Anda di halaman 1dari 3

MENYIKAPI NATAL DITENGAH PANDEMI COVID – 19

Oleh: Valentinus Balela, S.Fil

Umat Kristiani sebentar lagi akan merayakan hari natal. Hari natal adalah hari kelahiran
Yesus Kristus ke dunia. Yesus Kristus merupakan sosok yang sentral bagi iman umat
Kristiani. Sehingga setiap tahun umat Kristiani selalu merayakannya. Perayaaan natal
biasanya dirayakan dengan penuh sukacita, karena kelahiran Yesus membawa kabar gembira
dan kabar keselamatan bagi umat manusia. Namun, tidak dengan tahun ini. Tahun ini sedikit
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dipicu dengan muncul dan merebaknya
virus corona yang melanda tanah air dan dunia secara umum. Alhasil, menyebabkan kendala
bagi aktivitas manusia, salah satunya dilarang untuk berkerumun atau berkumpul dalam
jumlah yang banyak. Gereja pun meminta kepada umat Kristiani untuk tetap mentaati
protokol kesehatan sesuai yang diarahkan oleh pemerintah. Kondisi ini tentu sangat berat
bagi umat Kristiani dalam merayakan natal. Akan tetapi dalam situasi dan kondisi seperti ini,
kesehatan menjadi prioritas yang perlu diperhatikan.
Larangan untuk membatasi diri kontak erat satu dengan yang lain sebetulnya
bertentangan dengan hakekat manusia itu sendiri. Sebab, pada hakekatnya manusia adalah
makluk sosial. Artinya, manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Ia
tidak bisa hidup seorang diri atau membatasi diri untuk tidak bergaul dengan orang lain.
Namun, situasi virus corona memaksa setiap orang untuk membatasi diri berkontak dengan
orang lain dan menghindari diri dari kerumunan dan selalu menjaga jarak ketika beraktivitas
di luar rumah.
Corona Virus membuat suasana seperti mencekam bagi umat Kristiani dalam
menyambut hari natal memperingati hari kelahiran Yesus. Meski demikian, kesiapan diri
umat dalam menyambut hari natal menjadi yang terpenting. Kesiapan diri yang dimaksud
adalah menyambut hari natal dengan penuh makna atau dengan kata lain memaknai hari natal
dengan penuh iman.
1. Natal adalah Pendalaman Iman
Kata natal semula berasal dari bahasa Latin “Dies Natalis” yang artinya Hari Lahir. Maka
peristiwa natal yang dirayakan oleh umat Kristiani pada umumnya adalah untuk mengenang
hari kelahiran Yesus Kristus. Bagi umat Kristiani, kelahiran Yesus adalah peristiwa iman
yang besar dan mendalam karena terjadi ingkarnasi (Allah menjadi manusia). Allah yang
maha kasih dan penyayang serta dengan penuh kerendahan hati, merelakan diri turun kedunia
untuk menghapus dosa dan menyelamatkan manusia dari dosa. Setiap tahun umat Kristiani
selalu merayakan natal bersama. Namun situasi kalin ini sedikit berbeda dari tahun
sebelumnya. Adanya virus corona membuat kita semua umat menjadi dilema. Begitu pula
dengan umat Kristiani yang akan merayakan hari natal, sebagai hari kelahiran Yesus Kristus.
Ditengah situasi pandemi covid -19 ini, pihak gereja tentu sudah menyiapkan segala fasilitas
sesuai dengan protkol kesehatan sehingga memungkinkan umat untuk beribadah di gereja.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa salah satu protokol kesehatan agar kita semua selalu
menghindari kerumunan, maka dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus Sang Juru
Selamat, tidak diperbolehkan umat untuk kemudian berdesak-desakan didalam ruangan
gereja. Tentu tidak menyulutkan iman umat apabila ada pembatasan didalam ruangan gereja.
Justru sebaliknya iman kita sebagai umat Kristiani semakin diuji untuk menyesuaikan hidup
kita dengan situasi yang dialami. Natal akan memberi kesan untuk selalu menjaga diri sendiri
dan orang lain disekitar kita. Dengan menjaga diri dan sesama maka sekaligus kita
meneladani tindak Allah kepada manusia sebagaimana Allah mengasihi manusia dengan
kelahiran Yesus Kristus ditengah-tengah manusia.

2. Natal adalah Kesederhanaan


Natal adalah kesederhanaan. Hal ini bisa dilihat dari kisah kelahiran Yesus. Yesus
Kristus lahir dalam kesederhanaan. Akan tetapi, kesederhanaan ini mulai mengalami
pergeseran. Umat lebih cenderung mengedepankan kemewahan dan kemegahan diri. Mulai
dari mengaksesoris diri yang berlebihan hingga berhura-hura, terkesan jatuh dalam paham
konsumerisme dan hedonisme. Materi dan kenikmatan, kesenangan diri yang diutamakan
sehingga mengabaikan makna dari hari natal. Iman perlahan tergerus oleh sikap
konsumerisme dan hedonisme yang berlebihan.
Virus corona, seakan memberi pesan bahwa natal itu adalah kesederhanaan. Natal
bukan identik dengan kemegahan atau kemewahan. Natal juga bukan sekedar untuk hura-
hura tetapi natal adalah moment untuk kita memaknai kasih Allah kepada umat manusia.
Oleh karena itu, ditengah wabah virus corona ini, kita hendaknya mengosongkan diri dari
sikap hura-hura, sikap konsumerisme dan hedonisme yang mengundang untuk menimbulkan
kerumunan, tetapi kita hendaknya memaknai natal yang penuh kaya makna, yang membawa
hikmat untuk kelangsungan hidup kita sebagai umat beriman. Sebagai umat beriman, tentu
kita lebih mengedepankan makna natal itu sendiri. Natal bukan pesta dunawi melainkan pesta
iman yang artinya kita merayakan natal dengan mengedepankan makna natal untuk
memperdalam dan memperteguh iman dan keyakinan kita sebagai umat beriman.
Dalam menyabut natal, akan muncul beberapa tipe manusia. Ada yang sungguh-
sungguh menghayati natal untuk memperteguh iman dan keyakinannya. Sebaliknya, ada juga
orang sibuk dengan barang belanjaan seperti pakaian dan aksesoris diri lainnya, makanan dan
kue-kue serta minuman yang mewah sehingga terkesan natal itu hanya untuk kesenangan dan
hura-hura semata. Memang tidak bermaksud untuk membatasai umat saat merayakan natal
dengan aksesoris yang megah sebagai bentuk sukacita yang besar atas rahmat dan kasih
Allah. Namun jika terlalu mencondongkan diri pada materi semata, maka makna natal
perlahan mulai tergerus dalam diri kita. Natal adalah moment bagi kita untuk sukacita dalam
iman, tetapi tidak untuk sekedar menampilkan segala bentuk aksesoris diri yang
mengagumkan. Dalam kesederhanaan, kita merayakan natal dengan penuh sukacita iman
yang besar, yang membawa kita kepada kedamaian hidup ditengah-tengah umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai