Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PEMERINTAHAN

A.Sabitha Nur Salsabilah


B011211323

A. Pengertian Sistem Pemer intah an

Istilah sistem pemerintahan ber asal dari d ua kata, y aitu


sistem dan pemerintahan . Sistem merupak an susunan, tatanan,
dan jaring an yang mempunyai hub ungan fungsional.
Berdasarkan Kamus Besar B ahasa Indon esia, sistem ad alah
perangkat unsur yang secara ter atur saling berkaitan sehingg a
memben tuk suatu totalitas. Sedangkan, pemerintahan merupakan
organisasi yang memilik i keku asaan un tuk mengatur suatu
wilayah t erten tu. Pemer intah an dalam ar ti luas adalah segala
sesuatu yang dilakukan o leh negara d alam menyelengg arakan
kesejahteraan rakyatnya d an kep enting an n egara send iri. 1 Jadi,
sistem pemerintahan dap at diartik an seb agai sebuah sistem
dalam suatu negara yang tersusun d ari b erbagai b agian yang
dimana setiap bagian memiliki fungsi masin g -masing yang akan
memben tuk sistem tersebut menjadi satu kesatuan.

Sistem pemer intah an merupakan suatu sistem yang


menyangkut bag aimana bekerjanya kompon en-komponen dalam
suatu negara. Sistem pemerin tahan dap at diartikan sebagai suatu
struktur yang terd iri dar i fungsi -fungsi leg islatif, eksekutif, d an
yudikatif y ang saling berhubung an, b ekerja sama, dan
memeng aruhi satu sama lain. 2 Sistem pemerin tah an dapat
dipahami dari sudut pandang luas dan sempit. Secara luas,
sistem pemerintahan d ilaksan akan tidak h anya oleh eksekutif
tetap i melib atkan jug a legislati f dan yudikatif. Sedangkan ,
secara sempit, sis tem p emer intah an diartikan sebag ai
penyelengg araan p emer intah an hanya dilak ukan oleh legislatif.
Sistem pemerintahan telah mengalami per kembangan , diman a
setiap sistem p emer intahan memiliki k eleb ihan dan kelemahan
masing-masing. Jadi, sistem pemerin tah an menggambark an
adanaya lembaga- lemb aga negar a, hubun gan antar-lembag a
negara, dan b ekerjanya lembag a negara dalam men capai tuju an
pemerin tahan n egara yang bersangku tan. 3 Dalam p embahasan
sistem pemerintahan ak an dib ahas bagaimana lemb aga -lembag a

1
Rendi Adiwilaga dkk, Sistem Pemerintahan Indonesia, Deepublish, Yogyakarta: 2018, hlm.
4.
2
Corra Elly Novianti, “Demokrasi dan Sistem Pemerintahan”, Jurnal Konstitusi, Vol. 10 No.
2, 2013, hlm. 337
3
Andryan, “Harmoniasasi Pemerintah Pusan dengan Daerah sebagai Efektifitas Sistem
Pemerintahan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 16 No. 4, Desember 2019, hlm.427
bekerja dengan memp erhatikan kewenangan dan
pertanggungjawaban mas ing-masing lembag a.

B. Sistem Pemer intah an Presidensial.

Sesuai namanya, pr esiden dalam sistem pemerin tahan


presidensial memiliki p eran besar karen a ia menjadi kepala
negara sek aligus kep ala pemerintahan, d imana yang juga yang
memimpin kabin et. Dengan demikian, agar tidak men jad i
pemimp in yang diktator, dip erlukan check a nd balance. Prinsip
checks and balances merup akan pr insip k etatanegaraan y ang
menghendak i agar kekuasaan leg islatif, eksekutif, dan yudikatif
sama-sama sederajat d an saling mengo ntrol satu sama lain. 4 Jadi,
ada pembatasan dan pengaturan, b ahkan dapat dikontro l
sehingga penyalahgunaan k ekuasaan dap at diceg ah. Sistem
presidensial merupakan sistem pemerintah an negara repub lic
yang dimana kekuasaan eksekutif dip ilih langsung melalu i
pemilihan u mum d an terpisah dengan k ekuasaan legislatif.
Adapun ciri-cir i sistem p emerin tahan presidensial, yaitu:
1.Presiden sebagai kepala n egara dan sebagai kepala
pemerin tahan.

2.Presiden tidak dipilih oleh badan perw akilan tetapi dewan


pemilih dan bel akangan p eranan dewan p emilih tid ak tampak
lagi sehingg a dipilih oleh rakyat.

3.Presiden berkedudukan sama dengan legis lati f.

4.Kabinet diben tuk oleh presiden sehingga kabinet


bertanggungjawab kepada pr esiden.

5.Presiden tidak dapat dijatuhk an oleh badan l egislatif,


begitupun sebaliknya presiden tid ak dapat membubark an badan
legislatif. 5

Sistem pemerin tahan presidensial p ertama k ali d ianut oleh


Amerika Serikat. Amer ika Serikat ad alah n egara pertama yang
menghancurk an tradisi monarki Erop a dan melep askan d iri dari
kekuasaan ko lonial. Penghancur an in i terjadi pada abad k e -18
ketika Inggr is masih merupak an monark i terbatas dan teori
pemisahan keku asaan belu m jelas. Konstitusi Amerik a
member ikan ke- saksian terh adap pengaru h ini dan terhadap

4
Sunarto, “Prinsip Check and Balances dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia”, Masalah-
masalah Hukum, Jilid 45 No.2, April 2016, hlm. 159
5
Muliadi Anangkota, “Klasifikasi Sistem Pemerintahan Perspektif Pemerintahan Modern
Kekinian”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.3 No.2, hlm. 149.
pemerin tahan ko lon ial y ang dipimpin o leh Gub ernur dan
legislatur, seorang presiden terpilih men ggantikan r aja atau
gubernur sebagai pemegang keku asaan eksekutif. Para p enyusun
Konstitusi Amerika Serikat 1789 di Philadelphia tidak me -
ngemukakan bahwa mereka mencip ta - kan s uatu konstitusi yang
sama sekali b aru. Mereka ing in memindahkan sistem
pemerin tahan Kerajaan Inggris yang dinilai baik di Amerika.
Lembag a yang baru ad alah Presiden seb agai pengganti Raja yang
turun temurun. Presiden d ipilih melalui p emilih an umu m yang
bebas. Presiden dibantu oleh presiden. Hanya dari sisi ini
nampak sebag ai pembaharuan yang mendasar diterap - k an di
Amerika Ser ikat. Karena itu tid ak mengherankan apab ila fungsi
kepala n egara dan kep ala pemerintahan masih diper tahankan ,
walaupun dijabat oleh o rang yang sama. Lembag a Kongres
menggunakan sistem bikameral. Majelis tin gginya disebu t Senat
dan Majelis r endah d isebut House of Repr esen - tatives. Sen ate
adalah wakil dari negar a bagian, yang puny a wibawa yang lebih
tinggi dar ipada anggo ta majelis yang d ud uk dalam House of
Representative. Kekuasaan Kongres dan Presiden ter - pisah
dengan kedudukan sama kuat. Artinya Pr esiden tidak dap at
diberhenti- kan oleh Kongres dan Kongres juga tidak dapat
dibubarkan o leh Presiden. Hubungan antara Kongres dan
Presiden inilah yang men cerminkan ajaran Tr ias
Politica.sehingga seringk ali pemerin ta - han presidensial selalu
dihubungkan dengan ajaran teori p emisah an kekuasaan yan g
sangat popular p ada abad k e -18 dan ke-19. 6

Sistem pemerin tahan pr esidensial memisahk an kekuasaan


yang teg as antara lemb aga Eksekutif, Leg islatif dan Yudik atif ,
sehingga antar a yang satu dengan yang lain seharusnya tidak
dapat saling mempengaruh i. Menteri - menteri tid ak
bertanggungjawab kepad a Legislatif, tetap i bertanggungjawab
kepada Presiden y ang memilih dan mengangkatnya, sehingg a
menter i-men teri tersebut dapat dib erhentikan oleh presid en
tanpa persetu juan badan leg islatif. 7 Pemisahan ketiga kekuasaan
tersebut diken al dengan istilah Trias Politica, intinya teor i ini
menyatakan b ahwa pemerin tahan harus memilik tig a keku asaan
yang terpisah, yaitu ekseku tif, leg islatif, d an yudikatif. Ketig a
kekuasaan tersebut tid ak dapat dipeg ang satu tangan saja. Jadi,
harus terpisah. Berikut pen jelasan dari masing -masing
kekuasaan tersebut:

6
Indah Sari, “Karakteristik Sistem Pemerintahan Moderen di Tinjau dari Persprektif Ilmu
Negara”, Jurnal Mitra Manajemen, Vol. 7 No.1, 2015, hlm. 8-9.
7
Ribhka Annisa Ocovina, “Sistem Presidensial di Indonesia”, Jurnal Ilmu Pemerintahan,
Vol.4 No.2, Oktober 2018, hlm.249.
a. Kekuasaan eksekutif, keku asaan melaksan akan undang -
undang oleh kep ala n egara.
b. Kekuasaan leg islatif, keku asaan membu at un dang -undang.
c. Kekuasaan eksekutif, kekuasaan yang wajib
memper tahank an undang -undang dan b erhak member ikan
peradilan.

B. Sistem Pemer intah an Parl ementer

Dalam sistem parlemen ter hubungan antara eksekutif dan


badan perwakilan sang at er at. Hal in i disebabkan ad anya
pertanggung jawab an para menteri terh ad ap parlemen, maka
setiap kab inet yang d ibentuk h arus memperoleh dukungan an
kepercay aan deng an suar a terb anyak dar i parlemen yang ber arti,
bahwa setiap kebijakasan aan pemerin tah atau kab inet tid ak
boleh meny impang d ari apa y ang dikeh endaki oleh par lemen. 8

Sistem pemerintahan parlemen ter meru pakan sistem


pemerin tahan dimana parlemen memiliki peranan pen ting dalam
pemerin tahan. Dalam sis tem ini presid en atau raja h anya sebag ai
kepala neg ara, tid ak sekaligus sebagai kepala pemerintahan.
Dalam hal ini p arlemen memiliki wewenan g dalam mengangk at
perdana Menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan
pemerin tahan, y aitu deng an men jatuhk an mosi tidak per caya. 9

Ciri-cir i sistem p emer intah an parlementer, yaitu:

1. Kedudukan kepala negara tidak d apat d igan ggu gugat.


2. Kabinet y ang dip impin o leh p erdana Menter i bertanggung
jawab kepala parlemen.
3. Susunan personalia d an program kabin et didasarkan atas
suara terbany ak di parlemen.
4. Masa jabatan k abinet tidak d iten tukan d en gan tetap atau
pasti berap a lamanya.
5. Kabinet dapat dijatuhk an pada setiap waktu oleh
parlemen, sebaliknya p arlemen dap at d ijatuhkan o leh
pemerin tah. 10

8
Halimah Nur Izzati, “Karakteristik Sistem Parlementer dalam Sistem Pemerintahan di
Indonesia Pasca Amandemen Undnag-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945”, JOM Fakultas Hukum, Vol.3 No.2, Oktober 2016, hlm.4
9
Muhammad Taufik, “Dinamika dalam Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial dan
Parlementer di Indonesia”, Jurnal Hukum Tata Negara, Vol. 1 No. 2, 2020, hlm. 130-131.
10
Muliadi Anangkota, “Klasifikasi Sistem Pemerintahan Perspektif Pemerintahan Modern
Kekinian”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.3 No.2, hlm. 153.
Jadi dalam sistem pemerintahan parlementer, lembag a
eksekutif bertanggungjawab langsung kepada parlemen.
Parlemen memilik i per an penting dalam p emerin tahan n egar a
penganut sistem ini. Cir i jelas y ang mudah diing at un tuk
membed akan sistem ini d engan sistem lainnya, yaitu sistem
parlementer, jabatan presid en hanya seb agai kepala neg ara,
sedangkan yang menjadi kepala pemerintahan adalah perd ana
Menteri.

Sistem pemerin tahan parlemen ter un tuk pertama kali


dilaksanak an di kerajaan Inggris yang pad a umumnya diikuti
oleh negara-neg ara bekas jaja- hannya. Parlementarisme adalah
sistem pemerintahan yang paling luas d iter ap - kan, dan tamp ak
tepat jika pengalaman par lementer Inggr is dijadikan ajuan,
karena sistem Inggris -lah yang telah bany ak memb erikan co ntoh
kepada ba- nyak neg ara lain. Sistem par lementer adalah sistem
yang lebih tua dar i sistem pemisah an kekuas aan atau sistem pr e -
sidensial. Sistem in i ada sebelum lah ir - ny a ajar an pemisahan
kekuasaan d ari Mostesquieu. Sistem ini p ertama -tama
dijalankan di k erajaan Inggris, seb agai suatu pengganti sistem
pemerin tahan k erajaan yang absolu te. 11

Kebanyakan sistem p arlementer memilik i tig a


karakter istik. Pertama, legislatif memilih ek sekutif dan kabin et.
Kedua, mayoritas legislatif dapat memberhentikan ekseku tif
sebelum masa jabatannya hab is melalui mos i tidak per caya. Dan
ketiga, jika legislator memilih un tuk menghapus eksekutif,
legislatif jug a dapat d ibubarkan d an pemilih an baru dap at
diadakan 12

C. Sistem Pemer intah an Campur an

Sistem pemerintahan campuran merupak an gabungan


antara sistem pemerinatahan presid ensial dan sistem pemer intah
parlementer. S istem ini d ikenal pula sebagai sistem
pemerin tahan kuasi-presidensial d an kuasi - parlementer. Dalam
sistem pemer intah an campuran di berb agai negara, terdak ang
terdapat sistem pemerintahan yang leb ih menonjo l, baik
presidensialny a maupun par lemen ternya. Tetap i, yang paling
sering ditemukan lebih menonjo l yaitu sistem presid ensialnya.
Model semi presidensial dap at dianggap sebagai jalan t engah
antara model presidensial murn i dan model parlementer murni.

11
Indah Sari, “Karakteristik Sistem Pemerintahan Moderen di Tinjau dari Persprektif Ilmu
Negara”, Jurnal Mitra Manajemen, Vol. 7 No.1, 2015, hlm. 6
12
Julie VanDusky-Allen, “Winners, Losers, and Protest Behavior in Parliamentary
Systems”, The Social Science Journal, 2016, hlm. 9
Pada dasarnya, ia dicirik an oleh eksekutif ganda, yang terdiri
dari komponen p arlementer —yaitu per dana men teri d an
pemerin tah yang bertanggung jawab kepada legislatif —dan
komponen presidens ial— yaitu presiden yang dipilih secar a
langsung dengan k ekuatan politik yang nyata. 13 Jika sistem
presidensialny a leb ih menonjol, mak a sistem tersebut disebu t
sebagai kuasi-presid ensial atau semi presidensial. Sedangkan ,
jika sistem parlementernya lebih m eno njol, mak a disebut
sebagai kuasi-p arlementer atau semi par lementer.

Salah satu negar a yang menganu t sistem campuran (semi


presidensial) adalah Per ancis. Sistem pemerintahan peran cis
dikenal d engan istilah Sistem pemerintah an Republik kelima
Perancis, s istem pemerintahan semi presidensial atau alir an
sistem pemerintahan yang menunjukan s ifat campuran dar i
sistem pemerintahan presidensial dan p arlementer. 14 Presiden
Perancis melaksanak an kekuasaan riil (men jalank an kekuasaan
pemerin tahan), tetapi tidak se mu a kekuasaan pemerin tahan ada
padanya. Kabinet Perancis tetap menjalan kan kekuasaan riil
disamping k ekuasaan riil yang ada pada presiden. Presid en
Perancis langsung dip ilih oleh r akyat d an Presiden Perancis
tidak bertanggungjawab kep ada badan p erwakilan ( majelis
nasional). Dan presid en (kepala ekseku tif) dapat membubark an
parlemen. 15

D. Sistem Pemerin tahan d i Indonesia

Sistem pemerintahan Indonesia berdasar kan Undang -


undang Dasar 1945. Ketik a beb erapa k onstitusi -konstitus i
diimplemen tasikan di Indonesia di masa lalu, konsekuensi
adalah ada sistem politik b ervariasi. Pada 1999 -2002, ada
perubahan Undang -undang Dasar 1945. Salah satu tujuan adalah
untuk memperkuat sistem p emerin tahan Presidensi al.
Diharapkan Undang - undang Das ar 1945 setelah d iubah bisa
menjad i dasar yang baik, ef ektif, d an terbangun sistem
pemerin tahan Presidensi al yang efisien. jadi ada kesadaran
untuk merekonstruksi ke sistem pemerin tahan presidensi al. 16
Jadi, sistem pemerintahan yang berlaku d i Indonesia te rbag i

13
Bart Maddens dan Stefaan Fiers, “The Direct PM Election and The Institutional
Presidenialisation of Parliamentary Sistems”, Electoral Studies, April 2003, hlm. 771.
14
Hyang Iman Kinasih Gusti, “Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dan
Sistem Pemerintahan Negara Perancis”, (Tegal: Universitas Pancasakti, 2021), hlm. 114.
15
Indah Sari, “Karakteristik Sistem Pemerintahan Moderen di Tinjau dari Persprektif Ilmu
Negara”, Jurnal Mitra Manajemen, Vol. 7 No.1, 2015, hlm. 11
16
Mario F. Kembuan, “Kajian Yuridis Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Menurut
Undang-Undang Dasar 1945”, Lex Et Sociestatis, Vol. VI No. 5, Juli 2018, hlm. 109.
menjad i dua kategori berdasark an pengatur an Undang -Undang
Dasar yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu:
a. Sistem Pemer intah an Sebelu m Perubahan U UD 1945
Sistem Pemerintahan Neg ara Indon esia Berd asarkan UUD
1945 Sebelum Diamandemen. Pokok-pokok sistem
pemerin tahan n egara Indonesia b erdasarkan UUD 1945
sebelum diamand emen tertuang d alam Penjelasan UUD
1945 tentang tu juh kunci pokok sistem pemerin tahan
negara tersebut sebagai beriku t :
1) Indonesia ad alah negar a yang b erdasarkan atas h uku m
(rechtsstaat).
2)Sistem Konstitusional.
3) Kekuasaan negara y ang ter tinggi d i tang an Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
4) Presiden adalah peny elengg ara p emer intah negara y ang
tertingg i
dibawah Majelis Permusyawaratan Rakyat.
5) Presiden tidak bertang gung jawab k epada Dewan
Perwakilan
Rakyat.
6) Menteri n egara ialah pembantu pr esiden, menteri
negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwak ilan Rakyat.
7)Kekuasaan kepala negar a tid ak tak terbatas. 17

b. Sistem Pemer intah an Sesudah Perubahan U UD 1945


Pokok-pokok sistem pemerintah an Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Bentuk neg ara kesatuan d engan prinsip otonomi daer ah
yang luas.
Wilay ah neg ara terbag i dalam beber apa provinsi.
2. Bentuk pemer intah an ad alah republik, sedangkan
sistem pemer intah anpresidensial.
3. Presiden ad alah kepala n egara dan sek aligus kep ala
pemerin tahan.
Presiden dan wak il pr esiden d ipilih dan diangkat oleh
MPR untuk masa jab atan lima tahun. Untuk masa jabatan
2004-2009, presiden dan wakil presiden akan d ipilih
secara langsung oleh rakyat dalam satu p ak et.
4. Kabinet atau menteri d iangkat o leh presiden dan
bertanggung jawab kepada pr esiden.

17
Nisfu Sya’ban, “Sistem Pemerintah Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945”, (Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020), hlm.
21.
5. Parlemen terd iri atas dua bagian (bikameral), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Para anggota dewan merupak an anggota MPR.
DPR memiliki kekuasaan leg islatif dan kekuasaan
mengawasi jalanny a pemer intah an.
6. Kekuasaan yudikatif dijalank an oleh Makamah Agung
dan badan per adilan d ibawahnya.

Sistem pemer intah an ini juga meng ambil unsur -unsur dari
sistem pemer intah an parlementer dan melakukan pembaharu an
untuk menghilangk an kelemahan -kelemahan yang ada dalam
sistem presidensial. Beb erapa variasi dari sistem pemer intah an
presidensial d i Indonesia adalah seb agai b er ikut:

1. Presiden sewaktu-waktu dapat dib erhentik an oleh MPR


atas usul dar i DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan
megawasi presid en meskipun secara tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangk at pen jabat negara perlu
pertimb angan atau persetu juan dar i DPR.
3. Presiden dalam mengeluarkan keb ijak an tertentu per lu
pertimb angan atau persetu juan dar i DPR.
4. Parlemen d iberi k ekuasaan y ang leb ih bes ar dalam hal
memben tuk undang -undang d an hak budget (anggaran). 18

Sistem pemerintahan presidensial di Ind onesia belu m


menunjukkan pengu atan yang optimal karena dihadapkan pad a
sistem multipar tai. Legitimasi pr esiden terpilih yang
seharusnya menjad i modal politik bagi presiden seringkali
lumpuh ketika b erhadapan dengan proses p olitik d i tingkat elit
partai di parlemen. Upaya membangun koalisi politik tid ak bis a
dihindari. Namun koalis i yang d ibangun s elama in i cend erung
pragmatis dan lebih bersifat tr ansaksion al dar ipada politik
pembangunan. Memang, tidak mud ah untuk menerapkan sistem
pemerin tahan presidensial kar ena h arus berhadapan dengan
sistem mu ltip artai yang ekstr im. Seb agaimana dijelaskan pada
bagian sebelumnya, un tuk memperkuat sistem pemerintahan
presidensial, ada tiga h al y ang p erlu d ilakuk an, yaitu p emurnian
sistem pemer intahan dalam konstitusi, pembentukan dan
penguatan jajar an koalisi pemerin tahan di parlemen, dan
pelaksanaan seju mlah r ekayasa k elembagaan. Ketiga hal

18
Nisfu Sya’ban, “Sistem Pemerintah Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945”, (Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020), hlm.
24-25.
tersebut harus dilakukan melalui amandemen konstitusi d an
revisi UU. 19

Saat ini Indonesia menganu t sistem pemerin tahan


Presidensil, diman a adanya pemisahan kekuasaan yaitu
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif yang berdasarkan prinsip
checks and balances , ketentuan ini ter tuan g dalam konstitusi,
namun tetap diper lukan langk ah penyempurnaan, teru tama
pengaturan atas pemb atasan k ekuasaan dan wewenang yang jelas
antara k etig a lemb aga Negar a tersebu t.20

19
Moh Ilham A. Hamudy dan M. Saidi Rifki, “Strengthening the Multi-Party Presidential
Government in Indonesia”, Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, Vol.4
No.2, Juli 2019, hlm. 225.
20
Ahmad Yani, “Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori dan Praktek
Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 15 No.2, Juli
2018, hlm.55
DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga, Rendy, Alfian, Yani, & Rusdia, Ujud. (2018). Sistem Pemerintah
Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Gusti, H. (2021). "Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dan
Sistem Pemerintahan Negara Prancis". Skripsi. Tegal: Universitas
Pancasakti.
Kembuan, F. M. (2018). Kajian Yuridis Demokrasi dan Sistem Pemerintahan
Menurut Undang-Undang Dasar 1945. Lex Et Societatis Vol. VI/No.
5/Jul/2018.
Sari, Indah. (2011). Karakteristik Sistem Pemerintahan Moderen ditinjau dari
Perspektif Ilmu Negara.
https://www.coursehero.com/file/122544042/520-973-1-SMpdf/.
Hamudy, M. I. A., & Rifki, M. S. (2019). Strengthening the Multi-Party
Presidential Government in Indonesia. Politik Indonesia: Indonesian
Political Science Review, 4(2), 208–232.
https://doi.org/10.15294/ipsr.v4i2.18447.
Maddens, B., & Fiers, S. (2004). The direct PM election and the institutional
presidentialisation of parliamentary systems. Electoral Studies, 23(4),
769–793. https://doi.org/10.1016/j.electstud.2003.10.006
Nizar, M., Amiruddin, & Sabardi, L. (2019). Ajaran Kausalitas Dalam
Penegakan Hukum Pidana (Studi Putusan Mahkamah ASunarto, S.
(2016). Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 45(2), 157.
https://doi.org/10.14710/mmh.45.2.2016.157-163gung Nomor 498 .
Jurnal Education and Development, 7(1), 185–185.
https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/1140
Noviati, C. E. (2017). Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan. Jurnal
Konstitusi, 10(2), 333–354.
Izzati, N. H. (2016). Karakteristik Sistem Parlementer dalam Sistem
Pemerintahan di Indonesis Pasca Amandemen Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. JOM Fakultas Hukum Volume III
Nomor 2, Oktober 2016.
Andryan. (2019). Harmonisasi Pemerintahan Pusat dengan Daerah sebagai
Efektifitas Sistem Pemerintahan. Jurnal LEGISLASI INDONESIA.
16(4), 419-432.
Sunarto, S. (2016). Prinsip Checks and Balances Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 45(2), 157.
https://doi.org/10.14710/mmh.45.2.2016.157-163
Suryana, N. (2019). CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan SENGKARUT
KEPENTINGAN AKTOR KEAMANAN (TINJAUAN ATAS
DINAMIKA PERUMUSAN UU KEAMANAN NASIONAL).
Core.Ac.Uk, 4(2), 247–251.
https://doi.org/10.24198/cosmogov.v2i2.xxxxx
SYA’BAN, N. (2020). Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum Dan
Sesudah Amadendemen Undang-Undang Dasar (Uud) 1945. 54.
Taufik, M. (2021). Dinamika Dalam Penerapan Sistem Pemerintahan
Pesidensial Dan Parlementer Di Indonesia. Qaumiyyah: Jurnal Hukum
Tata Negara, 1(2), 127–141.
https://doi.org/10.24239/qaumiyyah.v1i2.10
VanDusky-Allen, J. (2017). Winners, losers, and protest behavior in
parliamentary systems. Social Science Journal, 54(1), 30–38.
https://doi.org/10.1016/j.soscij.2016.12.003
Yani, A. (2018). Sistem Pemerintahan Indonesia: Pendekatan Teori dan
Praktek Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945. Jurnal Ilmiah
Kebijakan Hukum, 12(2), 119.
https://doi.org/10.30641/kebijakan.2018.v12.119-135

Anda mungkin juga menyukai