Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ni Putu Novsa Dewi

Nim : 1901521002
Prodi/semester: Sastra Bali/ V
Mata Kuliah : Kapita Selekta Bahasa dan Sastra

Review Apokaliptisme Sastra Lisan Lereng Arjuna Karya Sony Sukmawan Tahun 2014
dalam Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Sirok Bastra

Artikel ini mengkaji sastra lisan di Lereng Gunung Arjuna dengan fokus kajian pada
dimensi lingkungan yang ada di dalam sastra lisan tersebut. Melalui kajian ini dapat dirumuskan
mengenai konstruksi puitik dan naratif sastra (lisan) apokaliptik. Penelitian ini menggunakan
pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan ekokritik sastra yang ditopang dan ditunjang oleh
pendekatan budaya, etika lingkungan, sastra lisan serta menggunakan prosedur etnografis.
Sebagai sastra lingkungan, sastra lisan Lereng Arjuna memiliki ciri apokaliptik, berkaitan
dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini menggunakan teori Ekokritik Sastra, Sastra
Lingkungan, dan Sastra Apokaliptik.
Peristiwa sosio-ekologis yang menghasilkan sastra lisan Lereng Arjuna adalah kerusakan
alam dan bencana alam (apokalips). Sementara itu Gagasan apokaliptik dalam teks sastra lisan
masyarakat Lereng Arjuna tersimpan di balik latar penamaan desa, latar penamaan situs-situs
purbakala dan situs keramat alami, serta penamaan para baureksa dalam mantra. Karakteristik
apokaliptik dalam sastra lisan Masyarakat Lereng Arjuna terdiri atas Karakter pahlawan (Eyang
Semar dan cikal bakal desa), Lingkungan apokaliptik dan Visi atau ramalan.
Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sastra lisan Bukit Buung Batu
Majalan di Desa Adat Pengosekan, Kecamatan Ubud. Hal ini karena di dalam cerita Bukit Buung
Batu Majalan terdapat penarasian sejarah setempat, memiliki unsur karakter pahlawan yang
bervisi alam, pengangkatan tema lingkungan serta adanya pengakuan atas keajaiban alam.
Keseluruhan hal tersebut dapat dikupas dengan teori ekokritik sastra dengan fokus kajian pada
narasi apokaliptik seperti dalam penelitian Sukmawan (2014) yang dipaparkan di atas. Selain
relevansi secara teoritis, penelitian Sukmawan (2014) di atas juga memiliki relavansi tujuan
dengan penelitian sastra lisan Bukit Buung Batu Majalan di Desa Adat Pengosekan, Kecamatan
Ubud. Adapun tujuan tersebut adalah untuk mendokumentasikan, menginventarisasikan,
melestarikan, memperkenalkan, merevitalisasikan, dan memopulerkan kembali sastra lisan
dengan beragam fungsi dan potensinya, terutama muatan kearifan lokal yang bermanfaat bagi
pemeliharaan, pelestarian, serta pemulihan sumber daya alam dan lingkungan. Antara penelitian
Sukmawan (2014) dengan penelitian yang dilakukan penulis mengenai analisis ekologi sastra
dalam cerita Bukit Buung Batu Majalan di Desa Adat Pengosekan terdapat perbedaan selain
persamaan di atas. Perbedaan terletak pada kajian struktur naratif yang tidak dilakukan dalam
penelitian Sukmawan (2014) tetapi dalam penelitian yang akan penulis lakukan akan didahului
dengan mengkaji struktur naratif dari cerita Bukit Buung Batu Majalan sebelum dikaji secara
ekologi sastra. Selain itu dalam penelitian cerita Bukit Buung Batu Majalan juga akan disertai
kajian sastra pastoral dan etis.
Dapat disimpulkan bahwa penelitian Apokaliptisme Sastra Lisan Lereng Arjuna karya
Sony Sukmawan tahun 2014 dapat dijadikan acuan dan sumber pengetahuan dalam melakukan
kajian narasi apokaliptik yang terdapat di dalam sastra lisan Bukit Buung Batu Majalan di Desa
Adat Pengosekan, Kecamatan Ubud. Hal ini karena tulisan Sukmawan (2014) ini memberikan
informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai ekokritik sastra, sastra lisan dan
pengetahuan terhadap kajian apokaliptik dalam sastra lisan.
.
Tambahkan kelebihan artikel ini

Anda mungkin juga menyukai