Anda di halaman 1dari 5

Versi 1

Penyakit Reaksi Eosinofilia dengan Sindrom Sistemik (DRESS) adalah reaksi alergi yang
jarang terjadi tetapi serius terhadap obat-obatan, termasuk carbamazepin. Penatalaksanaan
DRESS yang tepat melibatkan menghentikan penggunaan obat yang memicu reaksi,
pengelolaan gejala dan komplikasi, serta pemantauan yang cermat terhadap pasien. Berikut
adalah beberapa pendekatan penatalaksanaan yang disarankan berdasarkan literatur yang
tersedia:
1. Penghentikan Carbamazepin: Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah
menghentikan penggunaan carbamazepin atau obat-obatan terkait lainnya yang
menjadi penyebab reaksi DRESS. Ini penting untuk mencegah lebih lanjutnya reaksi
alergi dan mempercepat pemulihan.
2. Dukungan medis: Pasien dengan DRESS mungkin membutuhkan perawatan medis
yang intensif. Pemberian cairan intravena dapat diperlukan untuk mencegah dehidrasi.
Jika terjadi infeksi, pengobatan antibiotik mungkin diperlukan. Pasien juga harus
dipantau secara ketat untuk tanda-tanda perburukan kondisi.
3. Terapi kortikosteroid: Terapi kortikosteroid sistemik (seperti prednison) merupakan
langkah penting dalam pengelolaan DRESS. Kortikosteroid membantu mengurangi
peradangan dan mengendalikan reaksi alergi. Dosis dan durasi pengobatan akan
bervariasi tergantung pada keparahan dan respons pasien.
4. Pengobatan simtomatik: Penggunaan antihistamin dapat membantu mengurangi gatal-
gatal dan ruam kulit. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau analgesik juga
dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan peradangan.
5. Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi: Pasien dengan DRESS harus dipantau
secara cermat untuk perkembangan komplikasi. Reaksi DRESS dapat mempengaruhi
berbagai organ tubuh, termasuk hati, ginjal, jantung, dan paru-paru. Pemeriksaan
fungsi organ dan tes laboratorium berkala mungkin diperlukan untuk memantau
kemajuan pasien.
Versi 2
Penatalaksanaan Sindrom DRESS (Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic
Symptoms) melibatkan tindakan yang mencakup penghentian obat pemicu, perawatan
suportif, penggunaan terapi kortikosteroid, dan pemantauan ketat terhadap pasien. Berikut
adalah pendekatan umum dalam penatalaksanaan Sindrom DRESS:
1. Penghentian Obat Pemicu: Langkah pertama yang penting adalah menghentikan
penggunaan obat yang diduga menjadi penyebab reaksi DRESS. Hal ini penting untuk
mencegah reaksi yang lebih parah dan memungkinkan pemulihan.
2. Perawatan Suportif: Pasien dengan Sindrom DRESS sering mengalami gejala dan
komplikasi yang memerlukan perawatan suportif. Ini termasuk menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit yang baik, mengobati infeksi sekunder jika ada,
dan memperhatikan perubahan fungsi organ seperti hati, ginjal, dan jantung
3. Terapi Kortikosteroid: Terapi kortikosteroid sistemik merupakan pilihan pengobatan
utama dalam Sindrom DRESS. Kortikosteroid membantu mengurangi peradangan,
mengendalikan reaksi alergi, dan mempercepat pemulihan. Dosis, durasi, dan
kecepatan penurunan dosis kortikosteroid akan disesuaikan berdasarkan keparahan
dan respons pasien.
4. Terapi Imunosupresif: Dalam beberapa kasus Sindrom DRESS yang parah atau tidak
responsif terhadap kortikosteroid, terapi imunosupresif tambahan seperti siklosporin,
metotreksat, atau intravena immunoglobulin (IVIG) dapat dipertimbangkan.
Penggunaan terapi ini harus ditentukan berdasarkan evaluasi individual dan dengan
konsultasi dokter yang berpengalaman.
5. Pemantauan dan Penanganan Komplikasi: Pasien Sindrom DRESS harus dipantau
secara ketat selama periode pemulihan. Tes laboratorium, termasuk pemantauan
fungsi hati, ginjal, dan hematologi, harus dilakukan secara berkala. Jika terjadi
komplikasi seperti infeksi, gangguan fungsi organ, atau perubahan klinis lainnya,
penanganan yang tepat harus dilakukan.

Obat Leukositosis Eusinofilik berdasarkan Literatur / guideline


Leukositosis eosinofilik adalah kondisi di mana terjadi peningkatan jumlah sel darah putih
jenis eosinofil dalam darah. Penatalaksanaan leukositosis eosinofilik didasarkan pada
penyebab yang mendasarinya. Beberapa penyebab leukositosis eosinofilik meliputi penyakit
alergi, infeksi parasit, penyakit autoimun, penyakit inflamasi, dan neoplasma. Oleh karena
itu, penanganan spesifik akan tergantung pada penyebab yang mendasari.
Di bawah ini adalah beberapa pendekatan umum yang dapat dilakukan dalam penanganan
leukositosis eosinofilik:
1. Identifikasi dan Penanganan Penyebab Mendasari: Penting untuk menentukan
penyebab leukositosis eosinofilik melalui riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang tepat. Pengobatan atau manajemen kondisi yang
mendasari adalah langkah utama dalam mengatasi leukositosis eosinofilik.
2. Terapi Obat: Pada beberapa kasus, terapi obat dapat diberikan untuk mengendalikan
peningkatan jumlah eosinofil. Penggunaan kortikosteroid, seperti prednison, sering
digunakan untuk mengurangi peradangan dan mengendalikan respons eosinofilik
yang berlebihan. Namun, pemberian obat-obatan ini harus ditentukan oleh dokter
berdasarkan penyebab dan karakteristik individu pasien.
3. Pemantauan dan Tindak Lanjut: Pasien dengan leukositosis eosinofilik perlu dipantau
secara teratur untuk mengevaluasi respon terhadap pengobatan dan mengidentifikasi
perkembangan kondisi yang mendasarinya. Pemeriksaan darah lengkap dan tes
penunjang lainnya dapat dilakukan untuk memantau jumlah eosinofil dalam darah dan
memantau fungsi organ yang terkait.

Penatalaksanaan Glaukoma sudut tertutup akibat eufusi uveal


Glaukoma sudut tertutup akut yang disebabkan oleh efusi uveal (efusi uveal-induced acute
angle-closure glaucoma) adalah kondisi darurat mata yang memerlukan penanganan segera
untuk mencegah kerusakan permanen pada penglihatan. Berikut adalah beberapa pendekatan
penatalaksanaan yang umum dilakukan berdasarkan literatur dan pedoman klinis:
1. Pemantauan dan Evaluasi Awal: Pasien dengan glaukoma sudut tertutup akut harus
dievaluasi secepat mungkin oleh dokter mata atau layanan darurat mata. Pemeriksaan
awal meliputi pengukuran tekanan intraokular (TIO), pemeriksaan tonometri,
pemeriksaan ketajaman visual, serta pemeriksaan sudut mata menggunakan
gonioskopi.
2. Terapi Medis Darurat: Pemberian obat-obatan yang dapat mengurangi tekanan
intraokular adalah langkah pertama dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup
akut. Ini meliputi pemberian obat tetes mata berikut:
a. Agonis reseptor adrenergik alfa seperti tetes mata epinefrin atau fenilefrin untuk
menyempitkan iris dan memperbaiki aliran humor akuos.
b. Agonis muskarinik seperti tetes mata pilokarpin untuk mengontraksi iris dan
membuka sudut mata.
c. Inhibitor karbonik anhidrase oral atau tetes mata untuk mengurangi produksi
humor akuus.
d. Osmotik seperti mannitol intravena untuk mengurangi pembengkakan jaringan
uveal dan memperbaiki aliran humor akuus.
3. Laser atau Tindakan Bedah: Setelah penanganan awal dengan obat-obatan, langkah
selanjutnya mungkin melibatkan tindakan bedah untuk memperbaiki sudut mata dan
mengurangi risiko serangan glaukoma sudut tertutup yang berulang. Pilihan tindakan
bedah dapat meliputi:
4. Iridotomi laser: Prosedur ini dilakukan untuk membuat lubang kecil pada iris, yang
membantu mengalirkan cairan mata dari ruang posterior ke ruang anterior mata dan
mencegah penyumbatan sudut mata.
5. Trabekuloplasti laser selektif: Prosedur ini bertujuan untuk memperbaiki aliran cairan
mata dengan menggunakan laser untuk membuka dan memperkuat jaringan filtrasi di
dalam sudut mata.
6. Tindakan bedah filtrasi: Prosedur seperti trabekulektomi atau seton glaukoma dapat
dilakukan jika pengobatan konservatif tidak berhasil mengendalikan tekanan
intraokular.
7. Pemantauan dan Perawatan Lanjutan: Setelah penatalaksanaan akut, pasien perlu
dipantau secara teratur oleh dokter mata untuk memantau tekanan intraokular, fungsi
penglihatan, dan kemungkinan komplikasi atau kekambuhan.

Penatalaksanaan fitur kombinasi bilateral uveitis anterior akut, myopia onset akut, dan
glaukoma sudut tertutup akibat efusi uveal adalah tugas yang kompleks dan
memerlukan pendekatan yang terkoordinasi. Berikut adalah beberapa pendekatan
umum dalam penanganan kondisi ini:
1. Konsultasi dengan Spesialis Mata: Konsultasikan dengan spesialis mata yang
berpengalaman dalam mengelola kondisi uveitis, myopia onset akut, dan glaukoma
sudut tertutup. Spesialis mata akan melakukan evaluasi mendalam, termasuk
pemeriksaan mata, pemeriksaan sudut mata dengan gonioskopi, pengukuran tekanan
intraokular, dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan penyebab dan
tingkat keparahan kondisi tersebut.
2. Terapi Farmakologis:
a. Uveitis anterior akut: Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) atau
kortikosteroid topikal seperti tetes mata dapat membantu mengurangi peradangan
dan mengendalikan gejala uveitis. Dalam beberapa kasus yang lebih parah,
pemberian kortikosteroid sistemik dapat diperlukan.
b. Myopia onset akut: Pada myopia onset akut yang disertai efusi uveal, terapi
kortikosteroid sistemik biasanya diberikan untuk mengurangi peradangan dan
mengendalikan pembengkakan koroid. Dosis dan durasi pengobatan akan
ditentukan oleh dokter berdasarkan tingkat keparahan dan respons pasien.
c. Glaukoma sudut tertutup: Pengelolaan glaukoma sudut tertutup pada kasus ini
mungkin memerlukan kombinasi obat tetes mata untuk menurunkan tekanan
intraokular secara efektif. Jika pengobatan konservatif tidak berhasil, prosedur
laser seperti iridotomi laser atau trabekuloplasti laser selektif mungkin diperlukan.
Dalam beberapa kasus, tindakan bedah filtrasi seperti trabekulektomi atau seton
glaukoma dapat dipertimbangkan.
d. Pemantauan dan Tindak Lanjut: Pasien perlu dipantau secara teratur oleh spesialis
mata untuk memantau respons terhadap pengobatan, memantau tekanan
intraokular, memantau peradangan uveitis, serta memantau kemajuan myopia
onset akut. Pemeriksaan penunjang seperti uji bidang visual dan ultrasonografi
mata mungkin diperlukan untuk evaluasi dan pemantauan lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai