Anda di halaman 1dari 14

KHAZANAH KEINTELEKTUALAN ABU HAYYAN DALAM

SAMUDERA ILMU YANG LUAS

(AL-BAH{R AL-MUH{I>T{)

Oleh:
Miatul Qudsia1
miatulqudsia@gmail.com

A. Pendahuluan
Alquran merupakan kitab pedoman umat Islam. Maka seluruh
umat Islam harus benar-benar memahami “isi pesan” dari Tuhan semesta
alam tersebut. Cara untuk memahaminya tidak lain adalah dengan
mentadaburi ayat melalui tafsirannya. Seiring dengan berkembangnya
zaman serta semakin luasnya pensyiaran agama Islam, peradaban dan
kebudayaan Islam pun juga mengalami kemajuan. Termasuk di dalamnya
dunia tafsir. Mufassir tidak lagi merasa cukup dengan hanya mengutip
atau menghafal riwayat dari generasi sahabat, tabi‟in dan tabi‟ al-yabi‟in,
akan tetapi juga mulai berorientasi pada penafsiran Alquran yang
didasarkan pada pendekatan ilmu-ilmu bahasa pada khususnya serta ilmu-
ilmu pengetahuan yang lain.
Dalam artian lain, tafsir Alquran pada periode mutaakhkhirin
ini tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan tafsir bi al-ma‟tsur yang
selama ini diwarisi, namun mereka juga telah siap untuk mengembangkan
tafsir bi al-dirayah dengan berbagai macam implikasinya. Dengan
demikian, tafsir Alquran pun kemudian berkembang dengan
menitikberatkan pembahasan dari aspek-aspeknya, tentunya sesuai
dengan kecenderungan kelompok mufassir itu sendiri. 2 Tak terkecuali
tafsir Abu Hayyan ini, yaitu al-Bahr al-Muhith yang penafsirannya
condong pada aspek nahwiyah kebahasaan. Tafsir ini termasuk periode
Muta‟akhkhirin yaitu abad ke 4-12 H/11-19 M.

1
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya.
2
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 327-328.

1
2

B. Biografi

Nama lengkap Abu Hayyan pemiliki tafsir al-Bah{r al-Muh{i>t{ ini


adalah Abu „Abdillah Atsiruddin Muhammad bin Yusuf bin „Ali bin
Hayyan al-Ghirnathi al-Hayyaniy. Muhammad Shafa Syaikh Ibrahim
Haqqiy menambahkan nama setelah al-ghirnathi sehingga menjadi al-
Ghirnathi al-Jayyani al-Nifdzi. Sedangkan dalam kitab al-Bah{r al-Muh{i>t{,
nama lengkap Abu Hayya adalah Muhammad bin Yusuf bin „Ali bin
Yusuf bin Hayyan al-Nafaziy al-Andalusiy al-Jiyany al-Ghirnathi.3 Abu
Hayyan lahir di desa Thamkharasy di Granada, Andalusia pada akhir
bulan Syawwal 654 H/1256 M dan wafat di Mesir pada tahun 745 H/1344
M. Abu Hayyan adalah seorang Ulama‟ besar yang menguasai beberapa
disiplin ilmu sperti hadis, tafsir, bahasa Arab, qira‟at, adab, sejarah,
biografi Ulama‟ khususnya dari Magharibah (Afrika Utara) dan nahwu
sharraf.

Semenjak kecil telah belajar Alquran serta menghafalnya


dibawah bimbingan Syeikh al-Khathib „Abdul Haq bin „Ali. Kemudian
berguru kepada al-Khathib Abu Ja‟far bin Athiba, dan belajar qira‟at
kepada al-Hafidz Abu „Ali al-Husain bin „Abdul „Aziz bin Abi al-
Ahwash di Maliqah. Abu Hayyan pandai mengubah syair dan banyak
menulis qasidah syair dan puisi muwasysyhat. Abu Hayyan sangat
mengagumi Sibawayh. Pada mulanya Abu Hayyan berhubungan baik
dengan Ibn Taimiah dan membuat qasidah pujian untuknya. Akan tetapi
hubungan itu luntur dikarenakan Ibnu Taimiyah banyak menyalahkan
Sibawayh dalam hal tata bahasa Arab.

3
M. Rusydi Khalid, “al-Bahr al-Muhith: Tafsir Bercorak Nahwu Karya Abu Hayyan al-
Andalusiy”, Jurnal Adabiyah, vol. 15, no. 2, 2015, 177.
3

Dalam perjalanan intelektualnya, Abu Hayyan berpindah-


pindah tempat, misalnya saja untuk belajar hadis di Andalusia dan Afrika,
ilmu qira‟at kepada „Abdun Nashir bin „Ali al-Maryuthi di Iskandariah,
dan Abu Thahir Ismail bin „Abdullah al-Mulayji dan Syaikh Bahauiddin
bin Nahhas tentang kitab-kitab adab di Mesir. Guru dari pada Abu
Hayyan dari berbagai tempat sebanyak 450 orang, sedangkan yang
memberinya ijazah sekitar seribu orang. Abu Hayyan belajar di kota
Andalusia dan afrika seperti di Granada, Malaga, Balsy, Miryah, Bujaya,
Tunisia, Mesir, Kairo, Dimyath dan al-Mahallath.4

C. Guru dan Murid Abu Hayyan


Abu Hayyan merupakan seorang „Ulama yang gemar
mengembara ilmu hingga ke berbagai tempat. Keluasan wawasannya
dapat dilihat dari banyaknya guru, diantaranya adalah:
a. Ahmad bin Ibrahim bin Zubair bin Hasan bin al-Husain al-Tsaqafiy
al-Ashimi. Seorang yang yang ahli dibidang hadis, nahwu, ushul dan
adab serta fasih membaca Alquran. Abu Hayyan banyak mengutip
dari pendapat beliau dalam tafsirnya al-Bahr al-Muhith.
b. Al-Husain bin „Abd „Aziz bin Muhammad bin „Abd „Aziz bin
Muhammad al-Imam Abu „Ali bin Abi Ahwaz al-Qarsyi, adalah
seorang yang faqih, ahli nahwu dan banak menyusun buku dalam
bidang qira‟at.
c. „Ali bin Muhammad bin „Abd Rahim al-Khasyniy, al-Absyiy Abu al-
Hasan
d. Muhammad bin „Ali bin yusuf al-Allamah Radiyuddin Abu Abdillah
al-Anshariy al-Syathibiy
e. Muhammad bin Ibrahim bin Muhamad bin Abi Nasr.
Di saat Abu Hayyan belajar dari banyak syiekh, ia juga seorang guru
yang masyhur sehingg memiliki cukup banyak muris, diantaranya
yaitu:

4
Ibid., 177-178.
4

a. Ali bin Abd al Kafi bin Ali bin Tamam bin Yusuf bin Musa bin
Hamis bin Yahya bin Umar bin Usman bin Ali bin Siwar bin Salim al
Subki.
b. Muhammad bin Abd al Bir bin Yahya bin Ali bin Tamam Baha'uddin
c. Ahmad bin Yusuf bin Abd al Daaim bin Muhammad al Halabi Syihab
al Din
d. Abdllah bin Abd Rahman bin Abdullah bin Muhammad bin Akil al
Qarsyi.

D. Karya-karya Abu Hayyan


Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa Abu Hayyan adalah
seorang „ulama yang berwawasan luas diketahui dari perjalan
intelektualnya, guru-gurunya serta para muridnya. Sehingga tidak
mengherankan jika Abu Hayan adalah seorang yang produktif berkarya.
Berikut karya-karyanya di beberapa bidang, yaitu:
a. Dalam bidang Tafsir:
‫انثحز انًحيط‬
‫انُهز انًاد‬
b. Dalam bidang Qira‟at:
‫عقد انألنى في انقزاءاخ انسثع انعىانى‬
‫انحهم انحانيح في أساَيد‬
‫انًىرد انغًز في قزاءج أتي عًزو‬
‫تقزية انُائ في قزاءج انكسائ‬
c. Dalam bidang Fiqih:
‫انىهاج في اختصار انًُهاج‬
‫األَىر األجهى في اختصار انًحهى‬
‫يسائم انزشد في تجزيد يسائم َهايح اتٍ رشد‬
‫األعالو تأركاٌ انساليإ‬
d. Dalam bidang Bahasa:
‫إتحاف األرية تا في انقزاٌ يٍ انغزية‬
‫اإلدراك نهساٌ األتزك‬
‫األفعال في نساٌ انتزك‬
5

e. Dalam bidang Nahwu:


‫انتذكزج‬
‫انشذا في يسأنح كذا‬
ٌ‫ايح اإلحساٌ في عهى انهسا‬
ٌ‫إعزاب انقزا‬
‫انهدايح في انُحى‬
E. Kajian Metodologis dan Pendekatan Abu Hayyan dalam Tafsir al-
Bah{r al-Muh{i>t
Abu Hayyan dalam tafsir al-Bah{r al-Muh{i>t mengambil
beberapa pendekatan, pertama secara kebahasaan atau nahwu. Ini
merupakan pendekatan yang paling dominan digunakan dalam
penafsirannya. Dalam pembahasan ini, Aby Hayyan banyak menukil
penafsiran al-Zamakhsyariy dan Ibnu „Athiyah, keduanya adalah mufassir
yang cendurung menafsirkan Alquran dengan pendekatan bahasa, banyak
menyingkap keindahan bahasa Alquran dan ketinggian unsur
kebalaghahannya melalui pendekatan ilmu Ma‟ani, Bayan, Nahwu dan
Sharraf.
Kedua, melalui pendekatan fiqih. Ketika Abu Hayyan
menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum, Abu Hayyan
menyebutkan pendapat sahabat dan tabi‟in. Begitu juga di saat menukil
pendapat dari empat Imam madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi‟i dan Imam Ahmad. Ketiga, menafsirakn ayat melalui
pendekatan qira‟at.5
Dari beberapa pemaparan di atas, secara analisa, metode yang
digunakan oleh Abu Hayyan adalah tahlili. Selain dikarenakan tartibul
mushaf, Abu Hayyan juga menggunakan berbagai pendekatan di dalam
menfasirkan. Sehingga penjabaran dan pembahasan di dalam tafsir
tersebut sangat komperhensif. Hal ini juga yang menyebabkan tafsir ini
diberi nama al-Bah{r al-Muh{i>t, dikarenakan keluasan ilmu di dalamnya.

5
Muhammad Hadin Has, “Karakteristik Tafsir al-Bahru al-Muhith (Telaah Metodologi Penafsiran
Abu Hayyan al-Andalusy)”, Shautut Tarbiyah, 2015, 47-48.
6

Dalam pengumpulan datanya, Abu Hayyan banyak


menggunakan riwayah, dalam hal ini Alquran dan Hadis, sehingga tafsir
ini juga masuk dalam kategori bi al-ma‟tsur. Di samping itu, juga ada
unsur yang dominan yaitu bi al-ra’yi-nya, ketika menafsirkan I’rab ayat
demi ayat secara terperinci.6 Serta menyertakan pendapat dari para
sahabat dan ulama.

F. Karaktersitis al-Bah{r al-Muh{i>t


Al-Bahr al-Muhith adalah karya tafsir yang terbesar bagi Abu
Hayyan. Abu Hayyan sendiri menamainya dengan al-Kita>b al-Kabi>r.7
Kitab tafsir ini merupakan kitab bi al-ra’yi yang termasyhur.8 Abu
Hayyan menyusun kitab al-Bahr al-Muhith ini setelah memperbaiki
madrasah Ulum al-Tafsir di Kubah al-Sulthan al-Malik al-Manshur. Abu
Hayyan memulai menyusun tafsir ini pada akhir tahun 710 H.9 Tiga hal
yang melatar belakangi Abu Hayyan menyusun kitab tafsir ini, yang
pertama untuk tilawah Alquran, kedua memperbanyak amal kebajikan
dan yang ketiga adalah untuk menyucikan jiwa (al-nafs al-‘afi>fah).10
a) Isi Kitab al-Bah{r al-Muh{i>t
Secara kuantitas, banyaknya juz/jilid pada tafsir ini tergantung
pada terbitan dan cetakannya. Ada yang terdiri dari 8 juz, sampulnya
wanra biru tua, diterbitkan oleh Dar al-Fikr pada tahun 1978 M/1398 H,
tanpa tempat terbit dan merupakan cetakan yang kedua. Adapun yang
terdiri dari 9 juz, warna sampulnya biru tua, penerbitnya Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, Beirut pada tahun 1993 M/1413 H, merupakan cetakan
pertama. Sedangkan yang terdiri dari 10 juz, sampulnya berwarna hitam,
juga diterbitkan oleh dar al-Fikr, Beirut pada tahun 1992 M/1412 H, tanpa
keterangan cetakan.
6
Ibid., 48.
7
Ma’mu>n bin Muh{yiddi>n al-Jianna>n, Abu> H{ayyan al-Andalusy (Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilimiyyah, 1993), 86.
8
Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Amzah, 2014), 213.
9
Ibid., 87.
10
Muhammad bin Yu>suf al-Syahi>d bi Abi> Hayya>n al-Andalusi>, Tafsi>r al-Bah{r al-Muh{it> { (Beirut:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1993), 53.
7

Berikut struktur isi dari kitab al-Bah{r al-Muh{i>t yang diterbitkan


pada tahun 1992 M/ 1412 H:
1) Juz I, surah al-Fatihah dan surat al-Baqarah sampai ayat 141
2) Juz II, surat al-Baqarah dari ayat 142 sampai akhir surat
3) Juz III, surat Ali-„Imran dan surat al-Nisa‟ sampai ayat 86
4) Juz IV, surat al-Nisa; ayat 87 hingga surat al-An‟am
5) Juz V, surat al-A‟raf sampai surat al-taubah
6) Juz VI, surat Yunus sampai surat al-Nahl
7) Juz VII, surat al-Isra‟ sampai surat al-Mu‟min
8) Juz VIII, surat al-Nur sampai surat Saba‟
9) Juz IX, surat Fathir sampai surat al-Thur
10) Juz X, surat al-Najm hingga surat al-Nas.
b) Model penyajian atau sistematika penafsiran
1) Mengemukakan ayat yang akan ditafsirkan secara keseluruhan
2) Memilah ayat menjadi beberapa bagian
3) Menjelaskan mufrad ayat, satu per satu dari segi bahasa, ilmu
ma‟ani serta hukum nahwunya
4) Menjelaskan secara rinci pendapat para ahli nahwu dan
perbedaan mreka dalam i‟rabnya
5) Menyebutkan ragam qira‟at yang terdapat dalam ayat dan
mengarahkannya dengan nahwu, baik itu qira‟at syadz atau
musta’mal
6) Memberi perhatin khusus pada aspek balaghah yang meliputi
bayan dan badi‟
7) Menyebutkan asbab al-nuzul jika ada, nasikh mansukh dan
munasabah
8) Menyebutkan hhukum fiqih jika berkaitan dengan pembahasan
fiqih dengan mencantumkan pendapat imam yang 4 ata selain
mereka
9) Menyebutkan perkataan ulama mutaqaddimin baik salaf maupun
khalaf dala masalah aqidah
8

10) Membuat kesimpulan kandungan ayat-ayat yang ditafsirakan


sesuai makna yang dipilih.11
c) Referensi yang dijadikan rujukan Abu Hayyan dalam penafsirannya
1) Tafsir al-Kasysyaf, al-Zamakhsyary
2) Tafsir Ibnu „Athiyah
3) Al-Tah{ri>r wa al-Tah{bi>r, Ibn al-Naqi>b
4) Tafsir Abi> Ja’far al-T{usiy
5) Tafa>sir al-Sadiy
6) Abi> al-Baqa’
7) Maki> bin abi> T{a>lib
8) Abi> ‘Abdilla>h al-Ra>zi>
9) ‘ali> bin Ah{mad al-Naisa>bu>ri>
10) Ta>j al-Qurra’
11) Abi> Nas{r ‘Abd al-Rah{i>m al-Qusayiri>
12) S{ah{i>h{ al-Bukhari, Muslim, Sunan al-Nasa>’i, al-Muwat{t{a’ Imam
Ma>lik bin Anas, al-Ja>mi’ at-Tirmidzi>, al-Qubas dalam syarah
Muwat{t{a’ Ma>lik bin Anas al-H{a>fidz Abi> Bakr ibn al-‘Arabi>,
Musnad al-Syafi’i, Sunan Abi> Daud dan S{ah{i>h{ al-H{a>kim. Dalam
masalah fiqih Abu Hayyan menukil dari kitab al-Mah{s{u>l Abi>
‘Abdilla>h Muh{ammad bin ‘Umar al-Ra>zi> dan syarahnya. Dan
menukil riwayah mengenai tarikh yang membantu dalam
penafsiran, menjelaskan sebab nuzul ayat serta naskh-nya. Atau
menjelaskan peritiwa yang ada dalam Alquran dengan hadis atau
khabar, serperti: al-T{abari>, al-Qa>d{i> Abu Ya’la>, al-Tirmidzi>, Ibnu
‘Abbas, Abu> Sulaima>n al-Dimasyqi> dan Qata>dah dan
selainnya.12

Abu Hayyan memang banyak mengutip dari al-Zamakhsyari


dan Ibn „Athiyah terutama mengenai masalah nahwu dan i‟rab. Dan
seringkali Abu Hayyan mengakhiri kutipannya denagn sanggahan,
11
Khalid, “al-Bahr al-Muhith...” 183-184. Lihat Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsi>r wa al-
Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbah, tt), 226-227. Lihat juga Ma’mun bin Muh{yiddi>n al-Jinna>n,
Abu> H{ayyan al-Andalusy (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Alimiyyah, 1993), 91.
12
Al-Jianna>n, Abu> H{ayyan al-Andalusy..., 88-89.
9

bahkan terkadang menyerang al-Zamakhsyari dengna gencar, sekalipun di


lain tempat juga memuji karena keterempilannya dalam menyingkap
retorika (balaghah) Alquran dan kekuatan bayan-nya. Yang menjadi
kritikan dan sanggahan terhadap al-zamakhsyari adalah karena ketidak
sukaan Abu Hayyan terhadap paham yang dianut oleh zl-Zamakhsyari,
yaitu paham Mu‟tazilah.

Dalam banyak hal, Abu Hayyan berpedoman pada kitab Al-


Tah{ri>r wa al-Tah{bi>r li Aqwa>li A’immati al-Tafsi>r, karya gurunya
Jamaluddin Abu „Abdillah bin Sulaiman al-Miqdasi, atau yang terkenal
dengan Ibnu Naqib.13 Di dalam penafsirannya setidaknya ditemukan
empat madzhab nahwu yang dipakai oleh Abu hayyan dalam kitab
tafsirnya, yaitu madzhab Basrah, Kuffi, Baghdadi dan al-Andalusi.14

G. Contoh Penafsiran15
a. Corak bahasa
Dalam menafsirkan surat al-Fatihah ayat 2, Abu Hayyan
memilahnya menjadi 3 bagian, yaitu kata ‫انحًددد‬,‫ هلل‬,ٍ‫ رب انعددانًي‬. Abu Hayyan
menafsirkan kata ‫ انحًدددد‬dengan pujian atas segala yang indah berupa
nikmat dan selainnya melalui lisan semata. Lawan dari kata ‫ انحًددد‬adalah
‫ اندذو‬yaitu celaan. Fi‟il dari kata ‫انحًددد‬, ‫ حًددد‬bukan fi‟il yang terbalik dari ‫يددد‬.
Menurut Ibn al-Anbari, ‫ حًددد‬dan ‫ يددد‬mempunyai tashrif yang sama. Dalam
penggunaannya, ‫ يددد‬dapat dipakai untuk benda mati, seperti ‫ًَددد انجددىهزج‬,
kita memuji permata itu, tapi tidak bisa dikatakan ‫َحًددد انجددىهزج‬. ‫ انحًددد‬searti
dengan ‫انشددكز‬, atau ‫ انحًددد‬lebih umum maknanya. ‫انشددكز‬, pujian kepada Allah
SWT atas perbuatan-perbuatannya, sedangkan ‫انحًدددد‬, pujian kepada Allah
SWT atas semua sifat-sifat-Nya. Yang lebih benar adalah ‫ انحًددد‬maknanya
lebih umum. Al-Hamid (si pemuji), ada dua macam, sebagai syakir (yang
mensyukuri), dan sebagai orang yang menyanjung sifat-sifat-Nya.

13
Manna>’ Khali>l al-Qat{t{a>n, Studi Ilmu-Ilmu Quran. Ter. Mudzakir AS, (Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa, 2011), 508.
14
Al-Andalusi>, Tafsi>r al-Bahr...62.
15
Teks penafsiran Abu Hayyan bisa dilihat di lampiran.
10

Sedang kata “lillahi” ia menjelaskan huruf jer “li” menurut ilmu


nahwu al-lam pada kata “lillah” mengandung sejumlah arti li al-milk wa
syibhih (kepemilikan atau yang serupa dengganya) li al-Istiqaaq (hak
milik) al-sabab, ta’lil, ta’ajjub, tabyin, shayrurat (berubah menjadi), al-
Zharfiyyah dalam arti “fi” dan “Inda”, al-intiha (terakhir) dan al-isti’la.

“Rabb” artinya tuan, raja, yang tetap, yang di sembah. Sedang


kata “al-alamin” tidak ada mufradatnya sama dengan kata “al-anam”,
berasal dari kata al-alamat.

b. Corak Qiraat

Dalam Qur‟an Surah al-Jumuah ayat 29.

Kata ‫ انجًعددح‬pada ayat tersebut di atas menurut Abu Hayyan dalam


tafsirnya ada dua macam qiraatnya oleh Jumhur (mayoritas) ibn al-Zubair,
Aba Hayah, dan ibn Abi „Ablah membacanya dengan mendhamah mim,
sehingga dibaca al-jumu’ah. Sedang riwayat yang bersumber dari Abi
Amr, Zaid bin „Ali, dan al-A‟amasy dibaca dengan men-sukun huruf
mim. Jadi dibaca al-jum‟ah.

Surat al-Kautsar ayat 1.

Jumhur ada yang membacanya dengan a’thaynaka, sedangkan al-


Hasan, Thalhah, Ibn Muhaisin dan al-Za‟farani membacanya dengan
anthaynak dengan huruf ٌ.

c. Corak Fiqih

Dalam penafsiran ayat diatas Abu Hayyan mengutip 4 madzab


seperti imam syafi‟i abu Hanifah. Dalam hal ini Syafi‟i memahami akan
wajibnya shalat apabila waktu shalat telah tiba sekalipun dalam keadaan
perang dan shalat tersebut wajib diqadha, (diganti) apabila keadaan telah
aman. Berbeda dengan Abu Hanifah, ia mengatakan apbila dalam
keadaan perang maka di maafkan untuk meninggalkan sholat sampai
keadaan aman. Mengenai contoh dari penafsiran secara Rayi maka dapat
11

di lihat dari Penafsiran Abu Hayyan yang mengutip sebagian dari


pemahaman Imam Madzab 4. Ketika menafsirkan Q.S al-Nisa‟.
Sedangkan penafsiran secara bi al-ma’tsur, dapat dilihat pada penafsiran
kata al-shalat yang pertama yang terdapat dalam Q.S al-Nisa‟ ayat 103
tersebut. Bahwa, kata al-shalat ditafsirkan oleh Ibnu Abbas sebagai shalat
khauf, pendapat ini pun juga diikuti oleh Jumhur.

Dalam penafsiran, Abu Hayyan menjelaskan wajib


melaksanakan sholat dengan berdiri bagi orang sehat, dan duduk bagi
yang tak sanggup berdiri dan berbaring bagi yang terluka, sakit dan tak
sanggup duduk. Bila perang telah usai, keadaan aman maka shalat
dilakukan seperti sholat safar tidak seperti shaolat al-khawf, dan bila
sudah kembali ke kampung halaman, maka salat dilakukan secara
sempurna, yaitu 4 rakaat.16

H. Pendapat Ulama tentang Abu Hayyan


a) Ibnu al-Jazariy
Abu Hayyan adalah seorang Imam hafidz, syeikh al-Arab menguasai
ilmu qiraat secara tsiqah
b) Imam al-Syaukani
Abu Hayyan adalah orang yang menguasai bahasa Arab, tafsir serta
tak ada yan menyamainya pada masa itu.
c) Ibnu Qadhi
Abu Hayyan merupakan seorang yang ahli dibidang tafsir, nahwu,
bahasa yang tidak ada tandingannya pada masanya serta mempunyai
banyak karangan yang terkenal di Timur dan Barat.
d) Jalaluddi al-Suyuti
Abu Hayyan adalah seorang yang ahli Nahwu pada saat itu, ahli
bahasa, tafsir, hadis dan sejarahwan.17
e) Shubhi Shalih

16
Khalid, ‚al-Bahr al-Muhith...‛, 180-182.
17
Has, “Karakteristik Tafsir...”, 46-47.
12

Apabila ingin meng-irab-kan Alquran maka hendaklah mengkaji al-


Bahrul al-Muhith. Dikarenakan di dalamnya banyak pembahasan
nahwu dan qiraat.
f) Abd Hayy al-Farmawiy
Ia memberikan suatu pengapresiasian secara khusus pada karya tafsir
Abu Hayyan ini, sebagai sau kitab yang dimiliki oleh seoarng peneliti
Alquran, sebab Abu Hayyan adalah seorang ulama besar dalam
bahasa Arab, tafsir, hadis dan biografi ulama dan ilmu.

Dapat ditarik kesimpulan, bahwa Abu Hayyan merupakan


orang yang sangat dihormati pada waktu itu, karena keluasan wawasan
dan pengetahuannya. al-Bah{r al-Muh{i>t sebagai tafsir yang disusun oleh
orang yang berpahamkan sunni, mempunyai kelebihan dibanding kitab
tafsir lainnya sehingga dapat menjadi rujukan dalam masalah i‟rab,
bahasa, i‟jaz dan balaghah Aluran serta qira‟at. Tafsir ini juga bersikap
kritis terhadap kisah isra‟iliyyat berisi khufarat, kebathilan dan yang
bertentangan dengan akal sehat. Dan, bersikap keras terhadap padngan
kaum sufi ekstrim dan kaum bathiniyah yeng merekayasa kedustaan
terhadap Allah SWT, Ali bin Abi Thalib dan keturunannya.
Abu Hayyan dalam tafsirnya juga bersikap objektif terhadap
sumber rujukan seperti al-Zamakhsyariy, Ibnu „Athiyah, Ibn Jarir al-
Thabariy dan al-Razi. Khususnya pada rujukan al-Zamakhsyariy,
meskipun Abu Hayyan banya membantah dan menyerang pandangan
Mu‟tazilahnya al-Zamakhsyariy dalam al-Kasysyaf-nya, namun Abu
Hayyan tetap mengahargai pemikiran-pemikiran hebatnya dalam dalam
hal kemu‟jizatan dan balaghah Alquran.18

I. Analisis
Abu Hayyan merupakan seorang ulama yang memiliki
khazanah keintelektualan yang tinggi. Hal ini terbukti dengan catatan
sejarah perjalanan keintelektualannya dari kota ke kota lain, dari negara

18
Khalid, “al-Bahr al-Muhith...”, 144-145.
13

ke negara lain. Bahkan tercatat guru dari Abu Hayyan sekitar 450, belum
yang memberinya ijazah bahkan ribuan guru. Sehingga tidak heran jika ia
menguasai beberapa bidang keilmuan. Kitab al-Bah{r al-Muh{i>t merupakan
salah bukti keluasan ilmu yang dimiliki oleh Abu Hayyan al-Andalusy.
Kentalnya pembahasan Alquran dari segi hukum nahwu menunjukkan
kemahiran Abu Hayyan dalam kaidah kebahasaan Arab. Bahkan ada yang
berpendapat ini bukanlah kitab tafsir, akan tetapi ini adalah kitab perihal
hukum nahwu (tata bahasa). Al-Bah{r al-Muhi>{t{ merupakan salah satu kitab
bi al-ra’yi yang termasyhur.
14

Daftar Pustaka

Al-Andalusi>, Muhammad bin Yu>suf al-Syahi>d bi Abi> Hayya>n. 1993.


Tafsi>r al-Bah{r al-Muh{i>t{. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah

Al-Dzahabi, Muhammad Husain. Tt. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Kairo:


Maktabah Wahbah
Has, Muhammad Hadin. “Karakteristik Tafsir al-Bah{r al-Muh{i>t (Telaah
Metodologi Penafsiran Abu Hayyan al-Andalusy)”, Shautut
Tarbiyah, 2015

Al-Jianna>n, Ma’mu>n bin Muh{yiddi>n. 1993. Abu> H{ayyan al-Andalusy .


Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilimiyyah
Khalid, M. Rusydii. “al-Bahr al-Muhith: Tafsir Bercorak Nahwu Karya
Abu Hayyan al-Andalusiy”, Jurnal Adabiyah, vol. 15, no. 2,
2015

Al-Qat{t{a>n, Manna>’ Khali>l. 2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Ter. Mudzakir


AS. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa

Samsurrohman. 2014. Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Amzah


Suma, Muhammad Amin. 2014. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai