Anda di halaman 1dari 272

Syarh Al-Hikam

karya

Syekh Burhanuddin Ulakan


Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana:
Pasal 72
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau
Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau
denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Syarh Al-Hikam
karya

Syekh Burhanuddin Ulakan

Tim Penulis:

Hery Firmansyah Tuanku Khalifah


Ahmad Taufik Hidayat
Pramono
Chairullah
Zikra Fadilah

DINAS KEBUDAYAAN SUMATERA BARAT


Syarh Al-Hikam
karya
Syekh Burhanuddin Ulakan
Copyright © by Syekh Burhanuddin Ulakan, 2020

Tim Penulis:
Hery Firmansyah Tuanku Khalifah
Ahmad Taufik Hidayat
Pramono
Chairullah
Zikra Fadilah

Editor:
Hery Firmansyah Tuanku Khalifah
Ahmad Taufik Hidayat
Pramono
Chairullah
Zikra Fadilah

Layout:
Atika Irbah

Desainer Cover:
Alizar Tanjung

Halaman: viii + 264 hlm


Ukuran: 15,5 x 23 cm
Cetakan Pertama, November 2020
ISBN -ISBN: 978-602-0738-65-9

Diterbitkan oleh
Dinas Kebudayaan Sumatera Barat
Kata Pengantar

Bismillāhirrahmānirrahīm.
Segala puji bagi Allah Tuhan yang amat murah, atas rahmat dan
karunianya kepada makhluk dalam dunia ini, kekuasaan dan
kepemilikan-Nya meliputi langit dan bumi. Salawat beserta salam atas
junjungan Sayyidul Anam, nur daripada nur yakni Nabi Muhammad
Saw.
Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan hasil alih aksara
terhadap sebuah naskah yang berjudul Tadzkîr al-Ghabî karya Syekh
Burhanuddin. Naskah ini merupakan sarah terhadap kitab al-Hikam
yang dikarang oleh Ibnu Athailah. Alih aksara ini juga bertujuan untuk
memperkenalkan satu-satunya karya Syekh Burhanuddin yang baru
ditemui hingga saat ini, tepatnya di Surau Pondok Ketek Ulakan
kepada masyarakat baik secara umum dan kepada jamaah tarekat
Syattariyah.

Proses alih aksara ini tidak akan dapat dilakukan tanpa


dukungan dari orang-orang yang terlibat yakni; yayasan ahli waris
Syekh Burhanuddin, Komunitas SULUAH yang telah melakukan
inventarisasi, konservasi dan digitalisasi terhadap manuskrip yang
tersimpan di Surau Pondok Ketek Ulakan dan seluruh masyarakat
serta jamaah tarekat Syattariyah di Minangkabau.

Padang, Februari 2020


Tim Penulis

Syarh Al-Hikam v
vi Syekh Burhanuddin Ulakan
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................. v


DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

BAB I Pendahuluan ............................................................................ 1


A. Pedoman Transliterasi ....................................................... 3
BAB II Alih Aksara .............................................................................. 5

Riwayat Hidup Penulis................................................................. 260

Syarh Al-Hikam vii


viii Syekh Burhanuddin Ulakan
BAB I

PENDAHULUAN

Teks Tadzkîr al-Ghabî merupakan codex unicus (naskah tunggal)


yang mana salinannya tidak ditemukan pada koleksi-koleksi
manuskrip yang ada di Minangkabau semisal Surau Lubuk Ipuah di
Pariaman, Surau Bintungan Tinggi di Pariaman, Surau Batang Kapeh di
Pesisir Selatan, Surau Ampalu Tinggi di Pariaman, Surau Syekh Yasin
di Tanjung Ampalu Sijunjung, Surau Calau di Sijunjung dan Surau
Syekh Aluma Koto Tuo di Agam. 1
Proses penulisan teks Tadzkîr al-Ghabî ini cukup unik, tidak
seperti naskah-naskah secara umumnya. Teks ini ditulis dengan cara
imla (dikte) dari mulut Syekh Burhanuddin kemudian disalin oleh
muridnya, hal ini dapat diketahui berdasarkan informasi dari kolofon
teks Tadzkîr al-Ghabî seperti :
“Tamma al-kitâb al-musammâ bitadzkîr al-ghabî bi-‘aun Allâh al-
malik al-wahhâb al-hâdî ilâ al-shawâb wa alyhi al-maâb ta’lîf sayyidinâ
mawlânâ wa qad waqnâ fî al-tharîqah wa al-haqîqah wa al-ma‘rifah
al-Syaykh Burhanudddin Ulakan wa al-syâfi’î madzhaban ta
‘ammadahu Aallâh birahmatihi wa askan fasîh jannatahu wa nafa‘anâ
Allâh bih wa radhiyaallâh ‘anhu wa shâhibihi wa kâtibihi al-faqîr al-
haqîr al-muta‘arrif bi al-dzunubi al-muhtâj ilâ ‘afw al-rabb al-rahîm
Salbiyan Min ulakan.”
Dijelaskan pada kolofon di atas bahwa Tadzkîr al-Ghabî
merupakan karangan Syekh Burhanuddin yang dituliskan oleh
Salbiyan dari Ulakan. Ada dua asumsi yang bisa dikaitkan terhadap
penulisan teks ini; pertama teks ditulis dengan cara imla oleh Syekh
Burhanuddin kepada muridnya Salbiyan, kedua teks ini ditulis secara
berangsur-angsur ketika Syekh Burhanuddin mengajarkan kitab al-
Hikam beserta pemahamannya (syarh) kepada murid-muridnya, dan

1
Semua lokasi-lokasi telah penulis datangi secara langsung. Surau-
surau tersebut merupakan sentra tarekat Syattariyah di Minangkabau.
Selain itu penulis juga telah menelusuri katalog yang ada di Minangkabau
seperti Muhammad Yusuf dkk, Katalogus Manuskrip dan Skriptorium
Minangkabau (Tokyo : Centre for Documentation and Area-Transcultural
Studies, Tokyo University of Foreign Studies, 2006).

Syarh Al-Hikam 1
salah satu muridnya yang megikuti pengajian ini sampai selesai adalah
Salbiyan.
Teks Tadzkîr al-Ghabî terdapat di surau Pondok Ulakan dengan
nomor 010/SP.SLH/2012. Naskah ini berbahasa Arab/Arab Melayu,
Minangkabau dengan aksara Arab/Jawi. Ditulis dalam bentuk prosa
dengan total halaman keseluruhan 288 halaman. Naskah ditulis
dengan menggunakan alas kertas Eropa dengan ukuran 24 x 14,8; blok
teks 16,5 x 10,6. Masing-masing halaman terdiri dari 23 baris. Tinta
hitam digunakan untuk menulis sarah dengan bahasa Melayu
bercampur Minangkabau dan tinta merah untuk menulis matannya
dengan bahasa Arab.
Tadzkîr al-Ghabîmerupakan sebuah sarah dari kitab al-Hikam
karya Ibnu Athailah. Al-Hikam adalah sebuah kitab yang berisakan
untaian kata-kata hikmah. Kata-kata hikmah ini yang kemudian
disarah oleh Syekh Burhanuddin ke dalam bahasa Melayu, seperti
yang diungkap oleh Syekh Burhanuddin pada mukadimahnya :
“Wa hâdzâ al-syarhu al-musammâ bi tadzkîrah al-ghabî al-ladzî
huwa maktûbun bi lisân al-jâwi al-ladzî huwa bi tawfîqillâh al-hâdî ilâ
sabîl al-rasyâdi. Dan inilah sarah yang dinamai dengan tadzkîrah al-
ghabî yang disurat ia dengan bahasa Jawi yang ia dengan tolong Allah
yang menunjuki kepada jalan yang betul. Hasbiyallâh ni‘m al-mawlâ
wa ni‘m al-nashîr, ghufrânaka rabbanâ wa ilayka al-mashîr. Pada ilah
akan daku Allah sebaik-baik Tuhan dan //1// sebaik-baik yang
menolong ampunan jua hai Tuhan kami dan kepada-Mu jua kembali.
Wa arjû hâdzâ al-syarh an yantafi‘a lî wa li mitslî fî al-ghibâwah fî al-
dunyâ wa al-âkhirah. Dan harap aku akan sarah ini bahwa mem[b]eri
manfaat ia bagiku dan bagi yang seumpamaku pada dungu dalam
dunia dan dalam akhirat. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin
wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam, wa ba‘du. Dan kemudian daripada
itu maka bahwasanya aku terlebih papa daripada segala yang papa
dan terlebih kurang daripada segala yang kurang dan terlebih hina
daripada segala yang hina, maka aku hendak memaknakan kitab
Hikam dengan bahasa Jawi dan mensarahkan dia dengan dia
kemudian daripada minta tolong dan bantu daripada Allah subhânahu
wa ta’âla, maka barang yang betul dan yang benar daripada keduanya
maka daripada Allah, dan karunia-Nya dan anugerah-Nya akan daku.
Maka barang yang tersimpang dan yang tersalah daripada keduanya
maka daripada diriku kekuranganku dan kehinaanku, mudah-
mudahan keduanya mem[b]eri manfaat bagi diriku yang dungu dan
yang bingung, dan bagi barangsiapa yang sepertiku biidznillâh, Tuhan
yang amat murah dan yang berbuat baik bagi hamba-Nya dan sekalian
makhluk-Nya maka hanyasanya bahwa aku mensarahkan dia dengan

2 Syekh Burhanuddin Ulakan


bahasa Jawi bukan dengan kuat pendapatku pada kaidah matan kitab
Hikam, tetapi men-Jawi-kan kata setengah sarah sekira-kira yang
dibukakan Allah bagiku wa huwa khayr al-fâtihîn wa al-nâshirîn. Qâla
muallif radhiyallâhu ‘anhu”.

A. Pedoman Transliterasi
Metode yang akan digunakan untuk mentransliterasi naskah
Tadzkîr al-Ghabîadalah edisi standar atau edisi kritik. Edisi standar
ialah mentransliterasi naskah dengan membetulkan kesalahan-
kesalahan kecil dan tidak kesengajaan, sedangkan ejaannya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Diadakan
pengelompokan kata, pembagian kalimat, digunakan huruf besar, dan
pungtuasi (Baried, dkk, 1994).
Pedoman transliterasi Arab-Latin merujuk pada pedoman yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama RI tahun 1987, dengan
penambahan sedikit catatan pada aksen Minangkabau dan Melayu-
Jawi berdasarkan kasus-kasus khusus yang ditemukan dalam teks.
Oleh karena itu, bagian terakhir ini diletakkan dalam kasus khusus
sebagai berikut:

‫ = ﺙ‬nya/nyo
‫=ﭼ‬c
‫=ف‬p
‫=ﭪ‬p
‫=ﮎ‬g
‫ =ع‬ng
‫=ﻍ‬g
‫ = ي‬nya/nyo

Untuk menyajikan teks yang layak baca dan dapat dinikmati


khalayak banyak. selain edisi kritik tadi, maka pembaca umum akan
dibantu dengan panduan aparat kritikus berupa catatan kaki. Ada
beberapa ketentuan yang akan digunakan dalam melakukan edisi
terhadap naskah ini sebagai berikut :
1. Transliterasi atau alih aksara dari aksara Arab Melayu ke Latin
akan disesuaikan dengan pedoman transliterasi Arab-Latin
Library of Congress, sedangkan naskah yang memiliki aksara dan
bahasa Arab akan diterjemahkan ke bahasa dan aksara Latin.
2. Untuk teks yang hurufnya tidak bisa terbaca atau korup akan
diberi tanda (...)

Syarh Al-Hikam 3
3. Penomoran halaman diletakan pada akhir setiap halaman dan
pergantian halaman akan diberi tanda // //
4. Perbaikan kata atau kata-kata yang dianggap salah akan ditulis
pada catatan kaki
5. Kata yang ditulis berulang-ulang atau tidak perlu dibaca akan
diberi tanda {}
6. Kata tambahan yang dipandang hilang dari teksnya akan ditandai
dengan []
7. Kata yang sulit dibaca karena kabur atau huruf yang jelas dan
tidak memiliki makna akan diberi tanda (?) atau (a-b)
8. Kata yang ditulis dengan aksara Arab akan dilatinkan dan diblok
merah pada suntingan jika pada naskahnya ditulis dengan tinta
merah.

4 Syekh Burhanuddin Ulakan


BAB II

ALIH AKSARA

Bi ismillâhi al-rahmân al-rahîm


Al-hamdu lillâh al-ladzî hadâ man akhtârahu min al-‘ibâd ilâ shirâthin
mustaqîmin. Segala puji bagi Allah yang menunjuki akan barangsiapa
yang dipilih-Nya akan dia daripada segala hambaNya kepada jalan
yang betul. Wa thahhara zhâhirahum fî al-syarî‘ah bi al-taslîm. Dan
menjadikan ia akan zahir mereka itu dalam syariat dengan taslîm. Wa
bâthinahum bi al-tharîqah mimman atâllâhu bi qalbin salîm. Dan akan
batin mereka itu dengan tarekat daripada barangsiapa yang datang ia
akan Allah dengan hati yang sejahtera. Wa sirrahum bi al-haqîqah bi
syuhûd al-mâlik al-karîm. Dan akan sirr mereka itu dengan hakikat
dengan memandang raja yang mulia. Wa al-shalâtu wa al-salâmu ‘alâ
man unzila ‘alayhi al-qurân. Dan rahmat Allah dan selamat atas yang
diturunkan atasnya Quran. Muhammadun ‘alayhi al-shalâtu wa al-
salâm al-ladzî ummatuhu khayru ummatin ukhrijat li al-nâs bi al-
maghfirah wa al-ridhwan. Muhammad atasnya rahmat Allah dan
salam-Nya yang umatnya sebaik-baik umat yang dikeluarkan bagi
manusia dengan ampun dan keridaan. Wa ‘alâ âlihi wa shahbihi al-
ladzîna hum ka al-nujûm bi al-hidâyah min al-dhalâlah wa al-‘ishyan.
Dan atas segala keluarganya dan segala sahabatnya yang mereka itu
seperti bintang dengan menunjuk daripada sesat dan durhaka. Wa ‘alâ
wâritsîhi min al-‘ulamâ al-‘âlamîn al-muhaqqiqîna fî âkhir al-zamân.
Dan atas segala warisnya daripada segala ulama yang beramal mereka
itu lagi muhakik mereka itu pada akhir zaman. Wa hâdzâ al-syarhu al-
musammâ bi tadzkîrah al-ghabî al-ladzî huwa maktûbun bi lisân al-
jâwi al-ladzî huwa bi tawfîqillâh al-hâdî ilâ sabîl al-rasyâdi. Dan inilah
sarah yang dinamai dengan tadzkîrah al-ghabî yang disurat ia dengan
bahasa Jawi yang ia dengan tolong Allah yang menunjuki kepada jalan
yang betul. Hasbiyallâh ni‘m al-mawlâ wa ni‘m al-nashîr, ghufrânaka
rabbanâ wa ilayka al-mashîr. Pada ilah akan daku Allah sebaik-baik
Tuhan dan //1// sebaik-baik yang menolong ampunan jua hai Tuhan
kami dan kepada-Mu jua kembali. Wa arjû hâdzâ al-syarh an yantafi‘a

Syarh Al-Hikam 5
lî wa li mitslî fî al-ghibâwah fî al-dunyâ wa al-âkhirah. Dan harap aku
akan sarah ini bahwa mem[b]eri manfaat ia bagiku dan bagi yang
seumpamaku pada dungu dalam dunia dan dalam akhirat. Wa
shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa
sallam, wa ba‘du. Dan kemudian daripada itu maka bahwasanya aku
terlebih papa daripada segala yang papa dan terlebih kurang daripada
segala yang kurang dan terlebih hina daripada segala yang hina, maka
aku hendak memaknakan kitab Hikam dengan bahasa Jawi dan
mensarahkan dia dengan dia kemudian daripada minta tolong dan
bantu daripada Allah subhânahu wa ta’âla, maka barang yang betul
dan yang benar daripada keduanya maka daripada Allah, dan karunia-
Nya dan anugerah-Nya akan daku. Maka barang yang tersimpang dan
yang tersalah daripada keduanya maka daripada diriku kekuranganku
dan kehinaanku, mudah-mudahan keduanya mem[b]eri manfaat bagi
diriku yang dungu dan yang bingung, dan bagi barangsiapa yang
sepertiku biidznillâh, Tuhan yang amat murah dan yang berbuat baik
bagi hambaNya dan sekalian makhluk-Nya maka hanyasanya bahwa
aku mensarahkan dia dengan bahasa Jawi bukan dengan kuat
pendapatku pada kaidah matan kitab Hikam, tetapi men-Jawi-kan kata
setengah sarah sekira-kira yang dibukakan Allah bagiku wa huwa
khayr al-fâtihîn wa al-nâshirîn. Qâla muallif radhiyallâhu ‘anhu:

َُ‫د اُض‬ٞ‫ع‬ٝ ‫ اُؼَٔ ٗوقبٕ اُشعبء ػ٘ذ‬٢ِ‫ٖٓ ػالٓخ اإلػزٔبد ػ‬

Daripada tanda berpegang atas amal kuranglah harap tatkala


diperoleh terggelincir, artinya tatkala binasa amal yang iktimad ia
atasnya karena riya dan sombong atau karena ketiadaan syarat atau
rukun atau lainnya.

Bermula berpegang kepada Allah yaitu sifat segala arif yang


muwahhid. Maka apabila jatuh mereka itu dalam zullah atau dalam
ghuflah maka dipandang mereka itu akan Allah taala membalik-balik
mereka itu dan berlakukan kehendak-Nya dan hukum-Nya, dan
apabila jatuh mereka itu dalam //2// tegah, maka tiada dipandang
mereka itu kekuasaan mereka itu pada mendirikan dia karena mereka
itu fana daripada diri mereka itu dan daripada lainnya, dan sebab
itulah tiada harap mereka itu akan pahala taat mereka itu karena

6 Syekh Burhanuddin Ulakan


dipandang mereka itu fi’il yang mendirikan dia hanya Allah, maka
adalah harap mereka itu dalam maksiat dan taat bersamân.
Tiada berkurang karena mereka itu berpegang kepada Allah
tiada kepada lainnya, dan adapun yang lain daripada arif yang
muwahhid daripada jahil yang ghafil akan Allah apabila jatuh ia dalam
taat maka memandang ia akan dirinya yang mendirikan dia dengan
kuatnya, maka adalah harapnya pada waktu itu tiada kurang dan
me[ng]harap ia akan pahalanya, karena ia memandang dirinya fi’il
yang mendirikan dia. Dan apabila jatuh ia dalam maksiat dan ghuflah
maka adalah harapnya pada waktu itu kurang karena ia berpegang
kepada taat, maka taat itu tiada ada ia pada waktu maksiat, dan
demikian lagi yang berpegang kepada ilmu dan kepada hal yang dalam
hati dan lain daripada keduanya daripada segala yang dinamai
ghayrullâh dan siwallâh.
Maka apabila ku ketahui penceraiyan dan perbedaan keduanya,
maka seyogyanyalah jangan engkau berpegang kepada yang lain
daripada Allah karena segala yang lainnya bersifat lambat dan lemah
daripada yang memenuhi harap dan lagi engkau pun tertutup dan
terdinding daripada Allah yang kuasa memenuhi harap dan yang
terlebih nyata daripada matahari. Maka barangsiapa mendapat ia akan
alamat ini pada dirinya maka hendak mengenal ia akan tempatnya dan
maratabatnya dan tiada melampaui ia akan hadis maka jika
melampaui ia akan dia maka mendakwalah ia akan maqam yang
bukan ia maqamnya, maka tiap-tiap dakwa dengan tiada hujjah maka
ditolakkan akan dia.

‫ اسادري‬ٝ ,‫خ‬٤‫ح اُخل‬ٜٞ‫ األعجبة ٖٓ اُؾ‬٢‫بى ك‬٣‫ذ ٓغ اهبٓخ هللا ا‬٣‫اسادري اُزغش‬
‫خ‬٤ِ‫ٔخ اُؼ‬ُٜ‫ذ اٗؾطبه ٖٓ ا‬٣‫ اُزغش‬٢‫بى ك‬٣‫األعجبة ٓغ اهبٓخ هللا ا‬

Kehendakmu 2 akan meninggalkan diri serta mendirikan Allah akan


dikau dalam tajrid //3// maka sebab daripada keinginan yang
terbawanya dan kehendakmu akan segala sebab serta mendirikan Allah
akan dikau dalam tajrîd turun daripada cita yang tinggi.

2
Catatan pias oleh penyalin: „muthallib al-taslîm li amrillâh wa tark al-
iktiyâr

Syarh Al-Hikam 7
Adapun yang dikehendaki dengan asbâb maka nyata
mengerjakan satu pekerja[a]n yang hasil satu kehendak daripada
dunia dan bimbinglah ia dengan dia dan yang dikehendaki dengan
tajrîd, ketiada[a]n mengerjakan dia dan tiada bimbang ia dengan dia.
Maka barangsiapa mendirikan Allah akan dia dalam asbâb maka
menghendaki ia akan keluar daripadanya maka adalah kehendaknya
itu setengah daripada keinginan, karena tiada berdiri ia dengan yang
dikehendaki Allah daripadanya dan hanyasanya terbawanya karena
tiada menye[n]ga<ha>ja ia dengan dia akan beroleh satu pekerja[a]an
dunia, tetapi sopanlah daripadanya adab serta Tuhannya daripada
tiada tetap ia dengan kehendaknya dan daripada menaik ia akan
maqam yang tinggi yang tiada patut ia dengan dia pada waktu itu.
Dan alamat mendirikan Allah akan dia dalam asbâb bahwa kekal
ia baginya serta faedahnya akan dia seperti mendapat ia dalam
bimbingan dengan dia akan sejahtera agamanya dan putus tamaknya
akan orang lainnya dan baik niatnya pada [se]nantiasa berkasih
kasihan dengan segala keluarga dan pada menolong orang yang papa
dan lain daripada sekaliannya daripada jalan agama. Dan barangsiapa
mendirikan Allah akan dia dalam tajrîd, maka menghendaki ia akan
keluar daripadanya dan masuk ia dalam asbab, maka adalah turun
citanya daripada yang tinggi kepada yang rendah dan adalah jahat
adanya dengan Tuhannya dan berdirilah ia dengan syahwatnya yang
nyata karena tajrîd itu maqam yang tertinggi.
Dan manakala menghendaki seorang akan sesuatu yang lain
daripada kehendak Tuhannya, maka adalah jahat pekertinya padanya
dan adalah juju akan dia maka apabila ku ketahui pekerjaan yang
demikian itu maka janganlah engkau menghendaki dan memilih
melainkan yang diehendakinya dan yang dipilihnya //4//.
Bermula mendirikan Allah dalamnya akan segala hamba yang
khâs daripada segala arif dan muwahhid dan alamat mendirikan ia
akan dia dalam tajrîd yang berkekalan ia dalamnya dengan beroleh
buahnya dan setengah daripadanhya baik [r]upanya orang yang tajrîd
itu, dan suci hatinya dan diperolehnya senang daripada tangkaian
dengan makhluk dan bercampur dengan mereka itu pada pekerjaan
dunia. Bermula himmah kelakuan hati dan yaitu keras kehendaknya
dan tersangat bangkitnya kepada beroleh yang disengaja dan adalah

8 Syekh Burhanuddin Ulakan


himmah itu tinggi jika berharap ia kepada pekerjaan yang tinggi dan ia
rendah jika berkehendak berharap ia kepada pekerjaan yang rendah.

‫اس األهذاس‬ٞ‫ْٔ رخشم أع‬ُٜ‫اثن ا‬ٞ‫ع‬

Memasang segala cita tiada membolehkan ia akan segala kita sekalian


yang ditakdirkan.

Artinya cita yang dipasang oleh seorang3 tiada menjadikan ia


akan sesuatu yang dicita melainkan dengan kehendak Allah dan izin-
Nya jua karena tiada fîl yang kuasa pada hakikat melainkan Allah,
maka cita yang jadi sesuatu dengan izin Haq taala pada waktunya
dinamai akan dia karamah pada segala wali Allah dan dinamai akan
dia istidraj,artinya lorong dan makar artinya tiap pada segala sihir dan
jogi dan segala yang terburuk dan balik mati, maka masuk dalam
makar dan istidraj raja segala akal yang gila perempuan dengan
citanya dan cerai perempuan dengan dia daripada suaminya.
Maka apabila cita itu tiada mem[b]eriksa ia dengan tiada izin
Haq taala maka janganlah kita mencita dan me[ng]hendaki sesuatu
yang lain daripada yang dikehendaki Allah, maka segala pekerjaan
yang besar dan kecil serahkanlah kepada Allah dan serta yakin
kepadanya jua supaya masuk engkau dalam bilangan segala arif.

‫ ُ٘لغي‬ٚ‫شى ال روْ ث‬٤‫ ػ٘ي ؿ‬ٚ‫شكٔب هبٕ ث‬٤‫اسػ ٗلغي ٖٓ اُزذث‬

Senangkan olehmu akan dirimu daripada mem[b]erintah maka yang


berdiri dengan dia //5// daripada mu lain daripada mu jangan engkau
berdiri dengan dia bagi dirimu.

Bermula mem[b]erintah makhluk bagi perkerjaan dunia mereka


itu atas pihak berpegang mereka itu kepadanya dicela akan dia karena
Allah Taala mengaku bagi mereka itu akan demikian itu dan berdiri ia
dengan dia akan kita mereka itu dan menuntut ia daripada mereka itu
akan selesai hati mereka itu daripada tadbir dan akan mendirikan
mereka itu akan hak martabat kehambaan dan segala amal yang

3
Catatan pias oleh penyalin: muthallib al-taslîm

Syarh Al-Hikam 9
diberatkan atas mereka itu dan rupa tadbir itu mentakdirkan hamba
bagi dirinya beberapa pekerjaan yang menolakan ia akan yang
ditakuti atau yang menghasilkan ia akan yang diharap pada masa yang
lagi akan datang daripada pekerjaan dunia atau akhirat dan
mem[b]erintahkan segala pekerjaan itu lelah yang besar dan
terkadang tiada hasil yang disenga<ha>janya, maka sia-sialah ia dan
binasalah usahanya dan dalamnya satu bagi kejahatan daripada pihak
tinggal ubudiyah melawan hukum rububiyah dan mem[b]antah takdir
Haq taala melenyapkan umur.
Dan adapun tadbir yang tiada berpegang hamba kepadanya
tetap kepada Allah berpegangnya dalamnya dan ditiliknya akan tadbir
itu dengan kehendaknya jua dan pandang dirinya akan tempat
melakukan segala kehendaknya dan segala hukumnya maka tiada
dicaci akan dia tetapi dipujilah ia atas demikian itu. Kata Sahal Ibn
‘Abdillâh radhiyallâhu ‘anhu “Tinggalkan olehmu akan tadbir dan
ikhtiar maka bahwasanya keduanya mengaruhkan keduanya atas
manusia akan kehidupan mereka itu”. Dan kata Abu al-Hasan al-
Syâdzili radhiyallâhu ‘anhu jika te[r]dapat tiada ada tadbir maka
tadbirkan oleh kamu bahwa tiada kamu tadbir dan masalah ini pohon
dan farad tarekat kaum sufi.

‫ اٗطٔبط‬٢ِ‫َ ػ‬٤ُ‫ٔب هِت ٓ٘ي د‬٤‫شى ك‬٤‫ روق‬ٝ ‫ٔب مٖٔ ُي‬٤‫بدى ك‬ٜ‫اعز‬
‫شح ٓ٘ي‬٤‫اُجق‬

Bersungguh-sungguh engkau 4 pada yang diakui bagimu dan taqsīr


engkau pada yang dituntut daripada mu menunjukkan atas tertutup
mata hati daripadamu.

Maka jika ada terang mata hatimu dengan nur iman yang
dalamnya //6// maka wajib atasmu bersungguh-sungguh pada yang
dituntut daripada mu dan yaitu ibadah dan taat dengan dalil firman
Allah taala, wa mâ khalaqtu al-jinna wa al-ins illâ iya‘budûni. Tiada
kujadikan jin dan manusia melainkan karena menyembah mereka itu
akan Daku.

4
Catatan pias oleh penyalin : muthallib al-taslîm

10 Syekh Burhanuddin Ulakan


Maka adalah firman Allah akan hashr artinya mengapungkan
kejadian keduanya dalam kandang ibadah, maka manakala keluar
seseorang daripada kandang ibadah yang wajib atasnya
mengusahakan dia dan itulah yang dikehendaki dengan taqsīr dan
mesti ia dalam kandang yang diakui baginya, dan yaitu rezeki yang
diperoleh ia dengan tiada usaha dengan dalil firman Allah wa ka’ayyin
min dâbbatin lâ tahmilu rizqahâ Allâh yarzuquhâ wa iyyâkum.
Beberapa daripada binatang yang tiada mengusahakan ia akan
rezekinya Allah jua yang mem[b]eri rezekinya dan rezeki kamu. Maka
orang itulah yang tertutup mata hatinya oleh hawa nafsunya yang
menyuruh ia kepada kejahatan.
Berlindung kita daripada demikian itu dengan Allah dan rupa
bersungguh-sungguh daripada ibadah mengerjakan dia pada
waktunya dengan segala syaratnya dan segala rukunnya dan dengan
adabnya yang zahir dan batin, dan memeliharakan dia daripada yang
membatalkan dia. Hai nafsu jangan engkau atas balik pekerjaan ini
artinya bersungguh-sungguh pada rezeki, maka tiadalah kau peroleh
kemenangan akhirat yaitu syurga dengan segala nikmatnya, dan kau
peroleh lah kejahatannya yaitu neraka dengan siksanya.

‫ مٖٔ ُي‬ٜٞ‫أعي ك‬٤ُ ‫عجب‬ٞٓ ‫ اُذػبء‬٢‫ٌٖ رأخز آذ اُؼطبء ٓغ اإلُؾبػ ك‬٣ ‫ال‬
٢‫ذ ال ك‬٣‫ش‬٣ ١‫هذ اُز‬ُٞ‫ ا‬٢‫ ك‬ٝ ‫ ُ٘لغي‬ٙ‫ٔب رخزبس‬٤‫ ُي ال ك‬ٙ‫خزبس‬٣ ‫ٔب‬٤‫اإلعبثخ ك‬
‫ذ‬٣‫ رش‬١‫هذ اُز‬ُٞ‫ا‬

Jangan karena terlambat masa pemberi serta bebal pada doa


mewajibkan ia akan putus asamu,5 maka Allah mengaku bagimu akan
berkenankan pada barang yang dipilih-Nya bagimu tiada pada barang
yang kau pilih bagi dirimu dan pada waktu yang dikehendaki-Nya tiada
pada waktu yang kau kehendaki //7// dan tiada syak sekali-kali
bahwasanya doa diperkenankan.

Dengan dalil firman Allah: ud’ûni astajib lakum, pinta oleh kamu
kepada Ku supaya Ku perkenankan bagi kamu, dan dengan dalil
firman-Nya: ujîbu da‘wah al-dâ‘î idzâ da‘âni. Kuperkenankan pinta
yang meminta apabila meminta ia akan Daku tetapi diperkenankan

5
Catatan pias oleh penyalin: muthallib al-du’â‟

Syarh Al-Hikam 11
akan pinta itu pada yang dipilih-Nya, dan pada waktu yang
dikehendaki-Nya, dan jika ada syai’un 6 yang dipinta hamba dan
dipilihnya yaitu syai’un yang dipilih Tuhannya, dan jika ada waktu
yang dikehendaki hamba akan jatuh syai’un dalamnya, yaitu waktu
yang dikehendaki Tuhannya akan jatuh syai’un dalamnya, maka
diperkenankan doa hambaNya pada syai’un itu dan pada waktunya itu.
Dan jika ada syai’un yang dipinta hamba dan yang dipilihnya
lain daripada syai’un yang dipilih Tuhannya baginya, maka tiada
diperkenankan akan doa hamba pada yang dipilihnya bagi dirinya,
tetapi diperkenankannya doanya pada tukarnya, yaitu yang telah
dipilih Allah pada awal dalam ilmu-Nya bagi hamba itu. Dan jika ada
waktu yang dikehendaki hamba akan jatuh syai’un itu dalamnya lain
daripada waktu yang dikehendaki Allah akan jatuh syai’un itu, maka
diperkenankan doanya pada waktu yang dikehendaki-Nya
mem[b]erikan syai’un itu kepadanya tiada waktu yang dikehendaki
hamba.
Firman Allah: wa mâ tasyâ’ûna illâ an yasyâ’ullâh. Tiada
berkehendak kamu melainkan bahwa berkehendak Allah. Artinya
tiada berlaku dan tiada lalu kehendak kamu melainkan kehendak
Allah jua yang berlaku dan yang lalu, wallahu a’lam. Dan jikalau ada
Allah menyia-nyiakan pinta hamba seperti tiada diberinya yang
dipintanya dan tiada ditukarna niscaya bersalah lah fi’ilnya dengan
zahir. Firman-Nya: ud’ûnî astajib lakum. Dan firman-Nya: ujîbu da’wah
al-dâ’i idzâ da’âni. Dan adalah padanya satu bagi daripada kikir. Maha
suci Tuhan yang bernama al-muhsin al-jawwâd al-karîm daripada
kikir, karena kikir itu sifat yang jahat dengan dibandingkan ia kepada
makhluk, maka betapa dibandingkan ia kepada Khalik, bal yadâhu
mabsûthatâni yunfiqu kayfa //8// yasyâ’. Tetapi dua tangannya murah
keduanya dibelanjakannya betapa kehendaknya. Artinya jika
berkehendak ia akan mem[b]eri yang dipinta hamba diberinya akan
dia, dan jika berkehendak ia akan mem[b]eri tukarnya diberinya akan
dia dengan sekira-kira ditiliknya akan yang patut bagi hamba.
Bermula hukum hamba bahwa tiada memilih ia akan sesuatu
atas Tuhannya dan tiada memutuskan ia dengan baik halnya daripada
segala ihwalnya karena bahwasanya ia yang bebal daripada sekalian

6
Maksudnya “sesuatu”

12 Syekh Burhanuddin Ulakan


wajah, terkadang dikebencinya akan syai’un dan ia trebebal baginya,
dan terkadang mengasihi ia akan syai’un itu dan ia terjahat baginya.
Firman Allah: ta’âlâ ‘asâ an takrahû syai’an wa huwa khayrun lakum
wa ‘asâ an tuhibbû syai’an wa huwa syarrun lakum. Mudah-mudahan
kamu kebenci akan sesuatu padahal ia kebajikan bagi kamu dan
mudah-mudahan kamu kasih akan sesuatu padahal ia kejahatan bagi
kamu.
Kata Abu al-Hasan al-Syadzili radhiyallahu ‘anhu: jangan kau
pilih daripada pekerjamu sesuatu jua pun dan pilih olehmu bahwa
tiada engkau memilih dan lalu engkau daripada yang dipilih itu dan
daripada dirimu dan tiap-tiap sesuatu kepada Allah ‘azza wa jalla.

‫ٕ رُي هذؽب‬ٌٞ٣ ‫ ُئال‬ٚ٘ٓ‫ٖ ص‬٤‫ إ رؼ‬ٝ ‫د‬ٞ‫ػ‬ُٞٔ‫ع ا‬ٞ‫ه‬ٝ ّ‫ػذ ػذ‬ُٞ‫ ا‬٢‫ؾٌٌ٘ي ك‬٣ ‫ال‬
‫شري‬٣‫س عش‬ُٞ٘‫ اخٔبد ا‬ٝ ‫شري‬٤‫ ثق‬٢‫ك‬

Jangan mensyakkan akan dikau 7 pada janji ketiada[a]n jatuh yang


dijanjikan dan jika tertentu masanya sekalipun, supaya tiada ada yang
demikian itu mencederakan pada mata hatimu dan mem’adamkan bagi
cahaya iktikad mu, maka Allah subhanahu wataala tiada menyalahi
janjinya dan tiada kikir.

Maka barangsiapa menjanjikan akan dia Tuhan dengan


mem[b]eri sesuatu kemudian, maka tiada sampai yang dijanjikan itu
maka jangan menuduh ia akan Tuhan-nya menyalahi janjinya dan
kikir atau lupa dan lalai dan barang sebagainya daripada segala sifat
kekurangan dan kekejian, maha suci Tuhan kita rabb al-’alâmin
daripada segala sifat yang demikian. Betapa menuduh ia akan jahat
dirinya yang tertagah sampai yang dijanjikan dengan sebabnya //9//
atau menuduh ia akan diri-Nya dengan ketiada[a]n syarat yang sampai
benda yang dijanjikan dengan dia seperti dzillah dan idhthirâr seperti
firman Allah: laqad nasharakumullâh bi badrin wa antum adzillatun.
Bahwasanya menolong akan kamu Allah di Badar pada hal
kamu hina. Dan firmannya: a man yujîbu al-mudhtharru idzâ da‘âhu.
Siapakah yang berkatakan ia akan orang yang kesakitan apabila minta
doa ia akan Dia. Maka jika tiada padanya fîl yang jahat yang

7
Catatan pias dari penyalin: muthallib al-du‘â

Syarh Al-Hikam 13
menagahkan jatuh benda yang dijanjikan syarat diperoleh padanya
syarat yang menghendaki sampai yang dijanjikan. Maka hendak
dipandangnya akan bahwa Haq taala fail yang mukhtar seperti
firmannya: yaf‘alullâhu mâ yasyâ’ wa yakhtâru. Diperbuat Allah barang
yang dikehendaki-Nya dan dipilih-Nya akan dia dan hilangkan.
Hai saudara akan syak mu akan sidqi8 janji Allah dan jangan
berubah iktikadmu dan jangan lari engkau daripadanya,9 karena tiada
jatuh yang dijanjikannya, dan berdiri engkau pada pintunya dan tetap
engkau dihadiratnya, supaya engkau berbahagia dunia akhirat. Dan
jika tiada hilang syak mu dengan me[ng]i’tiqadkan yang tiada patut
pada Allah, seperti menyalahi janji dan bakhil, maka ketahui olehmu
bahwa syak itu menghela ia akan putus asa dan putus asa menghela
akan kufur, dan kufur menghela kepada tempat yang jahat dan yang
keji, dan nyata neraka jahannam yang kayu apinya segala yang kufur
daripada jin dan insan, dan hangat apinya tujuh puluh kali [h]angat
[dari] api dunia.

‫ب ُي‬ٜ‫ ٓب كزؾ‬ٚٗ‫ إ هَ ػِٔي كا‬ٝ ‫ب‬ٜ‫خ ٖٓ اُزؼشف كال رجبٍ ٓؼ‬ٜ‫ع‬ٝ ‫ارا كزؼ ُي‬
ٍ‫ األػٔب‬ٝ ‫ي‬٤ِ‫ ػ‬ٙ‫سد‬ٞٓ ٞٛ ‫ أُْ رؼِْ اُزؼشف‬,‫ي‬٤ُ‫زؼشف ئ‬٣ ٕ‫ذ ا‬٣‫ش‬٣ ٞٛٝ ‫ئال‬
‫ي‬٤ِ‫ ػ‬ٙ‫سد‬ٞٓ ٞٛ ‫ ٓٔب‬ٚ٤ُ‫ ئ‬ٚ٣‫ذ‬ٜ‫ٖ ٓب ر‬٣‫ أ‬ٝ ٚ٤ُ‫ب ئ‬ٜ٣‫ذ‬ٜٓ ‫أٗذ‬

Apabila membukakan ia akan satu pihak daripada terkenal ia


kepadamu,10 maka jangan susah engkau sertainya, dan jika sedikit
amalmu sekalipun maka bahwasanya Allah taala tiada membukakan
akan Dia bagimu melainkan Ia berkehendak berkenalkan //10// diri-
Nya kepadamu. Tiadakah kau ketahui bahwasanya terkenal Ia
kepadamu, Ia jua yang mendatangkan di atasmu dan segala amal
engkau jua mehadiahkan Dia kepadanya dan mana tempat yang kau
hadiahkan akan Dia kepadanya daripada tempat yang ia
mendatangkan di atasmu.

Bermula mengenal Allah kesudahan-kesudahan segala yang


dituntut dan segala yang dikehendaki maka apabila dihadapkan Allah
akan hamba dengan sungguh segala sebabnya atau membukakan Ia

8
Maksudnya “kebenaran”
9
Catatan pias oleh penyalin dituliskan: yakni pada berbuat ibadah.
10
Catatan pias dari penyalin muthallib al-bashar ‘alâ al-balâ wa al-syadâid

14 Syekh Burhanuddin Ulakan


pintu taaruf daripada setengahnya dan menjadikan Ia akan dia diam
dan tetap dalam makrifat, maka yang demikian itu daripada segala
nikmat yang banyak atas hamba. Maka seyogyanya bahwa tiada
kesukaran ia sebab yang luput akan ia daripada segala amal kebajikan
dan segala balasnya dan hendak mengetahui ia bahwa ia menjalani
jalan segala mereka yang khâsh yang muqarrabîn11 yang membawa
jalannya itu kepada hakikat tauhid dan yakin daripada tiada usaha
hamba dan senga<ha>janya tetapi semata-mata daripada Allah jua
dan segala amal yang hasil baginya dengan usaha dan kerja maka
tiadalah sejahtera amal itu daripada masuk segala bahaya dalamnya
dan daripada dituntut dengan ikhlas dalamnya dan terkadang tiada
hasil baginya balasnya tatkala disidik-sidik dengan hisab pada hari
kiamat karena dapat dalamnya beberapa bahayanya, tetapi Tuhan
yang bernama Rahman mem[b]eri rahmat bagi sekalian hambaNya
dengan menutup jahatnya dan memâfkan salahnya dan beri mulia dia
maka diterimakannya segala amalnya itu fadhlan minallâh, dan rupa
taaruf itu sampai akan insan.
Bagai-bagai berlawannya dan bagai-bagai kesakitan yang
mem[b]inasakan kehendaknya dan segala adat nafsunya. Maka
kehendak insan barang selama-lamanya kekalnya dalam dunianya
dengan banyak kehidupan dan suka cita hati dengan banyak kediaman
dan keluasa rizki dan adalah halnya pada berbuat amal akhirat
melapangkan diri dan menyentosakan dia //11// dengan tiada mau
bersakit-sakit dan tiada mehinakan dirinya melainkan dengan amal
yang zahir jua yang tiada sangat keberatan dirinya dan kesukarannya
dan yang tiada putus lezat dunia atas amalnya itu dan tiada luput akan
dia syahwat dalamnya. Dan kehendak Allah mem[b]inasakan
kehendak insan yang demikian itu daripada menyajikan dia daripada
segala perangai yang dicela dan daripada segala sifat yang dicaci dan
mengeluarkan dia daripada jahat picik wujudnya kepada tempat
keluasan pandangan, dan tiada jalan sekali-kali baginya kepada
sampai kepada maqam12 ini atas kesudahan sempurna dan lengkap
melainkan dengan sesuatu melawan kehendaknya. Dan yang

11
Maksdunya “dekat”
12
Catatan pias oleh penyalin: yakni maqam yang disucikan daripada segala
yang dicela.

Syarh Al-Hikam 15
mengubahkan atas yang diadatkannya dan adalah jalan ketika hilang
kehendaknya dan adatnya kerja batin daripada zikir dan muraqabah
dan tawajjuh dan musyahadah hingga fanâ fillâh dan baqâ billâh. Dan
tiada munasabah sekali-kali antara kerja batin dan kerja zahir maka
hendaklah mengetahui ia bahwasanya yang dipilih Allah dan yang
dikehendakinya bagi dirinya karena Allah taala tempat segala sifat
yang baik dan nafsu insan tempat segala sifat yang jahat.

ٍ‫ا‬ٞ‫اسداد األؽ‬ٝ ‫ع‬ٞ٘‫ػش أع٘بط األػٔبٍ ُز‬ٞ٘‫ر‬

Berbagai-bagai segala jenis amal karena berbagai-bagai datang segala


hal maka segala hal itu barang yang datang atas segala hati hamba 13
daripada segala makrifat yang dinisbatkan kepada mengenal Tuhan
dan segala sirr yang dinisbatkan kepada ruh.

Dan segala yang warid atas hati mewajibkan ia baginya berapa


hal yang dipuja, maka setengah daripadanya warid yang mewajibkan
akan tagah, dan setengah daripadanya warid yang mewajibkan akan
jinak, dan setengah daripadanya warid yang mewajibkan akan pijak,
dan setengah daripadanya warid yang menghendaki akan luas hingga
lainnya daripada yang bersalah-salahan segala hal hati. Maka apabila
datang kepada hati warid yang menghendaki basit, maka pada ketika
itu syukur, dan jika datang kepada hati //12// warid yang
menghendaki qabadh maka amal pada ketika itu sabar, dan tatkala
segala warid14 ini berbagi-bagi adalah segala jenis amal berbagi-bagi
sekira-kira yang dikehendaki oleh warid akan dia karena segala amal
yang zahir mengikat akan hal hati.

‫ٔب‬٤‫د عش اإلخالط ك‬ٞ‫ع‬ٝ ‫ب‬ٜ‫اؽ‬ٝ‫ أس‬ٝ ‫س هبئٔخ‬ٞ‫األػٔبٍ ف‬

Segala amal itu segala rupa yang terdiri dan segala nyawanya
diperoleh bunyinya tulus dalamnya.

13
Catatan pias oleh penyalin: Muthallib al-ward al-wurud
14
Catatan pias oleh penyalin disebut: muthallib al-ikhlâsh

16 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula ikhlas segala hamba dalam segala amalnya atas sekira-
kira martabatnya dan maqamnya, maka adapun barang siapa15 ada ia
daripada orang yang besar-besar, maka kesudahan derajat ikhlasnya
bahwa adalah segala amalnya sejahtera daripada riya yang nyata dan
yang terbawanya dan daripada menyengahaja muwafakat hawa nafsu
karena menuntut bekal yang dijanjikan Allah dengan dia16 akan
mereka yang ikhlas daripada banyak pahala dan sebaik-baik tempat
kembali. Dan karena lari pada yang dijanjikan dengan dia akan mereka
yang tersalah daripada siksa dan jahat hisab pada hari kiamat dan
orang ini yang tahaqquq dengan makna firman Allah iyyâka na‘budu
artinya tiada kami sembah melainkan Engkau jua dan tiada kami
sekutukan dalam ibadah kami dengan Dikau akan lain-Mu.
Dan hasil pekerjaan orang ini mengeluarkan makhluk daripada
tiliknya dari segala amal yang baik serta kekal penglihatannya bagi
dirinya pada memandangkan amal itu kepadanya dan berpegang
atasnya. Dan adapun barangsiapa ada ia daripada segala mereka yang
muqarrabîn, maka bahwasanya melampaui kepada ketiadaan melihat
ia akan dirinya dalam amalnya maka ikhlas orang ini memandang
tunggal Haq taala dengan mungkar akan dia, dan mendiamkan
daripada tiada melihat ia akan dirinya dalam demikian itu akan
mempunyai haul dan tiada mempunyai quwwah. Dan diibaratkan
daripada maqam mereka itu dengan sidik pada amal yang sah dengan
sidiknya itu ikhlas dan yang empunya maqam ini menjalan ia akan
jalan tauhid dan yakin, dan orang ini yang tahaqquq dengan makna
firman Allah wa iyyâka nasta‘în artinya tiada kami //13//minta tolong
melainkan kepada Mu jua tiada kepada diri kami dan tiada kepada
haul dan kepada kuat kami. Dan amal yang dahulu 17 yaitu amal bagi
Allah. Dan amal yang kemudian18 yaitu amal dengan Allah, maka amal
yang bagi Allah mewajibkan akan balasan.
Dan amal dengan Allah mewajibkan akan damping, dan amal
bagi Allah mewajibkan akan mentahkikan ibadah. Dan amal dengan

15
Diberi makna pada catatan pias dengan: zâhid dan ‘âbid
16
Catatan pias oleh penyalin disebut: Syurga
17
Dijelaskan dalam catatan pias sebagai amal orang yang besar-besar
daripada zâhid dan ‘âbid.
18
Dijelaskan dalam catatn pias sebagai amal orang yang muqarrabîn daripada
„ârif billâh.

Syarh Al-Hikam 17
Allah mewajibkan akan sah iradat murid. Dan amal yang bagi Allah
sifat segala ‘âbid. Dan amal yang dengan Allah sifat segala qâshid. Dan
amal bagi Allah berdiri dengan segala hukum zahir. Dan amal yang
dengan Allah berdiri dengan batin. Bermula segala ibarat ini bagi
Imam Abu al-Qâsim al-Qusyayri radhiyallâhu ‘anhu dan dengan dia
nyata perbedaan antara dua maqam dan berlainan keduanya pada
mulia dan besar, maka ikhlas tiap-tiap hamba yaitu ruh segala
amalnya. Maka dengan ikhlas adalah amalnya itu hidup dan patutlah ia
jalan me[ng]hampirkan diri kepada Allah taala dan adalah amal itu
maqbul, dan dengan tiada ikhlas adalah amal itu mati seperti tubuh
dengan tiada nyawa, dan sahkan amal dengan ikhlas dan sahkan ikhlas
dengan putus daripada haul dan quwwah, dan keikat olehmu akan
keduanya hingga mati.

. ٚ‫زْ ٗزبءع‬٣ ‫ذكٖ ال‬٣ ُْ‫ٍ كٔب ٗجذ ٓٔب‬ٞٔ‫ أسك اُخ‬٢‫دى ك‬ٞ‫ع‬ٝ ٖ‫ئرك‬

Tanam olehmu akan wujudmu dalam tanah terbunyi, maka barang


yang tumbuh daripada tiada ditanam tiada sempurna anaknya.

Maka ketahui olehmu hai nafsu yang dungu, jika ada padamu
ilmu dan amal dan hal maka bebunyikan olehmu akan dia dan sorakan
olehmu akan dia supaya tiada masyhur namamu dengan dia dan
megah, dan supaya tiada disebut manusia akan namamu sebabnya
inilah makna menanam wujud dalam tanah yang terbunyi karena
tiada terlebih mem[b]eri mudarat atas murid daripada masyhur dan
disebut-sebut orang namanya pada kebanyakan tempat duduk segala
manusia dan bergerak segala lidah kaum dengan memuji dia karena
yang demikian itu setengah daripada bahagian nafsu yang terbesar ia
daripada lainnya dan yang disuruh akan murid //14// meninggalkan
dia dan disuruh ia memerangi nafsu dalamnya.
Dan hanyasanya disuruh murid meninggalkan dia karena
mengasihikah dan memilih masyhur dan menghendaki puji
memintakan bagi ubudiyah yang dituntut ia dengan dia, dan manakala
binasa ubudiyah tiadalah bercampur ia dengan hak al-rubûbiyah yang
lazim dan fardhu atasnya kata Ibrahim bin Adham radhiyallâhu ‘anhu,
“tiada benar akan Allah taala barang siapa mengasihi akan masyhur
dan kata setengah mereka itu jalan kamu ini tiada patut ia melainkan

18 Syekh Burhanuddin Ulakan


bagi kaum yang ditetapi dengan nyawa mereka itu akan segala sirr
<sirr>” dan kata Ayyub radhiyallâhu ‘anhu “demi Allah tiada dibenar
akan Allah hamba melainkan menyukakan akan dia bahwa tiada
diketahui orang akan tempatnya”. Dan berkata seseorang laki-laki bagi
Basyar bin al-Hârits radhiyallâhu ‘anhu, “pesan olehmu akan daku”,
maka katanya bunyikan olehmu akan sebab yang disebut orang akan
namamu karenanya dan bunyikan olehmu makananmu kata Basyar
radhiyallâhu ‘anhu “tiada mengenal aku akan laki-laki yang mengasihi
ia akan dikenal akan dia melainkan hilang agamanya”.
Dan barulah malu ia dan berkata ia pula tiada mendapat akan
manusia akhirat, laki-laki yang mengasihi ia akan mengenal dia
manusia dan apabila kau bunyikan akan dia dengan sekira-kira dapat
membunyikan dia, maka jika diizinkan engkau pada mengeluarkan dia
maka keluarkan dan nyatakanlah olehmu akan dia itu, supaya adalah
engkau makbul dan mahmud dan jika tiada izin kepadamu dan kau
keluarkan jua dengan tiadanya maka adalah engkau ditolak dan dicela
dan tiada dipahamkan manusia barang yang kau ajarkan bagi mereka
itu dengan tutup Allah taala akan hati mereka itu karena engkau
keluar daripada adab dengan Allah.

‫ذإ كٌشح‬٤ٓ ‫ب‬ٜ‫ذخَ ث‬٣ ‫ء ٓضَ ػضُخ‬٢‫ٓب ٗلغ اُوِت ؽ‬

Tiada manfaat akan hati sesuatu yang seperti uzlah yang masuk ia
dengan dia pada medan pikir.

Bermula mengobati segala penyakit hati wajib atas murid, 19 dan


segala penyakit hanyasanya ada ia daripada keras hukum perangai
//15// atasnya daripada bersahabat dengan segala lawan dan
daripada berdiri serta yang diadatkan dan daripada mengikut hawa
nafsu dan jinak dengan zahir jua seperti dunia umpamanya dan obat
penyakitnya amat banyak, tetapi yang terlebih sampai kepada hati
daripada segala obat dan yang terlebih manfaat kepadanya
daripadanya uzlah yang dipesertakan dengan pikir, maka dengan
uzlah itu tertambat zahirnya daripada mencampuri.

19
Murid dalam pengertian ini ditulis dalam catatan pias sebagai muthallib al-
‟uzlah wa al-khumul;‟âbid.

Syarh Al-Hikam 19
Barang siapa tiada patut mencampuri dia daripada ahli dunia
yang fasik dan mencampuri barang siapa yang tiada nyaman daripada
masuk segala bahaya atasnya sebab bersahabat dengan dia maka suci
orang yang uzlah itu dengan ketiadaan bercampur daripada segala
maksiat seperti mengupat dan lainnya, dan hasil baginya dengan
ketiadaan bercampur selamat daripada terikat perangai sahabat yang
jahat dan segala kejadian yang dicela, dan beroleh faedah ia. Dengan
demikian itu terpelihara agamanya dan dirinya daripada berbantah,
dan segala bagi yang jahat dan fitnah dan wajib atas yang mu’tazil
menahan lidahnya daripada bertanya akan khabar manusia dan
khabar segala negeri dan daripada segala yang tiada manfaat
menanyakan dia dan hendak menjauhi ia akan bersahabat dengan
barang siapa yang tiada memelihara katanya dan lidahnya daripada
mencela dan mencaci, dan hendak lari ia daripadanya seperti lari
daripada harimau karena bersahabat dengan orang yang demikian itu
membawa kepada kekeruhan hatinya dan membawa kepada marah
Tuhan.
Maka adalah faedah uzlah umat baik daripada yang tersebut
dalam kitab itu dan sampai orang yang uzlah dengan pikir dalamnya
kepada makrifat akan segala hakikat sekalian perkara dan makrifat
akan berbeda yang hak daripada yang bathil dan makrifat akan
menyatakan, yang mem[b]eri manfaat daripada yang mem[b]eri
mudharat, dan melihat ia dengan pikir dalamnya akan terbunyi segala
bahaya nafsu dan segala kesaksian daripada sempurna dan segala
daya dunia dan lain daripada //16// itu daripada segala yang mumkin
mempakaikan dia, kata Hasan radhiyallâhu ‘anhu, pikir itu satu cermin
memperlihatkan ia kepadamu akan baikmu daripada burukmu dan
kau pandangi dengan dia pula atas kebesaran Allah dan atas segala
yang dijadikan-Nya dan segala nikmat-Nya yang nyata dan yang
terbunyi dan beroleh faedah lah engkau dengan pikir itu akan
beberapa segala hal yang indah-indah yang hilang dengan dia penyakit
hati dan tetap engkau dengan pikir itu atas taat Tuhanmu seperti
sabda Nabi ‘alayhi al-shalâtu wa al-salâmu, tafakkarû fî [khalq] Allah
wa lâ tafakkarû fî dzâtillâh.
Pikirlah kamu pada segala yang dijadikan Allah dan jangan pikir
kamu pada zat Allah. Maka segala perkara yang dijadikan mumkin
mendapat dia dengan akal dan pikir dengan tolong Allah dan

20 Syekh Burhanuddin Ulakan


karunianya karena sekaliannya itu dikenal. Dan tiada mumkin
mendapat zat Haq taala dengan akal dan pikir dan lain daripada
keduanya karena zat Haq taala tiada dikenal daripada pihak kunhinya
seperti sabda ‘alayhi al-shalâtu wa al-salâm subhânaka ma ‘arafnâka
haqqa makrifatika. Maha suci engkau tiada kami kenal engkau dengan
sebenar-benar ta‘allum akan dirimu.20

‫ هللا‬٢ُ‫شؽَ ا‬٣ ‫ق‬٤ً ّ‫ ا‬,ٚ‫ ٓشار‬٢‫إ ٓ٘طجؼخ ك‬ًٞ‫س األ‬ٞ‫ؾشم هِت ف‬٣ ‫ق‬٤ً
ٖٓ ‫ش‬ٜ‫ط‬٣ ُْ ٞٛٝ ‫ذخَ ؽنشح هللا‬٣ ٕ‫طٔغ ا‬٣ ‫ق‬٤ً ّ‫ ا‬,ٚ‫اث‬ٜٞ‫ ٌٓجَ ثؾ‬ٞٛٝ
.ٚ‫ار‬ٞ‫ل‬ٛ ٖٓ ‫زت‬٣ ُْ ٞٛٝ ‫ْ دهبءم األعشاس‬ٜ‫ل‬٣ ٕ‫ا‬ٞ‫شع‬٣ ‫ق‬٤ً ّ‫ ا‬,ٚ‫ع٘بثخ ؿلالر‬

Betapa benderang hati padahal segala rupa akwân termisri dalam


cermin atau betapa berjalan ia kepada Allah padahal ia diikat ia
dengan syahwatnya atau betapa lupanya akan masuk ke hadirat Allah
dan ia tiada suci daripada junub lalainya atau betapa harapnya akan
mempahamkan segala seni-seni asrar dan ia tiada tobat daripada
dosanya.

Bermula menghimpunkan dua yang berlawanan mustahil


seperti berhimpun gerak dan diam dan terang dan kelam dan segala
perkara //17// yang menyebutkan dia mualif rahimahullah berlawan,
maka bahwasanya terang hati dengan cahaya iman dan yakin dilawan
dengan kalam yang keras atasnya karena tunduk ia atas segala yang
lain dan segala yang diadakan dan karena berpegang ia atasnya dan
berjalan kepada Allah taala dengan memutuskan bukit nafsu dilawan
dengan iktikad pada baik hawa dan nafsu dan masuk ke hadirat Allah
yang menghendaki ia dengan suci orang yang masuk dan heningnya
dilawan dengan yang ia atasnya daripada janb ghaflatnya yang
kehendaknya menjarakkan dan menjauhkan dan memfahamkan seni-
seni segala asrar yang diambil faedahnya daripada takut dilawan
dengan menggali atas maksiat dan salah.
Firman Allah taala wattaqullâha wa yu‘allimukumullâhu.
ketakuti oleh kamu akan Allah, dan diajar Allah akan kamu, dan sabda
Nabi ‘alayhi al-shalâtu wa al-salâm, man ‘amila bimâ ‘alima
waratsahullâhu ‘ilmun mâ lam ya‘lam. Barang siapa mengamalkan

20
Penjelasan penyalin dalam catatan pias: muthallib al-tawbah.

Syarh Al-Hikam 21
dengan yang diketahuinya, diberi Allah akan ia ilmu yang belum
diketahuinya.

ٚ٤‫ ك‬ٙ‫ذ‬ٜ‫ؾ‬٣ ُْٝ ٌُٕٞ‫ ا‬ٟ‫ كٖٔ سأ‬ٚ٤‫س اُؾن ك‬ٜٞ‫ ظ‬ٙ‫ اٗٔب اٗبس‬ٝ ِٚٔ‫ ه‬ًِٚ ٌُٕٞ‫ا‬
‫ط‬ٞ‫ ؽٔغ‬ٚ٘‫ ؽغجش ػ‬ٝ ‫اس‬ٞٗ‫د األ‬ٞ‫ع‬ٝ ٙ‫ص‬ٞ‫ كوذ اػ‬ٙ‫ ثؼذ‬ٝ‫ ا‬ِٚ‫هج‬ٝ‫ ا‬ٙ‫ ػ٘ذ‬ٝ‫ا‬
‫أُؼبسف ثغؾت األصبس‬

Yang diadakan semuanya kelam dan hanyasanya menerang dia nyata


Haq taala dalamnya maka barang siapa melihat ia akan kawn dan
tiada memandang ia akan dia dalamnya atau tatkalanya atau
dahulunya atau kemudiannya makasanya mengkabarkan dia wujud
anwar dan didinding daripadanya segala matahari makrifat dengan
awan segala bekas.

Bermula yang ‘adam itu kelam dan wujud itu nur, maka yang
diadakan dengan menilik kepada zatnya ‘adam yang kelam dan
dengan menilik kepada tajalli nur Haq taala atasnya dan zahirnya
dalamnya wujud yang terang, maka bersalahan segala kelakuan
//18// manusia di sini, maka setengah mereka yang tiada melihat ia
melainkan akan segala yang diadakan jua dan didinding yang ia
dengan demikian itu daripada menilik yang mengadakan, maka inilah
yang tetap dalam kelam lagi didinding dengan awan segala asar.
Dan setengah mereka yang tiada didinding dengan segala yang
tiada didinding dengan segala yang diadakan daripada yang
mengadakan, maka mereka itu dalam pandang mereka itu akan dia
beberapa firkah, maka setengah firkah memandang akan mukawwin21
dahulu daripada memandang segala kawn.22 Maka mereka itu yang
mengambil dalil dengan yang mem[b]eri bekas atas segala bekas. Dan
setengah firkah yang memandang dia kemudian daripada memandang
segala kawn, dan mereka itu yang mengambil dalil dengan segala atsâr
atas muatsar.23
Dan setengah firkah yang memandang akan dia surah segala
kawn, artinya ilmunya dan kudratnya. Dan setengah firkah yang
memandang dia dalam segala kawn, artinya tajalli Haq taala dan

21
Catatan pias: hak subhanahu wa ta‟ala
22
Catatan pias: yakni segala anbiya dan awliya
23
Catatan pias: yakni mukmin yang „am.

22 Syekh Burhanuddin Ulakan


zhuhur-nya, dan setengah firkah yang memandang dia tatkala
memandang segala kawn, artinya mendapat mereka itu dan mengenal
mereka itu akan Haq taala dengan segala sifatnya tatkala mendapat
mereka itu akan segala kawn seperti seseorang mendapat cita rasa
makanan tatkala memakan dia.

ٚ‫د ٓؼ‬ٞ‫ع‬ٞٔ‫ظ ث‬٤ُ ‫ ثٔب‬ٚ٘‫ إ ؽغجي ػ‬ٚٗ‫ عجؾب‬ٙ‫ش‬ٜ‫د ه‬ٞ‫ع‬ٝ ٢ِ‫ذُي ػ‬٣ ‫ٓٔب‬

Setengah daripada yang menancapkan akan dikau atas mendapat


qahar Haq taala bahwa mendinding dia akan dikau daripadanya
dengan tiada mawjud serta-Nya.

Telah muwafakat segala arif bahwasanya barang yang lain dari


Allah taala ‘adam semata-mata daripada pihak melihat zatnya tiada
disifatkan ia dengan wujud serta Allah, karena jikalau disifatkan ia
dengan Dia, [bahwa]sanya adalah yang demikian itu
menye<ng>[k]utui bagi Allah dan menduai Dia. Maka sekutu itu
dinafikan daripada-Nya segala-segala, karena mentuluskan tauhid
bagi Allah taala dengan dalil firman Allah kullu syay’in hâlikun illâ
wajhahu.
Tiap-tiap sesuatu //19// binasa melainkan wajah Allah. Artinya
dzatnya dengan dalil kata Labîd alâ kullu syay’in mâ khallallâhu
bâthilun wa kullu na’îmin lâ mahâlatun nâilin. Ketahui olehmu tiap-
tiap sesuatu yang lain daripada Allah binasa dan tiap-tiap nikmat
didapat tiada akan hilang. Maka dua istitsna ini mengisbatkan wujud
Haq taala sendirinya dan menancapkan akan tiap-tiap sesuatu yang
lain daripada Allah tiada berwujud dengan sendirinya. Maka manakala
tiada berwujud ia dengan sendirinya maka tiadalah terupa pada akal.
Mendinding ia akan yang mawjud sendirinya, maka nyatalah tajalli
Haq taala dengan sifat qahâr atas hamba yang terdinding ia dengan
dia daripada memandang kepadanya dan memalingkan dia kepada
memandang barang yang lain daripada sama ada darinya atau lainnya
dunia atau akhirat. Firman Allah taala lillâhi al wâhid al qahhâru.
Bagi Allah yang Esa lagi yang mengurus segala perkara dengan
membalik dia betapa kehendaknya, tiada sesuatu jua pun yang
menagahkan Dia karena lembut barang yang lainnya, maka apabila

Syarh Al-Hikam 23
dibaliknya akan hamba kepada berpaling daripada-Nya, maka
berpalinglah ia daripada memandang Dia kepada memandang yang
lainnya daripada segala akwân dan aghyâr dan atsâr, yaf’alullâhu mâ
yasyâ’u wa yahkumu mâ yurîdu. Diperbuat Allah barang yang
dikehendakinya, dan dihukumnya barang yang dikehendakinya.

‫ء‬٠٤‫ش ًَ ؽ‬ٜ‫ ظ‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang menyatakan akan


tiap-tiap sesuatu dengan yang nyata ia atas segala perkara daripada
nûr al-wujûd dan [bahwa]sanya adalah segala perkara itu dalam
‘‘adamun sekaliannya seperti yang telah terdahulu.

‫ء‬٠٤‫ش ثٌَ ؽ‬ٜ‫ ظ‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding ia sesuatu dan ia yang nyata //20//dengan


tiap-tiap sesuatu hingga mengambil dalil atasnya segala mereka itu
yang mengambil dengan segala perkara.

Seperti firman Allah taala sanurîhim ayâtûna fi al-âfâqi wa fî


anfusihim. Lagi akan kami pertunjukkan segala ayat kami dalam diri
mereka itu dan pada segala yang lain.

‫ء‬٠٤‫ ًَ ؽ‬٢‫ش ك‬ٜ‫ ظ‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang nyata dalam tiap
sesuatu karena ia yang tajalli dengan keelokan segala sifatnya dan
segala namanya.

‫ء‬٠٤‫ش ٌَُ ؽ‬ٜ‫ ظ‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang nyata bagi tiap-tiap
sesuatu dalam nyata sesuatu itu dan karena itulah adalah tiap-tiap
sesuatu itu sujud kepadanya dan mengucap tasbih dengan memuji dia
dan tetap tiada kita mengetahui dia.

‫ء‬٠٤‫د ًَ ؽ‬ٞ‫ع‬ٝ َ‫شهج‬ٛ‫ اُظب‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

24 Syekh Burhanuddin Ulakan


Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang zahir dahulu
daripada wujud tiap-tiap sesuatu karena tahaqquq namanya zahir
baginya pada azalun dan abadun.

‫ء‬٠٤‫شٖٓ ًَ ؽ‬ٜ‫ اظ‬ٟ‫ اُز‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia terlebih nyata daripada


tiap-tiap sesuatu karena bahwasanya wujud artinya yang mawjud
terlebih nyata daripada ‘‘adamun artinya yang ma‘dum atas tiap-tiap
hal.

‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ظ ٓؼ‬٤ُ ٟ‫اؽذ اُز‬ُٞ‫ ا‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia Esa yang tiada sertanya
sesuatu jua pun karena tiap-tiap yang lainnya ‘‘adamun tiada wujud
baginya sekali-kali atas tahkik.

‫ء‬٠٤‫ي ٖٓ ًَ ؽ‬٤ُ‫ اهشة ئ‬ٞٛٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

// 21 // Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia lebih hampir


kepadamu daripada tiap-tiap sesuatu karena meliputi ilmunya akan
dikau dan mendirikan ia akan dikau bersalahan barang yang lainnya
maka tiada baginya sifat yang demikian itu.

‫ء‬٠٤‫د ًَ ؽ‬ٞ‫ع‬ٝ ٕ‫ ٓب ًب‬ٙ‫ال‬ُٞٝ ‫ء‬٠٤‫ ؽ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٕ‫س ا‬ٞ‫زق‬٣ ‫ق‬٤ً

Betapa terupa bahwa mendinding dia sesuatu dan jikalau tiada ia


tiadalah diperoleh wujud tiap-tiap sesuatu hingga mengambil dalil
segala mereka yang musyahadah, artinya segala yang memandang
dengan Allah atas segala perkara, seperti firman Allah taala, a wa lam
yakfî bi rabbika innahu ‘alâ kulli syay’in syahîd.

Dan tiadakah memadai Tuhanmu bahwasanya ia dalil atas tiap-


tiap sesuatu bersalahan dengan ahlu al-nazhar, maka mereka itu
mengambil dalil dengan segala perkara atas Allah, maka berjauhan
keduanya pada martabat dan maqam, maka martabat orang yang
musyahadah martabat washil kepada Haq taala dan maqamnya

Syarh Al-Hikam 25
maqam haqqul yaqîn. Dan martabat ahlu al-nazhar martabat tiada
washil kepada Haq taala dan maqamnya maqam ‘ilmul yaqîn.

ّ‫ اُؼذ‬٢‫د ك‬ٞ‫ع‬ُٞ‫ش ا‬ٜ‫ظ‬٣ ‫ق‬٤ً ‫ب ػغجب‬٣

Hai tercengangku, betapa nyata wujud pada ‘adam, tiada terupa akan
nyatanya dalamnya karena ‘adam itu kelam dan wujud itu nur, artinya
terang. Dan keduanya berlawanan, tiada berhimpun keduanya pada
satu tempat.

ّ‫فق اُوذ‬ٝ ُٚ ٖٓ ‫ضجذ اُؾبدس ٓغ‬٣ ‫ق‬٤ً ّ‫ا‬

Atau betapa sabit yang baharu serta yang baginya sifat kidam. Maka
huduts itu sifat wujud yang didahului dengan ‘adam.

Dan qidam itu sifat wujud yang tiada didahului dengan ‘adam,
maka keduanya ini berlawanan keduanya tiada dapat berhimpun
keduanya. Dan karena bahwasanya yang batil tiada tetap serta yang
hak seperti firman Allah taala wa qul jâ’a al-haqqu wa zahaqa al-
bâthilu inna al-bâthila kâna zahûqa //22// kata olehmu ya
Muhammad, datang haq dan hilanglah yang batil bahwasanya yang
batil adalah ia hilang. Dan firman Allah taala bal naqzhifu bil haqqi ‘ala
al-bâthili fayadzma’a hu faidzâ huwa zâhiqun. Tetap kami lawan
dengan yang hak atas yang bathil maka mem[b]inasakan ia akan dia,
maka tiba-tiba ia hilang.

ٚ٤‫ هللا ك‬ٙ‫ش‬ٜ‫ش ٓب اظ‬٤‫هذ ؿ‬ُٞ‫ ا‬٢‫ؾذط ك‬٣ ٕ‫ءا ٖٓ اساد ا‬٢‫َ ؽ‬ٜ‫ٓبرشى ٖٓ اُغ‬

Tiada meninggalkan daripada bebal akan sesuatu barang siapa 24


menghendaki akan berbuat dalam waktu akan yang tiada dinyatakan
Allah akan dia dalamnya.

Apabila mendirikan Allah taala akan hamba pada satu kerja


yang tiada muncul di syara, maka hendak melazimi ia akan banyak
fikrah pada memilih berkekalan atas kerja itu, dan rida dengan dia dan

24
Dalam catatan pias disebut: muthalib al-taslîm

26 Syekh Burhanuddin Ulakan


hendak menyamai ia akan Allah taala pada memeliharakan dia dan
menyamai yang dikehendaki Allah pada kerja itu, dan jangan hendak
ada ia keluar daripadanya dengan ikhtiar daripadanya dan jikalau ada
kerja itu, tiada muwafakat dengan nafsunya sekalipun hingga adalah
Allah taala memindahkan dia daripadanya maka ia berpindah
daripadanya dengan ikhtiar daripada Allah taala, tiada daripadanya
maka adalah ia hamba yang empunya banyak fikrah, maka jikalau
berpindah ia daripadanya dengan ikhtiar daripadanya, maka adalah ia
hamba yang empunya jahat fikrah serta Tuhan karena adalah ketika
itu melawan Allah pada kehendaknya dan menyalahi Dia pada hukum-
Nya dan ketiadaan rida pada yang dipilih Allah dan ketiadaan
mentaslimkan dirinya kepada Tuhannya dengan tiada mau berdiri
pada pintunya.25
Maka jauhi olehmu hai nafsu daripada jahat fikrah serta Tuhan
supaya keluar engkau daripada nama jahil dan supaya tiada ada
padamu perbuatan yang menghendaki kebencian Tuhan dan
murkanya dan supaya tiada engkau ditolak daripada pintunya maka
tidakkah //23// kau lihat iblis maka tiada ditolak ia daripada bab al-
rahmah kepada bab al-la’nah melainkan karena jahat pekertinya serta
Tuhannya. Sekira-kira dipilih Tuhan baginya akan sujudnya kepada
Nabi Adam ‘alayhissalâm, maka tiada ia mau dan tiada ia rida.

‫ٗبد اُ٘لظ‬ٞ‫د اُلشاؽ ٖٓ سػ‬ٞ‫ع‬ٝ ٠ِ‫ئؽبُزي األػٔبٍ ػ‬

Beri tangguh engkau akan membayar segala amal atas diperoleh


selesai daripada bingung nafsu.

Apabila ada satu hamba memakai satu pakaian dunianya dan


adalah baginya dalamnya bimbang yang meneguhkan dia daripada
membayar amal yang saleh dan beri tangguh ia akan membayar dia
atas selesainya daripada bimbangnya itu dan berkata ia apabila
selesailah aku daripadanya kubayarlah akan amal, maka adalah
pertangguhannya yang demikian itu daripada bingung dirinya.
Maka adalah bingungnya atas beberapa perkara, pertama
memilih yang kurang daripada dunia atas yang terbaik daripada

25
Catatan pada pias: yakni pada berbuat ibadah

Syarh Al-Hikam 27
akhirat. Maka tiada memilih yang buruk atas yang baik daripada
pekerjaan mukmin yang akil dan ia menyalahi ibadah yang dituntut
daripadanya firman Allah Taala bal tu’tsirûna al-hayâta al-duniyâ wa
al-âkhiratu khairun wa abqâ. Tetapi kamu pilih akan hayat yang di
dunia dan negeri akhirat terlebih baik dan terlebih kekal.
Dan kedua melambatkan amal kepada ketika selesainya dan
terkadang tiada mendapat ia akan kelapangan sebab mati di hawa
daripada selesainya daripada kerjanya itu, atau sebab bertambah
bimbangnya dengan kerja yang lain karena galib pekerjaan dunia
berhubung sungguhnya dengan setengahnya daripada tiada berselang
maka tiap beri tangguh ia akan selesainya.
Dan yang ketiga adalah ia pada tangguhnya percaya dengan
dirinya pada citanya akan membayar dia, maka yang galib nafsu itu
tiada menyampaikan tangguhnya karena lemahnya atau karena
bertukar citanya dengan yang lain, maka adalah ia tatkala sampai
tangguhnya yaitu selesai daripada kerja, maka tiada //24//
membayar ia akan amal yang dipertangguhkannya dalamnya
[bahwa]sanya bertambah kejahatannya dan bertambah jauhnya
daripada Haq taala, seperti firman Allah taala ulâ’ika yunâdawna min
makânin ba‘îdin.
Mereka itu diseru daripada tempat yang jauh. Maka yang wajib
atas hamba membayar segala amal pada waktunya daripada tiada
bertangguh dan tiada minta janji melainkan yang telah diizinkan syara
seperti puasa umpamanya pada kesukaran daripada sakit dan berjalan
maka dibayar ia wajib tatkala lepas daripadanya dan seperti
mehimpunkan zuhur kepada waktu ashar dan maghrib kepada waktu
isya, maka haruslah yang demikian itu dengan izin syara. Maka bayar
olehmu akan amal dengan tunai serta ikhlas dan minta tolong dari Haq
taala atas mengerjakan dia supaya menilik Haq taala akan dikau
dengan tilik Rahman-Nya, maka itulah yang dinamai ahlullâh al-shidqu
fî al-‘ubûdiyyah wa al-qiyâm bi huqûq al-rubûbiyah.

‫ اسادري العزؼِٔي‬ِٞ‫ب ك‬ٛ‫ا‬ٞ‫ٔب ع‬٤‫غزؼِٔي ك‬٤ُ ‫خشعي ٖٓ ؽبُخ‬٣ ٕ‫ ا‬ٚ٘ٓ ‫الرطِت‬


.26 ‫ش ئخشاط‬٤‫ٖٓ ؿ‬

26
Catatan pada pias: muthallib al-taslîm

28 Syekh Burhanuddin Ulakan


Jangan kau tuntut daripadanya akan dikeluarkannya engkau daripada
satu hal supaya dipakaikannya engkau pada yang lainnya maka jikalau
menghendaki ia akan dikau [bahwa] sanya memakaikanlah ia akan
dikau daripada tiada keluarkan daripada hal itu.

Apabila ada seseorang atas satu hal yang tiada dicela syara,
maka hal itu tiada muwafakat dengan kehendaknya sama ada ia pada
pihak akhirat atau dunia, maka jangan menuntut ia akan keluar
daripada hal itu dengan dirinya dan melawan yang jatuh pada waktu
itu dengan izin Haq taala, maka berbuatlah ia akan yang belum
dinyatakan Allah taala akan dia atasnya maka jadilah ia bernama
dengan jahil seperti yang telah lalu, dan jahatlah adabnya serta Allah
taala daripada melebihkan ikhtiyarnya atas ikhtiyar Haq taala dan
daripada memilih yang dikehendakinya atas yang dikehendaki Allah
dan //25// daripada pihak menyalahi hukumnya.
Maka hai nafsu, perbaiki adabmu serta Tuhanmu dengan rida
daripadanya dan kabul akan hukumnya dan taslim kepadanya dan
tetap pada tempat yang dihendakinya, supaya jangan engkau masuk
dalam jumlah segala jahil dan supaya kau peroleh manzil ahlullâh
yang arif lagi muwahhid lagi kamil dengan berkat kuat hentakan akan
tapakmu pada tempat tapak mereka itu yang tapak mereka itu
terhenti pada tapak khâtim al-nubuwwah shallallâhu ‘alayhi wasallam,
dan tapak khâtim al-nubuwwah terhenti pada bab Allah dan tangan
khâtim al-nubuwwah dan segala warisnya menjabat ‘urwatul wusqa,
maka jabat olehmu hai nafsu dengan tanganmu ‘urwatul wusqa itu.27

ٟ‫وخ اُز‬٤‫ارق اُؾو‬ٞٛ ٚ‫ٗبدر‬ٝ ‫ب اال‬ُٜ ‫ٔخ عبُي إ روذ ػ٘ذٓب ًؾق‬ٛ ‫ٓب اسادس‬
‫ب ئٗٔب ٗؾٖ كز٘خ‬ٜ‫ٗبدري ؽوبءه‬ٝ ‫ٗبد اال‬ٌُٞٔ‫ش ا‬ٛ‫ا‬ٞ‫ال رجشعش ظ‬ٝ ‫ آبٓي‬ٚ‫رطِج‬
28 ‫كال رٌلش‬

Tiada berkehendak cita orang yang berjalan akan berhenti pada


barang yang dibukakan ia baginya melainkan pada hal menyeru akan
dia suara yang kau tuntut di hadapanmu hakikatmu, dan tiada berhias
segala zhahir sekalian yang diadakan melainkan pada hal menyeru

27
Catatan pada pias: yakni „amal shalih
28
Catatan pada pias: muthallib al-ikhlash

Syarh Al-Hikam 29
akan dikau segala hakikatnya, hanyasanya kamu fitnah, maka jangan
engkau kufur.

Bermula orang yang berjalan kepada Allah taala kelihatan


baginya dalam pertengahan jalannya beberapa nur dan nyata baginya
pula beberapa asrâr, maka jika berkehendak himmahnya akan
berhenti pada tatkala terbuka baginya daripada yang demikian itu,
karena diiktikadkannya bahwa ia sampai kepada makrifat yang
sempurna pada kesudahan makrifat, menyerulah akan dia suara
hakikat mathlûb yang kau tuntut akan dia di hadapanmu lagi ia maka
bersungguh-sungguh engkau pada jalanmu dan jangan engkau
berhenti di sini dan jika berhias baginya segala zahir mukawwinat
dengan perhiasannya yang elok pada penglihatan maka jadi terang
hatinya kepadanya //26// karena baik rupa perhiasannya pada
penglihatannya menyeru akan dia segala hakikatnya yang batin.
Hanyasanya kamu fitnah maka jangan engkau kufur, maka
pejamkan dua matamu daripada menilik yang demikian itu dan jangan
berpegang engkau kepadanya karena bukan ia kesudahan yang
dituntut dan kekal dan kekal dan kekal jalanmu hingga sampai engkau
kepada kesudahan mathlûbmu, yaitu hak subhanahu wataala dengan
tiada mathlûb yang lainnya di baliknya, dan tinggalkan olehmu hai
sâlik barang yang lainnya dan mem[b]elakang engkau kepadanya
karena segala yang lainnya batil dan fana seperti kata Labid29 yang
dibenarkan Nabi shallallâhu ‘alayhi wasallam akan dia, ‘alâ kullu
syay’in mâ khalâ Allâhu bâthilun wa kullu na‘îmin lâ mahâlata zaa’ilun.
Ketahui olehmu tiap-tiap sesuatu yang melain ia akan Allah batil,
dan tiap-tiap nikmat te[r]dapat tiada akan hilang, dan seperti firman
Allah taala kullu man ‘alayha fânin wa yabqâ wajhu rabbika dzî al-jalâli
wa al-ikrâm. Segala yang di atasnya fana, dan wajah Tuhanmu yang
kekal yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka apabila kau
ketahui dan kau kenal segala yang lainnya batil lagi fana, maka betapa
kau tuntut akan dia dan betapa berhenti engkau padanya, artinya
jangan engkau menuntut dia dan berhenti padanya, karena tiada dapat
ia menolong dan membantu akan dikau pada satu pekerjaan jua pun
sebab lemahnya, hasil kata jauhi olehmu segala yang lain daripada

29
Catatan pada pias: artinya orang yang tahu bersyariat pada zaman Nabi.

30 Syekh Burhanuddin Ulakan


Allah dan hampir engkau kepadanya, karena Ia dapat menolong dan
membantu engkau pada sekalian pekerjaanmu karena Ia kuasa lagi
kaya lagi murah pada memenuhi hajat segala yang berhajat dan
memberi tuntut segala yang menuntut.
Dan apabila kau kehendaki bahwa ada bagimu satu bahagian
barang yang tsâbit bagi segala waliyyullah taala, maka berpaling
engkau daripada sekalian manusia melainkan barang siapa yang
menancapkan ia akan engkau atas Allah taala dengan //27//
pertunjuk yang benar dan segala amal yang tsâbit yang tiada
memesonakan dia Quran dan Hadis, dan berpaling pula engkau
daripada sekalian dunia besarnya dan kecilnya dan jangan engkau
daripada orang yang berpaling daripadanya supaya diberi ia sesuatu
daripada dunia atas berpaling daripadanya, tetapi jadikan dirimu
berpaling daripada dunia pada Allah, kerjamu meninggalkan segala
seterunya, maka jika datang engkau dengan berpaling daripada dunia
dan berpaling daripada manusia, maka berdirilah engkau serta Allah
dengan muraqabah dan mengkali tobat, dan istighfar, dan khusyuk.

ٝ ٚ٘ٓ ‫بػي‬٤‫ ُوِخ ؽ‬ٙ‫ش‬٤‫ هِجي ُـ‬ٝ ٚ٘‫جخ ٓ٘ي ػ‬٤‫ ػ‬ُٚ ‫هِجي‬ٝ ُٚ ّ‫ب‬ٜ‫ ار‬ٚ٘ٓ ‫هِجي‬
ٚ٘‫د ثؼذى ػ‬ٞ‫ع‬ُٞ ٙ‫ش‬٤‫هِجي ٖٓ ؿ‬

Tuntutmu daripadanya menuduh baginya, dan tuntutmu baginya gaib


engkau daripadanya, dan tuntutmu bagi lainnya karena kurang
malumu daripadanya dan tuntutmu daripada lainnya karena diperoleh
jauhmu daripadanya.

Bermula tuntut yang terupa daripada hamba atas empat


perkara, semuanya itu dimasuki lancang dan penyakit padahal Allah
satu, tuntut hamba daripada Allah maka ia menuduh bagi Allah,
karena jikalau percaya hamba dengan dia pada menyampaikan
sekalian manfaat kepadanya daripada tiada pinta [bahwa]sanya
tiadalah menuntut ia daripadanya sesuatu jua pun yakni daripada
teguh berpegang hamba kepadanya dan diri karena berubah-ubah
zhan-nya dengan dia, rasa-rasa akan diberinya dan rasa-rasa tiada
akan diberinya, maka menuntut ia daripadanya.
Dan kedua tuntutnya baginya maka yaitu gaib hamba daripada
Tuhan, karena jikalau dihadiri ia antara dua tangannya, tiadalah

Syarh Al-Hikam 31
menuntut baginya karena yang hadir tiada menuntut ia akan yang
dihadirinya.
Dan ketiga tuntutnya bagi lainnya, maka yaitu karena kurang
malunya daripadanya, karena jikalau malu ia daripadanya,
[bahwa]sanya piciklah hatinya daripada yang dikebencinya baginya
daripada tuntutnya bagi lainnya //28// dan setengah daripada
malunya daripadanya sebenarnya bahwa tiada menyembah hamba
serta Tuhannya akan yang lainnya, serta tiada memilih ia atasnya akan
yang lainnya.
Dan keempat, tuntutnya daripada lainnya, maka yaitu karena
didapat jauhnya daripadanya karena jikalau hampir ia daripadanya,
tiadalah meminta ia daripada lainnya, maka thalab semuanya pada
mereka yang ahli tauhid dan ahli makrifat, dimasuki alat dan
dicampur lancang melainkan thalab dan sawal atas jalan ibadah dan
adab dan mengikat suruh dan menyatakan faqih dan faqir30 maka
tiada ada ia dimasuki alat dan lancang dan tinggalkan olehmu barang
yang lancang dan ambil olehmu barang yang paling kaya supaya ia
makbul pada Allah taala, fadhlan min Allâh wa rahmah.

ٚ٤‫ٔن‬٣ ‫ي‬٤‫ هذس ك‬ُٚٝ ‫ اال‬ٚ٣‫ٓبٖٓ ٗلظ رجذ‬

Tiada satu nafas yang kau keluarkan akan dia melainkan pada hal
baginya kadar padamuu melalui kun Allah akan dia.

Bermula segala nafas segala manusia yang sana-sini berganti-ganti ia


atas segala hamba selama hidupnya, maka tiap-tiap satu nafas yang
keluar ia daripada hamba tempat bagi satu takdir daripada segala
takdir Haq taala, baik sampai ia pada tempatnya siang ada ia atau
malam pagi atau petang demikian lagi kejap mata yang berganti-ganti
atasnya, seperti nafas jua dan sehelai bulu yang pada tubuh kita
luruhnya dan tumbuhnya seperti nafas jua, dan barang yang
membaginya maka apabila adalah satu suku daripada segala suku
hamba seperti sehelai rambutnya dan seperti nafas telah melingkup
akan sekaliannya itu hukum Haq taala dan takdirnya dan ilmunya dan

30
Catatan pada pias: faqih tiada memilik<an>[i] sesuatu daripada makhluk
hingga daripada dirinya; faqir tiada memilik<an>[i] sesuatu daripada arti dunia.

32 Syekh Burhanuddin Ulakan


adalah sekalian itu menghendaki daripada hamba akan Haq taala yang
berdiri hamba dengan dia dan yang dituntut ia dengan dia dan ditanya
ia daripadanya dan daripada segala nafasnya yang ia amanah Haq
taala padanya maka tiadalah satu tempat jua pun yang lapang
daripada hukum dan takdir Haq taala //29// yang dapat masuk
hamba kedalamnya pada mem[b]erintahkan dunianya, dan tiadalah
seseorang jua pun yang patut hamba berhadap kepadanya dan
meminta ia daripadanya dan mengadukan halnya kepadanya
melainkan Allah al-Ghaniy al-karîm al-Muhsin al-Jawwâd al-Qadîru ‘alâ
kulli syay’in.
Dan ketahui olehmu hai nafsu yang bingung bahwasanya Haq
taala menyampaikan ia akan segala nafsu yang telah ditakdirkan pada
azali, dan demikian lagi segala rezeki dan segala langkah dan segala
manfaat yang pada pihak dunia dan akhirat sama ada kau pinta akan
dia atau tiada, maka sepatutnya lah engkau menyerahkan segala
pekerjaanmu dan menyeru yakin dia kepadanya dan taslîm kepada
hukumnya dan berdiri di hadapannya. Maka barang yang lainnya
daripada segala akwan, maka sepertimu sekalian mereka itu pada
pihak dijadikan dan lemah dan papa dan berkehendak dan janganlah
engkau tunduk kepadanya sekali-kali dengan hatimu jika ada bagimu
akal dan idrâk yang sempurna.

‫ٔي‬٤‫ ٓو‬ٞٛ ‫ٔب‬٤‫ ك‬ُٚ ‫عذ أُشاهجخ‬ٝ ٖ‫وطؼي ػ‬٣ ‫بس كإ رُي‬٤‫ع األؿ‬ٝ‫ال رزشهت كش‬
ٚ٤‫ك‬

Jangan kau nanti selesai segala yang lain, maka bahwasanya yang
demikian itu memutuskan engkau daripada mendapat murâqabah
baginya pada barang yang ia mendirikan dikau dalamnya.

Apabila mendirikan Allah taala akan hamba dalam satu sebab


daripada segala sebab yang baik, maka wajib atasnya
menyempurnakan akan hak Allah dalamnya dan menggali dalamnya
akan adab serta Allah, dan tiada mengganti ia akan waktu yang kedua
yang ada ia dalamnya lapang dari sebab itu, maka bahwasanya
memutuskanlah ia dan meneguhkan ia akan dia daripada berdiri
dengan hak Allah yang pada waktu yang pertama pada barang yang
mendirikan Haq taala akan dia dalamnya dan daripada

Syarh Al-Hikam 33
menyempurnakan ia akan yang wajib atasnya dan mengganti, selesai
itu menyalahi ia akan pekerjaan yang dituntut daripadanya, maka
//30// hendak menjauh murid akan mengganti selesai. Kata Abu
Hafash radhiyallâhu ‘anhu, faqîr yang shâdiq yang ada ia pada tiap-tiap
waktu dengan hukum, maka apabila datang atasnya yang datang yang
melalaikan ia akan dia daripada hukum waktunya, liarlah ia
daripadanya, dan melenyapkan ia akan dia daripada dirinya.
Tetapi murid yang shâdiq yang tiada irâdah dan ikhtiyar baginya
lain daripada iradah dan ikhtiar bagi haq subhânahu wa ta’âla, dan
apabila masuk ia akan malam, maka menyempurnakan ia akan hak
Allah yang pada malam, tiada menanti ia akan siang, dan apabila
masuk ia pada siang maka menyempurnakan ia akan haknya, yang
pada siang tiada menanti ia akan malam dan demikian lagi hukum
pagi dan petang padanya.

ٞٛ‫ب ٓب أثشصس اال ٓب‬ٜٗ‫ اُذاس كا‬ٙ‫ز‬ٛ ٢‫ع اال ًذاس ٓبدٓذ ك‬ٞ‫ه‬ٞ‫ش ث‬٤‫ال رغزـ‬
‫ب‬ٜ‫اعت ٗؼز‬ٝ ٝ ‫ب‬ٜ‫ فل‬ٝ ‫ٓغزؾن‬

Jangan kau jauhkan akan jatuh segala kekeruhan selama ada engkau
diam dalam negeri ini maka bahwasanya ia tiada menyatakan
melainkan barang yang mustahik sifatnya dan wajib na‘atnya.

Telah dijadikan Allah taala akan dunia negeri fitnah dan cobaan
dan kedukaan dan kesakitan dan kepicikan supaya berbuat amal tiap-
tiap seseorang daripada usianya atas hukum dan takdir pada azali dan
membalas ia akan amal itu dalam negeri akhirat. Inna khairan fa
khairun wa inna syarân fa syarrun, jika baik maka baik, dan jika jahat
maka jahat. Maka adalah amal tiap-tiap seseorang daripada usianya
dua bahagi, satu amal syarrun namanya seperti kufur dan maksiat, dan
kedua amal khairun seperti iman dan taat maka jika ada amal khairun
itu menyalahi nafsunya dan memerangi dia dan mem[b]unuh dia
maka tidapat tiada ia mendapat kekeruhan dan kesukaran dan
kesakitan dalam dirinya daripada pihak //31// memerangi nafsu dan
mem[b]unuh dia dengan puasa pada siang dan sembahyang pada
malam atau zikir dalamnya atau lain daripada keduanya daripada
segala amal khairun dengan bersungguh-sungguh jaga pada siang dan
malam dan tiada mem[b]eri senang ia akan dirinya.

34 Syekh Burhanuddin Ulakan


Dan jika ada amal khairun itu mufawakat dengan nafsu pada
menyampaikan keinginannya seperti berniaga atau berhawam atau
lain daripada keduanya daripada asbâb maka sekalian asbâb itu amal
khair dengan niat mencari dan usaha yang halal lagi menolong amal
akhirat dan terbit daripadanya serap amal khair daripada zakat dan
sedekah dan fitrah da nafkah dan lainnya maka tiada dapat tiadalah ia
beroleh kekeruhan dan kesakitan dan dan kesukaran dan kedukaan
daripada pihak dari asbâb karena tiada sampai kehendaknya dan
citanya itu daripada pihak khidmatnya akan sebab itu atau
diperolehnya kekeruhan dan kesukaran dan kesakitan daripada pihak
berkelahi dan berbantah dan berpukul dan berbunuhan karena sebab
itu seperti yang telah maklumlah segala pekerjaan itu daripada atas
dunia ini daripada segala yang hidup lagi akil.
Firman Allah taala wa nabluwakum bi al-syarri wa al-khayri
fitnatan. Dan kami mencoba akan kamu dengan jahat dan baik karena
fitnah, dan sabda rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam asyaddukum
balâ al-anbiyâ fa al-mitsalu tsumma al-amtsalu, tersangat daripada
kamu kena bala segala Nabi maka yang seperti segala Nabi daripada
segala wali maka yang seperti segala wali daripada segala mukmin
yang shaleh wa allahu a’lam. Hai nafsu dengan firman Allah dan hadis
yang dua ini atau yang lain, janganlah engkau menuntut senang dirimu
dan sentosanya daripada kekeruhan dan kesukaran dan kesakitan,
tetapi apabila kau peroleh kesakitan dunia dan kesukarannya dan
kedukaannya daripada segala pekerjaan dalamnya yang membawa
kekeruhan //32// Maka sabar engkau dalamnya dan rida daripada
buahnya yang mendatangkan dia dan jangan engkau keluh kesah dan
kau adukan akan dia kepada yang lainnya maka itulah faedah yang
amat besar bagimu yang bertambah kasih Allah dan rahmannya
atasmu dengan dia.
Seperti firman Allah taala yang memuji ia akan hambanya
nabiyullah Yakub alayhissalâm fashabrun jamîl ayy fashabrî shabrun
jamîl. Artinya maka sabarku sabar yang elok, dan firman-Nya innamâ
asykû ibatsî wa huznî ila Allah. Hanyasanya kadukan31 perihku dan
kedukaanku kepada Allah, wa tammat kalimatu rabbika al-husnâ ‘alâ
banî isrâ’îl bimâ shabarû. Dan sempurnalah kalimat Tuhanmu yang

31
Maksudnya “adukan”

Syarh Al-Hikam 35
baik atas Bani Israil sebab sabar mereka itu dan lain daripada itu. Dan
ketahui olehmu bahwasanya datang tolong daripada Allah serta
sabarmu serta datang kesukaran dan kedukaan dan kemudahan serta
kesukaran, dan kata Umar ibn al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, bagi
laki-laki jika sabar engkau lalu jua pekerjaan Allah dan engkau diberi
pahala, dan jika keluh kesah engkau lalu jua pekerjaan Allah dan
engkau beroleh dosa, dan kata Ali radhiyallahu ‘anhu, sabar itu
mengendarai kendaraan yang tiada rebah dan pedang yang tiada
tumpul.
Dan kata Ibnu Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ yang terlebih dari
segala pekawi sabar tatkala kesukaran. Mâ tawaqqafa muthlibun anta
thâlibuhu birabbika wa lâ tayassara muthlibun anta thâlibuhu
binafsika. Tiada terhenti yang dituntut yang engkau menuntut dia
dengan Tuhanmu dan tiada termudah yang dituntut yang engkau
menuntut dia dengan dirimu. Bermula manusia dua bahagi, satu yang
berpegang ia kepada Allah taala dan tetap-tetap ia dengan dia dan
diserahkannya segala pekerjaannya kepada-Nya32, maka adalah yang
dituntutnya tiada terhenti karena thalabnya dengan Tuhannya
daripada Tuhannya bagi Tuhannya kepada Tuhannya karena Ia yang
bernama ghaniy, karîm, qadîr //33// ghayru ‘âjiz.
Sebab itulah tiada terhenti yang dituntutnya dan dipadakan
Allah akan dia segala belanjanya dan dihampirkannya kepadanya yang
jauh dan dimudahkannya atas segala yang sukar dan dijauhkannya
daripadanya segala yang menyakiti dia daripada seteru atau binatang
buas atau yang be[r]bisa atau duri yang lain daripada segala yang
tersebut itu, dan jikalau berdampak ia dengan seteru atau binatang
yang buas, maka tiadalah ia meyakiti dia dengan teguh daripada Haq
taala. Dan kedua yang berpegang atas kuatnya dan haulanya, dan diam
ia kepada amalnya dan akalnya, maka adalah yang dituntutnya tiada
termudah karena ia berpegang kepada dirinya yang lemah lagi papa
lagi hina dengan tiada melakukan satu jua pun. Hai nafsu berpegang
engkau kepada Allah dan minta tolong engkau daripada-Nya dan
menyerah engkau kepada-Nya dengan Dia daripada-Nya bagi-Nya
tiada dengan dirimu bagi dirimu daripada dirimu kepada dirimu,
maka engkaulah ‘ârif billâh. Jika ada pandang demikian dan jika tiada

32
Dalam catatan pias ditulis: muthallib al-tasîm

36 Syekh Burhanuddin Ulakan


pandangmu demikian maka engkaulah jâhil billâh. a’ûdzu billâhi an
akûna min al-jâhilîn.

‫بد‬٣‫ اُجذا‬٢‫ هللا ك‬٠ُ‫ع ا‬ٞ‫بد اُشع‬٣‫ب‬ُٜ٘‫ ا‬٢‫ٖٓ ػالٓبد اُ٘غؼ ك‬

Daripada tanda menang pada kesudahan kembali kepada Allah pada


permulân.

Ketahui olehmu bahwasanya bagi murid permulân dan baginya


kesudahan, maka permulân itu ketika masuknya pada jalan dan
kesudahan ketika sampainya, maka barang siapa mensahkan ia akan
permulân dengan kembalinya kepada Allah taala dan menyerah
atasnya dan minta tolong dengan dia daripadanya berbahagialah ia
dan menang ia pada kesudahannya sebab kembalinya pada
permulânnya dan adalah sampainya kepada Allah taala dan apabila
sampailah ia kepada makrifatnya dengan Allah dan ilmunya dengan
dia disentosakanlah atasnya daripada kembalinya daripada Allah dan
putusnya daripadanya kepada lainnya. //34// Wa hâdzâ min fadhl
Allâh wa rahmatuhu ‘ala man yasyâ’u min ‘ibâdihi al-shâlihîn.
Dan inilah setengah daripada karunia Allah dan rahmatNya atas
barang siapa yang dikehendakinya daripada segala hamba yang saleh.
Kata setengah masyâyikh tiada dirujuk barang siapa yang rujuk
melainkan daripada jalan, yakni belum sampai ia kepada Allah
subhanahu wa taala, dan jikalau sampai ia kepadanya, tiada kembali ia
daripadanya kepada yang lain, dan barang siapa tiada mensahkan ia
akan permulânnya sebab rujuknya kepada yang lainnya seperti
berpegang ia kepada kuat dirinya dan haulanya dan akalnya pada
masuknya kepada jalannya maka [bahwa]sanya tiadalah sampai ia
kepada Allah taala selama-lamanya, dan suruh ia kepada kuat dirinya
dan haulanya dan akalnya.
Dan barang siapa mengiktikadkan bahwasanya sampai kepada
Allah taala dengan yang lain daripadanya diputuskan ia dengan dia.
Artinya tentu makrifatnya dengan ghayr dan putus makrifatnya
kepada ghayr itu jua, tiada kepada Allah. Dan barang siapa minta
tolong atas ibadah bagi Allah taala daripada dirinya diserahkan ia
kepada dirinya artinya dicampakan Allah akan dia kepada nafsunya
karena benci Allah akan dia daripada pihak ia minta tolong kepada

Syarh Al-Hikam 37
yang lain yang sepatutnya ia minta tolong kepada Allah, karena Ia
Tuhan yang menjadikan dia.
Tiada meninggalkan ia akan Tuhan dan berhadap kepada
lainnya daripada segala makhluk yang seperti itu melainkan karena
buruk dan jahat pekertinya serta khaliknya dan karena kurang
akalnya maka lazim atasnya orang yang berjalan menjadikan
perpegangan pekerjaannya minta tolong dengan Allah taala atas
jalannya yang ia menjalani dia dan tiada menilik ia akan apa ia dirinya
dan kekerasan pada yang banyak amalnya dan yang sedikit maka
inilah perumahan yang mendirikan ia akan rumahnya atasnya dan
yang berkekalan ia atasnya dengan //35//menyembah Tuhannya.
Firman Allah wa‘bud rabbaka hattâ ta‘tiyaka al-yaqîn. Artinya sembah
olehmu akan Tuhanmu dengan minta tolong daripadanya tiada
dengan haul diri dan tiada dengan kuatnya hingga datang akan dikau
mati.

ٚ‫ز‬٣‫ب‬ٜٗ ‫زخ اؽشهش‬٣‫ٖٓ اؽشسهذ ثذا‬

Barang siapa terang pada permulaan, teranglah kesudahannya.

Maka terang permulân itu dengan kembali kepada Allah taala


pada segala citanya dan berjabat dengan dia jua, dan berpaling
daripada yang lainnya dan terang kesudahannya dengan sampai
kepada martabat damping daripadanya dengan memandang damping
Haq taala kepadanya. Artinya ilmunya dan kudratnya dan dengan hasil
dalam hadhratnya dengan zikirnya dan musyahadahnya kepada Haq
taala, maka bersungguh-sungguh engkau pada menerangi
permulânmu dengan yang tersebut itu, maka bahwasanya ia pohon
yang tiada terbilang dan tiada terkira-kira buahnya.

‫ش‬ٛ‫ا‬ٞ‫بدح اُظ‬ٜ‫ ؽ‬٢‫ش ك‬ٜ‫ت اُغشاػش ظ‬٤‫ ؿ‬٢‫دع ك‬ٞ‫ٓباعز‬

Barang yang ditaruh ia dalam tersuruk segala bunyian seseorang nyata


ia pada memandang segala zahirnya.

38 Syekh Burhanuddin Ulakan


Sebab inilah menyatakan alamat yang dikenal dengan dia
kelakuan murid yang berjalan dan barang yang diminum akan dia oleh
batinnya daripada bertambah yang didapatnya, artinya tiada kita
ketahui dan tiada kita dapat barang yang ditaruhkan Allah taala pada
hati seseorang hambaNya daripada segala makrifat dan segala nur,
melainkan dengan memandang zahirnya dan mendapat dia seperti
sinarnya pada katanya dan kabarnya dan mengajar ia akan setengah
manusia dengan pengajar yang baik seperti menyuruh ia dengan taat
dan melarang ia daripada maksiat dan tiada ia mengupat dan mencela
dan mengadu manusia dan kita dapati ia dengan segala amal saleh
yang fardhu dan sunnah dan mengasih segala fakir dan miskin dan
memuliakan segala yang saleh daripada alim //36//dan zahid dan
lain daripada itu daripada segala amal zahir yang mahmûd dan
mardhiy.
Maka adalah sekaliannya itu akan alamat bagi kita pada
mendapat yang ditaruhkan Allah taala dalam hatinya dan serta
daripada segala makrifatnya dan tauhidnya dan segala nur dalamnya
karena yang zahir akan cermin yang batin, dan jikalau tiada ditaruh
Allah taala dalamnya nur seperti ditaruhnya dalamnya zhulumât-Nya
tiadalah kelihatan daripada zahirnya segala amal yang mahmûd dan
yang mardhiy tetapi kelihatan segala amal yang madzmûm dan yang
mardûd. Dan apabila berkehendak seorang bersahabat dengan
seorang, maka hendak mengambil dalil lah ia dengan zahirnya atas
batinnya dan jika mendapat ia akan zahirnya dengan khayr maka
bersahabatlah ia dengan dia dan jika mendapat ia akan dia dengan
syarr maka jauh ia dan lari daripadanya karena zahirnya cermin dan
dalil bagi batinnya.
Kata Abu Hafash radhiyallâhu ‘anhu, baik fikrah yang zahir itu
menancapkan akan baik fikrah yang batin. Sabda Nabiyullâh
shallallâhu ‘alayhi wa sallam, law khasyi’a qalbuhu al-khasyi’at
jawârihuhu. Jikalau takut hatinya [bahwa]sanya takutlah segala
anggotanya dan hati [bahwa]sanya lari murid daripada bersahabat
dengan orang yang tiada zahirnya atas amal khayr seperti didapati ia
dengan amal syarr karena sahabat itu sangat mem[b]eri bekas pada
perangai pada baik dan jahat. Dan barang siapa mendakwa akan
makrifat Allah dan mahabbah akan dia dengan hatinya dan tiada naik
siksa zahirnya atas mensabitkan dakwanya dan membenarkan dia

Syarh Al-Hikam 39
seperti didapati zahirnya dengan amal orang jahil dan jahat
pekertinya serta Allah taala, maka ia di situ pada dakwanya dan
ditolak ia daripada majelis ahkam al-hâkimîn, karena adat dakwanya
yang masmuk dan yang //37//makbul pedapat tiada berdiri hujah
dengan dia ini pada hakim yang menghukumkan zahir, maka betapa
hal mu pada hakim yang menghukumkan zahir dan batinnya.
Dan ketahui olehmu bahwasanya mukmin apabila disebut Allah
dengan tauhid dan dengan tinggalnya pada memulakan segala perkara
terbuka dadanya dan luas hatinya dan suka ia dengan menyendi dia
dan dengan mentauhidkan dia dan dengan memuji dia dan apabila
disebut yang lainnya piciklah hatinya. Dan inilah satu alamat yang
sahih, maka kenal olehmu akan alamat ini daripada hatimu atau hati
orang lain daripadamu supaya kau ambil dalil dengan dia atas
diperoleh hakikat tauhid dalam hati atau diperoleh tarbawinya syurga
dalamnya jika ada engkau orang yang arif.

‫ اُؾن‬ٚ‫ ػشك‬ٚ‫ أُغزذٍ ث‬.ٚ٤ِ‫غزذٍ ػ‬٣ ٝ‫ ا‬ٚ‫غزذٍ ث‬٣ ٝ‫ ا‬ٚ‫غزذٍ ث‬٣ ٖٓ ٖ٤‫ؽزبٕ ث‬
.ٚ٤ُ‫ٍ ا‬ٞ‫ف‬ُٞ‫ ٖٓ ػذّ ا‬ٚ٤ِ‫اال عزذالٍ ػ‬ٝ .ِٚٛ‫د ا‬ٞ‫ع‬ٝ ٖٓ ‫ذ األٓش‬٤‫ كأص‬ِٚٛ‫أل‬
٢‫ اُز‬٢ٛ ‫ٕ األصبس‬ٌٞ‫ ر‬٠‫ ثؼذ ؽز‬٠‫ ٓز‬ٝ ٚ٤ِ‫غزذٍ ػ‬٣ ٠‫ ؿبة ؽز‬٠‫اال كٔز‬ٝ
ٚ٤ُ‫فَ ا‬ٞ‫ر‬

Berjauhan antara barang siapa yang mengambil dalil dengan dia dan
barang siapa yang mengambil dalil atasnya. Orang yang mengambil
dalil dengan dia mengenal ia akan hak bagi ahlinya dan mengisbatkan
ia akan pekerjaan itu daripada ada asalnya, dan yang mengambil dalil
atasnya daripada ketiadaan sampai kepadanya dan jika ada maka
mana kala ghaibnya hingga mengambil dalil ia atasnya dan mana kala
jauhnya hingga adalah segala atsar ia yang menyampaikan kepadanya.

Bermula sekalian manusia bersamân mereka itu pada bersifat


jahil dengan tiada ilmu, seperti firman Allah taala wallâhu akhrajakum
min buthûni ummahâtikum lâ ta‘lamûna syay’an. Allah taala
mengeluarkan ia akan kamu daripada perut ibu kamu tiada
mengetahui kamu akan sesuatu. Maka tatkala menentukan Haq taala
bagi setengah mereka itu dengan inayahnya dan memilih ia akan
setengah mereka itu //38// dengan qaruba dan mahabbah tiada
setengahnya, jadilah mereka itu berbahagi dua. Yang pertama murad

40 Syekh Burhanuddin Ulakan


namanya dan kedua murid namanya. Dan dikata yang pertama itu
majzûbun dan yang kedua sâlik. Maka murid yang berjalan kepada
Allah taala pada ketika jalannya didinding ia daripada Tuhannya
dengan menilik segala yang lain dan segala bekas dan segala yang
diadakan. Zahir sekaliannya kepada-Nya lagi mawjud sekaliannya itu
pada-Nya, dan Haq taala terbawanya daripadanya.
Maka tiada melihat ia akan Dia, maka ia mengambil dalil dengan
segala aghyâr dan atsâr dan akwân atas Allah dalam hal naiknya. Dan
murad yang majdzûb mengidap akan dia Haq taala dengan makanan-
makanannya yang mulia, dan diperkenalkannya akan diri-Nya kepada
murâd yang majdzûb itu, maka mengenal lah ia akan Dia dengan
taarruf Haq taala kepadanya. Maka tatkala mengenal ia akan Dia atas
jalan taarruf Taala didindinglah segala aghyâr daripadanya maka
tiadalah menilik ia akan dia, maka ia mengambil dalil dengan Haq
taala atas sekaliannya pada ketika turunnya.
Maka inilah hal dua firkah itu. Dan bahwasanya orang yang
mengambil dalil dengan Haq taala atas lainnya, mengenal ia akan Haq
taala yang ia wujud yang wajib bagi ahlinya dan yaitu yang ditentukan
dengan sifat qadim dan mengisbatkan ia akan pekerjaannya yang
diisyaratkan dengan dia kepada segala asar daripada ada asalnya,
yang diisyaratkan dengan dia kepada muatsir yang mustahiq wujûb
yaitu Allah subhânahu wa taala, dan orang yang mengambil dalil
dengan segala yang lain daripada Allah taala atasnya, atas ‘akas
barang yang kami sebutkan akan dia, yakni pekerjaan murid yang
salik atas berbalik dengan pekerjaan murâd yang majzûb, karena ia
mengambil dalil dengan yang majhûl atas yang ma‘lûm //39//dan
dengan yang ma‘dûm atas yang mawjûd dan dengan pekerjaan yang
terbawanya atas zahir yang nyata, karena diperoleh dinding dan
berhentinya serta segala asbâb dengan tiada sampai dan tiada hampir
ia kepada Haq taala.
Dan jika sampai ia dan hampir kepada-Nya, maka manakala
ghaib Haq taala hingga mengambil dalil lah ia dengan segala perkara
yang hadir, dan manakala jauh Haq taala daripadanya hingga adalah
segala asar yang hampir kepada-Nya yaitu yang menyampaikan Dia
kepadanya, dan manakala lenyap Haq taala daripadanya hingga adalah
segala atsar yang didapatnya yaitu yang menunjukkan atas Haq taala.
Dan hanyasanya didirikan dalil dan nyata faedahnya bagi orang yang

Syarh Al-Hikam 41
menuntut Haq taala, tiada bagi orang yang memandang Haq taala,
maka bahwasanya orang yang memandang Dia kayalah ia dengan
nyata yang dipandangnya daripada berkehendak akan dalil seperti
orang yang melihat kelancar matahari dengan mata kepalanya. Maka
bahwasanya ia kaya daripada berkehendak akan dalil dengan melihat
ganjarnya.

ٚ٤ُ‫ٕ ا‬ٝ‫ اُغبءس‬ٚ‫ سصه‬ٚ٤ِ‫ ٖٓ هذس ػ‬ٝ ٚ٤ُ‫افَ ا‬ُٞ‫ ا‬ٚ‫عؼخ ٖٓ عؼز‬ٝ‫٘لن ر‬٤ُ

Hendaklah mem[b]elanjakan yang punya keluasan daripada keluasan-


Nya segala mereka yang sampai kepadanya, dan barangsiapa
dipicikkan atasnya rezekinya, maka hendaklah mem[b]elanjakan ia
daripada setengah yang diberikan Allah akan dia segala mereka yang
berjalan kepada-Nya.

Maka adapun segala mereka yang sampai kepada Allah taala


dengan meninggalkan tilik kepada segala asar dan akwân dan
berpaling daripada sekalian dengan menilik dan berharap kepada
mu’atsar dan mukawwan hak subhanahu wa taala yang mengambil
dalil mereka itu dengan Allah taala atas segala perkara. Maka mereka
itulah yang amat luas dan yang lapang terbuka segala pintu sekalian
ilmu dan makrifat bagi mereka itu, dan amat lapang nazhar mereka
itu, maka mem[b]elanjakan //40//dan mengajarkan mereka itu akan
segala ilmu dan segala makrifat kepada segala orang yang lapar, yang
berkehendak kepada keduanya tetapi dengan ditilik mereka itu akan
yang patut keduanya baginya supaya beroleh manfaat ia dengan
keduanya seperti makanan tubuh, maka diberikan ia kepada orang
yang munâsabah makanan itu dengan tubuhnya, supaya adalah
manfaatnya kepadanya.
Dan adapun segala mereka yang berjalan kepada Allah yang
mengambil dalil mereka itu atasnya dengan segala perkara, maka
mereka itulah yang dipicikkan atas mereka itu terbuka pinta ilmu dan
makrifat dengan pendeknya, sebab kecil pintu dan pendek maka
mem[b]elanjakan dan mengajarkan mereka itu akan setengah
daripada ilmu dan makrifat kepada yang berkehendak mana-mana
sedapatnya dan sepatutnya. La yukallifullâhu nafsan illâ mâ atâhâ.
Tiada diberati Allah akan nafsu melainkan barang yang diberikan

42 Syekh Burhanuddin Ulakan


Allah akan Dia. Ay, man ‘alima aw ‘amila awrazaqa. Maka nyatalah bagi
kita perbedaan dua hal orang yang wâshil dan yang sâlik. Hai nafsu,
tilik oleh mu akan dirimu jika ada di dirimu daripada jumlah orang
yang wâshil, maka syukurlah engkau akan Allah dengan sekira-kira
tinggi derajatmu dan lebih martabatmu dengan karunia Allah dan
anugerah-Nya dengan bertambah-tambah ubudiyah pada zahirmu dan
batinmu.
Dan jika ada di dirimu daripada jumlah orang yang salik, maka
bersungguh-sungguh engkau pada berbuat amal dan melawan nafsu
dengan minta tolong daripada Allah taala dan menyuruh kepada-Nya.
Dan jika tiada engkau daripada orang yang salik seperti adalah dirimu
daripada jumlah orang yang ghâfil lagi jahil yang karam di laut
maksiat dan dalam pekerjaan dunia dan dalam menyampaikan segala
keinginan nafsu, maka dirimu fakir dan nazir. Maka kembali engkau
kepada Allah dan tobat engkau daripada segala maksiat dan
tinggalkan segala pekerjaan dunia dan lawan olehmu nafsumu.
Dan jika kau perbuat dan kau kerjakan akan segala taat dan
tobat daripada sekalian //41//maksiat, [bahwa]sanya adalah engkau
jumlah orang yang berbahagia dan daripada jumlah orang yang
menang di akhirat. Dan jika tiada di dalam dirimu fakir dan nazir maka
engkaulah seperti binatang. Firman Allah innahum illâ ka al-an‘âm bal
hum adhall. Tiada mereka itu melainkan seperti binatang, tetapi
mereka itu terlebih sesat daripada binatang. Dan adalah engkau
daripada jumlah orang yang merugi dan yang beperjintan di akhirat.

ُٕٞٝ‫ كبال‬,‫خ‬ٜ‫ع‬ُٞٔ‫اس ا‬ٞٗ‫ْ ال‬ُٜ ِٕٞ‫اف‬ُٞ‫ا‬ٝ ٚ‫ع‬ٞ‫اس اُز‬ٞٗ‫ٕ ثأ‬ِٞ‫ اُشاؽ‬ٟ‫زذ‬ٛ‫ا‬


ْٜ‫م‬ٞ‫ ؽق‬٢‫ْ ك‬ٛ‫ٕ هَ هللا صْ رس‬ٝ‫ظء د‬٤ُ ‫ْ هلل ال‬ٜٗ‫ْ أل‬ُٜ ‫الء‬ٝ‫بء‬ٛ ٝ ‫اس‬ٞٗ‫ُأل‬
33 .ٕٞ‫ِؼج‬٣

Beroleh pertunjuk segala mereka yang berjalan kepadanya dengan


segala nur berhadap dan segala mereka yang sampai bagi mereka itu
segala nur yang dihidupkan, maka mereka yang pertama itu bagi

33
Bagian terakhir (yang ditulis di dalam kurung) merupakan tambahan dari
tim berdasarkan matan al-Hikam. Bagian ini agaknya catatan yang hilang
(lacunea) dalam proses penyalinan.

Syarh Al-Hikam 43
segala nur dan segala mereka itu segala nur bagi mereka itu karena
bahwasanya mereka itu bagi Allah tiada bagi sesuatu yang lainnya.

Bermula segala nur tujuh, yaitu barang yang daripada mereka


itu kepada Allah taala daripada segala ibadah yang batin dan segala
amal yang zhahir dan memerangi seteru yaitu nafsu dan setan. Dan
berjalan karena menuntut yang baik seperti ilmu Dan segala nur
muwâjahah yaitu barang yang daripada Allah kepada mereka itu
daripada berkenalkan diri-Nya kepada hamba-Nya dan
menghampirkan diri-Nya kepada-Nya dan mengasihi dia dan lainnya
daripada sekalian itu barang yang dengan pihaknya yang mulia.
Maka segala mereka yang dahulu itu hamba segala nur karena
berkehendak mereka itu kepada-Nya supaya sampai mereka itu
kepada yang dimaksud mereka itu, dan segala mereka yang kemudian
bagi mereka itu segala nur, karena kaya mereka itu daripada-Nya
dengan Tuhan mereka itu, maka mereka itu hamba Allah taala, tiada
hamba sesuatu yang lainnya, maka nyatalah bertenggiling mereka itu
yang dahulu dan mereka yang kemudian pada derajat. Maka minta
//42//tolong engkau kepada Tuhanmu pada menjadikan dirimu
dalam jumlah orang yang kemudian. Artinya yang wâshil mereka itu
kepada Haq taala, supaya jadi engkau hamba yang ikhlas karena
firman-Nya: innallâha ‘alâ kulli syai’in qadîr. Bahwasanya Allah taala
atas tiap-tiap sesuatu kuasa, maka setengah daripada segala syai’un
yang dikuasai menjadikan ia akan dirimu dalam jumlah mereka yang
washil, dan lagi firman-Nya: wa mâ dzâlika ‘alallâhi bi ‘azîz. Dan tiada
yang demikian itu atas Allah sukar dan mahal. Qullillâhu tsumma
dzarhum fî khawdhihim yal ‘abûna. Kata olehmu ya Muhammad “Allah”
maka tinggalkan olehmu akan mereka itu dalam kalah mereka itu
bermain.
Bermula meng-ifrâd-kan tauhid bagi Allah, kemudian
mengayungkan segala yang lainnya, yaitu lah haq al-yaqîn. Dan
menilik barang yang lainnya ke-IlaT dan bermain namanya dan
keduanya itu daripada segala mereka itu yang kafir dan mereka yang
munafik. Firman Allah taala: mengkhabarkan daripada mereka itu wa
kunnâ nakhûdhu ma’a al-khâ’idhîn. Dan adalah kalah serta mereka
yang kalah. Dan friman Allah taala: bal hum fi syakkin yal‘abuna. Tetapi
mereka itu dalam syak bermain. Maka takluk dengan lainnya di situ

44 Syekh Burhanuddin Ulakan


dan bohong, maka tinggalkan olehmu akan sekalian yang lainnya
karena segala yang lainnya ada kalanya engkau meninggalkan dia, dan
ada kalanya ia meninggalkan engkau, yakni tiada kekal segala yang
lainnya sertamu. Dan takluk engkau dengan Tuhanmu jua yang
senantiasa besertanya dengan dia engkau. Firman Tuhanmu: wa huwa
ma’a kum ayna mâ kuntum. Dan Ia serta kamu barang di mana ada
kamu. Artinya menyertai akan kamu ilmu-Nya dan nashrun-Nya dan
‘awn-Nya, dan jikalau kau fahamkan makna ayat ini, serta kau
pandang akan Haq taala yang tajallî dengan mengetahui sekalian yang
nyata dan sekalian yang terbunyi, niscaya malulah engkau akan takluk
dengan sekalian //43// aghyâr dan atsâr dan akwân kepada Allah
subhânahu wa ta’âla.

ٖٓ ‫ي‬٤ِ‫ ٓبؽغت ػ‬٠ُ‫كي ا‬ٞ‫ش ٖٓ رؾ‬٤‫ة خ‬ٞ٤‫ي ٖٓ اُؼ‬٤‫ ٓب ثطٖ ك‬٢ُ‫كي ئ‬ٞ‫رؾ‬
‫ة‬ٞ٤‫اُـ‬

Tilikmu kepada yang terbunyi padamu daripada segala jalla, terbaik


bagimu daripada tilikmu yang dipandang ia daripadamu, daripada
segala yang tersuruk. Bermula hukum murid bahwa menilik ia kepada
mengenal barang yang tersuruk34 daripada murid daripada segala jalla
dirinya, dan me[ng]haruskan daripadanya, maka bahwasanya yang
demikian itu yaitu haq al-haq35 ta’âla daripada murid.

Maka seyogya[nya]lah bahwa loba ia atasnya dan berhadap dan


berpaling ia kepadanya supaya hasil jerih segala amalnya daripada
segala bahaya dan suci segala halnya daripada segala kekeruhan dan
supaya lenyap daripada nama bebal dan te[r]pedaya, dan putuslah
daripada hatinya mengasihi yang jahat. Bermula dek36 hasil tilik
kepada mengenal aib diri yang terbunyi dengan empat perkara.
Pertama bahwa duduk ia di hadapan Syekh yang melihat ia akan
segala aib dan bahaya, maka memandang ia kepadanya, dan diikutinya
akan barang yang diisyaratkannya atasnya daripada segala amal dan
segala ahwal.

34
Catatan dalam pias tertulis: yakni kepada menilik cela dirinya.
35
Catatan dalam pias tertulis: yakni ibadah kepada Allah ta‟ala.
36
Maksudnya “dengan”.

Syarh Al-Hikam 45
Dan yang kedua bahwa beroleh faedah ia pada mengenal segala
aibnya daripada segala seterunya karena tetapnya tiada nyata aib itu
daripada mereka itu. Dan yang ketiga bersahabat dengan tolan yang
amat benar dengan ditiliknya akan segala ahwalnya dan segala
amalnya supaya mem[p]eringati ia akan dia atas barang yang terbunyi
daripada aibnya padanya, yang dicuci ia dengan sebabnya. Dan yang
keempat bercampur dengan manusia dan memandang ia dengan
demikian itu segala kejahatan mereka itu, dan manakala mendapat ia
dalam dirinya ke jalan yang seperti ke jalan manusia, maka hendak
menyucikan ia akan dia dengan sabun istighfar, dan membasuh
//44// dengan karunia Allah taala. Ketahui olehmu bahwasnya segala
sifat yang di jalli dan yang di cuci dan perangai dan fikrah yang keji
dan yang jahat, pohon sekaliannya itu tujuh yang pertama. Dan pohon
yang tujuh itu rida daripada nafsu dan segala sifat basyariyah yang
muwafakat dengan ubudiyah segala lawan sekalian sifat yang telah
tersebut, lawan rida daripada nafsu ketiadaan rida daripadanya, dan
lawan takabur tawaduk hingga datang kepada kesudahannya.

‫ ػلخ‬ٝ ‫وظخ‬٣ ٝ ‫ افَ ًَ هبػخ‬ٝ ‫ح اُشمب ػٖ اُ٘لظ‬ٜٞ‫ ؽ‬ٝ ‫خ‬٤‫افَ ًَ ٓؼق‬


‫ب‬ٜ٘‫ػذّ اُشمب ٓ٘ي ػ‬

Pohon segala maksiat dan lalai dan ingin rida daripada nafsu. Dan
pohon segala taat dan jaga dan terpelihara, ketiadaan rida engkau
daripadanya.

Bermula rida daripada nafsu pohon sekalian sifat yang dicuci


dan ketiadaan rida daripadanya pohon sekalian sifat yang dipuji,
karena bahwasanya rida daripada nafsu mewajibkan ia akan menutup
ke jalannya dan kejahatannya dan jadilah yang keji perbuatannya baik.
Dan ketiadaan rida daripadanya membukakan ke jalannya dan
kejahatannya dan jadilah yang baik perbuatannya keji, karena
bahwasanya hamba tatkala tiada rida daripadanya menuduh ia akan
nafsu dengan jahat fikrah dan perangai, dan ditepisnya akan ke
jalannya dan dibukakannya akan dia dan tiada te[r]pedaya dengan
barang yang nyata daripada segala taat atasnya.
Maka barangsiapa rida daripada nafsu memujilah ia akan nafsu
dengan baik halnya. Dan diamlah ia kepadanya, maka dengan sebab

46 Syekh Burhanuddin Ulakan


itulah keras atasnya ghaflah, dan dengan ghaflah-nya itu jua lah
hatinya daripada mem[b]eriksa segala khathir-nya, dan mangubalo37
dia. Maka tatkala itu //45// keras pula keinginan nafsu atas hamba.
Maka tiadalah pada hati hamba itu pe-kâwi yang dapat
menolakkan dan yang mengerasi akan keinginan nafsu. Dan pe-kâwi-
nya yaitu pandang mata hati dan inginnya, maka jadilah syahwat nafsu
mengalahkan dia dan me[ng]hukumkan dia. Dan barang siapa galib
atasnya syahwat dengan sekira-kira bersamân haram dan halalnya,
jatuhlah ia dalam maksiat. Dan barangsiap tiada rida daripadanya,
tiadalah memuji ia akan baik hal nafsu dengan menggemari dia, dan
tiada diam ia kepadanya. Dan barangsiapa ada ia dengan sifat
ketiadaan rida daripadanya, adalah ia jaga lagi ingat akan segala
kebinasaan dek38 jaganya dan ingatnya, dapatlah ia mem[b]eriksa
segala khathirnya dan menggubalo dia dan membuangkan ia akan
yang tiada berlaku khathirnya itu dengan syarak dan keridaannya.
Maka jika berlaku ia dengan dia, maka diikatnya akan syarak tiada
akan khathir, maka tatkala adalah sifat hamba yang demikian itu
padamlah hangat syahwat nafsu daripadanya.
Maka tiadalah syahwat itu galib atasnya, tetapi lemahlah ia.
Maka jadilah syahwat itu dihukumkan oleh hamba, maka jadilah ia
bersifat ‘iffah, artinya terpelihara. Maka apabila adalah ia bernama
‘afif, artinya yang terpelihara adalah ia menjauhi segala tagah Allah
subhânahu wata’âla dan mengerjakan senantiasa sekalian yang
disuruhkan Haq taala dan menjauhi segala tegah dan mengerjakan
segala suruh itulah yang dinamai taat hamba kepada Tuhannya. Dan
asal sekaliannya ini ketiadaan rida daripadanya, maka tiada ada
sesuatu yang terlebih wajib atas hamba daripada makrifat akan
dirinya. Dan adalah daripada [de]mikian itu ketiadaan rida
//46//daripadanya dan dengan tahkik hamba pada mengenal akan
dirinya baikkah baginya halnya, dan tinggilah maqamnya dan kata
Abu Hafsha radhiyallâhu ‘anhu, barangsiapa tiada menuduh ia akan
dirinya atas senantiasa segala waktu dan tiada menyalahi ia akan dia
pada sekalian halnya, dan tiada mehela ia akan dia kepada
kebenciannya pada segala harinya adalah ia diperdiakan.

37
Maksudnya “mengembala”
38
Maksudnya “oleh”

Syarh Al-Hikam 47
Dan barangsiapa menilik kepada nafsu dengan baik sesuatu yang
diperbuatnya, maka [bahwa]sanya mem[b]inasakanlah ia akan dia
dan betapa patut bagi orang yang akil rida daripadanya, padahal Nabi
Allah Yusuf ‘alayh al-salâm berkata, wa mâ ubarri’u nafsi inna al-nafsa
la ammârah bi al-sû’i illâ mâ rahima rabbi. Tiada kusucikan akan
diriku bahwasanya nafsu itu menyuruhkan dengan kejahatan,
melainkan barangsiapa dikasihani Tuhanku. Dan kata Abu Hafsha pula
radhiyallâhu ‘anhu: empat puluh tahun iktikadku pada nafsuku
bahwasanya Allah taala menilik kepadaku dengan tilik kebencian dan
segala amal menunjukkan atasnya demikian itu. Dan kata Junayd
radhiyallâhu ‘anhu: jangan diam engkau kepada nafsumu, dan jika
senantiasa taatnya bagimu dalam taat akan Tuhanmu sekalipun, dan
kata Abu Sulayman radhiyallâhu ‘anhu: tiada rida aku akan nafsu ku
sekejap mata jua pun.

‫ش ُي ٖٓ إ رقؾت ػبُٔب‬٤‫ خ‬ٚ‫ ػٖ ٗلغ‬٠‫شم‬٣ ‫ال ال‬ٛ‫الٕ رنؾت عب‬ٝ


٠‫شم‬٣ ‫َ ال‬ٛ‫َ ُغب‬ٜ‫ ع‬١‫ا‬ٝ ٚ‫ ػٖ ٗلغ‬٠‫شم‬٣ ُْ‫ ػِْ ُؼب‬١‫ كب‬ٚ‫ ػٖ ٗلغ‬٠‫شم‬٣
.ٚ‫ػٖ ٗلغ‬

Dan [bahwa]sanya bersahabat engkau dengan yang jahil, yang tiada


rida daripada nafsunya, terbaik bagimu daripada bersahabat engkau
dengan yang alim rida daripada nafsunya, maka mana ilmu bagi alim
yang rida dengan nafsunya, dan mana bebal bagi yang jahil //47//
yang tiada rida daripada nafsunya.

Bermula faedah bersahabat hanyasanya ia menambah akan hal


yang baik, dan menaikkan dia dan ketiadaan mengurangi dia dan
menurunkan dia seperti bersahabat dengan seorang yang
memangkatkan halnya akan dikau daripada ghaflah dan yang
menunjukkan akan dikau atas Allah perkataannya, maka bersahabat
dengan orang yang rida daripada nafsunya, dan jika ada ia alim
sekalipun, jahil semata-mata dan tiadalah faedah bagimu pada
bersahabat dengan dia, tetap mem[b]eri mudharat ia atasmu karena
ia membawa kepada kejahatan, karena ilmu yang ada padanya tiada
mem[b]eri manfaat baginya, maka adalah ilmunya itu bukan ia ilmu
pada hakikat.

48 Syekh Burhanuddin Ulakan


Dan bersahabat dengan orang yang jahil, yang tiada rida akan
nafsunya, maka baik yang semata-mata karena bebal yang ada
padanya itu, tiada mem[b]eri mudharat akan dia daripada pihak ia
menyalahi nafsunya. Maka bebal yang ada padanya bukan bebal pada
hakikat. Maka jadilah bersahabat dengan dia dek faedah yang amat
besar, karena ketiadaan rida daripada nafsu pohon segala taat, dan
segala perangai yang baik dan segala fikrah yang dipuji. Maka lari
engkau daripada alim yang rida daripada nafsunya seperti larimu
daripada harimau. Karena keduanya membinasakan akan dirimu, dan
jangan lari engkau daripada jahil yang tiada rida daripada nafsu,
karena padanya penawar racun yang mem[b]unuh yang
me[ng]afiatkan ia akan dirimu dalam dunia dan dalam akhirat.

40ٙ‫د‬ٞ‫ع‬ُٞ ‫ذى ػذٓي‬ٜ‫ؾ‬٣ ‫شح‬٤‫ٖ اُجق‬٤‫ػ‬ٝ 39‫ ٓ٘ي‬ٚ‫ذى هشث‬ٜ‫ؾ‬٣ ‫شح‬٤‫ؽؼبع اُجق‬
.‫دى‬ٞ‫ع‬ٝ ‫ال‬ٝ ‫ ال ػذٓي‬ٙ‫د‬ٞ‫ع‬ٝ ‫ذى‬ٜ‫ؾ‬٣ ‫شح‬٤‫ؽن اُجق‬ٝ

Oleh cahaya akal dipertunjukkannya akan dikau hampirnya daripada


mu, dan adalah cahaya ilmu dipertunjukkannya akan dikau tiadamu,
karena wujudnya.

Dan oleh cahaya hak dipertunjukkan akan dikau wujudnya tiada


‘adam-mu //48//dan tiada wujud mu. Maka yang dikehendaki dengan
syufâ’ al-bashîrah yaitu cahaya akal, dan yang dikehendaki dengan ‘ayn
al-bashîrah cahaya ilmu, dan yang dikehendaki dengan haq al-bashîrah
cahaya hak. Maka manusia tiga bahagi, maka yang pertama akil, maka
adalah segala mereka yang berakal dengan nur akal mereka itu
memandang mereka itu akan diri mereka itu dan memandang mereka
itu akan Tuhan mereka itu terhampir daripada mereka itu dengan
ilmunya, dan meliputi ia akan mereka itu.
Dan yang kedua alim, maka adalah segala mereka itu alim
dengan nur ilmu mereka itu memandang mereka itu akan diri mereka
itu ‘admun pada wujud Tuhan mereka itu seperti ‘admun cahaya
segala bulan dan bintang sekalian pada cahaya matahari tiada ‘admun
sekali-kali.

39
Dalam catatan pias disebutkan: ay al-haqq ta’âla
40
Dalam catatan pias disebutkan: ay al-haqq ta’âla

Syarh Al-Hikam 49
Dan yang ketiga muhakik, maka adalah segala mereka yang
muhakik dengan nûr Haq taala memandang mereka itu sertanya akan
segala yang lainnya. Firman Allah dalam hadis qudsi: kânallâhu wa lâ
syay’un ma’a hu wa huwa al-āna ‘alâ mâ kâna ‘alayhi.41 Telah adalah
Allah dan tiada sesuatu jua pun sertanya dan ia sekarang atas barang
yang telah ada ia atasnya, artinya seperti tiada syay’un serta Allah
pada azali. Demikianlah tiada syay’un sertanya pada abad. Maka orang
yang muhakik daripada pihak karam dan lenyap dalam laut yang tiada
bersisi dan yang tiada berhingga tiadalah mereka itu memandang dan
mendapat dan merasan yang lain daripada laut. Maka inilah yang
dikatakan fanâ fillâh dan baqâ billâh, artinya lenyap dalam Allah dan
kekal dengan Allah.

ٍ‫ اال ٓب‬ٙ‫ْ ال رزخطب‬٣‫ كبٌُش‬ٙ‫ش‬٤‫ ؿ‬٠ُ‫ٔزي ا‬ٛ ‫خ‬٤ٗ ‫الرزؼذ‬

Jangan melampaui akan dia citamu kepada lainnya, maka yang amat
murah tiada melangkahi dia segala angan-angan.

Bermula manusia //49// yang punya cita yang tinggi enggan ia


akan mengadukan hajatnya kepada yang lain daripada Tuhannya yang
murah daripada makhluk yang sepertinya. Dan tiada yang murah pada
hakikat melainkan Allah subhanahu wa taala. Bermula rupa murah
yang tiada mensia-siakan hajat yang berhadap kepadanya dan tiada
mengira-ngira ia tatkala mem[b]eri, dan tiada minta balas daripada
yang diberi, dan tiada jemu ia daripada mem[b]eri dia karena
berulang berinya dan bersamân padanya orang yang dikasihi dan
lainnya, dan tiada rida ia akan diadukan hajat kepada lainnya, dan
jikalau ada hajat itu kecil dan hina sekalipun, dan apabila berjanji ia
menyempurnakan ia akan dia dengan tiada berubah, maka apabila
maklumlah padamu hai nafsu akan murah Haq taala. Maka betapa
perihal engkau mengadukan hajatmu kepada lainnya.

41
Cetak merah dari penulis, dengan berpedoman pada teks syarah al-Hikam
yang lain yang meletakkan hadits ini sebagai bagian bab kitab al-Hikam dan acuan
pada matan al-Hikam sendiri. Di dalam syarah versi Burhanuddin tidak dicetak
merah (tidak dirubrikasi).

50 Syekh Burhanuddin Ulakan


ُٚ ٞٛ ٕ‫ ٓبًب‬ٙ‫ش‬٤‫شكغ ؿ‬٣ ‫ق‬٤ٌ‫ي ك‬٤ِ‫ب ػ‬ٛ‫سد‬ٞٓ ٞٛ ‫ ؽبعخ‬ٙ‫ش‬٤‫ ؿ‬٠ُ‫ال رشكؼٖ ا‬
‫ب‬ُٜ ٌٕٞ٣ ٕ‫غ ا‬٤‫غطط‬٣ ‫ق‬٤ٌ‫ ك‬ٚ‫شكغ ؽبعخ ػٖ ٗلغ‬٣ ٕ‫غ ا‬٤‫غزط‬٣‫امؼب ٖٓ ال‬ٝ
‫ ساكؼب‬ٙ‫ش‬٤‫ػٖ ؿ‬

Jangan kau adukan kepada lainnya hajatmu. Ia jua mendatangkan dia


atasmu. Maka betapa mengangkatkan yang lainnya akan barang yang
ada ia baginya mengantarkan. Barangsiapa tiada kuasa ia akan
mengangkatkan hajatnya daripada dirinya maka betapa kuasa bahwa
ada ia baginya daripada yang lainnya mengangkatkan.

Apabila mendatangkan Allah subhanahu wataala atasmu satu


hajat atau diturunkan Allah taala atasmu sesuatu yang turun daripada
bala, maka ketahui olehmu bahwasanya tiada sekali-kali yang
mengangkatkan akan keduanya itu barang yang lainya karena
mustahil bahwa mengangkatkan barang yang lainnya akan barang
yang Allah taala menghantarkan dia, karena tsabit keesaan-Nya pada
bahwasanya tiada fail pada hakikat yang kuasa melainkan ia jua dan
karena ia jua yang menewaskan segala perkara, dan tiada sesuatu jua
pun yang //50//menewaskan dia dan mustahil pula bahwa
mengangkatkan akan hajat seorang.
Barang siapa yang lemah ia daripada mengangkatkan hajat
darinya jika datang ia kepadanya karena sabit lemahnya dan
lembutnya. Dan barang siapa berpegang kepada yang lain daripada
Allah pada mem[b]eri hajatnya atau pada mengangkatkan dia, maka ia
dalam teperdaya dan teperdungu karena segala yang lainnya tiada
yang kekal upama tali yang putus maka sebab itulah teperdaya dan
teperdungu.
Barang siapa yang berjabat dan berpegang kepada segala
lainnya, maka hendaklah kita berpegang kepada Haq taala yang
berkekalan wujud-Nya dan senantiasa pemberi-Nya dalam dunia dan
dalam akhirat dengan tiada kepapaan dan kekurangan dan kesukaran
suatu juapun bersalahan segala yang lainnya, maka adalah ia dalam
kekurangan dan kesukaran dan kepapaan. Firman Allah taala: yâ
ayyuhâ al-nâs antum al-fuqarâ’ ilâ Allâh wa Allâh huwa al-ghaniyyu al-
hamîd, hai segala manusia kamu sekalian berkehendak kepada Allah
dan Ia juga yang kaya lagi dipuja, maka banyak kita berpegang kepada
yang papa yang seperti kita pada pihak sama papa tetapi

Syarh Al-Hikam 51
berpeganglah kita kepada yang kaya lagi dipuja sebab murah-Nya dan
banyak pemberian-Nya dengan tiada menentu balas dan tukar.
Kata ‘Athâ’ al-Khurasâni radhiyâllâh ‘anhu: diwahyukan Allah
taala kepada Daud ‘alayhi al-salâm ya Daud ketahui oleh mu di mana
kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku tiada minta tolong seorang hamba-
Ku daripada segala hamba-Ku akan Daku tiada akan makhluk-Ku yang
Ku ketahui akan demikian itu daripada niatnya maka berdaya akan dia
segala langit yang tujuh dan barang siapa dalamnya dan segala bumi
tujuh dan barang siapa dalamnya melainkan Aku jadikan baginya
daripada sekalian itu kelapangan dan kelepasan. Dan ketahuilah oleh
mu kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku tiada minta pelihara seorang
hamba daripada segala hamba-Ku //51// akan makhluk-Ku tiada
akan Daku, Ku ketahui akan demikian itu daripada niatnya, melainkan
memutuskan aku akan tali rahmat yang di langit yang tujuh daripada
tangan-Nya, dan Ku bencikan akan tanah daripada bawahnya dan
tiada [h]irau Aku barang dimana serukan tempatnya binasanya.

‫ ٓؼي‬ٚ‫د ٓؼب ِٓز‬ٞ‫ع‬ُٞ ٚ‫ كؾغٖ ظ٘ي ث‬ٚ‫مل‬ٝ ٖ‫ العَ ؽغ‬ٚ‫إ ُْ رؾغٖ ظ٘ي ث‬
.‫ي اال ٓ٘٘ب‬٤ُ‫ ا‬١‫دى اال ؽغ٘ب اعذ‬ٞ‫كؼَ ػ‬

Jika tiada baik zhanmu dengan Dia karena baik sifat-Nya niscaya baik
zhan-mu 42 dengan Dia karena muamalahnya sertamu maka tiada
dianugerahkan akan dikau melainkan yang baik dan tiada ditegakkan
kepada mu melainkan nikmat.

Bermula baik zhan dengan Allah taala satu maqam daripada


segala maqam yakin. Dan manusia dalam baik zhan dengan Dia atas
dua hak satu khȃshah dan ke dua ‘ȃmah maka segala mereka yang
khȃsh membaik mereka itu akan zhan diri mereka itu dengan Allah
taala karena memandang mereka itu akan Allah atas segala sifat yang
indah dan segala sifat yang ketinggian dan yang kelebihan. Dan segala
mereka yang ‘ȃm membaik mereka itu akan zhan diri mereka itu
dengan Allah taala karena mereka itu memandang akan diri mereka
itu dalam sempurna segala nikmat Allah dan dalam melengkapi

42
Dalam catatan pias: muthallib al-i‟tidâl bayn al-khawfi wa al-rajâ

52 Syekh Burhanuddin Ulakan


karunia-Nya dan kemurahan-Nya. Maka terpaut antara dua maqam itu
amat nyata.
Bermula baik zhan hamba akan hak Taala, ada kalanya pada
pekerjaan dunianya dan adakalanya pada pekerjaan akhiratnya. Ada
pun baiknya pada pekerjaan yang muta‘alliq pada dunia, maka adalah
hamba berpegang kepada Allah taala dan percaya dengan Dia pada
menyampaikan segala manfaat seperti makanan dan minuman,
pakaian dan lainnya. Dan menyampaikan segala perkakas isi rumah
seperti periuk dan pinggan, dan lainnya kepada-Nya daripada tiada
kejang dan payah pada mengasihi akan Dia atau dengan usaha yang
ringan yang diizinkan dalamnya //52// dan yang diberi pahala dalam
usahanya dengan sekira-kira tiada tinggal taat yang fardu dan sunat
oleh mengasih akan dia.
Dan ada pun baiknya pada pekerjaan yang muta‘alliq kepada
akhirat, maka adalah hamba itu keras harapnya pada Allah taala pada
mengabulkan segala amalnya yang saleh dan menyempurnakan
pahalanya atasnya dalam negeri akhirat, maka wajib baginya segera
kepada menjunjung amar-Nya dan menjauh nahi-Nya. Dan setengah
daripada segala tempat yang seyogyanya bagi hamba membaik
zhannya dalamnya akan kak Taala tatkala waktu kedatangan segala
kesakitan dan kesukaran dan segala percintanya pada segala
keluarganya dan segala isi rumahnya dan segala asarnya dan batang
tubuhnya supaya tiada jatuh ia dalam keluh kesah dan dalam amarah
dan dalam duka yang sangat yang terdendang ia daripada Allah
subhanahuu wa taala dengan sebabnya itu, seperti harap akan
Tuhannya mehilangkan sekaliannya itu dengan harap yang sangat.
Dan setengah daripada tempat membaik zhan dengan Allah taala
tatkala waktu akan hampir mati seperti kuat harapnya akan bahwa
Allah taala mengampuni segala dosanya dan menutup segala
kejahatannya dan memâfkan segala salahnya. Sabda Nabi ‘alyhi al-
shalȃtu wa al-salȃm lȃ yamȗtunna ahadukum illȃ huwa bi husni al-zhan
bi Allȃh taala, jangan mati seorang kamu melainkan pada hal ia
dengan baik zhannya dengan Allah taala. Dan firman Allah taala dalam
hadis qudsi ana ‘inda zhan ‘ibȃdî bî falyazhun bî mȃ syȃ’a; Aku pada
zhan hamba-Ku dengan Daku, maka hendak menzhankan ia dengan
Daku barang sekehendaknya. Yakni, apabila menzhankan hamba
dengan Tuhan bersifat maghfirah maka adalah tajalli Tuhannya

Syarh Al-Hikam 53
dengan sifat mengampun dia, dan apabila menzhankan Ia dengan Dia
bersifat rahmah maka adalah tajalli Ia dengan sifat mem[b]eri rahmat
atas nya. Dan apabila //53// menzhankan Ia dengan Dia dengan
bersifat wujud maka adalah tajalli Haq subhanahuu wa taala
kepadanya dengan baik karunia-Nya atasnya.
Dan apabila menzhankan hamba dengan Tuhannya bersifat
dengan segala lawan segala sifat yang tersebut, itu artinya dengan
jahat zhannya akan Tuhannya seperti tiada harap ia akan Haq taala
mem[b]eri rahmat dan pada pengampunan segala dosanya dan
menutup kejahatannya dan memâfkan kesalahannya maka tajalli ia
kepada Nya dengan segala lawan-Nya. Dan seyogyanya bahwa
menzhankan hamba dengan bersifat dengan sekalian sifat keelokan
dan kebajikan dan segala sifat yang menyukakan Dia, mudah-
mudahan hasil baginya keelokan dan kebajikan dan kesukaan . Dan
jangan menzhankan hamba dengan Dia, dengan segala lawan-Nya,
mudah-mudahan hasil baginya segala lawan-Nya. Berlindung kita
kepada Allah daripada hasil bagi kita segala lawan segala sifat jamal
dan ihsan dan lathif dan rauf dan rahmah dan basit dan lain daripada
segala segala yang tersebut ini yang muqtadhȃnya yang membawa
kepada rahmat.

‫ب ال‬ٜٗ‫ كا‬ٚ‫ ٓؼ‬ُٚ ‫طِت ٓب الثوبء‬٣ ٝ ٚ٘‫ ػ‬ُٚ ‫اُؼغت ًَ اُؼغت ٓٔب ال اٗلٌبى‬
.‫س‬ٝ‫ اُقذ‬٢‫ ك‬٢‫ة اُز‬ِٞ‫ اُو‬٠ٔ‫ ٌُٖ رؼ‬ٝ ‫ األثقبس‬٠ٔ‫رؼ‬

Aja[i]b dengan sekalian yang aja[i]b daripada barang siapa yang lari
daripada yang tiada lepas ia daripadanya dan menuntut ia akan tiada
yang kekal baginya serupanya, maka bahwasanya tiada buta segala
mata dan tetapi segala hati yang dalam dada.

Bermula rupa lari hamba daripada Tuhannya yaitu dengan


berhadap ia atas keinginannya dan mengikut hawanya, maka yang
demikian itu tambah daripada buta hatinya dan diperoleh bebalnya
dengan Tuhannya karena mungkar ia akan yang jahat dengan yang
baik dan memimilih yang lenyap //54// atas yang kekal, dan jikalau
ada melihat hatinya dan makrifatnya berhadaplah ia kepada Tuhannya
dan berpalinglah ia dan membelakanglah ia kepad barang yang
lainnya dan memilihlah ia akan Haq taala dan dibuangnya segala

54 Syekh Burhanuddin Ulakan


lainnya dan kafirlah akan thȃghut dan percaya akan Allah taala dan
adalah jalannya; jalan segala Anbiya dan segala auliya yang dinamai
shirȃth al-mustaqîm yang diperoleh segala bagi nikmat dunia dan
segala bagi nikmat akhirat oleh barang siapa yang menggali jalannya
yang tersebut itu, maka banyak larimu daripada Hak subhanahuu wa
taala kepada segala makhluk dan melebihkan dia dan memilih dia
daripada Allah taala maka adalah segala sifat mereka itu seperti segala
sifatmu jua.
Timbangannya seperti bersifat engkau dengan papa maka
yaitulah sifat mereka itu. Dan bersifat engkau dengan lemah maka
lemah itu sifat mereka itu pula. Dan bersifat engkau dengan lembut
maka lembut itu dipersifat mereka itu pula. Dan bersifat engkau
dengan hina maka mereka bersifat dia pula dan lainnya daripada
empat sifat ini seperti bebal dan segala sifat yang membawa kpeda
kekurangan dan kecelân.
Dan tiada larimu daripada Tuhan melainkan daripada pihak buta
mata hatimu dengan tiada nazhar dan pikir sekali-kali dalamnya. Dan
jikalau kau tilik akan kejadian mu dan kejadian mereka itu, dan kau
tilik pula segala sifatmu dan segala sifat mereka itu [bahwa]sanya
tiadalah lari mu kepada segala yang lainnya, tetapi lari engkau kepada
Allah taala. Firman Allah: fa farrȃ ilȃ Allȃh. Maka lari kamu kepada
Allah karena bagi Nya wujud dȃim dan bȃqî bersalahan segala lainnya,
maka bahwasanya baginya wujud munqati‘ dan fana.

َ‫ اصرؾ‬١‫ش أٌُبٕ اُز‬٤‫غ‬٣ ٠‫ٕ ًؾٔبس اُش ؽ‬ٌٞ‫ٕ كز‬ًٞ ٠ُ‫ٕ ا‬ًٞ ٖٓ َٛ‫الرش‬
ٌُٕٞٔ‫ ا‬٠ُ‫إ ا‬ٌُٞٔ‫ ا‬٠ُ‫إ ا‬ًٞ ‫ٌُٖ اسؽَ ٖٓ اال‬ٝ ٚ٘ٓ َ‫ اسرؾ‬١‫ اُز‬ٞٛ ٚ٤ُ‫ا‬
//55// .٠ٜ‫ سثي أُ٘ز‬٠ُ‫إ ا‬ٝ

Jangan berpindah engkau daripada satu kawn kepada satu kaw[n],


maka adalah engkau seperti keledai mengilang berjalan dan yang
berpindah ia kepadanya yaitu yang berpindah ia daripadanya, dan
tetapi berpindahlah engkau daripada segala yang diadakan kepada
yang mengadakan dan se[sungguh]nya kepada Tuhanmu kesudahan.

Ketahui oleh mu hai yang berbuat amal, jangan kau berpindah


dalam amalmu itu dengan hatimu daripada satu kawn yaitu dunia,
artinya pada meninggalkan dia. Dan berhadap engkau dengan dia

Syarh Al-Hikam 55
kepada satu kawn yaitu akhirat, artinya pada menghendak dia. Dan
pada menuntut dia karena keduanya itu daripada jumlah akwân jua.
Menggali berdiri engkau dengan satu taat yang fardu atau sunat, maka
jangan kau tuntut dengan dia akan yang diharap seperti syurga
u[m]pamanya, atau satu maqam yang tinggi seperti makrifat
u[m]pamanya, maka adalah amalmu yang demikian tiada ikhlas. Dan
adalah dalamnya ilat dan kecampuran sebab menuntut yang lain
daripada Haq taala, maka adalah misal orang yang berpindah daripada
satu kawn kepada satu kawn seperti kerbau mengilang batu.
Maka tapak yang datang ia kepadanya yaitulah tapak yang
ditinggalakannya akan dia. Dan tetap berpindahlah engakau daripada
segala akwan sama ada ia dunia atau akhirat. Maqam ada ia atau
derajat dirimu ada ia atau lainnya kepada kemauannya, maka
kepadanyalah engkau berhadap dan diam. Dan tetap dengan hatimu
dan dengan iradatmu. Firman Allah taala: wa inna ilȃ rabbika al-
muntaha. Dan bahwasanya kepada Tuhanmu kesudahan, karena
bahwasanya Haq taala, kesudahan segala kesudahan dan segala
hingga dan kehabis-{ke}habis[an] segala kegemarannya. Dan tiada
dibaliknya suatu syai’ jua pun yang lain daripada hasil perkataan
sembah oleh mu akan Tuhan dengan tiada ilat wujud bagi-Nya engkau
dengan tiada ilat melainkan //56// dengan sempurnakan kehambaan
dan mendirikan hak ketuhanan jua hanyalah daripada tiada berpaling
kepada memandang daripada dirimu. Maka ini lah yaitu
mentahkikkan ikhlas yang ada ia memandang tauhid yang khas.

ِٚ ُِ ٞ‫ َسع‬َٝ ِ‫ هللا‬٠ُ‫ُ ئ‬ُٚ‫ِغْشر‬


َ ٛ ‫َذ‬ ْ ٗ‫ “كَ َٔ ْٖ ًب‬- َْ َِّ‫ع‬ َ َٝ ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬َ ُ‫ هللا‬٠ِّ‫ف‬ ُ ْٗ ‫ا‬َٝ
َ - ِٚ ُِ ْٞ َ‫ ه‬٠ُ‫ظ ْش ئ‬
‫ ا ْٓشأ ٍح‬ٝ‫ب أ‬ُٜ‫ج‬٤‫ُق‬٣ ‫ب‬٤ْٗ ُ‫ د‬٠ُ‫ُ ئ‬ُٚ‫ِغْشر‬ َ ٛ ‫َذ‬ ْ ٗ‫ َٓ ْٖ ًب‬َٝ ،ِٚ ُِ ٞ‫ َسع‬َٝ ‫هللا‬ ِ ٠ُ‫ُ ئ‬ُٚ‫غ َْشر‬ِٜ َ‫ك‬
- ُّ ‫غال‬ َّ ُ‫ا‬َٝ ُ ‫قالح‬ َ - َُُْٚٞ َ‫ ْْ ه‬َٜ ‫”كب ْك‬. ِٚ ٤ْ َُ‫ب َع َش ئ‬ٛ ‫ ٓب‬٠ُ‫ُ ئ‬ُٚ‫غ َْشر‬ِٜ َ‫ب ك‬ٜ‫ ُع‬َّٝ َ‫َز َض‬٣
َّ ُ‫ ا‬ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬
َ ْ٘ ًُ ٕ‫ئ‬
.ٍْ ْٜ َ‫ذ را ك‬ ْ ‫زا األ ْٓ َش‬ٛ َْ َّٓ ‫ر َأ‬َٝ

Pahami dan bicarakan oleh mu kepada kata Nabi sallallahu ‘alaihi


wasallam maka barang siapa pindahnya kepada Allah dan Rasul-Nya
maka pindahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa ada
pindahnya kepada dunia diperolehnya lah akan dia atau kepada
perempuan maka mengawin ia akan dia, maka pindahnya ia kepada
suatu yang berpindah ia kepadanya, maka pahamkan oleh mu akan

56 Syekh Burhanuddin Ulakan


kata Nabi ‘alayhi al-shalȃh wa al-salȃm, maka pindahnya kepada suatu
yang berpindah ia kepadanya, maka ingat-ingatkan oleh mu akan
pekerjaan ini jika ada engkau mempunyai paham.

Ketahui oleh mu bahwasanya kata penghulu kita Nabi


Muhammad ‘alayhi al-shalȃh wa al-salȃm ini, berba{ha}gi kepada dua
ba{ha}gi[an]. Ada pun ba{ha}gi[an] yang pertama maka terkandung
dan tersimpul dalamnya makna berpindah dari segala akwan kepada
mukawwin yaitu Haq subhanahu wa taala, dan yaitu yang dituntut
daripada hamba dan yang disuruhkan dia dengan dia pada himmatnya
dan niatnya dan iradatnya, maka dengan pindah hamba daripada
segala akwan kepada mukawwin jadilah ia ‘ârif bi-Allah lagi muwahhid
pun namanya pada hakikat lagi muntahî namanya. Dan ada pun
ba{ha}gi[an] yang kedua, maka terkandung dan tersimpul dalamnya
makna berkekalan serta segala akwân dan pindah dalam segala akwân
dan yaitu yang diteguhkan hamba daripadanya, dan yang disuruh
//57// ia meninggalkan dia.
Maka jadikan dirimu hai yang berjalan kepada Allah dengan
himmatmu yang tinggal dan niatmu yang besar dan keras berhadap
kepada Tuhanmu pada zahirmu dan batinmu hingga tiadalah oleh
engkau berpaling kepada segala aghyâr dan segala akwân dengan
himmat-mu itu supaya adalah namâmu rijâl lȃ tulhîhim tijȃrah wa lȃ
bay‘an dzikrillȃh, segala laki-laki yang tiada melalaikan akan mereka
itu perniagaan dan berjual daripada zikrullah. Dan ada pun kata Syekh
radhiyâllâh ‘anhu daripada fa-fham hingga dza-fahmin, maka yaitu
washiat Syekh radhiyâllâh ‘anhu kepada kita supaya kita bicarakan
barang yang terkandung dan yang tersimpul dalam dua ba{ha}gi[an]
kata Nabi ‘alayhi al-shalâh wa al-salâm dan kita ambil dan kebat,
amalkan mana yang disuruhkannya kita dengan keduanya dan kita
tinggalkan dan kita buangkan mana yang disuruhkan kita dengan
meninggalkan keduanya pula tetap dengan minta tolong daripada
Tuhan.

.43 ُُُٚ‫هللا َٓوب‬ َ ‫َذُُُّ َي‬٣ ‫ال‬َٝ ُُُٚ‫ن َي ؽب‬


ِ ٠َِ‫ػ‬ ُ ِٜ ْ٘ ُ٣ ‫ق َؾتْ َٓ ْٖ ال‬
ْ َ ‫ال ر‬

43
Dalam catatan pias: muthallib al-shahabah

Syarh Al-Hikam 57
Jangan bersahabat engkau dengan barang siapa yang tiada
mengikutkan akan dikau halnya dan tiada menunjukkan akan dikau
atas Allah perkataannya.

Bermula bersahabat dengan orang yang memangkatkan halnya


dan yang menunjukkan perkataannya kepada Allah, Tuhan yang amat
besar yang dipermuat atasnya pekerjaan tarekat adalah dalamnya
beberapa manfaat dan beberapa faedah pada tarekat kaum. Dan
jikalau tiada bersahabat dengan orang yang [di]sebut[kan] itu sanya
tiada hasil satu manfaat dan satu faedah jua pun sebab itulah disuruh
murîd mencari sahabat laki-laki yang ini sifatnya supaya mengetahui
ia akan cela dirinya dan kurangnya dan jahat pekertinya dan supaya
naik dan tinggi dari hatinya dengan berkat mengikut perangai dan
amal sahabatnya itu biidznillȃh taala.
Maka mengikutkan halnya itu //58// di sini bahwa di himmat-
nya berhadap kepada Allah taala, lagi terangkat hatinya itu daripada
segala makhluk tiada menyimpang ia dalam segala hajatnya
melainkan kepada Allah subhanahu wa taala dan tiada menyerah ia
dalam sekalian pekerjaan melainkan atas Allah taala jua, dan gugurlah
segala manusia dan lain daripada mereka itu daripada tiliknya maka
tiada melihat ia akan mudarat dan tiada manfaat daripada mereka itu,
dan gugur dirinya daripada tiliknya maka tiada pandangnya akan
dirinya bahwa ada baginya satu perbuatan jua pun pada hakikat dan
tiada menghendaki ia akan bahagian bagi dirinya dalam amalnya dan
adalah amalnya sekalian berlaku atas hukum syarak dengan tiada
melampaui hadd al-syar’i dan tiada mengurangi daripada hadnya dan
inilah sifat segala arif dan segala muwahhid.
Maka bersahabat dengan orang yang ini halnya dan jika sedikit
ibadahnya dan segala sunahnya sekalipun menyentosakan daripada
segala huru[-]hara dan daripada kebinasaan lagi dipuji. Pada
kesudahan artinya di akhir lagi menghela bagi segala faedah yang
muta’alliq pada agama dan yang muta’alliq pada dunia karena
bahwasanya perangai bagi orang yang bertolan mencuri ia daripada
perangai bagi orang yang dipertolan daripada tiada menyadari dan
nafsu diperangaikan ia atas kasih. Mengikut akan barang siapa yang
baik kelakuannya dan pekertinya padanya dan tiada disyaratkan pada
orang yang diambil akan sahabat menghabis ia akan segala sifat

58 Syekh Burhanuddin Ulakan


kamal, dan melengkapi dia karena bahwasanya yang demikian itu
membawa kepada kesukaran pada beroleh dia istimewa pada zaman
kita ini dan hanya sanya disyaratkan padanya bahwa bersifat ia
setengah daripadanya dengan barang yang lebih ia daripada tolannya
jua dengan sekira-kira adalah yang dipertolan itu tertinggi halnya
daripada yang bertolan dengan dia dan terlebih //59// betul katanya
daripada kata yang bertolan dengan dia.
Dan barang siapa yang tiada tertinggi halnya dan tiada lebih
betul katanya dan adalah amalnya dengan yang zahir jua tiada lainnya
maka tiadalah bagi murîd berfaedah pada bersahabat dengan dia tetap
menambah akan dia kejahatan karena bahwasanya mencampur dia
membawa kepada meminda-minda dan mengolah-ngolah dan
melebih-lebih dan kepada membaiki yang zahir pada segala manusia,
dan mendatangkan kepada besar durhaka segala hati. Dan durhaka
hati seseorang terlebih sangat atasnya daripada durhaka segala
anggota yang lainnya. Karena meninggalkan durhaka yang zahir
mudah daripada meninggalkan durhaka yang batin seperti mengobati
penyakit yang zahir lebih mudah daripada mengobati penyakit yang
batin. Sebab itulah, maka ambil oleh mu akan tolanmu pada tarekat
kaum orang yang ada halnya memangkatkan akan dikau. Dan yang
dikehendaki dengan halnya itu batinnya.
Dan orang yang ada maqamnya menunjukkan akan dikau
kepada Allah dan yang dikehendaki maqamnya zahirnya. Supaya
sempurna faedah bertolan dan melengkapi faedahnya pada zahirmu
dan batinmu. Dan kata setengah kaum sufi sanya bertemu aku akan
Allah taala serta dengan sekalian maksiat terlebih dikasih kepada aku.
Daripada aku bertemu dengan dia serta sedikit daripada meminda dan
mengolah-olah pada amal maka masuk atas orang yang meminda-
minda kekurangan dengan sebab demikian dalam halnya daripada
pihak kekerasan dengan mengharap akan ziadah dalam meminda-
minda.
Dan kata setengah kaum sufi jangan kau ambil tolan daripada
manusia melainkan barang siapa yang tiada bertambah engkau
padanya, pada kasih dan hampir, dan barang yang seperti keduanya
sebab ada amal yang baik pada mu dan tiada yang kurang engkau
padanya pada kasih dan hampir, dan barang yang seperti keduanya
sebab ada dosa pada mu tetap //60// adalah engkau bersamân

Syarh Al-Hikam 59
padanya dalam keduanya dengan tiada berbeda tetap tersukar <teks
tidak terbaca> diperoleh manusia yang ada ini sifatnya pada masa
sekarang istimewa yang diriku yang hina ini lagi kurang lagi jahat
fikrah melainkan manusia yang ada atasnya fadhlu Allȃh maka tiada
sukar atasnya sifat ini. Firman Allah inna fadhla bi-yad Allȃh yu’tîhi
man yasyȃ’. Bahwasanya karunia pada tangan Allah diberikanNya
akan dia pada barang siapa yang dikehendakiNya. Dan jika bertambah
engkau pada Nya dengan amal baik dan kurang engkau pada Nya
denga dosa, maka bercerai engkau padanya terlebih baik daripada
bertolan dengan dia karena mensejahterakan agama, dan karena
menjauhkan daripada ria daripada pihak bahwasanya nafsu
diperangaikan atas mengasih puji dan sanjung dan benci akan cela dan
caci.

.‫أ ؽبالً ِٓ٘ ََي‬ٞ‫ أَع‬َٞ ُٛ ْٖ َٓ ‫فؾْ جَز ُ َي‬ َ َ ‫ئب ً كَأ‬٤‫ذ ُٓغ‬
ُ ،‫ساى اإلؽْغبَٕ ِٓ ْ٘ َي‬ َ ْ٘ ًُ ‫ُسثَّٔب‬

Terkadang ada engkau yang jahat maka memperlihatkan akan dikau


akan membaik daripadamu oleh bertolan engkau dengan orang yang ia
terlebih jahat halnya daripada halmu.

Bermula apabila bertolan kita dengan manusia yang terlebih


jahat halnya daripada hal diri kita, maka jadilah kita tertutup daripada
memandang hal kita yang jahat oleh sangat jahat halnya. Dan kita
pandanglah hal kita semuanya baik serta ada dalamnya yang jahat.
Dan jadilah kita pada sangka kita mempunyai sifat yang sempurna lagi
lengkap dengan baik dan tiadalah kita hirau daripada mem[b]eriksa
dia dan mengawasi dia sebab tertutup jahat diri kita, maka adalah kita
dalam pekerjaan yang demikian itu teperdaya dan teperdungu dan
dalamnya terkandung rida kita akan yang jahat dan yang buruk, sebab
itulah maka hendak kita ambil manusia tolan yang terlebih baik
zahirnya dan batinnya daripada kita supaya nyata kepada kita
sekalian jahat dan buruk diri kita //61// dengan tiada terbawanya
satu jua pun, dan berkehendaklah kita kepada menyucikan dia
daripadanya.
Dan adalah dalamnya terkandung rida akan yang baik dan yang
elok. Dan ketahui oleh mu bahwasanya misal manusia yang diambil
akan tolan seperti dua cermin, salah satu daripada keduanya sangat

60 Syekh Burhanuddin Ulakan


bersihnya dan terangnya dan salah satu daripada keduanya keruh dan
kabur apabila bercermin kita pada yang <p>[b]ersih dan terang, maka
kelihatan barang yang atas muka kita daripada daki dan kumal dan tai
mata dan tai gigi dan yang lain daripada sekalian itu dan
berkehendaklah kita kepada membuang dia dan menghilangkan dia
supaya baik rupa muka kita dan jaleh. Dan apabila bercermin kita
pada cermin yang keruh dan yang kabur, tiadalah kelihatan segala
yang tersebut itu, karena tiada kelihatan akan dia sebab jahat cermin.
Maka tiada berkehendaklah kita kepada menghilangkan dia maka
adalah pada sangka kita akan muka itu bersih dan jaleh, serta di atas
muka itu segala yang tersebut itu.

‫ت‬ ِ ِْ َ‫ػ َٔ ٌَ ثَ َشصَ ِٓ ْٖ ه‬


ٍ ‫ت سا ِؿ‬ ِ ِْ َ‫ٓب هَ ََّ ػَ َٔ ٌَ ثَ َشصَ ِٓ ْٖ ه‬
َ ‫ال ًَض ُ َش‬َٝ ،ٍ‫ذ‬ِٛ ‫ت صا‬
Tiada sedikit amal yang keluar daripada hati yang zahid, dan tiada
banyak amal yang keluar daripada hati yang gemar44.

Bermula mengenal kadar segala amal atas kira-kira segala hati


yang beramal maka barang yang terbit ia daripada amal daripada
pihak hati segala mereka yang zahid pada dunia dan jika sedikit pada
rupa sekali pun, maka ia banyak pada tahkik. Dan barang yang terbit ia
daripada amal daripada pihak hati segala mereka yang gemar pada
dunia dan jika ada ia banyak pada rupa sekalipun, maka ia sedikit
tahkik. Karena bahwasanya segala mereka yang zahid sejahtera
mereka itu daripada segala bahaya yang mencederakan ia pada
menuliskan segala amal mereka itu daripada ria akan manusia dan
meminda-minda bagi mereka itu daripada menuntut dunia akan tukar
//62// amal daripada manusia karena bahwasanya mereka itu telah
meninggalakan akan dunia, maka hasil bagi mereka itu kabul segala
amal mereka itu, maka sempurna sedikitnya dan baiklah ia sebab
kabul segala amal mereka itu.
Dan segala mereka yang gemar pada dunia, datang kepada
mereka itu segala bahaya yang mim[b]inasakan bagi segala amal
mereka itu dan mencederakan pada ikhlas mereka itu. Sebab gemar
mereka itu pada dunia maka tiada diterima ia daripada mereka itu

44
Dalam catatan pias: yakni gemar akan dunia.

Syarh Al-Hikam 61
maka jadilah yang banyak daripada amal sedikit, karena diperoleh
kurang dalamnya daripada tiada bertambah sedikit jua pun. Dan sanya
berkata penghulu kita Ali anak Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhu: kȗnȗ li
qabȗl al-‘amali asyadda ihtimȃman minkum lil ‘amali. Jadikan diri
kamu tersangat mahabbat bagi kabul amal daripada cita kamu kepada
amal.
Maka bahwasanya tiada sedikit amal serta takut dan banyak
sedikit amal yang termakan padahal telah disifatkan Allah taala akan
zikir segala mukmin dengan banyak karena mengandung zikir mereka
itu akan ikhlas dan akan ketiadaan ria bagi manusia, maka firaman
Allah subhanahu wa taala: yȃ ayyuha alladzîna ȃmanu-dzkurȗ Allȃh
dzikran katsîran ay khȃlishan. Hai segala mereka yang mukmin sebut
oleh kamu akan Allah dengan sebut yang banyak artinya dengan zikir
yang khalis dan yang khalis yaitu barang yang tulus dalamnya niat
kepada wajhu Allâh dan disifatkan Allah taala zikir segala mereka itu
yang munafik dengan sedikit karena melingkup zikir mereka itu tiada
ikhlas dan akan ria kepada manusia.
Firman Allah taala yurâ‘ûn al-nȃs wa lȃ yadzkurȗna Allȃh illȃ
qalîlan, yakni ghayru khȃlish. Diperlihatkan mereka itu akan segala
manusia amal mereka itu dan tiada menyebut mereka itu akan Allah
melainkan sedikit, artinya tiada khalis zikir mereka itu kepada wajhu
Allah taala tetap adalah zikir mereka itu //63// akan menolakkan
bunuh dan rampas jua dengan sebab itulah disifatkan Haq taala akan
mereka itu dengan tiada beriman. Firman Allah taala wa min al-nȃsi
man yaqȗlu ȃmana billȃh wa bi al-yawm al-ȃkhir wa mȃ hum bi
mu’minîn. Dan setengah daripada manusia yang mengata ia percaya
kami akan Allah dan akan hari yang kemudian dan tiada mereka itu
mukmin.
Dan diriwayatkan daripada Syekh Abdullah ibn Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia berkata dua rakaat sembahyang
daripada orang yang zahid lagi alim terbaik daripada ibadah segala
mereka yang berbuat ibadah yang bersungguh-sungguh kepada akhir
masa selama-lamanya. Dan kata setengah sahabat radhiyallah‘anhum
bagi segala mereka yang mula-mula tabi’ mereka itu, kamu 45

45
Dalam catatan pias: yakni mukmin yang tiada bertemu dengan Nabi
shal‘im

62 Syekh Burhanuddin Ulakan


terbanyak amal dan ijtihad daripada segala sahabat Rasulullah
sallallahu alihi wasallam dan adalah mereka itu terbaik daripada kamu
dikata orang, karena apa demikian itu katanya karena adalah mereka
itu terlebih zahid daripada kamu pada dunia dan daripada setengah
sahabat radhiyallah ‘anhum berkata ia akan mem[b]eriksa kami akan
segala amal semuanya. Maka tiada mendapat kami pada pekerjaan
akhirat yang terlebih sampai daripada zuhud dalam dunia.
Dan kata Syekh Abu Sulaiman al-Dârani radhiyallâh ‘anhu
bertanya aku akan Syekh Ma‘ruf al-Karkhî radhyiallah ‘anhu daripada
segala yang bakti bagi Allah taala dengan apa sesuatu diseger<h>akan
mereka itu atas taat, katanya dengan mengeluarkan dunia daripada
hati mereka itu. Dan jikalau ada sesuatu daripadanya dalam hati
mereka itu, tiada sah satu sujud jua pun bagi mereka itu. Dan kata
Syekh Abu Abdullah al-Qurashi radhiyallah ‘anhu mengada setengah
manusia kepada seseorang daripada segala mereka yang saleh,
bahwasanya beramal mereka dengan beberapa amal yang baik dan
tiada mendapat ia akan sedap dalam hatinya katanya. Karena
bahwasanya pada mu anak iblis dan yaitu dunia dan //64//
te[r]dapat tiada bagi bapak mengunjungi ia akan anaknya dalam
rumahnya dan yaitu hatimu dan tiada mem[b]eri bekas masuknya
melainkan akan binasa.
Dan adalah misal amal yang khâlish li-wajhi Allâh seperti daging
yang halal pada syarak lagi baik diterima oleh nafsu akan dia dan
gemarlah ia pada memakan dia. Dan misal amal yang ria dan jikalau
pada cita hati sekalipun, seperti daging bangkai yang busuk. Tiada
diterima oleh nafsu akan dia dan benci ia akan dia, dan tiada ia mau
hampir kepada nya, karena daripada pihak bangkai lagi busuk. Tiada
kau berbuat hai nafsu akan satu amal yang baik sama ada fardu atau
sunah zahir ada ia atau batin melainkan dengan ikhlas li-wajhi Allah
‘ȃlim al-ghayb wa al-syahȃdah supaya masuk engkau dalam jumlah
mereka yang makbul pada Allah daripada segala auliya dan anbiya
shalawȃt Allah ‘alayhim wa salȃmuhu.

‫د‬ ِ ‫ ُؽغ ُْٖ األَؽ‬َٝ ،ٍ‫ا‬ْٞ‫ؽ‬


ِ ُّ‫اٍ َِٖٓ اُز َّ َؾو‬ْٞ
ِ ‫ َٓوبٓب‬٢‫ن ك‬ ِ َ ‫ُؽغ ُْٖ األَػْٔب ٍِ َٗزب ِئ ُظ ُؽغ ِْٖ األ‬
ِ ْٗ ‫اإل‬
.ٍ‫ضا‬ ِ

Syarh Al-Hikam 63
Baik segala amal tumbuh daripada baik segala ihwal dan baik segala
ihwal daripada tahkik dalam makam inzal.

Bermula rupa baik segala amal yaitu menyempurnakan dia dengan


barang yang lazim bagi segala amal daripada syaratnya dan segala
rukunnya dan segala adabnya pada zahir dan batin dan daripada
mentahkikkan ubudiyah karena Allah taala. Tiada karena menuntut
bahagia yang sukar dalam dunia dan tiada karena pahala yang lambat
dalam akhirat. Dan rupa baik segala ihwal bahwa adalah ia sejahtera
daripada illat dan dakwa lagi bercap dengan cap benar seperti
berhadap kepada Allah dengan tiada kepada lainnya dan tiada masuk
dalamnya ria. Dan yang dikehendaki tahkik dalam makam inzal yaitu
segala nur hati dengan barang yang diturunkan Allah akan dia
dalamnya daripada segala ilmu dan segala makrifah dengan sekira-
kira nafilah daripadanya sekalian sangka dan haus dan tuduh dan
cema.
Bermula tiga yang disebutkan ini diterbitkan setengahnya atas
setengahnya dan yaitu ma’na kata Syekh Abu Hamid //65//
radhiyallah ‘anhu te[r]dapat tiada pada tiap-tiap satu makam daripada
segala makam yakin daripada ilmu dan hal dan amal. Maka ilmu
menumbuhkan hal dan hal menumbuhkan amal. Bermula perbedaan
antara amal dan hal, maka amal itu perbuatan zahir seperti
sembahyang dan puasa dan haji dan lain daripada tiga itu dan segala
perbuatan batin sepert makrifat dan mahabbah dan yakin dan yang
lain daripada yang tiga itu.

َ َ ‫ أ‬ِٙ ‫ ِد ِر ًْش‬ٞ‫ع‬ُٝ ْٖ ‫ػ‬


ْٖ ِٓ ُّ‫ؽذ‬ َ َّٕ َ ‫ ِأل‬،ِٚ ٤‫س َى َٓ َغ هللاِ ك‬ٞ‫ن‬
َ ‫ؿ ْلَِز ََي‬ ِ ‫ال رَزْ ُش ِى اُ ِزّ ًْ َش ُِؼَذَ ِّ ُؽ‬
‫ ِر ًْ ٍش َٓ َغ‬٠ُ‫ؿ ْلِ ٍخ ئ‬ َ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫َ ْشكَؼَ َي ِٓ ْٖ ِر ًْ ٍش َٓ َغ‬٣ ْٕ َ ‫ أ‬٠‫ كَؼَغ‬.ِٙ‫ ِد ِر ًْ ِش‬ٞ‫ع‬ُٝ ٢‫ؿ ْلِزِ َي ك‬ َ
‫ ِٓ ْٖ ِر ًِ ٍش‬َٝ ،‫س‬ٞ‫ن‬ٍ ‫ ِد ُؽ‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫ ِر ًِ ٍش َٓ َغ‬٠ُ‫ظ ٍخ ئ‬ َ َ‫َو‬٣ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫ ِٓ ْٖ ِر ًِ ٍش َٓ َغ‬َٝ ،ٍ‫ظخ‬ َ َ‫َو‬٣ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ
‫ َٓب رَ ُِ َي‬ٝ(َ ،‫س‬ًٞ ِ ْ‫ اُ َٔز‬َٟٞ ‫جَ ٍخ ػَ ّٔب ِع‬٤ْ ‫ؿ‬ َ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫ ِر ًِ ٍش َٓ َغ‬٠ُ‫س ئ‬ٞ‫ن‬ ٍ ‫ ِد ُؽ‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫َٓ َغ‬
‫ض‬٣ ِ َّ ٠َِ‫ػ‬
ٍ ‫َّللا ِثؼَ ِض‬ َ

Jangan kau tinggalkan zikir sekali-kali karena ketiada hudur hatimu


serta Allah dalamnya, karena bahwasanya lalaimu46 daripada diperoleh

46
Dalam catatan pias: yakni tiada zikir

64 Syekh Burhanuddin Ulakan


zikirnya terlebih sangat daripada lalaimu dalam diperoleh zikir47. Maka
mudah-mudahan bahwa dinaikkannya engkau daripada zikir serta
diperoleh lalai kepada zikir serta diperoleh jaga daripada zikir serta
diperoleh jaga kepada zikir serta diperoleh hudur dan daripada zikir
serta diperoleh hudur kepada zikir serta gaib daripada barang yang
lain daripada yang mazkur. Dan tiada yang demikian itu sukar atas
Allah.

Bermula zikir sehampir-hampir jalan kepada Allah taala dan


semudah-mudahnya dan satu alamat beroleh martabat wilayah. Dan
zikir menaburkan wilayah atas orang yang zikir seperti mempelai
ditaburi atasnya bunga dan dipercik air mawar dan dikau suka pun
bau-baun dan dipakaikan pakaian yang baik. Demikianlah orang yang
zikir ditaburkan di atasnya sifat wilayah seperti melawan nafsu dan
menyalahi dia dan tobat daripada segala dosa. Dan bersungguh-
sungguh pada ibadah yang zahir dan batin dan berhadap kepada Allah
dan memilih Dia dan melebihkan Dia daripada segala yang lainnya dan
berbaik //66// segala adab dan berbaik segala perangai dan
menyerah dan bersabar dan lain daripada itu daripada segala
keridaan Haq taala. Kata Imam Abu al-Qasim al-Qusyayri radhiyallah
‘anhu zikir itu tanda beroleh wilayah dan tinggal menyampaikan
hamba kepada Tuhan dan akan mentahkikkan iradat hamba kepada
Tuhan.
Dan alamat sah permulaian jalan dan menunjukkan hingga
kesudahan jalan. Dan tiada dibalik zikir sesuatu yang terlebih dan
yang tertinggi daripada segala amal yang lainnya pada menyampaikan
hamba kepada Allah dan sekalian perkara yang dipuja kembali kepada
zikir jua dan tempat segala perkara yang baik daripadanya jua. Dan
tiada segala fadilah zikir dihinggakan dengan bilang dan kira-kira.
Karena segala fadilahnya dari dunia datang ke akhirat.
Dan firman Allah taala pada menu[n]jukkan kelebihan zikir, fa-
dzkurnî adzkurukum. Sebut oleh mu akan Daku supaya Kusebut kamu.
Tiadalah martabat hamba yang tertinggi pada hakikat daripada
disebut Tuhannya akan dia. Dan firman Allah taala dalam hadis yang
diriwayatkan Nabi shallallahu alaihi wasallam: anâ ‘inda zhanni ‘abdî
bî wa anâ ma’a-hu hîna yadzkurunî; Aku pada zan hambaKu dengan

47
Dalam catatan pias: yakni ada zikir tetapi tiada hudur hati serta Allah

Syarh Al-Hikam 65
Daku, dan Aku sertanya tatkala disebutkannya akan Daku. In
dzakaranî fî nafsihi dzakartuhu fî nafsî; jika disebutnya akan Daku
dalam dirinya, Ku sebut akan dia dalam diri-Ku. Wa in dzakaranî fî
malâ’in dzakartuhu fî malâ’in khayrin minhu; dan jika disebutnya akan
Daku dalam kawan, Ku sebut akan dia dalam kawan yang terbaik
daripada kawan. wa in taqarraba minnî syibrun taqarrabtu minhu
dzirȃ’an; jika damping ia daripada Aku sejengkal, damping aku
daripadanya sehasta. wa in taqarraba ilayya dhirȃ’an taqarrabtu
minhu bȃ’an; dan jika damping ia akan Daku sehasta, damping Aku
daripadanya sedepa. wa in atȃnî mashyan ataytuhu hirwalatan; dan
jika datang ia akan Daku berjalan, datang Aku akan dia berlari. Dan
inilah hadis ittifak atas sahnya.
Dan kata mereka itu dan setengah daripada ketentuan zikir
bahwasanya ia tiada dua patokan //67// ia dengan satu waktu yang
tertentu maka tiada dua waktu melainkan dituntut hamba dengan dia,
ada kalanya wajib dan ada kalanya sunah. Bersalahan yang lain
daripada zikir daripada segala taat. Maka bahwasanya ia ditentukan
dengan waktu. Dan tiada dituntut hamba dengan dia pada sekalian
waktu, maka ketahui oleh mu hai yang menghendaki zikrullah akan
bahwasanya beberapa firman Allah dan hadis Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam yang menunjukkan keduanya akan fadilah zikir dan
akan ketinggian martabat orang yang zikir. Maka hendaklah
diperbanyak oleh hamba akan zikir dalam sekalian halnya, dan karam
ia dalamnya dalam sekalian waktu. Dan jikalau ada waktunya itu jima’
dan kencing dan berak sekalipun dan tiada lalai dalamnya. Dan tiada
baginya meninggalkan dia karena diperoleh ghaflahnya dalamnya.
Maka bahwasanya meninggalkan hamba akan zikir dan lalainya
daripadanya tersangat dan terbanyak ruginya daripada ruginya dalam
zikir lidahnya serta ghaflah hatinya. Maka lazim atas hamba bahwa
menyebut akan Allah dengan lidahnya. Dan jika ada ghaflah hatinya
sekalipun, maka mudah-mudahan zikirnya serta diperoleh ghaflah
menaikkan dia kepada zikir serta jaga hatinya. Dan inilah setengah
daripada sifat orang yang berakal. Dan mudah-mudahan zikirnya serta
diperoleh jaga menaikkan dia kepada zikir serta hudur hati serta
Allah. Dan inilah setengah daripada sifat orang yang alim, dan mudah-
mudahan zikirnya serta diperoleh hudur menaikkan dia kepada
zikirnya serta diperoleh ghaibnya daripada segala lain daripada Allah

66 Syekh Burhanuddin Ulakan


taala. Dan inilah martabat segala arif yang muhakkik daripada segala
aulia Allah. Qȃla Allȃh taala wa-dzkur rabbaka idza nasîta; sebut oleh
mu akan Tuhanmu apabila lupa engkau. Ay idzȃ nasîta mȃ dȗna Allȃh
‘inda dzȃlik takȗnu dzikra Allȃh, artinya apabila lupa engkau akan
barang yang lain daripada Allah tatkala itu adalah engkau zikir akan
Allah.
Dalam makam ini, putuslah zikir lidah dan adalah hamba karam
dalam //68// pandang mata hatinya kepada Haq subhanahu wa taala
semata-mata daripada tiada bercampur yang lain dan tiadalah kekal
dalamnya lain daripada Allah taala. Maka jadilah hati yang demikian
itu rumah Allah dan penuhilah ia daripada Nya. Maka keluar zikir
daripadanya daripada tiada qashad dan tiada tadbir hamba. Dan
ketika itu adalah Haq taala yang membayin lidahnya yang berkata ia
dengan dia. Maka jika menjabat hamba yang zikir ini adalah ia
tangannya yang menjabat ia dengan Dia. Dan jika men[d]engar ia,
adalah ia akan pen[d]engarnya yang men[d]engar ia dengan Dia.
Sanya keraslah mazkur yang ‘ali atas hati. Maka berhadap ia kepada
Nya dan keras ia atas segala anggota. Maka dipalingkan Nya akan dia
kepada barang yang keridaanNya. Dan keras ia atas segala sifat
daripada hamba ini, maka dibaliknya betapa kehendaknya pada segala
keridaanNya, maka karena itulah keluar zikir daripada tiada
keberatan dan terbit segala amal dengan taat hal keadaanya rajin dan
sedap daripada tiada lelah. Dzalika fadhlu Allȃh yu’tîhi man yasyȃa wa
Allȃh dzȗ al-fadhli al-‘azhîm.

ِّ َ‫ر َْشىُ اَُّ٘ذ‬ٝ .ِ‫اكَوبد‬ُٞٔ ُ‫ ٓب كبر ََي َِٖٓ ا‬٠َِ‫ػ‬


َ ِٕ ‫ػذَ ُّ اُ ُؾ ْض‬
َ ‫ت‬ ِ ِْ َ‫د اُو‬
ِ ْٞ َٓ ‫د‬
ِ ‫ػالٓب‬ َ ْٖ ِٓ
َّ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ ْٖ ِٓ َُٚ‫ ٓب كَؼَ ِْز‬٠َِ‫ػ‬
. ِ‫اُض ّالد‬ َ

Daripada alamat mata hati ketiadaan duka atas barang yang luput di
atas dikau daripada segala yang muwafaqah. Dan meninggalkan sesal
atas barang yang kau perbuat akan dia daripada diperoleh dosa.

Bermula hati apabila hidup ia dengan beriman duka ia atas


barang yang luput ia akan dia daripada taat dan menyesal ia atas
barang yang diperbuatnya daripada dosa. Dan dihukumkan daripada
kata ini diperoleh suka dengan barang yang diamalkan daripada
segala taat dan diperoleh suka pula dengan barang yang diberi taufik

Syarh Al-Hikam 67
ia dengan dia daripada menjauhi segala durhaka dan kejahatan. Dan
datang dalam kabar barang siapa yang menyuka akan dia yang baik
dan menduka akan dia yang jahat maka ia mukmin. Maka jika tiada
hamba atas sifat yang tersebut ini dan yaitu ketiadaan //69// duka
atas barang yang luput akan dia daripada taat dan ketiadaan menyesal
atas barang yang datang akan dia daripada maksiat maka ia mati
hatinya. Dan hanyasanya suka dengan taat dan duka dengan maksiat
daripada pihak bahwasanya segala amal yang baik dan yang jahat dua
alamat, maka amal yang baik itu alamat diperoleh rida Allah daripada
hamba dengan Dia.
Dan amal yang jahat itu alamat diperoleh kebencian Allah akan
seseorang dengan Dia. Maka apabila diberi taufik oleh Allah akan
hambaNya kepada berbuat amal saleh menyukakanlah akan dia taufik
itu. Karena bahwasanya ia alamat rida Allah daripadanya dan galib
ketika itu harapnya. Dan apabila menghinakan Allah akan seseorang
dan tiada memeliharakan Dia akan ia daripada amal maksiat
menjahatkanlah akan ia kehinaan itu. Karena bahwasanya ia alamat
kebencian Allah atasnya dan galiblah ketika itu takutnya maka harap
hamba memangkatkan ia akan dia atas bersungguh-sungguh pada
sekalian taat dan tiada daripada hukumnya meninggalkan taat dan
ketiadaan menyesal atas barang yang luput akan dia daripadanya
karena alpa dan teperdaya. Dan takut hamba memangkatkan ia akan
dia atas tersangat pada menjauhi segala durhaka dan segala kejahatan.
Dan tiada daripada hukumnya berbuat dia dan meninggalkan sesal
atasnya karena putus asa dan putus harap.
Dan dalam hadis yang diceritakan Abdullah ibn Masud
radhiyallah ‘anhu datang seseorang bernama Zaid pada Rasulullah
sallallahu alihi wasallam. Qȃla ji’tu atasâ’aluka min ‘alȃmat Allȃh ta‘âlâ
fî man yurîd wa ‘alȃmat fî man lȃ yurîd. Artinya[:] berkata ia, datang
aku bertanya akan dikau daripada alamat Allah taala pada orang yang
dikehendakiNya dan daripada alamatNya pada orang yang tiada
dikehendakiNya. Fa-qȃla lahu al-Nabî shallâ Allâh ‘alayhi wa sallam
bakhin bakhin kayfa ashbahta yȃ zayid maka berkata baginya Nabi
sallallahu alihi wasallam bahkin bahkin tiap pagi-pagi hari engkau hai
Zaid. qȃla ashbahtu uhibbu al-khayr //70// wa ahlah wa uhib an
ya‘mal bih wa idzȃ fȃtanî hanantu ilayhi wa ‘amiltu ‘amalan qalla aw
katstsar <t-y-q-y-tu> ... berkata Zaid pagi-pagi hari aku gelisah akan

68 Syekh Burhanuddin Ulakan


yang baik dan akan yang empunya dia dan gelisah bahwa dikerjakan
dengan dia dan apabila luput dia akan daku bercinta aku kepada nya
dan apabila aku kerjakan satu amal yang sedikit atau banyak ku
yaki[n]kan akan pahalanya qȃla hiya hiya bi‘ayyinihȃ yȃ zayid wa law
arȃdaka Allȃh li al-ukhrȃ hayyȃka lahȃ tsumma li-btȃli fî ayyi wȃdin
halakta. Kata Nabi sallallahu alihi wasallam[:] ia ia dengan dirinya
artinya mahabbah-mu akan yang baik diberi alamat Haq taala
me[ng]hendaki akan dikau kebajikan hai Zaid dan jikalau dikehendaki
Allah akan dikau kepada yang lain daripada yang baik
menyegera{h}kanlah Ia akan dikau kepada yang lainnya maka tiadalah
dihiraukan engkau pada barang serukan b-n-a-m. Fa-qȃla zayid
hasibanî tsumma irtahil wa lam yalbats maka kata Zaid podolah akan
daku maka berjalanlah ia dan tiada berhenti ia wa Allah 48 a‘lam.

‫ف‬ َ ْٖ َٓ ٕ‫كا‬
َ ‫ػ َش‬ َّ ِْٖ ‫ػ ْٖ ُؽغ‬
َّ ،٠ُ‫اُظ ِّٖ ثبهللِ ر َؼب‬ ُ َ ‫ظ َٔخً ر‬
َ ‫قذ َُّى‬ َ َ‫ت ِػ ْ٘ذَ َى ػ‬
ُ ْٗ َ‫ظ ِْ اُز‬ُ ‫َ ْؼ‬٣ ‫ال‬
.َُٚ‫ رَ ْٗج‬ِٚ ِٓ ‫ت ً ََش‬ِ ْ٘ ‫ َع‬٢‫قـ ََش ك‬ ْ َ ‫ُ ا ْعز‬َّٚ‫َسث‬

Jangan besar dosa padamu dengan besar yang meneguhkan ia akan


dikau daripada baik zanmu dengan Allah taala maka bahwasanya
barang siapa mengenal ia akan Tuhannya, kecillah pada pihak
murahnya dosanya.

Bermula besar dosa pada orang yang mengendarai dia atas dua
ba{ha}gi[an], salah satu keduanya besar dosa itu padanya dengan
besar yang menanggungkan dia atas tobat daripadanya dan
menanggal daripadanya dan atas besar habbah kepada tiada
mengulang yang sepertinya, maka kebesaranNya yang membawa atas
segala pekerjaan ini. Yaitu dipuja dan yaitu setengah daripada tanda
iman hamba kata Abdullah Ibn Mas’ud radhiyallah ‘anhu bahwasanya
hamba yang beriman melihat ia akan sekalian dosanya seperti dua
depa ia di bawah bukit yang //71// takut ia akan runtuhnya atas nya.
Dan bahwasanya orang yang fasik melihat ia akan dosanya seperti
lalat yang hinggap ia atas hidungnya, berkata ia baginya demikianlah
maka menerbangkan ia akan dia dengan tangannya.

48
Dalam catatan pias: muthallib al-tawbah

Syarh Al-Hikam 69
Dan kata orang bahwasanya taat tiap-tiap kecil ia artinya
kecilnya pada penglihatan yang mengarah akan dia sanya besar ia
pada Allah taala. Dan bahwasanya maksiat tiap-tiap besar ia artinya
besarnya pada penglihatan yang mengendarai dia sanya kecillah ia
pada Allah tabarakf wa taala. Dan yang kedua, bahwa besarnya
padanya dengan yang menjatuhkan ia akan dia dalam putus asa dan
putus harap dan membawa besarnya akan dia kepada jahat zannya
dengan Allah taala. Maka besarnya yang membawa atas segala
pekerjaan ini yaitu dicela lagi mencederakan iman dan yaitu terlebih
jahat atasnya daripada dosanya karena diperoleh bebalnya dengan
segala sifat Tuhannya al-muhsin al-jawwȃd al-karîm. Karena berdiri ia
serta nafsunya dan berdiri ia dengan akalnya dan inginnya dan jikalau
mengenal ia akan Allah taala dengan sebaik-baik makrifat sanya
kecillah segala dosanya pada pihak murahnya dan anugrahnya,
artinya lenyap dan hilang segala dosanya dalam laut murah Haq taala
dan lapangnya seperti lenyap banding najis dalam laut yang dalam lagi
luas.
Tetapi apabila berbuat hamba akan dosa maka wajib atasnya
bahwa minta ampun daripadanya kepada Tuhannya dan wajib
tobatnya dengan meninggalkan yang menyalahi syariat kepada yang
muwafiqah dengan dia dan malu ia akan Tuhannya dengan dosanya
itu dan mencuci akan nafsunya dan ikrar akan kesalahannya. Sebab
mengerjakan larangan dan teguh dan jangan menempatkan dosanya
itu akan dia daripada minta ampun dan tobat dan mencuci nafsu dan
ikrar akan salah dirinya. Dan jika menempati ia akan dia dari segala
pekerjaan itu maka jatuh dalam bebal dan diketahuinya dan
diiktikadkannya bahwa Tuhannya melarangkan segala maksiat dan
menyiksa yang melalui dia. //72// Apabila tiada ia minta ampun dan
tiada tobat dan diiktikadkannya pula Tuhannya mengampuni dia dan
menerima tobatnya dan memâfkan segala dosanya apabila ada ia
minta ampun dan tobat dan minta mâf kepada Nya dengan tiada sia-
sia supaya nyata halimNya dan rahmatNya dan makrifatNya dan rida
daripadanya dan supaya jatuh syafaat kekasihNya Nabi Muhammad
sallallahu alihi wasallam pada hari mahsyar, tiada menolong bapak
daripada anaknya dan tiada menolong anak daripada bapaknya
sesuatu dari pad siksa dalamnya dan tiada diterima dalamnya tukar

70 Syekh Burhanuddin Ulakan


dirinya supaya lepas ia daripada azab melaikan yang diterima pada
hari itu syafaat Nabi dan segala warisnya fadhlan min Allah.

.ُُِٚ‫ن‬ َ ً ‫ال‬َٝ .ُُُْٚ‫ػذ‬


ْ َ‫ َي ك‬َٜ ‫ا َع‬ٝ ‫شح َ ِئرا‬٤‫َج‬ َ ‫شح َ ِئرا هبثََِ َي‬٤
َ ‫فـ‬
َ ‫ال‬

Tiada kecil dosa apabila membetul akan dikau adiNya dan tiada besar
dosa apabila menghendak akan dikau karuniaNya.

Bermula apabila nyata segala sifat yang tinggi, binasalah segala


amal yang beramal. Maka apabila nyata sifat adil atas barang siapa
yang benci Haq taala akan dia dan yang marah Ia akan dia, binasalah
segala kebajikannya dan jadilah yang kecil daripada dosanya
besarnya. Dan apabila nyata sifat fadil atas barang siapa yang
mengasih Ia akan dia hapuslah segala kejahatannya dan jadilah yang
besar kejahatannya kecilnya karena bahwasanya Haq taala jika
mehantarkan Ia atas manusia akan sifat adilNya tiadalah tinggal bagi
mereka itu sifat yang baik. Dan apabila mem[b]erikan Ia kepada
manusia sifat fadilNya tiadalah tinggal bagi mereka itu sifat yang jahat.
Maka tiada mem[b]eri manfaat akan seseorang sifat ihsannya serta
benci Haq taala daripadanya dan tiada mem[b]eri mudarat akan
seseorang sifat <i-s-a-y-h-nya> serta kasih Haq taala daripada nya.
Wa fî al-khabar ȗhiya ilȃ nabî min al-anbiyȃ’ qul li-‘ibȃdî al-
shiddîqîn lȃ taghsyȃ fa-innî idzȃ aqimtu ‘alayhim ‘adlî wa qisthî
‘adzabtuhum ghayra zhȃlim lahum, artinya diwahyukan kepada
seorang Nabi daripada segala Nabi kata oleh mu //73// bagi segala
hambaKu yang sidik mereka itu jangan kamu teperdaya, maka
bahwasanya Aku apabila Kuhantarkan akan sifat adilKu dan sifat
betulKu Kusiksa akan mereka itu dengan tiada aniaya akan mereka
itu. Wa qul li-‘ibȃdî al-khȃthiîn lȃ tay’asȗ fa-innî lȃ yu‘azhzhimu ‘alȃ
dzanbi aghfiruhu lahum, artinya kata oleh mu bagi segala hambaKu
yang berdosa mereka itu, jangan putus asa kamu bahwasanya akan
tiada besar atas Ku dosa yang Aku mengampuni dia bagi mereka itu.

49 ُُٙ‫د‬ٞ‫ع‬ُٝ ‫ُ ْؾزَوَ ُش ِػ ْ٘ذَى‬٣ٝ ُُٙ‫د‬ٜٞ‫ؽ‬


ُ ‫ػ ْ٘ َي‬
َ ‫ت‬٤‫ـ‬
ُ َ٣ ٍَ َٔ ‫ػ‬ ِ ُِٞ‫ ُِ ِْو‬٠‫ػ َٔ ََ أ َ ْسع‬
َ ْٖ ِٓ ‫ة‬ َ ‫ال‬

49
Pada catatan pias: muthallib al-ikhlâsh

Syarh Al-Hikam 71
Tiada amal yang terlebih diharap bagi segala hati daripada amal yang
gaib daripadamu memandangi dia dan yang hina pada mu wujudnya.

Bermula amal yang gaib daripada yang beramal memandang dia dan
yang hina ia padanya yaitulah yang terlebih diharap bagi segala hati
pahalanya dan yang hasil manfaatnya baginya dan yang dikabulkan ia
daripadanya. Dan hanya sanya gaib syuhudnya daripadanya dengan
sebab memandang Haq taala yang mem[b]eri taufiq Ia akan dia atas
berbuat dia. Dan hanya sanya hinanya padanya dengan ditiliknya akan
amal itu tiada patut bagi Rabb al-‘ȃlamîn daripada pihak sedikitnya
lagi kemasukkan beberapa bahayanya dan beberapa ilatnya. Dan
hanya sanya sejahtera amal daripada segala bahaya dengan menuduh
nafsu pada berdiri pada haknya dan menilik taksirnya dalamnya maka
gaiblah daripadanya tatkala itu memandang dia dan hinalah padanya
wujudnya maka tiada tetap ia padanya dan tiada berpegang ia atasnya
dan jika tiada yang beramal atas sifat ini tetapi adalah menilik kepada
amal dan membesarkan baginya dan gaib ia daripada memandang
pemberi[an] Haq taala atas mem[b]eri taufik baginya menjatuhkanlah
akan dia yang demikian itu dalam ‘ujub yaitu takabur pada batin maka
binasalah karena demikian itu amalnya dan sia-sialah usahanya
karena amalnya itu tiada makbul pada Allah taala dan tiad manfaat
baginya.
Dan ditanya ketengah segala arif apa tanda kabul amal katanya
lupamu akan dia dan putus tilikmu daripadanya dengan sekaliannya
dengan dalil firman Allah //74// taala. Ilayhi yash‘adu al-kalam al-
thayyib wa al-‘amal al-shȃlih yarfa‘ahu. Kepada Nya naik kata yang
baik dan amal yang saleh menaikkan ia akan dia maka alamat
menaikkan Haq taala akan amal itu bahwasanya tiada tinggal pada mu
daripadanya sesuatu maka bahwasanya apabila tinggal pada tilikmu
daripadanya sesuatu tiada terangkat ia kepada nya karena tsȃbit
antara ‘indiyahmu dan ‘indiyahnya maka seyokyanya bagi hamba
apabila berbuat ia akan satu amal bahwa ia padanya lupa yang
dikelupai dengan barang yang kamu sitakan akan dia daripada
menuduh nafsu dan menilik taksirnya hingga hasil baginya kabul.

.ً‫اسدا‬ٝ
ِ ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬
َ ِٚ ِ‫َٕ ث‬ٌَٞ‫اسدَ ُِز‬ُٞ‫ا‬
ِ َ َ‫ َسد‬ْٝ َ ‫اَّٗٔب أ‬
‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬

72 Syekh Burhanuddin Ulakan


Hanyasanya mendatangkan ia atas mu akan warid supaya adalah
engkau dengan dia atasnya datang.

Bermula warid barang yang datang ia atas hati daripada segala


makrifat dan mahabbah dan yakin dan raja dan khauf dan lain
daripada sekaliannya itu supaya menyucikan Haq taala akan hati
dengan warid itu dan jernihkannya akan dia hingga patutlah ia dengan
demikian itu datang atas Haq taala dan patutlah masuknya kepada
hadaratnya karena bahwa hadarat itu disucikan dan dijauhkan
daripada sekalian hati yang keruh dan yang berlumus dengan segala
atsar dan segala aghyar.

.‫صبس‬٥‫ا‬
ِ ‫م‬ ِ ‫َ ِذ األ َ ْؿ‬٣ ْٖ ِٓ ‫غَِّ َٔ َي‬
ِ ّ ‫ُ َؾ ِ ّش َس َى ِٓ ْٖ ِس‬٤ُِ َٝ .‫بس‬٤ َ َ ‫َز‬٤ُِ َ‫اسد‬ُٞ‫ا‬
ِ َ َ‫ َسد‬ْٝ َ ‫أ‬
‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬

Mendatangkan ia atas mu akan warid supaya disejahterakannya


engkau daripada tangan segala aghyar dan supaya dimerdekakan akan
nya engkau daripada diperhambanya.

Bermula segala atsar dan segala aghyar mengeras ia akan dikau


dan berhambakan ia bagimu karena diperoleh kasihmu baginya dan
diammu kepada nya dan berpegang mu kepadanya. Maka hanya sanya
mendatangkan ia atas mu akan warid supaya disejahterakannya
engkau daripada tangan yang mengeras ia akan dikau dan supaya
dimerdekakannya engkau daripada melakukan oleh barang siapa yang
berhambakan ia akan dikau. Maka barang siapa //75// sejahtera
daripada jabat segala aghyar dan merde{h}ka ia daripada diperhamba
segala aghyar tiadalah bagi seorang juapun dalamnya bahagian dan
bersekutu. Artinya tiadalah memilikinya seseorang yang lain daripada
Allah dan adalah ia sejahtera semata-mata bagi Allah taala jua dengan
tentunya kepadanya dengan tiada dipersekutukan ia antara Allah dan
antara lainnya.

.‫ِى‬ ُ ‫نبء‬
َ ‫د‬ٜٞ‫ؽ‬ َ ‫د‬ٞ‫ع‬ُٝ ِٖ ْ‫ُ ْخ ِش َع َي ِٓ ْٖ عِغ‬٤ُِ َ‫اسد‬ُٞ‫ا‬
ِ َ‫ ك‬٠ُ‫ِى ئ‬ ِ ‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬
َ َ‫ َسد‬ٝ‫ْأ‬
Mendatangkan ia atas mu akan warid supaya mengeluarkan dia akan
dikau daripada penjara wujud mu kepada padang syuhudmu.

Syarh Al-Hikam 73
Bermula penjara wujudmu itu yaitu pandangmu bagidirimu dan
peliharamu bagiperolehnya. Dan padang syuhudmu bahwa gaib
engkau daripada memandang dia dengan memandang kebesaran
Allah taala dan kelebihan-Nya dan ketinggian-Nya dengan melengkapi
zuhur-Nya dan tajalli-Nya pada sekalian yang mewujud yang zahir
dengan tiada suanya suatu juapun daripadanya. Firman Allah taala: wa
Allȃh bi-kulli shayin muhîthin. Dan Allah taala dengan tiap-tiap suatu
meluput. Dan kata sufi penjaramu nafsumu, dan apabila keluar engkau
daripadanya jatuhlah engkau dalam senang selama-lamanya daripada
payah dan lelah daripada mengusahakan bahaginya dan
perolehannya.

ِ ‫األَع‬َٝ ‫ة‬
.‫ْشاس‬ ِ ُِٞ‫ب اُو‬٣‫اس َٓطب‬ٞ
ُ ْٗ ‫األ‬

Segala cahaya iman kendaraan segala hati dan segala asrar.

Bermula segala cahaya iman dan yakin kendaraan yang


membawa segala sir dan segala hati kepada hadirat Allah taala yang
mengetahui segala yang gaib dan segala anwar itu yaitu segala warid
yang telah tersebut.

ُ َّٙ‫ُ أ َ َٓذ‬َٙ‫ػجْذ‬ ْ ُ‫ كارا أسادَ هللا‬.‫اُظ ِْ َٔخَ ُع ْ٘ذ ُ اَُ٘ ْل ِظ‬


ُ ْ٘ َ٣ ٕ‫أ‬
َ ‫ق َش‬ ُ َّٕ َ ‫ ًَٔب أ‬،‫ت‬ِ ِْ َ‫س ُع ْ٘ذ ُ اُو‬ٞ
ُ ُّ٘‫ا‬
ِ ‫األ َ ْؿ‬َٝ ِْ َِ‫اُظ‬
.‫بس‬٤ ُ َ ‫ُ َٓذَد‬ْٚ٘ ‫ػ‬ َ َ‫ه‬َٝ ‫اس‬ٞ
َ ‫ط َغ‬ ِ ْٗ َ ‫ ِد األ‬ٞ٘‫ِث ُغ‬

Cahaya itu tentara hati seperti bahwasanya kelam tentara nafsu. Maka
apabila menghendaki Allah taala akan menolong hambaNya,
membantu ia akan dia dengan diberi segala anwar dan memutuskan ia
daripadanya akan bantu kelam dan segala yang lain.

Bermula nur tauhid dan yakin dan kelam syirik //76// dan syak
berlawanan keduanya bagihati dan baginafsu dan perang antara
keduanya seperti menyabung. Maka apabila menghendaki Allah taala
akan menolong hambaNya membantu Ia akan hatinya dengan segala
tentaraNya dan memutuskan ia daripada nafsunya akan bantu segala
tentaranya dan apabila menghendaki Allah taala akan menghinakan
hambaNya maka meminta ia akan nafsunya dengan segala tentaranya
memutuskan ia daripada hatinya akan membantu dia.

74 Syekh Burhanuddin Ulakan


Maka apabila cendrung hati kepada amal dengan pekerjaan yang
dipuji yang sakit ia dalam dunia dan beroleh lezat ia dalam akhirat
dengan amalnya itu, dan cendrung nafsu kepada amal dengan
pekerjaan yang dicela yang beroleh ia lezat dalam dunia dan sakit ia
dalam akhirat dengan amalnya itu. Dan berbantah keduanya dan
berhadapan keduanya dan bersegera nur yang ia daripada amar Allah
dan rahmatNya kepada menolong hati dan bersegera pula zulumat
yang ia daripada waswas syetan dan sesatnya kepada menolong nafsu
dan berdirilah sifat perang antar keduanya.
Maka jika telah terdahulu pada azali bagi hamba bahagianya dan
untung baik sanya beroleh pertunjuklah hatinya dengan nur Allah
taala dan mengurangkan dia akan dunia dan melebihkan dan
menggemari ia akan akhirat dan beramallah hati dengan barang yang
cendrung ia kepadanya. Dan jika mamadihkan ia akan dia dalam
sekarang sekali pun karena yang diharapnya daripada beroleh ni’mat
dengan dia pada yang lagi akan datang dan jika telah terdahulu pada
azali bagi hamba celakanya dan untung jahat sanya hilanglah
daripada hatinya nur, dan membutakan akan hati itu zulumat
daripada menilik manfaat yang lagi akan datang di akhirat dan
meniliklah ia akan lezat yang sukar dalam dunia dan beramallah
nafsunya dengan barang yang cendrung ia kepadanya.
Dan jika mamadihkan ia akan dia dalam negeri akhirat sekalipun
karena barang yang hasil ia baginya daripada lezat yang sekarang dan
tatkala bertemu dua shaf itu dan bercampur perang keduanya. Maka
tiada dijalan sekali-kali bagi hamba melainkan masuk kedalam pintu
Allah taala dan berhadap kepadanya dengan hati yang ikhlas dan
berbanyak zikir-Nya //77// dan dengan sebenar-benar tawakal atas
Nya dan berlindung dengan Dia daripada syaytan rajîm.
Dan apabila kau ketahui bahwa syetan itu siterumu yang
menyesatkan dan berdayakan akan dikau. Maka jangan engkau lupa
dan lalai daripada Allah taala yang melindungi daripadanya dengan
rahmatNya dan qada-Nya. Dan apabila kau ketahui bahwa nafsumu
musuh yang besar lagi keras daripada syetan. Maka sentiasa engkau
berhadap kepadanya dan minta tolong dan minta bantu dengan
kuatnya dan haulnya pada mengalahkan dia dan menewaskan dia bi-
idznihi taala karena Ia yang berfirman inna Allȃh‘alȃkulli shayin qadîr.

Syarh Al-Hikam 75
.‫ْثبس‬ ُ ِْ َ‫اُو‬َٝ .ُْ ٌْ ‫ب اُ ُؾ‬َُٜ ُ ‫شح‬٤‫ق‬
ُ ‫اإلد‬َٝ ٍُ ‫ُ اإل ْهجب‬َُٚ ‫ت‬ ُ ‫ُ اُ ٌَ ْؾ‬َُٚ ‫س‬ٞ
َ َ‫اُج‬َٝ .‫ق‬ ُ ُّ٘‫ا‬

Nur baginya membukakan baginya dam mata hati baginya hukum dan
hati baginya berhadap dan berbilang.

Maka nur yang datang kepada hati mem[b]eri faedah ia pada


membukakan akan barang yang ditutup oleh kelam kafir dan syirik
seperti nur matahari mem[b]eri faedah pada membukakan akan
barang yang ditutup oleh kelam malam hingga nyata dan dipandang
barang yang tertutup itu. Dan basîrah yang ia tilik mata hati
mem[b]eri faedah ia akan sah barang yang dipandangnya akan dia dan
didapatnya akan dia daripada tiada bersalahan dan berubah
daripadanya pada hakikat firman Allah taala mȃ kadzdzaba al-fuadu
mȃ ra’ȃ.
Tiada dusta hati akan barang yang dipandangnya dengan
matanya. Artinya sahlah barang yang dilihatnya dan yang didapatnya
tetapi yang dikehendaki dengan fuad disini fuad nabi Muhammad
shallȃ Allah ‘alayhi wa sallam dan demikian lagi fuad segala warisnya
yang kamil yang berlaku dengan syara’ dan segala muwafaqah dengan
dia. Dan bagihati itu pula berbelakang. Artinya berbelakang ia kepada
Allah dengan meninggalkan amal akan barang yang memandang akan
dia mata hati. Dan mengamalkan hati itu akan yang tiada berlaku
dengan syara’ dan bersalahan dengan dia.

َْ ُ‫ه‬.‫ َْي‬٤َُ‫صد َِٖٓ هللاِ ئ‬ ْ ‫ب ثَ َش‬ََّٜٗ‫ػخُ أل‬


ْ ‫ب ثَ َش‬ََّٜٗ‫ب أل‬ٜ‫ا ْك َشػْ ِث‬َٝ ،‫صد ِٓ٘ ََي‬ ّ ‫ْي‬
َ ‫اُطب‬ َ ‫ال ر ُ ْل ِشؽ‬
//78// .َُٕٞ‫َغْ َٔؼ‬٣ ‫ ٌْش ِٓ َّٔب‬٤‫ َخ‬َٞ ُٛ ‫ا‬ٞ‫َ ْل َش ُؽ‬٤ِْ َ‫ كَ ِجزَ ُِ َي ك‬ِٚ ِ‫ ِث َشؽْ َٔز‬َٝ ‫َّللا‬
ِ َّ َِْ ‫ِثلَن‬

Jangan menyukakan dikau taat karena sanya telibat ia daripada mu


dan suka engkau dengan dia karena sanya terbitnya daripada Allah
kepada mu. Kata oleh mu dengan karunia Allah dan dengan
rahmatNya. Maka dengan itu suruh suka mereka itu yaitu terlebih baik
daripada yang dihimpunkan mereka itu. Maka suka seseorang dengan
taat atas dua bagi, satu sukanya dengan dia daripada pihak
memandang dia ni’mat Allah taala dan fadal-Nya atas nya.

Maka inilah suka yang dipuji dan yang dituntut daripada hamba,
dan adalah sukanya seperti yang demikian itu menghendaki syukur
akan Allah taala yang mendatangkan taat dan yang menolong atas

76 Syekh Burhanuddin Ulakan


mengerjakan dia. Dan kedua, sukanya dengan dia daripada pihak
nyata taat itu daripada pihak hamba dengan ikhtiarnya dan iradatnya
dan haulnya dan kuatnya maka inilah suka yang <c>[p]uji lagi
diteguhkan daripada suka yang demikian itu, karena ia menghendaki
akan kufurnya dengan ni’mat Allah taala dan terkandung dalamnya
‘ujub yang membinasakan amal saleh. Maka suka hamba dengan dia
atas pihak yang kedua ini, segala yang tiada berfaedah dan tiada
manfaat tetapi mudarat ada ia atasnya.

‫ أ ّٓب‬.ْْ ِٜ ُِ ‫ا‬ْٞ‫ ِد أؽ‬ٜٞ‫ؽ‬ ُ َٝ ْْ ِٜ ُِ ‫ ِخ أَػْٔب‬٣ ْ‫ػ ْٖ ُسؤ‬


َ ِٚ ٤ْ َُ‫َٖ ئ‬٤ِ‫اف‬ُٞ‫ا‬
ِ َٝ َُُٚ َٖ٣‫غبئِش‬ ّ ُ‫ط َغ ا‬َ َ‫ه‬
َ َُّٚٗ‫َٕ كَ ِأل‬ِٞ‫اف‬ُٞ‫ا‬
ْْ ُٜ َ‫َّج‬٤‫ؿ‬ ِ ‫أ ّٓب‬َٝ ،‫ب‬ٜ٤‫هللا ك‬ ِ ‫قذْمَ َٓ َغ‬ ّ ِ ُ‫ا ا‬ٞ‫َز َ َؾوَّو‬٣ ْْ َُ ْْ ُٜ َّٗ‫َٕ كَ ِأل‬ٝ‫غبئِش‬ ّ ُ‫ا‬
.‫ب‬ْٜ٘‫ػ‬َ ِٙ ‫ ِد‬ٜٞ‫ؾ‬ ُ ‫ِث‬

Telah diputuskan Allah akan segala amal mereka itu dan memandang
segala hal mereka itu. Ada pun segala mereka yang berjalan maka
karena bahwasanya mereka itu tiada mentahkikkan mereka itu akan
sidiq serta Allah taala dalam nya. Dan ada pun segala mereka itu yang
wasul kepada nya maka karena bahwasanya Haq taala menggaibkan ia
akan mereka itu dengan memandang dia daripada nya.

Bahwasanya telah menyempurnakan Allah taala akan ni’matnya


atas dua tumpuk kaum itu sekira2 berbuat ia serta //79// mereka itu
yang demikian itu karena bahwasanya Haq taala mengakalkan akan
mereka itu sertanya dan tiada mem[b]erikan Ia akan mereka itu
bagiyang lainnya. Maka segala mereka yang wasul berebut Haq taala
dengan mereka itu akan yang demikian itu karena bakti mereka itu
dan segala mereka yang salik berebut Haq taala dengan mereka itu
akan yang demikian itu karena mengeras mereka itu. Firman Allah
taala wa li-Allȃh yasjudu man fî al-samȃwȃt wa al-ardh thaw‘an wa
karhan. Kepada Allah taala jua sujud barang siapa dalam segala langit
dan yang dalam bumi dengan bakti50 dan keras yakni.
Maka suka mereka yang wasil memutuskan akan mereka itu
orang yang daripada demikian itu oleh memandang mereka itu
kepadanya dalam hadarat hampirnya. Dan barang siapa memandang
akan dia tiadalah memandang ia sertanya akan lainnya karena
mustahil bahwa melihat seseorang dan memandang ia sertanya akan

50
yakni dengan suka hati berbuat taat yaitu orang yang wȃsil

Syarh Al-Hikam 77
yang lainnya. Artinya tiada lulus memandang akan lain daripada Allah
pada waktu memandang Dia. Dan segala mereka itu yang salik
memutuskan akan mereka itu daripada demikian itu oleh ketiadaan
tahaqqaq mereka itu dengan benar dan ketiadaan suci daripada da’wa
maka mereka itu selama-lamanya menuduh bagidiri mereka itu
menyempurnakan segala amal mereka itu dan pada menyajikan segala
hal mereka itu.
Kata setengah sufi daripada tanda orang yang dihadapkan Allah
akan dia dalam segala ihwalnya bahwa memandang memandang ia
akan taqshîrnya dalam ikhlasnya, dan akan lalai dalam segala zikirnya,
dan akan kurang dalam sidiqnya, dan akan lemah dalam mujahidnya,
dan akan sedikit memelihara dalam perkaranya. Maka adalah sekalian
ihwalnya pada Nya tiada dikeridai akan dia, dan menambah ia akan
berkehendak kepada Allah taala dalam qashadnya dan jalannya hingga
fanalah ia daripada tiap-tiap barang yang lainnya. Dan kata Abu Umar
wa Isamail Ibn Majid radhiyallah ‘anhu tiada hening bagi seseorang
tekuk pada ubudiah hingga ada segala perbuatannya padanya
semuanya ria, dan segala ihwalnya pada Nya da’wî hasil kata kita
jangan lalai dan lupa kita daripada menuduh diri kita dengan sekalian
amalnya ria dan sekalian katanya dusta dan sekalian ihwalnya da’wî
Dan jangan kita memuji dan menyanjung //80// diri kita dengan baik,
segala perbuatan yang zahir dan yang batin karena karena yang
demikian itu yang satu bagidaripada rida daripada nafsu yang ia
pohon segala maksiat.

.ٍ‫ ثِزْ ِس هَ َٔغ‬٠ِ‫ػ‬ ُ ‫ذ أ َ ْؿ‬


َ ‫قبٕ رُ ٍٍّ ّئال‬ ْ َ‫غو‬
َ َ‫ٓب ث‬

Tiada dipanjang ranting kehinaan melainkan atas benih loba.

Maka loba itu daripada yang terbesar segala bahaya sekalian


nafsu, dan daripada telebih kecelânnya yang mencederakan pada
ubudiahnya. Tetapi loba itu pohon sekalian bahaya, karena
bahwasanya ia semata-mata berjabat dengan manusia dan memapang
kepada mereka itu, dan berpegang atas mereka itu, dan
berhamabakan diri kepada mereka itu, dan dalam demikian itu
daripada kehinaan. Dan tiada harus bagimukmin menghinakan ia akan

78 Syekh Burhanuddin Ulakan


dirinya, karena Allah taala memuliakan dia dengan iman. Firman Allah
taala wa li-Allȃh al-‘izzah wa li-rusȗlihi wa li al-mukminîn. Dan
bagiAllah kemuliaan, bagi Rasul-Nya, dan bagimukmin. Dan seperti
mulia itu setengah dari segala sifat mukmin dimaknai lagi zillah
daripada perangai kejadian segala kafir dan segala munafik.
Sebab itulah, tiada harap mukmin menzillahkan dari nya. Supaya
tiada serupa sifatnya dengan sifat kafir dan munafik. Dan firman Allah
taala inna al-ladzîna yuhȃdȗna Allȃh wa rasȗlahu ulȃika fî al-adzallîn.
Bahwasanya segala mereka yang menyalahi Allah dan Rasul-Nya
mereka itulah dalam kehinaan. Dan hanya sanya ‘izzah segala mukmin
itu dengan mengankatkan himmat mereka itu kepada Tuhan mereka
itu, dan tetap segala hati mereka itu kepada Nya, dan berjabat mereka
itu dengan Dia jua tiada kepada yang lain daripada Nya.
Maka te[r]dapat niat atas murîd mengangkatkan himmatnya
daripada makhluk, dan jangan menghinakan ia kan dirinya kepadanya
dengan sifat tamak, karena telah dibagi azali kehidupan kita. Firma
Allah taala nahnu qassamnȃ baynahum ma‘îsyatahum fî al-hayȃh al-
dunyȃ. Telah kami bagiantara mereka itu kehidupan mereka itu dalam
dunia. Dan hanya membagiAllah taala antara segala hamba akan
kehidupan mereka itu dalam dunia supaya tiada segala hamba itu
tamak bagimakhluk yang sepertinya. Maka barang yang telah
dibagikan Allah bagikita dan yang diuntungkannya akan perolehan
kita //81// Maka te[r]dapat tiada datangnya kepada kita dengan tiada
syak sekali-kali dalamnya dan kita ... diri kita yakin akan Allah yang
memilikin segala alam tiada mengubahkan janjiNya kepada segala ...
dan kita jadikan diri kita tetap dan diam kepada Nya, dan berhenti
atas Nya, dan menyenangkan hati dengan Dia tiada tunduk hati
kepada yang lainnya, mudah-mudahan lenyap tamak bi-idznillȃh
dengan sekalian ini.
Dan ketahui oleh mu tamak itu atas dua bahagi satu pada zahir
dan kedua pada batin. Maka tamak yang pada zahir itu berkata
lidahnya pada mengadukan dirinya kepada makhluk, tiada berkata
lidahnya pada mengadukan dirinya tetapi melintas dan melintang ia
kehadapannya tatkala membagiia akan yang dikelabainya. Dan tamak
yang pada batin hatinya berhadap dan tunduk kepada makhluk pada
hasil kehendaknya daripada kehidupan u[m]pamanya atau kasih
hatinya akan dia karena ini. Dan ketahui oleh mu bahwa warak yang

Syarh Al-Hikam 79
melawan tamak dua wajah satu wajah pada zahir dan kedua wajah
pada batin.
Maka wara yang pada zahir tiada bergerak lidahnya pada
mengadukan hal dirinya melain kepada Allah dan tiada melintas dan
memelantang ia melainkan kehadapan pintu-Nya. Dan warak yang
pada batin tiada berhadap dan tunduk hatinya melainkan kepada
Tuhannya. Dan bahwasanya tama’ pada segala makhluk
membinasakan agama dan warak mensejahtera akan dia, maka ambil
oleh mu akan warak dan jadikan akan dia pakaianmu. Dan tinggalkan
oleh mu akan tamak pada segala makhluk, dan jangan kau jadikan
akan dia pakaianmu karena ia membinasakan agamamu. Karena tama’
itu mengahil akan memakai dia kepada syak akan Allah taala.

َ َُ ْ‫ ٌء ِٓض‬٢ْ ‫ؽ‬
.ِْ ْٛ ُٞ‫ا‬ َ ‫ٓب هبدَ َى‬

Tiada menghela akan dikau sesuatu yang seperti waham.

Ketahui oleh mu bahwa waham itu pekerjaan yang tiada tahkik


wujudnya berlawanan dengan pekerjaan yang tahkik wujudnya maka
hela51 waham dengan nafsu dan sepakaian pada pekerjaan yang sia2
sebab itulah tangan waham dan jabatnya akan nafsu terlebih teguh
dan keras dengan sukar meninggal dia dan melekangkan dia //82//
melainkan dengan mujahadah yang sangat dan yang keras dengan
tolong daripada Allah subhanahu wa taala yang mengaruniai taufik
bagi hamba yang pilihan Nya. Dan tamak nafsu pada manusia mahil ia
kepada waham yang sia-sia karena tamaknya itu membenarkan zan
yang disitu. Dan adalah tamak pada mereka itu tamak pada pekerjaan
yang tiada patut ditamakkan bersalahan tama’ akan Allah taala pada
ampun-Nya dan taufik-Nya dan karunia-Nya maka itulah pekerjaan
yang patut ditamakkan akan dia.
Dan segala mereka yang empunya haqaiq daripada auliya Allah
pada tempat yang jauh daripada pekerjaan waham dan tamak pada
makhluk. Maka tiada bergantung himmat mereka itu melainkan

51
Waham akan nafsu kepada pekerjaan yang sia-sia, lenyap terlebih
sangat daripada dosa akan dia kepada pekerjaan yang sebenarnya. Dan yang tetap
karena berpatut.

80 Syekh Burhanuddin Ulakan


kepada Allah dan tiada berkata mereka itu melainkan atas
keridaannya dan tiada teguh mereka itu melainkan akan Allah. Sanya
gugur daripada hati mereka itu segela pekerjaan waham dan khayal
yang berjabat dengan segala tali bagiyang lain daripada Allah taala
maka putuslah tamak mereka itu kepada segala yang lainnya. Dan
heninglah mereka itu dengan sifat qana’ah dan warak maka adalah
bagimereka itu hidup yang baik sebab tiada masuk tamak dan waham
dalam mereka itu. Bermula qana’ah itu satu maqam yang besar
daripada segala maqam yakin. Dan sanya diceriterakan dari ada Nabi
sallallahu alaihi wasallam pada makna firman Allah taala
falnuhyiyannahu hayȃtan thayyibah. Maka bahwasanya kami hidupkan
akan dia dengan hidup yang amat baik. sabda Nabi ‘alyhi al-salȃm
yaitu qana’ah.

.‫ُ هب ِٓ ٌغ‬َُٚ ‫ذ‬


َ ْٗ ‫ػ ْجذٌ ُِٔب أ‬ ٌ ٣ِ ‫ُ آ‬ْٚ٘ ‫ػ‬
َ َٝ .‫ظ‬ َ ْٗ ‫ذ ُؽ ٌش ِٓ ّٔب أ‬
َ ‫ذ‬ َ ْٗ ‫أ‬

Engkau merdeka daripada barang yang engkau baginya putus asa dan
hamba bagi yang yang engkau tamak baginya.

Maka tamak pada sesuatu menunjukkan atas kasih kepadanya


dan sangat berkehendak kepada beroleh dia dan yang demikian itu
kehambaan baginya, seperti bahwasanya putus asa daripada sesuatu
menujukkan atas selesai hati dan seisinya daripadanya dan kayanya
daripada berkehendak kepada nya. Dan demikian itu merdekalah
orang itu daripada nya. Maka orang yang tamak //83// hamba bagi
yang tamak ia kepadanya. Dan orang yang putus asa merdeka
daripada yang putus asa atasnya. Ketahui oleh mu apabila ada engkau
tiada tamak kepada makhluk, maka adalah engkau dalam martabat
kemuliaan dan ketinggian.
Dan tiadalah makhluk itu menghinakan dan merendahkan akan
dikau. Maka apabila adalah engkau tamak kepada nya, maka jadilah
engkau dalam martabat kehinaan dan kerendahan dan jadilah
makhluk yang tamak engkau kepada nya, mulia dan lebih daripada
mu. Maka jadilah katanya di atas kata mu dan kelakuannya atas
kelakuan mu, dan jadilah engkau menyandarkan dirimu kepada nya.
Maka u[m]pama orang yang tamak kepada makhluk seperti unggas

Syarh Al-Hikam 81
bangau yang terbang ia dalam hawa kemuliaannya yang tiada sampai
bada bicara kepada nya daripada tinggi tempat terbangnya itu.
Kemudian maka dihantarkan sesuatu makanan seperti segumpal
daging umpanya pada jerat, maka menurunkanlah akan bangau itu
daripada tempat ketinggian oleh tamaknya akan daging itu. Maka kena
jeratlah kakinya atau sayapnya atau batang lehernya, maka
menangkaplah akan dia kanak-kanak dan permainnyalah akan dia dan
jadilah ia beroleh kehinaannya sebab tamaknya itu. Dan jikalau tiada
tamaknya akan daging itu, maka mana dapat kanak-kanak itu
menangkap dia dan bermain dia dan menghinakan dia dan
menghukum dia karena tingginya dan jauhnya.
Inilah misal orang yang tamak kepada yang lain daripada Allah
subhanahu wa taala . maka muliakan dan peliharakan dirimu daripada
tamak dan kehinaan dan kerendahan dan kekurangan dan kehambaan
kepada yang sepertimu dan yang seu[m]pama mu daripada pihak sam
jadikan. Hai nafsu dengarkan oleh mu khabar seseorang ahlu Allȃh
bernama Fatah al-Mushallî duduk pada satu tempat dan dua orang
kanak-kanak duduk kepada nya disisinya seorang daripada dua
kanak-kanak padanya raut saja dan seorang lagi padanya raut serta
kemih nama pemkan raut dalam antara itu. Maka datang seseorang
bertanya pada Fatah Al-mushalli daripada sifat orang yang mengikut
syahwatnya dan yang tamak.
Maka antara tanya dan jawab maka berkata kanak yang punya
raut saja //84// kepada tolannya punya raut serta kamih beri oleh mu
bagiku setengah kamihmu itu. Maka sahut yang punya kamih jika
dengan syarat keadaan mu seperti anjingku, maka kuberi akan dia
bagimu. Maka sahut yang meminta kamih kabul lah aku akan seperti
anjingmu, maka mengambil yang mem[b]eri kamih itu akan tali maka
dijeratlah akan dia pada batang lehernya. Maka menghela ia akan dia
seperti dihela anjing. Maka kata Fatah al-Muhalli hai saudara yang
bertanya dan jika memedakan ia akan rotinya saja dengan tiada
mengikut syahwat dan tiada tamak, sanya tiadalah jadi seperti anjing
tolannya. Demikianlah sifat orang yang mengikut syahwat dan tamak.
Hai nafsu pohonkan akan tulang dan bantu daripada Tuhanmu atas
melawan syahwat dan tamak karena kuasanya. Dan jangan minta
tolong engkau daripada lainnya karena lemahnya.

82 Syekh Burhanuddin Ulakan


.ٕ‫ؾب‬
ِ ِ‫االٓز‬ َ ‫ ِث‬ِٚ ٤ْ َُ‫ذ َ ئ‬٤ْ ِ‫ْغبٕ ه‬
ْ َِ ‫غال ِع‬ ِ ‫د اإلؽ‬
ِ ‫هلب‬ َ َْ ‫ُ ْو ِج‬٣ ْْ َُ ْٖ َٓ
َ ‫ هللاِ ِث ُٔال‬٠ِ‫ػ‬

Barang siapa tiada berhadap atas Allah dengan pucuk kebaikan, dihela
ia kepada Nya dengan rantai kesakitan.

Maka orang yang mulia berhadap ia atas Allah taala dengan


pucuk ihsan Haq taala dan dengan berterut2 karunia-Nya dan nikmat-
Nya. Dan orang yang dicuci tiada berhadap ia atas Nya dengan
ihsannya itu, tetapi berhadaplah ia atas Nya dengan dihela dengan
rantai kesakitan dan dengan jabat segala percintanya atasnya seperti
lenyap segala hartanya dan sakit segala anggotanya karena Haq
subhanahu wa taala. Marwa hamba dan mehamparkan dia kepada Nya
dengan diluaskan segala rizkinya dan kekalkan afiat badannya. Dan
banyak daripada segala yang menyukakan dia supaya datang hamba
itu kepada nya dengan nikmatnya.
Maka jika tiada datang ia kepada Nya dihelalah ia dengan
lawannya karena kehendak Allah taala. Datang hamba kepada Nya
adakalanya karena yakinnya, artinya dengan suka hatinya. Dan
adakalanya karena mengeras dia, artinya dengan tiada suka hatinya.
Maka yang pertama hal segala mereka itu yang merdeka daripada
diperhamba yang lain daripada Allah taala. Dan yang kedua hal segala
mereka itu yang merdeka daripada diperhamba segala yang lainnya.
Maka bersungguh2 engkan akan keadaanmu daripada orang yang
pertama lembali kepada pintu //85// Tuhanmu karena
mensyukurkan akan nikmat-Nya yang atas mu dan yang direzkikan-
Nya bagimu dan yang diberikan-Nya akan dikau. Dan orang yang
dihela dengan dikerasi dua bagi, satu bagi bakti ia kepada Allah
dengan keras.
Dan yang kedua, tiada bakti ia kepada Nya dengan dia dan kau
peliharakan dan kau ketakuti akan keadaan mu daripada orang yang
kedua. Maka meniliklah engkau kepada segala akwan dengan tilik
keinginan dan kegemaranmu, maka berhentilah engkau padanya, dan
suka engkau dengan dia, dan tiadalah lagi engkau kepada yang
menjadikan segala akwan dan dirimu. Maka diperoleh ketika itu
bebalmu dengan Tuhanmu dan adalah engkau daripada jumlah segala
mereka yang dijauhkan daripada hadarat-Nya dan kembalilah engkau

Syarh Al-Hikam 83
ke akhirat dengan percintaan dan sesal dan rugi yang tiada putus
selama-lamanya. Berlindung kita kepada Allah daripada yang kedua.

.‫ب‬ُِٜ ‫ب ثِ ِؼوب‬َٛ‫َّذ‬٤َ‫ب كَوَ ْذ ه‬ٛ‫ؽٌ ََش‬ َ ‫َ ْؾ ٌُ ِش اُ ِّ٘ؼَ َْ كَوَ ْذ رَؼَ َّش‬٣ ْْ َُ ْٖ َٓ


َ ْٖ َٓ َٝ ،‫ب‬ُِٜ ‫ا‬ٝ َ‫ك ُِض‬

Barang siapa tiada mensyukurkan segala nikmat, maka sanya berhadap


ia kepada hilangnya. Dan barang siapa mensyukurkan dia, maka sanya
mengikutlah ia akan Dia dengan segala tali-Nya.

Maka mensyukurkan nikmat52 mewajibkan bagi hilangnya dan


kurangnya. Firman Allah taala la-in syakartum la-azîdannakum.
Da<m>[n] syukur kamu sanya ku tambah akan kamu. Maka adalah
syukur itu u[m]pama pada nyala pada mengikut nikmat dengan dia
dan umpama buah pada menambah pohon dan umpama laba pada
membanyak modal. Bermula syukur akan nikmat atas tiga wajah satu
wajah syukur dengan hati dan kedua wajah syukur dengan lidah dan
ketiga wajah syukur dengan sekalian anggota. Maka rupa syukur
dengan hati bahwa kau ketahui bahwasanya segala nikmat itu
semuanya daripada Allah taala. Firman Allah taala wa mȃ bi-kum min
ni’mah fa-min Allȃh.
Dan barang yang dengan kamu daripada nikmat maka daripada
Allah. Dan rupa syukur dengan lidah menya[n]jung atas Allah taala
atas jalan memuliakan dan membesarkan dan berbanyak puji akan Dia
dan berbanyak menyebut Dia. Dan masuk dalam syukur lidah
menceriterakan nikmat yang pada Nya dan menyatakan Dia dan
membawa Dia. Firman Allah taala wa ammȃ bi-nimah rabbka fa-
haddits. Dan ada pun dengan nikmat Tuhanmu maka ceritakan oleh
mu. Dan setengah daripada syukur lidah syukur akan segala wasitah
seperti seseorang yang mem[b]eri satu //86// nikmat atau yang
menutup kekejian atau yang melepaskan yang berhutang atau yang
memâfkan kesalahan dan lain daripada sekaliannya itu daripada suatu
yang zahir makhluk berbuat dia dengan memuji mereka itu dan minta
doa bagimereka itu karena syukur akan segala wasitah pada hakikat
syukur akan Allah taala. Karena Allah subhanahu wa taala tajalli pada
segala wasitah itu.

52
Itu mengwajibkan bagi kekalnya dan bertambahnya. Dan kufur akan
dia, dan ketiadaan mensyukurkan dia.

84 Syekh Burhanuddin Ulakan


Sabda Nabi shallȃ Allah ‘alayhi wa sallam man lam yasykur al-
nȃs lam yasykur Allȃh. Barang siapa tiada syukur akan manusia tiada
syukur akan Allah. Maka dengan hadis ini ter[d]apat tiada syukur kita
dengan lidah akan segala wasitah. Sama ada wasitah itu malaikat atau
jin atau insan dengan pias wa Allah a’lam. Dan rupa syukur dengan
sekalian anggota itu bahwa kau amalkan dengan dia akan amal saleh.
Firman Allah taala i’malȗ ȃla dȃwȗd syukran. Beramallah kamu hai
keluarga Daud dengan syukur. Maka dijadikan amal itu akan syukur
dan diriwayatkan daripada Nabi sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam
bahwasanya ia sembahyang maka gembung dua tapaknya yang mulia
karena banyaknya. Faqîla lahu yȃ Rasȗlullȃh infi’al hadzȃ wa qad
ghufira Allȃhlaka mȃ taqaddama min dhanbika wa mȃ taakhkhar.
Maka dikata baginya ya Rasulullah kau perbuatkah ini, dan sanya telah
mengampun Allah bagimu yang telah terdahulu ia daripada dosamu
dan yang terkemudian. Fa-qȃla afalȃ akȗnu ‘abdan syakȗran . maka
sabdanya maka tiadakah aku hamba yang syukur. Maka hadisnya ini
menunjukkan akan segala amal saleh syukur segala anggota.
Maka syukur lidah mem[b]aca qur’an dan lainnya dan
mengajarkan segala yang baik dan kata yang berlaku pada syara’ dan
yang lain daripada sekaliannya itu daripada segala yang diperbuat
daripada amal saleh dengan Dia. Dan syukur mata memandang segala
yang halal daripada memandang dia daripada segala amal yang baik
dan memandang yang ada manfaat pada memandang dia dan
berfaedah. Dan syukur telinga men[d]engar segala yang ada pahala
pada mendengar dia dan yang manfaat dan yang berfaedah. Dan
syukur tangan menjabat yang hasil dalamnya amal saleh dan yang ada
dalamnya manfaat dan faedah. Dan syukur kaki melangkahkan dia
kepada yang ada dalamnya khair daripada pahala dan manfaat dan
faedah. Dan syukur perut memasukkan barang yang //87// halal
pada syara’ dalamnya yang diperoleh dengan dia pahala dan manfaat
dan faedah dengan tiada berlebihan.
Firman Allah kulȗ wa-syrabȗ wa lȃtusrifȗ innahu lȃ yuhibbu al-
musrifîn. Makan kamu dan minum kamu dan jangan berlebihan kamu,
bahwasanya Haq taala tiada mengasih segala mereka yang berlebihan.
Dan syukur syahwat memasuki firma<ha>n-Nya karena
me[ng]hasilkan anak atau karena managahkan mendatang yang
haram. Dan syukur hidung mencium yang ada ibadah dalamnya

Syarh Al-Hikam 85
seperti mencium air taharah yang berubah baunya atau karena
manfaat dalamnya atau karena kasih yang harus atau karena faedah
dengan dia. Dan demikian lagi kepala dan punggung dan lutut dan
segala anggota yang lain daripada segala yang tersebut itu.

‫َٕ ر ُِ َي ا ْعزِذْساعب ً َُ َي‬ٌَٞ٣ ٕ‫أ‬ ِ َ‫د‬َٝ ‫ َْي‬٤َُ‫ ئ‬ِٚ ِٗ‫ ِد ئؽْغب‬ٞ‫ع‬ُٝ ْٖ ِٓ ‫َق‬
ْ َُٚ‫اّ ئعب َءرِ َي َٓؼ‬ٝ ْ ‫خ‬
َُٕٞٔ َِ‫َ ْؼ‬٣ ‫ْش ال‬
ُ ٤‫ ْْ ِٓ ْٖ َؽ‬ُٜ ‫عَ٘ ْغزَذْ ِس ُع‬
َ

Ketakuti oleh mu daripada dikebencikan-Nya kepada mu dan


berkekalan kejahatanmu akan karena yang demikian itu. S[e]orang lagi
akan mu lalu enggan mereka itu daripada pihak tiada tahu mereka itu.

Maka takut daripada s[e]orang serta diperoleh segala nikmat


setengah daripada segala sifat mereka yang mukmin. Dan ketiadaan
takut daripada istidraj serta mengakal atas kejahatan setengah
daripada segala sifat segala mereka yang kafir. Dikata orang setengah
daripada segala tanda s[e]orang akan hamba mengendarai kejahatan
serta mengakal atas nya dan dilambatkan menyiksa dia. Tetap serta
afiat segala anggotanya dengan tiada disakiti satu jua pun dan senang
nafkah kehidupannya dan lusanya dengan tiada dipijak dan sentosa
pada siang dan malam dan jatuhlah pada sangkanya bahwasanya ia
atas pekerjaan yang baik dan yang dipuji. Dan ketiada ia menyadari
akan makar dan istidraj daripada Allah taala hingga disiksa ia dengan
besar kaba datangnya dengan sekira2 tiada didapat minta janji dan
bertingkah.
Firman Allah fa-limȃ nasȗ mȃ dzukirȗ bih. Maka tatkala lupa
mereka itu akan yang diingatkan mereka itu dengan dia diisyaratkan
salah mereka itu dan durhaka mereka itu. Fatahnȃ ‘alayhim abwȃb
kulla syay’. Kami bukakan atas mereka //88// segala pintu tiap-tiap
sesuatu. Artinya Kami bukakan pintu segala jalan afiat dan segala
pintu nikmat kelapangan. Idzȃ farahȗ bi-mȃ ȗtȗ. Hingga apabila suka
mereka dengan yang diberi mereka itu daripada segala bahagian nafsu
dalam dunia dan tiada syukur mereka atas nya dengan kembali
mereka itu kepada Allah taala. Akhdzanȃhum baghtah. Kami siksalah
akan mereka itu dengan besar kaba. Artinya tiap-tiap datang ia kepada
mereka itu, putus asa dan harap daripada rahmat Allah taala atas
mereka itu.

86 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula setengah daripada istidraj berturut2 nikmat dengan
tiada takut akan fitnah dan setengah daripadanya masyhur namanya
dengan disebut manusia pada kebanyakan tempat dengan tiada takut
akan makar dan setengah daripadanya diperolehnya barang yang
diangan-angannya dengan tiada mengerjakan taat. Dan setengah
daripadanya harap akan fadal seperti surga u[m]pama nya dengan
tiada menyempurnakan ubudiah. Dan setengah daripadanya zahir
engkau dihinggakan dengan amal yang zahir dan sir menuntut akan
segala yang lain daripada Allah taala.

‫ َء‬ٞ‫ع‬ ُ ‫زا‬ٛ َٕ‫ ًَب‬ْٞ َُ :ٍٞ‫و‬ َ ُ‫ثخ‬ٞ‫ة كَز ُ َإ َّخ َش اُؼُو‬


َ َ٤َ‫ ك‬،ُْٚ٘ ‫ػ‬ َ َ‫ َء األَد‬٢‫ُغ‬٣ ٕ‫أ‬ ْ ‫ ِذ‬٣‫ َِ اُ ُٔش‬ْٜ ‫ِٓ ْٖ َع‬
ْٞ ََُٝ ،‫َ ْؾؼُ ُش‬٣ ‫ْش ال‬
ُ ٤‫ُ ِٓ ْٖ َؽ‬ْٚ٘ ‫ػ‬ َ ‫َ ْو‬٣ ْ‫ كَوَذ‬.َ‫اإلثْؼبد‬
َ َ‫ط ُغ اُ َٔذَد‬ ِ ‫ت‬ َ ‫ َع‬ْٝ َ ‫أ‬َٝ َ‫اإل ْٓذاد‬
ِ ‫ط َغ‬َ َ‫ة َُو‬ٍ َ ‫أد‬
ٕ‫أ‬ْ ‫َ ٌُ ْٖ ّئال‬٣ ْْ َُ ْٞ ََُٝ ،١‫َذْس‬٣ ‫ ال‬َٞ َُٛٝ َ‫وبّ اُجُ ْؼذ‬ َ َٓ ُّ ‫ُوب‬٣ ْ‫هَذ‬َٝ . ‫ ِذ‬٣‫َ ٌُ ْٖ ئ ّال َْٓ٘ ُغ اُ َٔض‬٣ ْْ َُ
.ُ‫ذ‬٣‫ٓب رُش‬َٝ ‫َ َي‬٤َِِّ ‫ُخ‬٣

Setengah daripada bebal murîd bahwa diperjahatnya akan pekertinya,


maka dilembutkan siksaan daripada nya. Berkata ia jikalau ada ini
jahat fikrah sanya memutuskanlah ia akan tolong dan mewajibkanlah
ia akan jauh. Maka sanya memeutuskan ia akan tolong daripadanya
daripada pihak tiada ia menyadari. Dan jikalau tiada ada ia melainkan
diteguhkan, bertambah dan sanya didirikan ia pada tempat yang jauh
daripada pihak tiada tahu. Dan jikalau tiada ia melainkan
mem[b]erikan ia akan dikau dan barang yang kau kehendaki. Ini
//89// satu bagi daripada istidraj yang telah terdahulu sebutnya.

Bermula jahat fikrah murîd mewajibkan bagisiksanya dan tetap


segal siksa itu bersalah-salahan, maka setengah daripadanya
disegerakan. Dan setengah daripadanya dilambatkan. Dan setengah
daripadanya dinyatakan. Dan setengah daripadanya dibunyikan. Maka
siksa yang dinyatakan itu tegas dengan menyakit. Dan siksa yang
dibanyikan itu siksa dengan diperoleh dendang. Maka siksa dengan
menyakit bagi segala yang empunya kesalahan dan segala dosa. Dan
siksa dengan diperoleh dendang bagi segala mereka yang jahat fikrah
dihadapan hadarat Haq subhanahuu wa taala dan sanya adalah siksa
yang dibanyakkan dan yang dilambatkan tersangat atas murîd yang
jahat pekertinya daripada siksa yang dinyatakan dan yang
disegerakan. Dan misal siksa yang dibanyakkan barang yang telah

Syarh Al-Hikam 87
menyebutkan akan dia muallif rahmat Allah daripada memutuskan
tolong daripadanya dan mendrikan dia pada tempatnya yang jauh
daripada nya.
Maka inilah permulaian jatuh dendang murîd daripada Haq
taala. Maka apabila dijawab murîd dengan dinding yang jatuh ia dalam
maqam yang jauh dan tiada menidakkan dia rahmat daripada Allah
taala pada hal jauhnya. Sanya adalah yang demikian itu mewajibkan
akan gugurnya daripada tilik Allah subhanahuu wa taala dan
mewajibkan pula akan jatuh dinding atas hatinya dan akan bertukar
sifat jinak dengan sifat liar dan akan binasa sifat terang dengan sifat
kelam. Dan tiadalah dapat akan dia kemudian daripada segala sifat
yang tiada mendapat dia rahmatNya dan kemudian wajib jatuh
dinding atas hatinya dan bertukar jinak dengan liar dan binasa terang
dengan kelam mengualng akan halnya yang pertama.
Karena bahwasanya ia tatkala itu putus daripadanya segala
tolong yang berhubung dengan putus daripadanya segala warid yang
hasil padanya. Maka apabila tiada menolong Allah taala akan dia
dengan mendapat segala adab yang baik dan mendapat makrifat dan
menyempurnakan ubudiah //90// dan mendirikan hak rububiah,
sanya jatuhlah ia dalam kehinaan dan kecelân. Dan keraslah atasnya
syetan maka melupakan akan dia syetan itu daripada zikir. Dan turun
akan dia kejahatan makar dan berbaliklah ia kepada mengikut hawa
nafsunya yang amarah. Dan keluarlah ia daripada kandang segala
mereka itu yang hening lagi pilihan.
Berlindung kita dengan Allah taala daripada sȗ’ al-adab yang
membawa ia kepada segala bagikejahatan dan kehinaan dan kecelân
dan kebencian dan yang putus tolong karena nya dan berdiri ia pada
maqam yang jauh pada sebabnya. Maka perbaiki oleh mu akan adab
dan lazim oleh mu akan dia dan jang kau sia-siakan akan dia. Karena
barang siapa yang membaiki dia akan yang melazim dia sampailah ia
pada tempat segala mereka yang kamil. Dan barang siapa yang
mensia-siakan dia maka adalah maqamnya maqam yang jauh daripada
tempat yang disangkanya hamparnya dan adalah ia pula ditolak
daripada pihak disangkanya ia di ke[m]balikan. Ketahui oleh mu
bahwasanya empat adab apabila suanya faqir yang menjerat
daripadanya maka jadikan oleh mu akan dia dan akan tanah
bersamaan. Satu kasih bagi segala kana-kanak dan kedua memuliakan

88 Syekh Burhanuddin Ulakan


bagi segala orang tuah ketiga mengadilkan daripada diri bagi orang
lain seperti kita kembalikan haknya atas kita atau kita bayar. Dan
keempat meninggalkan mengambil adil bagi diri daripada lainnya. Dan
keempat adab pula apabila suanya fakir yang mutasabbib daripadanya
maka jangan kau hirau dengan dia dan jika ada ia terlebih tahu
daripada segala manusia sekali pun.
Pertama menjauh segala aniaya. Dan kedua melebihkan orang
yang ahli akhirat. Dan ketiga melawaskan akan segala yang papa dan
keempat mengekal sembahyang lima waktu dalam berjamaah,
mengata dia Syekh Abu Al-hasan radhiyallah‘anhu. Bermula hasil kata
pada husnu al-adab itu jangan kita kurangkan tiap-tiap suatu daripada
hadats //91// dan jangan kita melampaukan akan Dia daripada
h}adath seperti kata mukmin umpamanya pada nabi Isa ‘alayhi al-
salȃm bahwasanya ia hamba Allah dan Nabi-Nya dan rasul-Nya, dan
sȗ’ al-adab pada mengurangkan dia daripada hadats seperti kata
setengah ahli al-kitab umpamanya pada Isa bahwasanya bukan nabi
Allah dan sȗ’ al-adab pada melampaukan dia daripada hadats seperti
kata setengah ahli al-kitab pada Isa umpamanya bahwasanya ia
Tuhan.

،ِ‫اإلٓذاد‬ َ َُٚٓ ‫أَدا‬َٝ ،ِ‫ساد‬ٝ‫األ‬


ْ ٍِ ٞ‫ب َٓ َغ ه‬ْٜ٤َِ‫ػ‬ ْ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ٞ‫ ِث‬٠ُ‫ُ هللاُ ر َؼب‬َٚٓ ‫ػجْذا ً أهب‬ َ ‫ْذ‬ َ ٣‫ارا َسأ‬
َ‫ َغخ‬ْٜ َ‫ال ث‬َٝ َٖ٤‫اُؼبسك‬
ِ ‫ٔب‬٤‫ ِع‬ِٚ ٤ْ ََِ‫ُ ِألََّٗ َي َُ ْْ ر ََش ػ‬ٙ‫ال‬ْٞ َٓ ُٚ‫كَال ر َ ْغز َ ْؾ ِو َش َّٕ ٓب ََٓ٘ َؾ‬
ِ ‫ال‬ْٞ ََِ‫َٖ ؛ ك‬٤ّ‫اُ ُٔ ِؾج‬
.ٌ ‫ ْسد‬ِٝ َٕ‫اسدٌ ٓب ًب‬ٝ

Apabila kau lihat seseorang yang mendirikan dia Allah dengan wujud
segala auradnya dan mengakalkan ia akan dia atas nya serta panjang
segala tolong, maka jangan kau hinakan akan yang diberikan
Tuhannya akan dia, karena bahwasanya engkau tiada melihat atas nya
tanda segala arif, dan tiada keelokan segala mereka yang kasih, maka
jikalau tiada wȃrid tiada wirȃd.

Maka segala hamba Allah yang ditentukan mereka itu berbahagi


dua satu muqrabȗn dan kedua abrȃr. Maka segala mereka yang
muqrabun mereka itu yang berpaling daripada bahagian diri mereka
itu dan segala kehendak mereka itu dan beramal mereka itu pada
mendirikan hak Tuhan mereka itu, karena ubudiah bagiNya dan
menuntut bagi segala keridaan-Nya dan mereka itu segala ‘arif dan

Syarh Al-Hikam 89
segala muhib. Dan segala mereka itu yang abrar mereka itukekal
mereka itu serta bahagian mereka itu dan segala kehendak mereka itu
dan berdiri mereka itu dalam segala amal dan segala taat supaya
beroleh mereka itu atas nya dengan tinggi derajat mereka itu dalam
segala surga dan mereka itu segala zahid dan segala ‘abid dan tiap-tiap
seseorang daripada segala hamba yang tersebut itu ditolong dalam
maqamnya yang ia dalamnya dengan dengan tolong yang
dibandingkan ia daripada Tuhan yang menghendaki tolong itu
daripada //92// mereka itu akan berdiri mereka itu dengan segala
hak maqam mereka itu atas bersalahan segala maqam itu.
Dan apabila kau lihat ses[e]orang hamba yang mendirikan dia
Allah taala dalam segala amal kebajikan yang zahir, dan dalam
berhubung segala aurȃd yang berturut-turut dan menolong dia Ia
dalam demikian itu dengan bantu dan kemudahan, maka hamba itu
daripada yang dipilih Allah taala baginya. Maka jangan kau hinakan
akan dia karena bahwasanya engkau tiada melihat atasnya tanda
segala arif daripada meninggalkan ikhtiarnya dan sujud daripada
segala bahagian dan segala auradnya antara hadapan murîd yang
dipilih, dan tiada keelokan bagi segala mereka yang muhib daripada
mengasih dengan keridaan mahbubnya dan keluasannya dan bebas
antara hadapannya.
Maka jikalau tiada warid itu daripada Allah taala niscaya tiada
tetap ia atas amalnya yang dibawanya. Maka hamba itu tiada keluar
daripada kandang tolong-Nya dan lingkar peliharaan-Nya, maka tiada
kau hinakan barang yang diberikan oleh Tuhannya akan dia dan kau
kurangkan akan labanya, dan tiada yang demikian itu melainkan dari
pihak bebalmu dan kurang akalmu karena yang diberikan kepada
hamba daripada Tuhan jikalau sedikit sekalipun pada mata, maka
sanya mulai ia dengan memandang kepada yang mem[b]erikan dia
dan banyak ia pada pihak dengan memandang rida Tuhannya dan
kasih Tuhan akan dia dengan tiada berputus seperti seorang ahlu al-
dunya yang diberi raja akan dia sesuatu, dan jikalau sedikit sekalipun
maka sangat dimuliakan dan dikehendakinya akan dia daripada yang
diberi orang yang setaranya dan hingga lebihlah ia dengan sebab nya
daripada orang yang tiada diberi raja akan dia dan ditaruhlah ia
dengan memelihara akan dia supaya mudah-mudahan sampai lah itu
kepada anak cucu dirinya ini pemberi makhluk, maka banyak

90 Syekh Burhanuddin Ulakan


sangkamu akan pemberi khalik yang tiada di atas kemuliaan-Nya satu
kemuliaan pun.

ْٖ ِٓ ‫َإُالء‬ ِ ٛ ُّ ‫ ( ًُ ّالً ُٗ ِٔذ‬ِٚ ِ‫ ْْ ثِ َٔ َؾجَّز‬ُٜ ‫ق‬


ِ َٛٝ ‫َإُالء‬ ْ ٌّ ْٞ َ‫ه‬َٝ ِٚ ِ‫ ُْ اُ َؾ ُّن ُِ ِخذْ َٓز‬ُٜ َٓ ‫ ٌّ أَهب‬ٞ‫ه‬
َّ َ ‫اخز‬ ْ
ً ‫سا‬ٞ‫ظ‬ ُ ‫طب ُء َس ِثّ َي َٓ ْؾ‬
َ ‫ػ‬َ َٕ ‫ َٓب ًَب‬َٝ ‫بء َس ِثّ َي‬ ِ ‫ط‬َ ‫ػ‬َ

Satu kaum mendirikan akan mereka itu //93// Haq taala karena
khidmatnya dan satu kaum menentukan ia akan mereka itu dengan
mengasih Dia sekalian menolong Kami akan mereka itu dan mereka itu
daripada pemberi Tuhanmu dan tiada pemberi Tuhanmu diteguhkan.

Dan bagi Haq taala ikhtiar yang sempurna dan kehendak yang
terus tiada ditanya ia daripada barang yang diperbuatnya akan Dia
dan mereka itu ditanya daripada perbuatan mereka itu. Artinya tiada
disiasati akan dia dan tiada i’tirȃd akan dia pada memuliakan ia akan
sesuatu atau menghinakan dia atau mehamparkan dia atau
menjauhkan dia bersalahan kita manusia tedapat tiada ditanya dengan
sabda Nabi ‘alayhi al-salȃm wa al-sȃlȃm kullukum rȃ’in wa kullukum
masȗlun ‘an rȃ’iyatih. Sekalian kamu mengebala dan sekalian kamu
ditanya pada yang dikebalanya. Maka satu tȃifah mendirikan akan
mereka itu Allah taala karena menkhidmati Dia hingga patut mereka
itu masuk ke surga dan mereka itu segala zahid dan segala ‘abid.
Dan satu thȃifah menentukan ia akan mereka itu dengan
megasih Dia hingga patut mereka itu bagidihamparkan akan Dia dan
masuk kepada hadarat Nya dan mereka itu segala yang Allah taala dan
segala yang tahu akan segala marȃtib ketuhanan dan segala marȃtib
kehambaan dan akan zahir dan akan batin dan akan yang lazim dan
akan yang tidak lazim dan akan keridaan-Nya dan ketiadaan rida-Nya
dan lain daripada segala yang tersebut itu daripada segala hukum, dan
sebab itulah mereka dilebihkah Haq subhanahuu wa taala daripada
segala hamba yang lain dan mereka itu mewarisinya daripada Nabi
shalla Allȃh ‘alayhi wa sallam dengan sempurna. Sabda Rasulullah
shalla Allȃh ‘alayhi wa sallam al-‘ulamȃ’ waratsah al-anbiyȃ’. Segala
mereka yang alim waris segala Nabi ‘alayhim al-salȃm.
Kata setengah sufi radhi Allȃh’anhu bahwasanya bagi Alla taala
beberapa segala hamba yang tiada dipatutukan Allah akan mereka itu
dengan makrifat akan Dia maka melalaikan Haq taala akan mereka itu

Syarh Al-Hikam 91
dengan menkhidamati Dia dan ibadah akan Dia hingga tiadalah
diperoleh akan mereka itu makrifat seperti yang diperoleh segala ‘ȃrif.
Dan baginya qawul beberapa segala hamba yang tiada //94//
dipatutkan Allah taala akan mereka itu dengan menkhidmati Dia dan
ibadah akan Dia. Maka menentukan Ia akan mereka itu dengan
makrifat dan ilmu akan Haq taala, maka nyatalah pemberi Allah taala
akan segala hambaNya dua bagi dengan sekira2 bagi hamba satu yang
diberi-Nya akan mereka khidmat kepada hadarat-Nya hingga tiada
mereka itu akan dunia, sebab karam dalam khidmat dan mereka itu
yang dinamai zahid dan ‘abid dan kedua yang diberi-Nya akan mereka
itu makrifat dan ilmu hingga tiada mengenal mereka itu akan yang lain
daripada Allah taala sebab karam dalam laut makrifat akan Dia.
Firman Allah taala wa haulȃi man ‘athȃ’a rabbuka wa mȃ kȃna
‘athȃ’u rabbuka mahdhȗran. Segala mereka itu artinya segala zahid
dan segala ‘ȃrif dari pemberi Tuhanmu dan tiada pemberi Tuhanmu
diteguhkan. Maka Allah taala menentukan dengan pemberi-Nya bagi
barang siapa yang dikehendaki-Nya. Firman Allah Yakhtashshu bi-
rahmatihi man yasyȃ, Ditentukan dengan rahmatNya akan barang
siapa yang dikehendaki-Nya.

‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٞ ‫ب اُ ِؼجبدُ ِث‬َٜ٤‫َذَّ ِػ‬٣ ْٕ َ ‫ب أ‬َُٜ ً‫بَٗخ‬٤‫ف‬


ِ ،ً‫َّخُ ّئال ثَ ْـز َخ‬٤ُٜ‫اسدادُ اإل‬ُٞ‫ا‬
ِ ُٕ ٌَٞ ‫هَ ََّ ٓب ر‬
.‫اال ْعزِ ْؼذا ِد‬

Ada sedikit yang tiada ada segala warid yang ilahiyah melainkan besar
kaba karena memelihara yakin daripada mendoa akan Dia segala
hamba dengan wujud isti’dâd.

Bermula segala warid yang ilahiyah itu hadiah daripada Allah


taala dan haluan daripadanya dan kemuliaan yang dimuliakan dengan
dia akan segala hambaNya yang pilihan. Maka tiada ada ia pada galib
melainkan besar kaba datangnya kepada hamba dengan tiada usaha
dan bersungguh pada hasilnya akan dia supaya tiada mendakwa ia
akan Dia dan tiada melihat ia akan dirinya mempunyai baginya
dengan usaha dan dengan bersungguh dan haluan Allah taala itu dan
hadiahnya disajikan daripada dikarenakan mendapat dia dengan satu
pekerjaan dan dijauhkan ia daripada dibetul dengan segala amal yang

92 Syekh Burhanuddin Ulakan


baik pada beroleh dia, tetapi semata-mata ia kemurahan Allah taala
dan karena daripadanya bagibarang siapa yang kekasih-Nya.

َ ‫را ًِشا ً ًُ ََّ ٓب‬َٝ ،َ‫ذ‬ِٜ ‫ؽ‬


،َْ ِِ ‫ػ‬ َ ً ‫ ُٓؼَ ِجّشا‬َٝ ،ََ ِ‫عئ‬
َ ‫ػ ْٖ ًُ َِّ ٓب‬ َ ً ‫جب‬٤‫ُ ُٓغ‬َٚ‫ز‬٣ْ ‫َٓ ْٖ َسأ‬
ُ ‫ػ ْٖ ًُ َِّ ٓب‬
//95// ِٚ ِِ ْٜ ‫ ِد َع‬ٞ‫ع‬ُٝ ٠ِ‫ػ‬ َ ‫كب ْعز َ ِذ ٍَّ ثِز ُِ َي‬

Barang siapa yang kau lihat akan dia menyahut daripada segala yang
dinyatakan dengan mengibaratkan bagitiap-tiap yang dipandangnya
dan menyebutkan bagisekalian yang diketahuinya maka mengambil
dalillah engkau dengan demikian itu atas ada bebalnya.

Maka menjawab daripada tiap-tiap yang dinyatakan dan


menta’birkan segala yang dipandang dan menyebutkan segala yang
ma’lum tanda ada diperoleh bebal baran siapa bersifat ia dengan dia.
Adapun menjawab akan segala soal menghendaki jawabnya itu akan
meluput sekalian ma’lumat dan yang demikian itu mustahil sekali-kali
pada dirinya. Firman Allah taala wa mȃ utîtum min al-‘ilmi illȃ qalîlan.
Dan tiada diberikan akan kamu daripada ilmu melainkan sedikit. Maka
tebak teruk serta sedikit ilmu itu menjawab akan segala tanya jikalau
tiada diperoleh bebalnya. Dan lagi pula wajib atas yang ditanya
membezakan hal segala mereka yang bertanya akan berpatut
tanyanya dengan dirinya atau tiada berpatut maka jika berpatut tanya
dengan yang bertanya maka dijawabnya akan tanya itu dan jika tiada
berpatut tanya dengan yang bertanya dengan diri yang bertanya maka
berhenti ia daripada menjawab dia.
Dan adapun menta’birkan akan segala yang dipandang maka
bahwasanya dalamnya satu bagi daripada membolehkan rahasia yang
wajib m-m-y-ny-kan dia dan tiada harus memilihkan dia pada bukan
tempatnya dan bukan sepatutnya dan sanya berkta mereka itu segala
hati sekalian yang merdeka akan kubur segala asrar dan sir itu.
Pitaruh Allah pada hamba maka memasyhurkan Dia dengan ta’bir
daripadanya khianat akan pitaruh Allah. Firman Allah taala wa Allȃh lȃ
yuhibbu al-khȃinîn. Dan Allah taala tiada kasih ia akan segala yang
khianat. Dan adapun menyebutkan akan segala yang ma’lum pada Nya,
maka karena bahwasanya adalah dalamnya ketiadaan membezakan
antara orang yang patut dengan ilmu itu, dan tiada yang patut dengan

Syarh Al-Hikam 93
dia, dan terkadang adalah bagiseseorang ilmu yang tertentu dengan
dia.
Maka apabila menyatakan ia akan dia dengan ilmu lainnya
niscaya mem[b]eri mudarat ia akan dia seperti mem[b]eri makanan
//96// yang tiada munasabah ia dengan yang memakan dia dan jika
beroleh manfaat yang menyebutkanilmu itu dengan dia, maka tiada
dibilangkan akan dia maka seyokyanyalah menyebutkan ilmu itu
manfaat kepada yang menyebutkan dia dan kepada yang disebutkan
ilmu itu baginya. Maka ketiadaan membezakan antara segala ma’lumat
padanya itu pada menybutkan dia tanda daripada ada bebalnya.
Firman Allah taala yang dihikayatkan daripada kata nabi Musa ‘alayhi
al-salȃam a’ȗdhu bi-Allah an akȗna min al-jȃhilîn. Berlindung aku
dengan Allah daripada keadaanku daripada segala mereka yang bebal.

‫ّاس ال رَغَ ُغ ٓب‬َ ‫ اُذ‬ِٙ ‫َ ِز‬ٛ َّٕ َ ‫َٖ ؛ أل‬٤ِ٘ٓ ْ‫ اُ ُٔإ‬ِٙ ‫ضاء ِػجب ِد‬
ِ ‫خ َشح َ َٓ َؾ ّالً ُِ َغ‬٥‫ا‬ ِ ‫ّاس‬ َ ‫ئَّٗٔب َعؼَ ََ اُذ‬
.‫ب‬َُٜ ‫داس ال ثَوب َء‬ ٍ ٢‫ ْْ ك‬ُٜ َ٣‫ُغبص‬ِ ٣ ٕ‫أ‬ ْ ْٖ ‫ػ‬ َ ‫ُ أ َ َع ََّ أ َ ْه‬ََّٚٗ‫ ِأل‬َٝ .ْْ ُٜ َ٤‫ُ ْؼ ِط‬٣ ٕ‫أ‬
َ ْْ ُٛ ‫ذاس‬ ْ ُ‫ذ‬٣‫ُش‬٣

Hanya sanya menjadikan Ia akan negri akhirat tempat bagimembalas


segala hambaNya yang mukmin karena bahwasanya negri ini tiada
meloloskan akan abarang yang dikehendaki-Nya mem[b]erikan Dia
kepada mereka itu dan karena bahwasanya ia me[nye]barkan akan
pada mereka itu daripada bawa dibalasnya akan merek itu pada negri
yang tiada kekal baginya sekali-kali.

Dan hanya sanya dijadikan Allah taala balas segala hambaNya


yang mukmin dalam negri akhirat pada barang yang nyata bagikita
karena dua wajah, satu wajah bahwa dunia ini tiada meloloskan
barang yang hendak diberikan kepada mereka itu daripada berbagai-
bagai nikmat dalamnya dengan tiada terbilang, karena dunia ini
pondok mesapihnya lagi pijak pauknya. Dan firman Allah taala bag
itiap-tiap seorang daripada mukmin dalam negri akhirat pada kerjaan
tiap-tiap seorang daripada mereka itu tujuh ratus tahun perjalanan
seperti yang datang dalam hadis mak ini bagi mukmin yang ‘ȃm. Maka
apa sangkamu pemberi-Nya bagi segala hamba yang khas daripa
auliya dan anbiya. Dan lagi dunia ini dipakaian dengan jahat dan
kurang dan keji dan buruk. Dan segala perkara yang beroleh nikmat
dengan dia segala isi surga segala perkara yang mulia lagi baik lagi

94 Syekh Burhanuddin Ulakan


indah lagi tertinggi lagi terkeatas pangkatnya maka tiap diberi Allah
taala segala perkara yang mulia dalam negri yang hina dengan tiada
//97// munasabah antar keduanya seperti yang datang dalam khair.
Wa-in mawdhi’a sawthin fî al-jannah khayrun min al-dunya wa mȃ fîhȃ
fa-in nuwira sawȃr hawr yathmas nȗr al-syams. Bahwasanya tempat
janah dalam surga terlebih baik daripada dunia dan barang dalamnya
dan bahwasanya cahaya gelang bedaya dari mehanguskan akan
cahaya matahari.
Dan firman Allah taala fa-lȃta’lamu nafsun mȃ ukhfiya lahum min
quwah a’yun juzan bi-mȃ kȃnȗ ya’malȗn. maka tiada mengetahui nafsu
akan yang dibunyikan daripada cahaya mata akan balas dengan
barang yang ada mereka itu mengamalkan. Dan sabda Nabi sallȃ Allȃh
‘alayhi wa sallam pada barang yang dicitrakan daripada Tuhannya
‘azza wa jalla a’dadtu li-‘ibȃdî al-shȃlihîn mȃlan ‘aynun rȃtin wa lȃ
adzan sami’tu wa lȃ khashlu ‘alȃ qalbi basyarin. Ku sanggrahkan bagi
hamba -Ku yang saleh yang tiada mata melihat dia dan tiada telinga
mendengar dan tiada terlintas atas hati manusia. Dan kedua wajah
bahwasanya Allah taala membesarkan akan qadar segala hambaNya
yang mukmin.
Maka tiada dimenjadikan ia bagimereka itu balas atas taat
mereka itu dalam negri yang lenyap yang lari lagi putus karena
bahwasanya tiap-tiap yang lenyap dan jika lama masanya sekalipun
seolah2 tiada ia sekali-kali dengan menilik kepada lenyap. Tetapi
meberikan ia akan mereka itu bersukaan dalam nikmat dan
berkelamân yang sentias nikmatnya dan lezatnya dan kesukaannya
tiada berputus dalam kerajaan yang berdiri selamanya dengan
karunia Allah taala dan rahmatNya bagi segala hambaNya yang saleh.

.ً‫ٍ آعال‬ٞ‫ج‬ َ ٌَ ٤َُ‫ د‬َٞ ُٜ َ‫ػبعالً ك‬


ِ َ‫ ِد اُو‬ٞ‫ع‬ُٝ ٠ِ‫ػ‬ َ َ ‫ َعذ َ ص َ َٔ َشح‬َٝ ْٖ َٓ
ِ ِٚ ِِ َٔ ‫ػ‬

Barang siapa mendapat buah amalnya hal keadaannya besegera, maka


ia menancapkan atas diperoleh kabul.

Bermula buah amal itu didapat sedap pada mengerjakan dia dan
nikmat dengan dia. Dan teraup bahwa hanya pada kebanyakan segala
amal dengan mengakal atas nya dalam ketika kemudahan dan
kesukaran. Kata setengah ‘arif tiada suatu daripada amal yang baik

Syarh Al-Hikam 95
melainkan pada pihak-Nya //98// kesakitan yang berkehendak orang
yang beramal kepada sabar dalamnya. Maka barang siapa sabar atas
kesakitannya sanya membawa ia kepada senang dan mudah. Dan
hanya sanya yang sakit itu memerangi nafsu, maka kemudiannya
menyalahi hawa.
Maka menyakiti akan nafsu itu pada meninggalkan dunia, maka
meninggalkan yang lezat pada nafsu dan nikmatnya. Kata setengah
sufi kesakitan akan diriku mem[b]aca qur’an dan mengakali pada
mem[b]aca dia dua puluh tahun dan ku peroleh nikmatnya dan
manisnya dua puluh tahun. Dan kata setengah kusakit akan diriku
dengan jaga pada malam pada buat taat dua puluh tahun dan
kuperoleh sedapnya dan maisnya dua puluh tahun. Dan kata setengah
ulama adalah aku membaca qur’an maka tiada aku mendapat baginya
manis hingga membaca aku akan dia seolah2 aku men[d]engar akan
dia daripada Rasulullah sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam membaca ia akan
dia atas segala sahabatnya, maka naik aku kepada satu maqam yang di
atas nya dan adalah aku membaca akan dia seolah2 aku mendengar
akan dia daripada Jibril ‘alayhi al-salȃm mengkhabarkan dia atas
Rasulullah sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam kemudian maka didatangkan
Allah taala akan maqam yang lain maka tiba2 sekarang aku
mendengar akan dia daripada yang berkata dengan dia yaitu Haq
subhanahuu wa taala, maka pada maqam yang lain itu mendapat aku
baginya sedap dan nikmat yang tiada dapat aku dapat aku
mensabarkan akan diriku daripada nya.
Dan barang yang disebutkan oleh segala mashȃykh daripada
manis amal dan nikmat-Nya hanya sanya ia buah segala amal yang
sahih yang kepada wajah Allah lagi sejahtera daripadanya dan da’wî.
Dan setengah kata Masyayikh apabila benar hamba pada amal
mendapat ia akan manisnya hawul daripada mengerjakan dia. Dan
apabila ikhlas hamba dalamnya mendapat ia akan manisnya pada
waktu mengerjakan dia. Bermula segala amal yang disifatkan dengan
halȃwah dan nikmat dan lezat dengan sebab sidiqnya dan ikhlasnya
diterima ia //99// bi-fadli Allȃh ta‘âla. Datang dalam khabar lȃ
yataqabbala Allȃh min sam’in wa lȃ murȃin. Tiada menerima Allah
taala daripada orang yang sam’ah dan tiada daripada orang yang ria
menunjukkan akan salahnya karena amal yang salim daripada ria dan
sam’ah diterima ia.

96 Syekh Burhanuddin Ulakan


Firman Allah inna-mȃ yataqabbal Allȃh min al-muttaqîn. Sanya
diterimakan Allah daripada segala mereka yang takut. Dan qabul Allah
taala akan amal hambaNya dan rida-Nya dengan dia yaitu balas di
akhirat pula bi-fadli Allȃh taala wa karamahu. Maka kata setengah sufi
tiap-tiap amal yang tiada pahalanya dalam dunia tiada baginya balas
dalam akhirat. Dan kata Hasan radi Allȃh ‘anhu kehilangan kamu akan
manis dalam tiga bagiamal maka jika kamu dapat akan manis itu maka
pusaka diri kamu dan sampai kamu kepada qasad kamu. Yaitu akan
qabul amal dan jika tiada dapat kamu akan manis itu maka ketahui
oleh kamu bahwasanya pintu qabul dikuncikan. Satu tatkala membaca
qur’an dan kedua tatkala zikir dan ketiga tatkala dalam sujud. Dan
menambah lainnya atas tiga itu dan keempat tatkal bersedekah dan
kelima tatkala jaga pada akhir malam daripada tidur serta taat
dalamnya. Dan kata orang pada firman Allah taala wa li-man khȃfa
maqȃma rabbuhu jannatȃn. Barang siapa yang takut akan maqam
Tuhannya dua surga. Kata hasan satu surga yang disegerakan dan
yaitu manis taat dan sedap munajat dan sedap berjenakaan dan segala
bagi kasyaf dan kedua surga yang dilambatkan yaitu dikabulkan akan
segala yang dibalaskan dan tinggi derajat.

ُ ْٗ ‫ُ كب‬َٙ‫ف هَذْ َس َى ِػ ْ٘ذ‬


. ‫ َٔ َي‬٤‫ُو‬٣ ‫ ٓبرا‬٢‫ظ ْش ك‬ ْ ‫د‬
َ ‫إٔ ر َ ْؼ ِش‬ َ ْ‫ئرا أ َ َسد‬

Apabila berkehendak engkau akan mengenal qadarmu pada Nya maka


tilik oleh mu pada apa yang didirikan-Nya akan dikau, inilah neraca
timbangan yang sahih.

Sabda Rasulullah sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam man arȃda an


ya’lama manzilatahu ‘inda Allȃh falyanzhur kayfa manzilah Allȃh fî
qalbihi fa-inna Allah ‘azza wa jalla yanzil al-‘abda ‘indahu bi-haytsu
//100//Anzalahu al-‘abdu min nafsihi. Barang siapa menghendaki ia
akan mengetahui tempatnya pada Allah, maka hendak menilik ia
betapa tempat Allah taala dalam hatinya, maka bahwasanya Allah azza
wa jalla menempatkan ia akan hamba padanya dengan sekira-kira
menempatkan dia hamba itu daripada dirinya. Dan apabila ada hamba
menilik akan Tuhannya memuliakan dia dan menilik ia kepada segala
yang dihormati Allah membesarkan dia dan kepada yang dikasihinya
dan kepada yang dikeridainya menyegerakan dia.

Syarh Al-Hikam 97
Adalah Allah azza wa jalla baginya dalam akhiratnya kepada
mukanya memuliakan dan kepada pekerjaan hamba membesarkan
dan kepada tempat kemuliaan hamba itu daripada nikmat yang tetap
menyegerakan. Apabila ada hamba dengan haq Tuhannya
memudahkan dan dengan suruhnya mehinakan dan bagi segala
agamanya menghuumkan, adalah Allah azza wa jalla baginya
mehinakan dan dengan pekerjaan hamba memudahkan dan kepada
yang dikebencinya daripada azab yang pedih menyegerakan pada
hamba itu.
Mengata dia Syekh Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu dan adalah
setengah sufi mengaji ia dalam setengah kitab maka didapatnya
dalamnya firman Allah hai anak ‘adam ... engkau akan daku pada
barang yang kusuruhkan engkau dan jangan beritahu akan daku
barang yang ... akan daku karena bahwasanya aku mengetahui dengan
sekalian makhlukku, hanya sanya ku muliakan akan barang siapa yang
memuliakan ia akan daku dan ku hinakan barang siapa yang hina
atasnya suruhku, tiada menilik aku pada hak hambaku hingga menilik
hambaku pada hakku, maka lazim atasmu hai nafsu membesarkan dan
memuliakan Haq taala dan segala suruhnya dan segala tegahnya pada
zahirmu dan batinmu, mudah-mudahan Allah taala dengan fadhalnya
berbuat bagimu seperti yang demikian itu.

َ ‫ُ هَذْ أ َ ْعجَ َؾ‬َّٚٗ‫ب كَب ْػَِ ْْ أ‬ْٜ٘ ‫ػ‬


ً ‫ِشح‬ٛ‫ُ ظب‬َٚٔ َ‫ َْي ِٗؼ‬٤َِ‫ػ‬ َ ِٚ ‫ ِث‬٠٘‫اُ ِـ‬َٝ َ‫ػخ‬ ّ ‫ َسصَ هَ َي‬٠‫َٓز‬
َ ‫اُطب‬
.ً‫ثبهَ٘خ‬
ِ َٝ

Manakala menkeruhkan ia akan dikau akan taat dan akan kaya dengan
dia daripadanya //101// maka ketahui olehmu bahwasanya ia
menyempurnakan atasmu segala nikmatnya, hal keadaannya zahir dan
batin.

Maka yang dituntut daripada hamba dua perkara, satu


mendirikan amar Haq taala pada zahir seperti yang berlaku dengan
syara’, dan kedua bergantung pada Allah taala pada batin dan
bergantung batin dengan dia, yaitu kaya hamba dengan Allah daripada
lainnya. Maka apabila diberikan Allah taala akan hamba dua pekerjaan
ini, maka sinya menyempurnakanlah ia atasnya akan nikmatnya itu
pada zahir dan batin, dan gigit olehmu hai nafsu dengan taring gigimu

98 Syekh Burhanuddin Ulakan


akan dua pekerjaan ini, supaya masuk engkau dalam jumlah tekalaku
yang kamil mereka itu biidznillâhi taala wa taufiqihi, dan jika kau
ambil satu dari keduanya dan kau tinggalkan satu, niscaya jadilah
engkau daripada jenis orang yang naaqish lagi rugi, dan peliharakan
dirimu dengan mengambil keduanya itu daripada rugi dan sampailah
engkau dengan keduanya kepada kesudahan angan-angan dan
kehendak.

.‫ُ ِٓ ْ٘ َي‬ُٚ‫ هب ُِج‬َٞ ُٛ ‫ُ ٓب‬ْٚ٘ ِٓ ُُٚ‫ش ٓب ر َْطُِج‬٤‫خ‬


ُ

Sebaik-baik yang kau tuntut akan dia daripadanya barang yang ia


tuntut dari padamu.

Maka jika tedapat tiada daripada menuntut, maka tuntutlah


olehmu daripadanya akan yang ia menuntut dia dari padamu, yaitu
daripada tetap atas jalan berhambakan dirimu kepada hadiratnya,
maka itulah yang terbaik bagimu daripada tuntutmu daripadanya
akan segala bahagianmu dan segala kehendakmu, karena bahwasanya
engkau ketika itu adalah engkau dengan dia dan baginya dan
menyampaikan ia akan tuntutmu itu hal keadaannya besegera
daripada tiada terlambat. Dan adapun jika kau tuntut daripadanya
bahagian nafsumu dan beroleh kehendakmu, maka terkadang hasil
dalam demikian itu terlambat tuntutmu dan ditegahkan serta luput
akan dikau ketika itu daripada husn al-adab dalam tuntutmu itu.
Dihikayatkan daripada ia Al-Hasan Al-Dilma radhiyallahu ‘anhu
bahwasanya ia berkata, disifatkan bagiku dalam negeri Inthaakiyyah
seorang insan yang hitam, berkata ia atas hati maka bersenghaja akan
dia //102//Maka tatkala melihat aku akan dia, melihat aku sertanya
akan sesuatu daripada benda yang mubah menghada aku ia akan
menjualkan dia, maka menawar aku akan dia berkata aku baginya,
berapa berjual engkau akan ini, maka menilik ia kepadaku maka
berkata ia duduk engkau, maka bahwasanya engkau lapar daripada
masa dua hari, hingga apabila menjualkan aku akan ini, mem[b]eri aku
akan dikau sesuatu daripada harganya maka lari aku kepada yang
lainnya dan melalaikan aku daripadanya seolah-olah aku tiada
menengarkan katanya, dan menawar aku akan yang lainnya yang ada
ia hampir di hadapannya, kemudian kembali aku kepadanya dan

Syarh Al-Hikam 99
berkata aku baginya berapa menjualkan engkau akan ini, maka
manakala ia kepadaku dan berkata ia duduk engkau.
Maka bahwasanya engkau lapar daripada masa dua hari, hingga
apabila menjualkan aku akan ini mem[b]eri aku akan dikau
daripadanya sesuatu, maka jatuhlah atas hatiku takut, maka tatkala
menjual ia akan itu maka mem[b]erilah ia akan daku sesuatu dan
berjalanlah ia, maka berjalan aku di belakangnya, mudah-mudahan
beroleh faedah aku daripadanya sesuatu, maka berpaling ia kepadaku
dan berkata ia apabila datang bagimu satu hajat maka dirikan olehmu
akan dia dengan Allah melainkan bahwa ada bagimu bahagian
dalamnya maka terdinding engkau daripada Allah.

ِ ِ‫د اال ْؿز‬


.‫شاس‬ َ ْٖ ِٓ ‫ب‬ْٜ٤َُ‫ك ئ‬ٜٞ
ِ ‫ػالٓب‬ ِ ّ ٕ‫ذا‬
ُُّ٘‫اُطبػ ِخ َٓ َغ ػَذَ ِّ ا‬ ِ ‫ كُ ْو‬٠ِ‫ػ‬
َ ُٕ ‫اُ ُؾ ْض‬

Duka di atas ketiadaan taat serta ketiadaan bangkit kepadanya


daripada tanda teperdaya.

Maka inilah duka yang dusta yang ada daripadanya tangan yang
dusta pula, maka sebab itulah ia akan alamat teperdaya, dan jikalau
ada singgah kata itu, seniscaya bangkitlah ia kepada taat dengan
berdapat yang telah luput ia daripadanya, dan menyesallah ia atas
meninggalkan dia dengan minta ampun daripada Tuhan bersifat
ghafurun rahiim, dan ditinggalkannya akan kerja bahagian nafsunya
supaya sempurna bangkitnya kepada taat dengan bersinggah-singgah.
Dan jangan kau lemahkan dirimu //103// hai yang ketiadaan taat
daripada berbangkit kepadanya dengan sikap dan birahi beratnya
supaya lepas engkau daripada hutang yang lazim dan yang wajib
membayar dia sebelum matimu, dan jika mati engkau sebelum
terbayar hutang yang lazim itu, maka adalah engkau dalam musibah
Allah taala, jika dikehendakinya disiksanya engkau dengan sekira-kira
dosamu dengan tiada aniaya daripadanya, dan jika dikehendakinya
dimâfkan engkau dengan fadhalnya dan kiramnya daripada pihak
menutup segala kejahatan dan meninggalkan menghalau sedia dan
menyampaikan dikau kepada maqam yang rafî’.

100 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫ف َٓ ْٖ ال‬
ُ ‫اُؼبس‬
ِ َ ‫ ِٓ ْٖ ِئ‬ِٚ ٤ْ َُ‫ة ئ‬
َِ َ‫ ث‬.ِٚ ِ‫ؽبسر‬ َ َ ‫ َعذَ اُ َؾ َّن أ‬َٝ ‫ؽبس‬
َ ‫هش‬ َ َ ‫ف َٓ ْٖ ئرا أ‬ ُ ‫اُؼبس‬
ِ ‫ٓب‬
.ِٙ ‫ ِد‬ٜٞ‫ؽ‬ُ ٢‫ ك‬ِٚ ِ‫ائ‬ٞ‫ا ْٗ ِط‬َٝ ِٙ ‫ ِد‬ٞ‫ع‬ُٝ ٢‫ ك‬ِٚ ِ‫ ُِلَ٘بئ‬،َُُٚ َ ‫ؽبسح‬
َ ِ‫ئ‬

Tiada arif barang siapa apabila bersyarat ia didapatnya akan Haq


taala terlebih hampir kepadanya daripada isyaratnya, tetapi yang arif
yang tiada isyarat baginya karena fananya dalam wujudnya dan
karamnya dalam syuhudnya.

Maka orang yang meisyaratkan kepada Allah taala lagi


meingatkan ia bagi isyaratnya dan jika mendapat ia akan Allah taala
terlebih hampir kepadanya daripada isyaratnya sekalipun tiada arif ia
atas tahkik, karena bahwasanya ia dengan sifat tafarruquhu dengan
pandangnya kepada segala aghyâr, tetapi orang yang arif yang fana
dalam wujudnya yang terbungkus dari syuhudnya yang lenyap ia
daripada isyarat dan daripada yang meisyaratkan dan daripada yang
diisyaratkan dengan dia, artinya tiada arif yang kamil pada hakikat
barang siapa yang apabila berisyarat ia kepada satu makna daripada
Haq taala daripada isim atau sifat seperti Jalil atau Jalal dan Jamal,
mendapat ia akan Haq taala dengan makna ini yang diisyaratkan
makna itu kepada Haq taala dalam hatinya terlebih hampir kepadanya
daripada wujud isyaratnya dengan sekira-kira tiada berpaling ia
kepadanya dan tiada berpegang ke atasnya.
Bermula manusia tiga bahagi, yang pertama laki-laki yang
meisyaratkan ia akan dhamirnya kepada makna dari sifat Jalâl maka
berlaku tiliknya atas kira-kira//104//Isyarat dhamirnya dan
demikian kerjanya engkau lihatlah ia takut lagi gentar karena
berpegang dengan daku, dan ngeri sama ada syuhudnya dan
berwasithah seperti naar-ku upamanya ata tiada berwasithah yang
kedua laki-laki yang meisyaratkan ia akan dhamirnya kepada makna
dari sifat Jamâl, maka baru lagi tiliknya atas kira-kira isyaratnya dan
baru lagi kerjanya atas halnya itu maka engkau lihat akan dia harap
karena berpegang dengan suka dengan Tuhannya dan menuntut
keridaannya sama ada ia syuhudnya akan sebab yang menyampaikan
seperti syirik atau tiada. Yang ketiga laki-laki yang berhenti
dhamirnya pada hamparan Kamâl dengan tiada melebihkan ia akan
satu pihak atau satu wajah daripada segala wajah dan tiada cenderung
ia kepadanya karena tahaqquqnya dengan sifat Kamâl dan ini yaitu

Syarh Al-Hikam 101


orang yang fana yang tiada isyarat baginya sekali-kali dan yaitu arif
yang kamil atas hakikat dan tahkik kata pada isyarat itu hanya sanya
ia keadaan hamba bergantung dengan satu bagi dari segala bagi dari
segala bagian isim dan sifat.
Hingga adalah segala ihwalnya semuanya berlaku atas yang
menghendaki bagi isim itu atau bagi sifat akan hal dan amal dan pula
maka nyata segala hukum isim atau sifat itu pada segala amal hamba,
hingga faham hamba itu daripada Tuhannya Haq subhanahu wa taala
pada tiap-tiap wiridnya dan yang terbit daripadanya dan tahu ia
dengan dia pada tiap-tiap hal daripadanya, maka barang siapa ada
isyaratnya kepada sifat Kiram Haq taala dan fadhalnya atau kepada
lawannya itu, maka segala amalnya atas segala bagi daripada harap
atau takut serta yang satu bagi itu bergantung ia kepada Allah taala,
dan barang siapa ada isyaratnya kepada Karim wujud dalam nikmat,
maka segala amalnya atas segala bagi daripada syukur dan
berselendang dengan wajah yang memandang ia dalamnya akan
nikmat itu bagi//105//Tuhannya dan arif yang kamil hambanya di
balik yang demikian itu karena tiap-tiap sesuatu padanya hapus pada
pihak Tuhannya, maka tiada terhenti halnya atas satu isim dan tiada
atas satu sifat dan tiada lain dari demikian itu.

mâ fa’arânahu ‘amalun wa illâ fahuwa umniyyatun. Harap itu


barang yang menyertai dia amal, dan jika tidak maka yaitu dusta.
Bermula harap itu satu maqam yang mana daripada segala maqam
yaqiin yaitu memangkitkan ia atas bersinggah-singgah pada sekalian
amal seperti daku tatkala ketiadaan amal, karena bahwasanya barang
siapa meharap ia akan sesuatu menuntut ia akan dia. Dan barang siapa
takut daripada kejahatan sesuatu lari ia daripadanya dan harap yang
dusta yang teperdaya yang empunya dia daripada beramal dan yang
berani ia atas maksiat maka bukan ini harap pada segala ulama dan
tetapi ia angan-angan yang dusta dan teperdaya daripada tiada
beserta dengan amal.
Dan telah dicela Allah taala akan kaum yang harap mereka itu
dengan tiada amal dan menggali atas kasih akan dunia dan rida
dengan dia dan angan-angan mereka itu akan ampun daripada Allah
taala akan maksiat dia, maka firman Allah taala pada menyatakan jalla
mereka itu fa khulwun min ba’dihim khulwun waratsuu al-kitaaba

102 Syekh Burhanuddin Ulakan


ya’khudzuuna ‘aradhun haadzaa al-adnaa wa sayaquuluuna sayaghfir
lanaa. Maka bersalahan kemudian mereka itu khulwun, artinya kaum
yang mewaris mereka itu akan kitab dan diambil mereka itu akan mati
banding kurang ini dan berkata mereka itu lagi akan diampun bagi
kami. Kata Ma’ruf Al-Karakhiy radhiyallahu ‘anhu, menuntut syirik
akan tiada amal satu dosa daripada segala dosa dan harap akan
syafaat denga tiada sebab satu bagi daripada teperdaya, dan harap
akan rahmat barang siapa tiada ... ... dan kurang akal.
Dan dalam hadits daripada Nabi shallallâhu ‘alayhi wasallam
bahwasanya ia bersabda Alkaysu man daana nafsahu //106// wa
‘amalun lima ba’da al-mauti wa al-faajiru man ittaba’a nafsahu wa
hawaaha wa tsamaniyun amâniyyun. Orang yang cerdik barang siapa
mengira ia akan dirinya dan berbuat amal ia karena yang kemudian
daripada mati, dan orang yang fajir barang siapa mengikut ia akan
nafsunya dan akan hawanya dan meangan-angan ia atas Allah atas
segala yang diangan-angannya. Dan kata Hasan radhiyallâhu ‘anhu
bahwasanya satu kaum melalaikan mereka itu meangan-angan akan
empunya hingga keluar mereka itu daripada dunia dan tiada bagi
mereka itu satu kebajikan jua pun, berkata seseorang mereka itu,
berbaik aku akan zhann-ku dengan dengan Tuhanku padahal ia dusta,
dan jika ada ia membaik zhann-nya akan Tuhannya sinya membaik ia
akan amal dan memaca ia akan firman Allah taala azza wa jalla
dzaalikum zhannukum alladzii zhanantum birabbikum ardan bikum
fa’asbahtum min al-khaasiriin. Demikianlah zhann kamu yang
menzhann-kan kamu akan Tuhan kamu, menjahatkan ia akan kamu,
maka jadilah kamu daripada segala mereka yang merugi.

.‫َّ ِخ‬٤‫ ِث‬ٞ‫اُشث‬


ُّ ‫م‬ِ ٞ‫ب ُّ ِث ُؾو‬٤‫اُ ِو‬َٝ ‫َّ ِخ‬٣‫ ِد‬ٞ‫ اُؼُج‬٢‫قذْ ُم ك‬
ّ ِ ُ‫ ا‬٠ُ‫َٖ َِٖٓ هللاِ ر َؼب‬٤‫اُؼبسك‬
ِ ‫ت‬ ْ َٓ
ُ َِ‫ط‬

Dituntut segala mereka itu yang arif daripada Allah akan benar pada
martabat kehambaan dan akan berdiri dengan segala haq martabat
ketuhanan.

Artinya dituntut segala arif daripada Tuhan mereka itu akan


tertinggi daripada yang dituntut lain daripada mereka itu daripada
mereka yang abid dan zahid dan ‘aalim, karena yang dituntut segala
arif hanya sinya ia shiddiq pada ubudiahdan berdiri dengan segala haq

Syarh Al-Hikam 103


rububiyyah jua hanyalah daripada tiada memelihara bahagian nafsu
mereka itu, dan tiada kekal mereka itu serta nafsu mereka itu. Dan
segala yang lain daripada mereka itu tiada mencarikan mereka itu
akan sekalian nafsu dan sekalian kehendaknya dalam tuntut mereka
itu, sebab itulah tuntut segala arif tertinggi martabatnya dan terbesar
daripada tuntut yang lain daripada mereka itu, karena segal arif
terangkat tutup daripada mereka itu //107// Hingga menilik mereka
itu akan Tuhan mereka itu dengan sentiasa hadir hati mereka itu
sertanya. Dan segala mereka yang lain daripada arif tiada terangkat
tutup daripada mereka itu tetapi segala yang lain daripada mereka itu
sentiasa mahjub serta Allah taala dengan nafsu yang menegahkan ia
akan sentiasa hudhur serta Allah taala.

َ َ ‫أ‬َٝ ،‫ْو‬
‫خش َع َي‬ ِ ‫َزْ ُشً ََي َٓ َغ اُجَغ‬٣ ‫ ال‬٢ َ َ‫هَج‬َٝ ،‫ْل‬
ْ ًَ ‫ن َي‬ ِ ‫َ َي َٓ َغ اُوَج‬٤‫ُ ْج ِو‬٣ ‫ ال‬٢ َ ‫غ‬
ْ ًَ ‫ط َي‬ َ َ‫ث‬
.َُٚٗٝ‫ءٍ د‬٢ْ ‫ؾ‬ َ ُِ ٌََٕٞ‫ ال ر‬٢ْ ًَ ‫ٔب‬ُٜ ْ٘ ‫ػ‬
َ
Meluaskan ia akan dikau supaya tiada meninggalkan ia akan dikau
serta pijak, dan memijakkan ia akan dikau supaya tiada mem[b]erikan
ia akan dikau serta keluasan, dan mengeluarkan ia akan dikau
daripada keduanya supaya tiada ada engkau hamba bagi sesuatu yang
lainnya.

Ketahui olehmu bahwasanya Haq taala terkadang meluaskan ia


akan pemberiannya kepada hambanya karena jangan keadaannya
dalam pijak, maka jadilah ia dalam kesakitan dan kesukaran hingga
jadilah taatnya berkurang sebab pijak itu. Dan terkadang memijakkan
ia akan pemberiannya bagi hambanya karena jangan ia dalam
keluasan, maka jadilah ia dengan sebab itu sesat dan durhaka kepada
Allah. Firman Allah taala wa law basatha Allahu al-rizqa li ‘ibaadihi fi
al-ardhi labaghaw. Dan jikalau diluaskan Allah akan rezeki bagi
sekalian hambanya dalam bumi, sesungguhnya sesat mereka itu. Dan
terkadang mengeluarkan ia daripada hambanya daripada keduanya
supaya tiada jadi ia hamba bagi lainnya, maka Allah taala tiada rida
daripada keadaan hamba itu hamba lainnya.
Dan ketahui olehmu akan hal hati, adakalanya pijak dan
adakalanya luas, dan keduanya ini yang beroleh perangai segala arif
billah dengan keduanya itu, maka adalah keduanya dua sifat yang

104 Syekh Burhanuddin Ulakan


kurang keduanya dengan menilik kepada yang diatas keduanya yaitu
yang tiada beroleh perangai segala arif dengan keduanya itu, maka arif
yang tiada beroleh perangainya dengan keduanya itu, maka itu arif
yang dikeluarkan Haq taala daripada //108//qabadh dan basithah.

ِ َ‫ ِد األَد‬ٝ‫ ُؽذ‬٠ِ‫ػ‬
٢‫ة ك‬ َ ‫ق‬
ُ ‫َ ِو‬٣ ‫ال‬َٝ ،‫ا‬ٞ‫ن‬ ُ َٞ ‫ا أ َ ْخ‬ٞ‫َٕ ئِرا ثُغِط‬ٞ‫اُؼبسك‬
ُ ِ‫ ْْ ئِرا هُج‬ُٜ ْ٘ ِٓ ‫ف‬ ِ
.ٌَ ٤َِ‫ْو ئال ه‬
ِ ‫اُجَغ‬

Segala mereka yang arif apabila diluaskan mereka itu, terlebih takut
mereka itu daripada takut mereka itu apabila dipijakkan dan tiada
berdiri atas segala had adab pada masa keluasan melainkan sedikit.

Hanya sanya tersangat takut arif pada masa keluasan selama


tiada tersangat ia pula pada masa kepijakan daripada pihak
munasabah ia dengan hawa nafsu yang membawa ia akan durhakanya.
Firman Allah taala wa law basatha Allahu al-rizqa li ‘ibâdihi fî al-ardhi
labaghaw. Bersalahan kepijakan maka tiada munasabah ia dengan
hawa nafsu maka ada takutnya pada masa pijak terkurung daripada
pihak takut kembali mereka itu kepada diri mereka itu tiada kepada
Allah dan daripada pihak dirasa mereka itu bagi makanan nafsu
mereka itu yang membawa keduanya itu kepada tertolak daripada
pintu Haq taala dan terjauh daripada hadiratnya.
Dan telah menyuruh Yusuf bin Husain kepada Junaid
radhiyallâhu ‘anhumâ [bahwa]sanya merasakan Allah taala akan dikau
makanan nafsumu maka bahwasanya engkau jika kau rasa akan dia
tiadalah engkau merasa kemudiannya kebajikan dan lazim olehmu
akan adab dan sentiasa memijakkan nafsu dan mematahkan dia, dan
yang demikian itu pekerjaan yang sukar dalam hal ini, dan kata
setengah sufi keluasan itu menggelincirkan akan segala tapak laki-laki
maka sebab itu menakuti mereka itu akan dia dan kesakitan mereka
itu dengan dia dan pijak terlebih hampir kepada mendapat sejahtera
agama dalamnya karena tiada dalamnya bahagian nafsu yang
terdinding ia dengan dia.

.ِٚ ٤ِ ‫ْل ال َؽعّ َُِّ٘ ْل ِظ ك‬


ُ ‫اُوَج‬َٝ ،‫ػ‬ َّ ‫ُ َؽ‬ْٚ٘ ِٓ ‫ظ‬
ِ ‫ ِد اُلَ َش‬ٞ‫ع‬ٞ‫ب ِث‬ٜ‫ظ‬ ُ ‫اُجَ ْغ‬
ُ ‫و رأ ُخزُ اَُّ٘ ْل‬

Syarh Al-Hikam 105


Keluasan itu mengambil nafsu daripadanya akan bahagiannya dengan
mendapat //109// Kesukaran dan kepicikan, tiada bahagian bagi nafsu
dalamnya.

Dalam kata ini isyarat kepada yang dahulu daripada bahwasanya


memelihara adab pada masa keluasan pekerjaan yang sukar, dan
sukarnya itu karena bahwasanya di dalam basath itu didapat perlihat
nafsu, maka lancarlah atas suka dengan demikian itu, maka tiada
terhinggakan sukanya itu hingga jatuh ia dalam suu’ al-adab. Dan
qabadh tiada dalamnya bahagian nafsu, maka sebab itulah adalah
qabadh itu mensejahterakan agama. Orang yang qabadh kata Ali Al-
Diqaaq radhiyallâhu ‘anhu, qabadh itu haq Allah taala dari padamu.
Dan basath bahagian hamba dan sinya keadaanmu dengan haq nya
yang dari padamu terlebih sempurna daripada keadaanmu dengan
bahagianmu yang daripadanya.
Dan setengah daripada ulama sufi, Syekh Abu Al-Hasan
radhiyallâhu ‘anhu dan adalah katanya terlebih melengkap pada adab
keduanya daripada kata yang lainnya daripada segala imam sufi, maka
Abu Al-Hasan radhiyallâhu ‘anhu bermula qabadh dan basath
terkurung suu’ nya hamba daripada keduanya, dan keduanya itu
berganti-ganti keduanya seperti berganti-ganti malam dan siang, dan
Allah taala meridakan dari padamu akan ubudiahdalam keduanya
maka barang siapa ada waktunya qabadh maka tiada suu’ nya ia
daripada tahu akan sebabnya atau tiada mengetahui ia akan dia, dan
segala sebab qabadh itu tiga bagi satu dosa yang kau perbuat akan dia.
Dan kedua dunia yang hilang ia dari padamu atau kurang ia bagimu.
Dan ketika zhalim yang menyakiti ia akan dikau kepada kamu
yang lain dan lain daripada itu, maka apabila datang atasmu qabadh
daripada salah satu dari segala sebab ini, maka ubudiahdalamnya
kembali engkau kepada ilmu dengan mengamalkan dia seperti yang
disuruhkan Allah akan dikau dengan dia. Adapun adab dalam dosa
yang kau perbuat maka//110// Maka tobat daripadanya dan kembali
kepada taat dan menyesal daripada dosa itu dan menuntut
mengembalikan hak manusia. Dan adapun adab pada yang hilang
dunia dari padamu atau kurungnya maka dengan taslim kepada Allah
dan rida daripadanya dan menuntut pahala dengan tiada kasih dan
dengan tiada percintanya hingga terdinding daripada Allah taala.

106 Syekh Burhanuddin Ulakan


Dan adapun adab pada yang menyakiti akan dikau dengan dia
orang yang zhalim maka dengan sabar dan menanggung dia dan
ketakuti olehmu akan meniaya engkau akan dirimu dengan tiada
sabar pada masa aniaya itu maka berhimpun atasmu dua aniaya satu
niaya yang lainmu bagimu dan kedua aniayamu akan dirimu. Maka
jika kau perbuat akan barang yang lazim engkau dengan dia daripada
sabar dan menanggung sinya datang akan dikau keluasan hati hingga
kau maafkan daripada yang zhalim itu dan berpaling engkau daripada
membalas dia dan terkadang datang akan dikau daripada nur rida
barang yang kau beri rahmat dengan dia akan yang menganiaya dikau
maka itulah derajat segala shiddiiqiin dan segala mereka yang kasih
dan tawakkal engkau atas Allah, anna Allâha yuhibbu al-mutawakkilîn,
bahwasanya Allah mengasihi segala mereka yang tawakkal.
Dan adapun adab yang datang atasmu qabadh dan tiada kau
ketahui baginya sebab maka waktu dua bagi, satu malam dan kedua
siang, maka apabila datang qabadh dengan tiada sebab yang kau
ketahui akan dia maka wajib atasmu diam daripada tiga perkara. Satu,
daripada segala kata. Dan kedua, daripada segala harakat dan ketiga,
daripada segala iradah. Maka jika kau perbuat akan adabmu daripada
yang demikian itu, maka daripada hampir masa hilang dari padamu
malam qabadh dengan terbit matahari basath atau nyata bentang yang
beroleh pertunjuk engkau dengan dia atau terbit bulan yang beroleh
terang engkau dengan dia atau terbit//111//matahari yang
memandang engkau dengan dia dan murad dengan bentang ilmu dan
murad dengan bulan tauhid dan murad dengan matahari makrifat.
Dan jika bergerak engkau dalam gelap malam qabadhmu itu,
maka sedikit sejahteramu daripada binasa dan mengambil i’tibar
engkau dengan firman Allah taala, wa min rahmatihi ja’ala lakum al-
layla wa al-nahaara li taskunuu fîhi wa li tabtaghuu min fadhlihi wa
la’allakum tasykurûn. Dan setengah daripada rahmatnya menjadikan
ia bagi kamu malam dan siang supaya diam kamu dalamnya dan
supaya kamu jar daripada fadhalnya dan mudah-mudahan kamu
syukur. Maka itulah hukum ubudiahpada masa qabadh. Dan barang
siapa ada waktunya qabadh, maka tiada suu’nya daripada bahwa
mengetahui ia baginya sebab atau tiada mengetahui ia baginya sebab
maka segala sebabnya tiga perkara. Sebab yang pertama bertambah

Syarh Al-Hikam 107


pada taat atau diperoleh daripada yang ditaatkannya seperti ilmu dan
makrifat.
Dan sebab yang kedua bertambah daripada dunia dengan
diusahakan atau dengan keramat atau dengan diberikan orang atau
dengan berhubung dengan ahlinya. Dan sebab yang ketiga dengan
dipuji dan sanjung dan syabas daripada manusia dan berhadap
mereka itu atasmu dan dipinta doa dari padamu dan cium tanganmu
dan apabila datang atasmu basath daripada salah satu segala sebab
yang tiga ini, maka ubudiahmenghendaki ia akan bahwa kau lihat
nikmat dan pemberi daripada Allah taala atasmu. Dan ketakuti olehmu
akan kau lihat sesuatu daripada yang demikian itu bagi dirimu. Dan
peliharakan olehmu akan dirimu dengan nikmat itu bahwa kau
lazimkan akan tinggal daripada barang yang dengan dia nikmat Haq
taala atasmu, maka jadilah engkau yang dikebenci. Inilah pada pihak
taat dan perlahan daripada Allah taala.
Dan adapun bertambah pada dunia maka ia itu satu nikmat
pulang seperti yang pertama dan ketakutanmu daripada luputnya dari
padamu daripada sangkamu. Dan adapun puji manusia bagimu dan
sanjung mereka itu atasmu, maka ubudiahmenghendaki ia akan
mensyirikkan nikmat dengan barang yang ditutup ia atasmu daripada
hal dan ketakut olehmu dari Allah taala//112//akan menyatakan ia
akan yang seberat dzarah daripada barang yang terbunyi ia daripada
kejahatanmu, maka bencilah akan dikau yang terlebih hampir manusia
kepadamu. Dan adapun basath yang tiada kau ketahui baginya sebab
haq maka ubudiahdalamnya meninggalkan pintu kepada manusia dan
mehinakan diri dengan dia dan meninggalkan mengeras atas
perempuan dan laki-laki dengan kau kata bagi mereka itu sejahtera
kamu insyâAllâh taala daripada kekeras atas kamu hingga sampai
kepada mati. Maka inilah segala adab qabadh dan basath pada
martabat ubudiahsekalian.

‫سثٔب ٓ٘ؼي كأػطبى‬ٝ ‫سثٔب أػطبى كٔ٘ؼي‬

Terkadang diberi Allah engkau maka menegahkan ia akan dikau,


terkadang menegahkan ia akan dikau maka mem[b]eri ia akan dikau.

108 Syekh Burhanuddin Ulakan


Maka tegah Allah taala akan beroleh hambanya daripada beroleh
segala keinginan nafsunya dan segala kesedapannya dan tegahnya
akan kaun serta sesuatu daripada segala adatnya pemberi yang amat
banyak daripadanya karena bahwasanya haq subhanahu wa taala
meninggalkan ia akan dia sertanya dan memutuskan ia akan dia
daripada segala bahagiannya dan segala kehendaknya dan mem[b]eri
dahagakan ia akan dia daripada diperhamba keduanya sebab itu
dikata mana’nya daripada yang disebutkan itu pemeri yang banyak
dan ‘akas yang tersebut ini yaitu mana’ daripada Allah taala akan
hambanya daripada beroleh kekal serta Allah dan beroleh bercerai
daripada huzhuuzh al-nafs dan beroleh merdeka seperti yang tersebut
itu atas tahkik, dan jika ada ia pemeri Allah pada zhaahir sekalipun.
Kata Syekh Muhy Al-Din Al-‘Arabiy, idzâ mana’ta fa dzâka
a‘thâ’uka wa idzâ a‘thayka fa dzâka mana’uhu fa ikhtar al-turka ‘alayya
al-akhadza fa al-wâjibu ‘alayya al-‘abdu yatruku al-tadbîra wa al-
ikhtiyâra li man baydahu dzalika fa kun bi ‘adami minhu khairan.
Apabila ditegahkan engkau maka yang demikian itu pemeriannya, dan
apabila diberi engkau maka yang demikian itu tegahnya, maka pilih
olehmu akan meninggalkan atas mengambil, maka yang//113// wajib
atas hamba meninggalkan tadbir dan ikhtiyar kepada barang siapa
yang pada tangannya yang demikian itu, maka jadikan dirimu dengan
ketiadaan daripadanya terlebih baik, artinya terlebih baik bagi dirimu
ketiadaan tadbir dan ikhtiyar daripada mengambil keduanya.
Dan ketahui olehmu bahwasanya Allah taala akan hambanya
yaitu pemerianya baginya karena tiada tegahnya akan dia daripada
pihak kikirnya serta ada yang akan diberinya pada kerjaannya dan
gayanya, dan tiada keadaan ketiadaannya akan yang diberinya akan
dia, artinya karena fananyataala Allah ‘an dzalika ‘ulwan kabiira wa
subhaana Allah al-ghaniy al-karim, dan hanya sanya tegahnya akan dia
karena tiliknya bagi hambanya dengan rahmat, dan adalah hamba
selama ada ia dengan segala syahwatnya dan segala bahagian
nafsunya, maka apabila ditegah ia daripada keduanya itu niscaya
dapat berjalan dan sampai dengan makrifatnya kepada Tuhannya,
maka sampai hamba dengan makrifatnya kepada Tuhannya, maka
yaitu kesudah-sudahan yang dituntut hamba dan yang dicarinya dan
yang disehajanya dan yang diangan-angannya.

Syarh Al-Hikam 109


‫ٖ اُؼطبء‬٤‫ ػ‬ٞٛ ‫ أُ٘غ ػبد أُ٘غ‬٢‫ْ ك‬ٜ‫ كزؼ ُي ثبة اُل‬٠‫ٓز‬

Mana kala membukakan Allah taala bagimu akan pintu paham dalam
tegah, jadilah tegah itu yaitu diri pemberi.

Maka adalah Allah taala dalam tegahnya mem[b]eri ingat


hambanya daripada bahwasanya ia dalam tegahnya itu bertancapkan
ia akan sifat Qahhaar-nya bagi hambanya itu, maka jadilah ia
mengenal dia dengan mempunyai segala sifat kekerasan, dan
kebesaran, dan kemuliaan, dan keatasan, dan kelebihan, maka
mengenal hamba akan Tuhannya dengan segala sifat yang mulia itulah
yang dituntut daripadanya dan tiada jalan sekali-kali bagi hamba
kepada pengenalnya ini melainkan dengan ta’aruf Haq taala
kepadanya, wa Allahu a’lam.

ّ ‫ش‬ٛ‫ ظب‬٠ُ‫ب ػجشح كبُ٘لظ ر٘ظش ئ‬ٜ٘‫ثبه‬ٝ ‫ػضح‬


‫اُوِت‬ٝ ‫ب‬ٜ‫ػضر‬ ّ ‫ب‬ٛ‫ش‬ٛ‫إ ظب‬ًٞ‫األ‬
‫ب‬ٜ‫ ثبهٖ ػجشر‬٠ُ‫٘ظش ئ‬٣

Segala yang diadakan zahirnya//114//mulia dan batinnya menyakiti,


maka nafsu menilik kepada kenyataan mulianya dan hati menilik
kepada terbunyi yang menyakiti dalamnya.

Maka yang dikehendaki dengan akwân ... tiap-tiap barang yang


dapat keadaannya bahagian nafsu dalamnya daripada kesukaan arti
dunia dan kelakuannya dan perhiasan. Dan segala akwaan yang
tersebut itu baik pada zahirnya dan suci pada batinnya, maka ia itu
daripada pihak zahirnya manis lagi hijau dan dengan menilik kepada
pihak batinnya bangkai yang laut barang siapa melihat dia dan
mencium dia, maka nafsu menilik ia kepada perhiasan yang zahir,
maka berkehendaklah ia kepadanya maka jadilah ia teperdaya dan
binasa pada akibatnya. Dan hati menilik akan segala kekejiannya yang
batin maka mengi’tibarkan ia akan dia dengan ular zahirnya licin dan
halus jabatannya, dan batinnya bisa yang mem[b]eri mudharat, maka
selamat hati itu dan senangnya daripada kejahatan sekaliannya itu.
Dan sanya diceriterakan dalam segala kitab yang dahulu
bahwasanya segala Hawariyyiin berkata mereka itu bagi Nabi Isa
‘alayhissalâm yâ ruh Allah sifatkan olehmu bagi kami segala wali Allah

110 Syekh Burhanuddin Ulakan


yang tiada takut ats mereka itu dan tiada mereka itu duka, maka
berkata Isa ‘alayhissalâm mereka itulah yang dengan mereka itu
berkata kitab dan dengan kitab berkata mereka itu dan dengan
mereka itu tahu kitab dan dengan kitab tahu mereka itu dan dengan
mereka itu tahu kitab dan dengan mereka itu berdiri kitab dan dengan
kitab berdiri mereka itu menilik mereka itu kepada batin dunianya
ketika menilik manusia kepada zahirnya dan memandang mereka itu
akan yang lambat daripada dunia ketika memandang manusia akan
lekas dunia.
Firman Allah taalafa kharaja ‘ala qawmihi fî zînatihi, maka keluar
ia atas kaumnya padahal dalam perhiasannya, qaala alladzîna
yurîduuna al-hayâta al-duniya yâ layta lanâ mitsla mâ uutiya qaaruun
//115//innahu la dzû hazhzhin ‘azhîm. Kata mereka yang
menghendaki mereka itu akan kehidupan dunia hai kiranya bagi kami
seperti yang diberikan ia akan Qarun, bahwasanya ia mempunyai
bahagian yang amat besar. Wa qâla alladzîna ûtû al-‘ilma waylakum
tsawâb Allah khairun li man âmana wa ‘amila shâlihan. Dan kata segala
mereka itu yang diberi ilmu mereka itu siksa bagi kamu balas Allah
terlebih baik bagi barang siapa yang percaya dan yang mengerjakan
akan amal yang baik, maka mereka yang dahulu itu menilik mereka itu
kepada mulia zahirnya dan ilatnya dan ... antara yang empunya dunia,
maka mehendaki mereka itu akan dia, dan mereka yang kemudian
menilik mereka itu kepada menyakiti batinnya akan barang siapa yang
mengasihi dia dan yang menjabat dia, maka menegah mereka itu akan
mengambil dia seperti ular yang bisa.

ّ ّٕ ‫رغزؼض‬
٠٘‫ل‬٣ ‫ثؼض‬ ّ ‫ كال‬٠٘‫ل‬٣ ‫ٕ ُي ػض ال‬ٌٞ٣ ٕ‫ئٕ أسدد أ‬

Jika kau kehendaki bahwa ada bagimu kemuliaan yang tiada lenyap,
maka jangan kau ambil kemuliaan dengan kemuliaan yang lenyap.

Bermula kemuliaan yang tiada lenyap yaitu kaya daripada segala


asbab semuhanya dengan beroleh yang mensebabkan dia dan yaitu
Haq taala, karena bahwasanya ia kekal yang tiada fana selama-
lamanya, maka bergantung dengan dia itulah kemuliaan yang tiada
fana. Dan mulia yang fana yaitu kaya dengan segala asbab serta ghaib
daripada yang menyukai dia, karena bahwasanya segala asbab itu fana

Syarh Al-Hikam 111


darinya, maka bergantung dengan dia kemuliaan yang fana tiada
kekal. Dan tiada bagimu melainkan salah satu keduanya, karena
keduanya berlawan keduanya, tiada dapat berhimpun keduanya
kepadamu, maka jika kau pilih akan mulia yang kekal dengan Allah
taala, tiada kuasa seseorang akan mehinakan ia akan dikau.
Dihikayatkan bahwasanya seseorang laki-laki menyuruh ia
dengan yang baik akan Harun Al-Rasyid, maka marah Harun Al-Rasyid
akan dia dan ada baginya bighal yang jahat perangainya, maka berkata
ia kepada segala khadimnya ikat oleh kamu//116//akan dia serta
bighal itu supaya memunahi ia akan dia dengan kakinya. Maka
diperbuat mereka itu akan suruhnya itu maka tiada menyakiti ia akan
dia, maka berkata ia buangkan oleh kamu akan dia dalam rumah yang
sunyi dan kuncikan oleh kamu atasnya akan pintu, maka berbuat
mereka itu akan yang demikian itu.
Maka dilihat laki-laki itu dalam empas dan pintu rumah itu
tertutup jua, maka dikhabar Harun Al-Rasyid dengan yang demikian
itu, maka dibawa laki-laki itu ke hadapannya maka berkata ia siapa
yang mengeluarkan kamu dari dalam rumah, maka berkata ia yang
memasukkan ia akan di aku kedalam empas, maka berkata Harun Al-
Rasyid siapa memasukkan engkau ke dalam empas, maka berkata ia
yang mengeluarkan ia akan di aku dari dalam rumah, maka berkata ia
kendarankan oleh kamu akan dia ke atas dabat dan kelilingkan oleh
kamu akan dia dalam negeri dan hendak berkata yang berkata ketahui
oleh kamu bahwasanya Harun Al-Rasyid mau menghendaki ia akan
mehinakan ia akan hamba yang memuliakan dia Allah, maka tiada
kuasa ia akan mehinakan dia. Dan jika kau pilih akan mulia dengan
segala asbab mehinakan ia akan dikau dan tersangat berkehendak
engkau kepadanya dan jadilah keadaanmu dalam kesudah-sudahan
hina dan kerendahan.
Kata Syekh dalam Tanwir, jika kau peroleh kemuliaan dengan
Allah, sentiasa muliamu, dan jika kau peroleh kemuliaan dengan
lainnya maka tiada kekal sekali-kali muliamu itu karena tiada kekal
bagi barang siapa yang engkau dengan bia beroleh kemuliaan.

‫ي ٓ٘ي‬٤ُ‫خشح أهشة ئ‬٥‫ ا‬ٟ‫ رش‬٠‫ب ػ٘ي ؽز‬٤ٗ‫ ٓغبكخ اُذ‬١ٞ‫ إٔ رط‬٢
ّ ‫و‬٤‫ اُؾو‬٢
ّ ‫اُط‬

112 Syekh Burhanuddin Ulakan


Lipat yang sebenarnya bahwasanya dilipatkan segala pekerjaan dunia
dari padamu hingga kau lihat akan akhirat hampir kepadamu dari
padamu.

Bermula melipat pekerjaan dunia hanya sanya teruap ia


daripada hamba apabila terang nur yaqin dari padamu dalam hatinya,
maka tatkala adam lah dunia pada tiliknya dan terlipatlah ia pada
i’tibarnya dan melihat//117//ia akan akhirat itu hadir di hadapannya
yang diperoleh ia padanya tetap melihat ia akan dia terlebih hampir
kepadanya daripadanya karena dzat hamba itu fana lagi terbilanglah
dengan iktibarnya. Maka barang siapa ada ini pandangan tiadalah
teruap daripadanya akan kasih yang luput lagi fana dan yaitu dunia
dan mengambilah ia akan hadir yang baqiy dan yaitu akhirat, dan
adalah asalnya gemar pada dunia dan memilih ia atas akhirat daripada
lemah yakin hamba akan akhirat. Maka barang siapa tiada terang
dalam hatinya nur yaqiin tiadalah memandang ia akan raja yang besar
yaitu Haq taala. Dan barang siapa tiada memandang dia mengasihi ia
akan dunia dan melebihkan dia daripada akhirat.
Dan dunia ini tiada ia syaiun yang kebilangan pada Allah taala,
maka tiadalah qiyamnya pada Allah taala kebilangan. Maka inilah
thayyu yang hakiki yang melipatkan segala pekerjaan dunia yang
dimuliakan Allah taala dengan lenyap dunia akan segala aulianya dan
sucilah hati mereka itu daripada mengasihi dia daripada berkehendak
kepadanya sebab sentiasa hudur Haq taala dalamnya dan sebab
masygûl mereka itu dengan taat selama-lamanya. Dan dengan lenyap
dunia daripada hati mereka itu, tahaqquq lah ubudiahmereka itu
kepada Tuhan mereka itu. Tiada thayy yang hakiki itu lenyap
perjalanan bumi daripada seseorang seperti sembahyang jum’at ia
daripada negerinya kepada negeri yang jauh upama Mekkah, karena
terkadang pekerjaannya yang demikian itu akan istidraj dan mekar
daripada Allah taala. Dan tiada thayy yang hakiki itu dengan lenyap
segala malam dan siang dengan tiada makan dan minum orang yang
puasa tatkala petang hari dan dani hari dengan syarath tiada
disehajanya pada meninggalkan keduanya itu akan taat kepada Allah
taala. Al-‘athâ min al-khulq hirmân wa al-mana’ min Allah ihsân.
Pemberi daripada makhluk tegah dan tegah daripada Allah membaik.

Syarh Al-Hikam 113


Bermula pemeri makhluk bagimu diharamkan atas//118//
muhakik karena yang tilikmu bagi yang lain daripada Allah dan karena
berhenti engkau serta perolehnya nafsumu dan syahwatmu dan
karena dalamnya yang diperoleh kasih akan mereka itu atas demikian
itu dan melihat nikmat mereka itu dalam mengambil pem[b]eri
mereka itu. Dan tegah Allah bagimu membaiki engkau karena
bahwasanya ini melazimkan engkau akan berdiri pada pintunya dan
mengepitkan ia akan dikau daripada penyakit terdinding daripadanya
dan karena bahwasanya ia mengasih engkau dan tiap-tiap barang
yang diperbuat yang dikasih, dikasih pula seperti dirinya. Dan bagi
Allah taala puji orang yang berkata maka tiada kupakai segala nikmat
dan yang lain daripadamu mem[b]eri di aku, artinya haram keduanya
atas ku padahal makhluk mem[b]eri akan daku.
Dan dalam wasiat penghulu kita baginda Ali radhiyallah ‘anhu lâ
taj‘al baynaka wa baynallâh mana‘an wa ‘addid ni‘mat gayrihi ‘alayka
mughraman artinya jangan kau jadikan antaramu dan antara Allah
yang menegahkan dan bilang olehmu akan nikmat yang lainnya akan
hutang artinya jangan kau ambil pem[b]eri yang lain daripada Allah
karena jadi ia akan hutangmu kepada makhluk yang mem[b]eri dikau
daripada kasih akan dia dan memandang pem[b]erinya dan siperoleh
dinding daripada Allah taala dan kata setengah mereka itu
menanggung pem[b]eri makhluk terlebih berat daripada sabar atas
ketiadan diberi mereka itu.
Jalla rabbunâ an yu‘âmilahu al-‘abd naqdan fayujâzîhi nasî’atan,
telah besar Tuhan kita daripada berbuat amal akan dia ditentukan
dengan negeri akhirat yaitu syurga, tetapi terkadang dinyatakan Allah
taala daripada balas itu bagi setengah segala walinya dalam dunia
karena aku turun yang menegak-negakkan ia akan mereka itu atas
bersungguh-sungguh pada segala amal dan yang tahkik dengan dia
mendapat kabulnya pada sekalian ihwal dan yang demikian itu karena
besar //119// kemurahannya dan melengkap karunianya subhanahu
wa taala. Kafâ min jazâ’iyah iyyâka ‘alâ al-thâ‘ah an radhîka lahâ ahlan,
padalah daripada balasnya akan dikau atas taat bahwa diridhakan
engkau mempunyai baginya. Inilah menyatakan balas mereka itu yang
disegerakan dan yaitu bahwasanya Haq taala berkenalkan mereka itu
daripada kebesarannya dan kegadangannya akan barang yang
mehinakan ia akan diri mereka dan mengecilkan dia dan

114 Syekh Burhanuddin Ulakan


merendahkan dia hingga adalah keadaan mereka itu patut diberati
Allah akan berdiri dengan taat dan menolong ia akan mereka itu
dalamnya dengan dimudahkannya dan bantunya.
Maka menawan akan mereka itu kasihnya dan tersangatlah atas
mereka itu hampirnya, maka baiklah tatkala ketika itu diri mereka itu
dan hapuslah wujud mereka itu dan mehilangkan akan mereka itu
malu mereka itu pada tiap-tiap tempat yang dijalani dan inilah
kesudahan balas dan hingga pem[b]eri pada segala ulama yang arif
mereka itu yang menegahkan akan mereka itu mendapat dia daripada
menilik kepada lainnya daripada segala perolehan yang lagi akan
datang. Kafa al-‘âmilîn jazâ’an mâ huwa fâtihuhu ‘ala qulûbihim fî
thâ‘atihi wa mâ huwa mûriduhu ‘alayhim min wujûdi mu’ânasatihi.
Padalah akan segala mereka yang beramal balas barang yang ia
membukakan dia atas segala hati mereka itu daripada mendapat
berhinakan dengan dia.
Ini satu kenyataan yang lain daripada yang dahulu bagi yang
memuliakan Hak taala akan mereka itu dengan dia daripada balas
yang disegerakan dan yaitu Hak taala akan mereka itu yang amil
karena Tuhan mereka itu dibagikannya bagi mereka itu daripada
segala makrifat dan didatangkannya atas segala hati mereka itu
daripada segala bagi karenanya barang yang diminum mereka itu
daripadanya akan minuman berjinakan dan yang beroleh nikmat
mereka itu dengan dia dalam hadirat Hak //120//subhanahu wa
taala dan balas ini setengah daripada tanda diberoleh keridaan yang
besar yang lenyap dalam pihaknya barang yang lainnya dan terkecil
pada pihaknya pada tiap balas yang lainnya dan hina dan ada ia pun
antara yang mengasihi dan tak dikasihi dalam dunia dan bukan ia
daripada dunia tetapi keadaannya yang daripada syirik nyata ia bagi
segala ahli Allah dalam dunia tiada mengenal dia melainkan ahli Allah
dan tiada mendapat dia yang lain daripada mereka itu karena rahmat
kepada segala hati mereka itu.
Kata setengah ulama tiada dalam dunia waktu yang menyerupai
akan nikmat esa syirik melainkan yang didapat oleh mereka itu yang
empunya kasih dalam hati mereka itu pada malam daripada manis
munajat mereka itu dengan Tuhan mereka itu. Maka kasihi olehmu
yang berhati akan Tuhanmu dengan sepenuh-penuh kasih sekira-kira
tiadalah tinggal daripada hati itu satu dzarrah jua pun supaya tiada

Syarh Al-Hikam 115


luas dalamnya yang lain daripada kasih, mudah-mudahan dengan
karunia Allah kau dapat manis munajat dengan Tuhan dan sedapnya
yang menyerupai ia akan nikmat esa syirik, dan jangan kau luluskan
ke dalam hatimu mengasihi yang lain daripada Tuhan, dan jikalau ada
yang lain itu pada tanganmu sekalipun seperti anak dan urat hingga
dirimu sekalipun.

‫ كٔب ثؾ ّن‬ٚ٘‫ثخ ػ‬ٞ‫د اُؼو‬ٝ‫س‬ٝ ٚ‫ذكغ ثطبػز‬٤ُ ٝ‫ أ‬ٚ٘ٓ ٙٞ‫شع‬٣ ‫ء‬٢‫ ؽ‬ٙ‫ٖٓ ػجبد‬
ٚ‫فبك‬ٝ‫أ‬

Barang siapa menyembah dia karena sesuatu yang diharapnya akan dia
daripadanya atau supaya ditolakkannya sebab taatnya akan datang
siksa daripadanya, maka tiada berdiri ia dengan sebenar-benar segala
sifatnya.

Bermula amal bagi segala mereka yang beramal karena


menghendaki hasil balas atau karena lari daripada siksa Tuhan
dimasuki lenceng lagi dimasuki penyakit, tiada ia daripada segala
pekerjaan segala arif dan segala mereka yang muhaqqiq karena
bahwasanya berdiri hamba//121//dengan hak segala sifat Tuhannya
menghendaki ia akan bahwa tiada ia berbuat amal karena
bahagiannya daripada mehilang hal atau karena menolak siksa,
karena bahwasanya ia hamba yang memustahiq-kan ia atasnya
Tuhannya akan melakukan tiap-tiap sesuatu yang dikehendakinya dan
tiada hamba itu memustahiq-kan ia atas Tuhannya akan sesuatu jua
pun dan hanya sanya ia beroleh nikmat dunia atau nikmat akhirat
dengan karunia dengan Allah taala dan ... hanya jua tiada dengan upah
yang wajib atas Allah membayar dia.
Dan erdiri hamba dengan segala haq Tuhannya karena tiada
sesuatu setengah daripada tanda kasihnya akan Allah taala karena
orang yang kasih itu barang siapa yang citanya dengan kerja
kekasihnya tiada menghendaki orang yang kasih melainkan barang
yang dikehendaki kekasihnya, maka lazim atas hamba berbuat amal
kepada Tuhannya karena mem[b]erikan martabat ketuhanannya dan
karena kelebihannya dan karena kepujiannya kepada sifatnya yang
tiada bersekutu antaranya dan antara lainnya dalamnya, maka jika
menyalahi ia akan yang lazim atasnya itu tiadalah berdiri ia dengan

116 Syekh Burhanuddin Ulakan


haq ketuhanannya seperti beramal ia atas menuntut segala bahagian
nafsunya, dan adalah amalnya atas menuntut yang lainnya tumbuhnya
daripada pohon jahilnya dan ghaflatnya dan daripada ketiadaan
kasihnya bagi Tuhannya dan daripada mengenal dia.
Kata Sahl bin Abdullah Al-Tastari radhiyallahu ‘anhu, tiada
diterbit matahari dan tiada masuk ia atas seseorang atas muka bumi
melainkan mereka itu ... akan Allah taala melainkan barang siapa yang
memilih ia akan Allah atas dirinya dan nyawanya dan dunianya dan
akhiratnya. Dan dalam khabar Nabiyullah Daud ‘alayhissalâm
bahwasanya haq subhanahu mewahyukan kepadanya Inna awwada
al-awwadi ilayya man ‘abdiy li ghayri nawâli lâkin layu’thi al-
rububiyyata haqqaha. Bahwasanya terlebih kasih segala mereka yang
kasih kepadaku barang siapa //122// yang menyembah akan aku
karena tiada sesuatu yang diambil, tetapi karena mem[b]eri ia akan
rububiyyah haqnya dan pada khabar yang dikehendaki.
Wahab ibn Munabbih daripada kitab Zabur bagi Nabiyullah
Daud ‘alayhissalâm wa min a’-zhulm mimman ‘abadani li jannatin aw li
nârin law lam akhluqu jannatan wa lâ nâran lam akun ahlan li an
uthâ’a. Siapa yang terlebih aniaya daripada yang menyembah ia akan
di aku karena syurga atau karena neraka, jikalau tiada ku jadikan
kiranya surga atau tiada neraka, tiadalah keadaanku patut bagi
disembah, dan barang siapa menyembah Tuhan karena takut daripada
siksa, maka adalah sifatnya itu seperti sifat hamba orang yang jahat
pekertinya dan yang buruk bahasanya dengan melihat pemukul pada
tangan tuannya maka diperbuatnya kerja tuannya itu, dan barang
siapa menyembah Tuhan karena harap akan sesuatu nikmat maka
adalah sifatnya itu seperti upahan, tiada bekerja ia dengan kerja yang
mengupah dia melainkan karena harap akan upahnya, dan barang
siapa menyembah Tuhan tiada karena tiada takut akan sesuatu dan
tiada karena harap akan dia, tetapi karena membayar hak rububiyah
serta mahabbah yang mesra dalam hati, maka adalah sifatnya seperti
sifat hamba orang tulus kepada tuannya dengan suci hatinya daripada
dimasuki suatu yang lain dari apda kasih akan tuannya.
Ceritera daripada Ali bin Al-Muwaffiq, berkata ia, bermimpi aku
dalam tidur seolah-olah aku masuk ke surga, maka ku lihat laki-laki
duduk menghadap hidangan dan dua malaikat dari kanan dan kirinya
menyuap keduanya akan dia daripada sekalian bagi-bagi makanan

Syarh Al-Hikam 117


yang sedap cita rasanya pada hal ia makan, dan ku lihat laki-laki
berdiri atas pintu surga yang menilik ia akan muka segala kaum, maka
memeasukkan ia akan setengah mereka itu ke dalam surga dan
menolakkan ia akan yang lain daripada mereka itu, maka ku lalui akan
surga itu hingga sampai aku kepada hadhrat quds maka ku lihat laki-
laki dalam tirai ‘arasy//123//menengadahkan akan matanya dengan
menilik ia kepada Allah taala dengan tiada berkejap matanya, maka ku
kata bagi malaikat bernama Ridwan siapa ini, maka berkata Ridwan,
Ma’ruf Al-Karkhiy, menyembah ia akan Allah taala tiada karena takut
daripada nerakanya dan tiada karena rindu kepada surganya, tetapi
karena kasih baginya diharuskan Allah akan dia menilik kepadanya
hingga harapnya mati baginya. Ada martabat hamba yang menyembah
Tuhan dengan kasihnya baginya, maka jadikan dirimu menyembah dia
dengan kasih baginya dengan minta tolong daripadanya tiada dengan
kuatmu dan haulmu, mudah-mudahan kau peroleh seperti yang
diperoleh Ma’ruf Al-Karkhiy insya Allah taala.Berkata sayyidina wa
mawlana Muhammad shallallâhu ‘alayhi wa sallam.

‫ء رُي‬٢‫ ًَ ؽ‬٢‫ ك‬ٜٞ‫ ك‬ٙ‫ش‬ٜ‫ذى ه‬ٜ‫ ٓ٘ؼي أؽ‬٠‫ٓز‬ٝ ٙ‫ثش‬


ّ ‫ذى‬ٜ‫ أػطبى أؽ‬٠‫ٓز‬
‫ي‬٤ِ‫ ػ‬ٚ‫د ُطل‬ٞ‫ع‬ٞ‫ٓوجَ ث‬ٝ ‫ي‬٤ُ‫ٓزؼشف ئ‬
ّ

Mana kala mem[b]eri ia akan dikau, dipertancapkannya akan dikau


kebajikannya, dan mana kala menegahkan ia akan dikau,
ditancapkannya akan dikau kekerasannya, maka ia pada tiap-tiap yang
demikian itu berkenalkan dirinya kepadamu dan berhadap dengan
mem[b]eri karunianya atasmu.

Bermula yang dituntut daripada segala hamba bahwa mengenal


mereka itu akan Tuhan mereka itu dengan segala sifatnya yang tinggi
dan dengan segala isimnya yang baik dan tiada jalan sekali-kali bagi
mereka itu mengenal dia melainkan dengan diperkenalkannya akan
dirinya kepada mereka itu, maka itulah jalan mereka itu kepadanya
dan diberkenalkan akan Haq taala akan dirinya kepada mereka itu,
hanya sanya adalah ia dengan barang yang diturunkannya akan dia
dengan mereka itu dari segala yang turun dan dengan barang yang
didatangkannya atas mereka itu daripada segala hukum syara’ yang
tujuh, fardhu dan sunnah dan haram dan makruh shahih dan bathil

118 Syekh Burhanuddin Ulakan


dan mubah, maka segala ahkam itu yaitu dua bahagi, satu barang yang
muwafaqah dengan hawa dan perangai dan dinamai yang demikian itu
pemeri daripada Allah.
Dan yang kedua barang yang menyalahi ia akan
keduanya//124//dinamai yang demikian itu tegah daripada Allah,
maka dengan diperoleh pemerianya itu dipertancapkannya segala
sifatnya yang baik daripada mudah dan murah dan berbuat baik dan
mengaruniai dan sayang dan lain daripada itu dan dengan diperoleh
tegahnya itu dipertancapkannya segala sifatnya yang kekerasan dan
ketegaran dan kebesaran dan kemuliaan d[an] kekayaan maka
seyogyanya bagimu hai hamba bahwa tiada kau bedakan ‘atha dan
mana’ jika kau kehendaki akan mengenal Tuhanmu. Dan tiadalah
berhambakan akan dirimu mengasihi bahagian nafsu tatkala itu.
Maka tegah Allah bagimu itu pemerianya atas tahkik, maka Haq
taala dalam dua hal itu mem[b]eri nikmat atasmu dan berhadap
atasmu dengan mem[b]eri karunianya kepadamu, maka adalah segala
nikmat itu dan segala karunianya atas segala hambanya tiada
ditentukan keduanya dengan zaman ‘atha atau dengan zaman mana’,
tetapi melengkapi akan zaman keduanya jika ada bagimu mati hati
yang sejahtera daripada segala penyakitnya, yaitu nifaaq dan daif
iktikadnya.

ٚ٤‫ٔي ػٖ هللا ك‬ٜ‫إُٔي أُ٘غ ُؼذٓي ك‬٣ ‫ئٗٔب‬

Hanya sanya memudahkan akan dikau mana’ karena ketiadaan


inginmu kepada Allah dalamnya.

Dan apabila adalah tegah Allah taala dan pemerianya dua nikmat
yang besar keduanya seperti yang telah kamu sebutkan sekarang,
maka seyogyanya lah bahwa ada dalam tiap-tiap keduanya diperoleh
cahaya mata murid dan yaitu memandang Haq taala yang
mem[b]erintahkan pemberianya dan tegah-Nya yang terkandung
dalam pandangan itu makrifat akan dzat-Nya dan segala sifat-Nya dan
segala isim-Nya dan segala fi’il-Nya dan mentauhidkan dia dengan
bahwasanya Ia jua fa’il keduanya dan yang lain daripada keduanya,
maka jika pedih ia dengan salah satu daripada keduanya dan sedap
akan dia yang lain, maka yang demikian itu karena ketiadaan inginnya

Syarh Al-Hikam 119


akan Allah taala dan pendek ilmunya dan tertutup nazharnya dan
pikirnya dan hanya sanya orang yang akmal dan afdhal baginya pedih
dengan ‘atha dan lezat dengan menang karena adalah dalam ‘atha
itu//125//kesukaan bagi nafsu yang membawa ia akan nafsu kepada
berjabat dengan ‘athâtiada kepada mu’thi dengan tiada syukur
baginya dan karena adalah dalam menang tiada diperolehnya
bahagian nafsu.
Seperti kata Ibrahim Khawash radhiyallahu ‘anhu tiada sah papa
bagi orang yang papa hingga adalah diperoleh dalamnya dua perkara,
satu berjabat dengan Allah dan kedua syukur bagi Allah pada barang
yang diriwayatkan daripadanya daripada barang yang wujuub dengan
dia lainnya daripada dunia, dan tiada sempurna, dan tiada sempurna
faqir hingga ditilik Allah baginya dalam menang afdhal daripada
tiliknya baginya dalam ‘athâ. Dan alamat benarnya pada demikian itu
bahwa mendapat ia bagi menang daripada manis barang yang tiada
mendapat ia akan dia bagi ‘athâ, tiada mengenal dia lain daripada
Tuhannya yang menentukan ia akan dia dengan makrifatnya dan
segala karunianya, maka tiada melihat ia akan yang lain daripada yang
membalikkan dia dan tiada membalikan ia melainkan barang yang ada
ia daripada yang dibertuhannya, dan tiap-tiap sesuatu mengikut
baginya dan tiap-tiap sesuatu merendahkan diri kepadanya.

ٕ‫ي ثبُزٗت كٌب‬٤ِ‫ ػ‬٠‫هن‬ٝ ٍٞ‫ٓب كزؼ ُي ثبة اُوج‬ٝ ‫سثٔب كزؼ ُي ثبة اُطبػخ‬
ٍٞ‫ف‬ُٞ‫ ا‬٢‫عججب ك‬

Terkadang membukakan ia bagimu akan pintu taat dan tiada ia


membukakan bagimu pintu qabul dan mehukumkan ia atasmu dengan
dosa, maka adalah ia akan jalan sampai seyogyanya lah bahwa tiada
menilik hamba kepada rupa segala perkara dan hendak menilik ia
kepada segala hakikatnya.

Maka segala rupa sekalian taat tiada menghendaki ia akan


diperoleh qabul, karena barang yang terkadang mengundang taat itu
akan dia daripada segala bahaya yang mencederakan pada ikhlas
dalamnya, dan yang demikian itu menegahkan daripada qabul bagi
taat itu dan diperoleh rupa dosa, tiada menghendaki ia akan
menjauhkan yang berdosa dan akan menolakkan dia daripada pintu,

120 Syekh Burhanuddin Ulakan


terkadang adalah dosa itu akan jalan sampai hamba kepada Tuhannya
dan//126//hasilnya dalam hadhrat hampir daripadanya seperti
dikata orang beberapa dosa memasukkan ia akan yang empunya dia
ke dalam surga, dan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam wa alladzî
nafsî bi yadihi law lam tadznibû la zahaba Allahu bikum wa lajâ’a bi
qawmin yadznibûna fa yastaghfirûna Allah wa yastaghfiru lahum. Demi
yang nyawaku pada tangannya, jikalau tiada berdosa kamu [tiada]
melenyapkan Allah akan kamu dan [taiada] datang Ia dengan kaum
yang berdosa mereka itu maka minta ampun mereka itu akan Allah
maka mengampuni ia akan mereka itu. Dan yang demikian itu bahwa
menyertai akan hamba tatkala diamalkannya akan taat itu, bahwa
ujub ia dengan dia dan berpegang ia atasnya dan takaburlah ia dengan
berbuat dia dan mu‘jalkan ia akan barang siapa yang tiada berbuat dia.
Dan menyertai akan dia tatkala jatuhnya dalam dosanya berhadap
kepada Allah taala dalamnya dan minta maaf kepadanya dan
mu‘jalkan ia akan dirinya dan dibesarkannya barang siapa yang tiada
berbuat dia.
Kata Abu Hazim radhiyallahu ‘anhu bahwasanya hamba
mengamalkan ia akan yang baik yang menyukakan ia akan dia ketika
mengamalkan ia akan dia, dan tiada dijadikan Allah taala baginya
kejahatan yang terlebih mudharat baginya daripadanya, dan
bahwasanya hamba mengamalkan ia akan kejahatan yang
mendukakan ia akan dia ketika diamalkan akan dia dan tiada
dijadikan Allah taala baginya kebajikan yang terlebih manfaatnya
baginya daripadanya, dan yang demikian itu bahwasanya hamba
ketika mengamalkan ia akan kebajikan yang menyukakan ia akan dia
dan takabur ia dalamnya dan mei’tikadkan ia bahwasanya baginya
kelebihan ats lainnya, dan mudah-mudahan Allah taala meminasakan
ia akan dia dan meminasakan ia sertanya akan amal yang baik, dan
bahwasanya hamba mengamalkan ia akan kejahatan yang
mendukakan ia akan dia ketika diamalkannya, dan mudah-mudahan
Allah taala menjadikan ia baginya dengan dia akan takut hingga
mengadap ia akan Allah taala dan bahwasanya menakuti akan jahat itu
dalam takutnya itu berkekalan.

ّ ‫سصذ‬ٝ‫أ‬/721/ ‫ش ٖٓ هبػخ‬٤‫اكزوبسا خ‬ٝ ‫سصذ رال‬ٝ‫خ أ‬٤‫ٓؼق‬


‫اعزٌجبسا‬ٝ ‫ػضا‬

Syarh Al-Hikam 121


Durhaka yang mewaris akan hina dan akan berkehendak terbaik
daripada taat yang mewarisi akan mulia dan kebesaran.

Bermula hina dan berkehendak setengah daripada sifat


ubudiahdan mulia dan kebesaran meminasakan keduanya akan
ubudiahkarena bahwasanya keduanya setengah daripada segala sifat
rububiyyah, dan tiada kebajikan daripada taat apabila lazim
daripadanya sesuatu daripada yang mehinakan akan sifat ubudiah
seperti takabur dalam taat itu, karena taat yang lazim daripadanya
demikian itu meminasakan ia akan ubudiahdan mehilangkan ia akan
dia seperti tiada dipedulikan akan maksiat apabila lazim daripadanya
segala sifat ubudiahseperti mehinakan dirinya dalam maksiat itu, dan
yang pertama seperti Nabiyullah Adam ‘alayhi wa sallam dan yang
kedua seperti iblis ‘alayhi al-laknat.
Dan dikhabarkan daripada Aban ibn Abi Abbas bahwasanya ia
berkata keluar aku daripada satu hari di hadapan Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu di negeri Bashrah, maka aku melihat akan jenazah
yang menunggang dia akan empat orang daripada kaum Zanij dan
tiada ada serta mereka itu laki-laki yang lain, maka kukata
subhanallah, pekan Bashrah dan jenazah muslim tiada mengikuti ia
seseorang daripada orang Bashrah maka sanya aku melamai mereka
itu maka lalu aku serta mereka itu, maka tatkala mehantarkan mereka
itu akan jenazah pada tempat menyembahyangkan kata mereka itu
bagiku naik tuan akan imam, maka aku kata bagi mereka itu kamu
terlebih utama dengan imam daripada aku, maka kata mereka itu
semuha kami bersamanya, maka imam aku dan ku sembahyangkan
atasnya dan kukata bagi mereka itu kemudian sembahyang apa kisah
orang ini, maka kata mereka itu mengupahkan akan kami perempuan
itu, maka duduk aku dan menanamkan mereka itu akan dia, maka
tatkala adalah kemudian satu saat berpalinglah perempuan itu
padahal ia tertawa//128//maka masuk dalam hatiku sesuatu maka
kukata tiada meluputkan engkau melainkan benar khabar olehmu
akan daku.
Apa kisah orang ini maka berkata ia bagiku bahwasanya yang
mati ini anakku, tiada meninggalkan ia akan sesuatu daripada segala
maksiat melainkan diperbuatnya, maka sakit ia tiga hari, maka

122 Syekh Burhanuddin Ulakan


berkata ia bagiku, hai andung, aoabila mati daku maka jangan lah kau
beritahu dengan matiku akan seseorang jua pun daripada orang
kampung kita, maka bahwasanya mereka itu tiada hadir mereka itu
akan jenazahku dan suka mereka itu dengan matiku dan surati olehmu
akan cincinku ini lâ ilâha illa Allah Muhammad rasûl Allah, dan
dijadikan oleh mu akan dia dalam kafanku, mudah-mudahan Allah
mengasihani akan di aku dan hantarkan olehmu akan tapak kakimu
atas ... dan kata olehmu inilah balas barang siapa durhaka akan Allah,
maka apabila kau tanam akan di aku, maka angkatlah olehmu akan
dua tanganmu kepada Allah dan kata olehmu jika rida engkau
daripadanya, maka ridakan olehmu daripadanya.
Maka tatkala mati ia, keperbuatlah sekalian pesannya, maka
tatkala ku angkatkan akan dua tanganku ke langit, ku dengar akan
suaranya dengan lidah yang fashahah, kembalilah engkau hai andung,
maka bahwasanya datang aku ke hadirat Tuhanku yang mulia,
mengasihani akan di aku dengan tiada murka akan di aku, maka hanya
sanya tertawa aku karena ini. Dan diriwayatkan orang bahwasanya
seseorang laki-laki daripada kaum bani israil, datang ia kepada
seseorang ‘abid daripada kaum bani israil jua, maka memijakkan ‘abid
itu akan tapak kakinya atas batang leher laki-laki itu hal keadaan
sujud, maka berkata ‘abid itu baginya bangkit engkau maka demi Allah
tiada diampuni Allah bagimu, maka diwahyukan Allah taala hai yang
berani bersumpah atasku tetap engkau tiada diampuni Allah bagimu.
Maka kisah laki-laki yang mati sifatnya mempunyai maksiat,
yang mempusakai ia kehinaan dan berkehendak, dan kisah ‘abid
daripada kaum bani israil sifatnya mempunyai taat yang mempusakai
‘izzah dan//129//Takabur.

ّ َّ ٌُ ّ‫ال ثذ‬ٝ ‫ٔب‬ٜ٘‫د ػ‬ٞ‫ع‬ٞٓ ‫ٗؼٔزبٕ ٓب خشط‬


‫ٗؼٔخ‬ٝ ‫ ٗؼٔخ اإلٓذاد‬:‫ٔب‬ٜ٘ٓ ٌٕٞٓ
‫غبد‬٣‫األ‬

Dua nikmat tiada keluar yang maujud dari apda keduanya dan tedapat
tiada bagi tiap-tiap yang diadakan daripada keduanya, satu nikmat
menolong dan kedua nikmat mengadakan.

Bermula nikmat yang tersebut itu lazim keduanya bagi tiap-tiap


yang maujud yang kekal karena bahwasanya yang akwaan dalam dzat-

Syarh Al-Hikam 123


Nya itu ma’duum, dan nikmat mengadakan mehilangkan akan ‘adam
yang dahulu, dan jikalau tiada hilang ‘adam yang sabiq itu, sentiasa ia
ma’dûm. Dan nikmat menolong mehilangkan akan ‘‘adam yang
menghubung, dan jikalau tiada mehilangkan ia akan dia sanya adalah
ia dalam hapus dan lenyap, dan tetap wujud Haq taala berkekalan
selama-lamanya, dan tolongnya pun berkekalan sebab berkekalan
wujudnya, maka jadilah wujud segala yang lain daripada Allah taala
berkekalan pula sebab berkekalan tolongnya yang mehilangkan ia
akan ‘‘adam yang mendatang.

‫ اإلٓذاد‬٢ُ‫ا‬ٞ‫ب ثز‬٤ٗ‫صب‬ٝ ‫غبد‬٣‫ال ثبإل‬ٝ‫ي ّأ‬٤ِ‫أٗؼْ ػ‬

Me[b]meri nikmat ia atasmu mula-mula dengan mengadakan dan


kedua kalinya dengan berturut-turut segala tolong.

Dan setengah daripada barang yang tiada seyogyanya lalai


engkau daripadanya daripada segala jenis bagi itu. Nikmat menjadikan
iman dan kasih akan taat dalam hatimu dan menolong keduanya, dan
kemudian lagi benci akan keperadaan maksiat, maka bahwasanya
yang demikian itu setengah daripada segala nikmat yang besar yang
tiada tempat masuk bagi hamba dalamnya dan tiada baginya hampir
kepadanya, dan jikalau tiada tolong Allah taala kepadanya dengan dua
nikmat itu dalam dua bahagi, satu bahagi kasih akan iman dan taat dan
dua bahagi benci akan keperadaan maksiat, sanya mendapatlah ia
akan dia dalam kelam sesat, dan karamlah ia dalam laut bebal dan
sanya telah meingatkan Allah taala atas dua bahagi itu dalam
firmannya yang maha mulia wa lâkinna Allah habbaba ilaykum al-
iimâna wa zînatahu fî qulûbikum wa dzakarahu ilaykum al-kufra wa al-
fusûq wa al-‘ushyân//130//ulâ’ika hum al-râsyidûn.Dan tetapi Allah
taala mengasih ia kepada kamu akan iman dan menghiasi akan dia
dalam hati kamu dan benci ia kepada kamu akan keperadaan akan
ketiadaan taat dan akan durhaka. Mereka itu segala mereka yang
beroleh jalan yang betul fadhlan min Allah wa ni’mah, karunia
daripada Allah dan nikmat daripadanya atas sekalian mereka itu wa
Allâhu a’lam.
Kasih akan iman serta perhiasannya dalam hati yang
menghendaki ia akan taat pada zahir dan batin dan benci akan

124 Syekh Burhanuddin Ulakan


keperadaan akan segala maksiat yang menghendaki ia akan jauh
daripada sesat dan durhaka, itulah fadhlan dan ni’mah daripada Allah
subhanahu.

‫ّخ‬٤‫اُلبهخ اُزار‬ٝ ‫ب‬ٜ٘ٓ ‫ي‬٤ِ‫ ػ‬٢‫د األعجبة ٓز ًّشاد ُي ثٔب خل‬ٝ‫س‬ٝ ‫ّخ‬٤‫ رار‬ُٚ ‫كبهزي‬
‫اسك‬ٞ‫ب اُؼ‬ٜ‫ال رذكؼ‬

Papamu bagimu sejatinya dan datang segala sebab meingatkan ia


bagimu dengan barang yang ia terbunyi atasmu daripadanya, dan papa
yang sejatinya tiada mengangkat dia segala yang mendatang apabila
tsâbit bahwasanya dua nikmat mengadakan dan menolong larimu
keduanya bagimu, dan bahwasanya engkau dalam demikian itu adam
jikalau tiada keduanya diperoleh maka faqah tatkala itu sejatinya
bagimu dan berkehendak lazim bagi wujudmu, dan jika ada engkau
kaya dengan beroleh dua nikmat yang disebutkan keduanya sekalipun,
karena bahwasanya kaya dengan keduanya itu pekerjaan yang
mendatang dan hanya sanya dibawa Syekh segala asbab itu yang
melawan ia akan wujudmu.

Dan baqa wujudmu karena meingatkan dengan demikian itu


akan barang yang terbunyi atasmu daripada faaqah yang dzatiyah
bagimu dan akan idhtiraar yang lazim bagi wujudmu, maka kekal
olehmu akan gelanggangmu dan berdiri engkau dengan haq martabat
kehambaanmu dan jangan engkau lampaui akan had-mu dan
pangkatmu kepada mendakwa martabat rububiyyah seperti kata
Fir’aun anâ rabbukum al-a’lâ, aku tuhan kamu yang maha tinggi, kata
setengah ulama hanya sanya menunggangkan//131//akan Fir’aun
tatkala berkata ia ana rabbukum al-a’la. Lama ‘afiyatnya dan kayanya
adalah diamnya empat ratus tahun, tiada pening kepadanya dan tiada
demam tubuhnya dan tiada lumur daripadanya peluhnya, maka
mendakwa lah ia akan rububiyyah sebab demikian itu dan jikalau
menyakiti akan dia yang menyakiti atau ngilu tulangnya atau giginya
dalam ... daripada malam, sanya melalaikanlah akan dia yang demikian
itu daripada menda mendakwa rububiyyah.
Dan ketahui olehmu bahwasanya haq subhaanahu wa taala kaya
selama-lamanya dengan tiada kekurangan satu jua pun, dan hamba
selama-lamanya berkehendak ia kepada Tuhan, dan hilang daripada
hamba sifat kepapaan dan sifat berkehendak selama-lamanya sama

Syarh Al-Hikam 125


ada dalam dunia atau dalam akhirat. Firman Allah taalayâ ayyuha al-
naas antum al-fuqaraa’ ila Allah wa Allah huwa al-ghaniyy al-hamiid,
hai segala manusia, kamu sekalian berkehendak kepada Allah, dan
Allah yaitu kaya lagi dipuji.

‫د رُّزي‬ٞ‫ع‬ٝ ٠ُ‫ ئ‬ٚ٤‫رشدّ ك‬ٝ ‫د كبهزي‬ٞ‫ع‬ٝ ٚ٤‫ذ ك‬ٜ‫هذ رؾ‬ٝ ‫هبري‬ٝ‫ش أ‬٤‫خ‬

Yang terlebih baik segala waktumu yang kau pandang dalamnya akan
ada papamu dan yang kembali engkau kepada keadaan kehinaanmu
hanya sanya adalah waktu musyahadah itu sebaik-baik segala waktu
karena diperoleh hudhuurmu dalamnya serta Tuhanmu dan putus
tilikmu daripada sekalian yang lainnya yang mewajibkan tilikmu
kepada segala yang lainnya akan jauhmu dan terdindingmu daripada
Haq subhanahu wa taala.

Maka terdapat tiadalah bahwa waktu musyahadah itu sebaik-


baik segala waktu, dan ia waktu jinakmu dengan Tuhanmu dan liarmu
daripada sekalian yang lainnya. Dihikayatkan orang daripada seorang
ahli Allah bernama ‘Athaa Al-Salam radhiyallâhu ‘anhu bahwasanya ia
dalam tujuh hari dengan segala malamnya tiada merasa ia akan
sesuatu daripada makanan dan tiada kuasa ia atas mengusahakan
sesuatu, maka suka hatinya dengan demikian itu dengan kesudahan-
kesudahan suka, maka berkata ia hai Tuhanku jika tiada kau beri
makan akan di aku//132//tiga hari yang lain sanya ku
sembahyangkan karena mu seribu rakaat.
Dan dikata orang bahwa Fathan al-Mawushuli kembali pada
malam kepada rumahnya maka tiada mendapat ia akan makanan
petang dan tiada pelita dan tiada kayu api, maka mengambil ia akan
me{m}[b]aca alhamdulillah dan tadaruk ia kepada Allah taala dan
berkata ia hai Tuhanku, karena jalan mana dan wasilah mana dan
istihqaq mana meamalkan engkau akan di aku dengan barang yang
meamalkan engkau dengan dia akan segala auliamu, dan kata Basyir
bin Al-Harits radhiyallâhu ‘anhu sampai akan di aku bahwasanya anak
Fatah Al-Muwushuli yang perempuan telanjang, maka dekat orang
baginya, ngapa tiada menuntut engkau akan barang siapa yang
menutup ia akan dia, maka berkata ia tiada aku meminta tetapi ku

126 Syekh Burhanuddin Ulakan


berikan akan dia hingga melihat Allah akan telanjangnya dan sabar
aku atasnya.
Hai nafsuku apabila kau pandang pada satu waktu akan faaqah-
mu dan tiada kembali engkau kepada dzillah-mu seperti kembali
engkau kepada keluh kesah dan duka dan pijak yang menghendaki
sekalian itu akan jauhmu dan terdindingmu daripada Tuhanmu, maka
tiada di waktumu itu sebaik-baik segala waktumu, tetapi ia sejahat-
jahat waktumu, maka janganlah engkau mendakwa bahwa sampaimu
kepada maqam dan martabat segala aulia, maka jikalau kau dakwa
akan dia dengan tiada siksa, maka dakwamu itu dusta dan ditolak
engkau daripada hadapan qadhi ‘aliim al-ghayb wa al-syahadah, tetapi
yang terbaik bagimu ikrar dengan kelemahan dan kesalahan, mudah-
mudahan Haq taala mengasihani akan dikau yang membawa ia kepada
hampirmu daripada hadiratnya.

ٚ‫لزؼ ُي ثبة األٗظ ث‬٣ ٕ‫ذ أ‬٣‫ش‬٣ ٚٗ‫ كبػِْ أ‬ٚ‫ؽؾي ٖٓ خِو‬ٝ‫ أ‬٠‫ٓز‬

Manakala diliarkannya engkau daripada segala makhluknya, maka


ketahui//133//olehmu bahwasanya Ia menghendaki akan
membukakan bagimu pintu berjinak-jinakan.

Bermula terbuka pintu berjinak-jinakan dengan Allah taala yaitu


yang meliarkan akan dikau daripada manusia, dan karena itu dekat
orang berjinakan dengan manusia daripada alamat ketiadaan madal
artinya tiada madal pada tangan yang sampai hajatnya dengan dia
maka apabila dibukakan bagimu pintu berjinakan sanya liarlah
engkau daripada segala ghayr Allah semuhanya dan bersangka-
sangkalah engkau dalam berjinakan dengan Tuhanmu. Bermula
makna liarmu daripada sekaliannya bahwa suka hatimu dengan sunyi
daripada segala ghayr Allah dengan tiada lekat hatimu kepadanya dan
tiada gemar engkau dengan suram kepadanya dan jangan kau luluskan
dan kau masukkan ke dalam hatimu melainkan Allah taala seperti
datang khabar daripada Yunaid radhiyallahu ‘anhu ketika
diperlihatkan ia atas segala bagi yang mencengangkan dan dihidupkan
ia dengan segala yang indah-indah, dan dibukakan baginya daripada
malakuut yang ‘aliyy, maka dikata baginya adakah kau baikkan akan
suatu daripadanya, maka berkata ia tiada melihat aku akan suatu yang

Syarh Al-Hikam 127


kebaikan akan dia, maka dikata baginya engkaulah hamba Allah yang
sebenar-benarnya dan apabila ada hamba atas sifat ini adalah yang
demikian itu alamat atas tahaqquqnya dengan maqam berjinakan dan
berdiri ia pada hadhrat quds.
Hai nafsu, tahaqquqkan dirimu dengan berjinak-jinakan dan
dirikan olehmu akan dia pada hadrat kudus dengan tiada kau sembah
pada zahir melainkan Allah taala, dan tiada jinak hatimu melainkan
dengan zikir, artinya ba[ng]kit engkau akan dia pada zahir dan batin
supaya sempurna martabat ‘ubudiyyah.

‫ي‬٤‫ؼط‬٣ ٕ‫ذ أ‬٣‫ش‬٣ ٚٗ‫ أهِن ُغبٗي ثبُطِت كبػِْ أ‬٠‫ٓز‬

Manakala melepaskan ia akan lidahmu dengan meminta, maka ketahui


olehmu bahwasanya ia menghendaki akan mem[b]eri dikau.

Bermula melepaskan lidah dengan meminta yaitu menguraikan


ia daripadanya akan persimpulan //134//Diam yang menwajibkan
akan dia kaya dengan segala ghayr Allah dan ketiadaan menilik faaqah
dan iftiqaar, maka apabila urai daripadanya persimpulan ini dengan
memandang faqar-nya dan faqah-nya dan lancarlah lidahnya dengan
meminta, adalah ia tatkala itu meminta dengan lidah idhtirâr, dan
adalah ia diperkenankan pintanya karena benar janji Haq taala dengan
berkenankan doa orang yang mudhtirar dan Allah taala tiada
menyalahi janjinya. Dan kata syair law lam turid nayla mâ arjû wa
athlubuhu min faydhi jawdika mâ ‘amaltaniy al-thalab. Jikalau tiada
kau kehendaki menyampaikan barang yang ku harap dan ku tuntut
akan dia daripada limpah kemarahanmu, tiada kau ajar akan daku
minta.
Dan bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam
bersabda man udzina lahu fî al-du‘â’i minkum futihat lahu abwâbu al-
rahmati wa mâ yasyâ’ Allah syay’an qath ahabba ilayhi min an yas’ala
al-‘afwa wa al-‘aafiyata fî al-duniya wa al-akhirah. Barang siapa
diizinkan baginya pada doa daripada kamu, dibukakan baginya segala
pintu rahmat dan tiada dikehendaki Allah sesuatu jua pun yang
terlebih dikasihi kepadanya daripada bahwasanya meminta ia
daripada Haq taala akan maaf dan ‘afiyah dalam dunia dan akhirat.
Diriwayatkan daripada Rasulullah shallalâhu ‘alayhi wa sallam

128 Syekh Burhanuddin Ulakan


berkata ia barang siapa diberi doa akan dia tiada ditegahkan
ijabahnya.
Kata Syekh Abu Bakar Al-Haqqaq radhiyallâhu ‘anhu dan tetap
tiada perkenankan doanya pada hal ia mengasihi akan suaranya dan
jikalau tiada demikian itu tiada membukakan ia akan doa. Daripada
Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu berkata ia sabda Rasulullah
shallallâhu ‘alayhi wa sallam apabila mengasihi Allah akan hamba,
dituangkan atasnya beberapa bala dengan sempurna tuang, dan
menyucurkan ia akan dia atas dengan sempurna cucur, maka apabila
ia meminta doa kata malaikat suara yang baik dan kata Jibril hai
Tuhanku, hambamu si Fulan, sampaikan olehmu hajatnya, maka
firman Allah biarkan//135//oleh kamu akan hambaku bahwasanya
aku mengasihi akan menengar suaranya, maka apabila berkata ia hai
Tuhanku.
Firman Allah, hai hambaku dan bahagiamu tiada minta doa
engkau dengan suatu melainkan kuperkenankan bagimu dan tiada kau
pinta daripadaku sesuatu melainkan kuberikan ia akan dikau, ada
kalanya kesukaran bagimu akan barang yang kau pinta dan ada
kalanya kutaruhkan bagimu padaku akan yang ter-afdhal daripadanya,
dan ada kalanya kutolakkan dari padamu dengan dia daripada bala
barang yang ia terbesar daripada demikian itu.

ٙ‫ش هللا هشاس‬٤‫ٕ ٓغ ؿ‬ٌٞ٣ ‫ال‬ٝ ٙ‫ٍ امطشاس‬ٝ‫ض‬٣ ‫اُؼبسف ال‬

Arif tiada hilang kesakitannya dan tiada ada serta yang lain daripada
Allah ketetapannya.

Bermula makrifat segala mereka yang arif yaitu makrifat mereka


itu akan diri mereka itu dan akan barang yang diri mereka itu atasnya
daripada papa dan berkehendak kepada ‘azîz al-jabbâr dan adalah
makrifat segala mereka yang arif akan Allah ‘azza wa jalla dengan
sekira-kira makrifat mereka itu akan diri mereka itu seperti kata Nabi
‘alayhi al-shalâtu wa al-salâm, man ‘arafa nafsahu fa qad ‘arafa
rabbahu. Barang siapa mengenal dirinya, maka sanya mengenal ia
akan Tuhannya, maka karena demikian itu adalah ‘arif tiada
mencarikan ia idhtirâr, dan hanya sanya tiada ada baginya serta yang
lain daripadanya tetapnya, karena diperoleh liarnya daripada segala

Syarh Al-Hikam 129


perkara dan pendeknya hatinya daripada segala yang lainnya. Dan liar
arif daripada sekalian makhluk dan lancar lidahnya dengan meminta
daripada Allah taala dua sifat arif daripada segala sifatnya yang
banyak.

‫اس‬ٞٗ‫ ألعَ رُي أكِذ أ‬ٚ‫فبك‬ٝ‫اس أ‬ٞٗ‫أٗبس اُغشائش ثأ‬ٝ ٙ‫اس آصبس‬ٞٗ‫ش ثأ‬ٛ‫ا‬ٞ‫أٗبس اُظ‬
‫بس رـشة‬ُٜ٘‫ئٕ ؽٔظ ا‬ ّ َ٤‫ًزُي ه‬ٝ ‫اُغشائش‬ٝ ‫ة‬ِٞ‫اس اُو‬ٞٗ‫ُْ رأكَ أ‬ٝ ‫ش‬ٛ‫ا‬ٞ‫اُظ‬
‫ت‬٤‫ة ال رـ‬ِٞ‫ؽٔظ اُو‬ٝ َ٤ُِ‫ثب‬

Menerangi ia akan segala yang nyata dengan segala cahaya atsarnya


dan menerangi ia akan segala yang terbunyi dengan segala cahaya
segala sifatnya, karena itulah lenyap segala//136//cahaya sekalian
yang nyata dan tiada lenyap segala cahaya sekalian hati dan sekalian
yang terbunyi, dan karena itu dikata bahwasanya matahari siang
terbunyi ia dengan malam dan matahari hati tiada terbunyi.

Bermula segala cahaya bagi segala yang nyata yang dnegan dia
menerangi Haq taala akan segala yang nyata, yaitu segala pendapat
dan segala panca indra dan segala kabarku yang bersifat dengan dia
zahir hamba daripada penengar dan penglihat dan penjamu dan
perasa dan penjabat dan lain daripada sekaliannya itu dan segala
cahaya bagi segala yang terbunyi yang dengan dia menerangi Haq
taala akan sekaliannya yang terbunyi, yaitu segala makrifat dan segala
ilmu dan segala seni-seni pendapat dan segala halus yang dipahamkan
yang melingkup atas segala yang tersebut itu batinnya dan sirr-nya.
Maka anwar bagi segala yang nyata bergantung ia dengan segala
anwar sekalian atsar yang baharu dan segala anwarnya segala ma’a
ninya dan segala lathaa’ifnya yang terbunyi ia dalamnya.
Dan anwaar bagi saraa’ir bergantung ia dengan segala anwaar
sifat yang azaliyyah dan karena bersalahan dua yang ta’luq pada
hudûts dan qidâm dan pada fana dan baqa adalah barang yang
menyatakan akan dia Mualif daripada tertutup segala anwar barang
yang bergantung ia dengan qadîm yang bâqi tatkala zhuhûr Haq taala
dan tajalli-Nya.

130 Syekh Burhanuddin Ulakan


ٚ٘ٓ ‫زي‬ٜ‫اع‬ٝ ١‫ ُي كبُز‬٢ِ‫ أُج‬ٞٛ ٚٗ‫ عجؾب‬ٚٗ‫خلق أُٔي اُجالء ػ٘ي ػِٔي ثأ‬٤ُ
‫بس‬٤‫دى ؽغٖ االخز‬ٞ‫ػ‬
ّ ١‫ اُز‬ٞٛ ‫األهذاس‬

Hendak meringankan akan pedih bala atasmu oleh tahumu akan


bahwasanya Allah subhanahu yaitu yang membalai bagimu, maka yang
berhadap daripadanya segala enteng ia jua yang mengembalikan akan
dikau sebaik-baik ikhtiyar.

Apabila mengetahui hamba akan bahwasanya //137//Allah


taala mem[b]eri rahmat akan dia dan sayang atasnya dan yang menilik
kepadanya maka sekalian yang didatangkannya akan dia atasnya
daripada baik-baik bala dan baik-baik sakit, seyogyanya lah baginya
bahwa tiada kesukaran ia dengan demikian itu dan tiada menyakiti ia
akan dia, maka bahwasanya tiada datang daripadanya melainkan yang
baik dan hendak membaik ia dengan dia akan zhann-nya dan hendak
diiktikadkannya bahwasanya yang demikian itu dipilih Allah baginya.
Dan bahwasanya bagi hamba dalam demikian itu beberapa kebajikan
yang terbunyi yang tiada tahu ia akan kebajikan sebab terbunyinya
seperti firman Allah taalawa ‘asaa an takrahû syay’an wa huwa
khayrun lakum wa ‘asâ’ an tuhibbû syay’an wa huwa syarrun lakum.
Mudah-mudahan bahwa kamu kebenci akan sesuatu padahal ia
kebajikan bagi kamu dan mudah-mudahan kamu kasih akan sesuatu
padahal ia kejahatan bagi kamu.
Kata Syekh Abu Thalib radhiyallâhu ‘anhu pada ayat ini maka
hamba benci akan penyakit dan papa dan terbunyi dan kesukaran dan
semuhanya itu baik baginya dalam akhirat dan mengasihi ia akan kaya
dan akan ‘aafiyah dan masyhur dan semuhanya itu jahat baginya pada
Allah taala dan buruk kesudahannya, dan firman Allah taalawa
asbagha nilmatan zhâhiratan wa bâthinatan. Dan menyempurnakan ia
akan segala nikmatnya hal keadaannya zahir dan batin. Dikata orang
nikmatnya yang zahir segala ‘afiyah dan nikmatnya yang batin segala
bala karena bahwasanya ia nikmat di akhirat, maka tiap-tiap yang
menyakiti ia akan mukmin maka ia nikmat barang apa ada ia, maka
bagi Allah taala dipuji atas segala nikmatnya.

ّ ٖٓ
ٙ‫س ٗظش‬ٞ‫ كزُي ُوق‬ٙ‫ ػٖ هذس‬ٚ‫ظٖ اٗلٌبى ُطل‬

Syarh Al-Hikam 131


Barang siapa menyangka ia akan tinggal peliharaanya daripada
qadarnya maka zhann-nya yang demikian itu karena pendek tiliknya
maka pendek nazharnya pada ketiadaan melihat pelihara Allah dan
sayangnya pada qadarnya.

Hanya sanya ia daripada pihak jahat i’tikadnya akan Allah yang


mentakdirkan sekalian takdirnya bagi tiap-tiap seseorang dan yang
hakim artinya yang mehantarkan sekalian yang diahntarkan pada
tempat sekaliannya dengan tiada bertukar tempatnya
karena//138//Jikalau ada sempurna nazar hamba dan keras tilik
mata hatinya sanya melihatlah ia dalam demikian itu daripada
beberapa faedah dan beberapa kebajikan yang tiada terhinggakan
dengan bilang. Dan yang terbunyi daripadanya amat banyak pula dan
sanya adalah ia seperti yang diriwayatkan daripada setengah segala
mereka yang saleh lagi arif bahwasanya ia berkata sanya telah sakit
aku dengan segala sakit maka kukasihi akan bahwa sakit itu jangan
hilang ia daripadaku, maka bicarakan olehmu akan kata saleh yang
arif ini yang tersebut ini jikalau tiada faedah yang besar dan yang baik
diperolehnya dengan sakitnya itu tiadalah ia akan mengasihi sakit itu,
dan jikalau datang sakit kepada kita maka jangan ada ia menegahkan
kita daripada taat mana yang dapat kita mengerjakan dia dan jangan
ia melupakan akan hati kita daripada ingat akan Allah dan berhadap
kepadanya dan memandang dia, dan jangan kita keluh kesah sebabnya
hingga jadilah kita terdinding daripada Allah subhanahu wa taala.
Bermula setengah faedah bala yang menjawab Haq taala dengan
dia akan segala hambanya yaitu akan mengurangkan akan iradah
mereka itu dan syahwat mereka itu dan mengecut nafsu, dan
memudahkan dia dan mengembalikan dia kepada Allah taala, dan
melazimkan dia pada pintunya dengan menyimpang kepada Haq taala
dengan meninggalkan akan yang lainnya dan berkehendak kepadanya
dan melembutkan nafsu dan mehilangkan kekerasannya dan
meminasakan segala sifatnya, karena dengan diperoleh nafsu serta
kuatnya dan syahwatnya, jatuh hamba dalam segala durhaka dan
takabur daripadanya gemar pada dunia dan loba atas mengikut hawa.
Dan setengah faedahnya hasil bagi hamba itu segala taat, segala hati,
dan segala amalnya dan sedarah daripada taat hati terbaik dari segala
amal sekalian anggota yang besar amalnya seperti bukit, maka

132 Syekh Burhanuddin Ulakan


taat//139//hati itu seperti sabarnya dan ridanya dan zahidnya dan
tawakkalnya dan kasih mengadap Haq taala dan lain daripada segala
yang tersebut itu seperti menutup segala dosa dan naik martabatnya
sekira-kira tiada terhinggakan faedahnya dengan bilang dan sanya
dikata orang tiada sunyi hamba yang mukmin daripada sakit dan
daripada penyakit seperti luka atau pula atau lainnya atau papa atau
hina atau kekurangan daripada belanjanya atau tiada sampai hajatnya.
Dan dalam khabar daripada Allah ‘azza wa jalla al-faqru sajniy
wa al-maradhu qaydiy ahbasa bi dzaalika man ahbabtu min ‘ibâdiy.
Papa penjaraku dan sakit rantaiku, kupenjarakan dengan rantai itu
barang siapa yang kukasihi daripada segala hambaku. Dan dalam
khabar apabila mengasihi Allah taala akan hamba, dicobanya akan dia
dengan bala, maka jika sabar ia dalamnya dihampirkannya akan dia
daripadanya, dan jika rida ia dipilihinya akan dia. Dan dalam khabar
itu pula hasil bagi hamba sebab bala itu menutup segala dosa dan
segala kesalahannya, dan diwajibkan Allah taala akan dirinya akan
banyak pemberiannya dan karunianya bagi hamba itu, fadhlan min
Allah taala, dan tiada jalan bagi hamba kepada beroleh banyak
pemberianya melainkan dengan yang didatangkannya atasnya
daripada bagi-bagi bala.
Karena bahwasanya hamba sanya lemah ia daripada berdiri
dengan segala bagi taat dan sebagian ia daripada mengakal atasnya
segala sunnah taat, maka adalah hamba ketika itu ditegahkan daripada
beroleh segala pahalanya, tiada hasil baginya yang menutup segala
kejahatannya, dan jika kuasa ia atas sekalian taat dan tiada segan ia
daripadanya sebab bala itu diberi Allah taala lah baginya dengan suci
segala taatnya daripada kecampuran lancang, dan sejahteralah ia
daripada bahaya dan segala kecelaan, dan ketika itu tiadalah binasa
amalnya dan tiadalah sia-sia ia daripada beroleh manfaat ia dengan
amalnya itu, maka hendak dibaik oleh hamba akan zhann-nya dengan
Tuhannya dan hendak diketahui oleh hamba//140//bahwasanya
barang yang dipilih Tuhannya baginya terbaik daripada yang
dipilihkan bagi dirinya dengan ingatnya dan dengan hawanya.

‫ي‬٤ِ‫ىؼ‬ُٜٞ‫ي ٖٓ ؿِجخ ا‬٤ِ‫خبف ػ‬٣ ‫ي ئٗٔب‬٤ِ‫ي إٔ رِزجظ اُطشم ػ‬٤ِ‫خبف ػ‬٣ ‫ال‬

Syarh Al-Hikam 133


Tiada ditakuti atasmu akan samar segala jalan atasmu dan hanya
sanya ditakuti atasmu daripada ditewaskan hawa atasmu.

Maka rupa samar jalan atasmu, tiada kau ketahui akan jalanmu
itu atas jalan syukur atau atas jalan sabar dengan meiktibarkan zahir
pekerjaan atau dengan mei’tibarkan batinnya karena keduanya itu
jalan ubudiahjua seperti sakit jika ditilik kepada zahirnya maka ia
bala, maka bala itu disabarkan, dan jika ditilik kepada batinnya maka
ia nikmat, maka nikmat itu disyukurkan. Ketahui olehmu bahwasanya
segala jalan yang kepada Allah telah nyata lagi terang karena Haq taala
yang mem[b]erintahkan segala jalan itu dan dengan dia
diturunkannya kitabnya dan menyuruhkan ia akan rasulnya dan
mendirikan ia atas jalan itu akan segala dalil dan burhan, maka sebab
itulah tiada ditakuti atas hamba daripada samarnya atasnya dan hati
sanya ditakuti atasnya daripada ditewaskan hawa atasnya hingga
membutakan akan dia yang demikian itu daripada menilik jalan yang
betul dan menyimpanginya kepada jalan yang sesat.
Kata Ahmad ibn Khushrawiyyah radhiyallâhu ‘anhu jalan itu
kista dan Allah taa’ala nyata dan dai yaitu sanya Muhammad
beperdengarkan ia maka tiada heran kemudian ini melainkan
daripada buta.

٢‫خ ك‬٤‫ث‬ٞ‫ش ثؼظٔخ اُشث‬ٜ‫ظ‬ٝ ‫خ‬٣‫س اُجؾش‬ٜٞ‫خ ثظ‬٤‫ف‬ٞ‫عش اُخق‬


ّ ‫عجؾبٕ ٖٓ عزش‬
‫خ‬٣‫د‬ٞ‫بس اُؼج‬ٜ‫ئظ‬

Maha suci barang siapa yang menutup ia akan sirr khushushiyyah


dengan nyata basyariyyah dan nyata ia dengan kebesaran rububiyyah
dalam mezahirkan ‘ubudiyyah.

Bermula sirr khushushiyah itu yaitu hakikat makrifat yang


tertentu dengan dia segala aulia Allah dengan sekira-kira tiada kekal
serta makrifat itu wujud bagi ghayr dan wujud bagi kaun, dan tertentu
makrifat itu dengan mereka itu yang dijadikan Allah dalam mereka itu
daripada dipersanggrahan dan permulaian mereka itu akan
dia//141//maka setengah daripada halus hikmah Allah bahwa
menutup ia akan makrifat mereka itu dengan barang yang dinyatakan

134 Syekh Burhanuddin Ulakan


akan dia daripada sifat basyariyyah yang melazim dia wujud bagi
ghayr dan bagi kaun.
Dan jikalau tiada sirr ini sanya adalah sirr Haq taala terbuang
tiada terpelihara dan tiada mulia seperti kata setengah sufi dan
tedapat tiada bagi matahari awan yang menutup dia dan tedapat tiada
bagi perempuan daripada tutup muka, bahwasanya setengah daripada
hakikat nyata sifat basyariyyah bersifat insan dengan papa dan
berkehendak dan mengakal ia dan lain daripada itu daripada segala
sifat yang baharu dan yaitu hakikat tiperhamba dan hakikat bertuhan,
maka nyatalah bagi kita daripada demikian itu lazim wujud Tuhan
yang disembah dan ibadah ini yaitu kebesaran martabat rububiyyah
yang nyata ia bagi kita daripada dinding ubudiahjikalau tiada hijab
ubudiahmaujud sanya adalah wujud Tuhan itu batin, tiada kata
taalaAllah ‘an dzâlika ‘ulwan kabîra, tetapi wujud Tuhan itu terlebih
nyata daripada segala yang nyata, seperti matahari karena tiada
teruap mendinding dia sesuatu seperti yang dahulu.

‫ٌُٖ هبُت ٗلغي ثزأخش أدثي‬ٝ ‫ثي‬ِٞ‫ال رطبُت سثّي ثزأخش ٓط‬

Jangan kau tuntut akan Tuhanmu sebab terlambat yang kau tuntut dan
tetapi tuntut olehmu akan dirimu sebab terlambat adabmu.

Apabila menuntut engkau kepada Tuhanmu dan kau pinta


daripadanya sesuatu daripada segala yang dipinta dan tiada nyata
bagimu diperkenankan pintamu itu, maka jangan kau perjahat zhann-
mu akan Tuhanmu dan jangan kau tuntut akan dia dengan
menyempurnakan dengan pinta itu karena bahwasanya Haq taala
berbuat barang yang dikehendakinya, tiada ditanya ia daripada yang
diperbuatnya, dan tetapi tuntut dirimu sebab terlambat adabmu, maka
bahwasanya dirimu itu yang patut dituntut dengan menyempurnakan
ubudiahdan yang patut dicela dengan ketiadaan. Bermula jahat
adabmu itu daripada beberapa perkara, pertamanya bahwasanya
engkau minta doa kepada Tuhanmu karena hendak diperkenankan
pada doamu itu, maka hasillah bagimu dengan demikian itu
kehendakmu dan//142//doa yang seperti ini daripada yang
mencederakan pada sempurna ubudiyyahmu, tetapi hendak ada

Syarh Al-Hikam 135


doamu itu karena menyatakan ubudiahdan karena berdiri dengan
segala hukum rububiyyah.
Dan yang kedua iktikadmu bahwasanya haq subhanahu wa taala
tiada ia berkenankan bagi doamu apabila nyata bagimu ketiadaan
ijabah daripada Allah taala dan tiada dari syarat ijabah Haq taala
bahwa nyata ia bagimu tetapi harus bagi Haq taala membunyikan dia
dari padamu, karena dalam membunyikan ijabah itu beberapa
daripada maslahah yang baik kepadamu, dan ijabah akan doa itu
kepadanya dengan bahwa menjadikan ia akan barang yang
dikehendakinya bagimu daripada barang yang kau ketahui atau kau
bebalikan. Dan yang ketiga dan yaitu yang tersangat suu’ al-adab
daripada dua wajah yang dahulu, yaitu iktiradmu atas Tuhanmu pada
hukumnya karena menegahkan hukumnya semata-mata atau
menegahkan dia serta melalukan hukum dirimu atau hukum orang
yang lain daripada dirimu dan kau tuntutk akan Tuhanmu
menyempurnakan pintamu apabila terlambat berkenankan doamu itu
seperti kau tunggu orang yang berhutang kepadamu pada
menyempurnakan membayar dia, maka tibalah bagi kita wajah yang
ketiga ini terlebih sangat jahat adab hamba daripada dua wajah yang
dahulu keduanya, berlindung kita dengan Allah taala daripada suu’ al-
adab yang melazimkan ia akan ke jalan perangai yang empunya dia.

‫ كوذ‬ٙ‫ش‬ٜ‫ اُجبهٖ االعزغالّ ُو‬٢‫سصهي ك‬ٝ ٙ‫ش ٓٔضّال ألٓش‬ٛ‫ اُظب‬٢‫ عؼِي ك‬٠‫ٓز‬
‫ي‬٤ِ‫أػظْ أُّ٘خ ػ‬

Mana kala menjadikan ia akan dikau pada zahir mengikut bagi


suruhnya dan mengarunianya akan dikau pada batin akan menyerah
kepada sifat kekerasannya, maka sanya membesarkan ia akan
pemberiannya atasmu.

Bermula dua pekerjaan ini melazimkan keduanya akan dikau


pada mendirikan ubudiahkarena Tuhanmu, tiada karena lainnya mana
kala dimudahkan dimudahkan Allah taala akan keduanya bagimu dan
mendirikan ia akan dikau pada memeliharakan segala hukum
keduanya dan ditolongnya engkau kepada demikian itu maka sanya
membesarkan lah ia akan pemberiannya. Maka apa jua yang kau tilik
dan yang kau tuntut //143//akan sesuatu yang lain dari apda dua ini

136 Syekh Burhanuddin Ulakan


jika ada engkau hamba yang sebenarnya, artinya sembah olehmu akan
Tuhanmu pada zahirmu seperti yang berlaku dengan hukum syara’
daripada mengikut suruhnya dan menjauhi larangannya dengan tiada
melebihi dan mengurangi dan taslim engkau dengan batinmu kepada
hukum qahhar-nya dengan tiada mei’tiradh engkau dengan hatimu
pada barang yang dihukumkannya akan dikau dan cuci olehmu akan
dirimu seperti minta ampun kepada Allah tatkala tinggal salah satu
daripada keduanya itu dengan menilik dirimu atas rugi yang besar lagi
bertambah pula dengan mengerjakan yang diharamkan pada zahir
syara’.
Kata Abu Al-Hasan radhiyallâhu ‘anhu bersahabat aku dengan
seorang saudara pada jalan Allah taala pada permulaian jalan dan (tsa-
y-h) kami dalam (k-w-h) mudah-mudahan keadaan kami daripada
segala waliyullah taala dan bahwa dibukakan Allah taala atas kami
dengan barang yang dibukakannya atas mereka itu, maka berdiri kami
pada satu masa kata kami mudah-mudahan pada bulan ini, maka tiada
dibukakan Allah atas kami, maka kami demikianlah, maka tiba-tiba
seorang Syekh atas pinta (k-w-h) minta izin ia maka mem[b]eri izin
kami baginya, maka masuk ia, maka mem[b]eri salam ia dan berdiri ia,
maka kata kami siapa engkau, katanya Abdul Malik, maka tahu kami
bahwasanya ia awliya Allah, maka berkata kami baginya betapa halim
maka katanya betapa halim betapa halim seperti menegur ia atas kerja
kami, maka berkata ia betapa hal barang siapa berkata ia bagi dirinya
dalam jamaah ini aku waliyullah dalam bulan ini, aku waliyullah, maka
tiada wilayah dan tiada berbahagi dan tiada di dunia dan tiada di
akhirat.
Hai nafsu, karena apa tiada kau sembah Allah taala seperti
disuruhkannya engkau hal keadaanmu tulus kepada wajahnya, firman
Allah taalawa mâ khalaqtu al-jinna wa al-insa illâ li ya’budûn, maka
berpaling ia daripada//144//kamu maka ingin kamu akan salah
kamu dan diinginkannya akan kamu daripada ketika masuknya akan
kamu, dan kamu ketahui bahwasanya Allah taala mengasihani ia akan
kamu dengan dia, maka kemba[li] aku atas diriku dengan cuci dan
celah, dan ku kata baginya hai nafsuku siapa engkau dan ilmumu dan
bahagianmu tiada sesuatu dan tobatku dan minta ampun aku akan
Allah taala maka dibukakan Allah taala dengan kemurahannya
fadhalnya.

Syarh Al-Hikam 137


ٚ‫ق‬٤ِ‫ ًَٔ رخ‬ٚ‫ق‬٤‫ظ ًَ ٖٓ صجذ رخق‬٤ُ

Tiada tiap-tiap barang siapa yang tsabit ketentuan sempurna


heningnya.

Bermula ketentuan disini yaitu bahwa menyatakan Haq taala


atas setengah segala hambanya akan pilihannya dan tolongnya, dan
menyatakan ia bagi walinya peliharaannya dan kebalânnya, maka
setengah daripada segala mereka itu barang siapa berkekalan baginya
ketentuan itu hingga tahkiklah ia dengan mempunyai makrifat, dan
heninglah ia daripada menilik segala aghyâr dan akwân, artinya
tiadalah mereka itu memandang yang lain daripada Allah, dan mereka
itu segala mereka yang khas daripada mereka yang muqarrabîn lagi
mereka itu empunya ilmu akan Allah dan empunya kasih akan Allah.
Dan setengah daripada segala mereka itu barang siapa yang
dihentikan Allah akan dia daripada sampai kepada ... kamâl dan
memelihara ia akan dia dalam halnya dengan barang yang patut ia
dengan dia daripada pahala segala ilmu dan segala amal, dan mereka
itu yang ‘aammah daripada mereka yang muqarrabîn dan khash
daripada ashâb al-yamîn, yaitu segala abid dan segala zaahid dan
segala ahli mujahadah dan segala yang empunya awrâd.
Dan segala ‘âmmahmuqarrabîn itu dan jika bersekutu mereka itu
dengan khash muqarrabîn pada yang dikaruniakan Allah taala
daripada segala bagi keramat dan berdiri dengan segala bagi-bagi taat
dan segala ibadah, maka tiada hening segala ‘âmmahmuqarrabîn itu
daripada melihat diri mereka itu, dan tiada tinggal mereka itu
daripada memelihara segala bahagian mereka itu, tetapi segala
‘âmmahmuqarrabîn diam mereka itu kepada segala asbaab lagi
menggali mereka itu//145//dengan sesuatu yang mendinding
mereka itu daripada Allah, dan terkadang ditentukan Haq taala akan
‘âmmahmuqarrabîn itu dengan menyatakan keramat atas tangan
mereka itu karena mendiamkan bagi diri mereka itu dan karena
menetapkan bagi yakin dalam hati mereka itu dan menegahkan Haq
taala akan nyata keramat atas tangan segala khaash muqarrabin itu
karena bahwasanya mereka itu tiada berkehendak mereka itu
kepadanya karena mereka itu dalam teguh yakin dan kekerasan yakin

138 Syekh Burhanuddin Ulakan


dan tetapnya, maka tiadalah mereka itu berkehendak kepada sesuatu
jua pun melainkan kepada Allah taala.

١ٞ‫٘ط‬٣ ‫اسد‬ُٞ‫ا‬ٝ ‫خشح‬٥‫ اُذاس ا‬٢‫عذ ك‬ٞ٣ ‫اسد‬ُٞ‫ٍ ا‬ٜٞ‫سد ئال ع‬ُٞ‫غزؾوش ا‬٣ ‫ال‬
‫ ٓ٘ي‬ٚ‫ هبُج‬ٞٛ ‫سد‬ُٞ‫ ا‬ٙ‫د‬ٞ‫ع‬ٝ ‫خِق‬٣ ‫ ٓبال‬ٚ‫ ث‬٠٘‫ؼز‬٣ ‫ ٓب‬٠ُٝ‫أ‬ٝ ‫ اُذاس‬ٙ‫ز‬ٛ ‫اء‬ٞ‫ثبٗط‬
ٚ٘ٓ ‫ ٓطِجي‬ٞٛ ‫ ٓ٘ي ٓٔب‬ٚ‫ هبُج‬ٞٛ ‫ٖ ٓب‬٣‫أ‬ٝ ٚ٘ٓ ٚ‫اسد أٗذ رطِج‬ُٞ‫ا‬ٝ

Tiada meringankan akan warad melainkan orang yang bebal Warid


diperoleh ia dalam negeri akhirat. Dan wirid tergolong ia dengan
tergolong negeri ini dan terutama yang dikehendaki dengan dia barang
yang tiada digantikan wujudnya. Warad ia itu yang menuntut ia akan
dia dari padamu. Dan warid itu engkau menuntut dia daripadanya. Dan
mana barang yang ia menuntut dia dari padamu daripada barang yang
ia tuntutmu daripadanya.

Bermula warad yaitu ibadah daripada barang yang jatuh ia dengan


usaha hamba daripada ibadah yang zahir atau yang batin. Da warid
yaitu yang datang atas hati hamba daripada segala lathâ’if dan anwâr
yang terbuka dengan dia dadanya dan yang terang dengan dia hatinya
dan rahasianya. Maka warad barang yang daripada hamba kepada Haq
taala daripada segala amal dan ibadah. Dan warid barang yang
daripada haq subhanahu kepada hamba daripada lathif dan keramat.
Bermula warad yang terlebih mustahiq yang dikehendaki dengan dia
dan yang digemari akan dia daripada warid karena dua wajah, dan
yang pertama bahwasanya warad tertentu ia dengan negeri ini, tiada
jatuh ia melainkan dalamnya, maka warad itu putuslah//146//Ia
dengan putusnya negeri ini dan lenyap ia dengan lenyapnya, maka
seyogyalah bagi hamba bahwa diperbaikinya daripada segala warad
dahulu daripada luputnya, karena tiada dapat akan dia ganti barang
yang luput daripada warad itu. Yang kedua bahwasanya warad yaitu
Haq Allah taala yang dari padamu kepadanya.
Dan warid yaitu bahagianmu daripadanya dan berdiri engkau
dengan segala Haq Allah yang atasmu itu terlebih utama dan terlebih
patut dengan martabat ubudiahdaripada menuntut bahagianmu dan
daripada berdiri engkau serta bahagianmu itu apabila tsaabit
kelebihan warad atas warid dengan i’tibar hamba adalah meringankan
dia daripada kesudah-sudahan bebal dan adalah orang yang

Syarh Al-Hikam 139


meringankan dia terangat bebalnya, seperti kata Syekh dalam kitab
Lathaaif Al-Manan dan ketahui oleh kamu bahwasanya Allah taala
mengantarkan segala anwâr ‘âlam al-malakût dalam bagi taat, maka
siapa jua yang luput akan dia daripada segala taat satu bagi atau
lemah akan dia satu macam daripada ibadah, maka ketiadaanlah ia
daripada nur yang dihantarkan dalam yang luput itu dengan sekira-
kira yang luput daripadanya itu. Maka jangan kamu sia-siakan
daripada segala taat dan jangan kamu kaya daripada segala wirid
kamu dengan segala warid.
Dan jangan kamu rida bagi diri kamu dengan yang rida dengan
dia segala mereka yang mud’iy yang berlaku segala Haqaaiq atas lidah
mereka itu dengan sunyi segala anwâr-nya daripada segala hati
mereka itu. Dan ketahui oleh kamu bahwasanya Haq subhanahu wa
taala dengan hikmatnya menjadikan ia akan segala taat yang berlaku
ia atas sekalian hamba akan menggerakkan taat itu bagi pintu ghaib,
maka barang siapa berdiri ia dengan taat dan amal dengan syarat
adab, tiadalah terdinding yang ghaib daripadanya, dan hanya sanya
dinding segala ghaib diperoleh segala cela hamba, maka sucikan
dirimu daripada cela supaya dibukakan bagimu pintu ghaib, dan
jangan kau jadikan dirimu daripada yang menuntut ia akan Allah taala
bagi dirinya, dan tiada dituntutnya dirinya bagi Allah, maka yang
demikian itu lagi segala mereka//147//yang jahil yang tiada ingat
mereka itu daripada Allah taala, dan tiada berhadap akan mereka itu
tolong daripada Allah taala.
Dan mukmin yang arif tiada ia demikian itu, tetapi mukmin yang
arif barang siapa menuntut dirinya bagi Tuhannya dan tiada menuntut
ia akan Tuhannya bagi dirinya, maka jika terhenti waktu ats mukmin,
artinya belum datang waktu wirid atasnya, terlambat lah ilmunya
yang yang diperbuat dalamnya dan tiada terlambat yang dituntutnya.
Maka menyebutkan Syekh itu akan kalam yang baik dan dalam
kalamnya rahmat Allah menjagakan atas meneguh pekerjaan segala
wirid dan membesarkan tempat jatuhnya daripada kamu, dan
bahwasanya memelihara segala wirid itu daripada sebaik-baik tanda
segala arif, dan sanya melihat seorang laki-laki akan Junaid
radhiyallâhu ‘anhu dan dalam tangannya masbahah, maka dikata
baginya engkau serta muliamu menjabat akan tanganmu akan
masbahah, maka berkata ia na’am, sebab sampai kamu kepada barang

140 Syekh Burhanuddin Ulakan


yang sampai kamu, tiada meninggalkan kamu akan dia selama-
lamanya dan ada ia masuk tiap-tiap hari dalam (h-n-ain-h-t-ny) dan
melebihkan ia akan tutupnya dan sembahyang ia empat ratus rakaat,
maka kembali ia ke rumahnya. Dan dimimpi akan Junaid kemudian
matinya dalam tidur, maka dikata baginya apa perbuatan Allah
bagimu katanya lenyap segala isyarat dan hapus segala ibarat dan
binasa segala rupa dengan ghaib segala ilmu, dan tiada manfaat akan
kamu melainkan segala rakaat yang ada kamu merukukkan ia dalam
dini hari.

‫ ؽغت فلبء األعشاس‬٠ِ‫اس ػ‬ٞٗ‫م األ‬ٝ‫ؽش‬ٝ ،‫د اإلٓذاد ثؾغت اإلعزؼذاد‬ٝ‫س‬ٝ

Datang segala tolong dengan sekira-kira pemintaannya dan benderang


segala anwar atas sekira-kira jernih segala bayyin-nya.

Bermula datang segala yang datang yang ditolongkan daripada


Allah taala atas hambanya dengan sekira-kira keras pemintaannya
yang dijadikan pemintaannya dalam dirinya seperti bejana yang isinya
segentang umpamanya atau lebih atau kurang itulah pemintaannya
yang dikehendaki disini tiada dikehendaki dengan dia doanya dan
soalnya//148//dan thalabnya dengan lidahnya dan benderang segala
nur yaqiin hamba atas sekira-kira jernih bayyinnya daripada keruh
berjabat dengan segala atsar dan keruh tunduk kepada segala aghyâr
maka perjernih olehmu segala asrarmu itu daripada segala
kekeruhannya supaya tiada kumal barang yang ditaruh dalamnya
daripada segala anwaar, karena segala asrarmu itu upama bejana dan
segala anwar upama isi bejana manakala itu tiada suci daripada daki
atau lainnya daripada banding jahat, maka jadilah isi bejana itu tiada
suci sebab daki itu atau sebab yang lainnya.

ٚ‫لؼَ هللا ث‬٣ ‫٘ظش ٓبرا‬٣ َ‫اُؼبه‬ٝ ،َ‫لؼ‬٣ ‫٘ظش ٓبرا‬٣ ‫اُـبكَ ئرا أفجؼ‬

Orang yang lalai apabila berpaik-paik ia menilik akan apa yang


diperbuatnya, dan orang yang akil menilik akan apa yang diperbuat
Allah dengan dia.

Syarh Al-Hikam 141


Pertama-tama khathir {yang} yang datang atas hamba, yaitu
timbangan tauhidnya, maka orang yang ghafil apabila berpagar-pagar
ia pertama khathir yang datang atasnya memandangkan perbuatan
kepada dirinya, maka berkata ia apa yang ku perbuat pada hari ini
maka ia bimbang dengan terbiar dirinya lagi dipalingkan daripada
menilik kepada Tuhannya, dan yang demikian itu karena diperoleh
lalainya daripada Tuhan, maka ia sebenarnya disuruhkan Allah taala
akan dia kepada nafsunya, maka tetaplah atasnya hatinya dan binasa
atasnya muradnya. Dan orang yang ‘aqil pertama orang yang datang
atasnya memandangkan perbuatan kepada Allah taala, maka berkata
ia akan apa yang diperbuat Allah taala dengan di aku, maka ia menilik
kepada Allah taala dan kepada yang datang atasnya daripada Allah,
dan yang demikian itu karena diperoleh akalnya dan sentiasa jaganya,
maka sebenarnya pada akan dia Allah akan pergantungan segala
angan-angannya dan melapangkan Haq taala akan dia daripada
bimbang dan rintang, artinya adalah tiada padanya segala yang
membimbangkan dia dan yang merintang dia bi fadhl Allah taala wa
karamihi atasnya dan ridalah Allah taala akan dia dan diterangkan
Allah akan dua matanya dengan barang yang//149//mendirikan Haq
taala akan dia dalamnya daripada segala amal khair atau dengan yang
didatangkan Allah akan dia atasnya daripada segala ahwal, dan inilah
bahagian yang amat besar dan pemberi daripada Allah bagi barang
siapa yang dikasihi Allah akan dia daripada segala hambanya.
Kata Umar bin Abdul Aziz radhiyallâhu ‘anhu berpaik-paik aku
dan tiada bagiku kesukaan melainkan pada segala tempat jatuh qadar,
dan kata Abu Utsman radhiyallahu ‘anhu masa empat puluh tahun
tiada mendirikan akan di aku Allah taala dalam satu hal, maka benci
aku akan dia dan tiada memindahkan ia akan di aku kepada lainnya,
maka marah aku akan dia. Hai diriku yang bingung, jadikan dirimu
dalam jumlah segala mereka yang aqil supaya kau dapat seperti yang
didapat mereka itu, dan jangan kau jadikan dirimu dalam jumlah
segala mereka yang ghafil yang disuruhkan Allah akan dia kepada
dirinya.

ّ
ّ ٖ‫ْ ػ‬ٜ‫جز‬٤‫ء ُـ‬٢‫بد ٖٓ ً َّ ؽ‬ّٛ ‫اُض‬ٝ
ِٞ‫ ك‬.‫ء‬٢‫ ً َّ ؽ‬٢‫َّللاِ ك‬ ‫ؽؼ اُؼجّبد‬ٞ‫غز‬٣ ‫ئّٗٔب‬
‫ء‬٢‫ا ٖٓ ؽ‬ٞ‫ؽؾ‬ٞ‫غز‬٣ ُْ ،‫ء‬٢‫ ً َّ ؽ‬٢‫ ك‬ٙٝ‫ذ‬ٜ‫ؽ‬

142 Syekh Burhanuddin Ulakan


Hanya sanya liar segala abid dan segala zahid daripada tiap-tiap
sesuatu karena ghaib mereka itu daripada Allah dalam tiap-tiap
sesuatu, maka jikalau memandang mereka itu akan dia dalam tiap-tiap
sesuatu, tiadalah mereka itu liar daripada sesuatu jua pun.

Bermula segala abid dan segala zahid dalam terdinding mereka


itu daripada Tuhan mereka itu karena menilik mereka itu bagi diri
mereka itu, dan karena memelihara mereka itu akan bahagian mereka
itu, maka larilah mereka itu daripada segala perkara dan liar mereka
itu daripadanya itu karena bahwasanya sekalian itu maujud dalam
tilik mereka itu. Dan segala zahid pada yang dizahidkan naik siksa
mereka itu baginya dengan wujud, seperti kata Syekh Abu Al-Hasan
radhiyallâhu ‘anhu demi Allah sanya ku besarkan segala perkara
tatkala zahid aku dalamnya. Maka terbuka takut mereka itu
daripadanya akan bahwa menegahkan ia atas mereka itu akan segala
kehendak//150//mereka itu dan akan luput daripada mereka itu
segala yang dimaksud mereka itu sebab cenderung mereka itu
kepadanya dan kasih mereka itu akan dia.
Dan jikalau ada mereka itu daripada segala mereka yang tahu
akan Allah dan yang kasih kepadanya sanya melihat lah mereka itu
akan Allah zahir dalam segala perkara sekalian dan sanya adalah bagi
mereka itu dalam demikian itu daripada ketetapan mati mereka itu
barang yang membimbangkan ia akan mereka itu daripada menilik
mereka itu akan diberi mereka itu, maka tiada ada bagi mereka itu
daripada segala eprkara itu liar dan tiada takut mereka itu akan fitnah
daripada segala perkara itu karena segala perkara itu lenyap lagi
hapus dengan iktibar zhuhur Haq taala seperti lenyap segala bintang
dan bulan dengan nyata matahari. Maka nyatalah tiada ada ilmu bagi
segala abid dan segala zahid seperti ilmu segala mereka yang kamil
mukamil yang zahir Haq taala dalam segala perkara pada pandang
mereka itu dan pada pendapat mereka itu seperti firman Allah taala fa
innamâ tuwallû fa tsamâ wajh Allâh, maka barang kemana kamu
berhadap, maka di sana wajah Allah, artinya nyata dzat Allah dan
segala sifatnya dalam segala perkara yang berhadap kepadanya segala
yang berhadap dengan tiada sunyi lesunya jua pun daripada tajalliHaq
taala dan zhuhurnya.

Syarh Al-Hikam 143


ّ ٢‫ اُذّاس ثبُّ٘ظش ك‬ٙ‫ز‬ٛ ٢‫أٓشى ك‬
ٍ‫ رِي اُذّاسػٖ ًٔب‬٢‫ٌؾق ُي ك‬٤‫ع‬ٝ ،ٚ‫ٗبر‬ٌٞٓ
ٚ‫رار‬

Disudahkannya engkau dalam negeri ini dengan menilik pada segala


yang diadakannya dan lagi akan dibukakannya bagimu dalam negeri
itu daripada kesempurnaan dzatnya.

Tilik segala hamba kepada Tuhan mereka itu Allah ‘azza wa jalla
atas sekira-kira tajallinya bagi mereka itu, maka dalam negeri ini
melihat mereka itu akan dia nyata dalam segala mukawwinaat dengan
cahaya mata hati mereka itu tatkala tajalli ia bagi mereka itu daripada
balik dinding segala mukawwinat, dan karena itulah menyuruhkan ia
akan mereka itu dengan menilik dalam mukawwinaat dan dalam
negeri akhirat melihat mereka itu//151//akan dia dengan pandang
mata kepala mereka itu daripada tiada berdinding dan tiada sesuatu
yang menegahkan, dan inilah kesudah-sudahan nyatanya dan
kesudah-sudahan terbuka kamal zatnya yang tinggi dan tiada
mendapat pandang mata kepala itu akan ketahu dzat Haq subhaanahu
dan tiada akan kayfiatnya, dan tiada dalam tempat yang mahduud dan
tiada dalam satu pihak daripada pihak yang enam dan tiada hampir
daripadanya atau jauh seperti orang yang memandang laut dalam
karamnya dalamnya, firman Allah taala lâ tadraku al-abshâr, tiada
mendapat akan dia segala penglihat mata kepala, artinya pendapatnya
akan yang tersebut itu.

ٚ٘ٓ ‫ذى ٓب ثشص‬ٜ‫ كأؽ‬ٚ٘‫ػِْ ٓ٘ي أّٗي ال رقجش ػ‬

Mengetahui ia dari padamu bahwasanya engkau tiada sabar


daripadanya, maka dipersaksikannya akan dikau barang yang nyata ia
daripadanya.

Bermula ketiadaan sabar hamba daripada Tuhan karena tiada


sesuatu jua pun yang mengayakan dia daripada Tuhannya dan karena
diperoleh kelebihannya dengan mengenal dia, maka makrifat hamba
akan Tuhannya yaitu hal yang mulia yang menghendaki makrifatnya
itu akan wujud ma’iyah yang tertentu dan ma’iyah yang tertentu itu

144 Syekh Burhanuddin Ulakan


menghendaki ia akan berkekalan musyahadahnya dan hudhuurnya
serta Tuhannya, maka musyahadah yang hakiki tiada teruap ia dalam
negeri ini karena hinanya dan kurangnya dan lenyapnya dan
hilangnya, maka dimuliakan Allah taala akan hambanya dengan
diketahuinya akan ketiadaan sabar hamba daripadanya dengan
dipertancapkannya kepadanya barang yang nyata ia daripadanya,
yaitu segala atsar dan segala akwan, karena menyamankan baginya
dengan atsar itu daripada memicara dengan hati dan akal.
Maka menancapkan Allah taala kepadamu akan segala yang
nyata daripadanya faedahnya supaya kau ketahui dan kau kenali Allah
taala dengan sekalian sifatnya daripada barang yang dinyatakannya
akan dia kepadamu, maka apabila kau kenal akan dia maka hasil lah
bagimu ketika itu pesertaan yang tertentu//152//Tertentu lagi patup
dengan halim hingga apabila mendudukkan Allah taala akan dikau
pada tempat duduk orang yang dhiddiq dan hasil pula bagimu di
hadhrat Haq taala dipakankannya lah atasmu pakaian mehampirkan
dan pakaian memuliakan danmehadapkanlah ia kepadamu akan
mukanya yang mulia, maka hasillah ketika itu bagimu pesertaan yang
hakiki dan musyahadah yang berkekalan dari dunia datang ke akhirat,
dan tiada yang demikian itu sukur pada Allah, maka apabila
mendudukkan ia akan dikau pada tempat duduk orang yang shiddiq ,
maka kau kata akan katanya yâ ghaniyy ‘ala al-ithlâq man li al-faqîri
‘ala al-ithlâq, hai yang kaya atas semata-mata, siapakah bagi yang papa
atas semata-mata. Wa yâ ‘azîz ‘ala al-ithlâq man li al-dzalîl ‘ala al-
ithlâq, hay yang mulia atas semata-mata, siapakah bagi yang hina atas
semata-mata. Wa yâ qawiyy ‘ala al-ithlâq man li al-dha’îf ‘ala al-ithlâq,
hai yang keras semata-mata, siapakah bagi yang lembut semata-mata.
Wa yâ qadîr ‘ala al-ithlâq man li al-‘âjizi ‘ala al-ithlâq, hai yang kuasa
atas semata-mata, siapakah bagi yang lemah atas semata-mata.

‫د‬ٞ‫ع‬ٝ ٖٓ ‫ي‬٤‫ػِْ ٓب ك‬ٝ .‫اُطبػبد‬ ّ ‫ٕ ُي‬ُّٞ ،َُِٔ‫د ا‬ٞ‫ع‬ٝ ‫اُؾن ٓ٘ي‬ّ ِْ‫ُ ّٔب ػ‬
‫د‬ٞ‫ع‬ٝ ‫ ّٔي ئهبٓخ اُقالح ال‬ٛ ٌٕٞ٤ُٝ.‫هبد‬ٝ‫ ثؼل األ‬٢‫ي ك‬٤ِ‫ب ػ‬ٛ‫ كؾغش‬،ٙ‫اُؾش‬
.ْ٤‫ كٔب ً َّ ٓق َّ ٓو‬.‫اُقالح‬

Tatkala mengetahui Haq taala dari padamu akan diperoleh jammu,


dibagi-baginya bagimu segala taat dan mengetahui ia akan barang

Syarh Al-Hikam 145


yang dalam dirimu daripada diperoleh loba maka mehantarkan ia akan
dia atasmu dalam setengah segala waktu dan sanya hendak ada citamu
akan mendirikan sembahyang tiada akan sembahyang, maka tiada
tiap-tiap orang yang sembahyang mendirikan dia.

Membagi-bagikan taat segala taat itu karena diperoleh jam dan


mehantarkan dia pada setengah segala waktu karena diperoleh jammu
dua nikmat yang besar, keduanya diri Allah dengan nikmat keduanya
atas hamba karena bahwasanya jammu dan loba dua petuntut yang
besar keduanya yang memutuskan keduanya daripada
hamba//153//Akan jalan ubudiyyahnya. Dan jammu itu sebab
banyak memalingkan ia akan manusia umur yang menghubung akan
dia dalamnya kesukaran, maka sabarlah ia atasnya dan
menanggunglah ia akan Allah dalamnya hingga kesakitan ia dan
bencilah ia akan dia, maka meninggalkan ia akan amal itu.
Dan yang loba itu melampaui hingga pada sangat besegera
kepada umur karena cumis akan dia. Bermula yang mewajibkan akan
dua puluh jammu menggali atas pekerjaan yang satu daripada segala
ibadah maka jemulah akan dia nafsu pasailah ia daripadanya. Maka
apabila kau bagi bagian akan dia kau rasa akan manisnya dan
sedapnya. Bermula yang mewajibkan akan diperoleh patup sekalian
waktu semuhanya akan jatuh sekalian ibadah dalamnya serta sangat
cumis atas ibadah itu, dan tatkala diperoleh jammu jatuhlah kurang
dan taksir dalamnya, maka karena itulah menentukan Haq taala bagi
segala taat akan segala waktunya yang jatuh ia dalamnya dan akan
segala waktu yang tiada jatuh taat dalamnya, maka jika ada jammu
dan loba itu jatuh keduanya dalam sembahyang, tiadalah orang yang
mengerjakan dia mendirikan baginya, karena diperoleh taksirnya
dalamnya, dan tiada disuruhkan orang yang mengerjakan dia
melainkan dengan mendirikan sembahyang dengan segala hadas dan
segala syaratnya dan segala adabnya yang zahir dan batin, tiada
disuruhkan ia dengan rupa sembahyang itu jua karena bahwasanya
yang demikian itu terkadang ia akan sebab datang siksa atas yang
berbuat dia.
Kata Syekh Abu Al-Abbas radhiyallâhu ‘anhu tiap-tiap tempat
yang disebutkan Allah dalamnya akan segala mereka yang
sembahyang pada menyatakan puji Allah akan mereka itu, maka

146 Syekh Burhanuddin Ulakan


hanya sanya datang ia bagi barang siapa yang mendirikan ia akan dia
dengan segala hakim yang tersebut firman Allah subhanahu wa taala
alladzîna yu’minûna bi al-ghaybi wa yuqîmûna al-shalâh, segala
mereka yang percaya akan yang ghaib dan sedia mendirikan mereka
itu akan sembahyang. Hikayat daripada Nabiyullah Ibrahim
‘alayhissalâm//154//Rabbiy ij’alniy muqîm al-shalâh, hai Tuhanku
jadikan olehmu akan di aku mendirikan sembahyang karena
menyebut akan di aku, dan firman Allah taala wa iqâmi al-shalâh, dan
mendirikan ia akan sembahyang, dan firman Allah taala wa al-
muqîmiina al-shalâh, dan mendirikan mereka itu akan sembahyang.
Maka adalah Allah dengan sekalian firmanNya ini memuji ia
akan segala hambanya yang mengerjakan mereka itu akan
sembahyang dengan segala hukum yang tersebut itu, dan tatkala
menyebutkan Haq taala akan segala mereka itu yang sembahyang
dengan ghaflah mereka itu, maka firman Allah fa waylun li al-
mushallîn alladzîna hum ‘an shalâtihim sâhûn, maka karam bagi segala
mereka yang sembahyang mereka itu yang mereka itu daripada
sembahyang mereka itu lupa. Dan ketahui olehmu bahwasanya
mukmin apabila menyembahyangkan ia akan satu sembahyang
dengan segala syaratnya dan rukunnya dan segala adabnya yang zahir
dan yang batin, maka diterimakan ia daripadanya sanya dijadikan
daripada sembahyang itu dalam alam malakutnya akan satu rupa yang
ruku’ ia lagi sujud hingga sampai kepada hari kiamat, dan pahalanya
itu bagi mukmin yang empunya sembahyang itu. Hai nafsu dirikan
olehmu akan sembahyang dengan sempurnanya, mudah-mudahan
Allah taala meanugerahkan ia akan pahalanya kepadamu seperti yang
tersebut itu.
Bermula mendirikan sembahyang yaitu memelihara segala
hadats pada zahir dan batin. Kata Ibnu ‘Atsar radhiyallâhu ‘anhu
bermula mendirikan sembahyang yaitu memelihara segala hadats
serta memelihara sir serta Allah ‘azza wa jalla tiada berkerap sirmu
akan yang lainnya. Kata Imam Abu Al-Qasim Al-Qusyayri radhiyallâhu
‘anhu mendirikan sembahyang yaitu berdiri dengan segala rukunnya
dan segala sunatnya, kemudian maka ghaib ia dari paa memandang
dia dengan menilik akan barang siapa yang sembahyang ia karenanya,
maka memelihara ia atasnya akan segala hukum pekerjaan daripada
barang yang berlaku ia atasnya daripadanya, dan yaitu daripada

Syarh Al-Hikam 147


mulahazhah akan dia hapus nafsu mereka itu daripadanya diri mereka
itu mengadap kepada kiblat dan hati mereka itu tetap pada Hakikat
sampai.

ِ ْٞ ُُِ‫ َشح ٌ ُِ ِْو‬ّٜ ِ ‫ط‬


.‫ة‬ َ ُٓ //711//ُ‫ق َالح‬
َّ ُ‫ا‬

Yang sembahyang itu pegawai menyucikan bagi hati daripada segala


daki dosa.

Firman Allah taala inna al-hasanâti yadzhabanna al-sayyi’âti,


bahwasanya segala yang baik mehilangkan ia akan segala yang jahat.
Dan firman Allah taala inna al-shalâta tanhâ ‘an al-fahsyâ’ wa al-
munkar,bahwasanya sembahyang menegahkan ia daripada segala
yang keji dan yang munkar. Artinya mensucikan ia daripada keduanya
akan hati hamba yang mendirikan dia dengan segala yang tersebut.
Dan sabda Nabi ‘alayhi al-shalâtu wa al-salâm matsalu al-shalawaat al-
khams ka mitsli nahrin ‘adzabi yamurru bi baabi ahadikum al-hadîts,
upama segala sembahyang lima waktu upama sungai yang tawar
airnya yang lalu ia pada pintu seseorang kamu ini hadits,

‫ة‬ٞ٤‫اعزلزبػ ُجبة اُـ‬ٝ

Dan membukakan bagi pintu ghaib karena bahwasanya apabila suci


dan jernih segala hati, diangkatkan daripadanya segala dinding dan
segala tutup, maka melihat ia akan barang yang ghaib daripadanya
daripada segala asrar.

‫اُقالح ٓؾ َّ أُ٘غبح‬

sembahyang itu tempat berkata, karena bahwasanya dalamnya adalah


beberapa puji dan beberapa doa, bermula munajat berhadap asrar
tatkala suci daripada segala yang keruh kepada malik al-jabaar. ٕ‫ٓؼذ‬ٝ
‫أُقبكبح‬dan timbang segala yang hening, dan yaitu hilang segala yang
keruh yang tsaabit ia antaramu dan antara Tuhanmu hingga heninglah
hatimu dan sirmu.

Maka suci ketika itu pandangmu kepada Haq taala, dan


mehapuskan akan dzatmu wujudnya, maka selama lagi ada hati

148 Syekh Burhanuddin Ulakan


hamba kekeruhan dengan segala yang lain daripada Allah, sanya
adalah ia dalam tertutup daripada Haq subhanahu wa taala, karena
bahwasanya ia ketika itu dalam kelam dan buta yang membawa ia
akan dia kepada maksiat dan kufur, maka persuci hatimu dengan
minta tolong daripada Tuhanmu. ‫ٖ األعشاس‬٣‫بد‬٤ٓ ‫ب‬ٜ٤‫رزغغ ك‬yang luas
dalamnya segala medan asrar, hingga banyaklah atasmu kenyataan
wujud Haq taala. ‫ ِاس‬َٞ ْٗ َ ‫ ِاس ُم ْاأل‬ََٞ ‫ب ؽ‬َٜ ٤ْ ِ‫ذ ك‬
ْ َ‫رَؾ ََّشه‬ٝdan
َ benderang lah dalamnya
segala//156//Benderang anwar maka adalah hatimu itu nur atas nur
dan segala ibarat yang enam ini segala maknanya berhampiran.
Dan tatkala adalah segala ahwal yang menyebutkan dia muallif
daripada segala faedah sembahyang dan bahwasanya yang dimaksud
daripada sembahyang hanya ia menghasilkan segala faedah itu adalah
menyebutkan muallif bagi segala ahwaal itu seperti dalil atas barang
yang dekat oleh muallif akan dia daripada bahwasanya yang
disudahkan dengan berbuat dia, hanya sanya ia mendirikan
sembahyang, tiada wujud sembahyang maka bahwasanya
sembahyang yang mu’tabar hanya sanya ia sembahyang segala
mereka yang takut, tiada sembahyang segala mereka yang lalai yang
tiada bangkit ia kepada mendapat segala maksud ini, dan karena
segala faedah yang enam ini adalah sembahyang itu terlebih sempurna
daripada segala ibadah yang lainnya, dan pohon segala yang baik.
Firman Allah taala aqim al-shalâh li dzikriy, dirikan olehmu akan
sembahyang karena menyebutku. Mengkhabarkan Haq taala dengan
firmannya ini akan bahwasanya sembahyang yang dikehendaki
daripadanya dzikir Allah dan sanya diriwayatkan akan makna
demikian itu daripada Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam
bahwasanya ia bersabda, innamâ faradhtu al-shalâta wa amara bi al-
hajj wa al-thawâf wa asy’artu bi al-manâsik li iqâmati dzikr Allâh,
hanya sanya difardukan sembahyang dan disuruh dengan haji dan
thawaf dan diingatkan segala ibadah karena mendirikan zikir Allah,
dan karena sembahyang terlebih sempurna daripada segala ibadah
yang lainnya lagi zikir Allah dalamnya adalah tetap mata kekasih Allah
Muhammad shallallâhu ‘alayhi wa sallam dalamnya atas yang lagi
akan datang kelam atas pada tempat yang menyatakan muallif akan
dia dan datang setengah segala khabar bahwasanya hamba apabila
berdiri ia kepada sembahyang, diangkatkan Allah akan dinding
antaranya dan antara hambanya dan menghadap ia akan dia dengan

Syarh Al-Hikam 149


mukanya yang mulia, dan berdiri malaikat daripada dua pihak
bahwasanya hingga sampai kepada hawa sembahyang dengan
sembahyangnya dan meaminkan mereka itu atas doanya.
//157//Dan bahwasanya orang yang sembahyang ditaburkan
atasnya kebajikan dari atas langit hingga sampai kepada kepalanya,
dan menyeru akan dia yang menyeru, jikalau tahu yang mengadap
akan yang dihadapnya, tiadalah berpaling ia daripada mengadap dia,
dan bahwasanya segala pintu langit dibuka ia bagi orang yang
sembahyang, dan bahwasanya Allah taala mengkehendaki kepada
segala malaikat dengan segala shaf segala mereka itu yang
sembahyang dan dalam nuriyyah, firman Allah yâ ibnu ‘adam lâ ta’jiz
an taqûma bayna yadayya mushalliyan bâkiyân fa anâ Allah alladziy
iqtarabtu min qalbika wa bi al-ghaybi ra’aytu nûriy, hai anak ‘adam,
jangan lemah engkau daripada berdiri di hadapanku hal keadaanmu
sembahyang lagi menangis, maka aku Allah yang hampir aku daripada
hatimu dan dengan ghaib ku lihat akan nur-ku. Maka adalah mereka
itu meiktikadkan sayang dan tangis dan segala yang dibukakan yang
mendapat dia orang yang sembahyang dalam hatinya daripada hampir
Tuhan daripada hati.
Dan kata Muhammad bin Ali radhiyallâhu ‘anhu diseru Allah
taala segala mereka yang muwahidin kepada segala sembahyang lima
ini karena rahmat daripadanya atas mereka itu yang diberikan rahmat
itu bagi mereka dalamnya berbagi-bagi segala perjamuan, supaya
mengambil hamba daripada tiap-tiap qaul dan fi’il akan sesuatu
daripada segala pemeriannya, maka segala fi’il seperti makanan dan
segala aqwaal seperti minuman, dan sembahyang itu arasy segala
mereka yang muwahhidin menyenggerah akan dia Tuhan segala alam
bagi mereka yang patut dengan beroleh rahmatnya dalam tiap-tiap
sehari lima kali hingga tiadalah atas mereka itu (daga?) tiada labbun.
Dan kata Syekh Abu Thalib radhiyallâhu ‘anhu akan hadits anna
al-mukmina idzâ tawadhdha’a li al-shalâti tabaa’adtu ‘anhu al-
syayâthiina fî afthaar al-ardhayni khawfan minhu li annahu li al-
dukhuuli ‘alayya al-mulku, bahwasanya mukmin apabila mengambil
air sembahyang ia karena sembahyang, jauh daripadanya segala
syaitan pada pihak yang jauh daripada segala tanah karena takut
daripadanya, karena bahwasanya besenggrah kepada masuk atas Haq
taala.//158//fa idzâ kabbara hujiba ‘anhu ibliisu wa dharaba baynahu

150 Syekh Burhanuddin Ulakan


wa baynahu sarâdiq an lâ yanzhura ilayhi wa wajadahu al-jabâr bi
wajhihi, maka apabila takbir ia didinding daripadanya dan mendapat
dia Haq taala dengan mukanya yang mulia. Fa idzâ qâla Allâhu akbar
athla’a al-mulku fî qalbihi fa idzâ ra’a laysa fîhi akbara min Allah fa
yaqûlu al-mulku shaddaqta Allâhu akbar fî qalbika kama taqûlu, maka
apabila mengata ia Allahu akbar menilik Haq taala dalam hatinya,
maka apabila melihat ia tiada dalamnya yang terbesar daripada Allah,
maka berkata Allah taala benar engkau Allahu akbar dalam hatimu
seperti katamu.
Qâla fa yatasya’sya’a fî qalbihi nuur yalhaqu bi malakût al-‘arsy fa
yukasysyifu lahu bi dzalika al-nûr malakuut al-samâwaati wa al-ardhi
wa yaktubu lahu hasyura dzaalika al-nûr hasanâtîn, katanya maka
cemerlang dalam hatinya nur yang berhubung dengan kerajaan ‘arasy,
maka dibukakan baginya dengan nur itu kerajaan tujuh petala langit
dan bumi, dan disuratkan baginya sepenuh cahaya itu segala yang
baik. Qâla wa anna al-ghâfila al-jâhila idzâ qâma li al-wudhû’i
ihtawhasyat al-syayâthîn kamâ yahtawsya al-dzubâb ‘alayya naqtharu
al’asl, dan bahwasanya ghafil yang jahil apabila berdiri ia karena air
sembahyang, mengerubung akan dia sekalian syaitan seperti
bekerubung segala lalat atas titik air madu. Fa idzâ akbara athla’a al-
mulka fî qalbihi faadzan kulla syay’in fî qalbihi akbara min Allah
‘indahu fa yaqûlu al-mulku kadzabta laysa Allâh fî qalbika kamâ taqûlu,
maka apabila takbir ia menilik Haq taala dalam hatinya, maka tiba-tiba
sesuatu dalam hatinya yang terbesar daripada Allah padanya, maka
berkata Haq taala dusta engkau, tiada Allah dalam hatimu seperti
katamu.
Qâla fa yasyruru min qalbihi dukhânun yalhaqu bi ‘inaan al-
samâ’i fa yakûnu hijâban li qalbihi ‘an al-malakût, berkata ia
mengelamkan daripadanya asap yang berhubung dengan langit, maka
adalah ia akan dinding bagi hatinya daripada malakuut. Qâla yaridu
dzâlika al-hijâbu//159//Shalâtahu, berkata ia menolakkan dinding itu
akan sembahyangnya. Wa yaltaqimu al-syayâthiin qalbahu wa lâ
nazaalu lâ taftahu fîhi wa tanfatu wa tawaswasu ilayhi wa tazînu lahu
hatta yansharifu min shalâtihi lâ ya’qilu mâ kâna fîhi, dan menutup
segala syaitan akan hatinya dan sentiasa meniup ia dalamnya dan
mehembus dan mencebul kepadanya dan menghiasi ia baginya hingga
berpaling ia daripada sembahyangnya, tiada memejarakan akan

Syarh Al-Hikam 151


barang yang ada dalamnya. Bermula segala makna sekalian khabar
dan sekalian atsar muwafaqah dengan makna yang menyebutkan dia
muallif rahimahullah dan menancapkan atasnya, maka karena itulah
aku bawa akan dia disini, wa Allah waliyy al-taufiq bi rahmatihi.‘ َْ ِِ ‫ػ‬ َ
‫َب‬َٛ ‫ كٌََض َّ َش أ َ ْٓذَاد‬ِٚ ِِ ‫ن‬
ْ َ‫ ك‬٠َُ‫َب َعيَ ِئ‬٤ِ‫ػ ِِ َْ اؽْ ز‬ ٝ
َ َ ،‫َب‬
ٛ َ ‫د‬‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫ػ‬
ْ َ ‫أ‬ ْ
َ ّ ِ
ِ َ ‫و‬َ ‫ك‬ َ‫ي‬ْ٘ ٓ
ِ ‫ق‬
ِ ‫ؼ‬
ْ ‫ن‬
َّ ُ‫ا‬ َ ‫د‬ ٞ
ْ ‫ع‬
ُ ٝ
ُ Mengetahui ia
akan diperoleh lemah dari padamu, maka mengurangkan ia akan
bilangnya, dan mengetahui ia akan berkehendak engkau kepada
karunianya maka diperbanyaknya akan tolongnya.
Inilah setengah daripada karunia Allah taala yang beroleh akan
dia hambanya, maka mengurangkan akan segala bilangnya itu dengan
bahwa menjadikan ia akan yang lima puluh waktu lima waktu, dan
yang demikian itu meringan daripada keberatan hambanya, dan
memanyakkan segala tolongnya dengan menjadikan yang lima waktu
pahala lima puluh waktu, dan yang demikian itu karunia Allah akan
hambanya karena ada ia berkehendak kepadanya, maka baginya
segala puji dan syukur, artinya syabas atas demikian itu, dan segala
makna ini disebutkan dalam hadits mi’raj Nabi ‘alayhi al-shalâtu wa al-
salâm.

ُ ٣‫ ْاُ ُٔ ِش‬٢ْ ‫َ ٌْ ِل‬٣َٝ ،ِٚ ٤ْ ‫م ِك‬


‫ْت‬ ِ ْ‫قذ‬
ّ ِ ُ‫ ِد ا‬ْٞ ‫ ُع‬ُٞ ‫ْذ ِث‬ ُ ٍ‫ب‬
َ ‫ ُِج‬ْٞ ‫ه‬ ِ َٔ ‫ ْاأل َ ْػ‬٠َِ‫ػ‬
َ ‫مب‬
ً َٞ ‫ْذ ِػ‬ َ ٠َ ‫َٓز‬
َ ‫هَِج‬
‫غ َال َٓ ِخ‬
َّ ُ‫إ ا‬ُ َ‫عْ ذ‬ُٝ

Mana kala kau tuntut balas atas amal, dituntut engkau dengan keadaan
shiddiq dalamnya dan memadai bagi orang yang ketiadaan shiddiq
diperoleh sejahtera daripada siksa atas penyakit segala amalnya.

Telah terdahulu bahwasanya amal karena hasil balas dimasuki


lancang lagi berpenyakit dalamnya, dan makna yang menyebutkan dia
muallif bahwasanya amal atas menghendaki balas mendatangkan
akan binasa, karena bahwasanya apabila menuntut ia akan Tuhannya
dengan//160//Balas atas amalnya itu menuntut akan dia Tuhannya
dengan shiddiq dalamnya dan shiddiq itu menyempurnakan dengan
hak Tuhan dalam amal dan betapa baginya menyempurnakan hak itu
serta keadaannya menuntut bahagiannya daripada Tuhannya, maka ia
tedapat tiadalah syak dalamnya, maka padu akan dia mendapat
sejahtera daripada tiada bertambah atas sejahteranya.

152 Syekh Burhanuddin Ulakan


Kata Al-Wasithiy radhiyallahu ‘anhu segala ibadah kepada
menuntut maaf daripada taksirnya dalam ibdaha itu terlebih hampir ia
daripadanya kepada menuntut segala balas. Dan terhampir daripada
yang dikata Wasithiy barang yang dikata oleh Nashribadi radhiyallâhu
‘anhu segala ibadah itu kepada menuntut berpaling dan maaf daripada
taksirnya terlebih hampir ia daripadanya kepada menuntut segala
gantinya dan balasnya atasnya, dan kata Khair Al-Nasaj radhiyallâhu
‘anhu memasuki ia segala amalmu akan yang patu{p}[t] dengan segala
fi’ilmu, maka tuntut olehmu akan pusaka fadhalnya, maka bahwasanya
fadhalnya itu yang terlebih sempurna dan terlebih baik. Qaala Allah
taala qul bi fadhl Allâh wa bi rahmatihi fa bi dzâlika falyafrahû huwa
khayrun mimmâ yajma‘ûn, kata olehmu dengan karunia Allah dan
dengan rahmatnya, maka dengan itu hendak suka mereka itu yaitu
terlebih baik daripada yang dihampirkan mereka itu.

ْٕ ِ‫ ْاُؼَ َٔ َِ ئ‬٠َِ‫ػ‬ ِ َ‫ َِٖٓ ْاُ َغض‬٢


َ ‫اء َُ َي‬ ْ ‫َ ٌْ ِل‬٣ ،‫ُ كَب ِػ ًال‬َُٚ ‫ْذ‬
َ ‫ػ َٔ ٍَ َُغ‬
َ ْٖ ‫ػ‬ ً َٞ ‫َال ر َْطُِتْ ِػ‬
َ ‫مب‬
‫ُ هَب ِث ًال‬َُٚ َٕ‫ًَب‬

Jangan kau tuntut akan balas daripada amal yang tiada engkau
baginya berbuat pada Allah daripadailah daripada balas bagimu atas
amal bahwa ada ia menerima baginya.

Bermula yang tunggal dengan menjadikan segala amal sekalian


hamba dan mengadakan ia yaitu Allah ‘azza wa jalla, maka betapa
menuntut hamba akan balas atas amal, tiada jalan yang dimasuki
hamba pada menuntut balas atas Hakikat. Dan makna qabuul Haq
subhanahu wa taala akan amal hamba itu dibalasnya akan dia dan
tetapi tuntut olehmu daripadanya akan tolongnya dan akan
dikeraskannya engkau pada mendirikan dia dengan karenanya tiada
karena satu ‘illat daripada dunia dan akhirat, maka inilah jalan segala
mereka yang shaadiq pada ‘ubudiyyah, maka masuk
olehmu//161//Akan jalan segala mereka yang shadiq pada
ubudiyahdan tetap engkau dalamnya dan tinggalkan olehmu jalan
mereka yang lain daripada mereka itu.

‫ َْي‬٤َُِ‫ذ ئ‬
َ َ‫صَج‬َٝ َ‫ َْي َخَِن‬٤َِ‫ػ‬
َ َُِٚ‫ن‬ ْ ٣ ْٕ َ ‫ئِرَا أ َ َسادَ أ‬
ْ َ‫ َش ك‬ِٜ ‫ُظ‬

Syarh Al-Hikam 153


Apabila menghendaki ia akan menyatakan fadhalnya atasmu,
menjadikan ia dan memandangkan ia kepadamu.

Maka karunia Allah atasmu amat besar, maka apabila


menghendaki ia akan menyatakan karunianya atasmu, menjadikan ia
akan taat kepadamu dan mem[b]erikan ia akan dikan dengan dia dan
dibendungkannya akan taat itu kepadamu. Dan firmannya bagimu yâ
‘abdiy anta muthî‘un muttaqun wa mujtahidun wa ‘âmilun wa sawtsîbu
‘ala dzâlika, hai hambaku engkau yang bakut dan yang takut dan yang
bersungguh-sungguh dan yang bekerja dan lagi aku membalas akan
dikau. Maka apabila memandang hamba akan fadhal yang besar ini
dan keras lah atasnya malu dan pilu daripada Tuhannya yang kariim
dan lancar lidahnya dalam hal ini dengan doa dan pinta.
Dan berkata ia yâ rabb seperti berbuat baik engkau atasku
dengan menjadikan taat bagiku, dan kau pakaian akan di aku dengan
dia, dan kau sifatkan akan di aku dengan segala sifat yang dipuji,
padahal aku yang sunyi daripadanya pada Hakikat, dan kau janjikan
akan di aku serta demikian banyak pahala dan luput daripada siksa,
maka terimakan olehmu daripadaku akan amalku dan sampaikan
olehmu kepadaku barang yang kau janjikan akan di aku. Adalah
hamba itu dalam doanya itu betul, dan jika tiada ia demikian maka
tiada ia betul maka hak hamba bahwa tiada ia memandangkan kepada
dirinya akan sesuatu jua pun daripada kepujian segala sifatnya dan
kebaikan segala amalnya pada Hakikat, dan tiada akan satu adab jua
pun karena tiada patup nafsunya pada mensebutkan dia kepada yang
demikian itu.
Dan adapun kecelân segala sifatnya dan segala amalnya dan
kejahatan keduanya, maka dikehendaki oleh fikrah yang baik bahwa
memandangkan ia akan yang demikian itu kepada nafsunya, dan
bahwa ikrar ia dengan bahwasanya yang demikian itu daripada
aniayanya akan dirinya dan kelamnya dan bebalnya.

ْ َ ‫ ِئ ْٕ أ‬//762//‫ؽ َٓذَائِ َؾ َي‬


ُ َٙ‫د‬ْٞ ‫ َش ُع‬َٜ ‫ظ‬ ُ ‫ َال ر َ ْل ُش‬َٝ ‫ َْي‬٤َُ‫ َْي ِئ ْٕ أ َ ْس َعؼَ َي ِئ‬٤ِْٔ ٣َ‫َخَ ُِ ُٔز‬٣‫ب‬َٜ ِٗ ‫َال‬
‫ َْي‬٤ِ‫ػ‬
َ

Tiada berkesudahan bagi kecelânmu jika mengembalikan ia akan dikau


kepadamu, dan tiada selesai kepujianmu jika menyatakan ia akan

154 Syekh Burhanuddin Ulakan


murahnya atasmu. Barang siapa dikembalikan Allah akan dia kepada
dirinya dan suruhkannya akan dia kepada akalnya dan panca indranya,
maka sanya menolakkan ia akan dia daripada pintunya dan
menjauhkan ia akan dia daripada hampir kepadanya.

Dan adalah segala ahwalnya kemasukan lancang lagi


berpenyakit, dan segala amalnya keji lagi ditolak, dan barang siapa
ditempatkan Allah akan dia kepadanya dan dinyatakannya akan dia
murahnya atasnya, maka sanya diperbaik Allah akan dia bagi dirinya
dan ditinggikannya akan dia kepada hadhrat kesuciannya, dan adalah
segala lakunya baik lagi elok, dan segala amalnya semuhanya dipuji
lagi diterimakan.

‫َّزِ َي ُٓز َ َؾ ِوّوًب‬٣‫ ِد‬ُْٞ ‫ػج‬ َ ْٝ َ ‫ثِأ‬َٝ ً ‫ ُٓزَؼَ ِِّوب‬ِٚ ِ‫َّز‬٤ِ‫ث‬ُْٞ ‫بف ُسث‬
ُ ِٚ ِ‫فبك‬ ِ ‫ف‬َ ْٝ َ ‫ًُ ْٖ ثِأ‬

Jadikan dirimu dengan segala sifat martabat ketuhanannya berjabat


dan dengan segala sifat martabat kehambaannya bersungguh-sungguh.
Maka ta‘alluq dengan segala sifat rububiyyah itu bahwa kau pandang
akan wujudmu dan segala yang melazim wujudmu tiada sesuatu
daripada sekaliannya itu bagimu dan tiada dari padamu dan hanya
sanya ia mendatang padamu, maka tiada kau lihat akan wujudmu
melainkan dengan wujudnya jua, dan tiada kekalmu melainkan dengan
kekalnya jua, dan tiada muliamu melainkan dengan mulianya jua, dan
tiada kuasamu melainkan dengan kuasanya jua, dan tiada kayamu
melainkan dengan kayanya jua, hingga lainnya daripada segala sifat.

Dan tiada sempurna bagimu ta’alluq dengan segala sifat


rububiyyah melainkan dengan sungguh keadaanmu dalam segala sifat
kehambaanmu daripada ‘‘adam-mu, dan faqir-mu, dan dzillah-mu, dan
‘ajaz-mu. Bermula ta‘alluq dan tahaqquq yang disebutkan keduanya
berlazim-laziman keduanya, tetapi keduanya itu syayy yang satu tiada
berbilang dalam keduanya atas tahkik.

ْ َٝ ٢‫ ُؼ َُ َي أ َ ْٕ رَذَّ ِػ‬٤ْ ِ‫َج‬٤َ‫ أَك‬، َْٖ٤ِ‫ه‬ْٞ ُِ‫ ُِ ِْ َٔ ْخ‬َٞ ُٛ ‫ْظ َُ َي ِٓ َّٔب‬


َُٚ‫فل‬ َ ٤َُ ‫ َٓب‬٢ْ ‫ََٓ٘ؼَ َي أ َ ْٕ رَذَّ ِػ‬
//761// َْٖ٤َُٔ‫ َسةُّ ْاُؼَب‬َٞ ُٛ َٝ

Syarh Al-Hikam 155


Ditegahkannya engkau akan mendakwa barang yang tiada ia bagimu
daripada barang yang ia bagi segala makhluk, maka adalah diharuskan
bagimu akan mendakwa sifatnya dan ia Tuhan segala alam.

Dibawa oleh muallif akan katanya ini seperti dalil atas katanya
yang dahulu sekarang daripada bahwasanya tiada bahagian bagi
hamba sesuatu daripada segala sifat Tuhannya melainkan ta’alluq
dengan dia jua, dan bahwasanya dakwanya akan sesuatu daripada
segala sifatnya setengah daripada yang besar segala durhaka hati
daripada menyekutui hamba bagi Tuhannya. Bermula yang
dikehendaki oleh cemburuHaq taala yang bersifat ia dengan dia dan
yang mem[b]eri tahu ia akan kita dengan pekerjaan cemburu itu atas
lidah Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam, sekira-kira bersabda ia
lâ ahadun aghyaru min Allâh ta‘âla wa min ghayratihi annahu harrama
al-fawâhisya mâ zhahara minhâ wa mâ bathana, tiada seseorang jua
pun yang terlebih cemburu daripada Allah taala dan daripada
cemburunya bahwasanya ia meharamkan ia akan segala yang keji
barang yang nyata daripadanya dan yang terbunyi.
Meharamkan mendakwa sifatnya atas hamba dan meharuskan
atas hamba itu dengan mustahiq ditolak dan dijauhkan karena sangat
keji dakwanya itu dan setengah daripada yang terlebih keji daripadas
egala yang keji pada segala arif diperoleh sesuatu daripada surga
dalam hati hamba dengan mendakwa daripada segala sifat rububiyyah
bagi dirinya dengan iktikad atau dengan kata, karena dakwanya
sesuatu yang demikian itu mementah bagi Haq taala dan takabur
atasnya dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallâhu ‘anhu berkata ia sabda
Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam firman Allah ‘azza wa jalla al-
kibriyâu dâ’iyun wa al-‘uzhmatu azâriy, yang kebesaran itu selimutku
dan kegedangan itu kainku, fa man nâza’aniy wâhidatan minhumâ
alqaytuhu fî al-nâr, maka barang siapa meninggal ia daripadaku akan
sesuatu daripada keduanya itu ku jatuhkan akan dia ke dalam neraka.
dan makna munaza’ah itu mendakwa //164// dengan kata dan ibarat
dan membunyikan dengan perbuatan dan isyarat.
Dan makna cemburu daripada Haq Taala bahwasanya tiada rida
ia dengan sekutui lainnya baginya pada barang yang tertentu ia
dengan dia daripada segala sifat rububiyah dan daripada barang yang
hak-Nya daripada segala amal yang syar‘iyyah. Dan apabila ada Haq

156 Syekh Burhanuddin Ulakan


Taala menegahkan bagimu dan mengharamkan atasmu akan
dakwamu akan barang yang tiada ia bagimu daripada barang yang
diberikanNya akan segala makhluk daipada segala arti dan menamai
ia akan yang demikian itu aniaya dan bersiteru, maka betapa
me[ng]haruskan ia bagimu akan mendakwa engkau akan sifatNya
padahal ia Tuhan segala alam tiada yang menyekutui dia pada
demikian itu seorang juapun tiada engkau dan tiada lainmu, maka
dakwa tatkala itu daripada yang kebesar-besar aniaya dan sangat
pesartuan doa niatkan Allah akan kita daipada yang demikian itu
dengan fadilNya.
Bermula makna cemburu ini yang memandang dia Mualif
rahimahullah dalam masalah menegahkan dakwa hamba akan sifat
rububiyah baginya yaitu kehendak yang kesudah-sudahan yang ia
tempat memanahkan tilik segala sufi radiyallah anhum dan tiap-tiap
barang yang dihinapkan mereka itu akan dia dan yang dibaiki mereka
itu akan dia dan yang disuruhkan mereka itu dengan dia dan yang
ditegahkan mereka itu daripadanya daripada segala perbuatan dan
segala kata. Dan segala lagi hanyasanya ia jalan yang menyampaikan
kepada maksud yang mulia ini dan makam yang tinggi ini, maka
pekerjaan mereka itu selama-lamanya hanya sanya yaitu amal atas
memimpikan nafas mereka itu dan membuangkan bahagiannya
dengan sekaliannya.
Seperti dikata orang bermula sufi darahnya hadir dan miliknya
mubah dan tiada yang demikian itu yang sengaja mereka itu dengan
sejahteranya dan hanyasanya kehendak mereka itu daripada demikian
itu barang yang lazim ia daripadanya daripada meninggalkan Allah
taala pada mereka itu dengan wujud dan segala yang melazim
wujudnya deengan tinggal yang tiada menyekutui //165// mereka itu
dalam suatu daripada segala-gala seperti yang telah kami sebutkan
akan dia. Dan meninggikan Allah taala yang ia ketinggikan kebanyakan
manusia dan tiada dibaikan mereka itu daripadanya dan melainkan
dengan papa karena dengan demikian itu memustahikkan manusia
akan berhambakan diri bagi Allah taala yang maqam bagi hamba yang
terlebih maqam itu daripadanya yaitu obat syahadah dengan wujud
dan segala yang melazimi wujudnya. Kayfa takhruq53laka al-‘awâ’id wa

53
Dalam teks “yahruq”

Syarh Al-Hikam 157


anta lam takhruq min nafsika al-‘awâ’id. Betapa menjarakkan ia
bagimu akan segala adat, bermula menjarakkan segala adat dengan
membukakan tanda kudrat dan tiada dimuliakan Allah dengan dia
melainkan barang siapa yang menjarakkan ia akan adat darinya.
Dan yang fana ia daripada segala kehendaknya dan segala
bahagiannya dan barang siapa tiada sampai ia kepada maqam ini
tiadalah loba ia pada menjarakkan segala adat dan jika nyata baginya
sesuatu yang rupanya rupa keramat seyogyanya baginya takut tatkala
itu daripada orang dan tipu dan tiada maksiat ia akan yang demikian
itu dan tiada menuntut ia akan dia, maka jika maksiat ia akan dia atau
menuntut ia akan dia maka yaitu menunjukkan atas kekalnya serta
segala kehendaknya dan segala bahagian dan segala adatnya, maka
betapa dijarakkan segala adat bagi barang siapa yang ini sifatnya atas
jalan keramat dan tiada ini melainkan mustahil baginya. Adapun kita
menjarakkan akan segala adat diri kita, maka dengan menyungguhkan
adab dalam hadhirat Haq Taala dan menyungguhkan adab itu dengan
tiga wajah, yang pertama mendirikan segala yang fardu, dan yang
kedua berpaling daripada segala makhluk dengan hati, dan ketiga
memilih benar yang tambah ia daripada sungguh martabat ubudiyah
yang mewajibkan ubudiyah akan memandang martabat rububiyah
Haq //166// Taala.
Kata Syekh Abu Hasan radhiyallah anhu mensahkan martabat
ubudiyah dengan {dengan} mengakal fikir dan ‘ajzun dan dha‘îf dan
dzillah dan segala lawannya itu segala sifat rububiyah, maka segala
sifat ubudiyah itu bagimu dan segala sifat Tuhanmu. Mâ asy-sya’nu
wujûd ath-thalab innamâ asy-sya’nu an yurzaq husna al-adab, tiada
pekerjaan akan keadaan menuntut hanyasanya yang pekerjaan itu
bahwa dirasakan akan dikau dengan sebaik-baik adab. Apabila
melazimkan hamba akan menuntut segala hajatnya dan segala
bahagiannya daripada Tuhannya dan tiada menuntut ia akan yang
demikian itu daripada yang lainnya, maka jangan menyangka ia
bahwasanya ia menyempurnakan akan dia dengan barang yang wajib
ia atas daripada segala Haq rububiyah. Maka tiada yang demikian itu
pekerjaan yang kebilangan pada segala mereka yang muhaqqiqin dan
hanyasanya pekerjaan yang kebilangan pada mereka itu bahwa
berbuat fikrah hamba antara hadapan Tuhannya dengan fikrah yang
baik yaitu bahwa menyuruhkan ia akan pekerjaannya kepadanya tiada

158 Syekh Burhanuddin Ulakan


kepada yang lainnya dan rida ia dengan barang yang dibahagikannya
baginya dan tiada meminta ia daripadanya barang yang tiada ia
baginya atau meminta ia daripadanya akan ubudiyah daripadanya,
karenanya tiada karena sengaja beroleh perihan nafsu, maka ia dalam
dua perkara ini membaiki ia akan pengertiannya dan mensahkan ia
akan pintanya dan tuntutnya dan yang demikian itu yaitu
menyempurnakan akan Haq rububiyah atas tahqiq.
Mâ thuliba minka syai’un mitslu al-idhthirâr wa lâ usri‘ bi al-
mawâhib ilayka mitslu al-dzillah wa al-iftiqâr, tiada dituntut
daripadamu sesuatu yang seperti idhthirâr dan tiada disegerakan
dengan segala yang diberikan kepadamu seperti hina dan papa.
Bermula idhthirâr hamba yaitu terlebih tentu daripada segala sifat
ubudiyahnya dan karena itu tiadalah dituntut daripada hamba sesuatu
yang terbasa daripadanya kata //167// Abu Muhammad Abdullah
Ibnu Mubarak radiyallah ‘anhu “ubudiyah itu kembali hamba dalam
tiap-tiap sesuatu kepada Allah azza wa jalla atas had idhthirâr dan
dalamnya pula ketentuan berkenankan doa”, firman Allah azza wa
jalla man yujîb al-mudhtharâr idzâ da‘âhu, siapakah yang berkenankan
ia orang yang mudhtharâr apabila meminta ia akan dia.
Bermula idhthirâr yang dituntut daripadanya bahwa tiada
menuduh hamba daripada dirinya akan sesuatu daripada sifat
keluasan dan upaya dan sifat kekerasan dan tiada melihat ia bagi
dirinya akan sesuatu daripada segala asbab yang berpegang ia atasnya
dan yang bersandar ia kepadanya dan adalah ia seperti orang
yangkaram dalam laut atau sesat pada padang yang tiada suatu
dalamnya tiada melihat ia bagi yang menolong dia melainkan
Tuhannya dan tiada mengharap ia bagi yang meluputkan dia daripada
binasanya akan seorang yang lainnya. Dan kata setengah arifin orang
yang mudhthir[âr] yang berdiri ia antara dua tangan Tuhannya, maka
mengangkatkan ia akan dua tangannya dengan meminta, maka tiada
melihat antaranya dan antara Allah satu kebajikan yang mustahiqkan
ia dengan dia akan beroleh sesuatu, maka berkata ia “berilah olehmu
bagiku hai Tuhanku dengan tiada sesuatu”.
Bermula dzillah dan iftiqâr dua pekerjaan yang lazim keduanya
bagi orang yang mudhthir[âr] dan keduanya mewajibkan keduanya
bagi menyegerakan pemberi Haq Taala kepada hamba yang bersifat ia
dengan keduanya dan kepadanya isyarat firman Allah taala walaqad

Syarh Al-Hikam 159


nasharakum Allâh bi badri wa antum adzallah, dan sanya menolong
akan kamu Allah dalam badar padahal kamu hina. Maka kehinaan
mereka itu mewajibkan ia bagi mereka itu akan mulia mereka itu dan
akan menolong mereka itu seperti dikata orang, dan apabila hina
segala batang leher karena mendampingkan dirinya kepadamu, maka
muliakan olehmu akan dia dalam hinanya.
Kata dalam Lathâ’if al-Manan “ yang menghela bagi taufik dan
alama shidiq //168// kembali kepada Allah taala pada awal
perbuatan dan meninggalkan dia dengan mentahqiqkan papa dan
berkehendak kepada Allah dan menyelam di laut hina dan miskin
antara hadapannya dan menggali yang demikian itu hingga selesai
daripada yang demikian itu selama-lamanya, firman Allah taala
walaqad nasharakum bi badri wa antum adzallah dan firman Allah
innamâ al-shadaqât lilfuqarâ’i wa al-miskîn, maka jangan masuk
engkau ke dalam ampas amalmu dan ilmumu, maka kata seperti kata
orang yang dihinakan maka mengkabarkan Allah daripadanya akan
katanya padahal ia masuk dalam ampas dan ia aniaya akan dirinya.
Berkata ia mâ azhun an tubayyid hadzihi abdan tiada menyangka
aku akan binasa ini selama-lamanya dan tetap masuk oleh mu akan
dia seperti yang dinyatakan Allah bagimu dan kata oleh mu seperti
keridaannya bagimu wa law lâ idza dakhlta jannatuka qulta mâsyâ’a
Allâh lâ quwwata illâ billâh dan apa tiada tatkala masuk engkau ke
dalam ampasmu kau kata mâsyâ’a Allâh lâ quwwata illâ billâh dan
pahamkan di sini akan sabda Nabi shalallah ‘alaihi wa sallam lâ hawla
walâ quwwata illâ billâh al-‘aliyyu al-‘azhîm itu satu perbendaharaan
daripada segala perbendaharaan syurga dan satu riwayat yang lain
satu perbendaharaan daripada segala perbendaharaan bawah
arsyiNya.
Law annaka lâ tashilu ilayhi illa ba‘da fanâ’i masâwîka wa mahwi
da‘âwîka lam tashil ilayhi abadan, wa lakin idzâ arâda an
yuwashshilaka ilayhi ghattha washfaka bi washfihi wa na‘taka bina‘tihi
fawashshalka ilayka bimâ minhu ilayka lâ bimâ minka ilayh, jikalau
bahwasanya engkau tiada sampai engkau kepadanya melainkan
kemudian lenyap segala kejahatan dan hapus segala dakwamu sampai
kepadanya selama-lamanya dan tetapi apabila berkehendak ia akan
menyampaikan engkau kepada menutup ia akan sifatmu dengan
sifatnya dan nikmatmu dengan nikmatnya, maka menyampaikan ia

160 Syekh Burhanuddin Ulakan


akan dikau kepadanya dengan barang yang daripadanya kepadamu
tiada dengan barang yang daripadamu kepadanya.
Bermula sampai kepada Allah taala tiada ada ia melainkan
dengan mehapuskan segala sifat nafsu dan memutuskan segala
sangkutan hati //169// dan sesuatu daripada menghapuskan sifatnya
dan memutuskan sangkutannya tiada terupa ia daripada hamba
daripada pihak hamba itu hamba karena bahwasanya yang demikian
itu sifat lazim bagi hamba karena perangainya dan kejadiannya dan
jikalau tiada daripada yang demikian itu melainkan segala iradatnya
dan amalnya pada menghasilkan sampai ini dengan dirinya dan
keduanya daripada jumlah segala kejahatan dan segala dakwa yang
dikehendaki kepada menghapuskan keduanya tiada dapat
menghapuskan keduanya.
Kata Syekh Abu al-Abbas al-Mursyi radiyallah ;anhu “tiada
sampai wali kepada Allah hingga putus ia daripada ingin akan sampai
yakni putus fikrah keinginan tiada putus milik”. Kata Syekh Abu Hasan
radiyallah ‘anhu “tiada sampai wali kepada Allah dan sertanya satu
syahwat daripada segala syahwatnya atau sertanya satu tadbir
daripada segala tadbirnya atau satu ikhtiar daripada segala ikhtiarnya,
maka jikalau dibunyikan Allah taala akan hambanya daripada yang
demikian itu tiada sampai ia kepadanya selama-lamanya dan tetapi
apabila dikehendaki Allah taala akan menyampaikan ia akan dia
kepadanya menyenggerakanlah ia akan sampainya kepadanya seperti
menyatkan Haq Taala bagi hamba yang suci dan barang yang terbunyi
dengan demikian itu segala sifat (h-m-k-ny) dan segala taatnya
daripada hamba.
Dan adalah zuhûr sifatnya atas hamba itu alamat kasihnya
baginya seperti yang diisyaratkan Haq taala kepada zuhûr sifatnya
atasnya dengan firmannya dalam hadis sahih fa’idzâ ajabtuhu kuntu
sam‘ah alladzî yasma‘u bihi wa basharihi alladzî yubshiru bihi wa
yadahu allatî biyathsy bihâ wa rijalat allatî yamsyâ ‘alayhâ, maka
apabila Ku kasih akan dia jadilah Aku pen[d]engarnya yang
men[d]engar ia dengan dia dan kakinya yang berjalan ia atasnya dan
tatkala zuhûr sifat Tuhannya atas hamba tiadalah baginya iradat dan
ikhtiar melainkan barang //170// yang dipilih Tuhannya akan dia
dan yang dikehendakinya akan dia, maka adalah hamba ketika zahir

Syarh Al-Hikam 161


sifat Tuhannya atas nya wâshal kepada Allah dengan barang yang
diberi Allah kepada nya daripada karuniaNya dan kemurahanNya.
Tiada wâshalnya kepada Nyadengan barang yang daripada
hamba kepada Nya daripada ijtihadnya dan amalnya inilah makna
ditutup Haq taala segala sifatnya dengan segala sifatnya dan segala n-
‘a-t-ny dengan segala n-‘a-t-ny seperti tertutup segala cahaya sekalian
bintang dengan zahir cahaya matahari. ْٞ َ ُ ‫َؾَبء ثِ َٔب ؽَب َء‬٣ ْٖ َٓ ٠ََِ‫ن َِ ػ‬ ّ ِ َ‫غ ْج َؾبَٕ ْاُ ُٔزَل‬
ُ َ‫ك‬
ٍٞ‫ ًال ُِو‬ْٛ َ ‫ػ َُِٔيَ أ‬
َ ْٖ ٌُ َ٣ ْْ َُ ِٙ ‫ َُ ِعزْ ِش‬٤ْ ِٔ ‫الَ َع‬Jikalau tiada elok tutupnya, tiada ada ilmu
empunya bagi kabul bermula hamba ujub dengan tiliknya kepada
dirinya dengan sukanya dengan amalnya daripada pihak
dibandingkannya akan amal itu kepada Nya dan dengan dibandingnya
akan kuasanya dan kekerasannya atas amalnya dan ini tiada
ditentukan baginya hamba melainkan dengan barang yang dihendaki
Tuhannya.
Dan terkadang dibukakan Haq taala akan dindingnya, maka
melihat ia dengan terbuka dindingnya dan menunutut ia akan puji
segala manusia dan inilah semuanya daripada surga yang terbaunya
yang mencederakan pada ikhlas yang sesungguhnya. Dan ikhlas itu
syarat pada kabul amal seperti yang dahulu kata Syekh Yahya ibn
Mu’az radhiallahu ‘anhu miskin anak Adam, tubuh yang aib, hati gaib
menghendaki ia akan mengeluarkan ia akan amal daripada antara dua
aib itu. Dengan tiada aib maka amal hamba tatkala ada ia dengan aib
ini tiada ada di dalamnya empunya bagi kabul jikalau tiada kaluakan
tutup Haq taala dan kebesaran sifat jamalnya dan kebajikannya, maka
hendak berpegang murid atas fadlullah taala dan karamnya tiada atas
ijtihadnya dan amalnya
.Kata Syekh Abu Abdullah al-Qurasyi radhiallahu ‘anhu apabila
menuntut Haq taala akan mereka itu dengan ikhlasnya, binasa segala
amal mereka itu. Dan apabila binasa amal mereka itu, bertambahlah
papa mereka itu dan ketiadaan mereka itu. Maka putus mereka itu
daripada pihak segala perkara yang tiada sekaliannya itu bagi mereka
itu daripada segala perkara yang mereka itu/171/ dan daripada
mereka itu. ُ َٚ‫ز‬٤ْ ‫ق‬ َ ‫ػ‬ َ ‫ ئَرَا‬ِٚ ِٔ ِْ ‫ ِؽ‬٠َُ‫ ُط ِٓ ْ٘يَ ِئ‬َٞ ْ‫ُ أَؽ‬َٚ‫ه ْؼز‬
َ َ ‫ ِئرَا أ‬ِٚ ِٔ ِْ ‫ ِؽ‬٠َُ‫أ َ ْٗذَ ِئ‬Engkau kepada
sunatannya apabila bakti engkau akan dia terlebih berkehendak
daripadamu kepada sunatannya. apabila durhaka engkau akan Dia.
Bermula mulia hamba dan tinggi qadarnya hanyasanya adalah ia
dengan tiliknya kepada Tuhannya ‘azza wajalla dan berhadapnya

162 Syekh Burhanuddin Ulakan


atasnya dan diamnya kepada nya dan berpegangnya atasnya. Dan
hamanya, dan kejinya, dan gugurnya daripada tilik Allah taala
hanyasanya adalah ia dengan tiliknya kepada dirinya dan
berhadapnya atas lainnya dan bersandarnya kepada lainnya. Maka
hamba tatkala amalnya dengan kebaktian dipalingkan ia kepada
segala bahaya ini karena tiliknya kepada dirinya dan karena menuntut
kebesaran amalnya dan karena ujubnya dan taatnya dan karena
diamnya karena mumalahnya dan kepada angan-angannya sejahtera
dalamnya daripada s-n2 ria dan mengelu-ngeluh, bersalahan, maksiat,
dalam sekalian perkara ini.
Maka bahwasanya maksiat itu meningkapkan akan dia atas
gentar dan takut daripada Tuhannya dan mewajibkan maksiat itu
baginya akan kelemahan dan kerendahan. Dan sangat i-f-t?-k-r-ny
kepada nya. Maka karena dipalingkan hamba tatkala taat kepada
segala bahaya karena melihat diri adalah hamba kepada sunatullah
apabila bakti ia kepada nya terlebih berkehendak daripadanya kepada
sunnatanNya apabila durhaka ia akan Dia. Dan dalam kabar daripada
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bahwasanya ia bersabda
diwahyukan Allah taala kepada seorang Nabi daripada segala Nabi.
Kata oleh mu bagi segala hambaKu yang sidiq mereka itu jangan
terperdaya mereka itu. Maka bahwasanya aku, jika aku dirikan atas
mereka itu akan adilKu dan akan luasKu, Kusiksa akan mereka itu.
Tiada aniaya Aku atas mereka itu. Dan kata oleh mu bagi segala
Hambaku yang berdosa mereka itu, jangan putus asa kamu daripada
rahmatKu. Maka bahwasanya Aku tiada besar atas Ku dosa yang Aku
mengampuni dia.
Dan karena makna ini, kata Abu Yazid radhiallahu ‘anhu tobat
daripada maksiat segala dan tobat daripada taat seribu tobat. Al-sitru
‘alâ qismaini sitrun ‘an al-ma‘shiyah wa sitrun fîha.

َّ ُ‫َٕ ا‬ُْٞ ‫طُِج‬


‫ب‬َٜ ٤ْ ِ‫غزْ َش ك‬ ْ َ٣ ُ‫ب كَبُؼَب َّٓخ‬َٜ ٤ْ ِ‫عزْ ٌش ك‬ َ َٝ ‫َ ِخ‬٤‫ق‬ ِ ‫ػ ِٖ اُ َٔ ْؼ‬ َ ‫عزْ ٌش‬ َ ِْٖ ٤ْٔ‫ هِغ‬٠َِ‫غزْ ُش َػ‬ َّ ُ‫ا‬
‫ب‬َٜ ْ٘ ‫ػ‬َ ‫غزْ َش‬ ْ َ٣ ُ‫فخ‬
ّ ِ ُ‫َٕ ا‬ُْٞ ‫طُِج‬ َّ ‫ ْاُخَب‬َٝ .‫ن‬ ِ َِْ ‫ ْْ ِػ ْ٘ذَ اَُخ‬ِٜ ِ‫ ِه َٓ ْشرَجَز‬ْٞ ُ‫عو‬
ُ َ‫َخ‬٤‫ َخ ْؾ‬٠َُ‫َِٖٓ هللاِ رَؼَب‬
‫ن‬ ْ ٗ ْٖ ِٓ //172//ْْ ُٜ ‫ه‬
ِ ّ ‫َظ ِش ْاُ َٔ ِِ ِي ْاُ َؾ‬ َ ْٞ ُ‫عو‬
ُ َ‫َخ‬٤‫َخ ْؾ‬

Tutup atas dua ba<h>agi satu tutup daripada maksiat dan kedua tutup
dalamnya. Maka orang yang ‘âm menuntut mereka itu akan tutup

Syarh Al-Hikam 163


dalamnya daripada Allah karena takut gugur keramat mereka itu
daripada segala makhluk dan orang yang khas menuntut mereka itu
akan tutup daripadanya. Karena takut gugur mereka itu daripada tilik
al-malik al-haq.

Maka segala mereka yang ‘âm keras atas mereka itu memandang
makhluk dan tashannu‘dan tazayyun bagi mereka itu dan mengasih
puji akan mereka itu dan benci akan cela mereka iu. Maka mereka itu
mengamalkan maksiat dan memunyikan mereka itu akan Dia dan
menuntut mereka itu akan tutup daripada Allah atas mereka itu. D-l-
m-a-ny artinya dalam ketika keadaan mereka itu mengamalkan dia
supaya tiada melihat akan mereka itu segala makhluk maka gugur
mereka itu daripada mata mereka itu. Dan misal mereka itu firman
Allah azza wajalla yastakhfûna min al-nâs wa lâ yastakhfûna min Allâh
wa huwa ma‘ahum idz yubayyitûna mâ lâ yardhâ min al-qawl.
Terbaunya mereka itu daripada manusia dan tiada berbaunya mereka
itu daripada Allah dan ia serta mereka itu tatkala dibunyikan mereka
itu akan barang yang tiada ridha ia daripada perkataan.
Kata imam Abu al-Qasim al-Qusyairi radhiallahu ‘anhu dalam
ayat ini yang ghalib aatas hati mereka itu melihat makhluk dan
menyadari mereka itu bahwasanya Haq taala melihat atas diri mereka
itu. Mereka itu segala mereka yang dicap Allah akan hati mereka itu
dengan cap firqah. Riwayat Adi ibn Khatim radhiallahu ‘anhu
daripada Rasulullah sallallahu ‘alahi wasallam, sabdanya[:] disuruh
pada hari kiamat dengan satu suka manusia daripada segala manusia
surga hingga apabila hampir mereka itu daripadanya dan menilik
mereka itu kepada nya dan mencium mereka itu akan baunya dan
barang yang d-s-p-k-r-h-k-a-n Allah bagi yang empunya surga.
Diseru mereka itu artinya palingkan oleh kamu akan mereka itu
maka tiada perolehan bagi mereka itu dalamnya berkata rawi, maka
kembali mereka itu dengan percintaan tiada kembali segala mereka
yang dahulu dengan seperti mereka itu. Maka berkata mereka itu hai
Tuahankami jikalau Kau masukkan akan kami ke dalam neraka dahulu
daripada/173/Kau perlihatkan akan kami barang yang Kau
perlihatkan akan kami daripada balasMu dan barang yang (s-p-k-r-h-
k-a-n) dalamnya bagi awliyamu adalah ia terlebih mudah atas Kami.
Firman Allah[:] demikianlah Aku kehendaki dengan Kamu telah adalah

164 Syekh Burhanuddin Ulakan


kamu apabila suanya kamu. Kamu nyatakan akan Daku dengan besar
dan apabila bertemu kamu dengan manusia, bertemulah kamu dengan
mereka itu padahal Kami kasih akan mereka itu, Kami perlihatkan
akan manusia dengan menyalah barang yang kamu berikan akan Daku
daripada hati kamu. Ngeri kamu akan manusia dan tiada ngeri kamu
akan Daku. Kamu besarkan akan manusia dan tiada kamu besarkan
akan Daku. Berselindung kamu kepada manusia dan tiada
berselindung kamu kepada Ku, maka pada hari ini Kurasakan akan
kamu pedih siksa serta diharmkan akan kamu daripada pahala.
Dan pada setengah segala kitab, diturunkan in lam ta‘lamû annî
arâkum fa al-khul fî îmânikum wa-in ‘alimtum annî arâkum falima
ja‘altumûnî ahwna al-nâzhirîna ilaykum. Jika tiada kamu ketahui akan
bahwasanya Aku menilik Aku akan kamu, maka cedera pada iman
kamu dan jika ketahui bahwasanya Aku menilik akan kamu maka
karena apa kamu jadikan akan daku sehina-hina segala mereka yang
menilik kepada kamu. Dan kata Anak Abas radhiallahu ‘anhu dalam
firman Allah taala ya‘lamu khâinata al-a‘yuni wa-mâ tukhfi al-shudûra,
mengetahui Ia akan khianat segala mata dan barang yang dibunyikan
segala hati, yaitu seorang laki-laki melalui seorang perempuan hal
keadaannya dalam kaum.
Maka menunjukkan ia akan kaum itu bahwasanya ia
memejamkan akan matanya, maka lalai kaum daripada menilik
mereka itu, bahwasanya ia memejamkan akan matanya dan mengasih
hatinya, bahwasanya ia menilik aurat perempuan itu dan akan
menyampaikan hajatnya kepada perempuan itu. Dan berkata ia pada
riwayat lain yaitu laki-laki yang ada ia dalam kaum maka lalu akan
nereka itu perempuan maka menunjukkan ia akan mereka itu
bahwasanya ia memejamkan akan matanya daripada melihat dia maka
apabila melihat ia daripada kaum itu akan lalai melihat ia kepadanya
dan memandanglah ia akan dia maka apabila takut ia akan tahu
mereka itu akan tiliknya itu, memejamkan ia akan matanya.
Maka sanya melihat Allah azza wajalla daripada hatinya
mengasih/174/ ia akan menilik auratnya dan inilah sahanya
pekerjaan segala mereka yang berbaunya mereka itu dengan tilik
Tuhan yang Jabbâr. Dan takut mereka itu akan manusia bahwa menilik
mereka itu atas mereka itu barang yang dikendarai mereka itu akan
dia daripada segala dosa. Bermula segala mereka yang khas daripada

Syarh Al-Hikam 165


yang empunya iman dan yakin ptus mereka itu daripada sifat yang
cela ini, tiada berpaling mereka itu kepada makhluk karena puji dan
tiada karena cela. Dan cita mereka itu berbelakang daripada menilik
makhluk dan daripada berpegang atas mereka itu pada mengambil
manfaat atau menolak mudarat dan hal mereka itu hanyasanya ia
memud[h]kan akan ilmu Allah taala dan memandang tiliknya maka
mereka itu minta tutup daripada Allah daripada maksiat.

ْٖ َٔ ُِ ُ‫ْظ ْاُ َؾ ْٔذ‬ َ ْٖ َٔ ُِ ُ‫ َْي كَ ْبُ َؾ ْٔذ‬٤ِ‫ ك‬ِٙ ‫ ََ ِعزْ ِش‬٤ْ ِٔ ‫َٓ ْٖ أ َ ًْ َش َٓ َي كَاَِّٗ َٔب أ َ ًْ َش َّ َع‬
َ ٤َُ ‫عز ََش َى‬
‫ؽٌ ََش َى‬ َ َٝ ‫أ َ ًْ َش َٓ َي‬

Barang siapa bermulia akan engkau, maka hanyasanya bermulia ia


akan elok tutupnya padamu. Maka puji bagi barang siapa yang
menutup ia akan dikau tiada puji baranf siapa yang bermulia akan
dikau dan menasabkan ia akan dikau.

Bermula hamba tempat segala bahaya dan segala cela dan tutup
Allah taala yang elok yaitu yang mengasihkan ia akan manusia kepada
manusia maka apabila memuliakan akan dikau seseorang jangan
mem[b]erikan yang demikian itu akan dikau kepada kau lihat bagi
dirimu sifat yang dipuji yang kau mustahikkan dengan dia akan
kemuliaan, maka adalah engkau bebal dengan dirimu.
Dan jangan menampakkan akan dikau pula melihat dimuliakan
manusia bagimu karena diperoleh bebal mereka itu dengan lakumu
atas kaupuji akan mereka itu atasnya tiada Tuhanmu yang mengelu Ia
akan mereka itu kepada memuliakan dikau dan yang menutup Ia
daripada mereka itu akan celamu dan yang menyatakan Ia bagi
mereka itu akan segala kebaikanmu maka jadilah engkau dengan
demikian itu menutup bagi nikmay Tuhanmu lagi inilah dengan
me[ng]hantarkan pada bukan tempatnya.

ْٖ َٓ ‫ ُْش‬٤‫ َخ‬.ُْ ٣ْ ‫ َال َى ْاٌُ َِش‬ْٞ َٓ ‫ ٌْ ِئ َّال‬٤ْ ِِ ‫ػ‬


َ ‫جِ َي‬٤ْ َ‫ ثِؼ‬َٞ ُٛ َٝ ‫ف ِؾجَ َي‬ َ ْٖ َٓ ‫ف ِؾجَ َي ئِ َّال‬ َ ‫َٓب‬
ِٚ ٤ْ َُ‫ػ ْ٘ َي ِئ‬ ْ َ٣ ْٖ َٓ ‫ت‬
َ ُ‫د‬ْٞ ُ‫َؼ‬٣ ٍ‫ء‬٢َْ ‫طُِج َُي َال ُِؾ‬ ْ َ‫ر‬
ُ ‫ق َؾ‬

Tiada bersahabat/175/ akan dikau melainkan barang siapa yang


bersahabat ia akan dikau, padahal ia tahu dengan celamu dan tiada

166 Syekh Burhanuddin Ulakan


yang demikian itu melainkan tuhanmu yang Mulia yang kau ambil
sahabat. Barang siapa yang menuntut ia akan dikau tiada karena
sesuatu yang kembali ia daripadamu kepadanya.

Sahabat atas Hakikat yaitu barang siapa mem[b]erikan


kebajikannya bagimu dan yang menyempurnakan dia akan nikmatnya
atasmu dan tiada menagahkan dia daripada demikian itu, barang yang
diketahuinya akan dia daripada segala celamu yang benci ia akan dia
dan yang me[ng]hendaki akan baikmu dengan tiada sesuatu manfaat
yang diperolehnya akan dia daripadamu dan tiada yang demikian itu
pula melainkan Tuhanmu. Maka ambil oleh mu akan dia sahabat dan
tinggalkan oleh mu akan manusia dengan jauh hatimu daripada
mereka itu.

َ ٣َ‫َُ َشأ‬َٝ ‫ب‬َٜ ٤ْ َُ‫ة ِٓ ْ٘ َي ِٓ ْٖ أ َ ْٕ ر َْش َؽ ََ ِئ‬


‫ْذ‬ ُ ‫خ َشح َ أ َ ْه َش‬٥‫ا‬
ِ ‫ْذ‬ َ ٣َ‫ ِْٖ َُ َشأ‬٤‫َ ِو‬٤ُ‫ َس ْا‬ْٞ ُٗ ‫أ َ ْؽ َشمَ َُ َي‬ْٞ َُ
‫ب‬َٜ ٤ْ َِ‫ػ‬
َ ‫َبء‬ِ َ٘‫د ًِ ْغلَخُ ْاُل‬ْ ‫ َش‬َٜ ‫ظ‬ َ ْ‫َب هَذ‬٤ْٗ ُّ‫َٓ َؾبعَِٖ اُذ‬

Jikalau menerangkan ia akan nur yakin sanya kaulihat akan akhirat


terhampar kepadamu daripada berjalan engkau kepadanya dan sanya
kaulihat akan segala kebajikan dunia pada nyata kerahan fana atasnya.

Bermula nur yakin kaulihat dengan dia akan segala Hakikat


pekerjaan atas yang ia atasnya maka sungguh dengan dia barang yang
sungguh dan binasa dengan dia barang yang binasa dan akhirat itu
sesungguhnya dan dunia ini sia-sia maka apabila menerangkan ia akan
nur yakin dalam hati hamba <di>perlihatkanlah ia dengan dia akan
akhirat yang ada ia terbaunya daripada hamba hadir padanya hingga
seolahnya tiada hilang maka adalah akhirat itu terhampar kepadanya
daripada berjalan ia kepadanya daripada berjalan ia kepada nya maka
sungguhlah dengan demikian itu haknya pada hamba itu dan
<di>perlihatkan ia akan dunia yang hadir padanya sanya tertutup
nurnya dan disegerakan kepadanya lenyapnya dan hilangnya. Maka
gaiblah dunia ini daripada tiliknya/176/kemudian daripada ada ia
hadir, maka nyata baginya binasanya dan sisinya hingga seolahnya
tiada ada ia maka mewajibkan baginya tilik yang diyakinkan ini akan
zuhudnya dalam dunia dan menjauh daripada eloknya dan
mewajibkan ia akan berhadap atas akhirat dan besungkur akan turun

Syarh Al-Hikam 167


kepada hadiratnya dan mendapat hamba akan pekerjaan yang
tersebut ini tanda terbuka dadanya dengan nur yakin itu seperti sabda
Nabi shallallahu alaihi wasallam; inna al-nûr idzâ dakhala al-qalb
insyaraha lahu al-shadr wa-nfasakha. Bahwasanya nur apabila masuk
ia dalam hati, terbuka karennya dada dan luaslah ia.
Kata orang ya Rasulullah[:] adakah bagi demikian daripada
alamat yang dikenali ia dengan Dia? Sabdanya na‘am, artinya ada yaitu
menjauh daripada negeri teperdaya dan kembali kepada negeri yang
kekal dan menuntut bekal jika mati dahulu daripada turunnya atau
seperti kata Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan tatkala iitu mati
segala syahwat dan hilang segala dungu nafsunya. Maka tiada
menyerahkan nafsu itu akan dia dengan jahat dan tiada menuntut ia
akan dia dengan mengendarai yang ditagahkan dan tiada ada baginya
cita melainkan be[r]segera pada segala yang terbaik dan berlekas-
lekas mengambil sekali ketika dan sekali waktu ibadah dan yang
demikian itu karena ingatnya akan datang ajalnya dan di waktu saleh
amalnya.

َ ‫َُ ٌِ ْٖ َؽ َغجَ َي‬َٝ ،َُٚ‫ ٌء َٓؼ‬٢َْ ‫ُ ئِرَا َال ؽ‬َٚ‫ ُعذ ٌ َٓؼ‬ُٝ ِ‫ػ ِٖ هللا‬
ُ ‫د‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ َْ َّٛ ََٞ ‫ُ ر‬ْٚ٘ ‫ػ‬ َ ‫َٓب َؽ َغجَ َي‬
َُٚ‫ءٍ َٓؼ‬٢ْ ‫ؽ‬
َ

Tiada mendindingi akan dikau daripada Allah wujud yang didapati


sertanya karena tiada sesuatu sertanya dan tetap mendinding akan
dikau daripadanya segala ada sesuatu sertanya telah terdahulu.
Bahwasanya tiada didapati yang lain daripada Allah taala atas tahkik
dan bahwasanya wujud barang yang lainnya sangka yang semata-mata
maka tiada yang mendinding baginya daripada Allah taala melainkan
sangka akan wujud barang yang lainnya, tiada lain daripada sangka itu
batil. Maka tiada hijab bagimu daripada Allah taala/177/tatkala itu.

Dan sanya telah menyempurnakan muallif akan menyebutkan


sekalian bagi segala iktibar makna ini dahulu daripada ini. Kata Syekh
lathâif al-manan dan terlebih serupa sesuatu dengan wujud segala
kainat apabili kautilik kepada nya dengan mata hati wujud segala
bayang-bayang, dan bayang-bayang tiada maujud dengan iktibar
sekalian murâtab wujûd. Dan tiada ma’dûm dengan iktibar sekalian
murâtab ‘adam. Dan apabila tsabit dinisbatkan segala atsar itu kepada
naung, tiada mem[b]inasakan ia akan martabat keesaan Haq yang

168 Syekh Burhanuddin Ulakan


muatstsar. Karena sesuatu tiada digenapkan ia melainkan dengan
seumpamanya dan dicampurkan ia kepada yang serupanya.
Demikian lagi pula barang siapa memandang akan dinisbatkan
segala atsar itu kepada naung tiada meneguhkan ia akan segala
perahu daripada berlayar dan dirasainya telah bagimu pula
bahwasanya segala hijab itu tiada ia pekerjaan yang wujud di
antaramu dan antara Allah taala dan jikalau ada antaramu dan
ataranya hijab yang maujud sanya lazimlah bahwa ada hijab itu
terhampar kepada mu daripada Allah taala. Maka kembalilah Hakikat
hijab itu kepada segala ada hijab, maka tiada mendinding akan dikau
daripada Allah wujud yang didapat serta Allah. Dan yang demikian itu
seperti seseorang laki-laki yang bermalam pada satu tempat dan
menghendaki ia akan keluar, maka men[d]engar ia akan suara angan
makanya sangkanya akan dia suara harimau.
Maka menagahkan yang demikian itu daripada keluar, maka
tatkala pagi hari tiadamendapt ia akan harimau dan hanyasanya suara
itu, suara yang bertiup pada lubang tingkap, maka tiada mendinding
daripada keluar wujud harimau dana hanyasanya mendinding dia
sangka akan harimau.

ُُٚ‫فلَبر‬ َ ْٞ َُ .‫بس‬
ْ ‫ َش‬َٜ ‫ظ‬
ِ ‫د‬ ٍ ‫ق‬َ ‫دُ أ َ ْث‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ‫ب‬َٜ ٤ْ َِ‫ػ‬
َ ‫هَ َغ‬َٝ ‫د َٓب‬
ِ ‫َٗب‬ََّٞ ٌُٔ ُ‫ ا‬٢ِ‫ُ ك‬ٙ‫ َش‬َٜ ‫ظ‬ ْ َ ‫ َال أ‬ْٞ َُ
ْ َِّ‫م َٔ َؾ‬
ُُٚ‫َٗبر‬ََّٞ ٌُٓ ‫ذ‬ ْ ‫ا‬

Jikalau tiada nyata segala/178/yang diadakan tiada jatuh atasnya


wujud segala penglihat. Jikalau nyata sekalian sifatnya hapus segala
kainat.

Bermula nyata Haq taala daripada balik segala dinding sekalian


kainat yaitu yang mewajibkan ia akan nyata kainat dan jatuh segala
penglihat atasnya. Dan jikalau tiada didapat segala kainat tiada jatuh
penglihat atasnya, dan sanya hapuslah ia karena diperoleh tajalli yang
hakiki. Seperti kata muallif[:] law zhaharat shifâtuhu [i]dhmahallat
mukawwanâtuhu. Jikalau nyata segala sifatnya hapuslah segala
mukawwanatnya, tetapi tiada di sana yang melihat dan tiada segala
penglihat. Dan tiada segala yang dilihat seperti datang dalam hadis
hijâbuhu al-nâr.

Syarh Al-Hikam 169


Pada suatu riwayat, al-nûr law kasyafa ‘anhâ lâ haraqat subhâna
wajhahu kullu syay’in adrakahu basharuhu. Jikalau dibukakan
daripada segala hijab, m-n-n-w-k-n kesujcian wajahnya akan tiap-tiap
sesuatu yang mendapat dia basharnya.

َ ُ‫ُ ا‬ََّٚٗ‫ ِء ِأل‬٢َْ ‫ ُعذَ ًُ َِّ ؽ‬ُٝ َٟٞ ‫ه‬


‫ ُِش‬ٛ‫ظب‬ ِ َ‫ُ ْاُج‬ََّٚٗ‫ءٍ ِأل‬٢ْ ‫ؽ‬
َ َٝ ُٖ ‫به‬ َ َُ
َ ََّ ًُ ‫ َش‬َٜ ‫ظ‬

Menyatakan ia akan tiap-tiap sesuatu karena bahwasanya ia yang


nyata. Setengah daripada segala nama Allah taala al-Zhâhir wa al-
Bâthin, maka ismNya zhahir itu menghendaki Ia akan tutup tiap-tiap
sesuatu hingga tiada yang batin sertaNya, maka terbugkus ketika itu
wujud tiap-tiap sesuatu. Dan ismNya batin itu, menghendaki Ia akan
nyata tiap-tiap sesuatu hingga tiada yang batin sertaNya, maka nyata
tatkala itu wujud tiap-tiap sesuatu.

Maka Haq taala yaitu yang mawjud dengan sekalian iktibar, wa-
lhamdulillah segala puji bagi Allah. Artinya jika diiktibarkan sekalian
kainat itu zahir, maka didapat Haq taala dengan namaNya Batin,
karena tiada yang batin sebelah sana Allah. Ta’âla Allah ‘an dzâlika
‘aluwan kabîran. Dan jika diiktibrkan segala kainat itu batin, maka
didapat Allah taala dengan namaNya Zhâhir, karena tiada yang zahir
yang mengatasi Allah.

‫ق َٓ َغ‬ َ ‫ َٓب أَرَِٕ َُ َي أ َ ْٕ ر َ ِو‬َٝ ‫د‬ ِ ‫َٗب‬ََّٞ ٌُٔ ُ‫ ا‬٢ ْ ِ‫ظ َش َٓب ك‬ ُ ْ٘ َ ‫ػ ْٖ رَ ُِ َي أَثَب َػ َُ َي أ َ ْٕ ر‬ َ َٕ‫ع ْج َؾب‬ ُ
َْ ُ‫َُ ْْ رَو‬َٝ ‫ك‬ ِ ‫األ َ ْس‬َٝ ‫د‬ َّ ُ‫ ا‬٢ِ‫ا َٓبرَا ك‬ْٝ ‫ظ ُش‬
ِ ‫ا‬َٞ َٔ ‫غ‬ ُ ْٗ ُ ‫د هُ َْ أ‬ ِ ‫َٗب‬ََّٞ ٌُٔ ُ‫ ا‬//179//‫د‬ ِ ‫رَا‬
َْ ُ‫َو‬٣ ْْ ََُٝ ّ‫ ِب‬َٜ ْ‫بة األَك‬
َ َ‫د كَز َ َؼ َُ َي ث‬ِ ‫ا‬َٞ َٔ ‫غ‬ َّ ُ‫ ا‬٢ِ‫ا َٓبرَا ك‬ْٝ ‫ظ ُش‬ ُ ْٗ ُ ‫د هُ َْ أ‬ِ ‫ا‬َٞ َٔ ‫غ‬َّ ُ‫ا ا‬ْٝ ‫ظ ُش‬ ُ ْٗ ُ ‫أ‬
ّ‫ ِد األَعْ َش ِا‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ٠َِ‫ػ‬ َ ‫َذَُُّ َي‬٣ ‫د َُئ ََّال‬ِ ‫ا‬َٞ َٔ ‫غ‬ َّ ُ‫ا ا‬ْٝ ‫ظ ُش‬ ُ ْٗ ُ ‫أ‬

Me[ng]haruskan Ia bagimu bahwa kautilik barang yang dalam segala


mmukawwanat dan tiada me[ng]izinkan Ia bagimu bahwa berdiri
engkau serta zat segala mukawwanat. Kata olehmu, tilik oleh sekalian
kamu apa yang dalam segala langit dan segala bumi. Dan tiada berkata
Ia, tilik oleh sekalian kamu akan segala langit. Firmannya qul unzhurû
mâdzâ fî al-samâwâtimembukakan Ia bagimu pintu segala paham. Dan
tiada berkata Ia unzhrû al-samâwât supaya tiada menunjukkan Ia akan
dikau atas wujud segala jurm.

170 Syekh Burhanuddin Ulakan


Suruh Allah taala dengan menilik dalam segala mukawwanat
tiada ia bagi zatnya. Karena bahwasanya pada demikian itu
menjauhkan daripada Allah taala sebab menilik kepada lainNya dan
tiada me[ng]haruskan Ia akan ini. Dan hanyasanya menyuruhkan ia
akan mereka itu dengan tilik itu supaya s-p-? mereka itu dengan tilik
mereka itu dalamnya kepada Haq taala karena diperoleh nyatanya
dalamnya. Dan isyarat kepada makna ini amat nyata dalam firman
Allah taala qul unzhurû mâdzâ fî al-samâwâti wa al-ardhikaukata ya
Muhammad! Tilik oleh kamu sekalian apa yanh dalam segala langit
dan bumi maka makna yang disengaja ia dalam wujud tilik dalamnya.
Dan daripada kalimah mâdzâ diperoleh faedah dan itu makna.
Kata muallif, membukakan Ia bagimu pintu segala paham maka
jika menggugurkan Haq taala akan kalimah mâdzâdan berkata Ia
unzhrû al-samâwâtsanya adalah daripadaNya menunjukkan atasa
wujud segala jurmdan yaitu ghairullah. Dan dalam ghairullah,
menjauhkan daripadaNya, maka betapa menunjukkan Ia atas
demikian itu. Dan Allah tiada mem[b]eri izin Ia akan berhenti hamba
serta zat kainat. Kata Syekh dalam lathâif al-manan, maka tiada
didirikan segala kainat supaya kaulihat akan Dia dan tetap supaya
kaulihat dalamnya Tuhan segala kainat. Maka yang dikehendaki Haq
taala daripadamu bahwa kaulihat akan kainat dengan mata.
Barang siapa yang tiada melihat ia akan Dia daripada pihak
zhuhûr Haq taala dalamnya/180/ disanjung atasnya dan halnya
memandang ia akan yang demikian itu daripada Tuhannya ‘azza wa
jalla maka apabila menyanjung manusia atasnya dan menyembah
mereka itu akan segala kebaikannya, malu ia daripada Allah taala
dengan malu yang menggadangkan dan membesarkan akan Dia
karena disanjung atasnya dengan sifat yang tiada ia daripadanya maka
menambah ia dengan demikian itu akan benci bagi dirinya dan akan
mengurangkan dia dan lalu daripadanya dan keras padanya menilik
ihsan Allah kepadanya dan memandang karunianya dalam
menyatakan segala kebajikan atasnya, inilah yaitu syukur yang dengan
dia beroleh ia akan tambah serta selamatnya daripada tetap kepada
sanjung hamba.

ِ َُّ٘‫ظ ِّٖ َٓب ِػ ْ٘ذ َ ا‬


‫بط‬ ِ َُّ٘‫ َُ ا‬َٜ ْ‫أَع‬
َ ُِ َُٙ‫َْٖ َٓب ِػ ْ٘ذ‬٤‫َ ِو‬٣ ‫بط َٓ ْٖ ر ََش َى‬

Syarh Al-Hikam 171


Terlebih bebal manusia barang siapa meninggalkan akan yakin yang
padanya karena sangka yang pada manusia.

Bermula (t-ng-r-d) ia dengan puji manusia dan dengan


sepanjang mereka itu kesudahan bebal dan bingung dan yang
demikian itu daripada segala tanda kebencian karena bahwasanya
orang yang (t-ng-r-d) dengan demikian meninggalkan ia akan
yakinnya dengan dirinya karena sangka orang lainnya dengan dia dan
ia atas tiap-tiap hal terlebih tahu akan dirinya dan bahwasanya
menyerupakan hadis Muhasabi radiallah anhu akan orang yang rida
dengan puji dengan yang batil dengan orang yang dipersandarkan
dengan dia dan dikata baginya bahwasanya kentut yang keluar dari
rangkamu dengan dia bau seperti bau kasturi dan ia suka dengan
demikian itu.
Dan rida ia dengan dipersandarkan dengan dia dan tiada syak
sekali-kali bahwasanya dosanya dan segala cela yang mengetahui akan
keduanya hamba terlebih busuk dan terlebih dikebenci daripada
kentut yang keluar ia daripada rangkanya. Dan tiada bebal antara dua
hal itu melainkan bahwasanya orang yang dipuji dalam ketika puji
mengetahui bahwasanya orang yang memuji tiada menyatui akan dia
pada mengenal segala dosanya dan celanya. seperti menyatui orang
yang bersendi ia bagi yang dipersandarkan dengan dia pada mengenal
hal barang yang keluar daripada rangkanya.
Maka ia dengan bebalnya dan bingungnya //181// bahwasanya
rida ia dengan bahwa ada baginya pada segala hati sekalian hamba
yang jahil sekalian mereka itu akan halnya kadar yang tinggi dan (k-h)
yang masyhur daripada tiada hiraunya dengan gugurnya daripada
mati Tuhannya yang mengetahui ia daripada halnya akan barang yang
tiada mengetahui akan dia ia dan tiada lainnya daripada sekira rida ia
dengan enggan dan benci daripadanya, inilah apabila ada yang memuji
itu jahil atau fasik, maka tiada bingung yang terbesar daripada rida
dengan puji orang yang jahil dan fasik dan syak dengan dia.
Berkata Yahya Ibnu Muaz radiallah anhu “menyajikan segala
mereka yang jahat akan dikau kesakitan dengan dikau dan maksiat
mereka itu bagimu aib atasmu.” Dan kata bagi setengah hikmah
bahwasanya orang yang ‘ām memuji mereka itu atasmu, maka engkau

172 Syekh Burhanuddin Ulakan


menyatakan akan suanya daripada demikian itu dan berkata ia
mudah-mudahan mereka itu melihat daripada aku akan sesuatu yang
mencengangkan ia akan mereka itu dan tiada kebajikan pada sesuatu
yang menyukakan ia akan mereka itu dan yang mencengangkan ia
akan mereka itu.

َ ِٖ ْ‫ ٍَ كَأَص‬ْٛ َ ‫ْذ ِثأ‬


ُُِْٚٛ َ ‫ أ‬َٞ ُٛ ‫ ِث َٔب‬ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬ َ ‫َُغ‬َٝ ‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬ ِ ّ٘ ‫بُض‬
َ ‫َبء‬ ْ ُ ‫ِئرَا أ‬
ِ ‫هِِنَ ِث‬

Apabila dilanjurkan akan sanjung atasmu dan tiada engkau empunya


dia maka sanjung olehmu atas-Nya yang Ia empunya Dia.

Bermula mukmin yaitu yang tiada melihat ia akan dirinya


mempunyai puji atau sanjung atasnya karena bahwasanya segala yang
mewajibkan akan yang demikian itu tiada baginya daripadanya
sesuatu jua pun, maka apabila dilancarkan Allah taala akan segala
//182// (1745) Itu akan dia, inilah tua yang tiada sayang atas kanak-
kanak. Maka menaikkan ia akan dia di belakang. Maka kata mereka itu,
adakah dua [di]atas keledai tetapi tiada menambah ia akan yang
ketiga. Maka turun Luqman dan tinggal anaknya atasnya. Maka kata
mereka itu, orang tua berjalan dan kanak berkendaraan. Maka turun
anaknya berjalan serta bapa[k]nya. Dan meng[h]alau keduanya akan
keledai, maka kata mereka itu, inilah keledai yang sentosa dan dua
ekor meng[h]alau keduanya akan dia, dan adalah kehendak Luqman
bahwa menunjukkan ia kepada anaknya akan pekerjaan manusia serta
barangsiapa meng[g]ubalo ia akan tilik mereka itu, dan bahwasanya
tiada sejahtera ia daripada mereka itu atas barang hal adanya.
Man ‘arafa al-haqq syahida fi kulli syay-in. Barangsiapa mengenal
ia akan Haq taala, memandang ia akan dia dalam tiap-tiap sesuatu,
bahwasanya ia jua fâ’il yang mudabbir akan segala pekerjaan. Maka
tiada jinak ia dengan sesuatu dan tiada dilerai daripadanya karena
lenyap ia dengan memandang Haq taala dalam tiap-tiap sesuatu
daripada memandang akan sesuatu. Wa man fania bihi ghâba ‘an kulli
syay-in. Dan barangsiapa lenyap ia dengan dia ghaib-lah ia daripada
tiap-tiap sesuatu. Maka tiada melihat ia akan yang mawjud lainnya
dan tiada mengadakan, melainkan ia jua, dan dengan kira-kira itu
nyatalah sifat jamal-Nya dan kamal-Nya.

Syarh Al-Hikam 173


Maka tiada ada baginya atas segala perkara berpegang dan tiada
baginya kepadanya bersandar. Maka tia[da] dapat tiada hamba
mengasihi akan Tuhan dan jikalau ada ia dalam beberapa penyakit
yang diidapkan sekalipun. Wa man ahabbahu lam yuatsir ‘alayhi syai-
an. Dan barang siapa kasih akan dia tiada memilih ia atasnya akan
sesuatu daripada segala kehendaknya, dan segala keinginannya
istimewa daripada yang lain daripada itu daripada segala makhluknya.
Dan segala pekerjaan ini yang menyebutkan dia muallifu rahmatillâh,
yaitu tanda sampainya kepada segaka maqam-maqam yang tinggi ini,
dan dengan dia shahnya dan sempurnanya segala barangsiapa tiada
mendapat dia dalam dirinya, maka tiada seyogyanya baginya bahwa
mendakwa ia akan segala maqam itu.
Dan hendak beramal ia atas memerangi nafsunya //203// pada
barang yang men-sah-kan ia akan dia dan yang menyempurnakan ia
akan dia. Dan ketahui olehmu bahwasanya wujud makhluk
dikehendaki oleh Haq taala akan dia karena memandang Haq taala
bahwasanya ia fâ’il segala makhluk dan mudabbir sekalian pekerjaan,
dan me-mustahiq-kan bagi sekalian ibadah. Innamâ hujiba al-haqqu
‘anka syiddatu qurbihi minka. Hanyasanya mendinding akan Haq taala
daripadamu oleh tersangat hampirnya daripadamu.
Bermula tersangat hampir dinding seperti tersangat jauh
dinding, karena tersangat hampirnya daripadamu mewajibkan bagi
hapusmu dan hilangmu. Bermula yang dihapuskan lagi hilang dan
nyata hamba tiada munasabah antaranya, dan antara sesuatu yang
nyata lagi mawjud dan nyata Tuhan, maka betapa melihat ia akan dia.
Kata Syekh dalam Lathâ-if al-Manan, maka yang besar-besar hampir
yaitu yang meghaibkan ia daripadamu akan memandang qarib.
Kata Syekh Abu al-Hasan radhiyallâhu ‘anhu, Hakikatqarib
bahwa me[ng]ghaibkan ia dalam qarib daripada qarib dengan terbesar
qarib-nya seperti barangsiapa mencium bau kesturi. Maka senantiasa
hampirnya dan tiap-tiap hampirnya daripadanya bertambah-tambah
baunya. Uhtujiba li syiddati zhuhûrihi wa khafia ‘an al-abshâri li ‘azhîmi
nûrihi. Terdinding ia dengan sangat nyatanya dan terbunyi ia daripada
segala penglihat, karena besar cahayanya ini ibarat yang berganti-
ganti manusia akan dia, dan menjadikan mereka itu bagi mitsal-nya
akan mitsal dengan matahari.

174 Syekh Burhanuddin Ulakan


Dan demikian itu bahwasanya matahari nur-nya terkeras
daripada sekalian nur yang didapat, dan keras nur-nya yaitu yang
memandang ia akan penglihat yang lembut daripada mendapat ia
akan ke-nahyi-annya, maka [bahwa]sanya jadilah nyatanya yang
mewajibkan akan dia wujud nurnya dinding baginya, dan tiada
dinding atas Hakikat daripadanya, maka bahwasanya yang nyata ia
bagi dzat-Nya, tiada mendinding ia daripada dzat-Nya maka
bahwasanya dinding atasnya //204// daripada lainnya.
Bermula dinding di sini lembah penglihat daripada melawan
limpah nur-Nya. Maka Haq taala terdinding ia pada makhluk dengan
sangat nyatanya, dan terbunyi ia daripada segala mata, karena besar
nur-Nya tiada dengan yang lainnya daripada segala akwan. Maka
fahamkan olehmu.

‫َّ ِخ‬٣‫بس اُؼُجُ ِذ‬ ْ ‫هَِج َُي ِ ِإل‬


ِ َٜ ‫ظ‬ َ ْٖ ٌُ َ٤ُْ َٝ ُْٚ٘ ‫ػ‬
َ ‫ ُٔ َي‬ْٜ َ‫َ ِو ََّ ك‬٤َ‫ُ ك‬ْٚ٘ ِٓ ‫بء‬
ِ ‫ط‬َ َ‫ اُؼ‬٠َُ‫غجُّجًب ِئ‬ َ ْٖ ٌُ َ٣‫َال‬
َ َ ‫هَِج َُي ر‬
‫َّ ِخ‬٤ِ‫ث‬ُْٞ ‫اُشث‬
ُّ ‫م‬ ِ ْٞ ُ‫َب ًٓب ثِ ُؾو‬٤ِ‫ه‬ّٝ

Jangan ada tuntutmu akan sebab pem[b]eri daripadanya, maka


kuranglah ingatmu daripadanya, dan hendak ada tuntutmu karena
menyatakan ubudiyah dan berdiri dengan segala Haq rububiyah.

Tiada disuruh Allah taala akan segala hambaNya dengan


menuntut kepada-Nya dan meminta mereka itu dengan merendahkan
diri dan mengurangkan diri antara dua tangannya supaya ada yang
demikian itu akan menyatakan bagi ubudiyah mereka itu, dan karena
berdiri dengan segala Haq rububiyah Tuhan tiada karena
dibandingkan mereka itu dengan thalab itu kepada hasil barang yang
dituntut mereka itu, dan beroleh barang yang digemari mereka itu
akan dia daripada barang yang ada bagi mereka itu manfaat dalamnya,
dan bahagian diri mereka itu. Inilah yaitu faham segala arif daripada
Allah taala, dan menunjukkan atas makna itu barangyang
menyebutkan dia muallif sekarang ini.
Kata Abu Nashr al-Sirâj radhiyallâhu ‘anhu, katanya: akan
setengah masyâyikh daripada do’a apa wajahnya bagi yang ampunya

Syarh Al-Hikam 175


taslîm 54 dan tafwîdh, 55 maka berkata ia do’a itu akan menghiasi
anggota yang zhahir dngan do’a, karena bahwasanya do’a satu dengan
khidmat ini. Dan yang kedua bahwa do’a kita itu karena mengikuti
suruh Allah taala daripada orang yang meminta do’a itu, dan
[bahwa]sanya dikata orang //205// faedah do’a itu karena
menyatakan papah antara dua tangannya, dan jika tiada karena
menyatakan dia maka Tuhan berbuat barang yang dikehendakinya,
dan dikehendaki oleh menyatakan papah ini, tiadalah putus pintanya
dan gemarnya, dan jika diberi Allah akan dia segala yang dituntutnya,
dan jika sampaikannya sekalian yang dipintanya dan segala
kehendaknya sekalipun, dan tiada membedakan ia antara ketiadaan
beroleh dan antara beroleh dan antara tagah dan birr pada barang
yang kembali kepada menyatakan papah, dan faqir, maka adalah ia
hamba bagi Allah pada sekalian ahwal semuanya. Dan kekejian hamba
bahwa memalingkan akan makanya daripada pinta Tuhannya barang
yang sampai ia akan dia daripada syahwatnya dan hawa-nya.
Kata Syekh Abu al-Hasan radhiyallâhu ‘anhu, jangan ada citamu
dalam do’amu akan mendapat dengan sampai hajatmu, maka jadilah
engkau di dinding dan hendak ada citamu dengan do’a itu akan
berkata engkau dengan Tuhanmu. Kata Abu al-Qâsim al-Qusyairi
radhiyallâhu ‘anhu, sejahat-jahat manusia barangsiapa minta do’a ia
kepada Allah ta’âla tatkala datang bala, dengan tulus do’anya dan
sangat tadharru’-nya dan tangisnya, maka apabila hilang kesakitannya
dan diangkatkan daripadanya bahayanya, mensia-siakan ia akan
menyempurnakan taat dan lupa ia akan bala dan membatalkan ia akan
birr dengan memansakan syai’un dan menukarkan ‘aqad dengan
mem[p]erjagakan yang baik. Mereka itulah yang dijauhkan Allah
dalam satu hukum, artinya pada azali dan memasukkan ia akan
mereka itu dalam jalan orang yang kurang dan [bahwa]sanya dikata
orang, bala yang meng[h]alau ia akan dikau kepada berdiri antara
hadapannya terbaik bagimu daripada pem[b]eri yang melupakan ia
akan dikau daripadanya dan yang menjauhkan ia kan dikau
daripadanya.

54
Catatan pada pias: artinya menyerahkan diri, kaqawlihi ta‟âla wa man
yuslim wajhahu ilallâhi wa huwa muhsin.
55
Catatan pada pias: menyerahkan segala pekerjaan kepada Allah, ka qawlihi
wa afwadha amrayni ilallâh.

176 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫ن‬
ِ ِ‫غبث‬ َ ‫ػ‬
َّ ُ‫ ا‬ِٚ ِ‫طبئ‬ َ ٢ِ‫عجَجًب ك‬ َّ ‫هَِج َُي‬
َ ‫اُال ِؽ ُن‬ َ ُٕ ْٞ ٌُ َ٣ ‫ْق‬
َ ٤ًَ

Betapa ada tuntutmu yang kemudian56 akan sebab pada pemberiannya


yang dahulu.57 Inilah dalil atas nafiy sebab yang tersebut itu, karena
barang yang menuntut akan dia hamba pekerjaannya itu telah
terdahulu pada azali dengan mentakdirkan dia dan tuntutannya
pekerjaan //206//yang kemudian pada barang yang hilang dan betapa
ada yang kemudian akan sebab pada yang telah terdahulu, dan tiada
sebab selama-lamanya melainkan terdahulu atas yang disebabkan.

Jalla hukm al-azali in yudhâfu ilâ al-’ilal. Telah besar hukum yang
pada azal daripada dibandingkan ia kepada illat. Ini satu dalil yang lain
atas menyebutkan dia muallif dan yaitu bahwasanya hasil barang yang
menuntut dia orang yang meminta telah dihukumkan Allah taala pada
azali akan diperolehnya akan dia, maka tiada ada sebab beroleh dia
do’a dan soal hamba karena hukum Allah taala besar ia daripada di-
idhâfat-kan ia kepada satu illat atau satu sebab daripada pihak
bahwasanya baginya iradah yang mutlak dan masyiyah yang <t-r-sh-
n> maka berusahanya akan illat bagi tiap-tiap sesuatu dan tiada illat
bagi berusahanya seperti m[ng]halalkan ia akan sesuatu dan
me[ng]haramkan ia akan sesuatu umpama seperti kata segala ‘arif
yang muhaqqiq mereka itu.

َ ‫هَبثََِزْ َي ِس‬َٝ ُُٚ‫َز‬٣‫زْ َي ِػ٘ب‬َٜ ْ‫اع‬َٝ َْٖ٤‫ذ ِؽ‬


ْْ َُ .ُُٚ‫َز‬٣‫ػب‬ َ ْ٘ ًُ َْٖ٣َ‫أ‬َٝ .‫ءٍ ِٓ ْ٘ َي‬٢َْ ‫ َْي َال ُِؾ‬٤ِ‫ُ ك‬ُٚ‫َز‬٣‫ِػَ٘ب‬
‫ْل‬ ُ ‫َبى ئْ َّال َٓؾ‬ َ ُ٘ٛ ْٖ ٌُ َ٣ ْْ َُ َْ َ‫ا ٍٍ ث‬َْٞ ‫دُ أَؽ‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ‫ َال‬َٝ ٍٍ ‫ؿ أ َ ْػ َٔب‬ ُ ‫ ئِ ْخ َال‬ِٚ ُِ َ‫ أَص‬٢ ْ ِ‫َ ٌُ ْٖ ك‬٣
ِ َٞ َُّ٘‫ ُْ ا‬٤ْ ‫ػ ِظ‬
ٍ‫ا‬ َ َٝ ٍِ ‫نب‬َ ‫اإل ْك‬
ِ

Tolongnya padamu tiada karena sesuatu yang daripadamu, dan dimana


ada engkau ketika berhadap akan dikau tolongnya, dan ketika
membetuli akan dikau peliharaannya tiada ada pada azalnya tulus
segala amal, dan tiada diperoleh segala hal tetapi tiada ada di sana
melainkan semata-mata karunia dan kebesaran pem[b]eriannya.

56
Catatan pada pias: yakni tuntutmu yang sekarang
57
Catatan pada pias: yakni tuntutmu yang pada azali

Syarh Al-Hikam 177


Bermula tolong Allah dengan dikau pada azali ketika tiada ada
ketika karena bahwasanya ketika tiada di-’illat-kan ia dengan sesuatu
yang ada ia daripadamu daripada mentuliskan segala amal atau
peroleh segala ahwal yang sampai kita dengan sekaliannya itu
kepadanya. Dan dimana engkau tatkala itu pada karenamu ‘‘adamun
yang semata-mata tetap tiada ada satu melainkan semata-mata
kemurahan-Nya dan karunia-Nya dan besar kebajukan-Nya dan
pem[b]erian-Nya tiada lain. Kata Wasith radhiyalahu ‘anhu beberapa
bahagi yang telah dibahagi ia dan beberapa na’ut dan ahkam yang
telah diperlakukan ia yakni pada azali, betapa dihela ia dengan segala
kerja atau diperoleh ia dengan usaha.

ُّ ‫َ ْخز‬٣ :ٍَ ‫ كَوَب‬،‫َ ِخ‬٣‫ ِس ِع ِ ّش اُ ِؼَ٘ب‬ْٞ ُٜ ‫ظ‬


‫َـ‬ ُ ٠َُِ‫َٕ ئ‬ْٞ ُ‫ه‬ََّٞ ‫َزَؾ‬٣ َ ‫ػ ِِ َْ أ َ َّٕ اُ ِؼجَبد‬َ //207//
٠َِ‫ػ‬ ْ
َ ‫ا اُؼَ َٔ ََ ا ْػزِ َٔبدًا‬ْٞ ًُ ‫رَ ُِ َي َُز ََش‬َٝ ْْ ُٛ ‫ خ ََّال‬ْٞ َُ ََُّٚٗ‫ػ ِِ َْ أ‬
َ َٝ ،‫َؾَب ُء‬٣ ْٖ َٓ ِٚ ِ‫ِث َش ْؽ َٔز‬
َ َ‫ كَو‬،ٍِ َ‫األَص‬
ٌ ٣‫ ئِ َّٕ َس ْؽ َٔخَ هللاِ هَ ِش‬:ٍ‫ب‬
َْٖ٤ِ٘‫ْت ِٓ ْٖ اُ ُٔؾْ ِغ‬

Telah mengetahui ia akan bahwasanya segala hamba rindu


mereka itu kepada nyata bunyian tolong, maka firman Allah
menentukan ia dengan rahmatNya akan barang siapa yang
dikehendaki baginya, dan mengetahui ia akan bahwasanya jikalau
mem[b]erikan ia akan mereka itu serta yang demikian itu
[bahwa]sanya meninggalkan mereka itu akan amal karena berpegang
atas azali, maka firman-Nya: bahwasanya rahmat Allah terhampir
daripada segala mereka yang berbuat baik. Bermula nyata sirr ‘inâyah
itu yang menghendaki rahmat yaitu menentukan masyi-ah dalam
firman-Nya ‘azza wa jalla, yakhtasshu man yasyâ-u, dan tiada ‘illat bagi
zhuhur-nya sekali-kali daripada hamba dan ihsan yang dibandingkan
ia kepada hamba dalam firman-Nya: inna rahmatallâhi qarîbun min al-
muhsinîn.
Tanda dan surah atas hasil tolong itu dan bukan ihsan hamba
akan ‘illat yang mewajibkan ia akan hasil ‘inayah dan hanyasanya me-
isnad-kan Haq taala akan rahmat kepada ihsan hamba dan
menggantungkan dia dengan dia supaya tiada berjabat segala hamba
atas sabaq-nya58dan meninggalkan mereka itu akan amal yang ia

58
Catatan pada pias: yakni pada azali

178 Syekh Burhanuddin Ulakan


dikehendaki ubudiyah yang wajib ia karena Allah taala. ilâ al-masyiyah
yastanidu kullu syai-in wa lâ tastanidu hiya ilâ syai-in. Kepada
masyiyah jua bersandar tiap-tiap sesuatu karena bahwasanya jatuh
<ba> barang yang tiada dikehendaki Allah mustahil dan tiada diberi
sandar ia kepada sesuatu karena mustahil didapat kurang pada barang
yang wajib baginya kamal.
Dan dalam ibarat ini isyarat kepada segala hukum azali dan
isyarat kepada ketiadaan segala sebab dan segala ‘illat. Maka wajib
atas hamba bahwa berbuat ia atas masyiyah akan segala amalnya dan
segala ahwal-nya, maka hendak melazimi ia akan ubudiyah dan akan
iftiqâr dan meninggalkan ia akan tadbîr dan ikhtiyâr bagi barang siapa
yang pada tangannya yang demikian itu, dan inilah yaitu adab tawhid.
Dijadikan Allah akan//208//kita daripada mempunyai dia dengan
anugerahnya dan karunianya.
Dan kata Abu Bakr Muhammad ibn Mûsa al-Wâsithî radhiyallâhu
‘anhu, bahwasanya Haq taala tiada mehampirkan ia akan faqîr karena
papanya, dan tiada menjauhkan ia akan yang kaya karena kayanya,
dan tiada bagi a’râdh pada Allah taala akan bahaya hingga dengan dia
sampainya atau dengan dia putusnya. Dan jikalau kau berikan
kepadanya akan dunia dan akhirat tiada menyampaikan ia akan dikau
kepadanya dengan dia. Dan jikalau kau ambil semuanya, tiada
memutuskan ia akan dikau dengan dia.
Menghampirkan ia akan barang siapa yang dihampirkannya
daripada tiada dengan satu ‘illat, dan memutuskan ia akan barang
siapa yang diputuskannya daripada tiada dengan satu ‘illat, seperti
firman-Nya : wa man lam yaj’alillâhu lahu nûran fa mâ lahu min nûrin.
Dan barang siapa tiada dijadikan Allah baginya nur, maka tiada
baginya nur. rubbamâ dallahum al-adab ‘alâ tark al-thalab, i’timâdan
‘alâ qismatihi wastighâlan bi dzikrihi ‘an sâlatihi. Terkadang
menunjukkan akan mereka itu adab atas meninggalkan tuntut karena
berpegang atas bahagiannya, 59 dan karena bimbang dengan
menyebabnya dia daripada meminta akan dia.
Terkadang adalah daripada adab meninggalkan soal dan thalab
bagi barang siapa yang karam dalam segala dzikir dengan barang yang
berlaku ia de’ atasnya daripada dibalik-balik segala taqdirnya. Dan

59
Catatan pada pias: yakni bahagian yang ditakdirkan Allah ta‟ala pada azali

Syarh Al-Hikam 179


meninggalkan thalab itu satu mazhab segala kaum. Kata Imam Abu al-
Qâsim al-Qusyayri radhiyallâhu ‘anhu, dan bersalahan segala manusia
pada sesuatu yang mana afdhal, adakah do’a atau diam dan rida, maka
setengah mereka itu berkata, ia yang do’a itu pada dirinya ibadah.
Sabda Nabi shallallâhu ‘alayhi wa sallam: al-du’â’u makh al-’ibâdah.
Yang do’a itu atap ibadah. Maka insan membawa ia akan barang yang
ia ibadah terutama daripada meninggalkan dia. Maka do’a itu haq al-
haq subhânahu wa ta’âla. Maka jika tiada diperkenankan bagi hamba
dan tiada disampai ia kepada bahagian nafsunya, maka [bahwa]sanya
berdiri ia dengan hak Tuhannya karena bahwasanya do’a akan
menyatakan akan papa martabat kehambaan.
Dan kata Abu Hâzim radhiyallâhu ‘anhu: bahwasanya
ditagahkan akan daku do’a tersangat //209// apabila me[ng]i’tiqâd-
kan ia kan taubah. Tiada cita baginya melainkan pada segala sunnah
puasa dan sunnah sembahyang dan berulang jalan ke Mekkah. Dan
barang yang menyerupai ini daripada segala sunnah dan ia serta
demikian tiada mendapat bagi barang yang taqshir ia dalamnya
daripada segala yang wajib. Dan tiada melepaskan ia akan dirinya
daripada yang lazim akan dia membayar dia daripada segala yang
dianiaya seperti yang dirampas dan segala harga yang dibeli dan tiada
yang demikian itu melainkan karena bahwasanya tiada bimbang
mereka itu dengan membaiki diri mereka itu dengan berbuat segala
yang wajib, dan meninggalkan segala yang haram yang berdiakan ia
akan mereka itu, dan tiada menjadikan mereka itu akan memerangi
hawa mereka itu yang berhambakan ia akan mereka itu.
Dan jikalau masuk mereka itu dalam demikian itu, [bahwa]sanya
adalah bagi mereka itu dalamnya sebaik-baik pekerjaan dengan
besarnya, dan tiada mendapat mereka itu akan nuskhah bagi sesuatu
daripada segala sunnah. Kata setengah ulama: barang siapa ada segala
sunnah terlebih dicita kepadanya daripada membayar segala fardhu,
maka ia diperdiakan. 60 Dan kata Muhammad ibn Abi al-Wardi
radhiyallâhu ‘anhu: binasa manusia dalam dua perusahaan: satu
bimbang dengan sunnah dan menyia-nyiakan fardhu. Dan kedua amal
dengan segala anggota dengan tiada muwâfaqah serta hati atasnya

60
Secara harfiah bermakna: dibiarkan.

180 Syekh Burhanuddin Ulakan


dan hanya ditagahkan mereka itu akan sampai karena menyia-nyiakan
akan asal artinya akan fardhu.
Dan kata khawâsh radhiyallâhu ‘anhu: putus makhluk daripada
Allah dengan dua perkara: pertama bahwasanya mereka itu menuntut
segala sunnah dan meninggalkan mereka itu akan fardhu. Dan kedua
bahwasanya mereka itu mengamalkan mereka itu akan segala amal
dengan zhahir dan tiada mengambil mereka itu akan nafsu mereka itu
dengan benar dalamnya dan mem[b]eri nasihat baginya dan
bahwasanya Allah taala tiada menerima daripada ‘amil akan amalnya,
melainkan dengan benar dan membetuli akan yang hak.
Kata Syekh Abu Thâlib radhiyallâhu ‘anhu, terlebih sesuatu bagi
hamba makrifatnya akan dirinya dan berhenti ia atas hadd-nya, dan
hukumnya bagi halnya yang didirikan ia dalamnya dan memulai ia
dengan amal daripada barang yang difardhukan ia atasnya. Kemudian
menjauhi barang yang ditagahkan//210//ia daripadanya dengan ilmu
yang mem[b]erintahkan ia akan dia pada sekaliannya itu dan dengan
wara’ yang menahan ia akan dia daripada hawa pada yang demikian
itu, dan tiada bimbang ia dengan menuntut yang sunnah hingga
selesasi ia daripada fardhu.

‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬
َ ‫ع َغ‬ ِ ٣ِٞ ‫دُ اُز َّ ْؾ‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ‫ب‬َٜ ْ٘ ‫ػ‬
َّ َٝ َٝ ،‫ْق‬ َ ‫َ َْٔ٘ؼَ َي‬٣ ‫ َال‬٢َ
ْ ً‫د‬ ِ َ٤‫د ِثأ َ ْػ‬
ِ ‫هَب‬ْٝ َ ‫بٕ األ‬ ِ ‫ػب‬ َّ ‫َّ ِذ‬٤َ‫ه‬
َ ‫اُطب‬
ِ ُ‫قخ‬
ِ َ٤ِ‫اإل ْخز‬
‫بس‬ َّ ‫ َُ َي ِؽ‬٠َ‫ ر َ ْجو‬٢ْ ًَ ‫ذ‬ َ ‫ ْه‬َٞ ُ‫ْا‬

Menambatkan ia akan segala ta’at dengan diri segala waktu supaya


tiada menagahkan akan dikau daripadanya karena melambatkan dan
meluaskan ia atsmu akan waktu supaya kekal bagimu bahagian
memilih.

Mem[b]eri nikmat ia atasmu pada barang yang menyuruhkan ia


akan dikau dengan dia daripada segala ta’at yang diwaktukan ia
dengan segala waktu dengan dua nikmat yang besar keduanya. Nikmat
yang pertama menambatkan dia bagimu dengan diri segala waktu
supaya jatuh ia dalamnya, maka menang engkau dengan pahalanya.
Dan jikalau tiada diperbuatnya akan yang demikian itu. Bahwasanya
kau perlambatlah akan dia dan tiada dikau amalkan akan dia hingga
luput ia, maka luputlah akan dikau pahalanya. Dan nikmat yang kedua
meluaskan segala waktunya atasmu supaya kekal bagimu satu

Syarh Al-Hikam 181


bahagian daripada memilih hingga datang engkau dengan segala ta’at,
padahal tetap dan perlahan daripada tiada picik dan sendat. Maka
baginya jua segala puji atas segala nikmatnya.

‫ب‬َٜ ٤ْ َُِ‫ُ ْْ ئ‬ٛ‫غوَب‬


َ َ‫ ك‬ِٚ ِ‫ػز‬
َ ‫هب‬ َ َ‫د‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ْْ ِٜ ٤ْ َِ‫ػ‬
َ ‫ت‬ َ ‫ َع‬ْٝ َ ‫ كَأ‬ِٚ ِ‫ ُٓؼَب ََِٓز‬٠َُِ‫ك اُ ِؼجَب ِد ئ‬ ِ ْٞ ُٜ ُٗ َ‫ػ ِِ َْ هَِِّخ‬
َ
َ ‫ اُ َغَّ٘ ِخ ِث‬٠َُ‫ َٕ ِئ‬ْٞ ُ‫غبه‬
‫غ َال ِع َي‬ َ ُ٣ ٍّ ْٞ َ‫ت َسث َُّي ِٓ ْٖ ه‬َ ‫ػ َغ‬ َ ،‫ة‬ ِ ُ‫غ َال ِع َِ ا‬
ِ ‫ َغب‬٣ْ ‫إل‬ َ ‫ِث‬

Mengetahui ia akan sedikit bangkit segala hamba kepada


mu’amalahya, maka mewajibkan ia atas mereka itu akan bakti akan
dia, maka meng[h]alau ia akan mereka itu kepadanya dengan segala
rantai mewajibkan. Tercengang Tuhanmu daripada kaum yang dahulu
mereka itu kepada syurga dangan segala rantai. Tatkala diketahui
Allah akan sedikit bangkit segala hamba kepada mu’amalahnya yang
wajib ia baginya atas mereka itu daripada mendirikan ubudiyah
karena memandang rububiyah dalam ketika bakti daripada mereka
itu, karena dalam demikian itu tutup mata mereka itu, dan kesudahan
tentu mereka itu, maka wajib ia atas mereka itu akan bakti mereka itu
kepadanya atas ketika//211//kebencian mereka itu karena barang
yang dipertakuti Allah akan mereka itu dengan dia jika tiada berbuat
mereka itu akan yang disuruhkannya daripada ta’at itu. Maka
meng[h]alau ia akan mereka itu dengan rantai yang mewajibkan ta’at
dan rantai berikat dan mewazi’kan ia akan mereka itu dengan
demikian itu kepada barang yang dalamnya tuntut mereka daripada
barang yang tiada ilmu bagi mereka itu dengan dia, dan berbuat ia
dengan mereka itu seperti yang berbuat ia dengan kanak-kanak.
Tiadakah kau lihat akan dia betapa diajari dan dipukuli ia atas
lancarnya atas yang dikehendaki perangainya, dan kejadiannya
daripada pekerjan yang sia-sia seperti berbuat yang membawa kepada
haram, atau yang tiada berfaedah pada agama dan dibiasakan ia akan
segala pekerjaan yang sukar ia atas yang ada manfa’at pada syara’,
berbuat ia akan dia. Padahal ia benci bagi pekerjaan itu, dan kehendak
hatinya [bahwa]sanya hasilnya atas segala manfa’atnya yang ia bebal
akan dia, maka apabila besar dan berakal ia mengenal ia akan yang
demikian itu dengan nyata manfa’at baginya, dan syukurlah ia akan
barang siapa yang mengajari daripada bapanya atau bani-nya atau
lainnya daripada keduanya. Demikianlah perbuatan Tuhan dengan

182 Syekh Burhanuddin Ulakan


hamba. Dan [bahwa]sanya tercengang Tuhanmu daripada kaum yang
dihalau mereka itu ke dalam syurga dengan rantai seperti diperbuat
dengan tawanan segala kuffâr, hingga dikehendaki daripada mereka
itu masuk dalam agama Islam. Maka dihela mereka itu ke dalam
syurga dengan rantai pada batang leher mereka itu.

َ ‫ َع‬ْٝ َ ‫ َٓب أ‬َٝ ِٚ ‫دَ ِخذْ َٓ ِز‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬


. ِٚ ‫ ٍَ َعَّ٘ ِز‬ْٞ ‫ت ِئ َّال دُ ُخ‬ َ ‫ َع‬ْٝ َ ‫أ‬
َ ‫ت‬

Telah mewajibkan ia atasmu akan keadaan khidmatnya dan tiada


mewajibkan ia melainkan masuk syurga-Nya. Inilah ibarat yang baik
yang muwafaqah dengan makna yang dahulu dan yang disengahaja
daripada sekaliannya ini, akan mem[b]eri tahu dengan bahwasanya
Allah taala kaya ia daripada sekalian makhluknya. Tiada mem[b]eri
guna akan dia kebaktian mereka itu dan tiada menyakiti akan Dia
durhaka mereka itu, dan bahwasanya segala taklif semuanya hanya
sanya mewajibkan ia akan dia atas mereka itu karena yang kembali
ia//212//kepada mereka itu daripada tempat kebajikan mereka itu
tiada lain.

Dan barang yang menyebutkan dia Muallif rahimahullah yaitu


hal kebanyakan manusia segala mereka itu yang daripada pekerjaan
mereka itu perlahan dan ketiadaan mengikuti bagi segala suruh dan
segala tagah dan karena itulah berkehendak kepada dipertakuti dan
digentarkan, dan kepada berturut-turut bagi perolehan dan kepada
mubâlighah pada banyaknya. Dan adapun orang yang khas daripada
manusia maka tiada berkehendak mereka itu kepada sesuatu daripada
demikian itu, karena bahwasanya Allah taala membukakan ia akan
dada mereka itu dan memerangi ia akan mata hati mereka itu dan
menyurutkan ia dalam hati mereka itu akan iman, dan mengusahakan
ia kepada mereka itu akan ta’at, dan membencikan ia bagi mereka itu
akan maksiat, maka tiada memandangkan mereka itu atas barang
yang memandangkan atasnya segala mereka yang disebutkan
daripada berbuat segala yang wajib dan menjauhi segala yang haram.
Maka hanyalah tetap me-idhafat-kan segala mereka itu yang
khas kepada wajib khidmat itu akan segera kepada segala bagi ta’at
dan berlekas-lekas pada segala sunnah yang baik tiada kepada segala
bahagian daripada dunia dan syurga. Dan dengan jumlah itu jadilah
segala amal mereka itu semuanya akan mehampiri diri kepada Allah,

Syarh Al-Hikam 183


dan pada maqam qarib itu merdeka mereka itu daripada diperhamba
yang lainnya, dan sah ‘ubudiyah mereka itu. ni’ma al-’abdu shahibun
law lam yakhafullah [wa] lam ya’shihi. Sebaik-baik hamba shahibun
jikalau tiada takut ia akan Allah tiada durhaka ia akan Dia. Artinya
sebaik-bai hamba kepada Tuhan shahibun ada ia atau lainnya dengan
tiga perkara: pertama dengan kasihnya akan bakti kepada Tuhan. Dan
kedua dengan bencinya akan durhaka kepada-Nya. Dan ketiga dengan
tiada diperhamba akan dia oleh lainnya daripada nafsunya atau
makhluk yang lain. Maka jikalau jatuh daripada hamba yang baik itu
seperti shahib, u[m]pamanya pada taqdir sesuatu perbuatan yang
zahirnya, ditakuti akan Allah seperti berbuat barang yang ditagahkan
daripadanya.
[Bahwa]sanya mengampuni dan mema’a fkan akan dia
Tuhannya dan tiada menolak ia kan dia dan tiada menjauhkan ia akan
dia daripada hadhratnya karena baginya padanya dan karena
kasihnya//213//atasku daripada ditagahkan akan daku ijabah. Dan
satu tha-ifah berkata mereka itu diam dan berhenti dibawah berlaku
hukum terlebih sampai dan rida dengan barang yang terdahulu pada
azali daripada yang dipilih Haq taala terutama. Dan karena iniah kata
Syekh al-Wâsithî radhiyallahu ‘anhu, memilih barang yang telah
berlaku bagimu pada azali terbaik bagimu daripada mengadabkan
do’a pada waktu sekarang. Dan sabda Nabi shallâlahu ‘alaihi wa sallam
khabar daripada Allah ta’âla: man syaghalahu dzikri min mâ-ilatî
a’thaytuhu afdhala mâ u’thiya al-sâ-ilîn. Barangsiapa membimbingkan
dia pikirnya akan Daku daripada meminta ia akan Daku, Aku kabari
akan dia yang terlebih daripada kuberikan akan segala yang meminta.
Dan kata satu kaum wajib keadaan hamba mempunyai do’a
dengan lidahnya lagi yang mempunyai rida dengan hatinya supaya
datang ia dengan dua pekerjaan berhimpun.

ِ َٔ ْ‫ُ اإلؽ‬ْٚ٘ ِٓ ُٖ ٌِ ُْٔ ٣ ْٖ َٓ ُّٚ‫َُ٘ ِج‬٣ ‫ ِئَّٗ َٔب‬َٝ ٍ‫ب‬


ٍ‫ب‬ ِ ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬
ِ َ‫اإل ْؿل‬ َ ‫ ُص‬ْٞ ‫َ ُغ‬٣ ْٖ َٓ ‫ُزَ ِ ًّ ُش‬٣ ‫ِئَّٗ َٔب‬

Hanyasanya diingatkan akan barang siapa yang harus atasnya lalai


dan hanyasanya dijagakan akan barang siapa yang dapat daripadanya
menny]ia-ny]iakan. Dibawa oleh muallif akan katanya ini seperti dalil
atas yang telah disebutkannya akan dia daripada bahwasanya

184 Syekh Burhanuddin Ulakan


meninggalkan thalab, terkadang ia daripada adab karena bahwasanya
terkandung dan terbunyi dalam thalab itu mem[b]eri ingat dengan
harus lalai atasnya, maka jatuh dengan demikian itu mengingatkan
baginya dan terbungkus dalamnya pula.
Meyatakan dengan harus meihtimalkan sia-sia daripadanya,
maka adalah dengan demikian itu akan menjagakan baginya dan
sekaliannya itu mustahil atas Allah taala. Allahu ‘an dzâlika ‘uluwwan
kabîran. Maka dari karena itu ‘illat ini adalah menanggalkan thalab
pada mereka itu satu adab. Dan [bahwa]sanya ditanya Syekh al-
Wâsithî radhiyallâhu ‘anhu daripada do’anya, maka berkata ia takut
aku jika aku meminta do’a akan dikata bagiku, 61 jika ku pinta kepada
kamu yang bagimu pada kamu, maka [bahwa]sanya kau tuduhlah
kami. Dan jika kau pinta kepada kami barang yang tiada ia bagimu
pada kamu,62 maka kau perjahitlah senjang atas kamu. Dan jika rida
engkau kami perlakukan daripada segala pekerjaan barang yang kami
kehendaki bagimu 63 dalam//214//segala masa. Dan diriwayatkan
daripada ‘Abdullah ibn Mubârak radhiyallâhu ‘anhu, berkata ia: tiada
aku meminta do’a pada masa lima puluh tahun dan tiada kukehendaki
akan seseorang bahwa meminta do’a ia bagiku karena bahwasanya ia
telah rida ia atas hukum yang pada azali.

َْٖ٣‫ ِذ‬٣ْ ‫َبدُ اُ ُٔ ِش‬٤‫د أ َ ْػ‬


ِ ‫دُ اُلَوَب‬ْٝ ‫ ُس‬ُٝ

Datang segala papa kesukaan segala murid. Bermula a’yâd itu ibarat
daripada segala waktu yang kembali atas segala hamba dengan segala
kesukaan. Dan mereka itu bersalahan dalam demikian itu, maka
setengah daripada mereka itu, barang siapa sekarang dengan
mendapat bahagiannya dan beroleh keinginannya dan kehendaknya,
dan inilah yaitu kelakuan kebanyakan muslim, dan setengah daripada
mereka itu, barang siapa kesukaannya dengan ketiadaan segala
bahagiannya, dan segala angan-angannya dan segala kehendaknya,
dan inilah yaitu kelakuan segala yang khas daripada segala murid,

61
Catatan pada pias: yakni rida hatinya akan barang telah ditakdirkan Hakq
ta‟ala akan bahagianmu ada azali.
62
Catatan pada pias: yakni yang telah ditakdirkan Hakq ta‟ala akan
bahagianmu pada azali.
63
Catatan pada pias: yakni akan barang yang tiada bahagianmu pada azali.

Syarh Al-Hikam 185


karena bahwasanya tempat kekerasan pekerjaan mereka itu
hanyasanya ia atas meng[g]ubalo hati mereka itu dan menjernihkan.
Tiada datang bagi mereka itu yang demikian itu melainkan
dengan didapat mereka itu bagi yang mengerasi ia akan mereka itu
daripada segala bagi papa dan segala bagi hajat, yang mengerasi ia
akan diri mereka itu dan segala kesukaran, maka kulihat akan mereka
itu memilih mereka itu akan papa atas kaya dan akan kesukaran atas
kemudahan dan akan hina atas mulia dan sakit atas sehat, karena hasil
bagi mereka itu dengan papah itu nipas hati, dan manusia yang tiada
mengenal qadarnya melainkan mereka itu jua karena bahwasanya ia
daripada dapat mereka itu akan hampir mereka itu kepada Tuhan
mereka itu, dan melihat mereka itu baginya pada ketika ketiadaan
bahaginya mereka itu, dan tiap-tiap bertambah mereka itu papa, dan
bala menambah akan mereka itu Tuhan mereka itu akan hampir
mereka itu dan kasih.
Kata Syekh dalam Tanwîr dan dalam segala bala dan segala papa
setengah daripada segala karunia yang terbunyi barang yang tiada
mempahamkan dia melainkan segala yang punya mata hati, tidakkah
kau lihat bahwasanya segala bala, mem’adam //215// ia akan nafsu
dan mehinakan ia akan dia dan mendahsyatkan ia daripada menuntut
bahagiannya, dan jatuh serta bala itu, mendapat hina dan serta hina
adalah tolong firman Allah : wa laqad nasharakumullâhbi badrin wa
antum adzillatun. [bahwa]sanya menolong akan kamu Allah di Badar
padahal kamu hina. Kata Abu Ishâq Ibrâhîm al-Mahrawî radhiyallâhu
‘anhu: barang siapa menghendaki ia akan mendapat sekalian
kemuliaan, maka hendak memilih akan tujuh atas tujuh. Maka
bahwasanya segala mereka itu yang shalih memilih mereka itu akan
dia hingga mendapat mereka itu akan kemuncak kebajikan.
Pertama memilih papa atas kaya, dan kedua memilih lapar atas
kenyang, dan ketiga <memilih> memilih rendah atas tinggi, dan
keempat memilih hina atas mulia, dan kelima memilih kekecilan atas
kebesaran, dan keenam memilih duka atas suka, dan ketujuh memilih
mati nafsu atas hidupnya. Maka apabila ketiadaan mereka itu akan
yang demikian itu dengan mengerjakan segala asbâb. Ingatlah mereka
itu dengan diperoleh dinding dan dengan jauh mereka itu daripada
tempat hampir, maka duka mereka itu dan keluh kesah karena yang
demikian itu dan mengasihi mereka itu akan kembali kepada hal yang

186 Syekh Burhanuddin Ulakan


pertama. Dan setengah daripada makna ini, barang yang dihikayatkan
daripada khayr al-nâsikh radhiyallâhu ‘anhu, berkata ia : masuk aku
setengah segala masjid, maka tiba-tiba dalamnya faqir, maka tatkala
melihat ia akan daku, menjabat ia akan daku, dan berkata ia, ayyuha
al-Syekh, siangi olehmu atasku. Maka bahwasanya kesakitanku amat
besar. Maka berkata aku: apa ia.
Berkata ia kelenyapan aku akan papa <dan> dan dipesertakan
aku dengan ‘afiat, maka menilik aku, maka tiba-tiba ia dibukakan atas
sesuatu daripada dunia. Dan kata setengah mereka itu bahwasanya
faqir yang shadiq takut ia akan kaya karena takut ia akan memasuki
dia orang yang kaya. Maka mem[b]inasakan ia atasnya akan papanya
seperti bahwasanya orang yang kaya takut ia akan papa karena takut
ia akan memasuki orang yang papa, maka mem[b]inasakan ia atasnya
akan kayanya.

‫ق َال ِح‬ ِ ‫ ِذ اُلَوَب‬٣ْ ‫د َِٖٓ ْاُ َٔ ِض‬


َّ ُ‫ ا‬٢ِ‫ُ ك‬ُٙ‫د َٓب َال ر َِغذ‬
َّ ُ‫ا‬َٝ ِّ ْٞ ‫ق‬ َ ْ‫ َعذ‬َٝ ‫ُسثَ َٔب‬

Terkadang mendapat engkau daripada //216// bertambah dalam


papa barang yang tiada kau dapat akan dia dalam puasa dan
sembahyang. Bermula datang segala papa hasil bagi murid dengan dia
tambah yang amat banyak daripada jernih hati dan suci sirr.

Dan terkadang tiada hasil baginya yang demikian itu dengan


puasa dan sembahyang karena bahwasanya puasa dan sembahyang
terkadang ada baginya dalam keduanya syahwat dan hawa seperti
yang telah terdahulu dan barang yang ada ini jalannya disentausakan
dalamnya daripada kumasukkan segala bahaya dan tiada mem[b]eri
faedah akan dia menyisikan dan menyucian bersalahan datang segala
papa, maka bahwasanya ia memutuskan lagi hawa dan syahwat atas
tiap-tiap hal. ‫ت‬ ُ ‫ اُلَوَبدُ ثَغ‬segala papa itu sekeluasan daripada
ِ ِٛ ‫ا‬َٞ َٔ ُ‫ْو ا‬
yang diberikan yang papa itu mehadhirkan ia akan dia serta Allah dan
mendudukan ia akan dia atas hamparan benar dan menyegerakan ia
akan dia dengan barang yang ada ia pada tempat duduk serta
mentawhidkan Allah taala daripada segala yang diberikan Tuhan dan
segala halun yang rahmân.

Syarh Al-Hikam 187


َّ ُ‫ َْي ِئَّٗ َٔب ا‬٣َ‫اُلَبهَخَ َُذ‬َٝ ‫ؼ اُلَ ْو َش‬
ُ‫قذَهَبد‬ َ ‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬
ِ ‫ف ِّؾ‬ ِ ِٛ ‫ا‬َٞ َٔ ُ‫دَ ْا‬ْٝ ‫ ُس‬ُٝ ‫د‬
َ ‫ت‬ َ ْ‫ِئ ْٕ أ َ َسد‬
ِ ‫ُِ ِْلُوَ َش‬
‫اء‬

Jika kau kehendaki aku akan datang segala pem[b]eri atasmu, maka
shahkan olehmu akan papa dan akan ketiadan mempunyai sesuatu jua
pun padamu. Hanyasanya segala shadaqah bagi segala mereka yang
papa ini. Misal barang yang telah menyebutkan ia kan dia sekarang dan
menyebutkan ia akan ayat, kemudian isyarat yang indah-indah.
Bermula mensahkan ketiadaan mempunyai sesuatu dan papa, yaitu
menyungguhkan diri dngan segala sifat martabat kehambaan yang
disebutkan akan dia pada masalah yang lagi datang ia pada mengiringi
ini jua.

Dan daripada setengah yang bergantung dengan zhahir ayat


yang mengambil saksimuallif dengan dia atas jalan kaum barang yang
diata oleh setengah mereka itu kebenaran faqir mengambil ia akan
shadaqah daripada yang mem[b]eri dia tiada daripada yang sampai ia
kepadanya atas dua tangannya. Maka Haq taala yaitu yang mem[b]eri
ia akan //217//shadaqah atas Hakikat, karena bahwasanya ia yang
menjadikan dia bagi mereka itu. Maka jika menerima ia akan
shadaqah itu daripada Haq taala, maka ia yang benar pada papanya,
karena tinggi citanya. Dan barang siapa menerima dia daripada segala
wasithah, maka ia benar tanda dengan papa serta rendah citanya.

‫َ ُٔذ َُّى‬٣ ‫ ر َ َؾوَّ ْن ِثؼَغ ِْض َى‬،ِٚ ِ‫َ ُٔذ َُّى ِث ِؼ َّضر‬٣ ‫ ر َ َؾوَّ ْن ِثزُ ُِّ َي‬،ِٚ ِ‫فبك‬
َ ْٝ َ ‫َ ُٔذ َُّى ِثأ‬٣ ‫فبكِ َي‬ َ ْٝ َ ‫ر َ َؾوَّ ْن ِثأ‬
ِٚ ِ‫ر‬َّٞ ُ‫ه‬َٝ ِٚ ُِ ْٞ ‫َ ُٔذ َُّى ثِ َؾ‬٣ ‫ن ْؼ ِل َي‬
ُ ِ‫ ر َ َؾوَّ ْن ث‬،‫ثِوُذْ َسرِ َي‬

Sungguhkan dirimu dengan segala sifat menolong ia akan dikau dengan


segala sifatnya. Sungguhkan dirimu dengan hinamu menolong ia akan
dikau dengan mulianya. Sungguhkan dirimu dengan lemahmu
menolong ia akan dikau64 dengan keluasannya dan kekerasannya.

Kata Abu al-Hasan radhiyallahu ‘anhu, dan mensahkan ubidiyah


melazimi papa dan lemah dan lambat dan hina karena Allah dan lawan
sekaliannya itu segala sifat rububiyah, maka lazimi olehmu akan

64
Catatan pada pias: Dengan kuasanya sungguhkan dirimu dengan lembutmu
menolong ia akan dikau.

188 Syekh Burhanuddin Ulakan


segala sifatmu dan pandang olehmu akan segala sifatnya serta
bergantung kepadanya dengan pergantungan yang amat teguh. Dan
kata olehmu daripada keluasan papa yang kusungguhkan, yâ ghaniyyu
man li al-faqîr ghayrîka.65 Dan daripada keluasan lembut, yâ qawiyyu
man li al-dhu’fi ghayrika,66 dan daripada keluasan lemah, yâ qâdirun
man li al-’âjizi ghayrika. Hai yang kuasa siapakah yang lemah lainmu,
dan daripada keluasan hina, ya ‘azîzun man li al-dzalîli ghayrika. Hai
yang mulia siapakah bagi yang hina lainmu. Kau dapat akan ijabah
seolah-olah ia kebaktian tanganmu. wasta’înu billâhi washbirû
innallâha ma’a al-shâbirîn. Minta tolong kamu dan sabar kamu
bahwasanya Allah taala serta segala mereka yang sabar.

ُ‫اإل ْعزِوَب َٓخ‬


ِ َْ ِٔ ٌْ ُ٣ ْْ َُ ْٖ َٓ َ‫ُسثَ َٔب ُس ِصمَ اٌُ ََشا َٓخ‬

Terkadang mem[b]eri ia akan karâmah akan barang siapa yang


tiada sempurna dengan dia tetap. Bermula karamah yang sungguh,
hanyasanya ia hasil bagi hamba sifat-sifat tetap, dan sampai kepada
sempurnanya, dan tempat kembalinya kepada dua pekerjaan. Satu sah
iman akan Allah taala, dan kedua mengikuti akan barang yang datang
dengan dia Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam zahirnya dan
bathinnya //218//maka wajib atas hamba bahwa tiada loba ia
melainkan atas keduanya dan tiada dibaginya melainkan pada sampai
kepada keduanya. Dan adapun karamah bagi makna meneragakan
adat, maka tiada dibilang dengan dia pada sekalian mereka yang
muhaqqiqin karena terkadang mem[b]erikan ia akan yang demikian
itu akan orang yang belum sempurna baginya istiqamah.
Kata Abu al-Hasan al-Syadzili radhiyallahu ‘anhu, hanyasanya
keduanya dua karamah yang jamak keduanya lagi meliputi keduanya
akan karamah iman dengan bertambah yakin dan pandang ‘iyân dan
akan ikramatu ‘amal atas mengikuti dan mengayung dan menjauh
da’wa dan daya. Maka barang siapa diberi ia akan keduanya maka
rindu ia kepada yang lain daripada keduanya. Maka yaitu hamba yang
te[r]perdaya lagi dusta atau mempunyai tersalah pada ilmu dan amal
seperti barangsiapa memuliakan akan dia raja dengan menilik kepada

65
Catatan pada pias: hai yang kaya siapakah bagi yang papa lainmu
66
Catatan pada pias: hai yang keras, siapakah bagi yang lemah lainmu

Syarh Al-Hikam 189


raja itu atas sifat keridaan. Maka kemudian rindu ia kepada gubalo
binatang dan meninggalkan rida dan tiap-tiap karamah yang tiada
menyertai dia rida daripada Allah, maka orang yang ampunya dia
dilorongkan lagi, dijauhkan dan kurang atau binasa lagi rusak.
Dan kata Abu al-’Abbas al-Mursyi radhiyallâhu ‘anhu, tiada
pekerjaan dalamnya. Barang siapa yang dipendekkan baginya
perjalanan bumi, maka tiba-tiba ia di Mekkah atau lainnya daripada
segala negeri, hanyasanya yang pekerjaan barang siapa yang
dipendekkan segala sifat dirinya, maka tiba-tiba ia pada Tuhannya.
Dan disebutkan daripada Sahal ibn ‘Abdillâh radhiyallâhu ‘anhu akan
segala karamah, maka berkata ia dan apa segala tanda dan apa segala
karamah, yaitu syai’un yang dihukumkan ia bagi waktunya, dan tetap
yang terbesar daripada segala karamah bahwa kau tukar akan
perangai yang dajal daripada segala perangai dirimu dengan perangai
yang mahmud. min ‘alâmati iqâmah al-haqqi laka fî syai-in ‘adamatuhu
iyyâka fîhi ma’a hushûl al-natâ-ij. Daripada tanda mendirikan Haq
taala bagimu dalam sesuatu dikekalkannya akan dikau dalamnya
seperti hasil faedah tiada dibilangkan dengan barang yang mendirikan
hamba dalamnya akan sendirinya daripada amal atau hal dan
hanyasanya yang dibilangkan dengan barang yang mendirikan akan
dia dalamnya //219// Tuhannya dan alamat mendirikan Allah taala
akan hambanya dalam sesuatu bahwa meninggalkan ia akan dia
atasnya dan hasil baginya buahnya dan anaknya, dan seyogyanya atas
ini adab dan segala amal yang hasil baginya yang demikian itu dan
mendapat ia dalam bimbingnya dengan dia akan sejahtera agamanya
dan putus tha’a-nya daripada lainnya, dan baik niatnya dalam
senantiasa berkasih-kasihan dengan keluarganya, dan menolong
segala mereka itu yang papa dan segala yang kesakitan.
Man ‘abbara min bisâthi ihsânihi ishmatathu al-usawatu ma’a
rabbihi wa man ‘abbara min bisâthi ihsânillâhi ilayhi lam yushmit idzâ
asâ’a. Barang siapa lalai daripada luas kebajikannya mendiamkan
akan dia kejahatannya seperti Tuhannya, dan barang siapa lalu
daripada luas kebajikan Allah kepadanya, tiada diam ia apabila jahat.
Bermula barangsiapa memandang ia akan kebajikan dirinya dan akan
amalnya dengan baktinya akan Tuhannya luaslah lidahnya dengan
mem[b]eri nasihat dan mengajariku segala hamba Allah, maka jika
jatuh daripadanya kejahatan dan bersalahan piciklah lidahnya

190 Syekh Burhanuddin Ulakan


daripada demikian itu, dan diamlah ia karena yang lalu ia dengan dia
daripada sipu dan malu.
Dan inilah jalan segala yang punya taklîf yang menilik mereka itu
kepada barang yang daripada mereka itu kepada Allah taala daripada
amal salih atau thalih. Dan barang siapa memandang kebajikan Allah
kepadanya dan ghaib lah ia daripada melihat kebajikan dirinya luas
lidahnya dalam dua hal 67 itu daripada tiada berbeda 68 karena
bahwasanya pandangannya akan Tuhannya dengan sifat keesaan dan
sifat mendirikan akan tiap-tiap sesuatu, mewajibkan ia akan
beraninya atas demikian itu. Dan [bahwa]sanya dikata orang berani
hati melancarkan lidah dan menjagakan ia akan mata dan inilah jalan
segala yang punya ta’rif yang menilik mereka itu akan barang yang
daripada Allah taala kepada mereka itu. tasbîqu anwâr al-hukamâ’i
aqwâmun lahum, fa haytsu shâra al-tanwîr washala al-ta’bîr.
Mendahului segala anwârhukamâ segala kata mereka itu, maka pada
tempat jadi yang menerangkan sampai yang dilalukan kepadanya.
Bermula hukamâ di sini segala mereka itu yang ‘ârif billâh
//220// taala lagi tahu mereka itu dengan dia, dan anwar yang
dinisbatkan kepada mereka itu, yaitu anwar makrifat mereka itu, dan
yaitu kuat yakin mereka itu dengan bahwasanya segala pekerjaan
semuanya pada tangan Allah taala yang tiada menyekutu baginya
dalamnya. Maka apabila menghendaki mereka itu menunjuki akan
segala hamba Allah taala, dan mem[b]eri nasihat akan mereka itu
dengan izin daripada Allah taala bagi mereka itu dahulu lah segala
anwar hati mereka itu kepada Allah taala dengan berselendang dan
berkehendak kepada-Nya pada bahwa mem[b]erintahkan ia akan
pekerjaan segala hati sekalian hambanya denga dijadikannya dalam
hati mereka itu mempunyai kabul barang yang dikehendaki mereka
itu <teks tidak terbaca> atas mereka itu daripada kalam hikmah.
Artinya ilmu dan makrifat, maka diperkenankan Haq taala akan
mereka itu kepada demikian itu, maka apabila berkata mereka itu
dengan kalam hikmah ingatlah akan dia hati mereka itu yang sampai
kepadanya segala atsar anwar segala sirr hukama seperti bahwasanya

67
Catatan dalam pias dijelaskan: yakni hal mengajar dan <teks tidak terbaca>
malu mem[b]eri nasihat.
68
Catatan pada pias: artinya mau jatuh daripadanya kejahatan atau tiada.

Syarh Al-Hikam 191


tanah yang mati mehidupkan akan dia riasah hujan, maka beroleh
manfaat mereka itu dengan kalam hikmah itu dengan sempurna
manfaat.

‫ُ ثَ ْش ٌص‬ْٚ٘ ِٓ ١ِ ِ ِْ َ‫ح ُ اُو‬َْٞ ‫ ًِغ‬ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬


ْ ‫ت اَُّز‬ َ ‫ُجَ ِ ّش ُص‬٣ ٍّ ‫ًُ َُّ ً ََال‬
Tiap-tiap kalam keluar ia dan atasnya pakaian hati yang daripadanya
keluarnya.

Bermula lidah juar bahasa hati. Maka apabila jernih hati itu
daripada fikrah dan suci ia daripada segala daki sekalian aghyar dan
benderang dalamnya segala anwar adalah yang dijura bahasakan
lidahnya atas kira-kira demikian itu maka berkata lidah itu dengan
kalam yang nurani yang masuk ia kepada telinga segala mereka yang
sâmi‘ maka terbuka kata kunci hati mereka itu dan berkatakan mereka
itu bagi sirr kekasih mereka itu. Telah meriwayatkan Hafizh Abu Naim
rahimahullah daripada Said Ibnu Asham berkata ia “ada seorang Qadi
duduk ia hampir daripada masjid Muhammad Ibnu Wasi‘, maka
berkata ia baginya pada satu hari padahal ia bertakut akan segala
mereka itu yang sekedudukan dengan dia (gapa bakik?) melihat segala
hati tiada takut dan (gapa bakik?) melihat mata tiada menangis dan
(gapa bakik?) melihat mati tiada menangis dan (gapa bakik?) melihat
segala kulit tiada gemetar maka //221//luput akan dia dengan
demikian itu senang hatinya dan baik kehidupannya dan ditinggalkan
Allah daripadanya pakaian kaya dan pakaian mulia dan
dipakaikanNya akan dia pakaian tamak dan pakaian zillah, maka
kurang dengan demikian itu himmahnya dan sedikit qimahnya.
Dan sanya azab akhirat terbesar daripada azab dunia
disegerakan seperti dikata orang, barang siapa memandang manusia
mati ia dengan duka dan menang ia dengan senang yang ada
percintaan, artinya azab di akhirat dan menangnya dengan dunia. Dan
melihat Sahal bin Abdullah radhiallahu ‘anhu akan seseorang laki-laki
daripada segala fuqara’ di Makkah, maka berkata ia baginya akan
sesuatu maka berkata rajul itu, hai ustaz tiada kuasa aku atas ini
daripada karena manusia maka berpaling Sahal kepada segala
sahabatnya dan berkata ia tiada beroleh hamba akan hakikat daripada
pekerjaan ini hingga ada ia dengan salah satu dua sifat hingga gugur

192 Syekh Burhanuddin Ulakan


manusia daripada matanya, maka tiada melihat ia dalam negeri ini
melainkan ia dan Khaliqnya, maka bahwa sanya sesorang tiada kuasa
ia akan mem[b]eri mudarat akan seseorang dan tiada mem[b]eri
manfaat akan dia atau gugur dirinya daripada hatinya maka tiada
hirau ia dengan barang lagi yang melihat manusia akan dia.
Maka barang siapa dengan beroleh barang yang dikehendakinya
akan dia daripada mereka itu pada hal segala kehendak mereka itu
bersalah-salan dan segala perangai mereka itu (mereka itu) berlain-
lainan maka terkadang membaikkan ia daripada nafsunya akan
sesuatu yang tiada membaikkan akan dia orang lainnya. Dan
terkadang meridakan ia akan seseorang dengan barang yang tiada
meridakan akan dia orang yang lainnya, maka ia berbuat amal dengan
sangkanya pada barang mem[b]eri mudarat akan dia pada manusia,
pada hal ia mengusahakan pada barang yang mem[b]eri manfaat akan
dia pada mereka itu dan pada Allah taala serta merasai akan payah
dan lelah dal dirinya.
Bermula pada hikayat yang disebutkan daripada Luqman dan
anaknya me[ng]ingatkan atas makna ini, disebutkan bahwa Luqman
masuk ia pada satu hari ke dalam pakan dan ia mengendarai keledai
dan anaknya mengelo dia, maka kata manusia ketika melihat mereka
//222// itu akan dia inilah tua yang tiada sayang atas kanak-kanak
maka menaikkan ia akan dia dibelakangnya, maka kata mereka itu
adakah dua atas keledai tetap tiada menambah ia akan yang ketiga
maka turun Luqman dan tinggal anaknya atasnya, maka kata mereka
itu orang tua berjalan dan kanak berkendaraan maka turun anaknya
berjalan serta bapanya dan mengelo keduanya akan keledai, maka
kata mereka itu inilah keledai yang sentosa dan dua ini mengelo
keduanya akan dia dan adalah kehendak Luqman bahwa
menunjukkan ia kepada anaknya akan pekerjaan manusia serta
barang siapa mengabali ia akan tilik mereka itu dan bahwa sanya tiada
sejah tera ia daripada mereka itu atas barang hal ada ia.

َ َِّ ًُ ٢ْ ِ‫ُ ك‬َٙ‫ذ‬ِٜ ‫ؽ‬


ٍ‫ء‬٢ْ ‫ؽ‬ َ ‫ف اُ َؾ ُّن‬ َ ْٖ َٓ
َ ‫ػ َش‬

Barang siapan mengenali ia akan Haq taala memandang ia akan Dia


dalam tiap-tiap sesuatu, bahwa sanya ia jua fâ‘il mudabbir akan segala

Syarh Al-Hikam 193


pekerjaan maka tiada dijinak ia dengan sesuatu dan tiada lebur ia
daripadanya karena lenyap ia dengan memandang Haq taala dalam
tiap-tiap sesuatu daripada memandang akan sesuatu.

َ َِّ ًُ ْٖ ‫ػ‬
‫ ٍء‬٢ْ ‫ؽ‬ َ ‫َبة‬
َ ‫ؿ‬٢َ ِ٘ َ‫ َٓ ْٖ ك‬َٝ
Dan barang siapa lenyap ia dengan dia gaiblah ia daripada tiap-tiap
sesuatu, maka tiada melihat ia akan yang mawjûd lainnya dan tiada
mengadakan melainkan ia jua dan dengan kira-kira itu nyatalah sifat
jamalnya dan kamalnya maka tiada ada baginya atas segala perkara
berpegang dan tiada baginya kepada nya bersandar maka te[r]dapat
tiada hamba mengasihi akan Tuhan dan jikalau ada ia dalam beberapa
penyakit yang diidapkan sekalipun.

َ ‫ُإْ ِص ْش‬٣ ْْ َُ َّ‫ َٓ ْٖ أ َ َؽت‬َٝ


َ ِٚ ٤ْ َِ‫ػ‬
‫ئًب‬٤ْ ‫ؽ‬

Dan barang siapa kasih akan Dia tiada memilih ia atasnya akan sesuatu
daripada kehendakNya dan segala keinginanNya istimewa daripada
yang lain daripada itu daripada segala makhlukNya dan segala
pekerjaan ini yang menyebutkan dia muallif rahimahullâh yaitu tanda
sampainya kepada segala maqam yang tinggi ini dan degan dia sahnya
dan sempurnanya, maka barang siapa tiada mendapati dia dalam
dirinya maka tiada seyogyanya baginya bahwa mendakwai akan segala
maqam itu. Dan hendak beramal ia atas memerangi nafsunya //223//
pada barang yang mensahkan ia akan dia dan yang menyempurnakan
ia akan dia.

Dan ketahui oleh mu bahwasanya wujud makhluk dikehendaki


oleh Haq taala akan dia karena memandang Haq taala bahwasanya ia
fâ‘il segala makhluk dan mudabbir sekalian pekerjaan dan
memustahikan bagi sekalian ibadah.

‫ ِٓ ْ٘ َي‬ِٚ ‫ػ ْ٘ َي ِؽذَّح ُ هُ ْش ِث‬ َ ‫ِئَّٗ َٔب َؽ َغ‬


َ ‫ت اُ َؾ ُّن‬

Hanya sanya mendinding akan Haq taala daripadamu oleh tersangat


hampirNya daripadamu. Bermula tersangat hampar dinding seperti
tersangat jauh dinding karena tersangat hampirnya daripadamu

194 Syekh Burhanuddin Ulakan


mewajibkan bagi hapusmu dan hilangmu. Bermula yang dihapuskan
lagi hilang dan yaitu hamba tiada munasabah antaranya dan antara
sesuatu yang tsâbit lagi mawjûd dan yaitu Tuhan maka betapa melihat
Ia akan dia. Kata Syekh dalam lathâ’if al-manan, maka yang besar-
besar hampar yaitu yang mengaibkan ian daripadamu akan
memandang qarub. Kata Syekh Abu al-Hasan radhiallahu ‘anhu
Hakikat qarub bahwa mengabaikan ia dalam qarub daripada qarub
dengan terbesar qarubnya seperti barang siapa mencium bau kasturi
maka sentiasa hampirnya dan tiap-tiap hampirnya daripadanya
bertambah-tanbah baunya maka tatkala masuk ke dalam rumah yang
ia dalamnya putus baunya daripadanya.

َ ‫بس ُِ ِؼ‬
ِٙ ‫ ِس‬ْٞ ُٗ ِٚ ِٔ ‫ظ‬ ِ ‫ق‬َ ‫ػ ْٖ األ َ ْث‬ ُ ِ‫ت ُِ ِؾذَّح‬
َ ‫ ُخ ِل‬َٝ ِٙ ‫ ِس‬ْٞ ُٜ ‫ظ‬
َ ٢ َ ‫اُؽْ ز ُ ِغ‬

Terdinding ia dengan sangat nyatanya dan terbawanya ia daripada


segala penglihatan karena besar cahanya. Ini ibarat yang berganti-
ganti manusia akandia dan menjadikan mereka itu bagi misalnya akan
misal dengan matahari. Dan demikian itu, bahwasanya matahari
nurnya terkeras daripada sekalian nur yang didapat dan keras nurnya
yaitu yang mendinding ia akan penglihatan yang lembut daripada
mendapat ia akan kenahiannya, maka sanya jadilah nyata yang
mewajibkan akan dia wujud nurnya dinding baginya dan tiada dinding
atas Hakikat daripadanya, maka bahwasanya yang nyata ia bagi
zatnya tiada mendinding ia daripada zatnya, maka bahwasanya
dinding atasnya //224// daripada lainnya.

Bermula dinding di sini lembah penglihatan daripada melawan


limpah nurnya, maka Haq taala terdinding Ia daripada makhluk
dengan sangat nyatanya dan terbawanya Ia daripada segala mata
karena besar nurNya tiada dengan lainnya daripada seagala akwân
maka pahamkan olehmu.

‫بس‬ ْ ‫هَِج َُي ِ ِإل‬


ِ َٜ ‫ظ‬ َ ْٖ ٌُ َ٤ُْ َٝ ُْٚ٘ ‫ػ‬
َ ‫ ُٔ َي‬ْٜ َ‫َ ِو ََّ ك‬٤َ‫ُ ك‬ْٚ٘ ِٓ ‫بء‬
ِ ‫ط‬ َ َ‫ اُؼ‬٠َُ‫غجُّجًب ِئ‬ َ ْٖ ٌُ َ٣ ‫َال‬
َ َ ‫هَِج َُي ر‬
‫َّ ِخ‬٤ِ‫ث‬ُْٞ ‫اُشث‬
ُّ ‫م‬ِ ْٞ ُ‫َب ًٓب ثِ ُؾو‬٤ِ‫ه‬َٝ ‫َّ ِخ‬٣‫ ِد‬ُْٞ ‫اُؼُج‬

Syarh Al-Hikam 195


Jangan ada tuntutmu akan sebab pem[b]eri daripadanya, maka
kurangilah ingatmu daripadanya dan hendak ada tuntutmu karna
menyatakan ubudiah dan berdiri dengan segala Haq rububiah tiada
disuruh Allah taala akan segala hambaNya dengan menuntut kepada
Nya dan meminta daripadaNya melainkan karena menilik ia akan
berkehendak mereka itu dan meminta mereka itu dengan
merendahkan diri dan mengurangkan diri antara dua tangan supaya
ada yang demikian itu akan menyatakan bagi ubudiah mereka itu dan
karena berdiri dengan segala Haq rububiah Tuhan tiada karena
dibandingkan mereka itu dengan tahalab itu kepada hasil barang yang
dituntut mereka itu dan beroleh barang yang digemari mereka itu
akan dia daripada barang yang ada bagi mereka manfaat dalamnya
dan bahagian diri mereka itu inilah yaitu paham segala arif daripada
Allah taala dan menunjukkan atas makna itu barang yang
menyebutkan dia muallif sekarang ini.
Kata Ibn Nashr al-Saraj radhiallâhu ‘anhu kutanyai akan
setengah masyâyikh daripada doa apa wajahnya bagi yang ampunya
taslîm dan tafwîdh maka berkata ia doa kita akan Allah atas dua
wajahNya. Yang pertama bahwa kita kehendaki dengan doa itu akan
menghiasi anggota yang zahir dengan doa, karena karena bahwa
sanya satu dari pada khidmah lagi menghendaki ia akan menghiasi ia
akan anggotanya dengan khidmah ini. Dan yang kedua bahwa doa kita
itu karena mengikuti suruh Allah taala daripada orang yang meminta
doa itu dan sanya dikata orang //225// faedah doa itu karena
menyatakan papah antara dua tangan dan jika tiada karena
menyatakan dia, maka Tuhan berbuat barang yang dikehendakiNya
dan dikehendaki oleh menyatakan papah ini tiada putus pintanya dan
gemarnya dan jika diberi Allah akan dia segala yang dituntutnya dan
jika disampaikanNya segala yang dipintanya dan segala kehendaknya
sekalipun dan tiada membedakan ia antara ketiadaan beroleh dan
antara beroleh di antara teguh dan (b-r) pada barang yang kembali
pada menyatakan papah dan fakir, maka adalah ia hamba bagi Allah
pada sekalian ihwal semuanya dan kekejian hamba bahwa
memalingkan akan mukanya daripada pintu Tuhannya barang yang
sampai ia akan dia daripada syahwatnya dan hawanya.
Kata Syekh Abu al-Hasan radhiallâhu ‘anhu jangan ada citamu
dalam doamu akan mendapat dengan sampai hajatmu maka jadilah

196 Syekh Burhanuddin Ulakan


engkau di dinding dan hendak ada citamu dengan dao itu akan berkat
engkau dengan Tuhanmu. Kata imam Abu al-Qasim al-Tatsir
radhiallâhu ‘anhu sjahat-jahat manusia barang siapa minta doa ia
kapada Allah taala tatkala datang bala dengan tulus doanya dan sangat
tadarruknya dan tangisnya, maka apabila hilang kesakitannya dan
diangkatkannya daripadanya bahayanya men[ny]ia-[ny]iakan ia akan
menyempurnakan taat dan lupa ia akan bala dan membatalkan ia akan
(b-r) dengan mem[b]inasakan setia dan menukarkan akad dengan
memercikan yang baik mereka itulah yang dijauhkan Allah dalam satu
hukum artinya pada azal dan memasukkan ia akan mereka itu dalam
jalan orang yang kurang dan sanya dikata orang bala yang mengalau ia
akan dikau kepada berdiri antara hadapannya ia akan dikau
daripadanya.

‫ن‬
ِ ِ‫غبث‬ َ ‫ػ‬
َّ ُ‫ ا‬ِٚ ِ‫طبئ‬ َ ٢ِ‫عجَجًب ك‬ َّ ‫هَِج َُي‬
َ ‫اُال ِؽ ُن‬ َ ُٕ ْٞ ٌُ َ٣ ‫ْق‬
َ ٤ًَ

Betapa ada tuntutmu yang kemudian akan sebab pada


pemberinya yang dahulu. Inilah dalil atas nafi sebab atas sebab yang
tersebut itu karena barang yang menuntut akan dia hamba
pekerjaannya itu telah terdahulu pada azali dengan menakdirkan dia
dan tuntutnya pekerjaan//226//Sekali maka tinggi ia dan terangkat
batangnya dan manislah rasa buahnya dan jadi ia dimakan ia pada
tiap-tiap tahun dua kali.

‫َّ ِخ‬٤‫ف‬
ِ ْٞ ‫ق‬ُ ‫ ِئَّٗ َٔب َٓض َ َُ اُ ُخ‬.‫َّ ِخ‬٣‫ق اُجَؾ َِش‬ ِ ‫ف‬ ْ َٝ ُّ َ‫ػذ‬ َ ‫َّ ِخ‬٤‫ف‬
ِ ْٞ ‫ق‬ ُ ‫د اُ ُخ‬ ِ ُْٞ ‫َ ِْضَ ُّ ِٓ ْٖ صُج‬٣ َ‫ال‬
‫ط‬ ُ ْٞ ُٔ ‫ؽ‬ َ ‫ ر‬.ُْٚ٘ ِٓ ‫ذ‬
ُ ‫َبسح ً ر َ ْؾ ُش ُم‬ َ ٤ْ ََُٝ ‫ن‬
ْ ‫غ‬ ِ ُ‫ األُك‬٢ِ‫د ك‬ ْ ‫ َش‬َٜ ‫ظ‬ َ .‫بس‬ ِ َٜ َُّ٘‫ؽ ْٔ ِظ ا‬ َ ‫م‬ ِ ‫ًَاِ ْؽ َشا‬
.‫ِى‬َ ‫د‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ ٠َُ‫َذ ُُّس َى ِئ‬٣َٝ ‫ػ ْ٘ َي‬ َ ‫ل رَ ُِ َي‬ ُ ‫َ ْو ِج‬٣ ً ‫َبسح‬
َ ‫ ر‬َٝ .‫ِى‬ َ ‫د‬ْٞ ‫ ُع‬ُٝ َِ ٤ْ َُ ٠َِ‫ػ‬ َ ِٚ ِ‫فبك‬َ ْٝ َ ‫أ‬
‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬
َ ٌ‫ ِاسد‬َٝ ٌَُِّٚ٘ ََُٝ ‫ َْي‬٤َُِ‫ئ‬َٝ ‫ْظ ِٓ ْ٘ َي‬ َ ٤َُ ‫بس‬
ُ َٜ َُّ٘‫كَب‬

Tiada lazim daripada sifat ketentuan ketiadaan sifat basyariah


hanyasanya u[m]pama ketentuan itu seperti benderang matahari siang
yang nyata ia pada tepi langit dan tiada ia daripadanya terkadang
benderang sekali matahari sekalian sifatnya atas malam wujudmu dan
terkadang mengambil ia akan yang demikian itu, maka mengembalikan
ia akan dikau kepada segala hingga mu, maka siang itu tiada ia
daripada mu kepada mu dan tetap datang ia daripadanya kepada mu.

Syarh Al-Hikam 197


Bermula tsubȗt sifat ketentuan bagi hamba tiada lazim
daripadanya ketiadaan sifat basyariah karena bahwasanya sifat
basyariah itu pekerjaan yang sejatinya lagi mengakali bagi hamba dan
segala pekerjaan yang sejatinya kekal lagi mustahil lenyapnya dan
bertukar. Dan hanyasanya yang lazim daripada tsubȗt khushushiyah
itu ketiadaan ghȃlib segala hukum sifat basyariah itu atas hamba jua
karena wȃrid yang ghȃlib, maka jika ditakdirkan hilang wȃrid yang
ghȃlib ini sanya kekallah sifat basyariah itu hal keadaannya keras lagi
tegar dan adalah hamba antara dua tangannya akan tawanan dan
u[m]pama yang demikian itu daripada segala yang nyata benderang
matahari atas segala tuk yang kelam supaya menghilangkan ia akan
bekas kelamnya maka terang lah ia dengan demikian itu dan
benderanglah siang atas malam maka apabila masuk matahari itu
kembali ufuk itu kepada kelamnya karena//227// bahwasanya nur
matahari tiada ia sejatinya bagi segala ufuk itu.
Bermula makna sifat ketentuan yang tersebut itu yaitu barang
yang ditentukan Allah taala dengan dia akan segala akan segala auliyȃ-
Nya daripada nyata segala sifatnya yang tinggi dan segala nikmat-Nya
yang suci atas mereka itu supaya meutup Haq taala dengan demikian
itu akan segala sifat sekalian nafsu mereka itu yang kurang lagi jahat
daripada mereka itu supaya tiada nyata segala bekas kekeruhannya
dalam jernihsegala waktu mereka itu maka apabila benderang segala
anwȃr itu atas wujud mereka itu menghilangkanlah ia akan kelam
nafsu mereka itu dan kekallah mereka itu dalam sampai dan hampir
daripada tiada upaya mereka itu dan tiada kekerasan mereka itu pada
hasil keduanya itu. Dan jika lenyap daripada mereka itu segala anwȃr
yang benderang itu kembali mereka itu kepada asal mereka itu dan
mengakali mereka itu akan berhantu atas had mereka itu dan adalah
mereka itu dalam putus dan jauh daripada Haq taala seperti keadaan
mereka dahulu daripada itu.

َ ْٝ َ ‫د أ‬
ِٚ ِ‫فبك‬ ِ ُْٞ ‫ صُج‬٠َِ‫ػ‬ َ ِٚ ِ‫ ِد أ َ ْع َٔبئ‬ْٞ ‫ ُع‬ُٞ ِ‫ث‬َٝ ِٚ ِ‫ ِد أ َ ْع َٔبئ‬ْٞ ‫ ُع‬ُِٝ ٠َِ‫ػ‬ ِ َ ‫ ِد آص‬ْٞ ‫ ُع‬ُٞ ِ‫دَ ٍَّ ث‬
َ ِٙ ‫بس‬
ِٚ ‫ق ِثَ٘ ْل ِغ‬ُ ‫ف‬
ْ ُٞ‫ا‬َ َّ ْٞ ُ‫َو‬٣ ْٕ َ ‫ ِئرْ ُٓ َؾب ٌٍ أ‬ِٚ ِ‫ ِد رَار‬ْٞ ‫ ُع‬ُِٝ ٠َِ‫ػ‬
َ ِٚ ِ‫فبك‬ َ ْٝ َ ‫ ِد أ‬ْٞ ‫ ُع‬ُٞ ‫ ِث‬َٝ

198 Syekh Burhanuddin Ulakan


Menunjukkan ia dengan segala keadaan atsarnya atas keadaan segala
namanya dan menunjukkan ia dengan keadaan segala namanya atas
tsubȗt segala sifatnya dan menunjukkan ia dengan keadaan segala
sifatnya atas keadaan zatnya karena mustahil berdiri sifat dengan
sendirinya.

َّْ ُ ‫ ص‬ِٚ ِ‫فلَز‬ ُ ٠َُِ‫ ْْ ئ‬َٛ ُّ‫َ ُشد‬٣ َّْ ُ ‫ ص‬ِٚ ِ‫ػ ْٖ ًَ َٔب ٍِ رَار‬
ِ ‫ ِد‬ْٞ ُٜ ‫ؽ‬ َ ْْ ُٜ َُ ‫َق‬ ُ ‫ُ ٌْؾ‬٣ ‫ة‬ ِ ْ‫بة اُ َغز‬ ُ َ‫كَأ َ ْسث‬
ِ َ ‫ ِد آص‬ْٞ ُٜ ‫ؽ‬
ِٙ ‫بس‬ ِ َُِّ‫ اُزَّؼ‬٠َُ‫ ْْ ِئ‬ُٜ ُ‫َ ْش ِعؼ‬٣
ُ ٠َُ‫ ْْ ِئ‬َٛ ُّ ‫َ ُشد‬٣َ َّْ ُ ‫ ص‬ِٚ ِْٔ ‫ن ِثبع‬

Maka mereka itu yang empunya jadzab membukakan ia bagi mereka


itu daripada kamal zatnya maka mengembalikan ia kan mereka itu
kepada memandang segala sifatnya maka mengembalikan ia akan
mereka itu kepada ta’alluq dengan segala namanya maka//228//
mengembalikan ia akan mereka itu kepada memandang segala atsar-
nya.

َّ ُ‫َخُ ا‬٣‫ثِذَا‬َٝ . َْٖ٤ِ‫ث‬ُٝ‫َخُ اُ َٔغْ ز‬٣‫َْٖ ثِذَا‬٤ٌِ ُِ ‫غب‬


َْٖ٤ٌِ ُِ ‫غب‬ َّ ُ‫َخُ ا‬٣‫ب‬َٜ َِ٘‫ ك‬،‫زَا‬َٛ ‫ػ ٌْ ِظ‬ َ ٠َِ‫ػ‬ َ َْٕٞ ٌُ ُِ ‫غب‬ َّ ُ‫ا‬َٝ
،ِٚ ٤َ‫ ر َِشه‬٢‫زَا ِك‬َٛ .‫ن‬ َّ ٢‫َب ِك‬٤َ‫ كَ ُشثَّ َٔب اُزَو‬،ٍ‫اؽذ‬
ِ ٣ْ ‫اُط ِش‬ ِ َٝ ٕ‫ب‬ ٍ َ‫ َُ ٌِ ْٖ َال ِث َٔؼ‬. َْٖ٤‫ ِث‬ُٝ‫َخُ اُ َٔ ْغز‬٣‫ب‬َٜ ِٗ
.ِٚ ُِ ‫ ٗ َْض‬٢ِ‫ك‬

Dan segala mereka yang sȃlik atas balik majdzȗb maka kesudahan
jalan yang berjalan permulaian jalan segala mereka itu yang majdzȗb
dan permulaian jalan yang berjalan kesudahan jalan segala mereka
yang majdzȗb tetap tiada dengan makna yang satu maka terkadang
bertemu keduanya dalam jalan ini pada naiknya dan ini pada turunnya.

Bermula segala hamba Allah yang ditentukan mereka itu dengan


hampir daripadanya dan sampai kepada nya berbahagi mereka itu
kepada dua bahagi satu sȃlik dan kedua majdzȗb maka pekerjaan
segala mereka yang sȃlik mengambil dalil mereka itu dengan segala
perkara atas Haq taala dan mereka itu yang berkata tiada melihat
kamu akan sesuatu melainkan pada melihat kamu akan Allah
kemudian meliahat segala perkara itu. Dan segala mereka yang
majdzȗb mengambil dalil mereka itu dengan Allah atas segala perkara
dan mereka itu yang berkata tiada melihat kamu akan sesuatu
melainkan melihat kamu akan Allah dahulunya dan tiada syak sekali-
kali bahwasanya dalil terlebih nyatanya daripada nyata madlȗl. Maka
pertama yang nyata bagi segala mereka itu yag berjalan segala atsȃr

Syarh Al-Hikam 199


dan yaitu segala yang diperbuat maka mengambil dalil mereka itu
dengan dia atas segala isim dan mengambil dalil mereka itu dengan
segala isim atas segala sifat dan mengambil dalil mereka itu dengan
segala sifat atas wujud zat maka adalah kelakuan mereka itu naik dan
mendaki daripada yang rendah kepada yang tinggi.
Dan pertama yang nyata bagi segala mereka yang majdzȗb
Hakikat kamal zat yang suci maka kembali mereka itu kepada
memandang sifat maka kembali mereka itu kepada ta’alluq dengan
segala isim maka kembali//229// mereka itu kepada memandang
segala atsȃr maka adalah hal mereka itu turun dan menurun daripada
yang tinggi kepada yang rendah maka barang yang dimulai akan dia
oleh segala mereka yang sȃlik daripada memandang atsȃr kepada
Nya-lah pehentian segala mereka itu yang majdzȗb dan barang yang
dimulai akan dia oleh segala mereka yang majdzȗb daripada
memandang hakikat zat kepada Nya-lah kesudahan segala mereka
yang sȃlik tetapi tiada dengan makna yang satu maka bahwasanya
dikehendaki oleh segala mereka yang sȃlik memandang segala perkara
bagi Allah dan yang dikehendaki oleh mereka itu yang majdzȗb
memandang segala perkara dengan Allah maka segala mereka yang
sȃlik amal mereka itu atas menunjukkan fana dan hapus dan segala
mereka yang majdzȗb jalan mereka itu jalan bunga dan senyuman.
Dan tatkala adalah pekerjaan dua firqah itu turun pada tempat
turun yang tersebut itu lazimlah bertemu keduanya dalam jalan yang
dijalani keduanya oarang yang sȃlik naik dan orang yang majdzȗb itu
turun.

‫بء‬
ِ َٔ ‫غ‬
َّ ُ‫اس ا‬ ْ ‫د ًَ َٔب َال ر‬
ُ َٞ ْٗ َ ‫ ُش أ‬َٜ ‫َظ‬ ِ ٌُٞ ََِٔ ُ‫ت ا‬
ِ ٤ْ ‫ؿ‬ ُ ‫ أَع َْش‬َٝ ‫ة‬
َ ٢ْ ‫اس ِئ َّال ِك‬ ِ ُُِٞ‫ُ ْؼَِ ُْ هَذْ ُساُو‬٣ ‫َال‬
‫بدَحِ اُ ُٔ ِْ ِي‬َٜ ‫ؽ‬
َ ٢ِ‫ِئ َّال ك‬

Tiada diketahui qadar segala hati dan segala asrȃr melainkan dalam
malakȗt seperti tiada nyata segala cahaya yang ada di langit melainkan
syahȃdahmalak.

Bermula segala anwȃr sekalian hati dan asrȃr yang diterangi


atasnya daripada langit tauhid dan makrifat tiada dikenal qadar-Nya
melainkan dalam ghaib malakȗt dan yaitu alam akhirat dan di san
hasil bagi mereka itu sempurna segala anwȃr ini. Maka barang siapa

200 Syekh Burhanuddin Ulakan


percaya ia akan yang gaib yakni akan Haq taala adalah baginya
daripada demikian itu bahagian yang terlabih sempurna seperti
bahwasanya segala cahaya yang dilangit yang menerangi atas segala
yang nyata daripada segala cara mu tiada nyata ia melainkan dalam
syahȃdahmalak dan yaitu alam dunia dan demikian itu dengan itu
diperoleh munasabah antara perkara ini.

‫ب‬َٜ ٤ْ َِ‫ػ‬ ِ َ‫ اُ َغض‬//212// ‫ ِد‬ْٞ ‫ ُع‬ُٞ ‫َٖ ِث‬٤ِِٓ‫ب‬


َ ‫اء‬ ِ َ‫د ِثؾَبئِ ِش اُؼ‬
ِ ‫ػب‬ َّ ‫د‬
َ ‫اُطب‬ ِ ‫ َعذَْٗب أ َ َّٕ ص َ َٔ َشا‬َٝ
‫آع ًال‬
ِ

Mendapat sekalian buah segala taat hal keadaannya be[r]segera


kesukaan segala mereka yang beramal dengan diperoleh balas atas nya
hal keadaannya bertingkah.

Bermula barang yang mendapat akan dia oleh segala mereka


yang beramal sebab bakti akan Allah taala pada segala amal mereka
itu akan balas yang be[r]segera daripada bertambah iman dan yakin
dan daripada peroleh rahmat berjinak-jinakan dan daripada lezat
hampar dan daripada karunia sampai kesukaan daripada Allah taala
yang segera dengan mendapat balas atas nya dalam negri akhirat
maka bahwasanya ia taat yang makbul pada Allah taala.

ُ ُِ‫ْق ر َْط‬
‫ت اُ َغضَ ا َء‬ َ ٤ًَ ّْ َ ‫ أ‬،‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬ َ َ ‫ ُٓز‬َٞ ُٛ ٍَ َٔ َ‫ ػ‬٠َِ‫ػ‬
َ ِٚ ‫قذ ٌِّم ِث‬ َ ‫ك‬ َ َٞ ‫ت اُ ِؼ‬ ُ ُِ‫ْق ر َْط‬
َ ٤ًَ
‫ َْي‬٤َُِ‫ ئ‬ِٚ ٣ْ ‫ ِذ‬ْٜ ُٓ َٞ ُٛ ‫م‬ٍ ْ‫فذ‬ ِ ٠َِ‫ػ‬
َ

Betapa kau tuntut akan balas atas amal yang ia bersedekah dengan dia
atas mu atau betapa kau tuntut akan balas atas sedekah yang ia
me[ng]hadiahkan dia kepada mu.bermula amal yang sah dituntut
tukarnya dan balasnya atasnya yaitu barang yang kau amalkan akan
dia supaya beroleh manfaat dengan dia lain mu dan tiada hasil bagimu
dengan amal itu manfaat dan tiada tertolak daripada mu nisbah
kesakitan.

Dan segala amal yang baik dituntut daripada mu pada zhahir dan
batin menyalah ia akan ini semuanya artinya tiada manfaatnya akan
orang yang lain karena ia pakaian daripada dirimu dinisbahkan
kepada Allah menjadikan dia dan menerbitkan dia kembali buahnya

Syarh Al-Hikam 201


dan manfaatnya kepada mu pada zahirmu dan batinmu dan Haq taala
kaya daripadanya dan karena ini diibaratkan daripada amal itu
dengan sedekah Allah dan hadiahnya karena maingatkan atas
bahwasanya amal itu tiada daya melainkan manfaat bagi dirimu. Maka
menuntut tukar dan balas atas amal tatkala ditinggal amal itu sedekah
dan hadiah daripada Allah serta manfaatnya bagi dirimu dalam
kesudah-sudahan kurang akal dan keji.
Kata Wasithi radhiyallâhu ‘anhu menuntut balas atas segala taat
daripada lupa akan fadhal. Dan ditanyai Abu al-‘Abbas Ibn ‘Atha
radhiyallâhu ‘anhu daripada sesuatu //231// yang terlebih hampir ia
kepada kebencian Allah maka katanya melihat nafsu dan segala
perbuatannya dan terlebih sangat daripada yang demikian itu
menuntut balas atas segala perbuatannya.

َ َٞ ْٗ َ ‫ ْْ أ‬ُٛ ‫َبس‬
،‫َٕ رًَ ََش‬ْٝ ‫ رَا ًِ ُش‬،ْْ ُٛ ‫اس‬ ُ ًْ‫ ٌّ ر َ ْغ ِج ُن أَر‬ْٞ َ‫ه‬َٝ ،ْْ ُٛ ‫َبس‬
َ ًْ‫ ْْ أَر‬ُٛ ‫اس‬
ُ َٞ ْٗ َ ‫ ٌّ ر َ ْغجِ ُن أ‬ْٞ َ‫ه‬
‫ُ ًَبَٕ رَا ًِ ًشا‬ُٚ‫َبس هَ ِْج‬
َ ِ٘‫رَا ًِ ٌش ا ْعز‬َٝ َُٚ‫ ُْشهَ ِْج‬٤َِ٘‫َ ْغز‬٣

Satu kaum mendahulukan anwȃr mereka itu segala adzkȃr mereka itu
dan satu kaum mendahulukan adzkȃr mereka itu segala anwȃr mereka
itu satu dzȃkir yang zikir ia supaya terang hatinya dan satu dzȃkir
yang zikir ia telah terang hatinya maka adalah ia dzȃkir.

Bermula mendahului segala dzȃkir akan segala anwȃr itu hal


segala murîd yang sȃlik karena bahwasanya pekerjaan mereka itu
memerangi nafsu dan menyakiti dia maka mereka itu mengerjakan
akan segala zikir pada ketika berat dan sukar supaya hasil bagi
mereka itu bertambah anwȃr kepada ini isyarat firman Allah taala wa
alladzîna jȃhadȗ fînȃ li-nahdiyahum sab[î]lanȃ. Dan segala mereka
yang bersungguh-sungguh pada pekerjaan Kami sanya Kami tunjukk
akan mereka itu jalan Kami. Bermula mendahului segala anwȃr akan
segala adzkȃr yaitu hal segala murȃd yang majzȗb mereka itu karena
bahwasanya mereka itu berdiri sekalian mereka itu dalam kemudahan
dan karinganan. Maka segala mereka yang majzȗb itu tatkala dihadap
mereka itu dengan segala anwȃr hasil daripada mereka itu segala
adzkȃr dengan tiada keberatan dan kesukaran. ْٖ ‫ػ‬
َ ‫ ُِش ِر ًْ ٍش ِئ َّال‬ٛ‫ظب‬
َ َٕ‫َٓب ًَب‬

202 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫كِ ٌْ ٍش‬َٝ ‫ ٍد‬ْٞ ُٜ ُ‫بهٖ ِِ ؽ‬
ِ َ‫ث‬ Tiada ada zhahir zikir melainkan daripada batin
pandang pikir.
Bermula segala amal zhahir mengikut kepada barang yang ada ia
pada batin, maka zikir yang zhahir dan te[r]dapat tiada ada ia buah
batin syuhud dan buah pikir maka menyatakan akan makna ini
katanya

‫ذ‬ َّ
ْ َ‫ر َ َؾوَّو‬َٝ ‫ ِِش‬ٛ‫ا‬َٞ ‫اُظ‬ ِٚ ِ‫َّز‬٤ِٜ َُِ‫ذ ِثا‬ َ ََ٘‫ذَ َى ك‬ِٜ ‫َ ْغز َ ْؾ‬٣ ْٕ َ ‫ ِٓ ْٖ هَ ْج َِ أ‬//212//‫ذَ َى‬َٜ ‫أ َ ْؽ‬
ْ َ‫طو‬
‫غ َشائِ ُش‬ ُ ْٞ ُُِ‫ اُو‬ِٚ ِ‫َّز‬٣‫ثِأ َ َؽ ِذ‬
َّ ُ‫ا‬ٝ ‫ة‬

Dipersaksikan akan dikau artinya akan kamal zatnya dahulu daripada


ambilnya akan dikau siksa maka ikrar dengan ketuhanannya segala
lidah dan tahaqquq dengan pandang ahadiyat-Nya segala hati dan
segala asrȃr. Bermula tanda dibukakan Allah taala segala hati dan
segala asrȃr dalam gaib al-ghayb artinya pada alam arwah dengan
segala hakikatkeesaan dan dengan melengkapi sifat mendirikan ia akan
segala yang lainnya.

Maka tatkal bersaksinya ia akan segala hati yang demikian itu


hapuslah hati itu dan hancur ia dan lenyap ia maka tahaqquqlah
dengan dia sifat ahadiyah maka tatkala dinyatakannya akan dia alam
syahadat artinya dalam dunia dengan tubuh dan raup menuntut ia
daripadanya akan ikrar baginya dengan ketuhanannya maka ikrarlah
ia dengan lisan halnya dan maqalnya maka adalah ikrarnya sekarang
tatkala dituntut dengan dia mengikut kepada ikrarnya pada alam
arwah. Maka hamba daripada pihak sirnya hatinya dengan sifat jama’
dan daripada pihak zahirnya dan tubuhnya dengan sifat faraq dan
te[r]dapat tiada tarekat ini daripada diperoleh jama’ dan faraq supaya
kȃmilzhahir dan batin dan sanya berkata mereka itu tiap-tiap jama’
dengan tiada isi dalamnya.

ِ َ٣‫ ًال ُِ ُغ ْش‬ْٛ َ ‫ُ َُ ْْ ر َ ٌُ ْٖ أ‬ُِٚ‫ن‬


ُ ٙ‫بٕ ِر ًْ َش‬ ْ َ‫ َال ك‬ْٞ ََِ‫ُ ك‬َُٚ ‫س َعؼََِ َي رَا ًِ ًشا‬ ٍ ‫د ص َ َال‬ ٍ ‫أ َ ًْ َش َٓ َي ثٌِ ََشا َٓب‬
َ َُٚ‫ُ كَز َ َّْ ِٗؼْ َٔز‬َٙ‫ َعؼََِ َي َٓزْ ًُ ًشا ِػ ْ٘ذ‬َٝ ‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬
‫ َْي‬٤َِ‫ػ‬ َ

Memuliakan akan dikau dengan kemuliaan yang tiga menjadikan ia


akan dikau menyebut baginya maka jikalau tiada karunia-Nya tiada

Syarh Al-Hikam 203


ada engkau mempunyai bagi berlaku zikirnya //233// atas mu dan
menjadikan Ia akan dikau dan disebut dengan Dia karena
menyungguhkan Ia akan nisbat Nya kepada mu dan menjadikan Ia
akan dikau disebut pada Nya maka menyempurnakan Ia akan nikmat-
Nya atas mu.

Bermula memuliakan Allah taala akan hambaNya yang mukmin


dengan tiga kemuliaan me[ng]himpunkan Ia baginya dalam yang tiga
ini akan sekalian k-h dan sekalian kepujian pertanya keadaan hamba
menyebut baginya dengan bahwa diperlakukan akan menyebut dia
atas hatinya dan lidahnya dan dari mana baginya yang demikian itu
dan dengan jalan apa diperolehnya akan dia jikalau tiada diperolehnya
karunia dari Allah taala dan kemudahan-Nya dan keduanya keadaan
hamba disebut ia dengan dia maka dikata ‘abdullah waliy Allah habib
Allah shafiy Allah mukhtȃr Allah dan demikian itu dengan yang
memuliakan Allah akan hambaNya dengan dia daripada menyuguhkan
nisbat nya kepada nya dan yaitu manyabatkan sifat ketentuan baginya
dan sanya telah terdahuli makna khushushiyah dan ketiganya keadaan
disebut pada nya dan ini lah kesudah-sudahan karam dan perhentian
fadhal dan an’ȃm firman Allah taala wa li-dzikri Allȃh akbar.
Sanya dzikr Allȃh amat besar dikata orang maknanya disebut
Allah akn hambaNya terlebuh besar daripada menyebut hamba akam
Allah dan dalam hadits Ubayyi Ibn Ka’ab radhiyallâhu ‘anhu berkata ia,
sabda Rasulullah shallallah ‘alayhi wa sallam umirat an aqra’a ‘alayka
al-qur’ȃn disuruhkan akan daku bahwa ku baca atas mu qur’an kataku
ya Rasulullah meneybut akan daku bagi mu Tuhanku sabda Nabi
na’am maka dibacanya atas ku. Qul bi-fadhli Allȃh wa bi-dzalik fal-
yafrahȗ huwa khair mimmȃ yajma’ȗn. Dan dalam hadits ia Khibrah al-
baduwiy radhiyallâhu ‘anhu berkata ia tatkala turun lam yakun
alladzîna kafarȗ min ahli al-kitȃb hingga akhirnya kata Jibril ‘alayhi al-
salȃm bagi Nabi al-Shalȃh wa al-salȃm bahwasanya Tuhanmu
menyuruh Ia akan dikau bahwa kau bacakan akan dia atas ia.
Maka sabda Nabi sallallah ‘alayhi wa sallam bagi ia bahwasanya
Jibril //234// menyuruhkan ia akan daku bahwa membacakan aku
akan dikau surat ini maka kata ia dan disebutkah aku di sana ya
Rasulullah sabda Nabi na’am maka menangis ia dan dalam hadits ia
harîrah radhiyallâhu ‘anhu daripada Rasulullah shallallah ‘alayhi wa

204 Syekh Burhanuddin Ulakan


sallam, firman Allah taala Aku pada zhan hamba-Ku dengan Daku dan
Aku pada nya tatkala menyebut ia ia akan Daku jika ia menyebut akan
Daku dalam dirinya menyebut aku akan dia dalam diri-Ku dan jika
menyebut dia akan Daku dalam kawan menyebut Aku akan dian
dalam kawan yang terbesar daripada kawannya dan jika hampir dia
akan Daku sejengkal hampir Aku kepada nya sehasta dan jika hampir
ia kepada Aku sehasta hampir Aku kepada nya sedepa dan jika datang
ia kepada Ku berjalan datang Aku kepada nya berlari.

ٌ ‫ َْشحٍ أ َ ْٓذَاد‬٤‫ُ ًَ ِض‬ُٙ‫َِ ٍخ آ َٓبد‬٤ْ ِِ َ‫ػ ْٔ ٍش ه‬


ُ َّ‫ ُسة‬َٝ ،ُُٙ‫ذ أ َ ْٓذَاد‬
ْ ََِّ‫ه‬َٝ ُُٙ‫ذ آ َٓبد‬ َ َّ ‫ػ ْٔ ٍش ار‬
ْ َ ‫غؼ‬ ُ َّ‫ُسة‬

Beberapa umur yang panjang sekali masanya dan sedikit sekali


tolongnya dan beberapa umur yang pendek sekali masanya amat
banyak sekali tolongnya.

Bermula segala tolong yang dibandingkan ia daripada Allah taala


yang menolong ia dengan dian akan segala hambaNya yang mukmin
mereka bertambah pada iman mereka itu dan menguatkan ia bagin
yakin mereka itu dan tiada mem[b]eri bekas pada tolong itu bagi
panjang umur dan tiada pendeknya maka tiada kurang ia sebab
demikian itu dan tiada diberi tambah ia karena demikian itu dan tiada
sedikit ia dan tiada banyak ia, dan hanya sanya ditambah ia atas
mereka itu daripada perbendaharaan karunia dan murah Tuhan
dengan sekira-kira keras isti’dȃd mereka itu pada amal zahir dan batin
dan sekira-kira kamal penerimân mereka itu dan kurangnya dan
bersalahan ini dengan sekira-kira bersalahan suci kejadian mereka itu
dan segala perangai mereka itu.
Dan tiada tempat asuk bagi zaman panjangnya dan pendeknya
dalam tolong ini melainkan dengan datangnya jua dan dengan tolong
yang Ilahiyah ini dilebihkan umat Muhammad shallallah ‘alayhi wa
sallam atas sekalian umat yang dahulu atas pundak umur umat
ini//235// dan panjang umur umat yang dahulu.

َُ ‫َذْ ُخ‬٣ ‫ َٓب َال‬٠َُ‫هللا رَؼَب‬


ِ َِٖ ِ٘ٓ ْٖ ِٓ ٕ‫ب‬ َّ َٖ ِٓ ‫ ٍْش‬٤‫َ ِغ‬٣ ٢ِ‫ أَدْ َس َى ك‬ِٙ ‫ ػُ ْٔ ِش‬٢ِ‫ ِس َى ك‬ُْٞ ‫َٓ ْٖ ث‬
ِ َٓ ‫اُض‬
ُ ‫َبسح‬
َ ‫اإلؽ‬ِ ُُٚ‫ال ْرِ َؾو‬ٝ
َ ِ‫بسح‬ َ ‫ر َ ْؾ‬
َ َ‫ائِ ِش اُ ِؼج‬َٝ َ‫ذ د‬

Syarh Al-Hikam 205


Barang siapa diberkati dalam umurnya mendapat ia dalam sedikit
daripada masa daripada pem[be]ri Allah taala akan barang yang tiada
masuk ia di bawah lingkar ibarat dan tiada menghubung akan dia
isyarat.

Bermula berkat pada umur diberikan akan hamba daripada


bijaksana dan jaga barang yang menanggungkan ia akan dia atas
mengambil segala waktunya dan atas mendapat segala bahagianya
dan segala kemenangannya karena takut luput-Nya maka segera ia
pada amal yang pada hati dan yang pada tubuh artinya yang zahir dan
menunggang ia dalam demikian itu akan usahanya dengan
sekaliannya dalam segala amal dan dalam menyabatkan yang
demikian itu sampailah kepada hamba daripada pem[be]ri Tuhan dan
benderang atas nya daripada segala anwȃr yang rabbani barang yng
lemah ibarat daripadanya dan tiada sampai kepadanya isyarat dan
semuanya itu pada masa yang sedikit dan pada umur yang pendek
maka ternaik bagi hamba itu dalam sebulan u[m]pamanya barang
yang tiada ternaik lainnya dalam seribu bulan pada tempat malam
lailah al-qadr yang amal dalam nya bagi barang siapa yang mendapat
dia terbaik daripada amal yang dalam seribu bulan yang tiada malam
lailah al-qadr dalam nya karena setengah segala ‘ilman tiap-tiap
malam bagi arif pada tempat malam lailah al-qadr.
Dan adalah Abu al-‘Abbȃs radhiyallahu ‘anhu berkata ia segala
waktu kami wa al-hamdu lillȃh semuanya lailah al-qadr maka ini yaitu
berkat pada umur.

َّْ ُ ‫ائِوُ َي ص‬َٞ ‫ػ‬


َ َُّ ‫ر َ ِو‬َٝ ِٚ ٤ْ َُ‫ُ ِئ‬ٚ‫ َّع‬ََٞ ‫اؿ َِ ص ُ َّْ َال رَز‬ َ ‫اُخزْ َال ِٕ أ َ ْٕ رَزَلَ َّش‬
َّ ُ‫ؽ َِٖٓ ا‬
ِ َٞ ‫ؾ‬ ِ ََّ ًَ ُٕ ‫اُخزْ َال‬ ِ
ِٚ ٤ْ َُِ‫َال ر َْش َؽ َُ ئ‬

Kelemahan dengan sekalian kelemahan bahwa lapang engkau daripada


segala yang membumbungkan maka tiada berhadap engkau pada nya
dan sedikit sekali yang meneguhkan akan dikau maka tiada berjalan
kepada nya.

//236//Bermula setengah daripada kelemahan bahwa


menempatkan dikau segala yang meneguhkan dan segala yang
membumbungkan daripada berhadap kepada Allah taala dan daripada
berjalan kepada nya tetapi yang wajib atas mu bahwa be[r]segera

206 Syekh Burhanuddin Ulakan


engkau kepada yang demikian itu dan kau buang akan ‘awȃiq dan
syawȃghil itu ke belakangmu seperti orang dekat berjalan kamu
kepada Allah dengan timpang dan patah kaki kamu dan jangan
menuntut kamu akan sembahnya maka bahwasanya menuntut
sembahnya itu satu malas kamu dan segam kamu. Firman Allah taala
infirrȗ khifȃfan wa tsiqȃlan. Pergilah kamu dengan keringanan dan
keberatan. Maka jika hilang syawȃghil-mu dan sedikit hawȃiq-mu,
maka duduk engkau daripada berhadap dan berjalan. Maka itulah
kelemahan dengan sekalian kelemahan i’ȃdzanȃ Allah minhu.
Kata imam Abu al-Qasim al-Qusyairi radhiyallâhu ‘anhu lapang
hati daripada syawȃghil nikmat yang besar maka jika menutup hamba
akan nikmat ini dengan membukakan ia atas nafsunya akan pintu
hawanya dan mehela ia akan dia kedalam rantai syahwat dipergumal
Allah atas nya akan nikmat hatinya dan meninggal ia akan barang yang
telah didapatnya akan dia daripada jenih hatinya.

‫بس‬ ِ ِْ َ‫ ُْش ْاُو‬٤‫ع‬


ِ َ٤‫َبد ِِٕ األ َ ْؿ‬٤َٓ ٢ِ‫ت ك‬ َ ُ ‫اُ ِل ٌْ َشح‬

Pikir itu berjalan hati pada maydȃn segala yang lain.

Bermula pikir yang disuruhkan dengan dia hamba dan yang


ditentukan ia atas nya yaitu berjalan hati pada medan segala yang lain
jua dan segala yang lain itu yaitu yang dijadikan dan yang diperoleh
dan ada pun perkara zat Allah taala maka tiada dijalani sekali-kali
kepadanya yang mengambil i’tibarlah segala mereka yang pikir pada
segala ayat-Nya dan tiada dipikirkan mereka itu pada menghayati
ayat-Nya. Dan meriwayatkan Ibn ‘Abbas radhiyallâhu ‘anhumȃ
bahwasanya Rasulullah shallallah ‘alayhi wa sallam melihat ia akan
kaum maka bersabda ia apa kerja kamu maka kata //237// mereka
itu pikir kami pada Khȃliq maka sabda Nabi ‘alayhi al-salȃm pikirkan
oleh kamu pada sekalian makhluk-Nya jua dan jangan pikir kamu pada
Khȃliq maka bahwasanya kamu tiada mentakdirkan dia dengan
sempurna takdirnya.
Kata imam Abu al-Qasim al-Qusyairi radhiyallâhu ‘anhu yang
tafakkur ia sifat segala yang thȃlib dan bawahnya sampai kepada
mathlȗb dengan syarat ilmu. Maka apabila sejahtera pikir itu daripada

Syarh Al-Hikam 207


kecampuran datanglah shahibnya atas tempat tahqîq. Maka pikir
segala mereka yang zȃhid pada fana dunia dan pada sedikit
sempurnanya bagi segala mereka yang menuntut dia maka bertambah
mereka itu dengan pikir itu zuhud dalamnya. Dan pikir segala mereka
yang ‘ȃbid pada keelukan pahala dan balas maka bertambah mereka
itu rajin atsa nya dan gemar dalamnya. Dan pikir segala mereka yang
arif pada sekalian makhluk dan segala nikmat maka bertambah
mereka itu kasih bagi Allah subhanahuu wa taala. Dan kata Junaid
radhiyallâhu ‘anhu terlebih mulia tempat segala kedudukan dan yang
terlebih tingginya duduk serta pikir pada medan tauhid.

َُُٚ َ ‫مب َءح‬ ِ ِْ َ‫اُ ِل ٌْ َشح ُ ع َْشا ُط اُو‬


ْ َ‫ج‬َٛ َ‫ت كَاِرَا ر‬
َ ِ‫ذ كَ َال ئ‬

Fikrah itu pelita hati maka apabila hilang ia maka tiada yang
menerangi baginya.

Bermula hati yang suanya daripada pikir suanya ia daripada nur


lagi dikalami ia dengan bebal dan teperdaya dan sanya telah terdahulu
makna makna ini pada katanya mȃ nafa’a al-qalb syai’ mitsl ‘uzlah
yadkhulu bihȃ maydȃn fikrah. Al-fikrah fikratȃni fikrah tashdîq wa
îmȃn wa fikrah syuhȗd wa ‘iyȃn fa al-ȗlȃ li-irbȃb al-i’tibȃr wa al-
tsȃniyah li-irbȃb al-syuhȗd wa al-istibshȃr. Fikrah itu dua pe[r]kara
satu pikir tadhyîq dan iman dan kedua pikir syuhȗd dan ‘iyȃn. Maka
yang pertama bagi segala mereka yang empunya i’tibar. Dan yang
kedua bagi segala mereka yang empunya syuhȗd dan istibshȃr telah
tedahulu sekarang //238// ini jua bahwasanya pikir itu berjalan hati
pada medan segala yang lain dan jalannya itu atas dua wajah satu
jalannya naik dan kedua jalannya turun maka yang naik itu bagi segala
mereka yang empunya i’tibar dan yaitu pikir yang tumbuh daripada
tashdîq dan iman dan ini bagi segala mereka yang sȃlik yaitu hal
mendaki mereka itu dan yaitu sifat segala mereka yangg mengambil
dalil mereka itu dengan segala atsar atas muatstsar.
Dan yang turun itu bagi segala mereka yang empunya syuhȗd
dan yang empunya istibshȃr dan pikir mereka itu pikir yang tumbuh
daripada syhȗd dan ‘iyȃn dan pikir ini bagi segala mereka yang
majdzȗb dan yaitu hal menurun mereka itu dan yaitu sifat segala

208 Syekh Burhanuddin Ulakan


mereka yang mengambil dalil mereka itu dengan muatstsar atas
segala atsar.

‫َ ِخ‬٣‫ب‬َٜ ِّ٘ ُ‫د َٓ َغ َّالدُ ا‬


ِ ‫َب‬٣‫كَاِ َّٕ اُ ِجذَا‬

Maka bahwasanya permulaian tempat nyata segala kesudahan


majallȃh itu tempat kelihatan dan yaitu maka orang yang berjalan
pada mula jalannya kelihatan baginya pekerjaan kesudahannya
daripada kurang atau sempurna atau daripada bertafsîl.

ٚ‫ز‬٣‫ب‬ٜٗ ٚ٤ُ‫ ًبٗذ ئ‬ٚ‫ز‬٣‫ئٕ ٖٓ ًبٗذ ثبهلل ثذا‬ٝ ‫ا ؽٔبال‬ٞ‫ار‬

Dan bahwasanya barang siapa dengan Allah permulaiannya adalah


kepada Nya kesudahannya.

Bermula ini menyatakan yang disebutkan akan dia. Dan makna


keadaan bidayahnya dengan Allah bahwa adalah perangnya dan
jalannya dan segala bagi riadohnya dipesertakan dengan minta tolong
dengan Allah daripada Allah dan berpegang atas Nya dan putus
daripada segala lainnya dan boleh berhadap kepada Nya dan dengan
demikian itu sah pekerjaan itu baginya dan terus pada tawajuh-Nya
dan suluknya. Dan makna keadaan nihayahnya kepada Allah bahwa
dibukakan baginya tangga Allah taala dengan mendirikan segala
mawjudȃt dan //239// suratnya jua dengan berkekalan selama-
lamanya dengan tiada beroleh dan fana dan dibukakan pula baginya.
Bahwasanya Ia yang pertama dan yang kemudian dan yang zhahir dan
yang bathin dan dibukakan pula baginya nyata ‘‘adam zatnya dan
lenyap dan hancur dan hapus.
Firman Allah taala bal naqdzif bi al-haq ‘alȃ al-bȃthil fa-yad
ma‘ahu faidzȃ huwa zâhiq. Tetap Kami pukul dengan yang haq atas
yang batil maka mem[b]inasakan Ia akan dia maka tiba-tiba ia lenyap.
Maka apabila sah bagi murîd bidayahnya dengan yang Kami sebutkan
akan dia sampailah ia kepada nihayayahnya.

ٚ٤ِ‫ أُإصش ػ‬ٞٛ ٚ٘‫أُؾزـَ ػ‬ٝ ٚ٤ُ‫عبسػذ ئ‬ٝ ٚ‫ أعجز‬١‫ اُز‬ٞٛ ٚ‫أُؾزـَ ث‬ٝ

Syarh Al-Hikam 209


Dan yang dibumbungkan dengan dia yaitu yang Ku kasih akan dia dan
yang be[r]s[y]ukur engkau kepada Nya dan dibumbungkan
daripadanya yaitu yang dipilih atas nya.

Bermula yang dibumbungkan dengan dia bagi mu hai murîd


yang sȃlik. Hanyasanya amalmu atas hampir daripada Tuhanmu dan
sampai kepada Nya denga taat dan ‘ubudiyah bagi Nya dan yaitu yng
Ku kasih akan dia dan yang be[r]syukur engkau akan berkenankan
seru-Nya. Maka sebenarnya atas mu bahwa tiada berpaling engkau
daripada bumbung dengan amal itu kepada bumbung dengan lainnya
daripada pekerjaan hawa nafsu. Dan yang dibumbungkan daripadanya
hanyasanya ia mengikut segala bahagiamu yang syukur dan segala
kehendakmu dan yang hilang dan yaitu yang mustahaq dipilih atas nya
lainnya karena ia lenyap lagi hapus tiada hakikat baginya sekali-kali.
Maka hendak Ku tuntut akan dirimu dengan meninggalkan dia
dan jangan ada amalmu pada nya pada akal dan tiada pada panca
indra dan kata ini membarukan bagi orang yang berjalan dan
menolong bagi kuatnya dan memangkatkan akan himmahnya.

ٕ‫ذ هللا ئ‬٤‫س ث‬ٞٓ‫ٖٓ ػِْ إٔ األ‬ٝ ٚ٤ُ‫ فذم اُطِت ئ‬ٚ‫طِج‬٣ ‫وٖ إٔ هللا‬٣‫ئٕ ٖٓ أ‬ٝ
ٚ٤ِ‫ًَ ػ‬ٞ‫عٔغ ثز‬

Dan bahwasanya barang siapa//240// yakin ia akan bahwasanya


Allah menuntut ia akan dia membenarkanlah ia akan tuntutnya
kepadanya dan barang siapa tahu ia akan bahwasanya akan segala
pekerjaan pada tangan Allah bolehlah Ia dengan menyuruh atasnya.

Bermula hamba dituntut Tuhannya ‘azza wa jalla dengan


mendirikan bagi segala ubudiyah baginya dan demikian itu dengan
sebab yang ditentukan-Nya akan dia dengan akal dan paham dan
dengan barang yang diberikannya akan dia daripada makrifat dan
ilmu dan faedah tuntut Haq taala itu kembali pada hamba manfaatnya
di dunia dan di akhirat. Maka karena apa tiada benar hamba pada
tuntutnya dan uasahanya apabila yakin ia dengan demikian itu dan
dengan segala pekerjaan semuanya pada tangan Allah taala dan
daripada itulah hendak ada amalnya dan usahanya maka karena apa
tiada tawakkal ia atasnya pada demikian itu maka bulatlah citanya dan

210 Syekh Burhanuddin Ulakan


mudah pekerjaannya apabila tahu ia akan demikian maka qasam yang
pertama berdiri dengan hukum syara’ dan qasam yang kedua
menyempurnakan dengan hakhakikat.

ٚٔ‫ئٕ عِت ًشائ‬ٝ ٚٔ‫د إٔ دائ‬ٞ‫ع‬ُٞ‫زا ا‬ٛ ‫ ال ثذ ُج٘بء‬ٚٗ‫ئ‬ٝ

Dan bahwasanya te[r]dapat tiada bagi bina wujud ini daripada hilang
segala kekerasannya dan tinggal segala kemuliaannya yakni dunia.

Bermula menybutkan makna ini menyamankan bagi hamba


daripada barang yang luput ia akan dia pada ketiga jalannya daripada
segala bahagiannya dan segala syahwatnya karena bahwasanya
apabila tahu ia bahwasanya segala perkara ini te[r]dapat tiada hilang
ia daripadanya atau ia hilang daripada segala perkara dan jikalau
kemudian daripada beberapa masa sekalipun dan tiap-tiap barang
yang datang hampir diperoleh tiadalah kekal ia dengan barang yang
cendrung pekerjaannya kepada nya dan adalah ia baik dan suka
dirinya dengan tinggalnya.

ٙ‫س‬ٞٗ ‫ هذ أؽشم‬٢٘٤‫ ٗل‬ٞٛ ‫ ثٔب‬ٚ٘ٓ ‫ أكشػ‬٢‫ ثو‬ٞٛ ‫كبُؼبهَ ٖٓ ًبٕ ثٔب‬


ٙ‫ش‬٤‫ رجبؽ‬//247//‫شد‬ٜ‫ظ‬ٝ

Maka orang yang ‘aqil barang siapa yang ada ia dengan barang yang ia
kekal terlebih sukanya daripadanya dengan barang yang ia fana
padahal sanya benderanglah nurnya dan nyata sukanya.

Bermula suka hamba dengan segala perkara yang fana yakni


dunia, yaitu mewajibkan bagi bertambah pada percintaannya dan
duka apabila ketiadaannya dan kehilangannya kata Sahal ibn
‘Abdullah radhiyallâhu ‘anhu barang siapa yang suka pada yang tiada
patuk disukakan dengan dia senja ia mehela duka yang tiada putus
baginya. Maka orang yang ‘akil tiada suka ia dengan demikian itu dan
tiada di kasih ia akan dia tetapi benci dan lewat ia akan dia dan
hanyasanya sukanya dengan segala pekerjaan yang bȃqȃ tiada fȃnȃ
sanya benderanglah nur yang demikian itu dalam hatinya dan nyata
sekali kesukaannya atas mukanya dan benderang cahaya dalam hati

Syarh Al-Hikam 211


dan nyata segala kesukaannya itu atas muka tahaqquq-nya pada
maqam zuhud.

‫ب‬ِٜ‫ال عؼ‬ٝ ‫ص٘ب‬ٝ ‫زخز‬٣ ِْ‫ب ك‬٤ِ‫ب ٓؼ‬ٜ٘‫أػشك ػ‬ٝ ‫ب‬٤‫ ااُذاس ٓـن‬ٙ‫ز‬ٛ ٖ‫كقذف ػ‬
‫ٓغٌ٘ب‬

Maka cendrung ia daripada negeri ini hal keadaan bertutup dan


berpaling ia daripadanya hal keadaannya berbelakang maka tiada
mengambil ia akan dia ketetapan maka tiada menjadikan ia akan dia
tempat kediaman.

Maka tatkala ada hamba ini atas sifat ini cendrunglah ia daripada
negri dunia ini hal keadaannya bertutup daripadanya dengan tiada
menuntut ia akan dia lagi berpaling ia daripadanya dengan mata
hatinya dan sanya dibelakangkannya kepada nya akan belakangnya
daripada tiada melihat ia akan dia dan kata ini daripada pihak sangat
pada membuangkan dia dan meninggikan dia maka tiada menatap ia
akan dia dengan zahirnya atas jalan sukanya dengan dia dan sedapnya
dalamnya maka tiada mengediami ia akan dia dengan batinnya atas
pihak kasih hatinya akan dia dan pilihnya akan dia tampak//242//
mendirikan ia akan dia pada tempat penjara dan terang-Ku dan Ku
pujikan dan menempatkan akan dirinya dalamnya atas
menenggangkan yang kuasa ia menenggang Dia dan tiada kuasa ia
menenggang Dia dan ini akan alamat tahaqquq-nya dengan zuhud
pada segala pekerjaan uang fana maka tatkala sampai ia kepada
demikian itu hasil baginya daripada suci hatinya dan jernih otaknya.
Barang yang ditungganginya akan dia atas jalan ta’liqnya dengan
tuhannya yang bȃqȃ lagi dȃim maka menjadikan ia akan dunia
pinjaman yang te[r]dapat tiada kembalinya yang empunya dia.

ٚ٤ِ‫ّ ػ‬ٝ‫ اُوذ‬٢‫ ك‬ٚ‫٘ب ث‬٤‫ب ٓغزؼ‬ٜ٤‫فبس ك‬ٝ ٠ُ‫ هللا رؼب‬٠ُ‫ب ئ‬ٜ٤‫ٔخ ك‬ُٜ‫ل ا‬ٜٗ‫ثَ ا‬

Tetapi memangkatkan ia akan himmahnya dalamnya yakni dalam


dunia kepada Allah taala dan jadi ia dalamnya minta tolong dengan Dia
pada datang kepada Nya.

212 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula inilah permulaian safar dengan hatinya kepada
hadharat yang tinggi memulai ia dengan mem[b]angkitkan
himmahnya kepada Tuhannya serta minta tolong dengan Dia pada
datang kepada Nya yaitu pohon dan farad pekerjaannya dan sanya
apabila tiada menolong akan dikau Allah taala maka tiada bagi
makhluk jalan kepada menolong engkau dan jika tiada membatalkan
akan engkau Haq subhanahu wa taala pada sekalian perjalananmu
sanya sesatlah engkau, dan jikalau baik dalil sekalipun kata Abu
Muhammad al-Hariri radhiyallâhu ‘anhu barang siapa membangga ia
akan bahwasanya amalnya menyampaikan ia akan dia kepada yang
disengajanya yang a’alȃ ia atau yang adnȃ ia maka sanya sesat ia
daripada jalannya, karena Nabi ‘alayhi al-salȃm bersabda lan yunjȃ
ahadan minkum ‘amaluhu. Tiada meluputkan Ia akan seseorang
daripada kamu amalnya.
Maka barang yang tiada meluputkan Ia akan dia daripada takut
makasiapa menyampaikan ia kepada yang disengaja dan barang siapa
yang sah i’timadnya atas karunia Allah maka orang itu yang diharap
baginya sampai.

‫ أٗب خذ‬٠ُ‫ب ئ‬ٛ‫ب دائٔب رغبس‬ٛ//241//‫وش هشاس‬٣ ‫ ال‬ٚٓ‫خ ػض‬٤‫كٔبصاُذ ٓط‬


‫أُؾبدصخ‬ٝ ‫أُغبُغخ‬ٝ ‫خ‬ٜ‫اع‬ُٞٔ‫ا‬ٝ ‫ٓؾَ أُلبرؾخ‬ٝ ‫ثغبه األٗظ‬ٝ ‫ثؾنشح اُوذط‬
‫ب‬ٜ٤‫ك‬ٝ ٕٝٝ‫أ‬٣ ‫ب‬ٜ٤ُ‫ْ ئ‬ٜ‫ث‬ِٞ‫أُطبُؼخ كقبسح اُؾنشح ٓؼؾّؼ ه‬ٝ ‫ذح‬ٛ‫أُؾب‬ٝ
ٌٕٞ٘‫غ‬٣

Maka sentiasa kendaraan citanya tiada tutup ketetapannya sentiasa


berjalan hingga bahwa bertelat ia dihadrat qudus dan pada hamparan
berjinakan yaitu tempat mufȃtahah dan muwȃjahah dan mujȃlasah dan
muhȃdatsah dan musyȃhadah dan muthȃla’ah maka jadi hadharat itu
perhentian segala hati mereka itu kepada Nya bernaung mereka itu dan
dalamnya diam mereka itu.

Bermula aniaya-aniaya segala pinjaman yang baik yang memaki


dia muallif rahiamahullah dalam safar hati ke hadharat Tuhan dan
telah terdahulu makna demikian pada katanya law-lȃ mayȃdîn al-
nufȗs mȃ tahaqqaqa sîr al-sȃirîn. Dan hadharat qudus dan bisȃth al-
unas keduanya itu tempat berhenti segala laki-laki dan tempat sampai
segala hajat dan angan-angan daripada pihak bahwasanya orang yang

Syarh Al-Hikam 213


sȃlik yakni segala mereka yang kȃmil dihapuskan daripadanya ibadah
basyariyahnya dan dibatalkan segala hukum aniyahnya dan dibukakan
tatkala itu sifat ma’rufnya seperti dipandang dengan mata dan adalah
sirnya serta Allah taala dengan tiada bertempat dan tiada bermasa.
Maka tatkala sampai sȃlik itu kpepada hadharat tinggi ini dan
diperolehnya akan pakaian yang indah ini dibetul ia dengan segala
bagi karunia dan segala ilmu daripada segala yang dihaluankan bagi
segala penghulu dan segala yang mulia dan yaitulah segala makna
sekalian lafaz yang enam ini yang menyebutkan dia muallif
rahimahullah dan tiada dikenal makna itu melainkan dengan dirasa
dan demikian lagi perbedaan antara segala maknanya itu maka tatkala
dikenal segala maknanya dan perbedaan mehantarkan segala mereka
yang berjalan akan tingkat jalan mereka itu dan berhenti mereka itu
daripada berjalan //244// memuji mereka itu akan akibat pekerjaan
mereka itu dan jadilah hadharat kekasih mereka itu perhentian segala
hati mereka itu dan ketetapan mereka itu pada pergi mereka itu dan
datang mereka itu. Kepada naung hadharat itu bernaung mereka itu
apabila sampai yang lain daripada mereka itu kepada api hawanya.
Dan hadharat itu yaitu dȃr al-maqȃmah pada hak mereka itu
daripadanya tetap mereka itu selama-lamanya ketika terkejut yang
lain daripada mereka itu daripada piah terteguh dunianya dan
dirasanya hasil bagi mereka itu tahaqquq dengan maqam fana dan
hapus dan inilah yaitu kesudahan safar hati mereka itu dengan makna
naik dan mendaki.

٢‫ػ ك‬ٞ‫اُشؽ‬ٝ ٖ٤ٌٔ‫اُز‬ٝ ٕ‫أسك اُؾبكع كجبإلر‬ٝ ‫م‬ٞ‫ اُغٔبء اُؾو‬٠ُ‫ا ئ‬ُٞ‫كإ رض‬
‫ح‬ٜٞ‫ظ ثبُؾ‬ٞ‫ اُؾظ‬٠ُ‫ال ئ‬ٝ ‫اُلنِخ‬ٝ ‫ء األدة‬ٞ‫م ثغ‬ٞ‫ اُؾو‬٠ُ‫٘ضٍ ئ‬٣ ِْ‫ٖ ك‬٤‫و‬٤ُ‫ا‬
‫ هللا‬٠ُ‫ئ‬ٝ ‫ٖٓ هللا‬ٝ ‫هلل‬ٝ ‫ رُي ثبهلل‬٢‫ا ك‬ِٞ‫أُزؼخ ثَ دخ‬ٝ

Maka jika turun mereka itu kepada segala langit huqȗq dan kepada
tanah segala bahagian maka dengan izin dan tetap dan teguh dalam
yakin maka tiada turun mereka itu kepada segala Haq itu dengan jahat
fikrah dan lalai dan tiada kepada segala bahagian dengan ingin dan
kesukaan tetapi masuk mereka itu pada demikian itu dengan Allah dan
bagi Allah dan daripada Allah dan kepada Allah.

214 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula ini yaitu safar turun dan menurun dan dengan Dia
tahaqquq mereka itu dengan maqam baqa dan (s-y-m-n) maka apabila
turun mereka itu daripada sidrat muntaha mereka itu kepada langit
segala Haq dan yaitu segala Haq Allah taala yang atas mereka itu
daripada barang yang disuruhkan Allah taala akan mereka itu dengan
Dia atau yang diteguhkan akan mereka itu daripadanya supaya berdiri
mereka itu dengan demikian itu pada berbuat atau pada
meninggalkan atau turun mereka itu kepada segala bahagian dan yaitu
bagian nafsu mereka itu yang tepakai ia pada mereka itu dan yang
hasil bagi mereka itu bertolan //245// dengan dia.
Maka hansanya nuzul mereka itu kepada yang tersebut itu
denggan izin dan tetap dan teguh pada yakin. Dan makna nuzul
kepada yang tersebut itu bahwa masuk mereka itu dalam segala
perkara dengan kehendak Allah taala tiada kehendak nafsu mereka itu
dan mendapat mereka itu akan izin daripada Allah taala bagi mereka
itu dengan barang yang benderang ia dalam hati mereka itu daripada
nur yang menjadikan ia akan dia alamat atas izin.

٠ُ‫ٕ اُ٘ظش ئ‬ٌٞ٤ُ ‫ ٓخشط فذم‬٢٘‫اخشع‬ٝ ‫ ٓذخَ فذم‬٢ِ٘‫هَ سة ادخ‬ٝ


٢٘‫ي ئرا أخشعز‬٤ُ‫ ئ‬٢‫بم‬٤‫اٗو‬ٝ ٢ٓ‫اعزال‬ٝ ٢٘‫ري ئرا أدخِز‬ٞ‫ه‬ٝ ‫ُي‬ٞ‫ؽ‬

Kata oleh mu hai Tuhanku masukkan oleh Mu akan daku pada tempat
masuk sidiq dan keluarkan oleh Mu akan daku pada tempat keluar sidiq
supaya ada tilik pada keluasan-Mu dan kekerasan-mu apabila Kau
masukkan akan daku dan supaya n-s-l-m-k dan ikut ku kepada Mu
apabila Kau keluarkan akan daku.

Dan sanya diibaratkan dengan dua ibarat ini daripada wasaf


yang disebutkan keduanya. Maka madkhal sidiq itu yaitu safar naik
karena bahwasanya ia masuk atas Allah taala pada ketika fananya
pada melihat lainnya. Dan makhraj sidiq itu safar turun karena
bahwasanya ia keluar kepada makhluk karena mem[b]eri faedah
mengajar dan menunjuk mereka itu dengan taat pada ketika
bapa[k]nya dengan Tuhannya.
Bermula tahaqquq dalam dua maqam ini a’nȃ maqam fana dan
baqa yaitu makna sidiq madkhalnya dan makhrajnya dan hanyasanya
dituntut sidiq supaya hasil dengan dia hilangnya daripada melihat

Syarh Al-Hikam 215


nafsunya dalam sebut sidiq dan berhenti serta bahagian maka dalam
madkhal sidiq itu memandang ia akan keluasan Allah taala dan
kekuasaan maka nafilah daripadanya dengan demikian nisbah sidiq
kepada nafsunya dan dalam makhraj sidiq itu taslîm ia kepada
Tuhannya dan mengikut ia kepada Nya maka nafilah daripadanya
dengan demikian itu //246// mengebali bahagiannya.

‫د‬ٜٞ‫ ؽ‬٠ِ‫ ػ‬٢ٗ‫٘قش‬٣ ‫ال‬ٝ ٢ٗ‫٘قش‬٣ٝ ٢ٗ‫٘قش‬٣ ‫شا‬٤‫ ٖٓ ُذٗي عِطبٗب ٗق‬٢ِّ‫اعؼ‬ٝ
٢٤‫ ػٖ دائشح ؽغ‬٢٘٤٘‫ل‬٣ٝ ‫ٗلظ‬

Dan jadikan oleh Mu bagi ku daripada hadharat-Mu akan sulthan yang


menolong ia akan daku dan menolong ia dengan daku dan tiada
menolong ia atas ku menolong ia akan daku atas memandang nafsuku
dan difanakan akan daku daripada lingkar panca indraku.

Bermula menuntut ia daripada Allah taala akan tolong baginya


supaya batal pekerjaannya dan menuntut ia daripadanya akan tolong
dengan dia supaya sempurna halnya. Maka tolong baginya itu yaitu
genggaman segala mereka yang punya permulân jalan daripada segala
mereka yang sȃlik karena dengan demikian itu mudah atas mereka itu
memutuskan bukit nafsu mereka itu dan mudah me[ng]hapuskan
segala seru hawa mereka itu dan seru panca indra mereka itu dan
pulang dengan dia itu yaitu dikehendaki hal segala mereka yang punya
nihayah daripada segala mereka yang muhaqqiq karena bahwasanya
dengan demikian itu hasil bagi mereka itu kuatan pada tarekat dan
maqam enunjuki dan mengajari segala hamba kepada yang tebal dan
tiap-tiap yang satu daripada yang dua ba<ha>gi itu a’nȃ al-nashrah
lahu wa bihi.
Tolong atas memandang nafsu dan fana daripada lingkar panca
indra dan mengeluarkan ia akan tolong atasnya daripada pintanya dan
tuntutnya karena bahwasanya yang demikian itu daripada kelemahan
dan ketiadaan taufik dan yaitu galib hukum nafsunya dan kekalnya
serta (d-i-r-h-s-y-ny).

‫ إٔ ال‬٢‫ؼخ روزن‬٣‫ كبُؾش‬٠ٜ‫ ٓ٘ز‬٢‫اؽذ ك‬ٝ ‫ إٔ هللا‬٠ُ‫ٖ اُوِت ر٘ظش ئ‬٤‫ئٕ ًبٗذ ػ‬
ٚ‫وز‬٤ِ‫ثذ ٖٓ ؽٌش خ‬

216 Syekh Burhanuddin Ulakan


Jika ada mata hati menilik ia kepada bahwasanya Allah seorangnya
pada mem[b]erinya maka syari’at menghendaki //247// ia bahwa
mendapat tiada menebuskan akan makhluk-Nya.

Bermula apabila menyampaikan Haq taala kepada mu akan


nikmat atas tangan insan sama ada ia alam atau dunia maka atasmu
pada demikian itu dua amal salah satu daripada keduanya bahwa kau
pandang akan seseorang Allah taala dengan demikian itu maka tiada
melihat engkau akan nikmat melainkan daripadanya hal keadaan
sorangnya. Dan melihat engkau akan barang siapa yang lainnya
daripada barang siapa yang diperlakukannya akan nikmat itu atas dua
tangannya dikerasi lagi digagahi atas demikian itu dikuasakan atas
nya segala yang marwah dan segala yang memangkatkan kepada
menyampaikan nikmat hingga tiada mendapat ia akan tinggal
daripadanya dan inilah yaitu hak tauhid. Dan yang kedua bahwa
menisbatkan engkau akan barang siapa yang sampai ia kepada mu
atas dua tangannya seperti minta doa engkau bagi-Nya dan memuji
engkau atas Nya karena mengikut bagi suruh Allah taala dan karena
mengamalkan dengan barang yang datang dengan dia syri’at.
Firman Allah an-sykur[l]î wa li-wȃlidayka, artinya syukur
engkau bagi-Ku dan bagi dua yang beratapkan dikau dan dalam hadits
Nu’man ibn Basyiri radhiyallâhu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallȃ
Allȃh ‘alayhi wa sallam berkata ia barang siapa yang tiada
mensyukurkan akan yang sedikit tiada mensyukurkan akan yang
banyak dan barang siapa tiada mensyukurkan manusia tiada
mensyukurkan akan Allah.

ٚ‫خ دائشح ؽغز‬٣ٞ‫ ه‬ٚ‫ ؿلِز‬٢‫ْ ك‬ٜ٘ٓ َ‫ أهغبّ صِضخ ؿبك‬٠ِ‫ رُي ػ‬٢‫ئٕ اُ٘بط ك‬ٝ
‫ ٖٓ سة‬ٙ‫ذ‬ٜ‫ؾ‬٣ ُْٝ ٖ٤‫٘ظش اإلؽغبٕ ٖٓ أُخِو‬٤‫ ك‬ٚ‫اٗؾٔغذ ؽنشح هذع‬ٝ
٢‫ خل‬ًٚ‫ػٔب آز٘بدا كؾش‬ٝ ‫ عال‬ًٚ‫ٖ ػٔب اػزوبدا كؾش‬٤ُٔ‫اُؼب‬

Dan bahwasanya manusia pada demikian itu atas bahagi yang tiga satu
yang lalai yang kekal dalam ghaflahnya yang keras lingkar panca
indranya dan hapus //248// hadharat qudus maka menilik ia akan
ihsan daripada makhluk dan tiada memandang ia akan dia daripada

Syarh Al-Hikam 217


Tuhan segala alim adakalanya dengan iktikad maka surga amat nyata
dan ada kalanya dengan disandarkan maka surganya berbunyi.

Bermula ini menyatakan segala hal manusia dengan


dibandingkan kepada memandang tauhid dan melihat segala wasithah
dan segala hamba maka memulai ia dengan menyebutkan ‘am
manusia dan mereka itu segala yang lalai yang kekal mereka itu dalam
lalai mereka itu yang mempunyai segala zahir dan bekas yang nyata
yang keras daerah panca indra mereka itu maka tiada suanya mereka
itu daripadany. Maka menilik mereka itu akan ihsan daripada sekalian
makhluk maka (t-f-r) hamba mereka itu kepada mereka itu dan loba
mereka itu pada mereka itu dan tiada memandang mereka itu akan
dia daripada rabb al-‘ȃlamîn maka kufur mereka itu akan nikmat Allah
dan mewajibkan mereka itu akan murkanya dan siksanya.
Maka mereka itu atas demikian itu dua bahagi salah satu
keduanya bahwa me[ng]i’tikadkan mereka itu dengan hati mereka itu
bahwasnya ihsan daripada mereka itu dan ini yaitu syirik yang nyata
yang keluar shahibnya daripada daerah Islam dan menjatuhkan ia
akan dia dalam kufur wa al-‘iyȃdz bi-Allȃh. Dan yang kedua bahwa
hasil yang demikian itu daripada mereka itu dengan disandarkan
kepada yang lain daripada Allah dan dengan tiap-tiap kepada lainnya
serta selamat i’tiqad mereka itu akan bahwasanya Allah yang berbuat
dia dan ini yaitu syirik yang terbawanya yang keluar shahibnya
daripada Hakikat iman dan masuk ia pada pintu munafik wa na’ȗdzu
bi-Allȃh min al-syirk al-jaliy wa al-khafiy.

//242//‫ ػٖ اإلثغبد‬٠٘‫ك‬ٝ ‫د أُِي‬ٜٞ‫وخ ؿبة ػٖ اُخِن ثبُؾ‬٤‫فبؽت ؽو‬ٝ


‫ب عبُي‬ٛ‫ب ع٘ب‬ٜ٤ِ‫ش ػ‬ٛ‫وخ ظب‬٤‫ ثبُؾو‬ٚ‫اع‬ٞٓ ‫زا ػجذ‬ٜ‫د ٓغجت األعجبة ك‬ٜٞ‫ثؾ‬
ٙ‫س األصش هذ ؿِت عٌش‬ٞ‫ٓضج‬ٝ ‫اس‬ٞٗ‫ن األ‬٣‫ ؿش‬ٚٗ‫ش أ‬٤‫ ٓذاػ ؿ‬٠ُٞ‫وخ هذ اعز‬٣‫اُطش‬
‫س‬ٜٞ‫ ظ‬٠ِ‫ ػ‬ٚ‫ج‬٤‫ؿ‬ٝ ٚ‫ ثوبئ‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫ك٘ب‬ٝ ‫ كشم‬٠ِ‫ ػ‬ٚ‫عٔؼ‬ٝ ‫ح‬ٜٞ‫ ؽ‬٠ِ‫ػ‬

Dan kedua yang empunya Hakikat terburuk ia daripada makhluk


dengan memandang raja yang sebenarnya dan lenyap ia daripada
memandang segala sebab dengan memandang yang mensebabkan
segala sebab maka ini hamba yang dibetuli dengan Hakikat nyata
atasnya cahayanya yang menjalani ia bagi tarekat sanya telah sampai
ia atas kesudah-sudahan melainkan bahwasanya ia kaam dalam anwȃr

218 Syekh Burhanuddin Ulakan


dan dihapuskan daripada segala atsarnya telah galib mabuknya atas
siumannya dan jama’nya atas faraqnya dan fananya atas baqanya dan
ghaibnya atas hudurnya.

Bermula ini yaitu hal orang yang khas daripada yang punya
hakikat dan mereka itu tersuruk daripada menilik makhluk dengan
memandang al-malik al-Haq. Maka tiada hasil bagi mereka itu
menyadar akan makhluk dan tiada berpaling mereka itu kepada
mereka itu dan lenyap mereka itu daripada melihat segala sebab
dengan melihat yang mensebabkan segala sebab dan tiada melihat
mereka itu bagi segala asbab perbuatan dan menjadikan maka mereka
itu yang dibetuli dengan hakikatHaq taala yang nyata atas mereka itu
cahayanya dan terangnya lagi menjalani mereka itu akan jalan Haq
taala sampai mereka itu atas kesudah-sudahan tolongnya melaikan
bahwasanya karam dala laut anwȃr tauhid lagi dihapuskan atas
mereka itu atsar segala wȃsithah dan atsar segala hamba artinya
ditutup atas mereka itu melihat demikian itu dan menyadari dengan
dia padahal sanya keras mabuk mereka itu dan yaitu ketiadaan
mendapat mereka itu akan segala aghyar atas siuman mereka itu dan
yaitu mendapat mereka itu akan sekalian yang lain //250// daripada
Allah dan keras jama’ mereka itu dan yaitu tsȃbit wujud Haq taala
fardan atas faraq mereka itu dan yaitu tsȃbit wujud makhluk dan
keras fana mereka itu dan yaitu lenyap dalam memandang Haq taala
atas baqa itu dan yaitu menyadari mereka itu akan makhluk dan keres
ghaib mereka itu dan yaitu hilang segala makhluk daripada tilik
mereka itu atas hudur mereka itu serta makhluk.

ٚ‫ؾغج‬٣ ٚ‫سا كال عٔؼ‬ٞ‫ؿبة كبصداد ؽن‬ٝ ‫ا‬ٜٞ‫ ػجذ ؽشة كبصداد ؽ‬ٚ٘ٓ ًَٔ‫أ‬ٝ
ٙ‫ال ثوبء‬ٝ ٙ‫ ػٖ ثوبء‬ٚ‫قشك‬٣ ٙ‫ك٘بء‬ٝ ٚ‫ ػٖ عٔؼ‬ٚ‫ؾغج‬٣ ٚ‫ال كشه‬ٝ ٚ‫ػٖ كشه‬
ٚ‫ ؽن ؽو‬١‫ ًَ ر‬٢‫ك‬ٞ٣ٝ ٚ‫ط‬٤‫ْ ه‬ٜ‫ ك‬١‫ ًَ ر‬٠‫ؼط‬٤‫ ك‬ٙ‫ ػٖ ك٘بء‬ٚ‫قذك‬٣

Dan yang ketiga yang lebih sempurnanya hamba minum maka


bertambah siumannya dan yang ghaib maka bertambah hudurnya
maka tiada jama’nya mendindingi ia yang daripada faraqnya dan tiada
faraqnya mendindingi daripada jama’nya dan tiada fananya
menempati dia daripada bapanya dan tiada bapanya menempati dia
daripada fananya maka mem[b]eri ia akan tiap-tiap yang punya bahagi

Syarh Al-Hikam 219


akan bahagiannya dan menyempurnakan ia akan tia-tiap yang punya
hak akan haknya.

Dan ini yaitu keluaran orang yang khas al-khash yang mendapat
mereka itu akan martabat yang telebih sempurna dan mereka itu
kaum yang meminum mereka itu akan minuman tauhid maka
bertambah siuman mereka itu dan gahib mereka itu daripada segala
yang lain maka bertambah hudur mereka itu sanya telah membalikan
mereka itu akan segala ihwal dan tetap dalam maqam segala lak-laki
yang kamil maka tiada menusukkan sakan mereka sesuatu yang keras
seperti lapar dan dahaga dan hilang pendapat dan tiada mendindingi
akan mereka itu sesuatu daripada sesuatu tetapi sempurnakan
mereka itu akan segala Haq sekalian martabat dan mem[b]eri kita
akan dia barang yang baginya daripada bagian yang wajib dan yang
demikian itu karena luas bahar mereka itu dan terus penglihat
//251// mereka itu dan inilah sifat Abu Bakar al-Shidiq radhiyallȃh
‘anhu yang lagi akan datang sebutnya.

‫ب ُٔب ٗضُذ‬ٜ٘‫ هللا ػ‬٢‫ ُؼبئؾخ سم‬ٚ٘‫ هللا ػ‬٢‫ ثٌش اُقذم سم‬ٞ‫هذ هبٍ أث‬ٝ
‫ٍ هللا‬ٞ‫ سع‬١‫ب ػبئؾخ اؽٌش‬٣‫ٍ هللا ﷺ‬ٞ‫ ُغبٕ سع‬٠ِ‫ب ػٖ األكي ػ‬ٜ‫ثشاءر‬
ّ‫ ٓوب‬٠ِ‫ ػ‬ٚ٘‫ هللا ػ‬٢‫ ثٌش اُقذم سم‬ٞ‫ب أث‬ُٜ ‫هللا ال أؽٌش ئال هللا كذ‬ٝ ‫ﷺ كوبُذ‬
‫صبس‬٥‫ الصجبد ا‬٠‫األًَٔ ٓوبّ اُجوب أُوزن‬

Dan sanya kata Abu Bakar radhiyallah ‘anhu bagi ‘Aisyah radiyallah
‘anha tatkala turun kesuciannya daripada tugas atas lidah Rasulullah
shallallah ‘alayhi wa sallam hai ‘Aisyah syukur engkau akan Rasulullah
shallallah ‘alayhi wa sallam maka berkata ia demi Allah tiada syukurku
melainkan akan Allah menunjukkan dia Abu Bakar radhiyallah ‘anhu
atas maqam yang terlebih sempurna yaitu maqam baqa yang
menghendaki ia bagi mentsabitkan segala atsar.

‫ؾٌش هللا‬٣ ‫ ال‬ٚٓ‫عال‬ٝ ‫اح هللا‬ِٞ‫هبٍ ف‬ٝ ‫ي‬٣‫اُذ‬ُٞٝ ٢ُ‫ إٔ اؽٌش‬٠ُ‫هذ هبٍ هللا رؼب‬ٝ
‫ؾٌش اُ٘بط‬٣ ‫ٖٓ ال‬

Firman Allah sebisakan oleh mu bagi Ku dan bagi dua yang


beranakkan dikau dan sabda Nabi shallallah ‘alayhi wa sallam tiada
syukur akan Allah barang siapa tiada syukur akan manusia.

220 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫ذ‬ٜ‫صبس كِْ رؾ‬٥‫ ػٖ ا‬ٞ‫ب ؿبئج‬ٛ‫ذ‬ٛ‫هذ ٓقطِٔخ ػٖ ؽب‬ُٞ‫ رُي ا‬٢‫ ك‬٢ٛ ‫ًبٗذ‬ٝ
‫بس‬ٜ‫اؽذ اُو‬ُٞ‫ئال ا‬

Dan ada ia pada waktu itu ditutup daripada syahidnya lagi tersuruk ia
daripada segala atsar maka tiada memandang ia melainkan akan
wȃhid yang qahȃr.

Bermula ini misal dua bahagi yang disebutkan keduanya dan


sanya [A]llah menyempurnakan muallif rahimahullah akan kata
dalamnya dan makna dalam demikian itu amat nyata tiada hajat bagi
kami kepada menambah yang dinyatakan muallif melainkan akan
katanya.

‫ب‬ٛ‫ذ‬ٛ‫ ٓ٘وطؼخ ػٖ ؽب‬١‫ب أ‬ٛ‫ذ‬ٛ‫هذ ٓقطِٔخ ػٖ ؽب‬ُٞ‫ رُي ا‬٢‫ ك‬٢ٛ ‫ ًبٗذ‬ٝ

Dan adalah ia pada waktu itu diahapuskan daripada syahidnya artinya


diputuskan daripada memandang dia //252// dan yaitu hukum
basyariyahnya diambil ia daripada pendapatnya akan sekalian.

Dan ishthilȃm itu na’at orang yang heran dan tempat nyata
qahar dan sifat dahsyat dan dalam katanya. Wa kȃnat hiya dzȃlik al-
waqt mem[b]eri tahu dengan bahwasanya ishthilȃm itu tiada ada ia
hal yang berkekalan baginya daripada sekalian waktunya tetapi
adalah ishthilȃm itu pada waktu tertentu dan pada pekerjaan yang
tertentu dan yang demikian itu shahih karena halnya radhiyallah
‘anha yaitu hal yang sempurna dalam hayat Rasulullah shallallah
‘alayhi wa sallam dan kemudia daripada matinya seperti hal baqȃnya
radhiyallah ‘anhuma dan yang demikian itu diketahui daripada segala
khabarnya dan jȃlisnya. Dan kata muallif radhiyallah ‘anhu tatkala
ditanyai ia sabda shalawatullah wa salȃmuhu wa ju’ilat qurrah ‘ainî fî
al-shalȃh, dijadikan tetap mata hatiku dalam sembahyang. Adakah
yang demekian itu tertentu dengan Nabi ‘alayhi al-shalȃh wa al-salȃm
atau adakah bagi lainnya daripadanya bahagian dan perolehan, maka
menjawab ia

Syarh Al-Hikam 221


‫ اُقالح‬٢‫ ك‬ٚ‫ظ ٓؼشكز‬٤ُ ‫ ﷺ‬٢‫ ٗج‬ٝ ‫د‬ٜٞ‫ٖ هذس أُؼشكخ ثبُٔؾ‬٤‫ئٕ هشح اُؼ‬
ٚ‫ٖ ًوشر‬٤‫ظ هشح اُؼ‬٤ِ‫ ك‬ٚ‫ًٔؼشكز‬

Bahwasanya tetap mata hati atas sekira-kira makrifat dengan masyhȗd


dan Nabi shallallah ‘alayhi wa sallam tiada makrifat dalam
sembahyang seperti makrifatnya maka tiada tetap mata hati seseorang
seperti tetap mata hatinya.

‫ رُي‬٢ّ ُ‫ هذ أؽبس ئ‬ٚٗ‫ أل‬ٙ‫د‬ٜٞ‫د عالٍ ٓؾ‬ٜٞ‫ ثؾ‬ٚ‫ فالر‬٢‫ ك‬ٚ٘٤‫ئٗٔب هِ٘ب إٔ ػ‬ٝ
ٚ‫ش سث‬٤‫ ثـ‬ٚ٘٤‫ اُغالّ الروش ػ‬ٚ٤ِ‫ ػ‬ٞٛ ‫وَ ثبُقالح ئر‬٣ ُْٝ ‫ اُقالح‬٢‫ ك‬ُٚٞ‫ثو‬
‫اح‬ِٞ‫ ف‬ُٚٞ‫ ُو‬ٙ‫ا‬ٞ‫ ٖٓ ع‬ٚ‫أٓش ث‬٣ٝ ّ‫زا أُوب‬ٛ ٠ِ‫ذٍ ػ‬٣ ّ‫ اُغال‬ٚ٤ِ‫ ػ‬ٞٛٝ ‫ق‬٤ًٝ
ٙ‫ش‬٤‫ ؿ‬ٚ‫ ٓؼ‬ٙ‫ذ‬ٜ‫ؾ‬٣ٝ ٙ‫شا‬٣ ٕ‫ٓؾبٍ أ‬ٝ ٙ‫ اػجذ هللا ًأٗي رشا‬ٚٓ‫عال‬ٝ ٚ٤ِ‫هللا ػ‬

Dan hanya kata kamu bahwasanya tetap mata hati dalam


sembahyangnya dengan pandangnya akan kebesaran masyhud-nya
karena bahwasanya Nabi shallallah ‘alayhi wa sallam sesungguhnya
//253// telah maisyaratkan ia kepada demikian itu denga katanya fî
al-shalȃh artinya dalam sembahyang.

Dan tiada dikatanya bi al-shalȃh artinya dengan sembahyang,


karena sanya Nabi al-shalȃh wa al-salȃm tiada tatap matanya dengan
yang lain daripada Tuhannya dan tetapi akan tetap matanya dengan
yang lainnya pada hal Nabi ‘alayhi al-salȃm menunjukkan ia atas
maqam ini dan menyuruhkan akan dengan dia akan orang yang
lainnya karena kata <bani>[Nabi] shallallah ‘alayhi wa sallam sembah
oleh mu akan Allah seperti kau lihat akan Dia dan mustahil bahwa
melihat Nabi ‘alayhi al-salȃm akan Allah taala padahal dipandangnya
serta Allah akan yang lainnya.

ٖٓ ‫ثبسصح‬ٝ ٠ُ‫ كنَ ٖٓ هللا رؼب‬ٚٗ‫ٖ ثبُقالح أل‬٤‫ٕ هشح اُؼ‬ٌٞ‫ اُوبئَ هذ ر‬ُٚ ٍ‫هب‬
ٍ‫هذ هب‬ٝ ‫ب‬ٜ‫ٖ ث‬٤‫ٕ هشح اُؼ‬ٌٞ‫ق ال ر‬٤ًٝ ‫ب‬ٜ‫لشػ ث‬٣ ‫ق ال‬٤ً ٠ِ‫ع‬ٝ ‫ٓ٘خ هللا ػض‬
‫ٓبد‬ٝ‫خ هذ ا‬٣٥‫لشػ كبػِْ إٔ ا‬٤ِ‫ كجزُي ك‬ٚ‫ثشؽٔز‬ٝ ‫ هَ ثلنَ هللا‬٠ُ‫رؼب‬ٝ ٚٗ‫عجؾب‬
‫ٓب هبٍ كجزُي كبكشػ‬ٝ ‫لشػ‬٤ِ‫لؾْ عش اُخطبة ئر هبٍ كجزُي ك‬٣ ُٖٔ ‫اة‬ٞ‫ اُغ‬٠ُ‫ئ‬
٢‫ٌٖ كشؽي ثبُٔزلبػَ ًٔب هبٍ ك‬٤ُٝ َ‫ال رلن‬ٝ ٕ‫ا ثبإلؽغب‬ٞ‫لشؽ‬٤ُ ‫بدمحم‬٣ ُْٜ َ‫ه‬
ٕٞ‫ِؼج‬٣ ْٜ‫م‬ٞ‫ ؽ‬٢‫ْ ك‬ٛ‫ هَ هللا صْ رس‬ٟ‫خ األخش‬٣٥‫ا‬

222 Syekh Burhanuddin Ulakan


Berkata baginya yang berkata terkadang ada tetap mata itu dengan
sembahyang karena bahwasanya ia karunia daripada Allah dan keluar
yakni nyata daripada firman Allah ‘azza wajalla betepa tiada suka Nabi
‘alayhi al-salȃm dan betapa tiada tetap matanya dengan dia padahal
firman Allah subhanahuu wa taala kata oleh mu dengan karunia Allah
dan dengan rahmatNya maka dengan itu maka suruh suka mereka itu.

Maka ketahui oleh mu bahwasanya ayat itu sanya maisyaratkan


ia kepada jawab bagi barang siapa yang faham akan yang terbawanya
dalam firman Allah itu. Karena firman Allah, maka dengan fadhal dan
rahmat itu maka suruh suka mereka itu dan tiada firman-Nya maka
dengan fadhal Allah dan rahmat maka suka engkau. Maka kata oleh
mu ya Muhammad //254// suruh suka mereka itu dengan kebajikan
dan karunia dan engkau hendak ada sukamu dengan Tuhan yang
mengaruniai dan yang mem[be]ri rahmat seperti firman-Nya pada
ayat yang lain. Kata oleh mu ya Muhammad “Allah” maka tinggalkan
oleh mu akan mereka itu dalam gelut mereka itu bermain.
Bermula sembahyang yaitu terlebih besar daripada yang
dahulukan Allah dengan dia akan segala hambaNya dan yang
di[ha]diyahkanny akan dia kepada mereka itu dan dalam hadis
daripada Rasulullah shallallah ‘alayhi wa sallam bahwasanya bersabda
ia tiada berhamba dalam dunia yang terbaik daripada diizinkan
baginya dalam dua [ra]kaat yang menyembahyangkan ia akan
keduanya maka dalam keduanya itu hasil baginya bersuatu serta
Tuhannya dan bertanggalan dengan dia dan hasil pula baginya duduk
dengan mentauhidkan dia dan putusnya kepada nya daripada yang
lainnya. Dan dalam sembahyang dua rakaat itu terangkat dinding dan
segala tutup daripada hati mereka itu dan dalam nya hasil pula
berkata hamba dengan Tuhan dan hasil suci hati seperti yang telah
lalu. Dan sembahyang itu tali perhubungan antara hamba dan Tuhan.
Kata Muhammad Ibn Ali al-Tirmidzî radhiyallah ‘anhu
sembahyang itu tiang agama dan pertama sesuatu yang difardhukan
Allah taala atas segala muslim sembahyang. Dan dalam sembahyang
itu berhadap Allah taala atas segala hamba yang sembahyang supaya
berhadap mereka itu atas nya pada rupa segala hamba dengan
berhinanya dan menyerahkan diri dan mem[be]rikan dia dengan

Syarh Al-Hikam 223


takutnya dan dengan rendahnya dan dengan gemarnya dan dengan
taat dan dengan memperagikann ibadah. Maka berdiri sembahyang itu
berhina diri dan takbirnya menyerahkan diri dan puji dan tilawah
persembahan diri dan ruku’ merendahkan diri dan sujud bertakut diri
dan julûs gemar diri dan tasyahud kasih diri.
Maka berhadap hamba //255// kepada Allah taala dengan rupa
sekalian ini supaya berhadap Allah atas nya dengan sayang dan kasih
dan menerima dan bermulia dan hampir maka tiada sesuatu daripada
pekerjaan dunia yang terbesar daripada ini dan karena ini sabda
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam sembahyang tiang agama dan
sabdanya pada hadits yang lain sembahyang ini nur dan sabdanya
pula sentiasa Allah berhadap atas hamba dengan makanya salam ada
ia dalam sembahyangnya dan bahwasanya Allah taala (m-l-g-k-kn) ia
kepada seorang kamu akan (m-k-a-ny) salam ada ia atasnya intahȃ.

‫ش‬٤‫ صالصخ أهغبّ كشػ ٖٓ أُٖ٘ ال ٖٓ ؽ‬٠ِ‫ْ ػ‬ٜ٤ِ‫د أُ٘بٕ ػ‬ٝ‫س‬ٝ ٢‫اُ٘بط ك‬
ُٚٞ‫ ه‬ٚ٤ِ‫قذم ػ‬٣ ٖ٤ِ‫زا ٖٓ اُـبك‬ٜ‫ب ك‬ٜ٤‫ ك‬ٚ‫د ٓزؼز‬ٞ‫ع‬ٞ‫ٌُٖ ث‬ٝ ‫ب‬ٜ٤‫ٓ٘ؾ‬ٝ ‫ب‬ٜ٣‫ٓجذ‬
‫ْ ثـزخ‬ٛ‫ا اخزٗب‬ٞ‫ا ثٔب أر‬ٞ‫ ئرا كشؽ‬٠‫ ؽز‬٠ُ‫رؼب‬

Manusia pada datang pem[b]eri atas mereka itu atas tiga bahagi satu
yang suka daripada pemberi tiada daripada yang mem[b]erikan dia
dan yang menambahkan dia dan tetap beroleh dengan kesukaannya
dalamnya maka ini setengah daripada segala mereka itu yang yang
lalai dibenarkan atas firman Allah taala hingga apabila suka mereka
dengan barang yang diberi mereka itu dengan dia kami siksa akan
mereka itu segera.

Wa fariha bi al-manan min haitsu annahu yasyhaduhȃ mimman


arsalahȃ wa ni’mah mimman awshalahȃ yushaddiq ‘alyhi qawluh Ta‘âla
qul bi-fadhli Allȃh wa bi-rahmatihi fa-bi-dzalik fal-yafrahȗ huwa
khayrun mimmȃ yajma’ȗn. dan yang kedua suka ia dengan mem[b]eri
daripada pihak bahwasanya memandang ia akan dia daripada barang
siapa yang mem[b]erikan ia akan dia dan nikmat daripada barang
siapa yang menyampaikan ia akan dia dibenarkannya atas firman
Allah taala kata oleh mu ya Muhammad dengan karunia Allah dan
dengan rahmatNya maka dengan demikian itu maka suruh suka
mereka itu yaitu terbaik daripada yang dihimpunkan mereka itu.

224 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫ اُ٘ظش‬ِٚ‫ ثَ ؽـ‬٠ٜ‫ال ثبهٖ ٓ٘ز‬ٝ ‫ب‬ٜ‫ش ٓزؼز‬ٛ‫ ٖٓ أُٖ٘ ظب‬ِٚ‫كشػ ثبهلل ٓب ؽـ‬ٝ
ُٚٞ‫ ه‬ٚ٤ِ‫قذم ػ‬٣ ٙ‫ب‬٣‫ذ أال ئ‬ٜ‫ؾ‬٣ //216// ‫ كال‬ٚ٤ِ‫ئٕ عٔغ ػ‬ٝ ٙ‫ا‬ٞ‫ هللا ػٔب ع‬٠ُ‫ئ‬
ٕٞ‫ِؼج‬٣ ْٜ‫م‬ٞ‫ْ ؽ‬ٛ‫ هَ هللا صْ رس‬٠ُ‫رؼب‬

Dan ketiga yang suka ia dengan Allah tiada membimbang akan dia
daripada pem[b]eri ini zahir kesukaannya dan tiada batin pem[b]rinya
tetap membimbang akan dia menilik kepada Allah daripada yang
lainnya dan bulat ia atas nya maka tiada memandang ia melainkan
akan dia jua dibenarkan atas nya firman Allah taala kata oleh mu ya
Muhammad maka tinggalkan oleh mu akan mereka itu dalam kalut
mereka itu bermain.

Bermula telah mengandung fadhal ini akan katanya barang yang


dipuji ia daripada segala hal manusia dan barang yang dicela ia
daripadanya. Tatkala datang nikmat atas mereka itu. Dan tatkala hasil
suka tatkala demikian bagi mereka itu dan perbuat atasnya barang
yang ada ia daripada demikian itu. Mensyukurkan bagi nikmat dan
barang yang tiada ia mensyukurkan dia. Dan sanya membahagi akan
mereka itu muallif rahimahullah tiga bahagi dan menjadikan ia akan
mereka itu akan dua tharaf dan wasitah, satu bahagi pada kesudahan-
kesudahan kurang dan buruk dan keji dan mereka itu yang suka
mereka itu dengan segala nikmat daripada pihak bahwasanya
dalamnya sampai kehendak diri mereka itu dan beroleh barang yang
disengaja mereka itu dan mendapat kesukaan dengan segala
keinginan nafsu mereka itu dan kesedapan.
Maka segala ihwal mereka itu sanya dicuci lagi serap akan
sesuatu daripada segala hal mereka itu dengan hal binatang dan
dengan segala yang melata dan inilah segala kelakuan orang yang
ditolak dan yang dijauhkan dan yang dilorongkan dan yang ditiap
jauhnyalah seperti mengisyaratkan ia kepada nya dalam ayat yang
mulia yang menyebutkan dia muallif rahimahullah dan dalam segala
kelakuan ini amat jauh daripada syukur lagi menafikan baginya dan
kedua bahagi pada kesudahan mulia dan besar dan mereka itu segala
yang suka mereka itu dengan mem[b]eri nikmat jua hanyalah yakni
Allah subhanahuu wa taala dan tiada berpaling mereka itu kepada
zahir nikmat. Karena bahwasanya dalamnya kenakan mereka itu

Syarh Al-Hikam 225


//257// dan kesedapan mereka itu dan tiada kepada batin nikmat
daripada keadaannya menunjukkan atas tolong Allah taala bagi
mereka itu.
Sekira-kira pem[b]eri Allah taala dengan nikmat itu atas sekalian
mereka itu dan kelakuan mereka itu sanya dipuji karena bahwasanya
mereka itu tersuruk daripada memandang segala yang lainnya yang
ma’dum ia pada satu wajah. Dan tahaqquq mereka itu dengan segala
hakikat wahdaniyah Haq taala seperti mengisyaratkan kepadanya
dalam ayat yang mulia yang menyebutkan dia muallif rahimahullah
dalam bahagi ini kelakuan mereka itu yaitu syukur yang hakiki yang
sengaja daripada karah dengan yang lainnya yang bercampur ia
dengan dia. Karena bahwasanya orang yang memandang bagi yang
mem[b]eri nikmat fanalah ia daripada segala bahagian nafsunya maka
ia melihat akan segala perkara semuanya. Maka tiada beda padanya
antara wujud dan ‘adam dan tiada antara debur dan teguh dan tiada
ditakuti atas nya daripada berubah dan berbalik karena berubah
segala kelakuan dan segala sebab barang yang ditakuti atas lainnya
karena kekal bahagiannya.
Kata Abu Muhammad al-Hariri radhiyallah ‘anhu barang siapa
melihat ia akan nikmat dan tiada melihat ia akan yang mem[b]eri
nikmat dengan ghaibnya daripada nikmat maka sanya syukur ia. Dan
kata Syekh Muhammad Abdul Aziz al-Mahdi radhiyallah ‘anhu tiap-
tiap barang siapa tiada memandang ia akan yang mem[b]eri nikmat
dalam nikmat itu kurang kepada nya karena bahwasanya membawa ia
akan dia akan tatapnya pada nikmat itu maka apabila ditinggalkan
nikmat itu daripadanya lazim akan dia berubah halnya. Dan ketiga
bahagi yang sama tengah antara yang pertama dan yang kedua yaitu
setengah daripada mereka yang beroleh nikmat barang siapa yang
hasil baginya untung daripada mulia dan besar dan bahagian daripada
hina dan kekecilan dan mereka itu yang suka dengan nikmat karena
keadaannya pem[b]eri daripada Allah atas //258// mereka itu maka
daripada pihak pandang mereka itu akan pem[b]eri daripada Tuhan
mereka itu mulia mereka itu dan besar qadar-qadar mereka itu dan
adalah segala kelakuan mereka itu dipuji dan yaitu syukur daripada
mereka itu lagi patut ia dengan mereka itu.
Dan daripada tilik pihak mereka itu bagi diri mereka itu dan
kekal mereka itu serta bahagian mereka itu adalah bagi mereka itu

226 Syekh Burhanuddin Ulakan


untung daripada hina dan kurang maka turun mereka itu sebab sifat
ini daripada martabat segala mereka yang tinggi dan naik mereka itu
sebab sifat yang pertama daripada segala hal mereka yang rendah
maka dihadapkan akan mereka itu dengan barang yang dihadapkan
dengan dia akan kebanyakan segala mukmin dan akhȃr mereka itu
dalam ayat yang mulia yang menyebutkan dia muallif rahimahullah
dalm qisim ini.

١‫ا ثزًش‬ٞ‫لشؽ‬٤ِ‫ ك‬٢‫ٖ ث‬٤‫و‬٣‫د هَ ُِقذ‬ٝ‫ب دا‬٣ ّ‫ اُغال‬ٚ٤ِ‫د ػ‬ٝ‫ دا‬٠ُ‫ هللا ئ‬٠‫ؽ‬ٝ‫هذ أ‬ٝ
‫ا‬ٞٔ‫ز٘ؼ‬٤ِ‫ك‬

Dan sanya telah diwahyukan Allah kepada Daud ‘alayhissalȃm hai Daud
kata oleh mu bagi segala mereka itu yang sidiq mereka itu dengan aku
maka suruh suka mereka itu dengan zikir-Ku maka hendak beroleh
nikmat mereka itu.

Bermula dengan ini haluan akan yang sidiq daripada mereka itu
dan mengetahui ketinggian martabat mereka itu atas yang lain
daripada mereka itu dan tetap tiada yang suka barang siapa yang ada
Allah Tuhannya atau betapa tiada beroleh nikmat barang siapa yang
dengan zikirnya sampai ia kepada Allah sama ada hamba itu ia yang
dzȃkir atau ia yang madzkȗr. Kata setengah mereka itu ada aku
berjalan ke Makah maka adan antara aku berjalan-jalan tiba-tiba
melihat aku pada seorang Syekh pada tangannya mushaf dan ia
menilik dalamnya pada hakny menari. Maka datang aku kepada nya
dan berkata aku hai Syekh dari man tari ini maka berkata ia biarkan
oleh mu akan daku artinya jangan kau tanya aku, berkata aku dalam
diriku hamba siapa akan dan kalȃm siapa aku baca dan rumah siapa
aku singgahi maka menggerakkan //259// akan daku pendapatku
maka lagi benar seperti tarinya karena sama mendapat sedap dengan
zikir.
Dan dikata orang bahwasanya ‘Utbah al-ghulȃm masuk ia pada
satu hari atas Rabi’ah al-‘Adawiyah radhiyallahu ‘anha dan atas nya
baca yang bahar pada hal takabur rupa jalannya bersalahan dengan
adatnya yang dahulu maka Rabi’ah hai ‘Utbah dari mana takabur rupa
jalanmu yang belum aku melihat ia daripada mu pada perangaimu
yang dahulu daripada hari ini maka berkata ia hai Rabi’ah siapa yang

Syarh Al-Hikam 227


terutama daripada dengan hal ini padahal sanya berpagi-pagi Allah
taala Tuhanku dan berpagi-pagi aku hambanya.

ٕ‫أ‬ٝ ٖ٤ِ‫غؼِ٘ب ٖٓ اُـبك‬٣ ‫إٔ ال‬ٝ ٚ٘‫ ػ‬٠‫ثبُشم‬ٝ ٚ‫بى ث‬٣‫ئ‬ٝ ‫غؼَ كشؽ٘ب‬٣ ‫هللا‬ٝ
ٚٓ‫ًش‬ٝ ٚ٘ٔ‫ ث‬ٚ‫ٖ ث‬٤‫غِي ث٘ب ٓغِي أُزو‬٣

Dan menjadikan akan suka kami dan engkau dengan dia dan dengan
rida daripadanya dan bahwa tiada menjadikan ia aka kita pada tempat
jalan segala mereka yang takut akan Dia dengan karuia-Nya dan
murah-Nya.

Bermula doa yang baik dengan muwafaqah dengan makna yang


dahulu dan yaitu amat nyata maknanya tiada berkehendak ia tanbih
atas nya dan Allah taala menyungguhkan ia bagi kita akan yang
demikian itu dengan fadhal-Nya.

٢‫َ ك‬ٛ‫ أٗب اُغب‬٢ُٜ‫ ئ‬١‫ كوش‬٢‫شا ك‬٤‫ٕ كو‬ًٞ‫ق ال أ‬٤ٌ‫ ك‬١‫ ؿ٘ب‬٢‫ش ك‬٤‫ أٗب اُلو‬٢ُٜ‫ئ‬
٢ِٜ‫ ع‬٢‫ال ك‬ٜٞ‫ٕ ع‬ًٞ‫ق ال أ‬٤ٌ‫ ك‬٢ِٔ‫ػ‬

Hai Tuhanku, aku yang papa dalam kayaku maka betapa tiada yang
papa aku dalam papaku. Hai Tuhanku, aku yang bebal dalam tahuku
maka betapa tiada yang bebal aku dalam bebalku.

Bermula hamba disifatkan ia dengan sifat yang kurang dan yaitu


sejatinya baginya. Dan kamal yang mendatangi kepada nya dan yang
dibangsakan kepada nya itu kekurangannya jua atas sebenarnya dan
karena itu adalah barang yang menyebutkan dia muallif rahimahullah
keadaannya fakir dalam kayanya //260// dan jahil dalam tahu shahih
lagi betul. Dan adalah muallif rahimahullah mengaji ini dengan ini
dengan ikrar senantiasa kesakitan dan kekal ketiadaannya dan
berkehendaka dan bahwasanya tiada kaya baginya daripada
Tuhannya ‘azza wa jalla dan tiada tinggal ia daripada berkehendak
kepada Nya dan bergantung dengan Dia dan daripada meminta dan
menuntut daripadanya dalam tiap-tiap hal. Seperti kata setengah
mereka itu bahwsanya aku berkehendak kepada mu serta segala
nafsuku dan jikalau ada atas kepalaku makota dan sunting bunga mas
sekalipun dan ini daripada muallif rahimahullah menancapkan atas

228 Syekh Burhanuddin Ulakan


sebenarnya ia pada maqam ‘ubudiyah yang menghendaki dia
kebesaran rububiyah. ilȃhî in ikhtilȃf tadbîruka wa sur’ah hulȗl
maqȃdîruka man’ȃ ‘ibȃdaka al-‘ȃrifîn bika ‘an sukȗn ilȃ ‘athȃ’i wa al-
ya’si minka fî balȃi. Hai Tuhanku bahwasanya bersalahan perintah-Mu
dan sukar takdir-Mu turun meneguhkan keduanya akan segala hamba
yang ‘arif mereka itu dengan Dikau daripada diam kepada pemberi
dan daripada putus harap daripada Mu dalam bala.
Bermula bersalah-salahan hukum atas segala hamba
menghendaki ia bahwa tiada menatap mereka itu akan hal yang
kesukaan yang ada mereka itu atas nya dan tiada putus asa mereka
dalam hal yang kesakitan yang turun ia itu atas mereka itu daripada
beroleh senang dan suka dan ini semata-mata ta’liq dengan Allah ‘azza
wa jalla dan yaitu segala sifat ‘ȃrif bi-Allȃh.

‫ن ثٌشٓي‬٤ِ٣ ‫ٓ٘ي ٓب‬ٝ ٢ِٓٞ‫ن ث‬٤ِ٣ ‫ ٓب‬٢٘ٓ ٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku daripada ku barang yang patut dengan kececaanku dan


daripada Mu barang yang patut dengam mulia-Mu.

Bermula kececaan hamba yang mengendarai ia akan dia


menghendaki daripadanya itu mendatangi ia akan Tuhannya degan
segala dosa yang gadang dan yang besar. Dan mulia Tuhan yang ia
bersifat dengan dia menghendaki daripadanya akan melampaui dan
memâfkan daripada hambaNya danmenerima kesukarannya. Dan ini
kalȃm daripada sebaik-baik//261// Perkara meminta dan (ny-k-r)
dan yaitu setengah fikrah orang yang meminta.

‫ٔب ثؼذ‬ٜ٘ٓ ٢٘‫ أكزٔ٘ؼ‬٢‫د مؼل‬ٞ‫ع‬ٝ َ‫اُشأكخ هج‬ٝ ‫ف٘ؼذ ٗلغي ثبُِطق‬ٝ ٢ُٜ‫ئ‬
٢‫د مؼل‬ٞ‫ع‬ٝ

Hai Tuhanku, telah Kau sifatkan akan diri-Mu dengan mengaruniai dan
menyayangi dahulu dari pada diperoleh lembutku, maka teguhkanlah
akan daku daripada keduanya kemudian daripada didapat lembutku.

Bermula latif dan ra‘fah dua sifat bagi Allah ‘azza wajalla, telah
bersifat Ia dengan keduanya pada azali dahulu daripada diperoleh daif
hamba dan fananya dan kehendaknya dan keduanya, menghendaki

Syarh Al-Hikam 229


keduanya bagi didapat bekas keduanya yang senantiasa ia kemudian
daripada ada zat hamba dan segala sifatnya dan atsar keduanya itu
menyempurnakan segala nikmat-Nya atasnya dan menyampaikan
segala inkar hanya kepada nya, maka betapa terupa tatkala itu
meneguhkan ia akan keduanya.

‫ب‬ٝ‫شد أُغب‬ٜ‫ئٕ ظ‬ٝ ٢ِ‫ُي أُ٘خ ػ‬ٝ ‫ كجلنِي‬٢٘ٓ ٖ‫شد أُؾبع‬ٜ‫ ظ‬٢ُٜ‫ئ‬
٢ِ‫ُي اُؾغخ ػ‬ٝ ‫ كجؼذُي‬٢٘ٓ

Hai Tuhanku jika nyata segala yang baik daripada ku, maka dengan
karuniaMu dan dan bagiMu jua mem[b]eri atas ku dan jika nyata segala
yang jahat daripada ku, maka dengan adilMu dan bagiMu ju kekerasan
atas ku.

Bermula nyata segala yang baik atas hamba dan yaitu segala
bagai taat dan hasana[h] dan segala sifat yang mahmud karunia
daripada Allah dan (p-m-r-i-k-i-ny) atasnya karena ketiadaan
memustahikkan ia bagi demikian. Dan nyata segala yang jahat dab
segala perkara maksiat dan sayyi’ah dan segala sifat yang adil
daripada Allah Taala karena harus bagiNya bahwa berbuat Ia dengan
hambaNya barang yang dikehendakiNya dan hajat bagiNya atas
hamba karena bahwa Ia Tuhan dan hamba itu hambaNya. Dan muajat
hamba bagi Tuhannya dengan kalam ini daripada sebaik-baik munajat.
Dan hajat itu menghendaki bagi beroleh tolong dan //262// berturut-
turut segala karuniaNya atasnya, karena yang dalamnya daripada puji
atas Allah atas hamparan hamparnya daripadanya dan atas menyebut
segala sifatNya yang tinggi dan bergantung dengan Dia dan ikrar bagi
nya jua segala nikmat yang zahir dan yang batin dan karena yang
dalamnya pula daripada menilik lembut diri.
Dan ikrar atasnya dengan kurang dan pendek bicara dan pendek
kata dan mendirikan dia pada tempat hina dan kebawahan. Dan sanya
berkata setengah mereka itu bergantung me[n]dekap di tirai kakbah
pada hal ia berkata hai Tuhanku tiada yang mengetahui bagiMu maka
diberi bahagiannya dan tiada bagimu perdana menteri maka dibawa
kepada nya rasywah jika bakat aku kepada mu, maka dengan
karuniamu maka bagimu segala puji dan jika durhaka aku kepada mu
dengan be[r]balik dan bagimu kekerasan atas ku. Maka dengan

230 Syekh Burhanuddin Ulakan


mengisbatkan hajatmu atas ku dan dengan putus hajatku kepada mu
melainkan kau ampun[i] baguku maka men[d]engar ia akan (hatap?)
berkata ia orang muda itu dimerdekakan daripada neraka.

‫ت‬٤‫ق أع‬٤ً ّ‫ أ‬٢ُ ‫اٗذ اُ٘بفش‬ٝ ّ‫ق أمب‬٤ًٝ ٢ُ ‫ًِذ‬ٞ‫هذ ر‬ٝ ٢ٌِ٘‫ق ر‬٤ً ٢ُٜ‫ئ‬
٢‫ ث‬٢‫أٗذ اُؾل‬ٝ

Hai Tuhanku betapa kau suruhkan akan daku kepada yang lain
daripadamu padahal sanya Kau suruh akan daku menyerah kepada Mu
dan betapa dianiaya akan daku padahal Engkau yang menolong bagiku
atau betapa [sia-sia] aku, padahal Engkau yang mengetahui akan daku.

Bermula nama wakil dan nâshir dan khafi nama Allah Taala
ketiganya itu. Dan yaitu menghendaki sekaliannya itu bagi mendapat
segala bagusnya daripada beroleh memadai dan kesukaran dan
beroleh kesudahan yang dimaksud dan segala dicita maka betapa
teraup tipikal yang demikian itu daripada hamba tatkala beroleh ia
akan hajatnya.

‫ي‬٤ُ‫ ئ‬١‫ي ثلوش‬٤ُ‫عَ ئ‬ٞ‫ب أٗب أر‬ٛ

Sekarang aku hampir kepada mu dengan fakirku kepada mu.

Bermula sebesar-besar perkara yang me[ng]hampirkan hamba


kepada Tuhan yaitu tahkiknya dengan //263// barang yang
mewajibkan akan dia ubudiahnya dan yaitu fakirnya kepada Nya pada
tiap-tiap halnya. Maka tiada melihat ia bagi dirinya satu hasanah jua
pun yang menghendaki ia akan balas dengan dia dan tiada yang
menolakkan ia dengan dia daripada dirinya akan siksa. Kata Abu Yazid
radhiyaallâh ‘anhu diseru aku dalam surga maka dikata bagiku
perbendaharaan kamu penuh ia daripada khidmat maka jika datang
engkau kepada kami maka lazim atasmu hina dan papa.
Dan ditanya Abu Hafas radhiyaallâh ‘anhu dengan apa datang
fakir kepada Tuhannya maka katanya dan tiada bagi fakir bahwa
datang ia kepada Tuhannya melainkan dengan fakirnya.

Syarh Al-Hikam 231


‫ي‬٤ُ‫ ٓؾبٍ ئ‬ٞٛ ‫ي ثٔب‬٤ُ‫عَ ئ‬ٞ‫ق أر‬٤ًٝ

Dan betapa hampir kepada mu dengan barang yang ia mustahil bahwa


sampainya ia kepada mu.

Bermula antara yang dihampirkan dengan dia dan yang


dihampirkan kepadanya nisbah yang sempurna dan perhubungan
yang hakikat. Dan yaitu yang menghendaki ia baginya wujud hampir
dan tiada nisbah dan tanya diperhubungan antara papa yang ia sifat
hamba dengan fakirnya itu menghendaki ia akan pandangnya bagi nya
dan bersegera hanya dengan dia dan akan berpegangnya atasnya. Dan
melihat hamba bagi segala ihwalnya dan dalamnya kepada nya ilat
dalam nya dan segala ihwal yang diilatkan tiada patut ia dengan
khasirah yang ketuhanan. Dan tiada sampai ia kepada Allah dengan
makna bahwasanya Allah Taala tiada rida Ia akan dia, dan tiada
mengkabulkan Ia akan dia, maka fakirnya tiada sah hampirnya dengan
dia daripada wajah ini pula.
Dan kepada makna ini me[ng]isyaratkan barang yang
dihikayatkan daripada sayyidî Abi al-Hasan al-Syâdzî radhiyaallâh
‘anhu ketika masuk ia kepada syekhnya Abi Muhammad Abd al-Salâm
radhiyaallâh ‘anhu, maka berkata ia baginya: hai Aba al-Hasan, dengan
apa kau temui akan Allah Taala? Maka katanya baginya //232//
dengan fakirku. Maka berkata baginya syekhnya, demi jika kau temui
akan Allah dengan fakirmu, sanya kau temui akan Dia dengan berhala
yang besar dan tiada sah hakikat fakir itu melainkan dengan gaib
daripada fakir. Dan jika tiada gaib engkau dengan nya, adalah kaya
engkau dengan fakirmu itu. Maka tiadalah sekali-kali sampai hamba
dan hampirnya kepada Allah, melainkan dengan Allah Taala tiada
dengan yang lainnya.

‫ي‬٤ِ‫ ػ‬٠‫خل‬٣ ‫ ال‬ٞٛٝ ٢ُ‫ي ؽب‬٤ُ‫ق أؽٌش ئ‬٤ً ّ‫أ‬

Atau betapa kuadukan halku pada mu dan ia tiada terbaunya atasmu.

Bermula mengadukan hal itu tiada sah, melainkan barang


siapa yang terbaunya hal itu kepada nya dan ia pun tiada tahu dengan
dia, dan Allah Taala tiada terbaunya atasnya sesuatu jua pun dan

232 Syekh Burhanuddin Ulakan


sanya kata Nabi Allah Ibrahim alaihi salam pada lah akan daku
daripada pintaku tahunya dengan halku.

‫ي‬٤ُ‫ ٓ٘ي ثشص ئ‬ٞٛٝ ٍ‫ق أرشعْ ُي ثٔوب‬٤ً ّ‫أ‬

Atau betapa kubahasakan kepada mu dengan segala perkata[a]nku,


dan ia daripadamu keluarnya dan kepada mu kembalinya.

Bermula membahasakan dengan segala perkata[a]n men-ta’bîr-


kan dengan lidah daripada barang yang terbawanya supaya hasil
mem<p>ahamkan akan yang terbawanya itu dengan membahasakan
bagi orang yang dibahasakan kata itu. Dan Allah Taala jua yang
menggerakkan lidah dengan berkata, dan melancarkan dia dengan
kata itu. Maka membahasakan itu daripada Allah Taala keluarnya, dan
kepada Nya pekerja[a]nnya. Dan hamba tiada tempat masuk baginya
dalam demikian itu, maka betapa dinobatkan kepada nya
membahasakan dan dinobatkan yang demikian itu kepada Allah Taala.
menunjukkan atas meliput ilmunya dengan segala ihwal hamba. Maka
betapa sah pada haknya dibahasakan segala perkata[a]n dan
terbawanya ia kepada nya.

‫ي‬٤ُ‫كذد ئ‬ٝ ‫ هذ‬٢ٛٝ ٢ُ‫ت آٓب‬٤‫ق رخ‬٤ً ّ‫أ‬

Atau betapa sia-sia segala angan-anganku padahal ia datang kepada


mu.

Bermula segala angan-angan yang datang kepada Allah //264//


tiada men[y]ia-[ny]iakan ia akan dia daripada pihak bahwasanya ia
datang kepada nya dan bergantung dengan dia dan putus daripada
yang lainnya. Dan Allah Taala amat murah, lagi amat limpah
anugrahNya, lagi mengaruniai, lagi mem[b]eri nikmat akan segala
hambaNya. Maka hendak takutlah hamba dengan demikian itu, dan
hendak ada ia atas atas yakin daripadanya maka jika tiada meminta
dan menuntut daripadanya sekalipun.

‫ي‬٤ُ‫ئ‬ٝ ‫ثي هبٓذ‬ٝ ٢ُ‫ا‬ٞ‫ق ال رؾغٖ أؽ‬٤ً ّ‫أ‬

Syarh Al-Hikam 233


Atau betapa tiada baik segala ihwalku dan dengan Dikau berdirinya
dan kepada Mu kembalinya.

Bermula barang siapa sesungguhnya ia dalam makrifat, niscaya


melihat ia akan segala ihwalnya sem[u]anya, baik karena keadaan
berdirinya dengan Allah, dan karena kembali pekerjaannya kepada
Nya, dan inilah sem[u]anya segaka bagi daripada tercengang.
Menunjukkan dia mualif rahimahullah akan dirinya daripada dirinya
pada barang yang ia dalam jalnnya daripada pintanya dan tuntutnya
dengan sebab Allah menaikkan dia dalam makrifat yang mewajibkan
ia baginya akan melihat kurang dirinya pendeknya dalam ihwalnya
yang pertama.

٢ِ‫ كؼ‬٢‫ؾ‬٤‫ ٓغ هج‬٢‫ٓب أسؽٔي ث‬ٝ ٢ِٜ‫ْ ع‬٤‫ ٓغ ػظ‬٢‫ ٓب أُطلي ث‬٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku apa yang melembutkan ia akan Dikau dengan aku serta
bebalku dan apa yang mengasihkan ia akan Dikau dengan daku serta
keji perbuatanku.

Bermula pandang hamba dengan mengenai ini perolehan yang


amat besar yang mewajibkan ia baginya malu dan akan patah
kekerasannya, maka sebaik-baiknyalah daripadanya ketika itu ikrar
dengan nikmat Allah atas semata-mata.

‫ ػ٘ي‬٢ٗ‫ٓب أثؼذ‬ٝ ٢٘ٓ ‫ ٓب أهشثي‬٢ُٜ‫ئ‬


.
Hai Tuhanku apa yang mengahmpirkan ia akan Dikau daripada aku,
dan apa yang menjauhkan ia akan daku daripadamu.

Bermula dipandang mualif rahimahullah tersangat tersangat


hampir Allah Taala daripadanya tatkala melihai daripada saat jauh
segala perkara daripadanya dan daripada menolakkan segala perkara
itu akan dia kepada Haq//265// Taala seperti lagi akan datang dalam
katanya sanya menolakkan akan daku segala alam kepada mu. Dan
pandang pula bagi jauh dirinya daripada Allah Taala daripada pihak
didirikan ia dalam menuntut Haq Subhanahu waTaala. Dan menuntut
sesuatu menunjukkan atas ketiadaan yang menuntut akan sunyi itu
dan atas jauhnya daripadanya. Maka pandang yang pertama

234 Syekh Burhanuddin Ulakan


mewajibkan Ia baginya akan menggali pitnta Tuhannya dan akan
memutuskan labanya dengan tiap-tiap yang lainnya. Dan pandang
yang kedua mewajibkan Ia baginya akan lemah lembut meminta
kehampiran diri dan akan kaya daripada menuntut yang karib yakni
Allah.
Dan setengah daripada doa Syekh Abi al-Abbas al-Mursyi
radhiyaallâh ‘anhu yâ qarîb anta al-qarîb wa ana al-ba‘îd qurbaka min
ghairika wa bu‘dî minka raddan minka raddanî lithalabin laka fakun
bifadhlika hattâ yamhû thalabî yathlubuk yâ qawî yâ ‘azîz. Hai Tuhan
yang hampir, Engkau jua yang hampirdan aku jua yang jauh.
HampirMu daripada yang lain daripadaMu dan jauhku daripadaMu
menolakkan ia akan daku kepada menuntutu hadiratMu, maka jadikan
diriMu bagi diriKu dengan karuniaMu hingga hapus tuntutku yang
menuntut ia akan Dikau hai Qawi hai Aziz.

. ‫ ػ٘ي‬٢٘‫ؾغج‬٣ ١‫ كٔب اُز‬٢‫ٓب أسأكي ث‬

Apa yang menyayangkan akan Dikau dengan aku maka apa yang m-n-d
pada yang ia akan daku daripadaMu.

Bermula makna rafah itu tersangat rahmat Haq Taala atas


hambaNya karena tiada manfaat melainjan menyampaikan ia akan dia
kepadanya dan tiada ada khair melainkan yang dianugrah akannya
baginya dan tatkal memandang hamba yang seperti mualif akan rafah
Tuhannya tersuruklah ia dengan pandangnya itu daripada menilik
darinya dan segala sifatnya, maka karena itulaj tiada nyata baginya
sebab bagi diperoleh dinding karena tiap-tiap sesuatu menunjukkan
atas Allah, dan Allah Taala nyata atas sekalianNya.

‫ إٔ رزؼشف‬٢٘ٓ ‫اس إٔ ٓشادى‬ٞ‫ر٘والد األه‬ٝ ‫صش‬٥‫ هذ ػِٔذ ثبخزالف ا‬٢ُٜ‫ئ‬


‫ء‬٢‫ ؽ‬٢‫ِي ك‬ٜ‫ ال أع‬٠‫ء ؽز‬٢‫ ًَ ؽ‬٢‫ ك‬٢ُ‫ئ‬

Hai Tuhanku //266// sanya kuketahui dengan bersalah-salahan segala


atsar dan bertukar-tukar segala hal dengan bahwasanya kehendakMu
daripadaku bahwa Kau perkenalkan diriMu kepada ku pada tiap-tiap
sesuatu hingga tiada bebalku akan Dikau pada satu jua pun.

Syarh Al-Hikam 235


Bermual adalah muallif rahiamhullahberkata ia bersalah-salahan
segala bagus yang atasku dan bertukar-tukar segala hal dengan daku
daripada sahabatku dan sakitku dan kaya dan papa dan mulia dan
hina dan picik dan luas dan taat dan maksiat dan ketiadaan dan
beroleh dan lain daripada itu daripada segala yang bersalahan segala
halku yang ia setengah daripada pekerjaanmMu yang menurunkan
Engkau akan dia atasku, kuketahui daripadanya akan bahwasanya
kehendakMu akan kenalkan diriMu kepada ku pada tiap-tiap sesuatu
dengan terkenal yang tertentu hingga kupandang akan keesaanMu
dan kebesaranMu dan kegadanganMu69 dan kesempurnaanMu dan
kelebihanMu dan ketinggianMu dengan sekira-kira tiada teraup
daripadaku bebal akan barang yang aku dalamnya menerima bagi
mengenal Dia daripada sekaliannya itu. Dan jikalau ada pekerjaan atas
menyalah yang tersebut ini dan kau lazimkan akan daku hal yang satu
yang rida aku akan dia bagi diriku dan yang memilih aku akan dia
sanya adalah makrifatku itu kurang dan adalah pandangku pendek.
Maka aku sekarang berbalik-balik dalam surga yang disegerakan
yang kudatang setengah daripadanya, betapa kuhendaki. Maka sanya
mengkaramkan akan dia aku barang yang aku dalamnya daripada
besar perolehan dan membayangkan akan daku yang demikian itu
daripada doa dan meminta dan menuntut guna atas barang yang
kukehendaki akan dia daripada segala ihwal, maka bagiMu jua segala
puji atas segala nikmatMu yang terbawanya dan yang nyata dan yang
tertutup dan yang terbuka. Kata mereka itu dalam dunia satu surga
barang siapa memasuki dia akan dia tiadalah bercinta ia kepada surga
akhirat dan tiada //267// kepada sesuatu dan tiada lebur ia
daripadanya kepada lainnya dan ditanya orang apa surga yang dalam
dunia ini maka katanya makrifat Allah Taala.

‫ ٓ٘ي‬٢٘‫ أهٔؼز‬٢‫فبك‬ٝ‫ أ‬٢٘‫غز‬٣‫ًِٔب آ‬ٝ ‫ ًشٓي‬٢٘‫ أٗطو‬٢ٓ‫ ُإ‬٢٘‫ ًِٔب أخشع‬٢ُٜ‫ئ‬

Hai TuhanKu tiap-tiap mengelu[r]kan akan daku celaka menuturkan


akan daku kemarahanMu dan tiap-tiap memutuskan akan harapku
segala sifatku melobakan akan daku memberiMu.

69
Bahasa Minagkabau dari kebesaranmu.

236 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula cela hamba dan salahnya dan durhakanya
mengelua[r]kan ia akan lidahnya daripada meminta dan menuntut
daripada Tuhan. Dan murah Tuhan dan karuniaNya dan kebajikanNya
menuturkan ia akan lidahnya dengan demikian itu. Dan segala sifat
hamba yang dicuci yang menghendaki akan dia perangainya dan
kejadiannya memutuskan ia akan harapnya daripada hasil sifat
ketetapan atas jalan yang sebenarnya. Dan pem[b]eri Allah Taala yang
melingkupi pem[b]erinya itu akan orang yang saleh dan fasik
men<t>amakkan ia akan dia pada demikian itu.

‫ٖٓ ًبٗذ‬ٝ ١ٝ‫ ٓغب‬ٚ٣ٝ‫ٕ ٓغب‬ٌٞ‫ق ال ر‬٤ٌ‫ ك‬١ٝ‫ ٓغب‬ٚ٘‫ ٖٓ ًبٗذ ٓؾبع‬٢ُٜ‫ئ‬
ٟٝ‫ دػب‬ٚ٣ٝ‫ٕ دػب‬ٌٞ‫ق ال ر‬٤ٌ‫ ك‬ٟٝ‫ دػب‬ٚ‫ؽوبئو‬

Hai Tuhanku barang siapa ada segala kebajikannya kejahatanku, maka


tiada ada segaka kejahatannya kejahatanku, dan barang siapa ada
segala hakikatnya dakwaku maka betapa tiada dakwanya dakwaku.

Bermula ini misal yang telah terdahulu ia daripada bahwasanya


kem[b]ali yang dibandingkan hamba kekurangan atas tahkik maka apa
pada sangkamu dengan kurangnya. Ilâhî hukmuka al-nâfidzu wa
masyîtuka al-qâhirah yasyrak lidzî maqâli maqâlan wa lâ dzî hâlin
hâlan. Hai Tuhanku hukumMu yang terus dan masyyît-Mu yang keras
lagi tegar tiada membiarkan keduanya bila yang empunya kata akan
kata dan tiada bagi yang empunya hal akan hal.
Bermula memandang makna ini mewajibkan //268// ia bagi
hamba akan makam takut dan akan tahkik dalamnya maka jika ada ia
mempunyai kata yang betul dan mempunyai hal yang dipuji tiada
diputuskan ia dengan kekal yang demikian itu dan tiada dibilangkan
dengan barang yang disana karena terus hukum Haq Taala dan tegar
misyyatNya seperti seseorang hamba atas kalimat tauhid yaitu kalimat
syahadat atau atas hal yang dipuji, seperti itikad yang betul terkadang
bertukar keduanya dengan lawan keduanya sebab terbeber hukum
Haq Taala dan keras kehendaknya akan lawan keduanya.

٢ُ٘‫ب ػذُي ثَ أهب‬ٜ٤ِ‫ ػ‬١‫ذّ اػزٔبد‬ٛ ‫ب‬ٜ‫ذر‬٤‫ؽبُخ ؽ‬ٝ ‫ب‬ٜ‫ز‬٤٘‫ ًْ ٖٓ هبػخ ث‬٢ُٜ‫ئ‬
‫ب كنِي‬ٜ٘ٓ

Syarh Al-Hikam 237


Hai Tuhanku beberapa daripada taat yang kuperbuat akan dia dan
beberapa hal yang kutinngikan akan dia meruntuhkan i‘timadku
atasnya adilMu tetap mengembalikan akan daku daripadanya fadilMu.

Bermula taat itu sifat zahir hamba dan hal itu sifat batin dan
berbuat ia bagi taat itu, yaitu mendirikan dia atas jalan yang
disuruhkan dengan dia daripada menyempurnakan dengan sekalian
rukunnya dan segala syaratnya. Danbarang yang bergantung dengan
dia daripada segala hak dan segala adab. Dan meninggikan ia bagi hal
yaitu menyajikan dia dan menghidangkan dia dan memeliharakan dia
daripada barang yang mengarahkan akan jernihnya dan yang
mengkamilkan ia akan cahayanya dan seolah-olah hamba tatkala
berbuat ia akan dua pekerjaan ini melihat ia akan bahwasanya ia
berkuat dengan kuat yang teguh dan berselindung ia kepada pihak
yang keras.
Tetapi tatkala memandang ia akan adil Allah Taala meruntuhkan
atasnya yang demikian itu, karena bahwasanya yang dikehendakinya
bahwa berbuat ia barang yang dikehendakinya dan tiada
di[h]iraukannya dengan segala amal mereka yang beramal, maka
tatkala memandang ia akan karuniaNya dan kemurahanNya
mengalihkan ia akan dia //269// daripada i‘timad atas taat dan
lainnya daripada segala makhluk dengan menjadikan ia baginya ta‘liq
dengan dia dan i‘timad atasnya akan ganti daripadanya, dan sebaik-
baik ganti dan tukar yaitu Ia Allah, maka Maha Suci Tuhan yang
mem[b]er karunia lagi mem[b]eri nikmat.

‫ػضٓب‬ٝ ‫ كؼال ؽضٓب كوذ دآذ ٓؾجخ‬٢٘ٓ ‫ئٕ ُْ رذّ اُطبػخ‬ٝ ِْ‫ ئٗي رؼ‬٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku bahwasanya mengetahui Engkau dan jika tiada sentiasa


taat daripadaku sekalipun akan perbuatan yang putus, maka sanya
sentiasa ia pada kasih dan cita.

Bermula menjadikan mualif rahimahullah akan citanya atas taat


itu dan kasihnya bagi taat itu dan jika tiada ia sentiasa atasnya
sekalipun akan perbuatan yang lain lagi putus dan yang meninggikan
dia dan yang demikian itu sahih dan beberapa orang yang ditolak dan
dijauhkan, maka tiada ada pada cita dan tiada perbuatan yang putus.

238 Syekh Burhanuddin Ulakan


Ilâhî kayfa a‘zimu wa anta al-qâhir wa kayfa lâ a‘zimu wa anta al-‘âmir.
Hai tuhanku betapa aku bercita dan Engkau yang amat tegar dan
betapa tiada aku bercita dan Engkau yang menyuruh. Bermula
menjauhkan ia daripada dirinya akan jatuh cita daripada ia dan
menjadikan ia akan tempat persandaran yang demikian itu,
memandang tegar Haq Taala batallah citanya karena bahwasanya
tegarnya itu menewaskan akan azam dan tiada menjauhkan mualif
akan ketiadaan ‘azam dan menjadikan ia akan tempat persandaran
yang demikian, memandang ia akan suruh Haq Taala karena
bahwasanya barang siapa memandang ia akan suruhnya sanya segera
ia kepada mengikat dia dan takut ia daripada melalaikan dia dan
meninggalkan dia.

‫ي ثخذٓخ‬٤ِ‫ ػ‬٢٘‫عت ثؼذ أُضاس كبعٔؼ‬ٞ٣ ‫صبس‬٥‫ ا‬٢‫ رشدد ك‬٢ُٜ‫ئ‬


‫ي‬٤ُ‫ئ‬//212//٢ِٗٞ‫ف‬ٞ‫ر‬

Tuhanku berulang-ulang aku pada segala atsar, mewajibkan ia akan


jauh mengasihi dia, maka bulatkan oleh Mu akan daku dengan khidmat
yang menyampaikan ia akan daku kepada Mu.

Bermula mengadu ia kepada Tuhannya Azza Wajalla akan lama


teradatnya pada segala atsar dan yaitu sekalian akuan. Dan
menganjurkan ia akan bahwasanya mewajibkan baginya akan jauh
mengasihi dia dan yaitu jauh daripada memandang tauhid dan
daripada kamal makrifat dan telah terdahulu makna ini pada katanya
jangan kau pindah daripada satu kawan kepada satu kawan, meminta
ia akan Dia dan menuntut ia daripadaNya bahwa memendekkan Ia
baginya akan jalan yang dimasukinya dan bahwa mehampirkan akan
ia akan dia daripadaNya dan bahwa membulatkan Ia akan dia
daripada bersimpang-simpang segala atsar dengan khidmat yang
nyata dalamnya ubudiahnya dan yang sampai ia dengan dia kepada
TuhanNya daripada tiada berulang-ulang jalannya dan tiada
panjangnya.

Syarh Al-Hikam 239


‫ظ‬٤ُ ‫س ٓب‬ٜٞ‫شى ٖٓ اُظ‬٤‫ٕ ُـ‬ٌٞ٣‫ي أ‬٤ُ‫ ٓلزوش ئ‬ٞٛ ‫ي ثٔب‬٤ِ‫غزذٍ ػ‬٣ ‫ق‬٤ً ٢ُٜ‫ئ‬
‫ي‬٤ِ‫ذٍ ػ‬٣ َ٤ُ‫ د‬٠ُ‫ رؾزبط ئ‬٠‫ ؿجذ ؽز‬٠‫ش ُي ٓز‬ٜ‫ أُظ‬ٞٛ ٌٕٞ٣ ٠‫ُي ؽز‬
‫ي‬٤ُ‫فَ ئ‬ٞ‫ ر‬٢‫ اُز‬٢ٛ ‫صبس‬٥‫ٕ ا‬ٌٞ‫ ر‬٠‫ ثؼذد ؽز‬٠‫ٓز‬ٝ

Hai Tuhanku betapa ditunjukkan atasMu dangan barang yang ia pada


wujudnya berkehendak kepada Mu adalah bagi yang lain Mu daripada
nyata barang yang tiada ia bagiMu hingga adalah ia menyatakan
bagiMu manakala gaib Engkau hingga berkehendak Engkau pada dalil
yang menunjukkan ia atasMu dan mana kala jauh Engkau hingga
adalah segala atsar yaitu menyampaikan kepada Mu.

Bermula ini mengkajikan bagi segala ihwal segala mereka yang


mengambil dalil mereka itu atas Tuhan mereka itu dan mereka itu
segala yang empunya nazar dan yang empunya istidlâl dengan
dibandingkan kepada yang empunya makam //271// dan mereka itu
yang empunya syuhûd dan ‘iyân. Kata Abu bakar Muhammad bin Ali al-
Kanani radhiyaallâh ‘anhu beroleh pem[b]ri daripada Haq
memandang makhluk dengan Haq karena bahwasanya Haq Taala
menunjukkan ia atas tiap-tiap sesuatu dan sesuatu jua pun yang
lainnya menunjukkan atasnya. Kata Syekh Lathaif al-Mumtaz dan
orang yang ampunya dalil dan burhan awam padahal al-syuhûd wa al-
‘iyân sanya menyajikan mereka itu akan Haq Taala dalam zhuhûrnya
daripada berkehendak ia kepada dalil yang menunjukkan ia atasnya
dan betapa berkehendak kepada dalil pada hal ia berkenalkan akan
dalil. Kata Syekh Abu al-Hasan betapa dikenal dengan segala makrifat,
barang siapa yang mendahului wujudnya akan wujud tiap-tiap sesuatu
itu.
‫جب‬٤‫ب سه‬ٜ٤ِ‫ٖ ال رشاى ػ‬٤‫ذ ػ‬٤ٔ‫ ػ‬٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku telah buta mata yang tiada melihat ia akan Dikau atasnya
memandang.

Bermula barang siapa melihat ia akan Allah Taala memandang


atasnya lagi mengetahui akan sekalian ihwalnya dan tiada tebawanya
atasnya daripadanya sesuatu jua pun, sanya malu ia daripadaNya dan
ngerilah ia akan dia daripada melihat Haq Taala akan dia atas barang
yang dikebencinya akan dia daripadanya. Dan sanya kata orang,

240 Syekh Burhanuddin Ulakan


apabila durhaka engkau akan Tuhanmu, durhaka engkau akan Dia
pada tempat yang tiada melihat ia akan dikau dalamnya. Dan barang
siapa tiada ia atas sifat ini dan lalali ia daripada tilik Allah Taala
kepada nya, sanya butalah mata hatinya, maka meng[h]adap ia akan
Allah Taala dengan segala bagai-bagai yang keji dan segala yang buruk
daripada tiada [h]irau dan sopan sekali-kali.

‫جب‬٤‫ ٖٓ ؽجي ٗق‬ُٚ َ‫خغشد فلوخ ػجذ ُْ رغؼ‬ٝ

Dan merauk payau hamba yang tiada Kau jadikan baginya daripada
kasihMu akan untungnya.

Bermula kasih Allah Taala bagi hambaNya yaitu rahmatNya


baginya dan pujinya atasnya kebajikanya baginya. Dan kasih hamba
//272// kepada Tuhannya taatnya dan mengikuti suruhNya dan
membesarkan Dia dan menakuti Dia, maka barang siapa diberi Allah
Taala akan dia bahagian daripada kasihNya, maka sanya beroleh ia
akan laba dua negeri dan menang ia dengan qurah al-‘ayn artinya
dengan memandang Tuhan jallanjalâluhu dan barang siapa
ditegahkan Allah Taala akan dia kasihNya itu, maka sanya merugi ia
pada perniaga[a]nnya di dunia dan akhirat, dan adalah ia daripada
segala mereka yang bingar cintanya. Dan dalam setengah segal kitab
yang diturunkan kepada setengah anbiyâ’ ‘alaihim al-shalâh wa al-
salâm, yâ ‘ibâdî ana laka muhibbun fabihaqqî ‘alayka kun lî muhibban.
Hai hambaKu, Aku bagimu yang kasih maka dengan HaqKu atasmu itu,
jadilah engkau kepada Ku kasih.

Dan dihikayatkan daripada setengah mereka itu bahwasanya ia


berkata, ia aku tebus seorang sahaya perempuan maka men[d]engar
aku akan dia pada setengah malam, padahal ia mengata hai Tuhanku
dengan kasihmu akan daku memuliakan mengampunkan engkau akan
daku, maka berkata aku baginya jangan berkata engkau seperti
demikian itu dan tetap kata oleh mu dengan kasihku akan dikau,
maka berkata ia hai tuanku dengan kasihnya baginya bahwa berkata
ia baginya perbuat oleh mu barang yang kau kehendaki, maka sanya
mengampuni aku akan dikau.

Syarh Al-Hikam 241


‫خ‬٣‫ذا‬ٛٝ ‫اس‬ٞٗ‫ح األ‬ٞ‫ب ثٌغ‬ٜ٤ُ‫ ئ‬٢٘‫صبس كبسعؼ‬٥‫ ا‬٠ُ‫ع ئ‬ٞ‫ أٓشد ثبُشع‬٢ُٜ‫ئ‬
‫ٕ اُغش ػٖ اُ٘ظش‬ٞ‫ب ٓق‬ٜ٘ٓ ‫ي‬٤ُ‫ب ًٔب دخِذ ئ‬ٜ٘ٓ ‫ي‬٤ُ‫ اسعغ ئ‬٠‫االعزجقبس ؽز‬
‫ش‬٣‫ء هذ‬٢‫ ًَ ؽ‬٠ِ‫ب ئٗي ػ‬ٜ٤ِ‫ٔخ ػٖ االػزٔبد ػ‬ُٜ‫ع ا‬ٞ‫ٓشك‬ٝ ‫ب‬ٜ٤ُ‫ئ‬

Hai Tuhanku disuruh aku dengan kembali kepada segala atsar70, maka
kembalikan oleh Mu akan daku kepada nya dengan pakaian segala
cahaya dan dengan pertunjukiku ilmu supaya kembali aku kepada Mu
daripadanya71 seperti masuk aku kepada Mu daripadanya pada hal
//273// dipeliharan hatiku daripada menilik kepada nya dan pada hal
diangkatkan citaku daripada berpegang atasnya bahwasanya Engkau
atas tiap-tiap sesuatu yang kuasa.

Bermula segala atsar yang disuruh hamba dengan kembali


kepada Nya kemudian daripada sampainya kepada makrifat yang
nyata dan kemudian tulus tauhidnya yaitu segala mukawwanât yang
lazim akan dia apabila terpakai ia dengan mukawwanâtHaq artinya
ibadah atau yang ada baginya dalam mukawwanât itu manfaat dan
bahagian maka meminta ia akan Allah Taala bahwa mengembalikan ia
akan Dia kepada Nya atas hal yang mulia yang melawan ia akan hal
yang telah ada ia atasnya dahulu daripada masuknya pada jalan Allah.
Dan yaitu keada[a]nnya dipakaian dengan pakaian anwar dan yaitu
anwar yakin lagi kuat, maka apabila kembali hamba itu kepada segala
atsar atas ilmu ini dan ajian ini.
Tiada mem[b]eri bekas ia pada hamba itu dan tiada mengambil
ia daripada hamba bagi kem[b]ali merendahkannya daripadanya dan
adalah kembalinya kepada Tuhannya pada pekerjaannya itu seperti
masuknya daripada segala atsar atasnya pada permulaiannya dan
jalannya dipeliharakan sirnya daripada menilik kepada atsar dengan
tilik berkehendak pada membaiki dia dan telah terdahulu makna ini
dalam katanya fa-in nazalû lî sama’ al-huqûq wa ardh al-khuthûth.

‫ي‬٤ِ‫ ػ‬٠‫خل‬٣ ‫ ال‬٢ُ‫زا ؽب‬ٛٝ ‫ي‬٣‫ذ‬٣ ٖ٤‫ش ث‬ٛ‫ ظب‬٢ُ‫زا ر‬ٛ ٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku ini kehinaanku yang nyata ia antara hadapanMu dan ini
halku tiada terbunyi ia atasMu.

70
Ka-qawlihi Taala „qul a t-?-r-u mâdzâ fî al-samâwât wa al-ardh’
71
Yakni daripada atsar

242 Syekh Burhanuddin Ulakan


Bermula ini jatuh daripada mualif atas Tuhannya dan yang amat
baik pada memutuskan pengaduannya dan perlahan pada meminta
akan rahmatNya dan dengan u[m]pama ini diharap diperkenankan
akan doa dan akan dimustahikkan //274// akan banyak
pem[b]erinya. Dan sanya berkata mereka itu segala pinta raja-raja
tiada terbuka ia dengan segala tangan betapa dengan anak kunci
muhtaj. Dan kata setengah mereka itu berkata aku akan al-Nahar Jauri
radhiyaallâh ‘anhu mendapat aku pada hati kekerasan dan sanya
musyawarah aku dengan si Fulan maka me[ng]isyaratkan ia atasku
dengan puasa, maka tiada hilang ia dan musyawarah aku dengan
orang yang lain, maka me[ng]isyaratkan ia atasku dengan berjaga,
maka tiada hilang ia.
Maka kata al-Nahar Jauri radhiyaallâh ‘anhu kecampuran dengan
dikau. Hadir engkau dalam multazam apabila tidur manusia dan
tadaruk engkau kepada Tuhanmu dan kau kata heran sekali aku hai
Tuhanku pada pekerja[a]nku, maka ambil oleh mu akan dua tanganku
maka berbuat ia akan yang demikian itu, maka hilang kekerasan
hatinya bi idznillâh.

‫ي‬٤ُ‫ٍ ئ‬ٞ‫ف‬ُٞ‫ٓ٘ي أهِت ا‬

DaripadaMu jua menuntut aku akan sampainya kepada Mu.

Inilah sifat segala mereka yang arif lagi muhakkik mereka itu
tiada terdahulu tilik mereka itu melainkan kepada Allah Taala dan
tiada menuntu mereka itu melainkan daripadaNya jua dan tiada ada
tuntut mereka itu melainkan akan sampai jua kepada Nya tiada lain
‫ي‬٤ِ‫ثي أعزذٍ ػ‬ٝdan dengan Dikau jua mengambil dalil aku atasMu
tiada dengan lainMu karena bahwasanya Engkau Yang Zahir dahulu
daripada wujud tiap-tiap sesuatu yang nyata tetap dengan zhahûrMu
terbawanya segala perkara yang zahir. Dikata orang bagi setengah
segala arif dengan apa mengenal engkau akan Tuhanmu, maka berkata
ia mengenal aku akan Tuhanku dengan Tuhanku, dan jikalau tiada
Tuhanku tiada mengenal aku akan Tuhanku.

Syarh Al-Hikam 243


Dan kata Abu al-Qasim al-Nashri Badi radhiyaallâh ‘anhu segala
perkara itu dalil semuanya daripada Allah dan tiada dalil atasNya
lainnya. Dan kata Ahmad bin Abi al-Hawari radhiyaallâh ‘anhu tiada
dalili atas Allah lainnya dan hanya ilmu itu dituntut ia karena adab
khidmat ‫ي‬٤ُ‫سى ئ‬ٞ٘‫ ث‬٢ٗ‫ذ‬ٛ‫كب‬, maka tunjuki oleh Mu akan daku //275//
dengan nurMu kepada Mu Dan yaitu nur iman dan yakin tiada dengan
nur akal. Maka bulatkan oleh mu akan Daku dengan memandang Aku
atasmu hingga tiada berkehendak Aku kepada dalil dan tiada kepada
sesuatu yang menyampaikan yang ia lain dariapada mu daripada
segala atsar dan mukawwanât ‫ي‬٣‫ذ‬٣ ٖ٤‫خ ث‬٣‫د‬ٞ‫ ثقذم اُؼج‬٢٘ٔ‫أه‬ٝdan
dirikan oleh mu akan Daku dengan benar martabat kehambaan antara
hadapanMu. Supaya aku mengikuti bagi suruhmu lagi menyerah
kepad sifat qaharMu dengan tiada berpaling dan bantahan karena
dengan sidik ubudiah itu kemuliaan segala ihwalku padaMu dan
terlebih hampirnya daripadaMu.

ٕٝ‫ ٖٓ ػِٔي أُخض‬٢ِ٘ٔ‫ ػ‬٢ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku ajari oleh Mu akan daku daripada ilmuMu yang terbunyi.

Bermula ilmu yang terbunyi itu yaitu ilmu yang laduni yang
menyembunyikan ia akan dia pada nya, maka tiada mem[b]erikan ia
akan dia melainkan akan segala mereka yang ditentukan daripada
segala wali seperti firman Allah Taala qad hadhara wa‘allamnâhu min
ladunnâ ilman dan telah mengajar Kami akan dia daripada hadirat
Kami akan ilmu. Dan dalam hadis Abi Hurairah radhiyaallâh ‘anhu
daripada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ia inna min
al-‘ilm kahibat al-maknûn lâ ya‘lamuhu illâ al-‘ulamâ’ billâh
faidza-nthaqû bihi lâ yunkiruhu illâ ahl al-firr billâh bahwasanya
setengah daripada ilmu warna yang terbunyi tiada mengetahui
melainkan segala mereka yang tahu akan Allah.
Maka apabila berkata mereka itu dengan dia tiada menukar
akan dia melainkan yang te[r]perdaya dengan Allah. Kata setengah
mereka itu yaitu segala asrar Allah yang menyatakan ia akan dia
kepada segala mereka yang kepercayaan daripada segala auliyanya
dan segala penghulu yang besar-besar daripada tiada simak dan tiada

244 Syekh Burhanuddin Ulakan


mendaras dan yaitu daripada segala asrar yang tiada mengetahu[i] dia
melainkan segala mereka yang khas . ٕٞ‫ ثغش اعٔي أُق‬٢٘‫ف‬ٝ, dan
peliharakan oleh Mu akan daku dengan sir namaMu //276// yang
dipelihara.
Bermula pelihara yang dituntut yaitu peliharaNya daripada
menilik segala aghyar dengan barang yang tajalli ia kepada hatinya
daripada sir segala yang terbunyi. ‫ة‬ٝ‫َ اُوش‬ٛ‫ ثؾوبئن أ‬٢٘‫ ؽوو‬٢ُٜ‫ ئ‬Hai
Tuhanku sungguhkan oleh Mu akan daku dengan segala yang sungguh
bagi ampunya yang karib. Bermula segala yang sungguh bagi ahlu al-
qurb yaitu fana dalam tauhid dan sungguh dengan tajrid, maka batal
pada hak mereka itu melihat segala asbab dan hilang daripada saat
tilik mereka itu tiap-tiap tutup dan dinding.
Seperti kata Abu al-Hasan radhiyaallâh ‘anhu dalam hizibnya 72
yang kabir, dan hampirkan oleh mu daripadaKu dengan karibmu akan
karib yang kau hilangkan dengan dia daripadaKu akan tiap-tiap
dinding yang telah Kuhilangkan akan dia daripada Ibrahim khalilmu,
maka tiada berkendak engkau kepada mehela sampai RasulMu dan
tiada kepada pintanya daripadamu dan telah kau dinding akan dia
dengan demikian itu daripada apa sitirmu dan betapa tiada kau
dinding daripada menderita segala sitir akan barang siapa yang
gaibkan akan dia daripada memandang segala manfaat yang hidup
sebenar-benar bahwasanya akan meminta daripadamu akan kau
gaibkan akan daku dengan karibmu hingga tiada aku lihat dan tiada
aku rasa akan karib sesuatu dan tiada73 aku rasa akan karib sesuatu
dan tiada akan jauhnya daripadaku ‫ش‬٣‫ء هذ‬٢‫ ًَ ؽ‬٠ِ‫ئٗي ػ‬bahwasanya
Engkau atas tiap-tiap sesuatu kuasa. Wa sâlik ya sâlik ahl al-jazb dan
perjalankan oleh Mu akan daku pada jalan yang empunya jazab.
Bermula ahlu al-jazb segala mereka yang dihela mereka74 itu dan
jalan mereka itu pada kesudahan mudah tiada lelah atas mereka itu
dalamnya dan tiada kesukaran yang dirasa mereka itu, tetap merasa
mereka itu akan sedap dan manis pada segala amal mereka itu, dan
yang demikian itu daripada pihak bahwasanya Allah Taala
mengeluarkan ia akan mereka itu daripada pekerja[a]n segala nafsu

72
Ism al-kitâb
73
Artinya manfaat segala makhluk
74
Yakni segala Anbia dan Aulia

Syarh Al-Hikam 245


mereka itu dan disandang Haq Taala akan mereka itu dengan
tolongnya dan digebalanya daripada tiada perang //277// mereka itu
dan tiada bersakit.

٠ِ‫ ػ‬٢٘‫هل‬ٝ‫أ‬ٝ ١‫بس‬٤‫بسى ػٖ اخز‬٤‫اخز‬ٝ ١‫ش‬٤‫ ػٖ رذث‬٢ُ ‫شى‬٤‫ ثزذث‬٢٘٘‫ اؿ‬٢ُٜ‫ئ‬


١‫ٓشاًض امطشاس‬

Hai Tuhanku kayakan oleh Mu akan daku dengan perintahMu bagiku


daripada perintahku dan dengan ikhtiarMu bagiku daripada ikhtiarku
dan dirikan oleh Mu akan daku atas kelanggang kesukaranku.

Bermula yang tinggal dengan tadbir dan ikhtiar dan masyiyah


dan iktidar yaitu Allah Azza Wajalla, maka barang siapa ada baginya
dakwa pada sesuatu daripada demikian itu maka sanya mem[b]antah
ia akan Allah Taala pada martabat ketuhanaNya dan menanggal ia
daripada batang lehernya akan martabat kehambaannya, maka karena
itulah meminta mualif dan menuntut ia daripadanya bahwa
mengiakan ia akan Dia daripada tadbirnya dan ikhtiarnya dan
bahwasanya mendirikan Ia akan dia atas gelanggang kesukarannya
supaya ada ia sungguh dengan segala sifatnya lagi berjabat dengan
segal sifat Tuhannya. ٢‫ ٖٓ رٍ ٗلغ‬٢٘‫ أخشع‬٢ُٜ‫ئ‬. Hai Tuhanku
keluarkan oleh Mu akan daku daripada kehinaan diriku.
Bermula kehinaan nafsu yang menuntut ia akan keluar
daripadanya yaitu hinanya sebab labanya dan cumanya bagi yang lain
daripada Allah Taala. Dan apabila mengeluarkan Engkau akan daku
daripada kehinaan diriku itu, maka sanya tiada aku mehela akan
sesuatu yang manfaat akan daku dan tiada aku menolak sesuatu yang
mudarat akan daku melainkan karena Mu jua tiada karena nafsuku.
Wa thahhirnî min syakkî wa syakkî qablu hulûl ramsî dan sucikan oleh
Mu akan daku daripada syak diriku dan daripada syak diriku dahulu
daripada datang matiku. Bermula syak dan syak keduanya itu sebab
diperoleh loba dan comas yang mewajibkan keduanya akan jatuh
kehinaan dan kebawahan dan segala sifat ini semuanya menjauhkan
bagi hakikat iman dan tauhid ‘âfâni Allâh minhâ.
Dan syak itu picik hati //278// tatkala dirasai oleh nafsu akan
pekerja[a]n yang dikebenci yang sampai ia kepadanya, maka apabila

246 Syekh Burhanuddin Ulakan


picik hatinya dengan sebab yang demikian itu mengalamkan ia
akannya hatinya dan sampailah akan dia percintaan dan kedukaan
karenanya dan sucinya daripadanya hanya sanya ada ia dengan
diperoleh lawannya dan yaitu yakin dalamnya luaslah hati dan
terbuka hati dan luasnya dan tatkala itu mehela hati akan kuat dan
suka dengan Allah Taala dan dengan fadilNya dan dalam hadis
daripada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bawasanya Allah
dengan luasNya dan dengan tebalNya menjadikan ia akan kuat dan
suka dalam rida dan yakin dan menjadikan ia akan percintaan dan
duka dalam benci dan syak.
Dan surga berjabat hati dengan segala asbab tatkala lalainya
daripada musabab yaitu Allah dan tatkala lupanya akan Dia ta‘liq hati
dengan surga dan adalah permulaian yang demikian itu bertingkah
syahwat tatkala keras kelam syak atas hati, maka nyata baginya ketika
itu hawa, maka bergerak tatkala itu hati itu kepada segala asbab yang
sampai ia dengan dia kepada kehendaknya. Karena tiada melihat ia
akan lainnya, maka terjatuh ia karena itu dalam tali surga dan
menjadikan dia daripada surga dengan membuangakan segala asbab
daripada hati dan berjabat ia dengan musabab dan yaitulah tauhid
yang dimasukkan Allah Taala akan dia dalam hati barang siapa
dikehendakiNy daripada segala hambaNya yang pilihan.

‫بى أعأٍ كال‬٣‫ئ‬ٝ ‫شى‬٤‫ ؿ‬٠ُ‫ ئ‬٢ٌِ٘‫ًَ كال ر‬ٞ‫ي أر‬٤ِ‫ػ‬ٝ ٢ٗ‫ثي أعز٘قش كبٗقش‬
‫ثجبثي‬ٝ ٢ٗ‫ُغبٗجي أٗزغت كال رجؼذ‬ٝ ٢٘ٓ‫ كنِي أسؿت كال رؾش‬٢‫ك‬ٝ ٢٘‫ج‬٤‫رخ‬
//279//٢ٗ‫أهق كال رطشد‬

Dengan Dikau juga aku beroleh tolong maka tolong oleh Mu akan daku
dan atasMu juga aku menyerah maka jangan Kau serahkan akan daku
kepada yanglainMu dan daripadaMu juga aku meminta maka jangan
kau sia-siakan akan daku daripada karuniaMu k-m-r aku jangan Kau
teguhkan akan daku dan kepada pihakMu aku mengambi nisbat maka
jangan Kau jauhkan akan daku dan pada pintuMu aku berdiri maka
jangan Kau tolak akan daku.

Bermula berjabat ia dengan Allah Taala pada tiap-tiap yang


dituntuti daripada sekalian yang dituntut ini, dan berpaling ia
daripada wasithah dan asbab dan yang demikian itu daripada yang

Syarh Al-Hikam 247


sesungguhnya ia dengan tauhid yang dipintanya akan dia daripada
Tuhannya bahwa menyungguhkan ia akan dia dengan dia dengan
menjadikan daripada segala lawannya. Ilâhî taqaddasa ridhâka an
takuna lahu ‘illatun minka fakayfa takûnu lahu ‘illah. Hai Tuhanku
telah suci ridaMu daripada ada baginya ilat daripadaMu maka betapa
ada baginya ilat daripadaku. Bermula rida Allah Taala satu sifat
daripada segala sifatNya dan sekalian sifatNya kadim dan karena
ataulah terteguh atasnya didahulu oleh segala ilat.
Bermula yang kadim tiada ada ia didahului dengan sesuatu jua
pun dan apabila ada segala sifatNya yang tinggi disucikan daripada
ada bagiNya ilat daripadaNya, maka betapa ridaNya dan marahNya
keduanya sebab segala amal segala mereka yang beramal baginya dan
jahatnya. Tanda rida Allah Taala daripada satu kaum dijadiakanNya
mereka itu beramal dengan segala amal mereka yang dikeridai
daripada segala Anbia dan Aulia, dan tanda marah Alla Taala akan satu
kaum dijadikanNya akan mereka itu beramal dengan segala amal
sekalian mereka itu yang dimarahi.

٢٘‫بػ‬٤٘‫ٕ ؿ‬ٌٞ‫ق ال ر‬٤ٌ‫ي اُ٘لغ ٓ٘ي ك‬٤ُ‫قَ ئ‬٣ ٕ‫ ثزاري ػٖ أ‬٢٘‫أٗذ اُـ‬

Engkau jua yang kaya dangan zatMu daripada sampai kepada Mu


manfaat daripadaMu maka betapa tiada //280// kaya Engkau
daripada aku.

Bermula adalah mualif rahimahullah menyengaja dalam


munajatnya dengan segala kalimat ini kepada menuntut rida Haq
Taala dan menuntut kasihNya dan menuntut kemurahanNya dan
menuntut memaafkan daripada segala amalnya yang dimasuki dengan
ancang dan daripada segala ihwalnya yang berpenyakit dan yang
demikian itu sebaik-baik daripada segala yang disegngaja bagi orang
yang minta doa.

‫ كٌٖ أٗذ‬٢ٗ‫ح أعش‬ٜٞ‫ن اُؾ‬٣‫صب‬ٞ‫ ث‬ُٟٜٞ‫ئٕ ا‬ٝ ٢ٗ‫اُوذس ؿِجب‬ٝ ‫ ئٕ اُونبء‬٢ُٜ‫ئ‬


ٖ‫ ثي ػ‬٢٘‫ أعزـ‬٠‫ ثلنِي ؽز‬٢٘٘‫اؿ‬ٝ ٢‫ر٘قشث‬ٝ ٢ٗ‫ ر٘قش‬٠‫ ؽز‬٢ُ ‫ش‬٤‫اُ٘ق‬
٢‫هِج‬

248 Syekh Burhanuddin Ulakan


Hai Tuhanku bahwasanya hukum dan kadar menusuk[k]an keduanya
akan daku dan bahwasanya hawa dengan ikat syahwat menawan ia
akan daku maka jadiakn diriMu yang menolong bagiku hingga
menolong Engkau akan daku dan menolong Engkau dengan daku dan
kayakan oleh Mu akan daku dengan karuniaMu hingga kaya aku
dengan Dikau daripada tuntutku.

Bermula inilah dalih dan ikrar. Dan Allah Taala amat mulia
daripada menolakkan ia akan dalih, barang siapa yang berdalih
kepada Nya atau men[y]ia-[ny]iakan ia akan angan-angan, barang
siapa ikrar dengan dosanya dan mengaku ia akan dosanya
dihadiratNya. Diakata orang bahwasanya hamba yang tadaruk ia
kepada Allah Taala pada mengadukan dalihnya dan Haq Subhanahu
wa Taala be[r]firman Ia baginya hai hambaKu jikalau tiada menerima
Aku akan kesukaranmu itu, sanya tiadalah mendirikan Aku akan dikau
karena mengadukan akan dalihmu itu.
Kata Kattani radhiyaallâh ‘anhu tiada dibukakan Alla Taala akan
lidah mukmin dengan mengadukan kesukarannya melainkan karena
hendak Ia membukakan akan pintu makrifat.

١‫أٗذ اُز‬ٝ ‫ؽذى‬ٝٝ ‫ى‬ٞ‫ ػشك‬٠‫بئي ؽز‬٤ُٝ‫ة أ‬ِٞ‫ ه‬٢‫اس ك‬ٞٗ‫ أؽشهذ األ‬١‫أٗذ اُز‬
‫شى‬٤‫ ؿ‬٠ُ‫ا ئ‬ٞ‫ِغئ‬٣ ُْٝ ‫اى‬ٞ‫ؾت ع‬٣ ُْ ٠‫ة أؽجبثي ؽز‬ِٞ‫بس ٖٓ ه‬٤‫أصُذ األؿ‬
ُْ‫ا‬ٞ‫ْ اُؼ‬ٜ‫ؽؾز‬ٝ‫ش أ‬٤‫ْ ؽ‬ُٜ ‫أٗذ أُإٗظ‬

Engkau jua yang mem[b]enderangkan akan segala anwar dalam


sekalian hati //281// segala walimu hingga mengenal mereka itu akan
Dikau dan mengesakan mereka itu akan Dikau dan Engkau yang
me[ng]hilangkan akan segala aghyâr daripada sekalian hati segala
kekasihMu hingga tiada mengasih mereka itu akan yang lainMu dan
tiada menyamping mereka itu kepada yang lainMu Engkau yang
menjinakkan mereka itu pada tempat meliarkan akan mereka itu
segala alam.

Bermula sebab meliarkan segala ilmu akan mereka itu barang


yang ia atasnya daripada ketiada[a]n memilikkan segala alam itu akan
sesuatu jua pun dan papa dan berkehendak dan kesukaran , maka
tiap-tiap sesorang daripada segala alam mehela ia kepad dirinya lagi
menuntut bahagiannya daripada menyempurnakan kekurangan dan

Syarh Al-Hikam 249


menggenap dia dan membaiki jahatnya. Dan Allah Taala yang kaya lagi
yang dipuji lagi mulia lagi besar dan Ia serta demikian itu
memeliharakan bagi segala hambanya lagi menyayangi atas mereka
itu lagi kasih kepada mereka itu lagi mem[b]eri rahmat akan mereka
itu. Maka tatkala memandang mereka itu akan papa segala alam dan
ketiada[a]n memilikkan sesuatu jua pun dan memandang pula mereka
itu akan kaya Allah Taala dan kepujianNya dengan pandang yakin
dengan nyatanya, tiadalah memilikkan segala alam itu akan mereka
itu.
Mengasihlah mereka itu akan Haq Subhanahu wa Taala dan
diam dan tetap mereka itu kepada Nya makhasillah bagi mereka itu
ketika itu kesudahan nikmat dan mengel[l]ah dengan perolehan yang
amat besar dalam dunia dan dalam akhirat.

ُْ‫ اعزجبٗذ أُؼب‬٠‫زْ ؽز‬٣‫ذ‬ٛ ١‫أٗذ اُز‬ٝ

Dan engkau jua yang menunjuki akan mereka itu, hingga nyata bagi
mereka itu segala alamat. Bermula tatkala disampaikan Allah Taala
akan hidayah mereka itu kepada jalan tauhid makrifat nyata bagi
mereka itu segala alamat yang demikian itu dan segala dalil mereka itu
maka tatkala menilik mereka itu pada alamat itu dan segala dalil
//282// terbuka dada mereka itu dengan segala nur iman dan yakin,
maka tiada memasuki akan mereka itu syak dan tiada mencampur akan
mereka itu tuduh dan tugas. ‫عذى‬ٝ ٖٓ ‫ كوذ‬١‫ٓب اُز‬ٝ ‫عذ ٖٓ كوذى‬ٝ ‫ٓبرا‬.
Apa jua perolehan barang siapa yang ketiada[a]n ia akan Dikau dan
apa jua yang ketiada[a]n barang siapa yang beroleh ia akan Dikau.

Sanya telah terdahulu beberapa kali bahwasanya barang yang


lain daripada Alla Taala ‘adam dam zhulmah dan bahwasanya wujud
yang sesungguhnya dan nur sebenarnya hanya sanya ia Allah Azza
Wajalla, maka apabila adalah pekerjaan atas ini sahlah barang yang
dikata oleh mualif rahimahullah di sini dan adalah katanya sebenarnya
tiada lagi syak dalamnya.

‫ال‬ٞ‫ ػ٘ي ٓزؾ‬٠‫ُوذ خغش ٖٓ ثـ‬ٝ ‫ٗي ثذال‬ٝ‫ د‬٢‫ُوذ خبة ٖٓ سم‬

250 Syekh Burhanuddin Ulakan


Sanya sia-sialah barang siapa yang rida ia akan yang lainMu
menggantikan dan sanya merugi barang siapa yang balik ia
daripadamu hal keadaannya berpindah.

Bermula ini amat nyata dan yaitu diperbuat atas yang telah
terdahulu sekarang daripada kata mualif. Dimimpi orang Syekh Tsabili
radhiyaallâh ‘anhu dalam tidur kemudian daripada matinya maka
dikata orang baginya apa perbuatan Allah dengan dikau. Maka berkata
ia tiada menuntut Ia akan daku dengan dalil atas segala dakwa
melainkan atas sunyi yang satu berkata aku pada satu hari tiada rugi
yang terbesar daripada rugi akan tiada masuk surga dan masuk akan
neraka. Maka firman Allah dan mana rugi yang terbesar daripada rugi
tiada bertemu dengan Daku dan pada makna ini kata syair j[i]ka
segala mati karena lain daripada wajahMu sia-sia, dan tangis
sekaliannya karena bukan ketiada[a]nMu sia-sia. Dan kata setengah
mereka itu adalah pada kamu seorang laki-laki diam ia pada kamu tiga
belas tahun, sembahyang ia tiap-tiap sehari dan semala seribu rakaat
hingga lumpuh daripada dua kakinya.
//283//Maka apabila menyembahyangkan ia akan asar,
duduklah ia dengan mengumpul punggungnya dan dua lututnya
dengan kain atau lainnya pada hal ia meng[h]adap kiblat, maka
berkata ia tercengang aku bagi makhluk betapa aku berjinak-jinakan
dengan lainMu kemudian maka diam ia hingga magrib.

‫أٗذ ٓب‬ٝ ‫شى‬٤‫طِت ٖٓ ؿ‬٣ ‫ق‬٤ًٝ ٕ‫أٗذ ٓب هطؼذ اإلؽغب‬ٝ ‫اى‬ٞ‫ ع‬٠‫شع‬٣ ‫ق‬٤ً
ٕ‫ثذُذ ػبدح اإلٓز٘ب‬

Betapa diharap yang lainMu dan Engkau tiada memutuskan kebajikan


dan betapa dituntut daripada yang lainMu dan Engkau tiada tiada
menukar akan adat mem[b]eri nikmat.

Bermula ini mengijabkan daripada barang siapa atas sifat ini dan
yaitu terlebih ijab daripada segala yang ijab dan Allah Taala tiada
memutuskan Ia akan ihsanNya dan tiada menukar Ia akan adat
ampunanNya (...) sama ada hamba itu bukti atau durhaka dan kena
bala ada ia tau tiada kafir ada ia tau mukmin, inilah dalil menunjukkan
atas melengkapi ihsan Haq ImtinanNya pada sekalian makhluk.

Syarh Al-Hikam 251


ٖ٤‫ ٓزِٔو‬ٚ٣‫ذ‬٣ ٖ٤‫ا ث‬ٞٓ‫ كوب‬ٚ‫ح ٓإاٗغز‬ٝ‫ ؽال‬ٚ‫ب ٖٓ أرام أؽجبث‬٣

Hai yang merasakan akan segala kekasihnya manis menjinak dia, maka
berdiri mereka itu antara dua tangannya hal keadaan mereka itu kasih
karena merasa sedap dengan menjinak dia dan hampir kepada nya
dengan tiada menentukan saatnya dan waktunya karena bahwasanya
ia perbuatan hati.

ٖ٣‫ ٓغزؼض‬ٚ‫ كوبّ ثؼضر‬ٚ‫جز‬٤ٛ ‫ ٓالثظ‬ٙ‫بء‬٤ُٝ‫ب ٖٓ أُجظ أ‬٣ٝ

Hai yang memakai akan segala aulianya pakaian menakuti dia maka
berdiri mereka itu dengan mulianya hal keadaan mereka itu beroleh
kemuliaan.

Bermula beroleh kemuliaan mereka itu dengan mulianya yaitu


mengangkatkan hebat mereka itu daripada yang lain daripada Allah
serta //284// dihadapkan mereka akan himmah itu. Dan dibetulkan
mereka itu akan dia kepada Haq Subhanahu wa Taala selama-lamanya
dengan tiada berpaling daripadaNya kepada lainnya. Dan berjabat
mereka itu dengan dia jua, dan yang demikian itu karena yang
dipakaikan akan mereka itu dengan dia daripada menakuti dia hingga
tiadalah takut mereka itu sertanya akan yang lainnya. Dan tiada
berpegang hati mereka itu kepada yang lainnya dan karena olehkata
mereka itu makrifat mengkecilkan segala kadar yang lain daripada
Haq Taala dan me[ng]hapuskan segala zikir yang lain daripada
zikrullah. Dan kata setengah Syekh apabila besar Tuhan dalam hati,
kecilah makhluk pada mata.

ٖ٣‫ اُؼبثذ‬ٚ‫ع‬ٞ‫أٗذ اُجبدب ثبإلؽغبٕ ٖٓ هجَ ر‬ٝ ٖ٣‫أٗذ اُزاًش ٖٓ هجَ اُزاًش‬
‫جز٘ب‬ٛٝ ‫بة صْ أٗذ ُٔب‬ُٛٞ‫أٗذ ا‬ٝ ٖ٤‫ب ٖٓ هجَ هِت اُطبُج‬٣‫اد ثبُؼطب‬ٞ‫أٗذ اُغ‬ٝ
. ٖ٣‫ٖٓ أُغزوشد‬

Engkau yang zakir dahulu daripada segala mereka yang zikir dan
Engkau yang memulai dengan kebajikan dahulu daripada berhadap
segala mereka yang abid dan Engkau yang amat murah dengan
mem[b]ri dahulu daripada segala mereka yang meminta dan Engkau

252 Syekh Burhanuddin Ulakan


yang mem[b]eri bagi barang yang Kauberi akan kami daripada segala
mereka yang mengutang.

Bermula Haq Taala bagiNya jua sifat kepertamaan pada barang


yang disebutkan seperti disebutkan kata Abu yazid radhiyaallâh ‘anhu
ghalath aku pada mula pekerja[a]nku dalam empat perkara telah
menyannga aku akan bahwasanya aku menyebut Dia. Dan
bahwasanya aku mengenal akan Dia. Dan bahwasanya aku menuntut
Dia. Dan bahwasnya aku akan zikirNya mendahului akan zikirku dan
makrifatNya mendahului makrifatku dan kasihNya mendahului akan
kasihku dan tuntutNya kepada ku mendahului akan tuntutku hingga
menuntut aku akan Dia, maka apabila ada baginya sifat yang
kepertamaan pada yang demikian itu tiada kekal bagi hamba wasilah
yang hampir ia dengan dia //285// kepada Tuhan melainkan
karuniaNya dan kemurahanNya.

‫ي‬٤ِ‫ أهجَ ػ‬٠‫ي ثٔ٘زي ؽز‬٤ُ‫ ئ‬٢٘‫اعزث‬ٝ ‫ي‬٤ُ‫ أفَ ئ‬٠‫ ثشؽٔزي ؽز‬٢٘‫ اهِج‬٠ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku oleh Mu akan daku dengan rahmatMu hingga sampai aku
kepada Mu dan hela oleh Mu akan daku dengan nikmatMu hingga
berhadap aku pada Mu.

Bermula tiada jalan bagi hamba kepada sampainya kepada Allah


Taala melainkan dengan rahmatNya jua, maka karena itulah
menuntut mualif rahimahullah daripada Haq Subhanahu wa Taala
akan menuntut Haq Taala akan dia dengan rahmatNya dan tiada
datang baginya berhadap kepada Nya dengan nikmatNya dan
demiakian itu dengan tahkik sifat yang kepertamaan bagiNya yang
telah menyebutkan ia akan dia daripada dahulu. Ilâhî anna rajâ’î lâ
yanqathi‘u ‘anka wa in ‘ashaytuka kamâ anna khawfî lâ yuzâyilunî wa
in atha‘tuka. Hai Tuhanku bahwasanya harapku tiada putus ia
daripadaMu dan jika durhaka aku akan Dikau sekalipun seperti bahwa
takutku tiada mencirikan ia akan daku dan jika bakut aku akan Dikau
sekalipun.
Bermula takut dan harap dua hal yang berganti-ganti, keduanya
atas hati hamba dan bertimbal keduanya dan bersama[a]n keduanya
yaitu yang dituntut sama ada hamba itu dalam taat atau dalam

Syarh Al-Hikam 253


maksiat dan sanya telah mem[b]etulkan mereka itu akan yang
demikian itu dua daun neraca yang bersama[a]n keduanya dan
dengan dua sayap unggas dan inilah daripada setinggi-tinggi pandang
segala arif dan segala wali dan yang demikian itu karena tempat
tambahnya pada mereka itu hanya sanya ia memandang segala sifat
yang diketakuti dan yang diharap. Dan segala sifat Allah Taala tiada
bertanggulangan dalamnya maka karena itulah memandang dia
bertanggulangan maka jika jatuh dalamnya tanggulangan adalah
musyahid hanya kurang dan adalah segala ihwalnya //286// berilat
maka karena itulah teraup diperoleh kamal takut serta amal hamba
dengan taat dan atasNya harap harap serta mengendarai ia akan
maksiat seperti mensifatkan dengan dia mualif akan dirinya.

‫ي‬٤ُ‫اُْ ئ‬ٞ‫ اُؼ‬٢٘‫هؼز‬ٝ ‫ هذ‬٠ُٜ‫ئ‬

Hai Tuhanku telah menolakkan akan daku segala alim kepada Mu.

Bermula hanya sanya menolakkan akan daku segala alim kepada


mu karena tiada mendapat aku akan sekaliannya melainkan
melalaikan dan meneguhkan dan menahan dan memalingkan dan
menyakiti tiada mem[b]eri manfaat‫ي‬٤ِ‫ ثٌشٓي ػ‬٢ِٔ‫ ػ‬٢٘‫هل‬ٝ‫أ‬ٝ. Dan
telah me[ng]hentikan akan daku tahuku dengan kemurahanMu
atasmu. Karena yang murah tiada tiada melangkahi dia segala angan-
angan bagi sekalian mereka yang berangan-angan dan tiada berhadap
kepada pihak yang lainnya tuntut segala yang menuntut maka dengan
kadar menolak segala alam akan daku dan dengan kadar tahkikku
dengan tolongNya itu segitulah karena lariku daripada segala alim itu.
Dan dengan kadar tahuku akan kemurahanMu segitulah keada[a]n
berhadap aku atas Mu dengan berpaling daripada segala alam. ٠ُٜ‫ئ‬
٢ٌِ‫ي ٓز‬٤ِ‫ػ‬ٝ ٕ‫ب‬ٛ‫ق أ‬٤ً ّ‫ أ‬٢ِٓ‫أٗذ أ‬ٝ ‫ت‬٤‫ق أخ‬٤ً. Hai TuhanKu betapa
sia-sia aku dan Engkau yang aku angan-angani atau betapa dihinakan
aku dan atasMu aku menyerah maka tatkala berhajat mualif dengan
Allah Taala dan menyerah kepada Nya menjauhkan ia akan sia-sia
angan-anganya dengan tiada sampai ia kepada angan-angannya itu
atau sampai akan dia kehinaan dengan menolak dia daripada pinta.

254 Syekh Burhanuddin Ulakan


‫ق‬٤ً ٠ُٜ‫ ئ‬٢٘‫ي ٗغجز‬٤ُ‫ئ‬ٝ ‫ق ال أعزؼض‬٤ً ٢٘‫ اُزُخ أسًضر‬٢‫ك‬ٝ ‫ق أعزؼض‬٤ً ٠ُٜ‫ئ‬
‫دى‬ٞ‫ع‬ٞ‫ ث‬١‫أٗذ اُز‬ٝ ‫ق أكزوش‬٤ً ّ‫ أ‬٢٘‫ اُلوش أهٔز‬٢‫ ك‬١‫أٗذ اُز‬ٝ ‫ال أكزوش‬
٢٘‫ز‬٤٘‫أؿ‬

Hai Tuhanku betapa muliaku dan dalam hina Kaugulungkan akan daku
atau betapa tiada muliaku dan kepada Mu Kausandarkan akan daku
hai Tuhanku betapa tiada ku papa dan Engkau yang mendirikan akan
daku dalam papa atau betapa //287// papa aku dan Engkau yang
mengayakan akan daku dengan kemurahanMu.

Berubah mualif rahimahullah dalam segala sifat yang


berlawanan karena barang yang galib ia atasnya daripada memandang
barang yang mewajibkan Ia akan dia dan hina yang diisbatkan akan
Dia dalam segala sifat ini yaitu hina yang kejadian dan kehamba[a]n
dan nisbat yang me[ng]isyaratkan mualif kepada Nya yaitu sir
khushûshiah dan iftiqâr itu dengan makna dzillah dan istighnâ’ itu
seperti ‘izzah dan kata setengah mereka itu melihat aku akan hina
tiap-tiap yang empunya hina maka lebih kehinaanku atas kehinaan
mereka itu dan menilik aku akan mulia tiap-tiap yang empunya mulia
maka lebih muliaku atas mulia mereka itu.

‫ رؼشكذ‬١‫أٗذ اُز‬ٝ ‫ء‬٢‫ِي ؽ‬ٜ‫ء كٔب ع‬٢‫شى رؼشكذ ٌَُ ؽ‬٤‫ ؿ‬ُٚ‫ ال ئ‬١‫أٗذ اُز‬
‫ء‬٢‫ش ٌَُ ؽ‬ٛ‫ء كأٗذ اُظب‬٢‫ ًَ ؽ‬٢‫شا ك‬ٛ‫زي ظب‬٤‫ء كشئ‬٢‫ ًَ ؽ‬٠ُ‫ئ‬

Engkaulah yang tiada Tuhan lainMu telah kuperkenalkan akan diriMu


bagi tiap-tiap sesuatu maka tiada dibebal akan Dikau satu juapun dan
Engkau yang [p]erkenalkan diriMu kepada ku dalam tiap-tiap sesuatu
maka melihat aku akan Dikau zahir dalam tiap-tiap sesuatu maka
Engkau jua yang zahir bagi tiap-tiap sesuatu.

Inilah sanya telah terdahulu maknanya dan lafaznya. Dalam


kalam mualif ini kesudah-sudahan sempurna bagi Allah Taala jaun
dengan tiap-tiap i‘tibâr maka bahwasanya mualif mengibaratkan ia
disini daripada demikian itu dengan ibarat yang belum menyebutkan
ia akan dia pada barang yang telah terdahulu dan yaitu katanya.

Syarh Al-Hikam 255


‫ ًٔب‬ٚ‫ز‬٤ٗ‫ سؽٔب‬٢‫جب ك‬٤‫ كقبس اُؼشػ ؿ‬ٚ‫ ػشؽ‬٠ِ‫ ػ‬ٚ‫ز‬٤ٗ‫ ثشؽٔب‬ٟٞ‫ب ٖٓ اعز‬٣
ٚ‫ ػشؽ‬٢‫جب ك‬٤‫اُْ ؿ‬ٞ‫فبسد اُؼ‬

Hai yang bersama[y]an Ia dengan rahmatNya atas arasyNya maka jadi


arasy itu gaib dalam rahmatNya seperti jadi segala alam gaib dalam
arasyNya seolah-olah mualif me[gn]isyaratkan dengan katanya ini
kepada makna firman Allah Taala al-Rahmân//288//‘alâ al-‘arsy
istawâ.

Tuhan yang bernama Rahman itu atas arasy bersama[y]an dan


kepada makna firmanNya tsumma istawâ ‘alâ al-‘arsy al-rahmân, maka
bersama[y]an atas arasy Rahman. Dan rahmah Allah Taala itu
keadaannya melingkupi dengan rahmatNya dan al-Rahman yaitu
terbata daripada rahmat dan rahmah. Di sini yaitu rahmah yang
melingkupi lagi yang meluluskan akan tiap-tiap sesuatu seperti
meluluskan ilmunya akan tiap-tiap sesuatu dalam firmanNya
meng<kh>abarkan daripada malaikat yang menunggangi arasy tatkala
berkata mereka itu rabbanâ wassa‘ta kulla syay’in rahmatan wa
‘ilman. Hai Tuhankami telah Kauluaskan akan tiap-tiap sesuatu
rahmatMu dan ilmuMu dan karena itu masuk di bawah hukum
namanya Rahman sekalian asma isim Haq Taala yang mengadakan
Haq Taala dangan Dia.
Dan dipahamkan daripada makna istawâ itu kekerasan dan
ketegaran dan hukum keduanya itu bahwa tiada ada bagi lainnya
wujud serta wujudNya dan tiada bagi lainnya zuhûr serta zuhûrNya.
Maka sebenarnya tatkala ada Haq Taala bersama[y]an dengan
rahmatNya atas arasyNya yang segala alam semuanya dalam bungkus
dalam arasy terbawanya dalam rahmanNya lagi tertutup dalamnya.
Dan segala alam semuanya terbawanya dalam arasy karena
bahwasanya ia dalam bungkus maka tiadalah nyata sekali-kali tatkala
itu bagi arasy dan tiada bagi segala alam semuanya dan hanya sanya
zuhûr yang sempurna dengan selengkapnya bagi Allah Azza Wajalla
jua ‫صبس‬٥‫ثب‬‫صبس‬٥‫ٓؾوذ ا‬kau luput akan atsar dengan atsar seperti antara
segala alam dan arasy ‫اس‬ٞٗ‫طبد أكالى األ‬٤‫بس ثٔؾ‬٤‫د األؿ‬ٞ‫ٓؾ‬ٝ. Dan Kau
hapuskan segala aghyâr dengan segala yang meliputi daripada segala
perahu anwar seperti antara arasy dan rahmaniyah dan mahithât

256 Syekh Burhanuddin Ulakan


afalâk al-anwâr yaitu segala isim Allah Taala yang husna wa Allah
a‘lam //289//‫ األثقبس‬ًٚ‫ ػٖ إٔ رذس‬ٙ‫ػض‬ ّ ‫ عشادهبد‬٢‫ب ٖٓ اؽزغت ك‬٣. Hai
yang tiada dinding Ia dalam tirai kemuliaanNya daripada bahwa
mendapat akan dia segala penglihat.
Bermula kemuliaan Allah Taala itu menghendaki ia akan
keadaan tiap-tiap yang lainnya di dindingi daripada menilik daia
dengan mata kepala maka bahwasanya nama Allah Aziz itu maknanya
yang terteguh yang tiada sampai kepada Nya barang yang lainnya
maka tiadalah mendapat dia segala abshâr itu sama ada dalam dunia
dan di akhirat dan jika menjanjikan Ia akan mereka itu dengan melihat
Dia dalam negeri akhirat itu sekalipun maka tiada lazim daripada
melihat Dia mendapat akan k/g-n-h Haq Subhanah wa Taala dan
hanya sanya ru’yah itu ru’yah wujud jua tiada bahwasanya Allah Taala
pada satu tempat yang didapati Ia dalamnya seperti mendapat barang
yang lainnya dalam satu tempat atau dalam sesuatu yang berhingga
wujudnya daripada segala yang lainnya daripada Allah Taala.

‫ األعشاس‬ٚ‫ كزؾووذ ػظٔز‬ٚ‫بئ‬ٜ‫ ثٌٔبٍ ث‬٠ِّ‫ب ٖٓ رغ‬٣

Hai Yang tajali Ia dengan sempurna keelokan maka menyungguhkan


akan kebesaranNya itu segala asrâr.

Bermula sempurna keelokan Haq Taala yaitu segala sifatNya


dan segala isimNya yang husna maka dengan zhuhûr yang demikian
itu dan tajaliNya dengan Dia membesarkanlah akan Dia segala asrâr
al-‘ârifîn.

‫اكن‬ُٞٔ‫هللا ا‬ٝ .‫ت اُؾبمش‬٤‫أٗذ اُشه‬ٝ ‫ت‬٤‫ق رـ‬٤ً ّ‫ش أ‬ٛ‫أٗذ اُظب‬ٝ ٠‫ق رخل‬٤ً
ٖ٤‫ ٗغزؼ‬ٚ‫ث‬ٝ

Betapa terbunyi Engkau dan Engkau yang zahir atau betapa tersuruk
Engkau dan Engkau yang memandang lagi hadir dan Allah Taala jua
mem[b]eri taufik dan dengan Dia jua kami minta tolong.

Dengan dimudahkanNya kebesaran kami dan dilapangkanNya


segala kepicikan kami dan dilenyapkanNya //290// segala peranan
dan kedukaan kami dan disembuhkanNya segala penyakit kami dan

Syarh Al-Hikam 257


segala yang kami hidupkan akan dia dan diluaskanNya pintu rizki
segala nyawa kami dan tubuh kami daripada ilmu dan makrifat dan
makanan yang halal dan pakaian yang harus memakai dia dan lain
daripada itu segala kebajikan yang di dunia yang kecilnya dan yang
besarbya dan segala kebajikan akhirat ’amîn rabb al-‘âlamîn bifadhlika
wa karamika yâ arham al-râhimîn wa shalla allâh ‘alâ sayyidinâ
muhammad wa ‘alâ ’âlihi wa shahbihi wa bârik wa sallim. Tamma al-
kitâb al-musammâ bitadzkîr al-ghabî bi-‘aun Allâh al-malik al-wahhâb
al-hâdî ilâ al-shawâb wa ialyhi al-maâb ta’lîf sayyidinâ mawlânâ wa
qad waqnâ fî al-tharîqah wa al-haqîqah wa al-ma‘rifah al-Syaykh
Burhanudddin Ulakan wa al-syâfi’î madzhaban ta ‘ammadahu Aallâh
birahmatihi wa askana fasîh jannatahu wa nafa‘anâ Allâh bih wa
radhiyaallâh ‘anhu wa shâhibihi wa kâtibihi al-faqîr al-haqîr al-
muta‘arrif bi al-dzunubi al-muhtâj ilâ ‘afw al-rabb al-rahîm Salbiyan
Min ulakan wa al-syâfi‘î mazdhabihi ghafara Allâh lahu wa liwâlidayhi
wa lijamî‘i akhîhi min dzakarin wa untsâ wa Allâh a‘lam bi al-shawâb
wa al-ma’âb. Allâhumma ighfirlî wa liwâlidayya wa lijamî‘ al-muslimîn
wa al-muslimât wa al-mu‘minîn wa al-mu‘minât al-ahya’ minhum wa
al-amwât wa ushalli wa usallimu ‘alâ man anzala ‘alyhi al-qur’ân
Muhammad Abu al-Qâsim.//291//

258 Syekh Burhanuddin Ulakan


Syarh Al-Hikam 259
Riwayat Hidup Penulis

Hery Firmansyah bersuku Guci lahir pada tanggal 1


September 1982 di Koto Panjang Ulakan.
Menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) 29 Koto
Panjang pada tahun 1989 dan menyelesaikan
pendidikan SD pada tahun 1995. Kemudian
melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTSN) Pauh Kambar pada
tahun 1995 dan menyelesaikan pendidikan Madrasahnya pada tahun
1998. Setelah itu melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren
Salafiyyah Madrasatul ‘Ulum Lubuk Puar, Nagari Balah Aia, Kec, VII
Koto Sungai Sariak. Pada tahun 2003 menyelesaikan pendidikannya di
Pesantren, dan pada tahun yang sama yakni bertepatan pada bulan
Syakban tahun 2003 dinobatkan/dikukuhkan sebagai khalifah yang
ke-15 Syekh Burhanuddin Ulakan, menggantikan khalifah sebelumnya
khalifah ke-14 H. Barmawi Tuanku Khalifah yang merupakan kakek
dari Hery Firmansyah yang wafat pada tanggal 27 Rajab 2003.

260 Syekh Burhanuddin Ulakan


Riwayat Hidup Penulis

Ahmad Taufik Hidayat lahir di Padang tanggal 15 September 1973.


Menamatkan studi S1 di Fakultas Adab dan Humaniora (Ketika itu
bernama Fakultas Adab), jurusan Sastra Arab pada tahun 1997.
Sempat setahun menjadi dosen kader di almamater, kemudian
melanjutkan studi S2 di Pps. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tahun 1998, dan selesai pada tahun 2002. Setahun kemudian ia
melanjutkan pendidikan S3 di tempat yang sama, dan berhasil
menyelesaikan pendidikannya pada tahun 2010 dengan Disertasi
berjudul “Perkembangan Tradisi Sosial Intelektual Islam di Koto
Tangah Awal Abad XX, Telaah Teks dan Konteks Manuskrip Berlatar
Surau Paseban”. Pengelanaan di dunia pernaskahan sudah mulai
dijalani sejak 2004, ketika mengikuti Simposium Internasional
Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) yang
diselenggarakan oleh UIN Jakarta. Pada tahun 2007, mengikuti Diklat
Peneliti Naskah yang diselenggarakan oleh Lektur Keagamaan
Balitbang Kemenag selama 36 hari. Sejak 2006 dipercaya mengampu
mata kuliah Filologi dan Studi Naskah Melayu Islam di Fakultas Adab
dan Humaniora. Aktif menulis di sejumlah Jurnal dalam bidang
pernaskahan. Tahun 2010 tercatat sebagai anggota MANASSA, dan
pada tahun 2011 mendirikan lembaga Suaka Luhung Naskah
community (SULUAH), sebuah LSM penggiat naskah yang mewadahi
segenap aktifitas, pelacakan, konservasi, digitalisasi dan penelitian
naskah-naskah di wilayah Sumatera Barat. Sehari-hari bekerja sebagai
dosen di Fakultas Adab dan Humaniora. Saat ini ia tinggal di pinggiran
kota Padang. Alamat elektronik yang dapat dihubungi
athseptember1973@gmail.com.

Syarh Al-Hikam 261


Riwayat Hidup Penulis

PRAMONO lahir di Medan, 12 Desember 1979. Sejak 2003, ia menjadi


dosen Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Sastra (saat ini Fakultas
Ilmu Budaya) Universitas Andalas. Menyelesaikan pendidikan
doktoral pada 2015 di Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya,
Kuala Lumpur; dengan disertasi yang berjudul, “Wacana Maulid Nabi
di Minangkabau: Kajian Terhadap Dinamikanya Melalui Naskhah-
naskhah Karya Ulama Tempatan.” Di samping mengajar, ia juga
diamanahkan menjadi Ketua Jurusan Sastra Minangkabau (periode
2016 – 2020); Koordinator Minangkabau Corner Universitas Andalas
sejak 2014 hingga sekarang; Sekretaris Dewan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat (2014-2017); Sekretaris Umum Masyarakat
Pernaskahan Nusantara (MANASSA) periode 2017-sekarang. Ia aktif
dalam publikasi di tingkat nasional dan internasional. Pernah menulis
bersama Irina R. Katkova dengan judul buku Sufi Saints Of Sumatra,
Awliya’ Sumatra (2009) yang diterbitkan di Saint Petersburg, Russia.
Buku yang lain terbit pada tahun 2015 dengan judul Naskah Riwayat
Hidup Abdul Manaf: Pengantar dan Suntingan Teks; Kahazanah
Naskah Minangkabau (2018); dan, Tambo Adat dan Limbago:
Transliterasi dan Perbincangan Isi (2020). Selain itu, artikel-
artikelnya juga terbit dalam beberapa jurnal nasional dan
internasional. Ia juga aktif menyampaikan makalah pada berbagai
seminar.

262 Syekh Burhanuddin Ulakan


Riwayat Hidup Penulis

Chairullah, lahir di Kota Padang tanggal 30 Desember 1989.


Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD 03 Percontohan
Padang, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas di SMP dan SMA Darul Ilmi di
Bandung. Setelah itu melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana di
IAIN Imam Bonjol padang pada Fakultas Adab dan Humaniora jurusan
Bahasa dan Sastra Arab. Setalah itu melanjutkan pendidikan ke
jenjang magister di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Filologi.
Memulai karir di bidang manuskrip tahun 2009 dengan mendigitalkan
naskah koleksi Syekh Said Bonjol, Surau Lubuk Landur dan Surau
Pondok. Pada tahun 2010 mengikuti preservasi dan konservasi
naskah kuno di Universitas Andalas, tahun yang sama mengikuti
pelatihan konservasi naskah kuno yang diadakan oleh Perpustakaan
Daerah Sumatera Barat. Pada tahun yang sama mengikuti Workshop
on the Conservation of Manuskripts in Earthquake Affected Areas of
Western Sumatra yang diadakan atas kerjasama Manassa Sumatera
Barat dan Japan Consortium for International Cooperation in Culture
Heritage di Universitas Andalas Padang. Pada tahun 2010 menjadi tim
peneliti kajian Kitab Sendi Aman Tiang Selamat. Pada tahun 2011
menerbitkan buku dengan judul “Bibliografi Karya Ulama
Minangkabau Awal Abad ke XX dan Katalog Naskah Pasaman.
Kemudian pada tahun 2014 menjadi penulis Katalog Surau Pondok.
Email chairullah.ahmad@yahoo.co.id, blog,
suluahpadang.blogspot.com.

Syarh Al-Hikam 263


Riwayat Hidup Penulis

Zikra Fadilla, lahir 08 November 1992 di Bukittinggi, Sumatera Barat.


Pendidikan dasar ditempuh pada SDI Darul Makmur, Ampek Angkek,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat, lalu “nyantri” selama dua tahun di
Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dan diselesaikan di MTsN
Kubang Putih, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, selanjutnya
melanjutkan menyelesaikan pendidikan aliyah di MAN 1 Model
Bukittinggi, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pendidikan sarjana S1
dari Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Imam Bonjol Padang Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab (2015), S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta program Pengkajian Islam Konsentrasi Filologi
Islam (2016-sekarang). Saat ini juga sedang proses menyelesaikan
tesis, menjadi salah satu pengajar di BLC (Bisa Learning Center) dan
volunteer pada program Darmasiswa regional UIN Syarif Hidayatullah
yang diselenggarakan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan.
Beberapa karya yang pernah dipublikasikan “Syi’ir Pada Masa Dinasti
Abbasiyah Di Timur,” Tsaqafy (Jurnal Mahasisiwa Fakultas Ilmu
Budaya Adab), no.1, vol. V (2014) dan Tafsir Sosial Ayat-ayat Al-quran
Syekh Abdul Latif Syakur, 2014. Kontak +6285766185728 atau email
zikrazulyatama08@gmail.com.

264 Syekh Burhanuddin Ulakan

Anda mungkin juga menyukai