Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN ALAT PERAGA PABAR UNTUK MENINGKATKAN

PENALARAN ALJABAR SISWA SMP PADA MATERI TABUNG

Meydinda Nuravyanti
Pendidikan Matematika, Fakultas Kguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kuningan
Dmey95542@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan aljabar siswa yang
menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR pada
materi tabung pada siswa kelas VII SMPN 2 Kuningan. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif model eksperimen dengan bentuk One Group Pretest - Posttest Design.
Sampel penelitian ini adalah murid kelas VII SMPN 2 Kuningan, Kecamatan Kuningan,
Kabupaten Kuningan yang berjumlah 34 siswa. Data yang dikumpulkan menggunakan tes
dan observasi, untuk tes berupa tes tertulis yang sudah valid yang di hitung menggunakan Uji
Validitas Person Product Moment dan sudah Reliable yang di hitung menggunakan Uji
Reliabilitas dengan di dapat r hitungnya 0,69 yang masuk ke dalam kriteria tinggi. sedangkan
data hasil penelitian dianalisis secara kuantatif menggunakan uji t-test yaitu 8,20 yang lebih
besar dari t tabel 1,697 maka di katakan adanya perbedaan kemampuan aljabar siswa yang
menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR.
Kemudian diujikan kembali dengan uji N-Gain yaitu 0,86 yang masuk ke kriteria Tinggi
maka di katakan adanya peningkatan kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat peraga
PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR
Kata Kunci : Alat Peraga PABAR, Penalaran Aljabar, Tabung.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu kita dipelajari dari usia dini
bahkan sampai jenjang pendidikan tinggi. Hal itu dikarenakan matematika memiliki peran
dan manfaat yang penting dalam kehidupan sehari - hari. Matematika merupakan salah satu
alat berfikir, selain Bahasa, logika dan statistika. Bisa juga dikatakan simbol ataupun ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefinisikan (Ruqoyyah dkk., 2020).
Kemampuan matematika yang penting dikuasai dalam mempelajari matematika adalah
penalaran aljabar. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rudin dan Budiarto yang menyatakan
bahwa penalaran aljabar dapat mendorong peserta didik untuk memahami materi aljabar di
luar penggunaan rumus secara prosedural dan hasil perhitungan yang spesifik (Rudin dkk.,
2019). Ratu dan Halim mengungkapkan penalaran aljabar juga dapat membantu peserta didik
dalam mencari penyelesaian suatu permasalahan aljabar melalui konsep matematika yang
berkaitan dengan generalisasi bilangan, kuantitas, relasi, fungsi, dan penarikan kesimpulan
(Ratu dkk., 2016). Menurut peneliti, penalaran aljabar sangat penting dalam mempelajari
aljabar terutama yang berkaitan dengan penyelesaian masalah. Penalaran aljabar juga sangat
penting karena mengeneralisasi matematis yang artinya mempersepsi atau menyatakan pola,
stuktur, data, gambar atau suku berikutnya.
Dalam konsep matematika yang abstrak, pembelajaran matematika harus diberikan
penguatan supaya didalam memori peserta didik dapat bertahan lama dan juga pola pikir tidak
hanya sekedar menghapal tetapi juga dapat memahami, mencerna, dan juga mengingat apa
yang dipelajari (Ruqoyyah dkk., 2020). Dengan demikian agar peserta didik cepat memahami
pembelajaran matematika yang diajarkan khususnya perkalian maka harus menggunakan alat
bantu/alat peraga. Pendidik yang mengajar khususnya matematika diharapkan untuk
menerapkan alat peraga agar peserta didik dapat memahami konsep - konsep yang diajarkan
atau yang dipelajari. Dengan menerapkan alat peraga konsep matematika yang abstrak dapat
menjadi konkret.
Penelitian tentang penalaran aljabar juga pernah diteliti oleh Sigit Raharjo, Barra
Purnama Pradja dan Dian Istiqomah dengan judul Penalaran Aljabar Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal Pola Bilangan. Penelitian tersebut menunjukan Kemampuan penalaran
aljabar siswa SMP Muhammadiyah 2 Tangerang kelas VIII dengan kategori kemampuan
tinggi berada pada karakteristik dan tingkat penalaran aljabar yang lebih tinggi dari tingkat 1
namun belum mencapai ke tingkat 2, kategori kemampuan sedang berada pada karakteristik
dan tingkat penalaran aljabar tingkat 1 dan dengan kategori kemampuan tinggi berada pada
karakteristik dan tingkat penalaran aljabar tingkat 0.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri 2 Kuningan, guru
saat belajar mengajar berlangsung tidak menggunakan alat peraga, selain itu guru kurang
variatif dalam menggunakan model pembelajaran, guru kurang variatif dalam memberikan
soal yang dapat melatih penalaran aljabar siswa. Selain itu pula terlihat siswa belum bisa
memberikan penjelasan soal tentang penalaran aljabar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kemampuan penalaran aljabar siswa masih rendah.
Berdasarkan masalah - masalah tersebut, perlu adanya usaha untuk meningkatkan
kemampuan penalaran aljabar siswa. Peneliti memilih alat peraga PABAR sebagai salah satu
solusi untuk masalah dalam kemampuan penalaran aljabar siswa khususnya pada tingkat
sekolah menengah bawah kelas VII dalam memahami penalaran Aljabar.

Penalaran Aljabar
Penalaran aljabar pada bahasa inggris yaitu Algebraic Reasoning atau Algebraic
thinking, (Driscoll dkk., 2013) mengungkapkan bahwa berfikir aljabar atau penalaran aljabar
melibatkan pembentukan generalisasi dari pengalaman dengan bilangan serta perhitungan,
memformalkan ide tersebut dengan memakai sistem simbol, serta mengeksplorasi konsep dari
pola dan fungsi.
Berikut adalah indicator penalaran aljabar menurut Ake (2003) :
1. Subjek menggunakan informasi yang diberikan untuk menentukan langkah penyelesaian
masalah.
2. Hasil diperoleh dari operasi pada pola tertentu atau objek khusus.
3. Subjek memunculkan simbol dan mengetahui maknanya dengan menggunakan bahasa
symbol.
4. Hasil bisa diperoleh dari memperhatikan keteraturan pada pola untuk menentukan
perhitungan yang tepat atau melakukan generalisasi.
5. Subjek dapat menyatakan hasil generalisasi dalam bentuk umum.
6. Subjek melakukan operasi variabel pada bentuk umum yang dibuat.
7. Subjek dapat menyelesaikan masalah
8. Subjek menggunakan bentuk umum yang dibuat untuk menyelesaikan masalah

Alat Peraga
Alat peraga merupakan alat - alat pelajaran secara penginderaan yang tampak serta bisa
diamati. alat - alat peraga dibutuhkan sekali di dalam menyampaikan pelajaran kepada anak
untuk memudahkan di dalam menyampaikan pelajaran serta memahami pelajaran dengan
jelas atau menguasai isi dan kecakapan pelajaran dengan baik. Tentunya setiap alat peraga
yang mau digunakan diadaptasi dengan tujuan pendidikan yang akan dicapainya, atau
pelajaran yang akan diberikan kepada anak berdasarkan kadar keperluannya saja. karena
pemakaian alat peraga yang terlalu banyak akan melambankan anak - anak berpikir abstrak
serta sebaliknya penyampaian pendidikan yang verbalistis akan membosankan anak (Rohani,
2013).
Berdasarkan manfaatnya, yaitu untuk membantu serta meragakan sesuatu dalam proses
pendidikan dan pengajaran, alat peraga dibagi menjadi dua macam, yaitu (Hasbullah, 2017):
- Alat bantu lihat (Audio Visual )’yaitu alat yang berguna di dalam membantu
menstimulasi alat mata (penglihatan) pada saat terjadinya proses pendidikan. Alat ini
terdapat tiga bentuk, yaitu: alat yang diproyeksikan, contohnya slide, film, film strip.
- Alat bantu dengar (Audio Aids) yaitu alat yang bisa membantu menstimulasi indera
pendengar di waktu proses penyampaian bahan pengajaran, seperti kaset, tape recorder,
radio.

Materi Tabung
Adapun materi tabung ini dirangkum dari buku paket matematika untuk SMP kelas VII,
pengarang Sukino dan Wilson Simangunsong, penerbit Erlangga. Tabung adalah bangun
ruang yang dibatasi oleh dua sisi yang kongruen dan sejajar yang berbentuk lingkaran sebagai
alas dan tutup serta sebuah sisi lengkung sebagai selimut. Unsur-unsur pada tabung Tabung
terdiri dari sisi alas yang disebut alas tabung, sisi atas yang disebut tutup tabung dan sisi
lengkung yang disebut selimut tabung. Sisi alas dan sisi atas (tutup tabung berbentuk
lingkaran yang kongruen (sama bentuk dan sama ukurannya). Jaring - jaring tabung terdiri
dari dua lingkaran yang kongruen dan sebuah persegi panjang yang berasal dari selumut
tabung dengan: Panjang selimut tabung = keliling lingkaran alas dan Lebar = tinggi tabung.
Selimut tabung (sisi lengkung) berbentuk persegi panjang. Panjang selimut tabung = keliling
lingkaran = 2πr . Lebar selimut tabung = tinggi tabung = t. Berdasarkan uraian di tersebut,
luas selimut tabung dapat ditentukan dengan cara: Luas selimut tabung = keliling alas x tinggi
tabung = 2πr x tinggi tabung = 2πrt .
Setelah diperoleh rumus untuk luas selimut tabung, maka dapat ditentukan pula rumus luas.
Seluruh permukaan tabung, yaitu: Luas permukaan tabung = Luas alas + luas tutup + luas
selimut tabung = πr2 + πr2 + 2 πrt = 2 πr2 + 2 πrt = 2 πr (r + t)
Volume tabung = luas alas x tinggi. Luas alas tabung berbentuk lingkaran jadi luas lingkaran
adalah πr2. Jadi, volume tabung = Luas alas x tinggi = πr2 x t = πr2 t
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pra-eksperiment yaitu rancangan
eksperimen yang hanya menggunakan kelompok eksperimen saja, tanpa kelompok control
(pembanding) sampel subjek dipilih seadanya tanpa menggunakan randomisasi. Rancangan
yang digunakan adalah “One Group Pretest And Postest Desain”.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 2 Kuningan.
Sampel pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII G SMPN 2 Kuninganyang
berjumlah 34 siswa. Untuk menganalisis data yang di peroleh dari hasil penelitian akan
digunakan analisis Uji T-test dan analisis Uji N-Gain.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Data Hasil pretest kelas VII G SMPN 2 Kuningan dapat diketahui sebagai berikut:

Nilai Frekuensi
5 1
20 3
30 12
40 1
50 2
55 2
70 2
80 3
90 2
100 6
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah diberikan perlakuan.
Perubahan tersebut berupa hasil penalaran
aljabar yang datanya NO Kode X2 X1 diperoleh setelah
diberikan perlakuan Nama (Pretest) (Postest) berupa alat peraga
PABAR. Perubahan 1. APS 60 95 tersebut dapat di lihat
dari Data Hasil postest 2. AJ 55 95 kelas VII G SMPN 2
Kuningan dapat 3. AA 30 100 diketahui sebagai
berikut: 4. AW 30 100
5. DES
Nilai 30
Frekuensi 75
6. 70
DAA 30 2 100
7. 75DB 90 2 100
8. 90
DMW 30 4 100
95 6
9. EFA 55 90
100 20
10. FP 20 100
Berdasarkan dari 11. FNA 30 90 data diatas didapat Data
Statistik dari hasil 12. GFA 30 100 Pretest dan postest
kelas eksperimen 13. IF 20 100 sebagai berikut.
14. MP 100 100
Soal Rata – Median 15. Modus MH Simpanga 70 100 Standar Sko Skor
Varians
rata 16. MD n baku30 100 Deviasi r max
17. MIF 30 70 min
18. MF 30 100
Pretest 53,38 45 30 30,56 934,51 934,51 5 100
19. NFH 100 100
Posttest 94,70 20.
100 NNS
100 8,95100 100 80,21
80,21 70 100
21. NSA 80 95
22. NAP 100 100
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni
23. RKH 70 90
“perbedaan Kemampuan aljabar
24. RT 30 100
siswa yang menerapkan alat peraga PABAR
25. RAP 20 100
dengan yang tidak menerapkan alat peraga
26. RF 90 95
PABAR”., maka Teknik yang digunakan untuk
27. RSW 80 100
menguji hipotesis tersebut adalah Teknik
28. SS 100 100
statistic inferensial dengan menggunkan Uji
Paired Sample T-test 29. SGM 5 75
30. SU 100 100
31. TSS 40 70
32. VLA 80 90
33. YR 30 95
34. ZZZ 50 95
JUMLAH 1845 3220
X 53,38 94,70
Simpangan
30,56 8,95
Baku
Varians 934,51 80,21
R (Korelasi antar pretest
dan postest) 0,28
Nilai T hitung 8,20
Nilai T table 1,697
Langkah – Langkah pengujian hipotesis Paired Sample T-test (Sugiyono, 2022):
1. Menentukan hipotesis
HO : σ 1=σ 2 ,Uji t Hitung > t tabel dengan db = n , berarti tidak terdapat perbedaan kemampuan
aljabar siswa yang menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan
alat peraga PABAR.
Ha : σ 1 ≠ σ 2 ,Uji t Hitung < t tabel dengan db = n, berarti terdapat perbedaan kemampuan aljabar
siswa yang menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat
peraga PABAR.
2. Menghitung r (Korelasi antara Pretest dan Postest)
Untuk Postest : Y
Untuk Pretest : X
N ∑ XY −∑ X ∑ Y
r=
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

34 ( 177350 )−(1845)(3220)
r=
√ {34 ( 130975 )−(1845) }{34 ( 307600 )−( 3220) }
2 2

6029900−5940900
r=
√ { 4453150−3404025 } { 10458400−103668400 }
89000
r=
√(1049125)(90000)
89000
r=
√ 94421250000
89000
r= = 0,28
307280,40

3. Menghitung T hitung
X 1−X 2
t=

√ ( )( √ )
2 2
S1 S 2 S S2
+ −2r 1
n 1 n2 √n 1 n2
94,70−53,38
t=
√ 80,21 934,51
34
+
34
−2( 0,28)

41,32
8,20
√ 34 ( )( 30,56
√34 )

t=
√ 2,35+ 27,46−0,56

41,32
( 8,20
5,83 5,83 )
)( 30,56

t=
√29,83−0,56 ( 1,53 ) ( 5,24 )
41,32
t=
√29,83−4,48
41,32
t=
√25,34
41,32
t= = 8,20
5,03

Berdasarkan hasil perhitungan paired sample t-test diperoleh bahwa nilai t Hitung sebesar
8,20 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikansi 5% dengan db = 34 sebesar 1,697 hal itu
berarti bahwa nilai t Hitung lebih besar dari t tabel.

Setelah Menghitung Uji paired sample T-test selanjutnya akan dilakukan Uji N-Gain
untuk menentukan “peningkatan Kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat peraga
PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR”.

Postest - Max – N-Gain


No Pretest Posttest
Pretest Pretest score
1 50 95 45 50 0,9
2 55 95 40 45 0,888888889
3 30 100 70 70 1
4 30 100 70 70 1
5 30 75 45 70 0,642857143
6 30 100 70 70 1
7 90 100 10 10 1
8 30 100 70 70 1
9 55 90 35 45 0,777777778
10 20 100 80 80 1
11 30 90 60 70 0,857142857
12 30 100 70 70 1
13 20 100 80 80 1
14 70 100 30 30 1
15 30 100 70 70 1
16 30 70 40 70 0,571428571
17 30 100 70 70 1
18 80 95 15 20 0,75
19 70 90 20 30 0,666666667
20 30 100 70 70 1
21 20 100 80 80 1
22 90 95 5 10 0,5
23 80 100 20 20 1
24 5 75 70 95 0,736842105
25 40 70 30 60 0,5
26 80 90 10 20 0,5
27 30 95 65 70 0,928571429
28 50 95 45 50 0,9
Jumlah 1235 2525 1385 1565 24,12017544
Rata2 44,10714 93,51852 49,46428571 55,89285714 0,861434837

Berdasarkan hasil perhitungan N-Gain diperoleh bahwa kriteria Tinggi terdapat 23 data
kriteria sedang terdapat 5 data dan 6 data yang nilai max (100) yang tidak di hitung karena
sudah memiliki nilai sempurna dan sudah tidak bisa meningkat lagi.

PEMBAHASAN
Pembahasan hasil analisis inferensial ini meliputi tentang hasil uji paired sampel T – test
dan Uji N-Gain. Aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
Hasil Uji Paired Sample T-Tes Berdasakan hasil analisis data inferensial dengan uji
paired sample t-test untuk mengetahui terdapat atau tidak perbedaan kemampuan aljabar
siswa yang menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga
PABAR. Diperoleh nilai paired sample T-test sebesar 8,20 yang disebut sebagai t Hitung
selanjutnya nilai t Hitung tersebut dikonsultasikan dengan t tabel dengan derajat kebebasan (db)
pada keseluruhan distribusi yang diteliti dengan rumus db=N. Oleh karena jumlah
keseluruhan siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 34 siswa, maka db-nya
34. Sehingga nilai yang diperoleh pada t tabel yaitu 1,697 pada taraf signifikansi 5%. Dengan
demikian kesimpulannya adalah bahwa nilai t Hitung > t tabel maka H0 ditolak dan menerima H1 ,
yang artinya terdapat perbedaan kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat peraga
PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR.
Hasil Uji N-Gain Berdasakan hasil analisis data inferensial dengan N-Gain untuk
mengetahui terdapat atau tidak peningkatan kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat
peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR. Diperoleh nilai N-Gain
sebesar 0,86 dalam kriteria termasuk peningkatan yang tinggi maka H0 ditolak dan menerima
H1 , yang artinya terdapat perbedaan kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat peraga
PABAR dengan yang tidak menerapkan alat peraga PABAR.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan berdasarkan hasil pre-test dan hasil post- test dengan pengujian t-test yaitu
8,20 yang lebih besar dari t tabel 1,697 maka di katakan adanya perbedaan antara yang
menerapkan alat peraga PABAR dan yang tidak menggunakan alat peraga PABAR. jadi
dalam penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya, terdapat perbedaan
kemampuan aljabar siswa yang menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak
menerapkan alat peraga PABAR. Kemudian pengujian n-gain dengan nilai n-gain yaitu 0,86
yang masuk ke kriteria Tinggi maka di katakan adanya peningkatan antara yang menerapkan
alat peraga PABAR dengan yang tidak menggunakan alat peraga PABAR. jadi dalam
penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima. Yang artinya, terdapat peningkatan kemampuan
aljabar siswa yang menerapkan alat peraga PABAR dengan yang tidak menerapkan alat
peraga PABAR.
Berdasarkan hasil pada simpulan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut ini:
1. Alat peraga PABAR kurang besar sehingga duduk yang di belakang kurang terlihat,
sehingga saran untuk memperbesar alat peraga agar keliatan oleh siswa yang duduk di
bagian belakang dapat melihat alat peraga PABAR di depan kelas.
2. Perlu adanya pemberian tugas-tugas mengenai masalah penalaran aljabar dan diskusi
bersama mengenai langkah penyelesaian dan hasil akhir tugas tersebut agar dapat
meminimalisir rendahnya penalaran aljabar siswa.
3. Perlu dipertimbangkan penelitian lanjutan secara bertahap pada penalaran aljabar secara
khusus mengenai materi tabung

DAFTAR PUSTAKA
Ake, B. V. A. (2003). Focusing on informal strategies when linking arithmetic to early algebra.
Educational Studies in Mathematics, 54, 63–75.
Driscoll, M., Judith Zawojeski, Andrea Humez, Johannah Nikula, Lynn Goldmith, & James
Hammerman. (2013). The Fostering Algebraic Thinking Toolkit: A Guide for Staff
Development. National Science Foundation, Arlington, VA.
Hasbullah. (2017). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (13 ed.). Rajawali.
Raharjo, S., Barra Purnama Pradja, & Dian Istiqomah. (2020). ANALISIS KEMAMPUAN
PENALARAN ALJABAR SISWA SMP DALAM  PEMECAHAN MASALAH POLA
BILANGAN.
Ratu, M. D. C., & Fransiska Atrik Halim. (2016). Penalaran Aljabar melalui Pengamatan Pola
untuk Siswa Kelas VII. Hasil Penelitian.
Rohani, A. (2013). Media instruksional edukatif. Rineka Cipta.
Rudin, M. A., & Mega Teguh Budiarto. (2019). PENALARAN ALJABAR SISWA DALAM
MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECEMASAN
MATEMATIKA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 8.
Ruqoyyah, S., Sukma Murni, & Linda. (2020). Kemampuan Pemahaman Konsep dan
Resiliensi Matematika Dengan VBA Microsoft Excel. Tre Alea Jacta Pedagogie.
Sukino, & Wilson Simangunsong. (2007). Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Erlangga.
Sugiyono. (2022). Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif, dan R&D (2 ed.). Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai