Anda di halaman 1dari 14

WARNA DALAM SINEMATOGRAFI

Disusun
Oleh :

Nama : Engga Ariyanti


Nim :
Semester/Unit : VI/ III
Fakultas/Jurusan : FUAD / KPI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA


TAHUN 2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
kita dapat menyelesaian Makalah. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata perkuliahan.

Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga Makalah
ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai teknologi . Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Langsa, Juni 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i


KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pentingnya warna dalam film dan video ……………………………………………5
B. Bagaimana warna bisa menceritakan sebuah cerita………………………………..7
C. Efek psikologis warna pada film dan video………………………………………….7
D. Palet warna diskordan film ………………………………………………………….11

BAB III
PENUTUP.................................................................................................................13
A. Penutup .........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

kita akan mengeksplorasi bagaimana warna mempengaruhi sebuah film, dan bagaimana

Anda dapat menggunakan teori warna untuk menceritakan kisah Anda, membentuk karakter,

dan membangkitkan emosi. Mengingat asal bioskop adalah hitam dan putih, maka tak

mengherankan bila banyak pembuat film memiliki obsesi warna dalam film. Dari pilihan

wardrobe dan gel warna sampai filter dan font pasca produksi, skema warna film memainkan

peran penting dalam visi sutradara.

Sejak jaman film masih hitam putih, para penggiat dunia film terus mencoba

menemukan teknologi warna. Film pertama yang berwarna adalah film-film George Mellies.

Tapi pewarnaan dalam film masih tidak begitu populer sebab gambar yang dihasilkan tampak

tidak realistis. Warna kemudian muncul kembali ke dunia film lewat film The Wizard of Oz.

Inilah pertama kalinya Technicolor memperkenalkan teknologi barunya yaitu film yang dapat

menangkap warna. Mulai saat itu, warna selalu muncul dalam hampir semua film di seluruh

dunia hingga saat ini.

Memang tidak semua film secara khusus menggunakan warna untuk menjelaskan

karakter. Tapi penggunaan warna yang tepat bisa jadi efektif. Contohnya dalam film Moonlight,

sutradara Barry Jenkins menggunakan tiga palet warna yang berbeda di saat karakter Chiron

masih kecil, remaja, dan dewasa. Warna yang berbeda ini menunjukkan perjalanan karakter

sepanjang film dan perubahannya di tiga masa yang berbeda.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pentingnya warna dalam film dan video

a. Menjelaskan Karakter

Akting saja ternyata tidak cukup untuk menghidupkan karaktermu. Karakter terdiri dari

tiga dimensi karakter, hubungan antar karakter, dan perubahan karakter (character’s arc).

Dalam teknik filmmaking, warna sering digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep

karakter tersebut.

b. Membantu Jalannya Naratif

Penggunaan warna mampu membantu penonton mengerti kompleksitas ceritamu. Ada

dua peran warna dalam naratif yaitu secara intrinsik dan simbolik. Warna sebagai unsur

intrinsik bisa dilihat dalam film The Giver. Dalam film The Giver, ketiadaan warna adalah

bagian dari cerita yang menjelaskan kondisi sosial masyarakatnya. Perlahan warna muncul

untuk menunjukkan kondisi sosial yang berubah dalam cerita. Warna di sini adalah unsur

intrinsik karena ikut mempengaruhi alur cerita.

Sementara, warna sebagai unsur simbolik bisa dilihat di film-film animasi produksi Pixar

misalnya film animasi Wall-E yang dipenuhi palet warna kecoklatan untuk menunjukkan

bumi yang hancur.

c. Memberi Sentuhan Efek Dramatik

Warna-warna yang berbeda akan memberikan efek dramatik di alam bawah sadar

penonton. Contohnya jika kamu menggunakan warna pastel di awal film, lalu tiba-tiba di

adegan klimaks muncul warna merah cerah. Secara tidak sadar, penonton akan mengerti

akan adanya ketegangan yang naik.

5
Production designer ‘Wall-E’, Ralph Eggleston, bersikukuh tidak menunjukkan setitikpun

warna hijau dari awal film hingga hampir sepanjang film. Warna hijau akan muncul di akhir

melalui bibit tanaman. Di film Wall-E, warna hijau melambangkan harapan kehidupan bagi

planet bumi. Kemunculannya yang tiba-tiba memberikan kejutan emosi penonton.

Efek dramatik juga dapat dicapai melalui perpaduan warna. Bayangkan jika sepanjang

film kamu memiliki pola warna yang sama, filmmu mungkin jadi monoton dan tidak

menarik.

d. Menegaskan Ide Dalam Film

Apa yang ingin kamu katakan dalam filmmu? Warna dapat berkomunikasi melalui

teksturnya dan perpaduan antar warna. Warna mengeksplorasi arti dari sebuah film. Di

sebuah film, warna tertentu berulang untuk menggambarkan sebuah konsep. Ketika warna

tersebut berubah, maka filmmaker ingin menunjukkan adanya perubahan konsep dalam film.

Misalnya dalam film Blue is The Warmest Color, warna biru mendominasi film sebagai

perwujudan sang karakter. Warna biru tampak lebih cerah ketika hubungan kedua karakter

utama masih hangat. Warna biru berubah menjadi lebih pucat menuju ke akhir, saat

hubungan kedua karakter semakin menjauh.

e. Mempengaruhi Emosi Penonton

Dibandingkan dengan bentuk, warna memiliki hubungan yang lebih dekat dengan emosi

penonton. Persepsi warna tergantung pada cara otak memroses informasi dari warna.

Informasi ini bergantung juga pada objek dan intensitas cahaya. Saat kamu melihat baju

berwarna kuning gading dan baju berwarna putih cerah, mana menurutmu yang lebih bersih?

Sebagian dari kamu mungkin akan menjawab baju berwarna putih cerah. Padahal

kemungkinannya kedua baju tersebut sama bersihnya. Hal ini terjadi karena warna

memengaruhi pikiranmu.

6
Psikologi warna sudah ada sejak dulu. Warna merah sering dikaitkan dengan keberanian,

gairah, adrenalin dan sebagainya. Warna biru dikaitkan dengan kecerdasan, rasa percaya diri,

kesejukan, dan sebagainya. Jadi saat kamu melihat adegan terkenal dari film American

Beauty yang memperlihatkan Angela Hayes tidur di atas tumpukan bunga mawar merah,

kamu bisa merasakan sensualitas yang ingin disampaikan. Kamu mungkin merasakan emosi

yang berbeda jika bunga mawar merah diganti dengan bunga lili putih.

2. Bagaimana warna bisa menceritakan sebuah cerita

Sederhananya, warna bisa mempengaruhi kita secara emosional, psikologis, dan bahkan

secara fisik, seringkali tanpa kita sadari. Warna dalam film dan video bisa membangun

harmoni atau ketegangan dalam suatu adegan, atau memperhatikan tema kunci. Saat

menceritakan sebuah cerita, warna bisa :

a) Mendapatkan reaksi psikologis dengan penonton

b) Menggambarkan fokus ke detail yang signifikan

c) Mengatur nada film

d) Mewakili sifat karakter

e) Tampilkan perubahan atau lengkungan dalam cerita

Sebagai pembuat film atau video, kita harus memilih palet film kita dengan hati-hati

untuk memaksimalkan efek emosional dan viseral. Anda bisa belajar bagaimana memilih

skema warna yang tepat dengan mempelajari tentang teori warna.

3. Efek psikologis warna pada film dan video

Bila dipilih dengan hati-hati, palet warna film atau video yang ditata dengan baik

membangkitkan mood dan menentukan nada untuk film tersebut. Tiga komponen utama dari

sebuah warna adalah:

 Hue - warnanya sendiri

 Saturasi - intensitas warnanya

7
 Nilai - kegelapan atau ringannya warna

Seperti yang disebutkan oleh Bond dalam video teori warnanya, banyak penonton pasti

akan memiliki reaksi serupa terhadap warna tertentu. Warna merah yang kuat telah terbukti

meningkatkan tekanan darah, sementara warna biru memunculkan efek menenangkan.

Video cantik karya Lilly Mtz-Seara ini menggambarkan psikologi dibalik warna tertentu

dalam film: Anda bisa menonton video yang berjudul Color Psychology lewat link ini.

Videonya tidak saya sematkan dalam posting ini karena diunggah di Vimeo. Anda pasti

paham, hehehe...

Sebagai contoh, dalam The Sixth Sense, M. Night Shyamalan menggunakan warna

merah untuk mewakili ketakutan, kengerian, dan bayangan, sedangkan di Pleasantville, Gary

Ross menggunakan warna merah untuk mewakili harapan, cinta, dan sensualitas. Norma

teori warna harus dipahami oleh pembuat film, namun tidak pernah dilihat sebagai batasan.

Palet warna film yang seimbang

Meskipun warna tunggal dan berulang dapat menyimpan makna yang lebih dalam, palet

warna film yang lebih fleshed out (alias "skema warna") paling efektif dalam

mengkomunikasikan konteks tematik. Skema warna film yang seimbang mengacu pada

hubungan harmonis warna pada roda warna.


8
Palet warna film yang seimbang menciptakan persatuan dan mempromosikan nada kohesif.

Keempat jenis skema warna yang paling umum dijelaskan di bawah ini.

a) Skema Warna Monokromatik

Skema warna monokromatik tercipta dalam warna tunggal seperti merah, merah tua, dan

merah muda. Mereka menciptakan perasaan yang sangat harmonis yang lembut, membuaikan,

dan menenangkan.

Matrix adalah contoh lain dari skema warna film monokromatik. Hampir setiap adegan

yang ada di dunia Matrix memiliki warna hijau. Nuansa hijau menembus segala sesuatu dalam

bingkai untuk menciptakan efek pengabaian yang tidak wajar (representatif dari orang-orang

"tertidur" di dalam Matriks).

9
b) Skema Warna Komplementer

Kontras drama (yaitu, hangat vs sejuk). Warna komplementer hidup saling berhadapan pada

roda warna. Misalnya, warna oranye dan biru adalah warna pelengkap yang biasa digunakan

pada banyak film blockbuster. Warna duel sering dikaitkan dengan konflik, baik internal

maupun eksternal. Tidak masalah pemilihan warnanya, warna pelengkap menggabungkan warna

hangat dan sejuk untuk menghasilkan kontras yang tinggi, ketegangan yang dinamis di film ini.

c) Skema Warna Analog

Warna analog saling terkait satu sama lain pada roda warna (misalnya merah / ungu atau

kuning / hijau limau). Karena warna tidak memiliki kontras dan ketegangan warna pelengkap,

mereka menciptakan pengalaman menonton yang harmonis dan menenangkan. Warna yang

analog mudah dimanfaatkan dalam lanskap dan eksterior karena sering ditemukan di alam. Satu

warna dapat dipilih untuk mendominasi, yang kedua untuk mendukung, dan yang ketiga

(bersama dengan kulit hitam, putih, dan nada abu-abu) menjadi aksen.

10
d) Skema Warna Triadic

Vibrant dan warna-warni, warna triadik tiga warna diatur merata di sekitar roda warna

(mis. Merah, biru, dan kuning). Satu warna harus dominan dan yang lainnya beraksen. Triadic

adalah salah satu skema warna film yang paling umum, namun bisa mencolok dan semarak

meski warnanya tidak jenuh.

4. Palet warna diskordan film

Keterbatasan adalah pilihan yang disengaja oleh sutradara untuk menyimpang dari skema

warna film yang seimbang yang disebutkan di atas untuk menarik kembali perhatian. Warna

sumbang dapat membantu karakter, detail, atau momen menonjol dari sisa film. Misalnya, biru

di Amélie , atau merah di The Sixth Sense .

11
Meningkatkan simbolisme dalam palet warna film Anda

 Asosiatif

Bila palet atau warna film berulang mewakili karakter atau tema yang lebih besar dalam

film, itu adalah asosiatif.

 Transisi

Ketika sebuah transformasi - dalam cerita, karakter, atau tema - disampaikan melalui

skema warna yang bergeser, itu bersifat peralihan.

 Wrapping Up

Sementara banyak skema warna film dapat menunjukkan efek "universal" pada

khalayak, benar-benar tidak ada peluru ajaib atau jawaban "benar" saat memilih palet warna

film Anda. Akhirnya terserah pembuat film untuk menentukan implikasi dari palet film. Dengan

mengatakan bahwa, memandang ke teori warna universal adalah langkah awal yang sangat

penting.

12
BAB III

PENUTUP

A. Penutup

Dalam sebuah ilmu sinematografi, seorang pembuat film tidak hanya merekam setiap

adegan melainkan bagaimana mengontrol dan mengatur setiap adegan yang diambil, seperti

jarak ketinggian sudut, lama pengambilan, dan lain-lain. Hal ini menjelaskan bahwa unsur

sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera atau film, framing,

dan durasi gambar. Framing dapat diartikan sebagai pembatasan gambar oleh kamera, seperti

batasan wilayah gambar atau frame, jarak ketinggian, pergerakan kamera, dan sebagainya. Hal

ini bertujuan untuk memperlihatkan atau menjelaskan objek tertentu secara mendetail, dengan

mengupayakan wujud visual film yang tidak terkesan monoton.Dalam pembuatan film tidak

terlepas dari penggunaan teknik sinematografi.

Penggunaan teknik sinematografi akan berpengaruh pada hasil akhir dari pembuatan

sebuah film. Dengan teknik sinematografi penonton akan lebih mudah menangkap pesan yang

disampaikan melalui rangkaian gambar-gambar yang disusun menjadi sebuah video klip. Teknik

adalah cara membuat atau melakukan yang berhubungan dengan seni.

Sinematografi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal

dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu

yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar

tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide)

13
DAFTAR PUSTAKA

Baksin, A., & Warsidi, E. (2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Jakarta:

Effendy, Heru. (2009). Mari Membuat Film. Jakarta: Penerbit Erlangga.

G.Dennis, Fitryan. (2008). Bekerja Sebagai Sutradara. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Javandalasta, Panca. (2011). 5 Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: Mumtaz Media.

Moleong M.A., Dr.Lexy J. (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai