Nama Mahasiswa :Legina octavyanti Tanggal Pemeriksaan :
NPM : 10522248 Nama Asisten : Kelas : 1PA16 Paraf Asisten :
1. Percobaan : indera peraba
Nama Percobaan : perasaan pada kulit Nama Subjek Percobaan : legina Octavyanti Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : untuk mengetahui adanya reseptor tekanan, sakit, dingin dan panas pada kulit. b. Dasar Teori : untuk merasakan tekanan, dingin, dan panas melalui indra peraba yaitu kulit. Syaraf yg menuju kulit adalah saraf kutaneus, syaraf ini mencapai bagian epidermis pada kulit, syaraf sensori banyak terdapat pada kulit sehingga di sebut juga sebagai reseptor (penerima rangsangan)
Tubuh yang sehat mampu memelihara suhu
tubuh secara konstan walaupun pada kondisi lingkungan yang berubah- ubah. Sistem pengatur suhu tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu reseptor yang terdapat pada kulit dan bagian tubuh lainnya, integrator di dalam hipotalamus, dan efektor sistem yang mengatur produksi panas dengan kehilangan panas. Reseptor sensori yang paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain, saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil untuk meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas.
Sistem somatosensori yang terlibat dalam
sensasi tersebut adalah apa yang menjadi fokus SSEP konvensional, Potensi yang dibangkitkan laser digunakan untuk memantau bagian dari sistem somatosensori yang bertanggung jawab untuk mentransmisikan sinyal yang berkaitan dengan rasa sakit dan suhu (LEP). LEPs dapat diinduksi pada kulit telanjang dengan memanfaatkan laser untuk menghasilkan sumber panas yang sangat terkonsentrasi dan cepat meningkat. Mereka mampu mengidentifikasi kerusakan pada saluran spinothalamic, batang otak lateral, dan serat yang menyampaikan sinyal rasa sakit dan suhu dari talamus ke korteks di sistem saraf pusat. c. Alat yang Digunakan : tiga bauah wadah berisi air dingin, air hangat dan air suhu ruang. d. Jalannya Percobaan : 1.1 tangan dicelupkann ke dalam wadah berisi air hangat dan air dingin selama 15 detik, tangan kiri di celupkan ke wadah air dingin dan tangan kanan ke wadah air hangat 1.2 setelah 15 detik kedua tangan di celupkan ke wadah air suhu ruang selama 15 detik. e. Hasil Percoban :1.1 Ketika kedua tangan di celupkan ke wadah berisikan air suhu ruang yg di rasakan kedua tangan saya berbeda, tangan kiri terasa lebih hangat, sedangkan tangan kanan terasa lebih dingin. f. Kesimpulan : Ketika kondisi tangan kita dalam suhu panas atau hangat bila di masukan ke suhu ruang, akan terasa lebih dingin atau menjadi suhu ruang, sebaliknya jika tangan kita keadaan suhu dingin di masukan ke suhu ruang akan terasa menjadi lebih hangat. g. Daftar Pustaka : Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien . Jakarta: Salemba Medika.
Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar
Biologi untuk SMA/MA/Oman Karmana. Bandung: Grafindo Media Pratama. Sabry,F.(2023).Elektroensefalografi. Satu Miliar Berpengetahuan. 2. Percobaan : indera peraba Nama Percobaan : lokalisasi taktil Nama Subjek Percobaan : legina octavyanti Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : memahami serta mengetahui kepekaan syaraf peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukan dengan sepidol serta mengetahui kepekaan TPL (two point localization) b. Dasar Teori : Kulit memiliki lima macam reseptor khusus dan setiap reseptor hanya cocok untuk satu tipe rangsangan. Kelima reseptor khusus tersebut adalah reseptor untuk sentuhan, reseptor untuk panas, reseptor untuk dingin, reseptor untuk rasa sakit, dan reseptor untuk tekanan. rangsangan yang dapat diterima oleh kulit adalah rasa kasar, rasa halus, rasa panas, rasa dingin, rasa sakit (nyeri), dan tekanan. Bila suatu rangsangan tertentu, misalnya panas mengenai kulit (tubuh) kita, maka rangsangan tersebut akan diterima oleh ujung saraf peraba kulit (reseptor untuk panas). Selanjutnya, rangsangan diteruskan oleh saraf sensori ke pusat peraba di otak. Di otak, rangsangan diolah dan diartikan sehingga kita dapat merasakan panas. Demikian pula rangsangan yang lainnya. Sentuhan yang dilakukan pada semua benda menghasilkan rangsanan. Rangsangan itu di terima oleh reseptor kulit, kemudian rangsangan diteruskan oleh resepor ke otak. Sebab itu kita dapat mengetahui leta dimana terjadinya rangsangan.
Raba atau taktil merupakan stimulus
mekanik yang dapat dirasakan melalui kulit. Reseptor yang menerima rangsangan tersebut adalah reseptor taktil (berupa mekanoreseptor). Yang termasuk sebagai reseptor taktil adalah: 1.rambut-rambut halus di kulit dapat merasakan Gerakan dan sentuhan 2. diskus merkel mendeteksi cahaya 3. korpus pacini peka terhadap rangsangan dan getaran. 4. ujung saraf Ruffini peka terhadap tekanan yg cukup dalam. 5. Korpus Meissner peka terhadap sentuhan ringan ,beradaptasi dengan cepat.
c. Alat yang Digunakan : spidol dua warna, penggaris dan slayer
d. Jalannya Percobaan : 1.1 praktikan memberikan saya 1 spidol berbeda warna setelah itu praktikan mengarahkan saya untuk menutup mata menggunakan slayer, setelah mata saya tertutup slayer lengan kiri saya diletakkan diatas meja. 1.2 praktikan akan membuat titik di lengan sebelah kiri saya menggunakan sebuah spidol lalu saya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh praktikan terhadap lengan kiri saya, kemudian jarak antar titik di ukur dengan penggaris, Percobaan di lakukan hingga tiga kali. e. Hasil Percoban : 1.1 Jarak titik spidol praktikan dengan titik saya pada percobaan pertama adalah 3 cm. percobaan kedua jarak titik spidol yaitu 1 cm. Dan percobaan terakhir jarak titik yaitu 2,5 cm. f. Kesimpulan : Ketika jarak titik spidol praktikan dengan titik saya jaraknya melebihi 5 cm, bahwa syaraf peraba dalam kondisi kurang baik, sebaliknya jika jarak titik spidol praktikan dengan titik saya jaraknya kurang dari 5 cm, bahwa syaraf peraba dalam kondisi baik. g. Daftar Pustaka :
DKK, M. A. (2007). IPA TERPADU SMP dan MTs.
Esis.
DKK, Y. (2020). Engineering psychology :
prinsip dasar rekayasa kerja berbasis integrasi fisik, psikis, dan teknik. Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
TIMURAWAN, A. (2017). ANATOMI TUBUH.
Wilis. 3. Percobaan : indera peraba Nama Percobaan : Daya membedakan Sifat Benda Nama Subjek Percobaan : Legina Octavyanti Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan kepekaan syaraf peraba terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda serta bentuk-bentuk benda (Streognostik) b. Dasar Teori : Kulit jari lebih sensitif terhadap rabaan dibandingkan kulit lengan, karna pada kulit jari lebih banyak ujung saraf peraba per milimeter persegi dan jarak antara ujung- ujung saraf itu lebih kecil. Itu penyebab jari dapat menilai bentuk dan ukuran dari benda yang dipegang.
Indra yang terletak di tubuh bagian luar
manusia yaitu indra peraba. Indra ini terletak pada kulit yang terbagi ke dalam tiga komponen sensor reseptor, yaitu: 1.Thermo receptor: respons terhadap panas dan dingin 2. Noci ceptor: respon intensitas tekanan dan rasa sakit 3. Mechano receptor: respon penekanan, respon ini lah yg banyak memainkan peran Gangguan sensitivitas banyak di jumpai oleh mayoritas anak autisma. Kebanyakan dari Mereka tidak menyukai sentuhan bahkan stimulus Iainnya. arti penting indra peraba pada setiap individu, hal ini perlu diperbaiki sehingga menjadi lebih peka terhadap berbagai stimulus yang diberikan. Kepekaan dapat menjadi suatu sinyal untuk membentuk pertahanan diri dari hal- hal yang tidak diinginkan. c. Alat yang Digunakan : Slayer dan berbagai macam bentuk benda (hewan, alfabet dan angka). d. Jalannya Percobaan : 1.1 dengan mata tertutup, saya di berikan lima benda dengan bentuk berbeda kemudian saya menebak benda apa yang sedang saya pegang dengan meraba bentuk benda tersebut. e. Hasil Percoban : saya menebak 3 benda dengan benar. f. Kesimpulan : kulit yg paling sensitive adalah kulit jari, kulit jari lebih sensitive di bandingkan kulit lengan. g. Daftar Pustaka :
Sulianta, F. (2010). IT Ergonomics. jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wibowo, D. S. (2008). ANATOMI TUBUH MANUSIA. Jakarta: Grasindo.
Wijayakusuma, P. H. (2008). Psikoterapi
untuk Anak Autisma. Teknik Bermain Kreatif Non Verbal dan Verbal. Terapi Khusus untuk Autisma. Jakarta: Obor. 4. Percobaan : indera peraba Nama Percobaan : gerak refleks Nama Subjek Percobaan : legina octavyanti Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui adanya Gerakan refleks pada otot. b. Dasar Teori : Gerak refleks merupakan respons neuron motoris, neuron sensoris, neuron intermediet efektor, dan organ-organ sensoris secara bersamaan. Respons tersebut berlangsung secara cepat. Ketika lutut dipukul, reseptor akan mendeteksi adanya perubahan pada tendon. Kemudian, neuron sensoris akan meneruskan informasi tersebut ke sistem saraf pusat (sumsum tulang belakang) dan neuron intermediet (interneuron). Dari sumsum tulang belakang, impuls akan diteruskan melalui neuron motoris ke efektor berupa satu sel otot (quadriceps).
Tipe gerak refleks yang lain adalah ketika
menyentuh sesuatu yang menyakitkan misalnya saat seseorang tidak sengaja menginjak paku. Reseptor kulit menerima sinyal dan mengirim impuls sensorik pada sumsum tulang belakang. Di sinilah impuls berjalan pada interneuron sebagai pusat refleks dan diarahkan pada neuron motor. Neuron motor mentransmisikan sinyal ini pada otot fleksor pada kaki dan paha yang kemudian merespon dengan menarik kaki menjauh dari stimulus sakit. Pada waktu yang sama, beberapa impuls datang untuk menstimulasi interneuron yang menghambat aksi berlawanan otot ekstensor.
Pada saat keadaan paralia lemas berlalu,
otot mendapat kembali tonusnya, kendati masih lemah. Anggota gerak yang terserang menjadi spastik dan kaku. Gerak refleks terjadi, khususnya pada bagian yang mempunyai hubungan dengan kelompok otot flexor dan abduktor, walaupun tidak terdapat pengendalian sadar atas gerakan ini. Kemampuan pengendalian sadar hilang. Pada tahap ini ada kemungkinan terjadi deformitas.
c. Alat yang Digunakan : martil karet
d. Jalannya Percobaan : 1.1 saya mengikuti arahan praktikan untuk duduk di atas meja dengan posisi badan rileks, kemudian praktikan akan mengetuk kedua lutut saya secar bergantian dengan martil karet. e. Hasil Percoban : 1.1 Ketika kedua lutut saya di ketuk secara bergantian dengan martil karet, keduanya merasakan hal yang sama yaitu gerak refleks, namun yg paling dominan terasa yaitu lutut sebelah kanan. f. Kesimpulan : ketika kaki kita bergerak sendiri saat di pukul menunjukan bahwa manusia memiliki gerak reflek saat terjadinya stimulus nyeri, pergerakan tersebut terjadi secara spontan. g. Daftar Pustaka : dkk, R. F. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Biologi untuk SMA/MA/Rikky Firmansyah. Bandung: Setia Purna Inves.
Hidayati, N. (2019). ANATOMI FISIOLOGI
MANUSIA DASAR. Media Nusa Creative.
Karmana, O. (2007). Cerdas Belajar Biologi
untuk SMA/MA/Oman Karmana. Bandung: Grafindo Media Pratama.