Anda di halaman 1dari 76

SCI EN TI A V OL. 1 N O.

1 , 2 0 1 1
I SSN : 2 0 8 7 - 5 0 4 5

ISSN CETAK : 2087-5045 ISSN ONLINE : 2502-1834

Volume 6, Nomor 1, Februari 2016

Sci e nt i a, Vol . 1 , No. 1 , 2 0 1 1 ; hal am an 1 – 5 8 ISSN : 2 0 8 7 - 5 0 4 5


Se kol ah T i nggi Far m asi Indone si a ( ST IFI) Pe r i nt i s Padang
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

SCIENTIA
JURNAL FARMASI DAN KESEHATAN
TERBIT DUA KALI SETAHUN
SETIAP BULAN FEBRUARI DAN AGUSTUS

DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab : Dewan Penyunting :
Prof. H. Syahriar Harun, Apt Prof.H. Syahriar Harun, Apt
Pemimpin Umum : Prof.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS, Apt
DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt
DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt
Redaktur Pelaksana : DR. H. Yufri Aldi, MSi, Apt
Verawati, M.Farm, Apt
Drs. B.A. Martinus, MSi
Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Hj. Fifi Harmely, M.Farm, Apt
Putri Ramadheni, M.Farm, Apt
Farida Rahim, M.Farm, Apt
Sekretariat : Revi Yenti, M.Si, Apt
Afdhil Arel, M.Farm, Apt Verawati, M.Farm, Apt
Khairul Ria Afrianti, M.Farm, Apt
Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Mimi Aria, M.Farm, Apt
Dira, MSc, Apt

Penerbit :
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang
ISSN Cetak : 2087-5045
ISSN Online : 2502-1834

Alamat Redaksi/Tata Usaha :


STIFI Perintis Padang
Jl. Adinegoro Km. 17 Simp. Kalumpang Lubuk Buaya Padang
Telp. (0751)482171, Fax. (0751)484522
e-mail : stifipadang@gmail.com
website : www.stifi-padang.ac.id
Jurnal online : www.jurnalscientia.org

ISSN : 2087-5045
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

DAFTAR ISI

FORMULASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL DARI RIMPANG 1-6


RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) UNTUK PENGOBATAN NYERI SENDI
PADA TIKUS PUTIH JANTAN
Farida Rahim, Chris Deviarny, Revi Yenti, Putri Ramadani

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS 7-12


RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA PEKANBARU
Husnawati, Anita Lukman, Indra Ardyansyah

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN 13-17
SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)
Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi

FORMULASI MASKER Peel Off DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI EKSTRAK 18-24


ETANOL BUAH NAGA SUPER MERAH (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)
Britton & Rose)
Wida Ningsih, Firmansyah, Hasnatul Fitri

AKTIVITAS SENYAWA SKOPOLETIN DARI BUAH MENGKUDU 25-35


(Morinda citrifolia,Linn.) TERHADAP RESPON FISIOLOGI MAKROFAG
MENCIT PUTIH JANTAN
Yufri Aldi, Amdani, Amri Bakhtiar

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP KUANTITAS 36-43


GELATIN DARI KULIT IKAN SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus) KERING
DAN KARAKTERISASINYA
Revi Yenti, Dedi Nofiandi, Rimzatul Fithriyah

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE MERAH 44-49


(Zingiber officinale var. Rubrum) TERHADAP BAKTERI JERAWAT
Nilda Lely, Arie Firdiawan, Septiani Martha

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA MENCIT DIABETES 50-58


MELITUS YANG DIBERIKAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL
DAUN BANDOTAN
Ria Afrianti, Dedi Nofiandi, Dira, Widya Ulfa

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN APOTEK 59-65


PELENGKAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AROSUKA SOLOK
Vina Hidayana, Mimi Susilawati

SKRINING SENYAWA SITOTOKSIK DARI EKSTRAK DAUN, BUNGA, BUAH, 66-72


BATANG DAN AKAR PADA TUMBUHAN SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L)
TERHADAP LARVA Artemia salina Leach dengan METODE BRINE SHRIMP LETHALITY
BIOASSAY
Ema Ratna Sari, Arsa Nova, Lita Sahitri

ISSN : 2087-5045 Halaman 1 - 72


SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

FORMULASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL DARI RIMPANG


RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L.) UNTUK PENGOBATAN NYERI
SENDI PADA TIKUS PUTIH JANTAN

Farida Rahim, Chris Deviarny, Revi Yenti, Putri Ramadani


Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang formulasi patch transdermal dari ekstrak etanol rimpang
rumput teki (Cyperus rotundus L.) untuk pengobatan nyeri sendi. Pada penelitian ini digunakan 3
formula (F1, F2, F3) dengan ekstrak etanol sebanyak 3g, 5g, 7g. Evaluasi patch meliputi organoleptis,
ketebalan patch, variasi berat, persen kelembaban yang diserap, uji iritasi, persentase pemanjangan.
Uji efek nyeri sendi dilakukan pada tikus putih yang diinduksi dengan AgNO3 1% secara intra
artikular. Parameter yang diamati adalah jumlah cicitan hewan setelah diberikan gerakan sendi
sebanyak 10 kali selama 1 menit, yang dihitung pada menit 30, jam 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14.
Hasilnya secara statistic menunjukkan hilangnya reflek nyeri yang lebih cepat pada formula 3 yaitu
pada jam ke-4

Kata kunci : Cyperus rotundus, patch, nyeri sendi

ABSTRACT

The research to formulate of transdermal patch of ethanolic extract of teki grass (Cyperus
rotundus L.) as medicine to heal joint pain has been done. This research used three formulas (F1, F2,
and F3) containing 3, 5, and 7 gram of extract respectively. The evaluation done to the patch formula
included: organoleptic, thickness, weight variation, the percentage of absorbed humidity, skin
irritation test, and the length percentage. The test to measure the ability of the patch in curing the joint
pain was done to the male albino rats which were induced by AgNO3 1% as the pain inductor via intra
articular. The parameter observed was the amount of squeaking after they were given reflex as much
as 10 times for 1 minute, in 1st, 2nd, 4th, 6th , 8th, 10th, 12th and 14th hours. According on statistical
analysis, the faster loss of joint pain was given by formula 3 at 4 hours.

Keywords : Cyperus rotundus L, Patch, Join Pain.

PENDAHULUAN produksi prostaglandin oleh asam arakidonat


sehingga mengurangi rasa nyeri ( Putri dkk,
Rumput teki (Cyperus rotundus L.) 2013 ). Selain mengandung flavonoid, rimpang
termasuk dalam family cyperaceae, dimana rumput teki ini mengandung komponen-
bagian tumbuhan yang paling sering digunakan komponen kimia antara lain minyak atsiri,
adalah rimpang (Depkes RI, 1980). Rimpang alkaloid, polifenol, resin, amilum tanin,
rumput teki memiliki khasiat farmakologi, triterpen, d-glukosa, d-fruktosa dan gula tak
namun belum banyak masyarakat yang mereduksi (Murnah, 1995). Hasil penelitian
memanfaatkannya dalam bentuk sediaan kuantitatif dan kualitatif kandungan senyawa
farmasi seperti tablet, lotion, suspensi atau kimia dalam rimpang rumput teki disebutkan
sediaan farmasi lainnya. bahwa terdapat pula senyawa tanin dengan
Ekstrak rimpang rumput teki memiliki kadar 6,5 % dan minyak atsiri dengan kadar
efek analgetik karena kandungan flavonoid. 1,2% yang dapat berpengaruh pada pereda
Flavonoid berperan sebagai analgetik yang nyeri (Murnah, 1995). Ekstrak 20% etanol teki
mekanisme kerjanya menghambat kerja enzim secara sub kutan dapat berefek menghilangkan
siklooksigenase. Akibatnya akan mengurangi rasa sakit dan menurunkan panas badan atau

ISSN : 2087-5045 1
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

efek analgetik dan antipiretik (Sudarsono dkk., PROSEDUR PENELITIAN


1996).
Saat ini banyak sekali terdapat Persiapan Sampel
berbagai macam jenis bentuk sediaan untuk Sampel yang digunakan dalam penelitian
penyembuhan nyeri sendi yang telah beredar ini adalah Rumput Teki (Cyperus rotundus L. )
dipasaran seperti injeksi, larutan, tablet, yang diperoleh di daerah Pariaman, Sumatera
kapsul, gel, krim, patch dan lain sebagainya. Barat. Rimpang rumput teki dibersihkan dan
Patch transdermal merupakan sediaan drug ditumbuk halus, kemudian dimasukkan ke
delivery systems yang berupa patch dengan dalam botol gelap maserasi dengan etanol 96%
perekat yang mengandung senyawa obat, yang selama 3x24 jam, dengan masing-masing
diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif maserasi menggunakan etanol 96%. Hasil
dalam dosis tertentu melalui kulit menuju maserasi disaring dan semua filtrat digabung
aliran darah. Sediaan dalam bentuk patch kemudian pelarut diuapkan dengan rotary
transdermal dapat memberikan pelepasan yang evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.
terkendali ke dalam tubuh pasien. Pada
penelitian sebelumnya biasanya patch rimpang Pembuatan Sediaan Uji
rumput teki dibuat dengan menggunakan Patch transdermal jenis matriks terdiri dari
polimer HPMC dan PVP, pada penelitian ini Etil Selulosa yang dibuat dengan teknik
dibuat patch transdermal menggunakan penguapan pelarut di dalam cawan petri.
polimer yang berbeda yaitu Etil Selulosa dan Dibuat larutan polimer Etil Selulosa di dalam
Polivinyl Alkohol. Etil Selulosa berfungsi metanol dan kloroform dengan perbandingan
sebagai pengatur pelepasan bahan obat yang 1:1 sampai terbentuk larutan yang jernih ,
memiliki sifat stabil dan digunakan sebagai kemudian ditambahkan Polivinyl Alkohol
membran pembantu dalam patch, Polivinyl aduk sampai homogen , lalu tambahkan
Alkohol dalam sediaan patch berfungsi untuk dibuthyl ftalat dan ekstrak, diaduk homogen
menstabilkan dan mengentalkan sediaan dengan menggunakan magnetik stirrer putaran
patch. Selanjutnya dilakukan uji efek terhadap 6 selama lebih kurang ½ jam sehingga
penyembuhan nyeri sendi pada tikus putih diperoleh volume akhir 10 ml. Lalu
jantan dengan metoda penapisan analgetik dipindahkan ke cawan petri diameter 9 cm
nyeri sendi. yang dilapisi aluminium foil dan ditutup pada
bagian atas cawan dengan corong posisi
terbalik. Dikeringkan dalam oven pada suhu
METODE PENELITIAN 60°C selama 1 hari. Kemudian dimasukkan ke
dalam desikator sampai digunakan.
Bahan
Rumput teki ( Cyperus rotundus L. ), Evaluasi Patch
Etil Selulosa, Kloroform, Metanol, Polivinyl A. Pemeriksaan Organoleptis
Alkohol, Dibuthyl ftalat, Natrium Klorida, Pemeriksaan organoleptis meliputi
Natrium Sulfat,kertas saring, aluminium foil, pengamatan bentuk, warna, bau dari patch
tikus. yang dihasilkan.

Alat B. Ketebalan Patch


Alat – alat yang digunakan adalah Patch yang dihasilkan diukur
magnetic stirer, oven, erlemeyer, cawan petri, ketebalannya dengan menggunakan
beaker gelas, batang pengaduk, gelas ukur, mikrometer dengan menggunakan ketelitian
rotary evaporator, kaca arloji, corong, pipet alat Mikrometer Scrub 0,01 mm. Pengukuran
tetes, timbangan digital, desikator, krus dilakukan pada 5 tempat yang berbeda.
porselen, buret, spatel, furnace, mikrometer
scrub 0,01 mm. C. Persentase Uji Higroskopis
Untuk memeriksa stabilitas fisik patch
dalam kondisi dengan kelembaban yang tinggi,
patch ditimbang ditempatkan dalam desikator
yang mengandung larutan jenuh dari Natrium
Klorida selama tiga hari. Patch kembali
ditimbang dan kelembaban persentase

ISSN : 2087-5045 2
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

penyerapan dihitung dengan menggunakan H. Uji Efek Penyembuhan Nyeri Sendi


rumus : PatchTransdermal Ekstrak Etanol
Rimpang Rumput Teki
Persentase penyerapan air X 100%
Adapun cara kerja dari pengujian ini
adalah :
D. Persentase Kehilangan Air 1. Siapkan hewan percobaan dan
aklimatisasi selama 1 minggu dengan
Untuk memeriksa tingkat kehilangan diberi makan dan minum yang cukup.
air dari patch, berat patch ditimbang Hewan yang dinyatakan sehat digunakan
ditempatkan dalam desikator yang berisi dalam penelitian yaitu hewan yang selama
Natrium Sulfat anhidrat selama 24 jam. Setelah pemeliharaan perubahan bobot hewan
24 jam, patch ini ditimbang kembali dan tidak melebihi 10% dan menunjukkan
persentase kehilangan air dapat dihitung perilaku normal.
dengan menggunakan rumus : 2. Larutan AgNO3 1% disuntikkan pada
setiap hewan uji ke dalam sendi tibio
Persentase kehilangan air X 100%
tersienne. Delapan belas jam kemudian
dilakukan pengamatan berupa pengukuran
keliling radang sendi dan refleks nyeri.
E. Uji Iritasi Kulit Hewan yang mencicit karena kesakitan
bila dilakukan gerakan fleksi terhadap
Uji iritasi pada kulit dapat dilakukan sendi yang bengkak sebanyak 10 kali
pada panelis sukarelawan dengan metode uji dalam waktu 1 menit adalah hewan yang
tempel tertutup. Patch digunakan pada 8 orang dapat digunakan untuk percobaan. Hewan
panelis. Patch ini ditempelkan pada bagian yang telah terseleksi ini secara acak
punggung panelis, kemudian diamati dengan dikelompokkan menjadi 6 kelompok,
melihat tanda kemerahan, eritema, dan edema masing-masing terdiri atas 3 ekor tikus.
selama 24 jam. a. Kelompok I merupakan kontrol
positif yang hanya diberikan
F. Persentase Pemanjangan penginduksi larutan AgNO3 1%.
b. Kelompok II merupakan kelompok
Persen pemanjangan adalah perubahan yang diberi basis patch F0
panjang maksimum yang dapat dialami bahan c. Kelompok III merupakan kelompok
pada saat mengalami peregangan atauu ditarik yang diberi sediaan uji F1
sampai sebelum bahan itu robek. Perubahan d. Kelompok IV merupakan kelompok
panjang dapat terlihat apabila patch sobek. yang diberi sediaan uji F2
e. Kelompok V merupakan kelompok
%elongasi X 100% yang diberi sediaan uji F3
f. Kelompok VI merupakan kelompok
yang diberi sediaan patch
Keterangan pembanding
a= panjang awal
3. Terhadap tiap hewan dilakukan gerakan
b= panjang setelah putus
fleksi pada sendi sebanyak 10 kali dalam
1 menit. Sediaan uji dinyatakan
G. Keseragaman Bobot memberikan efek penyembuhan untuk
nyeri sendi bila hewan tidak mencicit
Masing-masing formula diambil tiga
kesakitan oleh gerakan fleksi yang
patch secara acak, ditimbang masing-masing
dilakukan. Waktu pengamatan dilakukan
patch, kemudian dihitung rata-rata berat patch
pada menit 30, jam 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14
pada masing-masing formulasi.
setelah pemberian sediaan uji..
4. Hewan percobaan yang telah
memperlihatkan penurunan nyeri
dilakukan lagi pengukuran keliling radang
sendinya.

ISSN : 2087-5045 3
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Analisa Data Polivinil Alkohol yang bertujuan untuk


Data yang diperoleh diolah secara meningkatkan kekentalan dari sediaan patch.
statistic terhadap dosis dan waktu memakai Plasticizer yang digunakan adalah Dibutil
Analisa Variabel (Anova) satu arah, Ftalat sebanyak 4 ml yang dapat membuat
dilanjutkan uji wilayah Duncan’s Multiple sediaan tidak terlalu kental, tidak lengket, dan
Range Test). bentuknya lebih bagus. Tujuan penggunaan
plasticizer adalah untuk membentuk sediaan
yang elastis, meningkatkan permeabilitas kulit
PEMBAHASAN dan membentuk suatu matriks yang kuat.
Pelarut yang digunakan adalah Metanol dan
Dalam penelitian ini dibuat patch Chloroform yang bertujuan untuk melarutkan
transdermal dengan berat ekstrak etanol Polimer Etil Selulosa. Pemilihan komponen
rimpang rumput 3 gram, 5 gram, 7 gram sediaan didasarkan pada penelitian yang
karena sebelumnya telah dibuat patch dengan dilakukan Rakesh P., dkk, 2009. Formula
konsentrasi yang sama tetapi berbasis patch tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
hidrofilik dan dengan polimer HPMC dan ini :
PVP. Pada penelitian ini dibuat patch
transdermal dengan konsentrasi yang sama
tetapi berbasis lipofilik, polimer yang
digunakan adalah kombinasi Etil Selulosa dan

Tabel 1. Formulasi Patch Transdermal Berbasis Lipofilik


Bahan F0 F1 F2 F3
Ekstrak rimpang rumput teki - 3 5 7
(gram)
Etil Selulosa (mg) 500 485 475 465
Polivinyl Alkohol (mg) 1000 970 950 930
Dibuthyl ftalat (ml) 4 3,9 3,8 3,7
Metanol dan cloroform (1:1) 10 9,7 9,5 9,3

Hasil pemeriksaan organoleptis dari dijadikan sebagai pembanding. Dilihat dari


patch transdermal yaitu F0, F1, F2, dan F3 hasil pemeriksaan bahwa F2 dan F3 lebih tebal
membentuk patch yang baik dengan dibandingkan F0 dan F1 .
konsistensi berbentuk bulat lapis tipis, warna Pemeriksaan persentase kelembaban
coklat muda, bau khas rumput teki kecuali F0 didapatkan F0 (7,76±0,25) menyerap
tidak berwarna dan tidak berbau karena tidak kelembaban dalam jumlah tertinggi dan F3
mengandung ekstrak rumput teki. Warna (7,2±0,2) menyerap kelembaban dalam jumlah
ekstrak rumput teki merata karena ekstrak yang sedikit. Semakin tinggi pemakaian Etil
rumput teki dapat larut dalam campuran Etil Selulosa dan Dibutil Ftalat maka semakin
Selulosa, Polivinil alkohol, Dibuthyl Ftalat, tinggi nilai % kelembaban dalam patch. Hal ini
Metanol dan kloroform. Hal ini dipengaruhi dikarenakan sifat Etil Selulosa dan Dibutil
oleh adanya metanol dan kloroform yang dapat Ftalat yang menyerap air. Persentase
melarutkan ekstrak rumput teki sehingga pada kehilangan air bertujuan untuk memeriksa
saat pengadukan dan setelah proses tingkat kehilangan air dari suatu patch. Pada
pengeringan metanol dan kloroform menguap pemeriksaan ini F0 (basis) mempunyai
warna ekstrak rumput teki menjadi merata. persentase kehilangan air yang tinggi
Pemeriksaan ketebalan patch dibandingkan formula yang lainnya. Dari hasil
bervariasi dari 0,0030 sampai 0,0037 mm. pemeriksaan tidak ada yang mendekati F0 dan
Pemeriksaan ketebalan patch akan untuk F3 (0,2±0,15) paling sedikit tingkat
berpengaruh pada pelepasan zat aktif dari kehilangan air. Semakin tinggi tingkat
sediaan. Semakin tebal patch yang dihasilkan kehilangan air, patch menjadi kering dan
maka pelepasan zat aktif akan semakin lama kehilangan fleksibilitasnya.
sehingga efek yang ditimbulkan juga semakin Pemeriksaan uji iritasi dilakukan pada 8 orang
lama. Pada pemeriksaan ketebalan patch F0 panelis dibagian punggung dengan metoda uji

ISSN : 2087-5045 4
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

tempel tertutup selama 1x24 jam, semua dibandingkan F2 (29,10±0,81) dan F3


formula tidak menimbulkan reaksi iritasi, hal (19,24±0,81) artinya F1 lebih elastis
ini menunjukkan bahwa patch aman dibandingkan formula yang lain. Hasil evaluasi
digunakan. Pemeriksaan persentase patch transdermal yang berbasis etil selulosa
pemanjangan (elongasi) didapatkan F1 dan polivinil alkohol dapat dilihat pada tabel
mempunyai % elongasi yang paling tinggi, dibawah ini :
(38,96±2,15) % elongasi lebih tinggi

Tabel 2. Hasil Evaluasi Patch Transdermal Dari Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Pengamatan
Evaluasi
F0 F1 F2 F3
Organoleptis
Bentuk BT BT BT BT
1
Bau TB KT KT KT
Warna TW CM CT CT
Ketebalan Patch 0,0031± 0,0031± 0,0033± 0,0033±
2
0,0001mm 0,0001mm 0,0001mm 0,0002mm
Variasi Berat Patch 2,5580± 3,1028± 3,1058± 3,11±
3
0,009 g 0,002g 0,003 g 0,001 g
4 Persentase Uji Higroskopis 7,76% 7,63% 7,3% 7,2%
5 Persentase Kehilangan Air 2,0% 0,53% 0,3% 0,2%
6 Uji Iritasi TI TI TI TI
Persentase Pemanjangan
7 13,80% 38,96% 29,10% 19,24%
(%Elongasi)

Pada uji efek penyembuhan nyeri Pada kelompok IV (F2) terjadi penurunan
sendi patch trandermal ekstrak etanol refleks nyeri pada jam ke-6. Pada kelompok V
rimpang rumput teki hewan percobaan yang (F3) terjadi penurunan refleks nyeri pada jam
digunakan adalah tikus putih jantan. Hewan ke-4 dan kelompok VI pada jam ke-1.
percobaan tersebut diinduksi dengan Pengukuran diameter radang pada
meyuntikkan AgNO3 1% kedalam sendi kaki sendi tikus menunjukkan penurunan refleks
tikus bagian belakang sehingga dapat memicu nyeri dengan cara mengukur diameter awal
respon inflamasi dan menyebabkan nyeri. pada jam ke-0,5 dan diameter akhir pada jam
Setelah 18 jam penginduksian dilakukan ke-14. Pada kelompok I dan kelompok II tidak
gerakan fleksi pada kaki tikus yang telah diberi terjadi penurunan diameter radang. Pada
penginduksi. Hewan yang menunjukkan kelompok III (F1) terjadi penurunan diameter
refleks nyeri karena dilakukan gerakan fleksi radang dengan rata-rata 0,16 cm. Pada
adalah yang dapat dipakai dalam percobaan. kelompok IV (F2) terjadi penurunan diameter
Setelah dilakukan perlakuan terhadap masing- radang dengan rata-rat 0,2 cm. Pada kelompok
masing kelompok maka didapatkan hasil V (F3) terjadi penurunan diameter radang
bahwa sudah ada penurunan refleks nyeri pada dengan rata-rata 0,23 cm dan pembanding
masing-masing kelompok, kelompok I dan dengan rata-rata 0,33cm. Hasil uji aktifitas
kelompok II (F0) penurunan refleks nyeri patch untuk pengobatan nyeri sendi dapat
terjadi pada jam ke-10. Pada kelompok III (F1) dilihat pada gambar dibawah ini:
terjadi penurunan refleks nyeri pada jam ke-8.

ISSN : 2087-5045 5
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Gambar 1: Diagram Hubungan Kelompok Perlakuan dengan Jumlah Refleks


Nyeri pada Berbagai Waktu Pengamatan Terhadap Tikus Putih Jantan

KESIMPULAN DAN SARAN Putri V.P, Widdhi B., Adithya Y., 2013, Uji
Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki
Kesimpulan (Cyperus rotundus l.) Pada Tikus Putih
Berdasarkan penelitian yang telah Jantan Galur Wistar (Rattus
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa novergicus), Pharmacon Jurnal Ilmiah
ekstrak etanol rimpang rumput teki dapat Farmasi – Unsrat. vol. 2 no. 02
diformulasi dalam bentuk patch transdermal Rakesh P., Grishma Patch And Ashok Barian,
dengan polimer Etil Selulosa dan Polivinil 2009, Formulation and Evaluation of
Alkohol, plasticizer Dibuthyl Ftalat. Transdermal Patch of Aceclofenac,
Patch transdermal ekstrak etanol International Journal of Drug Delivery
rimpang rumput teki memiliki aktivitas untuk I. Vol. 2 no. 3
pengobatan nyeri sendi dan berdasarkan Sudarsono, A. Pudjiarinto, D. Gunawan, S.
Analisa Variabel (ANOVA) satu arah dengan Wahyono, I.A.Donatus, M. Dradjad, S.
p <0,05. Penurunan refleks nyeri pada Wibowo, dan Ngatidjan.
kelompok F3 dengan konsentrasi ekstrak 7% 1996.Tumbuhan Obat, Hasil
lebih cepat dibandingkan kelompok lain F0, F1 Penelitian, Sifat-Sifat danPenggunaan.
dan F2. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat
Tradisional (PPOT) UGM
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan uji difusi patch transdermal
ekstrak etanol rimpang rumput teki dengan
basis Etil Selulosa dan Polivinil Alkohol

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I, 1980, Materi


Medika Indonesia, Jilid IV, Jakarta.
Murnah, 1995, Pemeriksaan Kualitatif dan
Kuantitatif Minyak Atsiri dan Tanin
dalam Umbi Teki, Jurnal Kedokteran
Dipenogoro 30(3 dan 4) : 234-23.

ISSN : 2087-5045 6
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT


DI PUSKESMAS RAWAT INAP SIDOMULYO KOTAMADYA
PEKANBARU
Husnawati, Anita Lukman, Indra Ardyansyah
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
Email : hoe5na@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan sistem penyimpanan obat yang tepat di
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Rawat inap Sidomulyo Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan
dengan metode observasional dengan desain studi deskriptif. Data dikumpulkan dengan mengisi check
list lembar berdasarkan pengamatan dan wawancara dipandu gratis. Sampel dalam penelitian ini
adalah orang yang bertanggung jawab (apoteker) terhadap penyimpanan obat dan gudang di
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian
besar kondisi penyimpanan obat di Puskesmas Rawat inap Sidomulyo Pekanbaru telah memenuhi
sesuai persyaratan Depkes RI tahun 2008 dan 2010, yang 80% dari kondisi gudang obat dalam
kategori baik, 100% dari penyimpanan obat dalam kategori sangat baik dan 100% dari stok obat
persediaan dalam kategori sangat baik.

Kata kunci : penyimpanan obat, puskesmas, Pekanbaru, metode observasional

ABSTRACT

Research on implementation of proper drug storage system had been done at Puskesmas
(public health center) Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. This research was conducted by
observational method using descriptive design study. Data was collected by filling in the check list
sheet based on the observations and free guided interviews. The sample in this study was the person in
charge (pharmacist) of drug storage and the warehouse at Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
Pekanbaru. The result obtained showed that most of drug storage condition at Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru has fulfilled the requirement accordance to Depkes RI 2008 and 2010, which
were 80% of drug warehouse condition in good category, 100% of drug storage in very good category
and 100% of inventory drug stock in very good category.

Keywords : drug storage, public health center, Pekanbaru, observational method

PENDAHULUAN menyangkut lima fungsi pokok yaitu


perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas penyimpanan serta penggunaan obat (Anonima,
adalah suatu pelayanan langsung dan 2014).
bertanggung jawab kepada pasien yang Salah satu faktor yang mendukung
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan penjaminan mutu obat adalah bagaimana
maksud mencapai hasil untuk meningkatkan penyimpanan obat yang tepat dan sesuai
mutu kehidupan pasien, yang meliputi dengan standar yang telah ditetapkan. Kegiatan
pengelolaan obat, bahan medis habis pakai penyimpanan disini mencakup tiga faktor yaitu
dan pelayanan farmasi klinik dengan pengaturan ruangan, penyusunan obat, serta
memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, pengamatan mutu fisik obat (Linarni &
saranadan metode tata laksana yang sesuai Hasanbasri, 2006).
dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
Kegiatan pengelolaan obat di puskesmas Pekanbaru merupakan puskesmas yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang memberikan pelayanan kesehatan rawat inap di

ISSN : 2087-5045 7
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

wilayah kerja Kelurahan Delima dan pemadam kebakaran (APAR) yang


Sidomulyo Barat. Di Puskesmas Rawat Inap terletak didaerah yang terjangkau dan
Sidomulyo belum pernah dilakukan penelitian memiliki kipas angin. Kunci gudang obat
mengenai sistem penyimpanan obat. puskesmas ini hanya dikuasai atau
Berdasarkan hal diatas, peneliti merasa tertarik dipegang oleh apoteker penanggung
untuk melakukan penelitian mengenai jawab dan pegawai lain yang hanya
pengelolaan obat terutama penyimpanan obat dikuasakan oleh apoteker saja dan juga
di puskesmas untuk mengetahui seberapa jauh pintu untuk masuk kegudang ini
kegiatan penyimpanan obat itu dapat berjalan dilengkapi dengan kunci ganda.
dengan baik. Untuk persyaratan gudang secara keseluruhan
sudah baik, tetapi masih ada dua item yang
belum memenuhi persyaratan yang seharusnya,
METODOLOGI yaitu pada item dinding dibuat licin dan
pencahayaan di ruangan gudang obat ini belum
Penelitian ini merupakan penelitian memenuhi standar persyaratan gudang obat
observasional yang bersifat deskriptif. yang semestinya. Karena pada saat
Pengambilan data dilakukan melalui pengisian dilakukannya pengamatan cat yang digunakan
lembar check list dengan pengamatan dan pada gudang obat ini tidak menggunakan cat
wawancara bebas terpimpin. Populasi dalam minyak. Tujuan penggunaan cat minyak disini
penelitian ini adalah Puskesmas Rawat Inap bertujuan agar dinding dapat menjadi licin dan
Sidomulyo Kotamadya Pekanbaru. Sampel tidak ada debu yang lengket pada dinding
dalam penelitian ini adalah gudang dan tersebut.Jadi peneliti menyimpulkan bahwa
penanggung jawab (apoteker) gudang puskesmas ini belum memenuhi item untuk
penyimpanan obat di Puskesmas Rawat Inap dinding yang dibuat licin. Kemudian item yang
Sidomulyo Kotamadya Pekanbaru. Data belum memenuhi standar lainnya yaitu
dianalisa secara deskriptif persentase yang pencahayaan di gudang puskesmas ini hanya
terbagi menjadi lima kriteria, yaitu sangat baik, mengandalkan cahaya dari lampu saja, karena
(81% - 100%), baik (61% - 80%), cukup baik ventilasi yang terdapat di ruangan gudang obat
(41% - 60%), kurang baik (21% - 40%) dan ini hanya terdiri dari beberapa lubang kecil
sangat kurang baik ( 0% - 20%). saja dan menyebabkan minimnya cahaya dan
aliran udara yang masuk ke ruangan gudang
obat ini. Seharusnya menurut standar, cahaya
HASIL DAN PEMBAHASAN matahari dan aliran udara dari luar yang masuk
juga diperlukan untuk mengatasi kelembapan,
Setelah dilakukan penelitian untuk sehingga obat yang disimpan tidak rusak
mengetahui implementasi sistem penyimpanan secara fisik dan kimia (Anonim, 2008 &
obat di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Anonima, 2010).
Kotamadya Pekanbaru diperoleh hasil sebagai
berikut: :
1. Persyaratan Gudang Obat
Secara keseluruhan persentase (%) sistem
penyimpanan obat yang memenuhi
persyaratan gudang obat masuk kedalam
kategori baik dengan jumlah persentase
80%. Berdasarkan hasil pengamatan di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
Pekanbaru, puskesmas ini memiliki
gudang penyimpanan obat dengan luas
4x6 m2. Luas gudang tersebut sudah
memenuhi standar ukuran gudang dengan
luas minimal 3x4 m2. Ruangan di gudang
ini juga memenuhi standar yaitu dengan
memiliki ventilasi dan juga lantai di
ruangan gudang ini terbuat dari keramik.
Gudang puskesmas ini juga memiliki alat

ISSN : 2087-5045 8
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel I. Persentase (%) Persyaratan Gudang Obat.


Skor Persentase
Skor
No Aspek Yang Dinilai Ideal (%)
Empirik (n)
(N) (DP)
1 Ada gudang penyimpanan obat 1 1 100%
2 Luas minimal 3x4 m2 1 1 100%
3 Ruang kering tidak lembab 1 1 100%
4 Ada ventilasi agar ada aliran udara
1 1 100%

5 Cahaya yang cukup 0 1 0%


6 Lantai dari keramik (tegel) atau semen
1 1 100%
7 Dinding dibuat Licin 0 1 0%
8 Kunci gudang dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab dan pegawai lain 1 1 100%
yang dikuasakan
9 Ada pintu dilengkapi kunci ganda 1 1 100%
10 Alat Pemadam Kebakaran 1 1 100%
Total 8 10 80%
Rata-rata Persentase DP=n/Nx100% 80%

2. Penyimpanan/ Penyusunan Stock Obat psikotropika yang dikunci ganda yang


Hasil persentase (%) yang diperoleh dari terbuat dari kayu.
sistem penyimpanan obat yang memenuhi Puskesmas ini juga menyimpan sediaan
pengaturan/penyusunan stok obat masuk farmasi yang memiliki penampilan dan
kedalam kategori sangat baik dengan penamaan yang mirip atau biasa disebut
jumlah persentase 100%. Hal ini LASA (Look Alike Sound Alike) ditempat
menunjukkan bahwa petugas di yang terpisah. Definisi LASA (Look Alike
puskesmas ini sudah mengikuti standar Sound Alike Drugs) adalah obat-obat yang
penyimpanan obat menurut standar tampak kelihatan mirip (nama obat,
pelayanan farmasi di puskesmas. rupa/bentuk obat dan dalam pengucapan
Berdasarkan hasil pengamatan dan nama obatnyapun mirip). Karena hal ini
wawancara di UPTD Puskesmas Rawat dapat menimbulkan medication error dan
Inap Sidomulyo Pekanbaru, diperoleh menyebabkan dampak yang serius
hasil bahwa puskesmas ini sudah terhadap pasien jika terjadi kesalahan
memenuhi standar persyaratan yang dalam penggunaannya dan sebaiknya
seharusnya, seperti dengan menerapkan dibedakan tempat penyimpanannya.
sistem FIFO dan FEFO, menyimpan atau Walaupun terletak dalam kelompok abjad
menyusun obat berdasarkan bentuk yang sama harus diselingi dengan
sediaan dan secara alfabetis yang minimal dua obat dengan kategori LASA
dilengkapi dengan kartu stok masing- diantara atau ditengahnya. Selain itu,
masing obat, menyimpan obat-obat sebagai tenaga kerja kesehatan harus
tersebut menggunakan almari, rak dan dibiasakan untuk mengeja nama obat
pallet. Almari yang digunakan yaitu dengan kategori LASA pada saat memberi
almari yang terbuat dari kayu dan rak atau menerima instruksi (Azwar, 2014).
yang digunakan terbuat dari Banyaknya nama obat membuat
besi.Puskesmas ini juga menggunakan medication error didasarkan pada
almari khusus untuk menyimpan penampilan yang mirip atau suara ketika
obat/bahan obat sediaan narkotika dan ditulis atau diucapkan atau juga telah
diidentifikasi memiliki potensi yang

ISSN : 2087-5045 9
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

membingungkan. Oleh karena itu sebagai (40-80C). Obat-obat yang baru datang
tenaga kefarmasian kita bertanggung diletakkan diatas pallet dengan rapi.
jawab penuh untuk mengatasi kesalahan
tersebut. Kemudian obat-obat khusus
seperti vaksin dan serum disimpan di
lemari pendingin yang terjaga dalam suhu

Tabel II. Persentase (%)Penyimpanan/ Penyusunan StockObat


Skor Skor Persentase
No Aspek Yang Dinilai Empirik Ideal (%)
(n) (N) (DP)
1 Menerapkan sistem FIFO dan FEFO 1 1 100%
2 Menurut bentuk sediaan dan alfabetis 1 1 100%
3 Menggunakan almari, rakdan pallet 1 1 100%
4 Menggunakan almari khusus untuk
menyimpan sediaan narkotika dan psikotropika 1 1 100%
5 Menggunakan almari khusus untuk perbekalan
farmasi yang memerlukan penyimpanan pada 1 1 100%
suhu tertentu
6. Penyimpanan sediaan farmasi yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,
Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan 1 1 100%
berdekatan untuk mencegah
terjadinyamedication error
7. Dilengkapi kartu stokobat
1 1 100%

Total 7 7 100%

Rata-rata Persentase DP=n/Nx100% 100%

3. Sistem Pencatatan Stock Obat hanya digunakan untuk mencatat data


Secara keseluruhan persentase (%) sistem mutasi satu jenis obat saja yang berasal
penyimpanan obat yang memenuhi sistem dari satu sumber dana (BLUD/APBD) dan
pencatatan stok obat sudah memenuhi tiap baris data hanya untuk mencatat satu
kriteria dan masuk kedalam kategori kejadian mutasi obat. Apabila terjadi
sangat baik dengan jumlah persentase mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
100%. Berdasarkan hasil pengamatan dan rusaknya obat dan hilangnya obat atau
wawancara di UPTD Puskesmas Rawat kadaluarsa), harus langsung dicatat di
Inap Sidomulyo Pekanbaru, diperoleh dalam kartu stok. Data penerimaan dan
hasil bahwa puskesmas ini sudah pengeluaran obat dijumlahkan setiap akhir
memenuhi standar yang seharusnya, bulan. Data tersebut digunakan untuk
seperti menggunakan kartu stok untuk menyusun laporan, perencanaan anggaran
mencatat mutasi obat (penerimaan, obat, pengadaan obat, distribusi obat dan
pengeluaran, hilangnya obat dan rusaknya sebagai pembanding terhadap keadaan
obat atau kadaluarsa). Pencatatan yang fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
dilakukan juga dikerjakan secara rutin per
harinya dan setelah mencatat kartu stok
tersebut diletakkan kembali ke tempat
masing-masing obat. Telah diketahui juga
bahwa dari masing-masing kartu stok

ISSN : 2087-5045 10
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel III. Persentase (%) Sistem Pencatatan Stock Obat.


Persentase
Skor Skor Ideal
No Aspek Yang Dinilai (%)
Empirik (n) (N)
(DP)
1 Kartu stok digunakan untuk mencatat
mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, 1 1 100%
hilang, rusak atau kadaluarsa)
2 Pencatatan dilakukan secara rutin dari
1 1 100%
hari ke hari
3 Kartu stok diletakkan
bersamaan/berdekatan dengan obat 1 1 100%
bersangkutan
4 Tiap lembar kartu stok hanya
diperuntukkan untuk mencatat data
1 1 100%
mutasi (1) satu jenis obat yang berasal
dari (1) sumber dana
5 Tiap baris data hanya diperuntukkan
untuk mencatat (1) satu kejadian mutasi 1 1 100%
obat
6 Tiap terjadi mutasi obat
(penerimaan,pengeluaran, hilang, rusak
1 1 100%
atau kadaluarsa) langsung dicatat di
dalam kartu stok
7 Penerimaan dan pengeluaran
1 1 100%
dijumlahkan pada setiap akhir bulan
8 Data pada kartu stok digunakan untuk
menyusun laporan, perencanaan,
pengadaan, distribusi dan sebagai 1 1 100%
pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanannya
Total 8 8 100%
Rata-rata Persentase DP=n/Nx100% 100%

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Setelah dilakukan penelitian tentang
Implementasi Sistem Penyimpanan Obat di Anonim, 2008, Pedoman Perbekalan Farmasi
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kotamadya Di Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.
Pekanbaru dengan menggunakan lembar check Anonima, 2010, Standar Pelayanan
list didapatkan hasil bahwa: Pada parameter Kefarmasian di Puskesmas, Depkes
persyaratan gudang obat sudah memenuhi RI, Direktorat Jenderal Bina
persyaratan Depkes RI 2008 dan Depkes RI Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
2010 dengan persentase yaitu, 80% yang Jakarta.
sudah masuk dalam kategori baik, pada Anonima, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan
parameter persyaratan penyimpanan obat RI No 30/Menkes/Per/VII/2014
dengan persentase 100% yang sudah masuk tentang Standar Pelayanan
kedalam kategori sangat baik, dan pada Kefarmasian di Puskesmas, Depkes
parameter persyaratan pencatatan stock obat RI, Jakarta.
juga dengan persentase 100 % yang sudah Azwar, M., 2014,Peningkatan Keamanan
masuk kedalam kategori sangat baik. Obatyang Perlu Diwaspadai (High-
Alert Medications) ,

ISSN : 2087-5045 11
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

http://marlinaazwar.blogspot.co.id.diak
ses 5 Oktober 2015
Linarni, J.,dan Hasanbasri, M.., 2006, Mutu
Pelayanan Farmasi di Puskesmas Kota
Padang, Tesis, Working Paper KMPK
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Notoadmojo, S., 2003, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.

ISSN : 2087-5045 12
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI


TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn)
TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi


Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi
Email : megayuriano@yahoo.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sitotoksis dari beberapa macam varian daun the
sirsak (Anona muricata Linn). Daun sirsak diolah menjadi tiga macam daun teh yaitu teh hijau, teh
hitam, teh oolong. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode "Brine Shrimp Lethality Test".
Nilai LC50 dari ketiga ekstrak the daun sirsak adalah 102,32 ppm untuk ekstrak etanol teh hijau, 38.01
ppm untuk teh hitam dan 63,09 ppm untuk teh oolong. Teknik pengolahan teh daun sirsak dapat
mempengaruhi aktivitas sitotoksik.

Kata kunci: Annona muricata, sitotoksik, ekstrak

ABSTRACT

A research on the cytotoxic activity of several variants leaves of the soursop (Anona muricata
Linn). Soursop leaf is processed into three kinds of tea leaves are green tea, black tea, oolong tea.
Cytotoxic activity test was conducted using "Brine Shrimp Lethality Test". LC50 value of the three
extracts of the leaves of the soursop is 102.32 ppm for ethanol extract of green tea, black tea 38.01
ppm and 63.09 ppm for oolong tea. Soursop leaf tea processing techniques can affect the cytotoxic
activity.

Keywords : Annona muricata, cytotoxic, extract

PENDAHULUAN Seiring perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi, variasi minuman
Penggunaan tanaman obat sudah saat ini terus berkembang, seperti minuman
dikenal sejak lama oleh masyarakat dunia, herbal berbahan baku daun sirsak yang
termasuk Indonesia (Suparni & Wulandari, dikemas dalam bentuk teh. Minuman ini mulai
2012). Dari 30.000 spesies tumbuhan yang banyak diminati oleh masyarakat untuk
ada, lebih kurang 1.260 spesies dapat kebugaran tubuh dan mengatasi berbagai
dimanfaatkan sebagai obat, salah satunya keluhan penyakit. Jenis teh bervariasi
sebagai obat kanker (Mangan, 2010). tergantung dari teknik pengolahan yaitu teh
Tanaman sirsak (Annona muricata hijau, teh oolong, dan teh hitam (Ajisaka,
Linn) merupakan salah satu tanaman yang 2012).
dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat. Berdasarkan potensi pengolahan daun
Tanaman ini berasal dari Karibia, Amerika sirsak menjadi berbagai macam variasi teh,
Tengah dan Amerika Selatan (Rukmana & maka dilakukan penelitian untuk mengetahui
Yuniarsih, 2001). Berbagai hasil penelitian pengaruh teknik pengerjaan teh daun sirsak
sudah membuktikan bahwa daun sirsak terhadap aktivitas sitotoksik.
merupakan bagian dari tanaman sirsak yang
paling sering digunakan sebagai bahan obat.
Beberapa tahun belakangan ini ekstrak daun
sirsak semakin banyak dipakai untuk
menghambat pertumbuhan kanker (Yuliatin,
2011). Kandungan sirsak yang aktif sebagai
antikanker adalah acetogenin (Anonim, 2012).

ISSN : 2087-5045 13
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

METODE PENELITIAN untuk menjalani proses fermentasi. Proses


fermentasi berlangsung selama tiga hari,
Metodologi Penelitian selanjutnya proses pengeringan dengan
Alat cara disangrai selama 30 menit, kemudian
Alat yang digunakan lumpang dan hasil pengeringan ditimbang.
stamfer, pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung c. Pengolahan teh oolong
reaksi, plat tetes, penjepit tabung reaksi, lampu Masing-masing sampel sebanyak 500 g
spritus dan korek api, pisau, gunting, kertas dilayukan selama 24 jam dengan cara
koran, sendok, kompor, baki, panci kukus, diangin-anginkan. Selanjutnya dirajang
timbangan, botol gelap, gelas piala 500 ml, dan digulung selama 20 menit. Setelah
corong, batang pengaduk, satu set alat rotary proses penggulungan daun teh diletakkan
evaporator, vial, desikator, aquarium, aerator, diatas meja untuk menjalani proses
lampu 5 watt. fermentasi. Proses fermentasi berlangsung
selama satu hari, selanjutnya proses
Bahan pengeringan dengan cara disangrai selama
Bahan yang digunakan H2SO4 2 N, 30 menit, kemudian hasil pengeringan
serbuk logam Mg, HCl pekat, CH3COOH ditimbang.
anhidrat, FeCl3, pereaksi Mayer, pereaksi Proses Ekstraksi
Liebermann-Burchard, pereaksi Dragendorff, 1. Ekstraksi dilakukan dengan metoda
kloroform, amoniak, etanol, etil asetat, heksan, maserasi dimana masing-masing sampel
pereaksi vanilin sulfat dan kapas, air laut, ditimbang, kemudian masukan ke dalam
sampel uji dan Dimetil Sulfoksida (DMSO). botol maserasi berwarna gelap,
tambahkan pelarut sampai sampel
terendam, perendaman dilakukan selama
Hewan percobaan 5 hari dengan diaduk setiap hari untuk
Hewan percobaan yang digunakan larva mempercepat proses pelarutan komponen
Artemia salina leach. kimia yang terdapat dalam sampel.
Prosedur Penelitian Ekstraksi dilakukan berulang-ulang kali
Pengambilan Sampel sehingga sampel terekstraksi secara
Sampel segar daun sirsak tua diambil sempurna yang ditandai dengan pelarut
1,5 kg di Nagari Lasi, Kabupaten Agam pada sampel berwarna bening.
Sumatera Barat. 2. Masing-masing sampel yang telah
direndam dengan pelarut tadi disaring
Uji Aktivitas Sitotoksik Teh Daun Sirsak dengan menggunakan kertas saring dan
Pengolahan sampel kapas untuk mendapatkan maserat murni
Masing-masing sampel daun sirsak yang tidak ada pengotornya. Kemudian
diolah dengan metoda pengerjaan teh hijau, teh ekstrak dipekatkan dengan Rotary
hitam dan teh oolong. Evaporator.
a. Pengolahan teh hijau 3. Untuk susut pengeringan, timbang scall
Sampel sebanyak 500 g dipanaskan kosong, lalu masukan ekstrak sebanyak 1
dengan uap selama 5 menit. Sampel g, kemudian panaskan selama 30 menit
kemudian dirajang dan digulung dengan pada suhu 105°C, lalu masukan ke dalam
cara yang sederhana, yaitu daun sedikit desikator dalam keadaan tutup dibuka lalu
demi sedikit ditaruh diatas meja, timbang scall dan ulangi sampai
kemudian digulung dengan telapak tangan didapatkan bobot tetap.
selama 20 menit. Selanjutnya proses Uji Sitotoksik
pengeringan dilakukan dengan cara 1. Telur Artemia salina Leach direndam
disangrai selama 30 menit, kemudian dalam wadah yang berisi air laut selama
hasil pengeringan ditimbang. 10-15 menit, telur yang ada didasar wadah
b. Pengolahan teh hitam diambil kemudian ditetaskan dalam
Sampel sebanyak 500 g dilayukan selama wadah berisi air laut di bawah cahaya
24 jam dengan cara diangin-anginkan. lampu 5 watt dan dilengkapi aerator.
Kemudian dirajang dan digulung selama Telur Artemia salina Leach akan menetas
20 menit. Setelah proses penggulungan menjadi larva selama 24 jam. Larva yang
selesai, daun teh diletakkan di atas meja telah berumur 24 jam yang akan

ISSN : 2087-5045 14
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

digunakan sebagai hewan uji aktifitas f. Setelah itu semua vial 1 (a,b,c), 2
sitotoksik. (a,b,c), 3 (a,b,c) dan k dimasukan
2. Pembuatan Larutan Uji ke dalam oven dengan suhu 60°C
a. Buat larutan induk dengan selama 1 jam sampai kering.
konsentrasi 100.000 ppm sebanyak g. Untuk semua vial ditambahkan 2
10 ml dengan cara menambahkan tetes DymethilSulfoxid untuk
ekstrak sebanyak 1 gram kemudian menambahkan kelarutan ekstrak.
dilarutkan etanol ad 10 ml. Kemudian tambahkan air laut
b. Untuk konsentrasi 10.000 ppm, sebanyak 4 ml dan masukan 10
dipipet masing-masing sebanyak 1 ekor larva udang Artemia salina
ml dari larutan induk sebanyak 4 Leach yang berumur 24 jam ke
vial, vial diberi tanda 1 a, 1 b, 1 c dalam vial dan tambahkan air laut
dan 1 d. Vial tanda 1 (a,b,c) untuk ad 10 ml. Vial-vial tersebut
konsentrasi 10.000 ppm sedangkan diletakan dibawah penerangan
vial 1 d di ad kan dengan etanol 10 selama 24 jam.
ml untuk dibuat pengenceran h. Amati jumlah larva udang Artemia
konsentrasi 1000 ppm. salina Leach yang mati setelah 24
c. Pipet sampel masing-masing 1 ml jam dalam tiap vial.
dari larutan vial 1 d masukan ke i. Hitung nilai LC50 dengan
dalam 4 vial, beri tanda 2 a, 2 b, 2 c menggunakan metode Farmakope
dan 2 d. Vial tanda 2 (a,b,c) untuk Indonesia.
konsentrasi 1000 ppm sedangkan
vial 2 d di ad kan dengan etanol 10
ml untuk dibuat pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 100 ppm.
d. Pipet sampel masing-masing 1 ml Hasil
dari larutan vial 2 d masukan ke 1. Dari uji pendahuluan kandungan kimia
dalam 3 vial, beri tanda 3 a, 3 b, 3 c daun sirsak Annona muricata Linn
untuk konsentrasi 100 ppm. menunjukan adanya kandungan senyawa
e. Untuk larutan kontrol digunakan alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid dan
etanol 1 ml dimasukan dalam vial saponin.
dan diberi tanda k.

Tabel I. Hasil uji pendahuluan kandungan kimia metabolit sekunder.


No Kandungan kimia Pereaksi Hasil

1 Alkaloid Mayer +

2 Flavonoid Asam klorida pekat/logam +


magnesium
3 Terpenoid Kloroform/Asam sulfat +

4 Saponin Air/ Asam klorida pekat +

5 Fenolik Besi (III) klorida +

2. Dari 500 g masing-masing sampel teh Leach didapatkan LC50 sebesar 102,32
daun sirsak tua, didapatkan ekstrak kental ppm untuk teh hijau, 38,01 ppm untuk teh
teh hijau seberat 31,43 g, teh hitam hitam, dan 68,09 ppm untuk teh oolong.
seberat 14,60 g, teh oolong seberat 18,28
g. Pembahasan
3. Uji sitotoksik dari ekstrak daun sirsak Pada penelitian ini sampel yang
terhadap larva udang Artemia salina digunakan adalah daun sirsak (Annona

ISSN : 2087-5045 15
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

muricata Linn) yang diambil di Nagari Lasi, sampel memberikan hasil (+) alkaloid,
Kabupaten Agam Kota Bukittinggi seberat 1,5 flavonoid, saponin, fenolik, dan terpenoid.
kg. Pemilihan kondisi daun adalah daun yang Namun memberikan hasil (-) steroid.
sudah tua yaitu ditandai dengan warna hijau Penelitian yang dilakukan oleh Erika Fitriani
tua, tebal, dan daun agak kaku karena tulang terhadap daun sirsak menunjukkan hasil yang
daun yang bertekstur keras (Sunarjono, 2005). sama, yakni ekstrak etanol mengandung
Selanjutnya daun sirsak diolah dengan 3 alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, tanin,
pengolahan teh, yaitu pengolahan teh hijau, teh triterpenoid. Untuk uji tanin dan triterpenoid
hitam, dan teh oolong (Ajisaka, 2012). tidak dilakukan karena keterbatasan reagen
Sampel dikeringkan dengan cara yang diperlukan.
disangrai menggunakan api sedang yang Untuk pengujian sitotoksik atau LC50
bertujuan untuk mengurangi kadar air digunakan metoda Brine Shrimp Lethality Test
(Setymidjaja, 2000). Dari proses pengolahan (BSLT). Metoda ini dipakai karena selain
ini diperoleh hasil pengeringan seberat 250 g mudah, cepat, murah juga merupakan salah
untuk masing-masing teh daun sirsak. satu metoda uji toksisitas yang banyak
Metoda ekstraksi yang digunakan digunakan dalam penelusuran senyawa
adalah maserasi yakni dengan menggunakan bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam.
etanol destilasi. Metoda ini dipilih karena Metoda ini menggunakan larva udang Artemia
mempunyai keuntungan selain menggunakan salina Leach sebagai hewan uji (Radji, 2008).
alat yang sederhana dan juga dapat menarik Penetasan udang terlebih dahulu direndam
zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan air laut di dalam aquarium tertutup atau
yang tidak tahan pemanasan maupun yang terbebas cahaya dan dilengkapi aerator dan
tahan pemanasan. Sampel direndam dengan lampu 5 watt. Penggunaan aerator adalah
etanol sebanyak 1500 ml didalam botol kaca untuk meningkatkan oksigen dalam air dan
berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya, lampu sebagai sumber cahaya, dimana cahaya
hal ini bertujuan untuk melindungi simplisia itu sebagai tujuan larva udang yang telah
agar tidak teroksidasi. Perendaman dilakukan menetas. Larva udang yang siap dipakai adalah
selama 5 hari dan diaduk sekali-sekali, selama larva udang yang telah menetas dan berumur
5 hari perendaman, pelarut diganti, dan 24 jam karena biasanya telur-telur sudah
maserat disaring dengan menggunakan kapas menetas menjadi larva dalam waktu 24-36 jam.
agar maserat terbebas dari partikel-partikel dan Pada pengujian LC50 semua larutan
endapan. Penyarian dilakukan sebanyak 3x uji yang telah dibuat dimasukan ke dalam oven
dan setiap penambahan pelarut harus terukur selama 2 jam dengan suhu 60°C, ekstrak
(Djamal, 2010). tersebut dimasukan kedalam oven agar ekstrak
Maserat yang telah dimaserasi terbebas dari etanol. Selanjutnya masing-
selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan masing larutan uji ditambahkan DMSO
rotary evaporator. Rotary evaporator sebanyak 2 tetes dan diaduk, penambahan
digunakan untuk memperoleh ekstrak kental. DMSO bertujuan agar ekstrak dapat larut
Ekstrak kental yang diperoleh dari masing- dengan baik, kemudian dibuat larutan kontrol
masing pengolahan teh daun sirsak adalah sebagai pembanding yang bertujuan untuk
sebanyak 31,43 g untuk teh hijau, 14,60 g teh memastikan bahwa air laut dan DMSO tidak
hitam, 18,28 g teh oolong. memberikan efek toksik pada larva.
Dari hasil perhitungan didapatkan
persentase susut pengeringan daun sirsak Tabel II. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak
sebesar 21,7% untuk teh hijau, 14,8% untuk etanol daun sirsak dengan variasi
teh hitam, 10,9% untuk teh oolong. pengolahan teh
Berdasarkan literatur susut pengeringan dari No Ekstrak Teh Nilai LC50
daun teh tidak lebih dari 10% (Anonim, 2011).
Dalam hal ini susut pengeringan sampel masih 1 Teh Hijau 102,32 ppm
diatas 10%, ini menunjukan masih kurangnya 2 Teh Hitam 38,01 ppm
waktu pada proses penyangraian. 3 Teh Oolong 68,09 ppm
Skrining fitokimia bertujuan untuk
pemeriksaan senyawa aktif yang terdapat Dari tabel diatas terlihat bahwa semua
dalam tanaman. Skrining Fitokimia yang ekstrak teh daun sirsak dengan variasi
dilakukan terhadap daun sirsak tua, diketahui pengolahan teh aktif sitotoksik yang

ISSN : 2087-5045 16
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

ditunjukan dengan nilai LC50 kecil dari 1000


ppm yaitu nilai untuk masing-masingnya teh
hitam 38,01 ppm, teh oolong 68,09 ppm dan
teh hijau 102,32 ppm. Dengan bervariasinya
nilai LC50 dari masing-masing ekstrak maka
dapat disimpulkan bahwa teknik pengolahan
teh memiliki pengaruh terhadap aktivitas
sitotoksik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari pengujian ekstrak teh daun sirsak
dengan konsentrasi 10.000 ppm, 1000 ppm dan
100 ppm memberikan efek sitotoksik dengan
nilai LC50 sebesar 102,32 ppm untuk teh hijau,
38,01 ppm untuk teh hitam dan 68,09 ppm
untuk teh oolong, sehingga teknik pengolahan
teh memiliki pengaruh terhadap aktivitas
sitotoksik.

Saran
Disarankan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan metoda lain
untuk pengujian sitotoksik.

DAFTAR PUSTAKA

Ajisaka, 2012, Teh Dahsyat Khasiatnya,


Stomata, Surabaya.
Anonim, 2012, Herbal Indonesia Berkhasiat,
Volume 10, PT Trubus Swadaya,
Jakarta.
Djamal, R., 2010, Kimia Bahan Alam Prinsip-
Prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi,
Penerbit Universitas Baiturrahmah,
Padang.
Mangan, Y., 2010, Solusi Sehat Mencegah dan
Mengatasi Kanker, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Rukmana, R., & Y. Yuniarsih, 2001, Usaha
Tani Sirsak, Kanisius, Yogyakarta.
Sunarjono, H., 2005, Sirsak dan Srikaya,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suparni & A. Wulandari, 1001 Ramuan
Tradisional Asli Indonesia, Rapha
Publishing, Yogyakarta.
Yuliatin, S. I., 2011, Khasiat Sirsak, Tibun
Media, Surabaya, Bandung.

ISSN : 2087-5045 17
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

FORMULASI MASKER Peel Off DENGAN BEBERAPA


KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL BUAH NAGA SUPER MERAH
(Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose)
Wida Ningsih, Firmansyah, Hasnatul Fitri
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang

ABSTRAK

Telah dilakukan peelitian pembuatan masker peel off mask yang mengandung an untuk
merumuskan peel off mask yang mengandung ekstrak etanol buah naga merah (Hylocereus
costaricensis (F.A.C Weber) Britton & naik) dengan konsentrasi yang bervariasi: 8%, 10%, dan 12%
b/b. Beberapa evaluasi yang dilakukan untuk setiap rumus, yaitu: organoleptik, homogenitas, stabilitas
pada 50C suhu dan suhu kamar, pH, kemampuan untuk menyebar, tes tes iritasi, kemampuan untuk
mengering, kemampuan untuk meregang, dan uji kepuasan panelis terhadap masker. Dari evaluasi,
ditemukan bahwa semua formula memenuhi persyaratan. Hasil analisis statistik menggunakan metode
Kruskal wallis menunjukkan bahwa Formula 3 (F3) paling disukai panelis dinilai dari segi warna,
baud an kelembutan.

Kata Kunci : Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose, Buah Naga Merah, Masker Peel
Off

ABSTRACT

A research had been conducted to formulate a peel off mask containing ethanolic extract of red
dragon fruits (Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose) in varied concentration: 8%,
10%, and 12% w/w. Some evaluations were done to each formula, which were: organoleptic,
homogenetic, stability at temperature 50C and room temperature, pH, ability to spread, test irritation
test, ability to dry, ability to stretch, and test of panelist satisfaction to the mask. From the evaluationts,
it was found that all of the formulas met the requirements required for a peel off mask preparation.
Result of statistical analysis using cruscal wallis method to panelist showed that formula 3 (F3) was
the most satisfying preparation assessed in terms of colour, odor, and mildness.

Keywords : Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose, Red Dragon Fruit, Masker Peel
Off

PENDAHULUAN tubuh. Pada kulit efeknya adalah penurunan


elastisitas kulit secara perlahan, sehingga kulit
Kondisi lingkungan yang tidak sehat menjadi keriput dan timbul bintik- bintik
akibat polusi udara seperti asap rokok, kecoklatan (hiperpigmentasi) (Muhtaram,
pembakaran yang tidak sempurna dari 2013).
kendaraan bermotor, bahan pencemar, dan Salah satu cara untuk mencegah
radiasi matahari menyebabkan timbulnya kerusakan kulit akibat radikal bebas adalah
radikal bebas. Radikal bebas bisa meningkatkan konsumsi buah-buahan atau
menyebabkan berbagai macam penyakit sayur-sayuran yang mengandung antioksidan (
seperti jantung koroner, penyakit kanker, vitamin C, vitamin E, flavonoid dan polifenol
penyakit katarak, dan penuaan dini ). Buah naga super merah merupakan salah
(Kumalaningsih, 2006). Dalam tubuh satu buah yang paling populer dikalangan
sebenarnya sudah ada enzim yang dapat masyarakat. Sejak dibudidayakan diwilayah
menangkal radikal bebas, akan tetapi jika indonesia buah naga hanya dimanfaaatkan
radikal bebas dalam tubuh terlalu banyak, untuk konsumsi segar, selain rasanya manis
enzim tersebut tidak mampu lagi bekerja buah naga juga memiliki kandungan gizi
maksimal. Akibatnya terjadi kerusakan sel - sel bermanfaat serta berkhasiat seperti vitamin,

ISSN : 2087-5045 18
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

mineral dan kandungan serat yang cukup Bahan


tinggi. Buah naga diketahui mengandung Bahan-bahan yang digunakan pada
sejumlah antioksidan seperti vitamin C, penelitian ini adalah : Buah naga super merah,
vitamin E, antosianin dan lycopen (Winarsih, alkohol 96%, asam sitrat 3%, polivinil alkohol
2007; Le bellec et al, 2006). Antosianin (PVA), carbomer 940, propilenglikol, alkohol
merupakan senyawa flavonoid yang memiliki 70%, hidroksi propil metil selulosa (HPMC),
kemampuan sebagai antioksidan (Santoso, nipagin, trietanolamin (TEA), oleum rosae,
2006). Vitamin C merangsang pembentukan aqua dest, kloform, etil asetat, FeCl3, HCl (p),
kolagen dan elastin yang berfungsi menjaga serbuk Mg, norit, asam sulfat (H2SO4) (P),
dan memelihara elastisitas kulit (Apriadji, amoniak 0,05 N, H2SO4 2N, reagen mayer,
2007 ; Thielle, 2000). Selain itu vitamin C juga dapar asetat pH 4, dapar fosfat pH 7, masker
berfungsi untuk menghambat oksidasi peel off pembanding
dihidroksifenil alanin (DOPA) menjadi
melanin, sehingga mencegah terjadinya Panelis
hiperpigmentasi pada kulit (Retno, 2007). Panelis sebanyak 30 orang perempuan
Masker adalah salah satu kosmetik berumur 18-24 tahun. Sukarealawan dimintai
perawatan kulit wajah. Namun, proses kesediaannya untuk menggunakan masker dan
pemakaian masker pada umumnya cukup mengisi blanko kesediaan sebagai panelis
rumit, padahal gaya hidup masyarakat
perkotaan dipenuhi dengan kesibukan.
Sehingga dibutuhkan produk masker yang METODOLOGI PENELITIAN
praktis dalam pemakaiannya, salah satunya
adalah dengan memakai masker peel off. Pembuatan Masker Peel Off
Masker peel off merupakan sediaan kosmetik Polivinil alkohol ditambah aqua dest
perawatan kulit wajah yang berbentuk gel dan empat kalinya lalu dipanaskan dalam gelas
setelah diaplikasikan ke kulit wajah dalam piala, diaduk sampai warnanya bening dan
waktu tertentu hingga mengering, sediaan ini homogen. Carbomer 940 ditaburkan dalam aq
akan membentuk lapisan film transparan yang dest biarkan 24 jam agar carbomer 940
elastis, sehingga dapat dikelupaskan (Morris, mengembang dengan baik, kemudian
1993). ditambahkan TEA 5 tetes hingga pH 5-6.
Berdasarkan uraian di atas, maka pada HPMC dikembangkan dengan aqua dest,
penelitian ini mencoba untuk memformulasi dibiarkan selama 30 menit. Campurkan ketiga
masker peel off dari ekstrak etanol buah naga masa dalam lumping, gerus homogen.
super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C Tambahkan propilenglikol dan nipagin yang
Weber ) Britton & Rose) dan mengevaluasi telah dilarutkan dalam alkohol 70 %, gerus
sifat - sifat fisika masker peel off serta uji sampai terbentuk massa yang homogen.
kesukaan panelis. Ekstrak buah naga dilarutkan dengan sisa aqua
dest, digerus kemudian tambahkan basis
sedikit demi sedikit gerus. Tambahkan 5 tetes
ALAT DAN BAHAN oleum.rosae gerus hingga homogen.
Alat
Alat-alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah : Timbangan analitik, HASIL DAN PEMBAHASAN
kertas perkamen, kertas pH, gelas ukur 100 ml,
erlemeyer, batang pengaduk, pipet tetes, Hasil
lumpang dan stamfer, cawan penguap, pot 1. Sampel yang digunakan berupa sampel
salep, sudip, tube, kaca objek, kaca arloji, pH segar sebanyak 1,200 kg didapatkan
meter, kertas grafik, plastik transparan, beker ekstrak kental 107,39 gram dengan
glass, plat kaca, desikator, botol maserasi, kain rendemen 8,93%.
flanel, tabung reaksi, furnase, krus porselen, 2. Organoleptis
corong, oven, rotary evaporator. Cairan kental, violet tua, bau khas, rasa
asam.
3. Kelarutan Mudah larut dalam air,
mudah larut dalam etanol 96 %, tidak

ISSN : 2087-5045 19
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

bercampur dengan kloroform dan etil munculnya kemerahan, gatal-gatal atau


asetat bengkak pada kulit panelis.
4. Larutan 10 % ekstrak etanol buah naga 7. Hasil pemeriksaan stabilitas terhadap
super merah mempunyai pH = 3,11 suhu 5°C dan terhadap suhu kamar 27°C
5. Kandungan air = 11,92%. menunjukkan bahwa masker peel off dari
6. Kadar abu = 2,24%. ekstrak etanol buah naga tidak mengalami
7. Uji metabolit sekunder pemisahan dan perubahan fisik selama 6
Ekstrak etanol buah naga mengandung minggu.
beberapa senyawa metabolit sekunder
yaitu flavonoid dan fenolik. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi ekstrak etanol buah naga
Hasil Evaluasi Masker Peel Off (Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber)
1. Pemeriksaan organoleptis masker peel off Britton & Rose) dalam bentuk sediaan
dari ekstrak buah naga yang secara kosmetika yaitu masker peel off dengan
visual selama 6 minggu didapatkan hasil menggunakan konsentrasi ekstrak yang
F0, (bentuk setengah padat, tidak berbeda-beda yaitu untuk F1 (8%), F2 (10%)
berwarna, bau khas mawar); F1, (bentuk dan F3 (12%). Penggunaan konsentrasi
setengah padat, warna merah, bau khas ekstrak ini didasarkan pada orientasi yang
mawar); F2, (bentuk setengah padat, telah dilakukan, dimana awalnya digunakan
warna merah, bau khas mawar); F3, konsentrasi 6%, 8%, 10% setelah dilakukan
(bentuk setengah padat, warna merah, bau cek pH sediaan ternyata kosentrasi 6% pH nya
khas mawar); P, (bentuk setengah padat, 4,16, sementara antosianin buah naga stabil
warna merah muda, bau khas cheri). pada pH dibawah 3 dan warnanya akan
2. Pemeriksaaan homogenitas masker peel berubah apabila pH di atas 4 – 5 (Markakis P,
off dari ekstrak etanol buah naga 1982) dan jumlah vitamin C dalam buah naga
menunjukkan masker yang homogen. yaitu 8- 9 mg / 100 gram (Winarsih, 2007).
3. Pemeriksaan pH masker peel off dari Maka konsentrasi yang digunakan pada
ekstrak etanol buah naga yang dilakukan formulasi ini yaitu 8%, 10% dan 12%.
selama 6 minggu, menunjukkan hasil Buah naga mengandung sejumlah
yang berubah setiap minggunya dimana antioksidan seperti vitamin C, vitamin E,
kisaran pH pada F0= 4,65 - 4,90, F1 antosianin, lycopen (Winarsih, 2007, Le bellec
=3,73 -3,83, F2 = 3,60 – 3,87, pada F3 = et al, 2006). Dimana antosianin merupakan
3,51 – 3,85, pada P = 5,04 – 5,14 . golongan flavonoid yang berfungsi sebagai
4. Pemeriksaan uji daya menyebar masker antioksidan (Santoso, 2006). Sedangkan,
peeel off dari ekstrak etanol bah naga vitamin C dapat merangsang pembentukan
dengan beban 1g, 2g, 5g, d uji daya kolagen dan elastin yang dapat mencerahkan
menyebar F0= (1g= 3,62cm2; 2g = kulit wajah, kombinasi antara vitamin C dan
5,10cm2; 5g = 5,30cm2) F1 (1g = 4,71cm²; vitamin E dapat mengaktifkan kembali vitamin
2g = 5,10 cm²; 5g = 5,93 cm²) F2 (1g = C yang telah teroksidasi (Apriadji, 2007;
3,46 cm²; 2g = 5,10 cm²; 5g = 6,15 cm²) Thielle, 2000). Lycopen merupakan kelompok
F3 (1g = 5,51 cm²; 2g = 5,72 cm²;5g = karotenoid sebagai senyawa yang memiliki
7,06 cm²) P (1g = 3,62 cm²; 2g = 3,79 daya antioksidan tinggi, senyawa ini mampu
cm²;5g = 6,83 cm²). melawan radikal bebas akibat polusi dan
5. Hasil uji waktu mengering masker peel off radiasi UV (Di Mascio et al, 1989).
dari ekstrak etanol buah naga super merah Sediaan dipilih dalam bentuk masker
diperoleh waktu yang berkisar antara 24 peel off karena dinilai lebih efektif dan efisien
menit – 30 menit, dimana waktu baik dari segi pemakaian maupun efeknya.
mengering dari F0 = 00’17’’.24’’’ F1 = Dimana sediaan dalam bentuk masker peel off
00’.24”.50”’; F2 = 00’.26”.52”’; F3 = ini mempunyai konsistensi seperti gel yang
00’.29”.45”’; P = 00’.20”.46”’ . mudah digunakan dengan cara dioleskan
6. Hasil uji iritasi masker peel off dari diwajah dan dibiarkan hingga mengering dan
ekstrak etanol buah naga selama 1 hari membentuk lapisan film tipis, transparan dan
menunjukkan, 30 orang tidak mengalami elastis sehingga mudah untuk dilepaskan tanpa
reaksi iritasi yang ditandai dengan tidak proses pencucian seperti masker bentuk lain

ISSN : 2087-5045 20
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

pada umumnya. Dari segi efek sediaan selain sediaan. Selain itu oleum rosae juga dipilih
dapat memberikan efek yang sesuai dengan zat sebagai pengaroma sesuai dengan sediaan yang
aktif yang terkandung didalamnya, masker berwarna merah seperti bunga mawar.
peel off juga sangat efektif dalam mengangkat Ekstrak buah naga diperoleh dari
sel kulit mati, komedo, minyak berlebih, dan proses maserasi. Metode ini dipilih karena
penyumbatan pada pori-pori (Moris, 1993). prosesnya sederhana, cukup efektif untuk
Masker peel off yang telah dibuat menarik zat yang diinginkan, dan tidak ada
yaitu sebanyak empat formula dengan proses pemanasan, sehingga kerusakan zat-zat
menggunakan komponen basis akibat suhu yang tinggi dapat dihindari. Buah
PVA+Carbomer 940+ HPMC dimana naga dengan perendaman selama 1 hari
penggunaan basis ini berdasarkan hasil menggunakan pelarut etanol 96%. Alasan
orientasi, basis yang polimernya dikombinasi pemilihan etanol 96% sebagai pelarut adalah
menghasilkan sediaan yang ideal. PVA tidak toksik, dapat mencegah pertumbuhan
digunakan sebagai pembentuk gel yang akan bakteri dan jamur, serta karena sampel yang
menghasilkan gel yang dapat membentuk digunakan adalah sampel segar. Maserasi
lapisan film yang tipis, transparan dan elastis sampel dilakukan di tambahakan asam sitrat
sehingga mudah untuk dilepaskan. 3% karena kestabilan antosianin berada dalam
Penambahan HPMC dan carbomer 940 dalam suasana asam. Asam sitrat 3% tidak bersifat
formula bertujuan untuk membentuk gel yang korosif mampu menghasilkan nilai kadar total
lebih ideal sehingga dapat meningkatkan antosianin lebih besar. Hal tersebut sejalan
viskositas dan elastisitas sediaan. Carbomer dengan penelitian (Wirda et al, 2011), bahwa
merupakan basis gel yang pembentukan gelnya asam sitrat 3% adalah jenis pengasam yang
tergantung pada pH (Allen, 2002). Carbomer terbaik dalam ekstraksi antosianin kubis
dikembangkan dalam air bersifat asam. Dalam merah.
keadaan asam, gugus karboksil dari polimer Proses maserasi dilakukan selama 1
carbomer terputus dan terurai sebagian. hari. Maserat kemudian disaring dulu dengan
Sedangkan dalam keadaan basa dengan kain flannel untuk mencegah terbawanya
penambahan TEA dalam formula ini akan pengotor-pengotor seperti serat buah, lalu
meningkatkan pemutusan gugus karboksil diuapkan dengan alat rotary evaporator hingga
menyebabkan gaya tolak menolak antara gugus didapatkan ekstrak kental daging buah naga
karboksil, ikatan hidrogen pada gugus super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C
karboksil meregang sehingga terjadi Weber) Brittton & Rose). Selanjutnya
peningkatan viskositas (Florence and attwood, dilakukan pemeriksaan ekstrak etanol buah
1998). Penambahan alkohol dapat menurunkan naga super merah yang meliputi pemeriksaan
viskositas dan kejernihan dari carbomer. organoleptis, kelarutan, kandungan air, kadar
Dengan penambahan TEA hal tersebut dapat abu, pH, dan uji fitokimia.
diatasi, dan TEA juga dapat merubah pH gel Dari penelitian yang telah dilakukan
(Allen ,2002). Selain itu pada basis juga evaluasi ekstrak etanol buah naga meliputi
ditambahkan propilenglikol yang berfungsi organoleptis bentuk kental, bau khas, warna
sebagai plastisizer,emolien dan humektan violet tua, rasa asam. pH 3,11 ini memenuhi
memiliki kemampuan untuk menarik air, persyaratan antosianin yang stabil pada pH
sehingga sediaan tetap lembab dan tidak dibawah 3 dan akan berubah warna jika pH
kering, disini propilenglikol juga dapat diatas 4-5 (Markakis, 1982) . Kelarutan
meningkatkan viskositas sediaan, dimana ekstrak buah naga super merah yaitu mudah
diharapkan sediaan menjadi cukup kental agar larut dalam air dan etanol 96%, tidak larut
mudah dioleskan pada kulit wajah. Untuk dalam etil asetat dan kloroform. Kadar abu
memperpanjang umur simpan sediaan dalam ekstrak etanol buah naga super merah 2,24%
basis juga ditambahkan zat pengawet yaitu memenuhi persyaratan ekstrak kental (< 5%),
nipagin. Sebagai pelarut digunakan etanol 70% kandungan air ekstrak etanol buah naga super
dan air suling. Etanol akan memberikan rasa merah 11,92% memenuhi persyaratan ekstrak
dingin ketika masker diaplikasikan pada kulit kental (<15%). Hasil uji fitokimia yaitu
wajah sehingga dapat menimbulkan rasa mengandung flavonoid dan fenolik sesuai
nyaman dan dapat mempercepat proses dengan literatur yang menyatakan kandungan
pengeringan masker. Oleum rosae buah naga super merah terdapat flavonoid dan
ditambahkan untuk menutupi aroma dari fenolik (Cahyono, 2009; Winarno, 1984).

ISSN : 2087-5045 21
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Dalam pembuatan sediaan farmasi F2 = 3,60 – 3,87, pada F3 = 3,51 – 3,85, pada
diperlukan tahapan-tahapan seperti P = 5,09 – 5,14. Disini pH sediaan cenderung
preformulasi, formulasi dan proses evaluasi. asam dan menunjukkan hasil yang tidak sesuai
Preformulasi memerlukan pertimbangan dengan range pH normal kulit yang berkisar
karakteristik fisika, kimia dan biologi dari 4,5-6,5 (Anwar, 2012). Hal ini disebabkan pH
semua bahan obat dan bahan tambahan yang bahan aktif (Ekstrak etanol buah naga super
digunakan dalam membuat produk tersebut merah) adalah asam (pH= 3,11) sehingga
(Ansel, 1989). dengan meningkatnya jumlah ekstrak maka pH
Pemeriksaan terhadap bahan-bahan sediaan lebih rendah.
tambahan juga perlu dilakukan, Pemeriksaan Pengukuran konsistensi dapat
meliputi organoleptis, kelarutan dan bobot dilakukan dengan cara uji daya menyebar,
jenis. Hasil pemeriksaan telah memenuhi prinsipnya ialah menghitung pertambahan luas
persyaratan sesuai dengan Farmakope yang diberikan sediaan setelah diberi beban 1g,
Indonesia Edisi III, Farmakope Indonesia Edisi 2g, dan 5g. Dari hasil pemeriksaan
IV dan Handbook Pharmaceutical Excipients pertambahan luas, terlihat bahwa masker peel
Edisi II. Dengan demikian bahan-bahan yang off dari ekstrak etanol buah naga super merah
akan digunakan sudah dapat dipakai untuk (Hylocereus costaricensis ( F.A.C Weber)
pembuatan masker peel off. Britton & Rose) F3 yang memiliki
Pada evaluasi organoleptis masker pertambahan luas paling besar dibandingkan
peel off dari ekstrak etanol buah naga yang dengan F0,F1,F2 dan pembanding. Hal ini
dilakukan selama 6 minggu didapatkan hasil disebabkan karena setelah penambahan ekstrak
F0 (Bentuk kental, tidak berwarna , bau khas pada basis F3 menghasilkan sediaan yang
mawar); F1 (bentuk setengah padat, warna konsistensinya agak encer, tapi pada saat
merah, bau khas mawar); F2 (bentuk setengah pengolesan tidak meleleh.
padat, warna merah, bau khas mawar); F3 Pemeriksaan uji waktu mengering dari
(setengah padat, warna merah, bau khas masker peel off ekstrak etanol buah naga super
mawar); P (setengah padat, warna merah merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C
muda, bau khas chery). Perbedaan konsistensi Weber) Britton & Rose), menunjukkan
antar formula disebabkan karena konsentrasi formula F0 memiliki waktu mengering yang
ekstrak yang digunakan berbeda dan jenis lebih cepat dibandingkan F1, F2, F3 dan
pengaroma yang digunakan sama sehingga Pembanding. Hal ini dapat disebabkan karena
aromanya sama. Dari hasil evaluasi F0 tanpa penambahan ekstrak sehingga
organoleptis terhadap masker yang meliputi konsistensi masker yang kental. F1 lebih cepat
bentuk, warna dan bau ini menunjukkan bahwa mengering dibandingkan F2 dan F3 karena
sediaan masker tidak mengalami perubahan konsistensi F1 lebih kental dari F2 dan F3. F3
selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena konsistensinya agak encer, karena konsentrasi
kesesuaian antara bahan-bahan dan cara ekstrak yang paling tinggi.
penyimpanan sehingga tidak terjadi interaksi Pada pemeriksaan uji iritasi kulit dari
kimia antara bahan yang dapat menyebabkan sediaan dilakukan dengan uji tempel tertutup
perubahan-perubahan pada sediaan dan terhadap 30 orang panelis. Uji ini dilakukan
menghasilkan suatu sediaan yang stabil pada dengan cara 0,1 gram sediaan dioleskan pada
penyimpanan. lengan atas bagian dalam dengan diameter 2
Pemeriksaan homogenitas masker peel cm selama 24 jam. Hasil menunjukkan tidak
off dari ekstrak etanol buah naga yang telah menyebabkan iritasi dari 30 orang panelis.
dilakukan selama 6 minggu menunjukkan hasil Sehingga bisa disimpulkan bahwa sediaan
sediaan yang homogen. Pemeriksaan dilakukan masih aman untuk digunakan.
dengan cara mengoleskan sediaan sebanyak Pemeriksaan stabilitas terhadap suhu
0,1 gram pada kaca objek. kamar dan suhu dingin menunjukkan bahwa
Evaluasi pH masker peel off dari masker peel off dari ekstrak etanol buah naga
ekstrak etanol buah naga super merah ini stabil selama enam minggu penyimpanan,
(Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) tidak terjadi pemisahan. Hal ini Menunjukkan
Britton & Rose) yang diamati selama 6 bahwa tidak terjadinya penguraian zat aktif
minggu menunjukkan hasil yang berubah- yang digunakan karena perubahan suhu.
rubah setiap minggunya. Nilai pH ini berkisar Hasil uji elastisitas masker peel off dari
antara; F0 = 4,65- 4,87, F1 = 3,73 – 3,83, pada ekstrak etanol buah naga super merah

ISSN : 2087-5045 22
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

(Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) Saran


Britton & Rose) yang dilakukan dengan Disarankan kepada peneliti selanjutnya
menggunakan prinsip kerja dari alat Universal untuk menguji aktifitas antioksidan ekstrak
Testing Machine. Dimana pada uji ini dilihat etanol buah naga super merah (Hylocereus
kemampuan masker untuk diregangkan ketika costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose)
ditarik dengan tangan sehingga diperoleh dan dapat memanfaatkan ekstrak etanol buah
persen pertambahan panjang. Dari evaluasi naga super merah (Hylocereus costaricensis
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa F3 (F.A.C Weber ) Britton & Rose) dalam bentuk
memiliki daya regang yang paling besar, tapi sediaan farmasetik lainnya.
tidak jauh berbeda dengan formula lainnya
karena konsentrasi polimer yang digunakan
sama untuk semua formula, tapi F3 DAFTAR PUSTAKA
mempunyai konsistensi yang agak encer
sehingga lebih mudah ditarik. Persen daya Allen, L. V. Jr. 2002. The Art, Science, and
regang tertinggi akan memberikan Technology of Pharmaceutical
kenyamanan pada saat masker dikelupaskan Compounding. 2Ed, 301-324.
karena lapisan film yang terbentuk tidak Washington,D.C.: American
mudah terputus pada saat ditarik. Pharmaceutical Association.
Pada uji kesukaan panelis terhadap Apriadji W.H 2007, Makan Enak Untuk hidup
empat formula yang dianalisa dengan metoda Sehat, Bahagia & Awet Muda
uji kruskal – wallis. Uji kesukaan dilakukan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
terhadap 30 orang perempuan yang berusia 18- Cahyono, B., 2009, Buku Terlengkap Sukses
24 tahun, tertarik terhadap uji organoleptis Bertanam Buah Naga, Pustaka Mina,
sensori, mau berpartisipasi, konsisten dalam Jakarta.
mengambil keputusan, berbadan sehat dan Di Mascio, P, Kaiser, S, Sies, H, 1989,
tidak menggunakan obat antihistamin. Sediaan Lycopene as The Efficient Biological
digunakan pada lengan bagian dalam tidak Carotenoid Singlet Oxygen Quencher.
pada kulit wajah untuk menghindari Archive
penyimpangan etichal clearence. Berdasarkan Florence, A.T. and Attwood, D., 1998.
ranking yang tertinggi menunjukkan bahwa F3 Phisicochemical Principle of
yang paling banyak disukai oleh panelis dari pharmacy 3rd Edition, Mac Millan
segi warna yang menarik, bau yang wangi, dan Press LTD, London, p. 335-336
kenyamanan, saat dioleskan dan saat Kumalaningsih, S. 2006, Antioksidan Alami
dikelupaskan tidak sakit. Konsistensi sediaan Penangkal Radikal Bebas, Trubus
yang ideal untuk masker peel off sehingga Agrisarana : Surabaya
mudah untuk dioleskan dan dapat melekat Markakis, P. 1982, Stability of Anthocyanins
dengan baik serta mudah untuk dikelupaskan in Foods dalam Anthocyanins as Food
karena tidak putus ketika ditarik. Colors. Academic Press inc. New
York
Morris, K, 1993, Depilatories Mask Scrubs
KESIMPULAN DAN SARAN and Bleaching Preparation, Paucher’s
Perfumes Cosmetics and Soaps Hieda
Kesimpulan Butler, Chapman and Hall, London.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa : Muhtaram, A, 2013, Antioksidan dan Radikal
Ekstrak etanol buah naga stabil secara Bebas, www. metris-comunity.com
fisik pada penyimpanan selama 6 minggu pada
suhu kamar dan suhu dingin, dari keempat Retno I S, Latifah F, 2007, Ilmu Pengetahuan
formula, tidak ada formula yang menyebabkan Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama,
iritasi terhadap panelis dan formula yang Jakarta
terbaik berdasarkan evaluasi dan paling disukai
panelis adalah formula. Santoso, U. 2006, Antioksidan, Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

ISSN : 2087-5045 23
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Thiele JJ, 2000, Oxidative Target In the


Stratum Corneum A NewBasis For
oxidative strategis, J Skin Pharmacol
Appl Skin Physiol 200:14 supp I : 87-
91
Winarno, F. G., 1984, Kimia Pangan dan Gizi,
PT. Gramedia, Jakarta.
Winarsih, S.2007, Mengenal dan
Membudidayakan Buah Naga. CV
Aneka Ilmu, Semarang

ISSN : 2087-5045 24
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

AKTIVITAS SENYAWA SKOPOLETIN DARI BUAH MENGKUDU


(Morinda citrifolia,Linn.) TERHADAP RESPON FISIOLOGI
MAKROFAG MENCIT PUTIH JANTAN
Yufri Aldi, Amdani, Amri Bakhtiar
Fakultas Farmasi Unversitas Andalas
yufrialdi@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap efek senyawa skopoletin dari buah mengkudu (Morinda
citrifolia,L.) terhadap respon fisiologi makrofag dan persentase jumlah sel leukosit mencit putih
jantan. Senyawa skopoletin diisolasi dari buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) dengan metode
maserasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi sehingga diperoleh senyawa murni. Pengujian terhadap
funsi fisiologi makrofag dilakukan secara in vivo dengan melihat aktifitas dan kapasitas
fagositosis makrofag peritoneal mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan
Staphylococcus aureus. Senyawa skopoletin diberikan peroral selama 7 hari dengan dosis 1, 5 dan 10
mg/ kg bb. Pada hari ke 8 semua hewan diambil darah pada bagian ekor dan ditentukan persentase
jumlah sel leukosit. Selanjutnya semua hewan disuntik secara intraperitonial dengan suspensi
bakteri Staphylococcus aureus dan setelah satu jam di tentukan aktifitas dan kapasitas fagositosis sel
makrofag. Hasil uji menunjukkan skopoletin dengan dosis 1 mg, 5 mg, and 10 mg/ kg bb dapat
meningkatkan persentase sel neutrofil segmen (P<0,05). dan meningkatkan aktifitas dan kapasitas
fagositosis makrofag secara bermakna (P<0,01).

Kata Kunci : skopoletin, aktifitas, kapasitas, makrofag dan leukosit.

ABSTRACT

Research on the effects of scopoletin compound from noni fruit (Morinda citrifolia, Linn.) to
the physiological response of macrophages and the percentage of male white mice leukocyte cells has
been done. Scopoletin compound was isolated from Noni (Morinda citrifolia Linn.) with maceration
method, followed by fractionation to obtain pure compounds. Tests on the physiological function was
performed in vivo to measure the macrophages activity and phagocytic capacity of peritoneal
macrophages in male albino mice (Mus musculus) induced by Staphylococcus aureus. Scopoletin
compound given orally for 7 days with a dose of 1, 5 and 10 mg/kg. On 8th day, blood of all animals
were taken trough the tail and the percentage of the number of leukocytes was determined.
Furthermore, all animals were injected intraperitoneally with a suspension of Staphylococcus aureus
and after an hour in the specified activity and phagocytic capacity of macrophages were measured.
The test results showed that scopoletin with a dose of 1 mg, 5 mg, and 10 mg/kg could increase the
macrophage activity (P<0.05) and phagocytic capacity (P <0.01) significantly.

Keywords : scopoletin , activities , capacity , macrophages and leukocyte

PENDAHULUAN diekskresikan (eksositosis) (Kindt, 2007;


Subowo, 1993).
Fagositosis merupakan peristiwa Makrofag adalah sel fagosit
pencaplokan antigen melalui reseptor yang terpenting yang berasal dari sel monosit yang
bersifat spesifik atau non spesifik pada telah dewasa. Umurnya dapat mencapai
permukaan membran sel dengan cara beberapa bulan bahkan tahun (Kresno,
membentuk gelembung yang berasal dari 1991; Subowo, 1993). Makrofag mampu
membran selnya. Setelah dicaplok antigen bergerak ke pada suatu rangsangan kimiawi
akan dimetabolisme dan kemudian (kemotaksis) (Kindt, 2007; Subowo, 1993).

ISSN : 2087-5045 25
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Sel ini memiliki dua fungsi utama yaitu sehingga produksi IgE juga dapat ditekan
menghancurkan antigen dan bersama dengan (Kearley, 2005).
major histocompatibility complex (MHC) Buah mengkudu (Morinda citrifolia
kelas II menyajikannya kepada limfosit T, ini Linn.) dilaporkan dapat menginduksi aktivasi
dikenal dengan Antigen Presenting Cell. dari makrofag. Mengkudu dapat menekan
Ini merupakan tahap awal terjadinya pertumbuhan tumor dengan meningkatkan
respon imun selular dan humoral (Kindt, aktifitas sitem imun inang dan mengurangi
2007 ;Kresno, 199; Subowo, 1993). Makrofag aktifitas imunosupresif. Mekanisme
juga memproduksi iterleukin 1 (IL-1) yang diindikasikan oleh terstimulasikannya faktor
mampu merangsang pertumbuhan sel T sistem imun, antara lain TNFα, IL-1β, IL-10,
yang kemudian memproduksi IL-2 yang IL-12 p70 dan INF-γ (Hutomo, Sutarno,
diperlukan untuk proliferasi sel T selanjutnya. Winarno & Kusmardi, 2005).
Selain itu sel T juga memproduksi berbagai Mengkudu merupakan tanaman asli
limfokin yang dapat merangsang sel B, sel Asia Tenggara (Indonesia) dan dapat
stitotoksik (Tc) dan makrofag. Interferon ditemukan di daerah tropis (Djauhariya,
gamma (IFN-γ) merupakan sitokin paling 2003; Nelson, 2006; Waha, 2000). Taaman
berpengaruh mengaktivasi makrofag. ini merupakan sumber obat yang berpotensi
Aktifitas makrofag juga dapat diperkuat oleh dan dipandang sebagai Hawai Magical Plant
mediator repon inflamasi dan komponen karena dipercaya mampu mengobati berbagai
dinding sel bakteri (Kresno, 1991; Kindt, macam penyakit. Permintaan terhadap jus
2007). buahnya tinggi sebagai obat alternatif
Makrofag teraktifkan akan (Handerson & Handcok, 1989; Jayaraman,
memproduksi sejumlah factor penting Manoharan & Illanchezian, 2008; Wang et
untuk respon imun yang masing-masingnya al., 2002). Tanaman ini dilaporkan
mempunyai efek berbeda. Seperti IL-1 mempunyai nilai nutrisi tinggi dan
mengaktifkan limfosit T; IL-1, IL-6 dan beramanfaat bagi kesehatan seperti untuk
tumor necrosis factor alpha (TNF-α) sebagai kanker, infeksi, analgetik, hipertensi, asma,
pemicu demam; TNF-α yang menyokong diabetes, antiinflamasi, dan memperkuat
penghancuran tumor oleh makrofag; dan lain imunitas (Djauhariya, 2003; Muralidharan &
lain (Kindt, 2007). srikanth, 2009; Jayaraman et al., 2008; Yu et
Penyakit Alergi terjadi segera setelah al., 2008; Wang et al., 2002).
tubuh terpapar oleh antigen. Masuknya Komponen utama mengkudu adalah
antigen kedalam tubuh menimbulkan respon skopoletin, alkaloid, antrakuinon (seperti
imun dengan dibentuknya IgE dan nordamnakamtol, rubiadin, morindon),
selanjutnya terikat pada permukaan sel mast karoten, vitamin C, asam linoleat, alizarin,
dan sel basofil (Robinson, 2004, Bellavite, asam oktanoat, vitamin A, asam caprylat,
2006). Peranan makrofag dan sel TCD4 pada asam ursolat, dan rutin (Djauhariya, 2003;
reaksi alergi ini sangat pentin. Sel makrofag Mularidharan & Srikanth, 2009; Wang et al.,
berperan dalam proses pengenalan sedangkan 2002). Skopoletin penting dalam khasiat
sel T CD4 akan berdiferensiasi menjadi sel mengkudu untuk kesehatan dan telah
Th1 untuk pengaturan imunitas seluler dan diketahui dapat menurunkan tekanan darah,
sel Th2 pengaturan pembentukan imunitas dapat membunuh beberapa jenis bakteri,
humoral berupa antibodi, salah satunya antiradang, antialergi (Ding et al., 2009;
IgE. Proses pemaparan antigen dimualai Djauhariya, 2003; Kim et al., 2004; Moon et
dengan ditangkapnya antigen tersebut oleh sel al., 2007; Waha, 2000; Wang et al., 2002).
makrofag. Sel makrofag melalui melekul Senyawa ini disarankan sebagai marker untuk
MHC II, mengenalkan ke limposit T, standarisasi produk dan uji farmakokinetika
khususnya Sel Th2. Sel limposit mengkudu (Issell, Franke & Fielding, 2008;
Th2 menghasilkan IL4, IL5, IL9, IL S., 2007).
10 dan IL13. IL4 mempunyai efek langsung Skopoletin merupakan senyawa
pada sel B yang selanjutnya menghasilkan golongan kumarin sederhana. Senywa
IgE dan IL 5, IL9 dan IL13 secara tidak golongan kumarin memiliki efek
langsung juga mengatur produksi farmakologis yang luas dan dilaporkan
IgE(Karlsson MR2004, Maizels RM2005). memiliki aktifitas imunomodulator yang
Sedangkan IL10 dapat menekan produksi IL mungkin menyokong efek antitumor

ISSN : 2087-5045 26
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

(Kostova, 2005; Zlabinger, 1994). Kumarin & Co D-90546), skopoletin (pembanding),


juga dapat menstimulasi makrofag (Lacy & asam asetat 1%, antibodi monoklonal sel
O’Kennedy, 2004). Th1 (satu set), antibodi monoklonal sel Th2
Dari hasil penelitian yang telah (satu set), dan mencit putih jantan dengan
dilakukan khusus terhadap reaksi alergi berat 20-30 gram 400 ekor.
ternyata ekstrak etanol buah mengkudu
dapat menghambat reaksi anafilaksis kutan
aktif pada mencit putih jantan (Aldi, Isolasi scopoletin dari buah mengkudu
2003) dan secara in-vitro dapat (Morinda citrifolia Linn.).
menghambat degranulasi mastosit yang Ekstraksi dan Fraksinasi
tersensitisasi (Aldi, 2006). Ekstrak etanol 5 Kg buah mengkudu di maserasi
dari daunnya pada pemakaian topikal dengan etanol 90 % sebanyak 3 kali selama
dapat mengobati jerawat (Ilyas, 2006) dan masing masing 3-5 hari, kemudian disaring.
ekstrak buanya dapat menekan inflamasi Maserat di uapkan in vacuo sampai
(Aldi, 2007). Penelitian terakir juga didapatkan ekstrak kental etanol. Ekstrak
diketahui ekstrak etanol buah mengkudu yang didapat dilarutkan dengan H2SO4 0,5 N
dapat meningkatkan titer antibody mencit diamkan 12 jam lalu fraksinasikan dengan
putih jantan yang diinduksi dengan sel darah CHCl3, kocok, akan terbentuk 2 lapisan, yaitu
merah kambing dan dapat meningkatkan lapisan asam dengan lapisan CHCl3,
jumlah sel limposit, neutrofil batang dan sel pisahkan. Lakukan pengulangan maserasi dan
eusinofil (Aldi, 2007). Dari penelitian terakir pemisahan terhadap lapisan CHCl3. Lapisan
juga disebutkan bahwa scopoletin dapat
CHCl3 yang didapat digabungkan. Filtrat
menghambat degranulasi mastosit mencit
(Moon, 2006). Senyawa skopoletin ini juga yang didapat kemudian diuapkan dengan
telah terbukti dapat menghambat reaksi vakum sampai berbentuk hablur.
anafilaksis kutan aktif pada mencit putih
jantan dan menekan jumlah IL-4, IL-10 dan Isolasi Skopoletin
IgE pada keadaan alergi(Aldi, 2009). Sebelum dilakukan pemisahan dengan
kromatografi kolom terlebih dahulu dilakukan
kromatografi lapis tipis terhadap fraksi
METODOLOGI PENELITIAN kloroform dengan berbagai perbandingan
pelarut mulai dari n-heksan 100% , n-
heksan:etil asetat 9:1, n-heksan:etil asetat 1:1,
Penyiapan Alat dan Bahan
Alat etil asetat:metanol 9:1 dan didapatkan fasa
Alat yang digunakan adalah kertas gerak yang baik untuk KLT adalah n-
saring, seperangkat alat soklet, rotary heksan:etil asetat 1:1. Noda pada plat KLT di
evaporator, seperangkat alat kromatografi monitor di bawah lampu UV 356 nm , dimana
kolom, vial, bejana (chamber) dan plat KLT, skopoletin berfluoresensi biru kuat.
desikator, pipet tetes, lampu UV 365 nm, Isolasi skopoletin dari buah
spektrofotometer UV-Vis, alat suntik, gelas mengkudu dilakukan dengan metoda
ukur, timbangan hewan, spatel, jarum oral, kromatografi kolom menggunakan silika gel 60
timbangan analitik, mikroskop, elektroforesa sebagai fasa diam dan n-heksan : etil asetat
(botol), lumpang dan stamfer, kaca objek, sebagai fasa gerak berdasarkan teknik “step
gunting bedah. gradient polarity” (SGP).

Bahan Karakterisasi Scopoletin Hasil Isolasi


Bahan yang digunakan adalah daging Karakterisasi senyawa hasil isolasi
buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) meliputi pemeriksaan organoleptis, penentuan
yang telah dikeringkan dan dihaluskan, titik leleh, pemeriksaan kromatografi lapis
diklorometana, heksana, etil asetat, metanol, tipis, spektrofotometer UV-Vis dan
air suling , Staphylococus aureus, nutrient agar spektrofotometer inframerah. Semua uji ini
(NA), kaldu peptone, jarum ose, NaCl dibandingkan dengan senyawa skopoletin.
fisiologis, Na CMC, minyak emersi, heparin,
pewarna Giemsa (D6 100 – Darstadt), tinta
cina ( Faber- Castell Drawing ink GmBH

ISSN : 2087-5045 27
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Uji Aktivitas dan Kemampuan Makrofag Preparat dilihat di bawah mikroskop cahaya
Penyiapan Hewan Percobaan dengan perbesaran 1000 kali. Aktivitas dan
Hewan percobaan yang digunakan kapasitas fagositosis sel makrofag dihitung.
adalah mencit putih jantan sebanyak 100 Aktivitas fagositosis ditetapkan berdasarkan
ekor yang berumur 2-3 bulan dengan berat persentase fagosit yang melakukan
badan 20 - 30 gram dan belum pernah fagositosis dari 100 fagosit. Kapasitas
mengalami perlakuan terhadap obat. Sebelum fagositosis ditetapkan berdasarkan jumlah SA
digunakan sebagai hewan percobaan, semua yang diiagosit oleh 50 fagosit aktif (Kusmardi,
mencit diadaptasi terlebih dahulu selama 2006).
kurang lebih satu minggu untuk penyesuaian
lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat
badan serta menyeragamkan makanan. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Dosis Pada penelitian ini digunakan


Dosis skopoletin yang digunakan skopoletin yang diisolasi dari buah mengkudu
untuk uji ini adalah 3 variasi dosis, yaitu 1 karena skopoletin banyak terkandung dalam
mg/kg BB, 5 mg/kg BB, dan 10 mg/kg BB. tanaman ini dan merupakan salah satu
komponen utamanya (Waha, 2000; Wang et
Kultur Staphylococus aureus al., 2002; Djauhariya, 2003; Diana, 2007;
Satphylococcus aureus (SA) dibiakkan Issell, Franke & Fielding,2008;). Buah
pada nutrient agar (NA) miring. Dari satu ose mengkudu yang dipakai adalah buah dengan
kultur SA diinokulasi ke dalam media NA ciri-ciri kulit buah berwarna putih dan
miring, setelah itu diinkubasi pada suhu 37°C berdaging keras karena memiliki kadar
selama 24 jam di dalam inkubator. skopoletin tertinggi (Diana, 2007).
Satphylococcus aureus yang tumbuh pada Buah mengkudu diambil dagingnya
media NA miring dipindahkan ke dalam dengan diiris tipis ±2,5 mm, kemudian
kaldu pepton, diinkubasi 24 jam pada suhu dikeringkan di rumah kaca 2-3 hari. Karena
37°C. Kemudian disentrifugasi 5000 rpm pengeringan di rumah kaca belum sempurna
selama 15 menit lalu terbentuk pelet dan dan irisan daging buah mengkudu masih agak
diresuspensikan dengan NaCl fisiologis. elastis, maka pengeringan dilanjutkan dengan
oven pada suhu 50 oC selama 2-3 hari.
Pemberian Skopoletin Pengeringan ini bertujuan agar irisan daging
Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok, buah mengkudu mudah dijadikan serbuk.
yaitu kelompok pemberian skopoletin 1 mg/kg Kemudian irisan daging buah mengkudu
BB, 5 mg/kg BB, 10 mg/kg BB, kontrol Na dihaluskan menjadi serbuk agar memiliki luas
CMC 0,5%. Volume scopoletin yang diberikan permukaan yang lebih besar dan lebih banyak
0,2 ml untuk mencit 20 g. Masing-masing sel yang pecah sehingga mempercepat dan
kelompok dicobakan pada 10 ekor mencit. mempermudah proses ekstraksi.
Pada hari pertama hingga ke tujuh, mencit Proses ekstraksi dilakukan dengan cara
diberikan zat uji dan NaCl fisiologis (kontrol) sokletasi karena penyarian lebih sempurna dan
per oral. pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit.
Pelarut yang digunakan adalah diklorometan
Analisis Fagositosis Makrofag karena pada uji pendahuluan skpoletin dapat
Pada hari ke delapan, mencit pada diekstraksi langsung dengan diklorometan
masing-masing kelompok diinfeksi dengan SA tanpa penggunaan heksan sebelumnya.
dan disuntikkan intra peritoneal (IP) 0,5 ml Selain itu kelarutan skopoletin tinggi dalam
NaCl 0,9%, kemudian dibiarkan selama 1 jam. pelarut ini, beberapa flavonoid tidak ikut
Mencit dibunuh dan dibedah, kemudian terekstrak sehingga lebih memudahkan pada
tambahkan heparin pada cairan peritoneal. saat pemisahan senyawa. Keuntungan lainnya
Cairan peritoneal diambil dengan adalah diklorometan memiliki titik didih
menggunakam semprit 1 ml. Cairan peritoneal
tersebut dibuat preparat apus dan difiksasi yang rendah (40oC), sehingga siklus pada
dengan metanol absolut selama 5 menit, sokletasi bisa berlangsung lebih cepat dan
diwarnai dengan Giemsa, didiamkan selama 20 mengurangi resiko kerusakan senyawa dalam
menit, dibilas dengan air dan dikeringkan. sampel. Ekstrak dikolrometan yang diperoleh,
diuapkan pelarutnya in vacuo, karena dalam

ISSN : 2087-5045 28
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

keadaan vakum tekanan uap pelarut akan Rfskopoletin= 0,59 ( heksan: etil asetat 3:7)
turun dan pelarut akan mendidih di bawah Keterangan:
titik didihnya, sehingga dapat mengurangi A= ekstrak dikolorometan
resiko kerusakan senyawa dalam sampel. B= skopoletin dari buah mengkudu
Dari hasil pemonitoran penyebaran C= skopoletin pembanding
noda dengan Kromatorafi Lapis Tipis
(KLT), ekstrak memperlihatkan pemisahan Kemudian serbuk tersebut diuji
noda yang baik dengan menggunakan eluen n- spektrum UV-nya, ternyata bentuk
heksan: etil asetat (1:4) dan menunjukkan dua spektrumnya belum persis sama dengan
noda pada lampu UV365 yaitu klorofil (Rf pembanding dan diduga terdapat sedikit
0,85) dan skopoletin (Rf 0,75). Oleh sebab pengotor.
itu pemisahan dilanjutkan dengan Kemudian pemurnian dilanjutkan dengan
kromatografi kolom menggunakan metoda kromatografi kolom dengan fasa diam
isokratik dengan eluen yang tetap yaitu n- sephadex yaitu pemisahan berdasarkan berat
heksan: etil asetat (1:4) molekul. Sampel dilarutkan dalam etanol
Kromatografi kolom ekstrak dan dibantu dengan ultrasonik, kemudian
dikolorometan (10,4 g) dilakukan dengan dilewatkan ke dalam kolom dan dielusi
silika gel 60 (230-400 mesh) sebanyak 200 g dengan etanol.
(20 kali jumlah ekstrak). Suspensi silika gel Sampel yang keluar ditampung ke dalam vial
dibuat dengan pelarut n-heksan: etil asetat dan dimonitor dengan KLT dan penampak
(1:4), kemudian dimasukkan ke dalam kolom noda lampu UV365.
yang bagian bawahnya telah disumbat terlebih Senyawa yang didapat kemudian
dahulu dengan kapas. Sampel dibuat menjadi dikarakterisasi dengan spektrum UV, spectrum
serbuk preabsorbsi dengan menambahkan IR dan titik leleh. Senyawa yang didapat
silika dua kali berat sampel ke dalam larutan memiliki Rf yang sama dengan senyawa
sampel, kemudian pelarut diuapkan in vacuo, pembanding, yaitu 0,775 (gambar 6) dengan
sehingga diperoleh campuran silika gel dan eluen n-heksan:etil asetat (1:4) dan meleleh
sampel berupa serbuk kering. Sampel pada suhu 203-204 oC. Hasil Pemeriksaan
ditaburkan merata di atas silika gel dan dielusi. spektrum UV terhadap senyawa yang didapat
Ekstrak yang keluar ditampung dalam vial dan dengan pembanding memilki bentuk spektrum
dimonitor dengan KLT dan penampak noda yang sama dan memberikan serapan
lampu UV365. Vial yang memiliki satu noda maksimum pada panjang gelombang 344,00
yang sama yaitu fluoresensi ungu kuat pada nm; 295,40 nm; 252,00 nm; 228,20 nm
UV365 digabung dan diuapkan pelarutnya in (gambar 4.2).
vacuo. ) (Gambar 4.1).

Gambar 4.2. Spektrum ultraviolet (UV)


Gambar 4.1. Pola kromatografi lapis tipis skopoletin dari buah
(KLT) mengkudu (Morinda
citrifolia.Linn.)

ISSN : 2087-5045 29
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

No Panjang gelombang (λ) puncak serapan pada bilangan 1605 cm-1, 1569 cm-1,
1 344,0 nm
2 295,5 nm 1514 cm-1 menunjukkan adanya regangan
3 252,0 nm C=C yaitu pada kisaran 1600 cm-1-1450 cm-1.
4 228,2 nm
Serapan pada bilangan gelombang 1447 cm-
1,1408 cm-1 merupakan daerah pita serapan
Pemeriksaan spektrum IR bertujuan
untuk mengetahui gugus fungsi suatu senyawa C-H pada range 1465 cm-1-1350 cm-1.
organik. Pemeriksaan terhadap spektrum IR
memperlihatkan skopoletin yang diisolasai dari Serapan pada bilangan gelombang 1220 cm-1,
buah mengkudu memiliki spektrum (gambar 1197 cm-1, 1168 cm-1,1144 cm-1, 1112 cm-1
4.3) yang mirip dengan skopoletin
pembanding dengan memiliki serapan yang dan 1023 cm-1 menunjukkan adanya gugus
-1
kuat pada bilangan gelombang 3327 cm-1 C – O oksi aril pada kisaran 1250 cm -
menunjukkan adanya gugus hidroksi dimana -1
1000 cm . Serapan pada bilangan gelombang
gugus hidroksi ini memberikan pita serapan -1 -1 -1 -1
929 cm , 864 cm , 853 cm , 813 cm ,
yang kuat pada daerah 3750-3000 cm-1,
746 cm-1, dan 719 cm-1 merupakan daerah
serapan pada bilangan gelombang 1707 cm-1 pita serapan disubtitusi aren yang menyerap
menunjukkan adanya gugus karbonil yang
pada kisaran 900 cm-1-700 cm-1 (Noerdin,
memiliki daerah serapan kuat di sekitar 1700
1986; Young, 2000).
cm-1 (1900-1650 cm-1), kususnya gugus
keton pada bilangan gelombang 1710 cm-1,
31.0
30

28 3901 1859
3747 2040 456
26
2411
2539
24 2615
2842 488

22 719
985 746
2951
20
3022
2988
18 3056 836 660
3009 1474
633
16
%T 1464
1112 929
14
864
12 1447

10 853
1526 813
1514
8
1220 594
1023
6 1197
1168
1569 1144
4 1266
1394 1281
1707
2
3327 1605 1408

0.0
4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0
cm -1

Gambar 4.3. Spektrum IR skopoletin dari buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.)

Bilangan gelombang yang sama dengan pembanding


No Bilangan gelombang (cm-1) Gugus fungsi
1 3327 (3700-3100) Hidroksi
2 1707 (1900-1650) Keton (karbonil)
3 1605, 1569, 1514 (1600-1450) C=C
4 1447, 1408, (1465-1350) C-H
5 1220, 1197, 1168, 1144, 1112, C-O
1023 (1250-1000)
6 864, 853, 813, 746, 719 Disubtitusi aren

ISSN : 2087-5045 30
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Bilangan gelombang yang tidak sama dengan pembanding


No -1 Gugus fungsi
Bilangan gelombang (cm )
2 1408 (1600-1450) C=C
3 1394 (1465-1350) C-H
4 985 Disubtitusi aren

Skopoletin yang didapat kemudian adanya peningkatan aktifitas atau indeks


dibuat sediaan uji dalam bentuk suspensi fagositosis secara bermakna (P<0,05) pada
karena skopoletin sukar larut dalam air. dosis terhadap kontrol (tabel 4.1). Namun
Pensuspensi yang digunakan adalah Na CMC tidak terdapat perbedaan nyata antara masing-
0,5% karena bersifat inert sehingga tidak masing dosis (tabel 4.2). Aktifitas fagositosis
mempengaruhi khasiat zat aktif, menghasilkan terbesar diberikan oleh dosis 5mg/KgBB dan
suspensi yang stabil, resistensinya baik 10mg/KgBB yaitu 91,068%.
terhadap mikroba, kejernihannya tinggi, Kapasitas fagositosis memperlihatkan
dan pada konsentrasi ini telah tebentuk peningkatan secara sangat bermakna (P<0,01).
supensi yang baik (Wade, 1986). Kapasitas fagositosis berbeda nyata antara
Hewan percobaan yang digunakan kontrol terhadap dosis 5 mg/kgBB dan dosis 1
adalah mencit putih jantan. Mencit dipilih mg/kgBB terhadap dosis 10 mg/kgBB. Tapi
karena mudah didapat, harganya relatif murah, tidak terdapat perbedaan nyata antara kontrol
penanganannya mudah, dan fisiologis tubuhya terhadap dosis 1 mg/kgBB, dosis 1 mg/kgBB
mirip dengan manusia (Thompson, 1990). terhadap dosis 5 mg/kgBB, dan dosis 5
Untuk mengurangi penyimpangan hasil mg/kgBB terhadap dosis 10 mg/kgBB.
penelitian, maka dipilih mencit dengan galur \Kapasitas fagositosis tertinggi diberikan oleh
dan jenis kelamin yang sama, usia dan berat dosis 10 mg/kgBB yaitu 86,6660.
badan relatif sama. Sistem kekebalan tubuh Selain itu juga ditentukan jumlah sel
juga dipengaruhi oleh estrogen maupun leukosit yang juga memlik sifat fagosit, yaitu
testoteron, maka dipilih mencit jantan karena sel mononuklear (monosit) dan
memiliki hormon yang lebih stabil dari polimorfonuklear (neutrofil, eusinofil). Pada
pada mencit betina (Bilbo & Nelson;2001). metoda ini jumlah sel basofil tidak ditentukan
Sebelum digunakan mencit karena pewarna yang digunakan untuk
diaklimatisasi selama 7 hari. Ini bertujuan pembuatan preparat adalah pewarna Giemsa
untuk membiasakan mencit pada kondisi yang dapat melarutkan basofil karena basa.
percobaan dan lingkungan serta mengontrol Jumlah sel neutrofil segmen dan eusinofil
kesehatan dan berat badan serta pada dosis tidak berbeda nyata terhadap
menyeragamkan makanan. Pengamatan kontrol (table 4.3). Setelah dilanjutkan
pengaruh pemberian skopoletin terhadap dengan uji berjarak Duncan, memang tidak
aktifitas dan kapasitas makrofag dilakukan terdapat perbedaan jumlah sel neutrofil pada
dengan pemberian sediaan uji selama tujuh masing-masing dosis maupun kontrol.
hari berturut-turut. Pada hari kedelapan Sedangkan jumlah sel eusinofil pada dosis 10
disuntikkan S. aureus sebagai antigen dan 1 mg/kgBB berbeda nyata terhadap
secara i.p. S. aureus dipilih karena makrofag kontrol, namun dosis 5 mg/kgBB tidak
merupakan yang pertama menangkap antigen berbeda nyata terhadap control.
jenis mikroba, fagositosis merupakan
mekanisme utama melawan S. aureus, Tabel IV.1. Aktifitas (indeks) fagositosis
umumnya mikroba disajikan kepada sel T makrofag peritoneal mencit
oleh makrofag, dan S. aureus agak sukar putih jantan
dibunuh setelah ditelan karena menghasilkan Dosis Mencit Aktifitas (%)
karotenoid dan katalase yang menetralkan Na CMC 1 83.67
singlet oksigen dan superoksida sehingga 2 87.33
pengamatan lebih baik (Subowo, 1993). 3 86.33
Aktivitas (indeks) dan kapasitas 4 81.33
fagositosis dilakukan pada makrofag 5 86
peritoneal yang bersifat fagosit dan kemotaksis
(Stvrtinova, Jakubovsky, Hulin: 1995). Hasil Rata-rata ± SD 84,93 ± 2.419
penelitian yang dilakukan memperlihatkan

ISSN : 2087-5045 31
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

1mg/KgBB 1 91 1mg/KgBB 1 81.67


2 92 2 76.67
3 93 3 73.33
4 83.33 4 90.33
5 91.33 5 79.67
Rata-rata ± SD 90.13 ± 3.878 Rata-rata ± SD 80.33 ± 6.415
5mg/KgBB 1 94.67 5mg/KgBB 1 92
2 91 2 79.67
3 89.67 3 83.67
4 94.33 4 79
5 85.67 5 84.33
Rata-rata ± SD 91.07 ± 3.698 Rata-rata ± SD 83.73 ± 5.187
10mg/KgBB 1 90.33 10mg/KgBB 1 84.33
2 90.33 2 89
3 91.67 3 90.67
4 91.33 4 87
5 91.67 5 93.33
Rata-rata ± SD 91.07 ± 0.686 Rata-rata ± SD 88.87 ± 4.437

Jumlah sel neutrofil batang Eosinofil berfungsi untuk membunuh


menunjukkan perbedan nyata (sig. 0,048<0,05) sel sasaran yang berukuran besar yang tidak
(table 8). Namun setelah dilanjutkan degan dapat difagosit seperti parasit atau cacing.
uji berjarak Duncan tidak terdapat perbedan Sedangkan basofil dapat melepaskan berbagai
nyata antara masing-masing dosis maupun mediator dan mengakibatkan reaksi anafilaktik
dengan kontrol, kecuali dosis 1 mg/kgBB yang karena memiliki reseptor Fc IgG dan IgE
berbeda nyata dengan dosis 10 mg/kgBB (table (Subowo, 1993).
4.3). Walaupun pemberian skopoletin dapat
Seperti halnya makrofag, fungsi sel meningkatkan aktifitas dan kapasitas
neutrofil adalah menfagosit mikroorganisme. fagositosis makrofag peritoneal, namun tidak
Sel ini dapat mensekresikn sitokin pirogen meningkatkan jumlah monosit dalam darah
(IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF-α) dan sitokin secara bermakna (table 4.3). Setelah
proinflamasi (IL-8). Inflamasi akut dapat dilanjutkan dengan uji berjarak Duncan,
diakhiri dengan sekresi makrophage tampak jelas tidak terdapat
inflammatory protein-1α MIP-1α) oleh perbedaan antara masing-masing dosis maupun
neutrofil, sehingga sel mononuklear kontrol. Dengan demikian skopoletin tidak
(monosit dan makrofag) datang dan merangsang pembentukan monosit. Diduga
membersihkan neutrofil dari jaringan yang skopoletin bekerja pada monosit atau
terinfeksi (Stvrtinova, 1995). makrofag yang sudah terbentuk seperti pada
senyawa kumarin yang bekerja dengan cara
Tabel IV.2. Kapasitas fagositosis makrofag berikatan dengan reseptor pada sel monosit
peritoneal mencit putih jantan (Zlabinger, 1994).
Dosis Mencit Kapasitas
Na CMC 1 78
2 71.33
3 77
4 76.67
5 77
Rata-rata ± SD 76 ± 2.658

ISSN : 2087-5045 32
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel IV.3. Jumlah sel leukosit dari darah mencit putih jantan
Neutrofil neutrofil
Dosis Mencit batang segmen Eosinofil Monosit Limfosit
Na CMC 1 30,16 9,52 9,52 19,05 36,51
2 21,33 12 8 18,67 40
3 20,83 8,33 12,5 16,67 41,67
4 36,74 18,37 8,16 16,33 20,41
5 28,4 16,05 6,17 14,81 34,57
27,49 ± 12,85 ± 8,87 ± 17,11 ± 34,63 ±
Rata-rata ± SD 6,63 4,27 2,35 1,75 8,43
1mg/KgBB 1 37,29 6,78 8,47 18,64 28,81
2 27,94 8,82 4,41 17,65 41,18
3 40,68 22,03 1,7 16,95 18,64
4 35,59 13,56 5,08 20,34 25,42
5 33,85 15,38 4,62 13,85 32,31
35,07 ± 13,31 ± 4,86± 17,49 ± 29,27 ±
Rata-rata ± SD 4,72 5,98 2,41 2,40 8,35
5mg/KgBB 1 30 7,5 10 25 27,5
2 12,82 6,41 6,41 20,51 53,85
3 21,31 8,2 4,92 14,75 50,82
4 20,9 5,97 4,48 22,39 46,27
5 30,61 6,12 2,04 18,37 42,86
23,13 ± 6,84 ± 5,57 ± 20,20 ± 44,26 ±
Rata-rata ± SD 7,38 0,97 2,93 3,90 10,27
10mg/KgBB 1 20,2 5,8 1,45 13,04 59,42
2 23,08 3,85 1,92 25 46,15
3 28,85 11,54 9,62 23,08 26,92
4 24,39 17,07 2,44 21,95 34,15
5 35,29 5,88 5,88 21,57 31,37
26,36 ± 8,83 ± 4,26 ± 20,93 ± 39,60 ±
Rata-rata ± SD 5,88 5,43 3,46 4,61 13,17

Jumlah sel limfosit secara umum karbon dalam darah dengan nilai absorban.
meningkat dibanding kontrol (table 4.3), ini Dari kurva baku tersebut diperoleh
sesuai dengan penelitian lain (Maria, 2006) persamaan regresi serapan dan konsentrasi
yang menyatakan skopoletin meningkatkan karbon yaitu y=0,006x -0,022 dengan r=
proliferasi sel T. Namun peningkatan ini tidak 0,997. Hasil tersebut menunjukkan adanya
bermakna secara statistik (tabel 4.3). Pada uji hubungan linier antara konsentrasi karbon
ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji dalam darah mencit putih jantan dengan
berjarak Duncan juga tidak terdapat perbedaan nilai absorban. Semakin tinggi konsentrasi
nyata selain antara dosis 1 mg/kgBB dengan karbon dalam darah maka akan semakin tinggi
dosis 5 mg/kgBB. Diduga limfosit yang aktif pula nilai absorban yang diperoleh dan begitu
melepaskan sitokin Macrophage Activating juga sebaliknya.
Factor (MAF) sehingga makrofag menjadi
aktif. Dengan demikian aktifitas dan kapasitas
fagositosis pun meningkat. Nilai absorban KESIMPULAN DAN SARAN
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 650 nm, setelah Kesimpulan
sebelumnya dibuat kurva kalibrasi untuk Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
melihat hubungan linear antara konsentrasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

ISSN : 2087-5045 33
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

1. Dari sokletasi 2,12 kg daging buah Farmasi, Jurusan Farmasi FMIPA


mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Universitas Andalas, vol. VI, no. 1,
kering didapatkan ekstrak diklorometan 2001, hal. 25-31.
sebanyak 30,7 g. Dari 10,4 g Aldi, Y., Roni dan S. Dharma (2006),
ekstrak diklorometan diperoleh skopoletin Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu
berupa serbuk kekuningan sebanyak (Morinda citrifolia L.) terhadap
500,25 mg (84,8 ppm dari daging buah Degranulasi Mastosit, Sekolah Tinggi
basah) Rf 0,775 dengan eluen n-heksan: Farmasi Indonesi, yayasan Perintis
etil asetat (1:4) yang meleleh pada suhu Padang. Bangun. A. P dan Sarwono. B,
203-204oC.
Khasiat Dan Manfaat Mengkudu.,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
2. Pemberian skopoletin dari buah mengkudu
Furusawa E, Hirazumi A, Story S, Jensen J.,
pada dosis 1 mg/kgBB, 5 mg/kgBB, 10
2003, Antitumour potential of a
mg/kgBB dapat meningkatkan aktifitas
polysaccharide-rich substance from
atau indeks fagositosis dan kapasitas
the fruit juice of Morinda citrifolia
fagositosis makrofag seiring
(Noni) on sarcoma 180 ascites
meningkatnya dosis. Jumlah sel leukosit
darah tidak berbeda nyata, kecuali tumour in mice, Phytother
Res.Dec;17(10):1158-64.
neutrofil batang. Namun pada uji berjarak
Gandasoebrata, R, Penuntun Laboratorium
Duncan, neutrofil batang pada dosis tidak
Klinik, Dian Rakyat, Jakarta : 2007.
berbeda nyata terhadap kontrol.
Goleva E, Cardona ID, Ou LS, Leung DY.,
2005, Factors that regulate naturally
Saran
occurring Tregulatory cell-mediated
Kepada peneliti selanjutnya
suppression J Allergy Clin Immunol ;
disarankan untuk melakukan uji efek
116: 1094–100.
skopoletin dari buah mengkudu terhadap
Grütz, G., 2005, New insights into the
kemotaksis, migrasi dan ledakan oksidatif pada
makrofag. molecular mechanism of interleukin-
10-mediated immunosuppression,
Journal of Leukocyte Biology.
2005;77:3-15.
DAFTAR PUSTAKA
Hirazumi, A and Furusawa, 1999, An
immunomodulatory polysaccharide-
Abbas, A.K, (2004), Basic Immunology, 2nd rich substance from the fruit juice
ed, Elsevier, California. of Morinda citrifolia (noni) with
Aldi, Y., D. Amalia dan Y.Ilyas, (2007), antitumour activity, Phytother Res.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah 1999 Aug;13(5):380-7.
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Hyung,J.K., S. I. Jang, Y.J.Kim, H.T. Chung,
terhadap Peningkatan Antibodi dan Y.Ga.Yun, T.H. Kang, O.S. Jeong and
Jumlah sel Leukosit Pada Mencit Y.C.Kim, (2006), Scopoletin
Putih Jantan, Sekolah Tinggi Farmasi suppresses pro-inflammatory
Indonesi, yayasan Perintis Padang. cytokines and PGE2 from LPS-
Aldi, Y., D. Camela dan Y. Lisawati, (2003), stimulated cell line, RAW 264.7 cells,
Aktivitas Ekstrak Buah Mengkudu Fitoterapia,Volume 75, Issues 3-4
(Morinda citrifolia L.) terhadap Reaksi Ilyas, A., Malawati dan Y. Aldi, (2006),
Anafilaksis Kutan Aktif pada Mencit Formulasi Krim Ekstrak Buah
Putih Jantan, Sekolah Tinggi Farmasi Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Indonesi, yayasan Perintis Padang. untuk Pengobatan Jerawat, Sekolah
Aldi, Y., Hafizni dan Suhatri, (2007), Uji Efek Tinggi Farmasi Indonesi, yayasan
Antiinflamasi Ekrak Daun Mengkudu Perintis Padang.
(Morinda citrifolia L.) secara Topikal Kang, K.H. and S.H., IM, 2005, Differential
dan Pengaruhnya Terhadap Volume Regulation of the IL-10 Gene in Th1
Eksudat, Farmasi FMIPA Universitas and Th2 T Cells, Ann. N.Y. Acad. Sci.
Andalas Padang. 1050: 97–107.
Aldi, Y., Pengaruh Rutin Terhadap Katzung, B.G.,(2004), Basic and Clinical
Degranulasi Mastosit Secara Invitro,
Jurnal Sains Dan Tekonologi Pharmacology, 5th Ed, Prentice Hall

ISSN : 2087-5045 34
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

International Inc, New York. cells expressing membrane-bound


Kearley J, Barker JE, Robinson DS, Lloyd TGF-ß and FOXP3. J Clin Invest
CM. Resolution of airway ;114:28–38.
inflammation and hyperreactivity after Price, K.S. and R.G. Hamilton, (2007),
in vivo transfer of CD4+CD25+ Anaphylactoid reactions in two
regulatory T cells is interleukin 10 patients after omalizu- mab
dependent J Exp Med 2005; 202: administration after successful long-
1539–47 term therapy, Allergy Asthma Proc
Kim,S.H, T.K. Kwon and T.Y. Shin, 28:313–319.
(2008), Antiallergic Effects of Vitis Pu, H.F., et al., (2004), Effect of juice from
amurensis on Mast Morinda citrifolia (noni) on gastric
Cell-Mediated Allergy Model, Exp Biol Med emptying in male rats, Chinese
(Maywood). 233 (2):192-9 18222974. Journal of Physiology, Vol. 47(4):169-
Kimura, M, Waki, I, and Kokubo, M, 1978, 174.
Ínhibition of Compound 48/80 Rautava S, Kalliomaki M, Isolauri E., 2005,
Mediated Histamine Release from New therapeutic strategy for
Isolated Rat Mast Cell by Oosponal combating the increasing burden of
Related Compound (4-Acyl- allergic disease: Probiotics-A
isosoumarins)”, Japan Journal Nutrition, Allergy, Mucosal
Pharmacol, p. 693-697. Immunology and Intestinal Microbiota
Malin R. Karlsson, Jarle Rugtveit, and Per (NAMI) Research Group report J
Brandtzaeg, 2006, Allergen-responsive Allergy Clin Immunol; 116: 31–7
CD4+CD25+ Regulatory T Cells in
Roitt, I. M.,1990, Pokok-pokok Ilmu
Kekebalan, diterjemahkan oleh
Children who Have Outgrown Cow's
Bonang, G., E. Sulistijowati dan K.
Milk Allergy, JEM, Volume 199,
Tamzil, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Number 12, 1679-1688
Maria, G.M., F.Graciela, B. A. M. Laura, L. Jakarta.
Paula dan C. Graciela, (2006), Sakaguchi, S. 2004. Naturally arising CD4+
Comparative Imunomodulatory effect regulatory T cells for immunologic
of scopoletin on tumoral and normal self-tolerance and negative control of
lymphocytes, Claudia LifeSciences immune responses. Annu. Rev.
(Life sci.) 2006, vol. 79, no.21, pp. Immunol. 22:531–562.
2043-2048 ISSN 0024-3205. Saludes, Jonel P., Garson, Mary J., Franzblau,
Moon, P.D. B.H. Lee, H.J.Jeong, H.J. An, Scott G., Aguinaldo, Alicia M, (2005),
S.J. Park, H.R. Kim, S.G. Ko, J.Y. Antitubercular constituents from the
Um, S.H. Hong and H.M. Kim, hexane fraction of Morinda citrifolia
(2007), Use of scopoletin to inhibit the Linn. (Rubiaceae) Phytother Res.
production of inflammatory cytokines Nov;16(7):683-5.
through inhibition of the IκB/NF-κB Skelly, A. (2006), Polynesian noni juice on
signal cascade in the human mast radar of cardiologists, Medical Post.
cell line HMC-1, European Journal Toronto: Apr 4,2006. Vol. 42, Iss. 12;
of Pharmacology, Volume 555, Issues pg. 25, 1 pgs.
2-3, p.218-225 Subowo, (2003), Imunologi Klinik, Penerbit
.Moon,P.D., B.H.Lee , H.Jeong, H. An , Angkasa, Bandung.
S.Park, H.R.Kim, S.G. Ko, .J.Y. Um, Aldi.Y dan ES. Ben, ˝Aktivitas Fraksi Asam
S.H.Hong and H.M. Kim, (2006), Use Tumbuhan Andrographis Paniculata
of scopoletin to inhibit the production Ness Terhadap Kemampuan
of inflammatory cytokines through Fagositosis dengan Metode Carbon
inhibition of the IkappaB/NF-kappaB Clearance˝, Jurnal Sains dan
signal cascade in the human mast cell Teknologi Farmasi UNAND, Vol 3,
line HMC-1, Eur J Pharmacol. 2006 No.1 Tahun 1998, Hal. 43-51.
Oct 18: 171(1):30-69.
Ostroukhova M, Seguin-Devaux C, Oriss TB,
et al., 2004, Tolerance induced by
inhaled antigen involves CD4+ T

ISSN : 2087-5045 35
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM ASETAT TERHADAP


KUANTITAS GELATIN DARI KULIT IKAN SEPAT RAWA
(Trichogaster trichopterus) KERING DAN KARAKTERISASINYA
Revi Yenti, Dedi Nofiandi, Rimzatul Fithriyah
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang
Email : reviyenti@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi asam asetat terhadap
kuantitas gelatin yang dihasilkan dari kulit ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus) kering dan
karakteristiknya. Adapun karakterisasi yang dilakukan adalah organoleptis, kekerasan gel, viskositas,
pH, kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Data dianalisa menggunakan ANOVA satu
arah dan dilanjutkan dengan Uji Lanjut Berjarak Duncan menggunakan software statistic SPSS 17.0.
Konsentrasi asam asetat yang digunakan yaitu 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v dan 10% v/v. Hasil penelitian
menunjukan variasi konsentrasi asam asetat yang digunakan berpengaruh terhadap kuantitas gelatin
yang dihasilkan. Konsentrasi asam asetat 6% v/v merupakan konsentrasi optimal pada penelitian ini
dimana pada konsentrasi ini dihasilkan gelatin dengan nilai rendemen tertinggi yaitu 5,8279%.

Kata kunci : Trichogaster trichopterus, Gelatin, ikan sepat rawa.

ABSTRACT

This research was done to investigate the influence of concentration variations of acetic acid
solution to the yield of gelatin produced from dry skins of sepat rawa fish (Trichogaster trichopterus)
and their characteristics. Characterization done in this research include: organoleptis, strength,
viscosity, acid degree (pH), level of water, ashes concentration, protein concentration and fat content
of the gelatin. Data obtained was analyzed by using one way Duncan test using software statistic SPSS
completed rose 17.0. Acetic acid concentrations used in this research were 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v
and 10% v/v. Acetic acid 6% v/v was the optimum concentration which yielded by gelatin in highest
amount (5.8279%).

Keywords : Trichogaster trichopterus, Gelatin, sepat rawa fish

PENDAHULUAN sebagai bahan pembuat kapsul, disamping itu


Gelatin adalah suatu polipeptida larut juga digunakan untuk bahan kosmetik, dan
berasal dari kolagen yang merupakan film (Damanik, 2005).
konstituen utama dari kulit, tulang dan jaringan Salah satu bahan yang berpotensi
ikat binatang. Gelatin diperoleh melalui digunakan untuk pembuatan gelatin adalah
hidrolisis parsial dari kolagen ketika kolagen kulit ikan yang berasal dari ikan sepat rawa
diperlakukan dengan asam atau basa dan (Trichogaster trichopterus) yang telah
diikuti dengan panas. Struktur fibrosa kolagen dikeringkan. Ikan sepat merupakan ikan asin
dipecah irreversible menghasilkan gelatin yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
(Zhou dan Regenstein, 2004). setelah ikan teri, tongkol dan peda. Volume
Di Indonesia gelatin masih merupakan dan nilai produksi ikan sepat rawa
barang import, terutama dari Eropa, Amerika, (Trichogaster trichopterus) di perairan
dan China. Gelatin telah marak digunakan Sumatera Barat pada tahun 2008 mencapai 72
dalam industri makanan berfungsi sebagai ton (WPI, 2010). Masyarakat pada umumnya
penstabil, pengental (tickenner), pengemulsi mengolah ikan sepat dengan cara membuang
(emulsifier), pembentuk jelly, pengikat air, dan kulit nya, sehingga kulit ikan akan menjadi
pembungkus makanan (edible coating). Di limbah.
bidang industri farmasi gelatin digunakan

ISSN : 2087-5045 36
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Dari beberapa penelitian yang telah porselen, erlenmeyer, corong pisah, peralatan
dilakukan, nilai rendeman gelatin yang mikro Kjeldahl, alat soxhlet, viskometer
dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor brookfield, Texture Analyzer, refrigerator
diantaranya teknik isolasi, konsentrasi pelarut (kulkas).
yang digunakan dan lamanya waktu
perendaman. Teknik isolasi gelatin meliputi Bahan
variasi asam dan variasi basa. Proses asam Bahan-bahan yang digunakan pada
umumnya lebih dipilih untuk bahan baku yang penelitian ini adalah kulit ikan sepat rawa
berasal dari ikan, karena rendemen yang (Trichogaster trichopterus) kering, larutan
dihasilkan lebih besar. Sumbono (2011) telah asam asetat 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v, dan 10%
melakukan penelitian terhadap ikan kakap v/v, aqua destilata, dan aqua demineralisasi,
merah., diperoleh gelatin dengan nilai petroleum eter, katalis selenium, H2SO4 pekat,
rendemen terbesar menggunakan perlakuan H3BO3 4% v/v, indikator conway (BCG +
asam dibandingkan perlakuan basa. Variasi metil merah), natrium hidroksida 40% , HCl
konsentrasi pelarut yang digunakan akan 0,5N, Na2B4O7 dan gelatin komersial.
memberikan nilai rendemen gelatin yang
berbeda. Fatimah dan Jannah (2008)
melakukan penelitian pembuatan gelatin dari PROSEDUR PENELITIAN
tulang ikan bandeng menggunakan pelarut
asam sitrat dengan berbagai konsentrasi yaitu PEMBUATAN GELATIN
1%, 3%, 5%, 7% dan 9%. Konsentrasi Sampel digunakan dalam penelitian ini
optimum untuk asam sitrat adalah 9%, dimana adalah kulit ikan sepat rawa (Trichogaster
pada konsentrasi tersebut diperoleh gelatin trichopterus) kering yang dibeli di Pasar Raya
dengan rendemen paling besar. Padang. Kulit ikan sepat rawa (Trichogaster
Pada penelitian sebelumnya telah trichopterus) kering dikupas dan dibersihkan
dilakukan pembuatan gelatin dari kulit ikan dari daging dan sisik yang masih menempel.
sepat rawa (Trichogaster trichopterus) kering Kulit ditimbang sebanyak 4 kali dengan berat
menggunakan berbagai variasi larutan asam masing-masing ± 100 g dan diberi kode yang
dengan konsentrasi yang sama yaitu asam berbeda yaitu Kulit I, II, III dan IV. Cuci kulit
asetat 2% v/v, asam klorida 2% v/v dan asam secara terpisah dengan air mengalir. Kulit
fosfat 2% v/v dengan waktu perendaman kemudian direndam dengan air bersuhu 60°-
selama 24 jam. Diperoleh gelatin dengan 70° C selama 1-2 menit, lalu ditiriskan dan
pelarut asam asetat konsentrasi 2% v/v yang dipotong kecil-kecil, cuci kembali dengan air
memberikan nilai rendemen terbesar yaitu mengalir dan ditiriskan. Masing-masing kulit
3,5099% (Yenti, 2015). secara terpisah direndam dalam larutan asam
Dari hasil uraian diatas maka peneliti asetat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
akan melakukan pengolahan kulit ikan sepat asam asetat 1% (kulit I), asam asetat 2% (kulit
rawa (Trichogaster trichopterus) kering II), asam asetat 6% (kulit III) dan asam asetat
menggunakan berbagai konsentrasi larutan 10% (kulit IV). Perendaman dilakukan selama
asam asetat yaitu 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v, dan 24 jam dengan perbandingan kulit dengan
10% v/v dengan lama waktu perendaman 24 larutan asam asetat adalah 1 : 2. Masing-
jam untuk mendapatkan gelatin yang masing kulit yang telah direndam lalu dicuci
mempunyai nilai rendemen terbesar. dengan air mengalir hingga pH menjadi netral
(6-7), lalu dibilas dengan aqua demineralisata.
Kulit diekstraksi dalam waterbath pada suhu
METODE PENELITIAN 80°C selama 5 jam dengan perbandingan kulit
dengan air adalah 1 : 2. Larutan gelatin yang
Alat diperoleh difiltrasi dengan kain flanel untuk
Alat-alat yang digunakan pada menghilangkan kotoran sehingga diperoleh
penelitian ini adalah timbangan, panci, gelas filtrat I, II, III dan IV. Masukan filtrat dalam
ukur, labu ukur, beaker glass, waterbath, loyang, kemudian dikeringkan dalam oven
kompor, saringan, pisau, termometer, pipet pada suhu 60°C selama ± 24 jam (sampai
volum, kain flanel, corong, kertas pH indikator diperoleh lembaran gelatin kering). Lembaran
universal, wadah pyrex, oven, desikator, gelatin yang diperoleh dipindahkan dalam
blender, magnetic stirrer, pH meter, cawan wadah kemudian dimasukkan dalam desikator

ISSN : 2087-5045 37
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

sampai uap panasnya hilang. Setelah itu menit dan ditimbang. Ulangi sampai
ditimbang dan dihaluskan dengan blender, beratnya konstan.
sehingga diperoleh serbuk gelatin kering GI, f. Kadar Abu (AOAC, 1995)
GII, GIII dan GIV. Lebih kurang 2 g sampel yang telah
digerus ditimbang seksama. Sampel yang
Rendemen (AOAC, 1995) telah diuapkan airnya dimasukkan ke
Rendemen diperoleh dari perbandingan berat dalam tanur bersuhu 600°C. Sebelumnya
kering gelatin yang dihasilkan dengan berat berat cawan kering dan berat sampel telah
kulit ikan kering yang diekstrak. diketahui. Proses pengabuan dilakukan
sampai semua bahan berubah warna
menjadi abu-abu, kemudian ditimbang.
g. Kadar Protein (BSN, 2006)
Timbang seksama 1 gram sampel dan
masukkan ke dalam labu Kjeldahl.
Analisis Karakteristik Gelatin Tambahkan katalis (1 gram selenium) dan
a. Pemeriksaan organoleptis 15 ml H2SO4 pekat (95-97%) secara
Pemeriksaan organoleptis meliputi perlahan-lahan dan diamkan selama 2 jam
pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa dalam ruang asam. Destruksi pada suhu
dari gelatin yang dihasilkan. 410°C selama ± 2 jam atau sampai larutan
b. Kekuatan Gel (British Standard 757, jernih. Diamkan hingga mencapai suhu
1975) kamar dan tambahkan 50 ml aquadest.
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) Siapkan erlenmeyer berisi 25 ml larutan
dilarutkan dalam aquadest. Larutan H3BO3 4% yang mengandung indikator
diaduk menggunakan magnetic stirrer conway sebagai penampung destilat.
sampai homogen, dipanaskan suhu 60°C Pasang labu yang berisi hasil destruksi
selama 15 menit. Tuang larutan dalam pada rangkaian alat destilasi uap.
beaker glass 100 ml, tutup dan diamkan Tambahkan 50 ml larutan natrium
selama 2 menit. Inkubasikan pada suhu hidroksida-thiosulfat. Lakukan destilasi
10°C selama 17 ± 2 jam. Selanjutnya dan tampung dalam erlenmeyer yang telah
diukur menggunakan alat digital force disiapkan tadi hingga volume mencapai
gauge. minimal 75 ml. Titrasi hasil destilat
c. Viskositas (British Standard 757, 1975) dengan HCl 0,5N yang sudah dibakukan
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) sampai warna berubah dari hijau menjadi
dilarutkan dalam aquadest, kemudian pink muda.
diukur viskositasnya menggunakan alat h. Kadar Lemak (Apriyantono dkk, 1989)
viskometer stormer pada suhu 60°C. Nilai Sebanyak 2 gram sampel dibungkus
viskositas dinyatakan dalam satuan dalam kertas saring dan dimasukkan ke
centipoise (cP). dalam labu soxhlet (labu sebelumnya
d. Derajat Keasaman (pH) (British Standard dikeringkan dalam oven, dimasukkan ke
757, 1975) dalam desikator lalu ditimbang).
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) Dimasukkan pelarut petroleum eter
dilarutkan dalam aquadest. Larutan kemudian dilakukan refluks selama 6 jam.
sampel dipanaskan pada suhu 70°C dan Evaporasi campuran lemak dan pelarut
dihomogenkan dengan magnetic stirrer, sampai kering. Lalu labu tersebut
kemudian diukur derajat keasamannya dipanaskan dalam oven dengan suhu
pada suhu kamar dengan pH meter. 105°C untuk menguapkan pelarut yang
e. Kadar Air (AOAC, 1995) masih tersisa. Setelah itu didinginkan
Cawan porselen dikeringkan pada suhu dalam desikator dan ditimbang.
105°C selama 1 jam, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 30
menit dan ditimbang. Sampel ditimbang
sebanyak 2 gram. Cawan yang telah berisi Keterangan :
sampel dimasukkan dalam oven bersuhu A = berat labu kosong
105°C selama 1 jam, kemudian B = berat sampel
didinginkan dalam desikator selama 30 C = berat labu + lemak hasil ekstraksi

ISSN : 2087-5045 38
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Gambar 1. Persen rendemen gelatin

Tabel I. Rekapitulasi hasil rendemen dan analisis karakteristik gelatin


No Pengualngan Jenis gelatin
GI GII GIII GIV GV
1. Rendemen (%) 3,1119 3,2852 5,8279 4,0718 -
2. Organoleptis
- Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk Serbuk
- Warna Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
kecoklatan kecoklatan kecoklatan kecoklatan kecoklatan
- Bau Khas Khas Khas Khas Khas
- Rasa Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
berasa berasa berasa berasa berasa
3. Kekuatan gel (gram 22,50 30,00 31,50 32,33 69,33
bloom)
4. Viskositas (cP) 6,67 6,00 7,00 5,33 6,33
5. pH 6,65 6,07 5,88 4,69 5,78
6. Kadar air (%) 4,777 7,767 11,833 10,400 9,598
7. Kadar abu (%) 0,935 0,505 1,776 1,246 0,261
8. Kadar protein (%) 86,668 86,634 90,386 90,404 72,054
9. Kadar lemak (%) 5,503 5,682 6,948 3,999 3,886

Rendemen rataan gelatin yang menghasilkan suatu produk. Semakin tinggi


diperoleh yaitu gelatin dari hasil perendaman nilai rendemen berarti perlakuan yang
dengan larutan asam asetat 1% v/v (GI) diterapkan pada penelitian tersebut semakin
sebesar 3,1119%, gelatin dari hasil efektif.
perendaman dengan larutan asam asetat 2% Analisa statistik menunjukkan bahwa
v/v (GII) sebesar 3,2852 %, gelatin dari hasil rendemen GI tidak berbeda nyata dengan GII
perendaman dengan larutan asam asetat 6% dan GIV, tapi berbeda nyata dengan GIII. Nilai
v/v (GIII) sebesar 5,8279 %, dan gelatin dari rendemen tertinggi dihasilkan oleh GIII yaitu
hasil perendaman dengan larutan asam asetat sebesar 5.8279 %, sedangkan GI, GII dan GIV
10% v/v (GIV) sebesar 4,0718 %. Untuk mempunyai nilai rendemen lebih rendah. Hal
gelatin pembanding digunakan gelatin ini menunjukan bahwa konsentrasi larutan
komersial (GV). asam yang digunakan pada GIII merupakan
Nilai rendemen dapat menjadi konsentrasi optimum untuk pengolahan gelatin
indikator untuk mengetahui efektif tidaknya kulit ikan sepat rawa kering. Rendahnya
metode yang diterapkan pada suatu penelitian, rendemen gelatin GI dan GII disebabkan
khususnya tentang optimalitasnya dalam karena kurangnya jumlah H+ yang diperlukan

ISSN : 2087-5045 39
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

untuk memutus ikatan hydrogen dan ikatan amino yang panjang akan menghasilkan
silang pada struktur tropokolagen sehingga kekuatan gel yang besar pula. Pada kondisi pH
tidak semua kolagen yang terekstraksi menjadi yang sesuai akan terjadi hidrolisa yang optimal
gelatin. Sedangkan pada GIV rendahnya dari kolagen menjadi gelatin. Semakin banyak
rendemen gelatin yang dihasilkan kolagen yang terhidrolisa, maka susunan asam
kemungkinan akibat konsentrasi asam yang amino menjadi semakin rapat dan semakin
tinggi menyebabkan terjadinya hidrolisis panjang, sehingga daya serap air menjadi
lanjutan sehingga sebagian gelatin turut semakin kuat dan kekuatan gel yang dihasilkan
terdegradasi. Konversi kolagen menjadi gelatin juga lebih tinggi.
dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan dan Viskositas merupakan salah satu sifat
pH (Courts, 1977). fisik gelatin yang cukup penting. Viskositas
Pada pemeriksaan organoleptis gelatin adalah daya aliran molekul dalam suatu
GI, GII, GIII, GIV dan GV mempunyai bentuk larutan. Pengujian viskositas dilakukan untuk
serbuk dan tidak berasa. Dari segi warna GI, mengetahui tingkat kekentalan gelatin sebagai
GII, GIII dan GIV berwarna kuning larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu.
kecoklatan, sedangkan GV berwarna kuning Viskositas gelatin biasanya diukur pada suhu
coklat lemah. Dari segi bau GI, GII, GIII dan 60oC dengan konsentrasi 6,67% (b/b) (Leiner,
GIV mempunyai bau khas, sedangkan GV 2006).
tidak berbau. Adanya perbedaan warna dan Dari hasil penelitian diperoleh nilai
bau dari GI, GII, GIII, GIV dengan GV, hal ini rataan viskositas larutan gelatin berkisar antara
mungkin saja disebabkan bahan baku yang 5,33 cP s/d 7,00 cP, dimana viskositas tertinggi
digunakan untuk pembuatan gelatin berbeda, dihasilkan oleh GIII sedangkan viskositas
dimana GV umumnya dibuat dari kulit dan terendah dihasilkan oleh GIV. Viskositas GIII
tulang sapi. hampir mendekati viskositas GV yaitu 7,33 cP,
Kekuatan gel gelatin didefinisikan tapi viskositas masingmasing konsentrasi
sebagai besarnya kekuatan yang diperlukan masih memenuhi standar yaitu 1,5-7 cP.
oleh probe untuk menekan gel sedalam empat Viskositas terutama tergantung pada tingkat
mm sampai gel pecah. Satuan untuk hidrodinamik antara molekul-molekul gelatin
menunjukkan kekuatan suatu gel yang itu sendiri. Disamping itu juga, viskositas
dihasilkan dari suatu konsentrasi tertentu tergantung pada temperatur (di atas 40°C
disebut bloom (Lachman, 1994). Pada viskositas menurun secara eksponensial
penelitian ini alat yang digunakan untuk dengan naiknya suhu), pH (viskositas terendah
pemeriksaan kekuatan gel adalah Texture pada titik isoelektrik) dan konsentrasi dari
Analyzer CT3 dengan menggunakan probe larutan gelatin (Ward dan Courts, 1977).
standar no 3F. Hasil uji kekuatan gel gelatin Menurut Glicksman (1969), residu
memperlihatkan kekuatan gel rataan gelatin mineral yang tertinggal dalam gelatin dapat
yaitu GI= 22,50 gram bloom; GII= 30,00 gram mempengaruhi karakteristik gelatin tersebut.
bloom; GIII= 31,50 gram bloom; GIV= 32,33 Aldehyde yang mempertahankan ikatan silang
gram bloom dan GV=69,33 gram bloom. Dari (cross-link) dalam molekul gelatin akan
keempat jenis gelatin yang dihasilkan kekuatan membentuk polyaldehyde dengan residu
gel tertinggi diperoleh dari rataan nilai GIV mineral tersebut, sehingga menurunkan
yaitu 32,33 gram bloom, tapi lebih rendah dari kelarutan dalam air dan meningkatkan
kekuatan gel GV yaitu 69,33 gram bloom. Hal viskositasnya. Disamping residu mineral, pH
ini mungkin saja disebabkan oleh bahan baku juga mempengaruhi viskositas gelatin yang
yang berbeda dimana GV berasal dari gelatin dihasilkan. Peningkatan nilai pH gelatin
sapi. Gelatin yang berasal dari mamalia berhubungan dengan meningkatnya residu
memiliki kekuatan gel yang lebih tinggi mineral gelatin, khususnya residu mineral
dibandingkan bahan baku yang berasal dari kalsium. Nilai pH yang meningkat tersebut
ikan. Menurut Chamidah dan Elita (2002), menyebabkan konsentrasi larutan gelatin
bahwa kekuatan gel yang dihasilkan meningkat, sehingga viskositas yang
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan, dihasilkan semakin besar.
jenis perlakuan awal (perendaman) dan kondisi Parameter lain yang ditetapkan dalam
ekstraksi. Ditambahkan oleh Astawan dan penentuan standar mutu gelatin adalah pH atau
Aviana (2002), kekuatan gel berkaitan dengan derajat keasamannya. Pengukuran nilai pH
panjang rantai asam amino dimana rantai asam larutan gelatin penting dilakukan, karena pH

ISSN : 2087-5045 40
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

larutan gelatin mempengaruhi sifat-sifat menimbulkan perubahan sifat-sifat


gelatin lainnya seperti viskositas, kekuatan gel, organoleptik dan nilai gizi (De Man, 1997).
dan berpengaruh juga terhadap aplikasi gelatin Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai
dalam produk. Gelatin dengan pH netral sangat rataan kadar air berkisar antara 4,777 % s/d
baik untuk produk daging, farmasi, 11,833 % dimana GIII mempunyai kadar air
kromatografi, cat dan sebagainya. Sedangkan tertinggi. Dibandingkan dengan GV yang
gelatin dengan pH rendah sangat baik untuk hanya 9,598 %, kadar air GIII lebih tinggi,
digunakan dalam produk juice, jelly, sirup dan tetapi masih memenuhi standar SNI (1995)
sebagainya. Nilai pH gelatin ini sangat yaitu maksimal 16 %.
dipengaruhi oleh jenis larutan perendam yang Nilai kadar abu suatu bahan
digunakan untuk mengekstrak gelatin tersebut menunjukkan besarnya jumlah mineral yang
(Astawan dan Aviana, 2002). terkandung dalam bahan tersebut
Nilai pH rata-rata terendah terdapat (Apriyantono, 1989). Abu adalah zat anorganik
pada sampel GIV yakni sebesar 4,69 yang tidak ikut terbakar dalam proses
sedangkan nilai pH tertinggi terdapat pada pembakaran zat organik. Zat tersebut adalah
sampel GI yaitu sebesar 6,65. Rendahnya nilai kalsium, kalium, natrium, besi, magnesium dan
pH GIV dalam penelitian ini disebabkan mangan (Desrosier, 1988). Nilai rataan kadar
karena konsentrasi larutan yang digunakan saat abu gelatin yang diperoleh berkisar antara
perendaman merupakan konsentrasi terbesar 0,505% s/d 1,246% dimana kadar abu terendah
dari variasi konsentrasi larutan asam yang terdapat pada GII. Nilai ini lebih tinggi dari
digunakan (asam asetat 10% v/v), dari masing- GIII yang hanya 0,261%, tetapi masih
masing konsentrasi hanya GI yang tidak memenuhi standar yaitu maksimal 3,25%.
memenuhi standar pH yaitu 4,5-6,5. Pada saat Kadar abu yang cukup tinggi dapat disebabkan
terjadi pengembangan kolagen waktu oleh masih adanya komponen mineral yang
perendaman, banyak sisa asam yang tidak terikat pada kolagen, yang belum terlepas saat
bereaksi terserap dalam kolagen yang proses pencucian sehingga ikut terekstraksi
mengembang dan terperangkap dalam jaringan dan terbawa saat proses pengabuan (Astawan
fibril kolagen sehingga akhirnya ikut dan Aviana, 2002). Kadar abu gelatin
terhidrolisis pada proses ekstraksi dan dipengaruhi oleh kandungan bahan baku,
mempengaruhi tingkat keasaman gelatin yang metode penyaringan, dan ekstraksi yang
dihasilkan (Yustika, 2000). dilakukan. Penghilangan mineral dalam proses
Proses pencucian setelah perendaman ekstraksi gelatin terjadi pada saat
(penetralan pH) yang kurang sempurna juga demineralisasi. Kadar abu gelatin sangat
berpengaruh terhadap pH produk. Hal ini ditentukan pada saat demineralisasi.
didukung oleh Peranginangin et al. (2005), Demineralisasi yang dilakukan pada penelitian
yang menyatakan bahwa pH larutan perendam ini dilakukan dengan perendaman dalam
berpengaruh sangat nyata terhadap pH gelatin larutan asam selama 24 jam.
yang dihasilkan, dimana nilai pH gelatin Gelatin merupakan salah satu jenis
semakin naik dengan naiknya pH larutan protein konversi yang dihasilkan melalui
perendam. Hal ini disebabkan karena semakin proses hidrolisis kolagen, pada dasarnya
tinggi pH larutan perendaman, maka memiliki kadar protein yang tinggi. Gelatin
konsentrasi larutan asam yang diserap oleh merupakan suatu bahan tambahan makanan,
kulit selama perendaman semakin rendah, berupa protein murni, yang diperoleh dari
begitupun sebaliknya. penguraian kolagen dengan menggunakan
Kadar air merupakan salah satu panas. Pada penelitian ini kadar protein
parameter penting pada produk pangan, karena ditentukan menggunakan metoda makro
kadar air dalam makanan ikut menentukan Kjeldahl dengan menentukan jumlah Nitrogen
acceptability, kesegaran dan mutu bahan total yang terkandung dalam suatu bahan.
pangan serta daya tahan bahan (Winarno, Kadar rataan protein yang dihasilkan pada
2002). Adanya air dalam bahan pangan penelitian ini berkisar antara 86,634% s/d
merupakan salah satu faktor yang 90,404% dimana kadar protein tertinggi
mempengaruhi aktivitas metabolism seperti dimiliki oleh GIV dan terendah oleh GII. Nilai
aktivitas enzim, aktivitas mikroba dan aktivitas ini jauh lebih tinggi dari GV yang hanya
kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan dan 72,054%. Tingginya kadar protein yang
reaksi-reaksi nonenzimatis, sehingga dihasilkan di duga akibat bahan baku yang

ISSN : 2087-5045 41
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

digunakan berasal dari kulit ikan yang Analytical Chemist”, Inc,Washington


diketahui memiliki kandungan protein yang DC.
sangat tinggi. Astawan, M., Aviana, T., 2002,” Pengaruh
Kadar lemak berpengaruh terhadap Jenis Larutan Perendam Serta Metode
perubahan mutu produk pangan selama Pengeringan terhadap Sifat Fisik,
penyimpanan. Kerusakan lemak yang utama Kimia dan Fungsional Gelatin dari
diakibatkan oleh proses oksidasi sehingga Kulit Cucut”, Seminar Nasional
timbul bau dan rasa tengik yang disebut proses PATPI, Malang.
ketengikan. Gelatin yang bermutu tinggi Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2006,
diharapkan memiliki kandungan lemak yang Standar Nasional Indonesia (SNI)
rendah bahkan diharapkan tidak mengandung 01.2354.4-2006, Cara Uji Kimia-
lemak. Kadar lemak yang tidak melebihi batas Bagian 4 : “Penentuan Kadar Protein
5% merupakan salah satu persyaratan mutu dengan Metode Total Nitrogen Pada
penting gelatin agar serbuk gelatin dapat Produk Perikanan”, Badan
disimpan dalam waktu yang relatif lama (De Standardisasi Nasional, Jakarta.
Mann, 1997). British Standard 757, 1975, “Sampling and
Kadar rataan lemak yang dihasilkan Testing of Gelatin”. Di Dalam Imeson.
berkisar antara 3,999 % s/d 6,948 %, dimana 1992. Thikcening and Gelling Agents
kadar lemak terendah diperoleh dari GIV dan for Food. Academic Press, New York.
tertinggi didapatkan dari GIII. Kadar lemak Chamidah, A., Elita, C., 2002, “ Pengaruh
gelatin sangat bergantung pada perlakuan Proses Pengolahan Terhadap Kualitas
selama proses pembuatan gelatin, baik pada Gelatin kulit Ikan Hiu”, Seminar
tahap pembersihan kulit maupun proses Nasional PATPI, Malang.
degreasing hingga pada tahap penyaringan Damanik, A, 2005, “Gelatin Halal Gelatin
filtrat hasil ekstraksi, dimana setiap perlakuan Haram”, Jurnal Halal LP POM MUI
yang baik akan mengurangi kandungan lemak No.36 Maret 2001, Jakarta
yang ada dalam bahan baku sehingga produk De Man, J.M., 1997,” Kimia Makanan”,
yang dihasilkan memiliki kadar lemak yang Penerjemah Kosasih Padmawinata,
rendah. Penerbit ITB, Bandung.
Dewan Standarnisasi Nasional, 1995, Standar
Nasional Indonesia (SNI)
KESIMPULAN DAN SARAN 01.3735.1995, “Mutu dan Cara Uji
Gelatin”, Dewan Standarnisasi
Kesimpulan Nasional, Jakarta.
Dari hasil penelitian yang telah Desrosier, N, W, 1988, “Kimia Makanan”,
dilakukan disimpulkan bahwa konsentrasi Penerjemahkan Padmawinata, K, ITB
larutan asam yang digunakan berpengaruh Press, Bandung.
terhadap kuantitas gelatin yang dihasilkan. Djabourov, M., Lechaire, J., Gaill, F., 1993,
Konsentrasi asam asetat 6% v/v menghasilkan Biorheology.
rendemen tertinggi yaitu 5,8279%. Fatimah, D, dan Jannah, A., 2008,” Efektifitas
Penggunaan Asam Sitrat Dalam
Saran Pembuatan Gelatin Tulang Ikan
Diharapkan pada peneliti selanjutnya Bandeng (Chanos-Chanos forskal)”,
untuk dapat melakukan variasi terhadap lama Jurnal Penelitian, Universitas Islam
perendaman dan lama ekstraksi menggunakan Negeri maulana Malik Ibrahim,
larutan asam asetat 6% v/v dalam pembuatan Malang.
gelatin dari kulit ikan sepat rawa kering. Glicksman, M, 1969, “Gum Technology in
DAFTAR PUSTAKA Food Industry”, Academic Press. Nem
York.
Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Hinterwaldner, R., 1977, “Technology of
Yasni, S., Budiyanto, S., 1989, Gelatin Manufacture” di dalam Ward,
“Analisis Pangan”, IPB Press, Bogor. A.G., dan Courts, A., (editors.), The
Association of Official Agricultural Chemist Science and Technology of Gelatin,
(AOAC), 1995. “Official Methods of Academic Press, New York.
Analysis of The Association of Official

ISSN : 2087-5045 42
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Lachman,L., Lieberman,H.A., Kanig,J.L., Conditions for Pollock Skin Gelatin”,


1994, “Teori dan Praktek Farmasi Journal of Food Science, 69(5).
Industri”, Penerjemah Siti Suyatmi, Zhou, P., Regeinstein, J.M., 2005, “Effects of
Penerbit Universitas Indonesia, Alkaline and Acid Pretreatments on
Jakarta. Alaska Pollock Skin Gellatin
Leiner, P.B., 2006, “The Physical and Extraction”, Journal of Food Scienc
Chemical Properties of Gelatin”.
http://www.pbgelatin.com
Pelu, H., Herawati, S., Chasanah, E., 1998,
“Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan
Tuna (Thunnus sp.) melalui Proses
Asam”. Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia Vol. IV No.2 Tahun 1998,
BPTP, Jakarta.
Peranginangin, R., Mulyasari, Sari, A., Tazwir,
2005,” Karakterisasi Mutu Gelatin
yang Diproduksi dari Tulang Ikan
Patin (Pangasius hypoptalamus) Secara
Ekstraksi Asam”, Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia Vol. 11 No.4
tahun 2005.
Yenti, R., Dedi, N., Rosmaini, 2015,
“Pengaruh Beberapa Jenis Larutan
Asam Pada Pembuatan Gelatin dari
Kulit Ikan Sepat Rawa (Trichogaster
trichopterus) Kering Sebagai Gelatin
Alternatif”, Jurnal Scientia Vol 5 No.
2, Padang.
Ross-Murphy, S.,B, 1991, “Structure and
Rheology of Gelatine Gels” : Recents
Progress.
Sumbono, A., 2011, “Efek Perlakuan Asam
dan basa Terhadap Rendemen dan
Sifat Fisik Gelatin Ikan kakap Merah
(lutjanus campechanus) dari Perairan
Laut Papua”, TESIS-SK 2402, Institut
Teknologi sepuluh November,
Surabaya.
Warta Pasar Ikan (WPI), 2010, “Ikan Sepat,
Ikan Hias Sekaligus Ikan Konsumsi”,
Direktorat Pemasaran Dalam Negeri,
Jakarta.
Winarno,F.G, 2002, “Kimia Pangan dan
Gizi”, PT Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta.
Ward, A, D, dan A, Courts, 1997, “The Sciense
and Technology of Gelatin”,
Academic Press, New York.
Yustika, R, 2000, “Pembuatan dan Analisis
Sifat Kimia Gelatin dari Kulit dan
Tulang Ikan Cucut”, Skripsi, IPB,
Bogor.
Zhou, P, dan Regenstein, J, M. 2004,
“Optimazation of extraction

ISSN : 2087-5045 43
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE


MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) TERHADAP BAKTERI
JERAWAT
Nilda Lely, Arie Firdiawan, Septiani Martha
STIFI Bhakti Pertiwi
Email : nildalely@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian terhadap aktivitas antibakteri dari minyak atsiri Zingiber officinale
var rubrum pada beberapa bakteri penyebab jerawat. Minyak atsiri diperoleh dengan metode
penyulingan dan diperoleh minyak atsiri dengan rendemen sebesar 0,182 %. Uji aktivitas antibakteri
minyak atsiri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap Propionibacterium acne, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Staphylococcus epidermidis dalam beberapa
konsentrasi termasuk 5%, 10%, 15% dan 20%. Konsentrasi tertinggi (20%) memberikan diameter
zona bening terbesar yaitu 20,1 mm terhadap Staphylococcus epidermidis; 19,3mm terhadap
Propionibacterium acne; 18,4mm terhadap Pseudomonas aeruginosa dan 13,8 mm terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923.

Kata kunci : Minyak atsiri, Zingiber officinale, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Propionibacterium acne, Pseudomonas aeruginosa

ABSTRACT

A research to investigate antibacterial activities of the essential oil of Zingiber officinale var.
Rubrum toward acne bacterials has been done. This study was aimed to compare antibacterial
activities of the essential oil toward the growth of some bacteria contributing in acne formation. The
separation of the essential oil was done by using destilation process method. From the separation,
rendement of essential oil in Zingiber officinale var. Rubrum was 0.182% (v/b). Test of antibacterial
activities of the essential oil was conducted using the agar diffusion method toward Propionibacterium
acne, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Staphylococcus epidermidis
in some concentrations including 5%, 10%, 15% and 20%. As result, higest concentration of the
esssential oil (20%) resulted in biggest activities of Zingiber officinale var. Rubrum toward the
bacterial growth marked by diameter of clear zone in the growth medium. The average of diameter of
clear zone resulted from 20% essential oil was 20.1mm in Staphylococcus epidermidis; 19.3mm in
Propionibacterium acne; 18.4mm in Pseudomonas aeruginosa and 13.8mm in Staphylococcus aureus
ATCC 25923.

Keywords: Essential oil, Zingiber officinale, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,


Propionibacterium acne, Pseudomonas aeruginosa

PENDAHULUAN produksi sebum, peluruhan keratinosit,


pertumbuhan bakteri, keturunan, hormon,
Jerawat merupakan penyakit kulit yang iklim, dan kosmetika (Djuanda, 2007).
umumnya ditemukan pada masa remaja Peradangan pada jerawat yang
(Wasiatmaja,1997). Jerawat adalah terinfeksi dapat dipicu oleh bakteri seperti
peradangan kronik folikel pilosebaseus dengan Propionibacterium acnes, Pseudomonas
gambaran klinis berupa komedo, papul, aeruginosa, Staphylococus epidermidis dan
pustule, nodus dan kista yang terutama Staphylococus aureus. Pengobatan jerawat
ditemukan pada daerah kulit yang kaya akan yang terinfeksi dapat dilakukan dengan
kelenjar sebasea seperti muka, leher, dada, dan menurunkan populasi bakteri dengan
punggung. Faktor-faktor yang terlibat dalam menggunakan suatu zat antibakteri seperti
pembentukan jerawat, diantaranya peningkatan tetrasiklin, eritromisin, dan klindamisin,

ISSN : 2087-5045 44
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

namun tidak sedikit yang memberikan efek METODE PENELITIAN


samping seperti iritasi, penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan resistensi bahkan Alat dan Bahan
kerusakan organ dan imunohipersensitivitas Alat yang digunakan digunakan dalam
(Gan, 1987; Wyatt, 2001). penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi
Penemuan senyawa-senyawa baru dari uap air, corong pisah, corong, vial, bunsen,
hasil metabolisme sekunder tumbuhan penjepit kayu, cawan petri, timbangan analitik,
merupakan salah satu cara untuk gelas ukur, pipet tetes, tabung reaksi, baker
pengembangan obat-obat baru. Salah satu gelas, pinset, erlemeyer, jarum ose, kapas,
tanaman yang sudah dikenal masyarakat dan kassa steril, benang, gunting, spatel, jangka
digunakan sebagai obat bahan alam adalah sorong, autoklaf, elektro thermal inkubator,
jahe. Jahe (Zingiber officinale Rosc). secara kertas saring, kertas cakram, Laminar air flow,
tradisional, kegunaannya antara lain untuk spektrofotometri.
mengobati penyakit rematik, asma, stroke,
sakit gigi, diabetes, gatal-gatal, sakit otot, Bahan dan Sampel Penelitian
inflamasi, sakit tenggorokan, kram, masuk Bahan yang digunakan dalam
angin, diare, hipertensi, mual, demam dan penelitian ini adalah rimpang jahe merah,
infeksi (Koswara, 1995; Nursal dkk, 2006 ). nutrien agar, NaCl 0.9 %, aquadest, natrium
Jahe (Zingiber officinale Rosc) sulfat anhidrat, tetrasiklin, bakteri
termasuk dalam famili Zingiberaceae yang Propionibacterium acne, Pseudomonas
merupakan salah satu tanaman yang aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan
mengandung minyak atsiri. Minyak atsiri dari Staphylococcus aureus.
beberapa tanaman bersifat aktif biologis
sebagai antijamur dan antibakteri, sehingga Prosedur Kerja
dapat dipergunakan sebagai antimikroba alami Pengambilan Sampel
(Sundari dan Winarno, 2001). Kadar minyak Sampel yang digunakan dalam
atsiri rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc) penelitian ini adalah jahe merah (Zingiber
sekitar 1,6-3,9% (Yuliani dan Suyanti, 2012), officinale var. Rubrum) yang diambil di Desa
senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri Rantau Kumpai Kecamatan Sosoh Buai Rayap
jahe adalah acetoxychavicol acetate (ACA), Kabupaten Ogan Komering Ulu.
zingerone atau shogaol, p-kumaril diasetat, Isolasi Minyak Atsiri Jahe Merah
asam palmitat, eugenol, β-bisabolene, citral, β- Rimpang jahe merah dibersihkan dan
farnesene, geraniol, zingiberen, kurkumen, dan dan dikering anginkan, Timbang sebanyak 10
sesquiphelandren. (Dominika 2011; Felipe et kg, kemudian didestilasi uap air. Minyak atsiri
al. 2008). yang didapat dipisahkan dengan corong pisah,
Ekstrak etanol rimpang jahe merah tambahkan natrium sulfat anhidrat untuk
mempunyai aktivitas terhadap bakteri menarik air yang kemungkinan masih terdapat
Propionibacterium acnes, Staphylococcus dalam minyak atsiri. Minyak yang diperoleh
epidermidis, Staphylococcus aureus dan dihitung rendemennya.
Escherichia coli. Sedangkan pada penelitian
Dominika (2011), Pada penelitian Octynovy Identifikasi Minyak Atsiri
(2012), Prasti (2012), Ekstrak etanol rimpang Pemeriksaan Organoleptis
jahe merah mempunyai aktivitas terhadap Meliputi pemeriksaan warna, bau dan
bakteri Propionibacterium acnes, rasa.
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus a. Pemeriksaan warna
aureus dan Escherichia coli. Sehingga peneliti Dilakukan dengan melihat langsung
melanjutkan penelitian dengan menguji minyak atsiri hasil destilasi secara visual.
aktivitas antibakteri dari minyak atsiri rimpang b. Pemeriksaan bau
jahe merah terhadap bakteri penyebab jerawat. Dilakukan dengan mencium bau minyak
seperti Propionibacterium acne, Pseudomonas atsiri yang menguap diatas kertas saring.
aeruginosa, Staphylococus epidermis dan c. Pemeriksaan rasa
Staphylococus aureus. Dilakukan dengan meneteskan minyak
atsiri pada ujung lidah kemudian dibuang.

ISSN : 2087-5045 45
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Pemeriksaan Tetapan Fisika konsentrasi zat uji yang telah disiapkan


a. Kelarutan Minyak atsiri jahe merah. kemudian diletakkan pada permukaan media
Kocok 1 bagian volume minyak jahe agar yang telah diinokulasi dengan bakteri.
merah dengan 4 bagian volume etanol Cawan petri nutrien agar diinkubasi kedalam
96% P, terjadi larutan jernih. Biarkan inkubator pada suhu 36ºC selama 48 jam.
selama 24 jam pada suhu antara 20oC Kemudian diukur diameter zona bening yang
hingga 30oC, tidak tampak butir-butir terbentuk dengan menggunakan jangka sorong.
pada permukaan larutan (Depkes, 1995).
b. Penentuan Bobot Jenis (BJ) Analisis Data
Minyak atsiri yang didapat dihitung Data hambatan yang diperoleh dirata-
menggunakan piknometer ratakan serta ditabulasi untuk setiap bakteri uji
Piknometer volume 10 ml ditimbang pada yang digunakan pada berbagai konsentrasi zat
neraca analitik. Piknometer diisi minyak uji minyak atsiri rimpang jahe merah.
atsiri jahe merah, ditutup lalu ditimbang. Kemudian, data dianalisa.
Nilai massa didapat dengan
mengurangkan berat masing-masing
piknometer berisi minyak atsiri dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
berat piknometer kosong.
Minyak Atsiri
Pembuatan Larutan Uji Hasil destilasi uap air 10 kg rimpang
Larutan uji minyak atsiri rimpang jahe jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum)
merah dibuat dengan konsentrasi 20%, 15%, diperoleh minyak atsiri sebanyak 18,2 ml
10% dan 5% yang dilarutkan kedalam etanol dengan rendemen sebesar 0,182 % (v/b). Dari
destilat. pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa
minyak atsiri rimpang jahe merah berwarna
Pembuatan Larutan Kontrol kuning, rasa pedas dan hangat serta
Larutan kontrol positif (+) yang mempunyai bau khas jahe. Hasil tersebut
digunakan yaitu Tetrasiklin 0,01% dalam sesuai dengan literatur bahwa minyak atsiri
etanol destilat hingga 10 ml.Larutan kontrol jahe berwarna kuning, rasa pedas dan aroma
negatif (-) yang digunakan yaitu etanol destilat. khas jahe. Kelarutan minyak atsiri diuji dengan
cara melarutkan masing-masing 1 bagian
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji volume minyak atsiri dengan 4 bagian volume
Koloni diambil dari agar miring etanol (96%) P, larutan yang terbentuk menjadi
nutrien agar menggunakan jarum ose, lalu kuning jernih. Dibiarkan selama 24 jam pada
disuspensikan ke dalam pelarut NaCI 0.9 % suhu antara 20o hingga 30o, tidak tampak butir-
sebanyak 5 dalam kuvet dan kocok butir pada permukaan larutan (Depkes, 1995).
homogen. Kekeruhan suspensi mikroba uji Penentuan bobot jenis minyak atsiri
diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis rimpang jahe merah bobot jenisnya 0,8801
dengan panjang gelombang 580 nm dengan g/ml. Menurut standar EOA (Essential Oil
transmitan 25 %. Association) yang menganalisis minyak atsiri
rimpang jahe diperoleh bobot jenis minyak
Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri atsiri rimpang jahe 0.871-0,882 g/ml. Jadi
Teteskan suspensi bakteri sebanyak 2 bobot jenis minyak atsiri rimpang jahe yang
tetes ke tabung reaksi yang berisi 10 ml media diteliti mendekati standar EOA (Bassiere,
agar, lalu homogenkan, kemudian tuangkan di 2006).
atas cawan petri yang berisi 10 ml media agar
yang telah memadat, lalu ratakan dengan Analisa komponen kimia minyak atsiri jahe
diputar secara horizontal agar suspensi bakteri merah
ini merata pada seluruh permukaan agar. Analisa komponen kimia minyak atsiri
Kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale
15 menit Setiap bakteri uji ditempatkan pada 3 var. Rubrum) dilakukan menggunakan metode
cawan petri untuk tiap larutan uji dan kromatografi gas spektrometer massa. Hasil
pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. yang diperoleh dari data analisa terdapat 25
Cakram kertas yang telah disterilkan komponen senyawa kimia yang terkandung
dicelupkan ke dalam masing-masing

ISSN : 2087-5045 46
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

dalam minyak atsiri rimpang jahe emprit dan membran sel dan merusak serta mengacaukan
Jahe merah. permeabilitas dinding sel mikroba, sehingga
Dari 25 komponen kimia tersebut, 10 suplai nutrisi, ion dan air mengalami gangguan
komponen senyawa kimia terbesar dalam yang mengakibatkan bakteri tidak mampu
kandungan minyak atsiri rimpang jahe merah melakukan metabolisme dengan sempurna dan
tersebut adalah : terjadilah kematian sel bakteri. Geraniol
merupakan senyawa monoterpen dalam bentuk
Tabel I. 10 komponen senyawa kimia terbesar alkohol. Alkohol yang terdapat dalam minyak
minyak atsiri rimpang jahe merah atsiri jahe dapat membunuh bakteri. Cara kerja
alkohol dalam membunuh mikroorganisme
Jahe Merah yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel.
No
Komponen Kimia %
1 E- Citral 32,16 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
2 Z- Citral 18,67 Atsiri Rimpang Jahe Merah.
3 Camphene 9,46
4 6,6-dimetil 2-vinildene 5,27 Bakteri yang digunakan sebagai
bicycloheptan bakteri uji adalah bakteri-bakteri penyebab
infeksi jerawat, yaitu Propionibacterium
5 Zingiberene 4,86
acnes, Pseudomonas aeruginosa,
6 β- sesquiphellandrene 4,64 Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus
7 Trans Geraniol 4,28 epidermidis.
8 1,8- Cineole 3,59 Konsentrasi minyak atsiri yang
9 Β-Bisabolene 2,97 digunakan dalam penelitian ini adalah 5%,
10%, 15% dan 20%. Bakteri uji dibuat dalam
Komponen utama pada minyak atsiri suspensi mikroba uji dan diukur
rimpang jahe merah adalah senyawa E-Citral Transmitannya 25 % pada λ 580 nm. Media
sebesar 32,16 %, kemudian Z-citral sebesar nutrien agar disterilisasi dan dibuat agar
18,67 % kemudian senyawa camphene sebesar inokulum. Masing-masing konsentrasi minyak
9,46%. diduga senyawa Citral yang merupakan atsiri diujikan kemasing-masing bakteri uji
komponen utama dan senyawa geraniol dengan metode difusi agar. Pencadang yang
memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Citral digunakan adalah cakram steril. Minyak atsiri
merupakan kelompok senyawa terpen yang rimpang jahe dicelupkan dalam minyak atsiri
terdiri campuran isomer bioaktif nerol dan kemudian diletakkan dalam agar inokulun,
geraniol serta merupakan komponen penyusun dinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 350C.
minyak atsiri jahe dalam bentuk aldehid. Diameter daya hambat diukur dengan jangka
Senyawa tersebut memiliki sifat bakterisid sorong.
terhadap beberapa spesies bakteri, senyawa
citral mampu menganggu permeabilitas

Tabel II. Rata-rata Diameter Hambat Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) terhadap bakteri uji
Diamater Jahe Merah (mm) Rata-rata
Bak teri Uji ( C)
1 2 3 (mm)±SD
K (+) 23,4 23,3 23,3 23,3±0,07
K (-) 0 0 0 0±0
20% 19,1 19,3 19,4 19,3±0,15
P. Acne
15% 16,4 16,6 16,4 16,5±0,12
10% 14,1 14,1 14,4 14,2±0,17
5% 11,8 12,4 12,2 12,1±0,31
K (+) 21,7 21,6 21,6 21,6±0,07
K (-) 0 0 0 0±0
20% 18,5 18,6 18,1 18,4±0,26
P. Aeruginosa
15% 16,4 15,8 16,0 16,1±0,31
10% 14,7 14,8 15,1 14,9±0,21
5% 12.1 11,7 12,3 12.0±0,31

ISSN : 2087-5045 47
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

K (+) 20,4 20,1 20,5 20,3±0,21


K (-) 0 0 0 0±0
20% 13,8 13,7 13,9 13,8±0,10
S. Aureus
15% 11,1 10,8 11,1 11,0±0,17
10% 10,3 10,2 10,3 10,3±0,07
5% 8,6 8,3 8,4 8,4±0,16
K (+) 21,1 20,9 20,7 20,9±0,20
K (-) 0 0 0 0±0
20% 20,1 20,2 20,1 20,1±0,06
S.Epidermids
15% 18,3 18,1 18,3 18,2±0,12
10% 15,2 15,0 15,3 15,2±0,16
5% 14,6 14,7 14,1 14,5±0,32

Keterangan: K (+) : Tetrasiklin HCl


K (-) : Etanol destilat

Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap


keempat bakteri uji dengan konsentrasi minyak
atsiri 5%, 10%, 15% dan 20% menunjukkan
terbentuknya diameter zona hambat, yang
dapat dilihat pada tabel 2, gambar 1-4. Hal ini
menunjukkan semua konsentrasi minyak atsiri
yang diujikan terhadap semua bakteri uji
mempunyai aktivitas menghambat atau
membunuh bakteri uji.

Gambar 3. Diameter Hambat Minyak Atsiri


Rimpang Jahe Merah Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus.

Gambar 1. Diameter Hambat Minyak Atsiri


Rimpang Jahe Merah Terhadap
Bakteri Propionibacterium acne

Gambar 4. Diameter Hambat Minyak Atsiri


Rimpang Jahe Merah Terhadap
Bakteri Staphylococcus
epidermidis

KESIMPULAN

Minyak atsiri rimpang jahe merah


Gambar 2. Diameter Hambat Minyak Atsiri (Zingiber officinale var. Rubrum) memiliki
Rimpang Jahe Merah Terhadap aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri
Bakteri Pseudomonas aeruginosa Propionibacterium acnes, Pseudomonas

ISSN : 2087-5045 48
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Rimpang Jahe Emprit (Zingiber


Staphylococcus epidermidis. Semakin tinggi officunale var. Amarum) dan Uji
konsentrasi minyak atsiri rimpang jahe merah Aktivitas Antibakteri (Skripsi). Medan:
semakin besar diameter hambat yang Universitas Sumatera Utara.
terbentuk. Aktivitas tertinggi ditunjukkan Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-dasar
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. mikrobiologi. Jakarta: UI press.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Samsul Arifin. 2009. Ilmu Kimia dan


Kegunaan Tumbuh-Tanaman Obat
Indonesia. Bandung: Penerbit ITB.
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan
Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit
ITB
Anurogo, Dito. 2013. Penyakit Yang Banyak
Ditemukan Dimasyarakat. Yogyakarta:
Andi pubisher. Hal 123-124.
Bartley, J. dan A. Jacobs. 2000. Effects of
drying on flavour compounds in
Australian-grown ginger (Zingiber
officinale). Journal of the Science of
Food and Agriculture. Vol 80: 209-
215..
Bassiere, J.E. 2006. Essential Oil Composition
Of Ginger. Journal Of Essential Oil
Research. Vol 09: 1658-1664.
Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA.
Jawetz, Melnick, & Adelberg's
Medical Microbiology. 24 th Ed. USA
: Mc Graw Hill. 2007 ; 224
Cahyo, Separinto dan Hesti Dwi. 2013. Jahe.
Jakarta: Penebar swadaya.
Cappuccino, James G. 2009. Manual
Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta:
EGC Medical Publisher. Hal 69,
284.
Dachriyanus. 2004. Analisis struktur senyawa
organik secara spektroskopi. Padang:
Universitas Andalas Padang.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi
IV). Jakarta: Departemen Kesehatan
RI.
Djamal, Rusdi. 2009. Kimia Bahan Alam:
Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi Dan
Identifikasi. Padang: Universitas
Baiturahman. Hal 193, 199, 200, 221.
Djuanda, Andi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Dominika, Ginting. 2011. Identifikasi
Komponen Kimia Minyak Atsiri

ISSN : 2087-5045 49
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA MENCIT


DIABETES MELITUS YANG DIBERIKAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK
ETANOL DAUN BANDOTAN
Ria Afrianti, Dedi Nofiandi, Dira, Widya Ulfa
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis
Email : afrianti81@gmail.com

ABSTRAK

Tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) secara umum digunakan dalam
pengobatan inflamasi, analgesik, luka, stimulan dan tonik. Pada penelitian ini telah dilakukan uji
efektivitas sediaan krim ekstrak etanol daun bandotan dalam penyembuhan luka pada mencit
hiperglikemia yang diinduksi dengan streptozocin. Pada pengujian ini terbagi atas lima kelompok
yaitu Kelompok I (tanpa diinduksi, diberikan basis krim a/m), kelompok II (diinduksi, diberikan basis
krim a/m), kelompok III (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3%),
kelompok IV (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5%) dan
kelompok V (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 7%), juga
terbagi atas 3 subkelompok berdasarkan waktu dekapitasi pada hari ke-7, 14 dan 21. Parameter yang
diamati adalah persentase penyembuhan luka dan skor kerapatan serabut kolagen. Hasil dianalisis
dengan cara ANOVA Dua Arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol daun
bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada mencit
hiperglikemia. Dimana persentase penyembuhan luka konsentrasi 3%, 5% dan 7% berbeda secara
bermakna (P<0,05) dengan kontrol positif, dan skor kerapatan serabut kolagen juga berbeda secara
bermakna (p<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Namun hasil terbaik adalah pada
konsentrasi 5% yaitu mempunyai persentase penyembuhan luka hiperglikemia sebesar 98,5% pada
hari ke-21 dan mendapat skor 3 kerapatan serabut kolagen yang telah terbentuk pada hari ke-14.

Kata Kunci: Penyembuhan luka, diabetes mellitus, daun bandotan

ABSTRACT

Bandotan plants (Ageratum conyzoides (L.) L.) commonly used as agent in the treatment of
inflammatory, wound, and also used used as analgesic, stimulant and tonic. In this study we carried
out a test of the effectiveness of the cream (w/o) of ethanolic extract of bandotan leaves in wound
healing in streptozocin-induced hyperglycemia mice. Animals were divided into five groups: Group I
(without induced, given cream base w/o), group II (induced, given cream base w/o), group III
(induced, given cream containing 3% extract), group IV (induced, given cream containing 5% extract)
and group V (induced, given cream containing 7% extract). Animals also divided into three subgroups
based on time of decapitation on 7th, 14th and 21th days. The parameters observed were the percentage
of wound healing and collagen fibers density scores. Results were analyzed by Two-Way ANOVA.
The results showed that the cream in concentration of 3%, 5% and 7% could affect wound healing in
hyperglycemia mice. The percentage of wound healing of the cream in concentration of 3%, 5% and
7% were significantly different (p<0,05) with positive control, and density scores of collagen fibers
was also significantly different (p<0,05) from the positive control and negative control. However, the
best results was obtained from cream containing 5% extract which perrcentage of wound healing
reached 98.5% on 21th day and got a score of 3 for density of collagen fibers that had been formed on
the 14th day.

Keywords : Ageratum conyzoides (L.) L., Cream w/o, Hyperglycemia, Wound healing, Streptozocin

ISSN : 2087-5045 50
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

PENDAHULUAN dengan perban. Perban diganti 3-4 kali sehari.


Pengobatan dilakukan sampai luka sembuh
Diabetes melitus (DM) merupakan (Dalimartha, 2000). Hasil penelitian terdahulu
sekumpulan gangguan pada tubuh yang timbul yang telah dilakukan oleh Yani (2013)
akibat gangguan metabolisme karbohidrat, terhadap ekstrak etanol daun bandotan 15 %
lemak, dan protein dengan banyak sebab terhadap mencit putih jantan diabetes yang
lainnya. Diabetes melitus ditandai dengan diinduksi streptozotocin (STZ) dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang parameter yang diamati persentase
melebihi batas normal (hiperglikemia) akibat penyembuhan luka dan mengamati kerapatan
peningkatan glukoneogenesis dan serabut kolagennya. Semakin lama hari
glikogenolisis (Erwin et al, 2012). Diabetes pengamatan, maka semakin besar persentase
mellitus merupakan penyakit gangguan penyembuhan luka dam kerapatan serabut
metabolisme karbohidrat yang berlangsung kolagennya.
kronis, dapat menyebabkan berbagai Krim adalah sediaan setengah padat
komplikasi yang bersifat kronis. Penyakit yang mengandung satu atau lebih zat terlarut
diabetes mellitus saat ini telah menjadi atau terdispersi dalam pembawa yang sesuai.
penyakit epidemik. Dalam 10 tahun terakhir Sediaan krim dipilih karena mempunyai
terjadi peningkatan 2-3 kali lipat yang keuntungan yaitu bentuknya menarik,
disebabkan oleh pertambahan umur, kelebihan sederhana dalam pembuatannya, mudah dalam
berat badan dan gaya hidup (Ismail dkk, 2009). penggunaan, daya menyerap yang baik dan
Penderita diabetes melitus sangat memberikan rasa dingin pada kulit (Depkes RI,
berisiko mengalami komplikasi, baik yang 1995).
bersifat akut maupun kronik. Selain itu, Pada penelitian ini dilakukan penelitian
penderita DM memiliki kecenderungan pengembangan ekstrak etanol daun bandotan
mengalami luka. Luka adalah suatu keadaan yang diformulasikan dalam bentuk krim a/m
dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh terhadap pembentukan serabut kolagen pada
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit punggung mencit putih jantan diabetes
tubuh, sehingga dapat mengganggu aktivitas yang diinduksi streptozotocin (STZ) dengan
sehari-hari. Proses penyembuhan luka pada parameter yang diamati persentase
umumnya dibagi atas beberapa fase yang penyembuhan luka dan mengamati kerapatan
masing-masing saling berkaitan, yaitu fase serabut kolagennya.
inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Luka
diabetik merupakan salah satu komplikasi
kronik diabetes melitus yang paling sering METODOLOGI PENELITIAN
dijumpai dan ditakuti karena pengelolaannya
sering mengecewakan dan berakhir dengan Alat
amputasi. Amputasi dapat dicegah salah Alat – alat yang digunakan; kaca
satunya dengan perawatan luka yang baik arloji, cawan penguap, botol semprot, corong,
(Sinaga, 2014). kertas perkamen, kotak aseptis, timbangan
Saat ini, banyak penelitian yang digital, lemari pendingin, botol maserasi,
dilakukan terhadap tanaman obat terkait rotary evaporator, pipet tetes, batang
manfaat yang dapat diberikan terhadap pengaduk, pinset, spatel, gunting bedah, oven,
penyembuhan berbagai penyakit, termasuk desikator, krus porselin, lumpang dan alu,
penyembuhan luka (Parakh, 2010). Salah satu beaker glass, kain lap, sudip, erlenmeyer, gelas
jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat ukur 10mL, botol, karet pipet tetes, wadah
alami adalah daun bandotan (Ageratum bermulut lebar, tutup wadah bermulut lebar,
conyzoides L.) dari famili Asteraceae. Efek kertas saring, object glass, dek glass (kaca
farmakologis bandotan diantaranya stimulan, penutup), kertas pH, alat ukur kadar glukosa
antipiretik, menghilangkan pembengkakan, darah NESCO® dan strip test, mikrotom,
menghentikan pendarahan seperti luka mikroskop listrik, pH meter.
berdarah, diuretik (Dalimartha, 2000).
Penggunaan di masyarakat untuk menangani Bahan
luka berdarah, daun bandotan dicuci bersih lalu Bahan – bahan yang digunakan adalah
ditumbuk sampai halus, kemudian dibubuhkan daun bandotan, etanol 70%, kloroform, FeCl3,
di atas bagian tubuh yang sakit, lalu balut serbuk Mg, norit, asam asetat anhidrat, H2SO4

ISSN : 2087-5045 51
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

2N, H2SO4(p), HCl(p), kloroform amoniak diperlukan dengan dilebihkan 10%. Bahan
0,05 N, aquadest, mencit putih jantan, yang terdapat dalam formula dipisahkan
makanan standar mencit, glukosa, streptozocin, menjadi 2 bagian yaitu fase minyak dan fase
buffer sitrat 0,1 M, krim perontok bulu ( air. fasa minyak (asam stearat, cera alba,
veet®), Na. CMC 0,5%, formalin 10 %, paraffin liquidum, nipasol) dipindahkan
entellen, paraffin , pewarna HE, xylol, ekstrak kedalam cawan penguap, tutup dengan kaca
daun bandotan, cetaceum, cera alba, boraks, arloji, panaskan pada suhu 70oC selama 1 jam.
paraffin liquidum, nipagin, nipasol. Fasa air (nipagin, boraks, dan aquadest)
dimasukkan kedalam botol penutup dan
Pengolahan Sampel disterilkan dengan SWD selama 30 menit. Fasa
Sampel yang digunakan dalam minyak dipindahkan kedalam lumpang panas
penelitian ini adalah daun bandotan yang steril dan tambahkan fasa air, lalu gerus
diambil di daerah Baypass KM 17 Padang, sampai dingin sampai terbentuk masa basis
Sumatra Barat. Sampel yang digunakan adalah krim a/m yang homogen.
1 Kg. Sampel dibersihkan dan di kering
anginkan, lalu diserbukkan dan selanjutnya Tabel I. Formula basis krim
dimaserasi dengan alkohol 70% selama lima Nama Bahan F0
hari. Maserat disaring lalu dilakukan sampai Asam stearat 12,5 g
ekstraksi sempurna, kemudian dipekatkan Cera Alba 12 g
dengan rotary evaporator hingga diperoleh Boraks 0,5 g
ekstrak kental sebanyak 78,89 gram (Voight, Paraffin Liquidum 50 g
1995). Nipagin 0,1 g
Nipasol 0,05 g
Pemeriksaan Pendahuluan Ekstrak Etanol Aquadest ad 100 g
Daun Bandotan
Identifikasi ekstrak etanol daun Pembuatan Krim sesuai dengan tabel
bandotan meliputi organoleptis, penentuan II, masukkan ekstrak etanol daun bandotan
susut pengeringan, penetapan kadar abu, dan kedalam lumpang panas, tambahkan basis krim
pemeriksaan kandungan kimia. a/m yang telah terbentuk sedikit demi sedikit
kemudian digerus hingga homogen. Keluarkan
Pembuatan Sediaan Krim dari lumpang, lalu sediaan dimasukkan dalam
Pembuatan basis krim dilakukan tube krim.
sesuai dengan komposisi formula yang tertera
pada tabel I. Timbang semua bahan yang

Tabel II. Formula krim a/m ekstrak etanol daun bandotan


Nama Bahan F1 F2 F3
Ekstrak Daun Bandotan 3% 5% 7%
Basis ad 100 g 100 g 100 g

Keterangan : F0 = Basis Krim a/m tanpa ekstrak etanol daun bandotan


F1 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 3%
F2 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 5%
F3 = Krim a/m ekstrak etanol daun abndotan konsentrasi 7%

Pemeriksaan Basis dan Krim a/m Ekstrak Penyiapan Hewan Uji


Etanol Daun Bandotan Pada penelitian ini mencit digunakan
Pemeriksaan basis dan krim a/m sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 5
ekstrak etanol daun bandotan meliputi : kelompok, tiap kelompok terdiri dari 9 ekor
Pemeriksaan organoleptis, homogenitas, tipe yaitu : Kelompok I (Kontrol negatif)
krim, pH krim, daya tercuci krim, stabilitas merupakan kelompok mencit yang dilukai
krim, distribusi ukuran partikel dan uji iritasi. kemudian diberikan basis saja sebanyak 50mg.
Kelompok II (Kontrol positif) merupakan
kelompok mencit hiperglikemia yang telah
dilukai kemudian diberikan basis saja

ISSN : 2087-5045 52
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

sebanyak 50mg. Kelompok III kelompok - (++) atau 2 : serabut kolagen menyebar
mencit hiperglikemia) yang telah dilukai diberi sedang dan tampak
sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun penyatuan
bandotan konsentrasi 3% sebanyak 50mg. - (+++) atau 3 : serabut kolagen menyebar
Kelompok IV kelompok mencit hiperglikemia banyak dan terikat
yang telah dilukai diberi sediaan uji krim a/m sempurna
ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5%
sebanyak 50mg. Kelompok V kelompok Analisis Data
mencit hiperglikemia yang telah dilukai diberi Data kelompok perlakuan yang
sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun diperoleh diolah secara statistik dengan analisa
bandotan konsentrasi 7% sebanyak 50mg. variasi dua arah (ANOVA) dengan program
SPSS 17.
Pembuatan Hiperglikemia Pada Mencit Put
ih Jantan yang Diinduksi Streptozocin
Semua kelompok mencit dipuasakan HASIL DAN DISKUSI
selama 16 jam diukur kadar glukosa darah
awal, kemudian kelompok II, III, IV dan V Hasil dari 1 Kg sampel segar daun
diinduksi dengan streptozocin 50 mg/kgBB bandotan didapat sampel kering seberat 300
secara intraperitonial (i.p) menggunakan buffer gram yang dimaserasi dengan etanol 70%
sitrat 0,1 M pH 4,5 (Devi , 2012). Pengukuran didapatkan ekstrak kental sebanyak 78,89
kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-2- gram dengan rendemen 26,29 %. Kemudian
4 pasca induksi dengan menggunakan alat dilanjutkan dengan pengujian kadar abu dan
NESCO®. Diagnosa DM dapat ditegakkan susut pengeringan yang hasilnya berturut-turut
apabila dalam 2-4 hari post induksi adalah 7,7% dan 11,47%. Hasil pemeriksaan
Streptozocin kadar glukosa darah puasa dalam pendahuluan dari kandungan kimia
plasma ≥ 126 mg/dL. menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
bandotan memiliki kandungan flavonoid,
Pembuatan Luka fenolik, saponin dan alkaloid.
Luka dibuat pada hari ke-3 setelah Sediaan krim dipilih karena
diinduksi streptozocin. Cara pembuatan luka mempunyai keuntungan yaitu bentuknya
menurut metoda morton (Morton, 1972). menarik, sederhana dalam pembuatannya,
Caranya: Bulu pada salah satu bagian mudah dalam penggunaan, daya menyerap
punggung mencit dirontokkan, kemudian yang baik dan memberikan rasa dingin pada
mencit dianastesi dengan menggunakan eter, kulit (Depkes RI, 1995). Sediaan krim ini
setelah itu dilakukan tindakan antiseptik dibuat dalam tipe a/m dengan basis yang
dengan mengoleskan alkohol 70% pada daerah dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya
punggung yang dirontokkan bulunya, dimana krim tipe a/m dengan ekstrak etanol
kemudian dibuat luka sayatan berbentuk daun bandotan dapat memberikan aktivitas
lingkaran dengan diameter ± 1,5 cm. pembentukan serabut kolagen pada proses
penyembuhan luka biasa (Afrianti, 2014).
Pengujian Histologis Pemeriksaan organoleptis yang
Cara pembuatan preparat histology: dilakukan adalah pemeriksaan bentuk, warna
sampel dari jaringan luka diambil 0,3cm dari dan bau. Krim ekstrak etanol daun bandotan
tepi luka awal. Jaringan ini direndam dengan memiliki bentuk setengah padat, warna hijau
formalin 10% kemudian diambil irisan kehitaman dan bau khas bandotan. Tidak
vertikalnya dan diwarnai denga hematoxylin menunjukkan adanya perubahan organoleptis
dan eosin. Sediaan histologi ini diamati selama 6 minggu.
dibawah mikroskop dan dibuat skor dengan Pemeriksaan homogenitas dilakukan
kriteria: dengan cara mengoleskan sediaan secara
- (-) atau 0 : tidak tampak serabut merata dan tipis pada kaca transparan. Selama
kolagen 6 minggu masing-masing formula
- (+) atau 1 : serabut kolagen menyebar menunjukkan susunan yang tetap homogen
sangat tipis atau sedikit dimana tidak terdapat butiran-butiran kasar
pada kaca transparan.

ISSN : 2087-5045 53
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Pemeriksaan tipe krim selama 6 kemudian ditutup dengan kain kassa. Setelah
minggu pada masing-masing formula 24 jam diamati gejala yang timbul pada kulit.
dilakukan dengan menggunakan metilen blue Hasil pemeriksaan tidak adanya iritasi yang
dan penyebaran warnanya dilihat dibawah timbul setelah pemakaian masing-masing
mikroskop dimana akan terlihat zat warna formula. Yang artinya semua sediaan tidak
yang tidak merata pada mikroskop. Hasil menimbulkan iritasi pada berbagai kulit yang
tersebut menunjukkan bahwa tipe sediaan berbeda, sehingga bisa digunakan untuk semua
masing-masing formula adalah air dalam jenis kulit.
minyak, karena metilen blue merupakan suatu Pemeriksaan distribusi partikel yang
zat yang larut dalam air dengan warna biru dan telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan
tidak larut dalam minyak. yang menunjukkan bahwa diameter panjang
Pemeriksaan pH masing-masing formula krim ekstrak etanol daun bandotan
formula dilakukan selama 6 minggu konsentrasi 3% adalah 21µ m, konsentrasi 5%
menggunakan alat pHmeter inolab. Hasil adalah 21,13 µm dan konsentrasi 7% adalah
pemeriksaan pH tiap minggu selama 6 minggu 18,4 µm. Masing-masing hasil ini
menunjukkan hasil pH basis krim berkisar menunjukkan bahwa semua sediaan krim a/m
antara 5,13-6,03, Formula krim ekstrak etanol yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel
daun bandotan 3% berkisar antara 5,02-5,63, yang stabil secara fisik yaitu antara 1 – 50 µm.
Formula krim ekstrak etanol daun bandotan Penginduksi yang digunakan pada
5% berkisar antara 5,98-6,21 dan Formula penelitian ini adalah streptozocin (STZ)
krim ekstrak etanol daun bandotan 7% berkisar dengan dosis 50 mg/kg BB mencit secara ip
antara 5,10-5,51. Dari hasil tersebut pH dan diberi minum glukosa 10% untuk
masing-masing formula tersebut masih dalam mempertahankan kadar glukosa agar tetap
kisaran pH yang dapat diterima oleh kulit yaitu tinggi dalam darah saat penginduksian.
berkisar antara 4,5 – 6,5. Pada penelitian ini mencit digunakan
Pemeriksaan daya tercuci masing- sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 5
masing formula dilakukan menggunakan air kelompok, tiap kelompok terdiri dari 9 ekor
suling dan air sabun. Hasil pemeriksaan dan dibagi lagi menjadi 3 subkelompok waktu
menunjukkan bahwa masing-masing formula dekapitasi, yaitu hari ke-7, hari ke-14 dan hari
dapat tercuci dengan 50 mL air dan basis krim ke-21.
dapat tercuci dengan 40 mL air sabun, Mencit yang telah dikatakan
sedangkan krim ekstrak etanol daun bandotan hiperglikemia dilukai pada bagian
pada masing-masing konsentrasi sama-sama punggungnya menggunakan pisau bedah
dapat tercuci pada volume 35mL air sabun dengan diameter ± 1,5cm yang berbentuk
yang artinya uji daya tercuci menggunakan air lingkaran. Sebelumnya mencit telah dicukur
sabun lebih baik dibandingkan menggunakan bulunya dan dioleskan alkohol 70% untuk
air biasa karena dapat membantu mempercepat mengurangi rasa sakit dan pendarahan.
daya cucinya. Kemudian pada masing-masing kelompok
Pemeriksaan stabilitas krim hewan uji yang telah dilukai langsung
dilakukan pada suhu 5oC dan suhu ruangan diberikan perlakuan sesuai dengan
selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan kelompoknya dengan frekuensi 2 x sehari dan
menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol selanjutnya ditutup dengan kasa dan plseter
daun bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan untuk meminimalisir terjadinya kontaminan.
7% tidak memisah sampai minggu ke 6 dengan Lakukan pengukuran diameter luka awal
konsistensi yang lebih padat pada suhu 5oC. setelah dilukai, dan terutama pada hari ke-7,
Hal ini perlu dilakukan untuk melihat hari ke-14 dan hari ke-21, dan hitung
kestabilan krim pada waktu penyimpanan. persentase diameter penyembuhan lukanya.
Yang artinya pada semua sediaan basis krim Kemudian sampel dari jaringan luka di ambil
a/m dan krim a/m berbagai konsentrasi stabil 0,3 cm dari arah tepi luka dan di buat sediaan
terhadap waktu penyimpanannya. histologis dengan metode pewarnaan
Pemeriksaan uji iritasi kulit menggunakan Hematoksilin-Eosin (HE) untuk
dilakukan pada daerah pangkal lengan bagian pengamatan kerapatan serabut kolagennya
dalam pada 5 orang panelis dengan cara uji (Subowo, 2009). Perlakuan ini dilakukan pada
tempel tutup. Sediaan uji sebanyak 0,1 gram setiap kelompok dengan waktu dekapitasi pada
dioleskan pada lengan dalam bagian atas, hari ke-7, ke-14, dan ke-21.

ISSN : 2087-5045 54
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Rata-rata persentase penyembuhan luka (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%),
hiperglikemia pada hari ke-7 kelompok I kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V
(kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), (Kons. 7%) berturut-turut adalah 97 %, 90,5
kelompok III (kons. 3%), kelompok IV %, 93,8 %, 94,3 % dan 93,1%. Pada hari ke-21
(kons.5%), dan kelompok V (Kons. 7%) kelompok I (kontrol negatif), kelompok II
berturut-turut adalah 69,4 %, 23,9 %, 63,4 %, (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%),
69,1 % dan 39,9 %. Terlihat bahwa kontrol kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V
negatif memiliki persentase penyembuhan luka (Kons. 7%) berturut-turut adalah 98,2 %, 94,4
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol %, 96,7 %, 98,5 % dan 97,5 %, seperti yang
positif, krim a/m ekstrak etanol daun bandotan terlihat pada tabel III.
konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Pada hari ke-14
kelompok I (kontrol negatif), kelompok II

Tabel III. Hasil Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka dan Kerapatan Serabut Kolagen.
Sub Kelompok / Pengukuran Hari Ke-
7 14 21
Kelompok
% % %
Skor Skor Skor
penyembuhan penyembuhan penyembuhan
I (Kontrol Negatif)
69,4 1 97 2 98,2 3

II (Kontrol Positif) 23,9 0,3 90,5 1,3 94,4 2,3


III (Krim Kons. 3%) 63,4 1,7 93,8 2,7 96,7 3
IV (Krim Kons. 5%) 69,1 2 94,3 3 98,5 3
V (Krim Kons.7%) 39,9 1,3 93,1 3 97,5 3

Data hasil pengukuran persentase pengamatannya hari ke-7 menunjukkan


penyembuhan luka dilanjutkan dengan perbedaan yang nyata terhadap hari ke-14 dan
pengujian hipotesis dengan two-Way ANOVA 21. Tetapi hari ke-14 tidak berbeda nyata
SPSS 17. Dari uji Anova didapatkan hasil dengan hari ke-21. Artinya persentase
dimana pada sumber variasi antar kelompok penyembuhan luka maksimal telah diberikan
perlakuan mempunyai nilai P<0,05. Ini pada hari ke-14.
mengandung makna dalam kelompok Skor kerapatan serabut kolagen pada
perlakuan terdapat minimal ada 1 kelompok kelompok I (kontrol negatif) hari ke-7 adalah
yang mempunyai persentase penyembuhan skor 1 yaitu telah tampak serabut kolagen
luka yang berbeda secara bermakna. Begitu yang baru mulai terbentuk sedikit, tampak
juga pada antar kelompok hari pengukuran adanya pembuluh darah baru, tetapi bagian
yang mempunyai nilai P<0,05. Ini epidermis masih belum menutup. Hari ke-14
mengandung makna bahwa ada perbedaan adalah skor 2 yaitu serabut kolagennya
persentase yang bermakna diantara kelompok menyebar sedang dan mulai tampak
terhadap hari pengamatan. penyatuan, jaringan epidermis yang hampir
Analisis dilanjutkan dengan uji menutup secara sempurna. Hari ke-21 adalah
Duncan kelompok perlakuan, didapatkan skor 3 yaitu serabut kolagen menyebar banyak
bahwa persentase penyembuhan luka paling dan terikat sempurna, terlihat sel rambut yang
baik diberikan oleh kelompok IV (kons.5%) sudah tumbuh dan mulai memanjang, dapat
dan kelompok III (kons.3%) yang tidak dilihat pada Gambar 1.
berbeda nyata dengan kontrol negatif. Skor kerapatan serabut kolagen pada
Kemudian efek persentase penyembuhan luka kelompok II (kontrol positif) hari ke-7 adalah
kelompok V (konsentrasi 7%) juga skor 0,3 yaitu belum tampak serabut
menunjukkan penyembuhan yang sebanding kolagennya atau masih sangat tipis sekali, ada
dengan konsentrasi 5% dan 3%, namun satu adanya pembuluh darah baru, dan bagian
persentase penyembuhan luka konsentrasi 7% epidermis belum menutup sempurna. Hari ke-
ini tidak sebaik konsentrasi 5% dan 3% karena 14 adalah skor 1,3 yaitu mulai tampak serabut
konsentrasi 7% ini sebanding juga dengan kolagen yang menyebar, tampak adanya
kontrol positif. Sedangkan pada hari pembuluh darah baru, tetapi bagian epidermis

ISSN : 2087-5045 55
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

terutama stratum korneumnya belum menyatu hampir sempurna. Hari ke-14 adalah skor
secara sempurna. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
2,3yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah
dan mulai tampak penyatuan, jaringan yang sudah merata, dan polikel rambut yang
epidermis yang sempurna, dan adanya sudah tampak banyak. Hari ke-21 adalah skor
tumpukan-tumpak sel rambut yang mulai 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
tampak, dapat dilihat pada Gambar 1. dan terikat sempurna, pembuluh darah yang
Skor kerapatan serabut kolagen pada sudah merata, dan polikel rambut yang sudah
kelompok III (konsentrasi 3%) hari ke-7 banyak dan memanjang hampir keluar, dapat
adalah skor 1,7 yaitu serabut kolagennya dilihat pada Gambar 1.
menyebar sedang dan mulai tampak Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok
penyatuan, tetapi jaringan epidermis masih V (konsentrasi 7%) hari ke-7 adalah skor 1,3
belum terbentuk secara sempurna juga belum yaitu telah tampak serabut kolagen yang baru
muncul sel rambutnya. Hari ke-14 adalah skor mulai terbentuk sedikit, jaringan epidermisnya
2,7 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang belum sempurna karena stratum korneumnya
dan mulai tampak penyatuan, jaringan belum terbentuk. Hari ke-14 adalah skor 3
epidermis sudah tampak sempurna, adanya yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
pembuluh darah baru dan sudah mulai tampak dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah
sel rambutnya. Hari ke-21 adalah skor 3 yaitu yang sudah merata, bagian epidermis sudah
serabut kolagen sudah menyebar banyak dan hampir sempurna dan polikel rambut yang
hampir terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah tampak banyak tetapi masih didaerah
sudah merata, dan polikel rambut yang sudah dermis. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut
tampak memanjang tumbuh, dapat dilihat pada kolagen sudah menyebar banyak dan terikat
Gambar 1. sempurna, pembuluh darah yang sudah merata,
Skor kerapatan serabut kolagen pada dan polikel rambut yang sudah banyak berada
kelompok IV (konsentrasi 5%) hari ke-7 dibagian epidermis, dapat dilihat pada Gambar
adalah skor 2 yaitu serabut kolagennya 1.
menyebar sedang dan mulai tampak
penyatuan, jaringan epidermisnya tampak

Kolagen

Kolagen

Sel Radang

a. Kelompok Kontrol Negatif b. Kelompok Kontrol Positif

ISSN : 2087-5045 56
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Folikel Rambut

Folikel Rambut
Kolagen

Kolagen

c.. Kelompok Krim 3% d. Kelompok Krim 5%

Kolagen

Folikel Rambut

e. Kelompok Krim 7%

Gambar 1. (a - e). Kerapatan Serabut Kolagen Setiap Kelompok Pada Hari Ke-14.

Kerapatan serabut kolagen juga dilakukan KESIMPULAN


analisis dengan two-Way ANOVA SPSS 17.
Didapatkan hasil dimana pada sumber variasi Berdasarkan penelitian yang telah
antar kelompok perlakuan mempunyai nilai dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
P<0,05, yang berbeda secara bermakna. Begitu krim a/m ekstrak etanol daun bandotan pada
juga pada kelompok hari pengamatan yang konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat
mempunyai nilai P<0,05, yang bermakna mempercepat proses penyembuhan luka
diantara hari pengamatan. hiperglikemia yang terlihat pada persentase
Analisis dilanjutkan dengan uji penyembuhan luka dan kerapatan serabut
Duncan kelompok perlakuan, didapatkan kolagennya. Dimana persentase penyembuhan
bahwa kerapatan serabut kolagen yang baik luka konsentrasi 3%, 5% dan 7% berbeda
diberikan oleh kelompok III (konsentrasi 3%), secara bermakna (P<0,05) dengan kelompok
kelompok IV (konsentrasi 5%), dan kelompok kontrol positif, dan skor kerapatan serabut
V (konsentras 7%) yang berbeda nyata dengan kolagen juga berbeda secara bermakna
kelompok kontrol negatif dan kontrol positif. (p<0,05) dengan kelompok kontrol positif dan
Pengaruh peningkatan hari pengamatan kontrol negatif.
terhadap kerapatan serabut kolagen
menunjukkan perbedaan yang nyata antara hari
ke-7, hari ke-14, dan hari ke-21, artinya DAFTAR PUSTAKA
semakin lama waktu pengamatan maka
semakin bagus serabut kolagen yang terbentuk. Afrianti, R., Yenti R. dan Monica H., 2014.
Pengamatan Serabut Kolagen Pada
Proses Penyembuhan Luka Dalam
Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daun

ISSN : 2087-5045 57
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Bandotan (Ageratum conyzoides L.).


Perkembangan Terkini Sains Farmasi
dan Klinik IV., 39:40.
Dalimartha, S. 2000. ATLAS Tumbuhan Obat
Indonesia, Jilid 2. Trubus Agriwidya,
Jakarta. Pp 1 – 3.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
IV. Ditjen POM Depkes RI,Jakarta.
Devi, Y.R., Mazumder, P.B., 2012, Effects of
Aqueous Extract of Eugenia
operculata Roxb. on Normal and
Streptozotocin Induced Diabetic Mice,
InternationalResearch Journal of
Pharmachy, 3 (12):67-70.
Erwin, Etriwati, Muttaqien, Pangestiningsih T,
W., dan Widyarini S, 2012. Ekspresi
Insulin Pada Pankreas Mencit (Mus
Musculus) Yang Diinduksi Dengan
Streptozotocin Berulang., 97.
Ismail D, S, S, L., Irawaty D., Haryati T, S.,
2009. Penggunaan Balutan Modern
Memperbaiki Proses Penyembuhan
Luka Diabetik. Jurnal kedokteran
Brawijaya, 32
Morton JJ, Malone MH, Evaluation of
vulnerary activity by an open wound
procedure in rats, Arch Int
Pharmacodyn, 196, 1972, 117-26.
Parakh, P.M. (2010). Nigella Sativa Linn. A
comprehensive review. Indian journal
of natural products and resources, I
(4), 409-426.
Yani, C., 2013, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun
Bandotan (Ageratum conyzoides
L.)Dalam Penyembuhan Luka Pada
Mencit Hiperglikemi Yang diinduksi
Streptozotocin, Skripsi, STIFI, Padang.

ISSN : 2087-5045 58
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN


APOTEK PELENGKAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AROSUKA
SOLOK
Vina Hidayana, Mimi Susilawati
Akademi Farmasi Imam Bonjol
Email : vinahidayana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai evaluasi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
apotek pelengkap di Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka Solok pada tahun 2014. Penelitian ini
dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan memberikan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan kepada pasien. Hasil analisis menemukan bahwa persentase responden merasa cukup puas
dengan respon dari petugas adalah 66,34%, responden merasa cukup puas dengan kehandalan petugas
adalah 52%, responden merasa cukup puas dengan jaminan petugas adalah 58%, responden merasa
sangat puas dengan empati petugas adalah 48%, dan bukti langsung bahwa mereka puas adalah
50,33%. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan farmasi cukup baik.

ABSTRACT

A research on the evaluation of the level of patient satisfaction to complementary pharmacy


services in Regional General Hospital Arosuka Solok has been done, which aims to reveal the quality
of service in complementary pharmacy as perceived by the patients at the General Hospital of Arosuka
Solok in 2014. This research was conducted using descriptive method by providing a questionnaire
containing a list of questions to the patient. Results of analysis found that the percentage of
respondents felt quite satisfied to the responsiveness of officers was 66.34%, respondents felt quite
satisfied to officer’s reliability was 52%, respondents felt quite satisfied to officer’s assurance was
58%, respondents felt very satisfied to officer’s empathy was 48%, and direct evidence that they are
satisfied was 50.33%. In general, it could be said that the quality of pharmacy services is good enough.

Keywords: Tingkat Kepuasaan, Pelayanan, Apotek.

PENDAHULUAN dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara


keseluruhan salah satunya apotek. Apotek
Upaya kesehatan adalah setiap merupakan salah satu sarana pelayanan
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam membantu mewujudkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah tercapainya derajat kesehatan yang optimal
dan/ atau masyarakat (Prasetyawati, 2011). bagi masyarakat. (Hartini dan Sulasmono,
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan 2006).
pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif, Pekerjaan kefarmasian merupakan
kuratif, dan rehabilitatif, yang dilaksanakan pembuatan termasuk pengendalian mutu
secara menyeluruh, terpadu, dan sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
berkesinambungan (Siregar & Amalia, 2003). penyimpanan dan pendistribusian atau
Rumah Sakit yang merupakan salah penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
pelayanan kesehatan dengan fungsi utama obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan
menyelenggarakan upaya kesehatan yang obat tradisional, yang dilakukan oleh tenaga
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi kefarmasian yaitu Apoteker dan tenaga teknik
pasien (Kepmenkes, 2004). kefarmasian (PP, 2009).
Pelayanan farmasi merupakan salah Salah satu tujuan dari apotek
satu bagian penting yang tidak dapat pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah

ISSN : 2087-5045 59
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Arosuka adalah memberikan jasa pelayanan HASIL DAN PEMBAHASAN


kesehatan yang memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif. Oleh Hasil
karena itu pelayanan dan kepuasan yang Setelah dilakukan penelitian mengenai
diterima pelanggan menjadi hal yang cukup Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap
penting. Kepuasan pelanggan akan Pelayanan Apotek Pelengkap pada Rumah
menciptakan loyalitas dan merupakan media Sakit Umum Daerah Arosuka Kabupaten
promosi yang efektif. Pelanggan yang tidak Solok Tahun 2014, didapat hasil sebagai
puas akan beralih menjadi langganan pesaing, berikut :
sehingga penerimaan perusahaan jasa medis
seperti rumah sakit dan apotek akan menurun. Karakteristik pasien
Oleh karena itu untuk mengukur tingkat a. Berdasarkan tempat tinggal Pengunjung
kepuasan para pelanggan tersebut sangat yang menebus resep terbanyak berasal dari
diperlukan (J. Supranto, 2001). Kabupaten Solok (82%), sedangkan
Berdasarkan uraian diatas penulis pengunjung terbanyak kedua adalah dari
tertarik untuk melakukan penelitian dengan luar Kabupaten Solok (18%).
judul “Evaluasi Tingkat Kepuasan Pasien b. Berdasarkan jenis kelamin
Terhadap Pelayanan Apotek Pelengkap Rumah Pengunjung yang menebus resep terbanyak
Sakit Umum Daerah Arosuka Solok Tahun mempunyai jenis kelamin perempuan
2014”. Penelitian ini bertujuan untuk (61%), sedangkan sisanya laki-laki (39%).
meningkatkan pelayanan kefarmasian di c. Berdasarkan usia
apotek pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah Pengunjung yang menebus resep terbanyak
Arosuka Solok. adalah kelompok usia 45-54 tahun
Manfaat dari penelitian ini adalah sebanyak 32%, sedangkan pengunjung yang
untuk mengetahui bagaimana gambaran paling sedikit adalah kelompok usia 15-24
kepuasan pasien tentang kualitas pelayanan tahun sebanyak 6%.
pada apotek Rumah Sakit Umum Daerah d. Berdasarkan pendidikan
Arosuka Solok dan bisa jadi pedoman untuk Pengunjung yang menebus resep terbanyak
kedepannya dalam meningkatkan pelayanan adalah lulusan SLTA sebanyak 58%,
yang efektif dan efisien. Sedangkan bagi kemudian lulusan SD sebanyak 4%.
peneliti, dapat menerapkan ilmu pengetahuan e. Berdasarkan jenis pekerjaan
yang diperoleh selama kuliah dalam realita Pengunjung yang menebus resep terbanyak
masalah yang ditemui di lapangan terutama adalah mereka yang masuk kategori bekerja
berkaitan dengan pelayanan obat. sebagai petani yaitu sebanyak 46%,
kemudian PNS / Pensiunan sebanyak 9%.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Apotek


Pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah
Arosuka Kabupaten Solok pada Bulan Januari
– Mei 2014
Merupakan suatu penelitian cross
sectional dengan rancangan deskriptif yang
bersifat prospektif. Populasi adalah semua
pasien yang menebus resep di apotek
pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah
Arosuka Bulan Januari - Mei 2014, jumlah
sampel sebanyak 100 responden.Pada
penelitian ini dilakukan analisis secara manual.

ISSN : 2087-5045 60
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel I. Karakteristik Responden Apotek Pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka Solok

KARAKTERISTIK : 100 Responden

Tempat Tinggal
- Kabupaten Solok 82 orang
- Luar Kabupaten Solok 18 orang
Jenis kelamin
- Laki – laki 39 orang
- Perempuan 61 orang
Usia ( tahun )
- 15 – 24 6 orang
- 25 – 34 19 orang
- 35 – 44 29 orang
- 45 – 54 32 orang
- 55 – 64 14 orang
Pendidikan
- Lulus SD 4 orang
- Lulus SLTP 15 orang
- Lulus SLTA 58 orang
- Lulus Akademi / Sarjana 23 orang
Jenis Pekerjaan
- Swasta / Wiraswasta 10 orang
- Ibu Rumah Tangga / Tidak bekerja 25 orang
- Pelajar / Mahasiswa
- Pegawai Negeri Sipil / Pensiunan 10 orang
- Petani 9 orang
46 orang

Distribusi frekuensi mutu pelayanan merasa cukup puas (52%), dari segi jaminan
Apotek Pelengkap Rumah Sakit Umum petugas merasa cukup puas (58%), dari segi
Daerah Arosuka Solok. empati petugas merasa sangat puas sekitar
(48%), dan dari segi bukti langsung merasa
Mutu pelayanan apotek dilihat dari cukup puas (50,33%).
segi ketanggapan petugas merasa cukup puas
(66,34%), dari segi kehandalan petugas

Tabel II. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Ketanggapan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Ketanggapan petugas
35 62 3 0
terhadap pasien
2. Kecepatan pelayanan obat 21 75 3 1
3. Kecepatan pelayanan kasir 23 62 15 0
Total 79 199 21 1
Rata - rata 26,33 66,34 7 0,33

Tabel III. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Kehandalan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Pemberian informasi obat 34 52 13 1
Total 34 52 13 1

ISSN : 2087-5045 61
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel IV. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Jaminan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Kelengkapan obat 25 48 27 0
2. Kemurahan harga obat 19 68 13 0
Total 44 116 40 0
Rata - rata 22 58 20 0

Tabel V. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Empati Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Keramahan petugas apotek 48 41 11 0
Total 48 41 11 0

Tabel VI. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Bukti Langsung
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Kebersihan ruang tunggu 48 45 7 0
2. Kenyamanan ruang tunggu 36 48 16 0
3. Ketersediaan televisi 24 58 12 6
Total 108 151 35 6
Rata – rata 36 50,33 11,67 2

PEMBAHASAN laki (39%). Peneliti menemukan angka


kesakitan di kalangan wanita lebih tinggi
Penelitian ini dilaksanakan secara dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan
deskriptif dengan cara mengumpulkan data- atau ibu yang datang ke rumah sakit RSUD
data diantaranya yaitu tempat tinggal, jenis Arosuka, selain berobat untuk dirinya,
kelamin, usia, pendidikan, jenis pekerjaan, sebagian dari mereka juga mengantar anggota
selain itu faktor yang di deskripsikan adalah keluarga yang sakit.
mutu pelayanan apotik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh penelitian Nur Alam Abdullah, menunjukkan
bahwa karakteristik pasien berdasarkan tempat persentase terbesar pengunjung apotek adalah
tinggal ditemukan (82%) sebagian besar perempuan (78,7%). Menurut Koblinsky
berdomisili di Kabupaten Solok, dan sisanya bahwa perempuan mudah mengalami
(18%) berdomisili di luar Kabupaten Solok, ketegangan dan stres emosional yang
yaitu Kabupaten Solok Selatan yang mana menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan
pasien tersebut merupakan pasien tetap salah atas kualitas jasa pelayanan dibandingkan laki-
seorang dokter yang dulu pernah bertugas di laki yang cenderung dapat mengendalikan
RSUD Kabupaten Solok Selatan. Banyaknya keadaan emosionalnya.
pengunjung yang berasal dari Kabupaten Solok Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
ini dikarenakan Rumah Sakit Umum Daerah bahwa karakteristik pasien berdasarkan usia
Arosuka merupakan Rumah Sakit Umum milik yang paling banyak berada pada rentang 45-54
Pemerintah Daerah Kabupaten Solok yang tahun (32%). Dimana peneliti menemukan di
merupakan Rumah Sakit rujukan dari beberapa usia tersebut lebih banyak yang berobat untuk
Puskesmas di Kabupaten Solok yang berlokasi dirinya sendiri di bandingkan mengantar
di pusat ibu kota Kabupaten Solok. keluarga yang sakit. Umur merupakan salah
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh satu sifat karakteristik seseorang yang sangat
bahwa karakteristik pasien berdasarkan jenis utama, umur mempunyai hubungan
kelamin ditemukan (61%) pasien berjenis pengalaman terhadap masalah kesehatan atau
kelamin perempuan, dan sisanya adalah laki - penyakit, dan pengambilan keputusan

ISSN : 2087-5045 62
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

dipengaruhi oleh umur individu tersebut. satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam
Semakin bertambahnya umur psikologi menjawab pertanyaan atau permintaan
individu semakin baik, artinya semakin matang pelanggan (Irawan, 2007).
psikologi seseorang, semakin baik pula Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
adaptasi terhadap orang lain (Feist, 2009) bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dilihat dari segi kehandalan petugas menurut
bahwa karakteristik pasien berdasarkan persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
pendidikan terbanyak adalah tamatan SLTA Arosuka merasa cukup puas (52%).
(58%). Dimana peneliti menemukan bahwa Kehandalan petugas pada penelitian
sebagian besar pengunjung apotek mempunyai didasarkan atas penilaian pasien pada aspek
pengetahuan yang cukup. Pendidikan pelayanan petugas yang memberikan informasi
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi obat yang jelas dan mudah dimengerti oleh
perilaku seseorang dan pendidikan dapat pasien dan jadwal pelayanan yang dijalankan
mendewasakan seseorang serta berperilaku petugas sesuai dengan tepat waktu, sedangkan
baik, sehingga dapat memilih dan membuat pasien yang kurang puas terhadap pelayanan
keputusan dengan lebih tepat dan berperilaku (13%), dikarenakan ada beberapa pasien yang
aktif (Azwar, 1996). mengalami gangguan pendengaran sehingga
Hasil penelitian diperoleh bahwa informasi tentang obat yang diberikan petugas
karakteristik pasien berdasarkan jenis apotek kurang jelas dan tidak dimengerti oleh
pekerjaan ditemukan sebagian besar pasien pasien.
mempunyai pekerjaan petani (46%), hal ini Menurut Tjiptono kehandalan
karena masyarakat di Kabupaten Solok berkaitan bagaimana suatu pelayanan
terkenal dengan areal pertaniannya yang luas. diberikan secara baik dan berhasil dalam
Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien periodik waktu tertentu dibawah kondisi
mempunyai pekerjaan sebagai petani untuk tertentu dengan demikian kehandalan
memenuhi kebutuhan hidup. merupakan karakteristik kemungkinan atau
tingkat keberhasilan pelayanan jasa.
Berdasarkan mutu pelayanan Supranto mengemukakan bahwa untuk
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mengetahui kepuasan pasien dapat dilihat dari
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek prosedur pelayanan yang cepat, tidak berbelit-
dilihat dari segi daya tanggap petugas menurut belit dan menghasilkan kualitas kerja yang
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah memuaskan pasien. Konsumen berharap tidak
Arosuka merasa cukup puas (66,34%), daya menunggu lama untuk mendapatkan
tanggap petugas pada penelitian ini didasarkan pelayanan.
atas penilaian pasien pada petugas yang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
pasien terutama pelayanan yang cepat dan dilihat dari segi jaminan petugas menurut
tepat, sedangkan pasien yang kurang puas persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
terhadap pelayanan (7%), dimana pasien Arosuka merasa cukup puas (58%). Jaminan
merasakan ketanggapan petugas terhadap petugas pada penelitian ini didasarkan atas
pelayanan yang dibutuhkan belum memadai. penilaian pasien pada aspek tersedianya obat –
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian obatan yang dibutuhkan oleh pasien dengan
Didik Setiawan, dkk yang menunjukan harga yang sesuai, sedangkan pasien yang
kepuasan pasien pada dimensi Responsiveness. kurang puas terhadap pelayanan (20%),
Sama seperti dimensi pelayanan dimana belum lengkapnya obat-obatan yang
lainnya, maka kepuasan terhadap dimensi dibutuhkan oleh pasien, diantaranya vitamin
responsiveness adalah berdasarkan persepsi untuk ibu hamil dan obat hipertensi seperti
dan bukan aktualnya. Karena persepsi amlodipin. Hasil penelitian ini sesuai dengan
mengandung aspek psikologis lain, maka penelitian Harianto, dkk yang menunjukan
faktor komunikasi dan situasi fisik di cukup puas pada dimensi Assurance.
sekeliling pelanggan yang menerima Jaminan (assurance) adalah
pelayanan merupakan hal yang penting dalam pengetahuan, kesopansantunan dan
mempengaruhi penilaian pelanggan. Pelayanan kemampuan para pegawai perusahaan
yang responsif atau yang tanggap juga sangat menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
dipengaruhi oleh sikap front – line staf, salah kepada perusahaan, meliputi pengetahuan,

ISSN : 2087-5045 63
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat karyawan/staf yang menyenangkan. Salah satu
dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya ciri atau keistimewaan suatu pelayanan
resiko dan keragu-raguan. Kotler dan kesehatan adalah adanya atribut tambahan
Amstrong berpendapat bahwa jaminan adalah (atribut pelayanan) yang dimiliki oleh rumah
pengetahuan dan kesopanan karyawan serta sakit yaitu fasilitas suatu rumah sakit, pasien
kemampuan mereka untuk menimbulkan akan memilih sebuah rumah sakit atau
kepercayaan dan keyakinan. meninggalkan/berpindah rumah sakit karena
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fasilitas sebuah rumah sakit (Tjiptono, 2006).
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
dilihat dari segi empati petugas menurut
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah KESIMPULAN DAN SARAN
Arosuka merasa sangat puas sekitar (48%).
Empati petugas pada penelitian ini didasarkan Berdasarkan hasil penelitian, maka
atas penilaian pasien pada aspek keramahan dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa
dan kesopanan petugas dalam memberikan mutu pelayanan menurut persepsi pasien
pelayanan serta petugas tidak membeda – menunjukkan bahwa mayoritas pasien merasa
bedakan pasien dalam pelayanan dan juga cukup puas terhadap kinerja pelayanan
memberikan perhatian dalam menghadapi kesehatan di apotik. Penilaian tersebut
permintaan, pertanyaan, keluhan, dan masalah didasarkan pada kinerja pelayanan yang
dari pasien. Sedangkan pasien yang kurang diberikan petugas apotek kepada pasien yang
puas terhadap pelayanan (11%), dimana masih sudah cukup baik.
ditemukan adanya petugas apotek yang kurang Disarankan Pihak Apotek Rumah Sakit
ramah dan tidak sopan dalam menjawab Umum Daerah Arosuka untuk tetap
pertanyaan dari pasien mengenai informasi mempertahankan faktor-faktor yang
obat. memepengaruhi kepuasan pasien dan terus
Menurut Parasuraman dan Zeithaml meningkatkan pelayanan kesehatan, dan bagi
bahwa pelayanan dikatakan memiliki empati pihak Rumah sakit agar dapat memberikan
apabila petugas memiliki pengetahuan pelatihan kapada petugas Apotek mengenai
terhadap produk/jasa secara tepat, petugas pengetahuan dan keterampilan dalam
yang ramah, perhatian dan sopan dalam memberikan pelayanan yang baik.
memberikan informasi, petugas mampu
memberikan keamanan di dalam
memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan DAFTAR PUSTAKA
petugas mampu menanamkan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan. Abdullah, Nur Alam., R. Andrajati., S.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Supardi., 2008, Pengetahuan, Sikap
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek dan Kebutuhan Pengunjung Apotek
dilihat dari segi bukti langsung menurut Terhadap Informasi Obat di Kota
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Depok. Buletin Penelitian Sistem
Arosuka merasa cukup puas (50,33%). Hal ini Kesehatan.
dapat dilihat pada bukti langsung yang ada di Al-Assaf, A.F., 2009, Mutu Pelayanan
apotek RSUD Arosuka sudah memiliki ruang Kesehatan : Perspektif Internasional,
tunggu yang nyaman dan bersih, serta Jakarta.
memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap dan Anief. M., 2005, Manajemen Farmasi, Gajah
petugas juga mempunyai penampilan yang Mada University Press, Yogyakarta.
baik. Fasilitas pelengkap mencakup Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan
kelengkapan interior, TV, AC atau fasilitas Kefarmasian di Puskesmas,
lain bagi keluarga ataupun penunggu pasien. Departemen Kesehatan Republik
Sedangkan pasien yang kurang puas terhadap Indonesia, Jakarta.
pelayanan (11,67), dimana pasien tersebut Anonim, 2011, Pofil Rumah Sakit Umum
mendapati TV dan AC tidak berfungsi atau Arosuka. Rumah Sakit Umum Daerah
mati. Arosuka Solok.
Menurut Irawan bukti fisik berupa Azwar, Azrul., 1996. Menjaga Mutu
ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar
alat yang siap pakai serta penampilan Harapan, Jakarta.

ISSN : 2087-5045 64
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Barata A. Adya., 2003. Dasar-dasar Pedoman Organisasi Rumah Sakit di


Pelayanan Prima : Persiapan Lingkungan Departemen Kesehatan.
Membangun Budaya Pelayanan Prima Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
Untuk Meningkatkan Kepuasan dan 51/2009, tentang Pekerjaan
Loyalitas Pelanggan, Elex Media Kefarmasian, Jakarta.
Komputindo, Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI., 2008, Direktorat No.25 Tahun 1980 tentang Apotek.
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Pohan, S., 2007. Jaminan Mutu Layanan
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kesehatan : Dasar-dasarPengertian
Standar Pelayanan Kefarmasian di dan Penerapan, EGC, Jakarta.
Apotek. Parasuraman, A Zeithaml, Valerie A. & L
Gregory J. Feist., 2009. Teori Kepribadian, Berry., 1990. Delivering
Salemba Humanika, Jakarta. QualityService, The Free Press A
Harianto., N. Khasanah., S. Supardi., 2003. Divission of Mac Millan inc, New
Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan York.
Resep Di Apotek Kopkar Rumah Sakit Prasetyawati. A,E., 2011, Ilmu Kesehatan
Budhi Asih, Jakarta, Majalah Ilmu Masyarakat, Mulia Medika,
Kefarmasian. Yogyakarta.
Hartini. S, & Sulasmono., 2006. Apotek , Siregar, C. J. P. & L. Amalia., 2003, Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Rumah Sakit Teori dan Penerapan,
Yogyakarta. EGC, Jakarta.
Hartono., 2010, Manajemen Pemasaran Untuk Setiawan, Didik., M. Hasan Mihardja., A.
Rumah Sakit, PT Rineka Cipta, Mahatir., 2009. Pengaruh Pelayanan
Jakarta. Kefarmasian Terhadap Kepuasan
Irawan, Handi. D., 2007. 10 Prisip Kepuasan Konsumen Apotek Di Kabupaten
Pelanggan, Perpustakaan Unika Tegal, Jurnal Farmasi Indonesia.
Atama Jaya, Jakarta. Tjiptono, F., 2006. Pelayanan jasa, Gajah
J. Supranto., 2001. Pengukuran Tingkat Mada University Press, Yogyakarta.
Kepuasan Pelanggan untuk Undang – Undang Republik Indonesia No.44
Meningkatkan Pasar, PT Rineka Tahun 2009, tentang Rumah
Cipta, Jakarta. Sakit, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan
No.1197/Kep/X/2004, tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan
No.1027/Kep/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Kep/25/M.Pan/2/2004,
tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat, RI.
Jakarta.
Koblinsky., 1997. Kesehatan Wanita Sebuah
Perspektif Global, Moser, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Kotler. P., 2005. Manajemen Pemasaran, PT
Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kotler & Amstrong., 2001. Prinsip – Prinsip
Pemasaran, edisi:8, Erlangga, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No :
1045/MENKES/PER/XI/2006, tentang

ISSN : 2087-5045 65
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

SKRINING SENYAWA SITOTOKSIK DARI EKSTRAK DAUN,


BUNGA, BUAH, BATANG DAN AKAR PADA TUMBUHAN
SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) TERHADAP LARVA Artemia
salina Leach dengan METODE BRINE SHRIMP LETHALITY BIOASSAY
Ema Ratna Sari, Arsa Nova, Lita Sahitri
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
Email : ema_ratnasari3@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Skrining Senyawa Sitotoksik Dari Ekstrak Daun, Bunga,
Buah, Batang dan Akar pada Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabathricum.L) terhadap Larva
Artemia Salina Leach ) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Bioassay. Dari pemeriksaan uji
pendahuluan fitokimia yang telah dilakukan, daun senduduk mengandung senyawa flavonoid, tanin
dan saponin. pada bunga terdapat flavonoid. Pada buah terdapat Flavonoid dan saponin. Pada batang
dan akar terdapat senyawa steroid dan terpenoid. Dari 200 gram daun, bunga, buah, batang dan akar
tumbuhan senduduk segar diperoleh ekstrak kental etanol dan rendemen berturut-turut sebesar 17,62
gram (8,81% b/b); 13,69 gram (6,845% b/b); 13,66 gram ( 6,83% b/b); 8,11 gram (4,05% b/b) dan
7,27 gram (3,63% b/b). Dari uji sitotoksik yang telah dilakukan terhadap 5 sampel, ekstrak yang
memiliki toksisitas terbesar terdapat di bagian buah tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum
L) dengan nilai LC50 89,947 ppm. Kandungan senyawa kimia yang diduga memiliki aktivitas
antioksidan pada ekstrak buah ini adalah senyawa flavonoid, yang pada uji fitokimia menunjukkan
warna merah dengan Sianidin Test.

Kata Kunci : Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum. L), Uji Sitotoksik, Brine
Shrimp Lethality Bioassay

ABSTRACT

Research has been done on cytotoxic compound screening extract of leaf, flower, fruit, stem
and roots in Senduduk (Melastoma malabathricum.L) against larvae of Artemia Salina Leach) by
using Brine Shrimp Lethality Bioassay Method. Phytochemical preliminary test showed that Senduduk
leaf contained flavonoids, tannins and saponins, flower contained flavonoids, fruit contained
flavonoids and saponins, stem and root contained steroidal compounds and terpenoids. Of the 200
grams of leaves, flowers, fruits, stems and roots of plants we obtained fresh senduduk condensed
ethanol extract respectively 17.62 grams (8.81% w/w); 13.69 grams (6.845% w/w); 13.66 grams
(6.83% w/w); 8.11 grams (4.05% w/w) and 7.27 grams (3.63% w/w). From the cytotoxic test
conducted on five samples, it seems that greatest toxicity was showed by fruit extract with a value of
LC50 was 89.947 ppm. The content of the chemical that is thought to have antioxidant activity in fruit
extracts are flavonoids, which in phytochemical test showed a red color in Sianidin Test.

Keywords : Plant Senduduk (Melastoma malabathricum. L), Cytotoxic test, Brine Shrimp
Lethality Bioassay

PENDAHULUAN percobaan. Kematian hewan coba dianggap


sebagai respon dengan menggunakan kematian
Uji sitotoksik adalah suatu pengujian sebagai jawaban, toksik adalah titik awal untuk
yang di lakukan untuk mengetahui tingkat mempelajari toksisitas (Revi, 2012).
keamanan zat yang akan di uji. Adapun Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat,
sumber dari zat toksik dapat berasal dari bahan dikenal dan digunakan oleh masyarakat adalah
alam maupun sintesis. Sitotoksik di ukur tumbuhan senduduk (Melastoma
dengan mengamati kematian pada hewan malabathricum L) dari suku Melastomataceae.

ISSN : 2087-5045 66
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tumbuhan ini mempunyai khasiat sebagai senduduk digunakan untuk mengobati penyakit
pereda demam (antipiretik), penghilang nyeri sariawan, bisul, diare, keracunan singkong
(analgesik), peluruh urin (diuretik), mengobati juga dapat mengobati bisa ulat bulu, mengobati
keputihan (leukorea), menghilangkan keputihan pada wanita, mengobati luka bakar
pembengkakan, darah haid yang berlebihan, dan luka berdarah. Bunga senduduk digunakan
dan mengobati luka bakar atau luka berdarah, untuk mengobati sakit perut karena gangguan
radang dinding pembuluh darah disertai lambung, buah senduduk digunakan untuk
pembekuan darah didalam salurannya mengobati pendarahan rahim, sedangkan
(Dalimartha, 2000). Tumbuhan senduduk juga batang dan akar untuk mengobati penyakit
berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan, bisul, sakit gigi, obat penenang dan cacingan
anti inflamasi, anti kanker, anti hepatoksik, pada anak (Robinson, 1995).
anti diabetes dan anti septik yang berfungsi Beberapa penelitian dari tumbuhan
membunuh atau mencegah pertumbuhan senduduk adalah daun senduduk memiliki
mikroorganisme. Sebagai astringen yang dapat kandungan senyawa golongan tanin yang
menyebabkan penutupan pori-pori kulit, memiliki aktivitas antibakteri mempunyai sifat
memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang
pendarahan yang ringan (Anief, 1997). dapat mengerutkan membran sel sehingga
mengganggu pertumbuhan sel. Akibat
terganggunya pertumbuhan, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Efek antibakteri tanin antara lain melalui
reaksi dengan membran sel, inaktivasi fungsi
materi genetik. Selain tanin, kandungan kimia
daun senduduk yang telah diketahui antara lain
(a) (b) flavonoid dan saponin .Saponin merupakan zat
hemolitik yang kuat serta memiliki sifat seperti
sabun, saponin juga bersifat antimikrobia,
antiperadangan dan memiliki aktivitas
sitotoksik (Liana, 2010).
Berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian skrining
dan isolasi senyawa sitotoksik dari ekstrak
daun, bunga, buah, batang dan akar dari
(c) (d) tumbuhan senduduk (Melastoma
malabathricum.L) terhadap hewan percobaan
larva Artemia salina Leach dengan
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality
Bioassay.

METODOLOGI PENELITIAN
(e)
Alat dan Bahan
Gambar 1. (a) Daun (b) Bunga (c) Buah (d) Alat
Batang dan (e) Akar tumbuhan Alat yang digunakan adalah
senduduk (Melastoma seperangkat alat maserasi, seperangkat
malabatricum. L). alatdestilasi vakum dan Rotary evaporator,
bejana Kromatografi Lapis Tipis, pipet tetes,
Pada daun senduduk terdapat senyawa pipet kapiler, plat silika GP 254 merck ,
kimia flavonoid, saponin, dan tanin. Pada seperangkat alat penetas larva udang artemia
bunga senduduk terdapat senyawa kimia salina leach, spatel, pinset, tabung reaksi,
flavonoid, pada buah terdapat senyawa beaker gelas, gelas ukur, erlenmeyer, kapas,
flavonoid dan saponin, batang dan akar plat tetes, bunsen, corong, curter, gunting,
mengandung steroid dan terpenoid. Daun mistar, pensil, dan hair dryer, kertas saring,

ISSN : 2087-5045 67
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

vial, pipet tetes, pipet gondok, lumpang dan bercelah kearah bejana pembatas dapat
mortil. digunakan sebagai larva uji
(Margarety et al, 2005).
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian Persiapan Larutan Uji
ini adalah daun, bunga, buah, batang dan akar Masing-masing ekstrak diambil
dari tumbuhan senduduk (Melastoma sebanyak 1 g lalu dimasukkan ke dalam
malabathricum L). Etanol destilasi, aguadest, lumpang, tambahkan tween 80 sebanyak 2 ml
metanol, Diklorometan (DCM), N-heksan, etil kemudian gerus kuat sampai homogen dan
asetat dan N-heksan, kloroform, logam Mg dan menyerupai korpus emulsi. Tambahkan air laut
HCl pekat, FeCl3, anhidrida asetat, asam sulfat sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
pekat, air laut, larva udang artemia dan tween volume 100 ml, larutan ini disebut larutan
80. induk 10.000 ppm.
Selanjutnya dilakukan pengenceran
Hewan Percobaan dengan 7 variasi konsentrasi yaitu 7500, 5000,
Hewan percobaan yang digunakan 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm. Setiap
adalah larva Artemia salina Leach konsentrasi dibuat tiga kali pengulangan.
Setelah 24 jam dihitung jumlah lava udang
Uji Pendahuluan Fitokimia yang hidup, sehingga larva udang yang mati
Uji Pendahuluan kandungan metabolit dapat diketahui, pada uji ini dicatat waktu
sekunder terhadap ke 5 sampel, menggunakan mulai terjadi kematian.
metoda Culvenor & Fitzgerald untuk senyawa
alkaloid dan metode Simes et. al untuk Analisa Data
senyawa flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid Untuk mendapatkan nilai LC50 data
dan steroid. yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan
analisa probit, dimana persentase kematian
Ekstraksi dihitung dengan metode regresi.
Sampel daun, bunga, buah, batang dan
akar tumbuhan senduduk segar dibersihkan,
kemudian rajang halus dan timbang masing- HASIL DAN PEMBAHASAN
masing sebanyak 200 gram. Lalu masukkan ke
dalam botol maserasi masing-masing sampel Hasil
daun, bunga, buah, batang dan akar tumbuhan Dari pemeriksaan uji pendahuluan
senduduk tersebut lalu ditambahkan etanol yang telah dilakukan, daun senduduk
destilasi ke dalam botol maserasi sampai mengandung senyawa flavonoid, tanin dan
terendam, tutup dan biarkan selama 3 sampai 5 saponin. Pada bunga terdapat flavonoid. Pada
hari ditempat gelap sambil sesekali diaduk, buah terdapat Flavonoid dan saponin. Pada
lalu saring dengan kertas saring dan tuangkan batang dan akar terdapat senyawa steroid dan
ke wadah lain, ulangi sampai sampel tersari terpenoid.
sempurna, kemudian ekstrak yang diperoleh Dari 200 gram daun, bunga, buah,
diuapkan pelarutnya dengan bantuan rotary batang dan akar tumbuhan senduduk segar
evaporator, sampai diperoleh ekstrak kental, diperoleh ekstrak kental etanol dan rendemen
lalu hitung rendemenya. berturut-turut sebesar 17,62 gram (8,81% b/b);
13,69 gram (6,845% b/b); 13,66 gram ( 6,83%
Pengujian Toksisitas b/b); 8,11 gram (4,05% b/b) dan 7,27 gram
Penetasan Telur Artemia salina Leach (3,63% b/b).
Penetasan telur menggunakan bejana Dari uji sitotoksik dari Daun, Bunga, Buah,
penetasan yang terdiri dari dua bagian, yaitu Batang, dan Akar tumbuhan Senduduk
bagian terang yang disinari lampu terus- (Melastoma malabathricum L) dengan cara
menerus dan bagian gelap ditutup, serta menghitung dosis tunggal suatu senyawa yang
dilengkapi dengan sistem airasi (gelembung menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
udara). Bejana di isi dengan air laut kemudian pada suatu kelompok percobaan yang telah
telur Artemia salina Leach ditempatkan pada dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
bagian gelap bejana, lalu dibiarkan menetas
larva akan berenang melewati pembatasan

ISSN : 2087-5045 68
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel I. Hasil uji ekstrak Daun dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
7500 5000 2500 1000 500 100 50
Kontrol
Hi Hi Hi Hi Hi Hi
M M M M M M
Mati Hidup du du du du du du
ati ati ati ati ati ati
p p p p p p
1 8 2 8 2 7 3 6 4 4 6 3 7 1 9

2 8 2 7 3 7 3 6 4 3 7 3 7 1 9

3 7 3 7 3 7 3 5 5 3 7 3 7 1 9

Total 23 7 22 8 21 9 17 13 10 21 9 21 3 27

Tabel II. Hasil uji ekstrak Bunga dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont 7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol Hi M Hi M Hi Hi M Hi M Hi
M M Hid Ma
du at du at du du at du at du
ati ati up ti
p i p i p p i p i p
1 8 2 7 3 6 4 5 5 3 7 1 9 1 9

2 7 3 7 3 6 4 5 5 4 6 1 9 1 9

3 8 2 7 3 7 3 5 5 3 7 2 8 1 9

Total 23 7 21 9 19 11 15 15 10 20 4 26 3 27

Tabel III. Hasil uji ekstrak Buah dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 9 1 8 2 8 2 6 4 5 5 2 8 1 9

2 9 1 8 2 7 3 5 5 5 5 2 8 2 8

3 8 2 9 1 7 3 5 5 5 5 2 8 2 8

Total 26 4 25 5 23 8 17 13 15 15 6 24 4 26

ISSN : 2087-5045 69
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Tabel IV. Hasil uji ekstrak Batang dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 7 3 7 3 6 4 5 5 4 6 3 7 2 8

2 7 3 6 4 6 4 6 4 4 6 2 8 1 9

3 7 3 7 3 7 3 5 5 5 5 1 9 1 9

Total 21 9 20 10 19 11 16 14 13 17 6 24 4 26

Tabel V. Hasil uji ekstrak Akar dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 8 2 7 3 6 4 5 6 4 7 3 7 0 10

2 7 3 7 3 6 4 4 6 3 8 2 8 1 9

3 7 3 6 4 6 4 4 6 2 8 2 8 1 9

Total 23 8 20 10 18 12 13 18 9 23 7 23 2 28

PEMBAHASAN persen rendemenya 6,84% b/b, ekstrak kental


buah diperoleh sebamyak 13,66 gram sehingga
Pembuatan ekstrak kental dari diperoleh persen rendemennya 6,83% b/b,
tumbuhan senduduk dengan menggunakan ekstrak kental batang diproleh sebanyak 8,11
metode maserasi yang digunakan adalah gram sehingga diproleh persen rendemenya
sampel segar dari daun, bunga, buah, batang 4,05% b/b, ekstrak kental akar deproleh
dan akar tumbuhan senduduk masing-masing sebanyak 7,27 gram sehingga diproleh persen
200 gram, pelarut yang di gunakan adalah rendemenya 3,63% b/b.
etanol 96% yang sudah di destilasi. Sampel Selanjutnya setelah mendapat ekstrak
segar daun, bunga, buah, batang dan akar kental kemudian dilakukan uji toksisitas dari
tumbuhan senduduk di rajang bertujuan untuk masing-masing sampel dengan menggunakan
memperluas permukaan sampel agar kontak metode Brine shrimp lethalithy biossay dengan
antara sampel dengan pelarut etanol semakin pertimbangan pengujian dengan cara ini
luas sehingga mempercepat proses larutnya memiliki beberapa keuntungan yaitu tidak
senyawa yang terkandung didalam sempel ke memerlukan kondisi yang aseptis,
dalam pelarut yang digunakan. menggunakan peralatan yang sederhana,
Dari ekstraksi yang telah dilakukan murah, menggunakan sejumlah kecil senyawa
diperoleh ekstrak kental etanol daun sebanyak uji, jumlah organisme uji yang digunakan
17,62 gram sehingga diperoleh persen sangat kecil, memenuhi validasi statistik
rendemenya 8,81% b/b, ekstrak kental bunga dengan sedikit sampel, waktu yang digunakan
diperoleh sebanyak 13,69 gram sehingga relatif singkat. Selain itu penggunaan Artemia

ISSN : 2087-5045 70
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Salina leach sebagai hewan uji juga memiliki teridentifikasi memiliki kandungan kimia
keuntungan antara lain telurnya mudah berupa
didapat, murah, dan disimpan dalam beberapa senyawa flavonoid dan saponin, sehingga yang
tahun di tempat yang kering tanpa berpengaruh diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan
terhadap daya hidupnya serta memiliki adalah senyawa flavonoid, karena memiliki
efektifitas yang lebih tinggi terhadap senyawa gugus hidroksi, yang dapat mendonorkan atom
aktif dibandingkan dengan organisme laut hidrogennya untuk menangkap radikal bebas.
lainnya. Larva yang digunakan pada pengujian
ini adalah larva yang berumur 48 jam, yang
dibiarkan dalam bejana khusus yang berisi air KESIMPULAN
laut, dilengkapi dengan sistem airasi
(gelembung udara) dan penerangan pada satu Daun, bunga, buah, batang, dan akar dari
sisi bejana. tumbuhan senduduk (Melastoma
Setelah larva berumur 48 jam malabathricum L) memiliki efek toksisitas
dilakukan pengujian toksisitas, sebelumnya terhadap larva udang Artemia Salina Leach.
terlebih dahulu dibuat larutan induk dengan Ekstrak yang memiliki toksisitas terbesar
konsentrasi 10.000 ppm. Kemudian dilakukan terdapat di bagian buah tumbuhan senduduk
pengujian variasi konsentrasi 7500, 5000. (Melastoma malabathricum L) dengan nilai
2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm dengan LC50 89,947 ppm. Kandungan senyawa kimia
larutan induk 10.000 ppm lakukan 3 kali yang diduga memiliki aktivitas antioksidan
pengulangan, kemudian dihitung larva yang pada ekstrak buah ini adalah senyawa
mati. Setelah dilakukan uji toksisitas dengan flavonoid, yang pada uji fitokimia
konsentrasi variasi hasil uji di hitung dengan menunjukkan warna merah dengan Sianidin
metode probit untuk mendapatkan hasil bagian Test.
tumbuhan mana yang memiliki efek toksisitas
paling besar, dan efek toksisitas terbesar
terdapat pada bagian konsentrasi 7500 ppm. DAFTAR PUSTAKA
Tingkat toksisitas sampel terhadap
larva udang ditentukan dengan melihat harga Adfa, M., 2005, Survey Etnobotani, Studi
LC50 nya. Data yang diperoleh diolah dengan Senyawa Flavonoid dan Uji Brine
menggunakan metode kurva yang Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat
dikembangkan oleh Miller dan Trainter, yang Tradisional Suku Serawai di Propinsi
dirancang untuk perhitungan dosis Bengkulu,Gradien 1 (1): 43, 45-46.
(konsentrasi) dan respon untuk mendapatkan Ansel H C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
nilai probit. Selanjutnya nilai probit yang Farmasi, Edisi IV. Jakarta: Penerbit
didapat diolah dengan metode analisa regresi Universitas Indonesia. pp: 605-7.
untuk mendapatkan nilai LC50. Arief, H. 2004. Tumbuhan Obat dan
Untuk ekstrak dikatakan menunjukkan Khasiatnya, penerbit Penebar
aktifitas toksisitas bila memiliki LC 50 kurang Swadaya, Jakarta
dari 1.000 ppm dan untuk senyawa murni nilai Backer, C.A. And Bakhuizen V.d. Bring, Jr.
LC50-nya kurang dari 200 ppm. (Meyer,Dkk 1968. Flora of Java Volume 3.
1998). Dari hasil uji toksisitas terhadap Netherlands: Netherlands Organisation
tumbuhan senduduk diperoleh nilai LC50 for the Advancment of Research.
yaitu: Pada Daun 129,269 ppm, Bunga Culvenor, CCJ.,& JS. Ffitzgerald. 1963. A
427,143 ppm, Buah 89,947 ppm, Batang Field Method for Alkaloid Screening of
204,491 ppm, dan Akar 219,547 ppm. Dari uji Plant, J. Pharm SCI.,P., 52 : 303-4
toksisitas yang telah dilakukan semua bagian Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat
tumbuhan senduduk (Melastoma Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus
malabathricum L) memiliki aktivitas toksisitas. Agriwidya. Hal: 130-132.
Ekstrak yang memiliki aktivitas toksisitas Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia
paling besar adalah bagian buah dari tumbuhan Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
senduduk dengan nilai LC50 89,947 ppm, Depkes RI. Hal: 143-147.
sehingga dikatakan menunjukkan aktivitas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm. 1995. Farmakope Indonesia , Edisi IV,
Ekstrak buah pada uji pendahuluan Jakarta

ISSN : 2087-5045 71
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

Departemen Kesehatan 2000 . Parameter Industrial Research organization.


Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Australia.
Obat. Jakarta : Depkes RI. Hal: 82-84;
9-10.
Djamal, Rusdi. 2010. Prinsip-prinsip Dasar
Isolasi Dan Identifikasi, penerbit
Universitas Baiturrahmah, Padang
Djauhariya E & Hernani. 2004. Gulma
Berkhasiat Obat. Cetakan I. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Harefa, F. 1997. Pembudidayaan Artemia
Salina Leach untuk pakan udang dan
ikan, penerbit Swadaya, Jakarta
Liana, 2010. Aktivitas Antimikroba Fraksi dari
Ekstrak Metanol Daun Senduduk
(Melastoma Malabathricum L)
Terhadap Staphylococcus aureus dan
Salmonella typhimurium Serta Profil
Kromatograi Lapis Tipis Fraksi
Teraktif. Di akses 31 january 2014.
Meyer BN, Ferringni NR, Putnam JE,
Jacobsen LB, Nicholas DE,
McLaughin JL.
Brine shrimp: a convevient general
biossay for active plant constituents.
Planta Med [serial online] 1982 May
[cited 2009 January 22]; 45(5): 31-4.
Revi. 2012. Uji Toksisitas Dengan metode
Brine Shrimp Leathalib Test pada
Lara
Udang. Diakses 25 januari 2014.
http://rv-
reskirasi.blogspot.com/2012/6/uji-
toksisitas-dengan-metode-brine.
Tobo, F,.Mufidah, Taebe, B., Mahmud, A.I.,
2001, Buku Pegangan Laboratorium
Fitokimia I, UNHAS, Makassar, 1, 83.
Robinson ,T., 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan Tingkat Tinggi, ITB:
Bandung Yoshiki Y, Kudo & Okobo
K,1998. Relationship Between
Cemical Structure and Biologica
Activities of Triterpenoid Saponin
from Soybean (Reviw) Biosience
Biotechnology and Biochemistry. 62.
2291-2292.
Simes, J.JH, J.G, Tracey, L.J, Webb &
W.J.Dunstan.1959. An Australian
Phytochemical Survey Saponin dan
Eastern australian Flowing Plant.
Commonwealth Scientific and

ISSN : 2087-5045 72
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016

PETUNJUK PENULISAN PADA JURNAL SCIENTIA

1. Naskah berupa hasil penelitian atau karya ilmiah dari bidang Ilmu Farmasi dan
Kesehatan, baik berupa review maupun sintesis. Naskah belum pernah dan tidak akan
pernah dipublikasikan pada media lain.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bila naskah dalam bahasa
Inggris, maka abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, sebaliknya bila naskah dalam
bahasa Indonesia, maka abstrak ditulis dalam bahasa Inggris.
3. Naskah diketik menggunakan komputer, dengan jumlah halaman maksimal 10
halaman kertas ukuran kuarto (A4) dengan spasi ganda. Abstrak tidak lebih dari 250
kata yang diketik dengan jarak 1 spasi. Naskah 1 rangkap beserta softcopy (dalam
bentuk CD) dikirim ke redaksi.
4. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
a. Judul, nama lengkap penulis dan lembaga
b. Abstrak : Dicantumkan abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
beserta kata kunci 3-5 kata.
c. Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, ditambah literatur pendukung yang
relevan
d. Metoda Penelitian
e. Hasil dan Pembahasan
f. Kesimpulan atau saran
g. Daftar Pustaka (kutipan dari buku dengan susunan : nama penulis, tahun, judul
buku (tulis miring), penerbit, kota terbit; kutipan dari jurnal dengan susunan :
nama penulis, tahun, judul artikel, judul jurnal (ditulis miring), volume, nomor
halaman)
5. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas
6. Redaksi berhak merubah naskah tanpa mengurangi isi dan maksud naskah
7. Redaksi berhak menolak naskah yang kurang layak untuk dipublikasikan. Naskah
akan dikembalikan jika dilengkapi perangko secukupnya
8. Nama penulis ditulis lengkap dengan gelar dan lembaga/instansi tempat penulis
bekerja
9. Pada bagian akhir naskah dicantumkan riwayat hidup penulis
10. Naskah & softcopy dapat dikirimkan ke :
Alamat : Jl. Adinegoro/Simp. Kalumpang Km. 17 Lubuk Buaya Padang-25173
e-mail : stifipadang@gmail.com (khusus softcopy)
Telp : (0751) 482171

ISSN : 2087-5045

Anda mungkin juga menyukai