Anda di halaman 1dari 16

MEDIASI DI DALAM (LITIGASI) DAN DI LUAR (NON LITIGASI)

PENGADILAN

Dosen Pengampu : Afrik Yunari, M.H.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Berlian Nur Zahro (212102040007)


2. Garnis Desvita Maharani (212102040021)
3. Syafa’atul Mazida Fitriani (214102040009)

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

UNIVERSITAS KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MEDIASI DI DALAM (litigasi)
DAN DI LUAR PENGADILAN (non litigasi)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Afrik Yunari,M.H. selaku dosen
pengampu mata kuliah Alternatif Penyelesaian Sengketa. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah.

Jember, 1 Maret 2024

Penyusun

xi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. xi

DAFTAR ISI............................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

A. Pengertian Mediasi Yang Dilakukan Didalam (Litigasi) Dan Diluar


Pengadilan (Non Litigasi) .............................................................................. 3
B. Prinsip-Prinsip Mediasi.................................................................................. 4
C. Keunggulan Dan Kelemahan Mediasi ........................................................... 6
D. Tahapan-Tahapan Dalam Mediasi ................................................................. 7
E. Permasalahan Dalam Mediasi ........................................................................ 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mediasi adalah salah satu metode penyelesaian sengketa yang dilakukan baik di dalam
maupun di luar pengadilan. Di Indonesia, mediasi telah menjadi bagian integral dari
proses hukum. Smediasi sebagai mekanisme alternatif untuk menyelesaikan sengketa di
luar pengadilan, mediasi telah lama digunakan dalam berbagai kasus, termasuk bisnis,
lingkungan, tenaga kerja, tanah, perumahan, dan lainnya. Ini mencerminkan kebutuhan
masyarakat akan penyelesaian sengketa yang cepat, efektif, dan efisien.1

Hampir semua sengketa sipil yang diajukan ke pengadilan Indonesia harus terlebih
dahulu melalui proses mediasi yang ditugaskan oleh pengadilan selama maksimal 30 hari
plus 30 hari tambahan. Jika mediasi gagal, proses litigasi akan berlanjut seperti biasa.
Namun, jika mediasi berhasil, pihak-pihak dan mediator akan mengeksekusi perjanjian
penyelesaian (kesepakatan perdamaian) atau jika berhasil sebagian, maka proses litigasi
akan berlanjut untuk bagian yang belum terselesaikan.

Di luar pengadilan, mediasi biasanya dilakukan untuk menyelesaikan sengketa tanpa


melibatkan proses hukum formal. Metode ini seringkali lebih cepat dan lebih murah
dibandingkan dengan proses litigasi di pengadilan. Di Indonesia, mediasi telah lama
diterapkan dalam penyelesaian sengketa. Misalnya, dalam penyelesaian sengketa
perbankan, mediasi digunakan sebagai alternatif untuk menyelesaikan sengketa.

Namun, penggunaan mediasi di Indonesia masih relatif rendah, hanya 4 persen dari
semua kasus yang diajukan di pengadilan. Agar mediasi dapat efektif, pemerintah harus
mereformasi beberapa undang-undang terkait penyelesaian sengketa baik di pengadilan
maupun di luar pengadilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mediasi yang dilakukan didalam (litigasi) dan diluar pengadilan
(non litigasi) ?

1
Bambang Sutiyoso, 2008, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Gama Media,
Yogyakarta, hlm. 56.

1
2. Apa saja prinsip-prinsip mediasi ?
3. Apa keunggulan dan kelemahan mediasi ?
4. Apa tahapan-tahapan dalam mediasi ?
5. Apa permasalahan dalam mediasi ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian mediasi yang dilakukan didalam (litigasi) dan diluar
pengadilan (non litigasi), prinsip-prinsip mediasi, keunggulan dan kelemahan mediasi,
tahapan-tahapan dalam mediasi dan permasalahan mediasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mediasi Yang Dilakukan Didalam (Litigasi) dan Diluar Pengadilan


(Non Litigasi)
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa antara para pihak yang dilakukan dengan
bantuan pihak ketiga (mediator) yang netral dan tidak memihak sebagai fasilitator, dimana
keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan tetap diambil oleh para pihak itu sendiri,
tidak oleh mediator.2
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mediasi memberikan arti sebagai proses
mengikut sertakan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat.
Pengertian tersebut mengandung tiga unsur penting, yaitu3 :
1. Mediasi merupakan proses penyelesaian perselisihan atau sengketa yang terjadi
antar dua pihak atau lebih.
2. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa adalah pihak-pihak yangberasal
dari luar pihak bersengketa.
3. Pihak yang terlibat dalam penyelesaian sengketa tersebut bertindak sebagai
penasihat dan tidak memiliki kewenangan apa-apa dalam pengambilan keputusan.
Menurut prosedurnya sendiri mediasi ini dibagi mendi 2, yaitu :
1. Mediasi yang dilakukan didalam pengadilan (Pasal 130 HIR/154 RBg Jo.
PERMA No 1 Tahun 2008) mediasi ini adalah proses mediasi yang dilakukan
sebagai akibat dari adanya gugatan perdata ke pengadilan. Dengan merujuk kepada
ketentuan pasal 130 HIR/154 RBg bahwa setiap sengketa yang diperiksa
dipengadilan wajib menempuh perdamaian terlebih dahulu, maka berdasarkan
ketentuan tersebut Mahkamah Agung berupaya memberdayakan lembaga
perdamaian berdasarkan pasal 130 HIR/154 RBg dengan memasukkan konsep
mediasi kedalam proses perkara di pengadilan.yang dimana kesepkatan damai
yang dikukuhkan ini menjadi akta perdamaian yang mengandung kekuatan
eksekutorial sebagaimana yang ada didalam putusan hakim yang telah berkuatan

2
I Made Widnyana, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR), Indonesia Business Law Center (IBLC)
bekerjasama dengan Kantor Hukum Gani Djemat & Partners, Jakarta, 2007, hlm.107
3
Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, & Hukum Nasional,
Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009, hlm.3

3
2. hukum tetap.berikut adalah penjabaran pengintegrasian mediasi yang ada didalam
hukum acara perdata :
a. Pasal 130 HIR/Pasal 154 RBg yang mengatur tentang kewajiban hakim dalam
mendamaikan para pihak yang berperkara.
b. Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 1 Tahun 2002 tentang
Pemberdayaan Lembaga Perdamaian.
c. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 2 Tahun 2003 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
d. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.
e. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan.

Disini didalam PERMA No. 1 Tahun 2016 menjelaskan bahwa didalam


pengupayaan damai melalui mediasi merupakan kewajiban dan memiliki konsekuensi
apabila tidak dilaksanakan oleh Hakim Pemeriksa Perkara. Jadi jika dilihat dari sudut
pandang para pihak, maka para pihak ini wajib menghadiri secara langsung pertemuan
mediasi dengan atau tanpa pendampingan kuasa hukumnya, kecuali terdapat alasan-
alasan sah. Dan proses mediasi ini dilakukan paling lama yaitu 30 hari terhitung sejak
penetapan penunjukan mediator, sehingga dalam waktu 30 hari itu sudah harus
terbentuk kesepakatan perdamaian ataupun pernyataan bahwa mediasi gagal atau tidak
dapat dilanjutkan.

3. Mediasi yang dilakukan diluar pengadilan (UU No. 30 Tahun 1999) Mediasi
diluar pengadilan dilakukan oleh para pihak tanpa adanya proses perkara
dipengadilan, hasil kesepakatan yang diperoleh dari proses mediasi diluar
pengadilan ini dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan
sebagai akta perdamaian yang memiliki kekuatan layaknya putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewisjde)

B. Prinsip-Prinsip Mediasi

Prinsip dasar adalah landasan filosofis dari diselenggarakannya kegiatan mediasi.


Prinsip atau filosofi ini merupakan kerangka kerja yang harus diketahui oleh mediator,
sehingga dalam menjalankan mediasi tidak keluar dari arah filosofi yang melatarbekalangi

4
lahirnya institusi mediasi.4 David Spencer dan Michael Brogan merujuk pada pandangan
Ruth Carlton tentang lima prinsip dasar mediasi.

Lima prinsip ini dikenal dengan lima dasar filsafat mediasi. Kelima prinsip tersebut
adalah; prinsip kerahasiaan (confidentiality), prinsip sukarela (volunteer) prinsip
pemberdayaan (empowerment), prinsip netralitas (neutrality), dan prinsip solusi yang unik
(a unique solution).5

a. Prinsip pertama, mediasi adalah kerahasiaan atau confidentiality. Kerahasiaan ini


artinya adalah bahwa hanya para pihak dan mediator yang menghadiri proses
mediasi, sedangkan pihak lain tidak diperkenankan untuk menghadiri sidang
mediasi. Kerahasiaan dan ketertutupan ini juga sering kali menjadi daya tarik bagi
kalangan tertentu, terutama para pengusaha yang tidak menginginkan masalah yang
mereka hadapi dipublikasikan di media massa. Sebaliknya jika sengketa dibawa ke
proses litigasi atau pengadilan, maka secara hukum sidang-sidang pengadilan
terbuka untuk umum karena keterbukaan itu merupakan perintah ketentuan undang-
undang.6
b. Prinsip kedua, volunteer (sukarela). Masing-masing pihak yang bertikai datang ke
mediasi atas keinginan dan kemauan mereka sendiri secara sukarela dan tidak ada
paksaan dan tekanan dari pihak-pihak lain atau pihak luar. Prinsip kesukarelaan ini
dibangun atas dasar bahwa orang akan mau bekerja sama untuk menemukan jalan
keluar dari persengketaan mereka, bila mereka datang ketempat perundingan atas
pilihan mereka sendiri.
c. Prinsip ketiga, pemberdayaan atau empowerment. Prinsip ini didasarkan pada asumsi
bahwa orang yang mau datang ke mediasi sebenarnya mempunyai kemampuan
untuk menegosiasikan masalah mereka sendiri dan dapat mencapai kesepakatan
yang mereka inginkan. Kemampuan mereka.dalarn hal ini harus diakui dan dihargai,
dan oleh karena itu setiap solusi atau jalan penyelesaian sebaiknya tidak dipaksakan
dari luar. penyelesaian sengketa harus muncul dari pemberdayaan terhadap masing-
masing pihak, karena hal itu akan lebih memungkinkan para pihak untuk menerima
solusinya.

4
John Michael Hoynes, Cretchen L. Haynes dan Larry Sun Fang, Mediattion: Positive Conflict
Management. Op.Cit. hlm 28.
5
Syahrizal Abbas...Op.Cit. hlm 28-30.
6
Takdir Rahmadi,” Mediasi penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat”, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2011, hlm. 22.

5
d. Prinsip keempat, netralitas (neutrality). Di dalam mediasi, peran seorang mediator
hanya menfasilitasi prosesnya saja, dan isinya tetap menjadi milik para pihak yang
bersengketa. Mediator hanyalah berwenang mengontrol proses berjalan atau
tidaknya mediasi. Dalam mediasi, seorang mediator tidak bertindak. layaknya
seorang hakim atau juri yang memutuskan salah atau benarnya salah satu pihak atau
mendukung pendapat dari salah satunya, atau memaksakan pendapat dan
penyelesaiannya kepada kedua belah pihak.
e. Prinsip kelima, solusi yang unik (a unique solution). Bahwasanya solusi yang
dihasilkan dari proses mediasi tidak harus sesuai dengan standar legal, tetapi dapat
dihasilkan dari proses kreativitas. Oleh karena itu, hasil mediasi mungkin akan lebih
banyak mengikuti keinginan kedua belah pihak, yang terkait erat dengan konsep
pemberdayaan masing-masing pihak.7

C. Keunggulan Dan Kelemahan Mediasi


a. Keunggulan Mediasi
- Setiap orang adalah pemenang. Mediasi menawarkan penyelesaian yang tidak
dapat dilakukan oleh pengadilan dalam proses litigasi. Oleh karena itu, biasanya
mediasi menghasilkan para pihak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tidak
ada pemenang atau pecundang.
- Lebih sedikit kasus yang diselesaikan di pengadilan. Mediasi mencegah tumpukan
kasus, dan hal ini disebut-sebut sebagai salah satu alasan utama diterapkannya
sistem ini di Italia. Hal ini mengurangi biaya bagi pihak-pihak yang bersengketa
dan juga biaya keuangan publik.
- Akses terhadap keadilan. Mediasi lebih terjangkau; oleh karena itu meskipun
salah satu pihak tidak mempunyai sumber daya keuangan, mereka masih dapat
menyelesaikan perselisihannya di forum ini. Mediasi jauh lebih murah
dibandingkan litigasi, dan juga lebih murah dibandingkan beberapa prosedur ADR
lainnya. Biaya mediasi akan bergantung pada seberapa rumit perselisihan yang
terjadi, dan berapa banyak orang yang terlibat dalam proses tersebut.
- Lebih cepat. Mediasi memaksa para pihak untuk berkomunikasi dan bernegosiasi
dibandingkan mengambil bagian dalam proses permusuhan. Mediasi dapat
membuat para pihak menyadari bahwa permasalahan yang dipersengketakan

7
Syahrizal Abbas...Op.Cit. hlm 29-30.

6
- sebenarnya cukup sempit. Misalnya, mediasi sukarela di Skotlandia saat ini
memiliki tingkat keberhasilan penyelesaian sebesar 80% pada hari itu dan hingga
10% kasus lainnya diselesaikan sebelum proses litigasi dimulai.
- Hubungan di masa depan tetap terjaga. Para pihak cenderung mempertahankan
hubungan positif setelah menghadiri mediasi.8

b. Kelemahan Mediasi
- Semua orang adalah pecundang. Agar mediasi berhasil, para pihak harus bersedia
berkompromi, dan mereka tidak boleh mau mengakui apa pun. Oleh karena itu,
mediasi wajib dapat menekan para pihak untuk mengakui permasalahannya dan
membuat mereka merasa tidak puas terhadap sistem hukum. Pihak yang
'dirugikan' mungkin mempertanyakan mengapa mereka harus mengeluarkan uang
padahal mereka 'benar'.
- Lebih sedikit kasus yang diselesaikan di pengadilan. Hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya preseden, karena mediasi merupakan proses yang bersifat rahasia
sehingga kasus tidak dilaporkan.
- Akses terhadap keadilan. Pihak yang berselisih memiliki hak untuk mengajukan
tuntutan hukum, dan oleh karena itu kewajiban mediasi hanya akan
memperpanjang proses dan menambah biaya tambahan. Hal ini mungkin
mempunyai dampak buruk terhadap akses terhadap keadilan.

D. Tahapan-Tahapan Dalam Proses Mediasi

Pada Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan, tahapan atau prosedur Mediasi dibagi


menjadi 3 (tiga) tahapan, antara lain Pra-Mediasi, Proses Mediasi, dan Tahap Hasil
Mediasi.

1. Tahap Pra-Mediasi
Tahap pramediasi adalah tahap awal dimana mediator menyusun sejumlah
langkah dan persiapan sebelum mediasi benar-benar dimulai. Pada tahap ini
mediator melakukan beberapa langkah antara lain; membangun kepercayaan diri,
menghubungi para pihak, menggali dan memberikan informasi awal mediasi,
fokus pada masa depan, mengkoordinasikan pihak yang bersengketa, menentukan

8
Di akes dari https://www.open.edu/openlearn/money-business/leadership-management/justice-
fairness-and-mediation/content-section-6 pada 1 Maret 2024, pukul 20.03

7
siapa yang hadir, menentukan tujuan pertemuan, kesepakatan waktu dan tempat,
dan menciptakan rasa yang aman bagi kedua belah pihak untuk bertemu dan
membicarakan perselisihan yang dihadapi (Syahrizal Abbas, 2009: 37).9
Hakim wajib menjelaskan prosedur mediasi dalam PERMA No. 1 tahun 2016,
kepada para pihak yang bersengketa atau kuasanya, dan mendorong para pihak
untuk berperan langsung atau aktif dalam proses mediasi. Para pihak atau kuasa
hukumnya wajib berunding untuk memilih mediator dari daftar mediator yang
dimiliki oleh Pengadilan. Apabila para pihak atau kuasa hukum bersepakat
tentang pilihan mediator, maka wajib melaporkan kepada ketua majelis hakim,
dan ketua majelis hakim segera memberitahukan kepada mediator terpilih untuk
menjelaskan tugas. Sebaliknya, jika gagal harus segera diberitahukan kepada
ketua majelis, dan ketua majelis berwenang untuk menunjuk hakim bukan
pemeriksa pokok perkara yang bersertifikat pada pengadilan yang sama untuk
menjalankan fungsi mediator dengan menerbitkan penetapan (Susanti Adi
Nugroho, 2009: 188).10

2. Proses Mediasi
Proses Mediasi merupakan tahapan dimana Mediator memulai melakukan proses
Mediasi. Pada tahap ini pihak-pihak yang bersengketa sudah berhadapan satu
sama lain, dan memulai proses mediasi. Mediasi bersifat rahasia, sehingga
Mediator Hakim atau Mediator harus segera memusnahkan dokumen-dokumen
Mediasi setelah selesainya Mediasi tersebut. Mengenai sistem atau tata cara
pertemuan perundingan proses mediasi diatur dalam PERMA No. 1 tahun 2016,
didapati adanya 3 sistem pertemuan, yaitu:
a. Tertutup untuk umum; sistem ini merupakan sistem dasardalam mediasi pada
asasnya mediasi tidak bersifat terbuka untuk umum kecuali para pihak
menghendaki lain.
b. Terbuka untuk umum atas persetujuan para pihak; terbuka untuk umum atau
disclosure ataudalam peradilan disebut open court, yaitu sidang pengadilan
yangdinyatakan terbuka untuk umum.

9
Syahrizal Abbas, 2009, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum
Nasional, Jakarta: Kencana.
10
Susanti Adi Nugroho, 2009, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: PT.Telaga
Ilmu Indonesia

8
c. Sengketa publik mutlak terbuka untuk umum; sistem proses mediasi yang
ketiga, mutlak terbuka untuk umum (M. Yahya Harahap, 2008: 265).11

Manakala para pihak dengan bantuan mediator bersertfikat telah berhasil


menyelesaikan sengketa di luar Pengadilan dengan kesepakatan perdamaian,
maka perdamaian tersebut dapat diajukan ke Pengadilan yang berwenang untuk
memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan hakim, di
hadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian dalam
bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sesuai kehendak para pihak.


b. Tidak bertentangan dengan hukum.
c. Tidak merugikan pihak ketiga.
d. Dapat dieksekusi.
e. Dengan itikad baik (Susanti Adi Nugroho, 2009: 53-54).

3. Tahap Hasil Mediasi


Tahap ini merupakan tahap di mana para pihak hanyalah menjalankan hasil-
hasil kesepakatan yang telah mereka tuangkan bersama dalam suatu perjanjian
tertulis. Para pihak menjalankan hasil kesepakatan berdasarkan komitmen yang
telah mereka tunjukkan selama dalam proses mediasi (Syahrizal Abbas, 2009: 53-
54).Jika dalam waktu seperti yang ditetapkan PERMA No.1 Tahun 2016 ternyata
para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan mediator wajib menyatakan
secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan
kepada hakim. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim
melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku.

E. Permasalahan Dalam Mediasi

Jadi didalam proses mediasi ini ada juga permasalahan yang terjadi, berikutr yang
menjadi problematika dalam proses mediasi yaitu;

a. Tidak adanya keinginan dari para pihak berdamai

11
M. Yahya Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafika.

9
b. Tekad bulat para pihak yang ingin menyelesaikan perkara melalui litigasi
c. Kurangnya keterampilan mediator dalam mendamaikan
d. Kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan PERMA No. 1 Tahun 2016
tentang mediasi
e. Banyaknya perkara yang masuk membuat kurangnya memaksimalkan perkara
yang di mediasi secara tuntas dan optimal
f. Adanya presepsi dari para pihak yang tidak sejalan dengan keberadaan mediasi
g. Perkara yang sudah fatal juga menjadi salah satu gagalnya mediasi
h. Para pihak yang sangat tertutup enggan menjelaskan permasalahannya kepada
mediator.

Yang menjadi problematika yang dialami oleh mediator dalam menangani mediasi
yaitu tidak adanya itikad baik dari para pihak untuk berdamai, keteguhan hati para pihak
untuk menempuh jalur litigasi dan menganggap proses mediasi hanya membuang-buang
waktu. Para pihak yang kesulitan meredam amarah memacu permasalahan menjadi
semakin rumit dan mediator kesulitan untuk menengahi para pihak. Tidak adanya
negosiasi dari kedua pihak dan tetap dengan prinsip nya masing-masing.12

12
https://journal.trunojoyo.ac.id/iniciolegis/article/download/20833/8523 diakses pada 1 maret 2024,
pukul 21:05

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mediasi dibagi menjadi dua berdasarkan prosedurnya: mediasi yang dilakukan di


dalam pengadilan (litigasi) dan mediasi yang dilakukan di luar pengadilan (non litigasi).
Mediasi di dalam pengadilan adalah proses mediasi yang dilakukan akibat gugatan perdata
ke pengadilan, dan mediasi ini wajib ditempuh sebelum berperkara. Kesepakatan damai
yang dikukuhkan menjadi akta perdamaian dengan kekuatan eksekutorial seperti putusan
hakim yang berkekuatan hukum tetap. Sementara mediasi di luar pengadilan dilakukan
oleh para pihak tanpa proses perkara di pengadilan. Hasil kesepakatan dari mediasi ini
dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan sebagai akta perdamaian
yang memiliki kekuatan seperti putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Mediasi memiliki karakteristik yang merupakan ciri pokok yang membedakan dengan
penyelesaian sengketa yang lain. Dalam setiap proses mediasi terdapat metode, di mana
para pihak dan/atau perwakilannya, yang dibantu pihak ketiga sebagai mediator berusaha
melakukan diskusi dan perundingan untuk mendapatkan keputusan yang dapat disetujui
oleh para pihak. Secara singkat mediasi dapat dianggap sebagai suatu proses pengambilan
keputusan dengan bantuan pihak tertentu (facilitated decision-making atau facilitated
negotiation).

Mediasi dalam proses penyelesaian sengketa sangat diperlukan untuk mendapatkan


perdamaian dan keadilan bagi para pihak yang bersengketa. Proses mediasi wajib
diusahakan untuk mencapai kesepakatan dan peran mediator sangat penting bagi upaya
perdamaian mealalui mediasi. pada permasalahan dalam mediasi yang dialami oleh
mediator dalam menangani mediasi yaitu tidak adanya itikad baik dari para pihak untuk
berdamai, keteguhan hati para pihak untuk menempuh jalur litigasi dan menganggap
proses mediasi hanya membuang-buang waktu.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kesalahan baik dari segi susunan
kata maupun dari materi yang disampaikan didalamnya, maka kami pihak penyusun

11
berharap agar adanya kritikan serta saran yang bersifat membangun dari para pembaca
yang mana nantinya akan membuat makalah ini lebih sempurna lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Gama Media,


Yogyakarta, 2008

I Made Widnyana, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR), Indonesia Business Law Center
(IBLC) bekerjasama dengan Kantor Hukum Gani Djemat & Partners, Jakarta, 2007

John Michael Hoynes, Cretchen L. Haynes dan Larry Sun Fang, Mediattion: Positive Conflict
Management.
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Sinar Grafik, 2008.
Susanti Adi Nugroho, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: PT.Telaga
Ilmu Indonesia, 2009.
Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, & Hukum
Nasional, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009

Takdir Rahmadi, ” Mediasi penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat”, PT


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011.
Di akes dari https://www.open.edu/openlearn/money-business/leadership-
management/justice-fairness-and-mediation/content-section-6 pada 1 Maret 2024,
pukul 20.03
https://journal.trunojoyo.ac.id/iniciolegis/article/download/20833/8523 diakses pada 1 maret
2024, pukul 21:05

13

Anda mungkin juga menyukai