Anda di halaman 1dari 6

Dewan ini akan melarang tokoh agama (ustad, kyai, dan lain lain) untuk berpartisipasi sebagai yang

dipilih dalam pemilihan umum.

Definsi Melarang tokoh agama dalam suatu agama


seperti ustad dan kyai untuk mencalonkan diri
dalam pemilihan umum dengan demikian
siapapun bukan dari tokoh agama memiliki hak
untuk turut andil untuk mencalonkan diri dalam
pemilihan umum
Tujuan Mengoptimalkan penyelenggaraan pemilu bukan
karena memilih atas dasar seorang kandidat
tersebut adalah seorang tokoh agama agar
menghasilkan keputusan seorang pemimpin yang
tepat tanpa embel2 sebuah agama. Adapun
kategori seorang pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang dapat menjalankan
pemerintahannya dengan baik, yang dapat
mensejahterakan rakyatnya tanpa
mengkotak2kan berdasarkan agama ataupun hal
lain.
Posisi Pijak 1. Saya setuju kandidat pemilihan umum
bukan dari tokoh agama
2. Kandidat pemilihan umum seharusnya
dicalonkan dari siapapun bukan dari
tokoh agama berhak untuk berdemokrasi
Mekanisme Saat pengkaderan seorang pemimpin bukan
diambilkan dari seorang tokoh agama suatu
agama melainkan dicalonkan dari orang yang
sudah ahli dalam politik(bukan hanya politik) dan
tentunya bertanggung jawab tanpa embel2 suatu
agama
Argumentasi 1.pencalonan dalam pemilu tidak
seharusnya dicalonkan dari tokoh agama
2.Pelarangan tokoh agama untuk
mencalonkan diri dalam pemilu dapat
mewujudkan penyelenggaraan pemilu
dengan maksimal
3.Pelarangan pencalonan pemilu dari
tokoh agama dapat memberi manfaat
4.Pelarangan pencalonan pemilu dari
tokoh agama boleh dilakukan

Argumentasi
1.Kenapa pencalonan pemilu tidak seharusnya
dicalonkan dari tokoh agama?
 Hasil pemilu yang unfair-apabila seorang
tokoh agama yang mencalonkan diri
dalam pemilu tersebut dari tokoh agama
yang sebagian besar penduduk memeluk
agama tsb otomatis memilih calon tsb-
kemungkinan besar memenangkan
pemilu-calon yang bukan dari agama tsb
atau kalangan biasa saja bukan dari tokoh
besar suatu agama kalah suara
(bahayanya untuk masyarakat yang
beragam)
 Apabila seorang paus ataupun pendeta
mencalonkan diri-Sebagian besar
penduduk islam-beranggapan haram
hukumnya memilih pemimpin bukan dari
islam apalagi tokoh agama dari agama
lain-tidak akan memilih calon tersebut
karena embel2 tokoh agama dari agama
lain-kalah suara
 Ditakutkan tokoh agama mencalonkan
diri-mencampuradukkan urusan agama
dengan politik-mengeksploitasi ayat-ayat
alquran untuk kepentingan politik-demi
memenangkan pemilu
 Ditakutkan adanya anggapan proses
penyebaran sebuah agama dan anggapan
tidak toleran terhadap agama lain-
Indonesia 5 agama yang diakui-tokoh
agama apabila mencalonkan diri
ditakutkan ada anggapan urusan syiar
sebuah agama-ditakutkan apabila tokoh
agama tsb apabila memenangkan pemilu
dianggap hanya berfokus pada urusan
agama tsb tanpa memikirkan dan toleran
thd agama lain
2.Kenapa melarang tokoh agama dapat
mewujudkan penyelenggaraan pemilu dengan
maksimal ?
> Menyelenggarakan pemilu bukan dari tokoh
agama-lebih bebas memilih tanpa embel2
sebuah agama-lebih adil karena memilih
seorang pemimpin bukan berdasarkan agama
melainkan memang orang yang mendapat
amanah dari rakyat-hasil akhir benar2
berdasarkan suara rakyat tanpa berdasarkan
tergolong dari agama mana pemimpin tsb-
pemimpin yang terpilih tepat berdasar suara
rakyat

3.Kenapa pelarangan pencalonan pemilu dari


tokoh agama dapat memberi manfaat ?
Memberi manfaat dalam penyelenggaraan
pemilu selanjutnya-memberikan kesempatan
siapapun untuk memiliki hak dalam mencalonkan
diri dalam pemilu, kemudian yang kedua tidak
menyudutkan agama manapun-berpartisipasi
dalam berdemokrasi-hanya karena agama tsb
minoritas di kalangan masyarakat-berhak
mencalonkan diri maupun menyuarakan suara
dalam sebuah pemilu

4.Kenapa pelarangan pencalonan pemilu dari


tokoh agama boleh dilakukan ?
Untuk dapat menyelenggarakan pemilu dengan
maksimal secara bebas dan adil dengan hasil
murni dari suara hati rakyat dan nantinya
menghasilkan seorang pemimpin yang amanah
dan bertanggung jawab tanpa menyudutkan
agama manapun ataupun membawa urusan
agama dalam politik sehingga siapapun dapat
turut andil dalam berdemokrasi

1. Hindari bahasa asing


2. Jangan keluar dari mosi, bukan hanya calon pemimpin yang latar belakang politik
3. Urgency -> pemilu tidak adil -> Kandidat tokoh agama memungkinkan membawa dalil2 yang
memang sudah jelas dalam ajaran untuk memilih pemimpin tidak dari agama lain sehingga
mengakibatkan cuci otak kepada penduduk->terciptanya pemilu tidak bebas karena sudah
beranggapan memilih pemimpin dari seagama-orang dari agama lain terdiskriminasi-
>mengakibatkan kompetisi yang tidak sehat
4. Boleh dilakukan ->
Wajar negara mengambil hak berdemokrasi bukan hal baru, parameter apa yang digunakan
untuk membatasi hak demokrasi seseorang apabila ditakutkannya adanya bahaya tinggi yang
dapat timbul
hak politik boleh dicabut pada keadaan pertama adanya hak yang boleh direnggut karena orang
tsb merupakan perwakilan negara seperti tni dan polri, yang kedua yang potensi bahaya nya
tinggi atau dapat menimbulkan bahaya untuk masyarakat yang beragam yakni mengancam orang
yang dari agama minoritas tidak bebas untuk berdemokrasi

Definisi Melarang tokoh agama dalam suatu agama


seperti ustad dan kyai untuk mencalonkan diri
dalam pemilihan umum dengan demikian
siapapun bukan dari tokoh agama memiliki hak
untuk turut andil untuk mencalonkan diri dalam
pemilihan umum
Tujuan Memberikan kesempatan kepada para tokoh
agama untuk dapat mencalonkan diri dalam
pemilu karena merupakan hak tiap penduduk
untuk berdemokrasi
Posisi Pijak 1. Saya tidak setuju terhadap larangan
bahwa tokoh agama dilarang untuk
mencalonkan diri dalam pemilu
2. Melarang tokoh agama untuk
mencalonkan diri dalam pemilu
merupakan bentuk pelanggaran HAM dan
bentuk diskriminasi
Mekanisme Tetap memberikan hak kepada siapapun dalam
konteks ini tokoh agama untuk dapat turut andil
mencalonkan diri dalam pemilu karena
merupakan haknya dalam berdemokrasi,
kemudian
Argumentasi 1.Melarang tokoh agama untuk mencalonkan diri
dalam pemilu merupakan bentuk pelanggaran
HAM
 Tokoh agama memiliki hak yang sama
dengan penduduk lainnya dan bukan
termasuk dalam aparat pertahanan
negara seperti TNI dan Polri maupun
pembatasan hak politik eks narapidana
koruptor dengan tujuan pemberantasan
korupsi sehingga sesuai pada Pasal 43
Ayat (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM) dinyatakan, “setiap warga negara
berhak untuk dipilih dan memilih dalam
pemilihan umum berdasarkan persamaan
hak melalui pemungutan suara yang
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan”.
Hal ini membuat siapapun termasuk
tokoh agama dapat turut andil selagi ia
masih menjadi Warga Negara Indonesia
dan memenuhi syarat serta ketentuan
yang berlaku. Adapun kriteria untuk
pengkaderan calon pemimpin dalam
pemilu yang baik adalah sbb :
1. memiliki kecerdasan dan kemampuan
berpikir yang dan baik. Kecerdasan
intelektual sangat dibutuhkan
seorang pemimpin karena natinya
akan digunakan untuk mengambil
keputusan serta mengatasi persoalan
yang akan dihadapi nantinya.
2. pemimpin yang visioner. Yakni,
pemimpin yang selalu memiliki visi
dan rencana yang jelas dalam
bekerja, baik visi jangka pendek,
menengah, dan panjang. Karena, visi
atau rencana kerja yang baik dapat
membuat kinerja menjadi lebih
efektif, terstruktur, dan efisien
3. memiliki track record yang baik
dalam kualitas kepemimpinannya
sebelumnya. Apakah perkataan dan
tindakannya sesuai?, apakah visi dan
aksinya relevan?, apakah komunitas
yang dipimpin sebelumnya puas dan
bahagia dengan kinerja
kepemimpinannya?. Tentunya yang
dapat memberikan kontribusi nyata
kepada masyarakat dan tidak hanya
janji2 belaka pada saat kampanye.
Sehingga jika para tokoh agama yang
mencalonkan diri dapat memenuhi
kriteria2 yang dibutuhkan tersebut
untuk menjadi pemimpin seharusnya
tidak menjadi permasalahan apabila
para tokoh agama ini mencalonkan
diri dalam pemilu

2.Melarang tokoh agama untuk mencalonkan diri


dalam pemilu merupakan tindakan diskriminasi
> Hanya karena tokoh agama ini merupakan
tokoh yang disegani pengikutnya bukan berarti
hak tokoh agama untuk berpolitik harus dicabut
dianggap mempunyai hak politik yang
sama dengan warga negara yang lain yaitu
suatu hak yang dijamin oleh konstitusi.
Sehingga apabila tokoh agama dilarang untuk
turut andil dalam berpolitik merupakan sebuah
bentuk menyudutkan para tokoh agama yang
ingin mencalonkan diri tersebut hanya karena
berdasarkan tergolong dari suatu golongan
agama tertentu,membatasi hak yang seharusnya
dimiliki oleh tiap2 penduduk termasuk para tokoh
agama merupakan bentuk membatasi hak
demokrasi yang tidak sesuai dengan sistem
pemerintahan yang telah diterapkan di Indonesia
ini yakni sistem demokrasi dimana tiap-tiap
penduduk berhak untuk dipilih maupun memilih
dalam pemilu

3.Tidak ada larangan yang secara khusus


mengatur bahwa tokoh agama tidak boleh
berpartisipasi dan dipilih dalam pemilihan umum
di Indonesia.
> Seperti yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,
tidak ada ketentuan yang secara eksplisit
melarang tokoh agama untuk menjadi calon atau
terlibat dalam pemilu. Sehingga seyogyanya tidak
adanya larangan ataupun pembatasan para tokoh
agama untuk memiliki hak dipilih maupun
memilih dalam berdemokrasi karena hal itu
bertentangan dengan UU Pemilu yang
membebaskan siapapun untuk memiliki hak
berdemokrasi

Sanggahan

Hak sebagai pemilih bukan dipilih

Tokoh agama menyampaikan ayat agama tidak dapat dibantah sehingga dianggap tidak bisa ditolak
sehingga memaksa para pengikut untuk memilihnya, dihantui ketakutan jika tidak memilijh
mendapatkan dosa yang berdampak pembatasan fikir. ->Bisa dituntut/disomasi, hak masyarakat memilih
pemimpin baik/buruk

Konflik cukup tinggi->pembela2 memiliki sifat anarkis dan fanatik

Hak tokoh agama boleh diambil, melangkahi hak orang lain mendapat pemilu lebih netral

Menciptakan pemilu yang adil dan inklusif

Anda mungkin juga menyukai