Anda di halaman 1dari 4

Kelompok :6

Anggota :

1. Dwi Mei Laila Nurul B (2120601120)


2. Ajeng Sholikhawati (2120601155)
3. Lulu Lutfiyah (2140601148)
4. Dinar Rizka Amelia M (2140601165)
5. Qinthara Faiz T (2140601179)
6. Repiana Andani Hasan (2140601184)
7. Amalia Mega Pratiwi (2140601190)
8. Amanda Aurelia S (2140601191)

PENYALAHGUNAAN HAK KEKEBALAN DIPLOMATIK DITINJAU DARI


KONVENSI WINA 1961 (STUDI KASUS PENGANIAYAAN TKI OLEH PEJABAT
DIPLOMATIK ARAB SAUDI DI JERMAN)

1) Kronologi Kasus
Pada tahun 2010 Indonesia mendapatkan kabar bahwa TKInya mendapatkan
penganiayaan oleh Duta Besar Arab Saudi di Jerman. Dia bernama Dwi Ratnasari
(30 tahun) bekerja pada keduataan arab saudi di tahun 2009 pada bulan april. Dalam
kurun waktu 1-2 tahun, Dewi melakukan pekerjaan selama 18 jam tanpa libur
dengan gaji yang tidak sesuai dengan jam kerjanya, ia juga mendapatkan perilaku
yang kasar (bahkan hampir seluruh keluarganya duta besar Arab Saudi),paspornya
disita tahun 2010 dia melarikan diri dan kemudian Dewi Ratnasari meminta
bantuan pada organisasi Hak Asasi Manusia yaitu Organisasi Ban Ying yang
merupakan organisasi perlindungan pekerja perempuan di Jerman dan berhasil
menyelamatkan diri dari apa yang telah dialaminya sekitar 19 (sembilan belas)
bulan pada Oktober 2010. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga tengah
menyoroti kasus seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) bernama Dewi Ratnasari
(bukan nama sebenarnya) yang menjadi korban penganiayaan diplomat Arab Saudi
di Jerman. Hanya saja untuk mengusut masalah ini, Kemlu mengaku menemukan
kendala terkait jabatan si majikan.
Dewi sudah berkerja kepada keluarga diplomat tersebut sejak April 2009 di Arab
Saudi. Sejak itu pula Dewi menjalani hari-harinya bak neraka. Ia diharuskan
bekerja 7 hari dalam sepekan, dari pagi hingga tengah malam.
Gajinya tak pernah dibayar. Dewi menuturkan keluhannya itu pada organisasi
perlindungan pekerja perempuan di Jerman, Ban Ying Seperti umum dialami TKI,
paspor Dewi ditahan oleh majikannya. Dia tak dibekali pakaian hangat dan gajinya
tak pernah dibayar. Satu-satunya pemberian yang pernah dia terima adalah hadiah
Hari Raya lampau sebesar EUR150.
Dewi juga sering menerima siksaan berupa pukulan dengan tongkat atau dengan
tangan dan dilarang keluar rumah. Terakhir dia dilempar dengan botol parfum yang
melukai kepalanya.
Organisasi Ban Ying, aktivis buruh dan perempuan Heide Pfarr serta pengacara
Klaus Bertelsmann mengajukan kasus pelayan pribadi Diplomat Arab Saudi ke
pengadilan tenaga kerja di Berlin, dengan tuntutan gaji, uang lembur dan uang ganti
rugi total. 70.000 (tujuh puluh ribu) Euro, sekitar 840 (delapan ratus empat puluh)
juta rupiah. Selain itu diajukan tuntutan karena melakukan eksploitasi tenaga kerja.
Pada tanggal 14 (empat belas) bulan Juni tahun 2011, Pengadilan Tenaga Kerja
Jerman memutuskan menolak tuntutan itu, dengan alasan kekebalan hukum
diplomatik si majikan. Dewi Ratnasari, nama samaran dari pelayan pribadi
Diplomat Arab Saudi yang juga digunakan dalam pengaduan, sudah kembali ke
tanah air, tetapi tuntutannya ke pengadilan berjalan terus, ia percayakan kepada
aktivis buruh dan perempuan Heide Pfarr.
2). Dasar hukum
Vienna convention on diplomatik relations 1961
3). Subjek Hukum
Negara penerima Jerman
Negara pengirim Arab Saudi
4). Hak dan Kewajiban
Negara Pengirim (Arab Saudi)
Hak
a. Berhak mendapatkan kekebalan gedung/ kantor serta dokumen diplomat,
Jerman tidak boleh masuk gedung tanpa izin dari kepala misi Arab Saudi (pasal 21
dan 24)
b. Bebas dari iuran pajak (pasal 23)
c. Mendapat kekebalan yuridiksi dan keistimewaan dari negara penerima (pasal
27-39)
Kewajiban
a. Wajib menghormati yuridiksi yang berlaku di negara penerima (pasal 41)
a. Wajib menggunakan gedung diplomatik untuk menyelesaikan misi (pasal 41
ayat 3)
Negara Penerima (Jerman)
Hak :
a. Hak untuk melakukan persona non Grata kepada Dubes negara Arab Saudi
tersebut (pasal 9 Konvensi Wina 1961)
b. Hak untuk meminta agar Dubes Arab Saudi tersebut dapat dijatuhi hukuman
yang sesuai dengan hukum nasional negara Arab Saudi (pasal 9 Konvensi Wina
1961)
Kewajiban :
a. Kewajibannya yaitu tidak melakukan penahanan atau penangkapan berkaitan
dengan kekebalan diplomatik yg disematkan pada Dubes Arab Saudi tersebut (pasal
29 Konvensi Wina 1961)
5). Analisa
Tindakan penganiyayaan TKI yang dilakukan oleh seorang pejabat diplomatik Arab
Saudi merupakan suatu pelanggaran hukum yang terjadi di negara Jerman. Namun
pelaku tidak dapat diproses dengan hukum pidana yang berlaku di Jerman , karena
adanya hak kekebalan yang melekat pada pejabat diplomat tersebut. Hal ini
sebagaimana tercantum pada pasal 31 Konvensi Wina 1961 yang menyatakan
bahwa pejabat diplomatik dapat terbebas dari yurisdiksi pidana yang berlaku di
negara penerima. Selain itu di pasal 29 Konvensi Wina 1961 juga menjelaskan
bahwa sebagai pejabat diplomatik tidak boleh dilakukan suatu penangkapan
ataupun dilakukan penahanan. Maka dari itu Jerman meminta bantuan dari
pemerintah Arab untuk mengambil tindakan yang tepat terhadap pelaku pejabat
diplomatik yang menyalahgunakan kewenangan nya tersebut. Pemerintah Arab
Saudi dapat mengambil tindakan hukum terhadap pejabat diplomat atau
memberikan sanksi atas tindakan yang dilakukannya sesuai dengan hukuman yang
berlaku di arab. Hal ini sesuai dengan Pasal 31 ayat 4 konvensi Wina 1961
menyatakan bahwa pejabat diplomatik harus tetap patuh terhadap yurisdiksi hukum
dari negara pengirim.

Anda mungkin juga menyukai