karya
Tim Penulis:
Tim Penulis:
Hery Firmansyah Tuanku Khalifah
Ahmad Taufik Hidayat
Pramono
Chairullah
Zikra Fadilah
Editor:
Hery Firmansyah Tuanku Khalifah
Ahmad Taufik Hidayat
Pramono
Chairullah
Zikra Fadilah
Layout:
Atika Irbah
Desainer Cover:
Alizar Tanjung
Diterbitkan oleh
Dinas Kebudayaan Sumatera Barat
Kata Pengantar
Bismillāhirrahmānirrahīm.
Segala puji bagi Allah Tuhan yang amat murah, atas rahmat dan
karunianya kepada makhluk dalam dunia ini, kekuasaan dan
kepemilikan-Nya meliputi langit dan bumi. Salawat beserta salam atas
junjungan Sayyidul Anam, nur daripada nur yakni Nabi Muhammad
Saw.
Tulisan ini bertujuan untuk menyajikan hasil alih aksara
terhadap sebuah naskah yang berjudul Tadzkîr al-Ghabî karya Syekh
Burhanuddin. Naskah ini merupakan sarah terhadap kitab al-Hikam
yang dikarang oleh Ibnu Athailah. Alih aksara ini juga bertujuan untuk
memperkenalkan satu-satunya karya Syekh Burhanuddin yang baru
ditemui hingga saat ini, tepatnya di Surau Pondok Ketek Ulakan
kepada masyarakat baik secara umum dan kepada jamaah tarekat
Syattariyah.
Syarh Al-Hikam v
vi Syekh Burhanuddin Ulakan
Daftar Isi
PENDAHULUAN
1
Semua lokasi-lokasi telah penulis datangi secara langsung. Surau-
surau tersebut merupakan sentra tarekat Syattariyah di Minangkabau.
Selain itu penulis juga telah menelusuri katalog yang ada di Minangkabau
seperti Muhammad Yusuf dkk, Katalogus Manuskrip dan Skriptorium
Minangkabau (Tokyo : Centre for Documentation and Area-Transcultural
Studies, Tokyo University of Foreign Studies, 2006).
Syarh Al-Hikam 1
salah satu muridnya yang megikuti pengajian ini sampai selesai adalah
Salbiyan.
Teks Tadzkîr al-Ghabî terdapat di surau Pondok Ulakan dengan
nomor 010/SP.SLH/2012. Naskah ini berbahasa Arab/Arab Melayu,
Minangkabau dengan aksara Arab/Jawi. Ditulis dalam bentuk prosa
dengan total halaman keseluruhan 288 halaman. Naskah ditulis
dengan menggunakan alas kertas Eropa dengan ukuran 24 x 14,8; blok
teks 16,5 x 10,6. Masing-masing halaman terdiri dari 23 baris. Tinta
hitam digunakan untuk menulis sarah dengan bahasa Melayu
bercampur Minangkabau dan tinta merah untuk menulis matannya
dengan bahasa Arab.
Tadzkîr al-Ghabîmerupakan sebuah sarah dari kitab al-Hikam
karya Ibnu Athailah. Al-Hikam adalah sebuah kitab yang berisakan
untaian kata-kata hikmah. Kata-kata hikmah ini yang kemudian
disarah oleh Syekh Burhanuddin ke dalam bahasa Melayu, seperti
yang diungkap oleh Syekh Burhanuddin pada mukadimahnya :
“Wa hâdzâ al-syarhu al-musammâ bi tadzkîrah al-ghabî al-ladzî
huwa maktûbun bi lisân al-jâwi al-ladzî huwa bi tawfîqillâh al-hâdî ilâ
sabîl al-rasyâdi. Dan inilah sarah yang dinamai dengan tadzkîrah al-
ghabî yang disurat ia dengan bahasa Jawi yang ia dengan tolong Allah
yang menunjuki kepada jalan yang betul. Hasbiyallâh ni‘m al-mawlâ
wa ni‘m al-nashîr, ghufrânaka rabbanâ wa ilayka al-mashîr. Pada ilah
akan daku Allah sebaik-baik Tuhan dan //1// sebaik-baik yang
menolong ampunan jua hai Tuhan kami dan kepada-Mu jua kembali.
Wa arjû hâdzâ al-syarh an yantafi‘a lî wa li mitslî fî al-ghibâwah fî al-
dunyâ wa al-âkhirah. Dan harap aku akan sarah ini bahwa mem[b]eri
manfaat ia bagiku dan bagi yang seumpamaku pada dungu dalam
dunia dan dalam akhirat. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin
wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam, wa ba‘du. Dan kemudian daripada
itu maka bahwasanya aku terlebih papa daripada segala yang papa
dan terlebih kurang daripada segala yang kurang dan terlebih hina
daripada segala yang hina, maka aku hendak memaknakan kitab
Hikam dengan bahasa Jawi dan mensarahkan dia dengan dia
kemudian daripada minta tolong dan bantu daripada Allah subhânahu
wa ta’âla, maka barang yang betul dan yang benar daripada keduanya
maka daripada Allah, dan karunia-Nya dan anugerah-Nya akan daku.
Maka barang yang tersimpang dan yang tersalah daripada keduanya
maka daripada diriku kekuranganku dan kehinaanku, mudah-
mudahan keduanya mem[b]eri manfaat bagi diriku yang dungu dan
yang bingung, dan bagi barangsiapa yang sepertiku biidznillâh, Tuhan
yang amat murah dan yang berbuat baik bagi hamba-Nya dan sekalian
makhluk-Nya maka hanyasanya bahwa aku mensarahkan dia dengan
A. Pedoman Transliterasi
Metode yang akan digunakan untuk mentransliterasi naskah
Tadzkîr al-Ghabîadalah edisi standar atau edisi kritik. Edisi standar
ialah mentransliterasi naskah dengan membetulkan kesalahan-
kesalahan kecil dan tidak kesengajaan, sedangkan ejaannya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Diadakan
pengelompokan kata, pembagian kalimat, digunakan huruf besar, dan
pungtuasi (Baried, dkk, 1994).
Pedoman transliterasi Arab-Latin merujuk pada pedoman yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama RI tahun 1987, dengan
penambahan sedikit catatan pada aksen Minangkabau dan Melayu-
Jawi berdasarkan kasus-kasus khusus yang ditemukan dalam teks.
Oleh karena itu, bagian terakhir ini diletakkan dalam kasus khusus
sebagai berikut:
= ﺙnya/nyo
=ﭼc
=فp
=ﭪp
=ﮎg
=عng
=ﻍg
= يnya/nyo
Syarh Al-Hikam 3
3. Penomoran halaman diletakan pada akhir setiap halaman dan
pergantian halaman akan diberi tanda // //
4. Perbaikan kata atau kata-kata yang dianggap salah akan ditulis
pada catatan kaki
5. Kata yang ditulis berulang-ulang atau tidak perlu dibaca akan
diberi tanda {}
6. Kata tambahan yang dipandang hilang dari teksnya akan ditandai
dengan []
7. Kata yang sulit dibaca karena kabur atau huruf yang jelas dan
tidak memiliki makna akan diberi tanda (?) atau (a-b)
8. Kata yang ditulis dengan aksara Arab akan dilatinkan dan diblok
merah pada suntingan jika pada naskahnya ditulis dengan tinta
merah.
ALIH AKSARA
Syarh Al-Hikam 5
lî wa li mitslî fî al-ghibâwah fî al-dunyâ wa al-âkhirah. Dan harap aku
akan sarah ini bahwa mem[b]eri manfaat ia bagiku dan bagi yang
seumpamaku pada dungu dalam dunia dan dalam akhirat. Wa
shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa
sallam, wa ba‘du. Dan kemudian daripada itu maka bahwasanya aku
terlebih papa daripada segala yang papa dan terlebih kurang daripada
segala yang kurang dan terlebih hina daripada segala yang hina, maka
aku hendak memaknakan kitab Hikam dengan bahasa Jawi dan
mensarahkan dia dengan dia kemudian daripada minta tolong dan
bantu daripada Allah subhânahu wa ta’âla, maka barang yang betul
dan yang benar daripada keduanya maka daripada Allah, dan karunia-
Nya dan anugerah-Nya akan daku. Maka barang yang tersimpang dan
yang tersalah daripada keduanya maka daripada diriku kekuranganku
dan kehinaanku, mudah-mudahan keduanya mem[b]eri manfaat bagi
diriku yang dungu dan yang bingung, dan bagi barangsiapa yang
sepertiku biidznillâh, Tuhan yang amat murah dan yang berbuat baik
bagi hambaNya dan sekalian makhluk-Nya maka hanyasanya bahwa
aku mensarahkan dia dengan bahasa Jawi bukan dengan kuat
pendapatku pada kaidah matan kitab Hikam, tetapi men-Jawi-kan kata
setengah sarah sekira-kira yang dibukakan Allah bagiku wa huwa
khayr al-fâtihîn wa al-nâshirîn. Qâla muallif radhiyallâhu ‘anhu:
اسادريٝ ,خ٤ح اُخلٜٞ األعجبة ٖٓ اُؾ٢بى ك٣ذ ٓغ اهبٓخ هللا ا٣اسادري اُزغش
خ٤ِٔخ اُؼُٜذ اٗؾطبه ٖٓ ا٣ اُزغش٢بى ك٣األعجبة ٓغ اهبٓخ هللا ا
2
Catatan pias oleh penyalin: „muthallib al-taslîm li amrillâh wa tark al-
iktiyâr
Syarh Al-Hikam 7
Adapun yang dikehendaki dengan asbâb maka nyata
mengerjakan satu pekerja[a]n yang hasil satu kehendak daripada
dunia dan bimbinglah ia dengan dia dan yang dikehendaki dengan
tajrîd, ketiada[a]n mengerjakan dia dan tiada bimbang ia dengan dia.
Maka barangsiapa mendirikan Allah akan dia dalam asbâb maka
menghendaki ia akan keluar daripadanya maka adalah kehendaknya
itu setengah daripada keinginan, karena tiada berdiri ia dengan yang
dikehendaki Allah daripadanya dan hanyasanya terbawanya karena
tiada menye[n]ga<ha>ja ia dengan dia akan beroleh satu pekerja[a]an
dunia, tetapi sopanlah daripadanya adab serta Tuhannya daripada
tiada tetap ia dengan kehendaknya dan daripada menaik ia akan
maqam yang tinggi yang tiada patut ia dengan dia pada waktu itu.
Dan alamat mendirikan Allah akan dia dalam asbâb bahwa kekal
ia baginya serta faedahnya akan dia seperti mendapat ia dalam
bimbingan dengan dia akan sejahtera agamanya dan putus tamaknya
akan orang lainnya dan baik niatnya pada [se]nantiasa berkasih
kasihan dengan segala keluarga dan pada menolong orang yang papa
dan lain daripada sekaliannya daripada jalan agama. Dan barangsiapa
mendirikan Allah akan dia dalam tajrîd, maka menghendaki ia akan
keluar daripadanya dan masuk ia dalam asbab, maka adalah turun
citanya daripada yang tinggi kepada yang rendah dan adalah jahat
adanya dengan Tuhannya dan berdirilah ia dengan syahwatnya yang
nyata karena tajrîd itu maqam yang tertinggi.
Dan manakala menghendaki seorang akan sesuatu yang lain
daripada kehendak Tuhannya, maka adalah jahat pekertinya padanya
dan adalah juju akan dia maka apabila ku ketahui pekerjaan yang
demikian itu maka janganlah engkau menghendaki dan memilih
melainkan yang diehendakinya dan yang dipilihnya //4//.
Bermula mendirikan Allah dalamnya akan segala hamba yang
khâs daripada segala arif dan muwahhid dan alamat mendirikan ia
akan dia dalam tajrîd yang berkekalan ia dalamnya dengan beroleh
buahnya dan setengah daripadanhya baik [r]upanya orang yang tajrîd
itu, dan suci hatinya dan diperolehnya senang daripada tangkaian
dengan makhluk dan bercampur dengan mereka itu pada pekerjaan
dunia. Bermula himmah kelakuan hati dan yaitu keras kehendaknya
dan tersangat bangkitnya kepada beroleh yang disengaja dan adalah
3
Catatan pias oleh penyalin: muthallib al-taslîm
Syarh Al-Hikam 9
diberatkan atas mereka itu dan rupa tadbir itu mentakdirkan hamba
bagi dirinya beberapa pekerjaan yang menolakan ia akan yang
ditakuti atau yang menghasilkan ia akan yang diharap pada masa yang
lagi akan datang daripada pekerjaan dunia atau akhirat dan
mem[b]erintahkan segala pekerjaan itu lelah yang besar dan
terkadang tiada hasil yang disenga<ha>janya, maka sia-sialah ia dan
binasalah usahanya dan dalamnya satu bagi kejahatan daripada pihak
tinggal ubudiyah melawan hukum rububiyah dan mem[b]antah takdir
Haq taala melenyapkan umur.
Dan adapun tadbir yang tiada berpegang hamba kepadanya
tetap kepada Allah berpegangnya dalamnya dan ditiliknya akan tadbir
itu dengan kehendaknya jua dan pandang dirinya akan tempat
melakukan segala kehendaknya dan segala hukumnya maka tiada
dicaci akan dia tetapi dipujilah ia atas demikian itu. Kata Sahal Ibn
‘Abdillâh radhiyallâhu ‘anhu “Tinggalkan olehmu akan tadbir dan
ikhtiar maka bahwasanya keduanya mengaruhkan keduanya atas
manusia akan kehidupan mereka itu”. Dan kata Abu al-Hasan al-
Syâdzili radhiyallâhu ‘anhu jika te[r]dapat tiada ada tadbir maka
tadbirkan oleh kamu bahwa tiada kamu tadbir dan masalah ini pohon
dan farad tarekat kaum sufi.
اٗطٔبط٢َِ ػ٤ُٔب هِت ٓ٘ي د٤شى ك٤ روقٝ ٔب مٖٔ ُي٤بدى كٜاعز
شح ٓ٘ي٤اُجق
Maka jika ada terang mata hatimu dengan nur iman yang
dalamnya //6// maka wajib atasmu bersungguh-sungguh pada yang
dituntut daripada mu dan yaitu ibadah dan taat dengan dalil firman
Allah taala, wa mâ khalaqtu al-jinna wa al-ins illâ iya‘budûni. Tiada
kujadikan jin dan manusia melainkan karena menyembah mereka itu
akan Daku.
4
Catatan pias oleh penyalin : muthallib al-taslîm
مٖٔ ُيٜٞأعي ك٤ُ عجبٞٓ اُذػبء٢ٌٖ رأخز آذ اُؼطبء ٓغ اإلُؾبػ ك٣ ال
٢ذ ال ك٣ش٣ ١هذ اُزُٞ ا٢ كٝ ُ٘لغيٙٔب رخزبس٤ ُي ال كٙخزبس٣ ٔب٤اإلعبثخ ك
ذ٣ رش١هذ اُزُٞا
Dengan dalil firman Allah: ud’ûni astajib lakum, pinta oleh kamu
kepada Ku supaya Ku perkenankan bagi kamu, dan dengan dalil
firman-Nya: ujîbu da‘wah al-dâ‘î idzâ da‘âni. Kuperkenankan pinta
yang meminta apabila meminta ia akan Daku tetapi diperkenankan
5
Catatan pias oleh penyalin: muthallib al-du’â‟
Syarh Al-Hikam 11
akan pinta itu pada yang dipilih-Nya, dan pada waktu yang
dikehendaki-Nya, dan jika ada syai’un 6 yang dipinta hamba dan
dipilihnya yaitu syai’un yang dipilih Tuhannya, dan jika ada waktu
yang dikehendaki hamba akan jatuh syai’un dalamnya, yaitu waktu
yang dikehendaki Tuhannya akan jatuh syai’un dalamnya, maka
diperkenankan doa hambaNya pada syai’un itu dan pada waktunya itu.
Dan jika ada syai’un yang dipinta hamba dan yang dipilihnya
lain daripada syai’un yang dipilih Tuhannya baginya, maka tiada
diperkenankan akan doa hamba pada yang dipilihnya bagi dirinya,
tetapi diperkenankannya doanya pada tukarnya, yaitu yang telah
dipilih Allah pada awal dalam ilmu-Nya bagi hamba itu. Dan jika ada
waktu yang dikehendaki hamba akan jatuh syai’un itu dalamnya lain
daripada waktu yang dikehendaki Allah akan jatuh syai’un itu, maka
diperkenankan doanya pada waktu yang dikehendaki-Nya
mem[b]erikan syai’un itu kepadanya tiada waktu yang dikehendaki
hamba.
Firman Allah: wa mâ tasyâ’ûna illâ an yasyâ’ullâh. Tiada
berkehendak kamu melainkan bahwa berkehendak Allah. Artinya
tiada berlaku dan tiada lalu kehendak kamu melainkan kehendak
Allah jua yang berlaku dan yang lalu, wallahu a’lam. Dan jikalau ada
Allah menyia-nyiakan pinta hamba seperti tiada diberinya yang
dipintanya dan tiada ditukarna niscaya bersalah lah fi’ilnya dengan
zahir. Firman-Nya: ud’ûnî astajib lakum. Dan firman-Nya: ujîbu da’wah
al-dâ’i idzâ da’âni. Dan adalah padanya satu bagi daripada kikir. Maha
suci Tuhan yang bernama al-muhsin al-jawwâd al-karîm daripada
kikir, karena kikir itu sifat yang jahat dengan dibandingkan ia kepada
makhluk, maka betapa dibandingkan ia kepada Khalik, bal yadâhu
mabsûthatâni yunfiqu kayfa //8// yasyâ’. Tetapi dua tangannya murah
keduanya dibelanjakannya betapa kehendaknya. Artinya jika
berkehendak ia akan mem[b]eri yang dipinta hamba diberinya akan
dia, dan jika berkehendak ia akan mem[b]eri tukarnya diberinya akan
dia dengan sekira-kira ditiliknya akan yang patut bagi hamba.
Bermula hukum hamba bahwa tiada memilih ia akan sesuatu
atas Tuhannya dan tiada memutuskan ia dengan baik halnya daripada
segala ihwalnya karena bahwasanya ia yang bebal daripada sekalian
6
Maksudnya “sesuatu”
ٕ رُي هذؽبٌٞ٣ ُئالٖٚ٘ٓ ص٤ إ رؼٝ دٞػُٞٔع اٞهٝ ّػذ ػذُٞ ا٢ؾٌٌ٘ي ك٣ ال
شري٣س عشُٞ٘ اخٔبد اٝ شري٤ ثق٢ك
7
Catatan pias dari penyalin: muthallib al-du‘â
Syarh Al-Hikam 13
menagahkan jatuh benda yang dijanjikan syarat diperoleh padanya
syarat yang menghendaki sampai yang dijanjikan. Maka hendak
dipandangnya akan bahwa Haq taala fail yang mukhtar seperti
firmannya: yaf‘alullâhu mâ yasyâ’ wa yakhtâru. Diperbuat Allah barang
yang dikehendaki-Nya dan dipilih-Nya akan dia dan hilangkan.
Hai saudara akan syak mu akan sidqi8 janji Allah dan jangan
berubah iktikadmu dan jangan lari engkau daripadanya,9 karena tiada
jatuh yang dijanjikannya, dan berdiri engkau pada pintunya dan tetap
engkau dihadiratnya, supaya engkau berbahagia dunia akhirat. Dan
jika tiada hilang syak mu dengan me[ng]i’tiqadkan yang tiada patut
pada Allah, seperti menyalahi janji dan bakhil, maka ketahui olehmu
bahwa syak itu menghela ia akan putus asa dan putus asa menghela
akan kufur, dan kufur menghela kepada tempat yang jahat dan yang
keji, dan nyata neraka jahannam yang kayu apinya segala yang kufur
daripada jin dan insan, dan hangat apinya tujuh puluh kali [h]angat
[dari] api dunia.
ب ُيٜ ٓب كزؾٚٗ إ هَ ػِٔي كاٝ بٜخ ٖٓ اُزؼشف كال رجبٍ ٓؼٜعٝ ارا كزؼ ُي
ٍ األػٔبٝ ي٤ِ ػٙسدٞٓ ٞٛ أُْ رؼِْ اُزؼشف,ي٤ُزؼشف ئ٣ ٕذ ا٣ش٣ ٞٛٝ ئال
ي٤ِ ػٙسدٞٓ ٞٛ ٓٔبٚ٤ُ ئٚ٣ذٜٖ ٓب ر٣ أٝ ٚ٤ُب ئٜ٣ذٜٓ أٗذ
8
Maksudnya “kebenaran”
9
Catatan pias oleh penyalin dituliskan: yakni pada berbuat ibadah.
10
Catatan pias dari penyalin muthallib al-bashar ‘alâ al-balâ wa al-syadâid
11
Maksdunya “dekat”
12
Catatan pias oleh penyalin: yakni maqam yang disucikan daripada segala
yang dicela.
Syarh Al-Hikam 15
mengubahkan atas yang diadatkannya dan adalah jalan ketika hilang
kehendaknya dan adatnya kerja batin daripada zikir dan muraqabah
dan tawajjuh dan musyahadah hingga fanâ fillâh dan baqâ billâh. Dan
tiada munasabah sekali-kali antara kerja batin dan kerja zahir maka
hendaklah mengetahui ia bahwasanya yang dipilih Allah dan yang
dikehendakinya bagi dirinya karena Allah taala tempat segala sifat
yang baik dan nafsu insan tempat segala sifat yang jahat.
Segala amal itu segala rupa yang terdiri dan segala nyawanya
diperoleh bunyinya tulus dalamnya.
13
Catatan pias oleh penyalin: Muthallib al-ward al-wurud
14
Catatan pias oleh penyalin disebut: muthallib al-ikhlâsh
15
Diberi makna pada catatan pias dengan: zâhid dan ‘âbid
16
Catatan pias oleh penyalin disebut: Syurga
17
Dijelaskan dalam catatan pias sebagai amal orang yang besar-besar
daripada zâhid dan ‘âbid.
18
Dijelaskan dalam catatn pias sebagai amal orang yang muqarrabîn daripada
„ârif billâh.
Syarh Al-Hikam 17
Allah mewajibkan akan sah iradat murid. Dan amal yang bagi Allah
sifat segala ‘âbid. Dan amal yang dengan Allah sifat segala qâshid. Dan
amal bagi Allah berdiri dengan segala hukum zahir. Dan amal yang
dengan Allah berdiri dengan batin. Bermula segala ibarat ini bagi
Imam Abu al-Qâsim al-Qusyayri radhiyallâhu ‘anhu dan dengan dia
nyata perbedaan antara dua maqam dan berlainan keduanya pada
mulia dan besar, maka ikhlas tiap-tiap hamba yaitu ruh segala
amalnya. Maka dengan ikhlas adalah amalnya itu hidup dan patutlah ia
jalan me[ng]hampirkan diri kepada Allah taala dan adalah amal itu
maqbul, dan dengan tiada ikhlas adalah amal itu mati seperti tubuh
dengan tiada nyawa, dan sahkan amal dengan ikhlas dan sahkan ikhlas
dengan putus daripada haul dan quwwah, dan keikat olehmu akan
keduanya hingga mati.
. ٚزْ ٗزبءع٣ ذكٖ ال٣ ٍُْ كٔب ٗجذ ٓٔبٞٔ أسك اُخ٢دى كٞعٝ ٖئرك
Maka ketahui olehmu hai nafsu yang dungu, jika ada padamu
ilmu dan amal dan hal maka bebunyikan olehmu akan dia dan sorakan
olehmu akan dia supaya tiada masyhur namamu dengan dia dan
megah, dan supaya tiada disebut manusia akan namamu sebabnya
inilah makna menanam wujud dalam tanah yang terbunyi karena
tiada terlebih mem[b]eri mudarat atas murid daripada masyhur dan
disebut-sebut orang namanya pada kebanyakan tempat duduk segala
manusia dan bergerak segala lidah kaum dengan memuji dia karena
yang demikian itu setengah daripada bahagian nafsu yang terbesar ia
daripada lainnya dan yang disuruh akan murid //14// meninggalkan
dia dan disuruh ia memerangi nafsu dalamnya.
Dan hanyasanya disuruh murid meninggalkan dia karena
mengasihikah dan memilih masyhur dan menghendaki puji
memintakan bagi ubudiyah yang dituntut ia dengan dia, dan manakala
binasa ubudiyah tiadalah bercampur ia dengan hak al-rubûbiyah yang
lazim dan fardhu atasnya kata Ibrahim bin Adham radhiyallâhu ‘anhu,
“tiada benar akan Allah taala barang siapa mengasihi akan masyhur
dan kata setengah mereka itu jalan kamu ini tiada patut ia melainkan
Tiada manfaat akan hati sesuatu yang seperti uzlah yang masuk ia
dengan dia pada medan pikir.
19
Murid dalam pengertian ini ditulis dalam catatan pias sebagai muthallib al-
‟uzlah wa al-khumul;‟âbid.
Syarh Al-Hikam 19
Barang siapa tiada patut mencampuri dia daripada ahli dunia
yang fasik dan mencampuri barang siapa yang tiada nyaman daripada
masuk segala bahaya atasnya sebab bersahabat dengan dia maka suci
orang yang uzlah itu dengan ketiadaan bercampur daripada segala
maksiat seperti mengupat dan lainnya, dan hasil baginya dengan
ketiadaan bercampur selamat daripada terikat perangai sahabat yang
jahat dan segala kejadian yang dicela, dan beroleh faedah ia. Dengan
demikian itu terpelihara agamanya dan dirinya daripada berbantah,
dan segala bagi yang jahat dan fitnah dan wajib atas yang mu’tazil
menahan lidahnya daripada bertanya akan khabar manusia dan
khabar segala negeri dan daripada segala yang tiada manfaat
menanyakan dia dan hendak menjauhi ia akan bersahabat dengan
barang siapa yang tiada memelihara katanya dan lidahnya daripada
mencela dan mencaci, dan hendak lari ia daripadanya seperti lari
daripada harimau karena bersahabat dengan orang yang demikian itu
membawa kepada kekeruhan hatinya dan membawa kepada marah
Tuhan.
Maka adalah faedah uzlah umat baik daripada yang tersebut
dalam kitab itu dan sampai orang yang uzlah dengan pikir dalamnya
kepada makrifat akan segala hakikat sekalian perkara dan makrifat
akan berbeda yang hak daripada yang bathil dan makrifat akan
menyatakan, yang mem[b]eri manfaat daripada yang mem[b]eri
mudharat, dan melihat ia dengan pikir dalamnya akan terbunyi segala
bahaya nafsu dan segala kesaksian daripada sempurna dan segala
daya dunia dan lain daripada //16// itu daripada segala yang mumkin
mempakaikan dia, kata Hasan radhiyallâhu ‘anhu, pikir itu satu cermin
memperlihatkan ia kepadamu akan baikmu daripada burukmu dan
kau pandangi dengan dia pula atas kebesaran Allah dan atas segala
yang dijadikan-Nya dan segala nikmat-Nya yang nyata dan yang
terbunyi dan beroleh faedah lah engkau dengan pikir itu akan
beberapa segala hal yang indah-indah yang hilang dengan dia penyakit
hati dan tetap engkau dengan pikir itu atas taat Tuhanmu seperti
sabda Nabi ‘alayhi al-shalâtu wa al-salâmu, tafakkarû fî [khalq] Allah
wa lâ tafakkarû fî dzâtillâh.
Pikirlah kamu pada segala yang dijadikan Allah dan jangan pikir
kamu pada zat Allah. Maka segala perkara yang dijadikan mumkin
mendapat dia dengan akal dan pikir dengan tolong Allah dan
هللا٢ُشؽَ ا٣ ق٤ً ّ ا,ٚ ٓشار٢إ ٓ٘طجؼخ كًٞس األٞؾشم هِت ف٣ ق٤ً
ٖٓ شٜط٣ ُْ ٞٛٝ ذخَ ؽنشح هللا٣ ٕطٔغ ا٣ ق٤ً ّ ا,ٚاثٜٞ ٌٓجَ ثؾٞٛٝ
.ٚارٞلٛ ٖٓ زت٣ ُْ ٞٛٝ ْ دهبءم األعشاسٜل٣ ٕاٞشع٣ ق٤ً ّ ا,ٚع٘بثخ ؿلالر
20
Penjelasan penyalin dalam catatan pias: muthallib al-tawbah.
Syarh Al-Hikam 21
dengan yang diketahuinya, diberi Allah akan ia ilmu yang belum
diketahuinya.
ٚ٤ كٙذٜؾ٣ ُْٝ ٌُٕٞ اٟ كٖٔ سأٚ٤س اُؾن كٜٞ ظٙ اٗٔب اٗبسٝ ِٚٔ هًِٚ ٌُٕٞا
طٞ ؽٔغٚ٘ ؽغجش ػٝ اسٞٗد األٞعٝ ٙصٞ كوذ اػٙ ثؼذٝ اِٚهجٝ اٙ ػ٘ذٝا
أُؼبسف ثغؾت األصبس
Bermula yang ‘adam itu kelam dan wujud itu nur, maka yang
diadakan dengan menilik kepada zatnya ‘adam yang kelam dan
dengan menilik kepada tajalli nur Haq taala atasnya dan zahirnya
dalamnya wujud yang terang, maka bersalahan segala kelakuan
//18// manusia di sini, maka setengah mereka yang tiada melihat ia
melainkan akan segala yang diadakan jua dan didinding yang ia
dengan demikian itu daripada menilik yang mengadakan, maka inilah
yang tetap dalam kelam lagi didinding dengan awan segala asar.
Dan setengah mereka yang tiada didinding dengan segala yang
tiada didinding dengan segala yang diadakan daripada yang
mengadakan, maka mereka itu dalam pandang mereka itu akan dia
beberapa firkah, maka setengah firkah memandang akan mukawwin21
dahulu daripada memandang segala kawn.22 Maka mereka itu yang
mengambil dalil dengan yang mem[b]eri bekas atas segala bekas. Dan
setengah firkah yang memandang dia kemudian daripada memandang
segala kawn, dan mereka itu yang mengambil dalil dengan segala atsâr
atas muatsar.23
Dan setengah firkah yang memandang akan dia surah segala
kawn, artinya ilmunya dan kudratnya. Dan setengah firkah yang
memandang dia dalam segala kawn, artinya tajalli Haq taala dan
21
Catatan pias: hak subhanahu wa ta‟ala
22
Catatan pias: yakni segala anbiya dan awliya
23
Catatan pias: yakni mukmin yang „am.
ٚد ٓؼٞعٞٔظ ث٤ُ ثٔبٚ٘ إ ؽغجي ػٚٗ عجؾبٙشٜد هٞعٝ ٢ِذُي ػ٣ ٓٔب
Syarh Al-Hikam 23
dibaliknya akan hamba kepada berpaling daripada-Nya, maka
berpalinglah ia daripada memandang Dia kepada memandang yang
lainnya daripada segala akwân dan aghyâr dan atsâr, yaf’alullâhu mâ
yasyâ’u wa yahkumu mâ yurîdu. Diperbuat Allah barang yang
dikehendakinya, dan dihukumnya barang yang dikehendakinya.
ء٠٤ش ثٌَ ؽٜ ظٟ اُزٞٛٝ ء٠٤ ؽٚؾغج٣ ٕس اٞزق٣ ق٤ً
ء٠٤ ًَ ؽ٢ش كٜ ظٟ اُزٞٛٝ ء٠٤ ؽٚؾغج٣ ٕس اٞزق٣ ق٤ً
Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang nyata dalam tiap
sesuatu karena ia yang tajalli dengan keelokan segala sifatnya dan
segala namanya.
ء٠٤ش ٌَُ ؽٜ ظٟ اُزٞٛٝ ء٠٤ ؽٚؾغج٣ ٕس اٞزق٣ ق٤ً
Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia yang nyata bagi tiap-tiap
sesuatu dalam nyata sesuatu itu dan karena itulah adalah tiap-tiap
sesuatu itu sujud kepadanya dan mengucap tasbih dengan memuji dia
dan tetap tiada kita mengetahui dia.
ء٠٤د ًَ ؽٞعٝ َشهجٛ اُظبٟ اُزٞٛٝ ء٠٤ ؽٚؾغج٣ ٕس اٞزق٣ ق٤ً
ء٠٤ ؽٚظ ٓؼ٤ُ ٟاؽذ اُزُٞ اٞٛٝ ء٠٤ ؽٚؾغج٣ ٕس اٞزق٣ ق٤ً
Betapa terupa mendinding dia sesuatu dan ia Esa yang tiada sertanya
sesuatu jua pun karena tiap-tiap yang lainnya ‘‘adamun tiada wujud
baginya sekali-kali atas tahkik.
Syarh Al-Hikam 25
maqam haqqul yaqîn. Dan martabat ahlu al-nazhar martabat tiada
washil kepada Haq taala dan maqamnya maqam ‘ilmul yaqîn.
Hai tercengangku, betapa nyata wujud pada ‘adam, tiada terupa akan
nyatanya dalamnya karena ‘adam itu kelam dan wujud itu nur, artinya
terang. Dan keduanya berlawanan, tiada berhimpun keduanya pada
satu tempat.
Atau betapa sabit yang baharu serta yang baginya sifat kidam. Maka
huduts itu sifat wujud yang didahului dengan ‘adam.
Dan qidam itu sifat wujud yang tiada didahului dengan ‘adam,
maka keduanya ini berlawanan keduanya tiada dapat berhimpun
keduanya. Dan karena bahwasanya yang batil tiada tetap serta yang
hak seperti firman Allah taala wa qul jâ’a al-haqqu wa zahaqa al-
bâthilu inna al-bâthila kâna zahûqa //22// kata olehmu ya
Muhammad, datang haq dan hilanglah yang batil bahwasanya yang
batil adalah ia hilang. Dan firman Allah taala bal naqzhifu bil haqqi ‘ala
al-bâthili fayadzma’a hu faidzâ huwa zâhiqun. Tetap kami lawan
dengan yang hak atas yang bathil maka mem[b]inasakan ia akan dia,
maka tiba-tiba ia hilang.
ٚ٤ هللا كٙشٜش ٓب اظ٤هذ ؿُٞ ا٢ؾذط ك٣ ٕءا ٖٓ اساد ا٢َ ؽٜٓبرشى ٖٓ اُغ
24
Dalam catatan pias disebut: muthalib al-taslîm
25
Catatan pada pias: yakni pada berbuat ibadah
Syarh Al-Hikam 27
akhirat. Maka tiada memilih yang buruk atas yang baik daripada
pekerjaan mukmin yang akil dan ia menyalahi ibadah yang dituntut
daripadanya firman Allah Taala bal tu’tsirûna al-hayâta al-duniyâ wa
al-âkhiratu khairun wa abqâ. Tetapi kamu pilih akan hayat yang di
dunia dan negeri akhirat terlebih baik dan terlebih kekal.
Dan kedua melambatkan amal kepada ketika selesainya dan
terkadang tiada mendapat ia akan kelapangan sebab mati di hawa
daripada selesainya daripada kerjanya itu, atau sebab bertambah
bimbangnya dengan kerja yang lain karena galib pekerjaan dunia
berhubung sungguhnya dengan setengahnya daripada tiada berselang
maka tiap beri tangguh ia akan selesainya.
Dan yang ketiga adalah ia pada tangguhnya percaya dengan
dirinya pada citanya akan membayar dia, maka yang galib nafsu itu
tiada menyampaikan tangguhnya karena lemahnya atau karena
bertukar citanya dengan yang lain, maka adalah ia tatkala sampai
tangguhnya yaitu selesai daripada kerja, maka tiada //24//
membayar ia akan amal yang dipertangguhkannya dalamnya
[bahwa]sanya bertambah kejahatannya dan bertambah jauhnya
daripada Haq taala, seperti firman Allah taala ulâ’ika yunâdawna min
makânin ba‘îdin.
Mereka itu diseru daripada tempat yang jauh. Maka yang wajib
atas hamba membayar segala amal pada waktunya daripada tiada
bertangguh dan tiada minta janji melainkan yang telah diizinkan syara
seperti puasa umpamanya pada kesukaran daripada sakit dan berjalan
maka dibayar ia wajib tatkala lepas daripadanya dan seperti
mehimpunkan zuhur kepada waktu ashar dan maghrib kepada waktu
isya, maka haruslah yang demikian itu dengan izin syara. Maka bayar
olehmu akan amal dengan tunai serta ikhlas dan minta tolong dari Haq
taala atas mengerjakan dia supaya menilik Haq taala akan dikau
dengan tilik Rahman-Nya, maka itulah yang dinamai ahlullâh al-shidqu
fî al-‘ubûdiyyah wa al-qiyâm bi huqûq al-rubûbiyah.
26
Catatan pada pias: muthallib al-taslîm
Apabila ada seseorang atas satu hal yang tiada dicela syara,
maka hal itu tiada muwafakat dengan kehendaknya sama ada ia pada
pihak akhirat atau dunia, maka jangan menuntut ia akan keluar
daripada hal itu dengan dirinya dan melawan yang jatuh pada waktu
itu dengan izin Haq taala, maka berbuatlah ia akan yang belum
dinyatakan Allah taala akan dia atasnya maka jadilah ia bernama
dengan jahil seperti yang telah lalu, dan jahatlah adabnya serta Allah
taala daripada melebihkan ikhtiyarnya atas ikhtiyar Haq taala dan
daripada memilih yang dikehendakinya atas yang dikehendaki Allah
dan //25// daripada pihak menyalahi hukumnya.
Maka hai nafsu, perbaiki adabmu serta Tuhanmu dengan rida
daripadanya dan kabul akan hukumnya dan taslim kepadanya dan
tetap pada tempat yang dihendakinya, supaya jangan engkau masuk
dalam jumlah segala jahil dan supaya kau peroleh manzil ahlullâh
yang arif lagi muwahhid lagi kamil dengan berkat kuat hentakan akan
tapakmu pada tempat tapak mereka itu yang tapak mereka itu
terhenti pada tapak khâtim al-nubuwwah shallallâhu ‘alayhi wasallam,
dan tapak khâtim al-nubuwwah terhenti pada bab Allah dan tangan
khâtim al-nubuwwah dan segala warisnya menjabat ‘urwatul wusqa,
maka jabat olehmu hai nafsu dengan tanganmu ‘urwatul wusqa itu.27
ٟوخ اُز٤ارق اُؾوٞٛ ٚٗبدرٝ ب االُٜ ٔخ عبُي إ روذ ػ٘ذٓب ًؾقٛ ٓب اسادس
ب ئٗٔب ٗؾٖ كز٘خٜٗبدري ؽوبءهٝ ٗبد االٌُٞٔش اٛاٞال رجشعش ظٝ آبٓيٚرطِج
28 كال رٌلش
27
Catatan pada pias: yakni „amal shalih
28
Catatan pada pias: muthallib al-ikhlash
Syarh Al-Hikam 29
akan dikau segala hakikatnya, hanyasanya kamu fitnah, maka jangan
engkau kufur.
29
Catatan pada pias: artinya orang yang tahu bersyariat pada zaman Nabi.
ٝ ٚ٘ٓ بػي٤ ُوِخ ؽٙش٤ هِجي ُـٝ ٚ٘جخ ٓ٘ي ػ٤ ػُٚ هِجيٝ ُٚ ّبٜ ارٚ٘ٓ هِجي
ٚ٘د ثؼذى ػٞعُٞ ٙش٤هِجي ٖٓ ؿ
Syarh Al-Hikam 31
menuntut baginya karena yang hadir tiada menuntut ia akan yang
dihadirinya.
Dan ketiga tuntutnya bagi lainnya, maka yaitu karena kurang
malunya daripadanya, karena jikalau malu ia daripadanya,
[bahwa]sanya piciklah hatinya daripada yang dikebencinya baginya
daripada tuntutnya bagi lainnya //28// dan setengah daripada
malunya daripadanya sebenarnya bahwa tiada menyembah hamba
serta Tuhannya akan yang lainnya, serta tiada memilih ia atasnya akan
yang lainnya.
Dan keempat, tuntutnya daripada lainnya, maka yaitu karena
didapat jauhnya daripadanya karena jikalau hampir ia daripadanya,
tiadalah meminta ia daripada lainnya, maka thalab semuanya pada
mereka yang ahli tauhid dan ahli makrifat, dimasuki alat dan
dicampur lancang melainkan thalab dan sawal atas jalan ibadah dan
adab dan mengikat suruh dan menyatakan faqih dan faqir30 maka
tiada ada ia dimasuki alat dan lancang dan tinggalkan olehmu barang
yang lancang dan ambil olehmu barang yang paling kaya supaya ia
makbul pada Allah taala, fadhlan min Allâh wa rahmah.
Tiada satu nafas yang kau keluarkan akan dia melainkan pada hal
baginya kadar padamuu melalui kun Allah akan dia.
30
Catatan pada pias: faqih tiada memilik<an>[i] sesuatu daripada makhluk
hingga daripada dirinya; faqir tiada memilik<an>[i] sesuatu daripada arti dunia.
ٔي٤ ٓوٞٛ ٔب٤ كُٚ عذ أُشاهجخٝ ٖوطؼي ػ٣ بس كإ رُي٤ع األؿٝال رزشهت كش
ٚ٤ك
Jangan kau nanti selesai segala yang lain, maka bahwasanya yang
demikian itu memutuskan engkau daripada mendapat murâqabah
baginya pada barang yang ia mendirikan dikau dalamnya.
Syarh Al-Hikam 33
menyempurnakan ia akan yang wajib atasnya dan mengganti, selesai
itu menyalahi ia akan pekerjaan yang dituntut daripadanya, maka
//30// hendak menjauh murid akan mengganti selesai. Kata Abu
Hafash radhiyallâhu ‘anhu, faqîr yang shâdiq yang ada ia pada tiap-tiap
waktu dengan hukum, maka apabila datang atasnya yang datang yang
melalaikan ia akan dia daripada hukum waktunya, liarlah ia
daripadanya, dan melenyapkan ia akan dia daripada dirinya.
Tetapi murid yang shâdiq yang tiada irâdah dan ikhtiyar baginya
lain daripada iradah dan ikhtiar bagi haq subhânahu wa ta’âla, dan
apabila masuk ia akan malam, maka menyempurnakan ia akan hak
Allah yang pada malam, tiada menanti ia akan siang, dan apabila
masuk ia pada siang maka menyempurnakan ia akan haknya, yang
pada siang tiada menanti ia akan malam dan demikian lagi hukum
pagi dan petang padanya.
ٞٛب ٓب أثشصس اال ٓبٜٗ اُذاس كاٙزٛ ٢ع اال ًذاس ٓبدٓذ كٞهٞش ث٤ال رغزـ
بٜاعت ٗؼزٝ ٝ بٜ فلٝ ٓغزؾن
Jangan kau jauhkan akan jatuh segala kekeruhan selama ada engkau
diam dalam negeri ini maka bahwasanya ia tiada menyatakan
melainkan barang yang mustahik sifatnya dan wajib na‘atnya.
Telah dijadikan Allah taala akan dunia negeri fitnah dan cobaan
dan kedukaan dan kesakitan dan kepicikan supaya berbuat amal tiap-
tiap seseorang daripada usianya atas hukum dan takdir pada azali dan
membalas ia akan amal itu dalam negeri akhirat. Inna khairan fa
khairun wa inna syarân fa syarrun, jika baik maka baik, dan jika jahat
maka jahat. Maka adalah amal tiap-tiap seseorang daripada usianya
dua bahagi, satu amal syarrun namanya seperti kufur dan maksiat, dan
kedua amal khairun seperti iman dan taat maka jika ada amal khairun
itu menyalahi nafsunya dan memerangi dia dan mem[b]unuh dia
maka tidapat tiada ia mendapat kekeruhan dan kesukaran dan
kesakitan dalam dirinya daripada pihak //31// memerangi nafsu dan
mem[b]unuh dia dengan puasa pada siang dan sembahyang pada
malam atau zikir dalamnya atau lain daripada keduanya daripada
segala amal khairun dengan bersungguh-sungguh jaga pada siang dan
malam dan tiada mem[b]eri senang ia akan dirinya.
31
Maksudnya “adukan”
Syarh Al-Hikam 35
baik atas Bani Israil sebab sabar mereka itu dan lain daripada itu. Dan
ketahui olehmu bahwasanya datang tolong daripada Allah serta
sabarmu serta datang kesukaran dan kedukaan dan kemudahan serta
kesukaran, dan kata Umar ibn al-Khaththâb radhiyallâhu ‘anhu, bagi
laki-laki jika sabar engkau lalu jua pekerjaan Allah dan engkau diberi
pahala, dan jika keluh kesah engkau lalu jua pekerjaan Allah dan
engkau beroleh dosa, dan kata Ali radhiyallahu ‘anhu, sabar itu
mengendarai kendaraan yang tiada rebah dan pedang yang tiada
tumpul.
Dan kata Ibnu Abbas radhiyallâhu ‘anhumâ yang terlebih dari
segala pekawi sabar tatkala kesukaran. Mâ tawaqqafa muthlibun anta
thâlibuhu birabbika wa lâ tayassara muthlibun anta thâlibuhu
binafsika. Tiada terhenti yang dituntut yang engkau menuntut dia
dengan Tuhanmu dan tiada termudah yang dituntut yang engkau
menuntut dia dengan dirimu. Bermula manusia dua bahagi, satu yang
berpegang ia kepada Allah taala dan tetap-tetap ia dengan dia dan
diserahkannya segala pekerjaannya kepada-Nya32, maka adalah yang
dituntutnya tiada terhenti karena thalabnya dengan Tuhannya
daripada Tuhannya bagi Tuhannya kepada Tuhannya karena Ia yang
bernama ghaniy, karîm, qadîr //33// ghayru ‘âjiz.
Sebab itulah tiada terhenti yang dituntutnya dan dipadakan
Allah akan dia segala belanjanya dan dihampirkannya kepadanya yang
jauh dan dimudahkannya atas segala yang sukar dan dijauhkannya
daripadanya segala yang menyakiti dia daripada seteru atau binatang
buas atau yang be[r]bisa atau duri yang lain daripada segala yang
tersebut itu, dan jikalau berdampak ia dengan seteru atau binatang
yang buas, maka tiadalah ia meyakiti dia dengan teguh daripada Haq
taala. Dan kedua yang berpegang atas kuatnya dan haulanya, dan diam
ia kepada amalnya dan akalnya, maka adalah yang dituntutnya tiada
termudah karena ia berpegang kepada dirinya yang lemah lagi papa
lagi hina dengan tiada melakukan satu jua pun. Hai nafsu berpegang
engkau kepada Allah dan minta tolong engkau daripada-Nya dan
menyerah engkau kepada-Nya dengan Dia daripada-Nya bagi-Nya
tiada dengan dirimu bagi dirimu daripada dirimu kepada dirimu,
maka engkaulah ‘ârif billâh. Jika ada pandang demikian dan jika tiada
32
Dalam catatan pias ditulis: muthallib al-tasîm
Syarh Al-Hikam 37
yang lain yang sepatutnya ia minta tolong kepada Allah, karena Ia
Tuhan yang menjadikan dia.
Tiada meninggalkan ia akan Tuhan dan berhadap kepada
lainnya daripada segala makhluk yang seperti itu melainkan karena
buruk dan jahat pekertinya serta khaliknya dan karena kurang
akalnya maka lazim atasnya orang yang berjalan menjadikan
perpegangan pekerjaannya minta tolong dengan Allah taala atas
jalannya yang ia menjalani dia dan tiada menilik ia akan apa ia dirinya
dan kekerasan pada yang banyak amalnya dan yang sedikit maka
inilah perumahan yang mendirikan ia akan rumahnya atasnya dan
yang berkekalan ia atasnya dengan //35//menyembah Tuhannya.
Firman Allah wa‘bud rabbaka hattâ ta‘tiyaka al-yaqîn. Artinya sembah
olehmu akan Tuhanmu dengan minta tolong daripadanya tiada
dengan haul diri dan tiada dengan kuatnya hingga datang akan dikau
mati.
Syarh Al-Hikam 39
seperti didapati zahirnya dengan amal orang jahil dan jahat
pekertinya serta Allah taala, maka ia di situ pada dakwanya dan
ditolak ia daripada majelis ahkam al-hâkimîn, karena adat dakwanya
yang masmuk dan yang //37//makbul pedapat tiada berdiri hujah
dengan dia ini pada hakim yang menghukumkan zahir, maka betapa
hal mu pada hakim yang menghukumkan zahir dan batinnya.
Dan ketahui olehmu bahwasanya mukmin apabila disebut Allah
dengan tauhid dan dengan tinggalnya pada memulakan segala perkara
terbuka dadanya dan luas hatinya dan suka ia dengan menyendi dia
dan dengan mentauhidkan dia dan dengan memuji dia dan apabila
disebut yang lainnya piciklah hatinya. Dan inilah satu alamat yang
sahih, maka kenal olehmu akan alamat ini daripada hatimu atau hati
orang lain daripadamu supaya kau ambil dalil dengan dia atas
diperoleh hakikat tauhid dalam hati atau diperoleh tarbawinya syurga
dalamnya jika ada engkau orang yang arif.
اُؾنٚ ػشكٚ أُغزذٍ ث.ٚ٤ِغزذٍ ػ٣ ٝ اٚغزذٍ ث٣ ٝ اٚغزذٍ ث٣ ٖٓ ٖ٤ؽزبٕ ث
.ٚ٤ٍُ اٞفُٞ ٖٓ ػذّ اٚ٤ِاال عزذالٍ ػٝ .ِٚٛد اٞعٝ ٖٓ ذ األٓش٤ كأصِٚٛأل
٢ اُز٢ٛ ٕ األصبسٌٞ ر٠ ثؼذ ؽز٠ ٓزٝ ٚ٤ِغزذٍ ػ٣ ٠ ؿبة ؽز٠اال كٔزٝ
ٚ٤ُفَ اٞر
Berjauhan antara barang siapa yang mengambil dalil dengan dia dan
barang siapa yang mengambil dalil atasnya. Orang yang mengambil
dalil dengan dia mengenal ia akan hak bagi ahlinya dan mengisbatkan
ia akan pekerjaan itu daripada ada asalnya, dan yang mengambil dalil
atasnya daripada ketiadaan sampai kepadanya dan jika ada maka
mana kala ghaibnya hingga mengambil dalil ia atasnya dan mana kala
jauhnya hingga adalah segala atsar ia yang menyampaikan kepadanya.
Syarh Al-Hikam 41
menuntut Haq taala, tiada bagi orang yang memandang Haq taala,
maka bahwasanya orang yang memandang Dia kayalah ia dengan
nyata yang dipandangnya daripada berkehendak akan dalil seperti
orang yang melihat kelancar matahari dengan mata kepalanya. Maka
bahwasanya ia kaya daripada berkehendak akan dalil dengan melihat
ganjarnya.
ٚ٤ُٕ اٝ اُغبءسٚ سصهٚ٤ِ ٖٓ هذس ػٝ ٚ٤ُافَ اُٞ اٚعؼخ ٖٓ عؼزٝ٘لن ر٤ُ
33
Bagian terakhir (yang ditulis di dalam kurung) merupakan tambahan dari
tim berdasarkan matan al-Hikam. Bagian ini agaknya catatan yang hilang
(lacunea) dalam proses penyalinan.
Syarh Al-Hikam 43
segala nur dan segala mereka itu segala nur bagi mereka itu karena
bahwasanya mereka itu bagi Allah tiada bagi sesuatu yang lainnya.
ٖٓ ي٤ِ ٓبؽغت ػ٠ُكي اٞش ٖٓ رؾ٤ة خٞ٤ي ٖٓ اُؼ٤ ٓب ثطٖ ك٢ُكي ئٞرؾ
ةٞ٤اُـ
34
Catatan dalam pias tertulis: yakni kepada menilik cela dirinya.
35
Catatan dalam pias tertulis: yakni ibadah kepada Allah ta‟ala.
36
Maksudnya “dengan”.
Syarh Al-Hikam 45
Dan yang kedua bahwa beroleh faedah ia pada mengenal segala
aibnya daripada segala seterunya karena tetapnya tiada nyata aib itu
daripada mereka itu. Dan yang ketiga bersahabat dengan tolan yang
amat benar dengan ditiliknya akan segala ahwalnya dan segala
amalnya supaya mem[p]eringati ia akan dia atas barang yang terbunyi
daripada aibnya padanya, yang dicuci ia dengan sebabnya. Dan yang
keempat bercampur dengan manusia dan memandang ia dengan
demikian itu segala kejahatan mereka itu, dan manakala mendapat ia
dalam dirinya ke jalan yang seperti ke jalan manusia, maka hendak
menyucikan ia akan dia dengan sabun istighfar, dan membasuh
//44// dengan karunia Allah taala. Ketahui olehmu bahwasnya segala
sifat yang di jalli dan yang di cuci dan perangai dan fikrah yang keji
dan yang jahat, pohon sekaliannya itu tujuh yang pertama. Dan pohon
yang tujuh itu rida daripada nafsu dan segala sifat basyariyah yang
muwafakat dengan ubudiyah segala lawan sekalian sifat yang telah
tersebut, lawan rida daripada nafsu ketiadaan rida daripadanya, dan
lawan takabur tawaduk hingga datang kepada kesudahannya.
Pohon segala maksiat dan lalai dan ingin rida daripada nafsu. Dan
pohon segala taat dan jaga dan terpelihara, ketiadaan rida engkau
daripadanya.
37
Maksudnya “mengembala”
38
Maksudnya “oleh”
Syarh Al-Hikam 47
Dan barangsiapa menilik kepada nafsu dengan baik sesuatu yang
diperbuatnya, maka [bahwa]sanya mem[b]inasakanlah ia akan dia
dan betapa patut bagi orang yang akil rida daripadanya, padahal Nabi
Allah Yusuf ‘alayh al-salâm berkata, wa mâ ubarri’u nafsi inna al-nafsa
la ammârah bi al-sû’i illâ mâ rahima rabbi. Tiada kusucikan akan
diriku bahwasanya nafsu itu menyuruhkan dengan kejahatan,
melainkan barangsiapa dikasihani Tuhanku. Dan kata Abu Hafsha pula
radhiyallâhu ‘anhu: empat puluh tahun iktikadku pada nafsuku
bahwasanya Allah taala menilik kepadaku dengan tilik kebencian dan
segala amal menunjukkan atasnya demikian itu. Dan kata Junayd
radhiyallâhu ‘anhu: jangan diam engkau kepada nafsumu, dan jika
senantiasa taatnya bagimu dalam taat akan Tuhanmu sekalipun, dan
kata Abu Sulayman radhiyallâhu ‘anhu: tiada rida aku akan nafsu ku
sekejap mata jua pun.
40ٙدٞعُٞ ذى ػذٓيٜؾ٣ شح٤ٖ اُجق٤ػٝ 39 ٓ٘يٚذى هشثٜؾ٣ شح٤ؽؼبع اُجق
.دىٞعٝ الٝ ال ػذٓيٙدٞعٝ ذىٜؾ٣ شح٤ؽن اُجقٝ
39
Dalam catatan pias disebutkan: ay al-haqq ta’âla
40
Dalam catatan pias disebutkan: ay al-haqq ta’âla
Syarh Al-Hikam 49
Dan yang ketiga muhakik, maka adalah segala mereka yang
muhakik dengan nûr Haq taala memandang mereka itu sertanya akan
segala yang lainnya. Firman Allah dalam hadis qudsi: kânallâhu wa lâ
syay’un ma’a hu wa huwa al-āna ‘alâ mâ kâna ‘alayhi.41 Telah adalah
Allah dan tiada sesuatu jua pun sertanya dan ia sekarang atas barang
yang telah ada ia atasnya, artinya seperti tiada syay’un serta Allah
pada azali. Demikianlah tiada syay’un sertanya pada abad. Maka orang
yang muhakik daripada pihak karam dan lenyap dalam laut yang tiada
bersisi dan yang tiada berhingga tiadalah mereka itu memandang dan
mendapat dan merasan yang lain daripada laut. Maka inilah yang
dikatakan fanâ fillâh dan baqâ billâh, artinya lenyap dalam Allah dan
kekal dengan Allah.
Jangan melampaui akan dia citamu kepada lainnya, maka yang amat
murah tiada melangkahi dia segala angan-angan.
41
Cetak merah dari penulis, dengan berpedoman pada teks syarah al-Hikam
yang lain yang meletakkan hadits ini sebagai bagian bab kitab al-Hikam dan acuan
pada matan al-Hikam sendiri. Di dalam syarah versi Burhanuddin tidak dicetak
merah (tidak dirubrikasi).
Syarh Al-Hikam 51
berpeganglah kita kepada yang kaya lagi dipuja sebab murah-Nya dan
banyak pemberian-Nya dengan tiada menentu balas dan tukar.
Kata ‘Athâ’ al-Khurasâni radhiyâllâh ‘anhu: diwahyukan Allah
taala kepada Daud ‘alayhi al-salâm ya Daud ketahui oleh mu di mana
kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku tiada minta tolong seorang hamba-
Ku daripada segala hamba-Ku akan Daku tiada akan makhluk-Ku yang
Ku ketahui akan demikian itu daripada niatnya maka berdaya akan dia
segala langit yang tujuh dan barang siapa dalamnya dan segala bumi
tujuh dan barang siapa dalamnya melainkan Aku jadikan baginya
daripada sekalian itu kelapangan dan kelepasan. Dan ketahuilah oleh
mu kemuliaan-Ku dan kebesaran-Ku tiada minta pelihara seorang
hamba daripada segala hamba-Ku //51// akan makhluk-Ku tiada
akan Daku, Ku ketahui akan demikian itu daripada niatnya, melainkan
memutuskan aku akan tali rahmat yang di langit yang tujuh daripada
tangan-Nya, dan Ku bencikan akan tanah daripada bawahnya dan
tiada [h]irau Aku barang dimana serukan tempatnya binasanya.
ٓؼيٚد ٓؼب ِٓزٞعُٞ ٚ كؾغٖ ظ٘ي ثٚملٝ ٖ العَ ؽغٚإ ُْ رؾغٖ ظ٘ي ث
.ي اال ٓ٘٘ب٤ُ ا١دى اال ؽغ٘ب اعذٞكؼَ ػ
Jika tiada baik zhanmu dengan Dia karena baik sifat-Nya niscaya baik
zhan-mu 42 dengan Dia karena muamalahnya sertamu maka tiada
dianugerahkan akan dikau melainkan yang baik dan tiada ditegakkan
kepada mu melainkan nikmat.
42
Dalam catatan pias: muthallib al-i‟tidâl bayn al-khawfi wa al-rajâ
Syarh Al-Hikam 53
dengan sifat mengampun dia, dan apabila menzhankan Ia dengan Dia
bersifat rahmah maka adalah tajalli Ia dengan sifat mem[b]eri rahmat
atas nya. Dan apabila //53// menzhankan Ia dengan Dia dengan
bersifat wujud maka adalah tajalli Haq subhanahuu wa taala
kepadanya dengan baik karunia-Nya atasnya.
Dan apabila menzhankan hamba dengan Tuhannya bersifat
dengan segala lawan segala sifat yang tersebut, itu artinya dengan
jahat zhannya akan Tuhannya seperti tiada harap ia akan Haq taala
mem[b]eri rahmat dan pada pengampunan segala dosanya dan
menutup kejahatannya dan memâfkan kesalahannya maka tajalli ia
kepada Nya dengan segala lawan-Nya. Dan seyogyanya bahwa
menzhankan hamba dengan bersifat dengan sekalian sifat keelokan
dan kebajikan dan segala sifat yang menyukakan Dia, mudah-
mudahan hasil baginya keelokan dan kebajikan dan kesukaan . Dan
jangan menzhankan hamba dengan Dia, dengan segala lawan-Nya,
mudah-mudahan hasil baginya segala lawan-Nya. Berlindung kita
kepada Allah daripada hasil bagi kita segala lawan segala sifat jamal
dan ihsan dan lathif dan rauf dan rahmah dan basit dan lain daripada
segala segala yang tersebut ini yang muqtadhȃnya yang membawa
kepada rahmat.
ب الٜٗ كاٚ ٓؼُٚ طِت ٓب الثوبء٣ ٝ ٚ٘ ػُٚ اُؼغت ًَ اُؼغت ٓٔب ال اٗلٌبى
.سٝ اُقذ٢ ك٢ة اُزِٞ اُو٠ٔ ٌُٖ رؼٝ األثقبس٠ٔرؼ
Aja[i]b dengan sekalian yang aja[i]b daripada barang siapa yang lari
daripada yang tiada lepas ia daripadanya dan menuntut ia akan tiada
yang kekal baginya serupanya, maka bahwasanya tiada buta segala
mata dan tetapi segala hati yang dalam dada.
َ اصرؾ١ش أٌُبٕ اُز٤غ٣ ٠ٕ ًؾٔبس اُش ؽٌٕٞ كزًٞ ٠ُٕ اًٞ ٖٓ َٛالرش
ٌُٕٞٔ ا٠ُإ اٌُٞٔ ا٠ُإ اًٞ ٌُٖ اسؽَ ٖٓ االٝ ٚ٘ٓ َ اسرؾ١ اُزٞٛ ٚ٤ُا
//55// .٠ٜ سثي أُ٘ز٠ُإ اٝ
Syarh Al-Hikam 55
kepada satu kawn yaitu akhirat, artinya pada menghendak dia. Dan
pada menuntut dia karena keduanya itu daripada jumlah akwân jua.
Menggali berdiri engkau dengan satu taat yang fardu atau sunat, maka
jangan kau tuntut dengan dia akan yang diharap seperti syurga
u[m]pamanya, atau satu maqam yang tinggi seperti makrifat
u[m]pamanya, maka adalah amalmu yang demikian tiada ikhlas. Dan
adalah dalamnya ilat dan kecampuran sebab menuntut yang lain
daripada Haq taala, maka adalah misal orang yang berpindah daripada
satu kawn kepada satu kawn seperti kerbau mengilang batu.
Maka tapak yang datang ia kepadanya yaitulah tapak yang
ditinggalakannya akan dia. Dan tetap berpindahlah engakau daripada
segala akwan sama ada ia dunia atau akhirat. Maqam ada ia atau
derajat dirimu ada ia atau lainnya kepada kemauannya, maka
kepadanyalah engkau berhadap dan diam. Dan tetap dengan hatimu
dan dengan iradatmu. Firman Allah taala: wa inna ilȃ rabbika al-
muntaha. Dan bahwasanya kepada Tuhanmu kesudahan, karena
bahwasanya Haq taala, kesudahan segala kesudahan dan segala
hingga dan kehabis-{ke}habis[an] segala kegemarannya. Dan tiada
dibaliknya suatu syai’ jua pun yang lain daripada hasil perkataan
sembah oleh mu akan Tuhan dengan tiada ilat wujud bagi-Nya engkau
dengan tiada ilat melainkan //56// dengan sempurnakan kehambaan
dan mendirikan hak ketuhanan jua hanyalah daripada tiada berpaling
kepada memandang daripada dirimu. Maka ini lah yaitu
mentahkikkan ikhlas yang ada ia memandang tauhid yang khas.
43
Dalam catatan pias: muthallib al-shahabah
Syarh Al-Hikam 57
Jangan bersahabat engkau dengan barang siapa yang tiada
mengikutkan akan dikau halnya dan tiada menunjukkan akan dikau
atas Allah perkataannya.
Syarh Al-Hikam 59
padanya dalam keduanya dengan tiada berbeda tetap tersukar <teks
tidak terbaca> diperoleh manusia yang ada ini sifatnya pada masa
sekarang istimewa yang diriku yang hina ini lagi kurang lagi jahat
fikrah melainkan manusia yang ada atasnya fadhlu Allȃh maka tiada
sukar atasnya sifat ini. Firman Allah inna fadhla bi-yad Allȃh yu’tîhi
man yasyȃ’. Bahwasanya karunia pada tangan Allah diberikanNya
akan dia pada barang siapa yang dikehendakiNya. Dan jika bertambah
engkau pada Nya dengan amal baik dan kurang engkau pada Nya
denga dosa, maka bercerai engkau padanya terlebih baik daripada
bertolan dengan dia karena mensejahterakan agama, dan karena
menjauhkan daripada ria daripada pihak bahwasanya nafsu
diperangaikan atas mengasih puji dan sanjung dan benci akan cela dan
caci.
.أ ؽبالً ِٓ٘ ََيٞ أَعَٞ ُٛ ْٖ َٓ فؾْ جَز ُ َي َ َ ئب ً كَأ٤ذ ُٓغ
ُ ،ساى اإلؽْغبَٕ ِٓ ْ٘ َي َ ْ٘ ًُ ُسثَّٔب
44
Dalam catatan pias: yakni gemar akan dunia.
Syarh Al-Hikam 61
maka jadilah yang banyak daripada amal sedikit, karena diperoleh
kurang dalamnya daripada tiada bertambah sedikit jua pun. Dan sanya
berkata penghulu kita Ali anak Abi Thalib radhiyallâhu ‘anhu: kȗnȗ li
qabȗl al-‘amali asyadda ihtimȃman minkum lil ‘amali. Jadikan diri
kamu tersangat mahabbat bagi kabul amal daripada cita kamu kepada
amal.
Maka bahwasanya tiada sedikit amal serta takut dan banyak
sedikit amal yang termakan padahal telah disifatkan Allah taala akan
zikir segala mukmin dengan banyak karena mengandung zikir mereka
itu akan ikhlas dan akan ketiadaan ria bagi manusia, maka firaman
Allah subhanahu wa taala: yȃ ayyuha alladzîna ȃmanu-dzkurȗ Allȃh
dzikran katsîran ay khȃlishan. Hai segala mereka yang mukmin sebut
oleh kamu akan Allah dengan sebut yang banyak artinya dengan zikir
yang khalis dan yang khalis yaitu barang yang tulus dalamnya niat
kepada wajhu Allâh dan disifatkan Allah taala zikir segala mereka itu
yang munafik dengan sedikit karena melingkup zikir mereka itu tiada
ikhlas dan akan ria kepada manusia.
Firman Allah taala yurâ‘ûn al-nȃs wa lȃ yadzkurȗna Allȃh illȃ
qalîlan, yakni ghayru khȃlish. Diperlihatkan mereka itu akan segala
manusia amal mereka itu dan tiada menyebut mereka itu akan Allah
melainkan sedikit, artinya tiada khalis zikir mereka itu kepada wajhu
Allah taala tetap adalah zikir mereka itu //63// akan menolakkan
bunuh dan rampas jua dengan sebab itulah disifatkan Haq taala akan
mereka itu dengan tiada beriman. Firman Allah taala wa min al-nȃsi
man yaqȗlu ȃmana billȃh wa bi al-yawm al-ȃkhir wa mȃ hum bi
mu’minîn. Dan setengah daripada manusia yang mengata ia percaya
kami akan Allah dan akan hari yang kemudian dan tiada mereka itu
mukmin.
Dan diriwayatkan daripada Syekh Abdullah ibn Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia berkata dua rakaat sembahyang
daripada orang yang zahid lagi alim terbaik daripada ibadah segala
mereka yang berbuat ibadah yang bersungguh-sungguh kepada akhir
masa selama-lamanya. Dan kata setengah sahabat radhiyallah‘anhum
bagi segala mereka yang mula-mula tabi’ mereka itu, kamu 45
45
Dalam catatan pias: yakni mukmin yang tiada bertemu dengan Nabi
shal‘im
Syarh Al-Hikam 63
Baik segala amal tumbuh daripada baik segala ihwal dan baik segala
ihwal daripada tahkik dalam makam inzal.
46
Dalam catatan pias: yakni tiada zikir
47
Dalam catatan pias: yakni ada zikir tetapi tiada hudur hati serta Allah
Syarh Al-Hikam 65
Daku, dan Aku sertanya tatkala disebutkannya akan Daku. In
dzakaranî fî nafsihi dzakartuhu fî nafsî; jika disebutnya akan Daku
dalam dirinya, Ku sebut akan dia dalam diri-Ku. Wa in dzakaranî fî
malâ’in dzakartuhu fî malâ’in khayrin minhu; dan jika disebutnya akan
Daku dalam kawan, Ku sebut akan dia dalam kawan yang terbaik
daripada kawan. wa in taqarraba minnî syibrun taqarrabtu minhu
dzirȃ’an; jika damping ia daripada Aku sejengkal, damping aku
daripadanya sehasta. wa in taqarraba ilayya dhirȃ’an taqarrabtu
minhu bȃ’an; dan jika damping ia akan Daku sehasta, damping Aku
daripadanya sedepa. wa in atȃnî mashyan ataytuhu hirwalatan; dan
jika datang ia akan Daku berjalan, datang Aku akan dia berlari. Dan
inilah hadis ittifak atas sahnya.
Dan kata mereka itu dan setengah daripada ketentuan zikir
bahwasanya ia tiada dua patokan //67// ia dengan satu waktu yang
tertentu maka tiada dua waktu melainkan dituntut hamba dengan dia,
ada kalanya wajib dan ada kalanya sunah. Bersalahan yang lain
daripada zikir daripada segala taat. Maka bahwasanya ia ditentukan
dengan waktu. Dan tiada dituntut hamba dengan dia pada sekalian
waktu, maka ketahui oleh mu hai yang menghendaki zikrullah akan
bahwasanya beberapa firman Allah dan hadis Rasulullah sallallahu
alaihi wasallam yang menunjukkan keduanya akan fadilah zikir dan
akan ketinggian martabat orang yang zikir. Maka hendaklah
diperbanyak oleh hamba akan zikir dalam sekalian halnya, dan karam
ia dalamnya dalam sekalian waktu. Dan jikalau ada waktunya itu jima’
dan kencing dan berak sekalipun dan tiada lalai dalamnya. Dan tiada
baginya meninggalkan dia karena diperoleh ghaflahnya dalamnya.
Maka bahwasanya meninggalkan hamba akan zikir dan lalainya
daripadanya tersangat dan terbanyak ruginya daripada ruginya dalam
zikir lidahnya serta ghaflah hatinya. Maka lazim atas hamba bahwa
menyebut akan Allah dengan lidahnya. Dan jika ada ghaflah hatinya
sekalipun, maka mudah-mudahan zikirnya serta diperoleh ghaflah
menaikkan dia kepada zikir serta jaga hatinya. Dan inilah setengah
daripada sifat orang yang berakal. Dan mudah-mudahan zikirnya serta
diperoleh jaga menaikkan dia kepada zikir serta hudur hati serta
Allah. Dan inilah setengah daripada sifat orang yang alim, dan mudah-
mudahan zikirnya serta diperoleh hudur menaikkan dia kepada
zikirnya serta diperoleh ghaibnya daripada segala lain daripada Allah
Daripada alamat mata hati ketiadaan duka atas barang yang luput di
atas dikau daripada segala yang muwafaqah. Dan meninggalkan sesal
atas barang yang kau perbuat akan dia daripada diperoleh dosa.
Syarh Al-Hikam 67
ia dengan dia daripada menjauhi segala durhaka dan kejahatan. Dan
datang dalam kabar barang siapa yang menyuka akan dia yang baik
dan menduka akan dia yang jahat maka ia mukmin. Maka jika tiada
hamba atas sifat yang tersebut ini dan yaitu ketiadaan //69// duka
atas barang yang luput akan dia daripada taat dan ketiadaan menyesal
atas barang yang datang akan dia daripada maksiat maka ia mati
hatinya. Dan hanyasanya suka dengan taat dan duka dengan maksiat
daripada pihak bahwasanya segala amal yang baik dan yang jahat dua
alamat, maka amal yang baik itu alamat diperoleh rida Allah daripada
hamba dengan Dia.
Dan amal yang jahat itu alamat diperoleh kebencian Allah akan
seseorang dengan Dia. Maka apabila diberi taufik oleh Allah akan
hambaNya kepada berbuat amal saleh menyukakanlah akan dia taufik
itu. Karena bahwasanya ia alamat rida Allah daripadanya dan galib
ketika itu harapnya. Dan apabila menghinakan Allah akan seseorang
dan tiada memeliharakan Dia akan ia daripada amal maksiat
menjahatkanlah akan ia kehinaan itu. Karena bahwasanya ia alamat
kebencian Allah atasnya dan galiblah ketika itu takutnya maka harap
hamba memangkatkan ia akan dia atas bersungguh-sungguh pada
sekalian taat dan tiada daripada hukumnya meninggalkan taat dan
ketiadaan menyesal atas barang yang luput akan dia daripadanya
karena alpa dan teperdaya. Dan takut hamba memangkatkan ia akan
dia atas tersangat pada menjauhi segala durhaka dan segala kejahatan.
Dan tiada daripada hukumnya berbuat dia dan meninggalkan sesal
atasnya karena putus asa dan putus harap.
Dan dalam hadis yang diceritakan Abdullah ibn Masud
radhiyallah ‘anhu datang seseorang bernama Zaid pada Rasulullah
sallallahu alihi wasallam. Qȃla ji’tu atasâ’aluka min ‘alȃmat Allȃh ta‘âlâ
fî man yurîd wa ‘alȃmat fî man lȃ yurîd. Artinya[:] berkata ia, datang
aku bertanya akan dikau daripada alamat Allah taala pada orang yang
dikehendakiNya dan daripada alamatNya pada orang yang tiada
dikehendakiNya. Fa-qȃla lahu al-Nabî shallâ Allâh ‘alayhi wa sallam
bakhin bakhin kayfa ashbahta yȃ zayid maka berkata baginya Nabi
sallallahu alihi wasallam bahkin bahkin tiap pagi-pagi hari engkau hai
Zaid. qȃla ashbahtu uhibbu al-khayr //70// wa ahlah wa uhib an
ya‘mal bih wa idzȃ fȃtanî hanantu ilayhi wa ‘amiltu ‘amalan qalla aw
katstsar <t-y-q-y-tu> ... berkata Zaid pagi-pagi hari aku gelisah akan
ف َ ْٖ َٓ ٕكا
َ ػ َش َّ ِْٖ ػ ْٖ ُؽغ
َّ ،٠ُاُظ ِّٖ ثبهللِ ر َؼب ُ َ ظ َٔخً ر
َ قذ َُّى َ َت ِػ ْ٘ذَ َى ػ
ُ ْٗ َظ ِْ اُزُ َ ْؼ٣ ال
.َُٚ رَ ْٗجِٚ ِٓ ت ً ََشِ ْ٘ َع٢قـ ََش ك ْ َ ُ ا ْعزََّٚسث
Bermula besar dosa pada orang yang mengendarai dia atas dua
ba{ha}gi[an], salah satu keduanya besar dosa itu padanya dengan
besar yang menanggungkan dia atas tobat daripadanya dan
menanggal daripadanya dan atas besar habbah kepada tiada
mengulang yang sepertinya, maka kebesaranNya yang membawa atas
segala pekerjaan ini. Yaitu dipuja dan yaitu setengah daripada tanda
iman hamba kata Abdullah Ibn Mas’ud radhiyallah ‘anhu bahwasanya
hamba yang beriman melihat ia akan sekalian dosanya seperti dua
depa ia di bawah bukit yang //71// takut ia akan runtuhnya atas nya.
Dan bahwasanya orang yang fasik melihat ia akan dosanya seperti
lalat yang hinggap ia atas hidungnya, berkata ia baginya demikianlah
maka menerbangkan ia akan dia dengan tangannya.
48
Dalam catatan pias: muthallib al-tawbah
Syarh Al-Hikam 69
Dan kata orang bahwasanya taat tiap-tiap kecil ia artinya
kecilnya pada penglihatan yang mengarah akan dia sanya besar ia
pada Allah taala. Dan bahwasanya maksiat tiap-tiap besar ia artinya
besarnya pada penglihatan yang mengendarai dia sanya kecillah ia
pada Allah tabarakf wa taala. Dan yang kedua, bahwa besarnya
padanya dengan yang menjatuhkan ia akan dia dalam putus asa dan
putus harap dan membawa besarnya akan dia kepada jahat zannya
dengan Allah taala. Maka besarnya yang membawa atas segala
pekerjaan ini yaitu dicela lagi mencederakan iman dan yaitu terlebih
jahat atasnya daripada dosanya karena diperoleh bebalnya dengan
segala sifat Tuhannya al-muhsin al-jawwȃd al-karîm. Karena berdiri ia
serta nafsunya dan berdiri ia dengan akalnya dan inginnya dan jikalau
mengenal ia akan Allah taala dengan sebaik-baik makrifat sanya
kecillah segala dosanya pada pihak murahnya dan anugrahnya,
artinya lenyap dan hilang segala dosanya dalam laut murah Haq taala
dan lapangnya seperti lenyap banding najis dalam laut yang dalam lagi
luas.
Tetapi apabila berbuat hamba akan dosa maka wajib atasnya
bahwa minta ampun daripadanya kepada Tuhannya dan wajib
tobatnya dengan meninggalkan yang menyalahi syariat kepada yang
muwafiqah dengan dia dan malu ia akan Tuhannya dengan dosanya
itu dan mencuci akan nafsunya dan ikrar akan kesalahannya. Sebab
mengerjakan larangan dan teguh dan jangan menempatkan dosanya
itu akan dia daripada minta ampun dan tobat dan mencuci nafsu dan
ikrar akan salah dirinya. Dan jika menempati ia akan dia dari segala
pekerjaan itu maka jatuh dalam bebal dan diketahuinya dan
diiktikadkannya bahwa Tuhannya melarangkan segala maksiat dan
menyiksa yang melalui dia. //72// Apabila tiada ia minta ampun dan
tiada tobat dan diiktikadkannya pula Tuhannya mengampuni dia dan
menerima tobatnya dan memâfkan segala dosanya apabila ada ia
minta ampun dan tobat dan minta mâf kepada Nya dengan tiada sia-
sia supaya nyata halimNya dan rahmatNya dan makrifatNya dan rida
daripadanya dan supaya jatuh syafaat kekasihNya Nabi Muhammad
sallallahu alihi wasallam pada hari mahsyar, tiada menolong bapak
daripada anaknya dan tiada menolong anak daripada bapaknya
sesuatu dari pad siksa dalamnya dan tiada diterima dalamnya tukar
Tiada kecil dosa apabila membetul akan dikau adiNya dan tiada besar
dosa apabila menghendak akan dikau karuniaNya.
49
Pada catatan pias: muthallib al-ikhlâsh
Syarh Al-Hikam 71
Tiada amal yang terlebih diharap bagi segala hati daripada amal yang
gaib daripadamu memandangi dia dan yang hina pada mu wujudnya.
Bermula amal yang gaib daripada yang beramal memandang dia dan
yang hina ia padanya yaitulah yang terlebih diharap bagi segala hati
pahalanya dan yang hasil manfaatnya baginya dan yang dikabulkan ia
daripadanya. Dan hanya sanya gaib syuhudnya daripadanya dengan
sebab memandang Haq taala yang mem[b]eri taufiq Ia akan dia atas
berbuat dia. Dan hanya sanya hinanya padanya dengan ditiliknya akan
amal itu tiada patut bagi Rabb al-‘ȃlamîn daripada pihak sedikitnya
lagi kemasukkan beberapa bahayanya dan beberapa ilatnya. Dan
hanya sanya sejahtera amal daripada segala bahaya dengan menuduh
nafsu pada berdiri pada haknya dan menilik taksirnya dalamnya maka
gaiblah daripadanya tatkala itu memandang dia dan hinalah padanya
wujudnya maka tiada tetap ia padanya dan tiada berpegang ia atasnya
dan jika tiada yang beramal atas sifat ini tetapi adalah menilik kepada
amal dan membesarkan baginya dan gaib ia daripada memandang
pemberi[an] Haq taala atas mem[b]eri taufik baginya menjatuhkanlah
akan dia yang demikian itu dalam ‘ujub yaitu takabur pada batin maka
binasalah karena demikian itu amalnya dan sia-sialah usahanya
karena amalnya itu tiada makbul pada Allah taala dan tiad manfaat
baginya.
Dan ditanya ketengah segala arif apa tanda kabul amal katanya
lupamu akan dia dan putus tilikmu daripadanya dengan sekaliannya
dengan dalil firman Allah //74// taala. Ilayhi yash‘adu al-kalam al-
thayyib wa al-‘amal al-shȃlih yarfa‘ahu. Kepada Nya naik kata yang
baik dan amal yang saleh menaikkan ia akan dia maka alamat
menaikkan Haq taala akan amal itu bahwasanya tiada tinggal pada mu
daripadanya sesuatu maka bahwasanya apabila tinggal pada tilikmu
daripadanya sesuatu tiada terangkat ia kepada nya karena tsȃbit
antara ‘indiyahmu dan ‘indiyahnya maka seyokyanya bagi hamba
apabila berbuat ia akan satu amal bahwa ia padanya lupa yang
dikelupai dengan barang yang kamu sitakan akan dia daripada
menuduh nafsu dan menilik taksirnya hingga hasil baginya kabul.
.ًاسداٝ
ِ ِٚ ٤ْ َِػ
َ ِٚ َِٕ ثٌَٞاسدَ ُِزُٞا
ِ َ َ َسدْٝ َ اَّٗٔب أ
َْي٤َِػ
.صبس٥ا
ِ م ِ َ ِذ األ َ ْؿ٣ ْٖ ِٓ غَِّ َٔ َي
ِ ّ ُ َؾ ِ ّش َس َى ِٓ ْٖ ِس٤ُِ َٝ .بس٤ َ َ َز٤ُِ َاسدُٞا
ِ َ َ َسدْٝ َ أ
َْي٤َِػ
.ِى ُ نبء
َ دٜٞؽ َ دٞعُٝ ِٖ ُْ ْخ ِش َع َي ِٓ ْٖ عِغ٤ُِ َاسدُٞا
ِ َ ك٠ُِى ئ ِ َْي٤َِػ
َ َ َسدْٝأ
Mendatangkan ia atas mu akan warid supaya mengeluarkan dia akan
dikau daripada penjara wujud mu kepada padang syuhudmu.
Syarh Al-Hikam 73
Bermula penjara wujudmu itu yaitu pandangmu bagidirimu dan
peliharamu bagiperolehnya. Dan padang syuhudmu bahwa gaib
engkau daripada memandang dia dengan memandang kebesaran
Allah taala dan kelebihan-Nya dan ketinggian-Nya dengan melengkapi
zuhur-Nya dan tajalli-Nya pada sekalian yang mewujud yang zahir
dengan tiada suanya suatu juapun daripadanya. Firman Allah taala: wa
Allȃh bi-kulli shayin muhîthin. Dan Allah taala dengan tiap-tiap suatu
meluput. Dan kata sufi penjaramu nafsumu, dan apabila keluar engkau
daripadanya jatuhlah engkau dalam senang selama-lamanya daripada
payah dan lelah daripada mengusahakan bahaginya dan
perolehannya.
ِ األَعَٝ ة
.ْشاس ِ ُِٞب اُو٣اس َٓطبٞ
ُ ْٗ األ
Cahaya itu tentara hati seperti bahwasanya kelam tentara nafsu. Maka
apabila menghendaki Allah taala akan menolong hambaNya,
membantu ia akan dia dengan diberi segala anwar dan memutuskan ia
daripadanya akan bantu kelam dan segala yang lain.
Bermula nur tauhid dan yakin dan kelam syirik //76// dan syak
berlawanan keduanya bagihati dan baginafsu dan perang antara
keduanya seperti menyabung. Maka apabila menghendaki Allah taala
akan menolong hambaNya membantu Ia akan hatinya dengan segala
tentaraNya dan memutuskan ia daripada nafsunya akan bantu segala
tentaranya dan apabila menghendaki Allah taala akan menghinakan
hambaNya maka meminta ia akan nafsunya dengan segala tentaranya
memutuskan ia daripada hatinya akan membantu dia.
Syarh Al-Hikam 75
.ْثبس ُ ِْ َاُوَٝ .ُْ ٌْ ب اُ ُؾَُٜ ُ شح٤ق
ُ اإلدَٝ ٍُ ُ اإل ْهجبَُٚ ت ُ ُ اُ ٌَ ْؾَُٚ سٞ
َ َاُجَٝ .ق ُ ُّ٘ا
Nur baginya membukakan baginya dam mata hati baginya hukum dan
hati baginya berhadap dan berbilang.
Maka inilah suka yang dipuji dan yang dituntut daripada hamba,
dan adalah sukanya seperti yang demikian itu menghendaki syukur
akan Allah taala yang mendatangkan taat dan yang menolong atas
Telah diputuskan Allah akan segala amal mereka itu dan memandang
segala hal mereka itu. Ada pun segala mereka yang berjalan maka
karena bahwasanya mereka itu tiada mentahkikkan mereka itu akan
sidiq serta Allah taala dalam nya. Dan ada pun segala mereka itu yang
wasul kepada nya maka karena bahwasanya Haq taala menggaibkan ia
akan mereka itu dengan memandang dia daripada nya.
50
yakni dengan suka hati berbuat taat yaitu orang yang wȃsil
Syarh Al-Hikam 77
yang lainnya. Artinya tiada lulus memandang akan lain daripada Allah
pada waktu memandang Dia. Dan segala mereka itu yang salik
memutuskan akan mereka itu daripada demikian itu oleh ketiadaan
tahaqqaq mereka itu dengan benar dan ketiadaan suci daripada da’wa
maka mereka itu selama-lamanya menuduh bagidiri mereka itu
menyempurnakan segala amal mereka itu dan pada menyajikan segala
hal mereka itu.
Kata setengah sufi daripada tanda orang yang dihadapkan Allah
akan dia dalam segala ihwalnya bahwa memandang memandang ia
akan taqshîrnya dalam ikhlasnya, dan akan lalai dalam segala zikirnya,
dan akan kurang dalam sidiqnya, dan akan lemah dalam mujahidnya,
dan akan sedikit memelihara dalam perkaranya. Maka adalah sekalian
ihwalnya pada Nya tiada dikeridai akan dia, dan menambah ia akan
berkehendak kepada Allah taala dalam qashadnya dan jalannya hingga
fanalah ia daripada tiap-tiap barang yang lainnya. Dan kata Abu Umar
wa Isamail Ibn Majid radhiyallah ‘anhu tiada hening bagi seseorang
tekuk pada ubudiah hingga ada segala perbuatannya padanya
semuanya ria, dan segala ihwalnya pada Nya da’wî hasil kata kita
jangan lalai dan lupa kita daripada menuduh diri kita dengan sekalian
amalnya ria dan sekalian katanya dusta dan sekalian ihwalnya da’wî
Dan jangan kita memuji dan menyanjung //80// diri kita dengan baik,
segala perbuatan yang zahir dan yang batin karena karena yang
demikian itu yang satu bagidaripada rida daripada nafsu yang ia
pohon segala maksiat.
Syarh Al-Hikam 79
melawan tamak dua wajah satu wajah pada zahir dan kedua wajah
pada batin.
Maka wara yang pada zahir tiada bergerak lidahnya pada
mengadukan hal dirinya melain kepada Allah dan tiada melintas dan
memelantang ia melainkan kehadapan pintu-Nya. Dan warak yang
pada batin tiada berhadap dan tunduk hatinya melainkan kepada
Tuhannya. Dan bahwasanya tama’ pada segala makhluk
membinasakan agama dan warak mensejahtera akan dia, maka ambil
oleh mu akan warak dan jadikan akan dia pakaianmu. Dan tinggalkan
oleh mu akan tamak pada segala makhluk, dan jangan kau jadikan
akan dia pakaianmu karena ia membinasakan agamamu. Karena tama’
itu mengahil akan memakai dia kepada syak akan Allah taala.
َ َُ ْ ٌء ِٓض٢ْ ؽ
.ِْ ْٛ ُٞا َ ٓب هبدَ َى
51
Waham akan nafsu kepada pekerjaan yang sia-sia, lenyap terlebih
sangat daripada dosa akan dia kepada pekerjaan yang sebenarnya. Dan yang tetap
karena berpatut.
Engkau merdeka daripada barang yang engkau baginya putus asa dan
hamba bagi yang yang engkau tamak baginya.
Syarh Al-Hikam 81
bangau yang terbang ia dalam hawa kemuliaannya yang tiada sampai
bada bicara kepada nya daripada tinggi tempat terbangnya itu.
Kemudian maka dihantarkan sesuatu makanan seperti segumpal
daging umpanya pada jerat, maka menurunkanlah akan bangau itu
daripada tempat ketinggian oleh tamaknya akan daging itu. Maka kena
jeratlah kakinya atau sayapnya atau batang lehernya, maka
menangkaplah akan dia kanak-kanak dan permainnyalah akan dia dan
jadilah ia beroleh kehinaannya sebab tamaknya itu. Dan jikalau tiada
tamaknya akan daging itu, maka mana dapat kanak-kanak itu
menangkap dia dan bermain dia dan menghinakan dia dan
menghukum dia karena tingginya dan jauhnya.
Inilah misal orang yang tamak kepada yang lain daripada Allah
subhanahu wa taala . maka muliakan dan peliharakan dirimu daripada
tamak dan kehinaan dan kerendahan dan kekurangan dan kehambaan
kepada yang sepertimu dan yang seu[m]pama mu daripada pihak sam
jadikan. Hai nafsu dengarkan oleh mu khabar seseorang ahlu Allȃh
bernama Fatah al-Mushallî duduk pada satu tempat dan dua orang
kanak-kanak duduk kepada nya disisinya seorang daripada dua
kanak-kanak padanya raut saja dan seorang lagi padanya raut serta
kemih nama pemkan raut dalam antara itu. Maka datang seseorang
bertanya pada Fatah Al-mushalli daripada sifat orang yang mengikut
syahwatnya dan yang tamak.
Maka antara tanya dan jawab maka berkata kanak yang punya
raut saja //84// kepada tolannya punya raut serta kamih beri oleh mu
bagiku setengah kamihmu itu. Maka sahut yang punya kamih jika
dengan syarat keadaan mu seperti anjingku, maka kuberi akan dia
bagimu. Maka sahut yang meminta kamih kabul lah aku akan seperti
anjingmu, maka mengambil yang mem[b]eri kamih itu akan tali maka
dijeratlah akan dia pada batang lehernya. Maka menghela ia akan dia
seperti dihela anjing. Maka kata Fatah al-Muhalli hai saudara yang
bertanya dan jika memedakan ia akan rotinya saja dengan tiada
mengikut syahwat dan tiada tamak, sanya tiadalah jadi seperti anjing
tolannya. Demikianlah sifat orang yang mengikut syahwat dan tamak.
Hai nafsu pohonkan akan tulang dan bantu daripada Tuhanmu atas
melawan syahwat dan tamak karena kuasanya. Dan jangan minta
tolong engkau daripada lainnya karena lemahnya.
Barang siapa tiada berhadap atas Allah dengan pucuk kebaikan, dihela
ia kepada Nya dengan rantai kesakitan.
Syarh Al-Hikam 83
ke akhirat dengan percintaan dan sesal dan rugi yang tiada putus
selama-lamanya. Berlindung kita kepada Allah daripada yang kedua.
52
Itu mengwajibkan bagi kekalnya dan bertambahnya. Dan kufur akan
dia, dan ketiadaan mensyukurkan dia.
Syarh Al-Hikam 85
seperti mencium air taharah yang berubah baunya atau karena
manfaat dalamnya atau karena kasih yang harus atau karena faedah
dengan dia. Dan demikian lagi kepala dan punggung dan lutut dan
segala anggota yang lain daripada segala yang tersebut itu.
َٕ ر ُِ َي ا ْعزِذْساعب ً َُ َيٌَٞ٣ ٕأ ِ َدَٝ َْي٤َُ ئِٚ ِٗ ِد ئؽْغبٞعُٝ ْٖ ِٓ َق
ْ َُٚاّ ئعب َءرِ َي َٓؼٝ ْ خ
َُٕٞٔ ََِ ْؼ٣ ْش ال
ُ ٤ ْْ ِٓ ْٖ َؽُٜ عَ٘ ْغزَذْ ِس ُع
َ
Syarh Al-Hikam 87
menyebutkan akan dia muallif rahmat Allah daripada memutuskan
tolong daripadanya dan mendrikan dia pada tempatnya yang jauh
daripada nya.
Maka inilah permulaian jatuh dendang murîd daripada Haq
taala. Maka apabila dijawab murîd dengan dinding yang jatuh ia dalam
maqam yang jauh dan tiada menidakkan dia rahmat daripada Allah
taala pada hal jauhnya. Sanya adalah yang demikian itu mewajibkan
akan gugurnya daripada tilik Allah subhanahuu wa taala dan
mewajibkan pula akan jatuh dinding atas hatinya dan akan bertukar
sifat jinak dengan sifat liar dan akan binasa sifat terang dengan sifat
kelam. Dan tiadalah dapat akan dia kemudian daripada segala sifat
yang tiada mendapat dia rahmatNya dan kemudian wajib jatuh
dinding atas hatinya dan bertukar jinak dengan liar dan binasa terang
dengan kelam mengualng akan halnya yang pertama.
Karena bahwasanya ia tatkala itu putus daripadanya segala
tolong yang berhubung dengan putus daripadanya segala warid yang
hasil padanya. Maka apabila tiada menolong Allah taala akan dia
dengan mendapat segala adab yang baik dan mendapat makrifat dan
menyempurnakan ubudiah //90// dan mendirikan hak rububiah,
sanya jatuhlah ia dalam kehinaan dan kecelân. Dan keraslah atasnya
syetan maka melupakan akan dia syetan itu daripada zikir. Dan turun
akan dia kejahatan makar dan berbaliklah ia kepada mengikut hawa
nafsunya yang amarah. Dan keluarlah ia daripada kandang segala
mereka itu yang hening lagi pilihan.
Berlindung kita dengan Allah taala daripada sȗ’ al-adab yang
membawa ia kepada segala bagikejahatan dan kehinaan dan kecelân
dan kebencian dan yang putus tolong karena nya dan berdiri ia pada
maqam yang jauh pada sebabnya. Maka perbaiki oleh mu akan adab
dan lazim oleh mu akan dia dan jang kau sia-siakan akan dia. Karena
barang siapa yang membaiki dia akan yang melazim dia sampailah ia
pada tempat segala mereka yang kamil. Dan barang siapa yang
mensia-siakan dia maka adalah maqamnya maqam yang jauh daripada
tempat yang disangkanya hamparnya dan adalah ia pula ditolak
daripada pihak disangkanya ia di ke[m]balikan. Ketahui oleh mu
bahwasanya empat adab apabila suanya faqir yang menjerat
daripadanya maka jadikan oleh mu akan dia dan akan tanah
bersamaan. Satu kasih bagi segala kana-kanak dan kedua memuliakan
Apabila kau lihat seseorang yang mendirikan dia Allah dengan wujud
segala auradnya dan mengakalkan ia akan dia atas nya serta panjang
segala tolong, maka jangan kau hinakan akan yang diberikan
Tuhannya akan dia, karena bahwasanya engkau tiada melihat atas nya
tanda segala arif, dan tiada keelokan segala mereka yang kasih, maka
jikalau tiada wȃrid tiada wirȃd.
Syarh Al-Hikam 89
segala muhib. Dan segala mereka itu yang abrar mereka itukekal
mereka itu serta bahagian mereka itu dan segala kehendak mereka itu
dan berdiri mereka itu dalam segala amal dan segala taat supaya
beroleh mereka itu atas nya dengan tinggi derajat mereka itu dalam
segala surga dan mereka itu segala zahid dan segala ‘abid dan tiap-tiap
seseorang daripada segala hamba yang tersebut itu ditolong dalam
maqamnya yang ia dalamnya dengan dengan tolong yang
dibandingkan ia daripada Tuhan yang menghendaki tolong itu
daripada //92// mereka itu akan berdiri mereka itu dengan segala
hak maqam mereka itu atas bersalahan segala maqam itu.
Dan apabila kau lihat ses[e]orang hamba yang mendirikan dia
Allah taala dalam segala amal kebajikan yang zahir, dan dalam
berhubung segala aurȃd yang berturut-turut dan menolong dia Ia
dalam demikian itu dengan bantu dan kemudahan, maka hamba itu
daripada yang dipilih Allah taala baginya. Maka jangan kau hinakan
akan dia karena bahwasanya engkau tiada melihat atasnya tanda
segala arif daripada meninggalkan ikhtiarnya dan sujud daripada
segala bahagian dan segala auradnya antara hadapan murîd yang
dipilih, dan tiada keelokan bagi segala mereka yang muhib daripada
mengasih dengan keridaan mahbubnya dan keluasannya dan bebas
antara hadapannya.
Maka jikalau tiada warid itu daripada Allah taala niscaya tiada
tetap ia atas amalnya yang dibawanya. Maka hamba itu tiada keluar
daripada kandang tolong-Nya dan lingkar peliharaan-Nya, maka tiada
kau hinakan barang yang diberikan oleh Tuhannya akan dia dan kau
kurangkan akan labanya, dan tiada yang demikian itu melainkan dari
pihak bebalmu dan kurang akalmu karena yang diberikan kepada
hamba daripada Tuhan jikalau sedikit sekalipun pada mata, maka
sanya mulai ia dengan memandang kepada yang mem[b]erikan dia
dan banyak ia pada pihak dengan memandang rida Tuhannya dan
kasih Tuhan akan dia dengan tiada berputus seperti seorang ahlu al-
dunya yang diberi raja akan dia sesuatu, dan jikalau sedikit sekalipun
maka sangat dimuliakan dan dikehendakinya akan dia daripada yang
diberi orang yang setaranya dan hingga lebihlah ia dengan sebab nya
daripada orang yang tiada diberi raja akan dia dan ditaruhlah ia
dengan memelihara akan dia supaya mudah-mudahan sampai lah itu
kepada anak cucu dirinya ini pemberi makhluk, maka banyak
Satu kaum mendirikan akan mereka itu //93// Haq taala karena
khidmatnya dan satu kaum menentukan ia akan mereka itu dengan
mengasih Dia sekalian menolong Kami akan mereka itu dan mereka itu
daripada pemberi Tuhanmu dan tiada pemberi Tuhanmu diteguhkan.
Dan bagi Haq taala ikhtiar yang sempurna dan kehendak yang
terus tiada ditanya ia daripada barang yang diperbuatnya akan Dia
dan mereka itu ditanya daripada perbuatan mereka itu. Artinya tiada
disiasati akan dia dan tiada i’tirȃd akan dia pada memuliakan ia akan
sesuatu atau menghinakan dia atau mehamparkan dia atau
menjauhkan dia bersalahan kita manusia tedapat tiada ditanya dengan
sabda Nabi ‘alayhi al-salȃm wa al-sȃlȃm kullukum rȃ’in wa kullukum
masȗlun ‘an rȃ’iyatih. Sekalian kamu mengebala dan sekalian kamu
ditanya pada yang dikebalanya. Maka satu tȃifah mendirikan akan
mereka itu Allah taala karena menkhidmati Dia hingga patut mereka
itu masuk ke surga dan mereka itu segala zahid dan segala ‘abid.
Dan satu thȃifah menentukan ia akan mereka itu dengan
megasih Dia hingga patut mereka itu bagidihamparkan akan Dia dan
masuk kepada hadarat Nya dan mereka itu segala yang Allah taala dan
segala yang tahu akan segala marȃtib ketuhanan dan segala marȃtib
kehambaan dan akan zahir dan akan batin dan akan yang lazim dan
akan yang tidak lazim dan akan keridaan-Nya dan ketiadaan rida-Nya
dan lain daripada segala yang tersebut itu daripada segala hukum, dan
sebab itulah mereka dilebihkah Haq subhanahuu wa taala daripada
segala hamba yang lain dan mereka itu mewarisinya daripada Nabi
shalla Allȃh ‘alayhi wa sallam dengan sempurna. Sabda Rasulullah
shalla Allȃh ‘alayhi wa sallam al-‘ulamȃ’ waratsah al-anbiyȃ’. Segala
mereka yang alim waris segala Nabi ‘alayhim al-salȃm.
Kata setengah sufi radhi Allȃh’anhu bahwasanya bagi Alla taala
beberapa segala hamba yang tiada dipatutukan Allah akan mereka itu
dengan makrifat akan Dia maka melalaikan Haq taala akan mereka itu
Syarh Al-Hikam 91
dengan menkhidamati Dia dan ibadah akan Dia hingga tiadalah
diperoleh akan mereka itu makrifat seperti yang diperoleh segala ‘ȃrif.
Dan baginya qawul beberapa segala hamba yang tiada //94//
dipatutkan Allah taala akan mereka itu dengan menkhidmati Dia dan
ibadah akan Dia. Maka menentukan Ia akan mereka itu dengan
makrifat dan ilmu akan Haq taala, maka nyatalah pemberi Allah taala
akan segala hambaNya dua bagi dengan sekira2 bagi hamba satu yang
diberi-Nya akan mereka khidmat kepada hadarat-Nya hingga tiada
mereka itu akan dunia, sebab karam dalam khidmat dan mereka itu
yang dinamai zahid dan ‘abid dan kedua yang diberi-Nya akan mereka
itu makrifat dan ilmu hingga tiada mengenal mereka itu akan yang lain
daripada Allah taala sebab karam dalam laut makrifat akan Dia.
Firman Allah taala wa haulȃi man ‘athȃ’a rabbuka wa mȃ kȃna
‘athȃ’u rabbuka mahdhȗran. Segala mereka itu artinya segala zahid
dan segala ‘ȃrif dari pemberi Tuhanmu dan tiada pemberi Tuhanmu
diteguhkan. Maka Allah taala menentukan dengan pemberi-Nya bagi
barang siapa yang dikehendaki-Nya. Firman Allah Yakhtashshu bi-
rahmatihi man yasyȃ, Ditentukan dengan rahmatNya akan barang
siapa yang dikehendaki-Nya.
Ada sedikit yang tiada ada segala warid yang ilahiyah melainkan besar
kaba karena memelihara yakin daripada mendoa akan Dia segala
hamba dengan wujud isti’dâd.
Barang siapa yang kau lihat akan dia menyahut daripada segala yang
dinyatakan dengan mengibaratkan bagitiap-tiap yang dipandangnya
dan menyebutkan bagisekalian yang diketahuinya maka mengambil
dalillah engkau dengan demikian itu atas ada bebalnya.
Syarh Al-Hikam 93
dia, dan terkadang adalah bagiseseorang ilmu yang tertentu dengan
dia.
Maka apabila menyatakan ia akan dia dengan ilmu lainnya
niscaya mem[b]eri mudarat ia akan dia seperti mem[b]eri makanan
//96// yang tiada munasabah ia dengan yang memakan dia dan jika
beroleh manfaat yang menyebutkanilmu itu dengan dia, maka tiada
dibilangkan akan dia maka seyokyanyalah menyebutkan ilmu itu
manfaat kepada yang menyebutkan dia dan kepada yang disebutkan
ilmu itu baginya. Maka ketiadaan membezakan antara segala ma’lumat
padanya itu pada menybutkan dia tanda daripada ada bebalnya.
Firman Allah taala yang dihikayatkan daripada kata nabi Musa ‘alayhi
al-salȃam a’ȗdhu bi-Allah an akȗna min al-jȃhilîn. Berlindung aku
dengan Allah daripada keadaanku daripada segala mereka yang bebal.
ّاس ال رَغَ ُغ ٓبَ اُذِٙ َ ِزٛ َّٕ َ َٖ ؛ أل٤ِ٘ٓ ْ اُ ُٔإِٙ ضاء ِػجب ِد
ِ خ َشح َ َٓ َؾ ّالً ُِ َغ٥ا ِ ّاس َ ئَّٗٔب َعؼَ ََ اُذ
.بَُٜ داس ال ثَوب َء ٍ ٢ ْْ كُٜ َ٣ُغبصِ ٣ ٕأ ْ ْٖ ػ َ ُ أ َ َع ََّ أ َ ْهََّٚٗ ِألَٝ .ْْ ُٜ َ٤ُ ْؼ ِط٣ ٕأ
َ ْْ ُٛ ذاس ْ ُذ٣ُش٣
Bermula buah amal itu didapat sedap pada mengerjakan dia dan
nikmat dengan dia. Dan teraup bahwa hanya pada kebanyakan segala
amal dengan mengakal atas nya dalam ketika kemudahan dan
kesukaran. Kata setengah ‘arif tiada suatu daripada amal yang baik
Syarh Al-Hikam 95
melainkan pada pihak-Nya //98// kesakitan yang berkehendak orang
yang beramal kepada sabar dalamnya. Maka barang siapa sabar atas
kesakitannya sanya membawa ia kepada senang dan mudah. Dan
hanya sanya yang sakit itu memerangi nafsu, maka kemudiannya
menyalahi hawa.
Maka menyakiti akan nafsu itu pada meninggalkan dunia, maka
meninggalkan yang lezat pada nafsu dan nikmatnya. Kata setengah
sufi kesakitan akan diriku mem[b]aca qur’an dan mengakali pada
mem[b]aca dia dua puluh tahun dan ku peroleh nikmatnya dan
manisnya dua puluh tahun. Dan kata setengah kusakit akan diriku
dengan jaga pada malam pada buat taat dua puluh tahun dan
kuperoleh sedapnya dan maisnya dua puluh tahun. Dan kata setengah
ulama adalah aku membaca qur’an maka tiada aku mendapat baginya
manis hingga membaca aku akan dia seolah2 aku men[d]engar akan
dia daripada Rasulullah sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam membaca ia akan
dia atas segala sahabatnya, maka naik aku kepada satu maqam yang di
atas nya dan adalah aku membaca akan dia seolah2 aku mendengar
akan dia daripada Jibril ‘alayhi al-salȃm mengkhabarkan dia atas
Rasulullah sallȃ Allȃh ‘alayhi wa sallam kemudian maka didatangkan
Allah taala akan maqam yang lain maka tiba2 sekarang aku
mendengar akan dia daripada yang berkata dengan dia yaitu Haq
subhanahuu wa taala, maka pada maqam yang lain itu mendapat aku
baginya sedap dan nikmat yang tiada dapat aku dapat aku
mensabarkan akan diriku daripada nya.
Dan barang yang disebutkan oleh segala mashȃykh daripada
manis amal dan nikmat-Nya hanya sanya ia buah segala amal yang
sahih yang kepada wajah Allah lagi sejahtera daripadanya dan da’wî.
Dan setengah kata Masyayikh apabila benar hamba pada amal
mendapat ia akan manisnya hawul daripada mengerjakan dia. Dan
apabila ikhlas hamba dalamnya mendapat ia akan manisnya pada
waktu mengerjakan dia. Bermula segala amal yang disifatkan dengan
halȃwah dan nikmat dan lezat dengan sebab sidiqnya dan ikhlasnya
diterima ia //99// bi-fadli Allȃh ta‘âla. Datang dalam khabar lȃ
yataqabbala Allȃh min sam’in wa lȃ murȃin. Tiada menerima Allah
taala daripada orang yang sam’ah dan tiada daripada orang yang ria
menunjukkan akan salahnya karena amal yang salim daripada ria dan
sam’ah diterima ia.
Syarh Al-Hikam 97
Adalah Allah azza wa jalla baginya dalam akhiratnya kepada
mukanya memuliakan dan kepada pekerjaan hamba membesarkan
dan kepada tempat kemuliaan hamba itu daripada nikmat yang tetap
menyegerakan. Apabila ada hamba dengan haq Tuhannya
memudahkan dan dengan suruhnya mehinakan dan bagi segala
agamanya menghuumkan, adalah Allah azza wa jalla baginya
mehinakan dan dengan pekerjaan hamba memudahkan dan kepada
yang dikebencinya daripada azab yang pedih menyegerakan pada
hamba itu.
Mengata dia Syekh Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu dan adalah
setengah sufi mengaji ia dalam setengah kitab maka didapatnya
dalamnya firman Allah hai anak ‘adam ... engkau akan daku pada
barang yang kusuruhkan engkau dan jangan beritahu akan daku
barang yang ... akan daku karena bahwasanya aku mengetahui dengan
sekalian makhlukku, hanya sanya ku muliakan akan barang siapa yang
memuliakan ia akan daku dan ku hinakan barang siapa yang hina
atasnya suruhku, tiada menilik aku pada hak hambaku hingga menilik
hambaku pada hakku, maka lazim atasmu hai nafsu membesarkan dan
memuliakan Haq taala dan segala suruhnya dan segala tegahnya pada
zahirmu dan batinmu, mudah-mudahan Allah taala dengan fadhalnya
berbuat bagimu seperti yang demikian itu.
Manakala menkeruhkan ia akan dikau akan taat dan akan kaya dengan
dia daripadanya //101// maka ketahui olehmu bahwasanya ia
menyempurnakan atasmu segala nikmatnya, hal keadaannya zahir dan
batin.
Syarh Al-Hikam 99
berkata aku baginya berapa menjualkan engkau akan ini, maka
manakala ia kepadaku dan berkata ia duduk engkau.
Maka bahwasanya engkau lapar daripada masa dua hari, hingga
apabila menjualkan aku akan ini mem[b]eri aku akan dikau
daripadanya sesuatu, maka jatuhlah atas hatiku takut, maka tatkala
menjual ia akan itu maka mem[b]erilah ia akan daku sesuatu dan
berjalanlah ia, maka berjalan aku di belakangnya, mudah-mudahan
beroleh faedah aku daripadanya sesuatu, maka berpaling ia kepadaku
dan berkata ia apabila datang bagimu satu hajat maka dirikan olehmu
akan dia dengan Allah melainkan bahwa ada bagimu bahagian
dalamnya maka terdinding engkau daripada Allah.
Maka inilah duka yang dusta yang ada daripadanya tangan yang
dusta pula, maka sebab itulah ia akan alamat teperdaya, dan jikalau
ada singgah kata itu, seniscaya bangkitlah ia kepada taat dengan
berdapat yang telah luput ia daripadanya, dan menyesallah ia atas
meninggalkan dia dengan minta ampun daripada Tuhan bersifat
ghafurun rahiim, dan ditinggalkannya akan kerja bahagian nafsunya
supaya sempurna bangkitnya kepada taat dengan bersinggah-singgah.
Dan jangan kau lemahkan dirimu //103// hai yang ketiadaan taat
daripada berbangkit kepadanya dengan sikap dan birahi beratnya
supaya lepas engkau daripada hutang yang lazim dan yang wajib
membayar dia sebelum matimu, dan jika mati engkau sebelum
terbayar hutang yang lazim itu, maka adalah engkau dalam musibah
Allah taala, jika dikehendakinya disiksanya engkau dengan sekira-kira
dosamu dengan tiada aniaya daripadanya, dan jika dikehendakinya
dimâfkan engkau dengan fadhalnya dan kiramnya daripada pihak
menutup segala kejahatan dan meninggalkan menghalau sedia dan
menyampaikan dikau kepada maqam yang rafî’.
Dituntut segala mereka itu yang arif daripada Allah akan benar pada
martabat kehambaan dan akan berdiri dengan segala haq martabat
ketuhanan.
َ َ أَٝ ،ْو
خش َع َي ِ َزْ ُشً ََي َٓ َغ اُجَغ٣ ال٢ َ َهَجَٝ ،ْل
ْ ًَ ن َي ِ َ َي َٓ َغ اُوَج٤ُ ْج ِو٣ ال٢ َ غ
ْ ًَ ط َي َ َث
.َُٚٗٝءٍ د٢ْ ؾ َ ُِ ٌََٕٞ ال ر٢ْ ًَ ٔبُٜ ْ٘ ػ
َ
Meluaskan ia akan dikau supaya tiada meninggalkan ia akan dikau
serta pijak, dan memijakkan ia akan dikau supaya tiada mem[b]erikan
ia akan dikau serta keluasan, dan mengeluarkan ia akan dikau
daripada keduanya supaya tiada ada engkau hamba bagi sesuatu yang
lainnya.
ِ َ ِد األَدٝ ُؽذ٠ِػ
٢ة ك َ ق
ُ َ ِو٣ الَٝ ،اٞن ُ َٞ ا أ َ ْخَٕٞ ئِرا ثُغِطٞاُؼبسك
ُ ِ ْْ ئِرا هُجُٜ ْ٘ ِٓ ف ِ
.ٌَ ٤َِْو ئال ه
ِ اُجَغ
Segala mereka yang arif apabila diluaskan mereka itu, terlebih takut
mereka itu daripada takut mereka itu apabila dipijakkan dan tiada
berdiri atas segala had adab pada masa keluasan melainkan sedikit.
Mana kala membukakan Allah taala bagimu akan pintu paham dalam
tegah, jadilah tegah itu yaitu diri pemberi.
ّ ّٕ رغزؼض
٠٘ل٣ ثؼض ّ كال٠٘ل٣ ٕ ُي ػض الٌٞ٣ ٕئٕ أسدد أ
Jika kau kehendaki bahwa ada bagimu kemuliaan yang tiada lenyap,
maka jangan kau ambil kemuliaan dengan kemuliaan yang lenyap.
ي ٓ٘ي٤ُخشح أهشة ئ٥ اٟ رش٠ب ػ٘ي ؽز٤ٗ ٓغبكخ اُذ١ٞ إٔ رط٢
ّ و٤ اُؾو٢
ّ اُط
كٔب ثؾ ّنٚ٘ثخ ػٞد اُؼوٝسٝ ٚذكغ ثطبػز٤ُ ٝ أٚ٘ٓ ٙٞشع٣ ء٢ ؽٖٙٓ ػجبد
ٚفبكٝأ
Barang siapa menyembah dia karena sesuatu yang diharapnya akan dia
daripadanya atau supaya ditolakkannya sebab taatnya akan datang
siksa daripadanya, maka tiada berdiri ia dengan sebenar-benar segala
sifatnya.
Dan apabila adalah tegah Allah taala dan pemerianya dua nikmat
yang besar keduanya seperti yang telah kamu sebutkan sekarang,
maka seyogyanya lah bahwa ada dalam tiap-tiap keduanya diperoleh
cahaya mata murid dan yaitu memandang Haq taala yang
mem[b]erintahkan pemberianya dan tegah-Nya yang terkandung
dalam pandangan itu makrifat akan dzat-Nya dan segala sifat-Nya dan
segala isim-Nya dan segala fi’il-Nya dan mentauhidkan dia dengan
bahwasanya Ia jua fa’il keduanya dan yang lain daripada keduanya,
maka jika pedih ia dengan salah satu daripada keduanya dan sedap
akan dia yang lain, maka yang demikian itu karena ketiadaan inginnya
ٕي ثبُزٗت كٌب٤ِ ػ٠هنٝ ٍٞٓب كزؼ ُي ثبة اُوجٝ سثٔب كزؼ ُي ثبة اُطبػخ
ٍٞفُٞ ا٢عججب ك
Dua nikmat tiada keluar yang maujud dari apda keduanya dan tedapat
tiada bagi tiap-tiap yang diadakan daripada keduanya, satu nikmat
menolong dan kedua nikmat mengadakan.
ّخ٤اُلبهخ اُزارٝ بٜ٘ٓ ي٤ِ ػ٢د األعجبة ٓز ًّشاد ُي ثٔب خلٝسٝ ّخ٤ رارُٚ كبهزي
اسكٞب اُؼٜال رذكؼ
د رُّزيٞعٝ ٠ُ ئٚ٤رشدّ كٝ د كبهزيٞعٝ ٚ٤ذ كٜهذ رؾٝ هبريٝش أ٤خ
Yang terlebih baik segala waktumu yang kau pandang dalamnya akan
ada papamu dan yang kembali engkau kepada keadaan kehinaanmu
hanya sanya adalah waktu musyahadah itu sebaik-baik segala waktu
karena diperoleh hudhuurmu dalamnya serta Tuhanmu dan putus
tilikmu daripada sekalian yang lainnya yang mewajibkan tilikmu
kepada segala yang lainnya akan jauhmu dan terdindingmu daripada
Haq subhanahu wa taala.
ٚلزؼ ُي ثبة األٗظ ث٣ ٕذ أ٣ش٣ ٚٗ كبػِْ أٚؽؾي ٖٓ خِوٝ أ٠ٓز
Arif tiada hilang kesakitannya dan tiada ada serta yang lain daripada
Allah ketetapannya.
اسٞٗ ألعَ رُي أكِذ أٚفبكٝاس أٞٗأٗبس اُغشائش ثأٝ ٙاس آصبسٞٗش ثأٛاٞأٗبس اُظ
بس رـشةُٜ٘ئٕ ؽٔظ ا ّ َ٤ًزُي هٝ اُغشائشٝ ةِٞاس اُوُْٞٗ رأكَ أٝ شٛاٞاُظ
ت٤ة ال رـِٞؽٔظ اُوٝ َ٤ُِثب
Bermula segala cahaya bagi segala yang nyata yang dnegan dia
menerangi Haq taala akan segala yang nyata, yaitu segala pendapat
dan segala panca indra dan segala kabarku yang bersifat dengan dia
zahir hamba daripada penengar dan penglihat dan penjamu dan
perasa dan penjabat dan lain daripada sekaliannya itu dan segala
cahaya bagi segala yang terbunyi yang dengan dia menerangi Haq
taala akan sekaliannya yang terbunyi, yaitu segala makrifat dan segala
ilmu dan segala seni-seni pendapat dan segala halus yang dipahamkan
yang melingkup atas segala yang tersebut itu batinnya dan sirr-nya.
Maka anwar bagi segala yang nyata bergantung ia dengan segala
anwar sekalian atsar yang baharu dan segala anwarnya segala ma’a
ninya dan segala lathaa’ifnya yang terbunyi ia dalamnya.
Dan anwaar bagi saraa’ir bergantung ia dengan segala anwaar
sifat yang azaliyyah dan karena bersalahan dua yang ta’luq pada
hudûts dan qidâm dan pada fana dan baqa adalah barang yang
menyatakan akan dia Mualif daripada tertutup segala anwar barang
yang bergantung ia dengan qadîm yang bâqi tatkala zhuhûr Haq taala
dan tajalli-Nya.
ّ ٖٓ
ٙس ٗظشٞ كزُي ُوقٙ ػٖ هذسٚظٖ اٗلٌبى ُطل
ي٤ِىؼُٜٞي ٖٓ ؿِجخ ا٤ِخبف ػ٣ ي ئٗٔب٤ِي إٔ رِزجظ اُطشم ػ٤ِخبف ػ٣ ال
Maka rupa samar jalan atasmu, tiada kau ketahui akan jalanmu
itu atas jalan syukur atau atas jalan sabar dengan meiktibarkan zahir
pekerjaan atau dengan mei’tibarkan batinnya karena keduanya itu
jalan ubudiahjua seperti sakit jika ditilik kepada zahirnya maka ia
bala, maka bala itu disabarkan, dan jika ditilik kepada batinnya maka
ia nikmat, maka nikmat itu disyukurkan. Ketahui olehmu bahwasanya
segala jalan yang kepada Allah telah nyata lagi terang karena Haq taala
yang mem[b]erintahkan segala jalan itu dan dengan dia
diturunkannya kitabnya dan menyuruhkan ia akan rasulnya dan
mendirikan ia atas jalan itu akan segala dalil dan burhan, maka sebab
itulah tiada ditakuti atas hamba daripada samarnya atasnya dan hati
sanya ditakuti atasnya daripada ditewaskan hawa atasnya hingga
membutakan akan dia yang demikian itu daripada menilik jalan yang
betul dan menyimpanginya kepada jalan yang sesat.
Kata Ahmad ibn Khushrawiyyah radhiyallâhu ‘anhu jalan itu
kista dan Allah taa’ala nyata dan dai yaitu sanya Muhammad
beperdengarkan ia maka tiada heran kemudian ini melainkan
daripada buta.
ٌُٖ هبُت ٗلغي ثزأخش أدثيٝ ثيِٞال رطبُت سثّي ثزأخش ٓط
Jangan kau tuntut akan Tuhanmu sebab terlambat yang kau tuntut dan
tetapi tuntut olehmu akan dirimu sebab terlambat adabmu.
كوذٙشٜ اُجبهٖ االعزغالّ ُو٢سصهي كٝ ٙش ٓٔضّال ألٓشٛ اُظب٢ عؼِي ك٠ٓز
ي٤ِأػظْ أُّ٘خ ػ
١ٞ٘ط٣ اسدُٞاٝ خشح٥ اُذاس ا٢عذ كٞ٣ اسدٍُٞ اٜٞسد ئال عُٞغزؾوش ا٣ ال
ٓ٘يٚ هبُجٞٛ سدُٞ اٙدٞعٝ خِق٣ ٓبالٚ ث٠٘ؼز٣ ٓب٠ُٝأٝ اُذاسٙزٛ اءٞثبٗط
ٚ٘ٓ ٓطِجيٞٛ ٓ٘ي ٓٔبٚ هبُجٞٛ ٖ ٓب٣أٝ ٚ٘ٓ ٚاسد أٗذ رطِجُٞاٝ
ٚلؼَ هللا ث٣ ٘ظش ٓبرا٣ َاُؼبهٝ ،َلؼ٣ ٘ظش ٓبرا٣ اُـبكَ ئرا أفجؼ
ّ
ّ ْٖ ػٜجز٤ء ُـ٢بد ٖٓ ً َّ ؽّٛ اُضٝ
ِٞ ك.ء٢ ً َّ ؽ٢َّللاِ ك ؽؼ اُؼجّبدٞغز٣ ئّٗٔب
ء٢ا ٖٓ ؽٞؽؾٞغز٣ ُْ ،ء٢ ً َّ ؽ٢ كٙٝذٜؽ
Tilik segala hamba kepada Tuhan mereka itu Allah ‘azza wa jalla
atas sekira-kira tajallinya bagi mereka itu, maka dalam negeri ini
melihat mereka itu akan dia nyata dalam segala mukawwinaat dengan
cahaya mata hati mereka itu tatkala tajalli ia bagi mereka itu daripada
balik dinding segala mukawwinat, dan karena itulah menyuruhkan ia
akan mereka itu dengan menilik dalam mukawwinaat dan dalam
negeri akhirat melihat mereka itu//151//akan dia dengan pandang
mata kepala mereka itu daripada tiada berdinding dan tiada sesuatu
yang menegahkan, dan inilah kesudah-sudahan nyatanya dan
kesudah-sudahan terbuka kamal zatnya yang tinggi dan tiada
mendapat pandang mata kepala itu akan ketahu dzat Haq subhaanahu
dan tiada akan kayfiatnya, dan tiada dalam tempat yang mahduud dan
tiada dalam satu pihak daripada pihak yang enam dan tiada hampir
daripadanya atau jauh seperti orang yang memandang laut dalam
karamnya dalamnya, firman Allah taala lâ tadraku al-abshâr, tiada
mendapat akan dia segala penglihat mata kepala, artinya pendapatnya
akan yang tersebut itu.
دٞعٝ ٖٓ ي٤ػِْ ٓب كٝ .اُطبػبد ّ ٕ ُيُّٞ ،َُِٔد اٞعٝ اُؾن ٓ٘يّ ُِْ ّٔب ػ
دٞعٝ ّٔي ئهبٓخ اُقالح الٛ ٌٕٞ٤ُٝ.هبدٝ ثؼل األ٢ي ك٤ِب ػٛ كؾغش،ٙاُؾش
.ْ٤ كٔب ً َّ ٓق َّ ٓو.اُقالح
اُقالح ٓؾ َّ أُ٘غبح
Mana kala kau tuntut balas atas amal, dituntut engkau dengan keadaan
shiddiq dalamnya dan memadai bagi orang yang ketiadaan shiddiq
diperoleh sejahtera daripada siksa atas penyakit segala amalnya.
Jangan kau tuntut akan balas daripada amal yang tiada engkau
baginya berbuat pada Allah daripadailah daripada balas bagimu atas
amal bahwa ada ia menerima baginya.
َْي٤َُِذ ئ
َ َصَجَٝ َ َْي َخَِن٤َِػ
َ َُِٚن ْ ٣ ْٕ َ ئِرَا أ َ َسادَ أ
ْ َ َش كِٜ ُظ
َّزِ َي ُٓز َ َؾ ِوّوًب٣ ِدُْٞ ػج َ ْٝ َ ثِأَٝ ً ُٓزَؼَ ِِّوبِٚ َِّز٤ِثُْٞ بف ُسث
ُ ِٚ ِفبك ِ فَ ْٝ َ ًُ ْٖ ثِأ
Dibawa oleh muallif akan katanya ini seperti dalil atas katanya
yang dahulu sekarang daripada bahwasanya tiada bahagian bagi
hamba sesuatu daripada segala sifat Tuhannya melainkan ta’alluq
dengan dia jua, dan bahwasanya dakwanya akan sesuatu daripada
segala sifatnya setengah daripada yang besar segala durhaka hati
daripada menyekutui hamba bagi Tuhannya. Bermula yang
dikehendaki oleh cemburuHaq taala yang bersifat ia dengan dia dan
yang mem[b]eri tahu ia akan kita dengan pekerjaan cemburu itu atas
lidah Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam, sekira-kira bersabda ia
lâ ahadun aghyaru min Allâh ta‘âla wa min ghayratihi annahu harrama
al-fawâhisya mâ zhahara minhâ wa mâ bathana, tiada seseorang jua
pun yang terlebih cemburu daripada Allah taala dan daripada
cemburunya bahwasanya ia meharamkan ia akan segala yang keji
barang yang nyata daripadanya dan yang terbunyi.
Meharamkan mendakwa sifatnya atas hamba dan meharuskan
atas hamba itu dengan mustahiq ditolak dan dijauhkan karena sangat
keji dakwanya itu dan setengah daripada yang terlebih keji daripadas
egala yang keji pada segala arif diperoleh sesuatu daripada surga
dalam hati hamba dengan mendakwa daripada segala sifat rububiyyah
bagi dirinya dengan iktikad atau dengan kata, karena dakwanya
sesuatu yang demikian itu mementah bagi Haq taala dan takabur
atasnya dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallâhu ‘anhu berkata ia sabda
Rasulullah shallallâhu ‘alayhi wa sallam firman Allah ‘azza wa jalla al-
kibriyâu dâ’iyun wa al-‘uzhmatu azâriy, yang kebesaran itu selimutku
dan kegedangan itu kainku, fa man nâza’aniy wâhidatan minhumâ
alqaytuhu fî al-nâr, maka barang siapa meninggal ia daripadaku akan
sesuatu daripada keduanya itu ku jatuhkan akan dia ke dalam neraka.
dan makna munaza’ah itu mendakwa //164// dengan kata dan ibarat
dan membunyikan dengan perbuatan dan isyarat.
Dan makna cemburu daripada Haq Taala bahwasanya tiada rida
ia dengan sekutui lainnya baginya pada barang yang tertentu ia
dengan dia daripada segala sifat rububiyah dan daripada barang yang
hak-Nya daripada segala amal yang syar‘iyyah. Dan apabila ada Haq
53
Dalam teks “yahruq”
Tutup atas dua ba<h>agi satu tutup daripada maksiat dan kedua tutup
dalamnya. Maka orang yang ‘âm menuntut mereka itu akan tutup
Maka segala mereka yang ‘âm keras atas mereka itu memandang
makhluk dan tashannu‘dan tazayyun bagi mereka itu dan mengasih
puji akan mereka itu dan benci akan cela mereka iu. Maka mereka itu
mengamalkan maksiat dan memunyikan mereka itu akan Dia dan
menuntut mereka itu akan tutup daripada Allah atas mereka itu. D-l-
m-a-ny artinya dalam ketika keadaan mereka itu mengamalkan dia
supaya tiada melihat akan mereka itu segala makhluk maka gugur
mereka itu daripada mata mereka itu. Dan misal mereka itu firman
Allah azza wajalla yastakhfûna min al-nâs wa lâ yastakhfûna min Allâh
wa huwa ma‘ahum idz yubayyitûna mâ lâ yardhâ min al-qawl.
Terbaunya mereka itu daripada manusia dan tiada berbaunya mereka
itu daripada Allah dan ia serta mereka itu tatkala dibunyikan mereka
itu akan barang yang tiada ridha ia daripada perkataan.
Kata imam Abu al-Qasim al-Qusyairi radhiallahu ‘anhu dalam
ayat ini yang ghalib aatas hati mereka itu melihat makhluk dan
menyadari mereka itu bahwasanya Haq taala melihat atas diri mereka
itu. Mereka itu segala mereka yang dicap Allah akan hati mereka itu
dengan cap firqah. Riwayat Adi ibn Khatim radhiallahu ‘anhu
daripada Rasulullah sallallahu ‘alahi wasallam, sabdanya[:] disuruh
pada hari kiamat dengan satu suka manusia daripada segala manusia
surga hingga apabila hampir mereka itu daripadanya dan menilik
mereka itu kepada nya dan mencium mereka itu akan baunya dan
barang yang d-s-p-k-r-h-k-a-n Allah bagi yang empunya surga.
Diseru mereka itu artinya palingkan oleh kamu akan mereka itu
maka tiada perolehan bagi mereka itu dalamnya berkata rawi, maka
kembali mereka itu dengan percintaan tiada kembali segala mereka
yang dahulu dengan seperti mereka itu. Maka berkata mereka itu hai
Tuahankami jikalau Kau masukkan akan kami ke dalam neraka dahulu
daripada/173/Kau perlihatkan akan kami barang yang Kau
perlihatkan akan kami daripada balasMu dan barang yang (s-p-k-r-h-
k-a-n) dalamnya bagi awliyamu adalah ia terlebih mudah atas Kami.
Firman Allah[:] demikianlah Aku kehendaki dengan Kamu telah adalah
ْٖ َٔ ُِ ُْظ ْاُ َؾ ْٔذ َ ْٖ َٔ ُِ ُ َْي كَ ْبُ َؾ ْٔذ٤ِ كِٙ ََ ِعزْ ِش٤ْ ِٔ َٓ ْٖ أ َ ًْ َش َٓ َي كَاَِّٗ َٔب أ َ ًْ َش َّ َع
َ ٤َُ عز ََش َى
ؽٌ ََش َى َ َٝ أ َ ًْ َش َٓ َي
Bermula hamba tempat segala bahaya dan segala cela dan tutup
Allah taala yang elok yaitu yang mengasihkan ia akan manusia kepada
manusia maka apabila memuliakan akan dikau seseorang jangan
mem[b]erikan yang demikian itu akan dikau kepada kau lihat bagi
dirimu sifat yang dipuji yang kau mustahikkan dengan dia akan
kemuliaan, maka adalah engkau bebal dengan dirimu.
Dan jangan menampakkan akan dikau pula melihat dimuliakan
manusia bagimu karena diperoleh bebal mereka itu dengan lakumu
atas kaupuji akan mereka itu atasnya tiada Tuhanmu yang mengelu Ia
akan mereka itu kepada memuliakan dikau dan yang menutup Ia
daripada mereka itu akan celamu dan yang menyatakan Ia bagi
mereka itu akan segala kebaikanmu maka jadilah engkau dengan
demikian itu menutup bagi nikmay Tuhanmu lagi inilah dengan
me[ng]hantarkan pada bukan tempatnya.
َ َُ ٌِ ْٖ َؽ َغجَ َيَٝ ،َُٚ ٌء َٓؼ٢َْ ُ ئِرَا َال ؽَٚ ُعذ ٌ َٓؼُٝ ِػ ِٖ هللا
ُ دْٞ ُعُٝ َْ َّٛ ََٞ ُ رْٚ٘ ػ َ َٓب َؽ َغجَ َي
َُٚءٍ َٓؼ٢ْ ؽ
َ
ُُٚفلَبر َ ْٞ َُ .بس
ْ َشَٜ ظ
ِ د ٍ قَ دُ أ َ ْثْٞ ُعُٝ بَٜ ٤ْ َِػ
َ هَ َغَٝ د َٓب
ِ َٗبََّٞ ٌُٔ ُ ا٢ُِ كٙ َشَٜ ظ ْ َ َال أْٞ َُ
ْ َِّم َٔ َؾ
َُُٚٗبرََّٞ ٌُٓ ذ ْ ا
Maka Haq taala yaitu yang mawjud dengan sekalian iktibar, wa-
lhamdulillah segala puji bagi Allah. Artinya jika diiktibarkan sekalian
kainat itu zahir, maka didapat Haq taala dengan namaNya Batin,
karena tiada yang batin sebelah sana Allah. Ta’âla Allah ‘an dzâlika
‘aluwan kabîran. Dan jika diiktibrkan segala kainat itu batin, maka
didapat Allah taala dengan namaNya Zhâhir, karena tiada yang zahir
yang mengatasi Allah.
ق َٓ َغ َ َٓب أَرَِٕ َُ َي أ َ ْٕ ر َ ِوَٝ د ِ َٗبََّٞ ٌُٔ ُ ا٢ ْ ِظ َش َٓب ك ُ ْ٘ َ ػ ْٖ رَ ُِ َي أَثَب َػ َُ َي أ َ ْٕ ر َ َٕع ْج َؾب ُ
َْ َُُ ْْ رَوَٝ ك ِ األ َ ْسَٝ د َّ ُ ا٢ِا َٓبرَا كْٝ ظ ُش
ِ اَٞ َٔ غ ُ ْٗ ُ د هُ َْ أ ِ َٗبََّٞ ٌُٔ ُ ا//179//د ِ رَا
َْ َُو٣ ْْ ََُٝ ّ ِبَٜ ْبة األَك
َ َد كَز َ َؼ َُ َي ثِ اَٞ َٔ غ َّ ُ ا٢ِا َٓبرَا كْٝ ظ ُش ُ ْٗ ُ د هُ َْ أِ اَٞ َٔ غَّ ُا اْٝ ظ ُش ُ ْٗ ُ أ
ّ ِد األَعْ َش ِاْٞ ُعُٝ ٠َِػ َ َذَُُّ َي٣ د َُئ ََّالِ اَٞ َٔ غ َّ ُا اْٝ ظ ُش ُ ْٗ ُ أ
54
Catatan pada pias: artinya menyerahkan diri, kaqawlihi ta‟âla wa man
yuslim wajhahu ilallâhi wa huwa muhsin.
55
Catatan pada pias: menyerahkan segala pekerjaan kepada Allah, ka qawlihi
wa afwadha amrayni ilallâh.
Jalla hukm al-azali in yudhâfu ilâ al-’ilal. Telah besar hukum yang
pada azal daripada dibandingkan ia kepada illat. Ini satu dalil yang lain
atas menyebutkan dia muallif dan yaitu bahwasanya hasil barang yang
menuntut dia orang yang meminta telah dihukumkan Allah taala pada
azali akan diperolehnya akan dia, maka tiada ada sebab beroleh dia
do’a dan soal hamba karena hukum Allah taala besar ia daripada di-
idhâfat-kan ia kepada satu illat atau satu sebab daripada pihak
bahwasanya baginya iradah yang mutlak dan masyiyah yang <t-r-sh-
n> maka berusahanya akan illat bagi tiap-tiap sesuatu dan tiada illat
bagi berusahanya seperti m[ng]halalkan ia akan sesuatu dan
me[ng]haramkan ia akan sesuatu umpama seperti kata segala ‘arif
yang muhaqqiq mereka itu.
56
Catatan pada pias: yakni tuntutmu yang sekarang
57
Catatan pada pias: yakni tuntutmu yang pada azali
58
Catatan pada pias: yakni pada azali
59
Catatan pada pias: yakni bahagian yang ditakdirkan Allah ta‟ala pada azali
60
Secara harfiah bermakna: dibiarkan.
َْي٤َِػ
َ ع َغ ِ ٣ِٞ دُ اُز َّ ْؾْٞ ُعُٝ بَٜ ْ٘ ػ
َّ َٝ َٝ ،ْق َ َ َْٔ٘ؼَ َي٣ َال٢َ
ْ ًد ِ َ٤د ِثأ َ ْػ
ِ هَبْٝ َ بٕ األ ِ ػب َّ َّ ِذ٤َه
َ اُطب
ِ ُقخ
ِ َ٤ِاإل ْخز
بس َّ َُ َي ِؽ٠َ ر َ ْجو٢ْ ًَ ذ َ ْهَٞ ُْا
Datang segala papa kesukaan segala murid. Bermula a’yâd itu ibarat
daripada segala waktu yang kembali atas segala hamba dengan segala
kesukaan. Dan mereka itu bersalahan dalam demikian itu, maka
setengah daripada mereka itu, barang siapa sekarang dengan
mendapat bahagiannya dan beroleh keinginannya dan kehendaknya,
dan inilah yaitu kelakuan kebanyakan muslim, dan setengah daripada
mereka itu, barang siapa kesukaannya dengan ketiadaan segala
bahagiannya, dan segala angan-angannya dan segala kehendaknya,
dan inilah yaitu kelakuan segala yang khas daripada segala murid,
61
Catatan pada pias: yakni rida hatinya akan barang telah ditakdirkan Hakq
ta‟ala akan bahagianmu ada azali.
62
Catatan pada pias: yakni yang telah ditakdirkan Hakq ta‟ala akan
bahagianmu pada azali.
63
Catatan pada pias: yakni akan barang yang tiada bahagianmu pada azali.
Jika kau kehendaki aku akan datang segala pem[b]eri atasmu, maka
shahkan olehmu akan papa dan akan ketiadan mempunyai sesuatu jua
pun padamu. Hanyasanya segala shadaqah bagi segala mereka yang
papa ini. Misal barang yang telah menyebutkan ia kan dia sekarang dan
menyebutkan ia akan ayat, kemudian isyarat yang indah-indah.
Bermula mensahkan ketiadaan mempunyai sesuatu dan papa, yaitu
menyungguhkan diri dngan segala sifat martabat kehambaan yang
disebutkan akan dia pada masalah yang lagi datang ia pada mengiringi
ini jua.
َ ُٔذ َُّى٣ ر َ َؾوَّ ْن ِثؼَغ ِْض َى،ِٚ َِ ُٔذ َُّى ِث ِؼ َّضر٣ ر َ َؾوَّ ْن ِثزُ ُِّ َي،ِٚ ِفبك
َ ْٝ َ َ ُٔذ َُّى ِثأ٣ فبكِ َي َ ْٝ َ ر َ َؾوَّ ْن ِثأ
ِٚ ِرَّٞ ُهَٝ ِٚ ُِ ْٞ َ ُٔذ َُّى ثِ َؾ٣ ن ْؼ ِل َي
ُ ِ ر َ َؾوَّ ْن ث،ثِوُذْ َسرِ َي
64
Catatan pada pias: Dengan kuasanya sungguhkan dirimu dengan lembutmu
menolong ia akan dikau.
65
Catatan pada pias: hai yang kaya siapakah bagi yang papa lainmu
66
Catatan pada pias: hai yang keras, siapakah bagi yang lemah lainmu
67
Catatan dalam pias dijelaskan: yakni hal mengajar dan <teks tidak terbaca>
malu mem[b]eri nasihat.
68
Catatan pada pias: artinya mau jatuh daripadanya kejahatan atau tiada.
Bermula lidah juar bahasa hati. Maka apabila jernih hati itu
daripada fikrah dan suci ia daripada segala daki sekalian aghyar dan
benderang dalamnya segala anwar adalah yang dijura bahasakan
lidahnya atas kira-kira demikian itu maka berkata lidah itu dengan
kalam yang nurani yang masuk ia kepada telinga segala mereka yang
sâmi‘ maka terbuka kata kunci hati mereka itu dan berkatakan mereka
itu bagi sirr kekasih mereka itu. Telah meriwayatkan Hafizh Abu Naim
rahimahullah daripada Said Ibnu Asham berkata ia “ada seorang Qadi
duduk ia hampir daripada masjid Muhammad Ibnu Wasi‘, maka
berkata ia baginya pada satu hari padahal ia bertakut akan segala
mereka itu yang sekedudukan dengan dia (gapa bakik?) melihat segala
hati tiada takut dan (gapa bakik?) melihat mata tiada menangis dan
(gapa bakik?) melihat mati tiada menangis dan (gapa bakik?) melihat
segala kulit tiada gemetar maka //221//luput akan dia dengan
demikian itu senang hatinya dan baik kehidupannya dan ditinggalkan
Allah daripadanya pakaian kaya dan pakaian mulia dan
dipakaikanNya akan dia pakaian tamak dan pakaian zillah, maka
kurang dengan demikian itu himmahnya dan sedikit qimahnya.
Dan sanya azab akhirat terbesar daripada azab dunia
disegerakan seperti dikata orang, barang siapa memandang manusia
mati ia dengan duka dan menang ia dengan senang yang ada
percintaan, artinya azab di akhirat dan menangnya dengan dunia. Dan
melihat Sahal bin Abdullah radhiallahu ‘anhu akan seseorang laki-laki
daripada segala fuqara’ di Makkah, maka berkata ia baginya akan
sesuatu maka berkata rajul itu, hai ustaz tiada kuasa aku atas ini
daripada karena manusia maka berpaling Sahal kepada segala
sahabatnya dan berkata ia tiada beroleh hamba akan hakikat daripada
pekerjaan ini hingga ada ia dengan salah satu dua sifat hingga gugur
َ َِّ ًُ ْٖ ػ
ٍء٢ْ ؽ َ َبة
َ ؿ٢َ ِ٘ َ َٓ ْٖ كَٝ
Dan barang siapa lenyap ia dengan dia gaiblah ia daripada tiap-tiap
sesuatu, maka tiada melihat ia akan yang mawjûd lainnya dan tiada
mengadakan melainkan ia jua dan dengan kira-kira itu nyatalah sifat
jamalnya dan kamalnya maka tiada ada baginya atas segala perkara
berpegang dan tiada baginya kepada nya bersandar maka te[r]dapat
tiada hamba mengasihi akan Tuhan dan jikalau ada ia dalam beberapa
penyakit yang diidapkan sekalipun.
Dan barang siapa kasih akan Dia tiada memilih ia atasnya akan sesuatu
daripada kehendakNya dan segala keinginanNya istimewa daripada
yang lain daripada itu daripada segala makhlukNya dan segala
pekerjaan ini yang menyebutkan dia muallif rahimahullâh yaitu tanda
sampainya kepada segala maqam yang tinggi ini dan degan dia sahnya
dan sempurnanya, maka barang siapa tiada mendapati dia dalam
dirinya maka tiada seyogyanya baginya bahwa mendakwai akan segala
maqam itu. Dan hendak beramal ia atas memerangi nafsunya //223//
pada barang yang mensahkan ia akan dia dan yang menyempurnakan
ia akan dia.
َ بس ُِ ِؼ
ِٙ ِسْٞ ُٗ ِٚ ِٔ ظ ِ قَ ػ ْٖ األ َ ْث ُ ِت ُِ ِؾذَّح
َ ُخ ِلَٝ ِٙ ِسْٞ ُٜ ظ
َ ٢ َ اُؽْ ز ُ ِغ
ن
ِ ِغبث َ ػ
َّ ُ اِٚ ِطبئ َ ٢ِعجَجًب ك َّ هَِج َُي
َ اُال ِؽ ُن َ ُٕ ْٞ ٌُ َ٣ ْق
َ ٤ًَ
َّ ِخ٤ف
ِ ْٞ قُ ِئَّٗ َٔب َٓض َ َُ اُ ُخ.َّ ِخ٣ق اُجَؾ َِش ِ ف ْ َٝ ُّ َػذ َ َّ ِخ٤ف
ِ ْٞ ق ُ د اُ ُخ ِ ُْٞ َ ِْضَ ُّ ِٓ ْٖ صُج٣ َال
ط ُ ْٞ ُٔ ؽ َ ر.ُْٚ٘ ِٓ ذ
ُ َبسح ً ر َ ْؾ ُش ُم َ ٤ْ ََُٝ ن
ْ غ ِ ُ األُك٢ِد ك ْ َشَٜ ظ َ .بس ِ َٜ َُّ٘ؽ ْٔ ِظ ا َ م ِ ًَاِ ْؽ َشا
.ِىَ دْٞ ُعُٝ ٠ََُذ ُُّس َى ِئ٣َٝ ػ ْ٘ َي َ ل رَ ُِ َي ُ َ ْو ِج٣ ً َبسح
َ رَٝ .ِى َ دْٞ ُعُٝ َِ ٤ْ َُ ٠َِػ َ ِٚ ِفبكَ ْٝ َ أ
َْي٤َِػ
َ ٌ ِاسدَٝ ٌَُِّٚ٘ ََُٝ َْي٤َُِئَٝ ْظ ِٓ ْ٘ َي َ ٤َُ بس
ُ َٜ َُّ٘كَب
َ ْٝ َ د أ
ِٚ ِفبك ِ ُْٞ صُج٠َِػ َ ِٚ ِ ِد أ َ ْع َٔبئْٞ ُعُٞ ِثَٝ ِٚ ِ ِد أ َ ْع َٔبئْٞ ُعُِٝ ٠َِػ ِ َ ِد آصْٞ ُعُٞ ِدَ ٍَّ ث
َ ِٙ بس
ِٚ ق ِثَ٘ ْل ِغُ ف
ْ ُٞاَ َّ ْٞ َُو٣ ْٕ َ ِئرْ ُٓ َؾب ٌٍ أِٚ ِ ِد رَارْٞ ُعُِٝ ٠َِػ
َ ِٚ ِفبك َ ْٝ َ ِد أْٞ ُعُٞ ِثَٝ
َّْ ُ صِٚ ِفلَز ُ ٠َُِ ْْ ئَٛ َُّ ُشد٣ َّْ ُ صِٚ ِػ ْٖ ًَ َٔب ٍِ رَار
ِ ِدْٞ ُٜ ؽ َ ْْ ُٜ َُ َق ُ ُ ٌْؾ٣ ة ِ ْبة اُ َغز ُ َكَأ َ ْسث
ِ َ ِد آصْٞ ُٜ ؽ
ِٙ بس ِ َُِّ اُزَّؼ٠َُ ْْ ِئُٜ َُ ْش ِعؼ٣
ُ ٠َُ ْْ ِئَٛ ُّ َ ُشد٣َ َّْ ُ صِٚ ِْٔ ن ِثبع
Dan segala mereka yang sȃlik atas balik majdzȗb maka kesudahan
jalan yang berjalan permulaian jalan segala mereka itu yang majdzȗb
dan permulaian jalan yang berjalan kesudahan jalan segala mereka
yang majdzȗb tetap tiada dengan makna yang satu maka terkadang
bertemu keduanya dalam jalan ini pada naiknya dan ini pada turunnya.
بء
ِ َٔ غ
َّ ُاس ا ْ د ًَ َٔب َال ر
ُ َٞ ْٗ َ ُش أَٜ َظ ِ ٌُٞ ََِٔ ُت ا
ِ ٤ْ ؿ ُ أَع َْشَٝ ة
َ ٢ْ اس ِئ َّال ِك ِ ُُُِٞ ْؼَِ ُْ هَذْ ُساُو٣ َال
بدَحِ اُ ُٔ ِْ ِيَٜ ؽ
َ ٢ِِئ َّال ك
Tiada diketahui qadar segala hati dan segala asrȃr melainkan dalam
malakȗt seperti tiada nyata segala cahaya yang ada di langit melainkan
syahȃdahmalak.
ُ ُِْق ر َْط
ت اُ َغضَ ا َء َ ٤ًَ ّْ َ أ، َْي٤َِػ َ َ ُٓزَٞ ُٛ ٍَ َٔ َ ػ٠َِػ
َ ِٚ قذ ٌِّم ِث َ ك َ َٞ ت اُ ِؼ ُ ُِْق ر َْط
َ ٤ًَ
َْي٤َُِ ئِٚ ٣ْ ِذْٜ ُٓ َٞ ُٛ مٍ ْفذ ِ ٠َِػ
َ
Betapa kau tuntut akan balas atas amal yang ia bersedekah dengan dia
atas mu atau betapa kau tuntut akan balas atas sedekah yang ia
me[ng]hadiahkan dia kepada mu.bermula amal yang sah dituntut
tukarnya dan balasnya atasnya yaitu barang yang kau amalkan akan
dia supaya beroleh manfaat dengan dia lain mu dan tiada hasil bagimu
dengan amal itu manfaat dan tiada tertolak daripada mu nisbah
kesakitan.
Dan segala amal yang baik dituntut daripada mu pada zhahir dan
batin menyalah ia akan ini semuanya artinya tiada manfaatnya akan
orang yang lain karena ia pakaian daripada dirimu dinisbahkan
kepada Allah menjadikan dia dan menerbitkan dia kembali buahnya
َ َٞ ْٗ َ ْْ أُٛ َبس
،َٕ رًَ ََشْٝ رَا ًِ ُش،ْْ ُٛ اس ُ ًْ ٌّ ر َ ْغ ِج ُن أَرْٞ َهَٝ ،ْْ ُٛ َبس
َ ًْ ْْ أَرُٛ اس
ُ َٞ ْٗ َ ٌّ ر َ ْغجِ ُن أْٞ َه
ُ ًَبَٕ رَا ًِ ًشاَُٚبس هَ ِْج
َ ِ٘رَا ًِ ٌش ا ْعزَٝ َُٚ ُْشهَ ِْج٤ََِ٘ ْغز٣
Satu kaum mendahulukan anwȃr mereka itu segala adzkȃr mereka itu
dan satu kaum mendahulukan adzkȃr mereka itu segala anwȃr mereka
itu satu dzȃkir yang zikir ia supaya terang hatinya dan satu dzȃkir
yang zikir ia telah terang hatinya maka adalah ia dzȃkir.
ذ َّ
ْ َر َ َؾوَّوَٝ ِِشٛاَٞ اُظ ِٚ َِّز٤ِٜ َُِذ ِثا َ ََ٘ذَ َى كِٜ َ ْغز َ ْؾ٣ ْٕ َ ِٓ ْٖ هَ ْج َِ أ//212//ذَ َىَٜ أ َ ْؽ
ْ َطو
غ َشائِ ُش ُ ْٞ ُُِ اُوِٚ َِّز٣ثِأ َ َؽ ِذ
َّ ُاٝ ة
Fikrah itu pelita hati maka apabila hilang ia maka tiada yang
menerangi baginya.
ٚ٤ِ أُإصش ػٞٛ ٚ٘أُؾزـَ ػٝ ٚ٤ُعبسػذ ئٝ ٚ أعجز١ اُزٞٛ ٚأُؾزـَ ثٝ
ٕذ هللا ئ٤س ثٖٞٓٓ ػِْ إٔ األٝ ٚ٤ُ فذم اُطِت ئٚطِج٣ وٖ إٔ هللا٣ئٕ ٖٓ أٝ
ٚ٤ًَِ ػٞعٔغ ثز
Dan bahwasanya te[r]dapat tiada bagi bina wujud ini daripada hilang
segala kekerasannya dan tinggal segala kemuliaannya yakni dunia.
Maka orang yang ‘aqil barang siapa yang ada ia dengan barang yang ia
kekal terlebih sukanya daripadanya dengan barang yang ia fana
padahal sanya benderanglah nurnya dan nyata sukanya.
بِٜال عؼٝ ص٘بٝ زخز٣ ِْب ك٤ِب ٓؼٜ٘أػشك ػٝ ب٤ ااُذاس ٓـنٙزٛ ٖكقذف ػ
ٓغٌ٘ب
Maka tatkala ada hamba ini atas sifat ini cendrunglah ia daripada
negri dunia ini hal keadaannya bertutup daripadanya dengan tiada
menuntut ia akan dia lagi berpaling ia daripadanya dengan mata
hatinya dan sanya dibelakangkannya kepada nya akan belakangnya
daripada tiada melihat ia akan dia dan kata ini daripada pihak sangat
pada membuangkan dia dan meninggikan dia maka tiada menatap ia
akan dia dengan zahirnya atas jalan sukanya dengan dia dan sedapnya
dalamnya maka tiada mengediami ia akan dia dengan batinnya atas
pihak kasih hatinya akan dia dan pilihnya akan dia tampak//242//
mendirikan ia akan dia pada tempat penjara dan terang-Ku dan Ku
pujikan dan menempatkan akan dirinya dalamnya atas
menenggangkan yang kuasa ia menenggang Dia dan tiada kuasa ia
menenggang Dia dan ini akan alamat tahaqquq-nya dengan zuhud
pada segala pekerjaan uang fana maka tatkala sampai ia kepada
demikian itu hasil baginya daripada suci hatinya dan jernih otaknya.
Barang yang ditungganginya akan dia atas jalan ta’liqnya dengan
tuhannya yang bȃqȃ lagi dȃim maka menjadikan ia akan dunia
pinjaman yang te[r]dapat tiada kembalinya yang empunya dia.
ٚ٤ِّ ػٝ اُوذ٢ كٚ٘ب ث٤ب ٓغزؼٜ٤فبس كٝ ٠ُ هللا رؼب٠ُب ئٜ٤ٔخ كُٜل اٜٗثَ ا
٢ػ كٞاُشؽٝ ٖ٤ٌٔاُزٝ ٕأسك اُؾبكع كجبإلرٝ مٞ اُغٔبء اُؾو٠ُا ئُٞكإ رض
حٜٞظ ثبُؾٞ اُؾظ٠ُال ئٝ اُلنِخٝ ء األدةٞم ثغٞ اُؾو٠ُ٘ضٍ ئ٣ ِْٖ ك٤و٤ُا
هللا٠ُئٝ ٖٓ هللاٝ هللٝ رُي ثبهلل٢ا كِٞأُزؼخ ثَ دخٝ
Maka jika turun mereka itu kepada segala langit huqȗq dan kepada
tanah segala bahagian maka dengan izin dan tetap dan teguh dalam
yakin maka tiada turun mereka itu kepada segala Haq itu dengan jahat
fikrah dan lalai dan tiada kepada segala bahagian dengan ingin dan
kesukaan tetapi masuk mereka itu pada demikian itu dengan Allah dan
bagi Allah dan daripada Allah dan kepada Allah.
Kata oleh mu hai Tuhanku masukkan oleh Mu akan daku pada tempat
masuk sidiq dan keluarkan oleh Mu akan daku pada tempat keluar sidiq
supaya ada tilik pada keluasan-Mu dan kekerasan-mu apabila Kau
masukkan akan daku dan supaya n-s-l-m-k dan ikut ku kepada Mu
apabila Kau keluarkan akan daku.
دٜٞ ؽ٠ِ ػ٢ٗ٘قش٣ الٝ ٢ٗ٘قش٣ٝ ٢ٗ٘قش٣ شا٤ ٖٓ ُذٗي عِطبٗب ٗق٢ِّاعؼٝ
٢٤ ػٖ دائشح ؽغ٢٘٤٘ل٣ٝ ٗلظ
إٔ ال٢ؼخ روزن٣ كبُؾش٠ٜ ٓ٘ز٢اؽذ كٝ إٔ هللا٠ُٖ اُوِت ر٘ظش ئ٤ئٕ ًبٗذ ػ
ٚوز٤ِثذ ٖٓ ؽٌش خ
ٚخ دائشح ؽغز٣ٞ هٚ ؿلِز٢ْ كٜ٘ٓ َ أهغبّ صِضخ ؿبك٠ِ رُي ػ٢ئٕ اُ٘بط كٝ
ٖٓ سةٙذٜؾ٣ ُْٝ ٖ٤٘ظش اإلؽغبٕ ٖٓ أُخِو٤ كٚاٗؾٔغذ ؽنشح هذعٝ
٢ خلًٚػٔب آز٘بدا كؾشٝ عالًٖٚ ػٔب اػزوبدا كؾش٤ُٔاُؼب
Dan bahwasanya manusia pada demikian itu atas bahagi yang tiga satu
yang lalai yang kekal dalam ghaflahnya yang keras lingkar panca
indranya dan hapus //248// hadharat qudus maka menilik ia akan
ihsan daripada makhluk dan tiada memandang ia akan dia daripada
Bermula ini yaitu hal orang yang khas daripada yang punya
hakikat dan mereka itu tersuruk daripada menilik makhluk dengan
memandang al-malik al-Haq. Maka tiada hasil bagi mereka itu
menyadar akan makhluk dan tiada berpaling mereka itu kepada
mereka itu dan lenyap mereka itu daripada melihat segala sebab
dengan melihat yang mensebabkan segala sebab dan tiada melihat
mereka itu bagi segala asbab perbuatan dan menjadikan maka mereka
itu yang dibetuli dengan hakikatHaq taala yang nyata atas mereka itu
cahayanya dan terangnya lagi menjalani mereka itu akan jalan Haq
taala sampai mereka itu atas kesudah-sudahan tolongnya melaikan
bahwasanya karam dala laut anwȃr tauhid lagi dihapuskan atas
mereka itu atsar segala wȃsithah dan atsar segala hamba artinya
ditutup atas mereka itu melihat demikian itu dan menyadari dengan
dia padahal sanya keras mabuk mereka itu dan yaitu ketiadaan
mendapat mereka itu akan segala aghyar atas siuman mereka itu dan
yaitu mendapat mereka itu akan sekalian yang lain //250// daripada
Allah dan keras jama’ mereka itu dan yaitu tsȃbit wujud Haq taala
fardan atas faraq mereka itu dan yaitu tsȃbit wujud makhluk dan
keras fana mereka itu dan yaitu lenyap dalam memandang Haq taala
atas baqa itu dan yaitu menyadari mereka itu akan makhluk dan keres
ghaib mereka itu dan yaitu hilang segala makhluk daripada tilik
mereka itu atas hudur mereka itu serta makhluk.
ٚؾغج٣ ٚسا كال عٔؼٞؿبة كبصداد ؽنٝ اٜٞ ػجذ ؽشة كبصداد ؽٚ٘ٓ ًَٔأٝ
ٙال ثوبءٝ ٙ ػٖ ثوبءٚقشك٣ ٙك٘بءٝ ٚ ػٖ عٔؼٚؾغج٣ ٚال كشهٝ ٚػٖ كشه
ٚ ؽن ؽو١ ًَ ر٢كٞ٣ٝ ٚط٤ْ هٜ ك١ ًَ ر٠ؼط٤ كٙ ػٖ ك٘بءٚقذك٣
Dan ini yaitu keluaran orang yang khas al-khash yang mendapat
mereka itu akan martabat yang telebih sempurna dan mereka itu
kaum yang meminum mereka itu akan minuman tauhid maka
bertambah siuman mereka itu dan gahib mereka itu daripada segala
yang lain maka bertambah hudur mereka itu sanya telah membalikan
mereka itu akan segala ihwal dan tetap dalam maqam segala lak-laki
yang kamil maka tiada menusukkan sakan mereka sesuatu yang keras
seperti lapar dan dahaga dan hilang pendapat dan tiada mendindingi
akan mereka itu sesuatu daripada sesuatu tetapi sempurnakan
mereka itu akan segala Haq sekalian martabat dan mem[b]eri kita
akan dia barang yang baginya daripada bagian yang wajib dan yang
demikian itu karena luas bahar mereka itu dan terus penglihat
//251// mereka itu dan inilah sifat Abu Bakar al-Shidiq radhiyallȃh
‘anhu yang lagi akan datang sebutnya.
ب ُٔب ٗضُذٜ٘ هللا ػ٢ ُؼبئؾخ سمٚ٘ هللا ػ٢ ثٌش اُقذم سمٞهذ هبٍ أثٝ
ٍ هللاٞ سع١ب ػبئؾخ اؽٌش٣ٍ هللا ﷺٞ ُغبٕ سع٠ِب ػٖ األكي ػٜثشاءر
ّ ٓوب٠ِ ػٚ٘ هللا ػ٢ ثٌش اُقذم سمٞب أثُٜ هللا ال أؽٌش ئال هللا كذٝ ﷺ كوبُذ
صبس٥ الصجبد ا٠األًَٔ ٓوبّ اُجوب أُوزن
Dan sanya kata Abu Bakar radhiyallah ‘anhu bagi ‘Aisyah radiyallah
‘anha tatkala turun kesuciannya daripada tugas atas lidah Rasulullah
shallallah ‘alayhi wa sallam hai ‘Aisyah syukur engkau akan Rasulullah
shallallah ‘alayhi wa sallam maka berkata ia demi Allah tiada syukurku
melainkan akan Allah menunjukkan dia Abu Bakar radhiyallah ‘anhu
atas maqam yang terlebih sempurna yaitu maqam baqa yang
menghendaki ia bagi mentsabitkan segala atsar.
ؾٌش هللا٣ الٚٓعالٝ اح هللاِٞهبٍ فٝ ي٣اُذُٞٝ ٢ُ إٔ اؽٌش٠ُهذ هبٍ هللا رؼبٝ
ؾٌش اُ٘بط٣ ٖٓ ال
Dan ada ia pada waktu itu ditutup daripada syahidnya lagi tersuruk ia
daripada segala atsar maka tiada memandang ia melainkan akan
wȃhid yang qahȃr.
بٛذٛ ٓ٘وطؼخ ػٖ ؽب١ب أٛذٛهذ ٓقطِٔخ ػٖ ؽبُٞ رُي ا٢ ك٢ٛ ًبٗذٝ
Dan ishthilȃm itu na’at orang yang heran dan tempat nyata
qahar dan sifat dahsyat dan dalam katanya. Wa kȃnat hiya dzȃlik al-
waqt mem[b]eri tahu dengan bahwasanya ishthilȃm itu tiada ada ia
hal yang berkekalan baginya daripada sekalian waktunya tetapi
adalah ishthilȃm itu pada waktu tertentu dan pada pekerjaan yang
tertentu dan yang demikian itu shahih karena halnya radhiyallah
‘anha yaitu hal yang sempurna dalam hayat Rasulullah shallallah
‘alayhi wa sallam dan kemudia daripada matinya seperti hal baqȃnya
radhiyallah ‘anhuma dan yang demikian itu diketahui daripada segala
khabarnya dan jȃlisnya. Dan kata muallif radhiyallah ‘anhu tatkala
ditanyai ia sabda shalawatullah wa salȃmuhu wa ju’ilat qurrah ‘ainî fî
al-shalȃh, dijadikan tetap mata hatiku dalam sembahyang. Adakah
yang demekian itu tertentu dengan Nabi ‘alayhi al-shalȃh wa al-salȃm
atau adakah bagi lainnya daripadanya bahagian dan perolehan, maka
menjawab ia
رُي٢ّ ُ هذ أؽبس ئٚٗ ألٙدٜٞد عالٍ ٓؾٜٞ ثؾٚ فالر٢ كٚ٘٤ئٗٔب هِ٘ب إٔ ػٝ
ٚش سث٤ ثـٚ٘٤ اُغالّ الروش ػٚ٤ِ ػٞٛ وَ ثبُقالح ئر٣ ُْٝ اُقالح٢ كُٚٞثو
احِٞ فُٚٞ ُوٙاٞ ٖٓ عٚأٓش ث٣ٝ ّزا أُوبٛ ٠ِذٍ ػ٣ ّ اُغالٚ٤ِ ػٞٛٝ ق٤ًٝ
ٙش٤ ؿٚ ٓؼٙذٜؾ٣ٝ ٙشا٣ ٕٓؾبٍ أٝ ٙ اػجذ هللا ًأٗي رشاٚٓعالٝ ٚ٤ِهللا ػ
ٖٓ ثبسصحٝ ٠ُ كنَ ٖٓ هللا رؼبٖٚٗ ثبُقالح أل٤ٕ هشح اُؼٌٞ اُوبئَ هذ رُٚ ٍهب
ٍهذ هبٝ بٜٖ ث٤ٕ هشح اُؼٌٞق ال ر٤ًٝ بٜلشػ ث٣ ق ال٤ً ٠ِعٝ ٓ٘خ هللا ػض
ٓبدٝخ هذ ا٣٥لشػ كبػِْ إٔ ا٤ِ كجزُي كٚثشؽٔزٝ هَ ثلنَ هللا٠ُرؼبٝ ٚٗعجؾب
ٓب هبٍ كجزُي كبكشػٝ لشػ٤ِلؾْ عش اُخطبة ئر هبٍ كجزُي ك٣ ُٖٔ اةٞ اُغ٠ُئ
٢ٌٖ كشؽي ثبُٔزلبػَ ًٔب هبٍ ك٤ُٝ َال رلنٝ ٕا ثبإلؽغبٞلشؽ٤ُ بدمحم٣ ُْٜ َه
ِٕٞؼج٣ ْٜمٞ ؽ٢ْ كٛ هَ هللا صْ رسٟخ األخش٣٥ا
ش٤ صالصخ أهغبّ كشػ ٖٓ أُٖ٘ ال ٖٓ ؽ٠ِْ ػٜ٤ِد أُ٘بٕ ػٝسٝ ٢اُ٘بط ك
ُٚٞ هٚ٤ِقذم ػ٣ ٖ٤ِزا ٖٓ اُـبكٜب كٜ٤ كٚد ٓزؼزٞعٌُٖٞ ثٝ بٜ٤ٓ٘ؾٝ بٜ٣ٓجذ
ْ ثـزخٛا اخزٗبٞا ثٔب أرٞ ئرا كشؽ٠ ؽز٠ُرؼب
Manusia pada datang pem[b]eri atas mereka itu atas tiga bahagi satu
yang suka daripada pemberi tiada daripada yang mem[b]erikan dia
dan yang menambahkan dia dan tetap beroleh dengan kesukaannya
dalamnya maka ini setengah daripada segala mereka itu yang yang
lalai dibenarkan atas firman Allah taala hingga apabila suka mereka
dengan barang yang diberi mereka itu dengan dia kami siksa akan
mereka itu segera.
Dan ketiga yang suka ia dengan Allah tiada membimbang akan dia
daripada pem[b]eri ini zahir kesukaannya dan tiada batin pem[b]rinya
tetap membimbang akan dia menilik kepada Allah daripada yang
lainnya dan bulat ia atas nya maka tiada memandang ia melainkan
akan dia jua dibenarkan atas nya firman Allah taala kata oleh mu ya
Muhammad maka tinggalkan oleh mu akan mereka itu dalam kalut
mereka itu bermain.
١ا ثزًشٞلشؽ٤ِ ك٢ٖ ث٤و٣د هَ ُِقذٝب دا٣ ّ اُغالٚ٤ِد ػٝ دا٠ُ هللا ئ٠ؽٝهذ أٝ
اٞٔز٘ؼ٤ِك
Dan sanya telah diwahyukan Allah kepada Daud ‘alayhissalȃm hai Daud
kata oleh mu bagi segala mereka itu yang sidiq mereka itu dengan aku
maka suruh suka mereka itu dengan zikir-Ku maka hendak beroleh
nikmat mereka itu.
Bermula dengan ini haluan akan yang sidiq daripada mereka itu
dan mengetahui ketinggian martabat mereka itu atas yang lain
daripada mereka itu dan tetap tiada yang suka barang siapa yang ada
Allah Tuhannya atau betapa tiada beroleh nikmat barang siapa yang
dengan zikirnya sampai ia kepada Allah sama ada hamba itu ia yang
dzȃkir atau ia yang madzkȗr. Kata setengah mereka itu ada aku
berjalan ke Makah maka adan antara aku berjalan-jalan tiba-tiba
melihat aku pada seorang Syekh pada tangannya mushaf dan ia
menilik dalamnya pada hakny menari. Maka datang aku kepada nya
dan berkata aku hai Syekh dari man tari ini maka berkata ia biarkan
oleh mu akan daku artinya jangan kau tanya aku, berkata aku dalam
diriku hamba siapa akan dan kalȃm siapa aku baca dan rumah siapa
aku singgahi maka menggerakkan //259// akan daku pendapatku
maka lagi benar seperti tarinya karena sama mendapat sedap dengan
zikir.
Dan dikata orang bahwasanya ‘Utbah al-ghulȃm masuk ia pada
satu hari atas Rabi’ah al-‘Adawiyah radhiyallahu ‘anha dan atas nya
baca yang bahar pada hal takabur rupa jalannya bersalahan dengan
adatnya yang dahulu maka Rabi’ah hai ‘Utbah dari mana takabur rupa
jalanmu yang belum aku melihat ia daripada mu pada perangaimu
yang dahulu daripada hari ini maka berkata ia hai Rabi’ah siapa yang
ٕأٝ ٖ٤ِغؼِ٘ب ٖٓ اُـبك٣ إٔ الٝ ٚ٘ ػ٠ثبُشمٝ ٚبى ث٣ئٝ غؼَ كشؽ٘ب٣ هللاٝ
ًٚٓشٝ ٚ٘ٔ ثٖٚ ث٤غِي ث٘ب ٓغِي أُزو٣
Dan menjadikan akan suka kami dan engkau dengan dia dan dengan
rida daripadanya dan bahwa tiada menjadikan ia aka kita pada tempat
jalan segala mereka yang takut akan Dia dengan karuia-Nya dan
murah-Nya.
٢َ كٛ أٗب اُغب٢ُٜ ئ١ كوش٢شا ك٤ٕ كوًٞق ال أ٤ٌ ك١ ؿ٘ب٢ش ك٤ أٗب اُلو٢ُٜئ
٢ِٜ ع٢ال كٜٕٞ عًٞق ال أ٤ٌ ك٢ِٔػ
Hai Tuhanku, aku yang papa dalam kayaku maka betapa tiada yang
papa aku dalam papaku. Hai Tuhanku, aku yang bebal dalam tahuku
maka betapa tiada yang bebal aku dalam bebalku.
ٔب ثؼذٜ٘ٓ ٢٘ أكزٔ٘ؼ٢د مؼلٞعٝ َاُشأكخ هجٝ ف٘ؼذ ٗلغي ثبُِطقٝ ٢ُٜئ
٢د مؼلٞعٝ
Hai Tuhanku, telah Kau sifatkan akan diri-Mu dengan mengaruniai dan
menyayangi dahulu dari pada diperoleh lembutku, maka teguhkanlah
akan daku daripada keduanya kemudian daripada didapat lembutku.
Bermula latif dan ra‘fah dua sifat bagi Allah ‘azza wajalla, telah
bersifat Ia dengan keduanya pada azali dahulu daripada diperoleh daif
hamba dan fananya dan kehendaknya dan keduanya, menghendaki
بٝشد أُغبٜئٕ ظٝ ٢ُِي أُ٘خ ػٝ كجلنِي٢٘ٓ ٖشد أُؾبعٜ ظ٢ُٜئ
٢ُِي اُؾغخ ػٝ كجؼذُي٢٘ٓ
Hai Tuhanku jika nyata segala yang baik daripada ku, maka dengan
karuniaMu dan dan bagiMu jua mem[b]eri atas ku dan jika nyata segala
yang jahat daripada ku, maka dengan adilMu dan bagiMu ju kekerasan
atas ku.
Bermula nyata segala yang baik atas hamba dan yaitu segala
bagai taat dan hasana[h] dan segala sifat yang mahmud karunia
daripada Allah dan (p-m-r-i-k-i-ny) atasnya karena ketiadaan
memustahikkan ia bagi demikian. Dan nyata segala yang jahat dab
segala perkara maksiat dan sayyi’ah dan segala sifat yang adil
daripada Allah Taala karena harus bagiNya bahwa berbuat Ia dengan
hambaNya barang yang dikehendakiNya dan hajat bagiNya atas
hamba karena bahwa Ia Tuhan dan hamba itu hambaNya. Dan muajat
hamba bagi Tuhannya dengan kalam ini daripada sebaik-baik munajat.
Dan hajat itu menghendaki bagi beroleh tolong dan //262// berturut-
turut segala karuniaNya atasnya, karena yang dalamnya daripada puji
atas Allah atas hamparan hamparnya daripadanya dan atas menyebut
segala sifatNya yang tinggi dan bergantung dengan Dia dan ikrar bagi
nya jua segala nikmat yang zahir dan yang batin dan karena yang
dalamnya pula daripada menilik lembut diri.
Dan ikrar atasnya dengan kurang dan pendek bicara dan pendek
kata dan mendirikan dia pada tempat hina dan kebawahan. Dan sanya
berkata setengah mereka itu bergantung me[n]dekap di tirai kakbah
pada hal ia berkata hai Tuhanku tiada yang mengetahui bagiMu maka
diberi bahagiannya dan tiada bagimu perdana menteri maka dibawa
kepada nya rasywah jika bakat aku kepada mu, maka dengan
karuniamu maka bagimu segala puji dan jika durhaka aku kepada mu
dengan be[r]balik dan bagimu kekerasan atas ku. Maka dengan
ت٤ق أع٤ً ّ أ٢ُ اٗذ اُ٘بفشٝ ّق أمب٤ًٝ ٢ُ ًِذٞهذ رٝ ٢ٌِ٘ق ر٤ً ٢ُٜئ
٢ ث٢أٗذ اُؾلٝ
Hai Tuhanku betapa kau suruhkan akan daku kepada yang lain
daripadamu padahal sanya Kau suruh akan daku menyerah kepada Mu
dan betapa dianiaya akan daku padahal Engkau yang menolong bagiku
atau betapa [sia-sia] aku, padahal Engkau yang mengetahui akan daku.
Bermula nama wakil dan nâshir dan khafi nama Allah Taala
ketiganya itu. Dan yaitu menghendaki sekaliannya itu bagi mendapat
segala bagusnya daripada beroleh memadai dan kesukaran dan
beroleh kesudahan yang dimaksud dan segala dicita maka betapa
teraup tipikal yang demikian itu daripada hamba tatkala beroleh ia
akan hajatnya.
٢ِ كؼ٢ؾ٤ ٓغ هج٢ٓب أسؽٔي ثٝ ٢ِْٜ ع٤ ٓغ ػظ٢ ٓب أُطلي ث٢ُٜئ
Hai Tuhanku apa yang melembutkan ia akan Dikau dengan aku serta
bebalku dan apa yang mengasihkan ia akan Dikau dengan daku serta
keji perbuatanku.
Apa yang menyayangkan akan Dikau dengan aku maka apa yang m-n-d
pada yang ia akan daku daripadaMu.
69
Bahasa Minagkabau dari kebesaranmu.
ٖٓ ًبٗذٝ ١ٝ ٓغبٚ٣ٕٝ ٓغبٌٞق ال ر٤ٌ ك١ٝ ٓغبٚ٘ ٖٓ ًبٗذ ٓؾبع٢ُٜئ
ٟٝ دػبٚ٣ٕٝ دػبٌٞق ال ر٤ٌ كٟٝ دػبٚؽوبئو
٢ُ٘ب ػذُي ثَ أهبٜ٤ِ ػ١ذّ اػزٔبدٛ بٜذر٤ؽبُخ ؽٝ بٜز٤٘ ًْ ٖٓ هبػخ ث٢ُٜئ
ب كنِيٜ٘ٓ
Bermula taat itu sifat zahir hamba dan hal itu sifat batin dan
berbuat ia bagi taat itu, yaitu mendirikan dia atas jalan yang
disuruhkan dengan dia daripada menyempurnakan dengan sekalian
rukunnya dan segala syaratnya. Danbarang yang bergantung dengan
dia daripada segala hak dan segala adab. Dan meninggikan ia bagi hal
yaitu menyajikan dia dan menghidangkan dia dan memeliharakan dia
daripada barang yang mengarahkan akan jernihnya dan yang
mengkamilkan ia akan cahayanya dan seolah-olah hamba tatkala
berbuat ia akan dua pekerjaan ini melihat ia akan bahwasanya ia
berkuat dengan kuat yang teguh dan berselindung ia kepada pihak
yang keras.
Tetapi tatkala memandang ia akan adil Allah Taala meruntuhkan
atasnya yang demikian itu, karena bahwasanya yang dikehendakinya
bahwa berbuat ia barang yang dikehendakinya dan tiada
di[h]iraukannya dengan segala amal mereka yang beramal, maka
tatkala memandang ia akan karuniaNya dan kemurahanNya
mengalihkan ia akan dia //269// daripada i‘timad atas taat dan
lainnya daripada segala makhluk dengan menjadikan ia baginya ta‘liq
dengan dia dan i‘timad atasnya akan ganti daripadanya, dan sebaik-
baik ganti dan tukar yaitu Ia Allah, maka Maha Suci Tuhan yang
mem[b]er karunia lagi mem[b]eri nikmat.
ػضٓبٝ كؼال ؽضٓب كوذ دآذ ٓؾجخ٢٘ٓ ئٕ ُْ رذّ اُطبػخٝ ِْ ئٗي رؼ٢ُٜئ
Hai Tuhanku telah buta mata yang tiada melihat ia akan Dikau atasnya
memandang.
Dan merauk payau hamba yang tiada Kau jadikan baginya daripada
kasihMu akan untungnya.
Hai Tuhanku disuruh aku dengan kembali kepada segala atsar70, maka
kembalikan oleh Mu akan daku kepada nya dengan pakaian segala
cahaya dan dengan pertunjukiku ilmu supaya kembali aku kepada Mu
daripadanya71 seperti masuk aku kepada Mu daripadanya pada hal
//273// dipeliharan hatiku daripada menilik kepada nya dan pada hal
diangkatkan citaku daripada berpegang atasnya bahwasanya Engkau
atas tiap-tiap sesuatu yang kuasa.
ي٤ِ ػ٠خل٣ ال٢ُزا ؽبٛٝ ي٣ذ٣ ٖ٤ش ثٛ ظب٢ُزا رٛ ٢ُٜئ
Hai Tuhanku ini kehinaanku yang nyata ia antara hadapanMu dan ini
halku tiada terbunyi ia atasMu.
70
Ka-qawlihi Taala „qul a t-?-r-u mâdzâ fî al-samâwât wa al-ardh’
71
Yakni daripada atsar
Inilah sifat segala mereka yang arif lagi muhakkik mereka itu
tiada terdahulu tilik mereka itu melainkan kepada Allah Taala dan
tiada menuntu mereka itu melainkan daripadaNya jua dan tiada ada
tuntut mereka itu melainkan akan sampai jua kepada Nya tiada lain
ي٤ِثي أعزذٍ ػٝdan dengan Dikau jua mengambil dalil aku atasMu
tiada dengan lainMu karena bahwasanya Engkau Yang Zahir dahulu
daripada wujud tiap-tiap sesuatu yang nyata tetap dengan zhahûrMu
terbawanya segala perkara yang zahir. Dikata orang bagi setengah
segala arif dengan apa mengenal engkau akan Tuhanmu, maka berkata
ia mengenal aku akan Tuhanku dengan Tuhanku, dan jikalau tiada
Tuhanku tiada mengenal aku akan Tuhanku.
Hai Tuhanku ajari oleh Mu akan daku daripada ilmuMu yang terbunyi.
Bermula ilmu yang terbunyi itu yaitu ilmu yang laduni yang
menyembunyikan ia akan dia pada nya, maka tiada mem[b]erikan ia
akan dia melainkan akan segala mereka yang ditentukan daripada
segala wali seperti firman Allah Taala qad hadhara wa‘allamnâhu min
ladunnâ ilman dan telah mengajar Kami akan dia daripada hadirat
Kami akan ilmu. Dan dalam hadis Abi Hurairah radhiyaallâh ‘anhu
daripada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda ia inna min
al-‘ilm kahibat al-maknûn lâ ya‘lamuhu illâ al-‘ulamâ’ billâh
faidza-nthaqû bihi lâ yunkiruhu illâ ahl al-firr billâh bahwasanya
setengah daripada ilmu warna yang terbunyi tiada mengetahui
melainkan segala mereka yang tahu akan Allah.
Maka apabila berkata mereka itu dengan dia tiada menukar
akan dia melainkan yang te[r]perdaya dengan Allah. Kata setengah
mereka itu yaitu segala asrar Allah yang menyatakan ia akan dia
kepada segala mereka yang kepercayaan daripada segala auliyanya
dan segala penghulu yang besar-besar daripada tiada simak dan tiada
72
Ism al-kitâb
73
Artinya manfaat segala makhluk
74
Yakni segala Anbia dan Aulia
بى أعأٍ كال٣ئٝ شى٤ ؿ٠ُ ئ٢ًٌَِ٘ كال رٞي أر٤ِػٝ ٢ٗثي أعز٘قش كبٗقش
ثجبثيٝ ٢ُٗغبٗجي أٗزغت كال رجؼذٝ ٢٘ٓ كنِي أسؿت كال رؾش٢كٝ ٢٘ج٤رخ
//279//٢ٗأهق كال رطشد
Dengan Dikau juga aku beroleh tolong maka tolong oleh Mu akan daku
dan atasMu juga aku menyerah maka jangan Kau serahkan akan daku
kepada yanglainMu dan daripadaMu juga aku meminta maka jangan
kau sia-siakan akan daku daripada karuniaMu k-m-r aku jangan Kau
teguhkan akan daku dan kepada pihakMu aku mengambi nisbat maka
jangan Kau jauhkan akan daku dan pada pintuMu aku berdiri maka
jangan Kau tolak akan daku.
٢٘بػ٤ٕ٘ ؿٌٞق ال ر٤ٌي اُ٘لغ ٓ٘ي ك٤ُقَ ئ٣ ٕ ثزاري ػٖ أ٢٘أٗذ اُـ
Bermula inilah dalih dan ikrar. Dan Allah Taala amat mulia
daripada menolakkan ia akan dalih, barang siapa yang berdalih
kepada Nya atau men[y]ia-[ny]iakan ia akan angan-angan, barang
siapa ikrar dengan dosanya dan mengaku ia akan dosanya
dihadiratNya. Diakata orang bahwasanya hamba yang tadaruk ia
kepada Allah Taala pada mengadukan dalihnya dan Haq Subhanahu
wa Taala be[r]firman Ia baginya hai hambaKu jikalau tiada menerima
Aku akan kesukaranmu itu, sanya tiadalah mendirikan Aku akan dikau
karena mengadukan akan dalihmu itu.
Kata Kattani radhiyaallâh ‘anhu tiada dibukakan Alla Taala akan
lidah mukmin dengan mengadukan kesukarannya melainkan karena
hendak Ia membukakan akan pintu makrifat.
١أٗذ اُزٝ ؽذىٝٝ ىٞ ػشك٠بئي ؽز٤ُٝة أِٞ ه٢اس كٞٗ أؽشهذ األ١أٗذ اُز
شى٤ ؿ٠ُا ئِٞغئ٣ ُْٝ اىٞؾت ع٣ ُْ ٠ة أؽجبثي ؽزِٞبس ٖٓ ه٤أصُذ األؿ
ُْاْٞ اُؼٜؽؾزٝش أ٤ْ ؽُٜ أٗذ أُإٗظ
Dan engkau jua yang menunjuki akan mereka itu, hingga nyata bagi
mereka itu segala alamat. Bermula tatkala disampaikan Allah Taala
akan hidayah mereka itu kepada jalan tauhid makrifat nyata bagi
mereka itu segala alamat yang demikian itu dan segala dalil mereka itu
maka tatkala menilik mereka itu pada alamat itu dan segala dalil
//282// terbuka dada mereka itu dengan segala nur iman dan yakin,
maka tiada memasuki akan mereka itu syak dan tiada mencampur akan
mereka itu tuduh dan tugas. عذىٝ ٖٓ كوذ١ٓب اُزٝ عذ ٖٓ كوذىٝ ٓبرا.
Apa jua perolehan barang siapa yang ketiada[a]n ia akan Dikau dan
apa jua yang ketiada[a]n barang siapa yang beroleh ia akan Dikau.
الٞ ػ٘ي ٓزؾ٠ُوذ خغش ٖٓ ثـٝ ٗي ثذالٝ د٢ُوذ خبة ٖٓ سم
Bermula ini amat nyata dan yaitu diperbuat atas yang telah
terdahulu sekarang daripada kata mualif. Dimimpi orang Syekh Tsabili
radhiyaallâh ‘anhu dalam tidur kemudian daripada matinya maka
dikata orang baginya apa perbuatan Allah dengan dikau. Maka berkata
ia tiada menuntut Ia akan daku dengan dalil atas segala dakwa
melainkan atas sunyi yang satu berkata aku pada satu hari tiada rugi
yang terbesar daripada rugi akan tiada masuk surga dan masuk akan
neraka. Maka firman Allah dan mana rugi yang terbesar daripada rugi
tiada bertemu dengan Daku dan pada makna ini kata syair j[i]ka
segala mati karena lain daripada wajahMu sia-sia, dan tangis
sekaliannya karena bukan ketiada[a]nMu sia-sia. Dan kata setengah
mereka itu adalah pada kamu seorang laki-laki diam ia pada kamu tiga
belas tahun, sembahyang ia tiap-tiap sehari dan semala seribu rakaat
hingga lumpuh daripada dua kakinya.
//283//Maka apabila menyembahyangkan ia akan asar,
duduklah ia dengan mengumpul punggungnya dan dua lututnya
dengan kain atau lainnya pada hal ia meng[h]adap kiblat, maka
berkata ia tercengang aku bagi makhluk betapa aku berjinak-jinakan
dengan lainMu kemudian maka diam ia hingga magrib.
أٗذ ٓبٝ شى٤طِت ٖٓ ؿ٣ ق٤ًٝ ٕأٗذ ٓب هطؼذ اإلؽغبٝ اىٞ ع٠شع٣ ق٤ً
ٕثذُذ ػبدح اإلٓز٘ب
Bermula ini mengijabkan daripada barang siapa atas sifat ini dan
yaitu terlebih ijab daripada segala yang ijab dan Allah Taala tiada
memutuskan Ia akan ihsanNya dan tiada menukar Ia akan adat
ampunanNya (...) sama ada hamba itu bukti atau durhaka dan kena
bala ada ia tau tiada kafir ada ia tau mukmin, inilah dalil menunjukkan
atas melengkapi ihsan Haq ImtinanNya pada sekalian makhluk.
Hai yang merasakan akan segala kekasihnya manis menjinak dia, maka
berdiri mereka itu antara dua tangannya hal keadaan mereka itu kasih
karena merasa sedap dengan menjinak dia dan hampir kepada nya
dengan tiada menentukan saatnya dan waktunya karena bahwasanya
ia perbuatan hati.
Hai yang memakai akan segala aulianya pakaian menakuti dia maka
berdiri mereka itu dengan mulianya hal keadaan mereka itu beroleh
kemuliaan.
ٖ٣ اُؼبثذٚعٞأٗذ اُجبدب ثبإلؽغبٕ ٖٓ هجَ رٝ ٖ٣أٗذ اُزاًش ٖٓ هجَ اُزاًش
جز٘بٛٝ بة صْ أٗذ ُٔبُٛٞأٗذ اٝ ٖ٤ب ٖٓ هجَ هِت اُطبُج٣اد ثبُؼطبٞأٗذ اُغٝ
. ٖ٣ٖٓ أُغزوشد
Engkau yang zakir dahulu daripada segala mereka yang zikir dan
Engkau yang memulai dengan kebajikan dahulu daripada berhadap
segala mereka yang abid dan Engkau yang amat murah dengan
mem[b]ri dahulu daripada segala mereka yang meminta dan Engkau
ي٤ِ أهجَ ػ٠ي ثٔ٘زي ؽز٤ُ ئ٢٘اعزثٝ ي٤ُ أفَ ئ٠ ثشؽٔزي ؽز٢٘ اهِج٠ُٜئ
Hai Tuhanku oleh Mu akan daku dengan rahmatMu hingga sampai aku
kepada Mu dan hela oleh Mu akan daku dengan nikmatMu hingga
berhadap aku pada Mu.
Hai Tuhanku telah menolakkan akan daku segala alim kepada Mu.
Hai Tuhanku betapa muliaku dan dalam hina Kaugulungkan akan daku
atau betapa tiada muliaku dan kepada Mu Kausandarkan akan daku
hai Tuhanku betapa tiada ku papa dan Engkau yang mendirikan akan
daku dalam papa atau betapa //287// papa aku dan Engkau yang
mengayakan akan daku dengan kemurahanMu.
رؼشكذ١أٗذ اُزٝ ء٢ِي ؽٜء كٔب ع٢شى رؼشكذ ٌَُ ؽ٤ ؿُٚ ال ئ١أٗذ اُز
ء٢ش ٌَُ ؽٛء كأٗذ اُظب٢ ًَ ؽ٢شا كٛزي ظب٤ء كشئ٢ ًَ ؽ٠ُئ
اكنُٞٔهللا اٝ .ت اُؾبمش٤أٗذ اُشهٝ ت٤ق رـ٤ً ّش أٛأٗذ اُظبٝ ٠ق رخل٤ً
ٖ٤ ٗغزؼٚثٝ
Betapa terbunyi Engkau dan Engkau yang zahir atau betapa tersuruk
Engkau dan Engkau yang memandang lagi hadir dan Allah Taala jua
mem[b]eri taufik dan dengan Dia jua kami minta tolong.