Anda di halaman 1dari 1

Refleksi Natal 2020

Natal adalah sebuah peristiwa kelahiran. Sebuah kelahiran biasa layaknya manusia
pada umumnya. Menjadi tidak biasa ketika peristiwa tersebut dipahami dan diyakini sebagai
kelahiran Tuhan di dunia. Hal ini menimbulkan kontroversi baik secara sosial, psikologis,
teologis maupun politis. Pada zamannya, Yesus ditolak di kampung halamannya sendiri
(Matius 13,55: Bukankah Ia ini anak tukang kayu?). Secara Biblis, teks sendiri kontroversial
karena “Ia mengandung dari Roh Kudus“ (Matius 1,18). Ketidakbiasaan ini  berada di luar
jalur tradisi Yahudi pada saat itu, dan telah membawa Yesus kepada hukuman mati di atas
kayu salib. Perdebatan teologis mengenai Tuhan yang manusia dan manusia yang Tuhan
telah mewarnai sejarah ajaran Gereja perdana dan bahkan seumur dengan usia Gereja itu
sendiri. Para teolog besar Gereja (a.l. Thomas Aquinas, Karl Rahner) telah berupaya
sedemikian rupa untuk menjelaskan kompleksitas ini, dan akan terus tinggal di kawasan
akademis apabila Gereja gagal mewartakan misteri cinta Ilahi secara lebih sederhana kepada
masyarakat dimana Gereja berada.

Sudah umum diketahui bahwa peristiwa Natal yang dirayakan setiap tanggal 25
Desember adalah sejatinya kooptasi perayaan sembahan kepada Dewa Matahari di daratan
Eropa pada waktu itu. Analogi terang dan cahaya atas kegelapan dianggap menjadi simbul
yang tepat untuk menggambarkan kehadiran Tuhan di dunia. Beberapa denominasi Gereja
berusaha secara persis menentukan tanggal kelahiran Yesus, sebelum atau sesudah tanggal 25
Desember, sehingga perayaan Natal sering diadakan pada sekitar tanggal 25 Desember.

Terlepas dari persoalan teknis, termasuk apakah Yesus lahir di gua atau di kandang, di
dalam cuaca dingin bersalju atau tidak, dikelilingi pohon cemara atau palem, kelihatan ada
kesepakatan bahwa Sang Juru Selamat telah lahir, menebus dosa dan memberi keselamatan
kekal. Berita keselamatan kekal sesudah kematian itu menjadi riil setelah kebangkitan Yesus.
Secara iman dan liturgis,  kebangkitan yang dirayakan di hari Paskah lebih meriah  daripada
peristiwa Natal. Namun pesta dan gaung Natal lebih gempita dibanding Paskah, mungkin
karena sudah ada bawaan komersial dan menjadi industri.

Suasana natal di tahun 2020 sangat terasa berbeda karena adanya pandemi covid-19
yang menyebar di seluruh wilayah indonesia. Namun dengan segala keterbatasan seluruh
umat kami sekeluarga tetap melaksanakan perayaan ibadah natal walaupun hanya di
lingkungan keluarga besar dan menyaksikannya via televisi. Natal di tahun 2020 dengan tema
“...Mereka Akan Menamakan-Nya Imanuel” (Mat.1:23). Sebagai tema natal nasional,
Imanuel berarti Allah Beserta Kita, jadi makna di tengah kepihatianan pandemi covid-19,
perayaan Natal memberi kekuatan kepada umat Katolik untuk selalu percaya bahwa Allah
tetap menyertai hidup manusia dalam situasi sulit, itu soal iman dihayati sebagai kepercayaan
akan Allah mampu memberikan kekuatan bagi umat Katolik di tengah masa pandemi covid-
19.

Anda mungkin juga menyukai