Anda di halaman 1dari 2

Nama: Boby Delaroy Oktana

NIM: 14040119120040
CRISIS MANAGEMENT
Manajemen krisis merupakan proses penanganan situasi yang mengancam suatu kelompok
masyarakat yang berupa respon terkoordinasi untuk mengurangi dampak krisis dan normalisasi.
Krisis bisa bersangkutan seputar ideologi, teknokrasi, demografi, dsb.
Krisis bisa muncul dari beberapa sebab, Salah satunya dari opini publik yang mana dapat
mempengaruhi citra dan posisi individu atau kelompok dimata masyarakat. Tidak ada satu sektor
pun yang kebal krisis. Opini publik bisa menjadi krisis ketika dapat menimbulkan kerugian
secara fisik dan mental. Opini publik masuk dalam kategori isu. Manajemen isu adalah kapasitas
untuk memahami, menggerakkan, mengkoordinasikan, dan mengarahkan semua fungsi
perencanaan strategis dan kebijakan, dan semua urusan publik/humas keterampilan, menuju
pencapaian satu tujuan: partisipasi yang berarti dalam penciptaan kebijakan publik yang
mempengaruhi nasib pribadi dan institusional. Manajemen isu mencakup beberapa unsur, yakni;
a) Mengantisipasi masalah yang muncul, b) Seleksi permasalahan, c) Kelola peluang dan
ancaman, d) Perencanaan dari luar ke dalam, e) orientasi sebelum krisis.
Krisis merupakan fase dimana permasalahan sedang dalam kondisi "klimaks" yang menyerang
salah satu sektor dalam organisasi dan bersifat jangka pendek, namun dapat mempengaruhi
sektor lain di organisasi tersebut dan berkembang jika tidak segera ditangani dengan baik. Ada
tujuh level Krisis organisasi, diantaranya; a) Kejutan (krisis datang tak terduga), b) Uncontrol
information, c) problem eskalation, d) Uncontrollably, e) pengawasan meningkat, f) merasa
dikepung, dan g) panic.
Untuk mengatasi krisis dalam organisasi, HUMAS bertugas untuk lihai dalam manajemen
komunikasi. Saat krisis HUMAS tidak boleh (Dont's) terlalu terbuka, membiarkan CEO
berbicara paling awal, condong menahan informasi, menjawab semua pertanyaan, dan
berbohong. HUMAS harus lihai mengelola informasi dan komunikasi dengan melakukan (Do's)
Komunikasi dan bersikap fleksibel, Komunikasi lebih awal dari satu sumber berdasarkan fakta,
jauhi emosi, dan jali relasi (persekutuan).
Media bagaikan pedang bermata dua bagi suatu perusahaan ataupun organisasi. Disatu sisi Media
dapat membantu perusahaan dalam mencitrakan dirinya jika berprestasi, disisi lain Media juga
akan selalu mengulik kesalahan dan keburukan perusahaan. Media dituntut cepat dalam
menyajikan fakta atau berita, sebagai HUMAS juga harus lebih cepat menyebarkan informasi.
Mengenai apa yang dikatakan kepada media, berlaku 10 prinsip umum berikut: a) Bicara lebih
dulu dan sering, b) Jangan berspekulasi, c) Jangan direkam dengan risiko Anda sendiri, d) Tetap
dengan fakta e) Bersikaplah terbuka dan peduli, bukan defensif f) Sampaikan maksud Anda dan
ulangi, g) Jangan berperang dengan media; ketika Anda melakukannya, Anda kalah, h) Tetapkan
diri Anda sebagai sumber yang paling berwibawa, i) Tetap tenang dan jujur serta kooperatif, j)
Jangan pernah berbohong.
Disaat Media tradisional sedang mendikte permasalahan krisis, peran Media sosial semakin
meningkat. Media sosial menjadi Media yang dapat dijangkau oleh khalayak yang lebih luas,
segmented, dan dengan waktu yang singkat. Informasi dapat tersebar, diketahui, dan berkembang
cepat di Sosial media. Menyebarkan berita atau informasi melalui media sosial bersifat
komunikasi dua arah, sehingga akan terjadi diskusi dan perdebatan secara langsung antara
pembaca dan penulis.

Sumber: Seitel, Fraser P. 2017. Practice of Public Relations: Chapter 13. Pearson.
Nama: Boby Delaroy Oktana
NIM: 14040119120040

AKSI KETUA BEM UI MENGANCAM PRESIDEN JOKOWI UNTUK TURUN DARI


JABATANNYA ATAU BERDARAH-DARAH
Isu ini berkembang setelah Ketua BEM Universitas Indonesia Melki Sedek Huang diundang
dalam acara Podcast Abraham Samad pada Selasa 20 Juni 2023. Pada Podcast tersebut Melki
mengutarakan pikiran dan pendapatnya bahwa "Jokowi menebar ketakutan pada anak muda
untuk bersuara". Melki mengakui apa yang dikatakannya mewakili suara Mahasiswa, buruh,
nelayan, dan NGO. Dia bersama aliansinya melakukan gerakan seribu surat dengan mengirimkan
surat ke Presiden Jokowi dan berharap mendapatkan jawaban dari Presiden. Dengan gaya dan
intonasi yang penuh keyakinan Melki mengatakan, "Kita lihat, apakah Jokowi peduli? Kalau
surat saja tidak direspon. Kita beri dua pilihan itu, Turun baik-baik sebelum Pemilu 2024, atau
turun dengan (kekerasan) tumpah darah." (06/20). Gerakan seribu surat dilakukan Melki untuk
membuktikan pembungkaman suara rakyat di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Sontak,
pernyataan ini menimbulkan konflik mengingat banyaknya pendukung Jokowi yang fanatik, dan
menganggap Melki terlalu berorientasi pada penyerangan, arogansi, dan sikap
"petantang-petenteng" Yang tidak mencerminkan seorang Mahasiswa yang baik.
Sumber: Kurniawan, Ade. 2023. Ketua BEM UI Ancam Jokowi: Mau Turun Atau
Berdarah-darah.
https://www.katalogika.com/logika/amp/1449213556/ketua-bem-ui-ancam-jokowi-mau-turun-ata
u-berdarah-darah. Diakses pada 22 Juni 2023 pukul 09.00 WIB.

Tindakan yang dilakukan Ketua BEM UI, Melki Sedek Huang mengundang perhatian banyak
Media pers di Indonesia. Apa yang dilakukan oleh Melki Sedek dipandang sebagai suatu hal
yang kontroversial dan memiliki nilai berita yang menarik. Karena hal itu, ancaman krisis
muncul kepada dua belah pihak, yakni Presiden Jokowi dan Melki beserta Universitas Indonesia.
Hal ini dikarenakan jika Presiden Jokowi tidak menggubris gerakan Melki, maka ini dapat
digunakan sebagai indikasi bahwa dugaan Melki benar soal pembungkaman. Namun, cara bicara
dan gesture Melki dinilai terlalu arogan dan menyerang pemerintahan ini dapat menguatkan
cuitan Ade armando pada tahun 2020 yang mengatakan, "Di UI selama 20 tahun terakhir kaum
Tarbiyah menjalankan langkah-langkah sistematis, terstruktur dan terencana untuk menguasai Ul
dalam rangka tujuan politik sempit mereka," kata Ade. "Celakanya, BEM yang memang sudah
dikuasai kaum Tarbiyah menjadikan program penerimaan mahasiswa baru ini sebagai sarana
kaderisasi ideologi dan aktivisme politik," jelas Ade. (Detik.com).

Pemerintah dan Universitas Indonesia harus menentukan resiko yang berpotensi berdampak pada
audiens, menjelaskan mitigasi dampak resiko, mengidentifikasi penyebab resiko, menunjukkan
manajemen yang bertanggung jawab, dan membuat pesan yang konsisten. Isu ini sedang hangat
dibicarakan namun jika dilihat dari level krisis ini masih dalam level kejutan dan informasi yang
tidak memadai. Isu sedang berkembang dikalangan masyarakat, belum membuat organisasi baik
pemerintah maupun Universitas Indonesia mengalami keos. Kedua belah pihak harus bicara
lebih awal dengan fakta, menghindari pesan yang defensif, dan merangkul pihak ketiga (Sekutu)
untuk menguatkan argumen. Humas tidak boleh terjebak dalam spekulasi yang muncul dari
tekanan isu publik yang menyerang.

Anda mungkin juga menyukai