang melakukan
conference praktek profesi
3. 3 dari 5 responden (60%) manajemen
menjawab dengan benar keperawatan.
tujuan dari pelaksanaan
post conference.
4. 5 responden (100%)
menjawab siapa yang
terlibat dalam pre dan post
conference
5. 5 responden (100%)
menjawab dengan benar
tentang waktu yang efektif
dalam pelaksanaan pre dan
post conference
6. 5 responden (100%)
menjawab dengan benar
tentang topik yang
dibicarakan dalam pre dan
post conference
7. 4 dari 5 responden (80%)
kurang setuju dengan
dilakukan pre dan post
conference
8. 3 dari 5 responden (60%)
3. Belum maksimalnya 1. 6 dari 7 responden (86%)  2 dari 7 responden  RSUP DR. M. Djamil  Tuntutan untuk menjadi
penerapan LOI. responden menjawab (29%) menjawab Padang akan melalui rumah sakit pendidikan
perawat (melakukan) perawat tahap penilaian JCI dan rujukan nasional yang
memberi salam kepada menjelaskan yang mengharuskan terkemuka di Indonesia
keluarga dan pasien baru di tentang dokter tenaga pelayanan tahun 2019 dan penilaian
ruangan penanggung jawab kesehatan menerapkan JCI pada bulan September
2. 5 dari 7 responden (71%) pasien dan pasien SOP dengan benar 2018.
menjawab perawat boleh meminta
(melakukan) penjelasan tentang
memperkenalkan diri penyakit maupun
dengan menyebut nama perkembangan
dan profesi atau unit kerja pasien kepada
3. 7 responden (100%) dokter penanggung
menjawab perawat jawab
(melakukan) identifikasi 1. 3 dari 7 responden
pasien untuk menghindari (43%) menjawab
kesalahan pasien, siapa perawat
nama pasien, umur pasien, (melakukan)
periksa dan cocokkan menjelaskan tentang
dengan gelang pasien 7 langkah benar
4. 4 dari 7 responden (57%) cuci tangan untuk
menjawab perawat mencegah infeksi
(melakukan) menjelaskan nosokomial
kepada keluarga pasien
berapa orang yang
diperbolehkan untuk
menunggu pasien di
ruangan
5. 7 responden (100%)
menjawab perawat
(melakukan) menjelaskan
peraturan penunggu dan
4 Belum optimalnya 1. 5 dari 8 pasien (63%), Hasil observasi yang  Adanya SPO  Tuntunan dari masyarakat
tindakan pelabelan perawat menuliskan nama, dilakukan pada hari pemasangan infus dari akan pelayanan yang
pemasangan infus nomor rm, tanggal lahir, sabtu dan minggu (6-7 rumah sakit optimal
jenis cairan, jumlah Agustus 2018),  Adanya undang-undang
konsentrasi, waktu didapatkan: perlindungan konsumen
pemberian, seta 2. 2 dari 8 pasien (undang-undang no 8
penanggung jawab pada (25%), perawat tahun 1999 yang
cairan yang dipasangkan menuliskan tanggal menyebutkan konsumen
pemasangan infus lebih kritis dan berani
pada iv cath dalam mengkritisi
3. Tidak ada pasien pelayanan keperawatan
(0%), perawat
menuliskan tanggal
pemasangan infus
pada giving.
FISH BONE
DAFTAR MASALAH YANG DIANGKAT

1. PELAKSANAAN PRE DAN POST CONFERENCE


2. PELAKSANAAN LOI
3. PELABELEN INFUS
4. FUNGSI KETENAGAAN

Anda mungkin juga menyukai