Anda di halaman 1dari 17

ENDOKRINOLOGY

RANGGA PRAGASTA SS

205.12.1.0020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

OKTOBER 2008

Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari
saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini
sebagian diambil alih oleh sistem saraf.

Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja
melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :

1. Hipotalamus

2. Kelenjar hipofisis

3. Kelenjar tiroid

4. Kelenjar paratiroid

5. Pankreas

6. Kelenjar adrenal

7. Gonad (testis dan ovarium)


Struktur Sistem Endokrin :

Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh,


sepertikulit, atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.Kelenjar endokrin termasuk
hepar, pankreas(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air
mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .

Fungsi Sistem Endokrin :


Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang,
menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif, memelihara lingkungan
internal optimal.

Karakteristik Sistem Endokrin :

Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah
contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan.
Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe
sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon
paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.

Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas
selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang
mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik.

Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.

Fisiologi Hormon secara umum :

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin.Kelenjar endokrin merupakan


sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini
terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang
banyak mengandung pembuluh kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang
langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Sekresinya disebuthormon. Hormon yaitu
penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah.
Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek
hormon.
Struktur dasar hormon secara kimiawi :

• Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus
medulla suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin.

• Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan.

• Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes,
ovarium dan kortekssuprarenal.

• Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua FA, contohhormon prostaglandin.

Klasifikasi hormon :

•Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam perkembangandan


pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.

• Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacammacam
hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.

• Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni
kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan
proses spermatogenesis (LH).

• Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

Peran Hipotalamus & Kelenjar Hipofise :

Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang
menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari
area lain dalam otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi
beberapa hormon realising dan inhibiting. Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin
mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja
hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf.
Hormon yang disekresi dari setiap kelenjarendokrin dan kerja dari masing-masing
hormon.Setiap hormon yang mempengaruhi organ danjaringan terletak jauh dari tempat
kelenjarinduknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise,
menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar
lain disebut hormon tropik. Kelenjar yangdipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.

Sistem umpan balik :

Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar
hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon
lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon mengurangiperubahan
awal yang memicu pelepasanhormon. Misalnyapeningkatan sekresi ACTH dari kelenjar pituitari
anterior merangsang peningkatan pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan
penurunan pelepasan ACTH lebih banyak. Kadar substansi dalam darah selain hormon juga
memicu pelepasan hormon dan dikontrol melalui sistem umpan balik. Pelepasan insulin dari
pulau Langerhans di pankreas didorong oleh kadar glukosa darah.
Aktivasi Sel-Sel Target :

Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel berfungsi
dengan satu atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator intraselular dan, kedua
yaitu mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator intraselular adalah cyclic
adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel.
Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika
hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan
pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan
gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (misalnya enzim,
steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.

Patofisiologi hormon secara umum :

Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada
perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam
sel yang menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin),
atau mencapai sel target di organ lain melalui darah (endokrin).

Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melaui
berbagai mekanisme transduksi sinyal selular. Hal inibiasanya melalui penurunan faktor
perangsangan dan pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti
terdapat siklus pengaturan dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan
balik positif (jangka yang terbatas), berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas
perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya. Istilah pengontrolan digunakan bila
pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya. Beberapa rangsangan
pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil hormon.

Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan


penyimpanan hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis
atau gangguan pelepasan. Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup
dirangsang untuk memenuhi kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup
sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan, atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak
cukup (hipoplasia, aplasia).

Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau
kecepatan pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama
kerja hormon bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat,
hormon tidak dapat menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah
atau dieksresi melalui ginjal.

Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya.
Namun, jika pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan
berpengaruh. Kerja hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal,
akibat kerusakan pada reseptor hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau
ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .

Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan


pelepasan hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan.
Peningkatan sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia,
adenoma). Kelebihan hormon dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor
yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).

Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan
terlalu lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat
diperlambat dengan meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan
protein.
Pembahasan Hormon :
1. Kelenjar Hipofise

Suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam
sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu :
lobus anterior (adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis)”

1. Lobus anterior ( adenohipofise ) = menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi dari semua organ endokrin yang lain. Contoh hormon antara lain:

hormon somatrotopik = mengendalikan pertumbuhan tubuh

hormon tirotropik = mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon


tiroksin

hormon ACTH ( adrenokortikotropik ) = menegndalikan kelenjar suprarenal dalam


menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal

2. Lobus posterior ( neurohipofise ), lobus ini mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain:

hormon ADH (anti diuretik hormone) = mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal
membuat kontraksi otot polos. ADH disebut juga sebagai hormon pituitrin.

hormon oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan
mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa
hipofise tulang spenoid.

Fisiologi Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan


paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson
neuron penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan
kanal air ke dalam membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi air pada tubulus distal dan
duktus koligentes ginjal. ADH juga merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi
ADH yang tinggi juga menyebabkan vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).

Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan


sel) dan penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual).
Sekresi ADH selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau
toksin (misal nikotin, morfin, barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam
aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.

Patofisiologi Hormon antidiuretik

Kelebihan ADH

Sering kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal, karena stress.
Selain itu, ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor (terutama small cell carsinoma
bronchus) atau penyakit paru. Hal ini menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria).
Konsentrasi komponen urin yang sukar larut dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan
pembentukan batu urin (urolitiasis). Pada waktu yang bersamaan terjadi penurunan osmolaritas
ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan sel. Hal ini terutama berbahaya
jika menyebabkan edema serebri.

Defisiensi ADH

Terjadi jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis yang diturunkan
secara genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit autoimun, atau trauma kelenjar
hipofisis lainnya. Penyebab eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di
sisi lain, ADH mungkin gagal mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang dieksresikan
normal, misal pada kerusakan kanal air, atau jika kemampuan pemekatan ginjla terganggu,
seperti pad defisiensi K+, kelebihan Ca2+, atau inflamasi medilla ginjal. Penurunan pelepasan
ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat dalam jumlah besar dan
dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan dipaksa mengkompensasi
kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak air (polidipsia). Jika osmoreseptor
dihipotalamus rusak, defisiensi ADH akan disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik
akan menjadi sangat nyata.

2. Fisiologi hormon Tiroid


Di berbagai jaringan, hormon tiroid (T3, T4) akan meningkatkan sintesis enzim, aktivitas
Na+/K+-ATPase dan penggunaan oksigen sehingga menyebabkan peningkatan metabolisme basal
dan peningkatan suhu tubuh. Dengan merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis, hormon
tiroid menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa darah, sedangkan pada sisi lain juga
meningkatkan glikolisis. Hormon ini merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta
eksresi asam empedu di dalam empedu. Hormon tiroid merangsang pelepasan eritropoetin dan
eritrpoesis, dengan meningkatkan pemakaian oksigen. Hormon tiroid mensensitisasi organ target
terhadap katekolamin sehingga meningkatkan kontraktilitas jantung dan frekwensi denyut
jantung. Selain itu, hormon ini meningkatkan motilitas usus dan merangsang proses transport di
usus dan ginjal. Hormon ini meningkatkan perkembangan fisik (misal pertumbuhan tinggi) dan
perkembangan mental (terutama intelektual). T3 dan T4 merangsang restrukturisasi tulang dan
otot, efek katabolik terutama mendominasi dan meningkatkan eksitablitas neuromuskular. T3 dan
T4 terutama bekerja melaluipeningkatan ekspresi gen, yang berlangsung selama beberapa hari. Di
luar hal ini, kerjanya yang lama disebabkan oleh lamanya waktu paruh di dalam darah (T3 : 1 hari
dan T4 : 7 hari ).

Patofisiologi hormon Tiroid

Hipertiroidisme

Pada hipertiroidisme, metabolisme dan produksi panas akan meningkat. Metabolisme


basal hampir mendekati dua kalinya. Pasien yang terkena lebih menyukai suhu lingkungan yang
lebih dingin, pada lingkungan yang panas pasien cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi
panas). Kebutuhan O2 yang meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang eritropoesis.
Pasa satu sisi , peningkatan lipolisis menyebabkan penurunan berat badan, dan pada sisi lain
menyebabkab hiperlipiasidemia. Sementar itu, konsentrasi VLDL, LDL, dan kolesterol
berkurang. Pengaruhnya pada metabolisme karbohidrat memudahkan terbentuknya diabetes
melitus (reversibel). Bila diberikan glukosa (tes toleransi glukosa), konsentrasi glukosa di dalam
plasma akan meningkat secara lebih cepat lebih nyata dari pada orang sehat, peningkatan akan
diikuti oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun hormon tiroid
meningkatkan sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim proteolitis yag berlebihan
dengan peningkatan pembentukan dan eksresi urea. Massa otot akan berkurang, pemecahan
matriks tulang dapat menyebabkan osteoporosis, hiperkalsemiadan hiperkalsiuria.

Akibat kerja perangsangan jatnung, curah jantung dan tekanan darah sistolik akan
meningkat. Fibrilasi atrium kadang dapat terjadi. Pembuluh darah perifer akan berdilatasi. Laju
filtrasi glomerulus (GFR), aliran plasma ginjal (RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di
ginjal. Sedangkan di hati pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan di
otot usus halus akan menyebabkan diare, peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan
menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot dan insomnia. Pada anak-anak, percepatan
pertumbuhan kadang dapat terjadi.

Hipotiroidisme

Metabolisme dan produksi panas berkurang pada hipotiroidisme. Laju metabolisme basal
dapat menurun hingga setengahnya, dan pasien mudah merasa kedinginan (intoleransi dingin).
Penggunaan oksigen, ventilasi, dan eritropoesis akan berkurang. Selain itu, pembentukan anemia
menjadi lebih mudah karena gangguan absorpsi besi, asam folat dan vitamin B12 di usus.
Berkurangnya lipolisis mendorong peningkatan berat badan dan hiperlipidemia (VLDL,LDL),
sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol menjadi asam empedu dengan segera
menyebabkan hiperkolesterolemia sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis. Gangguan
glikogenolisis dan glukoneogenesis dapat menyebabkan hipoglikemia. Berkurangnya
pengubahan karoten menjadi vitamin A menyebabkan hiperkeratosis. Demikian juga karena
berkurangnya sekresi keringat dan sebasea, kulit menjadi kering dan produksi panas yang
berkurang membuat kulit terasa dingin. Pasien sering memiliki suara parau.

Menurunnya perangsangan jantung oleh hormon tiroid menyebabkan penurunan


kontraktilitas, frekwensi denyut jantung, volume sekuncup, curah jantung, dan kadang-kadang
juga tekanan darah sistolik. Pada defisiensi hormon tiroid yang nyata, dapat terjadi gagal jantung.
Selain itu pertumbuhan tulang menjadi terlambat pada anak-anak. Retardasi pertumbuhan dan
kemampuan mental yang terganggu menyebabkan gambaran kretinisme yang khas.

3. Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar
tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis
sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar
paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.

Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ targetnya adalah
tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi
tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D.
Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin.
Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal,
meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di
tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah
kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH.

4. Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas

Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang


horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat
pasokan darah dari arteri mesenterika superior dan splenikus.

Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ
endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel
yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan
insulin, dan sel delta yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.

Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan
insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan
keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua
hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah
sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar
gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek
kortisol, GH dan epinefrin. Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang
glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam
amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).
Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan
meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.

Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:

a. Efek pada hepar :

1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa

2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis

3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar.

b.Efek pada otot :

1) Meningkatkan sintesis protein

2) Meningkatkan transportasi asam amino

3) Meningkatkan glikogenesis.

c. Efek pada jaringan lemak

1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas

2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida

3) Menurunkan lipolisis

5. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal

Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena
letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel
pada ginjal.

Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Keduanya
menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks yang esensial untuk
kehidupan.
a. Korteks adrenal

Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat
menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu
mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.

a.1. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona


glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan
meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya
membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia, penurunan
curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan
hipertensi dan hipokalemia.

a.2. Glukokortikoid

Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid


utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam: metabolisme
glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein,
keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.

a.3. Hormon seks

Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Umumnya
adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon
seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat
menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan virilisme.
sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis., akibat karsinoma adrenal menyebabkan
ginekomastia dan retensi natrium dan air.

6. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad


Terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima.
Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh
dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan
meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.

a. Testes

Dua buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ
endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah
pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH
diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek
menurunkan konsentrasi testosteron melalui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar
testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ
reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek testosteron pada fetus merangsang
diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas hormon ini akan
merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan
merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.

b. Ovarium

Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ
reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.
Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa
ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan
mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil
konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.

Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron
juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.

Anda mungkin juga menyukai