Anda di halaman 1dari 4

BAHAYA SYIRIK

Ditulis oleh Administrator


Thursday, 04 March 2004

Pada asalnya manusia adalah bertauhid dan bertauhid merupakan fitrah yang
dikaruniakan Allah Subhanahu Wata’ala kepada manusia.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

ِ‫ل لـــِخــَ ْلق‬


َ ‫د ْي‬
ِ ‫ـب‬ ْ َ‫ـاس عَ ل‬
ْ َ‫ـيهـــَا ال َ تـــ‬ َ َ ‫ت هللاِ الَّتِى‬
َّ ‫فطَ َر النـــ‬ َ ‫ط َر‬ ً ‫حـنِ ْي‬
ْ ِ‫فا ف‬ َ ‫ن‬
ِ ‫ديـ ْـ‬
ِّ ‫ك لِل‬
َ َ‫جهـ‬
ْ ‫و‬ ْ ِ‫فَأقـ‬
َ ‫م‬ َ
30 : ‫ الروم‬. ِ‫هللا‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada
fitrah Allah” (Ar-Ruum:30)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

‫ رواه‬. ‫ه‬
ِ ِ‫سان‬ ِ ّ َ‫ه َأ ْويــُمــ‬
َ ‫ج‬ ِ َ‫ه َأ ْو يـُنـــ‬
ِ ِ‫صّ َرانــــ‬ ِ ِ‫وّدَان‬ َ َ‫فَأبـ‬
ِ ‫وا ُه يــُـهـَـ‬ َ ‫ط َر ِة‬
ْ ‫م ْو لــُ ْو ٍد يــُ ْو لَ ُد عَ لَى ا ْل ِف‬ ُّ ‫ك‬
َ ‫ل‬ ُ
‫البخاري و مسلم‬
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu bapaknyalah yang
membuatnya Yahudi atau Nasrani atau Majusi” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Karena syirik itu adalah unsur luar yang menyusup ke dalam fitrah tersebut. Sebab itu
perlu diketahui arti dan bahaya syirik agar kita dapat menjauhinya. Barangsiapa yang
tidak mengetahui terhadap bahaya syirik tersebut, dikhawatirkan ia akan ter-jatuh ke
dalamnya sedangkan dia tidak menyadarinya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
telah menjelaskan bahwa syirik itu lebih tersembunyi dari pada semut yg merayap,
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ِ َ ‫مل‬
‫ رواه ابن حبان‬.‫ة‬ ْ ‫ب النــَّـ‬
ِ ‫ن دَبـــِ ْي‬
ْ ‫م‬ ْ ‫ة َأ‬
ِ ‫خفَى‬ ِ َّ ‫ذ ِه اُألمــ‬ َ ‫ي‬
ِ ‫ه‬ ُ ‫اَلشـِ ّ ْر‬
ْ ِ‫ك ف‬
Syirik yang terjadi pada ummat ini lebih tersembunyi dari pada seekor semut yang
merayap” (HR. Ibnu Hibban)
Definisi Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu Wata’ala dalam hal-hal
yang merupakan kekhususan Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah disamping juga
berdo’a kepada Allah, atau memalingkan sesuatu bentuk ibadah seperti menyembelih
(korban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selain Allah. Karena barangsiapa
menyembah kepada selain Allah dengan berbuat syirik berarti ia telah meletakkan
ibadah tidak pada tempatnya dan memberi-kannya kepada yang tidak berhak, dan itu
merupakan kedzaliman yang paling besar. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

13 : ‫ لقمان‬.‫م‬
ٌ ‫ظـ ْي‬ ُ َ‫ك ل‬
ٌ ‫ظ ْل‬
ِ َ‫م ع‬ َ ‫اِنَّ الشــِ ّ ْر‬
Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar” (QS.
Lukman : 13)
Allah tidak mengampuni dosa pelaku syirik, dan akan dihapuskan darinya amalan-
amalannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :

88 : ‫ األنعام‬. َ‫م ُل ْون‬


َ ‫ماكَانــُ ْوا يَعْـ‬ ْ ‫حبِطَ عَ ـن ْـ ُه‬
َ ‫م‬ َ َ‫ك ْوا ل‬ ْ ‫و لَ ْو َأ‬
ُ ‫ش َر‬ َ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan” (QS. Al An’am : 88)
Jenis Syirik
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah membagi syirik menjadi dua macam yaitu syirik akbar
(besar) dan syirik asghar (kecil).
A. Syirik Akbar (Besar)
Syirik akbar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu
Wata’ala. Diantara bentuk syirik akbar adalah :
1. Syirik dalam berdo’a, yaitu disamping berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala ia
juga berdo’a kepada selain-Nya. Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman :

ّ‫م ِإلَى ا ْلبــَ ِر‬


ْ ُ‫جـاه‬ َ ‫ن‬
َّ َ‫فلَمــَّـا نــــ‬ َ ‫دي ْـ‬ ُ َ‫ن ل‬
ِّ ‫ه ال‬ َ ‫ـي‬
ْ ِ‫مــخــ ْـلِيـ ْـصـ‬
ُ ‫اهللا‬
َ ‫و‬ َ
َ ‫فِإ‬
ِ ‫ذا َركِ ُب ْوا فِي ا ْلفُــ ْلــ‬
ُ ‫ك دَعَ ــ‬
‫ مسلم‬65:‫ العنكبوت‬. َ‫ك ْون‬ ُ ‫ش ِر‬
ْ ‫م ُي‬ ْ ُ‫ذاه‬َ ‫ِإ‬

Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-
tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)” (QS. Al Ankabut:65)
Syekh Muh. bin Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan dalam kitab “Al-Qawaid Al-
Arba’ah” : ”Bahwasanya kaum musyrikin di zaman kita lebih parah kemusyrikannya dari
pada kaum musyrikin zaman dahulu, sebab kaum musyrikin zaman dahulu itu berbuat
syirik dalam keadaan lapang, dan berbuat ikhlas (memurnikan tauhid) dalam keadaan
terjepit, sedangkan kaum musyrikin zaman kita sekarang ini tetap saja selalu berbuat
kemusyrikan dalam keadaan lapang maupun susah”

Adalah hal yang membudaya bahkan dianggap peribadatan yang sangat afdhal, adalah
bahwa pada bulan-bulan atau hari-hari tertentu, misalnya: menjelang Ramadhan, se-
belum atau sesudah ‘Ied atau bulan-bulan/ hari-hari lain, banyak orang-orang Islam
berbondong-bondong dari berbagai tempat ke kuburan-kuburan para syaikh, kyai,
orang-orang sholeh atau yang dinggap wali oleh mereka untuk berziarah. Mereka
datang dari tempat yang cukup jauh dengan mencurahkan tenaga fikiran dan harta,
tidak peduli berapa banyak harta yang akan terbuang untuknya, padahal orang yang
paling suci dan paling terhormat, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah
bersabda :

‫د‬
ِ ِ‫سج‬
ْ ‫م‬ َ ‫ه َذا‬
َ ‫و‬ َ ‫ي‬
ْ ‫د‬
ِ ِ‫سج‬
ْ ‫م‬
َ ‫و‬
َ ‫م‬ َ ‫د ا ْل‬
ِ ‫ح َرا‬ ِ ِ‫سج‬
ْ ‫م‬
َ ‫مسـَاجـِ َد‬ ِ َ‫ال ِإال َّ ِإلَى ثــــَال َ ثــــ‬
َ ‫ة‬ ُ ‫ح‬ ُّ ‫ش‬
َّ ّ‫د ال ِر‬ َ ‫ال َ ُت‬
‫ متفق عليه‬.‫صى‬ َ ‫ْاَأل ْق‬
Jangan kamu mengharuskan berpergian (untuk ibadah/ berziarah) kecuali ke tiga
masjid: Masjidil Haram, Masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha” (Muttafaqun
‘Alaihi)
Dengan demikian hanyalah kepada ketiga masjid yang disebut di hadits di atas
dibolehkan bagi kita untuk bersusah payah untuk berziarah, sedangkan selainnya adalah
termasuk hal yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Maka melakukan safar (perjalanan) dalam rangka berziarah ke kuburan-kuburan orang
yang dianggap wali itu sudah merupakan pelanggaran atau dosa apalagi ternyata ziarah
ke kuburan-kuburan para wali itu dimaksudkan untuk meminta-minta barakah, syafa’at
dan agar dimudahkan rizkinya atau dimudahkan mendapat jodoh, atau agar diangkat
darinya kesulitan-kesulitannya dll. Jika demikian halnya maka jelas perbuatan-perbuatan
tersebut adalah syirik akbar, apabila ia tidak bertaubat dari kegiatan ini dan mati dalam
keadaan demikian, maka Allah tidak akan mengampuninya dan dia kekal di dalam
neraka –wal’iyadzu billah- Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

48 : ‫ النساء‬. ‫شا ُء‬


َ َّ ‫ن يـــ‬
ْ ‫م‬
َ ِ‫ك ل‬ َ َ‫ما ُد ْون‬
َ ِ‫ذل‬ َ ‫ويـَغ ْـ ِف ُر‬
َ ‫ه‬ َ ‫هللا ال َ يـــَغـ ْـ ِف ُر َأنْ ُيش ْـ َر‬
ِ ِ‫ك بــــ‬ َ َّ‫ِإن‬
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya"(QS. An-Nisaa’: 48)
2. Penyembelihan (kurban) untuk selain Allah Subhanahu Wata’ala. Sebab
penyembelihan kurban merupakan salah satu bentuk ibadah yang hanya boleh ditujukan
kepada Allah Subhanahu Wata’ala, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

‫ رواه مسلم‬. ِ‫ـي ِر هللا‬


ْ َ‫ح لــِغـ‬ َ ‫ن‬
َ َ‫ذبــ‬ ْ ‫م‬
َ ‫هللا‬
ُ َ ‫لَع‬
‫َن‬
Allah melaknat orang yang menyembelih bukan karena Allah" (HR. Muslim)

Siapa saja yang menyembelih untuk para wali, berhala atau jin, berarti telah keluar dari
Islam dan beralih memasuki wilayah kekufuran dan kesesatan disebabkan ia telah
memalingkan ibadah kepada selain Allah Subhanahu Wata’ala.
B. Syirik Ashghar (Kecil)
Syirik ashghar adalah setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara’.
Pelakunya kelak akan di adzab di neraka namun tidak menjadikan pelakunya kekal di
dalamnya dan kembalinya tetap ke syurga akan tetapi ia mengurangi tauhid dan
merupakan wasilah atau perantara kepada syirik besar, hingga wajib diwaspadai.
Diantara jenis syirik kecil adalah :
1. Bersumpah kepada selain Allah ? dengan tidak bermaksud mengagung-kannya,
namun jika bertujuan menga-gungkannya, maka hal itu berubah menjadi syirik besar,
seperti per-kataan “Demi Rasulullah” atau “Demi Ka’bah”, dll. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :

‫ رواه أحمد و أبو داود و الترميذي‬.‫ك‬ ْ ‫ف َر َأ ْو َأ‬


َ ‫ش َر‬ َ ‫ك‬
َ ‫َد‬ َ ِ‫ف بــــِغـــَـ ْي ِر هللا‬
ْ ‫فق‬ َ َ ‫حل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah, maka ia telah kafir atau syirik” (HR.
Ahmad, Abu Daud dan At Tirmidzi).

Namun jika terpaksa harus bersumpah maka bersumpahlah de-ngan asmaa (nama-
nama) Allah Subhanahu Wata’ala atau sifat-sifat-Nya, sebagaimana Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

‫ رواه‬. ‫ت‬
ْ ‫م‬ ْ َ‫ف بـِاهللِ َأ ْو لـِي‬
ُ ‫ص‬ ْ َ‫ف ْليـــ‬
ْ ِ‫حل‬ ً ِ‫حال‬
َ ‫فا‬ َ َ‫ن كَان‬
ْ ‫م‬
َ ,‫ُم‬ ْ َ‫ُم َأنْ تـ‬
ْ ‫حلِ ُف ْوا بــــِآ بـَائـِك‬ ْ ‫هللا يَن ْـهـَاك‬
َ َّ‫ِإن‬
‫البخاري‬
Sesungguhnya Allah melarang kalian untuk bersumpah dengan bapak-bapak kalian,
barang siapa yang bersumpah maka hendaklah ia bersumpah demi Allah atau hendaklah
ia diam.” (HR. Al-Bukhari)
2. “Riya” yaitu melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu Wata’ala, tetapi juga ia ingin mendapatkan pujian manusia misal-nya
dengan membaikkan shalatnya atau bersedekah agar dipuji dan disanjung karenanya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

‫غ ُر؟‬ ْ ‫ك اَأل‬
َ ‫صـ‬ ُ ‫ما الشـــِ ّـ ْر‬ َ : ِ‫ل هللا‬
َ ‫و‬ َ ‫س ْو‬ َ .‫غ ُر‬
ُ ‫قا ُل ْوايــــَـا َر‬ ْ ‫ك ْاَأل‬
َ ‫صـ‬ ُ ‫اف عَ لَـ ْيك‬
ُ ‫ُم الشــِ ّـ ْر‬ ُ ‫خ‬َ ‫ما َأ‬
َ ‫ف‬
ُ ‫و‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫خـ‬
‫ رواه أحمد والطبراني والبغوي في شرح السنة‬.‫ ال ِرّ يـــَا ُء‬:‫ل‬ َ
َ ‫قا‬
Yang paling aku takuti dari kalian adalah syirik kecil", mereka bertanya wahai Rasulullah,
apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab, yaitu “Riya” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-
Baghawi dalam Syarhus-Sunnah).

Al-Allamah Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata: “…dalam melakukan mu’amalah


maupun ubudiyahnya, ia (orang yang berlaku riya’-pen) tidak mengkhususkan-nya
hanya untuk Allah, ada yang ditujukan buat diri dan hawa nafsunya, ada yang ditujukan
untuk syaithan dan ada pula yang diperuntukkan buat manusia lainnya. Ini merupakan
keadaan kebanyakan manusia”.

Kita memohon kepada Allah Subhanahu Wata’ala untuk dijauhkan dari perbuatan syirik.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan sebuah do’a kepada ummatnya
agar berlin-dung dari bahaya syirik :

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu, sedang kami


mengetahuinya dan kami memohon ampun kepada-Mu (atas dosa syirik yang kami
lakukan) sedang kami tidak mengetahui-nya.” (HR. Ahmad).

-Abu Abdirrahman-
Maraji’ kitab terjemah :
1. At-Tibyan, Syarah Nawaqidh Al-Islam, Syaikh Al Islam Muhammad bin Abdul Wahhab.
2. At-Tauhid Lish Shafits Tsalis Al- ‘Ali, Shalih Bin Fauzan Bin Abdullah Al Fauzan.
3. Kitab At Tauhid, Muhammad bin Abdul Wahhab
(Al Fikrah Tahun 1 Edisi 5)

Anda mungkin juga menyukai