1 , 2 0 1 1
I SSN : 2 0 8 7 - 5 0 4 5
SCIENTIA
JURNAL FARMASI DAN KESEHATAN
TERBIT DUA KALI SETAHUN
SETIAP BULAN FEBRUARI DAN AGUSTUS
DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab : Dewan Penyunting :
Prof. H. Syahriar Harun, Apt Prof.H. Syahriar Harun, Apt
Pemimpin Umum : Prof.DR.H. Amri Bakhtiar,MS,DESS, Apt
DR.H.M. Husni Mukhtar,MS, DEA, Apt Prof.DR.H. Almahdy, MS, Apt
DR.H.M. Husni Mukhtar, MS, DEA, Apt
Redaktur Pelaksana : DR. H. Yufri Aldi, MSi, Apt
Verawati, M.Farm, Apt
Drs. B.A. Martinus, MSi
Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Hj. Fifi Harmely, M.Farm, Apt
Putri Ramadheni, M.Farm, Apt
Farida Rahim, M.Farm, Apt
Sekretariat : Revi Yenti, M.Si, Apt
Afdhil Arel, M.Farm, Apt Verawati, M.Farm, Apt
Khairul Ria Afrianti, M.Farm, Apt
Eka Fitrianda, M.Farm, Apt
Mimi Aria, M.Farm, Apt
Dira, MSc, Apt
Penerbit :
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STIFI) Perintis Padang
ISSN Cetak : 2087-5045
ISSN Online : 2502-1834
ISSN : 2087-5045
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
DAFTAR ISI
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN 13-17
SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)
Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang formulasi patch transdermal dari ekstrak etanol rimpang
rumput teki (Cyperus rotundus L.) untuk pengobatan nyeri sendi. Pada penelitian ini digunakan 3
formula (F1, F2, F3) dengan ekstrak etanol sebanyak 3g, 5g, 7g. Evaluasi patch meliputi organoleptis,
ketebalan patch, variasi berat, persen kelembaban yang diserap, uji iritasi, persentase pemanjangan.
Uji efek nyeri sendi dilakukan pada tikus putih yang diinduksi dengan AgNO3 1% secara intra
artikular. Parameter yang diamati adalah jumlah cicitan hewan setelah diberikan gerakan sendi
sebanyak 10 kali selama 1 menit, yang dihitung pada menit 30, jam 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, dan 14.
Hasilnya secara statistic menunjukkan hilangnya reflek nyeri yang lebih cepat pada formula 3 yaitu
pada jam ke-4
ABSTRACT
The research to formulate of transdermal patch of ethanolic extract of teki grass (Cyperus
rotundus L.) as medicine to heal joint pain has been done. This research used three formulas (F1, F2,
and F3) containing 3, 5, and 7 gram of extract respectively. The evaluation done to the patch formula
included: organoleptic, thickness, weight variation, the percentage of absorbed humidity, skin
irritation test, and the length percentage. The test to measure the ability of the patch in curing the joint
pain was done to the male albino rats which were induced by AgNO3 1% as the pain inductor via intra
articular. The parameter observed was the amount of squeaking after they were given reflex as much
as 10 times for 1 minute, in 1st, 2nd, 4th, 6th , 8th, 10th, 12th and 14th hours. According on statistical
analysis, the faster loss of joint pain was given by formula 3 at 4 hours.
ISSN : 2087-5045 1
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 2
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 3
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 4
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel 2. Hasil Evaluasi Patch Transdermal Dari Rimpang Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Pengamatan
Evaluasi
F0 F1 F2 F3
Organoleptis
Bentuk BT BT BT BT
1
Bau TB KT KT KT
Warna TW CM CT CT
Ketebalan Patch 0,0031± 0,0031± 0,0033± 0,0033±
2
0,0001mm 0,0001mm 0,0001mm 0,0002mm
Variasi Berat Patch 2,5580± 3,1028± 3,1058± 3,11±
3
0,009 g 0,002g 0,003 g 0,001 g
4 Persentase Uji Higroskopis 7,76% 7,63% 7,3% 7,2%
5 Persentase Kehilangan Air 2,0% 0,53% 0,3% 0,2%
6 Uji Iritasi TI TI TI TI
Persentase Pemanjangan
7 13,80% 38,96% 29,10% 19,24%
(%Elongasi)
Pada uji efek penyembuhan nyeri Pada kelompok IV (F2) terjadi penurunan
sendi patch trandermal ekstrak etanol refleks nyeri pada jam ke-6. Pada kelompok V
rimpang rumput teki hewan percobaan yang (F3) terjadi penurunan refleks nyeri pada jam
digunakan adalah tikus putih jantan. Hewan ke-4 dan kelompok VI pada jam ke-1.
percobaan tersebut diinduksi dengan Pengukuran diameter radang pada
meyuntikkan AgNO3 1% kedalam sendi kaki sendi tikus menunjukkan penurunan refleks
tikus bagian belakang sehingga dapat memicu nyeri dengan cara mengukur diameter awal
respon inflamasi dan menyebabkan nyeri. pada jam ke-0,5 dan diameter akhir pada jam
Setelah 18 jam penginduksian dilakukan ke-14. Pada kelompok I dan kelompok II tidak
gerakan fleksi pada kaki tikus yang telah diberi terjadi penurunan diameter radang. Pada
penginduksi. Hewan yang menunjukkan kelompok III (F1) terjadi penurunan diameter
refleks nyeri karena dilakukan gerakan fleksi radang dengan rata-rata 0,16 cm. Pada
adalah yang dapat dipakai dalam percobaan. kelompok IV (F2) terjadi penurunan diameter
Setelah dilakukan perlakuan terhadap masing- radang dengan rata-rat 0,2 cm. Pada kelompok
masing kelompok maka didapatkan hasil V (F3) terjadi penurunan diameter radang
bahwa sudah ada penurunan refleks nyeri pada dengan rata-rata 0,23 cm dan pembanding
masing-masing kelompok, kelompok I dan dengan rata-rata 0,33cm. Hasil uji aktifitas
kelompok II (F0) penurunan refleks nyeri patch untuk pengobatan nyeri sendi dapat
terjadi pada jam ke-10. Pada kelompok III (F1) dilihat pada gambar dibawah ini:
terjadi penurunan refleks nyeri pada jam ke-8.
ISSN : 2087-5045 5
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
KESIMPULAN DAN SARAN Putri V.P, Widdhi B., Adithya Y., 2013, Uji
Efek Analgetik Ekstrak Rumput Teki
Kesimpulan (Cyperus rotundus l.) Pada Tikus Putih
Berdasarkan penelitian yang telah Jantan Galur Wistar (Rattus
dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa novergicus), Pharmacon Jurnal Ilmiah
ekstrak etanol rimpang rumput teki dapat Farmasi – Unsrat. vol. 2 no. 02
diformulasi dalam bentuk patch transdermal Rakesh P., Grishma Patch And Ashok Barian,
dengan polimer Etil Selulosa dan Polivinil 2009, Formulation and Evaluation of
Alkohol, plasticizer Dibuthyl Ftalat. Transdermal Patch of Aceclofenac,
Patch transdermal ekstrak etanol International Journal of Drug Delivery
rimpang rumput teki memiliki aktivitas untuk I. Vol. 2 no. 3
pengobatan nyeri sendi dan berdasarkan Sudarsono, A. Pudjiarinto, D. Gunawan, S.
Analisa Variabel (ANOVA) satu arah dengan Wahyono, I.A.Donatus, M. Dradjad, S.
p <0,05. Penurunan refleks nyeri pada Wibowo, dan Ngatidjan.
kelompok F3 dengan konsentrasi ekstrak 7% 1996.Tumbuhan Obat, Hasil
lebih cepat dibandingkan kelompok lain F0, F1 Penelitian, Sifat-Sifat danPenggunaan.
dan F2. Yogyakarta: Pusat Penelitian Obat
Tradisional (PPOT) UGM
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya
untuk melakukan uji difusi patch transdermal
ekstrak etanol rimpang rumput teki dengan
basis Etil Selulosa dan Polivinil Alkohol
DAFTAR PUSTAKA
ISSN : 2087-5045 6
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan sistem penyimpanan obat yang tepat di
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Rawat inap Sidomulyo Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan
dengan metode observasional dengan desain studi deskriptif. Data dikumpulkan dengan mengisi check
list lembar berdasarkan pengamatan dan wawancara dipandu gratis. Sampel dalam penelitian ini
adalah orang yang bertanggung jawab (apoteker) terhadap penyimpanan obat dan gudang di
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian
besar kondisi penyimpanan obat di Puskesmas Rawat inap Sidomulyo Pekanbaru telah memenuhi
sesuai persyaratan Depkes RI tahun 2008 dan 2010, yang 80% dari kondisi gudang obat dalam
kategori baik, 100% dari penyimpanan obat dalam kategori sangat baik dan 100% dari stok obat
persediaan dalam kategori sangat baik.
ABSTRACT
Research on implementation of proper drug storage system had been done at Puskesmas
(public health center) Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru. This research was conducted by
observational method using descriptive design study. Data was collected by filling in the check list
sheet based on the observations and free guided interviews. The sample in this study was the person in
charge (pharmacist) of drug storage and the warehouse at Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo
Pekanbaru. The result obtained showed that most of drug storage condition at Puskesmas Rawat Inap
Sidomulyo Pekanbaru has fulfilled the requirement accordance to Depkes RI 2008 and 2010, which
were 80% of drug warehouse condition in good category, 100% of drug storage in very good category
and 100% of inventory drug stock in very good category.
ISSN : 2087-5045 7
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 8
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 9
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
membingungkan. Oleh karena itu sebagai (40-80C). Obat-obat yang baru datang
tenaga kefarmasian kita bertanggung diletakkan diatas pallet dengan rapi.
jawab penuh untuk mengatasi kesalahan
tersebut. Kemudian obat-obat khusus
seperti vaksin dan serum disimpan di
lemari pendingin yang terjaga dalam suhu
Total 7 7 100%
ISSN : 2087-5045 10
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Setelah dilakukan penelitian tentang
Implementasi Sistem Penyimpanan Obat di Anonim, 2008, Pedoman Perbekalan Farmasi
Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kotamadya Di Rumah Sakit, Depkes RI, Jakarta.
Pekanbaru dengan menggunakan lembar check Anonima, 2010, Standar Pelayanan
list didapatkan hasil bahwa: Pada parameter Kefarmasian di Puskesmas, Depkes
persyaratan gudang obat sudah memenuhi RI, Direktorat Jenderal Bina
persyaratan Depkes RI 2008 dan Depkes RI Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
2010 dengan persentase yaitu, 80% yang Jakarta.
sudah masuk dalam kategori baik, pada Anonima, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan
parameter persyaratan penyimpanan obat RI No 30/Menkes/Per/VII/2014
dengan persentase 100% yang sudah masuk tentang Standar Pelayanan
kedalam kategori sangat baik, dan pada Kefarmasian di Puskesmas, Depkes
parameter persyaratan pencatatan stock obat RI, Jakarta.
juga dengan persentase 100 % yang sudah Azwar, M., 2014,Peningkatan Keamanan
masuk kedalam kategori sangat baik. Obatyang Perlu Diwaspadai (High-
Alert Medications) ,
ISSN : 2087-5045 11
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
http://marlinaazwar.blogspot.co.id.diak
ses 5 Oktober 2015
Linarni, J.,dan Hasanbasri, M.., 2006, Mutu
Pelayanan Farmasi di Puskesmas Kota
Padang, Tesis, Working Paper KMPK
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Notoadmojo, S., 2003, Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
ISSN : 2087-5045 12
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang aktivitas sitotoksis dari beberapa macam varian daun the
sirsak (Anona muricata Linn). Daun sirsak diolah menjadi tiga macam daun teh yaitu teh hijau, teh
hitam, teh oolong. Uji aktivitas sitotoksik dilakukan dengan metode "Brine Shrimp Lethality Test".
Nilai LC50 dari ketiga ekstrak the daun sirsak adalah 102,32 ppm untuk ekstrak etanol teh hijau, 38.01
ppm untuk teh hitam dan 63,09 ppm untuk teh oolong. Teknik pengolahan teh daun sirsak dapat
mempengaruhi aktivitas sitotoksik.
ABSTRACT
A research on the cytotoxic activity of several variants leaves of the soursop (Anona muricata
Linn). Soursop leaf is processed into three kinds of tea leaves are green tea, black tea, oolong tea.
Cytotoxic activity test was conducted using "Brine Shrimp Lethality Test". LC50 value of the three
extracts of the leaves of the soursop is 102.32 ppm for ethanol extract of green tea, black tea 38.01
ppm and 63.09 ppm for oolong tea. Soursop leaf tea processing techniques can affect the cytotoxic
activity.
ISSN : 2087-5045 13
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 14
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
digunakan sebagai hewan uji aktifitas f. Setelah itu semua vial 1 (a,b,c), 2
sitotoksik. (a,b,c), 3 (a,b,c) dan k dimasukan
2. Pembuatan Larutan Uji ke dalam oven dengan suhu 60°C
a. Buat larutan induk dengan selama 1 jam sampai kering.
konsentrasi 100.000 ppm sebanyak g. Untuk semua vial ditambahkan 2
10 ml dengan cara menambahkan tetes DymethilSulfoxid untuk
ekstrak sebanyak 1 gram kemudian menambahkan kelarutan ekstrak.
dilarutkan etanol ad 10 ml. Kemudian tambahkan air laut
b. Untuk konsentrasi 10.000 ppm, sebanyak 4 ml dan masukan 10
dipipet masing-masing sebanyak 1 ekor larva udang Artemia salina
ml dari larutan induk sebanyak 4 Leach yang berumur 24 jam ke
vial, vial diberi tanda 1 a, 1 b, 1 c dalam vial dan tambahkan air laut
dan 1 d. Vial tanda 1 (a,b,c) untuk ad 10 ml. Vial-vial tersebut
konsentrasi 10.000 ppm sedangkan diletakan dibawah penerangan
vial 1 d di ad kan dengan etanol 10 selama 24 jam.
ml untuk dibuat pengenceran h. Amati jumlah larva udang Artemia
konsentrasi 1000 ppm. salina Leach yang mati setelah 24
c. Pipet sampel masing-masing 1 ml jam dalam tiap vial.
dari larutan vial 1 d masukan ke i. Hitung nilai LC50 dengan
dalam 4 vial, beri tanda 2 a, 2 b, 2 c menggunakan metode Farmakope
dan 2 d. Vial tanda 2 (a,b,c) untuk Indonesia.
konsentrasi 1000 ppm sedangkan
vial 2 d di ad kan dengan etanol 10
ml untuk dibuat pengenceran HASIL DAN PEMBAHASAN
konsentrasi 100 ppm.
d. Pipet sampel masing-masing 1 ml Hasil
dari larutan vial 2 d masukan ke 1. Dari uji pendahuluan kandungan kimia
dalam 3 vial, beri tanda 3 a, 3 b, 3 c daun sirsak Annona muricata Linn
untuk konsentrasi 100 ppm. menunjukan adanya kandungan senyawa
e. Untuk larutan kontrol digunakan alkaloid, flavonoid, fenolik, terpenoid dan
etanol 1 ml dimasukan dalam vial saponin.
dan diberi tanda k.
1 Alkaloid Mayer +
2. Dari 500 g masing-masing sampel teh Leach didapatkan LC50 sebesar 102,32
daun sirsak tua, didapatkan ekstrak kental ppm untuk teh hijau, 38,01 ppm untuk teh
teh hijau seberat 31,43 g, teh hitam hitam, dan 68,09 ppm untuk teh oolong.
seberat 14,60 g, teh oolong seberat 18,28
g. Pembahasan
3. Uji sitotoksik dari ekstrak daun sirsak Pada penelitian ini sampel yang
terhadap larva udang Artemia salina digunakan adalah daun sirsak (Annona
ISSN : 2087-5045 15
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
muricata Linn) yang diambil di Nagari Lasi, sampel memberikan hasil (+) alkaloid,
Kabupaten Agam Kota Bukittinggi seberat 1,5 flavonoid, saponin, fenolik, dan terpenoid.
kg. Pemilihan kondisi daun adalah daun yang Namun memberikan hasil (-) steroid.
sudah tua yaitu ditandai dengan warna hijau Penelitian yang dilakukan oleh Erika Fitriani
tua, tebal, dan daun agak kaku karena tulang terhadap daun sirsak menunjukkan hasil yang
daun yang bertekstur keras (Sunarjono, 2005). sama, yakni ekstrak etanol mengandung
Selanjutnya daun sirsak diolah dengan 3 alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, tanin,
pengolahan teh, yaitu pengolahan teh hijau, teh triterpenoid. Untuk uji tanin dan triterpenoid
hitam, dan teh oolong (Ajisaka, 2012). tidak dilakukan karena keterbatasan reagen
Sampel dikeringkan dengan cara yang diperlukan.
disangrai menggunakan api sedang yang Untuk pengujian sitotoksik atau LC50
bertujuan untuk mengurangi kadar air digunakan metoda Brine Shrimp Lethality Test
(Setymidjaja, 2000). Dari proses pengolahan (BSLT). Metoda ini dipakai karena selain
ini diperoleh hasil pengeringan seberat 250 g mudah, cepat, murah juga merupakan salah
untuk masing-masing teh daun sirsak. satu metoda uji toksisitas yang banyak
Metoda ekstraksi yang digunakan digunakan dalam penelusuran senyawa
adalah maserasi yakni dengan menggunakan bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam.
etanol destilasi. Metoda ini dipilih karena Metoda ini menggunakan larva udang Artemia
mempunyai keuntungan selain menggunakan salina Leach sebagai hewan uji (Radji, 2008).
alat yang sederhana dan juga dapat menarik Penetasan udang terlebih dahulu direndam
zat-zat berkhasiat dari simplisia, baik simplisia dengan air laut di dalam aquarium tertutup atau
yang tidak tahan pemanasan maupun yang terbebas cahaya dan dilengkapi aerator dan
tahan pemanasan. Sampel direndam dengan lampu 5 watt. Penggunaan aerator adalah
etanol sebanyak 1500 ml didalam botol kaca untuk meningkatkan oksigen dalam air dan
berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya, lampu sebagai sumber cahaya, dimana cahaya
hal ini bertujuan untuk melindungi simplisia itu sebagai tujuan larva udang yang telah
agar tidak teroksidasi. Perendaman dilakukan menetas. Larva udang yang siap dipakai adalah
selama 5 hari dan diaduk sekali-sekali, selama larva udang yang telah menetas dan berumur
5 hari perendaman, pelarut diganti, dan 24 jam karena biasanya telur-telur sudah
maserat disaring dengan menggunakan kapas menetas menjadi larva dalam waktu 24-36 jam.
agar maserat terbebas dari partikel-partikel dan Pada pengujian LC50 semua larutan
endapan. Penyarian dilakukan sebanyak 3x uji yang telah dibuat dimasukan ke dalam oven
dan setiap penambahan pelarut harus terukur selama 2 jam dengan suhu 60°C, ekstrak
(Djamal, 2010). tersebut dimasukan kedalam oven agar ekstrak
Maserat yang telah dimaserasi terbebas dari etanol. Selanjutnya masing-
selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan masing larutan uji ditambahkan DMSO
rotary evaporator. Rotary evaporator sebanyak 2 tetes dan diaduk, penambahan
digunakan untuk memperoleh ekstrak kental. DMSO bertujuan agar ekstrak dapat larut
Ekstrak kental yang diperoleh dari masing- dengan baik, kemudian dibuat larutan kontrol
masing pengolahan teh daun sirsak adalah sebagai pembanding yang bertujuan untuk
sebanyak 31,43 g untuk teh hijau, 14,60 g teh memastikan bahwa air laut dan DMSO tidak
hitam, 18,28 g teh oolong. memberikan efek toksik pada larva.
Dari hasil perhitungan didapatkan
persentase susut pengeringan daun sirsak Tabel II. Hasil uji aktivitas sitotoksik ekstrak
sebesar 21,7% untuk teh hijau, 14,8% untuk etanol daun sirsak dengan variasi
teh hitam, 10,9% untuk teh oolong. pengolahan teh
Berdasarkan literatur susut pengeringan dari No Ekstrak Teh Nilai LC50
daun teh tidak lebih dari 10% (Anonim, 2011).
Dalam hal ini susut pengeringan sampel masih 1 Teh Hijau 102,32 ppm
diatas 10%, ini menunjukan masih kurangnya 2 Teh Hitam 38,01 ppm
waktu pada proses penyangraian. 3 Teh Oolong 68,09 ppm
Skrining fitokimia bertujuan untuk
pemeriksaan senyawa aktif yang terdapat Dari tabel diatas terlihat bahwa semua
dalam tanaman. Skrining Fitokimia yang ekstrak teh daun sirsak dengan variasi
dilakukan terhadap daun sirsak tua, diketahui pengolahan teh aktif sitotoksik yang
ISSN : 2087-5045 16
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Kesimpulan
Dari pengujian ekstrak teh daun sirsak
dengan konsentrasi 10.000 ppm, 1000 ppm dan
100 ppm memberikan efek sitotoksik dengan
nilai LC50 sebesar 102,32 ppm untuk teh hijau,
38,01 ppm untuk teh hitam dan 68,09 ppm
untuk teh oolong, sehingga teknik pengolahan
teh memiliki pengaruh terhadap aktivitas
sitotoksik.
Saran
Disarankan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan metoda lain
untuk pengujian sitotoksik.
DAFTAR PUSTAKA
ISSN : 2087-5045 17
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan peelitian pembuatan masker peel off mask yang mengandung an untuk
merumuskan peel off mask yang mengandung ekstrak etanol buah naga merah (Hylocereus
costaricensis (F.A.C Weber) Britton & naik) dengan konsentrasi yang bervariasi: 8%, 10%, dan 12%
b/b. Beberapa evaluasi yang dilakukan untuk setiap rumus, yaitu: organoleptik, homogenitas, stabilitas
pada 50C suhu dan suhu kamar, pH, kemampuan untuk menyebar, tes tes iritasi, kemampuan untuk
mengering, kemampuan untuk meregang, dan uji kepuasan panelis terhadap masker. Dari evaluasi,
ditemukan bahwa semua formula memenuhi persyaratan. Hasil analisis statistik menggunakan metode
Kruskal wallis menunjukkan bahwa Formula 3 (F3) paling disukai panelis dinilai dari segi warna,
baud an kelembutan.
Kata Kunci : Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose, Buah Naga Merah, Masker Peel
Off
ABSTRACT
A research had been conducted to formulate a peel off mask containing ethanolic extract of red
dragon fruits (Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose) in varied concentration: 8%,
10%, and 12% w/w. Some evaluations were done to each formula, which were: organoleptic,
homogenetic, stability at temperature 50C and room temperature, pH, ability to spread, test irritation
test, ability to dry, ability to stretch, and test of panelist satisfaction to the mask. From the evaluationts,
it was found that all of the formulas met the requirements required for a peel off mask preparation.
Result of statistical analysis using cruscal wallis method to panelist showed that formula 3 (F3) was
the most satisfying preparation assessed in terms of colour, odor, and mildness.
Keywords : Hylocereus costaricencis (F.A.C Weber) Britton & rose, Red Dragon Fruit, Masker Peel
Off
ISSN : 2087-5045 18
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 19
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 20
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
pada umumnya. Dari segi efek sediaan selain sediaan. Selain itu oleum rosae juga dipilih
dapat memberikan efek yang sesuai dengan zat sebagai pengaroma sesuai dengan sediaan yang
aktif yang terkandung didalamnya, masker berwarna merah seperti bunga mawar.
peel off juga sangat efektif dalam mengangkat Ekstrak buah naga diperoleh dari
sel kulit mati, komedo, minyak berlebih, dan proses maserasi. Metode ini dipilih karena
penyumbatan pada pori-pori (Moris, 1993). prosesnya sederhana, cukup efektif untuk
Masker peel off yang telah dibuat menarik zat yang diinginkan, dan tidak ada
yaitu sebanyak empat formula dengan proses pemanasan, sehingga kerusakan zat-zat
menggunakan komponen basis akibat suhu yang tinggi dapat dihindari. Buah
PVA+Carbomer 940+ HPMC dimana naga dengan perendaman selama 1 hari
penggunaan basis ini berdasarkan hasil menggunakan pelarut etanol 96%. Alasan
orientasi, basis yang polimernya dikombinasi pemilihan etanol 96% sebagai pelarut adalah
menghasilkan sediaan yang ideal. PVA tidak toksik, dapat mencegah pertumbuhan
digunakan sebagai pembentuk gel yang akan bakteri dan jamur, serta karena sampel yang
menghasilkan gel yang dapat membentuk digunakan adalah sampel segar. Maserasi
lapisan film yang tipis, transparan dan elastis sampel dilakukan di tambahakan asam sitrat
sehingga mudah untuk dilepaskan. 3% karena kestabilan antosianin berada dalam
Penambahan HPMC dan carbomer 940 dalam suasana asam. Asam sitrat 3% tidak bersifat
formula bertujuan untuk membentuk gel yang korosif mampu menghasilkan nilai kadar total
lebih ideal sehingga dapat meningkatkan antosianin lebih besar. Hal tersebut sejalan
viskositas dan elastisitas sediaan. Carbomer dengan penelitian (Wirda et al, 2011), bahwa
merupakan basis gel yang pembentukan gelnya asam sitrat 3% adalah jenis pengasam yang
tergantung pada pH (Allen, 2002). Carbomer terbaik dalam ekstraksi antosianin kubis
dikembangkan dalam air bersifat asam. Dalam merah.
keadaan asam, gugus karboksil dari polimer Proses maserasi dilakukan selama 1
carbomer terputus dan terurai sebagian. hari. Maserat kemudian disaring dulu dengan
Sedangkan dalam keadaan basa dengan kain flannel untuk mencegah terbawanya
penambahan TEA dalam formula ini akan pengotor-pengotor seperti serat buah, lalu
meningkatkan pemutusan gugus karboksil diuapkan dengan alat rotary evaporator hingga
menyebabkan gaya tolak menolak antara gugus didapatkan ekstrak kental daging buah naga
karboksil, ikatan hidrogen pada gugus super merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C
karboksil meregang sehingga terjadi Weber) Brittton & Rose). Selanjutnya
peningkatan viskositas (Florence and attwood, dilakukan pemeriksaan ekstrak etanol buah
1998). Penambahan alkohol dapat menurunkan naga super merah yang meliputi pemeriksaan
viskositas dan kejernihan dari carbomer. organoleptis, kelarutan, kandungan air, kadar
Dengan penambahan TEA hal tersebut dapat abu, pH, dan uji fitokimia.
diatasi, dan TEA juga dapat merubah pH gel Dari penelitian yang telah dilakukan
(Allen ,2002). Selain itu pada basis juga evaluasi ekstrak etanol buah naga meliputi
ditambahkan propilenglikol yang berfungsi organoleptis bentuk kental, bau khas, warna
sebagai plastisizer,emolien dan humektan violet tua, rasa asam. pH 3,11 ini memenuhi
memiliki kemampuan untuk menarik air, persyaratan antosianin yang stabil pada pH
sehingga sediaan tetap lembab dan tidak dibawah 3 dan akan berubah warna jika pH
kering, disini propilenglikol juga dapat diatas 4-5 (Markakis, 1982) . Kelarutan
meningkatkan viskositas sediaan, dimana ekstrak buah naga super merah yaitu mudah
diharapkan sediaan menjadi cukup kental agar larut dalam air dan etanol 96%, tidak larut
mudah dioleskan pada kulit wajah. Untuk dalam etil asetat dan kloroform. Kadar abu
memperpanjang umur simpan sediaan dalam ekstrak etanol buah naga super merah 2,24%
basis juga ditambahkan zat pengawet yaitu memenuhi persyaratan ekstrak kental (< 5%),
nipagin. Sebagai pelarut digunakan etanol 70% kandungan air ekstrak etanol buah naga super
dan air suling. Etanol akan memberikan rasa merah 11,92% memenuhi persyaratan ekstrak
dingin ketika masker diaplikasikan pada kulit kental (<15%). Hasil uji fitokimia yaitu
wajah sehingga dapat menimbulkan rasa mengandung flavonoid dan fenolik sesuai
nyaman dan dapat mempercepat proses dengan literatur yang menyatakan kandungan
pengeringan masker. Oleum rosae buah naga super merah terdapat flavonoid dan
ditambahkan untuk menutupi aroma dari fenolik (Cahyono, 2009; Winarno, 1984).
ISSN : 2087-5045 21
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Dalam pembuatan sediaan farmasi F2 = 3,60 – 3,87, pada F3 = 3,51 – 3,85, pada
diperlukan tahapan-tahapan seperti P = 5,09 – 5,14. Disini pH sediaan cenderung
preformulasi, formulasi dan proses evaluasi. asam dan menunjukkan hasil yang tidak sesuai
Preformulasi memerlukan pertimbangan dengan range pH normal kulit yang berkisar
karakteristik fisika, kimia dan biologi dari 4,5-6,5 (Anwar, 2012). Hal ini disebabkan pH
semua bahan obat dan bahan tambahan yang bahan aktif (Ekstrak etanol buah naga super
digunakan dalam membuat produk tersebut merah) adalah asam (pH= 3,11) sehingga
(Ansel, 1989). dengan meningkatnya jumlah ekstrak maka pH
Pemeriksaan terhadap bahan-bahan sediaan lebih rendah.
tambahan juga perlu dilakukan, Pemeriksaan Pengukuran konsistensi dapat
meliputi organoleptis, kelarutan dan bobot dilakukan dengan cara uji daya menyebar,
jenis. Hasil pemeriksaan telah memenuhi prinsipnya ialah menghitung pertambahan luas
persyaratan sesuai dengan Farmakope yang diberikan sediaan setelah diberi beban 1g,
Indonesia Edisi III, Farmakope Indonesia Edisi 2g, dan 5g. Dari hasil pemeriksaan
IV dan Handbook Pharmaceutical Excipients pertambahan luas, terlihat bahwa masker peel
Edisi II. Dengan demikian bahan-bahan yang off dari ekstrak etanol buah naga super merah
akan digunakan sudah dapat dipakai untuk (Hylocereus costaricensis ( F.A.C Weber)
pembuatan masker peel off. Britton & Rose) F3 yang memiliki
Pada evaluasi organoleptis masker pertambahan luas paling besar dibandingkan
peel off dari ekstrak etanol buah naga yang dengan F0,F1,F2 dan pembanding. Hal ini
dilakukan selama 6 minggu didapatkan hasil disebabkan karena setelah penambahan ekstrak
F0 (Bentuk kental, tidak berwarna , bau khas pada basis F3 menghasilkan sediaan yang
mawar); F1 (bentuk setengah padat, warna konsistensinya agak encer, tapi pada saat
merah, bau khas mawar); F2 (bentuk setengah pengolesan tidak meleleh.
padat, warna merah, bau khas mawar); F3 Pemeriksaan uji waktu mengering dari
(setengah padat, warna merah, bau khas masker peel off ekstrak etanol buah naga super
mawar); P (setengah padat, warna merah merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C
muda, bau khas chery). Perbedaan konsistensi Weber) Britton & Rose), menunjukkan
antar formula disebabkan karena konsentrasi formula F0 memiliki waktu mengering yang
ekstrak yang digunakan berbeda dan jenis lebih cepat dibandingkan F1, F2, F3 dan
pengaroma yang digunakan sama sehingga Pembanding. Hal ini dapat disebabkan karena
aromanya sama. Dari hasil evaluasi F0 tanpa penambahan ekstrak sehingga
organoleptis terhadap masker yang meliputi konsistensi masker yang kental. F1 lebih cepat
bentuk, warna dan bau ini menunjukkan bahwa mengering dibandingkan F2 dan F3 karena
sediaan masker tidak mengalami perubahan konsistensi F1 lebih kental dari F2 dan F3. F3
selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena konsistensinya agak encer, karena konsentrasi
kesesuaian antara bahan-bahan dan cara ekstrak yang paling tinggi.
penyimpanan sehingga tidak terjadi interaksi Pada pemeriksaan uji iritasi kulit dari
kimia antara bahan yang dapat menyebabkan sediaan dilakukan dengan uji tempel tertutup
perubahan-perubahan pada sediaan dan terhadap 30 orang panelis. Uji ini dilakukan
menghasilkan suatu sediaan yang stabil pada dengan cara 0,1 gram sediaan dioleskan pada
penyimpanan. lengan atas bagian dalam dengan diameter 2
Pemeriksaan homogenitas masker peel cm selama 24 jam. Hasil menunjukkan tidak
off dari ekstrak etanol buah naga yang telah menyebabkan iritasi dari 30 orang panelis.
dilakukan selama 6 minggu menunjukkan hasil Sehingga bisa disimpulkan bahwa sediaan
sediaan yang homogen. Pemeriksaan dilakukan masih aman untuk digunakan.
dengan cara mengoleskan sediaan sebanyak Pemeriksaan stabilitas terhadap suhu
0,1 gram pada kaca objek. kamar dan suhu dingin menunjukkan bahwa
Evaluasi pH masker peel off dari masker peel off dari ekstrak etanol buah naga
ekstrak etanol buah naga super merah ini stabil selama enam minggu penyimpanan,
(Hylocereus costaricensis (F.A.C Weber) tidak terjadi pemisahan. Hal ini Menunjukkan
Britton & Rose) yang diamati selama 6 bahwa tidak terjadinya penguraian zat aktif
minggu menunjukkan hasil yang berubah- yang digunakan karena perubahan suhu.
rubah setiap minggunya. Nilai pH ini berkisar Hasil uji elastisitas masker peel off dari
antara; F0 = 4,65- 4,87, F1 = 3,73 – 3,83, pada ekstrak etanol buah naga super merah
ISSN : 2087-5045 22
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 23
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 24
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap efek senyawa skopoletin dari buah mengkudu (Morinda
citrifolia,L.) terhadap respon fisiologi makrofag dan persentase jumlah sel leukosit mencit putih
jantan. Senyawa skopoletin diisolasi dari buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) dengan metode
maserasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi sehingga diperoleh senyawa murni. Pengujian terhadap
funsi fisiologi makrofag dilakukan secara in vivo dengan melihat aktifitas dan kapasitas
fagositosis makrofag peritoneal mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan
Staphylococcus aureus. Senyawa skopoletin diberikan peroral selama 7 hari dengan dosis 1, 5 dan 10
mg/ kg bb. Pada hari ke 8 semua hewan diambil darah pada bagian ekor dan ditentukan persentase
jumlah sel leukosit. Selanjutnya semua hewan disuntik secara intraperitonial dengan suspensi
bakteri Staphylococcus aureus dan setelah satu jam di tentukan aktifitas dan kapasitas fagositosis sel
makrofag. Hasil uji menunjukkan skopoletin dengan dosis 1 mg, 5 mg, and 10 mg/ kg bb dapat
meningkatkan persentase sel neutrofil segmen (P<0,05). dan meningkatkan aktifitas dan kapasitas
fagositosis makrofag secara bermakna (P<0,01).
ABSTRACT
Research on the effects of scopoletin compound from noni fruit (Morinda citrifolia, Linn.) to
the physiological response of macrophages and the percentage of male white mice leukocyte cells has
been done. Scopoletin compound was isolated from Noni (Morinda citrifolia Linn.) with maceration
method, followed by fractionation to obtain pure compounds. Tests on the physiological function was
performed in vivo to measure the macrophages activity and phagocytic capacity of peritoneal
macrophages in male albino mice (Mus musculus) induced by Staphylococcus aureus. Scopoletin
compound given orally for 7 days with a dose of 1, 5 and 10 mg/kg. On 8th day, blood of all animals
were taken trough the tail and the percentage of the number of leukocytes was determined.
Furthermore, all animals were injected intraperitoneally with a suspension of Staphylococcus aureus
and after an hour in the specified activity and phagocytic capacity of macrophages were measured.
The test results showed that scopoletin with a dose of 1 mg, 5 mg, and 10 mg/kg could increase the
macrophage activity (P<0.05) and phagocytic capacity (P <0.01) significantly.
ISSN : 2087-5045 25
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Sel ini memiliki dua fungsi utama yaitu sehingga produksi IgE juga dapat ditekan
menghancurkan antigen dan bersama dengan (Kearley, 2005).
major histocompatibility complex (MHC) Buah mengkudu (Morinda citrifolia
kelas II menyajikannya kepada limfosit T, ini Linn.) dilaporkan dapat menginduksi aktivasi
dikenal dengan Antigen Presenting Cell. dari makrofag. Mengkudu dapat menekan
Ini merupakan tahap awal terjadinya pertumbuhan tumor dengan meningkatkan
respon imun selular dan humoral (Kindt, aktifitas sitem imun inang dan mengurangi
2007 ;Kresno, 199; Subowo, 1993). Makrofag aktifitas imunosupresif. Mekanisme
juga memproduksi iterleukin 1 (IL-1) yang diindikasikan oleh terstimulasikannya faktor
mampu merangsang pertumbuhan sel T sistem imun, antara lain TNFα, IL-1β, IL-10,
yang kemudian memproduksi IL-2 yang IL-12 p70 dan INF-γ (Hutomo, Sutarno,
diperlukan untuk proliferasi sel T selanjutnya. Winarno & Kusmardi, 2005).
Selain itu sel T juga memproduksi berbagai Mengkudu merupakan tanaman asli
limfokin yang dapat merangsang sel B, sel Asia Tenggara (Indonesia) dan dapat
stitotoksik (Tc) dan makrofag. Interferon ditemukan di daerah tropis (Djauhariya,
gamma (IFN-γ) merupakan sitokin paling 2003; Nelson, 2006; Waha, 2000). Taaman
berpengaruh mengaktivasi makrofag. ini merupakan sumber obat yang berpotensi
Aktifitas makrofag juga dapat diperkuat oleh dan dipandang sebagai Hawai Magical Plant
mediator repon inflamasi dan komponen karena dipercaya mampu mengobati berbagai
dinding sel bakteri (Kresno, 1991; Kindt, macam penyakit. Permintaan terhadap jus
2007). buahnya tinggi sebagai obat alternatif
Makrofag teraktifkan akan (Handerson & Handcok, 1989; Jayaraman,
memproduksi sejumlah factor penting Manoharan & Illanchezian, 2008; Wang et
untuk respon imun yang masing-masingnya al., 2002). Tanaman ini dilaporkan
mempunyai efek berbeda. Seperti IL-1 mempunyai nilai nutrisi tinggi dan
mengaktifkan limfosit T; IL-1, IL-6 dan beramanfaat bagi kesehatan seperti untuk
tumor necrosis factor alpha (TNF-α) sebagai kanker, infeksi, analgetik, hipertensi, asma,
pemicu demam; TNF-α yang menyokong diabetes, antiinflamasi, dan memperkuat
penghancuran tumor oleh makrofag; dan lain imunitas (Djauhariya, 2003; Muralidharan &
lain (Kindt, 2007). srikanth, 2009; Jayaraman et al., 2008; Yu et
Penyakit Alergi terjadi segera setelah al., 2008; Wang et al., 2002).
tubuh terpapar oleh antigen. Masuknya Komponen utama mengkudu adalah
antigen kedalam tubuh menimbulkan respon skopoletin, alkaloid, antrakuinon (seperti
imun dengan dibentuknya IgE dan nordamnakamtol, rubiadin, morindon),
selanjutnya terikat pada permukaan sel mast karoten, vitamin C, asam linoleat, alizarin,
dan sel basofil (Robinson, 2004, Bellavite, asam oktanoat, vitamin A, asam caprylat,
2006). Peranan makrofag dan sel TCD4 pada asam ursolat, dan rutin (Djauhariya, 2003;
reaksi alergi ini sangat pentin. Sel makrofag Mularidharan & Srikanth, 2009; Wang et al.,
berperan dalam proses pengenalan sedangkan 2002). Skopoletin penting dalam khasiat
sel T CD4 akan berdiferensiasi menjadi sel mengkudu untuk kesehatan dan telah
Th1 untuk pengaturan imunitas seluler dan diketahui dapat menurunkan tekanan darah,
sel Th2 pengaturan pembentukan imunitas dapat membunuh beberapa jenis bakteri,
humoral berupa antibodi, salah satunya antiradang, antialergi (Ding et al., 2009;
IgE. Proses pemaparan antigen dimualai Djauhariya, 2003; Kim et al., 2004; Moon et
dengan ditangkapnya antigen tersebut oleh sel al., 2007; Waha, 2000; Wang et al., 2002).
makrofag. Sel makrofag melalui melekul Senyawa ini disarankan sebagai marker untuk
MHC II, mengenalkan ke limposit T, standarisasi produk dan uji farmakokinetika
khususnya Sel Th2. Sel limposit mengkudu (Issell, Franke & Fielding, 2008;
Th2 menghasilkan IL4, IL5, IL9, IL S., 2007).
10 dan IL13. IL4 mempunyai efek langsung Skopoletin merupakan senyawa
pada sel B yang selanjutnya menghasilkan golongan kumarin sederhana. Senywa
IgE dan IL 5, IL9 dan IL13 secara tidak golongan kumarin memiliki efek
langsung juga mengatur produksi farmakologis yang luas dan dilaporkan
IgE(Karlsson MR2004, Maizels RM2005). memiliki aktifitas imunomodulator yang
Sedangkan IL10 dapat menekan produksi IL mungkin menyokong efek antitumor
ISSN : 2087-5045 26
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 27
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Uji Aktivitas dan Kemampuan Makrofag Preparat dilihat di bawah mikroskop cahaya
Penyiapan Hewan Percobaan dengan perbesaran 1000 kali. Aktivitas dan
Hewan percobaan yang digunakan kapasitas fagositosis sel makrofag dihitung.
adalah mencit putih jantan sebanyak 100 Aktivitas fagositosis ditetapkan berdasarkan
ekor yang berumur 2-3 bulan dengan berat persentase fagosit yang melakukan
badan 20 - 30 gram dan belum pernah fagositosis dari 100 fagosit. Kapasitas
mengalami perlakuan terhadap obat. Sebelum fagositosis ditetapkan berdasarkan jumlah SA
digunakan sebagai hewan percobaan, semua yang diiagosit oleh 50 fagosit aktif (Kusmardi,
mencit diadaptasi terlebih dahulu selama 2006).
kurang lebih satu minggu untuk penyesuaian
lingkungan, mengontrol kesehatan dan berat
badan serta menyeragamkan makanan. HASIL DAN PEMBAHASAN
ISSN : 2087-5045 28
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
keadaan vakum tekanan uap pelarut akan Rfskopoletin= 0,59 ( heksan: etil asetat 3:7)
turun dan pelarut akan mendidih di bawah Keterangan:
titik didihnya, sehingga dapat mengurangi A= ekstrak dikolorometan
resiko kerusakan senyawa dalam sampel. B= skopoletin dari buah mengkudu
Dari hasil pemonitoran penyebaran C= skopoletin pembanding
noda dengan Kromatorafi Lapis Tipis
(KLT), ekstrak memperlihatkan pemisahan Kemudian serbuk tersebut diuji
noda yang baik dengan menggunakan eluen n- spektrum UV-nya, ternyata bentuk
heksan: etil asetat (1:4) dan menunjukkan dua spektrumnya belum persis sama dengan
noda pada lampu UV365 yaitu klorofil (Rf pembanding dan diduga terdapat sedikit
0,85) dan skopoletin (Rf 0,75). Oleh sebab pengotor.
itu pemisahan dilanjutkan dengan Kemudian pemurnian dilanjutkan dengan
kromatografi kolom menggunakan metoda kromatografi kolom dengan fasa diam
isokratik dengan eluen yang tetap yaitu n- sephadex yaitu pemisahan berdasarkan berat
heksan: etil asetat (1:4) molekul. Sampel dilarutkan dalam etanol
Kromatografi kolom ekstrak dan dibantu dengan ultrasonik, kemudian
dikolorometan (10,4 g) dilakukan dengan dilewatkan ke dalam kolom dan dielusi
silika gel 60 (230-400 mesh) sebanyak 200 g dengan etanol.
(20 kali jumlah ekstrak). Suspensi silika gel Sampel yang keluar ditampung ke dalam vial
dibuat dengan pelarut n-heksan: etil asetat dan dimonitor dengan KLT dan penampak
(1:4), kemudian dimasukkan ke dalam kolom noda lampu UV365.
yang bagian bawahnya telah disumbat terlebih Senyawa yang didapat kemudian
dahulu dengan kapas. Sampel dibuat menjadi dikarakterisasi dengan spektrum UV, spectrum
serbuk preabsorbsi dengan menambahkan IR dan titik leleh. Senyawa yang didapat
silika dua kali berat sampel ke dalam larutan memiliki Rf yang sama dengan senyawa
sampel, kemudian pelarut diuapkan in vacuo, pembanding, yaitu 0,775 (gambar 6) dengan
sehingga diperoleh campuran silika gel dan eluen n-heksan:etil asetat (1:4) dan meleleh
sampel berupa serbuk kering. Sampel pada suhu 203-204 oC. Hasil Pemeriksaan
ditaburkan merata di atas silika gel dan dielusi. spektrum UV terhadap senyawa yang didapat
Ekstrak yang keluar ditampung dalam vial dan dengan pembanding memilki bentuk spektrum
dimonitor dengan KLT dan penampak noda yang sama dan memberikan serapan
lampu UV365. Vial yang memiliki satu noda maksimum pada panjang gelombang 344,00
yang sama yaitu fluoresensi ungu kuat pada nm; 295,40 nm; 252,00 nm; 228,20 nm
UV365 digabung dan diuapkan pelarutnya in (gambar 4.2).
vacuo. ) (Gambar 4.1).
ISSN : 2087-5045 29
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
No Panjang gelombang (λ) puncak serapan pada bilangan 1605 cm-1, 1569 cm-1,
1 344,0 nm
2 295,5 nm 1514 cm-1 menunjukkan adanya regangan
3 252,0 nm C=C yaitu pada kisaran 1600 cm-1-1450 cm-1.
4 228,2 nm
Serapan pada bilangan gelombang 1447 cm-
1,1408 cm-1 merupakan daerah pita serapan
Pemeriksaan spektrum IR bertujuan
untuk mengetahui gugus fungsi suatu senyawa C-H pada range 1465 cm-1-1350 cm-1.
organik. Pemeriksaan terhadap spektrum IR
memperlihatkan skopoletin yang diisolasai dari Serapan pada bilangan gelombang 1220 cm-1,
buah mengkudu memiliki spektrum (gambar 1197 cm-1, 1168 cm-1,1144 cm-1, 1112 cm-1
4.3) yang mirip dengan skopoletin
pembanding dengan memiliki serapan yang dan 1023 cm-1 menunjukkan adanya gugus
-1
kuat pada bilangan gelombang 3327 cm-1 C – O oksi aril pada kisaran 1250 cm -
menunjukkan adanya gugus hidroksi dimana -1
1000 cm . Serapan pada bilangan gelombang
gugus hidroksi ini memberikan pita serapan -1 -1 -1 -1
929 cm , 864 cm , 853 cm , 813 cm ,
yang kuat pada daerah 3750-3000 cm-1,
746 cm-1, dan 719 cm-1 merupakan daerah
serapan pada bilangan gelombang 1707 cm-1 pita serapan disubtitusi aren yang menyerap
menunjukkan adanya gugus karbonil yang
pada kisaran 900 cm-1-700 cm-1 (Noerdin,
memiliki daerah serapan kuat di sekitar 1700
1986; Young, 2000).
cm-1 (1900-1650 cm-1), kususnya gugus
keton pada bilangan gelombang 1710 cm-1,
31.0
30
28 3901 1859
3747 2040 456
26
2411
2539
24 2615
2842 488
22 719
985 746
2951
20
3022
2988
18 3056 836 660
3009 1474
633
16
%T 1464
1112 929
14
864
12 1447
10 853
1526 813
1514
8
1220 594
1023
6 1197
1168
1569 1144
4 1266
1394 1281
1707
2
3327 1605 1408
0.0
4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 450.0
cm -1
Gambar 4.3. Spektrum IR skopoletin dari buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.)
ISSN : 2087-5045 30
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 31
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 32
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel IV.3. Jumlah sel leukosit dari darah mencit putih jantan
Neutrofil neutrofil
Dosis Mencit batang segmen Eosinofil Monosit Limfosit
Na CMC 1 30,16 9,52 9,52 19,05 36,51
2 21,33 12 8 18,67 40
3 20,83 8,33 12,5 16,67 41,67
4 36,74 18,37 8,16 16,33 20,41
5 28,4 16,05 6,17 14,81 34,57
27,49 ± 12,85 ± 8,87 ± 17,11 ± 34,63 ±
Rata-rata ± SD 6,63 4,27 2,35 1,75 8,43
1mg/KgBB 1 37,29 6,78 8,47 18,64 28,81
2 27,94 8,82 4,41 17,65 41,18
3 40,68 22,03 1,7 16,95 18,64
4 35,59 13,56 5,08 20,34 25,42
5 33,85 15,38 4,62 13,85 32,31
35,07 ± 13,31 ± 4,86± 17,49 ± 29,27 ±
Rata-rata ± SD 4,72 5,98 2,41 2,40 8,35
5mg/KgBB 1 30 7,5 10 25 27,5
2 12,82 6,41 6,41 20,51 53,85
3 21,31 8,2 4,92 14,75 50,82
4 20,9 5,97 4,48 22,39 46,27
5 30,61 6,12 2,04 18,37 42,86
23,13 ± 6,84 ± 5,57 ± 20,20 ± 44,26 ±
Rata-rata ± SD 7,38 0,97 2,93 3,90 10,27
10mg/KgBB 1 20,2 5,8 1,45 13,04 59,42
2 23,08 3,85 1,92 25 46,15
3 28,85 11,54 9,62 23,08 26,92
4 24,39 17,07 2,44 21,95 34,15
5 35,29 5,88 5,88 21,57 31,37
26,36 ± 8,83 ± 4,26 ± 20,93 ± 39,60 ±
Rata-rata ± SD 5,88 5,43 3,46 4,61 13,17
Jumlah sel limfosit secara umum karbon dalam darah dengan nilai absorban.
meningkat dibanding kontrol (table 4.3), ini Dari kurva baku tersebut diperoleh
sesuai dengan penelitian lain (Maria, 2006) persamaan regresi serapan dan konsentrasi
yang menyatakan skopoletin meningkatkan karbon yaitu y=0,006x -0,022 dengan r=
proliferasi sel T. Namun peningkatan ini tidak 0,997. Hasil tersebut menunjukkan adanya
bermakna secara statistik (tabel 4.3). Pada uji hubungan linier antara konsentrasi karbon
ANOVA satu arah dan dilanjutkan uji dalam darah mencit putih jantan dengan
berjarak Duncan juga tidak terdapat perbedaan nilai absorban. Semakin tinggi konsentrasi
nyata selain antara dosis 1 mg/kgBB dengan karbon dalam darah maka akan semakin tinggi
dosis 5 mg/kgBB. Diduga limfosit yang aktif pula nilai absorban yang diperoleh dan begitu
melepaskan sitokin Macrophage Activating juga sebaliknya.
Factor (MAF) sehingga makrofag menjadi
aktif. Dengan demikian aktifitas dan kapasitas
fagositosis pun meningkat. Nilai absorban KESIMPULAN DAN SARAN
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 650 nm, setelah Kesimpulan
sebelumnya dibuat kurva kalibrasi untuk Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
melihat hubungan linear antara konsentrasi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
ISSN : 2087-5045 33
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 34
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 35
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variasi konsentrasi asam asetat terhadap
kuantitas gelatin yang dihasilkan dari kulit ikan sepat rawa (Trichogaster trichopterus) kering dan
karakteristiknya. Adapun karakterisasi yang dilakukan adalah organoleptis, kekerasan gel, viskositas,
pH, kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak. Data dianalisa menggunakan ANOVA satu
arah dan dilanjutkan dengan Uji Lanjut Berjarak Duncan menggunakan software statistic SPSS 17.0.
Konsentrasi asam asetat yang digunakan yaitu 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v dan 10% v/v. Hasil penelitian
menunjukan variasi konsentrasi asam asetat yang digunakan berpengaruh terhadap kuantitas gelatin
yang dihasilkan. Konsentrasi asam asetat 6% v/v merupakan konsentrasi optimal pada penelitian ini
dimana pada konsentrasi ini dihasilkan gelatin dengan nilai rendemen tertinggi yaitu 5,8279%.
ABSTRACT
This research was done to investigate the influence of concentration variations of acetic acid
solution to the yield of gelatin produced from dry skins of sepat rawa fish (Trichogaster trichopterus)
and their characteristics. Characterization done in this research include: organoleptis, strength,
viscosity, acid degree (pH), level of water, ashes concentration, protein concentration and fat content
of the gelatin. Data obtained was analyzed by using one way Duncan test using software statistic SPSS
completed rose 17.0. Acetic acid concentrations used in this research were 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v
and 10% v/v. Acetic acid 6% v/v was the optimum concentration which yielded by gelatin in highest
amount (5.8279%).
ISSN : 2087-5045 36
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Dari beberapa penelitian yang telah porselen, erlenmeyer, corong pisah, peralatan
dilakukan, nilai rendeman gelatin yang mikro Kjeldahl, alat soxhlet, viskometer
dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor brookfield, Texture Analyzer, refrigerator
diantaranya teknik isolasi, konsentrasi pelarut (kulkas).
yang digunakan dan lamanya waktu
perendaman. Teknik isolasi gelatin meliputi Bahan
variasi asam dan variasi basa. Proses asam Bahan-bahan yang digunakan pada
umumnya lebih dipilih untuk bahan baku yang penelitian ini adalah kulit ikan sepat rawa
berasal dari ikan, karena rendemen yang (Trichogaster trichopterus) kering, larutan
dihasilkan lebih besar. Sumbono (2011) telah asam asetat 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v, dan 10%
melakukan penelitian terhadap ikan kakap v/v, aqua destilata, dan aqua demineralisasi,
merah., diperoleh gelatin dengan nilai petroleum eter, katalis selenium, H2SO4 pekat,
rendemen terbesar menggunakan perlakuan H3BO3 4% v/v, indikator conway (BCG +
asam dibandingkan perlakuan basa. Variasi metil merah), natrium hidroksida 40% , HCl
konsentrasi pelarut yang digunakan akan 0,5N, Na2B4O7 dan gelatin komersial.
memberikan nilai rendemen gelatin yang
berbeda. Fatimah dan Jannah (2008)
melakukan penelitian pembuatan gelatin dari PROSEDUR PENELITIAN
tulang ikan bandeng menggunakan pelarut
asam sitrat dengan berbagai konsentrasi yaitu PEMBUATAN GELATIN
1%, 3%, 5%, 7% dan 9%. Konsentrasi Sampel digunakan dalam penelitian ini
optimum untuk asam sitrat adalah 9%, dimana adalah kulit ikan sepat rawa (Trichogaster
pada konsentrasi tersebut diperoleh gelatin trichopterus) kering yang dibeli di Pasar Raya
dengan rendemen paling besar. Padang. Kulit ikan sepat rawa (Trichogaster
Pada penelitian sebelumnya telah trichopterus) kering dikupas dan dibersihkan
dilakukan pembuatan gelatin dari kulit ikan dari daging dan sisik yang masih menempel.
sepat rawa (Trichogaster trichopterus) kering Kulit ditimbang sebanyak 4 kali dengan berat
menggunakan berbagai variasi larutan asam masing-masing ± 100 g dan diberi kode yang
dengan konsentrasi yang sama yaitu asam berbeda yaitu Kulit I, II, III dan IV. Cuci kulit
asetat 2% v/v, asam klorida 2% v/v dan asam secara terpisah dengan air mengalir. Kulit
fosfat 2% v/v dengan waktu perendaman kemudian direndam dengan air bersuhu 60°-
selama 24 jam. Diperoleh gelatin dengan 70° C selama 1-2 menit, lalu ditiriskan dan
pelarut asam asetat konsentrasi 2% v/v yang dipotong kecil-kecil, cuci kembali dengan air
memberikan nilai rendemen terbesar yaitu mengalir dan ditiriskan. Masing-masing kulit
3,5099% (Yenti, 2015). secara terpisah direndam dalam larutan asam
Dari hasil uraian diatas maka peneliti asetat dengan konsentrasi yang berbeda yaitu
akan melakukan pengolahan kulit ikan sepat asam asetat 1% (kulit I), asam asetat 2% (kulit
rawa (Trichogaster trichopterus) kering II), asam asetat 6% (kulit III) dan asam asetat
menggunakan berbagai konsentrasi larutan 10% (kulit IV). Perendaman dilakukan selama
asam asetat yaitu 1% v/v, 2% v/v, 6% v/v, dan 24 jam dengan perbandingan kulit dengan
10% v/v dengan lama waktu perendaman 24 larutan asam asetat adalah 1 : 2. Masing-
jam untuk mendapatkan gelatin yang masing kulit yang telah direndam lalu dicuci
mempunyai nilai rendemen terbesar. dengan air mengalir hingga pH menjadi netral
(6-7), lalu dibilas dengan aqua demineralisata.
Kulit diekstraksi dalam waterbath pada suhu
METODE PENELITIAN 80°C selama 5 jam dengan perbandingan kulit
dengan air adalah 1 : 2. Larutan gelatin yang
Alat diperoleh difiltrasi dengan kain flanel untuk
Alat-alat yang digunakan pada menghilangkan kotoran sehingga diperoleh
penelitian ini adalah timbangan, panci, gelas filtrat I, II, III dan IV. Masukan filtrat dalam
ukur, labu ukur, beaker glass, waterbath, loyang, kemudian dikeringkan dalam oven
kompor, saringan, pisau, termometer, pipet pada suhu 60°C selama ± 24 jam (sampai
volum, kain flanel, corong, kertas pH indikator diperoleh lembaran gelatin kering). Lembaran
universal, wadah pyrex, oven, desikator, gelatin yang diperoleh dipindahkan dalam
blender, magnetic stirrer, pH meter, cawan wadah kemudian dimasukkan dalam desikator
ISSN : 2087-5045 37
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
sampai uap panasnya hilang. Setelah itu menit dan ditimbang. Ulangi sampai
ditimbang dan dihaluskan dengan blender, beratnya konstan.
sehingga diperoleh serbuk gelatin kering GI, f. Kadar Abu (AOAC, 1995)
GII, GIII dan GIV. Lebih kurang 2 g sampel yang telah
digerus ditimbang seksama. Sampel yang
Rendemen (AOAC, 1995) telah diuapkan airnya dimasukkan ke
Rendemen diperoleh dari perbandingan berat dalam tanur bersuhu 600°C. Sebelumnya
kering gelatin yang dihasilkan dengan berat berat cawan kering dan berat sampel telah
kulit ikan kering yang diekstrak. diketahui. Proses pengabuan dilakukan
sampai semua bahan berubah warna
menjadi abu-abu, kemudian ditimbang.
g. Kadar Protein (BSN, 2006)
Timbang seksama 1 gram sampel dan
masukkan ke dalam labu Kjeldahl.
Analisis Karakteristik Gelatin Tambahkan katalis (1 gram selenium) dan
a. Pemeriksaan organoleptis 15 ml H2SO4 pekat (95-97%) secara
Pemeriksaan organoleptis meliputi perlahan-lahan dan diamkan selama 2 jam
pengamatan bentuk, warna, bau dan rasa dalam ruang asam. Destruksi pada suhu
dari gelatin yang dihasilkan. 410°C selama ± 2 jam atau sampai larutan
b. Kekuatan Gel (British Standard 757, jernih. Diamkan hingga mencapai suhu
1975) kamar dan tambahkan 50 ml aquadest.
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) Siapkan erlenmeyer berisi 25 ml larutan
dilarutkan dalam aquadest. Larutan H3BO3 4% yang mengandung indikator
diaduk menggunakan magnetic stirrer conway sebagai penampung destilat.
sampai homogen, dipanaskan suhu 60°C Pasang labu yang berisi hasil destruksi
selama 15 menit. Tuang larutan dalam pada rangkaian alat destilasi uap.
beaker glass 100 ml, tutup dan diamkan Tambahkan 50 ml larutan natrium
selama 2 menit. Inkubasikan pada suhu hidroksida-thiosulfat. Lakukan destilasi
10°C selama 17 ± 2 jam. Selanjutnya dan tampung dalam erlenmeyer yang telah
diukur menggunakan alat digital force disiapkan tadi hingga volume mencapai
gauge. minimal 75 ml. Titrasi hasil destilat
c. Viskositas (British Standard 757, 1975) dengan HCl 0,5N yang sudah dibakukan
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) sampai warna berubah dari hijau menjadi
dilarutkan dalam aquadest, kemudian pink muda.
diukur viskositasnya menggunakan alat h. Kadar Lemak (Apriyantono dkk, 1989)
viskometer stormer pada suhu 60°C. Nilai Sebanyak 2 gram sampel dibungkus
viskositas dinyatakan dalam satuan dalam kertas saring dan dimasukkan ke
centipoise (cP). dalam labu soxhlet (labu sebelumnya
d. Derajat Keasaman (pH) (British Standard dikeringkan dalam oven, dimasukkan ke
757, 1975) dalam desikator lalu ditimbang).
Gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) Dimasukkan pelarut petroleum eter
dilarutkan dalam aquadest. Larutan kemudian dilakukan refluks selama 6 jam.
sampel dipanaskan pada suhu 70°C dan Evaporasi campuran lemak dan pelarut
dihomogenkan dengan magnetic stirrer, sampai kering. Lalu labu tersebut
kemudian diukur derajat keasamannya dipanaskan dalam oven dengan suhu
pada suhu kamar dengan pH meter. 105°C untuk menguapkan pelarut yang
e. Kadar Air (AOAC, 1995) masih tersisa. Setelah itu didinginkan
Cawan porselen dikeringkan pada suhu dalam desikator dan ditimbang.
105°C selama 1 jam, kemudian
didinginkan dalam desikator selama 30
menit dan ditimbang. Sampel ditimbang
sebanyak 2 gram. Cawan yang telah berisi Keterangan :
sampel dimasukkan dalam oven bersuhu A = berat labu kosong
105°C selama 1 jam, kemudian B = berat sampel
didinginkan dalam desikator selama 30 C = berat labu + lemak hasil ekstraksi
ISSN : 2087-5045 38
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 39
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
untuk memutus ikatan hydrogen dan ikatan amino yang panjang akan menghasilkan
silang pada struktur tropokolagen sehingga kekuatan gel yang besar pula. Pada kondisi pH
tidak semua kolagen yang terekstraksi menjadi yang sesuai akan terjadi hidrolisa yang optimal
gelatin. Sedangkan pada GIV rendahnya dari kolagen menjadi gelatin. Semakin banyak
rendemen gelatin yang dihasilkan kolagen yang terhidrolisa, maka susunan asam
kemungkinan akibat konsentrasi asam yang amino menjadi semakin rapat dan semakin
tinggi menyebabkan terjadinya hidrolisis panjang, sehingga daya serap air menjadi
lanjutan sehingga sebagian gelatin turut semakin kuat dan kekuatan gel yang dihasilkan
terdegradasi. Konversi kolagen menjadi gelatin juga lebih tinggi.
dipengaruhi oleh suhu, waktu pemanasan dan Viskositas merupakan salah satu sifat
pH (Courts, 1977). fisik gelatin yang cukup penting. Viskositas
Pada pemeriksaan organoleptis gelatin adalah daya aliran molekul dalam suatu
GI, GII, GIII, GIV dan GV mempunyai bentuk larutan. Pengujian viskositas dilakukan untuk
serbuk dan tidak berasa. Dari segi warna GI, mengetahui tingkat kekentalan gelatin sebagai
GII, GIII dan GIV berwarna kuning larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu.
kecoklatan, sedangkan GV berwarna kuning Viskositas gelatin biasanya diukur pada suhu
coklat lemah. Dari segi bau GI, GII, GIII dan 60oC dengan konsentrasi 6,67% (b/b) (Leiner,
GIV mempunyai bau khas, sedangkan GV 2006).
tidak berbau. Adanya perbedaan warna dan Dari hasil penelitian diperoleh nilai
bau dari GI, GII, GIII, GIV dengan GV, hal ini rataan viskositas larutan gelatin berkisar antara
mungkin saja disebabkan bahan baku yang 5,33 cP s/d 7,00 cP, dimana viskositas tertinggi
digunakan untuk pembuatan gelatin berbeda, dihasilkan oleh GIII sedangkan viskositas
dimana GV umumnya dibuat dari kulit dan terendah dihasilkan oleh GIV. Viskositas GIII
tulang sapi. hampir mendekati viskositas GV yaitu 7,33 cP,
Kekuatan gel gelatin didefinisikan tapi viskositas masingmasing konsentrasi
sebagai besarnya kekuatan yang diperlukan masih memenuhi standar yaitu 1,5-7 cP.
oleh probe untuk menekan gel sedalam empat Viskositas terutama tergantung pada tingkat
mm sampai gel pecah. Satuan untuk hidrodinamik antara molekul-molekul gelatin
menunjukkan kekuatan suatu gel yang itu sendiri. Disamping itu juga, viskositas
dihasilkan dari suatu konsentrasi tertentu tergantung pada temperatur (di atas 40°C
disebut bloom (Lachman, 1994). Pada viskositas menurun secara eksponensial
penelitian ini alat yang digunakan untuk dengan naiknya suhu), pH (viskositas terendah
pemeriksaan kekuatan gel adalah Texture pada titik isoelektrik) dan konsentrasi dari
Analyzer CT3 dengan menggunakan probe larutan gelatin (Ward dan Courts, 1977).
standar no 3F. Hasil uji kekuatan gel gelatin Menurut Glicksman (1969), residu
memperlihatkan kekuatan gel rataan gelatin mineral yang tertinggal dalam gelatin dapat
yaitu GI= 22,50 gram bloom; GII= 30,00 gram mempengaruhi karakteristik gelatin tersebut.
bloom; GIII= 31,50 gram bloom; GIV= 32,33 Aldehyde yang mempertahankan ikatan silang
gram bloom dan GV=69,33 gram bloom. Dari (cross-link) dalam molekul gelatin akan
keempat jenis gelatin yang dihasilkan kekuatan membentuk polyaldehyde dengan residu
gel tertinggi diperoleh dari rataan nilai GIV mineral tersebut, sehingga menurunkan
yaitu 32,33 gram bloom, tapi lebih rendah dari kelarutan dalam air dan meningkatkan
kekuatan gel GV yaitu 69,33 gram bloom. Hal viskositasnya. Disamping residu mineral, pH
ini mungkin saja disebabkan oleh bahan baku juga mempengaruhi viskositas gelatin yang
yang berbeda dimana GV berasal dari gelatin dihasilkan. Peningkatan nilai pH gelatin
sapi. Gelatin yang berasal dari mamalia berhubungan dengan meningkatnya residu
memiliki kekuatan gel yang lebih tinggi mineral gelatin, khususnya residu mineral
dibandingkan bahan baku yang berasal dari kalsium. Nilai pH yang meningkat tersebut
ikan. Menurut Chamidah dan Elita (2002), menyebabkan konsentrasi larutan gelatin
bahwa kekuatan gel yang dihasilkan meningkat, sehingga viskositas yang
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan, dihasilkan semakin besar.
jenis perlakuan awal (perendaman) dan kondisi Parameter lain yang ditetapkan dalam
ekstraksi. Ditambahkan oleh Astawan dan penentuan standar mutu gelatin adalah pH atau
Aviana (2002), kekuatan gel berkaitan dengan derajat keasamannya. Pengukuran nilai pH
panjang rantai asam amino dimana rantai asam larutan gelatin penting dilakukan, karena pH
ISSN : 2087-5045 40
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 41
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 42
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 43
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap aktivitas antibakteri dari minyak atsiri Zingiber officinale
var rubrum pada beberapa bakteri penyebab jerawat. Minyak atsiri diperoleh dengan metode
penyulingan dan diperoleh minyak atsiri dengan rendemen sebesar 0,182 %. Uji aktivitas antibakteri
minyak atsiri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap Propionibacterium acne, Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Staphylococcus epidermidis dalam beberapa
konsentrasi termasuk 5%, 10%, 15% dan 20%. Konsentrasi tertinggi (20%) memberikan diameter
zona bening terbesar yaitu 20,1 mm terhadap Staphylococcus epidermidis; 19,3mm terhadap
Propionibacterium acne; 18,4mm terhadap Pseudomonas aeruginosa dan 13,8 mm terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923.
Kata kunci : Minyak atsiri, Zingiber officinale, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Propionibacterium acne, Pseudomonas aeruginosa
ABSTRACT
A research to investigate antibacterial activities of the essential oil of Zingiber officinale var.
Rubrum toward acne bacterials has been done. This study was aimed to compare antibacterial
activities of the essential oil toward the growth of some bacteria contributing in acne formation. The
separation of the essential oil was done by using destilation process method. From the separation,
rendement of essential oil in Zingiber officinale var. Rubrum was 0.182% (v/b). Test of antibacterial
activities of the essential oil was conducted using the agar diffusion method toward Propionibacterium
acne, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Staphylococcus epidermidis
in some concentrations including 5%, 10%, 15% and 20%. As result, higest concentration of the
esssential oil (20%) resulted in biggest activities of Zingiber officinale var. Rubrum toward the
bacterial growth marked by diameter of clear zone in the growth medium. The average of diameter of
clear zone resulted from 20% essential oil was 20.1mm in Staphylococcus epidermidis; 19.3mm in
Propionibacterium acne; 18.4mm in Pseudomonas aeruginosa and 13.8mm in Staphylococcus aureus
ATCC 25923.
ISSN : 2087-5045 44
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 45
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 46
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
dalam minyak atsiri rimpang jahe emprit dan membran sel dan merusak serta mengacaukan
Jahe merah. permeabilitas dinding sel mikroba, sehingga
Dari 25 komponen kimia tersebut, 10 suplai nutrisi, ion dan air mengalami gangguan
komponen senyawa kimia terbesar dalam yang mengakibatkan bakteri tidak mampu
kandungan minyak atsiri rimpang jahe merah melakukan metabolisme dengan sempurna dan
tersebut adalah : terjadilah kematian sel bakteri. Geraniol
merupakan senyawa monoterpen dalam bentuk
Tabel I. 10 komponen senyawa kimia terbesar alkohol. Alkohol yang terdapat dalam minyak
minyak atsiri rimpang jahe merah atsiri jahe dapat membunuh bakteri. Cara kerja
alkohol dalam membunuh mikroorganisme
Jahe Merah yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel.
No
Komponen Kimia %
1 E- Citral 32,16 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Minyak
2 Z- Citral 18,67 Atsiri Rimpang Jahe Merah.
3 Camphene 9,46
4 6,6-dimetil 2-vinildene 5,27 Bakteri yang digunakan sebagai
bicycloheptan bakteri uji adalah bakteri-bakteri penyebab
infeksi jerawat, yaitu Propionibacterium
5 Zingiberene 4,86
acnes, Pseudomonas aeruginosa,
6 β- sesquiphellandrene 4,64 Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus
7 Trans Geraniol 4,28 epidermidis.
8 1,8- Cineole 3,59 Konsentrasi minyak atsiri yang
9 Β-Bisabolene 2,97 digunakan dalam penelitian ini adalah 5%,
10%, 15% dan 20%. Bakteri uji dibuat dalam
Komponen utama pada minyak atsiri suspensi mikroba uji dan diukur
rimpang jahe merah adalah senyawa E-Citral Transmitannya 25 % pada λ 580 nm. Media
sebesar 32,16 %, kemudian Z-citral sebesar nutrien agar disterilisasi dan dibuat agar
18,67 % kemudian senyawa camphene sebesar inokulum. Masing-masing konsentrasi minyak
9,46%. diduga senyawa Citral yang merupakan atsiri diujikan kemasing-masing bakteri uji
komponen utama dan senyawa geraniol dengan metode difusi agar. Pencadang yang
memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Citral digunakan adalah cakram steril. Minyak atsiri
merupakan kelompok senyawa terpen yang rimpang jahe dicelupkan dalam minyak atsiri
terdiri campuran isomer bioaktif nerol dan kemudian diletakkan dalam agar inokulun,
geraniol serta merupakan komponen penyusun dinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 350C.
minyak atsiri jahe dalam bentuk aldehid. Diameter daya hambat diukur dengan jangka
Senyawa tersebut memiliki sifat bakterisid sorong.
terhadap beberapa spesies bakteri, senyawa
citral mampu menganggu permeabilitas
Tabel II. Rata-rata Diameter Hambat Minyak Atsiri Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) terhadap bakteri uji
Diamater Jahe Merah (mm) Rata-rata
Bak teri Uji ( C)
1 2 3 (mm)±SD
K (+) 23,4 23,3 23,3 23,3±0,07
K (-) 0 0 0 0±0
20% 19,1 19,3 19,4 19,3±0,15
P. Acne
15% 16,4 16,6 16,4 16,5±0,12
10% 14,1 14,1 14,4 14,2±0,17
5% 11,8 12,4 12,2 12,1±0,31
K (+) 21,7 21,6 21,6 21,6±0,07
K (-) 0 0 0 0±0
20% 18,5 18,6 18,1 18,4±0,26
P. Aeruginosa
15% 16,4 15,8 16,0 16,1±0,31
10% 14,7 14,8 15,1 14,9±0,21
5% 12.1 11,7 12,3 12.0±0,31
ISSN : 2087-5045 47
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
KESIMPULAN
ISSN : 2087-5045 48
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
DAFTAR PUSTAKA
ISSN : 2087-5045 49
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Tumbuhan bandotan (Ageratum conyzoides (L.) L.) secara umum digunakan dalam
pengobatan inflamasi, analgesik, luka, stimulan dan tonik. Pada penelitian ini telah dilakukan uji
efektivitas sediaan krim ekstrak etanol daun bandotan dalam penyembuhan luka pada mencit
hiperglikemia yang diinduksi dengan streptozocin. Pada pengujian ini terbagi atas lima kelompok
yaitu Kelompok I (tanpa diinduksi, diberikan basis krim a/m), kelompok II (diinduksi, diberikan basis
krim a/m), kelompok III (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 3%),
kelompok IV (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5%) dan
kelompok V (diinduksi, diberikan krim a/m ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 7%), juga
terbagi atas 3 subkelompok berdasarkan waktu dekapitasi pada hari ke-7, 14 dan 21. Parameter yang
diamati adalah persentase penyembuhan luka dan skor kerapatan serabut kolagen. Hasil dianalisis
dengan cara ANOVA Dua Arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol daun
bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% dapat mempengaruhi penyembuhan luka pada mencit
hiperglikemia. Dimana persentase penyembuhan luka konsentrasi 3%, 5% dan 7% berbeda secara
bermakna (P<0,05) dengan kontrol positif, dan skor kerapatan serabut kolagen juga berbeda secara
bermakna (p<0,05) dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Namun hasil terbaik adalah pada
konsentrasi 5% yaitu mempunyai persentase penyembuhan luka hiperglikemia sebesar 98,5% pada
hari ke-21 dan mendapat skor 3 kerapatan serabut kolagen yang telah terbentuk pada hari ke-14.
ABSTRACT
Bandotan plants (Ageratum conyzoides (L.) L.) commonly used as agent in the treatment of
inflammatory, wound, and also used used as analgesic, stimulant and tonic. In this study we carried
out a test of the effectiveness of the cream (w/o) of ethanolic extract of bandotan leaves in wound
healing in streptozocin-induced hyperglycemia mice. Animals were divided into five groups: Group I
(without induced, given cream base w/o), group II (induced, given cream base w/o), group III
(induced, given cream containing 3% extract), group IV (induced, given cream containing 5% extract)
and group V (induced, given cream containing 7% extract). Animals also divided into three subgroups
based on time of decapitation on 7th, 14th and 21th days. The parameters observed were the percentage
of wound healing and collagen fibers density scores. Results were analyzed by Two-Way ANOVA.
The results showed that the cream in concentration of 3%, 5% and 7% could affect wound healing in
hyperglycemia mice. The percentage of wound healing of the cream in concentration of 3%, 5% and
7% were significantly different (p<0,05) with positive control, and density scores of collagen fibers
was also significantly different (p<0,05) from the positive control and negative control. However, the
best results was obtained from cream containing 5% extract which perrcentage of wound healing
reached 98.5% on 21th day and got a score of 3 for density of collagen fibers that had been formed on
the 14th day.
Keywords : Ageratum conyzoides (L.) L., Cream w/o, Hyperglycemia, Wound healing, Streptozocin
ISSN : 2087-5045 50
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 51
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
2N, H2SO4(p), HCl(p), kloroform amoniak diperlukan dengan dilebihkan 10%. Bahan
0,05 N, aquadest, mencit putih jantan, yang terdapat dalam formula dipisahkan
makanan standar mencit, glukosa, streptozocin, menjadi 2 bagian yaitu fase minyak dan fase
buffer sitrat 0,1 M, krim perontok bulu ( air. fasa minyak (asam stearat, cera alba,
veet®), Na. CMC 0,5%, formalin 10 %, paraffin liquidum, nipasol) dipindahkan
entellen, paraffin , pewarna HE, xylol, ekstrak kedalam cawan penguap, tutup dengan kaca
daun bandotan, cetaceum, cera alba, boraks, arloji, panaskan pada suhu 70oC selama 1 jam.
paraffin liquidum, nipagin, nipasol. Fasa air (nipagin, boraks, dan aquadest)
dimasukkan kedalam botol penutup dan
Pengolahan Sampel disterilkan dengan SWD selama 30 menit. Fasa
Sampel yang digunakan dalam minyak dipindahkan kedalam lumpang panas
penelitian ini adalah daun bandotan yang steril dan tambahkan fasa air, lalu gerus
diambil di daerah Baypass KM 17 Padang, sampai dingin sampai terbentuk masa basis
Sumatra Barat. Sampel yang digunakan adalah krim a/m yang homogen.
1 Kg. Sampel dibersihkan dan di kering
anginkan, lalu diserbukkan dan selanjutnya Tabel I. Formula basis krim
dimaserasi dengan alkohol 70% selama lima Nama Bahan F0
hari. Maserat disaring lalu dilakukan sampai Asam stearat 12,5 g
ekstraksi sempurna, kemudian dipekatkan Cera Alba 12 g
dengan rotary evaporator hingga diperoleh Boraks 0,5 g
ekstrak kental sebanyak 78,89 gram (Voight, Paraffin Liquidum 50 g
1995). Nipagin 0,1 g
Nipasol 0,05 g
Pemeriksaan Pendahuluan Ekstrak Etanol Aquadest ad 100 g
Daun Bandotan
Identifikasi ekstrak etanol daun Pembuatan Krim sesuai dengan tabel
bandotan meliputi organoleptis, penentuan II, masukkan ekstrak etanol daun bandotan
susut pengeringan, penetapan kadar abu, dan kedalam lumpang panas, tambahkan basis krim
pemeriksaan kandungan kimia. a/m yang telah terbentuk sedikit demi sedikit
kemudian digerus hingga homogen. Keluarkan
Pembuatan Sediaan Krim dari lumpang, lalu sediaan dimasukkan dalam
Pembuatan basis krim dilakukan tube krim.
sesuai dengan komposisi formula yang tertera
pada tabel I. Timbang semua bahan yang
ISSN : 2087-5045 52
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
sebanyak 50mg. Kelompok III kelompok - (++) atau 2 : serabut kolagen menyebar
mencit hiperglikemia) yang telah dilukai diberi sedang dan tampak
sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun penyatuan
bandotan konsentrasi 3% sebanyak 50mg. - (+++) atau 3 : serabut kolagen menyebar
Kelompok IV kelompok mencit hiperglikemia banyak dan terikat
yang telah dilukai diberi sediaan uji krim a/m sempurna
ekstrak etanol daun bandotan konsentrasi 5%
sebanyak 50mg. Kelompok V kelompok Analisis Data
mencit hiperglikemia yang telah dilukai diberi Data kelompok perlakuan yang
sediaan uji krim a/m ekstrak etanol daun diperoleh diolah secara statistik dengan analisa
bandotan konsentrasi 7% sebanyak 50mg. variasi dua arah (ANOVA) dengan program
SPSS 17.
Pembuatan Hiperglikemia Pada Mencit Put
ih Jantan yang Diinduksi Streptozocin
Semua kelompok mencit dipuasakan HASIL DAN DISKUSI
selama 16 jam diukur kadar glukosa darah
awal, kemudian kelompok II, III, IV dan V Hasil dari 1 Kg sampel segar daun
diinduksi dengan streptozocin 50 mg/kgBB bandotan didapat sampel kering seberat 300
secara intraperitonial (i.p) menggunakan buffer gram yang dimaserasi dengan etanol 70%
sitrat 0,1 M pH 4,5 (Devi , 2012). Pengukuran didapatkan ekstrak kental sebanyak 78,89
kadar glukosa darah dilakukan pada hari ke-2- gram dengan rendemen 26,29 %. Kemudian
4 pasca induksi dengan menggunakan alat dilanjutkan dengan pengujian kadar abu dan
NESCO®. Diagnosa DM dapat ditegakkan susut pengeringan yang hasilnya berturut-turut
apabila dalam 2-4 hari post induksi adalah 7,7% dan 11,47%. Hasil pemeriksaan
Streptozocin kadar glukosa darah puasa dalam pendahuluan dari kandungan kimia
plasma ≥ 126 mg/dL. menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun
bandotan memiliki kandungan flavonoid,
Pembuatan Luka fenolik, saponin dan alkaloid.
Luka dibuat pada hari ke-3 setelah Sediaan krim dipilih karena
diinduksi streptozocin. Cara pembuatan luka mempunyai keuntungan yaitu bentuknya
menurut metoda morton (Morton, 1972). menarik, sederhana dalam pembuatannya,
Caranya: Bulu pada salah satu bagian mudah dalam penggunaan, daya menyerap
punggung mencit dirontokkan, kemudian yang baik dan memberikan rasa dingin pada
mencit dianastesi dengan menggunakan eter, kulit (Depkes RI, 1995). Sediaan krim ini
setelah itu dilakukan tindakan antiseptik dibuat dalam tipe a/m dengan basis yang
dengan mengoleskan alkohol 70% pada daerah dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya
punggung yang dirontokkan bulunya, dimana krim tipe a/m dengan ekstrak etanol
kemudian dibuat luka sayatan berbentuk daun bandotan dapat memberikan aktivitas
lingkaran dengan diameter ± 1,5 cm. pembentukan serabut kolagen pada proses
penyembuhan luka biasa (Afrianti, 2014).
Pengujian Histologis Pemeriksaan organoleptis yang
Cara pembuatan preparat histology: dilakukan adalah pemeriksaan bentuk, warna
sampel dari jaringan luka diambil 0,3cm dari dan bau. Krim ekstrak etanol daun bandotan
tepi luka awal. Jaringan ini direndam dengan memiliki bentuk setengah padat, warna hijau
formalin 10% kemudian diambil irisan kehitaman dan bau khas bandotan. Tidak
vertikalnya dan diwarnai denga hematoxylin menunjukkan adanya perubahan organoleptis
dan eosin. Sediaan histologi ini diamati selama 6 minggu.
dibawah mikroskop dan dibuat skor dengan Pemeriksaan homogenitas dilakukan
kriteria: dengan cara mengoleskan sediaan secara
- (-) atau 0 : tidak tampak serabut merata dan tipis pada kaca transparan. Selama
kolagen 6 minggu masing-masing formula
- (+) atau 1 : serabut kolagen menyebar menunjukkan susunan yang tetap homogen
sangat tipis atau sedikit dimana tidak terdapat butiran-butiran kasar
pada kaca transparan.
ISSN : 2087-5045 53
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Pemeriksaan tipe krim selama 6 kemudian ditutup dengan kain kassa. Setelah
minggu pada masing-masing formula 24 jam diamati gejala yang timbul pada kulit.
dilakukan dengan menggunakan metilen blue Hasil pemeriksaan tidak adanya iritasi yang
dan penyebaran warnanya dilihat dibawah timbul setelah pemakaian masing-masing
mikroskop dimana akan terlihat zat warna formula. Yang artinya semua sediaan tidak
yang tidak merata pada mikroskop. Hasil menimbulkan iritasi pada berbagai kulit yang
tersebut menunjukkan bahwa tipe sediaan berbeda, sehingga bisa digunakan untuk semua
masing-masing formula adalah air dalam jenis kulit.
minyak, karena metilen blue merupakan suatu Pemeriksaan distribusi partikel yang
zat yang larut dalam air dengan warna biru dan telah dilakukan didapatkan hasil perhitungan
tidak larut dalam minyak. yang menunjukkan bahwa diameter panjang
Pemeriksaan pH masing-masing formula krim ekstrak etanol daun bandotan
formula dilakukan selama 6 minggu konsentrasi 3% adalah 21µ m, konsentrasi 5%
menggunakan alat pHmeter inolab. Hasil adalah 21,13 µm dan konsentrasi 7% adalah
pemeriksaan pH tiap minggu selama 6 minggu 18,4 µm. Masing-masing hasil ini
menunjukkan hasil pH basis krim berkisar menunjukkan bahwa semua sediaan krim a/m
antara 5,13-6,03, Formula krim ekstrak etanol yang dibuat memenuhi syarat ukuran partikel
daun bandotan 3% berkisar antara 5,02-5,63, yang stabil secara fisik yaitu antara 1 – 50 µm.
Formula krim ekstrak etanol daun bandotan Penginduksi yang digunakan pada
5% berkisar antara 5,98-6,21 dan Formula penelitian ini adalah streptozocin (STZ)
krim ekstrak etanol daun bandotan 7% berkisar dengan dosis 50 mg/kg BB mencit secara ip
antara 5,10-5,51. Dari hasil tersebut pH dan diberi minum glukosa 10% untuk
masing-masing formula tersebut masih dalam mempertahankan kadar glukosa agar tetap
kisaran pH yang dapat diterima oleh kulit yaitu tinggi dalam darah saat penginduksian.
berkisar antara 4,5 – 6,5. Pada penelitian ini mencit digunakan
Pemeriksaan daya tercuci masing- sebanyak 45 ekor yang dibagi menjadi 5
masing formula dilakukan menggunakan air kelompok, tiap kelompok terdiri dari 9 ekor
suling dan air sabun. Hasil pemeriksaan dan dibagi lagi menjadi 3 subkelompok waktu
menunjukkan bahwa masing-masing formula dekapitasi, yaitu hari ke-7, hari ke-14 dan hari
dapat tercuci dengan 50 mL air dan basis krim ke-21.
dapat tercuci dengan 40 mL air sabun, Mencit yang telah dikatakan
sedangkan krim ekstrak etanol daun bandotan hiperglikemia dilukai pada bagian
pada masing-masing konsentrasi sama-sama punggungnya menggunakan pisau bedah
dapat tercuci pada volume 35mL air sabun dengan diameter ± 1,5cm yang berbentuk
yang artinya uji daya tercuci menggunakan air lingkaran. Sebelumnya mencit telah dicukur
sabun lebih baik dibandingkan menggunakan bulunya dan dioleskan alkohol 70% untuk
air biasa karena dapat membantu mempercepat mengurangi rasa sakit dan pendarahan.
daya cucinya. Kemudian pada masing-masing kelompok
Pemeriksaan stabilitas krim hewan uji yang telah dilukai langsung
dilakukan pada suhu 5oC dan suhu ruangan diberikan perlakuan sesuai dengan
selama 6 minggu. Hasil pemeriksaan kelompoknya dengan frekuensi 2 x sehari dan
menunjukkan bahwa krim a/m ekstrak etanol selanjutnya ditutup dengan kasa dan plseter
daun bandotan pada konsentrasi 3%, 5% dan untuk meminimalisir terjadinya kontaminan.
7% tidak memisah sampai minggu ke 6 dengan Lakukan pengukuran diameter luka awal
konsistensi yang lebih padat pada suhu 5oC. setelah dilukai, dan terutama pada hari ke-7,
Hal ini perlu dilakukan untuk melihat hari ke-14 dan hari ke-21, dan hitung
kestabilan krim pada waktu penyimpanan. persentase diameter penyembuhan lukanya.
Yang artinya pada semua sediaan basis krim Kemudian sampel dari jaringan luka di ambil
a/m dan krim a/m berbagai konsentrasi stabil 0,3 cm dari arah tepi luka dan di buat sediaan
terhadap waktu penyimpanannya. histologis dengan metode pewarnaan
Pemeriksaan uji iritasi kulit menggunakan Hematoksilin-Eosin (HE) untuk
dilakukan pada daerah pangkal lengan bagian pengamatan kerapatan serabut kolagennya
dalam pada 5 orang panelis dengan cara uji (Subowo, 2009). Perlakuan ini dilakukan pada
tempel tutup. Sediaan uji sebanyak 0,1 gram setiap kelompok dengan waktu dekapitasi pada
dioleskan pada lengan dalam bagian atas, hari ke-7, ke-14, dan ke-21.
ISSN : 2087-5045 54
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Rata-rata persentase penyembuhan luka (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%),
hiperglikemia pada hari ke-7 kelompok I kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V
(kontrol negatif), kelompok II (kontrol positif), (Kons. 7%) berturut-turut adalah 97 %, 90,5
kelompok III (kons. 3%), kelompok IV %, 93,8 %, 94,3 % dan 93,1%. Pada hari ke-21
(kons.5%), dan kelompok V (Kons. 7%) kelompok I (kontrol negatif), kelompok II
berturut-turut adalah 69,4 %, 23,9 %, 63,4 %, (kontrol positif), kelompok III (kons. 3%),
69,1 % dan 39,9 %. Terlihat bahwa kontrol kelompok IV (kons.5%), dan kelompok V
negatif memiliki persentase penyembuhan luka (Kons. 7%) berturut-turut adalah 98,2 %, 94,4
yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol %, 96,7 %, 98,5 % dan 97,5 %, seperti yang
positif, krim a/m ekstrak etanol daun bandotan terlihat pada tabel III.
konsentrasi 3%, 5% dan 7%. Pada hari ke-14
kelompok I (kontrol negatif), kelompok II
Tabel III. Hasil Rata-rata Persentase Penyembuhan Luka dan Kerapatan Serabut Kolagen.
Sub Kelompok / Pengukuran Hari Ke-
7 14 21
Kelompok
% % %
Skor Skor Skor
penyembuhan penyembuhan penyembuhan
I (Kontrol Negatif)
69,4 1 97 2 98,2 3
ISSN : 2087-5045 55
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
terutama stratum korneumnya belum menyatu hampir sempurna. Hari ke-14 adalah skor
secara sempurna. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
2,3yaitu serabut kolagennya menyebar sedang dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah
dan mulai tampak penyatuan, jaringan yang sudah merata, dan polikel rambut yang
epidermis yang sempurna, dan adanya sudah tampak banyak. Hari ke-21 adalah skor
tumpukan-tumpak sel rambut yang mulai 3yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
tampak, dapat dilihat pada Gambar 1. dan terikat sempurna, pembuluh darah yang
Skor kerapatan serabut kolagen pada sudah merata, dan polikel rambut yang sudah
kelompok III (konsentrasi 3%) hari ke-7 banyak dan memanjang hampir keluar, dapat
adalah skor 1,7 yaitu serabut kolagennya dilihat pada Gambar 1.
menyebar sedang dan mulai tampak Skor kerapatan serabut kolagen pada kelompok
penyatuan, tetapi jaringan epidermis masih V (konsentrasi 7%) hari ke-7 adalah skor 1,3
belum terbentuk secara sempurna juga belum yaitu telah tampak serabut kolagen yang baru
muncul sel rambutnya. Hari ke-14 adalah skor mulai terbentuk sedikit, jaringan epidermisnya
2,7 yaitu serabut kolagennya menyebar sedang belum sempurna karena stratum korneumnya
dan mulai tampak penyatuan, jaringan belum terbentuk. Hari ke-14 adalah skor 3
epidermis sudah tampak sempurna, adanya yaitu serabut kolagen sudah menyebar banyak
pembuluh darah baru dan sudah mulai tampak dan hampir terikat sempurna, pembuluh darah
sel rambutnya. Hari ke-21 adalah skor 3 yaitu yang sudah merata, bagian epidermis sudah
serabut kolagen sudah menyebar banyak dan hampir sempurna dan polikel rambut yang
hampir terikat sempurna, pembuluh darah yang sudah tampak banyak tetapi masih didaerah
sudah merata, dan polikel rambut yang sudah dermis. Hari ke-21 adalah skor 3yaitu serabut
tampak memanjang tumbuh, dapat dilihat pada kolagen sudah menyebar banyak dan terikat
Gambar 1. sempurna, pembuluh darah yang sudah merata,
Skor kerapatan serabut kolagen pada dan polikel rambut yang sudah banyak berada
kelompok IV (konsentrasi 5%) hari ke-7 dibagian epidermis, dapat dilihat pada Gambar
adalah skor 2 yaitu serabut kolagennya 1.
menyebar sedang dan mulai tampak
penyatuan, jaringan epidermisnya tampak
Kolagen
Kolagen
Sel Radang
ISSN : 2087-5045 56
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Folikel Rambut
Folikel Rambut
Kolagen
Kolagen
Kolagen
Folikel Rambut
e. Kelompok Krim 7%
Gambar 1. (a - e). Kerapatan Serabut Kolagen Setiap Kelompok Pada Hari Ke-14.
ISSN : 2087-5045 57
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 58
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai evaluasi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
apotek pelengkap di Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka Solok pada tahun 2014. Penelitian ini
dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan memberikan kuesioner yang berisi daftar
pertanyaan kepada pasien. Hasil analisis menemukan bahwa persentase responden merasa cukup puas
dengan respon dari petugas adalah 66,34%, responden merasa cukup puas dengan kehandalan petugas
adalah 52%, responden merasa cukup puas dengan jaminan petugas adalah 58%, responden merasa
sangat puas dengan empati petugas adalah 48%, dan bukti langsung bahwa mereka puas adalah
50,33%. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan farmasi cukup baik.
ABSTRACT
ISSN : 2087-5045 59
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
METODOLOGI PENELITIAN
ISSN : 2087-5045 60
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel I. Karakteristik Responden Apotek Pelengkap Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka Solok
Tempat Tinggal
- Kabupaten Solok 82 orang
- Luar Kabupaten Solok 18 orang
Jenis kelamin
- Laki – laki 39 orang
- Perempuan 61 orang
Usia ( tahun )
- 15 – 24 6 orang
- 25 – 34 19 orang
- 35 – 44 29 orang
- 45 – 54 32 orang
- 55 – 64 14 orang
Pendidikan
- Lulus SD 4 orang
- Lulus SLTP 15 orang
- Lulus SLTA 58 orang
- Lulus Akademi / Sarjana 23 orang
Jenis Pekerjaan
- Swasta / Wiraswasta 10 orang
- Ibu Rumah Tangga / Tidak bekerja 25 orang
- Pelajar / Mahasiswa
- Pegawai Negeri Sipil / Pensiunan 10 orang
- Petani 9 orang
46 orang
Distribusi frekuensi mutu pelayanan merasa cukup puas (52%), dari segi jaminan
Apotek Pelengkap Rumah Sakit Umum petugas merasa cukup puas (58%), dari segi
Daerah Arosuka Solok. empati petugas merasa sangat puas sekitar
(48%), dan dari segi bukti langsung merasa
Mutu pelayanan apotek dilihat dari cukup puas (50,33%).
segi ketanggapan petugas merasa cukup puas
(66,34%), dari segi kehandalan petugas
Tabel II. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Ketanggapan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Ketanggapan petugas
35 62 3 0
terhadap pasien
2. Kecepatan pelayanan obat 21 75 3 1
3. Kecepatan pelayanan kasir 23 62 15 0
Total 79 199 21 1
Rata - rata 26,33 66,34 7 0,33
Tabel III. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Kehandalan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Pemberian informasi obat 34 52 13 1
Total 34 52 13 1
ISSN : 2087-5045 61
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel IV. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Jaminan Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Kelengkapan obat 25 48 27 0
2. Kemurahan harga obat 19 68 13 0
Total 44 116 40 0
Rata - rata 22 58 20 0
Tabel V. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Empati Petugas
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Keramahan petugas apotek 48 41 11 0
Total 48 41 11 0
Tabel VI. Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Apotek Dilihat Dari Segi Bukti Langsung
Pelayanan Sangat Cukup Kurang Tidak
No
Apotek Puas (%) Puas (%) Puas (%) Puas (%)
1. Kebersihan ruang tunggu 48 45 7 0
2. Kenyamanan ruang tunggu 36 48 16 0
3. Ketersediaan televisi 24 58 12 6
Total 108 151 35 6
Rata – rata 36 50,33 11,67 2
ISSN : 2087-5045 62
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
dipengaruhi oleh umur individu tersebut. satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam
Semakin bertambahnya umur psikologi menjawab pertanyaan atau permintaan
individu semakin baik, artinya semakin matang pelanggan (Irawan, 2007).
psikologi seseorang, semakin baik pula Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
adaptasi terhadap orang lain (Feist, 2009) bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dilihat dari segi kehandalan petugas menurut
bahwa karakteristik pasien berdasarkan persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
pendidikan terbanyak adalah tamatan SLTA Arosuka merasa cukup puas (52%).
(58%). Dimana peneliti menemukan bahwa Kehandalan petugas pada penelitian
sebagian besar pengunjung apotek mempunyai didasarkan atas penilaian pasien pada aspek
pengetahuan yang cukup. Pendidikan pelayanan petugas yang memberikan informasi
merupakan suatu faktor yang mempengaruhi obat yang jelas dan mudah dimengerti oleh
perilaku seseorang dan pendidikan dapat pasien dan jadwal pelayanan yang dijalankan
mendewasakan seseorang serta berperilaku petugas sesuai dengan tepat waktu, sedangkan
baik, sehingga dapat memilih dan membuat pasien yang kurang puas terhadap pelayanan
keputusan dengan lebih tepat dan berperilaku (13%), dikarenakan ada beberapa pasien yang
aktif (Azwar, 1996). mengalami gangguan pendengaran sehingga
Hasil penelitian diperoleh bahwa informasi tentang obat yang diberikan petugas
karakteristik pasien berdasarkan jenis apotek kurang jelas dan tidak dimengerti oleh
pekerjaan ditemukan sebagian besar pasien pasien.
mempunyai pekerjaan petani (46%), hal ini Menurut Tjiptono kehandalan
karena masyarakat di Kabupaten Solok berkaitan bagaimana suatu pelayanan
terkenal dengan areal pertaniannya yang luas. diberikan secara baik dan berhasil dalam
Ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien periodik waktu tertentu dibawah kondisi
mempunyai pekerjaan sebagai petani untuk tertentu dengan demikian kehandalan
memenuhi kebutuhan hidup. merupakan karakteristik kemungkinan atau
tingkat keberhasilan pelayanan jasa.
Berdasarkan mutu pelayanan Supranto mengemukakan bahwa untuk
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mengetahui kepuasan pasien dapat dilihat dari
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek prosedur pelayanan yang cepat, tidak berbelit-
dilihat dari segi daya tanggap petugas menurut belit dan menghasilkan kualitas kerja yang
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah memuaskan pasien. Konsumen berharap tidak
Arosuka merasa cukup puas (66,34%), daya menunggu lama untuk mendapatkan
tanggap petugas pada penelitian ini didasarkan pelayanan.
atas penilaian pasien pada petugas yang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
pasien terutama pelayanan yang cepat dan dilihat dari segi jaminan petugas menurut
tepat, sedangkan pasien yang kurang puas persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
terhadap pelayanan (7%), dimana pasien Arosuka merasa cukup puas (58%). Jaminan
merasakan ketanggapan petugas terhadap petugas pada penelitian ini didasarkan atas
pelayanan yang dibutuhkan belum memadai. penilaian pasien pada aspek tersedianya obat –
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian obatan yang dibutuhkan oleh pasien dengan
Didik Setiawan, dkk yang menunjukan harga yang sesuai, sedangkan pasien yang
kepuasan pasien pada dimensi Responsiveness. kurang puas terhadap pelayanan (20%),
Sama seperti dimensi pelayanan dimana belum lengkapnya obat-obatan yang
lainnya, maka kepuasan terhadap dimensi dibutuhkan oleh pasien, diantaranya vitamin
responsiveness adalah berdasarkan persepsi untuk ibu hamil dan obat hipertensi seperti
dan bukan aktualnya. Karena persepsi amlodipin. Hasil penelitian ini sesuai dengan
mengandung aspek psikologis lain, maka penelitian Harianto, dkk yang menunjukan
faktor komunikasi dan situasi fisik di cukup puas pada dimensi Assurance.
sekeliling pelanggan yang menerima Jaminan (assurance) adalah
pelayanan merupakan hal yang penting dalam pengetahuan, kesopansantunan dan
mempengaruhi penilaian pelanggan. Pelayanan kemampuan para pegawai perusahaan
yang responsif atau yang tanggap juga sangat menumbuhkan rasa percaya para pelanggan
dipengaruhi oleh sikap front – line staf, salah kepada perusahaan, meliputi pengetahuan,
ISSN : 2087-5045 63
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat karyawan/staf yang menyenangkan. Salah satu
dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya ciri atau keistimewaan suatu pelayanan
resiko dan keragu-raguan. Kotler dan kesehatan adalah adanya atribut tambahan
Amstrong berpendapat bahwa jaminan adalah (atribut pelayanan) yang dimiliki oleh rumah
pengetahuan dan kesopanan karyawan serta sakit yaitu fasilitas suatu rumah sakit, pasien
kemampuan mereka untuk menimbulkan akan memilih sebuah rumah sakit atau
kepercayaan dan keyakinan. meninggalkan/berpindah rumah sakit karena
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fasilitas sebuah rumah sakit (Tjiptono, 2006).
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek
dilihat dari segi empati petugas menurut
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah KESIMPULAN DAN SARAN
Arosuka merasa sangat puas sekitar (48%).
Empati petugas pada penelitian ini didasarkan Berdasarkan hasil penelitian, maka
atas penilaian pasien pada aspek keramahan dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa
dan kesopanan petugas dalam memberikan mutu pelayanan menurut persepsi pasien
pelayanan serta petugas tidak membeda – menunjukkan bahwa mayoritas pasien merasa
bedakan pasien dalam pelayanan dan juga cukup puas terhadap kinerja pelayanan
memberikan perhatian dalam menghadapi kesehatan di apotik. Penilaian tersebut
permintaan, pertanyaan, keluhan, dan masalah didasarkan pada kinerja pelayanan yang
dari pasien. Sedangkan pasien yang kurang diberikan petugas apotek kepada pasien yang
puas terhadap pelayanan (11%), dimana masih sudah cukup baik.
ditemukan adanya petugas apotek yang kurang Disarankan Pihak Apotek Rumah Sakit
ramah dan tidak sopan dalam menjawab Umum Daerah Arosuka untuk tetap
pertanyaan dari pasien mengenai informasi mempertahankan faktor-faktor yang
obat. memepengaruhi kepuasan pasien dan terus
Menurut Parasuraman dan Zeithaml meningkatkan pelayanan kesehatan, dan bagi
bahwa pelayanan dikatakan memiliki empati pihak Rumah sakit agar dapat memberikan
apabila petugas memiliki pengetahuan pelatihan kapada petugas Apotek mengenai
terhadap produk/jasa secara tepat, petugas pengetahuan dan keterampilan dalam
yang ramah, perhatian dan sopan dalam memberikan pelayanan yang baik.
memberikan informasi, petugas mampu
memberikan keamanan di dalam
memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan DAFTAR PUSTAKA
petugas mampu menanamkan kepercayaan
pelanggan terhadap perusahaan. Abdullah, Nur Alam., R. Andrajati., S.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Supardi., 2008, Pengetahuan, Sikap
bahwa gambaran mutu pelayanan apotek dan Kebutuhan Pengunjung Apotek
dilihat dari segi bukti langsung menurut Terhadap Informasi Obat di Kota
persepsi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Depok. Buletin Penelitian Sistem
Arosuka merasa cukup puas (50,33%). Hal ini Kesehatan.
dapat dilihat pada bukti langsung yang ada di Al-Assaf, A.F., 2009, Mutu Pelayanan
apotek RSUD Arosuka sudah memiliki ruang Kesehatan : Perspektif Internasional,
tunggu yang nyaman dan bersih, serta Jakarta.
memiliki fasilitas pelayanan yang lengkap dan Anief. M., 2005, Manajemen Farmasi, Gajah
petugas juga mempunyai penampilan yang Mada University Press, Yogyakarta.
baik. Fasilitas pelengkap mencakup Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan
kelengkapan interior, TV, AC atau fasilitas Kefarmasian di Puskesmas,
lain bagi keluarga ataupun penunggu pasien. Departemen Kesehatan Republik
Sedangkan pasien yang kurang puas terhadap Indonesia, Jakarta.
pelayanan (11,67), dimana pasien tersebut Anonim, 2011, Pofil Rumah Sakit Umum
mendapati TV dan AC tidak berfungsi atau Arosuka. Rumah Sakit Umum Daerah
mati. Arosuka Solok.
Menurut Irawan bukti fisik berupa Azwar, Azrul., 1996. Menjaga Mutu
ketersediaan sarana dan prasarana termasuk Pelayanan Kesehatan, Pustaka Sinar
alat yang siap pakai serta penampilan Harapan, Jakarta.
ISSN : 2087-5045 64
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 65
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Skrining Senyawa Sitotoksik Dari Ekstrak Daun, Bunga,
Buah, Batang dan Akar pada Tumbuhan Senduduk (Melastoma Malabathricum.L) terhadap Larva
Artemia Salina Leach ) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Bioassay. Dari pemeriksaan uji
pendahuluan fitokimia yang telah dilakukan, daun senduduk mengandung senyawa flavonoid, tanin
dan saponin. pada bunga terdapat flavonoid. Pada buah terdapat Flavonoid dan saponin. Pada batang
dan akar terdapat senyawa steroid dan terpenoid. Dari 200 gram daun, bunga, buah, batang dan akar
tumbuhan senduduk segar diperoleh ekstrak kental etanol dan rendemen berturut-turut sebesar 17,62
gram (8,81% b/b); 13,69 gram (6,845% b/b); 13,66 gram ( 6,83% b/b); 8,11 gram (4,05% b/b) dan
7,27 gram (3,63% b/b). Dari uji sitotoksik yang telah dilakukan terhadap 5 sampel, ekstrak yang
memiliki toksisitas terbesar terdapat di bagian buah tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum
L) dengan nilai LC50 89,947 ppm. Kandungan senyawa kimia yang diduga memiliki aktivitas
antioksidan pada ekstrak buah ini adalah senyawa flavonoid, yang pada uji fitokimia menunjukkan
warna merah dengan Sianidin Test.
Kata Kunci : Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum. L), Uji Sitotoksik, Brine
Shrimp Lethality Bioassay
ABSTRACT
Research has been done on cytotoxic compound screening extract of leaf, flower, fruit, stem
and roots in Senduduk (Melastoma malabathricum.L) against larvae of Artemia Salina Leach) by
using Brine Shrimp Lethality Bioassay Method. Phytochemical preliminary test showed that Senduduk
leaf contained flavonoids, tannins and saponins, flower contained flavonoids, fruit contained
flavonoids and saponins, stem and root contained steroidal compounds and terpenoids. Of the 200
grams of leaves, flowers, fruits, stems and roots of plants we obtained fresh senduduk condensed
ethanol extract respectively 17.62 grams (8.81% w/w); 13.69 grams (6.845% w/w); 13.66 grams
(6.83% w/w); 8.11 grams (4.05% w/w) and 7.27 grams (3.63% w/w). From the cytotoxic test
conducted on five samples, it seems that greatest toxicity was showed by fruit extract with a value of
LC50 was 89.947 ppm. The content of the chemical that is thought to have antioxidant activity in fruit
extracts are flavonoids, which in phytochemical test showed a red color in Sianidin Test.
Keywords : Plant Senduduk (Melastoma malabathricum. L), Cytotoxic test, Brine Shrimp
Lethality Bioassay
ISSN : 2087-5045 66
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tumbuhan ini mempunyai khasiat sebagai senduduk digunakan untuk mengobati penyakit
pereda demam (antipiretik), penghilang nyeri sariawan, bisul, diare, keracunan singkong
(analgesik), peluruh urin (diuretik), mengobati juga dapat mengobati bisa ulat bulu, mengobati
keputihan (leukorea), menghilangkan keputihan pada wanita, mengobati luka bakar
pembengkakan, darah haid yang berlebihan, dan luka berdarah. Bunga senduduk digunakan
dan mengobati luka bakar atau luka berdarah, untuk mengobati sakit perut karena gangguan
radang dinding pembuluh darah disertai lambung, buah senduduk digunakan untuk
pembekuan darah didalam salurannya mengobati pendarahan rahim, sedangkan
(Dalimartha, 2000). Tumbuhan senduduk juga batang dan akar untuk mengobati penyakit
berfungsi sebagai anti bakteri, anti oksidan, bisul, sakit gigi, obat penenang dan cacingan
anti inflamasi, anti kanker, anti hepatoksik, pada anak (Robinson, 1995).
anti diabetes dan anti septik yang berfungsi Beberapa penelitian dari tumbuhan
membunuh atau mencegah pertumbuhan senduduk adalah daun senduduk memiliki
mikroorganisme. Sebagai astringen yang dapat kandungan senyawa golongan tanin yang
menyebabkan penutupan pori-pori kulit, memiliki aktivitas antibakteri mempunyai sifat
memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan sebagai pengelat berefek spasmolitik, yang
pendarahan yang ringan (Anief, 1997). dapat mengerutkan membran sel sehingga
mengganggu pertumbuhan sel. Akibat
terganggunya pertumbuhan, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati.
Efek antibakteri tanin antara lain melalui
reaksi dengan membran sel, inaktivasi fungsi
materi genetik. Selain tanin, kandungan kimia
daun senduduk yang telah diketahui antara lain
(a) (b) flavonoid dan saponin .Saponin merupakan zat
hemolitik yang kuat serta memiliki sifat seperti
sabun, saponin juga bersifat antimikrobia,
antiperadangan dan memiliki aktivitas
sitotoksik (Liana, 2010).
Berdasarkan hal tersebut penulis
tertarik untuk melakukan penelitian skrining
dan isolasi senyawa sitotoksik dari ekstrak
daun, bunga, buah, batang dan akar dari
(c) (d) tumbuhan senduduk (Melastoma
malabathricum.L) terhadap hewan percobaan
larva Artemia salina Leach dengan
menggunakan metode Brine Shrimp Lethality
Bioassay.
METODOLOGI PENELITIAN
(e)
Alat dan Bahan
Gambar 1. (a) Daun (b) Bunga (c) Buah (d) Alat
Batang dan (e) Akar tumbuhan Alat yang digunakan adalah
senduduk (Melastoma seperangkat alat maserasi, seperangkat
malabatricum. L). alatdestilasi vakum dan Rotary evaporator,
bejana Kromatografi Lapis Tipis, pipet tetes,
Pada daun senduduk terdapat senyawa pipet kapiler, plat silika GP 254 merck ,
kimia flavonoid, saponin, dan tanin. Pada seperangkat alat penetas larva udang artemia
bunga senduduk terdapat senyawa kimia salina leach, spatel, pinset, tabung reaksi,
flavonoid, pada buah terdapat senyawa beaker gelas, gelas ukur, erlenmeyer, kapas,
flavonoid dan saponin, batang dan akar plat tetes, bunsen, corong, curter, gunting,
mengandung steroid dan terpenoid. Daun mistar, pensil, dan hair dryer, kertas saring,
ISSN : 2087-5045 67
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
vial, pipet tetes, pipet gondok, lumpang dan bercelah kearah bejana pembatas dapat
mortil. digunakan sebagai larva uji
(Margarety et al, 2005).
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian Persiapan Larutan Uji
ini adalah daun, bunga, buah, batang dan akar Masing-masing ekstrak diambil
dari tumbuhan senduduk (Melastoma sebanyak 1 g lalu dimasukkan ke dalam
malabathricum L). Etanol destilasi, aguadest, lumpang, tambahkan tween 80 sebanyak 2 ml
metanol, Diklorometan (DCM), N-heksan, etil kemudian gerus kuat sampai homogen dan
asetat dan N-heksan, kloroform, logam Mg dan menyerupai korpus emulsi. Tambahkan air laut
HCl pekat, FeCl3, anhidrida asetat, asam sulfat sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
pekat, air laut, larva udang artemia dan tween volume 100 ml, larutan ini disebut larutan
80. induk 10.000 ppm.
Selanjutnya dilakukan pengenceran
Hewan Percobaan dengan 7 variasi konsentrasi yaitu 7500, 5000,
Hewan percobaan yang digunakan 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm. Setiap
adalah larva Artemia salina Leach konsentrasi dibuat tiga kali pengulangan.
Setelah 24 jam dihitung jumlah lava udang
Uji Pendahuluan Fitokimia yang hidup, sehingga larva udang yang mati
Uji Pendahuluan kandungan metabolit dapat diketahui, pada uji ini dicatat waktu
sekunder terhadap ke 5 sampel, menggunakan mulai terjadi kematian.
metoda Culvenor & Fitzgerald untuk senyawa
alkaloid dan metode Simes et. al untuk Analisa Data
senyawa flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid Untuk mendapatkan nilai LC50 data
dan steroid. yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan
analisa probit, dimana persentase kematian
Ekstraksi dihitung dengan metode regresi.
Sampel daun, bunga, buah, batang dan
akar tumbuhan senduduk segar dibersihkan,
kemudian rajang halus dan timbang masing- HASIL DAN PEMBAHASAN
masing sebanyak 200 gram. Lalu masukkan ke
dalam botol maserasi masing-masing sampel Hasil
daun, bunga, buah, batang dan akar tumbuhan Dari pemeriksaan uji pendahuluan
senduduk tersebut lalu ditambahkan etanol yang telah dilakukan, daun senduduk
destilasi ke dalam botol maserasi sampai mengandung senyawa flavonoid, tanin dan
terendam, tutup dan biarkan selama 3 sampai 5 saponin. Pada bunga terdapat flavonoid. Pada
hari ditempat gelap sambil sesekali diaduk, buah terdapat Flavonoid dan saponin. Pada
lalu saring dengan kertas saring dan tuangkan batang dan akar terdapat senyawa steroid dan
ke wadah lain, ulangi sampai sampel tersari terpenoid.
sempurna, kemudian ekstrak yang diperoleh Dari 200 gram daun, bunga, buah,
diuapkan pelarutnya dengan bantuan rotary batang dan akar tumbuhan senduduk segar
evaporator, sampai diperoleh ekstrak kental, diperoleh ekstrak kental etanol dan rendemen
lalu hitung rendemenya. berturut-turut sebesar 17,62 gram (8,81% b/b);
13,69 gram (6,845% b/b); 13,66 gram ( 6,83%
Pengujian Toksisitas b/b); 8,11 gram (4,05% b/b) dan 7,27 gram
Penetasan Telur Artemia salina Leach (3,63% b/b).
Penetasan telur menggunakan bejana Dari uji sitotoksik dari Daun, Bunga, Buah,
penetasan yang terdiri dari dua bagian, yaitu Batang, dan Akar tumbuhan Senduduk
bagian terang yang disinari lampu terus- (Melastoma malabathricum L) dengan cara
menerus dan bagian gelap ditutup, serta menghitung dosis tunggal suatu senyawa yang
dilengkapi dengan sistem airasi (gelembung menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
udara). Bejana di isi dengan air laut kemudian pada suatu kelompok percobaan yang telah
telur Artemia salina Leach ditempatkan pada dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
bagian gelap bejana, lalu dibiarkan menetas
larva akan berenang melewati pembatasan
ISSN : 2087-5045 68
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel I. Hasil uji ekstrak Daun dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
7500 5000 2500 1000 500 100 50
Kontrol
Hi Hi Hi Hi Hi Hi
M M M M M M
Mati Hidup du du du du du du
ati ati ati ati ati ati
p p p p p p
1 8 2 8 2 7 3 6 4 4 6 3 7 1 9
2 8 2 7 3 7 3 6 4 3 7 3 7 1 9
3 7 3 7 3 7 3 5 5 3 7 3 7 1 9
Total 23 7 22 8 21 9 17 13 10 21 9 21 3 27
Tabel II. Hasil uji ekstrak Bunga dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont 7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol Hi M Hi M Hi Hi M Hi M Hi
M M Hid Ma
du at du at du du at du at du
ati ati up ti
p i p i p p i p i p
1 8 2 7 3 6 4 5 5 3 7 1 9 1 9
2 7 3 7 3 6 4 5 5 4 6 1 9 1 9
3 8 2 7 3 7 3 5 5 3 7 2 8 1 9
Total 23 7 21 9 19 11 15 15 10 20 4 26 3 27
Tabel III. Hasil uji ekstrak Buah dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 9 1 8 2 8 2 6 4 5 5 2 8 1 9
2 9 1 8 2 7 3 5 5 5 5 2 8 2 8
3 8 2 9 1 7 3 5 5 5 5 2 8 2 8
Total 26 4 25 5 23 8 17 13 15 15 6 24 4 26
ISSN : 2087-5045 69
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Tabel IV. Hasil uji ekstrak Batang dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 7 3 7 3 6 4 5 5 4 6 3 7 2 8
2 7 3 6 4 6 4 6 4 4 6 2 8 1 9
3 7 3 7 3 7 3 5 5 5 5 1 9 1 9
Total 21 9 20 10 19 11 16 14 13 17 6 24 4 26
Tabel V. Hasil uji ekstrak Akar dari tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) pada
konsentrasi 7500, 5000, 2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm.
Konsentrasi (ppm)
Kont
7500 5000 2500 1000 500 100 50
rol
Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid Ma Hid
ti up ti up ti up ti up ti up ti up ti up
1 8 2 7 3 6 4 5 6 4 7 3 7 0 10
2 7 3 7 3 6 4 4 6 3 8 2 8 1 9
3 7 3 6 4 6 4 4 6 2 8 2 8 1 9
Total 23 8 20 10 18 12 13 18 9 23 7 23 2 28
ISSN : 2087-5045 70
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
Salina leach sebagai hewan uji juga memiliki teridentifikasi memiliki kandungan kimia
keuntungan antara lain telurnya mudah berupa
didapat, murah, dan disimpan dalam beberapa senyawa flavonoid dan saponin, sehingga yang
tahun di tempat yang kering tanpa berpengaruh diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan
terhadap daya hidupnya serta memiliki adalah senyawa flavonoid, karena memiliki
efektifitas yang lebih tinggi terhadap senyawa gugus hidroksi, yang dapat mendonorkan atom
aktif dibandingkan dengan organisme laut hidrogennya untuk menangkap radikal bebas.
lainnya. Larva yang digunakan pada pengujian
ini adalah larva yang berumur 48 jam, yang
dibiarkan dalam bejana khusus yang berisi air KESIMPULAN
laut, dilengkapi dengan sistem airasi
(gelembung udara) dan penerangan pada satu Daun, bunga, buah, batang, dan akar dari
sisi bejana. tumbuhan senduduk (Melastoma
Setelah larva berumur 48 jam malabathricum L) memiliki efek toksisitas
dilakukan pengujian toksisitas, sebelumnya terhadap larva udang Artemia Salina Leach.
terlebih dahulu dibuat larutan induk dengan Ekstrak yang memiliki toksisitas terbesar
konsentrasi 10.000 ppm. Kemudian dilakukan terdapat di bagian buah tumbuhan senduduk
pengujian variasi konsentrasi 7500, 5000. (Melastoma malabathricum L) dengan nilai
2500, 1000, 500, 100, dan 50 ppm dengan LC50 89,947 ppm. Kandungan senyawa kimia
larutan induk 10.000 ppm lakukan 3 kali yang diduga memiliki aktivitas antioksidan
pengulangan, kemudian dihitung larva yang pada ekstrak buah ini adalah senyawa
mati. Setelah dilakukan uji toksisitas dengan flavonoid, yang pada uji fitokimia
konsentrasi variasi hasil uji di hitung dengan menunjukkan warna merah dengan Sianidin
metode probit untuk mendapatkan hasil bagian Test.
tumbuhan mana yang memiliki efek toksisitas
paling besar, dan efek toksisitas terbesar
terdapat pada bagian konsentrasi 7500 ppm. DAFTAR PUSTAKA
Tingkat toksisitas sampel terhadap
larva udang ditentukan dengan melihat harga Adfa, M., 2005, Survey Etnobotani, Studi
LC50 nya. Data yang diperoleh diolah dengan Senyawa Flavonoid dan Uji Brine
menggunakan metode kurva yang Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat
dikembangkan oleh Miller dan Trainter, yang Tradisional Suku Serawai di Propinsi
dirancang untuk perhitungan dosis Bengkulu,Gradien 1 (1): 43, 45-46.
(konsentrasi) dan respon untuk mendapatkan Ansel H C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan
nilai probit. Selanjutnya nilai probit yang Farmasi, Edisi IV. Jakarta: Penerbit
didapat diolah dengan metode analisa regresi Universitas Indonesia. pp: 605-7.
untuk mendapatkan nilai LC50. Arief, H. 2004. Tumbuhan Obat dan
Untuk ekstrak dikatakan menunjukkan Khasiatnya, penerbit Penebar
aktifitas toksisitas bila memiliki LC 50 kurang Swadaya, Jakarta
dari 1.000 ppm dan untuk senyawa murni nilai Backer, C.A. And Bakhuizen V.d. Bring, Jr.
LC50-nya kurang dari 200 ppm. (Meyer,Dkk 1968. Flora of Java Volume 3.
1998). Dari hasil uji toksisitas terhadap Netherlands: Netherlands Organisation
tumbuhan senduduk diperoleh nilai LC50 for the Advancment of Research.
yaitu: Pada Daun 129,269 ppm, Bunga Culvenor, CCJ.,& JS. Ffitzgerald. 1963. A
427,143 ppm, Buah 89,947 ppm, Batang Field Method for Alkaloid Screening of
204,491 ppm, dan Akar 219,547 ppm. Dari uji Plant, J. Pharm SCI.,P., 52 : 303-4
toksisitas yang telah dilakukan semua bagian Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat
tumbuhan senduduk (Melastoma Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus
malabathricum L) memiliki aktivitas toksisitas. Agriwidya. Hal: 130-132.
Ekstrak yang memiliki aktivitas toksisitas Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia
paling besar adalah bagian buah dari tumbuhan Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta:
senduduk dengan nilai LC50 89,947 ppm, Depkes RI. Hal: 143-147.
sehingga dikatakan menunjukkan aktivitas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
karena memiliki LC50 kurang dari 1000 ppm. 1995. Farmakope Indonesia , Edisi IV,
Ekstrak buah pada uji pendahuluan Jakarta
ISSN : 2087-5045 71
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
ISSN : 2087-5045 72
SCIENTIA VOL. 6 NO. 1, FEBRUARI 2016
1. Naskah berupa hasil penelitian atau karya ilmiah dari bidang Ilmu Farmasi dan
Kesehatan, baik berupa review maupun sintesis. Naskah belum pernah dan tidak akan
pernah dipublikasikan pada media lain.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bila naskah dalam bahasa
Inggris, maka abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, sebaliknya bila naskah dalam
bahasa Indonesia, maka abstrak ditulis dalam bahasa Inggris.
3. Naskah diketik menggunakan komputer, dengan jumlah halaman maksimal 10
halaman kertas ukuran kuarto (A4) dengan spasi ganda. Abstrak tidak lebih dari 250
kata yang diketik dengan jarak 1 spasi. Naskah 1 rangkap beserta softcopy (dalam
bentuk CD) dikirim ke redaksi.
4. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
a. Judul, nama lengkap penulis dan lembaga
b. Abstrak : Dicantumkan abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
beserta kata kunci 3-5 kata.
c. Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, ditambah literatur pendukung yang
relevan
d. Metoda Penelitian
e. Hasil dan Pembahasan
f. Kesimpulan atau saran
g. Daftar Pustaka (kutipan dari buku dengan susunan : nama penulis, tahun, judul
buku (tulis miring), penerbit, kota terbit; kutipan dari jurnal dengan susunan :
nama penulis, tahun, judul artikel, judul jurnal (ditulis miring), volume, nomor
halaman)
5. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas
6. Redaksi berhak merubah naskah tanpa mengurangi isi dan maksud naskah
7. Redaksi berhak menolak naskah yang kurang layak untuk dipublikasikan. Naskah
akan dikembalikan jika dilengkapi perangko secukupnya
8. Nama penulis ditulis lengkap dengan gelar dan lembaga/instansi tempat penulis
bekerja
9. Pada bagian akhir naskah dicantumkan riwayat hidup penulis
10. Naskah & softcopy dapat dikirimkan ke :
Alamat : Jl. Adinegoro/Simp. Kalumpang Km. 17 Lubuk Buaya Padang-25173
e-mail : stifipadang@gmail.com (khusus softcopy)
Telp : (0751) 482171
ISSN : 2087-5045