Anggaran Fleksibel
KEGIATAN BELAJAR 1
Flexible
Variance
__ } (fa,•orabre)
AnggaJ'ID
Kos Aktual Anggal'an Fleksibel
Statb
(Budgeted costs
(B~eted costs at actual
at,b,1ttJgdeil vol11me)
volume)
@ @
10.000 10.000
Unit Unit
Gambar 6.1
Hubungan antara Variansi Anggaran Statis dan Anggaran Fleksibel
Pada Level Aktivitas Kuantitas Aktual yang Diproduksi
Ilustrasi 1
lnformasi yang berkaitan dengan Anggaran lnformasi yang berkaitan dengan data aktual
Master: untuk kuartal pertama:
-Produksi yang dianggarkan untuk kuarter -Unit yang diproduksi: 1200 unit
pertama: 1.060 unit
-Bahan baku: -Kos bahan baku: Rp4.830.000
1 kaos polos @Rp3.000
5 ans tinta warna @Rp200
- Tenaga kerja: Kos tenaga kerja langsung Rp1 .500.000
0, 12 jam @Rp10000
-Overhead variabel
Pemeliharaan 0, 12 jam @Rp3750 Kos pemeliharaan: Rp535.000
Daya 0, 12 jam @Rp1250 Kos Daya: Rp170.000
-Overhead tetap
Grounds keeping Rp1 .200.000 per kuartal Grounds keeping: Rp1 .050.000
Depresiasi Rp600.000 per kuartal Depresiasi Rp600.000
Jawaban:
Ilustrasi 2
Berikut adalah informasi yang berkaitan dengan persiapan penyusunan
anggaran fleksibel before-the-fact:
Tingkat Output : 1.000, 1.200, dan 1.400
Bahan:
1 kaos polos @Rp 3.000
5 ons tinta @ Rp 200 per ons
Tenaga Kerja:
0,12 Jam @Rp 10.000
Overhead Variabel:
Pemeliharaan: 0,12 Jam @Rp 3.750
Daya: 0, 12 Jam@Rp 1.250
Overhead Tetap:
Pemeliharaan Tanah: Rp 1.200.000 Per Kuartal
Penyusutan: Rp 600.000 Per Kuartal
e EKMA4314/MODUL 6 6.7
Berdasarkan data di atas, Anda diminta untuk menyiapkan anggaran tiga level
output yakni: 1.000, 2.000, dan 1.400 Unit.
Jawaban:
Dapat kita lihat pada Ilustrasi 2 di atas bahwa seiring terjadi peningkatan
pada level produksi maka kos produksi juga ikut meningkat. Hal tersebut
dikarenakan kos variabel akan meningkat mengikuti peningkatan yang terjadi
pada level produksi. Karena itulah, seringkali anggaran fleksibel disebut juga
anggaran variabel. Sedangkan untuk kos overhead tetap nilainya akan sama
terns berapa pun level produksinya.
Selanjutnya, mari kita analisis bagaimana perubahan yang terjadi padakos
per unit di masing-masing level produksi. Untuk unit sebanyak 1.000 unit, kos
produksi adalah sebesar Rp7,6 (Rp7.600.000: 1.000 unit). Berikutnya untuk:
unit sebanyak l .200 unit dan 1.400 unit, berturut-turut kos per unitnya adalah
Rp7,3 dan Rp7,08. Dapat disimpulkan, seiring dengan meningkatnya level
6.8 AKUNTANSI MANAJEMEN e
produksi, justru total kos produksi per unit semakin turun. Hal tersebut
dikarenakan semakin kos yang bersifat tetap menanggung semakin banyak
unit.
Selanjutnya, manajer dapat menyusun anggaran fleksibel after-the-fact.
Mengingat contoh di bagian sebelumnya diceritakan bahwa PT Abadi
berencana untuk memproduksi 1.060 unit, sehingga anggaran pun dibuat pada
level 1.060. Padahal kenyataannya PT Abadi memproduksi 1.200 unit. Maka
tidak masuk akal apabila penilaian kinerja dilakukan dengan mernbandingkan
kos yang terjadi pada level 1.060 serta 1.200. Berikut akan ditampilkan
ilustrasi penyusunan anggaran fleksibel tipe kedua, yakni after-the-fact yang
mana digunakan sebagai input dari laporan penilaian kinerja,
Ilustrasi 3
Berikut adalah informasi yang berkaitan dengan persiapan penyusunan
anggaran fleksibel after-the-fact yang digunakan untuk menyusun laporan
penilaian kinerja. Gunakan informasi dan jawaban yang telab disediakan di
Ilustrasi I dan 2 sebelumnya yakni mengenai kos aktual dan kos anggaran
untuk level aktivitas produksi sebanyak 1.200 unit. Berikut adalah informasi
terkait hal tersebut.
Jawaban:
VOH:
Pemeliharaan 535.000 540.000 (5.000) F
Daya 170.000 180.000 (10.000) F
FOH:
Pemeliharaan Tanah 1.050.000 1.200.000 (150.000) F
Depresiasi 600.000 600.000 (0)
perbandingan antara aktual dan yang dianggarkan dilakukan pada level ouput
yang berbeda.
Lantas apa makna dari masing-masing hasil variansi tersebut? Varians
unfavorableyang terjadi pada bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung
memberikan petunjuk bahwa kos per unit untuk baban baku langsung dan
tenaga kerja langsung lebih tinggi secara aktualnya dibandingkan
anggarannya. Namun demikian, varians yang terjacli jumlahnya tidak terlalu
besar, sehingga mungkin tindakan korektif yang dieksekusi tidak terlalu
darurat untuk dilakukan. Misalkan varians yang terjadi besar, maka manajer
tingkat atas barus segera mencari akar penyebabnya dan memberikan tindakan
korektif agar dike depannya tidak timbul varians unfavorable. Misalkan bisa
j adi manaj er produksi kurang baik dalam melakukan pengumpulan informasi
kos bahan baku dari beberapa pilihan vendor atau tidak memperhatikan tenggat
waktu pembayaran yang menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan
untuk memperoleh diskon pembelian.
Dengan demikian, anggaran fleksibel menyediakan informasi berk.enaan
dengan efisiensi seorang manajer, yakni seberapa baik manajer tersebut
mengendalikan kos pada level aktual. Lalu apak.ah anggaran statis tidak
berguna sama sekali dalam penilaian kinerja? Tentu tidak. Anggaran statis
dapat digunakan pula untuk menilai efisiensi dari seorang manajer. Dengan
anggaran statis kita dapat mengetahui apakah seorang manajer telah mencapai
targetnya karena anggaran statis menggambarkan tujuan yang ingin dicapai
perusahaan. Manajer dikatakan efektif apabila ia mampu mencapai atau
rnelebihi target unit yang telah ditetapkan. Misalkan untuk kasus PT Abadi
yang ada di Modul sebelumnya, perusahaan menargetkan manajer bagian
produksi untuk memproduksi sebanyak 1.060 unit, sedangkan aktualnya
temyata yang diproduksi adalah 1.200 unit. Artinya manajer mampu
memanfaatkan kapasitas menganggur semaksimal mungkin karena dengan
prediksi kapasitas yang sama, tingkat produksi melebihi yang direncanakan.
Perlu diingat bahwa anggaran fleksibel (before-the-factdan after-the-fact)
yang dimaksud pada kegiatan belajar ini merupakan anggaran fleksibel dengan
pendekatan tradisional atau fungsional. Anggaran fleksibel dengan berbasis
aktivitas akan dibahas pada kegiatan belajar selanjutnya.
e EKMA4314/MODUL 6 6.11
~,
-
-- -~
-..,,-
LATIHAN
Keterangan Penghitungan:
a (3 x Rp6.000) + (4 x Rp2.000)
b (Rp26.000 x 2.000)
c (0,5 x Rp I 0.000)
ct (Rp5.000 x 2.000)
e (0,2 x Rpl0.000)
f (Rp2.000 x 2.000)
g (0,3 x Rp5.000)
h (Rp 1.500 x 2.000)
c (0,5 x Rp2.200)
d (1.800 x Rp4.000)
e (8.000 x Rp4.000)
r (1.100 x Rp4.000)
9) Berikut ini adalah basil yang paling tepat mengenai rincian anggaran kos
produksi yang akan dikeluarkan jika perusahaan berencana memproduksi
2.500 unit pada kuartal pertama, berturut-turut untuk kos variabel bahan
baku langsung; kos variabel tenaga kerja langsung; kos overhead variabel;
kos overhead tetap adalah ( dalam satuan rupiah) ....
A. 25.000.000; 43.750.000; 20.500.000; 12.500.000
B. 35.750.000; 25.000.000; 88.750.000; 12.500.000
C. 43.750.000; 25.000.000; 20.500.000; 10.000.000
D. 43.750.000; 25.000.000; 20.000.000; 12.500.000
KEGIATAN BELAJAR 2
Ilustrasi 4
Berikut adalah informasi yang dibutuhkan.
1. Pemrintaan pesanan pembelian berdasarkan permintaan kebutuhan bahan
adalah 15.000 kali pesanan pembelian.
2. Sumber daya yang dibutuhkan untuk aktivitas pembelian.
a. Luna agen pembelian, masing-masing mampu mengolah 3.000
pesanan per tahun; gaji masing-masing adalah sebesar Rp40.000.000.
b. Perlengkapan (formulir, kertas, perangko, amplop dll); diprediksikan
akan rnenghabiskan kos Rp l .000 per pesanan pembelian.
c. Depresiasi peralatan-peralatan kantor Rp5.000.000 per tahun.
d. Sewa dan Utilitas Ruang kantor Rp6.000.000.
Gaji 200.000.000 a
Perlengkapan kantor 15.000.000 b
Depresiasi 5.000.000
Sewa dan Utilitas Ruang Kantor 6.000.000
Total 226.000.000
Keterangan Penghitungan:
a (5 x Rp40.000.000)
b (5 x 3.000 x Rp 1.000)
Kos yang bersifat variabel pada aktivitas pembelian tersebut adalah untuk
perlengkapan kantor karena jumlah kosnya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah pesanan pembelian. Kos setiap pesanan berkaitan
dengan perlengkapan adalab sebesar Rp 1.000, namun oleh karena pesanan
pembelian yang dilakukan setiap tenaga pembelian setiap tahunnya adalah
sebanyak 3 .000 pesanan maka besarnya kos perlengkapao. total ada]ah sebesar
RplS.000.000. Sedangkan yang lain merupakan kos tetap. Namun, untuk kos
depresiasi serta kos sewa dan utilitas lebih merupakan kos tetap bertahap.
Hal penting yang harus dipahami di sini adalah, alih-alih menggunakan
jam tenaga kerja langsung, total kos pembelian dihitung dengan menggunakan
dasar pemicu kos berupa jumlah order pembelian. Pemicu kos berupa jumlah
order pembelian tersebut merupakan pemicu kos yang tidak bersifat unit-
related, melainkan batch-related (baca kembali Modul 3 mengenai ABC).
Dengan mengetahui ukuran output sebagai pemicu kos - yang mana berkaitan
erat dengan aktivitas itu sendiri - rnaka dapat membantu pengendalian dan
penghematan kos yang berkaitan dengan aktivitas pembelian. Misalkan,
pengambilan keputusan diambil berkenaan dalam hal pendesainan ulang
produk agar menggunakan input kornponen yang serupa. Hal tersebut
menyebabkan komponen bahan yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit
sehingga order pembelian yang dilakukan menjadi tidak sesering biasanya.
Dengan demikian, apabila jumlah order pembelian diturunkan maka sumber
daya yang diperlukan untuk aktivitas pembelian juga menjadi lebib sedikit,
sehingga kos yang berkaitan dengan aktivitas tersebutjuga lebih rendah. Perlu
diperhatikan bahwa anggaran statis berbasis aktivitas yang diilustrasikan di
atas dibuat pada satu level aktivitas saja yakni 3.000 order.
6.24 AKUNTANSI MANAJEMEN e
berbasis aktivitas, tingkat aktivitas yang digunakan adalah dari pemicu yang
berbeda-beda pada masing-masing kelompok homogen. Dengan demikian
diperolehlah nilai total anggaran yang berbeda. Tabel berikut adalah ilustrasi
laporan kinerja yang memperbandingkan nilai anggaran dan realisasi dengan
menggunakan anggaran fleksibel berbasis aktivitas. Misalkan laporan kinerja
ini dibuat pada level produksi aktual sebanyak 1.000 unit.
"'- _..,...
____--=
..._
LATIHAN
Kemudian, berikut ini adalah tingkat aktivitas yang diketahui untuk level
produksi sebanyak 32.000 unit dan 64.000 unit.
Driver (Pemicu Kos) 32.000 Unit 64.000 Unit
Jam Mesin 8.000 16.000
Setup 25 30
Pesanan Pembelian 15.000 25.000
Terakhir, berikut ini adalah informasi mengenai kos aktual yang terjadi:
Perneliharaan Rp55.000.000 Setup 46.500.000
Mesin 29.000.000 Pembelian 220.000.000
lnspeksi 125.500.000
e EKMA4314/MODUL 6 6.29
-a RANG KUMAN _
8) Angka yang benar berturut-turut untuk total kos variabel untuk aktivitas
pengaturan dan pembelian pada level produksi 40.000 unit adalah:
A. RpO dan Rp75.000.000
B. Rp84.000.000.000 dan Ro40.000.000
C. Rpl05.000.000 dan Rp25.000.000
D. Rpl05.000.000 dan Rpl5.000.000
e EKMA4314/MODUL 6 6.35
9) Total kos semua dari semua aktivitas yang timbul jika unit yang
diproduksi sebanyak 60.000 adalah sebesar ....
A. Rp288.000.000
B. Rp408.000.000
C. Rp432.000.000
D. Rp604.000.000
10) Apabila diketahui bahwa kos aktual yang terjadi pada level produksi
40.000 unit untuk masing-masing aktivitas berturut-turut adalab sebesar
Rp 110.000.000; Rp 195.000.000; Rp 100.000.000; Rp 14.750.000 maka
berikut ini adalah pernyataan yang tepat kecuali ....
A. hanya aktivitas pengaturan yang menghasilkan vari.ansfavorable
B. besaran varians dari aktivitas pemeliharaan dan mesin masing-masing
sebesar Rp2.000.000 dan Rp 15 .000.000 yang keseluruhannya
merupakan varians yang unfavorable
C. varians untuk aktivitas pembelian adalah bersifat favorable namun
selisihnya tidak terlalu besar
D. perlu tindakan korektif agar aktivitas mesin di periode selanjutnya
menghabiskan kos yang tidak terlalu besar
Daftar Pustaka
Argyris, C., 1952. The Impact of Budgets on People. Itacha, N.Y.: Prepared for
the Controllership Foundation. at Cornell University.
Bessant, J., Caffyn, S., Gilbert, J., Harding, R. dan Webb, S. 1994.
Rediscovering Continuous Improvement. Technovation. Vol. 14 No. I.pp.
17-29.
Carter, W. K., dan M. F. Usry. 2002. Cost Accounting. 13rd Edition Cincinnati
Ohio: College Division, South-Western Publishing, Co.
Garrison, R.H., Noreen, E.W., Brewer, P. C., Cheng, N. S., dan Yuen, K. C.
K. 2015. Managerial Accounting (Second Edition ed.). New York:
McGraw-Hill Education.
George, M. 2002. Lean Six Sigma: Combining Six Sigma Quality with Lean
Production Speed. New York: McGraw-Hill.
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. 2007. Using The Balanced Scorecard
as A Strategic Management System. Harvard Business Review 85.7-8:
150-+.
Kaplan, Robert S., David P. Notion. 2006. Alignment: Using the Balanced
Scorecard to Create Corporate Synergies. Harvard Business Press
Linderman, K., Schroeder, R., Zaheer, S. dan Choo, A. 2003. Six Sigma: Agoal
- Theoretic Perspective. Journal of Operations Management. Vol. 21 No.
2, pp. 193-203.
e EKMA4314/MODUL 6 6.39