Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL

Nama Mahasiswa : Axcel Bayu Tanggal Pemeriksaan :


Firmansyah
NPM : 10522274 Nama Asisten :
Kelas : 1PA37 Paraf Asisten :

1. Percobaan : Indera peraba

Nama Percobaan : Perasaan Pada Kulit (Percobaan Air


dalam Tiga Baskom)
Nama Subjek Percobaan : Axcel Bayu Firmansyah

Tempat Percobaan : Laboratoriun Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui adanya reseptor

tekanan sakit, sentuhan, dingin dan


panas pada kulit, serta mengetahui
letak masing-masing reseptor
b. Dasar Teori : Kulit merupakan organ terluar dari
tubuh manusia dan terdiri dari beberapa
lapisan yang berperan penting dalam
persepsi rangsangan sensorik. Lapisan
terluar kulit disebut epidermis dan
mengandung sel-sel saraf sensorik
khusus yang disebut reseptor. Lapisan
di bawah epidermis disebut dermis dan
di dalamnya terdapat jaringan saraf
yang lebih lengkap. (Handayani, hal.:
2021). Reseptor sensorik adalah sel-sel
saraf khusus yang terdapat di kulit dan
berperan dalam mendeteksi rangsangan
sensorik seperti tekanan, sentuhan,
panas, dingin, dan nyeri. Beberapa
jenis reseptor sensorik yang terdapat
pada kulit antara lain: Reseptor tekanan
(Meissner, Pacinian, dan Merkel)
merespon tekanan mekanik pada kulit.
Reseptor sentuhan (Meissner dan
Merkel) merespon rangsangansentuhan
ringan. (Jangkang, G. G., & Illiandri,
O, : 2022). Ketika reseptor kulit
menerima rangsangan, sinyal sensorik
dikirim ke otak melalui beberapa jalur
saraf. Sinyal-sinyal ini berjalan melalui
beberapa jalur saraf dan akhirnya
mencapai pusat pemrosesan sensorik
otak, seperti korteks somatosensori.
Korteks somatosensori adalah bagian
otak yang terlibat dalam pemrosesan
informasi sensorik dari kulit dan
jaringan tubuh lainnya. Di korteks
somatosensori, informasi sensorik
diterjemahkan dan diintegrasikan ke
dalam sensasi yang kita rasakan, seperti
sentuhan, nyeri, atau suhu. Reseptor
panas (termoreseptor) merespons
rangsangan panas. Reseptor dingin
(termoreseptor) merespons rangsangan
dingin. (Isnaeni, W. 2006)
Reseptor nyeri (nocireseptor)
merespons rangsangan yang berpotensi
menyebabkan nyeri. (Juan, S. : 2005).

c. Alat yang Digunakan : 3 Baskom plastik yang berisi air

dengan suhu hangat (Baskom A), air


dengan suhu ruang (Baskom B), air
dengan suhu dingin (Baskom C).

d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan diminta untuk

memasukka tangan kanan ke


baskom berisi air dingin (C).
1.2 Tangan kiri ke baskom berisi air
hangat (A).
1.3 Kemudian praktikan akan diminta
untuk memasukkan tangan secara
bersamaan ke baskom A dan C
selama kurang lebih 15 detik.
1.4 Setelah itu, secara bersamaan
masukkan kedua tangan ke
baskom B yang berisi air dengan
suhu ruang.
e. Hasil Percobaan : 1.1 Tangan kanan yang dimasukkanke
baskom air dingin (B) terasa
dingin
1.2 Tangan kiri yang dimasukkan ke
baskom air hangat (A) terasa
hangat
1.3 Pada saat kedua tangan
dimasukkan ke baskom dengan air
suhu ruang (B) maka, tangankanan
yang sebelumnya terasa dingin
akan menjadi lebih dingin,
sedangakan tangan kiri yang
sebelumnya terasa hangat akan
menjadi dingin
f. Kesimpulan : Dari percobaan ini memberikan bukti
bahwa reseptor sensorik lah yang
terlibat dalam merasakan tekanan,
nyeri, sentuhan, dingin dan panas pada
kulit. Eksperimen menunjukkan bahwa
kulit memiliki mekanisme sensorik
yang kompleks untuk menerima dan
memproses berbagai jenis rangsangan.
Ini menunjukkan kemampuan kulit
untuk mengenali dan membedakan
berbagai jenis rangsangan. Hasil
percobaan ini mengkonfirmasi peran
penting reseptor kulit dalam persepsi
sensorik dan fungsi tubuh.

g. Daftar Pustaka : Handayani, S. (2021). Anatomi dan


fisiologi tubuh manusia. Kota
Bandung: Media Sains
Indonesia.

Jangkang, G. G., & Illiandri, O.


(2022). Anatomi tubuh
manusia tingkat dasar.
Kota Malang: CV Literasi
Nusantara Abadi

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi hewan.


Jakarta: Kanisius
2. Percobaan : Indera peraba

Nama Percobaan : Lokalisasi Taktil

Nama Subjek Percobaan : Axcel Bayu Firmansyah

Tempat Percobaan : Laboratoriun Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Memahami serta mengetahui

kepekaan syaraf peraba dengan


melokalisir tempat yang ditusukkan
ke berbagai titik, serta mengetahui
kepekaan TPL (Two Point
Localization).
b. Dasar Teori : Reseptor taktil ada pada kulit dan
selaput lendir tertentu yang
menginformasikan input
(rangsangan) ke otak, kemudian
dikeluarkan (output/ ekspresi)
melalui respon dengan
mempersepsikan apa yang dirasa
pada tubuh. Yang dipersepsikan
antara lain: panas, dingin, sakit,
gatal, kasar, halus, lebut, keras,
empuk, nyaman, tidak nyaman,
basah, kering, licin, asam, asin,
pahit, pedas, sedih, marah, jengkel
benci, sayang, senang, baik melalui
kata- kata maupun gerakan.

Reseptor kulit terletak di berbagai


lapisan kulit dan struktur jaringan
yang terkait. Beberapa jenis reseptor
yang terlibat dalam sensasi taktil
meliputi reseptor Meissner, Merkel,
Pacinian, dan Ruffini. (Budiarti, I.
S. : 2023)

Setiap jenis reseptor ini memiliki


karakteristik dan distribusi yang
berbeda dalam kulit,
memungkinkan deteksi dan respon
terhadap rangsangan taktil tertentu.
Ketika rangsangan taktil diterapkan
pada kulit, reseptor kulit merespons
dengan mengubah rangsangan
menjadi sinyal listrik. (Abdulrahim,
M.,dkk. : 2022).

c. Alat yang Digunakan : Spidol 2 warna, penggaris dan

penutup mata / slayer.

d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan diminta untuk

menutup mata dengan


menggunakan slayer.
1.2 Asisten menusukkan spidol
dengan warna biru di titik tertentu.
1.3 Praktikan diminta untuk
merespon titik tersebut dengan cara
kembali menusuk atau menandai
titik yang telah ditandai oleh asisten
sebelumnya.
1.4 Kemudian jarak kedua titik
diukur menggunakan penggaris.
e. Hasil Percobaan : Jarak titik yang saya tandai adalah 4
cm dari titik yang ditandai oleh
asisten

f. Kesimpulan : Dari hasil percobaan yang telah


dilakukan sudah cukup
membuktikan bahwa kemampuan
lokalisasi taktil pada seseorang
tidak sama besar pada seluruh
bagian tubuh. Hampir semua
informasi mengenai sentuhan,
tekanan, dan getaran masuk kekorda
spinalis melalui akar dorsal saraf
spinal yang sesuai. TPL (Two Point
Localization) lebih peka padabagian
yang menonjol, seperti hidung,
mata, bibir, dan lain-lain.Jarak yang
dititikan antara 1 denganyang kedua
tergantung dari jarak waktu.
Apabila semakin cepat dalam
menitikkan kembali titik yang
dititikkan tadi maka kemungkinan
akan semakin tepat. Bila jarak
kurang dari 5 cm maka syaraf
peraba baik. Bila jarak lebih dari 5
cm maka syaraf perabakurang baik.
g. Daftar Pustaka : Budiarti, I. S. (2023). Indra peraba
kulit. Bumi Aksara.

Rachmawati, R., Mardiyantoro, F.


(2022). Bukuajar nyeri
intraoral. Universitas
Brawijaya
3. Percobaan : Indera peraba

Nama Percobaan : Daya Membedakan Sifat Benda


Nama Subjek Percobaan : Axcel Bayu Firmansyah

Tempat Percobaan : Laboratoriun Psikologi Faal


a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan kepekaan
syaraf peraba terhadap kehalusan benda
sampai kekerasan benda, serta bentuk-
bentuk benda (Stereoagnostik)
b. Dasar Teori : Menurut Carlson (2008) reseptor
reseptor di kulit (reseptor kutaneus)
terdiri dari banyak macamnya. Ada
4 macam resptor utama, sebagai
berikut:
a. Free nerve endings
(ujung- ujung saraf bebas),
merupakan reseptorkuzaneus paling
sederhana, ujung- ujung sarafnya
tanpa struktur yang khusus dan
sangat sensitif terhadap perubahan
suhu dan rasasakit.
b. Pacinian corpucles
(korpuskel pacinian),bentuknya
seperti bawang, merupakan
reseptor terbesar dan terdalam,
mudah beradaptasi dengan
cepat, mereka dapat merespons
perubahan mendadak pada kulit

c. Merkel's disks,
merespons paling kuat
indensasi gradual kulit dan
peregangan gradual kulit.
Beradaptasi dengan lambat

d. Ruffini endings,
Respons dan adaptasinya sama
denganreseptor Merkelʻs diks.

Proses ini dikenal sebagai


mekanisme transduksi. Rangsangan
mekanis, seperti tekanan atau
gerakan, menyebabkan perubahan
fisik pada reseptor sentuhan, yang
kemudian diubah menjadi potensial
aksi oleh saraf sensorik. (Muttaqin,
A. : 2008).
Menurut Sulaeman,M (2007) ujung
jari tengah lebih peka untuk
menentukan bentuk benda
disbanding dengan telapak dan
punggung tangan. Ujung jari
tangan juga lebih peka untuk
menentukan jenis benda
dibandingkan dengan telapak dan
punggung tangan. Pada kulit ujung
jari tengah terdapat lebih banyak
sel-sel reseptor yang pek terhadap
kasar dan halusnya permukaan.

c. Alat yang Digunakan : Penutup mata atau slayer, berbagai macam


bentuk balok (kubus, silinder, lingkaran,
segitiga, kerucut, huruf A,P dan K)

d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan diminta untuk

menutuo mata dengan slayer

1.2 Praktikan diberikan benda


secara acak oleh asisten
1.3 Praktikan dipersilahkan untuk
meraba dan menebak bentuk atau
huruf apa yang sedang dipegang
e. Hasil Percobaan : 1.1 Dari percobaan tersebut, saya
berhasil menebak 4 benda dari 5
yang diberikan
1.2 Saya keliru dengan bentuk
bulat yang hamper mirip dengan
huruf O
f. Kesimpulan : Dari percobaan ini memberikan
bukti kuat bahwa adanya reseptor
saraf di kulit yang mengirimkan
sentuhan ke otak. Kita bisa
merasakan kekasaran atau
kehalusan sesuatu melalui kulit.
Ujung jari lebih peka terhadap
bentuk benda dari pada telapak
tangan dan punggung tangan. Selain
itu, ujung jari lebih sensitif
dibandingkan telapak tangan dan
punggung tangan dalam
mengidentifikasi jenis objek. Ada
sel reseptor lain di kulit ujung jari
yang peka terhadap permukaan
kasar dan halus

g. Daftar Pustaka : Sulaeman, M (2007). Ilmu


pengetahuan alam Bandung:
Grafindo mediapratama

Muttaqin, A (2008). Buku ajar


asuhan keperawatan klien
Jakarta: Salemba Medika

Puspita, I (2014). Psikologi faal,a


Bandung: Remaja
Rosdakarya
4. Percobaan : Indera peraba

Nama Percobaan : Gerak Refleks

Nama Subjek Percobaan : Axcel Bayu Firmansyah

Tempat Percobaan : Laboratoriun Psikologi Faal

a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui adanya gerakan-

gerakan refleks pada otot

b. Dasar Teori : Gerak Refleks merupakan gerak


yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa
diperintah otak dan baru disadari
setelah terjadi. Gerak refleks
berbeda dengan gerak biasa, karena
rangsangan diolah sumsum tulang
belakang. Gerak refleks berpusat di
sumsum tulang belakang, sumsum
lanjutan, dan otak tengah
(Sholahuddin, 2015). Gerak refleks
dapat dibedakan atas refleks otak
bila saraf penghubung (asosiasi)
berada di dalam otak, misalnya,
gerak mengedip atau mempersempit
pupil bila ada sinar dan refleks
sumsum tulang belakang bila set
saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya
refleks pada lutut (Sherwood,
2001). Gerak refleks berjalan sangat
cepat dan tanggapannya terjadi
secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan
control dari otak (Robinson, 2002).
Gerakan refleks lutut menyentak
terjadi ketika bagian bawah
tempurung lutut dipukul dengan
benda tumpul. Gerakan refleks ini
akan menyebabkan kaki bagian
bawah bergerak ke depan yang
disebut juga dengan gerakan
ekstensor.

c. Alat yang Digunakan : Palu berbahan karet

d. Jalannya Percobaan : 1.1 Praktikan diminta untuk duduk

di atas meja dengan posisi kaki


menggantung ke bawah
1.2 Asisten memukul bagian lutut
praktikan dengan menggunakan
palu berbahan karet

e. Hasil Percobaan : 1.1 Saya merasakan sedikit efek


sedikit rasa setrum pada lutut
disaat asisten memukul pada
lutut di titik tertentu
1.2 Dari efek setrum tersebut,
timbul gerakan refleks yang
tanpa disadari kaki saya dengan
sendirinya bergerak ke arah
depan.

f. Kesimpulan : Dari percobaan yang dilakukan


ini memberikan bukti yang
cukup kuat bahwa adanya
gerakan yang terjadi secara tiba
tiba, tidak terkontrol dan tanpa
disadari otak. Gerak refleks
pada lutut ini merupakan refleks
sumsum tulang belakang.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk
memeriksa refleks patela.
Refleks patela adalah refleks
sistem saraf berupa refleks
kontraksi otot di sekitar patela.
Sehingga kaki terlihat seperti
menendang. Patela merupakan
tulang yang terdapat di depan
sendi lutut. Dari hasil percobaan
ini, menunjukkan bahwaRefleks
hentakan lutut disebabkan oleh
ketukan pada tendon yang
berhubungan dengan otot
kuadrisep atau otot paha bagian
depan. Reseptor sensoris
(sensorik) akan mendeteksi
pereganganmendadak pada otot
kuadrisep tersebut. Neuron
sensoris akan menghantarkan
rangsang kepada neuron motoris
(motorik) pada sumsum tulang
belakang. Neuron motoris
menghantarkan rangsang
menuju otot kuadrisep yang
menyebabkan otot tersebut
berkontraksi dan menggerakkan
kaki bagian bawah ke depan.
Gerak refleks ini hanya
membutu kan dua jenis neuron
yaitu sensoris dan motoris.
Namun bersamaan dengan
proses tersebut neuron sensoris
pada kuadrisep menghantarkan
rangsang menuju interneuron
pada sumsum tulang belakang.
Kemudian interneuron akan
menghambat neuron motoris
mengirimkan impuls penyebab
kontraksi otot paha bagian
belakang, hal ini membuat
refleks kaki bagian bawah
berjalan lancar. Dari percobaan
ini memicu refleks sentakanlutut
yaitu suatu refleks regang
muskulus kuadri-seps femoris,
karena ketukan pada tendon
meregangkan otot.

g. Daftar Pustaka : Sholahuddin, A. (2015). Siap unipa


biologi, Kabupaten Tegal:
CreateSpace Publishing.LLC
Sherwood, L. (2014) Fisiologi
manusia dari sel ke
system, Jakarta:

EGC

Robinson, R. (2002) Fisiologi


manusia dari sel ke system,
Jakarta: EGC
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai