Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PLKH NON LITIGASI

MEDIASI

DISUSUN OLEH:

 TOPAN LESMANA (191103010969)

FAKULTAS HUKUM

PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS IBNU KHALDUN


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
selesaikan makalah mengenai “Mediasi”

Kami berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta


ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk ke depannya sanggup memperbaiki bentuk
maupun mengembangkan isi makalah, sehingga menjadi makalah yang memiliki
wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Cibinong, 16 Mei 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... ii

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Mediasi ....................................................................................... 3

B. Mekanisme Mediasi ...................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 18

Kesimpulan ....................................................................................................... 12

Saran ................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sengketa antara para pihak dapat diselesaikan melalui jalur litigasi (lembaga
peradilan) ataupun non litigasi (di luar pengadilan). Penyelesaian sengketa melalui
jalur litigasi yaitu penyelesaian sengketa diantara para pihak yang dilakukan
melalui pemeriksaan di hadapan hakim dalam sebuah lembaga peradilan.

Litigasi (pengadilan) adalah metode penyelesaian sengketa paling lama dan


lazim digunakan dalam menyelesaikan sengketa, baik sengketa yang bersifat public
maupun yang bersifat privat. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman,
kebutuhan masyarakat akan keadilan dan kesejahteraan semakin besar, maka
penyelesaian sengketa melalui litigasi lambat laun dirasakan kurang efektif lagi.
Penyelesaian sengketa melalui litigasi dirasakan terlalu lama dan memakan biaya
yang cukup besar. Kondisi demikian menyebabkan pencari keadilan mencari
alternatif lain yaitu penyelesaian segketa diluar proses peradilan formal, yang biasa
dikenal dengan penyelesaian sengketa non litigasi.

Penyelesaian sengketa non litigasi merupakan mekanisme penyelesaian


sengketa diluar pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
Penyelesaian sengketa non litigasi juga dikenal dengan istilah ADR (Alternative
Dispute Resolution). Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih
dikenal dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan
berbagai cara. ADR tersebut dapat berupa:

a. Arbitrase;
b. Mediasi;
c. Konsiliasi;
d. Minitrial;
e. Summary jury trial;
f. Seetlement conference;

1
g. Serta bentuk lainnya.

B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah
tersebut antaralain :

1. Pengertian Mediasi?
2. Bagaimana Mekanisme Mediasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian mediasi.
2. Mengetahui mekanisme mediasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi

Penyelesaian sengketa bisa dilaksanakan melalui proses litigasi maupun


proses non-litigasi. Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi merupakan proses
penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Sedangkan penyelesaian melalui non-
litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar
persidangan atau sering disebut dengan alternatif penyelesaian sengketa.

Terdapat beberapa cara penyelesaian sengketa non-litugasi, salah satunya


ialah melalui Mediasi. Ketentuan mediasi diatur dalam Peraturan Mahkamah
Agung RI Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
(Selanjutnya disebut dengan PERMA No. 1/2016) yang merupakan pengganti
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Dalam penyelesaian sengketa,
proses mediasi wajib dilakukan terlebih dahulu. Apabila tidak menempuh prosedur
mediasi, penyelesaian sengketa tersebut melanggar ketentuan pasal 130 HIR dan
atau pasal 154 Rbg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Menurut PERMA No. 1/2016, mediasi merupakan cara menyelesaian


sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh Mediator. Sifat dari proses mediasi pada asasnya tertutup
kecuali para pihak menghendaki lain.

B. Mekanisme Mediasi

a. Biaya-biaya dalam Mediasi

Terdapat beberapa biaya yang ada pada penyelesaian melalui jalur mediasi,
antara lain :

1) Biaya jasa mediator

3
Mediator Hakim dan pegawai pengadilan tidak dikenakan biaya. Namun
biaya jasa mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan ditanggung
bersama atau berdasarkan kesepakatan para pihak.
2) Biaya pemanggilan para pihak
Biaya pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi terlebih
dahulu dibebankan kepada pihak penggugat melalui uang panjar biaya
perkara. Jika para pihak berhasil mencapai kesepakatan, biaya pemanggilan
ditanggung bersama atau sesuai kesepakatan, biaya pemanggilan para pihak
dalam proses mediasi dibebankan kepada pihak yang oleh hakim dihukum
membayar biaya perkara.
3) Biaya lain-lain
Biaya lain-lain dalam proses penyelesaian sengketa melalui jalur mediasi
dibebankan sesuai kesepakatan para pihak.

b. Jenis Perkara yang Dapat Diselesaikan Dengan Proses Mediasi

Perkara atau sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan wajib terlebih


dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, terkecuali hal-hal lain
diantaranya :

1) sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu


penyelesaiannya meliputi antara lain:
 sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;
 sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan
Industrial;
 keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;
 keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;
 permohonan pembatalan putusan arbitrase;
 keberatan atas putusan Komisi Informasi;
 penyelesaian perselisihan partai politik;
 sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan

4
 Sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan
tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2) sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau
tergugat yang telah dipanggil secara patut;
3) gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara
(intervensi);
4) sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan
perkawinan;
5) sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di
luar Pengadilan melalui Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat
yang terdaftar di Pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil
berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator
bersertifikat.

c. Tahap Pramediasi

Sebelum memasuki proses mediasi, terlebih dahulu dilakukan tahap


pramediasi dengan tahapan sebagai berikut:

1) Pada sidang pertama yang dihadiri oleh para pihak, hakim mewajibkan para
pihak untuk menempuh mediasi.
2) Ketidakhadiran pihak turut tergugat tidak menghalangi pelaksanaan mediasi
3) Hakim, melalui kuasa hukum atau langsung kepada para pihak, mendorong
para pihak untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi.
4) Kuasa hukum para pihak berkewajiban mendorong para pihak sendiri
berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi.
5) Hakim wajib menunda proses persidangan perkara untuk memberikan
kesempatan kepada para pihak menempuh proses mediasi.
6) Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMA ini kepada para
pihak yang bersengketa.

5
d. Tahap-tahap Proses Mediasi

Proses mediasi dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk
mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume
perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.
2) Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal
memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume
perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.
3) Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak
mediator dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim dan
berdasarkan kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat
diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
4) Jangka waktu proses mediasi tidak termasuk jangka waktu pemeriksaan
perkara.
5) Jika diperlukan dan atas kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan
secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi.

e. Keuntungan Mediasi

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dari pelaksanaan mediasi, yaitu:

1) Penyelesaian bersifat informal


2) Yang menyelesaikan sengketa adalah pihak sendiri
3) Jangka waktu penyelesaian pendek
4) Biaya ringan
5) Aturan pembuktian tidak perlu
6) Proses penyelesaian bersifat konfidensial
7) Hubungan para pihak bersifat kooperatif
8) Komunikasi dan fokus penyelesaian
9) Hasil yang dituju sama menang
10) Bebas emosi dan dendam

6
f. Hak para Pihak Memilih Mediator

Dalam proses mediasi, penanganan perkara dapat memilih mediator yang


akan memediasi mereka. Mediator yang dapat dipilih adalah sebagai berikut:

1) Hakim bukan pemeriksa perkara pada penngadilan yang bersangkutan;


2) Advokat atau akademisi hukum;
3) Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau
berpengalaman dalam pokok sengketa;
4) Hakim majelis pemeriksa perkara;
5) Gabungan antara mediator.

Jika dalam sebuah proses mediasi terdapat lebih dari satu orang mediator,
pembagian tugas mediator ditentukan dan disepakati oleh para mediator sendiri.

g. Menempuh Mediasi dengan Itikad Baik

Para pihak wajib menempuh proses mediasi dengan itikad baik. Salah satu
pihak dapat menyatakan mundur dari proses mediasi jika pihak lawan menempuh
mediasi dengan itikad tidak baik (vide Pasal 7 ayat (1) PERMA No. 1/2016).

h. Tugas Mediator

1) memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak untuk


saling memperkenalkan diri;
2) menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
3) menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak
mengambil keputusan;
4) membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
5) menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu
pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);

7
6) menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
7) mengisi formulir jadwal mediasi.
8) memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan
PERMAsalahan dan usulan perdamaian;
9) menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala proritas;
10) memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
 menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
 mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para Pihak;
dan
 bekerja sama mencapai penyelesaian;
11) membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan
Perdamaian;

i. Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat dalam Mediasi

Sesuai Pasal 26 PERMA No. 1/2016, dimungkinkan keterlibatan ahli dan


Tokoh Masyarakat dalam mediasi. Atas persetujuan para pihak atau kuasa hukum,
mediator dapat mengundang seorang atau lebih ahli, Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat dan Tokoh Adat dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan
atau pertimbangan yang dapat membantu meyelesaikan perbedaan pendapat di
antara para pihak. Para pihak harus terlebih dahulu mencapai kesepakatan tentang
kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari penjelasan dan atau penilaian seorang
ahli. Semua biaya untuk kepentingan seorang ahli atau lebih dalam proses mediasi,
ditanggung oleh para pihak berdasarkan kesepakatan.

j. Hasil Mediasi mencapai kesepakatan

1) Jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan


bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang
dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator.

8
2) Jika dalam proses mediasi para pihak diwakili oleh kuasa hukum, para pihak
wajib menyatakan secara tertulis persetujuan atas kesepakatan yang dicapai.
3) Sebelum para pihak menandatangani kesepakatan, mediator memeriksa
materi kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat
dilaksanakan atau yang memuat itikad tidak baik.
4) Para pihak wajib menghadap kembali kepada hakim pada hari sidang yang
telah ditentukan untuk memberitahukan kesepakatan perdamaian.
5) Para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk
dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian.
6) Jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan
dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat
klausula pencabutan gugatan dan atau klausula yang menyatakan perkara
telah selesai.
7) Mediator wajib melaporkan secara tertulis keberhasilan Mediasi Kepada
Hakim Pengawas

k. Mediasi Tidak Berhasil/Tidak Dapat Dilaksanakan

Dalam kondisi ini, Mediator wajib menyatakan Mediasi tidak berhasil


mencapai kesepakatan dan memberitahukannya secara tertulis kepada Hakim
Pemeriksa Perkara, dalam hal:

1) Para Pihak tidak menghasilkan kesepakatan sampai batas waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari berikut perpanjangannya atau
2) Para Pihak dinyatakan tidak beriktikad baik.

l. Tempat Penyelenggaraan Mediasi

Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan Tingkat


Pertama (Pengadilan Negeri) atau di tempat lain yang disepakati oleh para pihak.
Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan.
Penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama tidak

9
dikenakan biaya. Jika para pihak memilih penyelenggaraan mediasi di tempat lain,
pembiayaaan dibebankan kepada para pihak berdasarkan kesepakatan.

m. Perdamaian di Tingkat Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali

Para pihak, atas dasar kesepakatan mereka, dapat menempuh upaya


perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam proses banding, kasasi, atau
peninjauan kembali atau terhadap perkara yang sedang diperiksa pada tingkat
banding, kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang perkara itu belum diputus.
Upaya perdamaian ini berlangsung paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
penyampaian kehendak tertulis para pihak diterima Ketua Pengadilan Tingkat
Pertama.

Kesepakatan para pihak untuk menempuh perdamaian wajib disampaikan


secara tertulis kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang mengadili.
Selanjutnya Ketua Pengadilan Tingkat Pertama yang mengadili segera
memberitahukan kepada Ketua Pengadilan Tingkat Banding yang berwenang atau
Ketua Mahkamah Agung tentang kehendak para pihak untuk menempuh
perdamaian.

Jika perkara yang bersangkutan sedang diperiksa di tingkat banding, kasasi


dan peninjauan kembali majelis hakim pemeriksa wajib menunda pemeriksaan
perkara yang bersangkutan selama 14 (empat belas) hari kerja sejak menerima
pemberitahuan tentang kehendak para pihak menempuh perdamaian. Jika berkas
atau memori banding, kasasi dan peninjauan kembali belum dikirimkan, Ketua
Pengadilan Tingkat Pertama yang bersangkutan wajib menunda pengiriman berkas
atau memori banding, kasasi dan peninjauan kembali untuk memberi kesempatan
para pihak mengupayakan perdamaian.

n. Perdamaian Sukarela pada Tingkat Upaya Hukum Banding, Kasasi, atau


Peninjauan Kembali

10
Sepanjang perkara belum diputus pada tingkat upaya hukum banding, kasasi
atau peninjauan kembali, Para Pihak atas dasar kesepakatan dapat menempuh upaya
perdamaian. Jika dikehendaki, Para Pihak melalui ketua Pengadilan mengajukan
Kesepakatan Perdamaian secara tertulis kepada Hakim Pemeriksa Perkara tingkat
banding kasasi, atau peninjauan kembali untuk diputus dengan Akta Perdamaian.
Akta Perdamaian ditandatangani oleh Hakim Pemeriksa Perkara tingkat banding,
kasasi, atau peninjauan kembali dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak diterimanya Kesepakatan Perdamaian. Apabila berkas perkara
banding, kasasi, atau peninjauan kembali belum dikirimkan, berkas perkara dan
Kesepakatan Perdamaian dikirimkan bersama-sama ke Pengadilan Tinggi atau
Mahkamah Agung.

o. Kesepakatan di luar Pengadilan

Para pihak dengan bantuan mediator bersertifikat yang berhasil


menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian
tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan
cara mengajukan gugatan. Pengajuan gugatan harus disertai atau dilampiri dengan
kesepakatan perdamaian dan dokumen-dokumen yang membuktikan ada hubungan
hukum para pihak dengan obyek sengketa.

Hakim dihadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan


perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian
tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) sesuai kehendak para pihak;


2) tidak bertentangan dengan hukum;
3) tidak merugikan pihak ketiga;
4) dapat dieksekusi;
5) dengan itikad baik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelesaian sengketa secara mediasi di luar pengadilan di Indonesia telah


dikenal sejak dulu kala, karena sistem adat istiadat di Indonesia dalam
menyelesaikan suatu perkara selalu menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat
melalui lembaga forum adat masing-masing daerah di Indonesia. Secara yuridis
keberadaan penyelesaian sengketa melalui mediasi diatur dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Perkembangan lebih lanjut penyelesaian sengketa secara mediasi di kenal di
pengadilan (Court Connected Mediation) yang diatur melalui Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.

Prinsip-prinsip dasar dalam penyelesaian sengketa secara mediasi baik di


pengadilan maupun di luar pengadilan tetap dijalankan, seperti prinsip kerahasian,
netralitas, pemberdayaan para pihak, dan hasil mediasi diupayakan mencapai
kesepakatan win-win solution. Hanya saja Proses mediasi di pengadilan wajib
dilaksanakan, Jika mediasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 tahun 2016 tidak dilaksanakan maka mengakibatkan putusan hakim batal
demi hukum.

B. Saran

Penyelesaian sengketa melalui jalur PLKH Non litigasi lebih efektif dan
lebih simple, adapun manfaatnya seperti

1) Penyelesaian bersifat informal


2) Yang menyelesaikan sengketa adalah pihak sendiri
3) Jangka waktu penyelesaian pendek
4) Biaya ringan

12
5) Aturan pembuktian tidak perlu
6) Proses penyelesaian bersifat konfidensial
7) Hubungan para pihak bersifat kooperatif
8) Komunikasi dan fokus penyelesaian
9) Hasil yang dituju sama menang
10) Bebas emosi dan dendam

13
DAFTAR PUSTAKA

I Made Sukadana, “Mediasi Peradilan: Mediasi dalam Sistem Peradilan Perdata


Indonesia dalam rangka Mewujudkan Proses Peradilan yang Sederhana, Cepat
dan Biaya Ringan” Prestasi Pustaka, (Jakarta: 2012)

Rachmadi Usman, “Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan” , PT.


Citra Aditya Bakti, (Bandung: 2003);

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-manado/baca artikel/13448/Penyelesaian-
Sengketa-Non-Litigasi-Melalui-Proses-Mediasi.html

14

Anda mungkin juga menyukai